pendahuluandocshare01.docshare.tips/files/12546/125462871.pdfii. tipe nyeri kepala terdapat 5 tipe...

34
I. Pendahuluan Salah satu fungsi utama selaku dokter adalah mengurangi perasaan nyeri dan penderitaan orang sakit. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam penyakit syaraf. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam penyakit saraf dan sering kali merupakan keluhan utama. Di antara keluhan nyeri yang sering kali dijumpai di klinik adalah nyeri kepala. 1 Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial maupun ekstrakranial. Sebagian besar kasus nyeri kepala bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya ataupun dengan minum obat analgesik. 1 Nyeri tegang kepala otot sering dijumpai, walaupun mempunyai pola keluhan tertentu, nyeri kepala tegang otot tidak jarang muncul dengan nyeri yang sangat mengganggu penderita, sehingga penderita memiliki dugaan yang berlebihan tentang kemungkinan penyebabnya. Sikap yang demikian ini justru dapat memperberat keluhan. 1 Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut: tension headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache, stress headache, essential headache, idiopathic headache dan psycogenic headache, merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka terhadap analgesik. Walaupun demikian, penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tersebut telah berubah, dari episodik menjadi kronis di mana nyeri kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat jelas. Sebagai contoh, seseorang yang selalu nyeri kepala pada saat menghadapi ujian kemudian sembuh setelah ujian selesai. 1 1

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • I. Pendahuluan

    Salah satu fungsi utama selaku dokter adalah mengurangi perasaan nyeri dan

    penderitaan orang sakit. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam

    penyakit syaraf. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam penyakit

    saraf dan sering kali merupakan keluhan utama. Di antara keluhan nyeri yang sering kali

    dijumpai di klinik adalah nyeri kepala.1

    Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan kepala yang

    berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkan oleh stimulus

    nyeri yang berasal dari intrakranial maupun ekstrakranial. Sebagian besar kasus nyeri

    kepala bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya ataupun dengan minum obat

    analgesik.1

    Nyeri tegang kepala otot sering dijumpai, walaupun mempunyai pola keluhan

    tertentu, nyeri kepala tegang otot tidak jarang muncul dengan nyeri yang sangat

    mengganggu penderita, sehingga penderita memiliki dugaan yang berlebihan tentang

    kemungkinan penyebabnya. Sikap yang demikian ini justru dapat memperberat keluhan.1

    Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut: tension

    headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache, stress headache,

    essential headache, idiopathic headache dan psycogenic headache, merupakan bentuk

    nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka terhadap analgesik. Walaupun

    demikian, penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf.

    Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tersebut telah berubah, dari episodik

    menjadi kronis di mana nyeri kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada

    tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat jelas. Sebagai contoh, seseorang yang

    selalu nyeri kepala pada saat menghadapi ujian kemudian sembuh setelah ujian selesai.1

    1

  • II. Tipe Nyeri Kepala

    Terdapat 5 tipe nyeri kepala yaitu vascular, myogenic (muscle tension), cervicogenic,

    traction, dan inflammatory.

    1. Vascular

    Nyeri kepala tipe vaskular yang paling sering adalah migraine. Migraine biasanya nyeri

    hebat pada satu atau dua sisi kepala, mual dan gangguan penglihatan. Lebih sering terjadi

    pada wanita. Perubahan vaskular selama migraine, penyebab nyeri kepala adalah

    neurologis bukan vaskular. Setelah migraine, tipe sakit kepala vaskular adalah nyeri

    kepala “toxic” yang disebabkan oleh demam. Jenis lain nyeri kepala vaskular termasuk

    cluster headaches, menyebabkan epidosik intensitas nyeri berulang dan nyeri kepala

    yang berasal dari tekanan darah tinggi (jarang)2

    2. Muscular/myogenic

    Sakit kepala muscular (atau myogenic) melibatkan tekanan atau spasme pada otot wajah

    dan leher; yang menyebar pada dahi. Tension headache merupakan nyeri kepala

    myogenic yang paling sering.2

    3. Cervicogenic

    Sakit kepala cervicogenic berasal dari gangguan leher termasuk struktur anatomi yang

    diinervasi cervical roots C1-C3 . Cervical headache sering dicetuskan/dipresipitasi oleh

    gerakan leher dan/atau sustained awkward head positioning. Sering disertai restriksi

    range of motion cervical, leher ipsilateral, bahu atau arm pain of a rather vague non-

    radicular nature or, occasionally, arm pain of a radicular nature.2

    4. Traction/inflammatory

    Nyeri kepala traksi dan inflamasi merupakan gejala gangguan lain, ranging from stroke

    to sinus infection.2

    2

    http://en.wikipedia.org/wiki/Cluster_headache

  • III. Klasifikasi Nyeri Kepala

    Tabel I. International classification of headache disorders3

    Primary 1. Migraine, including: 1.1 Migraine without aura 1.2 Migraine with aura

    2. Tension-type headache, including: 2.1 Infrequent episodic tension-type headache 2.2 Frequent episodic tension-type headache 2.3 Chronic tension-type headache

    3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias, including:

    3.1 Cluster headache

    4. Other primary headaches

    Secondary 5. Headache attributed to head and/or neck trauma, including: 5.2 Chronic post-traumatic headache

    6. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder, including:

    6.2.2 Headache attributed to subarachnoid haemorrhage 6.4.1 Headache attributed to giant cell arteritis

    7. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder, including:

    7.1.1 Headache attributed to idiopathic intracranial hypertension 7.4 Headache attributed to intracranial neoplasm

    8. Headache attributed to a substance or its withdrawal, including: 8.1.3 Carbon monoxide-induced headache 8.1.4 Alcohol-induced headache 8.2 Medication-overuse headache 8.2.1 Ergotamine-overuse headache 8.2.2 Triptan-overuse headache 8.2.3 Analgesic-overuse headache

    9. Headache attributed to infection, including: 9.1 Headache attributed to intracranial infection 10. Headache attributed to disorder of homoeostasis 11. Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses, teeth, mouth or other facial or cranial structures, including:

    11.2.1 Cervicogenic headache 11.3.1 Headache attributed to acute glaucoma

    12. Headache attributed to psychiatric disorder

    Neuralgias and other headaches

    13. Cranial neuralgias, central and primary facial pain and other headaches, including:

    13.1 Trigeminal neuralgia 14. Other headache, cranial neuralgia, central or primary facial pain

    3

  • Common Types of headache4

    Type Size Age and sex Clinical characteristic

    s

    Diurnal pattern

    Life profile Provoking factors

    Associated features

    Treatment

    Migraine without aura (common migraine)

    Frontotemporal Uni or bilateral

    Adolescents, young to middle aged adults, sometimes, children, more common in women

    Throbbing (pulsatile); worse behind one eye or ear

    Becomes dull ache and generalized

    Scalp sensitive

    Upon awakening or later in day

    Duration 4-24 h in most cases, sometimes longer

    Irregular intervals, week to months

    Tends to decrease in middle age and during pregnancy

    Bright light, noise, tension, alcohol

    Relieved by darkness and sleep

    Nausea and vomiting in some cases

    ErgotamineSumatriptin, nonsteroidal anti inflammatory agents

    Propanolol or amitriptyline for prevention

    Migraine with aura (neuroligic migraine)

    Same as above

    Same as above

    Same as aboveFamily history frequent

    Same as above

    Same as above

    Same as above

    Scintillating lightrs, visual loss, and scotomas

    Unilateral paresthesias, weakness, dysphasia, vertigo, rarely confusion

    Same as above

    Cluster (histamine headache, migrainous neuralgia)

    OrbitotemporalUnilateral

    Aldolescent and adult males (90%)

    Intense, non throbbing

    Usually nocturnal, 1-2 h after failing asleep

    Occasionally diurnal

    Nightly or daily for severly weeks to months

    Recurrence after many months or years

    Alcohol in some

    LacrimationStuffed nostrilRhinorrheaInjected conjunctionPtosis

    Ergotamine before anticipated attack

    O2, SumatriptanMethysergide, corticosteroids, Verampil, Valproate and llithium in recalcitrant

    4

  • casesType Size Age and sex Clinical

    characteristics

    Diurnal pattern

    Life profile Provoking factors

    Associated features

    Treatment

    Tension headaches

    GeneralizedMainly adults, both sexes, more in women

    Pressure (nonthrobbing), tightness, aching

    Continous, variable intensity, for days, weeks or months

    One or more periods of months to years

    Fatigue and nervous strain

    Depression, worry, anxiety

    Antiaxiety and antidepressant drugs

    Meningeal irritation (meningitis, subarachnoid hemorrhage)

    Generalized or bioccipital or bifrontal

    Any age, both sexes

    Intense, steady deep pain, may be worse in neck

    Rapid evolution minutes to hours

    Sigle episode None Neck stiff on forward bending

    Kernig and Brudzinski signs

    For meningitis or bleeding

    Brain tumor Unilateral or generalized

    Any age, both sexes

    Variable intensity

    May awaken patient

    Steady patient

    Lasts minutes to hours; worse in early A.M., increasing severity

    Once in lifetime: weeks to months

    None Sometimes position

    PapiledemaVomitingImpaired mentationSeizuresFocal signs

    CorticosteroidsMannitolTreatment of tumor

    Temporal ateritis

    Unilteral or bilateral usually temporal

    Over 50 years, either sex

    Throbbing, then persistent aching and burning, arteries thickened and tender

    Intermittent, then continous

    Persists for weeks to months

    None Loss of visionPolymyalgia rheumaticaFver, weight loss, increased sedimentation rate

    Corticosteroids

    5

  • Types of Common Headaches

    Tension Caused by contraction of the muscles.

    Migraine Caused by altered circulation to the head.

    Hormonal Caused by changing hormone levels, for example, premenstrual tension, the menopause, taking the pill.

    Post –Stress Stress Caused by dilation of blood vessels after period of constriction.

    Allergic Caused by exposure to pollens, moulds, chemicals, foods.

    Infective Caused by bacteria or viruses.

    Structural Caused by bones being out of alignment, for example the jaw bone.

    Postural Caused by putting a strain on the muscles of the head, neck and shoulders.

    Eye Strain Caused by overuse of the muscles around the eyes.

    HypoglycemicCaused by rapid changes in the blood sugar levels; dieting, poor nutrition, irregular meals.

    ToxicCaused by over indulgence(( in food and drink, constipation, absorption of toxins from the colon.

    Drug –Induced Caused either by ingestion of drugs or as part of the withdrawal reaction.

    HyperventilationCaused by an unbalanced mixture of oxygen and carbon dioxide in the brain.

    AtmosphericCaused by empathic stress - gases, radiation, positive ions, stuffy rooms.

    Atmospheric Electrical Pollution Caused by power cables, VDUs, etc.

    http://www.headachecure.org 2005

    6

    http://www.headachecure.org/

  • IV. Tension Headache

    a. Definisi

    Tension headache adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh tegangnya otot pada

    wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction headache. Tension

    headache merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.5,6

    Tension headache ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari

    otot-otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan

    menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction headache”).

    “Muscle contraction” ini timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension,

    atau depresi).7

    Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala yang

    terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di waktu pagi

    hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala itu dirasakannya

    berkurang.7

    b. Penyebab

    Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:5

    − Anxietas atau stress

    − Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama

    − Injury, seperti kecelakaan mobil

    − Depresi

    Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:5

    − Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

    − Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

    − Minum alkohol berlebihan

    − Bekerja keras indoor atau outdoor

    − Kondisi medis tertentu

    7

  • c. Epidemiologi

    1. Frekuensi: di Amerika Serikat, tension headache merupakan sindrom nyeri kepala

    primer yang paling sering8,9

    2. Internasional: Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup tension headache

    69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien memiliki

    pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu studi oleh Ulrich

    et al, prevalensi 1 tahun tension headache adalah sama diantara individu dengan dan

    tanpa migraine.8

    3. Jenis Kelamin: Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio tension headache

    perempuan : laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache 1,9:1.8,

    4. Usia: Tension headache dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja hingga

    dewasa muda lebih sering.8,9

    8

  • d. Patofisiologi Nyeri Kepala

    Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron

    trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus allodynia

    di dapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain

    yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminal sentral.10

    lnervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebagian besar berasal dari

    ganglion trigeminal dari dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptid

    dimana jumlah dan peranannya adalah yang paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene

    Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP (substance P), NKA (Neurokinin A), pituitary

    adenylate cyclase activating peptide (PACAP) nitricoxide (NO), molekul prostaglandin

    E2 (PGEJ2) bradikinin, serotonin (5-HT) dan adenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi

    atau mensensitisasi nosiseptor-nosiseptor. Khusus untuk nyeri kepala klaster dan chronic

    paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive intestine peptide) yang berperan

    dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.10

    Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opioid

    dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel(Nav 1.8), purinergic reseptors

    (P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor (GFR-α3 =

    GDNF Glial Cell Derived Neourotrophic Factor family receptor-α3). Sistem ascending

    dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak

    dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai dalam

    pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi

    transmisi sensoris sebahagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal

    grey matter, locus coeruleus, nukleus raphe magnus dan reticular formation), ia

    mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan konvergensi

    kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex, dan struktur

    sistem limbik lainnya. Dengan demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan

    modulator sefalgi.10

    Stimuli elektrode, atau deposisi zat besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct

    grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti

    migren (migraine like headache). Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging)

    9

  • terhadap keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily

    Headache) dan sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian

    deposisi Fe di PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan kontrol.10

    Patofisiologi CDH belumlah diketahui dengan jelas .Pada CDH justru yang

    paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA

    (N-metil-D-Aspartat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikkan produksi

    neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor serebrospinal ternyata

    bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphat) di

    likuor. Kadar CGRP, SP maupun NKA juga tampak meninggi pada likuor pasien CDH.10

    Reseptor opioid di down regulated oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik

    yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi

    disregulasi dari sistem opoid endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic

    overusedmaka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi

    CDH.10

    Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat

    substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin lL1 (Interleukin .1), lL6 dan

    TNFα (Tumor Necrotizing Factor α) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell

    melepas/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid

    dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi,

    terjadi proses upregulasi beberapa reseptor (VR1, sensory specific sodium/SNS, dan

    SNS-2)dan peptides(CGRP, SP).10

    e. Patofisiologi Tension Headache

    Pada penderita Tension headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri

    tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari

    otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri

    yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.10

    Tension headache adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress,

    dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang

    menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain,

    10

  • kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai

    sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya.10

    Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat

    palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor

    nyeri tekan terhadap otot tersebut.10

    Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah

    menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi

    secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang diperiksa,

    nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu

    suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksibehaviour dengan

    reaksi verbal dari penderita.10

    Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension type

    headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai Local

    tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot

    sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan

    intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui

    secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri

    kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren

    dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas

    maupun frekwensi serangan migren.10

    Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur

    fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut

    kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang

    bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan / tidak

    merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses

    iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses

    sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada

    tension type headache.10

    Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan

    leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension

    type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.

    11

  • Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG

    (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan

    sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun

    terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri.

    Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.10

    Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger

    point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)

    Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin

    (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel

    otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap

    nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran

    miofascial terhadap timbulnya tension type headache.10

    Untuk jenis tension type headache episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer

    terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi

    otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory

    activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan

    terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure

    pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun

    ekstrasefalik.10

    Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),

    exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi

    pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar

    serotonin dan noradrenalin di otaknya.10

    Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan

    biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita. Dengan

    bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian depresi pada

    wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.10

    12

  • f. Anamnesa

    1. Usia, jenis kelamin, pekerjaan6

    a. Migrane headache lebih sering terjadi pada usia belasan tahun dan dewasa

    muda, dengan tingkat kejadian yang lebih tinggi pada wanita. Migraine akan

    terjadi pada tahun-tahun terakhir dengan perkembangan hipertensi sistemik.

    b. Cluster headache terjadi hampir pada semua pria

    c. Cranial arteritis lebih sering terjadi pada usia pertengahan dan pada usia lebih

    tua.

    d. Exposure occupational toxin (seperti carbon monoksida, lead, nitrat) akan

    predisposisi sakit kepala

    2. Durasi6

    a. Tension headache sering memiliki symptom durasi yang lama

    b. Sakit kepala berkaitan dengan penyakit intracranial expanding yang biasanya

    durasi pendek. Sebaiknya disebutkan bahwa pasien dengan hematoma subdural

    kronik tidak akan memberikan history trauma kepala (injury sering terlupakan)

    c. Sakit kepala berkaitan dengan penyebab meningeal (seperti subarachnoid

    hemorrhage spontan, meningitis akut) biasanya pada onset akut

    d. Sakit kepala post trauma, walaupun durasi bervariasi, cenderung sembuh

    sendiri.

    e. Migraine headache biasanya terulang pada waktu yang lama, dengan symptom

    free interval antara serangan

    3. Lokasi sakit kepala6

    a. Seperti general rule

    b. Tension headache biasanya menyeluruh, bandlike sensation pada area frontal,

    temporal, occipital, atau parietal (regio frontal dan temporal regions lebih

    sering) atau bioccipital

    c. Classic migraine, migraine dengan aura, biasanya sering unilateral dan lebih

    sering prominent anterior. Meskipun sisi involvement may alternate, satu sisi

    cenderung lebih sering

    13

  • d. Common migraine, migraine denga aura, biasanya lebih sering bilateral

    e. Cluster migraine sisi kepala yang sama, periorbital

    4. Kualitas nyeri6

    a. Tension headache rasa ditekan, diikat, ketat atau berat

    b. Migraine headache biasanya berdenyut atau terhentak

    c. Headache yang berkaitan dengan lesi intracranial expanding biasanya relative

    ringan

    d. Pada subarachnoid hemorrhage akut, nyeri cenderung explosive dan intense.

    Unruptured intracranial aneurysms biasanya tidak berhubungan dengan nyeri.

    Infark cerebral umumnya tidak nyeri.

    5. Simptom prodromal

    a. Migraine headache biasanya didahului dengan keluhan sistemik seperti

    euphoria, anorexia atau mual.

    b. Migraine headache sering didahului gejala neurologik seperti scinilating

    scotoma, transient hemianopia, gangguan hemimotoris atau hemisensoris dan

    disfasia.

    6. Simptom yang berhubungan6

    a. Tension headache sering berhubungan dengan gangguan psikologis

    b. Migraine headache disertai semua simptom prodormal di atas. Transitory

    blindness atau paresis gerakan mata dapat terjadi.

    c. Cluster headache terdapat lakrimasi ipsilateral, injeksi konjungtiva, rhinorrhea

    dan facial flushing. TIdak ada simptom atau tanda focal cerebral.

    d. Pada kasus lesi masa intrkranial, simptomatologi biasanya lebih prominent

    daripada headache. Simptom yang terjadi tergantung pada lokasi anatomi dari

    lesi. Beberapa lesi intracerebral (seperti tumor, arteriovenous malformasi)

    akan menyebabkan kejang , sedangkan massa ekstracerebral

    e. Arteritis cranial sering berhubungan dengan gejala sistemik, termasuk demam,

    anoreksia dan gejala rematik (polymyalgia rheumatica). Gejala cerebral focal

    14

  • mungkin berkaitan dengan oklusi arteri inntrakranial. Gerakan ocular sering

    terjadi.

    7. Faktor presipitasi dan aggravating6

    a. Tension headache dan vascular headache biasanya dipicu oleh faktor

    emosional

    b. Faktor-faktor seperti alcohol, hipoksia, hipertensi sistemk dan perubahan

    hormonal ( menstruasi, kontrasepsi oral, kehamilan) akan berefek pada

    vascular headache

    c. Headache tumor fossa intervenricular dan posterior dipicu oleh perubahan

    posisi kepala, batuk dan Valsava maneuver

    8. Frekuensi, durasi dan variasi diurnal sakit kepala6

    a. Tension headache sering persisten dan memburuk dalam sehari

    b. Frekuensi migrain bervariasi dan tidak tentu. Walaupun durasi yang biasa

    adalah 6 – 36 jam, nyeri ini menetap hingga beberapa hari. Migrain lebih

    sering terjadi pada saat tidur tetapi juga dapat terjadi kapan saja dalam sehari.

    c. Expanding intracranial lesion exhibit no specific pattern

    d. Sakit kepala yang persisten pada acute spontaneus subarachnoid hemorrhage

    9. Riwayat keluarga6

    a. Biasanya terdapat riwayat keluarga yang kuat pada pasien migrain. Cluster

    headaches are not familial

    b. Tumor otak, khususnya phakomatoes, dilaporkan terdapat riwayat keluarga

    15

  • g. Gambaran Klinis

    • Nyeri kepala tegang dan spasme otot dirasakan bilateral. Kadang kepala terasa

    berdenyut.1,5

    • Intensitasnya dari ringan sampai sedang.1

    • Rasa nyeri yang dirasakan antara lain seperti diikat di kepala (band like), ditindih

    barang berat atau kadang-kadang berwujud perasaan tidak enak di kepala.1,4,5,6,9

    • Nyeri kepala ini dapat berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat pula terus-

    menerus sampai 7 hari dengan intensitas bervariasi yang biasanya ringan pada waktu

    bangun tidur, makin lama makin berat dan membaik lagi sewaktu mau tidur.1

    • Nyeri mulai atau makin memburuk dengan stress, fatigue atau emosi5

    • Pemeriksaan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan.1,5,6,9

    • Gangguan konsentrasi dan sulit tidur

    h. Pemeriksaan Fisik

    • Pasien dengan TTH diperoleh pemeriksaan fisik dan neurologis yang normal. 1,5,6,8,9

    • Beberapa pasien mengeluh tender spots atau taut bands pada otot pericranial atau

    cervical (trigger points).8

    • Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher

    16

  • i. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    • Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri

    kepala primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension

    headache.8

    Studi Imaging

    • Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder

    nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.8

    • MRI imaging menunjukkan struktrur cerebral yang detail dan khususnya

    dalam mengevaluasi fossa posterior8

    • CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah

    daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.8

    • Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan dengan

    abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.8

    j. Diagnosis5

    Diagnosa tergantung gejala, riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

    • Kapan awal mula terjadi nyeri kepala?

    • Seberapa buruk?

    • Dimana lokasi nyeri?

    • Bagaimana jenis nyerinya? Apakah tajam, terbakar atau berdenyut?

    • Apakah minum obat ketika mulai nyeri kepala?

    • Apakah mempunyai nyeri kepala lain seperti ini?

    • Stress apa yang dimiliki?

    • Bagaimana riwayat nyeri kepala ?

    17

  • k. Klasifikasi Tension Headache

    Nyeri kepala tegang otot merupakan salah satu jenis nyeri kepala yang terdapat

    dalam klasifikasi yang dibuat oleh The International Headache Society (1988).

    Sementara itu subklasifikasi nyeri kepala tegang otot adalah sebagai berikut:1

    1. Nyeri tegang otot episodik

    a. Berhubungan dengan gangguan otot perikranial

    b. Tak berhubungan dengan gangguan otot perikranial

    2. Nyeri kepala tegang otot kronis

    a. Berhubungan dengan gangguan otot perikranial

    b. Tak berhubungan dengan gangguan otot perikranial

    3. Nyeri kepala tegang otot yang tak terklasifikasikan

    Sesuai dengan kriteria The International Headache Society, maka diagnosis nyeri

    kepala tegang otot episodik dapat ditegakkan apabila:1

    1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala seperti tersebut di atas (lihat gambaran

    klinis)

    2. Tidak ada nausea dan vomitus

    3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia dan kalaupun ada hanya salah

    satu.

    4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan gangguan otot

    perikranial (dahulu disebut muscle contraction headache), bila ditemukan adanya

    ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau dengan pemeriksaan EMG.

    Sementara itu apabila tidak ada ketegangan dinamakan nyeri kepala tegang otot

    yang tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial, yang dahulu dikenal

    sebagai idiopathic headache, essential headache, psycogenic headache.

    5. Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala terjadi paling

    sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan, serta

    mungkin pula diiringi dengan salah satu gejala berikut ini: nausea, fotofobia,

    fonofobia, akan tetapi tidak disertai vomitus maka diagnosisnya adalah nyeri

    kepala tegang otot kronik.

    18

  • Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial

    dinamakan nyeri kepala tegang otot kronik dengan gangguan otot perikranial, dan

    bila tidak ditemukan adanya ketegangan otot maka disebut sebagai nyeri kepala

    tegang otot kronik yang tidak berhubungan dengan gangguan otot perkranial.

    6. Tipe yang lain, yaitu semua bentuk nyeri kepala yang mirip dengan gejala

    sebagaimana diuraikan, tetapi tidak memenuhi syarat untuk diagnosis salah satu

    nyeri kepala tegang otot dan juga tidak memenuhi kriteria untuk nyeri kepala

    migren tanpa aura.

    Kriteria Diagnosa Tension-Type, Chronic Tension-Type, dan Chronic Headache 8,11

    Tension-type headache

    A. Paling sedikit 10 kali serangan nyeri kepala yang memenuhi kriteria B sampai D;

    jumlah hari nyeri kepala: 180 per tahun atau 15 per bulan.

    B. Nyeri kepala 30 menit – 7 hari

    C. Paling sedikit terdapat 2 karakter nyeri berikut:

    1. Tekanan atau ketat (nonpulsating)

    2. Intensitas ringan hingga sedang (nonprohibitive)

    3. Lokasi bilateral

    4. Tidak ada perburukan saat naik tangga atau aktifitas rutin lainnya

    D. Disertai sebagai berikut:

    1. Tidak mual atau muntah

    2. Tidak terdapat photophobia dan phonophobia atau hanya terdapat salah satu

    19

  • Chronic tension-type headache

    Sama seperti tension type headache, kecuali jumlah hari nyeri kepala: paling sedikit 15

    hari/bulan, selama paling sedikit 6 bulan

    • Frekuensi rata-rata nyeri kepala > 15 hari per bulan selama > 6 bulan yang

    memenuhi kriteria di bawah ini:

    • Paling sedikit memenuhi 2 karakter nyeri berikut:

    o Tekanan/ketat (nonpulsating)

    o Intensitas ringan – sedang (may inhibit but does not prohibit activities)

    o Lokasi bilateral

    o Tidak ada perburukan saat naik tangga atau aktifitas rutin lainnya

    • Disertai sebagai berikut:

    o Tidak mual atau muntah

    o Tidak terdapat photophobia dan phonophobia atau hanya terdapat salah satu terdapat: nausea, photophobia atau phonophobia

    Chronic daily headache

    Gambaran tension-type headache

    Terjadi paling sedikit 6 hari/minggu

    20

  • 21

  • 22

  • 23

  • Differential diagnostic considerations in tension-type headache Primary diagnosisNonvascular: Tension-typeVascular: Migraine or cluster

    Secondary (organic) diagnosisVascular disorders Subarachnoid hemorrhage Subdural hematoma Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm Ischemic cerebrovascular disease Temporal arteritis Arterial hypertension Cerebral venous thrombosis

    Nonvascular intracranial disorders Benign intracranial hypertension Intracranial hypotension after lumbar puncture Intracranial neoplasm Intracranial infection or meningitis

    Substances that act as triggers Medications (eg, nitrates, over-the-counter drugs) Foods (eg, monosodium glutamate, alcohol) Exposures (eg, carbon monoxide) Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)

    Metabolic disorders Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep apnea) Hypercapnia Hypoglycemia

    Abnormalities of extracranial structures Eyes (eg, glaucoma, refractive errors) Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis, barosinusitis) Teeth and jaws (eg, temporomandibular joint disorder) Skull (eg, Paget's disease, multiple myeloma) Neck (eg, spondylosis, cervical disk disease)

    24

  • l. Terapi

    Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik (relaksasi)

    dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers). Dalam praktek,

    diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang munculnya nyeri agar

    penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini kurang atau tidak disadarinya.

    Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak

    perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.1

    Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang sangat

    membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache memberi respon

    terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa obat yang mengurangi

    kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.4

    Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti massase,

    meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat sebaiknya

    dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium channel blocker,

    phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif kecuali jika

    terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi sangat menolong pasien

    bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.4

    Penanganan:5

    • Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.

    • Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.

    • Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold washcloth

    pada area yang nyeri.

    • Segera ke dokter bila:

    o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya o Muntah berulang. o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki. o Lengan dan kaki lemah. o Perubahan visual yang tidak segera hilang

    25

  • Terapi Farmakologik:

    Drugs effective in the treatment of tension type headache12

    Drug Trade name Dosage

    Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents

    Acetaminophen

    Aspirin

    Diclofenac

    Ibuprofen

    Naproxen sodium

    Tylenol, generic

    Generic

    Cataflam, generic

    Advil, Motrin, Nuprin,

    generic

    Aleve, Anaprox, generic

    650 mg PO q4-6h

    650 mg PO q4-6h

    50-100 mg q4-6h (max

    200mg/dl)

    400 mg PO q3-4h

    220-550 mg bidCombination Analgesics

    Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

    50 mg

    Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,

    50 mg

    Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

    50 mg, plus caffeine, 40 mg

    Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,

    50 mg, plus caffeine, 40 mg

    Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

    50 mg, plus caffeine, 40 mg

    Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,

    50 mg

    Phrenilin, generic

    Phrenilin Forte

    Fiocert; Esgic, generic

    Esgic-plus

    Fiorinal

    Axotal

    1-2 tablets; max 6 per day

    1 tablet; max 6 per day

    1-2 tablets; max 6 per day

    1-2 tablets; max 6 per day

    1-2 tablets; max 6 per day

    1 tablet q4h; max 6 per day

    Prophylactic Medications

    Amitriptyline

    Doxepin

    Nortriptyline

    Elavil, generic

    Sinequan, generic

    Pamelor, generic

    10-50 mg at bedtime

    10-75 mg at bedtime

    25-75 mg at bedtime

    26

  • Terapi Farmakologik (Obat-obat Baru):10

    • Serotonin agonist, opioids, baclofen (GABAB agonist) dan clonidine menginhibisi

    pelepasan antidromic SP dengan cara mengaktivasi presinaps.

    • NMDA reseptor memainkan peran dalam fenomena wind-up dan sensitisasi sentral.

    Pemberian ketamine secara sistemik dapat mengurangi allodynia dan hyperalgesia.

    Ketamine adalah suatu NMDA antagonis dapat dipakai untuk memodulasi nyeri

    kronik.

    • Artemin adalah salah satu jenis family dari Glial cell-Derived Neurotrophic Factor

    (GDNF) mempunyai efek antihyperalgesik dan antiallodynic effect dengan cara

    menormalisasi pelepasan CGRP, SP dan P2X3 receptors, neuropeptide Y. Reseptor

    yang selektif terhadap artemin belum dapat pasti diidentifikasi. Artemin di Produksi

    juga disepanjang pembuluh darah yang melayani akson simpatis.

    • Obat-obatan non selective serotonin reuptake inhibitor (NSSRi) seperti : amitriptilin

    secara signifikan dapat sebagai profilaksis terhadap nyeri TTH kronik, mengurangi

    intensitas, durasi dan frekuensi sekitar 30%. sedangkan obat antidepresan lain seperti

    highly selective SHT reuptake inhibitor(citalopram) hanya mengurangi 12% saja

    secara tidak signifikan.

    • Antidepresan juga mempunyai efek analgetik secara langsung dengan menghambat

    serotonin reuptake, ternyata amitriptilin mempunyai efek analgetik lebih besar

    dibandingkan obat2an SSRIs dan noradrenaline reuptake inhibitors. Diduga efek

    analgetiknya terutama dari ,efeknya sebagai NMDA reseptor antagonis. Amitriptilin

    juga mempunyai fungsi potensiasi terhadap efek opioid endogen. Dibuktikan bahwa

    kadar Met-enkephalin di likuor serebrospinal penderita TTH kronik meninggi, akan

    tetapi kadar β endorphin normal.

    • COX-2 Inhibitor juga berperan di mekanisme nosiseptif sentral. COX 2 Inhibitor

    dapat mengurangi proses neuronal spreading depression dan nociceptive excitoxicity

    yang di mediasi oleh NMDA. Selektif COX-2 inhibitor yang dapat menembus otak

    juga mempunyai efek terapeutik yang baik. COX-2 inhibitor mempunyai potensi

    analgetik inti inflamasi yang sama dengan indometasin dan mempunyai tolerabilitas

    yang lebih baik

    27

  • • Capsaicin sistemik berperan sebagai neurotoksin sensoris yang menurunkan kadar

    SF-immunoreactive nerve fibers dan NKA immunoreactive nerve fibers di cerebral

    vasculature. Seperti diketahui bahwa letak SP bersama sama dengan NKA di

    cerebrovascular nerve fibers dan di sel bodies dalam ganglion trigeminal. Capsaicin

    secara akut atau kronik dapat menurunkan neurotransmitter SP di sensory fibers,

    terutama pemberian secara topikal. Capsaicin olesan mengaktivasi gerbang reseptor

    vanilloid (VR-I) sehingga kation dapat melewati sel

    • Nitric Oxide Synthase (NOS) inhibitor (L-NAME) telah terbukti efektif untuk

    pengobatan migren akut dan TTH kronik.

    • Antikonvulsan seperti Carbamazepin, phenytoin, lidocaine (dan analog oralnya :

    mexiletine) memblokade sodium channel secara tidak spesifik dan mengurangi

    excitabilitas neuron di C nosiseptor yang telah mengalami sensitisasi. Lamotrigine

    menstabilkan salah subtype dari sodium channel, karena itu dapat menghambat

    mengurangi pelepasan glutamat. Gabapentin yang mempunyai struktur analog dengan

    GABA (meskipun reseptornya maupun fungsi biokimiawinya belum diketahui

    dengan jelas) ternyata mempunyai efek untuk pelepasan GABA ataupun sintesa

    GABA. Sehingga gabapentin dapat digunakan untuk pengobatan postherpetik

    neuralgia, neuropatik pain syndroma lainnya dan migren. Valproic acid suatu GABA

    agonist menaikkan efektifitas GABA dengan cara menginhibisi katabolisme GABA

    dan menghambat ekstravasasi plasma diduramater.

    • Mepyramine adalah suatu H1 antagonis yang dapat meblokade proses histamine

    induced headache, sedangkan untuk NTG (nitriglycerine) induced headache dapat

    diblokade dengan steroid yang dapat menginhibisi iNOS (inducable Nitric Oxide

    Synthase) sehingga dapat menurunkan produksi NO inducable.

    28

  • Botulinum toxin A.(BTX A)10

    Terapi nyeri kepala dengan botulinum toxin A adalah relatif baru. Bagaimana

    mekanisme BTX A dapat mengurangi nyeri kepala yang tepat belum lama diketahui.

    Diduga BTX A mempunyai target menurunkan CGRP maupun SP, dan sebagai muscle

    relaxant.

    Evers S dkk telah melakukan review meta analisis berdasarkan evidence based

    medicine criteria terhadap beberapa penelitian mengenai penggunaan botulinum toxin A

    terhadap beberapa jenis-jenis nyeri kepala primer. Untuk 13 penelitian pada tension type

    headache hanya ada 2 penelitian yang memenuhi syarat evidence I dengan hasil yang

    negatif, untuk 4 penelitian pada migren didapati 1 yang positif dan 1 yang negatif yang

    memenuhi syarat evidence 1 (well design, randomised, controlled study and sufficient

    number of patients). Untuk evidence II (well designed, randomized, controlled study but

    insufficient samples) hanya 1 yang positif, sedang yang evidence III (well

    designed,descriptive study) ada 3 studi yang positif. Sedang jenis cervicogenic headache,

    cluster headache, chronic paroxismal hemicrania hanya dilaporkan positif pada laporan

    kasus saja( evidence N).

    Pada penelitian Ondo dkk pada 60 pasien nyeri kepala kronik yang diambil secara

    random, double blind; placebo controlled, parallel study terhadap chronic tension

    headache dan chronic migraine. Pada pasien tersebut dilakukan penyuntikan BTX A dan

    diikuti selama tiap 12 minggu, ternyata menunjukkan hasil perbaikan nyeri kepala

    sesudah pengobatan dalam 8-12 minggu (p

  • Terapi Non Farmakologik:13

    1. Regulation of lifestyle Maintain regular sleep scheduleEat regular mealsAvoid known dietary triggersGet regular aerobic exercise

    2. Minimization of emotional stressorsPlan ahead and avoid stressful situationsLearn biofeedbackMeditateIncrease undemanding leisure activities, hobbies, social eventsLearn other relaxation techniques (eg, progressive muscle relaxation, visualization)Consider individual or family psychotherapy

    3. Avoidance of environmental precipitantsWear sunglassesAvoid smoke, strong odors, and noisy areasMaintain proper posture; limit sustained positions

    4. Physical therapy techniquesHeat, ice, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulationMassage or cervical tractionStretching and strengthening exercises for cervical musculatureTrigger point stretching, compression, injection (any or all)

    5. Osteopathic or chiropractic manipulation

    6. Alternative therapiesAcupunctureAcupressure Therapeutic touchAromatherapy (eg, peppermint, green apple)Topical salves (eg, salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen [Orudis, Oruvail])

    30

  • m. Pencegahan5

    • Identifikasi dan hindari situasi yang menyebabkan stress.

    • Teknik relaksasi.

    • Olahraga teratur dan tidur yang cukup

    • Jangan terlalu bekerja keras dan memaksa diri

    • Makan teratur.

    • Jangan merokok

    • Jangan minum alkohol

    • Pelihara sense humor untuk mengurangi stress

    n. Prognosis

    Tension headaches biasanya memberi respons baik terhadap pengobatan tanpa

    efek residu. Sakit kepala ini sangat mengganggu namun tidak berbahaya.14

    Gejala biasanya berakhir dalam beberapa jam. Mengkonsumsi obat nyeri kepala

    terlalu sering dapat menyebabkan nyeri kepala. Hal ini disebut rebound headache atau

    drug induced headache. Resiko rebound headache jika mengkonsumsi obat selama 3 hari

    atau lebih dalam seminggu. Misalnya nonprescription medicines yang menyebabkan

    rebound headaches adalah aspirin, acetaminophen dan ibuprofen.5

    31

  • 15

    32

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Harsono. Buku ajar NEUROLOGI KLINIS. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf

    Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005. hal 285-8.

    2. Headache. Wikipedia, the free encyclopedia. Last modified 20 September 2007.

    (online) http://www.wikipedia.com diakses 20 September 2007.

    3. Headache disorders. World Health Organization. 2004. (online)

    http://www.who.int diakses 23 September 2007.

    4. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA: McGraw-

    Hill; 2001. p175-181.

    5. Adult Health Advisor 2005. Tension Headache. University of Michigan Health

    System. McKesson Corporation. 2005. (online) http://www.med umich edu

    diakses 18 September 2007.

    6. Friedman, H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA: Little,

    Brown and Company; 1996. p398-9.

    7. Ngoerah G. Dasar-dasar ilmu penyakit syaraf. Denpasar: Airlangga University

    Press; Juni 1990. hal 203.

    8. Singh, MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of Neurology,

    Pain Management, Medical College of Pennsylvania, Hahnemann University.

    Article Last Updated: Jul 9, 2007. (Online) http://www. emedicine.com diakses

    20 September 2007.

    9. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies; 2000.

    p124-138

    10. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek

    Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatera Utara; 2004.

    11. MILLEA P et al. Tension-Type Headache. Medical College of Wisconsin,

    Milwaukee, Wisconsin. AMERICAN FAMILY PHYSICIAN. September 2002;

    66 (5). (Online) http:// www.aafp.org/afp diakses 15 September 2007.

    33

    http://www.aafp.org/afp

  • 12. Hauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw Hill;

    2006. p 57.

    13. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This

    Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, 2002; 111 (4).

    (Online) http://www.postgradmed.com diakses 20 September 2007.

    14. Tension headache. Medline Plus Trusted Health Information for you. Update date

    7 September 2006. (Online) http://www. medlineplus.com diakses 15 September

    2007.

    15. Tension Headache. HAP Guidline for Management of a Tension Headache.

    (Online) http://www.hap .org diakses 15 September 2007.

    34

    http://www.hap/http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm

    II. Tipe Nyeri Kepala1. Vascular2. Muscular/myogenic3. Cervicogenic4. Traction/inflammatory

    Types of Common Headachesh. Pemeriksaan FisikStudi Imaging