paparan perkebunan utk go

Upload: vidia-asriyanti

Post on 13-Jul-2015

435 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OLEH :

Pontianak,

MEI 2011

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

(Pasal 1 : UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan)2

DASAR PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN BARATUU.NO. 12 TH 1992 TENTANG SISTIM BUDIDAYA TANAMAN UU NO. 18 TH 2004 TENTANG PERKEBU NAN

PERMENTAN Nomor : 26/2007 tentang PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERMENTAN/ AGRARIA Nomor : 2/ 1999 tentang IJIN LOKASI

PERMENTAN Nomor : 07/2009 tentang PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN

PERGUB NO 33 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI KESESUAIAN DG RENCANA MAKRO PEMB PERKEBUNAN

PERGUB NO 354 TAHUN 2006 TENTANG JUKLAK PLTB UNTUK PEMB PERKEBUNAN DI KALBAR PERDA NO. 5 TAHUN 2004 TENTANG RTRWP PRO VINSI KALBAR

SKEP GUBERNUR KALBAR NO. 505 TH 2002 TENTANG KOMODITI UNGGULAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT

PERGUB NO 34 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BIDANG PERKEBUNAN DI KALBAR

KOMODITI UNGGULAN PERKEBUNAN KALIMANTAN BARAT

MEKANISME PERIZINAN PERKEBUNAN Sesuai Permentan No. 26 Tahun 2007

PEMANTAUAN OLEH STAKE HOLDER

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

SENGKETA TANAH ADAT / ULAYAT SENGEKTA TANAH GARAPAN OKUPASI / PENYEROBOTAN OLEH MASY. OKUPASI OLEH INSTANSI LAIN TUMPANG TINDIH DENGAN KAWASAN HUTAN HGU CACAT HUKUM TUNTUTAN MASY. TERHADAP PROSES HGU GANTI RUGI TANAH MASY. DIAMBIL OLEH PERUSAHAAN TANAH YANG DIPERJUAL BELIKAN TUNTUTAN THDP PENGGANTIAN AREAL PLASMA MASY. MENUNTUT PENGEMBALIAN TANAH TIDAK ADA IJIN LAHAN TUMPANG TINDIH ALOKASI LAHAN PERUSAHAAN MASY. KEBERATAN PERPANJANGAN HGU INGIN MEMILIKI LAHAN INGIN IKUT SEBAGAI PESERTA PLASMA KETERLAMBATAN KONVERSI PLAMA

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

TUNTUTAN NILAI KREDIT PENETAPAN HARGA TBS MENOLAK PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT PENGRUSAKAN TANAMAN PENJARAHAN PRODUKSI PENGRUSAKAN TERHADAP ASET LAINLAIN-LAIN

Faktor-faktor penyebab terjadinya Konflik pada Perkebunan Besar:1.

Faktor Internal: Lahan tidak dimanfaatkan sesuai peruntukannya; Lahan belum dimanfaatkan secara optimal; Iklim kerja di kebun tidak kondusif; Adanya konflik horizontal dan vertikal; Kurangnya kepedulian pihak perkebunan terhadap masyarakat sekitarnya; Lemahnya permodalan dan profesionalisme pemegang HGU; Menurunnya gairah dan minat agribisnis perkebunan akibat fluktuasi harga produksi yang tidak menentu.

Lanjutan 2. Faktor Eksternal: Perbedaan persepsi mengenai status lahan; Kesenjangan sosial ekonomi perkebunan dan masyarakat sekitarnya; Belum efektifnya penegakan hukum menindak para pelaku pencurian, pengrusakan dan penjarahan; Euphoria reformasi; Tidak adanya SKIM Kredit untuk pembangunan kebun.

AKIBAT DARI TERJADINYA KONFLIK Bagi Pengusaha Perkebunan: Kerugian materiil dan non materiil Ketidak pastian iklim berusaha Ketegangan hubungan dengan masyarakat Bagi Masyarakat: Kehilangan akses atau sumberdaya alam Kerusakan struktur sosial masyarakat Kerusakan lingkungan Penurunan kualitas manusia

POLA PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN

USAHA PERKEBUNAN

PREEMTIF (PENCEGAHAN DINI) BERDAYAKAN COMMUNITY DEVELOPMENT (CD), MEMBANGUN KEMITRAAN

PREVENTIF MENINGKATKAN KUANTITAS DAN KUALITAS SATPAM

PENEGAKAN HUKUM MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN, MEMBERDAYAKAN PPNS

LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN 1. IZIN LOKASI 2. IZIN USAHA PERKEBUNAN 3. HAK GUNA USAHA 1. 2. 3.

PENERAPAN PASAL PIDANA UU RI NO. 18 THN 2004 TENTANG PERKEBUNAN UU RI NO. 23 THN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KUHP

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Musyawarah untuk mupakat. Ganti Rugi lahan. Komunikasi intensif dan persuasif. Fasilitasi melalui pertemuan. Penerapan Program Tanggungjawab Soscial Perusahaan (CSR/ corporate social responsibilty). Pembinaan Kemitraan Penerapan Sangksi.

1.

Komunikasi yang intensif dengan pihak-pihak yang bersengketa (masyarakat, perusahaan perkebunan, dan lain-lain) guna mengenali secara cermat serta mengetahui : Inti permasalahan yang dipersengketakan Latar belakang penyebab munculnya permasalahan Tuntutan penyelesaian yang diminta/ diharapkan oleh pihak yang bersengketa

2.

Musyawarahkan secara terbuka dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membahas permasalahan tersebut agar diperoleh penyelesaian yang sifatnya win-win solution dengan tetap memperhatikan aspek hukum (peraturan perundang-undangan yang berlaku), budaya, kelembagaan dan kearifan lokal.

3.

Fasilitasi pertemuan dengan melibatkan Instansi Terkait yang memiliki kewenangan sesuai bidang tugas dan fungsinya untuk penyelesaian secara musyawarah. musyawarah.

MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

UU No. 18/2004 Pasal 9 Ayat (2) mewajibkan mengadakan musyawarah secara terbuka dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membahas permasalahan tersebut agar diperoleh penyelesaian yang sifatnya win-win solution dengan tetap memperhatikan aspek hukum (peraturan perundang-undangan yang berlaku), budaya, kelembagaan dan kearifan lokal. Dalam musyawarah dapat ditetapkan besaran imbalan atau ganti rugi.

PENERAPAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) UU No. 40/2007 Tentang Perseroan TerbatasPerseroan yang mejalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib alam, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Corporate Social Responsibility/CSR). Responsibility/CSR). Tanggungjawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. perundang-undangan. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. perundang-undangan.

Pasal 74 mengamanatkanAyat (1)

Ayat (2)

Ayat( Ayat(3)

PENERAPAN SANKSI

UU No. 18/2004 Pasal 17 Setiap pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu dan/atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan. Pasal 46 Setiap orang dengan sengaja/karena kelalaiannya melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin di ancam pidana : - Sengaja : 5 tahun, denda 2 M - Kelalaian: 2 tahun, denda 1 M

Lanjutan

Pasal 21 Setiap orang dilarang melakukan tindakan yang berakibat pada kerusakan kebun dan/atau aset lainnya, penggunaan tanah perkebunan tanpa izin dan/atau tindakan lainnya yang mengakibatkan terganggunya usaha perkebunan. Pasal 47 Setiap orang dengan sengaja/karena kelalaiannya menyebabkan kerusakan kebun dan/atau aset lainnya, penggunaan lahan perkebunan tanpa izin dan/atau tindakan lainnya yang mengakibatkan terganggunnya usaha perkebunan, diancam pidana: -- Sengaja: 5 tahun penjara, denda 5 M -- Kelalaian: 2,6 tahun penjara, denda 2,5 M

Lanjutan

Pasal 26 Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkunngan hidup. Pasal 48 Setiap orang yang sengaja/menyebabkan orang mati dalam membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran diancam pidana: - Sengaja : 10 tahun penjara, denda 10 M -- Menyebabkan orang mati: 15 tahun penjara, denda 15 M Pasal 49 Setiap orang yang dengan karena kelalaiannya membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang mengakibatkan: - Terjadinya Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, diancam pidana 3 tahun penjara, denda 3 M - Orang mati atau luka berat, diancam pidana 5 tahun penjara, denda 5 M

Lanjutan Pasal 31 Setiap pelaku usaha perkebunan dalam melakukan pengolahan, peredaran, pemasaran hasil dilarang memalsukan mutu dan/atau kemasan hasil perkebunan; menggunakan bahan penolong untuk pengolahan; mecampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat membahyakan kesehatan dan keselamatan manusia, merusak fungsi lingkungan hidup dan atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat. Pasal 50 Setiap orang yang melakukan pengolahan, peredaran, dan/atau pemasaran hasil perkebunan dengan sengaja/karena kelalaiannya melanggar larangan memalsukan mutu dan/atau kemasan hasil perkebunan, menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan, mencampur hasil dengan benda atau bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia, merusak fungsi lingkungan hidup, dan/atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat diancam pidana: - Sengaja : 5 tahun penjara, denda 2 M - Kelalaian : 2 tahun penjara, denda 1 M

UU No. 18/2004 Pasal 32

Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang mengiklankan hasil usaha perkebunan yang menyesatkan konsumen. Pasal 51 Setiap orang yang dengan sengaja/karena kelalaiannya melanggar larangan mengiklankan hasil usaha perkebunan yang menyesatkan konsumen diancam pidana: - Sengaja : 5 tahun penjara, denda 2 M - Kelalaian: 2 tahan penjara, denda 1 M

Lanjutan Pasal 33 Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang menadah hasil usaha perkebunan yang diperoleh dari penjarahan dan/atau pencurian. Pasal 52 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar larangan menadah hasil hasil usaha perkebunan yang diperoleh dari penjarahan dan/atau pencurian diancam pidana: - 7 tahun penjara, denda 2 M

PERMSLAHN YANG SERING TJD DI WIL. KALBAR YANG AKIBATKAN TUMPANG TINDIH LAHAN KEBUN SAWIT

PERUSHAAN DG KAPASITAS AREAL LEBIH DRI 50 Ha DIBERIKAN IJIN LOKASI DG JANGKA WAKTU 36 BLN, DAN HARUS MELAKUKAN PEROLEHAN LAHAN. JIKA DLM WKTU TSBT PEROLEHAN LAHAN TIDAK DPT DISELESAIKAN, DAPAT DIPERPANJANG DLM JANGKA WAKTU 12 BULAN DG KETENTUAN DPT PEROLEHAN LAHAN 50% + 1 JIKA TIDAK DAPAT DISELESAIKAN DLM JNGKA WKTU YG DIBERIKAN MAKA PEROLEHAN TDK DPT DILAKUKAN LAGI DAN LAHAN KEMBALI KEPADA NEGARA ( DAPAT DIBERIKAN KEPDA PIHAK LAIN )

SESUAI PSL 5 PERME NTAN NO 2 TAHUN 1999 TTG IJIN LOKASI

YG SERING TERJADI, PERUSAHAAN TIDAK DAPAT MELAKSANAKAN KETENTUAN 50% + 1 TSBT, BERIKUT KETENTUAN PERPANJANGAN, SEHNGGA OLEH BUPATI DISERAHKAN KPD PIHAK LAIN YG TELAH MEMNUHI SYARAT, AKAN TETAPI PERUSAHAAN MASIH MENGANGGAP AREAL TSBT DLM AREAL IJINYA, SHG TIMBUL MASLAH TUMPANG TINDIH IJIN.

PERMASALAHAN PEROLEHAN LAHAN

PEMEGANG IJIN LOKASI DIIJINKAN UTK MEMBEBASKAN LAHAN DLM AREAL IJIN LOKASI DRI HAK DAN KEPNTINGAN PIHAK LAIN DG CARA JUAL BELI, PEMBERIAN GANTI RUGI KONSOLIDASI TANAH, (SESUAI DG PASAL 8 PERMENTAN NO 2 TH. 1999 TTG IJIN LOKASI ) HARUS ADA GANTI RUGI TANAM TUMBUH (GRTT), DIIKUTI BERITA ACARA PENYERAHAN LAHAN SERTA BUKTI ALAS HAK DRI PEMGANG HAK ATAS TANAH, YG TERJADI, TERDAPAT PERMAINAN OKNUM DG MEMPERMAINKAN POLA KEMITRAAN (PLASMA), MASYARAKAT DIBOHONGI, AKIBTNYA TERJADI PERMASALAHAN PENYERAHAN LAHAN. DAN BIASA TERJADI MASY. MENERIMA GANTI RUGI DRI PIHAK LAIN, SEHINGGA RENTAN TIMBUL MASALAH TUMPANG TINDIH

SEKIAN & TERIMAKASIH