i. pendahuluandocshare01.docshare.tips/files/30536/305364362.pdfarfaj dan al-boukai (2008) dalam...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) merupakan bentuk arthritis yang paling sering
ditemukan di masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah
kesehatan masyarakat. Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang berbeda-
beda, namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis
yang sama. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga
mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi
mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi
yang dalam pada permukaan sendi.
Scott dan Kowalczyk (2008) melaporkan bahwa sebuah studi kohort
menemukan fitur radiologis osteoartritis lutut yang sangat umum pada orang
dewasa: 13% wanita 45 - 65 tahun (kejadian 3% per tahun). Di Arab Saudi, Al-
Arfaj dan Al-Boukai (2008) dalam penelitian cross-sectional mereka menemukan
radiografi osteoarthritis lutut di 53,3% laki-laki dan 60,9% perempuan. Sekitar
18% perempuan dan 10% laki-laki mengalami gejala osteoarthritis. Perempuan
menunjukkan tingkat rasa nyeri, cacat fisik, erilaku saat menghadapi nyeri yang
lebih tinggi dibandingkan pria dengan osteoarthritis lutut. Pada pria yang berusia
60 - 64 tahun, lutut kanan lebih sering terkena dibandingkan lutut kiri, sedangkan
lutut kanan dan kiri dapat sama-sama terpengaruh pada penderita osteoarthritis
wanta. Al-Arfaj dan Al-Boukai (2008) menemukan sendi patella yang
terlibat pada gambaran radiologi osteoarthritis adalah 80.7 % pada wanita dan
87,8% pada pria. Peneliti mengemukakan bahwa meningkatnya kejadian
osteoarthritis pada saat menopause kemungkinan dapat dikaitkan dengan faktor
hormonal (Zhang et al, 2010; Davis, 2011, Page et al, 2009).
Review sistematis, uji klinis, pedoman klinis, dan buku tersedia untuk
pembahasan mengenai osteoarthritis, namun selama sepuluh tahun terakhir,
review artikel menggenai osteoarthritis hanya terbatas pada rehabilitasi dan terapi
fisik atau menekankan pada terapi farmakologi. Meskipun review yang
komprehensif yang mencakup etiologi, epidemiologi, patologi, gambaran klinis,
diagnosis, penanda kerusakan jaringan dan pengobatan osteoarthritis dilaporkan,
1
namun tidak spesifik untuk osteoarthritis lutut. Selain itu kekuatan dari bukti dan
pedoman klinis tidak diringkas. Tujuan dari review ini adalah untuk adalah untuk
meringkas dan menyimpulkan beberapa literatur juga pedoman klinis pada
diagnosis dan pengobatan untuk osteoarthritis (Davis, 2010; Altman et al,
2011,Barron et al, 2007; Bijlsma et al, 2011).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi akibat perubahan struktur
rawan sendi dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan menipisnya kartilago
secara progresif yang disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula
subkondral dan terbentuknya tulang baru pada tepi sendi (osteofit) (Soeroso,
dkk., 2006; Doherty et al, 2010). Kelainan utama pada OA adalah kerusakan
rawan sendi yang dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral,
pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada
sinovium, sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi (Setiyohadi,
2003).
2. Faktor Risiko
a. Faktor Sistemik 1) Usia
Usia adalah faktor risiko yang paling berpotensi untuk terjadinya
osteoarthritis. Bukti radiografik menunjukan bahwa jarang terjadi
osteoarthritis pada usia kurang dari 40 tahun. Penuaan meningkatkan
kerentanan sendi melalui beberapa mekanisme. Sedangkan pembebanan
dinamis sendi merangsang sintesis matriks kartilago oleh kondrosit
dalam tulang rawan muda, tulang rawan yang lebih tua kurang responsif
terhadap rangsangan tersebut (Felson, 2008).. 2) Jenis Kelamin
Pada suatu survei radiografik terhadap perempuan berusia kurang dari 45
tahun, hanya 2% menderita osteoarthritis, namun antara usia 45 tahun
dan 64 tahun prevalensinya 30%, sedangkan untuk yang berusia lebih
dari 65 tahun angkanya 68%. (Brandt, 2006).3) Hormon
Reseptor estrogen terdapat pada kartilago dan estrogen
mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian
sel, metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause
rupanya lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi
3
kesan bahwa estrogen berperan dalam osteoarthritis. (Morehead, 2003
dalam Depkes, 2006).
4) Penyakit SistemikDiabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi gangguan
tulang dan sendi salah satunya adalah osteoarthritis. Proses komplikasi
tersebut melalui beberapa jalur biokimiawi seperti jalur reduktase
aldosa, jalur stres oksidatif sitoplasmik, jalur protein kinase C.
Berbagai jalur biokimiawi tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya
disfungsi endotel, mengganggu dan mengubah sifat berbagai protein
penting dan kemudian akan memacu terbentuknya sitokin
proinflamasi serta faktor pertumbuhan seperti TGF-, VEGF, IGF-1,
b-FGF. Salah satu sitokin proinflamasi kuat yang mampu menginduksi
kondrosit dan sel-sel sinovial untuk mensintesis Matrix Metalo
Proteinase adalah IL-1. IL-1 menekan sintesis kolagen tipe II dan
proteoglikan, dan menghambat transformasi faktor- pertumbuhan
yang distimulasi proliferasi kondrosit. Selain itu IL-1 juga mendorong
produksi NO, dimana efek NO terhadap kondrosit meliputi : inhibisi
produksi kolagen dan proteoglikan, aktivasi metalloproteinase,
meningkatkan kepekaan trauma oksidan lain (H2O2), menurunkan
ekspresi IL-1 reseptor antagonis, inhibisi polimerasi aktin dan sinyal
IL-1 integrin, apoptosis. IL-1 bukan hanya secara aktif meningkatkan
degradasi kartilago, tetapi juga akan menekan upaya perbaikan
(Setiawan, 2011)b. Faktor Risiko terhadap Sendi
Faktor risiko meningkatkan kerentanan sendi melalui efek lokal
dengan perubahan anatomi sendi, misalnya : beban di sendi tidak lagi
merata di seluruh permukaan sendi melainkan menunjukkan
peningkatan stres pada titik tertentu. Tiga kelainan perkembangan
jarang terjadi untuk pinggul adalah displasia bawaan , penyakit
Perthes Legg , dan slipped capital femoral epiphysis akan
menyebabkan anak tersebut mengalami distorsi panggul dan
menyebabkan osteoarthritis di kemudian hari. Trauma lutut yang akut
termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus
4
merupakan faktor risiko timbulnya osteoarthritis lutut (Setiyohadi,
2003).
c. Faktor Lingkungan1) Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas
secara terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk osteoarthritis. Karena antioksidan dapat
memberikan perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan
tinggi dari antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien
terhadap osteoarthritis. Metabolisme normal dari tulang tergantung
pada adanya vitamin D. Vitamin D mempunyai efek langsung
terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D (Felson et al, 2000
dalam Depkes, 2006).
Status nutrisi seseorang berhubungan dengan indeks massa
tubuh (IMT). Obesitas atau overweight merupakan faktor risisko yang
penting dalam menentukan onset terjadinya osteoarthritis. Ada 350
juta orang yang mengalami obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2) dan ada 1 juta
orang dengan overweight (IMT ≥ 25 kg/m2) di dunia. IMT > 27 kg/m2
berhubungan dengan insiden terjadinya osteoarthritis lutut (WHO,
2008).
2) Aktivitas
Aktivitas dengan gerakan berulang atau cedera akan
meningkatkan risiko terjadinya OA. Aktivitas fisik dengan tekanan
berulang pada tangan atau tubuh bagian bawah akan meningkatkan
risiko OA pada sendi yang terkena tekanan (Hansen, 2005; Brandt,
2006).
3) Merokok
Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan pada
osteoarthritis dapat dijelaskan sebagai berikut (Amin et al, 2006) :
5
1. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang
rawan sendi.
2. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi
hilangnya tulang rawan.
3. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam
darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat
menghambat pembentukan tulang rawan
3. Patogenesis
4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis osteoarthritis pada pasien sangat bervariasi. Gejala yang
dialami meliputi adalah nyeri dan kekakuan pada sendi, bengkak, penurunan
fungsi, krepitasi pada saat sendi digerakkan. Nyeri berkaitan dengan rasa nyeri
6
Kerusakan fokal tulang rawan sendi yang
progresif
Pembentukan tulang baru pada tulang rawan sendi,
sendi dan tepi sendi
Faktor risiko : Usia, Jenis Kelamin, Genetik, Nutrisi, Trauma, Aktifitas
Perubahan Metabolisme Tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makromolekul tulang rawan sendi
Penurunan Kadar Proteoglikan
Perubahan sifat-sifat kolagen sehingga kadar air di tulang rawan berkurang
Permukaan tulang rawan terpecah dan terjadi robekan dan timbul laserasi
Osteoarthritis
itu sendiri, intensitas, kualitas dan dampaknya terhadap mobilitas, mood dan
tidur. Gejala biasanya timbul secara bertahap, semakin memberat dan semakin
membuat ketidaknyamanan pada pasien (Hawker, 2008; Zhang, 2010;
Vicenzino, 2002).
Beberapa pasien mengalami peningkatan rasa nyeri dan disabilitas fungsi
serta gejala-gejala yang progresif yang terjadi selama aktifitas yang berkaitan
dengan beban, pada saat istirahat maupun malam hari. Namun, nyeri dapat
meningkat dari tahun ke tahun (misalnya, jika melakukan kegiatan lebih seperti
jalan kaki setelah pensiun dari pekerjaan yang menetap sebelumnya).
Berdasarkan rekomendasi berbasis bukti dari European League Against
Rheumatism (EULAR) gejala khas dari osteoarthritis lutut adalah nyeri yang
dapat membaik dengan istirahat, terasa membaik pada pagi harinya, kekakuan
yang menyebabkan tidak dapat beraktifitas, dan gangguan fungsi. Pada orang
dewasa yang berusia > 40 tahun yang hidup dengan osteoarthritis lutut dapat
mengalami kekakuan pada pagi hari, keterbatasan fungsional dan satu atau
lebih temuan pemeriksaan klinis (krepitasi, keterbatasan gerakan, bone
enlargment) (Zhang, 2010;Vicenzino, 2002).
Pada pemeriksaan fisik, indikasi dari osteoarthritis lutut adalah adanya
krepitasi, keterbatasan gerak atau nyeri pada saat bergerak, bone
enlargement,dan ada ataupun tidak adanya efusi, selain itu bisa terdapat pula
deformitas (varus dan valgus), periarticular atau joint-line tenderness, dan nyeri
pada kompresi patellofemoral. Gerak pada patellofemoral atau tibio femoral
akan terbatas. Defisit sensorimotor dan neuromuskular dapat terjadi juga pada
penderita osteoarthritis lutut (Banks, 2010; Zhang, 2010;Vicenzino, 2002).
Berdasarkan literatur, pertanyaan khusus dapat diberikan pada saat
melakukan wawancara pada pasien osteoarthritis lutut seperti adanya cedera
akut, pembengkakan, nyeri pada saat aktifitas, nyeri pada saat istirahat, nyeri
dari posisi duduk ke posisi berdiri, nyeri pada saat menaiki tangga, kekakuan
pada saat tidak melakukan aktifitas, maupun nyeri pada malam hari (Clealand,
2011).
5. Diagnosis
7
Diferensial diagnosis dari nyeri kronik pada lutut dan osteoarthritis lutut,
meliputi kondisi yang berkaitan dengan jaringan lunak pada lutut contohnya
bursitis, iliotibial band syndrome, instabilitas ligamen (ligamen medial dan
lateral), kelainan pada meniskus, tipe arthritis yang lain seperti gout,
pseudogout, rheumatoid arthritis dan arthritis septik, neuropati atau
radikulopati dan diagnosis lain sepertinekrosis avaskular, nyeri pada sindrom
patellofemoral dan tumor. American College of Rheumatology mengemukakan
beberapa kriteria diagnosis dari osteoarthritis adalah sebagai berikut :
Klasifikasi lain dari osteoarthritis adalah dengan penilaian dari Kellgren and
Lawrence Grading Scale, kriteria ini didasarkan pada gambaran radiologi,
yang terdiri dari :
8
Grade 1. Dicurigai terdapat penyempitan celah sendi dan kemungkinan
terdapatnya osteofit.
Grade 2. Terdapat osteofit dan kemungkinan adanya celah sendi
Grade 3. Osteofit multipel yang moderat, penyempitan celah sendi, sklerosis
dan deformitas tulang.
Grade 4. Osteofit besar, penyempitan ruang sendi, sklerosis beratdan
deformitas tulang.
III. PEMBAHASAN
1. Strategi Penelitian
9
Review artikel jurnal yang digunakan merupakan jurnal berbahasa
inggris yang membahas mengenai osteoarthritis lutut. Artikel yang
diidentifikasi didapatkan dari PubMed (1 Januari 2002-26 Agustus 2012).
Dengan menggunakan ketentuan ‘lutut’ yang dikombinasikan dengan
‘osteoarthritis’ dan ‘nyeri’. Pencarian artikel jurnal ini terbatas pada penelitian
yang dilakukan terhadap manusia yang menghasilkan 3180 sitasi. Pencarian
artikel dibataskan pada judul dan artikel yang dipublikasikan pada tahun 2002
dan 26 Agustus 2012 dan mengasilkan 331 hasil. Semua artikel yang didapat
adalah baik penelitian primer maupun laporan ulasan jurnal. Sebagai tambahan,
beberapa bab dalam buku terkait dengan tujuan review ini juga dimasukkan
untuk review yang lebih komprehensif, semua informasi dari artikel jurnal
yang terpilih terutama pada pembahasan mengenai diagnosis dan pengobatan
akan diringkas dan disimpulkan pada review ini (Alshami, 2014).
2. Penatalaksanaan Osteoarthritis
Manajemen osteoarthritis membutuhkan pendekatan multidisiplin yang
meliputi, farmakoterapi, terapi psikologi, terapi fisik, terapi okupasi dan
operasi. Tujuan pengobatan pasien dengan osteoarthritis adalah untuk
mengurangi rasa nyeri dan gejala lain yang menyertai dan untuk meningkatkan
kapasitas fungsional. Pedoman mengenai intervensi yang dapat dilakukan pada
osteoarthritis lutut ditunjukkan pada Tabel 2, Penulis mengkategorikan
kekuatan dari rekomendasi tersebut dalam 3 kategori, kuat, kondisional dan
tidak direkomendasikan.
10
Tabel 2. Panduan rekomendasi penatalaksanan osteoarthritis lutut
11
12
13
14
15
16
Bukti pada keefektifan teknik terapi pada pasien denga osteoarthritis lutut
berdasarkan pada review sistematis dan meta analisis ditampilkan pada tabel 3 :
Tabel 3.
17
Dari rekomendasi yang telah dipaparkan di tabel tersebut, direkomendasikan
untuk mengkombinasikan terapi farmakologi dan non farmakologi untuk terapi
yang optimal. Pengobatan farmakologis telah di pelajari secara luas menunjukkan
efek yang berbeda dalam mengatasi nyeri pada penderita osteoarthritis lutut.
Brand et al, 2009 Jordan et al, 2003; Cepeda et al, 2006 mengemukakan
Paracetamol direkomendasikan untuk diberikan dengan dosis maksimal
4gram/hari untuk nyeri ringan sampai sedang tanpa kontraindikasi. Non Steroid
Anti Infammaton Drugs (NSAID) dapat mengurangi rasa nyeri untuk jangka
pendek dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal dan pada pasien usia lanjut. Sebuah Meta Analisis meneliti
kemanjuran NSAID yang diberikan secara oral memiliki efek 0.32 terhadap nyeri.
Dua Meta Analisis dari Randomized Controlled Trial membandingkan
paracetamol dengan placebo menemukan bahwa paracetamol lebih efektif dalam
mengatasi rasa nyeri dan kurang dapat mengatasi rasa nyeri dibandingkan dengan
NSAID. Semua ulasan pedoman klinis menunjukkan level tinggi pada
rekomendasi untuk efektifitas positif dari NSAID topikal pada pasien dengan
Osteoarthritis lutut. Pada sebuah Meta Analysis dari 13 Randomized Controlled
Trial, Lin et al 2013 mengemukakan NSAID topikal lebih unggul dalam
mengatasi nyeri jangka pendek (sampai dengan 2 minggu) dibandingkan dengan
placebo namun kurang efektif dibandingkan dengan NSAID yang diberikan
secara oral (Zhang et al, 2008; Towheed et al, 2006)
Glukosamin adalah salah satu building block tulang rawan, yang dapat
dikonsumsi sebagai tablet sebagai suplemen untuk diet atau dapat diberikan secara
injeksi. Pedoman klinis dari American Academy of Orthopedic Surgeons
merekomendasikan untuk tidak meresepkan glukosamin untuk pasien yang
bergejala sementara tiga pedoman lainnya merekomendasikan untuk penggunaan
bersyarat atau bahkan untuk tujuan yang tidak pasti. Sebuah tinjauan yang
sistematis dipublikasikan pada tahun 2009 bahwa glukosamin dapat digunakan
pada tahap awal pengobatan, megingat profil keamanan yang sangat baik (Brand
et al, 2009; Hochberg et al 2012; Zhang et al, 2008).
18
Beberapa pedoman klinis melaporkan bahwa opioid tidak efektif dan kurang
ditoleransi saat agen farmakologis lainnya seperti NSAID sudah tidak efektif atau
kontraindikasi. Pedoman lain menyebutkan bahwa opiod dapat digunakan dengan
hati-hati untuk nyeri refrakter. Sebuah tinjauan sistematis terbaru mengemukakan
bahwa efek terbesar pada nyeri dan fungsi diamati dengan opioid yang
dibandingkan dengan paracetamol, meskipun efek ini untuk jangka pendek (Brand
et al, 2009; Raid et al 2012; Zhang et al, 2008).
Injeksi intraartikular dengan krtikosteroid tampaknya aman. Beberapa
pedoman klinis merekomendasikan pada injeksi ini yang dapat mengurangi rasa
nyeri terutama apabila disertai dengan efusi. Meta Analisis Cochrane
menyebutkan bahwa injeksi kortikosteroid lebih efektif dibandingkan plasebo
dalam mengurangi nyeri dalam 2 minggu namun tidak sampai minggu ke empat
(Raid et al, 2012, Bellarny et al, 2005)
Beberapa modalitas terapi fisik dilaporkan sebagai tinjauan klinis. Sebagai
contoh rekomendasi latihan fisik (latihan aerobik dan latihan untuk penguatan).
Terdapat juga latihan fisik yang dapat dilakukan di air seperti hydrotherapy.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi dalam jangka pendek pada beberapa pasien dan tidak lebih
dari 4 minggu pada pasien lainnya. Hanya satu pedoman klinis yang melaporkan
kefektifan dari terapi manual untuk osteoarthritis. Pedoman merekomendasikan
terapi manual yang dikombinasikan dengan terapi latihan dengan pengawasan
(Brand et al, 2009; Hochberg et al 2012; Zhang et al, 2008).
Tahun 2011, sebuah review sistematis dilaporkan bahwa Meta Regresi
menunjukan terapi olahraga yang dikombinasikan dengan terapi manual untuk
sendi menunjukan perbaikan nyeri yang lebih signifikan dibandingkan dengan
terapi exercise yang diberikan tunggal. Oleh karena itu direkomendasikan para
terapis sebaiknya menambahkan terapi manual sendi pada pasien osteoarthritis
lutut untuk mengoptimalkan exercise yang dilakukan dan mengurangi nyeri
(Jansen et al, 2012)
Metode lainnya dari terapi konservatif telah diakui sebagai pedoman klinis,
misalnya edukasi mengenai self managemen, tujuan pengobatan, perubahan gaya
hidup, aktifitas fisik pengirangan berat badan memberikan bukti bahwa saat
19
mengurangi nyeri pada osteoarthritis lutut. Pedoman ini merekomendasikan pada
penderita osteoarthritis yang memiliki berat badan berlebih untuk dapat
mengurangi berat badannya (Brand et al, 2009; Hochberg et al 2012; Zhang et al,
2008).
Beberapa literatur menunjukan perbedaan dalam intervensi bedah pada
penderita osteoarthritis. Contohnya, Richmond et al, 2008 sangat tidak
merekomendasikan artroskopi dengan debridemen pada pasien dengan diagnosis
utama osteoarthritis lutut. Parsial arthroskopi menistektomi dan realignment
osteotomy dapat menjadi pilihan pada pasien dengan osteoarthritis lutut yang
memunculkan gejala dan juga memunculkan gejala adanya robekan pada
meniskus dan memiliki gejala malalignment lutut.
20
IV. KESIMPULAN
Dagnosis osteoarthritis lutut dapat dicapai jika kriteria osteoarthritis telah
ditemukan. Terdapat bukti dengan tingkat yang berbeda pada kefektifan terapi
farmakologi. dan non farmakologi pada penderita osteoarthritis. Parasetamol
NSAID oral dan topikal, opioid dan injeksi kortikosteroid dapat membantu untuk
mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Manfaat yang sama juga dapat
dicapai dengan terapi fisik, seperti exercise (olahraga), terapi manual sendi dan
TENS. Program edukasi pasien dan pengurangan berat badan untuk pasien dengan
kelebihan berat badan maupun bagian integral dalam pengelolaan osteoarthritis
lutut. Sangat mungkin bahwa kombinasi terapi farmakologi dan non farmakologi
adalah kombinasi paling efektif. Arthroscopy dengan debridement atau lavage
untuk pasien dengan osteoarthritis primer tidak direkomendasikan. Terapi bedah
yang lain dapat dilakukan jika terdapat osteoarthritis lutut disertai dengan
disfungsi lainnya. Dengan tujuan untuk meminimalkan risiko osteoarthritis
menjadi berkembang, disarankan untuk berolahraga secara teratur untuk menjaga
berat badan tubuh yang sehat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arfaj A, Al-Boukai AA. Prevalence ofradiographic knee osteoarthritis in SaudiArabia. Clinical rheumatology. 2002;21:142-5.
Altman R, Asch E, Bloch D, Bole G, Borenstein D, Brandt K, et al. Developmentof criteria for the classification and reporting of osteoarthritis.Classification of osteoarthritis of the knee. Diagnostic and TherapeuticCriteria Committee of the American Rheumatism Association. ArthritisRheum. 1986;29:1039-49.
Barron MC, Rubin BR. Managing osteoarthritic knee pain. J Am OsteopathAssoc. 2007;107:ES21-7.
Bijlsma JW, Berenbaum F, Lafeber FP. Osteoarthritis: an update with relevancefor clinical practice. Lancet. 2011;377:2115-26.
Brand C, Buchbinder R, Wluka A, Jones K, Ruth D, McKenzie S, et al. Guidelineforthe non-surgical management of hip and knee osteoarthritis [withsystematic review]2009 [cited 2011 Sep 17]. Available from:http://www.nhmrc.gov.au/_files_nhmrc/file/ publications/synopses/cp117-hip-kneeosteoarthritis. pdf.
Cepeda MS, Camargo F, Zea C, Valencia L. Tramadol for osteoarthritis. CochraneDatabase Syst Rev. 2006;3:CD005522.
Davis AM. Osteoarthritis year 2011 in review: rehabilitation and outcomes.Osteoarthr Cartil. 2012;20:201-6.
Doherty M, Jones A, Cawston TE. In: Maddison TJ, Isenberg DA, Woo P, GlassDN, editors. Osteoarthritis. 2010. Oxford textbook of Rheumatology. 2rded. Oxford, New York: Oxford University Press;.p.1515-53.
Hochberg MC, Altman RD, April KT, Benkhalti M, Guyatt G, McGowan J, et al.American College of Rheumatology 2012 recommendations for the use ofnonpharmacologic and pharmacologic therapies in osteoarthritis of thehand, hip, and knee. Arthritis Care Res (Hoboken). 2012;64:455-74.
22
Jordan KM, Arden NK, Doherty M, Bannwarth B, Bijlsma JW, Dieppe P, et alEULAR Recommendations 2003: an evidence based approach to themanagement of knee osteoarthritis: report of a task force of the standingcommittee for international clinical studies including 100 Kneeosteoarthritis related pain: a narrative review of diagnosis and treatmenttherapeutic trials (ESCISIT). Ann Rheum Dis. 2003;62:1145-55.
Jamtvedt G, Dahm KT, Christie A, Moe RH, Haavardsholm E, Holm I, et al.Physical therapy interventions for patients with osteoarthritis of the knee:an overview of systematic reviews. Phys Ther. 2008;88:123-36.
Kellgren JH, Lawrence JS. Radiological assessment of osteo-arthrosis. AnnRheum Dis. 1957;16:494-502. 26. Schiphof D, Boers M, Bierma-ZeinstraSM. Differences in descriptions of Kellgren and Lawrence grades of kneeosteoarthritis. Ann Rheum Dis. 2008;67:1034-6.
Lin J, Zhang W, Jones A, Doherty M. Efficacy of topical non-steroidalantiinflammatory drugs in the treatment of osteoarthritis: meta-analysis ofrandomised controlled trials. BMJ. 2004;329:324.
Towheed T, Maxwell L, Judd M, Catton M, Hochberg Marc C, Wells George A.Acetaminophen for osteoarthritis. Cochrane Database Syst Rev [Internet].2006. Available from: http://www.mrw.interscience.wiley.com/cochrane/clsysrev/articles/CD004257/frame.ht ml.doi:10.1002/14651858.CD004257.pub2.
Towheed TE, Maxwell L, Judd MG, Catton M, Hochberg MC, Wells G.Acetaminophen for osteoarthritis. Cochrane Database Syst Rev [Internet].2006 [cited 2011 Sep 17]. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1643 7479.doi:10.1002/14651858.CD004257.pub2.
Towheed T, Shea B, Wells G, Hochberg M. Analgesia and non-aspirin,nonsteroidal anti-inflammatory drugs for osteoarthritis of the hip.Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2000. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1079 6384. doi:CD000517 [pii]10.1002/14651858.CD000517.
23
Towheed T, Maxwell L, Anastassiades Tassos P, Shea B, Houpt JB, Welch V, et al.Glucosamine therapy for treating osteoarthritis. Cochrane Database SystRev [Internet]. 2005. Available from:http://www.mrw.interscience.wiley.com/cochrane/clsysrev/articles/CD002946/frame.html. doi:10.1002/14651858.CD002946.pub2.
Richmond J, Hunter D, Irrgang J, Jones M, Snyder-Mackler L, van Durme D, etal. Treatment of osteoarthritis of the knee (non-arthroplasty): summary ofrecommendations [quick reference guide for clinicians]2008. Availablefrom: http://www.aaos.org/research/guidelines/OAKrecommendations.pdf.
Ringdahl E, Pandit S. Treatment of knee osteoarthritis. Am Fam Physician.2011;83:1287-92.
Scott D, Kowalczyk A. Osteoarthritis of the knee. Am Fam Physician.2008;77:1149-50.
Setiyohadi Bambang. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu IlmiahReumatologi. Jakarta. Halaman : 27 – 31
Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: SudoyoAW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. 2006. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia
Zhang Y, Jordan JM. Epidemiology of Osteoarthritis. Clinics in geriatricmedicine. 2010;26:355-69.
Zhang W, Doherty M, Peat G, Bierma- Zeinstra MA, Arden NK, Bresnihan B, etal. EULAR evidence-based recommendations for the diagnosis of kneeosteoarthritis. Ann Rheum Dis. 2010;69:483-9. Cleland JA, KoppenhaverS. Netter's orthopaedic clinical examination. 2nd ed. Philadelphia:Saunders; 2011.
Zhang W, Moskowitz RW, Nuki G, Abramson S, Altman RD, Arden N, et al.OARSI recommendations for the management of hip and kneeosteoarthritis, Part II: OARSI evidencebased, expert consensus guidelines.Osteoarthr Cartil. 2008;16:137-62.
24
Zhang W, al. e. Does paracetamol (acetaminophen) reduce the pain ofosteoarthritis? A meta-analysis of randomised controlled trials. AnnRheum Dis. 2004;63:901-7.
25