modul medis utk fmipa.pdf
DESCRIPTION
kopjTRANSCRIPT
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
Obat
Kategori obat
1. Kategori A : Penelitian yang memadai dan terkendali dengan baik telah terbukti tidak bisa
(gagal) menunjukkan risiko ke janin pada trimester pertama kehamilan (dan tidak ada bukti
risiko pada trimester berikutnya).
2. Kategori B : penelitian terhadap hewan yang tidak menunjukan resiko pada janin tapi tidak
terdapat pula penilitian terhadap wanita hamil dan hewan yang menunjukan efek buruk ( kecuali
bisa menurunkan kesuburan ) yang tidak di konfrimasi pada penelitian tri semester awal ( tidak
memnunjukan efek samping pada tri semester berikutnya)
3. Kategori C : penelitian pada hewan yang telah menunjukan efek buruk pada janin (teratogenic
atau embryocidal atau yang lainnya) dan tidak ada penelitian pada wanita. obat seharusnya
diberikan hanya jika punya potensial lebih menguntungkan dari pada rugi.
4. Kategori D : positif membuat teratogenic pada manusia khususnya untuk wanita hamil
berdasarkan penelitian pada manusia
5. Kategori X : tidak boleh digunakan pada wanita hamil karena bisa menyebabkan teratogenic
1) Analgesik-Antipiretik
1. Paracetamol
MOA Bekerja langsung pada pengatur panas pusat di hipotalamus, dengan meningkatkan
pelepasan panas dari tubuh dengan vasodilasi dan pengeluaran keringat.
Indikasi Relief of symptoms of flu: Fever, headache, nasal congestion, sneezing associated
w/ cough.
kontraindikasi Sensitivity to other sympathomimetic drugs eg ephedrine, pseudoephedrine,
phenylephrine. Severe HTN. Receiving MAOIs. Cardiac disease, DM. Severe liver
dysfunction.
Efek samping Drowsiness, GI disturbances, psychomotor disorders, tachycardia, arrhythmia, dry
mouth, palpitation, urinary retention. Liver damage (large dose, long-term usage)
Dosis 325-650 mg PO/PR q4-6h or 1000 mg tid/qid; max 4 g/d; Paed.: 15 mg/kg PO/PR q4h
prn; max 2.6 g/d
Pregnancy category B
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
2) Antiinflamasi
1. Ibuprofen
2. Dexamethasone
MOA menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi PMN dan menurunkan permeabilitas
Indikasi Allergic states, collagen diseases, rheumatic disorders, leukemias, shock therapy,
respiratory diseases, haematologic disorders, oedematous states.
Efek samping penipisan kulit, glaucoma, penambahan berat badan, menstruasi ireguler, supresi
adrenal, osteoporosis
kontraindikasi Hipersenstif, infeksi aktif bakteri dan jamur, Peptic ulcer, osteoporosis. Acute
infection, live vaccines. Lactation.
Dosis Dewasa: Dosis awal bervariasi: 0,75 –9 mg sehari tergantung pada berat ringannya
penyakit. Pada penyakit yang ringan: dosis dibawah 0,75 mg sehari. Pada penyakit
yang berat: dosis diatas 9 mg sehari. Dosis anak-anak: 1 tahun: 0,1 –0,25 mg; 1 –5
tahun: 0,25 –1 mg; 6 –12 tahun: 0,25 –2 mg
Pregnancy category C
3. Hidrokortison
Class corticosteroid
Kelas: NSAID; Analgesik & anti inflamasi yang tidak terlalu kuat paling aman
Indikasi Mild to moderate pain eg primary dysmenorrhoea, toothache or post-extraction
dental pain, post-op pain, headache; mild to moderate pain symptom inrheumatic
disease, muscle pain & sprain; fever reduction.
Kontraindikasi wanita hamil dan menyusui, penderita peptic ulcer, peminum antikoagulan
Efek samping Nausea, vomiting, diarrhea, constipation, abdominal pain or transient burning on the
upper stomach, skin rashes, bronchospasm, thrombocytopenia, lymphopenia, blurred
or diminished vision.
Dosis 4 x 1 @400 mg setelah makan
Interaksi menurunkan efek diuresis furosemide dan thiazid, menurunkan efek antihipertensi
captopril.
Pregnancy category D
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
MoA Menekan pembentukan dan pelepasan mediator inflamasi seperti Pg, kinin, histamin
dan sistem komplemen tubuh.
Indikasi treatment utama primary dan secondary adrenal cortex insufficiency, rheumatic
disorder, collagen disease, dermatologic disease, allergic, inflammatory opthalmic
processes, respiratory disease, GI disease.
kontraindikasi infeksi jamur sistemik & amoebiasis
Efek samping kejang, osteoporosis, hirsuitism, penipisankulit, penambahan berat badan, jerawat,
ireguler siklus menstruasi, supresi adrenal, luka pada lambung dan usus, glaucoma
Pregnancy category C
4. Piroxicam
Kelas NSAID
Indikasi Relieves the signs & symptoms of OA & RA; acute exacerbation of OA & RA. Long-
term treatment of OA & RA.
KI Hypersensitivity; peptic ulcer; aspirin- or other NSAIDs-induced asthma, rhinitis,
angioedema, urticaria, or nasal polyp.
ES Peptic ulcer dan bleeding
Dosis 1x1 @10-20 mg ( kadar: 7-10 hari) setelah makan
5. Allopurinol
MOA menurunkan produksi uric acid (menghambat xanthine oxidase)
Indikasi hiperuricemia
KI hipersensitifitas
ES mual, muntah diare, peripheral neuritis, katarak, alergi kulit, visual disturbance,
sakit kepala
Interaksi alkohol dapat menurunkan efek; jika digunakan bersamaan dengan ampicillin
dan amoxicillin ↑skin rash
Dosis Initial: 100 mg/d PO; titrate monthly according to serum uric acid level;
Maintenance: 300-400 mg/d PO 1x1
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
6. Diclofenac Sodium
MOA Menginhibisi sintesis prostaglandin
Indikasi inflamasi; Acute & chronic treatment of signs & symptoms of RA, osteoarthritis &
ankylosing spondylitis. Management of pain & primary dysmenorrhoea, when
prompt pain relief is desired.
KI Hipersensitif; peptic ulcer disease; recent GI bleeding or perforation; renal
insufficiency; high risk of bleeding
ES Abdominal pain/cramp, headache, fluid retention, diarrhea, nausea, constipation,
flatulence, abnormal liver function, indigestion, gastric ulcer, dizziness
Dosis OA 50 mg 2-3 times daily or 75 mg twice daily. RA 50 mg 3-4 times daily or 75 mg
twice daily. Ankylosing spondylitis 25 mg 4 times daily & 25 mg before bedtime
3) AntiBronkospasme
1. Salbutamol
Kelas: β2 agonist
Indikasi: Bronchial asthma, chronic bronchitis, emphysema.
KI : Patients with history of hypersensitivity to any of the component of salbutamol. Should not be
used during pregnancy (1st & 2nd trimester) as threatened abortion may occur.
ES: Fine tremor of skeletal muscle particularly hands, palpitations & muscle cramps.
Tablet /inhaler dihirup sambil menahan nafas saat inspirasi untuk meningkatkan deposisi
Dosis: Tab/Syr Adult & childn >12 yr 2-4 mg or 1-2 tsp. Childn 6-12 yr 2 mg or 1 tsp, 3-6 yr 1-2 mg
or ½-1 tsp. To be taken 3-4 times daily
4) Antitusif & Ekspektoran
1. Dekstrometrophan
Class: antitussive
MoA: meningaktkan ambang rangsang refleks batuk di CNS
Indikasi: batuk yang disebabkan infeksi virus di saluran pernafasan atas atau iritan yang dihirup
ES : depresi nafas pada dosis tinggi
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
Tidak berefek analgesik atau adiktif; tidak menyebabkan konstipasi, kantuk atau gangguan saluran
cerna
Dosis tablet 10-30 mg/ 15 mg/ 5ml 3-4 x sehari
2. Gliseril Guaiakolat (GG)
MoA: pengencer dahak
Indikasi: Productive, irritative, spasmodic & allergic coughs.
KI: HTN, hyperthyroidism, glaucoma, diabetes, heart disease & goiter; asthma. Hepatic & renal
impairment.
ES : kantuk, mual, muntah
Dosis: Adult 1-2 tsp 3-4 times a day. Childn ≥9 yr 1 tsp 3 times daily, 2-8 yr ½ tsp 3 times daily.
5) Nasal Decongestant
1. Pseudoephedrine
MoA: α1 receptor agonist vasodilatasi peningkatan aliran darah mucus membrane
decongestant
Indikasi: Relief of nasal congestion due to common colds.
KI: Patients sensitive to sympathomimetics & receiving MAOIs, severe HTN or w/ potentiality to
develop HTN or stroke.
ES : ischemic changes, nervousness, excitability, restless, insomnia
Dosis: Tablet Children >12 yr 1 tab, 6-12 yr ½ tab. Syrup Children 6-12 yr 1 tsp, 2-6 yr ½
tsp.Drops Childn 2-6 yr 0.8 mL. All doses to be taken 3 times daily.
6) Antihistamin
1. CTM
Indikasi: alergi, hay fever
•MoA: reseptorkompetitifterhadapImunoglobulin
•Dosis: 8-12 mg setiap4-6 jam
•ES : drowsiness, sedation, urinary retention, Diplopia, Polyuria
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
•KI : Hipersensitif; asthma attacks; narrow-angle glaucoma; symptomatic prostate hypertrophy; bladder
neck obstruction; pyloroduodenalobstruction
2. Cetirizine
Class: Antihistamine
Action Competitively antagonizes histamine at the H1 receptor site.
Indications Symptomatic relief of symptoms (nasal and nonnasal) associated with seasonal and
perennial allergic rhinitis; treatment of uncomplicated skin manifestations of chronic idiopathic
urticaria.
Contraindications Standard considerations.
Route/Dosage
ADULTS & CHILDREN ³ 6 YR: PO 5 or 10 mg daily.
Hepatic Impairment: PO 5 mg daily.
Renal Impairment CrU (31 ml/min or hemodialysis): PO 5 mg daily.
Adverse Reactions: Palpitations; tachycardia; hypertension; cardiac failure; syncope.
Pregnancy: Category B.
7) GIT
1. Antasid
MoA: menetralkan asam lambung (basa lemah + H = air + garam) pH meningkat
Indikasi: Reduce symptoms associated with gastric acid overload, gastric & duodenal
ulcer eg nausea, flatulence & bloating.
KI: Severe renal failure.
ES : Constipation, diarrhea, nausea, vomiting.
Interaksi: jangan diberikan bersama tetrasiklin, fluoroquinolone, daniron
Dosis: 1 tablet 1 jam sebelum makan atau 3 jam setelah makan
2. Cimetidine, Ranitidine, Famotidine
Class: H2 receptor agonist
Indikasi: peptic ulcer (khas: sakit lambung setelah makan, gastritis : sakit sebelum makan), Duodenal
ulcer Adult 1-2 tab 3-4 times daily. Min 4 wk. Zollinger-Ellison syndrome & gastric hyperacidity 1
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
tab 4 times daily. Max: 2,400 mg daily.Oesophagitis 2 tab 4 times daily for 4-8 wk. Inhibition of
gastric acid secretion in childn 20-40 mg/kg body wt/day in divided doses.
ES : Diarrhoea; dizziness, tiredness; rashes. Infrequent, gynaecomastia; reversible confusional states;
impotence (men).
Interaksi: menurunkan efek metoklorpramid
Dosis: tablet 200,300,400 mg 4x1 (bersama atau sesudah makan untuk memperpanjang efek)
3. Omeprazole
Class: GI
Action Suppresses gastric acid secretion by blocking “acid (proton) pump” within gastric parietal cell.
Indications Short-term treatment of active duodenal ulcer, gastroesophageal reflux disease (GERD),
including erosive esophagitis and symptomatic GERD
Contraindications Standard considerations
Route/Dosage
Pathologic Hypersecretory Conditions
Adults: PO Initial dose: 60 mg/day. Doses up to 120 mg tid have been given. Divide daily doses
more then 80 mg.
Gastric ulcer : Adults: PO 40 mg once daily for 4 to 8 wk.
GERD : Adults (without esophageal lesions): PO 20 mg/day for 4 wk. Adults (with erosive
esophagitis): PO 20 mg/day for 4 to 8 wk.
Adverse Reactions :Angina; tachycardia; bradycardia; palpitation.
Pregnancy: Category C. Lactation: Undetermined. Children: Safety and efficacy in children not
established.
4. Attapulgite (Diatab)
Class: anti-diarrhea
Indikasi: Symptomatic treatment of nonspecific diarrhea.
KI : diare diikuti demam / ada darah / mucus pada feces, Constipation.
Suplemen: oralit
Dosis: 1200 mg setiap BAB (max 7 hari)
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
8) Anemia
1. Ferrous Salt
Indikasi: Iron Deficiency Anemia
Dosis: 50-100 mg iron
ES : nausea, epigastricdiscomfort, konstipasi, diare, blackstool
9) Antiseptic
Povidone Iodine
Indikasi: antiseptic intact skin, desinfectant
MoA: bactericidal (1’), sporacidal(15’), basmifungal, mycobacteria, lipid containing virus
KI : hydrophilic virus
Aman, karena sedikit reaksi hipersensitivitas
Other : Rivanol, alkohol 70%
10) Lain-Lain
VitB12 megaloblastic anemia, neurologic syndrome
VitC sariawan, antioksidan
VitA
Daily vit
Ringer’s Lactate/Glucose pengganti cairan fisiologis tubuh
Thrombopop memar, hematom
Bioplacenton luka bakar
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penanganan darurat yang dilakukan
pada orang yang mengalami henti jantung dan henti napas. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan
cepat, tepat, dan efektif sebelum dirujuk ke rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.
Prinsip : Menjaga agar aliran darah tetap mengalir ke organ-organ vital seperti otak dan jantung dengan
cara memaksa darah korban yang mengalami henti sirkulasi untuk kembali bersirkulasi dengan
melakukan kompresi dada eksternal.
Tujuan :
1. Mempertahankan hidup
2. Memulihkan kesehatan
3. Mengurangi penderitaan
4. Limitasi kecacatan dan komplikasi
Pokok-pokok yang harus dilakukan seorang Tim Medis Asy Syifaa’ adalah :
1. Jangan panik
2. Perhatikan sekeliling korban dan mintalah bantuan orang lain
3. Perhatikan nafas korban (ada napas atau tidak, jika ada lihat napasnya normal atau abnormal)
4. Hentikan perdarahan
5. Perhatikan tanda-tanda shock
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
Tahapan resusitasi jantung paru:
1. Tahap awal
2. Survey primer
3. Survei sekunder
1. TAHAP AWAL
a. DANGER
Lihat apakah situasinya memungkinkan untuk menolong korban
Sadar dan periksa keadaan bahaya terhadap diri penolong, orang lain dan korban
Berteriaklah dan minta pertolongan orang lain
Tempatkan korban pada alas yang keras dan rata
Posisikan korban terlentang, baju dibuka, barang-barang yang mengikat badan segera
dikendorkan
Utamakan korban yang tidak sadar/pingsan. Kemudian yang memiliki gangguan nafas, dan
selanjutnya yang mengalami perdarahan
Hati-hati pada korban yang memiliki trauma leher (lihat apakah membiru kulit pada leher)
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
b. RECOGNITION & ACTIVATION
Recognition
o Guncang tubuh korban atau tepuk pipinya dan panggil korban untuk menilai kesadaran
korban
o Saat mengecek responsiveness, lihat juga pernapasan korban
o Bila pasien tidak responsif dan tidak bernapas atau bernapas secara abnormal (gasping),
maka pasien diasumsikan berada pada kondisi cardiac arrest
Activation
o Telepon ambulans dengan spesifikasi: lokasi, event, jumlah dan kondisi pasien, dan
pertolongan sementara yang dilakukan, dan pertolongan yang dibutuhkan (contoh:
defibrillator)
o Tahap ini lebih baik dilakukan oleh penolong kedua agar tahap primary survey lebih
cepat dilakukan
Catatan:
Kesalahan yang mungkin terjadi: penolong salah mengenali abnormal breathing sebagai
normal breathing
2. PRIMARY SURVEY: C-A-B
a. CIRCULATION
Apabila menemukan korban yang unresponsive tanpa napas atau pernapasan abnormal, cek
nadi karotis (di antara kartilago tiroid dan otot sternocleidomastoid) dengan dua jari
(telunjuk dan jari tengah) selama 6 detik
Bila tidak ada nadi, jangan menunggu lama. Segera lakukan kompresi dada
Langkah-langkah kompresi dada:
o Pastikan posisi korban terlentang pada permukaan keras dan rata
o Posisi penolong : Penolong berada disisi korban dengan lutut dibuka selebar bahu
o Tentukan titik kompresi, yaitu di sternum pada level 2 jari di atas xiphoid processus
atau di antara nipples pada laki-laki
o Letakkan heel telapak tangan pada titik kompresi, tumpukkan satu telapak tangan
di atas telapak tangan yang lainnya, dan interlock jari-jari kedua tangan
o Luruskan lengan (90 derajat dari permukaan bumi) dan gunakan berat tubuh
penolong untuk mengompresi
o Kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 2 inchi (5 cm) dan
kecepatan minimal 100 kali/menit. Pada bayi, kedalaman kompresi 1,5 inchi atau 1/3
diameter anteroposterior thorax
o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada (chest
wall recoil). Namun, jangan lepaskan tangan dari titik kompresi atau mengubah
posisi tangan pada saat melakukan kompresi karena jika tangan terlepas dari badan
korban, penolong harus mencari lagi titik kompresinya. Selang waktu yang
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan
kompresi
o Minimalisasi interupsi pada saat kompresi
Catatan:
Kesalahan yang mungkin terjadi:
o Identifikasi denyut nadi yang terlalu lama
Apabila penolong yang tidak terlatih sulit untuk mengidentifikasi denyut nadi,
maka step ini boleh dilewat. Hal ini dikarenakan sebagian besar korban dalam
keadaan unresponsive dan tidak bernapas atau bernapas secara abnormal berada
pada kondisi cardiac arrest. Alasan kedua adalah karena frekuensi injury yang
serius dari kompresi dada meskipun pada orang yang nonarrest sangat rendah.
o Penolong terlalu lelah sehingga kompresi menjadi dangkal dan lambat
o Kompresi terlalu cepat sehingga tidak ada waktu untuk chest wall recoil yang
sempurna
Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrathoracic sehingga
terjadi penurunan hemodinamik yang signifikan seperti penurunan perfusi
koroner, aliran darah myokard, dan perfusi cerebral
o Penolong bersandar pada korban sehingga chest wall recoil tidak sempurna
b. AIRWAY
Setelah 30 kali chest compression, lakukan pembukaan jalan napas dan cek apakah ada
napas maupun sumbatan pada jalan napasnya. Pembukaan jalan napas dapat dilakukan
dengan head tilt chin lift. Apabila terdapat trauma servikal, maka pembukaan jalan napas
dilakukan dengan jaw thrust
Head tilt chin lift Jaw thrust
Nilai pernapasan dengan look, listen, and feel
o Look: lihat pergerakan dada yang menunjukkan adanya pernapasan
o Listen and feel: dengar dan rasakan pergerakan udara di sekitar mulut dan hidung
pasien.
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
Apabila tidak terlihat tanda-tanda pernapasan, lihat jalan napasnya apakah ada sumbatan
atau tidak. Sumbatan dapat berupa benda asing maupun lidah pasien sendiri. Apabila
terlihat maupun diketahui ada sumbatan, segera keluarkan sumbatan itu dengan teknik :
o Cross finger (jangan lupa gunakan pelindung untuk jari) untuk sumbatan yang
terlihat
o Untuk sumbatan yang tidak terlihat, dapat dilakukan abdominal thrust. Pada bayi
dapat dilakukan backblow atau chest thrust
c. BREATHING
Setelah jalan napas terbuka, angkat dagu pesien sampai berada pada posisi sniffing
position.
Segera berikan bantuan napas 2 kali dengan 1 napas diberikan selama 1 detik,setiap 5-6
detik.
Untuk melihat apakah pemberian bantuan napas efektif dan cukup, saat memberikan
bantuan napas lihat juga pergerakan dada.
Untuk memastikan apakah bantuan pernapasan masuk ke paru-paru atau tidak, lihat dari
ekshalasi korban. Beri waktu korban untuk ekspirasi.
Pertolongan pernafasan dapat dilakukan dengan beberapa cara :
o Mulut ke mulut
Pertahankan posisi Airway. Pijat hidung korban sampai tertutup. Tarik nafas
dalam. Lingkupi mulut korban dengan bibir penolong
o Mulut ke hidung
Pertahankan posisi Airway. Tarik nafas dalam. Lingkupi hidung korban dengan
bibir dan hembuskan nafas kedalam hidung. Mulut penolong diangkat dan
biarkan korban bernafas secara pasif
o Mulut ke mulut dan hidung
Digunakan pada neonatus atau bayi. Mulut penolong dapat melingkupi mulut dan
hidung secara bersama
d. RE-EVALUATION
Lakukan RJP sebanyak 5 siklus. Satu siklus terdiri dari 30 kompresi dada dan 2 kali ventilasi
(breathing)
Setelah 5 siklus, nilai kondisi sirkulasi dan pernapasannya.
o Apabila masih tidak ada denyut, maka ulangi siklus
o Apabila terdapat denyut namun tidak ada pernapasan, lakukan bantuan
pernapasan dengan kecepatan 10-12 kali per menit. Lakukan selama 2 menit. (1-
seribu, 2-seribu, 3-seribu, 4-seribu)
Lanjutkan RJP sampai :
o Terlihat tanda kehidupan
o Tidak sadar, tidak ada pernapasan spontan, dilatasi pupil (15 – 30 menit)
o Bantuan yang lebih ahli datang
o Penolong kelelahan sampai tidak bisa lagi melakukan RJP
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
Catatan:
Kompresi dada adalah fondasi dari RJP. Oleh karena itu, kompresi dada menjadi tindakan
awal RJP untuk semua korban berapa pun umurnya. Penolong yang tidak terlatih boleh
hanya melakukan kompresi dada saja
Sebagian besar henti jantung pada dewasa disebabkan oleh penyakit jantung, karenanya
kompresi dada menjadi sangat penting. Sedangkan pada anak, henti jantung sebagian besar
disebabkan oleh asfiksia, sehingga membutuhkan kompresi dada dan ventilasi untuk hasil
yang lebih optimal. Pasien dewasa dengan kondisi asfiksia (contoh: tenggelam) juga
membutuhkan ventilasi untuk hasil yang lebih optimal
3. SECONDARY SURVEY
Hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari
survey primer . Secondary survey menilai tubuh korban dari kepala sampai ibu jari kaki. Survey
sekunder dilakukan pada saat nafas spontan dari korban sudah muncul. Biasanya diikuti dengan
posisi pemulihan.
Posisi pemulihan :
a. Korban non trauma, tak sadar , tapi sudah menunjukan napas spontan dan sirkulasi efektif
dapat dimiringkan ke salah satu sisi tubuhnya.
b. Tujuannya agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah atau muntahan dari lambung
c. Teknik ini prinsipnya membuat leher ekstensi sehingga kepala tidak fleksi ke depan dada
d. Pada posisi ini, lidah bergerak ke depan sehingga tidak menyumbat jalan napas dan saliva ,
mucus serta muntahan dapat keluar.
Setelahnya, tenaga medis terlatih dapat melakukan advanced life support dan post-cardiac
arrest care.
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
Referensi:
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
KASUS LAPANGAN
Ketika bertugas sebagai tim medis lapangan (banmed), kita harus mengerahui tujuan utama kita di
lapangan itu adalah memberikan pertolongan, pengobatan dan perawatan yang bersifat darurat dan
harus dilaksanakan dengan cepat tepat dan benar sebelum dirujuk ke rumah sakit atau sarana kesehatan
yang memadai. Pokok kewajiban seorang tim banmed, yaitu:
1. Jangan panik dalam menghadapai situasi darurat
2. Perhatikan sekeliling korban dan mintalah bantuan orang lain
3. Perhatikan nafas korban apakan bernafas spontan atau tidak
4. Hentikan pendarahan apabila ada
5. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
Berikut merupakan daftar kasus lapangan yang pernah ditemui selama bantuan medis:
1) Syncope/ Heat Collapse
o Definisi :
Keadaan penurunan kesadaran akibat aliran darah ke otak untuk sementara berkurang.
o Etiologi :
1. Aktivitas fisik yang berlangsung lama
2. Nyeri
3. Ketakutan
4. Lelah
5. Stress
6. Kurang makan
o Gejala dan tanda :
1. Gelisah, mungkin disertai penurunan kesadaran
2. Pupil melebar
3. Kulit pucat, dingin, lembab, dan banyak keringat
4. Suhu tubuh masih normal
5. Nadi normal, tekanan darah sedikit menurun
o Penatalaksanaan :
1. Lindungi korban dari bahaya dan cedera
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
2. Evakuasi korban ke tempat teduh dan nyaman. (Hati-hati pada cedera leher dan tulang
belakang)
3. Buka baju/ longgarkan pakaian atas dan ikat pinggangnya
4. Baringkan korban, kepala lebih rendah dan kaki ditinggikan serta ditopang
5. Buat korban agar mendapat lebih banyak angin segar
6. Berikan rangsangan dengan bau-bauan yang merangsang
7. Kompres kepalanya dengan air dingin.
8. Bila korban muntah, miringkan kepala korban agar muntahan tidak tersedak masuk ke paru-
paru
9. Setelah pulih tenangkan korban dan beri dukungan emosional.
2) Hypothermia
o Definisi:
Penurunan suhu tubuh akibat kontak lama dengan suhu lingkungan yang rendah, yang
menyebabkan penurunan kesadaran, kegagalan pernafasan dan/atau sirkulasi.
Lebih mudah terjadi pada bayi, orangtua, kelelahan, kelaparan, tubuh basah,angin dingin, dan
pada ketinggian. Dapat menimbulkan kematian.
o Gejala dan tanda :
1. Penurunan kesadaran
2. Suhu tubuh yang rendah kurang dari 35 C (dapat mencapai 27-29 C)
3. Pernafasan melambat
4. Denyut jantung melemah dan tidak teratur
o Penatalaksanaan :
1. Perhatikan tanda vital, bila perlu lakukan resusitasi
2. Pindahkan penderita ke tempat hangat dan kering
3. Naikkan suhu tubuh:
- Kompres lengan/ tungkai penderita dengan air hangat (45- 48 C) tak perlu seluruh
tubuh
- Bila mungkin berikan minuman hangat
- Jaga agar tubuh dan pakaian penderita tetap kering
- Bila perlu beri infus atau oksigen
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
3) Heat Stroke/ Hyperpirexia
o Definisi :
Suatu gangguan akibat latihan fisik dilingkungan cuaca yang sangat panas sehingga
menimbulkan gangguan hebat pada pengaturan suhu tubuh.
o Etiologi :
Temperatur tinggi, dehidrasi, olahraga yang berlebihan, penggunaan alkohol, kelainan
kardiovaskuler
o Gejala dan tanda umum :
1. Sakit kepala, pusing
2. Mual, muntah dan nyeri epigastrium
3. Badan terasa lemas
4. Pupil mula-mula mengecil, kemudian melebar
5. Tidak berkeringat dan nyeri disekitar jantung
6. Kulit kemerahan, panas dan kering
7. Denyut nadi cepat
8. Takikardi pernafasan cepat
9. Penurunan kesadaran
10. Kejang setempat/umum
o Penatalaksanaan :
1. Pindahkan ke tempat teduh dan kaki ditinggikan, gunakan kipas angin, pakaian
ditanggalkan
2. Turunkan suhu tubuh dengan segera:
- mengguyur penderita dengan air dingin
- masase kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi
3. Kompres dingin dileher korban dan kipas-kipas tubuh korban
4. Berikan penanganan dehidrasi jika terjadi tanda-tanda dehidrasi
4) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar normal glukosa di
dalam darah atau level plasma glukosa < 2,5-2,8 mmol/L (<45-50 mg/dL). Terdapat kerangka
kerja yang penting dalam membuat diagnosis hipoglikemia menurut trias Whipple’s :
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
1. Gejala-gejala hipoglikemia seperti pusing, lemas, gemetar, berkeringat, dsb
2. Konsentrasi glukosa plasma yang rendah, dan
3. Hilangnya gejala setelah level glukosa plasma meningkat (pemberian glukosa).
o Gejala :
1. Kelelahan
2. Gelisah, lemah
3. Cemas, mudah emosi
4. Gemetar, sakit kepala
5. Keringat dingin, denyut jantung cepat
6. Penglihatan kabur, bingung, pucat
7. Penurunan kesadaran dan dapat menyebabkan pingsan
o Penatalaksanaan :
1. Berikan minuman yang mengandung gula
2. Bila terjadi hipoglikemia berat injeksikan larutan glukosa atau hormon glukagon
3. Beri makanan roti untuk menaikkan indeks glikemiknya
4. Istirahatkan
5) Mimisan/Epistaksis
o Definisi :
Perdarahan dari rongga hidung. Sebagian besar akan berhenti secara spontan atau dengan
tindakan sederhana seperti penekanan pada hidung
o Klasifikasi :
1. Epistaksis anterior: berasal dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Terjadi
terutama pada anak-anak. Epistaksisnya ringan dan mudah diatasi.
2. Epistaksis posterior: berasal dari arteri sfenopalatina atau arteri ethmoidalis posterior. Sering
pada usia lanjut akibat hipertensi atau arteriosklerosis. Epistaksisnya hebat dan jarang
berhenti spontan.
o Gejala :
1. Serangan perdarahan berulang dari hidung.
2. Gejala anemia pada kehilangan darah yang kronik.
o Tanda-tanda :
1. Terlihat darah dalam lubang hidung
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
2. Darah terasa menetes ke dalam faring
3. Tekanan darah mungkin tinggi
o Penatalaksanaan :
- Prinsip :
1. Hentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah agar tidak berulang dengan mencari penyebabnya
- Selama perdarahan aktif: hentikan perdarahan dan hilangkan faktor penyebabnya bila
mungkin.
- Cara menghentikan perdarahan:
1. Bersihkan lubang hidung/sisa darah dengan baik
2. Jepit lubang hidung selama 10 menit dan lakukan kompres dingin
3. Dudukkan korban dengan kepala ke depan, istirahat bersandar di tempat tidur dan
kepala ditinggikan
4. Longgarkan pakaian di leher dan dada
5. Korban disuruh bernafas dari mulut
6. Jika setelah 30 menit masih berdarah cari pertolongan dokter
6) Henti Jantung
o Overview :
Henti jantung menandakan terhentinya sirkulasi yang efektif secara tiba-tiba. Bila terjadi henti
jantung, maka akan timbul iskemia otak yang dapat berakibat kematian pada kebanyakan orang.
Waktu yang diperlukan untuk memulihkan sirkulasi darah ke otak hanya 3 menit. Jika sirkulasi
ke otak kembali lancar, penderita akan kembali normal. Jika tidak maka akan terjadi kerusakan
otak yang ireversible.
o Etiologi :
1. Infark miokard, hipoksia, hiperkapnea
2. Adrenalin, zat anestesia
3. Hipotermia, perdarahan dan syok
4. Emboli, gangguan elektrolit dan asam basa
5. Ketakutan, tersengat listrik
o Tanda-tanda :
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
1. Penderita biasanya tidak sadar, atau hilang kesadaran secara tiba-tiba
2. Tampak pucat dan sianosis pada kulit
3. Tidak teraba denyut nadi karotis atau femoralis
4. Nafas dangkal atau tidak ada
5. Pupil dilatasi dan tidak ada reaksi
o Terapi :
Tujuan: memulihkan suplai darah yang mengandung oksigen ke otak dan otot jantung.
Terapi yang diberikan:
1. Satu pukulan keras dengan kepalan tangan diarahkan ke bagian jantung. Hal ini akan
menghentakkan denyutan jantung. Tungkai dinaikkan. Jika dalam tempo 15 detik tidak
teraba kembali denyutan radialis/femoralis, maka resusitasi jantung paru dimulai
2. Setelah kompresi jantung, denyut nadi karotis harus teraba kembali, harus berkisar 60
kali/menit
3. Berikan pernafasan buatan, jika tidak teraba denyutan pasang endotracheal tube dan beri
oksigen. Juga berikan infus Na.Bikarbonat 4,2%.
4. Tindakan RJP harus terus dilakukan selama korban belum bernafas dan denyut nadi belum
teraba. Paling sedikit 30 menit.
7) Maag/dyspepsia
o Definisi
o Dispepsia mengacu pada nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas; meliputi nyeri
epigastrium, perasaan cepat kenyang (tidak dapat menyelesaikan makanan dalam porsi yang
normal), rasa penuh setelah makan.
o Etiologi :
1. Hiperasiditas lambung
2. Makanan yang mengiritasi lambung
3. Stress
o Gejala dan Tanda :
1. Rasa sakit didaerah epigastrium
2. Diikuti perasaan mual dan muntah
o Penatalaksanaan/Terapi:
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
o Pengelolaan diet dengan makan sedikit dan sering, makanan harus lembek, mudah
dicerna, dan tidak merangsang lambung.
o Hindari memakan makanan pedas, masam, dan yang mengandung alkohol.
1. Pengelolaan medikamentosa : Antasida, antikolinergik, obat prokinetik, golongan
sitoprotektif, H2-antagonis.
2. Tindakan lebih ke preventif dengan menganjurkan untuk tidak telat makan.
3. Istirahatkan korban
8) Memar
o Etiologi :
Terjadi akibat perdarahan interstitial dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma
tumpul. Memar yang ringan dan tidak berat, tetapi jika terjadi keretakan tulang didaerah
tersebut harus diperiksa. Warna kebiruan disebabkan karena darah masuk kejaringan sekitarnya
o Penatalaksanaan :
1. Prosedur RICE
a. Rest (istirahatkan) bagian yang sakit
b. Ice (es) berikan kompres dingin
c. Compress (tekan) bagian yang sakit
d. Elevate (tinggikan)bagian yang sakit
2. Hari berikutnya gunakan kompres panas dalam kantung selama 3-5 menit. Setelah itu
kompres dengan air dingin 1-2 menit
3. Lakukan 4-5 kali sehari sampai bengkak menghilang
9) Migraine
o Etiologi :
Sering mendadak tanpa sebab-sebab yang jelas
o Tanda umum :
1. Kepala sakit berdenyut-denyut bisa sebelah atau seluruhnya
2. Rasa sakit dapat menjalar ke mata
3. Sering diikuti rasa mengantuk
o Penatalaksanaan :
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
1. Bawa keruang gelap dan istirahatkan
2. Baringkan ditempat tsb min 10 mnt
3. Sebelumnya, gunakan obat penghilang rasa sakit untuk kurangi nyeri
10) Dehidrasi
o Definisi :
Tubuh kekurangan cairan untuk fungsi pada tingkat yang optimal.
o Etiologi :
Bisa karena diare, muntah, demam atau keringat berlebih. Pada saat kegiatan fisik yang berat
dan panas biasanya sering terjadi kasus ini
o Gejala umum :
1. Mukosa mulut yang kering
2. Mata terlihat sayu dan cekung
3. Kulit hilang elastisitasnya
4. Berkurangnya air mata
5. Nafas yang dalam dan cepat
6. Pada dehidrasi yang berat biasanya korban tidak sadar.
o Klasifikasi :
1. Tanpa dehidrasi : kehilangan 3-5% BB. Gejala : sadar, nadi-nafas normal, turgor kulit normal,
tangan kaki hangat, masih ada rasa haus, urine normal/turun, mukosa mulut agak kering.
2. Dehidrasi sedang : Kehilangan 6-10% BB. Gejala : apatis, nadi-nafas agak cepat, turgor kulit
sedikit menurun, rasa haus yang sangat, oliguria, mukosa mulut kering.
3. Dehidrasi berat : kehilangan >9-15% BB. Gejala : tidak sadar, takikardi, bradipnea,turgor kulit
sangat turun, tangan kaki dingin kebiruan, mukosa mulut sangat kering, tidak ada rasa haus,
anuria
o Penatalaksanaan :
1. Pada dehidrasi ringan berikan cairan yang cukup dan sesering mungkin
2. Infus cairan melalui suntikan vena dibutuhkan pada keadaan dehidrasi berat
3. Segera kirim ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat
4. Lakukan pencegahan dengan menyediakan air minum sebanyak mungkin sebelumnya
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
11) Fraktura
o Definisi :
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
rudapaksa
o Etiologi :
1. Trauma/benturan
2. Tekanan yang terus dan lama
3. Keadaan tidak normal pada tulang dan usia tua
o Klasifikasi :
1. Fraktura tertutup: jika tulang yang patah tidak menembus kulit ke luar
2. Fraktura terbuka: jika tulang menembus kulit, dapat terjadi infeksi
o Pemeriksaan :
1. Lihat apakah terdapat bengkak/memar (look)
2. Apakah tulang dapat terlihat dari luar
3. Apakah terdapat nyeri tekan pada daerah cedera (feel)
4. Terdengar suara krepitasi (retak) bila fraktur digerakkan (listen)
5. Nyeri bila digerakkan
o Penatalaksanaan tangani dengan hati-hati dan segera cari pertolongan medis
1. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
2. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka
3. Cegah komplikasi seperti infeksi, disfungsi neovaskuler
4. Kembalikan tulang pada posisi normal
5. Lakukan pembidaian/pembalutan
6. Bila terjadi syok atasi dan observasi lebih lanjut
12) Terkilir
o Definisi :
Cedera pada ligamen pada atau dekat sendi dan sering disebabkan gerakan memutar sendi yang
merobek jaringan sekitar. Paling sering dipergelangan kaki.
o Gejala dan tanda :
1. Rasa sakit yang cukup kuat, gerak yang terbatas
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
2. Bengkak
3. Memar
o Penatalaksanaan :
1. Pastikan ada tidaknya patah tulang
2. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatunya
3. Balut pergelangan kakinya
4. Istirahatkan kakinya selama 24 jam dilunjurkan ke depan
5. Cari pertolongan medis
13) Heat cramps
o Overview :
Kontraksi otot yang memendek dapat terjadi akibat keletihan, kurangnya aliran darah ke otot
atau karena dingin (berenang) dan panas (heat cramps)
o Etiologi :
Disebabkan oleh hilangnya sejumlah besar NaCl tubuh melalui keringat akibat kerja otot yang
berat , terutama dilingkungan bersuhu tinggi.
o Gejala dan tanda :
1. Kejang otot:
- sifatnya mendadak,sagat nyeri dan paroksismal
- terutama mengenai otot fleksor anggota gerak, dapat juga menyerang otot perut
2. Kulit pucat dan basah
3. Kesadaran tetap baik
4. Suhu dan tensi masih normal
o Penatalaksanaan :
- Penderita dibaringkan terlentang ditempat sejuk
- Pelan-pelan luruskan kakinya
- Pijat otot yang terkena/ tekan ootot yang kejang dengan kuat
- Beri air garam/oralit secukupnya sampai gejala hilang
- Jangan diberi kompres panas
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
14) Asma
o Definisi :
Keadaan penyempitan saluran nafas karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu. Harus
dengan pengobatan atau dapat sembuh spontan. Biasa timbul pada malam atau pagi hari
o Tanda :
1. Sesak nafas
2. Suara wheezing (mengi/bengek) yang berulang
3. Rasa dada tertekan
4. Batuk
5. Gelisah
6. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: retraksi otot-otot tambahan, fase ekspirasi yang
memanjang, pulsus paradoksus
o Faktor-faktor pencetus :
1. Alergen
2. Polutan udara
3. Infeksi saluran nafas
4. Perubahan cuaca
5. Stress
6. Makanan, obat-obatan
o Penatalaksanaan :
1. Tenangkan pasien dan jangan dibaringkan atau disuruh menunduk
2. Korban duduk bersandar ke depan dan coba untuk tengadahkan kepalanya dengan mulut
dibuka.
3. Berikan inhaler (bronkodilator). Perhatikan cara pemberiannya
4. Pada serangan asma berat perlu diberikan tambahan oksigen
5. Bila perlu berikan obat-obat tambahan seperti gliseril guaikolat (ekspektoran)
6. Istirahatkan korban dan beri dukungan moril
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
15) Alergi
o Definisi :
Keadaan di mana terjadi reaksi hipersensitivitas di dalam tubuh. Gejala yang umum biasa
dijumpai terjadinya urtikaria
o Etiologi :
1. Dingin
2. Makanan: udang, telur, sea food
3. Obat-obatan: aspirin, ciprofloksasin, tetrasiklin
o Penatalaksanaan :
1. Hindari pencetusnya
2. Berikan obat antihistamin seperti : Kloferinam maleat
3. Pada alergi obat hentikan segera pemakaian obat tersebut dan ganti dengan obat lain
4. Istirahatkan
16) Gastroespohageal reflux disease (GERD)
o Definisi: Gastroesofageal Refluks Disorder (GERD) merupakan salah satu gangguan
gastrointestinal yang paling sering. Lebih dari 15% individu dengan gejala heartburn dan atau
regurgitasi tidak kurang sekali dalam seminggu dan 7% gejalanya setiap hari.
o Manifestasi klinis:
o Rasa panas dan pedih pada dada tengah
o Regurgitasi dan dysphagia
o Keluhan nyeri terbakar dan nyeri dada di bagian tengah
o Rasa mual ingin muntah dengan mulut masam (regurgitasi)
o Diagnosis:
o Pendekatan GERD dapat dibagi menjadi 3 kategori:
Menentukan kerusakan mukosa
Menentukan jumlah reflux
Mengerti patofisiologinya
o Terapi: tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala, menyembuhkan esophagitis erosif dan
mencegah komplikasi. Mengurangi asam lambung dapat diberikan:
o Antasida, H2 antagonist, PPI
o Obat yang meniingkatkan daya tahan mukosa lambung: sukralfat, carbenoxolon
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
o Meningkatkan pengosongan lambung/obat prokinetik: domperidon, metoklopramid,
cisapride
17) Rhinitis Alergi dan sinusitis
o Definisi: Alergi hidung adalah keadaan atopi yang paling sering dijumpai. Penderita rhinitis
alergi akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan (rhinorrhea),
dan bersin yang terjadi berulang dan cepat.
Pruritus pada mukosa hidung, tenggorokan, dan telinga sering terganggu dan disertai oleh kemerahan
konjunctiva, pruritus mata, dan lakrimasi. Membran mukosa yang terserang menunjukkan dilatasi
pembuluh darah (venula).
Rhinitis adalah inflamasi dari nasal membran yang gejalanya dikarakteristikan dengan kombinasi antara
bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal hidung, dan rhinorrhea. Rhinitis ini paling banyak disebabkan
oleh rhinitis alergi yang jumlahnya mencapai 20% dari total populasi
o Diagnosis:
tanda dan gejala:
1. Bersin, gatal hidung, mata, telinga atau palatum
2. Rhinorrhea, hidung tersumbat, anosmia
3. Sakit kepala, mata merah, mata bengkak, lemah, malaise
Pemeriksaan wajah umum:
a. ”Allergic shiner” : Lingkaran hitam disekitar mata yang berhubungan dengan
vasodilatasi/hidung tersumbat
b. ”Nasal crease” : Garis horizontal sekitar ½ bawah bagian hidung yang disebabkan karena
gosokan secara berulang pada hidung oleh telapak tangan {“Allergic salute”)
c. ”Dennie-Morgan lines” : Lipatan di bawah mata
- Pemeriksaan hidung
a. Mukosa hidung bengkak, pucat, berwarna biru keabu-abuan
b. Mukus bewarna jernih seringkali merupakan manifestasi dari rhinitis alergi, namun bila
ditemukan mukus yang tebal dan purulent biasanya dihubungkan dengan sinusitis.
c. Pada rhinitis kronik mungkin ditemukan deviasi dari septum
- Pemeriksaan mata, telinga, dan orofaring
TIM MEDIS ASY-SYIFAA’
a. Periksa ada/tidak otitis media sekunder. Otitis media sekunder biasanya menjadi komplikasi
dari rhinitis alergi
b. Pada pemeriksaan mata biasanya ditemukan pembengkakan pada konjungtiva palpebra
dengan produksi air mata yang berlebihan.
- Pemeriksaan paru-paru : Lihat ada/tidaknya gejala asma
- Kulit : Lihat ada/tidaknya gejala dermatitis atopik
o Terapi:
o Oral antihistamin H1 dengan efek sedasi minimal: loratadine. Anti histamin golongan
pertama CTM. Anti histamin golongan kedua cetirizine
Referensi
Goodman and Gillman; The Pharmacological Basis Harison;
The Principles of Internal Medicine Edisi 16, EGC, 2011
Hadi, S ; Gastroenterologi, Ed. 7, Cetakan 2, PT.Alumni, Bandung, 2007
Haist, SA et all ; Lange Internal Medicine on Call, Ed. 4, McGraw-Hill Comp, USA,2008
Isselbacher KJ et al ; Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 5, Ed.13, EGC, Jakarta, 2008
Mansjoer, A dkk ; Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta,2005
MIMS
Prasetya, E dkk ; Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik, Cetakan pertama, Concept Publisher,
Bandung, 2008
www.wanadri.or.id , Teknik Survival, access June 2007.