pancasila dan uud pak hasan

19
PANCASILA DAN UUD’45 PPKn atau PKn merupakan program pendidikan yang memiliki misi untuk mengembangkan nilai luhur dari moral yang berakar pada budaya dan keyakinan bangsa Indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bagi guru SD maupun pendidik di jenjang lainnya PPKn atau PKn memiliki dua sisi kegunaan, Pertama untuk dirinya sendiri sebagai warga negara diharapkan menjadi sarana pemahaman, penghayatan, dan perwujudan nilai dan moral pancasila dan UUD’45 dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, sebagai guru/pendidik diharapkan menjadi media pendidikan yang memungkinkan peserta didik secara sadar dan sistematis berupaya untuk mengerti, menghayati dan menerapkan nilai dan moral Pancasila dan UUD’45 seseuai dengan perkembangan pribadi dan lingkungannya. 1. Kedudukan dan Fungsi Pancasila. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan ini adalah kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan kausa finalis pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara pada hakekatnya adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun hendaknya dipahami bahwa asal mula pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah digali dari unsur-unsur yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

Upload: anggra-yudha

Post on 28-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

PANCASILA DAN UUD’45

PPKn atau PKn merupakan program pendidikan yang memiliki misi untuk

mengembangkan nilai luhur dari moral yang berakar pada budaya dan keyakinan bangsa

Indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan

sehari-hari. Bagi guru SD maupun pendidik di jenjang lainnya PPKn atau PKn memiliki

dua sisi kegunaan, Pertama untuk dirinya sendiri sebagai warga negara diharapkan

menjadi sarana pemahaman, penghayatan, dan perwujudan nilai dan moral pancasila dan

UUD’45 dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, sebagai guru/pendidik diharapkan menjadi media pendidikan yang

memungkinkan peserta didik secara sadar dan sistematis berupaya untuk mengerti,

menghayati dan menerapkan nilai dan moral Pancasila dan UUD’45 seseuai dengan

perkembangan pribadi dan lingkungannya.

1. Kedudukan dan Fungsi Pancasila.

Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan ini adalah

kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai

dengan kausa finalis pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara pada hakekatnya

adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun hendaknya dipahami bahwa asal

mula pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah digali dari unsur-unsur

yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa

pandangan hidup bangsa Indonesia.

a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

Pandangan hidup adalah filsafat hidup seseorang yaitu kristalisasi nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya, ketepatan dan manfaatnya. Pandangan hidup yang terdiri atas

kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh

terhadap kehidupan bangsa itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka

acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar

manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam kedudukan ini sering, disebut sebagai Dasar filsafat atau

Dasar.Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari negara, ideologi negara atau

(Staatsidee). Dalam pengertian, ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma

untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pancasila

merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Page 2: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala

peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa

ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai Pancasila.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a). Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber hukum (sumber tertib

hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerokhanian

tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih

lanjut ke dalam empat pokok pikiran.

b). Meliputi suasana kebatinan Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar

1945

c). Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis

maupun tidak tertulis).

d). Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi

yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara . (termasuk para

penyelenggara partai dan golongan fungsional) untuk memelihara budi pekerti

(moral) kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang

luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran keempat yang

bunyinya sebagai berikut : “.................Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang

Maha Esa. menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab ".

e). Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi

penyelenggara negara. para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara

partai dan golongan fungsional).

Dasar formal kedudukan. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya sebagai berikut :

“..............maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-

Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha

Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ".

Page 3: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

c. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia.

Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' yang berarti 'gagasan, konsep, pengertian

dasar, cita-cita' dan 'logos' yang berarti ‘ilmu', Kata 'idea' berasal dari kata bahasa

Yunani 'eidos' yang artinya 'bentuk'. Di samping itu ada kata ‘idein' yang artinya

'me/ihat'. Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the

science of ideas). atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian

sehari-hari, 'idea' disamakan artinya dengan, 'cita-cita'. Cita-cita yang. dimaksud

adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat

tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.

Memang pada hakekatnya antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat

merupakan satu-kesatuan. Dasar ditetapkan karena ada cita-cita yang mau dicapai.

Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan atas suatu landasan. asas atau dasar yang

telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-

idea, pengertian-pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.

d. Pancasila sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat

reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancsila adalah

bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta dinamika

perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti

mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan

wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif

untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring

dengan aspirasi rakyat.

Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka

adalah sebagai berikut :

Nilai Dasar,, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan,

persatu, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan essensi dari

sila-sila Pancasila yang sifatnya universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut

terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.

Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta

lembaga pelaksananya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran

lebih lanjut dari nilai-nilai dasar dalam rangka penyesuaian dalam pelaksanaan nilai-

nilai dasar ideologi Pancasila.

Page 4: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

Nilai Praksis

1) Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang

bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang

terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,

kerakyatan dan keadilan. Hakikat nilai-nilai Pancasila tersebut bersumber pada

filsafat Pancasila (nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pancasila).

2) Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu

dijabarkan da1am suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-

norma kenegaraan.

3) Dimensi Relistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain

memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu

dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (kongkrit) baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara.

2. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa,

berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya, dan

perbuatan-Nya. Zat Tuhan tidak terdiri atas zat-zat yang banyak lalu menjadi satu.

Sifat-Nya adalah sempurna dan perbuatan-Nya tiada dapat disamai oleh siapa

pun/apa pun. Tiada yang menyamai Tuhan, Dia Esa. Jadi. Ketuhanan Yang Maha

Esa, pencipta alam semesta.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudaya

dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi seperti yang

dimilikinya itu, manusia tinggi martabatnya. Dengan budi nuraninya, manusia

menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban

seseorang. Keputusan dan tindakan didasarkan pada objektifitas, tidak pada

subjektifitas. Di sinilah yang dimaksud dengan wajar/ sepadan.

Maksudnya, sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan pada

nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Adab terutama

mengandung pengertian tata kesopanan, kesusilaan, atau moral. Dengan

demikian, beradab berarti berdasarkan nilai-nilai kesusilaan, bagian dari

kebudayaan. Kemanusiaan yang adil dan beradab ialah kesadaran sikap dan

perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan

Page 5: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama

manusia, maupun terhadap alam dan hewan.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan

mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka

ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini

mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh

wilayah Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

/ Perwakilan

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan berarti bahwa kekuasaan yang tertinggi berada di

tangan rakyat Kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat. Hikmat kebijaksanaan

berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu

mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan

dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab serta didorong dengan

itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk

merumuskan dan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, sehingga

tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan

adalah suatu sistem, dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya

rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam

pengambilan keputuan-keputusan,

Page 6: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

UUD 1945 DAN AMANDEMEN

Dalam kehidupan sehari-hari kita terbiasa untuk menterjemahkan kata “constitution”

Inggris dengan Undang-Undang Dasar (Indonesia). Pemakaian istilah Undang-Undang

Dasar membayangkan suatu naskah tertulis saja, karena Undang-undang Dasar

merupakan hal yang tertulis. Padahal istilah constitution merupakan sesuatu yang lebih

luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis

yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan

dalam suatu masyarakat UUD 1945 merupakan sebagian dari hukum dasar yaitu hukum

dasar yang tertulis. Jadi UUD bukanlah satu-satunya hukum dasar. Dikatakan sebagian

dari hukum dasar karena disamping hukum dasar yang tertulis (UUD 1945) masih ada

hukum dasar yang tidak tertulis yaitu aturan-aturan yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, yang biasanya disebut Konvensi

(kebiasaan ketatanegaraan).

Menurut Mahfud (dalam Denny indrayana, Amandemen UUD 1945), ada lima

kelemahan dasar dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) : Pertama, Sistem konstitusi

dibawah UUD 1945 bersifat “sarat-eksekutif (executive heavy)”. Kedua, tidak ada

checks and balances didalamnya. Ketiga, UUD 1945 mendelegasikan terlalu banyak

aturan konstitusional ke level undang-undang. Keempat, didalamnya terdapat sejumlah

pasal yang bermakna ambigue alias rancu. Kelima, konstitusi ini terlalu banyak

bergantung pada politic goodwill dan integritas para politisi.

- Berapa kali UUD 1945 diamandemen ?

Sejak digulirkan reformasi, MPR berhasil mengamandemen UUD 1945 sebanyak 4

(empat) kali.

• Amandemen pertama, dilakukan pada Sidang Umum MPR RI Tanggal 19

Oktober 1999 dengan perubahan dan penambahan pasal- pasal sebagai

berikut :

Pasal 5 (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 (2), pasal 14, pasal 15, pasal 17 (2) (3),

pasal 20 dan pasal 21, yang inti substansinya tentang pembatasan masa

jabatan presiden, kewenangan legislatif serta substansi yang membatasi

kewenangan presiden. (Arif Hidayat dalam Hasan Suryono, 2005 : 70 ).

• Amandemen Kedua, dilakukan pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 18

Agustus 2000 yang menghasilkan perubahan dan penambahan yang lebih luas

lagi, yaitu pasal 18, pasal 19, pasal 20 (5), pasal 20 a dan b, Bab IXa, pasal 25e,

Bab X, pasal 26 (2), pasal 27 (3), Bab Xa, pasal 28a sampai c.

• Amandemen Ketiga, dilakukan pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 9

Nopember 2001 menyangkut perubahan dan penambahan yang substansinya

lebih luas dan mendasar, yaitu perubahan dan penambahan mengenai

Page 7: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

kewenangan MPR, tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara

langsung oleh rakyat dan memunculkan lembaga-lembaga negara baru serta

pencantuman secara explisit peraturan mengenai pemilu.

• Amandemen Keempat, dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2002 berhasil

menuntaskan perubahan-perubahan mengenai hal-hal yang belum disepakati

oleh kekuatan sosial politik yang ada di MPR pada sidang tahunan MPR RI

2001.

PEMBELAJARAN MATERI PANCASILA dan UUD 1945

Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran Pancasila dan UUD 11945,

sejumlah model pembelajaran dapat dijadikan alternatif untuk dipergunakan dalam

proses pembelajaran PKn. Penggunaan berbagai model pembelajaran tersebut, tentu saja

harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakter/ kualifikasi butiran

materi pembelajaran, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan

kemampuan belajar siswa, waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa itu sendiri. Hal ini

mengandung arti bahwa Anda mengajar di kelas rendah (kelas 1-3) alangkah tepatnya

bila menggunakan metode yang berbeda dengan ketika Anda megajar di kelas-kelas

tinggi (kelas 4-6). Mengapa demikian? Karena tingkat perkembangan dan kemampuan

siswa kelas rendah berbeda dengan kelas tinggi.

Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu model VCT (Value

Clarification Technique/ Teknik pengungkapannilai). Menurut A. Kosasih Djahiri

(1985), model pembelajaran VCT meliputi

1) Metoda percontohan; 2) Analisis nilai; 3) VCT Daftar matrik yang meliputi, a) daftar

baik buruk, b) daftar tingkat urutan, c) daftar skala prioritas, d) daftar gejala kontinum, e)

daftar penilaian diri, f) daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita, g) perisai

kepribadian diri; 4) VCT dengan kartu keyakinan; 5) VCT melalui teknik wawancara; 6)

Teknik yurisprudensi; dan 7) Teknik inkuiri nilai. Selain itu, dalam PKn dikenal pula

model Permainan seperti antara lain metode bermain peran (Role Playing). Metode atau

model pembelajaran tersebut di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam

pembelajaran PKn karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk membina, nilai,

moral, sikap dan perilaku siswa di samping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.

Mengapa perlu pembelajaran VCT? Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih

Djahiri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena: Pertama, mampu

membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-moral. Kedua, mampu mengklarifikasi

dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu

mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam

kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan

Page 8: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu

memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.

Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan mensubversi

berbagai nilai-moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri

seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.

Yang menjadi pertanyaan kita adalah model pembelajaran apa yang cocok untuk materi

Pancasila dan UUD 1945? Untuk materi Pancasila mungkin siswa Sekolah Dasar sudah

mengenal berbagai konsep dan nilai-nilai Pancasila beserta hakekat dan fungsi Pancasila

bagi bangsa dan negara Indonesia, sehingga Anda tidak akan mengalami kesulitan dalam

menentukan tema pembelajaran Tetapi untuk materi UUD 1945, siswa Sekolah Dasar

(terutama kelas-kelas rendah) mungkin belum memahami apa isi-pesan, muatan, fungsi,

dan kedudukan UUD 1945 termasuk perubahan-perubahannya.

Perlu Anda pahami bahwa “UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam

menyelenggarakan pemerintahan di negara Indonesia”. Jadi intinya adalah peraturan.

Sedangkan peraturan bukan hanya terdapat dalam rangka menyelenggarakan

pemerintahan negara, tetapi ada dalam setiap pergaulan manusia termasuk peraturan di

sekolah yang dikenal dengan Tata Tertib Sekolah. Oleh karena itu, Anda dapat mencari

pokok-pokok bahasan atau konsep-konsep mana yang tertera dalam GBPP PKn yang

relevan atau merupakan penyederhanaan dari materi UUD 1945 bagi siswa Sekolah

Dasar, seperti misalnya konsep ketertiban, kedisiplinan, kepatuhan, dan sebagainya

sesuai dengan tingkatan kelas siswa Anda.

Dalam kaitannya dengan materi Pancasila dan UUD 1945 salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah VCT percontohan (untuk kelas rendah)

dan VCT Analisis Nilai untuk kelas-kelas tinggi. Mengapa untuk kelas rendah

menggunakan metode percontohan? Anda sebagai guru SD tentu lebih paham bagaiman

karakteristik siswa kelas 1-3 SD yang masih kesulitan memahami hal-hal yang bersifat

abstrak. Oleh karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu divisualisasikan

melaui contoh-contoh dalam bentuk gambar, foto, atau cerita.

Sebagai contoh, untuk menjelaskan arti Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila ke-1), perlu

pemberian contoh-contoh konkrit seperti gambar tempat ibadah beserta orang yang

sedang beribadah, gambar/foto contoh orang yang toleran terhadap pemeluk agama lain,

dan sebagainya. Demikian pula tentang pokok bahasan menghargai orang lain atau

persamaan derajat (Sila ke-2), Anda dapat menampilkan contoh-contoh orang yang

menghormati/menghargai orang lain dan sekaligus memberi contoh bagaimana cara

menghormati dan menghargai orang lain. Selain itu dapat pula Anda menampilakn

contoh langsung orang yang selalu menghormati/menghargai orang lain dan juga orang

yang tidak menghargai orang lain atau melalui cerita-cerita yang kontras nilai yang

merupakan realitas kehidupan di masyarakat.

Page 9: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

Dalam pelaksanaannya, model percontohan (examploritori) tidak berdiri sendiri

tetapi divariasikan dengan metode lain seperti ceramah, ekspositori, dan tanya jawab

nilai.

Baiklah! Mari kita kaji bagaimana langkah-langkah Pembelajaran dengan model

pembelajaran VCT percontohan sebagaimana dikemukakan A. Kosasih Djahiri (1985)

sebagai berikut:

1. Membuat/mencari media stimulus berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat

nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema target pelajaran.

Media stimulus yang akan Anda gunakan dalam ber-VCT hendaknya a) mampu

merangsang, mengundang dan melibatkan potensi afektual siswa;b) terjangkau oleh

pengetahuan dan potensi afektual siswa (ada dalam lingkungan kehidupan siswa); c)

memuat sejumlah nilai-moral yang kontras.

Stimulus tersebut dapat berupa ceritera (bisa tertulis yang dibagikan pada siswa

atau ceritera yang diungkapkan guru) gambar, foto, film, dan sebagainya. Untuk

Stimulus yang berupa ceritera rakyat atau kejadian/perbuatan yang tidak sesuai nilai-

moral Pancasila main hakim sendiri, tabrak lari, anak durhaka, lintah darat, dan

sebagainya yang sering terjadi atau dianggap rawan oleh siswa Anda atau masyarakat

sekitar.

Yang perlu Anda perhatikan adalah dalam ceritera tersebut mengandung dilema

atau kontras nilai supaya sikap atau nilai yang dipilih siswa dilakukan melalui

pertimbangan-pertimbangan tertentu dan terjadi proses dialog dalam diri siswa Anda.

Ceritera tersebut dapat Anda buat sendiri atau mengutip dari media masa. Contoh

ceritera (fiktif) untuk stimulus.

Page 10: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

TABRAK LARI

Suatu pagi Mas’an seorang tukang sayur yang biasa berkeliling di desa Malabar

menyebarang jalan raya tanpa memperhatikan rambu-rambu lalu lintas, tiba-tiba muncul

sebuah minibus dengan kecepatan tinggi dan menabrak tukang sayur tersebut. Kaki

Mas’an tergilas kendaraan itu dan mengalami patah kaki. Supir minibus yang bernama

Teddy sedang dalam keadaan mabuk dan melarikan diri tanpa memperhatikan Mas’an.

Masyarakat yang kebetulan mengetahui kejadian tersebut mengejar Teddy dan

tertangkap sekitar 3 kilometer dari tempat kejadian. Kemudian beberapa pemuda ramai-

ramai memukuli Teddy hingga pingsan dan beru mereka berhenti setelah datang anggota

polisi lalu lintas melindungi Teddy dan kelompok pemuda itu sendiri kabur.

Sedangkan Irwan dan Yandi siswa salah satu SMUN di daerah itu memberi

pertolongan kepada Mas’an dan membawanya ke Puskesmas terdekat. Istri Mas’an yang

sedang hamil tua yang datang ke Puskesmas beberapa jam setelah kejadian menangis

melihat suaminya terbaring tak berdaya. Padahal biaya hidup dan sekolah anaknya hanya

mengandalkan dari hasil jual sayuran yang tidak seberapa. Mas’an sendiri pasrah dan

akan memaafkan atas kelalaian Teddy.

Selain menggunakan ceritera, stimulus dapat juga menggunakan gambar-gambar

atau foto tentang pengalaman atau pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila, seperti

gambar/foto masyarakat yang sedang membantu korban banjir/bencana alam, kerja bakti,

foto ketika pemilihan kepala desa , dan sebagainya. Ceritera dan gambar/foto tersebut

merupakan contoh-contoh perbuatan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Pancasila yang

dijadikan stimulus oleh guru yang membahas materi Pancasila.

2. Kegiatan Pembelajaran (KBM)

Pertama, guru melontarkan stimulus dengan cara membaca ceritera (jika

stimulusnya berbentuk ceritera) atau menampilkan gambar/foto. Pembacaan atau

penampilan stimulus tersebut dapat dilakukan oleh Anda atau oleh siswa. Alangkah

baiknya jika ada variasi antara oleh guru dan siswa. Kedua, memberi kesempatan

beberapa saat kepada siswa untuk berdialog sendiri atau sesama teman sehubungan

dengan stimulus tadi. Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan

guru, baik secara individual, kelompok maupun klasikal.

Berdasarkan ceritera/kejadian di atas Anda dapat mengajukan pertanyaan-

pertanyaan berikut.

● Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut?

● Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila

Page 11: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

● Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

Dan sebagainya.

Dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentu Anda harus

memahami dan mahir dalam menggunakan keterampilan bertanya (Questioning Skill)

baik dalam cara mengajukan pertanyaan dan dalam mendistribusikan pertanyaan maupun

ketika menerima jawaban siswa. Pada saat siswa memberikan pertanyaan, Anda

hendaknya memberikan reinforcement (penguatan) secara hangat. Keempat, Fase

menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui pertanyaan guru dan bersifat

individual, kelompok dan klasikal). Kelima, Fase pembahasan/pembuktian argumen.

Pada fase ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep susuai materi pelajaran.

Keenam, Fase penyimpulan Melalui model VCT percontohan tersebut siswa Anda

dibimbing untuk mengemukakan contoh-contoh dan memahami sikap dan perbuatan

yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan diajak untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila seperti menolong sesama

teman, menengok yang sakit, saling, memaafkan, dan sebagainya.

Sekali lagi perlu diungkapkan bahwa model percontohan biasanya divariasikan

dengan metode lain seperti ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah bisa dilakukan

diawal pembelajaran (sebelum mengemukakan percontohan) dan bisa pula setelah

percontohan atau kedua-duanya.

Baiklah! Mari kita lanjutkan dengan contoh model pembelajaran lainnya yang dianggap

cocok digunakan dalam membelajarkan materi Pancasila dan UUD 1945 yaitu Model

VCT Analisis Nilai (ANIL).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model Analisis Nilai

sebagai berikut:

a. Persiapan

Pertama, menyusun Satuan Acara Pembelajaran/ Satuan pembelajaran sesuai

dengan pokok Pokok Bahasan Kedisiplinan atau ketertiban (jika hal ini merupakan

penyederhanaan/penurunan dari materi UUD 1945

Kedua, menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan disajikan

melalui Analisis Nilai. Anda dapat memilah kedisiplinan di sekolah, di rumah, di

jalan raya, dan sebagainya.

Ketiga, menyususn skenario kegiatan, sehingga jelas langkah-langkah yang akan

ditempuh.

Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT, seperti ceritera, guntingan

berita Koran, gambar, film, dan sebagainya.

Kelima, menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan rinci bagi siswa

dalam ber-VCT.

Page 12: Pancasila Dan Uud Pak Hasan

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah kegiatan VCT analisis nilai hampir sama dengan VCT

percontohan sebagaimana yang telah Anda pelajari pada uraian diatas. Langkah-

langkah tersebut sebagai berikut:

Pertama, setelah membuka pelajaran Anda menjelaskan kepada siswa bahwa

mereka akan ber-VCT.

Kedua, pelontaran/pembagian media stimulus oleh guru atau siswa berupa

ceritera atau gambar/foto. Ceritera tentang Tabrak Lari di atas dapat saja dijadikan

media stimulus (sebaiknya tidak diberi judul dahulu), dan langkah baiknya

dilengkapi lagi dan disesuaikan dan bagian tema atau konsep yang akan dibelajarkan.

Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap ceritera

tersebut.

Keempat, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara

individual, kelompok maupun klasikal. Pertanyaan yang diajukan hendaknya berisi

analisis siswa terhadap nilai-moral yang terdapat dalam ceritera itu.