uud malpraktek

32
Bab I Pendahuluan Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek. Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan 1

Upload: endahtrip

Post on 12-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: uud malpraktek

Bab I

Pendahuluan

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator positif

meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya

kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi, diadukan

atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga

kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga

kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad

tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris kedudukannya

dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan

kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan

mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.

Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat

pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran

dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,

California, 1956).Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah

terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak

diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu

tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara

tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning

verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis).

Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini

bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan

dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.

Gugatan malpraktek medis bermula dari dua pandangan yang berbeda antara dokter yang

menjanjikan terapi (inspanning verbentenis) dan pasien yang mengharapkan (resultant

verbentenis). Dalam perspektif dokter, jasa yang mereka berikan adalah suatu transaksi ‘upaya’

1

Page 2: uud malpraktek

(therapeutic) sementara pasien memandang bahwa dokter harus bertanggungjawab atas hasil

tindakan medisnya, apalagi bila terjadi kejadian yang tidak diharapkan (adverse event). Kejadian

yang Tidak Diharapkan tidak selalu merupakan malpraktek.Malpraktek selalu didahului oleh

‘error’. Kesalahan yang terjadi bisa berupa kesalahan diagnostik, kesalahan pengobatan,

kesalahan tidak melakukan pencegahan, dan kesalahan lain-lain seperti kesalahan komunikasi.

Dalam tugas pokoknya untuk mempertahankan kehidupan dan mengurangi penderitaan,

dokter mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan keahliannya, sumpah profesi, dan

hukum serta peraturan yang berlaku.Namun kesalahan dan kelalaian bisa saja terjadi. Secara

kategoris ada empat macam pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh dokter: etika (sanksi

diberikan oleh MKEK); disiplin (sanksi oleh MKDKI); administrasi (ditertibkan oleh dinas atau

departemen kesehatan); dan hukum (penegak hukum).

Hak dan Kewajiban

Sebagai suatu hubungan transaksional, dokter dan pasien memiliki hak dan kewajiban yang

komplementer.Pasien berhak mendapatkan informasi yang benar, mencari ’second opinion’,

mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, dan mengetahui rekam medisnya.Sebaliknya, pasien

berkewajiban memberikan informasi yang benar, mematuhi nasehat dokter dan ketentuan yang

berlaku, dan memberikan imbalan jasa medis.

Di sisi lain dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum, menerapkan standar profesi

atau SOP, memperoleh informasi lengkap dan jujur tentang pasien, dan menerima imbalan jasa

(pasal 50 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran). Kewajiban dokter adalah memberi

layanan medis dengan standar profesi atau SOP, sesuai dengan kebutuhan pasien, merujuk pasien

pada dokter lain yang lebih mampu,menjaga rahasia pasien, memberi pertolongan darurat,

menambah ilmu (pasal 51 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran).

Menuju Kesepahaman

Diperlukan kesepahaman pemahaman tentang definisi malpraktik medis, indikator-

indikatornya, otoritas yang berwenang menanganinya, dan sanksi yang diberikan. Karena istilah

malpraktek sendiri tidak termuat dalam kitab hukum apa pun, maka agak sulit mengkaitkan

pelanggaran medis ini dengan sanksi hukum yang tepat. Di Indonesia sendiri, istilah malpraktek

medis ini mencuat dari kasus dugaan kelalaian seorang dokter puskesmas di kota Pati Jawa

2

Page 3: uud malpraktek

Tengah pada tahun 1984. Seperti bola salju, istilah itu menggelinding semakin lama semakin

besar seiring dengan semakin kritisnya masyarakat dan semakin berperannya lembaga-lembaga

advokasi.Gejala ini semestinya mendorong kita untuk lebih cermat dalam melakukan transaksi

pelayanan medis.Hubungan simbiotik mutualistik antara konsumen dan dokter harus dilandasi

dengan kepercayaan (trust) yang bisa dipertanggungjawabkan.Kewajiban kita bersama untuk

mendorong agar dokter memperhatikan kesejahteraan pasien (caveat vendor). Sifat kritis

konsumen pun, asal proporsional, tetap diperlukan untuk mendesakkan profesionalisme para

dokter (caveat emptor).

3

Page 4: uud malpraktek

Bab II

Isi

RINGKASAN KRONOLOGI :

1.      Pada tanggal 14 mei 2009, korban berobat pada salah satu dokter yang berpraktik di kota

pematang siantar, kota yang sama dengan domisili korban. Korban menyampaikan

keluhannya, yaitu jika korban haid darahnya bergumpal, bahwa terhadap korban dilakukan

pemeriksaan USG dan hasilnya ditemukan adanya myoma uteri (pembesaran otot rahim),

yang harus dibuang melalui tindakan operasi.

2.      Korban menyetujui  saran dari dokter tersebut, namun saat pemeriksaan Hb (Hemoglobin)

korban terlalu rendah, oleh karenanya tidak dimungkinkannya dilakukan tindakan operasi.

Untuk itu Hb harus dinaikkan melalui transfuse darah.

3.      Kemudian korban dirujuk ke dr. H. P. P., SpOG yang berpraktik di RS. SANTA

ELISABETH yang beralamat di jl. Haji Misbah no.7 Medan, dengan jaminan bahwa

alatnya lebih lengkap dan beliau adalah dokter yang bagus dan baik.

4.      Pada tanggal 19 mei 2009, korban mendatangi praktik dr. H Partogi P, SpOG, setelah

dilakukan pemeriksaan maka terhadap korban perlu dilakukan Biopsi (pengambilan

sebagian jaringan untuk diperiksa) dan dianjurkan untuk dirawat inap di RS. Santa

Elisabeth Medan.

5.      Kemudian, pada tanggal 20 mei 2009, penggugat jadi menjalani rawat inap di RS. Santa

Elisabeth Medan, dimana dr. H P P, SpOG mengatakan agar dilakukan tindakan kuret

(dikerok dinding rahim) tanpa menjelaskan apa maksud dan tujuan dari tindakan tersebut,

namun pada kenyataannya bukan tindakan kuret yang dilakukan melainkan tindakan

pengangkatan rahim.

6.      Pada tanggal 27 mei 2009, pada pukul 08.00 wib sampai dengan 12.30 wib, dr. H P P,

SpOG melakukan operasi pada korban. Pasca operasi, setelah korban sadar korban tidak

dapat mengeluarkan urine di kateter, hal ini berlangsung hingga pagi esok harinya.

4

Page 5: uud malpraktek

Kemudian pagi itu juga dilakukan USG terhadap korban oleh dr. H P P, SpOG dan hasilnya

ada penyumbatan lalu kemudian dilakukan kembali operasi untuk kedua kalinya selama

tiga jam (3jam). Sampai hari kedua pasca operasi, urine keluar dari kateter, tetapi pada hari

ketiga dan seterusnya, ada urine keluar melalui vagina (seperti beser), pernah dilakukan

peneropongan dari vagina dan dijelaskan bahwa ada bocor yang halus sekali pada kandung

kemih korban. Dan kemudian dr. H P P, SpOG memberikan obat dan menyatakan akan

sembuh. Setelah 3 (tiga) minggu kateter dibuka, ternyata urine keluar melalui vagina tanpa

sadar dan tidak bisa ditahan.

7.      Setelah korban dirawat selama 25 (dua puluh lima) hari di RS. Santa Elisabeth Medan,

korban merasa penyakitnya tidak kunjung sembuh, malah makin parah. Akhirnya korban

memutuskan untuk pindah ke RS COLUMBIA ASIA Medan, setelah dilakukan

pemeriksaan dan hasil pemeriksaan menyebutkan ada kanker dan perlu dirawat untuk

kemoterapi dan radiasi. Namun karena sering beser, kemo tidak jadi dilaksanakan, lalu

kemudian korban dipindahkan ke Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta pada tanggal 1 juni 2009

8.      Sesampainya di RS PGI Cikini, korban ditangani oleh dr. E E S, SpU. Dan selama 2 (dua)

minggu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap korban karena tidak adanya rekaman medik

korban selama dirawat di RS. Santa Elisabeth Medan.

9.      Kemudian oleh dr. E E, SpU membentuk tim untuk melakukan tindakan operasi terhadap

korban. Setelah 2 (dua) jam operasi dilakukan, pihak keluarga korban diminta masuk ke

ruangan operasi untuk memperlihatkan hasil operasi yang pernah dilakukan di RS. Santa

Elisabeth Medan, oleh dr. H P P, SpOG  yaitu adanya 2 (dua) robekan sebesar ibu jari

dan tidak mungkin untuk diperbaiki lagi, serta masih adanya kelenjar yang

tertinggal dan masih belum bersih. Hal ini sangat berbeda dengan penjelasan

sebelumnya oleh dr. H P P, SpOG yang menyatakan bahwa kebocorannya sangat

halus dan akan sembuh setelah diobati. Saat itu juga dr. E E S, SpU dan dr. C, SpOK

(Onk) menjelaskan bahwa kebocoran tersebut dapat diperbaiki tetapi hanya bertahan 1

(satu) minggu, sementara korban membutuhkan dilakukannya tindakan radiasi agar

kankernya tidak menyebar kemana-mana. Solusi akhir adalah dilakukannya tindakan

penutupan kandung kemih dan dipasangnya kateter langsung dari ginjal secara permanen.

5

Page 6: uud malpraktek

10.   Selain dari semua proses operasi tersebut, korban telah juga menjalani 25 (dua puluh lima)

kali radiasi luar dan 2 (dua) kali radiasi dalam.

11.   Akibat dari semuanya itu, korban mengalami cacat permanen , kondisi fisik yang menurun

yang dapat dijelaskan dengan berulang-kalinya korban harus dirawat inap di rumah sakit

dengan keluhan yang sama, yaitu pada ginjal : (25 mei 2010 s/d 29 mei 2010, 06 sep 2011

s/d 10 sep 2011, 10 jan 2012 s/d 12 jan 2012, 26 mar 2012 s/d 29 mar 2012, 10 sep 2012

s/d 13 sep 2012) dan kondisi ini tidak tahu akan terulang untuk berapa kali lagi. Disamping

itu setiap 1 (satu) bulan, korban harus melakukan  kurang lebih 7 (tujuh) jam perjalanan

dari kota domisili korban di pematang siantar ke kota medan untuk mengganti selang yang

tertanam pada ginjal korban, termasuk mengganti perban penutup lubang pada pinggang

kiri kanan setiap 3 (tiga) hari yang terpaksa dilakukan sendiri dengan dibantu keluarga.

6

Page 7: uud malpraktek

Analisis Kasus

Berdasarkan UU No. 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran

Pasal 2

Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,

manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.

Pasal 3

Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :

1. memberikan perlindungan kepada pasien

2. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter

dan dokter gigi; dan

3. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter

gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pasal 44

1. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti

standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi,

2. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan

strata sarana pelayanan kesehatan.

3. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 49

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran

gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.

2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diselenggarakan audit medis.

7

Page 8: uud malpraktek

3. Pembinaan dan pengawasan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan oleh organisasi profesi.

Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:

1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien;

2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan;

3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah

pasien itu meninggal dunia;

4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila Ia yakin ada

orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau

kedokteran gigi.

Pasal 66

1. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau

gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada

Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

2. Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:

1. identitas pengadu;

2. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan

dan

3. alasan pengaduan.

3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak

setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang

berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Pembahasan

8

Page 9: uud malpraktek

Dokter yang melakukan tindakan operasi terhadap pasien merupakan seorang yang memiliki

keahlian dalam bidang bedah yang lebih dari sekedar dokter umum biasa.Kompetensi dalam

melakukan pemeriksaan yang tepat, teliti, dan sesuai standar kompetensi yang

dimilikinya.Seharusnya dokter tersebut tetap menjaga mutu dan kualitas pelayanan medis untuk

kepentingan pasien sesuai dengan pertimbangan biaya.

9

Page 10: uud malpraktek

UU No. 29 Th 2004 Tentang Praktek Kedokteran

Pasien yang dirugikan dapat memberikan pengaduan terhadap dokter yang lalai kepada Majelis

Kehormatan melalui surat tertulis. Artinya sanksi terhadap Dokter yang lalai utamanya adalah

sanksi profesi sepanjang pasien tidak melakukan penuntutan di muka hakim.Akan tetapi

kelalaian dokter dapat juga dituntut secara Pidana maupun Perdata asalkan terpenuhinya unsur

atas tindakan yang dapat disebut sebagai Kelalaian Dokter, yaitu :

a. Adanya duty (kewajiban) yang harus dilaksanakan.

b. Adanya derelection of that duty (penyimpangan kewajiban)

c. Terjadinya damaged (kerusakan / kerugian)

d. Terbuktinya direct causal relationship (berkaitan langsung) antara pelanggaran

kewajiban dengan kerugian.

Dasar Hukum para pasien yang dirugikan untuk melakukan penuntutan yaitu :

Pasal 1365 KUH Perdata : tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.

Pasal 1366 KUH Perdata : setiap orang bertanggung-jawa tidak saja untuk kerugian yang

disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau

kurang hati-hatiannya

Pasal 1367 KUH Perdata : seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang

disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan

orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang

berada di bawah pengawasannya.

Pasal 55 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan : (1) setiap orang berhak

atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.

Pasal 1370 KUH Perdata : Dalam halnya suatu kematian dengan sengaja atau karena

kurang hati-hatinya seorang, maka suami atau isteri yang ditinggalkan, anak atau orang

tua si korban yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan si korban mempunyai hak

menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua

belah pihak, serta menurut keadaan.

10

Page 11: uud malpraktek

Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan dengan

sengaja atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk selain

penggantian biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian kerugian yang disebabkan

oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan

dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan.

Pasal 1372 KUH Perdata : Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah bertujuan

mendapat penggantian kerugian serta pemulihan kehormatan dan nama baik.

PIDANA

Pasal 359 KUHP : Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang

lainmati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan

paling lama satu tahun. (apabila pasien sampai meninggal dunia)

Pasal 360 KUHP : (1) Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan

orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2) Barangsiapa karena

kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa

sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian

selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau

pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima

ratus rupiah.

Pasal 361 KUHP : Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam

menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan

yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan

kejahatan, dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.

11

Page 12: uud malpraktek

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Pertama

Hak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4

Hak konsumen adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

f. perlindungan konsumen secara patut;

g. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

h. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

i. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

j. hak-hakyang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundanganlainnya.

Pasal 5

Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan

barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

a. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

12

Page 13: uud malpraktek

b. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

c. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 6

Hak pelaku usaha adalah :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi

dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidakbaik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hokum sengketa

konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugiankonsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. hak-hakyang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undanganlainnya.

Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha adalah :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barangdan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan;memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidakdiskriminatif;

c. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkanberdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

d. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barangdan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang

dibuatdan/atau yang diperdagangkan;

e. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibatpenggunaan,

pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

13

Page 14: uud malpraktek

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasayang

diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

14

Page 15: uud malpraktek

BAB IV

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

Pasal 19

1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan

atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan

kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal

transaksi. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih

lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku

usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Pembahasan kasus:

1. Pada kasus diatas telah terjadi pelanggaran terhadap hak-hak yang harusnya

diterima oleh pasien . hak seperti mendapatkan penjelasan inform consent dan

persetujuan tindakan untuk dilakukan pengangkatan rahim , .

2. Pada kasus juga tampak bahwa pasien menuntut haknya, yaitu hak untuk

mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya. Pasien menuntut tanggung jawab pihak RS Santa elisabeth dan tim dr.

H P P,SpOG atas kelalaian yang terjadi pada dirinya berupa terjadi kesalahan

diagnosis dan adanya komplikasi pasca operasi pengangkatan rahim.

3. Pada kasus, pasien telah memenuhi kewajibannya sebagai konsumen yaitu

membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Pasien membayar dengan

15

Page 16: uud malpraktek

biaya yang lebih tinggi di RS Columbia asia dan RS PGI Cikini untuk mencari

penyebab kebocoran urine pasca operasi karena adanya penyumbatan .

4. Pada kasus, dr .H P P, SpOG tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan

jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta tidak

memperlakukan atau melayani konsumen secara benar .

16

Page 17: uud malpraktek

BAB V

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2009

TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 29

Kewajiban Rumah sakit:

(1) Setiap rumah sakit berkewajiban:

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

Rumah Sakit .

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai

dengan kemampuan pelayanannya

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan

gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan

g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

h. menyelenggarakan rekam medis

i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,

parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,

lanjut usia

j. melaksanakan sistem rujukan

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika

serta peraturan perundang-undangan

17

Page 18: uud malpraktek

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban

pasien

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien

n. melaksanakan etika Rumah Sakit, memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan

penanggulangan bencana

o. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional

p. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya

q. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws)

r. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit

dalam melaksanakan tugas; dan

s. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi

admisnistratif

berupa:

a. teguran;

b. teguran tertulis; atau

c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 37

(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan

pasien atau keluarganya.

(2) Ketentuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18

Page 19: uud malpraktek

Pasal 46

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas

kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

19

Page 20: uud malpraktek

BAB VI

S A N K S I

Bagian Pertama

Sanksi Administratif

Pasal 60

(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif

terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal25

dan Pasal 26.

(2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah).

(3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih

lanjut dalam peraturan perundangundangan.

Bagian Kedua

Sanksi Pidana

Pasal 61

Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.

Pasal 62

(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal9,

Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,huruf e,

ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal12,

Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyakRp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau

kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

Pasal 63

Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman

20

Page 21: uud malpraktek

tambahan, berupa:

a. perampasan barang tertentu;

b. pengumuman keputusan hakim;

c. pembayaran ganti rugi;

d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugiankonsumen;

e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau

f. pencabutan izin usaha.

Pembahasan Kasus:

1. Pada kasus, terjadi penuntutan ganti rugi atas kelalaian yang dilakukan oleh dr H

P P ,SpOG , karena telah melanggar pasal 19, maka dapat dikenakan saksi

administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah).

2. Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan

hukuman tambahan, berupa pembayaran ganti rugi;perintah penghentian kegiatan

tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen bahkan hingga bisa

terjadi pencabutan izin usaha (izin praktek dalam hal ini)

21

Page 22: uud malpraktek

Daftar Pustaka

1. Pembuktian Malpraktek dalam Pelayanan Kesehatan(13 Februari 2013). Diunduh dari:

URL:http://muhammadjabir.wordpress.com/2008/10/30/pembuktian-malpraktek-dalam-

pelayanan-kesehatan/

2. Malpraktek Medis (13 Februari 2013).Diunduh dari:

URL:Hyperlinkhttp://hukum.kompasiana.com/2012/06/16/malpraktek-medis/

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 TentangPraktik Kedokteran

(13Februari 2013). Diunduh dari:

URL:Hyperlinkwww.depkes.go.id/downloads/Permenkes/permenkes%20512.pdf

4. Undang-UndangPerlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 (13 Februari 2013). Diunduh

dari: www.komisiinformasi.go.id/assets/.../UU_Perlindungan_Konsumen.

22