kasus malpraktek mgs.docx

50
Jumat, 06 Des 2013 07:16 WIB - http://mdn.biz.id/n/66322/ - Dibaca: 5,582 kali PERAWAT RSUD LANGSA DIDUGA MALPRAKTEK Gendong Bayi Mariana. (39) saat menggendong bayinya yang diduga korban malpraktek. Kamis (5/12). (medanbisnis/m syafrizal) MedanBisnis - Langsa. Salah seorang perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa diduga melakukan malpraktek yakni salah memberikan obat Naritidin 50 mg, Naufalgis 45 mg kepada pasien bayi perempuan yang baru berumur 34 hari saat menjalani perawatan. Akibatnya bayi mengalami muntah-muntah, kejang dan perut kembung serta badan lemas. Ibu pasien, Mariana (39) warga Gampong Meurandeh Kecamatan Langsa Lama yang juga perawat di RSUD Langsa, kepada MedanBisnis, Kamis (5/12) mengatakan, kejadian itu berawal saat bayinya menderita mencret. Dia membawanya ke praktek dr Nursal, kemudian oleh dr Nursal dirujuk untuk menjalani rawat inap di RSUD.

Upload: moch-gandung-satriya

Post on 10-Apr-2016

263 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

MGS

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Jumat, 06 Des 2013 07:16 WIB - http://mdn.biz.id/n/66322/ - Dibaca: 5,582 kali

PERAWAT RSUD LANGSA

DIDUGA MALPRAKTEK

Gendong Bayi Mariana. (39) saat menggendong bayinya yang diduga korban malpraktek. Kamis

(5/12). (medanbisnis/m syafrizal)

MedanBisnis - Langsa. Salah seorang perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa

diduga melakukan malpraktek yakni salah memberikan obat Naritidin 50 mg, Naufalgis 45 mg

kepada pasien bayi perempuan yang baru berumur 34 hari saat menjalani perawatan. Akibatnya bayi

mengalami muntah-muntah, kejang dan perut kembung serta badan lemas.

Ibu pasien, Mariana (39) warga Gampong Meurandeh Kecamatan Langsa Lama yang juga perawat

di RSUD Langsa, kepada MedanBisnis, Kamis (5/12) mengatakan, kejadian itu berawal saat bayinya

menderita mencret. Dia membawanya ke praktek dr Nursal, kemudian oleh dr Nursal dirujuk untuk

menjalani rawat inap di RSUD.

Sesampainya di rumah sakit sekitar pukul 19.50 WIB, anaknya menjalani perawatan dan diinfus.

Namun pukul 23.00 WIB datang seorang siswa perawat meminta anaknya diberi obat Naritidin 50

mg, Naufalgis 45 mg atas perintah perawat bakti berinisial CM.

"Saat itu saya bertanya berulang-ulang kepada perawat tersebut, apa benar ini obat buat anak saya.

Kala itu, perawat yang melakukan praktek itu membenarkan bahwa itu obat buat anak saya.

Kemudian sebagai perawat di RSUD Langsa juga saya memberikan obat tersebut kepada anak saya

dengan memasukan cairan suntik ke infus," kata Mariana.

Namun alangkah terkejutnya dia, selang beberapa menit tiba-tiba anaknya mengalami kejang-

kejang, muntah, perut gembung dan lemas. "Saat saya tanyakan ulang dan melihat map tugas

Page 2: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

perawat, ternyata obat tersebut bukan buat anak saya, tapi pasien lain. Ini namanya malpraktek,

sebagai perawat saya juga tidak seperti ini menjalankan tugas. Lihat kondisi anak saya saat ini,

lemas dan muntah-muntah terus," katanya.

Sementara perawat juga melanggar instruksi dr Nursal yang hanya menyuruh untuk melakukan infus,

tetapi diberi obat suntikan yang berakibat fatal. "Ketika kami tanya ke perawat berinisial CM, malah

dia tidak terima. Silahkan mau melapor ke mana, saya siap," demikian Mariana menirukan ucapan

perawat tersebut.

Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Langsa, dr Dahniar kepada MedanBisnis mengatakan

pemberian obat Naritidin 50 mg, Naufalgis 45 mg sudah ada dalam rencana akan tetapi belum

diintruksikan oleh dokter untuk secepat itu diberikan ke pasien.

"Seharusnya saat pemberian obat siswa yang sedang melakukan praktek didampingi perawat senior,

tidak dibiarkan sendirian. Dan hasil konsultasi dengan dr Nursan, dosis yang diberikan itu sudah

layak untuk diberikan ke pasien, bahkan efek samping dari obat yang diberikan itu juga tidak ada.

Selain itu, obat yang diberikan juga bisa untuk meredam gangguan pencernaan pasien.

Alhamdulillah kondisi pasien sudah mulai membaik, bahkan penyakitnya sudah berkurang,"

paparnya.

Lanjut Dahniar, terkait perawat tersebut sudah diberikan teguran dan akan dilakukan pembinaan

serta diistirahatkan sementara. Dan untuk siswa yang sedang melakukan praktek akan dikembalikan

ke kampusnya. "Apa sanksi yang diberikan itu tergantung dari kampusnya," tandas Dahniar. (m

syafrizal)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/12/06/66322/perawat-rsud-langsa-diduga-malpraktek/

#.Vm7ndL-_OM8

KASUS DUGAAN MALPRAKTEK DI PUSKESMAS TANGGUL BERLANJUT2 MARET 2011 PUKUL 21:10

Jemberpost.com Kasus dugaan mala praktek yang dilakukan oleh Puskesmas Tanggul terhadap pasien Ika Kustinawati (22) yang bersalin itu berlanjut. Kini, dua lembaga layanan kesehatan yang menangani mulai saling lempar dan saling tuduh. RSUD dr Soebandi,

Page 3: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

menyalahkan penanganan oleh Puskesmas Tanggul, karena sebelum dibawa ke RSUD dr Soebandi, pasien ini ditangani Puskesmas Tanggul.

Supriyadi, suami pasien menceritakan bahwa saat itu dirinya mempertanyakan kepada pihak RSUD dr Soebandi. Dijawab oleh pihak RSUD dr Soebandi dalam hal ini oleh Tim Medis yang menangani

bahwa kesalahan ada di pihak Puskesmas Tanggul.

“Tim Medis RSUD dr Soebandi, mengatakan bahwa pihak Puskesmas yang menangani pertama itu

yang keliru,” ujar Supriyadi.

Supriyadi, tidak berhasil mengingat siapa yang menyatakan itu. Entah dari pihak perawat atau dokter

yang menangani di RSUD dr Soebandi. Yang jelas, saat dia kebingungan dan menanyakan

pertanggungjawaban ke RSUD , pihak RSUD menyatakan kesalahan lebih di pihak Puskesmas

Tanggul.

Sekadar diketahui, saat ini polisi sedang mengusut kasus ini. Kasat Reskrim Polres Jember AKP

Kusworo Wibowo, SIk, mengatakan bahwa Tim Penyidik Tipiter telah melakukan penyelidikan.

Bahkan, dalam waktu dekat para pihak akan dilakukan pemanggilan secara resmi.

“Terima kasih, laporannya. Dan kita akan tindak lanjuti segera,” ujar Kasat Reskrim AKP Kusworo,

kemarin.

Sebelumnya, kasus ini muncul setelah korban Ika Kustinawati, yang hamil 9 bulan lebih itu

merasakan akan melahirkan. Lalu oleh keluarga dibawa ke Puskesmas Tanggul, yakni pada tanggal

2 Pebruari 2011.

Saat itu kontraksi terjadi. Dan penanganan dilakukan seperti pasien biasa selama ini yang hendak

melahirkan. Pihak perawat, bidan, dan tim medis magang itu menangani serius Ika.

“Sebetulnya, saya diminta ke bidan terdekat. Tetapi saya ada menyuruh ke Puskesmas saja.,”

ujarnya.

Penanganan itu dilakukan setelah tanggal 3 Pebruari 2011, pukul 15.00 WIB besoknya, karena air

ketuban sudah pecah. Baru kemudian karena sudah pecah, maka vagina bagian atas digunting.

Sebab, saat itu tidak segera keluar bayinya. Karena belum keluar juga digunting lagi di bagian

bawah. Bahkan, saat itu perutnya didorong dengan perawat dan bidan – bidan itu. “Yang

menggunting saya itu lebih banyak bidan magang,” ujar Ika Kustinawati.

Page 4: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Baru setelah beberapa jam, bayi bisa dikeluarkan. Beratnya sekitar 3,1 Kg. Kemudian vagina dijahit.

Hanya saja saat itu mengalami kekacauan sebab batas vagina dan dubur itu sudah tidak ada lagi

batas. Hanya tersisa satu centimeter saja.

Karena Puskesmas akhirnya tidak sanggup, maka dirujuk ke RSUD dr Soebandi. Hanya saja sampai

di RSUD dr Soebandi ditangani biasa.

“Saat itu, pihak RSUD menyayangkan kenapa kok jadi seperti ini. Kalau tidak sanggup sejak awal

kan seharusnya dikirim ke RSUD. Bayi 3,1 Kg, kok seperti ini,” ujar dokter di RSUD dr Soebandi.

Kini keluarga dan pasien saat meminta pertanggungjawaban ke Puskesmas tidak digubris. Bahkan

dicampakkan begitu saja. “Kita seperti dibuang begitu saja,” ujarnya.

Bidan Siti Muawanah – adalah saksi kunci dalam kasus ini. Proses persalinan diduga tidak wajar

karena pengguntingan vagina hingga 3 centi meter lebih. Kini, orangtua bayi laki – laki bernama Ifza

Praditya Akbar (1 bulan) terbaring lemah di tempat tidur. Dia menunggu kejelasan penanganan dan

pertanggungjawaban dari pihak Puskesmas Tanggul. ki

https://www.facebook.com/notes/jember/kasus-dugaan-malpraktek-di-puskesmas-tanggul-berlanjut/

10150111042609171

SOAL PUTUSNYA KEPALA BAYI SAAT PROSES KELAHIRAN DI RSUD LOMBOK BARAT

Putusnya Kepala Bayi dalam proses persalinan di Rumah Sakit Umum Patuh Patut Pacu Lombok

Barat kamis ( 10/2) menurut pihak Rumah Sakit bukan karena malpraktek , sebab telah dilakukan

dengan prosudur yang benar .

Kepala Bayi pasangan Nurhasanah ( 30 ) dan Muhammad Sawab ( 35 ) itu putus ketika ditangani

sejumlah perawat dan dokter UGD di RSUD itu Tanpa pengawasan Dokter Spesialis Kandungan .

Page 5: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Pihak Rumah Sakit dalam pernyataan resmi sabtu (12/2 ) yang disampaikan Dokter I Ketut Sepidiarti

SPOG spesialis kandungan di RSUD itu menyatakan Proses persalinan sesuai prosudur . " Tidak

ada masalah secara medis , sebab penanganan sudah benar .

Bayi itu , kata dokter Sepidiarti , kondisinya anomali yang mayor yang sifatnya Letal anomaly .

Kalaupun dilahirkan hidupnya sangat singkat karena ada pembengkakan di perut terutama pada

limpa dan hati . Kata dokter spesialis kandungan itu .

Pihak rumah sakit sudah memastikan bahwa bayi itu telah meninggal sebelum dikeluarkan . Pihak

rumah Sakit menyatakan bidan yang menangani bayi itu terlah terlatih dan mengikuti cara

mengeluarkan bayi yang telah meninggal. Walaupun hanya dibandu dokter IGD secara medis telah

sesuai prosudur .

Dokter Spidiarti mengakui saat peristiwa putusnya kepala bayi itu, ia tidak di rumah sakit karena

sudah jam pulang . " saya tidak mungkin kembali ke RS karena sudah berada di rumah dan butuh

waktu istirahat " katanya . Namun demikian operasi untuk mengeluarkan bayi di RS Bhayangkara

pasca putusnya kepala bayi itu justru dilakukan oleh dokter Spidiarti .

Proses kelahiran bayi itu diawali dari bidan praktek di Lembar , tetapi karena tidak mampu ditangani ,

lalu dirujuk ke RSUD Patuh Patut Pacu . Disanalah dilakukan proses mengeluarkan bayi yang diduga

sudah meninggal . Bidan dan perawat dan seorang dokter IGD menangani bayi itu , tetapi kepala

bayi itu terputus saat ditangani .

Orang tua korban tidak terima dan meminta segera dirujuk ke RS Bhayangkara Ampenan untuk

menjalani operasi mengeluarkan tubuh bayi itu dari rahim ibunya .

Keluarga yang tidak menerima kejadian tersebut , melaporkan kasus itu ke Polres Lombok Barat

dengan dugaan malpraktek yang menyebabkan kepala bayi itu terputus . Menanggapi hal itu pihak

RSUD Patuh Patut Pacu siap menghadapi laporan tersebut .Sedangkan Dinas Kesehatan sedang

melakukan analisa kasus putusnya kepala bayi saat proses kelahiran , sebab ini adalah kejadian

pertama di NTB . Menurut Kepala Dinas Kesehatan NTB dr. Muhammad Ismail , pihaknya tidak

gegabah menyatakan itu malpraktek . Tetapi jika terdapat indikasi malpraktek , pihak RSUD Patuh

Patut Pacu harus bertanggung jawab

Polres Lombok Barat membenarkan adanya laporan dugaan malpraktek yang menyebabkan

terputusnya kepala Bayi pasangan Nurhasanah dan Muhammad Sawab . Kasus itu masih dalam

penyelidikan dan belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka . Polisi akan memanggil bidan ,

perawat dan dokter yang menangani persalinan bayi itu untuk diminta keterangan sebagai saksi .

( Inanalif / Infosketsa.com ).

Page 6: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

http://infosketsa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4019%3Asoal-putusnya-

kepala-bayi-saat-prose-kelahiran-rsud-lombok-barat-bantah-malpraktek-&catid=41%3Aberita-

headline&Itemid=1

Selasa, 25 Januari 2011

KASUS MALPRAKTEK DALAM KESEHATAN

Kasus Malpraktek dalam bidang Orthopedy Gas Medik yang Tertukar.

Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana layaknya,

sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebi dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi,

sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy).

Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan

setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak

sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin

pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan

operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.

Page 7: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (N2O)

yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal

gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberia CO2 pada pasien tentu mengakibatkan

tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien

jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal. Ini sebuah fakta penyimpangan sederhana namun berakibat

fatal.

Dengan kata lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata, di

rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di mesin

anastesi. Padahal seeharusnya ada standar, siapa yang harus memasang, bagaimana caranya,

bagaimana monitoringnnya, dan lain sebagainya. Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa

perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan

formulir yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya

prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi kekeliruan. Dan kalaupun

terjadi akan cepat diketahui siapa yang bertanggungjawab.

Tinjauan Kasus

Ditinjau dari Sudut Pandang Hukum

Sangsi hukum

Jika perbuatan malpraktik yang dilakukan dokter terbukti dilakukan dengan unsur kesengajaan

(dolus) dan ataupun kelalaian (culpa)seperti dalam kasus malpraktek dalam bidang orthopedy yang

kami ambil, maka adalah hal yang sangat pantas jika dokter yang bersangkutan dikenakan sanksi

pidana karena dengan unsur kesengajaan ataupun kelalaian telah melakukan perbuatan melawan

hukum yaitu menghilangkan nyawa seseorang. Perbuatan tersebut telah nyata-nyata mencoreng

kehormatan dokter sebagai suatu profesi yang mulia.

Pekerjaan profesi bagi setiap kalangan terutama dokter tampaknya harus sangat berhati-hati untuk

mengambil tindakan dan keputusan dalam menjalankan tugas-tugasnya karena sebagaimana yang

telah diuraikan di atas. Tuduhan malpraktik bukan hanya ditujukan terhadap tindakan kesengajaan

(dolus) saja.Tetapi juga akibat kelalaian (culpa) dalam menggunakan keahlian, sehingga

mengakibatkan kerugian, mencelakakan, atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Selanjutnya, jika

kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan tindakan medik yang tidak memenuhi SOP yang lazim

dipakai, melanggar Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka dokter tersebut

dapat terjerat tuduhan malpraktik dengan sanksi pidana.

Dalam Kitab-Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang mengakibatkan celaka atau

Page 8: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa karena

kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

tahun atau kurungan paling lama satu tahun”. Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan

terancamnya keselamatan jiwa seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 360 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (1) ‘Barang siapa karena

kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun’.

(2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga

timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu

tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama

enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap dokter yang terbukti melakukan malpraktik,

sebagaimana Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), “Jika kejahatan yang

diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana

ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian

dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.”

Namun, apabila kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan malpraktik yang mengakibatkan

terancamnya keselamatan jiwa dan atau hilangnya nyawa orang lain maka pencabutan hak

menjalankan pencaharian (pencabutan izin praktik) dapat dilakukan.

Berdasarkan Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindakan malpraktik juga

dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang (pasien) terhadap dokter yang dengan

sengaja (dolus) telah menimbulkan kerugian kepada pihak korban, sehingga mewajibkan pihak yang

menimbulkan kerugian (dokter) untuk mengganti kerugian yang dialami kepada korban,

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab-Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang

yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sedangkan kerugian

yang diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur oleh Pasal 1366 yang berbunyi: “Setiap orang

bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.”

Kepastian hukum

Melihat berbagai sanksi pidana dan tuntutan perdata yang tersebut di atas dapat dipastikan bahwa

bukan hanya pasien yang akan dibayangi ketakutan. Tetapi, juga para dokter akan dibayangi

kecemasan diseret ke pengadilan karena telah melakukan malpraktik dan bahkan juga tidak tertutup

kemungkinan hilangnya profesi pencaharian akibat dicabutnya izin praktik. Dalam situasi seperti ini

Page 9: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

azas kepastian hukum sangatlah penting untuk dikedepankan dalam kasus malpraktik demi

terciptanya supremasi hukum.

Apalagi, azas kepastian hukum merupakan hak setiap warga negara untuk diperlakukan sama di

depan hukum (equality before the law) dengan azas praduga tak bersalah (presumptions of

innocence) sehingga jaminan kepastian hukum dapat terlaksana dengan baik dengan tanpa

memihak-mihak siapa pun.

Hubungan kausalitas (sebab-akibat) yang dapat dikategorikan seorang dokter telah melakukan

malpraktik, apabila (1) Bahwa dalam melaksanakan kewajiban tersebut, dokter telah melanggar

standar pelayanan medik yang lazim dipakai. (2) Pelanggaran terhadap standar pelayanan medik

yang dilakukan merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). (3)

Melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Ditinjau dari Sudut Pandang Etika (Kode Etik Kedokteran Indonesia /KODEKI)

Etika punya ari yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari

istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah

hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sitem tentang motifasi, perilaku dan perbuatan

manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang

mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental:

bagaimana saya harus hidup dan bertindak?. Bagi seorang sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan

dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi professional termasuk dokter

dan tenaga kesehatan lainnya, etika berarti kewajiban dan tanggungjawab memenuhi harapan

profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang professional, etika adalah salah satu

kaidah yang menjaga terjadinya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar,

jujur, adil, professional dan terhormat.

Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; “ seorang dokter harus senantiasa berupaya

melaksanakan profesinya sesuai denga standar profesi tertinggi”. Jelasnya bahwa seeorang dokter

dalam melakukan kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional harus sesuai dengan ilmu

kedokteran mutakhir, hokum dan agama. KODEKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa “setiap dokter

hrus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”. Arinya dalam setiap tindakan

dokter harus betujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia.

Peran pengawasan terhadap pelanggaran kode etik (KODEKI) sangatlah perlu ditingkatkan untuk

menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang mungkin sering terjadi yang dilakukan oleh

setiap kalangan profesi-profesi lainnya seperti halnya advokat/pengacara, notaris, akuntan, dll.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk memeriksa dan memutus

sanksi terhadap kasus tersebut seperti Majelis Kode Etik. Dalam hal ini Majelis Kode Etik Kedokteran

Page 10: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

(MKEK). Jika ternyata terbukti melanggar kode etik maka dokter yang bersangkutan akan dikenakan

sanksi sebagaimana yang diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia. Karena itu seperti kasus

yang ditampilkan maka juga harus dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam kode etik.

Namun, jika kesalahan tersebut ternyata tidak sekedar pelanggaran kode etik tetapi juga dapat

dikategorikan malpraktik maka MKEK tidak diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk

memeriksa dan memutus kasus tersebut. Lembaga yang berwenang memeriksa dan memutus kasus

pelanggaran hukum hanyalah lembaga yudikatif. Dalam hal ini lembaga peradilan. Jika ternyata

terbukti melanggar hukum maka dokter yang bersangkutan dapat dimintakan

pertanggungjawabannya.

Baik secara pidana maupun perdata. Sudah saatnya pihak berwenang mengambil sikap proaktif

dalam menyikapi fenomena maraknya gugatan malpraktik. Dengan demikian kepastian hukum dan

keadilan dapat tercipta bagi masyarakat umum dan komunitas profesi. Dengan adanya kepastian

hukum dan keadilan pada penyelesaian kasus malpraktik ini maka diharapkan agar para dokter tidak

lagi menghindar dari tanggung jawab hokum profesinya.

Ditinjau dari Sudut Pandang Agama

Adapun agama–agama memandang malpraktek, khususnya yang menyebabkan kematian atau bisa

pasien kehilangan nyawanya. Diantaranya dapat dilihat bagaimana secara garis besar agama Islam

dan Khatolik memandang malpraktek.

• Menurut pandangan Islam

Dikatakan bahwa jatah hidup itu merupakan ketentuan yang menjadi hak prerogatif Tuhan, biasanya

disebut juga haqqullâh (hak Tuhan), bukan hak manusia (haqqul âdam). Artinya, meskipun secara

lahiriah atau tampak jelas bahwa saya menguasai diri saya sendiri, tapi saya sebenarnya bukan

pemilik penuh atas diri saya sendiri. Untuk itu, saya harus juga tunduk pada aturan-aturan tertentu

yang kita imani sebagai aturan Tuhan. Atau, meskipun saya memiliki diri saya sendiri, tetapi saya

tetap tidak boleh membunuh diri. Dari sini dapat kita katakana bahwa, sebagai individu saja kita tidak

berhak atas diri atau kehidupan yang kita miliki, apalagi kehidupan orang lain. Karena itu maka setiap

tindakan yang oada akhirnya menghilangkan hidup atau nyawa seseorang bisa dianggap sebagai

satu tindakan yang melanggar hak prerogatif Tuhan. Dengan demikian segala macam tindakan

malpraktek adalah suatu pelanggaran.

• Menurut pandangan Katolik

Secara garis besar yang menjadi titik tolak pandangan katolik tentang malpraktek adalah mengenai

hak hidup seseorang. Yang menjadi pertanyaan utama disini adalah sejak kapan satu individu atau

bakal individu sudah bisa disebut sebagai individu atau pribadi yang sudah memiliki hak untuk

Page 11: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

hidup?.

Yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah setelah si janin terbentuk dia harus dianggap

sebagai pribadi (a person) atau sebagai manusia (a human person). Satu hal yang perlu

diketengahkan adalah apakah si janin telah memiliki roh atau jiwa (soul)atau tidak? Agama katolik

berpendapat ya, si janin sejak fertilisasi sudah memiliki jiwa. Pada waktu dilahirkan janin telah

menjadi seorang manusia yang telah berhak akan kewajiban moral terhadapnya.

Dari uraian singkat diatas kita dapat katakana bahwa, sejak si janin sudah terbentuk, kita sebenarnya

sudah tidak punya hak untuk memusnahkannya dan harus membiarkan atau memeliharanya sampai

ia tumbuh besar. Terkait dengan kasus yang kami ambil dimana karena suatu kalalaian

menakibatkan satu nyawa menghilang, dapat kita katakana sebagai suatu perampasan hak untuk

hidup karena sejak ia masih sebagai janin saja kita sudah tidak punya hak untuk membunuhnya

apalagi ia sudah tumbuh besar. Karena itu maka setiap kelalaiaan yang mengakibatkan

menghilangnya nyawa seseorang harus bisa ditindaklanjuti baik secara agama ataupun hukum.

Solusi

Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan juga segala macam sanksi hokum serta segala macam

pelanggaran kode etik atas kasus yang kami ambil dalam hal ini keselahan pemberian atau

pemasangan gas setalah oparasi paembedahan tulang di atas maka pencegahan terjadinya

malpraktek harus dilakukan dengan melakukan perbaikan sistem, mulai dari pendidikan hingga ke

tata-laksana praktek kedokteran. Pendidikan etik kedokteran dianjurkan dimulai lebih dini sejak tahun

pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan

etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-

klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian

pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari dan juga perlu terus ada pelatihan dan

pengenalan akan segala macam alat ataupun obat yang harus dipakai dalam pelaksanaan profesi

kedokteran ataupun semua tenaga pelayanan kesehatan agar kesalahan dalam diagnosis atau

kesalahan dalam pemberian obat dapat diminimalisir . Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik

belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para

seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.

Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan latihan

dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter. Diyakini bahwa hal ini adalah

bagian tersulit dari upaya sistemik pencegahan malpraktek, oleh karena diperlukan kemauan politis

yang besar dan serempak dari masyarakat profesi kedokteran untuk mau bergerak ke arah tersebut.

Perubahan besar harus dilakukan.

Undang-undang Praktik Kedokteran diharapkan menjadi wahana yang dapat membawa kita ke arah

tersebut, sepanjang penerapannya dilakukan dengan benar. Standar pendidikan ditetapkan guna

mencapai standar kompetensi, kemudian dilakukan registrasi secara nasional dan pemberian lisensi

bagi mereka yang akan berpraktek. Konsil harus berani dan tegas dalam melaksanakan peraturan,

Page 12: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

sehingga akuntabilitas progesi kedokteran benar-benar dapat ditegakkan. Standar perilaku harus

ditetapkan sebagai suatu aturan yang lebih konkrit dan dapat ditegakkan daripada sekedar kode etik.

Demikian pula standar pelayanan harus diterbitkan untuk mengatur hal-hal pokok dalam praktek,

sedangkan ketentuan rinci agar diatur dalam pedoman-pedoman. Keseluruhannya akan memberikan

rambu-rambu bagi praktek kedokteran, menjadi aturan disiplin profesi kedokteran, yang harus

diterapkan, dipantau dan ditegakkan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI). Profesional yang “kotor” dibersihkan dan mereka yang “busuk” dibuang dari masyarakat

profesi.

Ketentuan yang mendukung good clinical governance harus dibuat dan ditegakkan. Dalam hal ini

peran rmah sakit sangat diperlukan. Rumah sakit harus mampu mencegah praktek kedokteran tanpa

kewenangan atau di luar kewenangan, mampu “memaksa” para profesional bekerja sesuai dengan

standar profesinya, serta mampu memberikan “suasana” dan budaya yang kondusif bagi suburnya

praktek kedokteran yang berdasarkan bukti hokum dank ode etik yang berlaku.

Kesimpulan

Malprktek dalam bidang orthopedy adalah suatu tinndakan kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau

petugas pelayanan kesehatan yang bertugas melakukan segala macam tindakan pembedahan

khususnya pembedahan pada tulang. Dimana dalam kasus ini si pasien yang pada awalnya hanya

mengalami masalah pada tulangnya pada akhirnya harus menghembuskan nafasnya untuk terakhir

kalinya hanya karena kesalahan pemberian gas setelah operasi. Kelalaian fatal ini bisa dikatakan

terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian

pelayanan kesehatan terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah

sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta

banyak lagi faktor yang lainnya. Karena tindakan tersebut tidak hanya melangar hukum, kode etik

kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama tetapi bahkan sampai menghilangkan

nyawa seseorang maka perlu ada jalan keluarnya yakni dengan cara; pembenahan majemen rumah

sakit, meningkatkan ketelitian dalam menjalankan profesi kedokteran serta memperdalam segala

macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan pelayanan kesehatan.

Saran

Bagi semua oranng yang bertugas sebagai pelayan kesehatan dan juga bagi penulis serta siapa saja

yang nantinya akan menjadi seorang pelayan yang bergerak di bidang kesehatan, hendaknya bisa

menggunakan waktu yang masih ada semaksimal mungkin untuk mempelajari semua hal yang

berkaitan dangan tugas kita nantinya, agar segala macam dindakan pelanggaran ataupun kelalaian

dapat diminimalisir atau kalau bisa dihilangkan.

http://marselsaefatu-keperawatan.blogspot.co.id/2011/01/kasus-malpraktek-dalam-kesehatan.html

Page 13: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

CONTOH KASUS MALPRAKTIK

TUBUH MENGHITAM SETELAH MINUM OBAT

indosiar.com, Blitar - Diduga akibat malpraktek dokter Blitar, seorang gadis asal Blitar , Jawa Timur

terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Saiful Anwar Malang, Jawa Timur. Seluruh tubuhnya

berubah menghitam setelah meminum obat dari dokter tempat dia berobat di asalnya.

Beginilah kondisi Nita Nur Halimah (21), warga Desa Talun, Blitar, Jawa Timur setelah meminum

obat yang diberikan oleh salah satu dokter ditempat asalnya. Kulit wajah, tangan hingga sekujur

tubuhnya berubah menjadi hitam.

Menurut Marsini, ibu korban, awalnya Nita hanya menderita luka ngilu dibagian persendian tubuhnya

saat diperiksakan ke dokter. Nita mendapatkan resep obat tanpa bungkus, namun setelah

meminumnya suhu tubuhnya semakin panas. Mulut dan kulit wajahnya berubah kehitaman hingga

merebak kesekujur tubuhnya. Pihak keluarga menganggap kondisi ini disebabkan oleh kesalahan

dokter Andi yang memberikan resep obat tersebut.

Penanganan medis yang dilakukan untuk saat ini adalah memberikan penambahan nutrisi serta

elektrolit untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan memberikan antibiotik untuk membersihkan

luka pasien dari bakteri.

Hingga Senin (02/03) kemarin, Nita ditangani oleh 11 tim dokter spesialis bedah kulit. Indikasi

sementara Nita menderita Steven Jhonson Sindrom atau alergi pada reaksi obat akibat rendahnya

ketahanan tubuh pasien. (Nurochman/Sup)

Page 14: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Jumat, 14 Januari 2011 10:28 WIB | Ditulis oleh Kula

DUGAAN MALPRAKTEK 3 PERAWAT BLU RS DR SOESELO SLAWI

Slawi-Perbuatan tiga oknum perawat Badan Layanan Umum ( BLU ) Rumah Sakit Dr Soeselo Slawi

kabupaten Tegal, berinisial, Jun, BH, Gun baru-baru ini mencoreng dunia kesehatan.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, dokter Widodo Joko Mulyono MKes

MMR, Kamis (13/1/2011 ) kepada koranlokal.com.

Menurut Joko, terkait kasus dugaan malpratek yang dilakukan oleh tiga oknum perawat BLU Rs Dr

Soetomo terdapat dua unsur penanganan kasus, yakni, kasus proses etika profesi sebagai perawat,

dan kasus ke pidana.” Dalam kasus yang diperbuat oleh tiga oknum perawt ini ada penanganannya,

penanganan pertama adalah etika profesi sebagai perawat, dimana Dinkes sudah mengundang

pihak persatuan profesi perawat. Dari keterangan mereka menyatakan sudah memberikan teguran

baik secara lisan maupun tertulis. Sedangkan kasus pidananya kami serahkan kepada yang

berwajib,” paparnya.

Ia menambahkan, perbuatan ketiga oknum perawat BLU Rs Dr Soeselo Slawi sudah diluar koridor

dan ketentuan standar perawat dalam Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP). “ Jadi jika memang

ditemukan penyelewengan oleh tiga oknum perawat tersebut oleh tim Pembina dan pengawas

profesi perawat kabupaten Tegal maka ijin tiga oknum perawat ini bisa dicabut bilamana mereka

punya ijin.Tapi jika tidak punya ijin maka jelas mereka menyalahi hukum pidana dan

kesehatan,”paparnya.(Koran Lokal)

KATA PENGANTAR

Page 15: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah

Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalahini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Profesional

mengenai “Malpraktek dalam Pelayanan Keperawatan”.

Dalam kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan

pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.Amin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

supaya kita selalu berada di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Esa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

Page 16: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A. LatarBelakang........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2

C. TujuanPenulisan....................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3

A. Defenisi .................................................................................................... 3

B. Karakteristik malpraktek............................................................................ 5

C. Teori-teori malpraktek .............................................................................. 5

D. Malpraktek dalam keperawatan ............................................................... 7

E. Dasar hukum perundang-udangan praktek keperawatan ........................ 8

F. Beberapa bentuk malpraktek dalam

keperawatan ..................................................................................... ....... 8

G. Dampak malpraktek................................................................................. 10

H. Tinjauan Kasus dan Analisa Kasus malpraktek dalam

pelayanan keperawatan............................................................................ 11

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 18

A. Kesimpulan............................................................................................... 18

B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 19

Page 17: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah

satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek

keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge

yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat

langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi

praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan

masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna

mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain

upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan

berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul

beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian

inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh

karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang

didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada

masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah

seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek

keperawatan lainnya.

Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas beberapa hal yang

berkaitan dengan malpraktek dalam pelayanan keperawatan, baik ditinjau dari hukum dan etik

keperawatan.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat memahami

malpraktek dalam pelayanan keperawatan

2. Tujuan KhususAgar mahasiswa mengetahui :

a. Defenisi hukum dalam keperawatan dan malpraktek

b. Karakteristik malpraktek

c. Teori-teori malpraktek

d. Malpraktek dalam keperawatan

Page 18: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

e. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan

f. Beberapa bentuk malpraktek dalam keperawatan

g. Dampak malpraktek

h. Tinjauan Kasus dan Analisa Kasus malpraktek dalam pelayanan keperawatan

C. MANFAAT PENULISAN1. Menambahpengetahuandaninformasimengenaimalpraktek dalam pelayanan keperawatan.

2. Merangsangminatpembacauntuklebihmengetahuimalpraktek dalam pelayanan keperawatan.

3. Mengetahuibagaimana malpraktek dalam pelayanan keperawatan.

Page 19: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI1. Hukum dalam keperawatan

Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika

adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah

tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).

Hukumadalah” A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct or action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a controlling authority “

(Webster’s, 2003).

Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang penting adalah

hokum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hokum dalam keperawatan adalah

kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hokum keperawatan yang rasionalogic dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:

a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang legal

dalam merawat pasien.

b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain

c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan

d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat

akontabilitas dibawah hukum yang berlaku

2. Malpraktek

Mal : buruk

Praktek : Aktivitas / kegiatan / perbuatan

Malpraktek adalah kegiatan atau aktivitas buruk yg dilakukan oleh tenaga kesehatan atau

kesalahan yg dilakukan tenaga professional dalam menjalankan profesinya

Balck’s law dictionary mendefinisikan mal praktek sebagai ”professional misconduct or unreasonable lack of skill”ataufailure of one rendering professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled to rely upon them” .

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang

disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),

ataupun suatu kekurang-mahiran / ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005). Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat.

Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan

malpraktek.

Page 20: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

Ninik Mariyanti, malpraktek sebenarnya mempunyai pengertian yang luas, yang

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Dalam arti umum : suatu praktek yang buruk, yang tidak memenuhi

standar yang telah ditentukan oleh profesi.

b. Dalam arti khusus (dilihat dari sudut pasien) malpraktek dapat terjadi di dalam

menentukan diagnosis, menjalankan operasi, selama menjalankan perawatan, dan

sesudah perawatan.

B. KARAKTERISTIK MALPRAKTEKa. Malpraktek Murni

1) Melakukan tindakan yang melanggar UU

2) Sudah mengetahui tindakan itu salah tapi tetap dilakukan

b. Malpraktek disengaja

1) Didalamnya tidak selalu terdapat unsur kelalaian

2) Tindakan sengaja melanggar UU

3) Tindakan dilakukan secara sadar

c. Malpraktek tidak sengaja

1) Karena kelalaian

2) Contohnya menelantarkan pengobatan pasien karena lupa atau sembrono

C. TEORI-TEORI MALPRAKTEKAda tiga teori yang menyebutkan sumber dari perbuatan malpraktek yaitu:

1. Teori Pelanggaran Kontrak

Teori pertama yang mengatakan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah

karena terjadinya pelanggaran kontrak. Ini berprinsip bahwa secara hukum seorang tenaga

kesehatan tidak mempunyai kewajiban merawat seseorang bilamana diantara keduanya

tidak terdapat suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan pasien. Hubungan

antara tenaga kesehatan dengan pasien baru terjadi apabila telah terjadi kontrak diantara

kedua belah pihak tersebut.

Sehubungan dengan adanya hubungan kontrak pasien dengan tenaga kesehatan

ini, tidak berarti bahwa hubungan tenaga kesehatan dengan pasien itu selalu terjadi

dengan adanya kesepakatan bersama. Dalam keadaan penderita tidaksadar diri ataupun

keadaan gawat darurat misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan

persetujuannya.

Apabila terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau kontraktenaga

kesehatan pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu keluargapenderita yang bertindak

atas nama dan mewakili kepentingan penderita.Apabila hal ini juga tidak mungkin, misalnya

dikarenakan penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan hanya diantar

oleh orang lain yang kebetulan telah menolongnya, maka demi kepentingan penderita,

menurut perundang-undangan yang berlaku, seorang tenaga kesehatan diwajibkan

Page 21: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

memberikan pertolongan dengan sebaik-baiknya. Tindakan ini, secara hukum telah

dianggap sebagai perwujudan kontrak tenaga kesehatan-pasien.

2. Teori Perbuatan Yang Disengaja

Teori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk menggugat

tenaga kesehatan karena perbuatan malpraktek adalah kesalahan yang dibuat dengan

sengaja (intentional tort), yang mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cedera

(asssult and battery)

3. Teori Kelalaian

Teori ketiga menyebutkan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah kelalaian

(negligence). Kelalaian yang menyebabkan sumber perbuatan yang dikategorikan dalam

malpraktek ini harus dapat dibuktikan adanya, selain itu kelalaian yang dimaksud harus

termasuk dalam kategori kelalaian yang berat (culpa lata). Untuk membuktikan hal yang

demikian ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah bagi aparat penegak hukum.

Selain dikenal adanya beberapa teori tentang sumber perbuatan malpraktek, yang apabila

ditinjau dari kegunaan teori-teori tersebut tentu saja sangat berguna bagi pihak pasien dan para

aparat penegak hukum, karena dengan teori-teori tersebut pasien dapat mempergunakannya

sebagai dasar suatu gugatan dan bagi aparat hukum dapat dijadikan dasar untuk melakukan

penuntutan.

D. MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATANBanyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian atau malpraktek.

Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat membedakan antara kelalaian dan

malpraktek walaupun secara nyata dan jelas perbedaannya . malpraktek lebih spesifik dan

terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum.

Vestal , K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila

penggugat dapat menunjukkan hal-hal di bawah ini :

1. DutyPada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajiban mempergunakan segala ilmu dan

kepandaian untuk menyembuhkan atau setidaknya meringankan beban penderitaan

pasiennya berdasarkan standar profesi . hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa

melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.

2. Breach of the dutyPelanggaran terjadinya sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang dari apa

yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi

Page 22: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang

ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.

3. InjurySeseorang mengalami cedera(injury) atau kerusakan (damage) yang dapat dituntu

secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Keluhan

nyeri, adanya penderitaan, atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat

cedera jika terkait dengan cedera fisik.

4. Proximate causedPelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang

dialami pasien. Misalnya , cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan

pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien.

E. DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN PRAKTEK KEPERAWATAN.Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek

keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32

(penyembuhan penyakit dan pemulihan)

2. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit

4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur

Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard

praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.

5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi dengan

SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki

akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak

menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja.

Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus

memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di

Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama,

yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat

dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

F. BEBERAPA BENTUK MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATANPelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi

pengetahuan maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan

keperawatan yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian malpraktik dan juga

Page 23: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

adanya kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan

kesehatan khususnya keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle, 2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan malpraktek dalam keperawatan

diantaranya yaitu :

1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk malpraktek yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan

begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian

yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung

dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan

konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan

menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.

2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan melakukan

observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien menjadi

data yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)

3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi RS yang

cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).4. Malpraktek di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan

yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat, dimana

peran perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi jalannya operasi,

kerjasama yang baik dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

G. DAMPAK MALPRAKTEKMalpraktek yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja

kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku

malpraktek dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata

dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa malpraktek merupakan bentuk dari

pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,

nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema

etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara

individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan.

H. TINJAUAN KASUS

KASUS :Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T dirawat

memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke

iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt,

N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis, TD:

Page 24: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo, mulut

mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik

tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi

gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206

dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi dan

masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai dibawah tempatt tidurnya

dengan barang-barang disekitarnya berantakan.

Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya

peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa itu,

keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian

itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan ”saya

akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad tempat tidurnya”,

perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami ” saya pikir kan hanya mengambil air

minum”.

Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan perawat memberikan

obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill tempat tidur

tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh

sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.

ANALISA KASUSContoh kasus diatas merupakan salah satu bentuk kasus malpraktek dari perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada

pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin bahwa Tn.T tidak akan

terjadi injuri/cedera, karena kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan,

sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.

Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak

memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan obat injeksi captopril, sehingga

dengan tidak adanya penghalang tempat tidur membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat

tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan Tn.T terjatuh.

Bila melihat dari hubungan perawat – pasien dan juga tenaga kesehatan lain tergambar

pada bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode etik dan standar praktek atau ilmu

keperawatan. Pada praktek keperawatan, perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik etik,

disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan, perawat harus

menperhatikan beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan dengan ketelitian dan

kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan, melakukan kegiatan sesuai kompetensinya, dan

mempunyai upaya peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

Malpraktek implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila penyelesaiannya dari

segi etik maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani oleh profesinya sendiri dalam hal ini

dewan kode etik profesi yang ada diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka

Page 25: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

harus dilihat apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau keduannya dan ini

membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten dibidang hukum.

Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan malpraktek dengan

alasan, sebagai berikut:

1. Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang

merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan tindakan

keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk malpraktek perawat ini termasuk

dalam bentuk Nonfeasance.

Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan

dengan benar, diantaranya sebagai berikut:

a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)

b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP

c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan

d. Rencanakeperawatan yang dibuattidaklengkap

e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan dengan baik

f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan

g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan perawatan pasien. Karenakerjasamapasiendankeluargamerupakanhal

yang penting.

h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan

2. Dampak – dampak malpraktek

Dampak dari malpraktek secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan

pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku, penerima, dan organisasi

profesi dan administrasi.

a. TerhadapPasien

1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah keperawatan baru

2) Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat

3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah kesehatan/keperawatan lainnya.

4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan sesuai dengan

standar yang benar.

5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit atau perawat

secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang berlaku, yaitu KUHP.

b. Perawatsebagaiindividu/pribadi

1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri, karena

telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, antara lain:

a) Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan merugikan pasien

Page 26: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

b) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-tindakan yang

harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah pasien jatuh dari

tempat tidur

c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan manusia, jatuhnya pasien

akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.

d) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena perawat tidak

mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan keluarga, yang seharusnya sifat

caring ini selalu menjadi dasar dari pemberian bantuan kepada pasien.

2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan ganti rugi atas

kelalaiannya. Sesuai KUHP.

3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat peringatan baik

dari atasannya (Kepala ruang – Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.

c. Bagi Rumah Sakit

1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

RS

2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi Rumah Sakit

3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena

melakukan kelalaian terhadap pasien

4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara administrasi dan

prosedural

d. Bagi profesi

1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang, karena menganggap

organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang

melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi

standar keperawatan.

2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi perawat

yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan

3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima pelayanan

asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:

Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :

a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek keperawatan

dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.

b. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh organisasi profesi dengan jelas

dan tegas.

c. Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang sebelum

bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.

d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi

keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat dipertanggung

Page 27: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah

melewati proses-proses tertentu.

BagiRumahSakitdanRuangan

a. Hendaknya Rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai standarisasi yang telah

ditetapkan oleh profesi keperawatan

b. Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada bidangnya secara

bertahap dan berkesinambungan.

c. Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan yang jelas dan

sesuai dengan standar, berupa registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.

d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat berkaitan dengan etik

dan hukum dalam keperawatan.

e. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai dengan standar

praktek keperawatan.

f. Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada perawat yang

melakukan kelalaian.

g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan dan persiapan

pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

Penyelesaian Kasus Tn.T dan malpraktek perawat diatas, harus memperhatikan berbagai

hal baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi dan

juga bagaimana padangan dari organisasi profesi.

Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas kejadian tersebut, bila

dilihat dari kasus bahwa Tn.T dan kelurga telah diberikan penjelasan oleh perawat sebelum, bila

membutuhkan sesuatu dapat memanggil perawat dengan menggunakan alat bantu yang ada. Ini

menunjukkan juga bentuk kelalaian atau ketidakdisiplinan dari pasien dan keluarga atas jatuhnya

Tn.T.

Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat tersebut kompeten

dan sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai ketentuan perudang-undangan yang

berlaku, apa perawat tersebut memang kompete dan telah sesuai melakukan praktek asuhan

keperawatan pada pasien dengan stroke, seperti Tn.T.

Tetapi bagaimanapun perawat harus dapat mempertanggung jawabkan semua bentuk

kelalaian sesuai aturan perundangan yang berlaku.

Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat yang

dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang diperbolehkan oleh profesi

untuk mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS atau ruangan tempat Tn.T dirawat mempunyai

standar (SOP) yang jelas. Dan harus diperjelas bagaimana Hubungan perawat sebagai pemberi

praktek asuhan keperawatan di dan kedudukan RS terhadap perawat tersebut.

Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang memungkinkan perawat

melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah mempunyai standar profesi yang jelas dan telah

diberlakukan bagi anggotannya, dan apakah profesi telah mempunyai aturan hukum yang mengikat

Page 28: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

anggotannya sehingga dapat mempertanggung jawabkan tindakan praktek keperawatannya

dihadapan hukum, moral dan etik keperawatan.

Keputusan ada atau tidaknya malpraktek bukanlah penilaian atas hasil akhir pelayanan

praktek keperawatan pada pasien, melainkan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau

yang tidak dilakukan oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar yang berlaku.

CONTOH MALPRAKTEK LAINNYA :Pada pasien pascabedah disarankan untuk melakukan ambulasi. Perawat secara drastis

menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan, padahal di saat itu pasien mengalami demam,

denyut nadi cepat, dan mengeluh nyeri abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai

dengan rencana keperawatan yang telah di buat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien.

Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh sehingga mengalami

trauma kepala.

Page 29: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANMal praktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada

misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran /

ketidakkompetenan yang tidak beralasan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa masalah malpraktek bersifat kompleks karena

berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Perawat profesional dituntut untuk selalu meningkatkan

kemampuannya untuk mengikuti perkembangan yang terjadi, baik perkembangan IPTEK

khusunya IPTEK keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang semakin

meningkat.

B. SARAN1. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal penting untuk

menghindarkan terjadinya malpraktek, maka perlunya pemberlakuan standar praktek

keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.

2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya memahami dan mentaati

aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat

terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik dan hukum.

3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghindarkan bekerja dengan

cerobah, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek keperawatan sehingga dapat

terhindar dari kelalaian/malpraktek.

4. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan asuhan

keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya dengan pelaku/pemberi

pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas bentuk tanggung jawab dari masing-

masing pihak

5.

Page 30: KASUS MALPRAKTEK MGS.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ake, Julianus. 2002. Malpraktik Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:

Jakarta: EGC.

Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.

Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.

Priharjo, R (1995). Pengantaretikakeperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar

tidak diterbitkan.

Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.

Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar

tidakditerbitkan.

SoenartoSoerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapiyurisprodensiMahkamahAgungdanHoge Road:Jakarta :PT.RajaGrafindoPersada.

Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar

Grafika.