kasus malpraktek dalam bidang orthopedy

26
Nama : Yosefa Marlinda NIM : 10110161 PRODI : IKP REG.1B Kasus Malpraktek dalam bidang Orthopedy Gas Medik yang Tertukar Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebi dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy). Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya. Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang diberikan gas CO2.

Upload: marchlyn

Post on 29-Jun-2015

985 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Nama : Yosefa Marlinda

NIM : 10110161

PRODI : IKP REG.1B

Kasus Malpraktek dalam bidang Orthopedy

Gas Medik yang Tertukar

Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana

layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebi dahulu. Pembiusan dilakukan

oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang

(orthopedy).

Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan

bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan

pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di

perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini

sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik,

kecuali masalah tulangnnya.

Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas

anastesi (N2O) yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang

diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberia CO2 pada

pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses

oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal. Ini

sebuah fakta penyimpangan sederhana namun berakibat fatal.

Dengan kata lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan

ternyata, di rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas

yang dipasang di mesin anastesi. Padahal seeharusnya ada standar, siapa yang harus

memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnnya, dan lain sebagainya.

Page 2: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada sebuah standar yang tertulis

(misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan formulir yang memuat berbagai

prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya prosedur ini ada, tentu

tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan

cepat diketahui siapa yang bertanggungjawab.

Tinjauan Kasus

Ditinjau dari Sudut Pandang Hukum

Sangsi hukum

Jika perbuatan malpraktik yang dilakukan dokter terbukti dilakukan dengan unsur

kesengajaan (dolus) dan ataupun kelalaian (culpa)seperti dalam kasus malpraktek dalam

bidang orthopedy yang kami ambil, maka adalah hal yang sangat pantas jika dokter yang

bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengan unsur kesengajaan ataupun

kelalaian telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu menghilangkan nyawa

seseorang. Perbuatan tersebut telah nyata-nyata mencoreng kehormatan dokter sebagai

suatu profesi yang mulia.

Pekerjaan profesi bagi setiap kalangan terutama dokter tampaknya harus sangat

berhati-hati untuk mengambil tindakan dan keputusan dalam menjalankan tugas-tugasnya

karena sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Tuduhan malpraktik bukan hanya

ditujukan terhadap tindakan kesengajaan (dolus) saja.Tetapi juga akibat kelalaian (culpa)

dalam menggunakan keahlian, sehingga mengakibatkan kerugian, mencelakakan, atau

bahkan hilangnya nyawa orang lain. Selanjutnya, jika kelalaian dokter tersebut terbukti

merupakan tindakan medik yang tidak memenuhi SOP yang lazim dipakai, melanggar

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka dokter tersebut dapat

terjerat tuduhan malpraktik dengan sanksi pidana.

Dalam Kitab-Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang

mengakibatkan celaka atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359, misalnya

menyebutkan, “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu

Page 3: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

tahun”. Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa

seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360

Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (1) ‘Barang siapa karena kealpaannya

menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun’.

(2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa

sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian

selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau

kurungan paling lama enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap dokter yang terbukti

melakukan malpraktik, sebagaimana Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP), “Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan

suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah

dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan

hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.” Namun, apabila kelalaian

dokter tersebut terbukti merupakan malpraktik yang mengakibatkan terancamnya

keselamatan jiwa dan atau hilangnya nyawa orang lain maka pencabutan hak

menjalankan pencaharian (pencabutan izin praktik) dapat dilakukan.

Berdasarkan Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindakan

malpraktik juga dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang (pasien)

terhadap dokter yang dengan sengaja (dolus) telah menimbulkan kerugian kepada pihak

korban, sehingga mewajibkan pihak yang menimbulkan kerugian (dokter) untuk

mengganti kerugian yang dialami kepada korban, sebagaimana yang diatur dalam Pasal

1365 Kitab-Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), “Tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sedangkan kerugian

yang diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur oleh Pasal 1366 yang berbunyi: “Setiap

orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi

juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.”

Page 4: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Kepastian hukum

Melihat berbagai sanksi pidana dan tuntutan perdata yang tersebut di atas dapat

dipastikan bahwa bukan hanya pasien yang akan dibayangi ketakutan. Tetapi, juga para

dokter akan dibayangi kecemasan diseret ke pengadilan karena telah melakukan

malpraktik dan bahkan juga tidak tertutup kemungkinan hilangnya profesi pencaharian

akibat dicabutnya izin praktik. Dalam situasi seperti ini azas kepastian hukum sangatlah

penting untuk dikedepankan dalam kasus malpraktik demi terciptanya supremasi hukum.

Apalagi, azas kepastian hukum merupakan hak setiap warga negara untuk

diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law) dengan azas praduga tak

bersalah (presumptions of innocence) sehingga jaminan kepastian hukum dapat

terlaksana dengan baik dengan tanpa memihak-mihak siapa pun. Hubungan kausalitas

(sebab-akibat) yang dapat dikategorikan seorang dokter telah melakukan malpraktik,

apabila (1) Bahwa dalam melaksanakan kewajiban tersebut, dokter telah melanggar

standar pelayanan medik yang lazim dipakai. (2) Pelanggaran terhadap standar pelayanan

medik yang dilakukan merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik Kedokteran Indonesia

(Kodeki). (3) Melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Ditinjau dari Sudut Pandang Etika (Kode Etik Kedokteran Indonesia /KODEKI)

Etika punya ari yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang

berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang

moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sitem

tentang motifasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz

Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia

untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana saya harus hidup dan

bertindak?. Bagi seorang sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang

dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi professional termasuk dokter dan tenaga

kesehatan lainnya, etika berarti kewajiban dan tanggungjawab memenuhi harapan profesi

Page 5: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang professional, etika adalah salah

satu kaidah yang menjaga terjadinya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi

secara wajar, jujur, adil, professional dan terhormat.

Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; “ seorang dokter harus senantiasa

berupaya melaksanakan profesinya sesuai denga standar profesi tertinggi”. Jelasnya

bahwa seeorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya seebagai seorang

proesional harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hokum dan agama. KODEKI

pasal 7d juga menjelaskan bahwa “setiap dokter hrus senantiasa mengingat akan

kewajiban melindungi hidup insani”. Arinya dalam setiap tindakan dokter harus betujuan

untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia.

Peran pengawasan terhadap pelanggaran kode etik (KODEKI) sangatlah perlu

ditingkatkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang mungkin

sering terjadi yang dilakukan oleh setiap kalangan profesi-profesi lainnya seperti halnya

advokat/pengacara, notaris, akuntan, dll. Pengawasan biasanya dilakukan oleh lembaga

yang berwenang untuk memeriksa dan memutus sanksi terhadap kasus tersebut seperti

Majelis Kode Etik. Dalam hal ini Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK). Jika ternyata

terbukti melanggar kode etik maka dokter yang bersangkutan akan dikenakan sanksi

sebagaimana yang diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia. Karena itu seperti

kasus yang ditampilkan maka juga harus dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur

dalam kode etik.

Namun, jika kesalahan tersebut ternyata tidak sekedar pelanggaran kode etik tetapi

juga dapat dikategorikan malpraktik maka MKEK tidak diberikan kewenangan oleh

undang-undang untuk memeriksa dan memutus kasus tersebut. Lembaga yang berwenang

memeriksa dan memutus kasus pelanggaran hukum hanyalah lembaga yudikatif. Dalam

hal ini lembaga peradilan. Jika ternyata terbukti melanggar hukum maka dokter yang

bersangkutan dapat dimintakan pertanggungjawabannya. Baik secara pidana maupun

perdata. Sudah saatnya pihak berwenang mengambil sikap proaktif dalam menyikapi

fenomena maraknya gugatan malpraktik. Dengan demikian kepastian hukum dan

Page 6: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

keadilan dapat tercipta bagi masyarakat umum dan komunitas profesi. Dengan adanya

kepastian hukum dan keadilan pada penyelesaian kasus malpraktik ini maka diharapkan

agar para dokter tidak lagi menghindar dari tanggung jawab hokum profesinya.

Ditinjau dari Sudut Pandang Agama

Adapun agama–agama memandang malpraktek, khususnya yang menyebabkan

kematian atau bisa pasien kehilangan nyawanya. Diantaranya dapat dilihat bagaimana

secara garis besar agama Islam dan Khatolik memandang malpraktek.

Menurut pandangan Islam

Dikatakan bahwa jatah hidup itu merupakan ketentuan yang menjadi hak

prerogatif Tuhan, biasanya disebut juga haqqullâh (hak Tuhan), bukan hak manusia

(haqqul âdam). Artinya, meskipun secara lahiriah atau tampak jelas bahwa saya

menguasai diri saya sendiri, tapi saya sebenarnya bukan pemilik penuh atas diri saya

sendiri. Untuk itu, saya harus juga tunduk pada aturan-aturan tertentu yang kita imani

sebagai aturan Tuhan. Atau, meskipun saya memiliki diri saya sendiri, tetapi saya tetap

tidak boleh membunuh diri. Dari sini dapat kita katakana bahwa, sebagai individu saja

kita tidak berhak atas diri atau kehidupan yang kita miliki, apalagi kehidupan orang lain.

Karena itu maka setiap tindakan yang oada akhirnya menghilangkan hidup atau nyawa

seseorang bisa dianggap sebagai satu tindakan yang melanggar hak prerogatif Tuhan.

Dengan demikian segala macam tindakan malpraktek adalah suatu pelanggaran.

Menurut pandangan Katolik

Secara garis besar yang menjadi titik tolak pandangan katolik tentang malpraktek

adalah mengenai hak hidup seseorang. Yang menjadi pertanyaan utama disini adalah

sejak kapan satu individu atau bakal individu sudah bisa disebut sebagai individu atau

pribadi yang sudah memiliki hak untuk hidup?.

Yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah setelah si janin terbentuk dia

harus dianggap sebagai pribadi (a person) atau sebagai manusia (a human person). Satu

hal yang perlu diketengahkan adalah apakah si janin telah memiliki roh atau jiwa

Page 7: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

(soul)atau tidak? Agama katolik berpendapat ya, si janin sejak fertilisasi sudah memiliki

jiwa. Pada waktu dilahirkan janin telah menjadi seorang manusia yang telah berhak akan

kewajiban moral terhadapnya.

Dari uraian singkat diatas kita dapat katakana bahwa, sejak si janin sudah

terbentuk, kita sebenarnya sudah tidak punya hak untuk memusnahkannya dan harus

membiarkan atau memeliharanya sampai ia tumbuh besar. Terkait dengan kasus yang

kami ambil dimana karena suatu kalalaian menakibatkan satu nyawa menghilang, dapat

kita katakana sebagai suatu perampasan hak untuk hidup karena sejak ia masih sebagai

janin saja kita sudah tidak punya hak untuk membunuhnya apalagi ia sudah tumbuh

besar. Karena itu maka setiap kelalaiaan yang mengakibatkan menghilangnya nyawa

seseorang harus bisa ditindaklanjuti baik secara agama ataupun hukum.

Solusi

Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan juga segala macam sanksi hokum

serta segala macam pelanggaran kode etik atas kasus yang kami ambil dalam hal ini

keselahan pemberian atau pemasangan gas setalah oparasi paembedahan tulang di atas

maka pencegahan terjadinya malpraktek harus dilakukan dengan melakukan perbaikan

sistem, mulai dari pendidikan hingga ke tata-laksana praktek kedokteran. Pendidikan etik

kedokteran dianjurkan dimulai lebih dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran,

dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan

banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik

tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian

pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari dan juga perlu terus ada

pelatihan dan pengenalan akan segala macam alat ataupun obat yang harus dipakai dalam

pelaksanaan profesi kedokteran ataupun semua tenaga pelayanan kesehatan agar

kesalahan dalam diagnosis atau kesalahan dalam pemberian obat dapat diminimalisir .

Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis

seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang

dengan situasi ideal dalam pendidikan.

Page 8: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

            Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan

memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter.

Diyakini bahwa hal ini adalah bagian tersulit dari upaya sistemik pencegahan malpraktek,

oleh karena diperlukan kemauan politis yang besar dan serempak dari masyarakat profesi

kedokteran untuk mau bergerak ke arah tersebut. Perubahan besar harus dilakukan.

            Undang-undang Praktik Kedokteran diharapkan menjadi wahana yang dapat

membawa kita ke arah tersebut, sepanjang penerapannya dilakukan dengan benar.

Standar pendidikan ditetapkan guna mencapai standar kompetensi, kemudian dilakukan

registrasi secara nasional dan pemberian lisensi bagi mereka yang akan berpraktek.

Konsil harus berani dan tegas dalam melaksanakan peraturan, sehingga akuntabilitas

progesi kedokteran benar-benar dapat ditegakkan. Standar perilaku harus ditetapkan

sebagai suatu aturan yang lebih konkrit dan dapat ditegakkan daripada sekedar kode etik.

Demikian pula standar pelayanan harus diterbitkan untuk mengatur hal-hal pokok dalam

praktek, sedangkan ketentuan rinci agar diatur dalam pedoman-pedoman.

Keseluruhannya akan memberikan rambu-rambu bagi praktek kedokteran, menjadi aturan

disiplin profesi kedokteran, yang harus diterapkan, dipantau dan ditegakkan oleh Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Profesional yang “kotor”

dibersihkan dan mereka yang “busuk” dibuang dari masyarakat profesi.

            Ketentuan yang mendukung good clinical governance harus dibuat dan

ditegakkan. Dalam hal ini peran rmah sakit sangat diperlukan. Rumah sakit harus mampu

mencegah praktek kedokteran tanpa kewenangan atau di luar kewenangan, mampu

“memaksa” para profesional bekerja sesuai dengan standar profesinya, serta mampu

memberikan “suasana” dan budaya yang kondusif bagi suburnya praktek kedokteran

yang berdasarkan bukti hokum dank ode etik yang berlaku.

Kesimpulan

Malprktek dalam bidang orthopedy adalah suatu tinndakan kelalaian yang

dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas melakukan segala

macam tindakan pembedahan khususnya pembedahan pada tulang. Dimana dalam kasus

Page 9: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

ini si pasien yang pada awalnya hanya mengalami masalah pada tulangnya pada akhirnya

harus menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya hanya karena kesalahan

pemberian gas setelah operasi. Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya

ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan

kesehatan terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah

sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih

minim serta banyak lagi faktor yang lainnya. Karena tindakan tersebut tidak hanya

melangar hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama

tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang maka perlu ada jalan keluarnya

yakni dengan cara; pembenahan majemen rumah sakit, meningkatkan ketelitian dalam

menjalankan profesi kedokteran serta memperdalam segala macam pengetahuan tentang

berbagai macam tindakan pelayanan kesehatan.

Saran

Bagi semua oranng yang bertugas sebagai pelayan kesehatan dan juga bagi penulis

serta siapa saja yang nantinya akan menjadi seorang pelayan yang bergerak di bidang

kesehatan, hendaknya bisa menggunakan waktu yang masih ada semaksimal mungkin

untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dangan tugas kita nantinya, agar segala

macam dindakan pelanggaran ataupun kelalaian dapat diminimalisir atau kalau bisa

dihilangkan.

Langkah-langkah dalam diskusi

1. Mencari kata-kata sulit atau yang tidak dapat di mengerti dalam diskusi Anastesi Intensif Katarak Dolus Culpa P3EK

Page 10: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Pertanyaan–pertanyaan penting dalam diskusi………….. Apa yang dimaksud dengan Orthopedy dan termasuk dalam

pembedahan secara umum atau local? Apa resiko yang terjadi bagi seorang dokter bila lalai dalam

melakukan tindakan medis? Apa yang dilakukan keluarga pasien atau tuntutan dari keluarga

pasien terhadap kelalaian dokter dalam melakukan operasi? Apa Dampak dari tindakan Malpraktek? Apakah tindakan yang dilakukan dokter khususnya dalam kasus

diatas dikatakan melanggar suatu tindakan hokum?dan termasuk dalam hokum pidana atau perdata?

Upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk mencegah tindakan malpraktek?

Menjawab problem-problem diatas1. Kata-kata sulit

Anastesi : Hilangnya unsur perasaan atau mati rasaIntensif : Melakukan pelayanan yang lebih mendalam atau sungguh-sungguhKatarak : sejenis kerusakan pada mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabunDolus : KesengajaanCulpa : KelalaianP3EK : Prosedur Penanganan Etika Kedokteran

2. Menjawab pertanyaan

Resikonya adalh mempertanggungjawabkan didepan hukum dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau pihak RS sarana kesehatanTuntutan dari pihak keluarga yaitu dokter yang melakukan kelalaian tersebut harus mempertanggungjawabkannya didepan hukumDampak dari malpraktek:Dampak negatifnya:-Bisa membahayakan nyawa seseorang -Apabila dari keluarga pasien tidak menerima kenyataan maka pihak rumah sakit akan di tuntut.

Page 11: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Dampak positifnya:

-Untuk melancarkan berjalannya operasi

-Untuk membantu kesembuhan seseorang

Termasuk tindakan perdata yang berkaitan dengan ganti rugi yang di atur dalam pasal 55 UU kesehatan, maka beban pembuktian dapat di bebankan pada dokter.Upaya-Upaya yang dilakukan:- Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan

upaya-upaya yang dilakukan karena perjanjian berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil

- Mencatat semua tindakan yang dilakukan dlam rekam medis- Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau

dokter- Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan

memperhatikan segala kebutuhannya- Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,keluarga dan

masyarakat sekitarnya

TujuanMahasiswa mampu memahami tentang malpraktek dan dapat mencegah terjadinya malpraktek dalam bidang pelayanan kesehatan.

“KODE ETIK KEPERAWATAN NASIONAL DAN DUNIA”

Definisi

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan dengan orang lain.

Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.

Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan

Page 12: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

TIPE-TIPE ETIK

a. Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.

Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan

Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

b. Clinical ethics/Etik klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.

Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

c. Nursing ethics/Etik Perawatan

Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

TEORI ETIK

Page 13: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

a. Utilitarian

Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.

b. Deontologi

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.

PRINSIP-PRINSIP ETIK

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Page 14: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.

Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawtan Indonesia :

Page 15: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

c. Perawat dan masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan teman sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Page 16: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan

3)Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

KODE ETIK KEPERAWATAN I

KODE ETIK KEPERAWATAN AMERICAN NURSES ASSOCIATION

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatan.

2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia

3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau ilegal

4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu

5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan

kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.

7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi

8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningfkatkan standar keperawatan

9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas

10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat

11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik

(International Council of Nurse (ICN)

Page 17: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

1. Tanggung Jawab Utama Perawat

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :

a. kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalahsama.b. pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasimanusia.c. dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.

2. Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat.

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai aadat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.

3.Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.

4. Perawat dan lingkungan masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

5. Perawat dan sejawat

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.

6. Perawat dan profesi keperawatan

Page 18: Kasus Malpraktek Dalam Bidang Orthopedy

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.