outline skripsi (percobaan 1)
DESCRIPTION
learnTRANSCRIPT
“FAILED”INTEGRASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN TOPSIS
DALAM USULAN PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BESI
TERBAIK(Studi Kasus : UKM UD. RAHMAT)
TUGAS AKHIRDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
DISUSUN OLEH :
Dandung Argaseta (11 522 213)
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Biaya bahan baku dan komponen pendukung merupakan komponen biaya pokok produksi
sebuah produk. Oleh karena itu, pemilihan supplier merupakan masalah pengambilan
keputusan yang paling penting, karena pemilihan supplier yang tepat dapat menurunkan biaya
pembelian dan meningkatkan daya saing perusahaan (Ceby dan Bayraktar, 2003). Akan
tetapi dewasa ini biaya bahan baku tidak mutlak menjadi kriteria utama, masih banyak
kriteria-kriteria lain yang mempengaruhi. Hal ini diperkuat oleh Ceby dan Bayraktar (2003)
yang menjelaskan bahwa masalah pengambilan keputusan pemilihan pemasok perlu
melibatkan banyak kriteria yang meliputi faktor kuantitatif dan kualitatif yang mungkin
bertolak belakang. Dengan kata lain, pemilihan supplier selama ini hanya didasarkan pada
harga yang ditawarkan dan kecepatan pengiriman yang dijanjikan. Setelah supplier terpilih
pun sering terjadi permasalahan permasalahan yaitu kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman
yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan saat pemesanan sehingga mengganggu proses
produksi. Jika perusahaan tetap menggunakan banyak supplier sekaligus dapat menimbulkan
permasalahan antara lain, terlalu sulit dalam pengaturan jadwal masuk gudang, pengendalian
supplier serta pengaturan pembayaran pesanan bahan baku tersebut.
Menurut Ghodsypour dan O’brien (1998), permasalah pemilihan pemasok dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe. Pada tipe pertama seorang pemasok dapat memenuhi semua
kebutuhan pembeli (single sourcing), sedangkan tipe yang kedua, tidak ada pemasok yang
dapat memenuhi semua kebutuhan sehingga manajemen perusahaan harus memilih dan
mengalokasikan order pada beberapa pemasok (multiple sourcing).
Penelitian yang dilakukan Ozkan et al. (2011) tentang pemilihan supplier terbaik untuk
komputer dan printer menggunakan 4 kriteria dan 16 subkriteria. Kualitas menjadi kriteria
tertinggi, struktur organisasi perusahaan, kemampuan produksi dan harga menjadi kriteria
terendah. Kemudian Chan dan Kumar (2007) merasa bahwa setiap negara mempunyai faktor
yang berbeda sehingga secara global faktor resiko berpengaruh dalam pemilihan supplier,
karena dalam keadaan yang tidak dapat ditebak, selalu akan ada resiko yang dihadapi
perusahaan. Oleh karena itu Chan dan Kumar menganggap penting untuk memasukkan
kriteria tersebut ke dalam pemilihan supllier secara global. Harga, kualitas, pelayanan, profil
supplier, dan faktor resiko menjadi lima kriteria yang digunakan dalam penelitian. Tahriri et
al. (2008) menggunakan 13 kriteria dalam pemilihan supplier dan 35 subkriteria pada
perusahaan manufaktur baja. Penelitiannya dibantu dengan menggunakan expert choice untuk
mempermudah dalam perhitungan.
UD.Rahmat adalah UKM yang berada di Jalan Kaliurang KM 13 Besi, Yogyakarta
mempunyai masalah dalam pemilihan supplier material besi terbaik. Terkadang pasokan dari
supplier terlambat atau supplier tidak dapat memenuhi semua kebutuhan yang diminta dalam
sekali order, sehingga perlu dilakukan pemilihan supplier bahan baku secara selektif dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan perusahaan dan pengalokasian
pesanan kepada supplier terpilih. Pemilihan supplier ini dapat diselesaikan dengan cara
menguraikan dalam beberapa kriteria yang disusun menjadi suatu bentuk hirarki. Pada UD.
Rahmat ada banyak kriteria yang muncul dalam masalah pemilihan supplier mereka, yaitu
biaya, logistik supplier, pengiriman, hubungan dengan supplier, spesifikasi/kualitas, dan toko
supplier. Dari kriteria –kriteria tersebut dapat di kembangkan lagi menjadi sub – sub kriteria,
yang di mana saling berkaitan, sehingga bisa menjadi dasar pengambilan keputusan. Setelah
itu lanjut ke bagian alternative supplier dimana alternative supplier pada UKM UD. Rahmat
adalah toko Sekawan, toko Langgeng, dan toko Kana. Kemudian sebuah model akan
diformulasikan untuk mencapai dua fungsi tujuan yaitu maksimasi total nilai pembelian dan
minimasi total biaya pembelian serta mempertimbangkan batasan kapasitas pemasok.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa sajakah yang menjadi kriteria, sub-kriteria dan alternatif solusi yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pada pemilihan supplier di UD. Rahmat ?
2 Siapa supplier yang terbaik yang dapat direkomendasikan kepada UD. Rahmat?
3 Bagaimana hasil analisis dan rekomendasi solusi permasalahan dalam memenuhi pasokan
bahan baku dan meminimalkan biaya pembelian serta memaksimalkan nilai pembelian?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahuai kriteria dan sub kriteria apa saja yang mempengaruhi dalam
pemilihan supplier di UKM UD. Rahmat.
2. Untuk mengetahui supplier terbaik yang dapat direkomendasikan kepada UKM UD.
Rahmat.
3. Untuk mengetahui solusi terbaik dalam pemenuhan pasokan bahan baku dan meminimalkan biaya pembelian.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini adalah gambaran mengenai isi yang dibahas pada laporan Tugas
Akhir ini, yang dimana dibagi menjadi enam pokok bahasan yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB I ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
BAB II ini berisikan tentang kajian induktif dan kajian deduktif. Dimana kajian
deduktif berisikan dasar teori yang berfungsi sebagai materi yang dapat membantu
memecahkan masalah ataupun sebagai informasi, pendukung serta untuk memberikan
pemahaman akan permasalahan yang berkenaan tentang prediksi, data mining,
klasifikasi, metode decision tree dan metode support vector machines. Sedangkan
kajian induktif berisikan penelitian yang sudah dilakukan dimana juga berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
BAB III ini menjelaskan tentang objek penelitian yang akan digunakan di penelitian
ini, teknik pengumpulan data, jenis-jenis data serta alur penelitian yang digambarkan
menggunakan flowchart.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV berisikan tentang data-data yang sudah diperoleh dan akan di olah
menggunakan metode yang sudah ditentukan. Dimana data yang diolah akan dianalisis
juga dari hasil yang diperoleh.
BAB V : PEMBAHASAN
BAB V berisikan tentang analisis dari hasil penelitian yang diperoleh dimana analisis
itu menjawab pertanyaan dari rumusan masalah.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI memuat kesimpulan dan saran. Dimana kesimpulan merupakan ringkasan
singkat mengenai hasil penelitian yang sudah dianalisis sedangkan pembahasan
merupakan jawaban dari rumusan masalah. Untuk saran berisikan tentang idepenulis
untuk lebih mengembangkan penelitian yang serupa dari penelitian-penelitian
sebelumnya agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisikan tentang sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini,
baik itu berupa jurnal, buku, kutipan-kutipan dari internet ataupun dari sumber-sumber
yang lainnya.
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Supplier
Supplier merupakan suatu perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi baran dan jasa tertentu.
Menurut Ghodsypour dan O’brien (1998), permasalah pemilihan pemasok dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe. Pada tipe pertama seorang pemasok dapat memenuhi semua
kebutuhan pembeli (single sourcing), sedangkan tipe yang kedua, tidak ada pemasok yang
dapat memenuhi semua kebutuhan sehingga manajemen perusahaan harus memilih dan
mengalokasikan order pada beberapa pemasok (multiple sourcing). Adapun kriteria-kriteria
supplier yang baik adalah sebagi berikut :
a. Tepat waktu dalam pemenuhan
b. Fleksibilitas penyerahan
c. Frekuensi penyerahan
d. Mutu pemasok
e. Manajemen pemasok
f. Biaya transportasi
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process
2.2.1 Kajian Deduktif
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan pengambilan
keputusan dalam kondisi multikriteria yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode pengambilan keputusan ini telah dikembangkan oleh Thomas L. didasarkan pada
kemampuan mengambil keputusan untuk mengkonstruksi persepsi secara hierarkis dari suatu
persoalan multikriteria, juga untuk membuat perbandingan baik yang bersifat tangible atau
intangible dari suatu kriteria, atribut atau sifat dari masing-masing elemen keputusan.
Kelebihan dari metode AHP ini antara lain, yaitu struktur yang berhirarki, sebagai
konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam;
memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan, AHP tidak tidak memaksakan
konsensus tetapi mensistensis suatu hasil yang representatif dari berbagai pilihan, serta AHP
memungkinkan organisasi/perusahaan memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan
memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan (Saaty, 1991).
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi
dan Ali Ramdhani, 1998) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara
jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi
yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah
lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap
berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang
berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau
menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria
mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika
mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana,
memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain
yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.
Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu
mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari
pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah
kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya
diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan
Sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan
n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-
masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan
tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan
dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti
dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan
tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala
perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh
Saaty bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Skala intensitas kepentingan
Intensitas
penilaian pada
skala absolute
Definisi
1Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang
lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya.
5
Elemen yang satu lebih penting dari pada yang lainnya, Pengalaman
dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya,
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam
praktek.
9
Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya, Bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan angka
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2
Intensitas
penilaian pada
skala absolute
Definisi
pilihan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan
i
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung Eugene vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang
merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara
menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom
dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen
untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah
yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang
dari atau sama dengan 10 %.
2.2.2 Kajian Induktif
Masalah yang dialami oleh perusahaan adalah sulitnya menentukan supplier mana yang
memiliki performansi yang terbaik dari segi waktu, kualitas dan kuantitas sehingga
perusahaan bisa memprioritaskan supplier tersebut dalam memenuhi bahan baku yang
dibutuhkan. Ada banyak kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan supplier
terbaik. Weber (1990) mengungkapkan bahwa terdapat 23 kriteria yang bisa dijadikan dasar
penilaian dalam pemilihan supplier. Menurut Fenton & Wang (2006), pengambilan keputusan
dengan adanya perangkingan tiap alternatif terhadap kriteria dan pembobotan diberikan pada
tiap kriteria dapat menggunakan Multi Criteria Decision Making (MCDM).
Yusuf (2009) menerapkan metode AHP untuk memilih supplier bahan kulit.
Menurutnya saat ini pemilihan supplier yang hanya berdasarkan pada faktor biaya sudah tidak
tepat lagi. Masalah pengambilan keputusan pemilihan supplier perlu melibatkan banyak
kriteria yang meliputi faktor kuantitatif dan kualitatif yang mungkin dapat bertolak belakang
(Ceby dan Bayraktar, 2003).
Menurut Chan et al. (2009) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak
terstruktur menjadi suatu modell yang fleksibel dan mudah dipahami. Ia juga mengemukakan
bahwa AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif. Kabir (2010) mengatakan AHP mewakili pemikiran alamiah
yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-
masing level yang berisi elemen serupa. Sehingga AHP cocok untuk menyelesaikan masalah-
masalah multi kriteria untuk pemilihan lebih dari satu alternatif.
2.3 TOPSIS
2.3.1 Kajian Deduktif
TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution) adalah salah satu
metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan
Hwang pada tahun 1981. TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus
mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari
sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan
relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai
jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi
negatifideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS
mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi
ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan
perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini
banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini
disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien,dan memiliki
kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan.
Berikut ini adalah contoh sebuah matriks dengan alternatif dan kriteria :
Prosedur TOPSIS :
1. Normalisasi matriks keputusan
Setiap elemen pada matriks D dinormalisasikan untuk mendapatkan matriks normalisasi R. Setiap normalisasi dari nilai rij dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
rij=x y
√∑i=1
m
x y2
Untuk i=1,2,3,…,m; j=1,2,3,…,n
2. Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasikan Diberikan bobot W = (w1,w2,…,wn), sehingga weighted normalized matrix V dapat dihasilkan sebagai berikut:
V=[ w11 r11 ⋯ w1n r1n
⋮ ⋱ ⋮wm1rm1 ⋯ wnm rnm
]Dengan i=1,2,3,…,m dan j=1,2,3…,n
3. Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negative Solusi ideal positif dinotasikan dengan A+ dan solusi ideal negatife dinotasikan dengan A-, sebagi berikut : Menentukan Solusi Ideal (+) & (-)
4. Menghitung Separation Measure Separation measure ini merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Perhitungan matematisnya adalah sebagai berikut:
5. Menghitung kedekatan relative dengan ideal positif Kedekatan relative dari alternatif A+ dengan solusi ideal Adirepresentasikan dengan:
6. Mengurutkan Pilihan Alternatif dapat dirangking berdasarkan urutan Ci. Maka dari itu,
alternatif terbaik adalah salah satu yang berjarak terpendek terhadap solusi ideal dan
berjarak terjauh dengan solusi ideal negatif
2.3.2 Kajian InduktifMetode TOPSIS juga telah dilakukan dalam Rekrutmen Tenaga Pengajar Baru di Libra
Education Institute. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
multikriteria kriteria adalah metode TOPSIS. Rekrutmen tenaga pengajar baru di Libra
Education Institute yang ditentukan oleh beberapa kriteria yaitu pendidikan, pengalaman
mengajar, hasil tes, hasil wawancara dan hasil training (pelatihan) merupakan masalah
multikriteria. Dalam kajian ini telah dibangun sebuah sistem pendukung keputusan untuk
membantu dalam menentukan calon tenaga pengajar baru yang akan direkrut dengan metode
TOPSIS. Hasil akhir dari penerapan metode TOPSIS ini akan menghasilkan berupa
pengurutan data calon tenaga pengajar baru yang dijadikan sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan.
Selain itu, metode TOPSIS juga dilakukan dalam Seleksi Penerima Beasiswa. Untuk
membantu penentuan dalam menetapkan seseorang yang layak menerima beasiswa maka
dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan. Metode yang dapat digunakan untuk Sistem
Pendukung Keputusan adalah dengan menggunakan Analitical Hierarcy Process (AHP) dan
Technique Order Preference by Similarity To Ideal Solution (TOPSIS). Pada penelitian ini
akan diangkat suatu kasus yaitu mencari alternatif terbaik berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan dengan mengggunakan metode AHP kemudian mencari solusi dengan
metode TOPSIS. Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif, dalam hal ini alternatif yang dimaksudkan yaitu yang berhak menerima beasiswa
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Penelitian dilakukan dengan mencari nilai bobot
untuk setiap atribut, kemudian dilakukan proses pengurutan kandidat yang akan menentukan
alternatif yang optimal, yaitu mahasiswa terbaik. Kriteria yang digunakan dalam menentukan
penerima beasiswa yaitu IPK, jumlah penghasilan orang tua, jumlah tanggungan orang tua,
semester, status beasiswa. Menentukan Peringkat Siswa dalam Pembelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi. Pada penelitian ini, penentuan peringkat dilakukan berdasarkan
kepada Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada setiap aspek penilaian. Dengan
menentukan peringkat, guru dapat membandingkan hasil belajar setiap siswa sehingga
kedepannya guru dapat memberikan perlakukan yang berbeda sesuai dengan hasil belajar
setiap siswa. Sistem pendukung keputusan dengan metode TOPSIS merupakan salah satu
solusi untuk memfasilitasi guru dalam menentukan peringkat siswa. Dalam sistem yang
dibuat, guru secara fleksibel dapat menentukan aspek penilaian beserta KKM pada setiap
aspek tersebut sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu guru melakukan input nilai siswa untuk
setiap aspek penilaian. Setelah input nilai siswa selesai dilaksanakan, sistem akan melakukan
perhitungan sesuai prinsip TOPSIS yang pada akhirnya menghasilkan suatu penentuan
peringkat yang dapat membantu guru dalam membandingkan hasil belajar setiap siswa.
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, sistem yang dibuat telah mampu untuk
menentukan peringkat siswa pada kegiatan pembelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah UKM UD. Rahmat yang berlokasi di Jalan Kaliurang,
Besi KM 13. UKM ini menyediakan besi dan baja yang biasanya digunakan untuk
konstruksi, teralis, kanopi dan lain-lain. Pemilik dari UKM ini adalah bapak Rahmat
3.2 Variabel Penelitian
Vaariabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel tidak bebas. Untuk variabel bebas bertindak sebagai input penelitian yaitu
kriteria dan sub-kriteria supplier serta alternatif supplier, bobot perbandingan
berpasangan antar kriteria yang bersifat subjektif dari pemilik UKM, kapasitas
pengiriman masing-masing pemasok. Sedangkan untuk variabel tidak bebas adalah
supplier dengan bobot tertinggi, kuantitas pembelian bahan baku dari pemasok, kualitas
bahan baku dari pemasok, biaya pengiriman, tepat waktu pengiriman dari pemasok,
pencapaian di atas target dari tujuan pertama, dan pencapaian di bawah target dari tujuan
kedua.
3.3 Jenis Data
3.3.1 Primer
Melakukan pengamatan langsung ke tempat kerja tersebut atau UKM UD. Rahmat dan
mewawancarai beberapa pekerja di tempat tersebut untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Dimana dalam penelitian ini, data primer peneliti digunakan untuk
pembobotan antar kriteria dan pembobotan antar sub kriteria serta pembobotan kriteria
dan sub kriteria dengan alternatif. Selain itu terdapat data kapasitas pengiriman
masing-masing pemasok yang nantinya digunakan sebagai fungsi kendala dalam
metode TOPSIS.
3.3.2 Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari referensi seperti buku dan jurnal dimana
dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai
pertimbangan dalam penentuan kriteria-kriteria dan penentuan sub kriteria apa saja
yang penting dalam pemilihan supplier. Dalam hal ini peneliti mendapatkannya dari
buku dan jurnal-jurnal mengenai penelitian yang sejenis, yang digunakan untuk
mendapatkan dan menggali teori-teori yang yang nantinya akan mendukung terhadap
penelitian untuk memecahkan masalah.
3.4 Pengumpulan Data
Pengambilan data pada studi kasus kali ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Pengamatan langsung ke lapangan yaitu ke UKM UD. Rahmat, untuk mendapatkan
informasi dan data yang diperlukan seperti
2. Kuisioner
Kuisioner ditujukan kepada pemilik dari UD. Rahmat. Kuisioner berisi tabel bobot
perbandingan berpasangan antar kriteria, antar sub-kriteria dan antar alternatif.
Dalam penggunaan metode AHP, input bobot perbandingan berpasangan dilakukan
oleh ekspert/ ahli, yang mana dalam kasus ini adalah pemilik UD. Rahmat.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pemilik UKM UD. Rahmat dan pegawai yang bekerja
disana, dengan tujuan untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi pemenuhan
bahan baku yang dibutuhkan, serta untuk mengetahui alasan-alasan yang
dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok.
4. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang didapatkan dari studi pustaka, literatur, referensi dan
sebagainya yang diperlukan dalam pemilian supplier terbaik dan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3.5 Pengolahan Data
3.5.1 Analitycal Hierarchy Process
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan
diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif,
kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3.1 Struktur Hierarki AHP
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Skala intensitas kepentingan
Intensitas
penilaian pada
skala absolute
Definisi
1Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang
lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya.
5
Elemen yang satu lebih penting dari pada yang lainnya, Pengalaman
dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya,
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam
praktek.
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya, Bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat
Intensitas
penilaian pada
skala absolute
Definisi
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan angka
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2
pilihan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan
i
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk
menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif,
maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.
b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil
perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan
ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani,
1998):
Hubungan kardinal : aij . ajk = aik
Hubungan ordinal : Ai> Aj, Aj> Ak maka Ai> Ak Hubungan diatas dapat dilihat
dari dua hal sebagai berikut :
a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak
empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka
anggur lebih enak delapan kali dari pisang.
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari
mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari
pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan
tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi
karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan.
d. Hasil c dibagijumlahelemen, akandidapatλmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random
konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat
dibenarkan.
Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Nilai Indeks Random
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RC 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
Perhitungan dalam metode AHP menggunakan software Microsoft Office Excel.
3.5.2
3.5.3 TOPSIS
Langkah - langkah TOPSIS
Gambar 3.2 Flowchart Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Felix TS, dan Niraj Kumar. “Global supplier development considering risk factors using extended AHP-based approach”, Omega the International Journal of Management Science No. 35 (2007): 417-431.
Ghodsypour, S.H. dan O’Brien, C. (1998). Decision Support System for Supplier Selection Using an Integrated Analytic Hierarchy Process and Linear Programming, International Journal of Production Economics, 56–57, 199–212.
Kadarsyah, Suryadi dan Ramdhani, M. (1998). System Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi Dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, PT. RemajaRosdakarya, Bandung.
Ozkan, Betul Huseyin Bashgil dan Nergis Sahim. (2011). “Supplier selection using analytical hierarchy process: an aplication from Turkey”. Proceding of the world congress on Engineering Vol 2
Saaty, T.L. (1991). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Tahrir, Farzad, M. Rasid Osman, dan Aidy Ali. “AHP approach for supplier evaluation and selection in a steel manufacturing company”. Journal of Industrial Engineering and Management No. 01 (2008): 54 -76
Yusuf, M. (2009). Pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming Untuk Menentukan Model Pemasok. Jurnal Teknologi, 2(2), 137-142.