modul medis utk fmipa.pdf

29

Upload: abdul-falahitawan-ufal

Post on 04-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kopj

TRANSCRIPT

Page 1: Modul medis utk FMIPA.pdf
Page 2: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

Obat

Kategori obat

1. Kategori A : Penelitian yang memadai dan terkendali dengan baik telah terbukti tidak bisa

(gagal) menunjukkan risiko ke janin pada trimester pertama kehamilan (dan tidak ada bukti

risiko pada trimester berikutnya).

2. Kategori B : penelitian terhadap hewan yang tidak menunjukan resiko pada janin tapi tidak

terdapat pula penilitian terhadap wanita hamil dan hewan yang menunjukan efek buruk ( kecuali

bisa menurunkan kesuburan ) yang tidak di konfrimasi pada penelitian tri semester awal ( tidak

memnunjukan efek samping pada tri semester berikutnya)

3. Kategori C : penelitian pada hewan yang telah menunjukan efek buruk pada janin (teratogenic

atau embryocidal atau yang lainnya) dan tidak ada penelitian pada wanita. obat seharusnya

diberikan hanya jika punya potensial lebih menguntungkan dari pada rugi.

4. Kategori D : positif membuat teratogenic pada manusia khususnya untuk wanita hamil

berdasarkan penelitian pada manusia

5. Kategori X : tidak boleh digunakan pada wanita hamil karena bisa menyebabkan teratogenic

1) Analgesik-Antipiretik

1. Paracetamol

MOA Bekerja langsung pada pengatur panas pusat di hipotalamus, dengan meningkatkan

pelepasan panas dari tubuh dengan vasodilasi dan pengeluaran keringat.

Indikasi Relief of symptoms of flu: Fever, headache, nasal congestion, sneezing associated

w/ cough.

kontraindikasi Sensitivity to other sympathomimetic drugs eg ephedrine, pseudoephedrine,

phenylephrine. Severe HTN. Receiving MAOIs. Cardiac disease, DM. Severe liver

dysfunction.

Efek samping Drowsiness, GI disturbances, psychomotor disorders, tachycardia, arrhythmia, dry

mouth, palpitation, urinary retention. Liver damage (large dose, long-term usage)

Dosis 325-650 mg PO/PR q4-6h or 1000 mg tid/qid; max 4 g/d; Paed.: 15 mg/kg PO/PR q4h

prn; max 2.6 g/d

Pregnancy category B

Page 3: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

2) Antiinflamasi

1. Ibuprofen

2. Dexamethasone

MOA menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi PMN dan menurunkan permeabilitas

Indikasi Allergic states, collagen diseases, rheumatic disorders, leukemias, shock therapy,

respiratory diseases, haematologic disorders, oedematous states.

Efek samping penipisan kulit, glaucoma, penambahan berat badan, menstruasi ireguler, supresi

adrenal, osteoporosis

kontraindikasi Hipersenstif, infeksi aktif bakteri dan jamur, Peptic ulcer, osteoporosis. Acute

infection, live vaccines. Lactation.

Dosis Dewasa: Dosis awal bervariasi: 0,75 –9 mg sehari tergantung pada berat ringannya

penyakit. Pada penyakit yang ringan: dosis dibawah 0,75 mg sehari. Pada penyakit

yang berat: dosis diatas 9 mg sehari. Dosis anak-anak: 1 tahun: 0,1 –0,25 mg; 1 –5

tahun: 0,25 –1 mg; 6 –12 tahun: 0,25 –2 mg

Pregnancy category C

3. Hidrokortison

Class corticosteroid

Kelas: NSAID; Analgesik & anti inflamasi yang tidak terlalu kuat paling aman

Indikasi Mild to moderate pain eg primary dysmenorrhoea, toothache or post-extraction

dental pain, post-op pain, headache; mild to moderate pain symptom inrheumatic

disease, muscle pain & sprain; fever reduction.

Kontraindikasi wanita hamil dan menyusui, penderita peptic ulcer, peminum antikoagulan

Efek samping Nausea, vomiting, diarrhea, constipation, abdominal pain or transient burning on the

upper stomach, skin rashes, bronchospasm, thrombocytopenia, lymphopenia, blurred

or diminished vision.

Dosis 4 x 1 @400 mg setelah makan

Interaksi menurunkan efek diuresis furosemide dan thiazid, menurunkan efek antihipertensi

captopril.

Pregnancy category D

Page 4: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

MoA Menekan pembentukan dan pelepasan mediator inflamasi seperti Pg, kinin, histamin

dan sistem komplemen tubuh.

Indikasi treatment utama primary dan secondary adrenal cortex insufficiency, rheumatic

disorder, collagen disease, dermatologic disease, allergic, inflammatory opthalmic

processes, respiratory disease, GI disease.

kontraindikasi infeksi jamur sistemik & amoebiasis

Efek samping kejang, osteoporosis, hirsuitism, penipisankulit, penambahan berat badan, jerawat,

ireguler siklus menstruasi, supresi adrenal, luka pada lambung dan usus, glaucoma

Pregnancy category C

4. Piroxicam

Kelas NSAID

Indikasi Relieves the signs & symptoms of OA & RA; acute exacerbation of OA & RA. Long-

term treatment of OA & RA.

KI Hypersensitivity; peptic ulcer; aspirin- or other NSAIDs-induced asthma, rhinitis,

angioedema, urticaria, or nasal polyp.

ES Peptic ulcer dan bleeding

Dosis 1x1 @10-20 mg ( kadar: 7-10 hari) setelah makan

5. Allopurinol

MOA menurunkan produksi uric acid (menghambat xanthine oxidase)

Indikasi hiperuricemia

KI hipersensitifitas

ES mual, muntah diare, peripheral neuritis, katarak, alergi kulit, visual disturbance,

sakit kepala

Interaksi alkohol dapat menurunkan efek; jika digunakan bersamaan dengan ampicillin

dan amoxicillin ↑skin rash

Dosis Initial: 100 mg/d PO; titrate monthly according to serum uric acid level;

Maintenance: 300-400 mg/d PO 1x1

Page 5: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

6. Diclofenac Sodium

MOA Menginhibisi sintesis prostaglandin

Indikasi inflamasi; Acute & chronic treatment of signs & symptoms of RA, osteoarthritis &

ankylosing spondylitis. Management of pain & primary dysmenorrhoea, when

prompt pain relief is desired.

KI Hipersensitif; peptic ulcer disease; recent GI bleeding or perforation; renal

insufficiency; high risk of bleeding

ES Abdominal pain/cramp, headache, fluid retention, diarrhea, nausea, constipation,

flatulence, abnormal liver function, indigestion, gastric ulcer, dizziness

Dosis OA 50 mg 2-3 times daily or 75 mg twice daily. RA 50 mg 3-4 times daily or 75 mg

twice daily. Ankylosing spondylitis 25 mg 4 times daily & 25 mg before bedtime

3) AntiBronkospasme

1. Salbutamol

Kelas: β2 agonist

Indikasi: Bronchial asthma, chronic bronchitis, emphysema.

KI : Patients with history of hypersensitivity to any of the component of salbutamol. Should not be

used during pregnancy (1st & 2nd trimester) as threatened abortion may occur.

ES: Fine tremor of skeletal muscle particularly hands, palpitations & muscle cramps.

Tablet /inhaler dihirup sambil menahan nafas saat inspirasi untuk meningkatkan deposisi

Dosis: Tab/Syr Adult & childn >12 yr 2-4 mg or 1-2 tsp. Childn 6-12 yr 2 mg or 1 tsp, 3-6 yr 1-2 mg

or ½-1 tsp. To be taken 3-4 times daily

4) Antitusif & Ekspektoran

1. Dekstrometrophan

Class: antitussive

MoA: meningaktkan ambang rangsang refleks batuk di CNS

Indikasi: batuk yang disebabkan infeksi virus di saluran pernafasan atas atau iritan yang dihirup

ES : depresi nafas pada dosis tinggi

Page 6: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

Tidak berefek analgesik atau adiktif; tidak menyebabkan konstipasi, kantuk atau gangguan saluran

cerna

Dosis tablet 10-30 mg/ 15 mg/ 5ml 3-4 x sehari

2. Gliseril Guaiakolat (GG)

MoA: pengencer dahak

Indikasi: Productive, irritative, spasmodic & allergic coughs.

KI: HTN, hyperthyroidism, glaucoma, diabetes, heart disease & goiter; asthma. Hepatic & renal

impairment.

ES : kantuk, mual, muntah

Dosis: Adult 1-2 tsp 3-4 times a day. Childn ≥9 yr 1 tsp 3 times daily, 2-8 yr ½ tsp 3 times daily.

5) Nasal Decongestant

1. Pseudoephedrine

MoA: α1 receptor agonist vasodilatasi peningkatan aliran darah mucus membrane

decongestant

Indikasi: Relief of nasal congestion due to common colds.

KI: Patients sensitive to sympathomimetics & receiving MAOIs, severe HTN or w/ potentiality to

develop HTN or stroke.

ES : ischemic changes, nervousness, excitability, restless, insomnia

Dosis: Tablet Children >12 yr 1 tab, 6-12 yr ½ tab. Syrup Children 6-12 yr 1 tsp, 2-6 yr ½

tsp.Drops Childn 2-6 yr 0.8 mL. All doses to be taken 3 times daily.

6) Antihistamin

1. CTM

Indikasi: alergi, hay fever

•MoA: reseptorkompetitifterhadapImunoglobulin

•Dosis: 8-12 mg setiap4-6 jam

•ES : drowsiness, sedation, urinary retention, Diplopia, Polyuria

Page 7: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

•KI : Hipersensitif; asthma attacks; narrow-angle glaucoma; symptomatic prostate hypertrophy; bladder

neck obstruction; pyloroduodenalobstruction

2. Cetirizine

Class: Antihistamine

Action Competitively antagonizes histamine at the H1 receptor site.

Indications Symptomatic relief of symptoms (nasal and nonnasal) associated with seasonal and

perennial allergic rhinitis; treatment of uncomplicated skin manifestations of chronic idiopathic

urticaria.

Contraindications Standard considerations.

Route/Dosage

ADULTS & CHILDREN ³ 6 YR: PO 5 or 10 mg daily.

Hepatic Impairment: PO 5 mg daily.

Renal Impairment CrU (31 ml/min or hemodialysis): PO 5 mg daily.

Adverse Reactions: Palpitations; tachycardia; hypertension; cardiac failure; syncope.

Pregnancy: Category B.

7) GIT

1. Antasid

MoA: menetralkan asam lambung (basa lemah + H = air + garam) pH meningkat

Indikasi: Reduce symptoms associated with gastric acid overload, gastric & duodenal

ulcer eg nausea, flatulence & bloating.

KI: Severe renal failure.

ES : Constipation, diarrhea, nausea, vomiting.

Interaksi: jangan diberikan bersama tetrasiklin, fluoroquinolone, daniron

Dosis: 1 tablet 1 jam sebelum makan atau 3 jam setelah makan

2. Cimetidine, Ranitidine, Famotidine

Class: H2 receptor agonist

Indikasi: peptic ulcer (khas: sakit lambung setelah makan, gastritis : sakit sebelum makan), Duodenal

ulcer Adult 1-2 tab 3-4 times daily. Min 4 wk. Zollinger-Ellison syndrome & gastric hyperacidity 1

Page 8: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

tab 4 times daily. Max: 2,400 mg daily.Oesophagitis 2 tab 4 times daily for 4-8 wk. Inhibition of

gastric acid secretion in childn 20-40 mg/kg body wt/day in divided doses.

ES : Diarrhoea; dizziness, tiredness; rashes. Infrequent, gynaecomastia; reversible confusional states;

impotence (men).

Interaksi: menurunkan efek metoklorpramid

Dosis: tablet 200,300,400 mg 4x1 (bersama atau sesudah makan untuk memperpanjang efek)

3. Omeprazole

Class: GI

Action Suppresses gastric acid secretion by blocking “acid (proton) pump” within gastric parietal cell.

Indications Short-term treatment of active duodenal ulcer, gastroesophageal reflux disease (GERD),

including erosive esophagitis and symptomatic GERD

Contraindications Standard considerations

Route/Dosage

Pathologic Hypersecretory Conditions

Adults: PO Initial dose: 60 mg/day. Doses up to 120 mg tid have been given. Divide daily doses

more then 80 mg.

Gastric ulcer : Adults: PO 40 mg once daily for 4 to 8 wk.

GERD : Adults (without esophageal lesions): PO 20 mg/day for 4 wk. Adults (with erosive

esophagitis): PO 20 mg/day for 4 to 8 wk.

Adverse Reactions :Angina; tachycardia; bradycardia; palpitation.

Pregnancy: Category C. Lactation: Undetermined. Children: Safety and efficacy in children not

established.

4. Attapulgite (Diatab)

Class: anti-diarrhea

Indikasi: Symptomatic treatment of nonspecific diarrhea.

KI : diare diikuti demam / ada darah / mucus pada feces, Constipation.

Suplemen: oralit

Dosis: 1200 mg setiap BAB (max 7 hari)

Page 9: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

8) Anemia

1. Ferrous Salt

Indikasi: Iron Deficiency Anemia

Dosis: 50-100 mg iron

ES : nausea, epigastricdiscomfort, konstipasi, diare, blackstool

9) Antiseptic

Povidone Iodine

Indikasi: antiseptic intact skin, desinfectant

MoA: bactericidal (1’), sporacidal(15’), basmifungal, mycobacteria, lipid containing virus

KI : hydrophilic virus

Aman, karena sedikit reaksi hipersensitivitas

Other : Rivanol, alkohol 70%

10) Lain-Lain

VitB12 megaloblastic anemia, neurologic syndrome

VitC sariawan, antioksidan

VitA

Daily vit

Ringer’s Lactate/Glucose pengganti cairan fisiologis tubuh

Thrombopop memar, hematom

Bioplacenton luka bakar

Page 10: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penanganan darurat yang dilakukan

pada orang yang mengalami henti jantung dan henti napas. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan

cepat, tepat, dan efektif sebelum dirujuk ke rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.

Prinsip : Menjaga agar aliran darah tetap mengalir ke organ-organ vital seperti otak dan jantung dengan

cara memaksa darah korban yang mengalami henti sirkulasi untuk kembali bersirkulasi dengan

melakukan kompresi dada eksternal.

Tujuan :

1. Mempertahankan hidup

2. Memulihkan kesehatan

3. Mengurangi penderitaan

4. Limitasi kecacatan dan komplikasi

Pokok-pokok yang harus dilakukan seorang Tim Medis Asy Syifaa’ adalah :

1. Jangan panik

2. Perhatikan sekeliling korban dan mintalah bantuan orang lain

3. Perhatikan nafas korban (ada napas atau tidak, jika ada lihat napasnya normal atau abnormal)

4. Hentikan perdarahan

5. Perhatikan tanda-tanda shock

6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru

Tahapan resusitasi jantung paru:

1. Tahap awal

2. Survey primer

3. Survei sekunder

1. TAHAP AWAL

a. DANGER

Lihat apakah situasinya memungkinkan untuk menolong korban

Sadar dan periksa keadaan bahaya terhadap diri penolong, orang lain dan korban

Berteriaklah dan minta pertolongan orang lain

Tempatkan korban pada alas yang keras dan rata

Posisikan korban terlentang, baju dibuka, barang-barang yang mengikat badan segera

dikendorkan

Utamakan korban yang tidak sadar/pingsan. Kemudian yang memiliki gangguan nafas, dan

selanjutnya yang mengalami perdarahan

Hati-hati pada korban yang memiliki trauma leher (lihat apakah membiru kulit pada leher)

Page 11: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

b. RECOGNITION & ACTIVATION

Recognition

o Guncang tubuh korban atau tepuk pipinya dan panggil korban untuk menilai kesadaran

korban

o Saat mengecek responsiveness, lihat juga pernapasan korban

o Bila pasien tidak responsif dan tidak bernapas atau bernapas secara abnormal (gasping),

maka pasien diasumsikan berada pada kondisi cardiac arrest

Activation

o Telepon ambulans dengan spesifikasi: lokasi, event, jumlah dan kondisi pasien, dan

pertolongan sementara yang dilakukan, dan pertolongan yang dibutuhkan (contoh:

defibrillator)

o Tahap ini lebih baik dilakukan oleh penolong kedua agar tahap primary survey lebih

cepat dilakukan

Catatan:

Kesalahan yang mungkin terjadi: penolong salah mengenali abnormal breathing sebagai

normal breathing

2. PRIMARY SURVEY: C-A-B

a. CIRCULATION

Apabila menemukan korban yang unresponsive tanpa napas atau pernapasan abnormal, cek

nadi karotis (di antara kartilago tiroid dan otot sternocleidomastoid) dengan dua jari

(telunjuk dan jari tengah) selama 6 detik

Bila tidak ada nadi, jangan menunggu lama. Segera lakukan kompresi dada

Langkah-langkah kompresi dada:

o Pastikan posisi korban terlentang pada permukaan keras dan rata

o Posisi penolong : Penolong berada disisi korban dengan lutut dibuka selebar bahu

o Tentukan titik kompresi, yaitu di sternum pada level 2 jari di atas xiphoid processus

atau di antara nipples pada laki-laki

o Letakkan heel telapak tangan pada titik kompresi, tumpukkan satu telapak tangan

di atas telapak tangan yang lainnya, dan interlock jari-jari kedua tangan

o Luruskan lengan (90 derajat dari permukaan bumi) dan gunakan berat tubuh

penolong untuk mengompresi

o Kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 2 inchi (5 cm) dan

kecepatan minimal 100 kali/menit. Pada bayi, kedalaman kompresi 1,5 inchi atau 1/3

diameter anteroposterior thorax

o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan

mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada (chest

wall recoil). Namun, jangan lepaskan tangan dari titik kompresi atau mengubah

posisi tangan pada saat melakukan kompresi karena jika tangan terlepas dari badan

korban, penolong harus mencari lagi titik kompresinya. Selang waktu yang

Page 12: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan

kompresi

o Minimalisasi interupsi pada saat kompresi

Catatan:

Kesalahan yang mungkin terjadi:

o Identifikasi denyut nadi yang terlalu lama

Apabila penolong yang tidak terlatih sulit untuk mengidentifikasi denyut nadi,

maka step ini boleh dilewat. Hal ini dikarenakan sebagian besar korban dalam

keadaan unresponsive dan tidak bernapas atau bernapas secara abnormal berada

pada kondisi cardiac arrest. Alasan kedua adalah karena frekuensi injury yang

serius dari kompresi dada meskipun pada orang yang nonarrest sangat rendah.

o Penolong terlalu lelah sehingga kompresi menjadi dangkal dan lambat

o Kompresi terlalu cepat sehingga tidak ada waktu untuk chest wall recoil yang

sempurna

Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrathoracic sehingga

terjadi penurunan hemodinamik yang signifikan seperti penurunan perfusi

koroner, aliran darah myokard, dan perfusi cerebral

o Penolong bersandar pada korban sehingga chest wall recoil tidak sempurna

b. AIRWAY

Setelah 30 kali chest compression, lakukan pembukaan jalan napas dan cek apakah ada

napas maupun sumbatan pada jalan napasnya. Pembukaan jalan napas dapat dilakukan

dengan head tilt chin lift. Apabila terdapat trauma servikal, maka pembukaan jalan napas

dilakukan dengan jaw thrust

Head tilt chin lift Jaw thrust

Nilai pernapasan dengan look, listen, and feel

o Look: lihat pergerakan dada yang menunjukkan adanya pernapasan

o Listen and feel: dengar dan rasakan pergerakan udara di sekitar mulut dan hidung

pasien.

Page 13: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

Apabila tidak terlihat tanda-tanda pernapasan, lihat jalan napasnya apakah ada sumbatan

atau tidak. Sumbatan dapat berupa benda asing maupun lidah pasien sendiri. Apabila

terlihat maupun diketahui ada sumbatan, segera keluarkan sumbatan itu dengan teknik :

o Cross finger (jangan lupa gunakan pelindung untuk jari) untuk sumbatan yang

terlihat

o Untuk sumbatan yang tidak terlihat, dapat dilakukan abdominal thrust. Pada bayi

dapat dilakukan backblow atau chest thrust

c. BREATHING

Setelah jalan napas terbuka, angkat dagu pesien sampai berada pada posisi sniffing

position.

Segera berikan bantuan napas 2 kali dengan 1 napas diberikan selama 1 detik,setiap 5-6

detik.

Untuk melihat apakah pemberian bantuan napas efektif dan cukup, saat memberikan

bantuan napas lihat juga pergerakan dada.

Untuk memastikan apakah bantuan pernapasan masuk ke paru-paru atau tidak, lihat dari

ekshalasi korban. Beri waktu korban untuk ekspirasi.

Pertolongan pernafasan dapat dilakukan dengan beberapa cara :

o Mulut ke mulut

Pertahankan posisi Airway. Pijat hidung korban sampai tertutup. Tarik nafas

dalam. Lingkupi mulut korban dengan bibir penolong

o Mulut ke hidung

Pertahankan posisi Airway. Tarik nafas dalam. Lingkupi hidung korban dengan

bibir dan hembuskan nafas kedalam hidung. Mulut penolong diangkat dan

biarkan korban bernafas secara pasif

o Mulut ke mulut dan hidung

Digunakan pada neonatus atau bayi. Mulut penolong dapat melingkupi mulut dan

hidung secara bersama

d. RE-EVALUATION

Lakukan RJP sebanyak 5 siklus. Satu siklus terdiri dari 30 kompresi dada dan 2 kali ventilasi

(breathing)

Setelah 5 siklus, nilai kondisi sirkulasi dan pernapasannya.

o Apabila masih tidak ada denyut, maka ulangi siklus

o Apabila terdapat denyut namun tidak ada pernapasan, lakukan bantuan

pernapasan dengan kecepatan 10-12 kali per menit. Lakukan selama 2 menit. (1-

seribu, 2-seribu, 3-seribu, 4-seribu)

Lanjutkan RJP sampai :

o Terlihat tanda kehidupan

o Tidak sadar, tidak ada pernapasan spontan, dilatasi pupil (15 – 30 menit)

o Bantuan yang lebih ahli datang

o Penolong kelelahan sampai tidak bisa lagi melakukan RJP

Page 14: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

Catatan:

Kompresi dada adalah fondasi dari RJP. Oleh karena itu, kompresi dada menjadi tindakan

awal RJP untuk semua korban berapa pun umurnya. Penolong yang tidak terlatih boleh

hanya melakukan kompresi dada saja

Sebagian besar henti jantung pada dewasa disebabkan oleh penyakit jantung, karenanya

kompresi dada menjadi sangat penting. Sedangkan pada anak, henti jantung sebagian besar

disebabkan oleh asfiksia, sehingga membutuhkan kompresi dada dan ventilasi untuk hasil

yang lebih optimal. Pasien dewasa dengan kondisi asfiksia (contoh: tenggelam) juga

membutuhkan ventilasi untuk hasil yang lebih optimal

3. SECONDARY SURVEY

Hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari

survey primer . Secondary survey menilai tubuh korban dari kepala sampai ibu jari kaki. Survey

sekunder dilakukan pada saat nafas spontan dari korban sudah muncul. Biasanya diikuti dengan

posisi pemulihan.

Posisi pemulihan :

a. Korban non trauma, tak sadar , tapi sudah menunjukan napas spontan dan sirkulasi efektif

dapat dimiringkan ke salah satu sisi tubuhnya.

b. Tujuannya agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah atau muntahan dari lambung

c. Teknik ini prinsipnya membuat leher ekstensi sehingga kepala tidak fleksi ke depan dada

d. Pada posisi ini, lidah bergerak ke depan sehingga tidak menyumbat jalan napas dan saliva ,

mucus serta muntahan dapat keluar.

Setelahnya, tenaga medis terlatih dapat melakukan advanced life support dan post-cardiac

arrest care.

Page 15: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

Referensi:

2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care

Page 16: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

KASUS LAPANGAN

Ketika bertugas sebagai tim medis lapangan (banmed), kita harus mengerahui tujuan utama kita di

lapangan itu adalah memberikan pertolongan, pengobatan dan perawatan yang bersifat darurat dan

harus dilaksanakan dengan cepat tepat dan benar sebelum dirujuk ke rumah sakit atau sarana kesehatan

yang memadai. Pokok kewajiban seorang tim banmed, yaitu:

1. Jangan panik dalam menghadapai situasi darurat

2. Perhatikan sekeliling korban dan mintalah bantuan orang lain

3. Perhatikan nafas korban apakan bernafas spontan atau tidak

4. Hentikan pendarahan apabila ada

5. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru

Berikut merupakan daftar kasus lapangan yang pernah ditemui selama bantuan medis:

1) Syncope/ Heat Collapse

o Definisi :

Keadaan penurunan kesadaran akibat aliran darah ke otak untuk sementara berkurang.

o Etiologi :

1. Aktivitas fisik yang berlangsung lama

2. Nyeri

3. Ketakutan

4. Lelah

5. Stress

6. Kurang makan

o Gejala dan tanda :

1. Gelisah, mungkin disertai penurunan kesadaran

2. Pupil melebar

3. Kulit pucat, dingin, lembab, dan banyak keringat

4. Suhu tubuh masih normal

5. Nadi normal, tekanan darah sedikit menurun

o Penatalaksanaan :

1. Lindungi korban dari bahaya dan cedera

Page 17: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

2. Evakuasi korban ke tempat teduh dan nyaman. (Hati-hati pada cedera leher dan tulang

belakang)

3. Buka baju/ longgarkan pakaian atas dan ikat pinggangnya

4. Baringkan korban, kepala lebih rendah dan kaki ditinggikan serta ditopang

5. Buat korban agar mendapat lebih banyak angin segar

6. Berikan rangsangan dengan bau-bauan yang merangsang

7. Kompres kepalanya dengan air dingin.

8. Bila korban muntah, miringkan kepala korban agar muntahan tidak tersedak masuk ke paru-

paru

9. Setelah pulih tenangkan korban dan beri dukungan emosional.

2) Hypothermia

o Definisi:

Penurunan suhu tubuh akibat kontak lama dengan suhu lingkungan yang rendah, yang

menyebabkan penurunan kesadaran, kegagalan pernafasan dan/atau sirkulasi.

Lebih mudah terjadi pada bayi, orangtua, kelelahan, kelaparan, tubuh basah,angin dingin, dan

pada ketinggian. Dapat menimbulkan kematian.

o Gejala dan tanda :

1. Penurunan kesadaran

2. Suhu tubuh yang rendah kurang dari 35 C (dapat mencapai 27-29 C)

3. Pernafasan melambat

4. Denyut jantung melemah dan tidak teratur

o Penatalaksanaan :

1. Perhatikan tanda vital, bila perlu lakukan resusitasi

2. Pindahkan penderita ke tempat hangat dan kering

3. Naikkan suhu tubuh:

- Kompres lengan/ tungkai penderita dengan air hangat (45- 48 C) tak perlu seluruh

tubuh

- Bila mungkin berikan minuman hangat

- Jaga agar tubuh dan pakaian penderita tetap kering

- Bila perlu beri infus atau oksigen

Page 18: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

3) Heat Stroke/ Hyperpirexia

o Definisi :

Suatu gangguan akibat latihan fisik dilingkungan cuaca yang sangat panas sehingga

menimbulkan gangguan hebat pada pengaturan suhu tubuh.

o Etiologi :

Temperatur tinggi, dehidrasi, olahraga yang berlebihan, penggunaan alkohol, kelainan

kardiovaskuler

o Gejala dan tanda umum :

1. Sakit kepala, pusing

2. Mual, muntah dan nyeri epigastrium

3. Badan terasa lemas

4. Pupil mula-mula mengecil, kemudian melebar

5. Tidak berkeringat dan nyeri disekitar jantung

6. Kulit kemerahan, panas dan kering

7. Denyut nadi cepat

8. Takikardi pernafasan cepat

9. Penurunan kesadaran

10. Kejang setempat/umum

o Penatalaksanaan :

1. Pindahkan ke tempat teduh dan kaki ditinggikan, gunakan kipas angin, pakaian

ditanggalkan

2. Turunkan suhu tubuh dengan segera:

- mengguyur penderita dengan air dingin

- masase kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi

3. Kompres dingin dileher korban dan kipas-kipas tubuh korban

4. Berikan penanganan dehidrasi jika terjadi tanda-tanda dehidrasi

4) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar normal glukosa di

dalam darah atau level plasma glukosa < 2,5-2,8 mmol/L (<45-50 mg/dL). Terdapat kerangka

kerja yang penting dalam membuat diagnosis hipoglikemia menurut trias Whipple’s :

Page 19: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

1. Gejala-gejala hipoglikemia seperti pusing, lemas, gemetar, berkeringat, dsb

2. Konsentrasi glukosa plasma yang rendah, dan

3. Hilangnya gejala setelah level glukosa plasma meningkat (pemberian glukosa).

o Gejala :

1. Kelelahan

2. Gelisah, lemah

3. Cemas, mudah emosi

4. Gemetar, sakit kepala

5. Keringat dingin, denyut jantung cepat

6. Penglihatan kabur, bingung, pucat

7. Penurunan kesadaran dan dapat menyebabkan pingsan

o Penatalaksanaan :

1. Berikan minuman yang mengandung gula

2. Bila terjadi hipoglikemia berat injeksikan larutan glukosa atau hormon glukagon

3. Beri makanan roti untuk menaikkan indeks glikemiknya

4. Istirahatkan

5) Mimisan/Epistaksis

o Definisi :

Perdarahan dari rongga hidung. Sebagian besar akan berhenti secara spontan atau dengan

tindakan sederhana seperti penekanan pada hidung

o Klasifikasi :

1. Epistaksis anterior: berasal dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Terjadi

terutama pada anak-anak. Epistaksisnya ringan dan mudah diatasi.

2. Epistaksis posterior: berasal dari arteri sfenopalatina atau arteri ethmoidalis posterior. Sering

pada usia lanjut akibat hipertensi atau arteriosklerosis. Epistaksisnya hebat dan jarang

berhenti spontan.

o Gejala :

1. Serangan perdarahan berulang dari hidung.

2. Gejala anemia pada kehilangan darah yang kronik.

o Tanda-tanda :

1. Terlihat darah dalam lubang hidung

Page 20: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

2. Darah terasa menetes ke dalam faring

3. Tekanan darah mungkin tinggi

o Penatalaksanaan :

- Prinsip :

1. Hentikan perdarahan

2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah agar tidak berulang dengan mencari penyebabnya

- Selama perdarahan aktif: hentikan perdarahan dan hilangkan faktor penyebabnya bila

mungkin.

- Cara menghentikan perdarahan:

1. Bersihkan lubang hidung/sisa darah dengan baik

2. Jepit lubang hidung selama 10 menit dan lakukan kompres dingin

3. Dudukkan korban dengan kepala ke depan, istirahat bersandar di tempat tidur dan

kepala ditinggikan

4. Longgarkan pakaian di leher dan dada

5. Korban disuruh bernafas dari mulut

6. Jika setelah 30 menit masih berdarah cari pertolongan dokter

6) Henti Jantung

o Overview :

Henti jantung menandakan terhentinya sirkulasi yang efektif secara tiba-tiba. Bila terjadi henti

jantung, maka akan timbul iskemia otak yang dapat berakibat kematian pada kebanyakan orang.

Waktu yang diperlukan untuk memulihkan sirkulasi darah ke otak hanya 3 menit. Jika sirkulasi

ke otak kembali lancar, penderita akan kembali normal. Jika tidak maka akan terjadi kerusakan

otak yang ireversible.

o Etiologi :

1. Infark miokard, hipoksia, hiperkapnea

2. Adrenalin, zat anestesia

3. Hipotermia, perdarahan dan syok

4. Emboli, gangguan elektrolit dan asam basa

5. Ketakutan, tersengat listrik

o Tanda-tanda :

Page 21: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

1. Penderita biasanya tidak sadar, atau hilang kesadaran secara tiba-tiba

2. Tampak pucat dan sianosis pada kulit

3. Tidak teraba denyut nadi karotis atau femoralis

4. Nafas dangkal atau tidak ada

5. Pupil dilatasi dan tidak ada reaksi

o Terapi :

Tujuan: memulihkan suplai darah yang mengandung oksigen ke otak dan otot jantung.

Terapi yang diberikan:

1. Satu pukulan keras dengan kepalan tangan diarahkan ke bagian jantung. Hal ini akan

menghentakkan denyutan jantung. Tungkai dinaikkan. Jika dalam tempo 15 detik tidak

teraba kembali denyutan radialis/femoralis, maka resusitasi jantung paru dimulai

2. Setelah kompresi jantung, denyut nadi karotis harus teraba kembali, harus berkisar 60

kali/menit

3. Berikan pernafasan buatan, jika tidak teraba denyutan pasang endotracheal tube dan beri

oksigen. Juga berikan infus Na.Bikarbonat 4,2%.

4. Tindakan RJP harus terus dilakukan selama korban belum bernafas dan denyut nadi belum

teraba. Paling sedikit 30 menit.

7) Maag/dyspepsia

o Definisi

o Dispepsia mengacu pada nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas; meliputi nyeri

epigastrium, perasaan cepat kenyang (tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang

normal), rasa penuh setelah makan.

o Etiologi :

1. Hiperasiditas lambung

2. Makanan yang mengiritasi lambung

3. Stress

o Gejala dan Tanda :

1. Rasa sakit didaerah epigastrium

2. Diikuti perasaan mual dan muntah

o Penatalaksanaan/Terapi:

Page 22: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

o Pengelolaan diet dengan makan sedikit dan sering, makanan harus lembek, mudah

dicerna, dan tidak merangsang lambung.

o Hindari memakan makanan pedas, masam, dan yang mengandung alkohol.

1. Pengelolaan medikamentosa : Antasida, antikolinergik, obat prokinetik, golongan

sitoprotektif, H2-antagonis.

2. Tindakan lebih ke preventif dengan menganjurkan untuk tidak telat makan.

3. Istirahatkan korban

8) Memar

o Etiologi :

Terjadi akibat perdarahan interstitial dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma

tumpul. Memar yang ringan dan tidak berat, tetapi jika terjadi keretakan tulang didaerah

tersebut harus diperiksa. Warna kebiruan disebabkan karena darah masuk kejaringan sekitarnya

o Penatalaksanaan :

1. Prosedur RICE

a. Rest (istirahatkan) bagian yang sakit

b. Ice (es) berikan kompres dingin

c. Compress (tekan) bagian yang sakit

d. Elevate (tinggikan)bagian yang sakit

2. Hari berikutnya gunakan kompres panas dalam kantung selama 3-5 menit. Setelah itu

kompres dengan air dingin 1-2 menit

3. Lakukan 4-5 kali sehari sampai bengkak menghilang

9) Migraine

o Etiologi :

Sering mendadak tanpa sebab-sebab yang jelas

o Tanda umum :

1. Kepala sakit berdenyut-denyut bisa sebelah atau seluruhnya

2. Rasa sakit dapat menjalar ke mata

3. Sering diikuti rasa mengantuk

o Penatalaksanaan :

Page 23: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

1. Bawa keruang gelap dan istirahatkan

2. Baringkan ditempat tsb min 10 mnt

3. Sebelumnya, gunakan obat penghilang rasa sakit untuk kurangi nyeri

10) Dehidrasi

o Definisi :

Tubuh kekurangan cairan untuk fungsi pada tingkat yang optimal.

o Etiologi :

Bisa karena diare, muntah, demam atau keringat berlebih. Pada saat kegiatan fisik yang berat

dan panas biasanya sering terjadi kasus ini

o Gejala umum :

1. Mukosa mulut yang kering

2. Mata terlihat sayu dan cekung

3. Kulit hilang elastisitasnya

4. Berkurangnya air mata

5. Nafas yang dalam dan cepat

6. Pada dehidrasi yang berat biasanya korban tidak sadar.

o Klasifikasi :

1. Tanpa dehidrasi : kehilangan 3-5% BB. Gejala : sadar, nadi-nafas normal, turgor kulit normal,

tangan kaki hangat, masih ada rasa haus, urine normal/turun, mukosa mulut agak kering.

2. Dehidrasi sedang : Kehilangan 6-10% BB. Gejala : apatis, nadi-nafas agak cepat, turgor kulit

sedikit menurun, rasa haus yang sangat, oliguria, mukosa mulut kering.

3. Dehidrasi berat : kehilangan >9-15% BB. Gejala : tidak sadar, takikardi, bradipnea,turgor kulit

sangat turun, tangan kaki dingin kebiruan, mukosa mulut sangat kering, tidak ada rasa haus,

anuria

o Penatalaksanaan :

1. Pada dehidrasi ringan berikan cairan yang cukup dan sesering mungkin

2. Infus cairan melalui suntikan vena dibutuhkan pada keadaan dehidrasi berat

3. Segera kirim ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat

4. Lakukan pencegahan dengan menyediakan air minum sebanyak mungkin sebelumnya

Page 24: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

11) Fraktura

o Definisi :

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan

rudapaksa

o Etiologi :

1. Trauma/benturan

2. Tekanan yang terus dan lama

3. Keadaan tidak normal pada tulang dan usia tua

o Klasifikasi :

1. Fraktura tertutup: jika tulang yang patah tidak menembus kulit ke luar

2. Fraktura terbuka: jika tulang menembus kulit, dapat terjadi infeksi

o Pemeriksaan :

1. Lihat apakah terdapat bengkak/memar (look)

2. Apakah tulang dapat terlihat dari luar

3. Apakah terdapat nyeri tekan pada daerah cedera (feel)

4. Terdengar suara krepitasi (retak) bila fraktur digerakkan (listen)

5. Nyeri bila digerakkan

o Penatalaksanaan tangani dengan hati-hati dan segera cari pertolongan medis

1. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka

2. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka

3. Cegah komplikasi seperti infeksi, disfungsi neovaskuler

4. Kembalikan tulang pada posisi normal

5. Lakukan pembidaian/pembalutan

6. Bila terjadi syok atasi dan observasi lebih lanjut

12) Terkilir

o Definisi :

Cedera pada ligamen pada atau dekat sendi dan sering disebabkan gerakan memutar sendi yang

merobek jaringan sekitar. Paling sering dipergelangan kaki.

o Gejala dan tanda :

1. Rasa sakit yang cukup kuat, gerak yang terbatas

Page 25: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

2. Bengkak

3. Memar

o Penatalaksanaan :

1. Pastikan ada tidaknya patah tulang

2. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatunya

3. Balut pergelangan kakinya

4. Istirahatkan kakinya selama 24 jam dilunjurkan ke depan

5. Cari pertolongan medis

13) Heat cramps

o Overview :

Kontraksi otot yang memendek dapat terjadi akibat keletihan, kurangnya aliran darah ke otot

atau karena dingin (berenang) dan panas (heat cramps)

o Etiologi :

Disebabkan oleh hilangnya sejumlah besar NaCl tubuh melalui keringat akibat kerja otot yang

berat , terutama dilingkungan bersuhu tinggi.

o Gejala dan tanda :

1. Kejang otot:

- sifatnya mendadak,sagat nyeri dan paroksismal

- terutama mengenai otot fleksor anggota gerak, dapat juga menyerang otot perut

2. Kulit pucat dan basah

3. Kesadaran tetap baik

4. Suhu dan tensi masih normal

o Penatalaksanaan :

- Penderita dibaringkan terlentang ditempat sejuk

- Pelan-pelan luruskan kakinya

- Pijat otot yang terkena/ tekan ootot yang kejang dengan kuat

- Beri air garam/oralit secukupnya sampai gejala hilang

- Jangan diberi kompres panas

Page 26: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

14) Asma

o Definisi :

Keadaan penyempitan saluran nafas karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu. Harus

dengan pengobatan atau dapat sembuh spontan. Biasa timbul pada malam atau pagi hari

o Tanda :

1. Sesak nafas

2. Suara wheezing (mengi/bengek) yang berulang

3. Rasa dada tertekan

4. Batuk

5. Gelisah

6. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: retraksi otot-otot tambahan, fase ekspirasi yang

memanjang, pulsus paradoksus

o Faktor-faktor pencetus :

1. Alergen

2. Polutan udara

3. Infeksi saluran nafas

4. Perubahan cuaca

5. Stress

6. Makanan, obat-obatan

o Penatalaksanaan :

1. Tenangkan pasien dan jangan dibaringkan atau disuruh menunduk

2. Korban duduk bersandar ke depan dan coba untuk tengadahkan kepalanya dengan mulut

dibuka.

3. Berikan inhaler (bronkodilator). Perhatikan cara pemberiannya

4. Pada serangan asma berat perlu diberikan tambahan oksigen

5. Bila perlu berikan obat-obat tambahan seperti gliseril guaikolat (ekspektoran)

6. Istirahatkan korban dan beri dukungan moril

Page 27: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

15) Alergi

o Definisi :

Keadaan di mana terjadi reaksi hipersensitivitas di dalam tubuh. Gejala yang umum biasa

dijumpai terjadinya urtikaria

o Etiologi :

1. Dingin

2. Makanan: udang, telur, sea food

3. Obat-obatan: aspirin, ciprofloksasin, tetrasiklin

o Penatalaksanaan :

1. Hindari pencetusnya

2. Berikan obat antihistamin seperti : Kloferinam maleat

3. Pada alergi obat hentikan segera pemakaian obat tersebut dan ganti dengan obat lain

4. Istirahatkan

16) Gastroespohageal reflux disease (GERD)

o Definisi: Gastroesofageal Refluks Disorder (GERD) merupakan salah satu gangguan

gastrointestinal yang paling sering. Lebih dari 15% individu dengan gejala heartburn dan atau

regurgitasi tidak kurang sekali dalam seminggu dan 7% gejalanya setiap hari.

o Manifestasi klinis:

o Rasa panas dan pedih pada dada tengah

o Regurgitasi dan dysphagia

o Keluhan nyeri terbakar dan nyeri dada di bagian tengah

o Rasa mual ingin muntah dengan mulut masam (regurgitasi)

o Diagnosis:

o Pendekatan GERD dapat dibagi menjadi 3 kategori:

Menentukan kerusakan mukosa

Menentukan jumlah reflux

Mengerti patofisiologinya

o Terapi: tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala, menyembuhkan esophagitis erosif dan

mencegah komplikasi. Mengurangi asam lambung dapat diberikan:

o Antasida, H2 antagonist, PPI

o Obat yang meniingkatkan daya tahan mukosa lambung: sukralfat, carbenoxolon

Page 28: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

o Meningkatkan pengosongan lambung/obat prokinetik: domperidon, metoklopramid,

cisapride

17) Rhinitis Alergi dan sinusitis

o Definisi: Alergi hidung adalah keadaan atopi yang paling sering dijumpai. Penderita rhinitis

alergi akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan (rhinorrhea),

dan bersin yang terjadi berulang dan cepat.

Pruritus pada mukosa hidung, tenggorokan, dan telinga sering terganggu dan disertai oleh kemerahan

konjunctiva, pruritus mata, dan lakrimasi. Membran mukosa yang terserang menunjukkan dilatasi

pembuluh darah (venula).

Rhinitis adalah inflamasi dari nasal membran yang gejalanya dikarakteristikan dengan kombinasi antara

bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal hidung, dan rhinorrhea. Rhinitis ini paling banyak disebabkan

oleh rhinitis alergi yang jumlahnya mencapai 20% dari total populasi

o Diagnosis:

tanda dan gejala:

1. Bersin, gatal hidung, mata, telinga atau palatum

2. Rhinorrhea, hidung tersumbat, anosmia

3. Sakit kepala, mata merah, mata bengkak, lemah, malaise

Pemeriksaan wajah umum:

a. ”Allergic shiner” : Lingkaran hitam disekitar mata yang berhubungan dengan

vasodilatasi/hidung tersumbat

b. ”Nasal crease” : Garis horizontal sekitar ½ bawah bagian hidung yang disebabkan karena

gosokan secara berulang pada hidung oleh telapak tangan {“Allergic salute”)

c. ”Dennie-Morgan lines” : Lipatan di bawah mata

- Pemeriksaan hidung

a. Mukosa hidung bengkak, pucat, berwarna biru keabu-abuan

b. Mukus bewarna jernih seringkali merupakan manifestasi dari rhinitis alergi, namun bila

ditemukan mukus yang tebal dan purulent biasanya dihubungkan dengan sinusitis.

c. Pada rhinitis kronik mungkin ditemukan deviasi dari septum

- Pemeriksaan mata, telinga, dan orofaring

Page 29: Modul medis utk FMIPA.pdf

TIM MEDIS ASY-SYIFAA’

a. Periksa ada/tidak otitis media sekunder. Otitis media sekunder biasanya menjadi komplikasi

dari rhinitis alergi

b. Pada pemeriksaan mata biasanya ditemukan pembengkakan pada konjungtiva palpebra

dengan produksi air mata yang berlebihan.

- Pemeriksaan paru-paru : Lihat ada/tidaknya gejala asma

- Kulit : Lihat ada/tidaknya gejala dermatitis atopik

o Terapi:

o Oral antihistamin H1 dengan efek sedasi minimal: loratadine. Anti histamin golongan

pertama CTM. Anti histamin golongan kedua cetirizine

Referensi

Goodman and Gillman; The Pharmacological Basis Harison;

The Principles of Internal Medicine Edisi 16, EGC, 2011

Hadi, S ; Gastroenterologi, Ed. 7, Cetakan 2, PT.Alumni, Bandung, 2007

Haist, SA et all ; Lange Internal Medicine on Call, Ed. 4, McGraw-Hill Comp, USA,2008

Isselbacher KJ et al ; Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 5, Ed.13, EGC, Jakarta, 2008

Mansjoer, A dkk ; Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta,2005

MIMS

Prasetya, E dkk ; Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik, Cetakan pertama, Concept Publisher,

Bandung, 2008

www.wanadri.or.id , Teknik Survival, access June 2007.