paleontologi.docx

29
TUGAS PALEONTOLOGI Disusun Oleh : Budi Atmadi 1107045050 FISIKA KONSENTRASI GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

Upload: budhi-atmadhi-ynwa

Post on 26-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

palaentologi

TRANSCRIPT

Page 1: paleontologi.docx

TUGAS PALEONTOLOGI

Disusun Oleh :

Budi Atmadi

1107045050

FISIKA KONSENTRASI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 2: paleontologi.docx

A. Fosil

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari

dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang

menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau

tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan

beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam

batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di

Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi

ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah

kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan

lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah

paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh

arkeologi. Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut yaitu sisa-sisa organism, terawetkan secara

alamiah, pada umumnya padat/kompak/keras, berumur lebih dari 11.000

tahun.

Karena harus terendapkan, maka sebuah fosil harus diperhitungkan

dalam ribuan tahun. Proses pembentukan fosil: pertama bahan baku

harus organik dari makhluk hidup; kedua harus diendapkan dalam suatu

lingkungan pengendapan fosilisasi (endapan volkanik atau satuan karst);

dan ketiga faktor masa/waktu yang diperlukan untuk fosilisasi.

Perlakuan terhadap temuan fosil adalah pengeringan dengan cara

diangin-anginkan tanpa kena sinar matahari langsung; pembersihan;

rekonstruksi; dan identifikasi. Manfaat fosil bagi ilmu pengetahuan

adalah untuk merekonstruksi proses evolusi fisik manusia, evolusi

faunal, dan lingkungan purba serta lansekap vegetasi. Situs-itus

kontributor fosil manusia adalah Sangiran, Kedungbrubus, Trinil,

Ngandong, Sambungmacan, Ngawi, Perning, dan Patiayam.

Salah satu persepsi masyarakat luas mengenai pengertian sebuah fosil

dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah barang-barang kuna

ataupun purbakala. Benak masyarakat luas lebih mudah mengkaitkan

pengertian fosil dengan sesuatu yang antik dan berkonteks masa lalu.

Sebagian dari persepsi tersebut benar, akan tetapi sesungguhnya sebuah

Page 3: paleontologi.docx

fosil mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih spesifik. Oleh

karena itu, persepsi masyarakat tentang fosil di atas baru merupakan

pengertian awal sebagian dari keseluruhan pengertian- yang dilengkapi

dengan pengertian-pengertian yang lebih sempurna. Dalam konteks

tersebut, perlu diberikan beberapa pemahaman mengenai fosil dan seluk

beluknya, sehingga dapat dihindari persepsi masyarakat tentang fosil

yang kurang pas.

Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup

yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil.

Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo.

Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak

memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies

dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria

terakhir ini adalah nautilus. Mempelajari evolusi tidak bisa

meninggalkan fosil. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat

fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu.

Tetapi perlu diketahui juga bahwa Charles Darwin ketika membuat

buku “the origin of species” tidak diawali dengan fosil namun lebih

banyak memanfaatkan fenomena burung-burung di Galapagos.

Perkembangan teori evolusi saat ini sudah menggunakan bermacam-

macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya kearah masa kini

dengan memanfaatkan DNA saja. Fosil masih merupakan alat terbaik

dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi.

Seluk beluk fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Paleontologi

adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Fosil sendiri adalah

jejak kehidupan masa lalu. Banyak yang mengira kalau ketemu fosil

Dinosaurus itu berupa tulang yang utuh, namun sebenarnya yang sering

ditemukan itu hanyalah bagian dari tulang, atau tulang-tulang yang

berserakan.

Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil adalah untuk mempelajari

perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi sepanjang

sejarah bumi, mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat

fosil tersebut hidup, menentukan umur relatif batuan yang terdapat di

Page 4: paleontologi.docx

alam didasarkan atas kandungan fosilnya, untuk menentukan

lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi

kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut, untuk korelasi

antar batuan batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu dengan

dasar kandungan fosil yang sejenis/seumur.

1. Tipe dan jenis fosil

Menurut ahli paleontologi ada beberapa jenis fosil tetapi secara

umum ada dua macam jenis fosil yang perlu diketahui, yaitu: fosil

yang merupakan bagian dari organisme itu sendiri dan fosil yang

merupakan sisa-sisa aktifitasnya.

a. Tipe fosil yang berasal dari organismenya sendiri

Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang

terawetkan/tersimpan, dapat berupa tulangnya, daun-nya,

cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah

bagian dari tubuhnya yang “keras”. Dapat juga berupa

binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya fosil

Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang

terjebak dalam amber (getah tumbuhan).

b. Tipe fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya

Fosil jenis ini sering juga disebut sebagai trace fosil (fosil

jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi

ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang

atau tumbuhan itu sendiri. Penyimpanan atau pengawetan fosil

cangkang dapat berbentuk cetakan, berupa cetakan bagian

dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus,

atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar.

Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah

cetakan dari binatang atau organisme itu. Jejak lintasan kakinya

yang melangkah juga menunjukkan bagaimana binatang ini

beraktifitas, apakah suka berlari ataukan suka berjalan pelan-

pelan. Pemburu atau hunter merupakan pencari jejakyang

sangat mahir. Para pencari jejak ini sering diajak oleh

Page 5: paleontologi.docx

paleontologist untuk melihat jejak-jejak kaki binatang untuk

memperkirakan bagaimana cara binatang ini bergerak.

Ada tiga prinsip utama yang perlu diketahui dalam mempelajari

fosil, yaitu fosil mewakili sisa-sisa kehidupan dari suatu organisme,

hampir semua fosil yang ditemukan dalam batuan merupakan sisa-sisa

organisme yang sudah punah dan umumnya merupakan spesies yang

masa hidupnya tidak begitu lama, perbedaan spesies fosil akan dijumpai

pada batuan yang berbeda umurnya dan hal ini disebabkan karena

kondisi lingkungan bumi mengalami perubahan. Apabila kita telusuri

fosil-fosil yang terkandung dalam lapisan batuan, mulai dari lapisan

yang termuda hingga ke lapisan yang tertua, maka kita akan sampai

pada suatu lapisan dimana salah satu spesies fosil tidak ditemukan lagi.

Hal ini menandakan bahwa spesies fosil tersebut belum muncul (lahir)

atau spesies fosil tersebut merupakan hasil evolusi dari spesies yang

lebih tua atau yang ada pada saat itu. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa kemunculan suatu spesies merupakan hasil evolusi

dari spesies sebelumnya dan hal ini dapat kita ketahui melalui

pengamatan fosil-fosil yang terekam di dalam lapisan-lapisan batuan

sepanjang sejarah bumi.

Apabila penelusuran kita lanjutkan hingga ke lapisan batuan yang

paling tua, maka kita akan sampai pada suatu keadaan dimana tidak

satupun fosil ditemukan, apakah itu fosil yang berasal dari reptil,

burung, mamalia, vertebrata berkaki empat, tumbuhan darat, ikan,

cangkang, dan atau binatang lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka

ketiga prinsip utama diatas dapat kita sintesakan menjadi satu prinsip

yang berlaku secara umum yang disebut sebagai “Hukum Suksesi Fosil

(Hukum Suksesi Fauna)”. Berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang

ditemukan sebagai fosil telah mengalami perubahan selama kurun

waktu dari sejarah bumi. Ketika kita menemukan fosil yang sama dalam

batuan yang lokasinya berbeda, maka kita tahu bahwa batuan tersebut

berumur sama. Pada awalnya penjelasan terhadap perubahan dan

pergantian berbagai jenis spesies yang hidup dimuka bumi dasarkan atas

pemikiran tentang suksesi bencana-alam atau katatrofisme yang secara

Page 6: paleontologi.docx

periodik merusak dan memusnahkan lingkungan hidup suatu organisme.

Setelah peristiwa katatrofisme maka akan muncul kehidupan yang baru

lagi.

Sebagai contoh diperlihatkan fosil jenis Archaeopteryx

lithographica yang dijumpai pada batuan berumur Jura. Fosil ini

tersusun dari rangka reptil yang didalamnya juga memiliki jari-jari

dengan cakar yang berada pada sayapnya, susunan tulang belakangnya

menerus hingga ke bagian ekor, serta memiliki gigi, dan seluruh

tubuhnya ditutupi oleh bulu. Kebanyakan dari fosil reptil yang dijumpai

pada batuan berumur Jura atau bahkan yang lebih tua dari Jura, ternyata

hanya fosil Archaeopteryx lithographica merupakan fosil yang

diketahui memiliki bulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

fosil Archaeopteryx lithographica memiliki hubungan antara reptil dan

burung atau burung yang berasal dari keturunan reptil.

Sebagai ilustrasi, para ahli mempelajari fosil ancestor (fosil

nenek-moyang) dan fosil descendant (fosil keturunannya) disepanjang

umur geologi. Pada pertengahan abad ke 19, Charles Darwin dan Alfred

Wallace mengajukan suatu teori tentang spesies yang berasal dari

kehidupan yang lebih tua akan memberi keturunan yang lebih kuat

kepada spesies yang lebih muda.

Menurut Darwin, perubahan ini disebut sebagai evolusi spesies,

yang dipengaruhi oleh 4 proses, yaitu variasi (variation), re-produksi

(reproduction), persaingan (competition), dan daya-tahan (survival)

dari spesies-spesies yang mampu beradaptasi terhadap perubahan yang

terjadi pada lingkungan hidupnya. Teori evolusi Darwin ini berlaku

untuk semua makluk hidup, baik untuk yang masih hidup maupun yang

sudah menjadi fosil. Penjelasan teori Darwin telah memberi sumbangan

pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan

suksesi yang terjadi pada suatu spesies yang teramati dari fosilnya yang

terekam dan terawetkan dalam batuan. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, maka teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli

sebelumnya kemudian berkembang dan terkoreksi, hal ini mengingat

bahwa teori dibuat atas dasar fakta dan pengamatan. Dengan adanya

Page 7: paleontologi.docx

pengetahuan dan informasi baru, maka suatu teori dapat berkembang

dan berubah, demikian halnya dengan teori evolusi yang dikemukakan

oleh Charles Darwin. Informasi informasi baru yang mendukung konsep

dasar dari teori Darwin adalah bahwa dengan berjalannya waktu maka

seluruh kehidupan akan mengalami berubahan dan spesies yang lebih

tua merupakan nenek moyang (ancestor) dari spesies yang lebih muda

(descendant).

Spesies adalah salah satu yang paling mendasar dari klasifikasi

kehidupan. Diilustrasikan perkembangan (evolusi) dari satu spesies fosil

yang memperlihatkan hubungan antara spesies asalnya dengan spesies

turunannya (ancestor-descendant). Dapat kita lihat bentuk perubahan

dari satu spesies sepanjang umur geologi, yaitu mulai dari umur yang

tertua, yaitu kapur akhir, paleosen, eosen, oligosen, miosen, dan yang

termuda umur pliosen . Sebagai catatan dapat dilihat bagaimana bentuk

bagian belakang (posterior) kerang menjadi lebih membulat pada

spesies yang lebih muda, dan bagian dari kedua cangkang shell yang

memiliki jaringan pengikat (ligament) yang lebih lebar. Para ahli

paleontologi memberi perhatian terhadap bentuk cangkang (shell) serta

anatomi detil dari bagian yang terawetkan sebagai penciri dari

cangkangnya. Pada gambar, nomor pada kolom disebelah kiri

menunjukkan umur geologi, yaitu pliosen, miosen, oligosen, eosen,

paleosen, dan kapur akhir. Hukum suksesi fauna (fosil) sangat penting

bagi para ahli geologi yang ingin mengetahui umur batuan saat

melakukan penelitian. Kehadiran fosil pada suatu singkapan batuan atau

batuan yang berasal dari inti bor dapat dipakai untuk menentukan umur

batuan secara akurat. Kajian yang rinci dari berbagai macam jenis

batuan yang diambil di berbagai lokasi akan menghasilkan beberapa

jenis fosil yang mempunyai kisaran hidup yang relatif pendek dan fosil

jenis ini disebut sebagai fosil indek.

Saat ini, binatang dan tumbuhan yang hidup di lingkungan laut

memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan yang hidup di

lingkungan darat, demikian juga dengan binatang atau tumbuhan yang

hidup di salah satu bagian yang ada di lingkungan laut atau di

Page 8: paleontologi.docx

lingkungan darat akan berbeda pula dengan binatang atau tumbuhan

yang hidup di lokasi lainnya pada lingkungan laut ataupun darat. Hal ini

menjadi suatu tantangan bagi para ahli untuk mengenalinya dalam

batuan yang umurnya sama ketika salah satu batuan diendapkan di

lingkungan darat dan batuan lainnya diendapkan pada lingkungan laut

dalam. Para ahli harus mempelajari fosil fosil yang hidup di berbagai

lingkungan sehingga diperoleh suatu gambaran yang lengkap dari

binatang ataupun tumbuhan yang hidup pada periode waktu tertentu di

masa lampau. Batuan yang mengandung fosil dipelajari baik di

lapangan maupun di laboratorium. Pekerjaan lapangan dapat dilakukan

dimana saja di dunia ini. Di laboratorium, sampel batuan yang akan di

analisa harus terlebih dahulu disiapkan melalui suatu prosedur baku.

Persiapan sampel batuan yang akan di analisa bisa memakan waktu satu

hari, satu minggu atau satu bulan. Sekali fosil diambil dari batuan, maka

fosil tersebut dapat dipelajari atau ditafsirkan. Sebagai tambahan, bahwa

batuan sendiri sebenarnya menyediakan banyak informasi yang berguna

tentang lingkungan dimana fosil tersebut terbentuk. Fosil dapat dipakai

untuk mengenal batuan yang berbeda umurnya. Ilmu yang mempelajari

lapisan batuan dan kandungan fosilnya disebut Biostratigrafi.

Pada hakekatnya untuk mempelajari sejarah bumi kita secara

tidak langsung mempelajari rekaman dari peristiwa-peristiwa masa lalu

yang tersimpan dan terawetkan di dalam batuan. Perlapisan batuan

disini dapat diumpamakan sebagai halaman-halaman dari suatu buku.

Hampir semua singkapan batuan yang ada dipermukaan bumi adalah

batuan sedimen. Sebagaimana diketahui bahwa batuan sedimen

terbentuk dari partikel-partikel batuan yang lebih tua yang hancur akibat

gerusan air atau angin. Partikel-partikel yang berukuran kerikil, pasir,

dan lempung ini melalui media air atau angin diangkut dan kemudian

diendapkan di dasar-dasar sungai, danau, atau lautan. Endapan sedimen

kemungkinan dapat mengubur binatang atau tanaman yang masih hidup

atau yang sudah mati di dasar danau atau lautan. Dengan berjalannya

waktu serta sering terjadinya perubahan lingkungan kimiawinya, maka

Page 9: paleontologi.docx

endapan sedimen ini kemudian akan berubah menjadi batuan sedimen

dan rangka binatang dan tumbuhan akan menjadi fosil.

Pada awal pertengahan tahun 1600-an, seorang ilmuwan bangsa

Denmark yang bernama Nicholas Steno mempelajari posisi relatif pada

batuan-batuan sedimen. Dia mendapatkan bahwa partikel-partikel yang

mempunyai berat jenis yang besar yang berada dalam suatu larutan

fluida akan mengendap terlebih dahulu ke bagian bawah sesuai dengan

urutan berat jenisnya yang lebih besar. Partikel yang besar dan memiliki

berat jenis yang besar akan diendapkan pertama kali sedangkan partikel

yang berukuran lebih kecil dan lebih ringan akan terendapkan

belakangan. Adanya perpedaan ukuran butir (partikel) atau komposisi

mineral akan membentuk suatu perlapisan. Perlapisan pada batuan

sedimen pada umumnya dapat dilihat dengan jelas, karena batuan

sedimen dibangun dari susunan partikel-partikel yang membentuk pola

laminasi dan selanjutnya membentuk perlapisan yang cukup tebal.

Setiap urutan (sekuen) lapisan batuan mempunyai arti bahwa lapisan

bagian bawah akan selalu lebih tua dibandingkan dengan lapisan

diatasnya. Hal ini dikenal sebagai “Hukum Superposisi”. Hukum

superposisi merupakan dasar untuk penafsiran sejarah bumi, karena

disetiap lokasi akan dicirikan oleh umur relatif dari lapisan-lapisan

batuan dan fosil yang ada didalamnya.

Perlapisan batuan terbentuk ketika partikel partikel yang diangkut

oleh media air atau angin melepaskan diri dan mengendap di dasar

cekungan. Hukum Steno “Original Horizontality” menyatakan bahwa

hampir semua sedimen, pada saat diendapkan untuk pertama kalinya

dalam posisi yang horisontal. Meskipun demikian, banyak perlapisan

batuan sedimen yang kita jumpai di alam tidak lagi dalam posisi

horisontal atau telah mengalami perubahan dari kondisi aslinya.

Perubahan posisi lapisan yang sudah tidak horisontal lagi pada

umumnya terjadi selama periode pembentukan pegunungan. Perlapisan

batuan disebut juga sebagai strata (berasal dari bahasa Latin) dan

stratigrafi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang strata. Oleh

karena itu foskus pelajaran stratigrafi pada mempelajari karakteristik

Page 10: paleontologi.docx

dari perlapisan batuan, termasuk di dalamnya mempelajari bagaimana

hubungan antara batuan dengan waktu.

Untuk dapat menyatakan umur suatu lapisan batuan, maka kita

harus mempelajari fosil-fosil yang ada pada batuan tersebut. Pada

hakekatnya, fosil menyediakan bukti-bukti dan peristiwa-peristiwa

penting yang pernah terjadi di bumi serta kapan peristiwa tersebut

berlangsung.

Istilah fosil seringkali mengingatkan orang pada Dinosaurus.

Dinosaurus yang kita kenal saat ini sebenarnya adalah gambar-gambar

yang hanya ada di dalam buku, film dan program televisi, serta tulang

belulang yang dipajang di banyak Musium. Reptil Dinosaurus

merupakan binatang yang mendominasi lebih dari 100 juta tahun diatas

bumi, mulai dari zaman Trias hingga akhir zaman kapur. Banyak

diantara Dinosaurus berukuran relatif lebih kecil, namun demikian pada

pertengahan masa mesozoikum, beberapa spesies Dinosaurus memiliki

bobot hingga mencapai 80 ton. Sekitar 65 juta tahun yang lalu (zaman

kapur), seluruh Dinosaurus yang ada di bumi punah. Alasan yang

mendasari kepunahan Dinosaurus secara cepat masih menjadi

perdebatan di kalangan para ahli. Meskipun semua orang tertarik pada

Dinosaurus, ternyata Dinosaurus hanya merupakan bagian terkecil saja

dari jutaan spesies yang hidup atau pernah hidup di muka bumi. Dalam

kenyataannya bahwa fosil yang tercatat paling melimpah jumlahnya dan

mendominasi di muka bumi adalah fosil binatang yang memiliki

cangkang (shell) serta fosil dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang

berukuran sangat kecil. Sisa-sisa binatang atau tumbuhan tersebut

tersebar luas didalam batuan sedimen dan merupakan fosil yang paling

banyak dipelajari oleh para ahli paleontologi.

Pada abad ke 18 dan 19, seorang ahli geologi berkebangsaan

Inggris William Smith dan ahli paleontologi Georges Cuvier dan

Alexandre Brongniart dari Perancis, menemukan batuan-batuan yang

berumur sama serta mengandung fosil yang sama pula, walaupun

batuan-batuan tersebut letaknya terpisah cukup jauh. Mereka kemudian

menerbitkan peta geologi berskala regional dari daerah yang batuannya

Page 11: paleontologi.docx

mengandung fosil yang sama. Melalui pengamatan yang teliti pada

batuan serta fosil yang dikandungnya, mereka juga mampu mengenali

batuan-batuan yang umurnya sama pada lokasi yang berlawanan di selat

Inggris. William Smith juga mampu menerapkan pengetahuannya

tentang fosil dalam setiap pekerjaan secara praktis di lapangan. Sebagai

seorang teknisi, William Smith adalah orang yang berhasil membangun

sebuah kanal di Inggris yang kondisi medannya tertutup oleh vegetasi

yang cukup lebat serta singkapan batuan yang sangat sedikit. Untuk itu

ia harus mengetahui batuan batuan apa saja yang ada di dalam dan

diatas bukit, karena melalui bukit inilah kanal akan dibangun. William

Smith dapat mengetahui berbagai jenis batuan yang akan dijumpai

dibawah permukaan dengan cara mengkaji fosil-fosil yang diperoleh

dari batuan-batuan yang tersingkap di lereng lereng bukit dengan cara

menggali lubang kecil untuk mengambil fosil. Dengan mengetahui jenis

batuan yang ada, maka dia mampu memperkirakan biaya dan alat apa

yang akan dipakai untuk pekerjaan tersebut. Seperti halnya dengan

William Smith dan lainnya, pengetahuan suksesi dari bentuk kehidupan

yang terawetkan sebagai fosil sangat berguna untuk memahami

bagaimana dan kapan suatu batuan terbentuk.

Fosil dalam paleontologi terbagi 3 jenis, yaitu:

a. Fosil makro/besar (macrofossil)

Merupakan jenis fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa karena

berukuran megaskopis.

b. Fosil mikro/kecil (mickrofossil)

Jenis fosil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan alat pembesar

atau mikroskop dikarenakan ukurannya yang mikroskopis.

c. Fosil nano (nanofossil)

Fosil yang lebih kecil ukurannya dari fosil mikro, sebagian besar

merupakan fosil-fosil DNA hewan purba.

Selain itu dalam ilmu paleontologi juga terdapat beberapa syarat

terbentuknya fosil, yaitu sebagai berikut:

a. Mempunyai bagian yang keras.

Page 12: paleontologi.docx

b. Segera terhindar dari proses-proses kimia yaitu oksidasi dan

reduksi.

c. Tidak menjadi mangsa binatang lain.

d. Terendapkan pada batuan yang berbutir halus, agar tidak larut.

e. Terawetkan pada batuan sedimen. Meskipun fosil biasanya terdapat

pada batuan sedimen, akan tetapi kemungkinan kecil fosil juga bisa

terdapat pada batuan metamorf.

f. Terawetkan dalam waktu geologi, minimal berumur 11.000 tahun.

Sedangkan untuk berbagai proses yang mempengaruhi

terbentuknya fosil adalah sebagai berikut:

a. Histomebasis, yaitu penggantian sebagian tubuh fosil tumbuhan

dengan pengisian oleh mineral lain, contohnya mineral silika,

dimana fosil tersebut diendapkan.

b. Permineralisasi, yaitu proses histomebasis pada fosil binatang.

c. Rekristalisasi, proses berubahnya seluruh atau sebagian tubuh fosil

akibat unsur kimia yang tinggi, sehingga molekul-molekul dari

tubuh fosil yang non-kristalin akan mengikat agregat tubuh fosil itu

sendiri sehingga menjadi kristalin.

d. Replacement atau mineralisasi atau petrifikasi

e. Dehydrasi atau leaching atau pelarutan

f. Mold atau disebut juga depression yaitu fosil berongga dan terisi

mineral lempung.

g. Trail dan track, trail yaitu cetakan atau jejak-jejak kehidupan

binatang purba yang menimbulkan kenampakan yang lebih halus.

Sedangkan track sama dengan trail, namun ukurannya lebih besar.

Kemudian ada istilah burrow, yaitu lubang-lubang tempat tinggal

yang ditinggalkan binatang purba.

Berdasarkan tipe pengawetannya, fosil dapat dibagi menjadi

beberapa jenis, yaitu :

1. Fosil Tak Berubah

Fosil tak berubah adalah organisme atau hewan yang terawetkan,

namun komposisi semula tidak berubah. Contohnya adalah cangkang

kerang yang terawetkan pada batu lempung, komposisinya tetap CaCO3.

Page 13: paleontologi.docx

2. Fosil Terubah

Fosil terubah ada tiga, yaitu :

a. Permineralisasi

Merupakan bagian organisme asli yang porous (bagian organisme

yang lunak) yang terisi oleh mineral-mineral sekunder. Akibat dari

penambahan mineral sekunder, fosil-fosil sering menjadi lebih berat

dan lebih awet dari bagian yang tidak mengalami permineneralisasi.

Contohnya adalah :

1) Fosil kayu yang mengalami silisifikasi.

2) Fosil hewan yang mengalami proses piritisasi.

b. Replacement (penggantian)

Ada mineral sekunder yang menggantikan semua material suatu fosil

yang asli, hasilnya adalah jiplakan fosil asli yang hampir sempurna.

Contohnya ialah kayu yang tersilisifikasi sempurna di daerah

Wonosari.

c. Rekristalisasi, dalam proses ini setiap butiran yang sangat halus dari

mineral asli dari suatu bagian yang keras mengalami reorganisasi

(penyusunan kembali) ke dalam kristal-kristal yang lebih besar dari

mineral sebelumnya. Biasanya tidak ada mineral yang baru masuk

atau keluar, akibatnya tidak ada perubahan bentuk luar dari bagian

yang keras. Walupun demikian, ada beberapa struktur dalam bagian

yang rusak.

3. Fosil Berupa Fragmen

Fosil berupa fragmen –fragmen dimana fragmen itu dapat

berubah dan tidak berubah.

4. Fosil yang Berupa Jejek atau Bekas

Tidak semua fosil yang terawetkan siap dikenal, sering hanya

terdapat bukti-bukti tidak langsung yang berasal dari jejek fosil yang

ada untuk diinterpretasikan. Contoh dari fosil yang berupa jejak atau

bekas antara lain :

Page 14: paleontologi.docx

a. Mold

Apabila bagian keras dari hewan semuanya terlarutkan, lalu lapisan

batuan sedimen melingkupinya, cetakan tersebut disebut mold. Mold

ada dua, yaitu :

1) External mold, apabila yang tercetak bagian luar.

2) Internal mold, apabila yang tercetak bagian dalam.

b. Cast

Mold yang terisi oleh mineral sekunder membentuk jiplakan yang

secara kasar sama dengan yang asli. Cetakan tersebut disebut

cast. Cast ada dua, yaitu :

1) External cast

2) Internal cast

c. Imprint

Imprint biasanya terbentuk bila organisme tercetak didalam, dan

terdiri dari :

1) Sedimen halus

Sedimen yang terjadi secara alamiah materi yang diuraikan oleh

proses pelapukan.

2) Pasir halus

Pasir halus harus terdiri dari pasir alam atau pasir batu pecah.

3) Lumpur

d. Track

Track terbentuk karena sesuatu perpindahan organisme diatas

permukaan sedimen-sedimen lunak. Track dapat juga diartikan

sebagai suatu jejak yang berupa tapak

e. Trail

Trail terbentuk karena sesuatu perpindahan organisme diatas

permukaan sedimen-sedimen lunak. Dan juga trail dapat diartikan

sebagai jejak yang berupa seretan. Istilah ini paling banyak

Page 15: paleontologi.docx

digunakan untuk digunakan untuk menetahui tentang jejak makhluk

hidup pada zaman dulu.

f. Burrow

Burrow adalah jejak dari organisme penggalinya. Lubang atau bahan

galian yang ditinggalkan oleh suatu organisme sering terawetkan

oleh pengisian pada lubang dengan sedimen komposisi yang berbeda

g. Coprolite

Coprolite adalah fosil yang berupa kotoran dari hewan. Digunakan

oleh para ahli geologi untuk menentukan tempat hidupnya, apa

makannya, dan ukuran relatifnya. Coprolite dapat jua digunakan oleh

para ahli untuk menentukan ditahun berapa hewan tersebut hidup,

dan berapa lama hewan tersebut dapat bertahan. Disamping itu

coprolite dapat juga mengetahui umur dari binatang itu sendiri.

h. Fosil Kimia

Fosil kimia adalah jejak asam organik seperti yang dapat dijumpai

dalam sedimen prakambrium sebagai suatu fosil kimia.

Karena fosil merupakan sisa organisme, fosil diklasifikasikan

seperti organisme didalam biologi. Tetapi karena fosil hanya wakil dari

bagian yang keras, kama klasifikasi fosil terutama didasarkan pada

faktor morfologi dari bagian yang keras tersebut.

Usia fosil bisa ditentukan dengan metode peluruhan radioaktif.

Unsur yang sering digunakan untuk kegiatan ini adalah atom karbon-14

(C-14). Setiap mahluk hidup (manusia, binatang dan tumbuhan) dan

benda mati di Bumi ini mengandung karbon-14. C-14 mempunyai

waktu paruh 5.730 tahun, maksudnya jika dalam tubuh mahluk hidup

terdapat 1000 atom C-14, 5.730 tahun setelah mahluk hidup itu mati,

jumlah atom C-14 akan berkurang setengahnya menjadi 500. 5.730

tahun berikutnya atau 11.460 tahun kemudian jumlahnya tersisa 250 dan

seterusnya. Dengan mengukur jumlah C-14 yang terkandung pada fosil,

umur fosil bisa ditentukan. Untuk rekaman sepanjang sejarah, metode

Page 16: paleontologi.docx

ini cukup baik dengan penyimpangan akurasi sekitar beberapa ratus

tahun. Untuk penentuan usia fosil jaman prasejarah, digunakan unsur

lain seperti rubidium-87 yang waktu paruhnya 50 juta tahun atau

samaryum-147 yang mempunyai waktu paruh selama 100 juta tahun.

Jika atom karbon-14 melapuk menjadi nitrogen-14, satu neutron pecah

menjadi satu proton, yang tetap tinggal, dan satu elektron, yang

dipancarkan sebagai partikel beta. Di atmosfer bagian atas, sinar kosmis

berenergi tinggi menciptakan neutron yang mengebom atom-atom

nitrogen. Tiap benturan membuat satu atom karbon-14 dan satu proton.

Dalam penggalian paleontologi, lapisan paling dalam biasanya

lapisan yang paling tua. Fosil yang terdapat di situ kandungan karbon-

14 radioaktifnya semakin kurang bila dibandingkan dengan lapisan

muda yang lebih atas.

Cara menentukan umur fosil dinosaurus:

a. Stratigrafi. Ini yang paling kuno. Mempelajari berapa dalamnya fosil

terkubur. Fosil dinosaurus biasanya ditemukan dalam batuan

endapan. Lapisan batuan endapan terbentuk secara berkala saat bumi

mengendapkan material secara horizontal seiring berjalannya waktu.

Lapisan baru pasti ada di atas lapisan lama yang lebih tua, sambil

menekan lapisan dibawahnya hingga menjadi batu. Ilmuan dapat

memperkirakan jumlah waktu yang telah lewat sejak lapisan yang

mengandung fosil terbentuk. Secara umum, semakin dalam batuan

dan fosil berada, semakin tua usianya.

b. Pengamatan fluktuasi medan magnet bumi. Tiap lapisan batuan

memiliki medan magnet berbeda karena seiring waktu medan

magnet bumi terus bergeser.

c. Melakukan penghitungan radioisotop dari batuan beku disekitar

fosil. Batuan2 beku ini memiliki sedikit unsur radioaktif (sangat

sedikit tapi mampu dideteksi oleh alat yang sangat peka). Dan unsur

radioaktif selalu meluruh seiring waktu. Ambil contoh uranium-235

yang meluruh menjadi separuhnya dalam 700 juta tahun. Ia meluruh

menjadi Timbal-207. Dengan membandingkan jumlah unsur

uranium-235 dan Timbal-207 dalam batuan tersebut, kita dapat

Page 17: paleontologi.docx

menentukan usia batuan beku tersebut. Potasium-40 yang meluruh

menjadi argon-40 juga dapat dipakai untuk menentukan usia fosil.

Kadang juga ditemukan carbon-14. Ia meluruh jadi separuhnya

hanya dalam 5.568 tahun. Ini terlalu pendek untuk dinosaurus, tapi

bermanfaat untuk menentukan usia fosil yang terentang dari 50 ribu

hungga 60 ribu tahun lalu, seperti manusia purba dan hewan zaman

es. Penentuan usia dengan radioisotop tidak dapat dipakai langsung

pada fosil karena mahluk hidup tidak memuat unsur radioaktif.

Untuk menentukan usia fosil, lapisan lelehan (batuan gunung berapi)

dibawah fosil (sebelum fosil ada) dan di atasnya (setelah dinosaurus

mati) yang diperiksa. Hasilnya adalah rentang waktu perkiraan kapan

dinousarus itu hidup. Jadi, dinosaurus ditentukan waktunya

berdasarkan letusan gunung berapi.

d. Memakai fosil penunjuk - beberapa fosil umum sering berdampingan

dengan dinosaurus. Contohnya brachiopoda yang menunjukkan

zaman kambria, trilobita dari zaman pra kambria dan awal

paleozoikum, amonita dari zaman trias dan yura yang kemudian

punah pada perbatasan kuaterner-tersier, beragam jenis nanofosil dan

sebagainya. Idealnya keempat metode harus dipakai sekaligus

sehingga hasilnya teliti.

Salah satu manfaat atau kegunaan dari fosil yaitu sebagai bahan

bakar, disebut sebagai bahan bakar fosil atau bahan bakar tak terbarui.

Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam

yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas

alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan

pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan

juga pembakaran kayu atau peat untuk panas. Ketika menghasilkan

listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil seringkali digunakan

untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali menggunakan uap

yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di

pembangkit listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar

turbin gas secara langsung. Batubara sebagai salah satu contoh bahan

bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan

Page 18: paleontologi.docx

sumber utama dari karbon dioksida yang merupakan salah satu gas

rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah

kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh

dari karbon dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah

karbon dioksida di udara.

Pada masa sekarang ini pemakaian bahan bakar yang bersumber

dari fosil sudah sangat beragam, hal ini berimbas pada tingginya jumlah

permintaan bahan bakar yang ujung-ujung nya berdampak pada

langkanya jumlah bahan bakar fosil di pasaran. Apabila jumlah

permintaan akan bahan bakar fosil terus meningkat, maka dalam waktu

dekat cadangan bahan bakar dunia akan segera habis.

Bahan bakar fosil merupakan jenis bahan yang jumlahnya terbatas

dan tidak dapat diperbarui, oleh karena itu sudah seharusnya umat

manusia menggunakannya dengan bijak dan hemat. Selain itu, dewasa

ini sudah banyak usaha untuk mengganti bahan bakar fosil dengan

bahan bakar organik yang dapat diperbarui.