pancasila sebagai sistem filsafat akbid paramata kabupaten muna

21
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. Pengertian Filsafat Pancasila dan Ideologi Pancasila Selama manusia hidup sebenarnya tidak seorangpun terhindar dari kegiatan berfilsafat. Dengan lain perkataan bahwa setiap orang dalam kehidupannya senantiasa berfilsafat. Sehingga berdasarkan kenyataan tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat mudah dipahami. Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang essensial dan mutlak, maka orang itu berfilsafat materialisme. Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terting adalah kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahirlah maka paham ini disebut hedonisme, demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup masyarakat maupun negara yang terpenting adalah kebebasan individu atau dengan lain perkataan bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas maka orang tersebut berpandangan individualisme, liberalisme. Salah satu jalan untuk mencapai filsafat dan berpikir ilmiah dimulai dari penalaran secara etimologis. Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yaitu Philein yang artinya cinta, dan “Sophos” yang artinya hikmah atau kebijaksanaan. Cinta dalam arti yang luas sebagai keinginan sungguh-sungguh terhadap sesuatu sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai kebenaran sejati. Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Membahas pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul pula filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 14-Nov-2014

2.757 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat Pancasila dan Ideologi Pancasila

Selama manusia hidup sebenarnya tidak seorangpun terhindar dari kegiatan

berfilsafat. Dengan lain perkataan bahwa setiap orang dalam kehidupannya

senantiasa berfilsafat. Sehingga berdasarkan kenyataan tersebut maka

sebenarnya filsafat itu sangat mudah dipahami.

Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang essensial dan

mutlak, maka orang itu berfilsafat materialisme. Jikalau seseorang

berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terting adalah kenikmatan,

kesenangan dan kepuasan lahirlah maka paham ini disebut hedonisme,

demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup masyarakat

maupun negara yang terpenting adalah kebebasan individu atau dengan lain

perkataan bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas maka

orang tersebut berpandangan individualisme, liberalisme.

Salah satu jalan untuk mencapai filsafat dan berpikir ilmiah dimulai dari

penalaran secara etimologis.

Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yaitu Philein yang

artinya cinta, dan “Sophos” yang artinya hikmah atau kebijaksanaan. Cinta

dalam arti yang luas sebagai keinginan sungguh-sungguh terhadap sesuatu

sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai kebenaran sejati.

Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan

nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan yang

sebelumnya dibawah naungan filsafat.

Membahas pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya

maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam,

pengetahuan, etika, logika dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan maka muncul pula filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang

ilmu tertentu antara lain filsafat politik, sosial, hukum, bahasa, ilmu

pengetahuan, agama, dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Keseluruhan arti filsafat tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian :

a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran

dari para filsuf jaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau

sistem filsafat tertentu mis; rasionalisme, materialisme, pragmatisme dll.

b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai

hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang

timbul dari suatu persoalan yang bersumber pada akal manusia.

Page 2: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

2. Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam

bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu

permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang

sesuai dengan obyeknya.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :

1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis,

yang meliput bidang-bidang entologi, kosmologi, dan antropologi.

2. Epistemologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

3. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu

pengetahuan.

4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus

dan dalil-dalil berpikir yang benar.

5. Etika yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

6. Estetika, yang berkaitan dengan hakikat keindahan.

Menurut Notonagoro ( 1975), pengertian filsafat Pancasila mempunyai sifat

mewujudkan ilmu filsafat, yaitu ilmu yang memandang Pancasila dari sudut

hakikat. Pengertian hakikat adalah unsur-unsur yang tetap dan tidak berubah

pada suatu obyek. Sifat tidak berubah akan terlepas dari perubahan keadaan ,

tempat , dan waktu yang disebut hakikat abstrak. Pengertian hakikat abstrak

dimungkinkan bahkan diharuskan pada rumusan sila-sila Pancasila.

Rumusan sila-sila itu terdiri dari kata-kata pokok dan kata-kata sifat. Kata-kata

pokok terdiri atas kata-kata dasar yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.

Empat sila dibubuhi awalan –akhiran ke-an dan satu per- an. Kedua macam

awalan akhiran itu menurut tata bahasa menjadikan absatrak dari kata dasarnya.

Pengertian yang demikian disebut pengertian yang yang Abstrak Umum

Universal . Isinya sedikit tetapi luasnya tidak terbatas, artinya meliputi segala hal

dan keadaan yang terdapat pada bangsa dan negara Indonesia dalam jangka

waktu yang tidak terbatas.

Secara etimologis, kata Ideologi juga berasal dari bahasa Yunani “ Idea” yang

berarti gagasan, atau cita-cita dan “logos” yang berarti ilmu sebagai hasil

pemikiran. Jadi secara sederhana pemahaman ideologi adalah suatu gagasan

atau cita-cita yang berdasarkan hasil pemikiran.

Pancasila sebagai ideologi diartikan sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita

dan keyakinan bangsa Indonesia mengenai sejarah, masyarakat, hukum dan

negara Indonesia sebagai hasil kristalisasi nilai-nilai yang sudah ada dibumi

Indonesia bersumber pada adat istiadat, budaya, agama, dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 3: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

Pancasila sebagai Ideologi digali dan ditemukan dari kekayaan rohani, moral, dan

budaya masyarakat Indonesia, serta bersumber dari pandangan hidup bangsa.

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suatu kesatuan bagian-bagian.

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan

Sistem).

e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila. Setiap sila

pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun

secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

Secara filosofi pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar

ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda

dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme,

komunisme, idealisme, dan lain faham filsafat didunia.

1. Dasar antropologis Sila-Sila Pancasila

Ontologis adalah cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat segala

sesuatu yang ada atau untuk menjawab pertanyaan “apakah kenyataan

itu”

Pancasila sebagai suatu kesatuan system filsafat tidak hanya kesatuan

menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari

sila-sila pancasila atau secara filosofi meliputi dasar ontologis sila-sila

pancasila. pancasila yang terdiri dari lima sila, setiap sila bukanlah

merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki suatu

kesatuan dasar antologis.

Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki

hakikat mutlak Monopluralis. Oleh karena itu hakikat dasar ini juga

disebut sebagai dasar antropologis.

Subyek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia, hal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang berketuhanan yang maha esa,

yang berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berpersatuan, yang

berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Page 4: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada

hakikatnya adalah manusia.

Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara bahwa

Pancasila adalah dasar filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara

adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri. Sehingga

tepatlah jikalau dalam filsafat pancasila bahwa hakikat dasar antropologis

sila-sila pancasila adalah manusia.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologis

memiliki hal-hal yang mutlak terdiri atas susunan kodrat raga dan jiwa

jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai mahluk individu

dan mahluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai mahluk

pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan yang maha esa.

Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai mahluk pribadi berdiri

sendiri dan sebagai mahluk tuhan inilah maka secara hirarkis sila pertama

Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila

pancasila yang lainnya ( Kaelan, 2003).

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki lima

susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan yang

mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak yaitu berupa sifat kodrat

monodualis. Sebagai konsekuensinya, nilai-nilai Pancasila yang

merupakan satu kesatuan yang utuh dengan sifat dasar mutlaknya berupa

sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut menjadi dasar dan jiwa

bagi bangsa Indonesia.

2. Dasar Epistemologi Sila-sila Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji tentang apakah

kebenaran atau apakah hakikat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu kajian

epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagi upaya untuk mencari

hakikat Pancasila sebagi sistem ilmu pengetahuan.

Dasar epistemologi Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan

dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber

pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat pancasila.

Oleh karena itu dasar epistemologi pancasila tidak dapat dipisahkan

dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia

merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan demikian

mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan

epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.

Page 5: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

Persoalan epistemologi dalam hubunganya dengan pancasila dapat

dirinci sebagai berikut: pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada

hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan

pengetahuan pancasila.

Tentang sumber pengetahuan pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada

bangsa Indonesia sendiri bukan berasal dari bangsa lain, bukanya hanya

merupakan perenungan serta pemikiran seseorang atau beberapa orang

saja namun dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam

mendirikan Negara. Dengan lain perkataan bahwa bangsa Indonesia

sebagai kuasa materialis pancasila.

Oleh karena sumber pengetahuan pancasila adalah kebudayaan dan nilai

religius maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila

pancasila dengan pancasila itu sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan

yang memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.

Tentang susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka

pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti

susunan sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila

Susunan kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hirarkis dalam

bentuk piramidal, dimana sila pertama pancasila mendasari dan menjiwai

keempat sila lainnya serta sila kedua di dasari sila pertama serta

mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga di

dasari dan dijiwai oleh sila pertama dan kedua serta mendasari dan

menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai oleh

sila pertama, sila kedua, sila ketiga, dan mendasari dan menjiwai sila

kelima, adapun sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga,

dan keempat. Demikianlah maka susunan sila-sila pancasila memiliki

sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang nilai praktis

atau manfaat ilmu pengetahuan. Jadi kajian aksiologi tentang Pancasila

pada hakikatnya mengkaji tentang nilai praktis atau manfaat suatu

pengetahuan tentang Pancasila.

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki suatu kesatuan dasar

aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada

hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung

pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan

Page 6: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

tentang pengertian nilai dan hirarkinya. Mis; kalangan materialis

memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah material, kalangan

hedonis berpandang bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan.

Nilai dapat dikelompokkan dalam dua sudut pandang hyaitu :

a) Sifat subyektif yaitu sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan

subyek pemberi nilai yaitu manusia.

b) Obyektivitisme bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang pada

dirinya sendiri memang bernilai.

Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan

nilai dan penggolongan tersebut amat beraneka ragam tergantung pada

sudut pandangnya masing-masing, misalnya :

- Max Scheler, mengatakan bahwa nilai yang ada tidak sama luhurnya

dan tidak sama tingginya. Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang

lebih tinggi, ada yang lebih rendah bila mana disbanding-bandingkan

satu dengan yang lainnya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat

digolongkan menjadi empat tingkatan yaitu:

a. Nilai-nilai kenikmatan yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan indra

manusia sesuatu yang mengenakkan dan tidak mengenakkan

dalam kaitannya dengan indra manusia yang menyebabkan

manusia senang atau menderita atau tidak enak.

b. Nilai-nilai kehidupan yaitu dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai

yang paling penting bagi kehidupan manusia misalnya kesegaran

jasmani, kesehatan serta kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan, dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan

yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani atau

lingkungan seperti nilai keindahan, kebenaran dan pengetahuan

murni yang dicapai dalam filsafat.

d. Nilai-nilai kerohanian yaitu dalam tingkatan ini terdapat modalitas

nilai dari yang suci. Nilai-nilai semacam itu terutama terdiri dari

nilai-nilai pribadi.

- Notonagoro membedakan pandangan dan tingkatan nilai menjadi tiga

macam yaitu:

a. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani

manusia.

b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia

untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.

Page 7: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

c. Nilai-nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi

rohani manusia yang dapat dibedakan atas empat tingkatan

sebagai berikut : Pertama, nilai kebenaran yaitu nilai yang

bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia. Kedua,

nilai keindahan atau estetis yaitu nilai yang bersumber pada

perasaan manusia. Ketiga nilai kebaikan atau nilai moral yaitu

nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia. Keempat

nilai religius (kesucian) yang merupakan nila kerohanian yang

tertinggi dan bersifat mutlak. Nilai religius ini berhubungan

dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan nilai religius

ini bersumber pada wahyu yang berasal dari Tuhan Yang Maha

Esa.

Berdasarkan uraian mengenai nilai-nilai sebagaimana tersebut, maka

dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya

sesuatu yang bersifat material saja akan tetapi juga yang bersifat non

material. Bahkan sesuatu yang non material itu mengandung nilai yang

bersifat mutlak bagi manusia.

Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur yaitu menggunakan indra

maupun alat pengukur yang lainnya seperti berat, lebar, luas dan

sebagainya. Dalam menilai hal-hal yang bersifat rohaniah yang menjadi

alat ukur adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra manusia

yaitu cipta, rasa karsa serta keyakinan manusia.

Menurut Notonogoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai

kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai

vital.

Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu

juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis yaitu nilai

material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai

kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan

bersifat sistematik-hirarkies, dimana sila pertama yaitu Ketuhanan Yang

Maha Esa sebagai basis dari semua sila-sila Pancasila ( Darmodihardjo,

1978).

Pengakuan, penerimaan dan peenghargaan serta pengamalan bangsa

Indonesia terhadap Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai akan terlihat

secara kasat mata dalam setiap sikap, tingkah laku, dan perbuatan dari

rakyat Indonesia

C. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa Dan Negara Republik

Indonesia.

Page 8: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

1. Dasar Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa

Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat

sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkis dan sistematis.

Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem

filsafat. Oleh karena merupakan suatu sistem filsafat maka kelima sila bukan

terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri melainkan memiliki esensi

makna yang utuh.

Dasar pemikiran filosofi dari sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat Negara

adalah sebagai berikut : Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara RI

mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,

kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,

Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Pemikiran filsafat kenegeraan bertolak dari suatu pandangan bahwa Negara

adalah merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi

kemasyarakatan dalam hidup manusia (Legal Society) atau masyarakat

hukum. Adapun Negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada

kodrat bahwa manusia sebagai warga dari Negara sebagai persekutuan hidup

adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa

(hakikat sila pertama). Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia

sebagai makhluk tuhan yang maha esa pada hakikatnya bertujuan untuk

mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang berbudaya

atau mahluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk terwujudnya suatu

Negara sebagai organisasi hidulp manusia maka harus membentuk persatuan

ikatan hidup bersama sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga).

Terwujudnya persatuan dalam suatu Negara akan melahirkan rakyat sebagai

suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Sehingga dalam

hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat adalah

asal mula kekuasaan Negara. Maka suatu keharusan bahwa Negara harus

bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin baik sebagai

individu maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan

tujuan Negara sebagai tujuan bersama dari seluruh warga Negara maka dalam

hidup kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh

warganya, sehingga untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus

dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan

bersama (kehidupan sosial) (hakikat sila ke lima). Nilai-nilai inilah yang

Page 9: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

merupakan suatu nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan

kemasyarakatan.

Sehubungan dengan pengertian nilai bahwa Pancasila tergolong nilai

kerohanian, akan tetapi nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material

dan nilai vital, juga secara kualitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat

obyektif dan juga subyektif. Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah bersifat

universal yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan

Keadilan. Sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain

walaupun mungkin namanya bukan Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bersifat obyektif dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya

yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan

abstrak, karena merupakan suatu nilai,

2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan

bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat

kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan

keagamaan.

3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu

hukum memenuhi syarat sebaia pokok kaidah yang fundahmental Negara

sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh

karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum Indonesia berkedudukan

sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara obyektif tidak dapat

diubah secara hukum sehingga terletak pada kelangsungan hidup Negara.

Sebagai konsekuensinya jikalau nilai-nilai Pancasila yang terkandung

dalam Pembukaan UUD 1945 ini diubah maka sama halnya dengan

pembubaran Negara proklamsi 1945, hal ini sebagaimana yang terkandung

dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap MPR No.

V/MPR/1973 Jo Tap MPR No. IX/MPR/1978.

Sebaliknya nilai-nilai subyektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan

nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia

sendiri. Pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa

Indonesia sebagai kuasa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil

pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa

Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai

sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam

hidup bermasyarakat, barbangsa dan bernegara.

Page 10: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

3. Nilai-nilai pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian

yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan

nilai religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa

Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada hakekatnya

merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam Negara Indonesia. Sebagai

suatu sumber dari hukum dasar, secara obyektif merupakan suatu

pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang luhur yang meliputi

suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia yang pada tanggal 18

Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstrasikan oleh para pendiri Negara

menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat

Negara RI, hal ini sebagaimana telah ditetapkan dalam ketetapan MPR No.

XX/MPRS/1966.

Nilai-nilai pembukaan yang terkandung dalam pembukaan UUD1945 secara

yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental.

Adapun pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai Pancasila yang

mengandung empat pokok pikiran yang bila mana dianalisis makna yang

terkandung didalamnya tidak lain adalam merupakan derivasi atau penjabaran

dari nilai-nilai Pancasila ;

- Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara

persatuan, yaitu Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala faham golongan

maupun perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.

- Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa Negara hendak mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini Negara

berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga

Negara, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban duni yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pokok pikiran ini sebagai penjabaran sila kelima.

- Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat.

Berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan / perwakilan. Hal ini

menunjukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yaitu

kedaulatan ada ditangan rakyat. Hal ini sebagai penjabaran sila keempat.

- Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa : Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab. Hal ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung

Page 11: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

tinggi keberadaan semua agama dalam pergaulan hidup Negara. Hal ini

merupakan penjabaran sila pertama dan kedua.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain

merupakan perwujudan dari sila-sila Pancasila.

Pokok pikiran ini sebagai dasar fundamental dalam pendirian Negara, yang

realisasi berikutnya perlu diwujudkan atau dijelmakan lebih lanjut dalam

pasal-pasal UUD 1945. Dengan perkataan lain bahwa dalam penjabaran sila-

sila Pancasila dalam peraturan perundang-undangan bukanlah secara

langsung dari sila-sila Pancasila melainkan melalui Pembukaan UUD 1945,

empat pokok pikiran dan barulah di kongkritkan dalam pasal-pasal UUD 1945,

selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai macam peraturan

perundang-undangan serta hukum positif dibawahnya.

Dalam pengertian ilmiah maka sebenarnya dapat disimpulkan bahwa

Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia

terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara.

3. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu

sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan

suatu kesatuan. Meskipun dalam setiiap sila terkandung nilai-nilai yang

memiliki perbedaan antara ssatu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu

merupakan satu kesatuan yang sistematis.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa ; Dalam sila ini terkandung nilai bahwa Negara

yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai

mahluk Tuhan Yang Mah Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara bahkan moral Negara,

pemerintah Negara, hukum dan peraturan perundang-undangan Negara,

kebebasan dan hak asasi warga Negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa. Dengan sendirinya sila pertama tersebut mendasari dan

menjiwai keempat sila lainnya.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ; Dalam sila kemanusiaan

terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia sebagai mahluk hyang beradab. Oleh karena itu dalam

kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan

Negara harus mewujudkan tercapainya ketinggian harkat dan martabat

manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi)

Page 12: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan Negara.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai adalah

suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan

pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma

dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap

sesama manusia maupun terhadap lingkunganya. Nilai kemanusiaan yang

adil dan beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai mahluk

berbudaya bermoral dan beragama.

3. Persatuan Indonesia ; dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai

bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia

monodualis yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Negara

adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-

elemen yang membentuk Negara yang berupa suku, ras, kelompok,

golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah

merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-

elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya Negara adalah

beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang

dilukiskan dalam suatu selogan Bhineka Tunggal Ika. Nilai persatuan

Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Hal ini mengandung nilai bahwa

nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religius, yaitu nasionalisme

yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa, nasionalisme yang humanistik

yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk

tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme harus tercermin dalam

segala aspek penyelenggaraan Negara.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan / Perwakilan ; Nilai filosofi yang terkandung didalamnya

adalah bahwa hakikat Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat

manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Hakikat rakyat

adalah sekelompok manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang

bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam

suatu wilayah Negara. Rakyat adalah subyek pendukung pokok Negara.

Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah

merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sehingga dalam sila kerakyatan

terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam

hidup Negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila

keempat adalah : (1) adanya kebebasan yang harus disertai dengan

tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral

Page 13: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2) menjunjung tinggi harkat dan martabat

kemanusiaan. (3) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan

dalam hidup bersama. (4) Mengakui atas perbedaan individu, kelompok,

ras, agama karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat

manusia. (5) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap

individu, kelompok, ras, suku maupun agama. (6) Mengarahkan perbedaan

dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab. (7) Menjunjung tinggi

asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab. (8)

Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial

agar tercapainya tujuan bersama. Nilai-nilai tersebut dikongritisasikan

dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut

aspek moralitas kenegaraan, aspek polittik maupun aspek hukum dan

perundang-undangan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rnakyat Indonesia ; dalam sila ini

terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam

hidup bersama. Maka dalam sila ini terkandung nilai keadilan yang

berwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut

didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan

dalam hubungn manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta

hubungan manusia dengan Tuhannya.

D. Asal Mula Pancasila Sebagai Ideologi

Asal mula terbentuknya pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara

Indonesia dapat ditelusuri dari proses pembentukannya, yaitu :

1. Kausa Materialis

Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara bersumber pada bangsa

Indonesia. Artinya bahwa bangsa Indonesia sebagai kausa materialis (asal mula

bahan) dari adanya Pancasila. Nilai-nilai Pancasila digali dari kekayaan bangsa

Indonesia berupa adat istiadat, budaya, dan nilai religius yang terpelihara dan

berkembang sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa

2. Kausa Formalis

Kausa Formalis ( asal mula bentuk) Pancasila sebagai ideologi negara merujuk

pada bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi Pancasila yang

terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu beraasal mula bentuk pada pidato

Ir. Muh. Soekarno yang selanjutnya dibahas dalam sidang BPUPKI khususnya

mengenai bentuk rumusan dan nama.

Page 14: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

3. Kausa Efesien

Kausa efesien adalah asal mula karya yang menjadikan Pancasila dari calon

Ideologi negara menjafdi ideologi negara yang sah. Asal mula karya Pancasila

menjadi Ideologi negara adalah PPKI yang berperan sebagai negara. Sebagai

pemegang kuasa pembentuk negara PPKI mengesahkan Pancasila menjadi

Ideologi negara yang sah setelah melalui pembahasan mendalam pada sidang-

sidang BPUPKI.

4. Kausa Finalis

Pancasila dirumuskan dan dibahas pada sidang-sidang para pendiri negara untuk

mewujudkan sebagai ideologi negara yang sah. Kausa Finalis ( asal mula tujuan )

mewujudkan Pancasila sebagai negara yang sah adalah para anggota BPUPKI

dan panitia Sembilan. Para anggota dari badan inilah yang menentukan tujuan

dirumuskannya Pancasila ditetapkan oleh PPKI sebagai ideologi negara yang

sah.

D. Fungsi pancasila sebagai Ideologi negara

Page 15: Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

DOSEN : SAMAUL BAIT,S.Pd,.M.Pd

NAMA : LA ODE MUSRIFIN

JURUSAN : D3 KEPERAWATAN GIGI

YAYASAN AMANAH MAKASSAR

STIKES AMANAH MAKASSAR KELAS RAHA