outline fery

46
PENGARUH KINERJA AKUNTANSI TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014 Disusun Oleh: FERY HANDOKO NIM 115020300111053 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: fery-handoko

Post on 16-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

PENGARUH KINERJA AKUNTANSI TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014Disusun Oleh:FERY HANDOKONIM 115020300111053

SKRIPSIDiajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sektor industri manufaktur adalah sektor yang paling dominan penyumbang PDB. Data Kemenperin pada tahun 2011 menunjukan kontribusi sektor manufaktur pada PDB nasional tercatat 20,92%. Industri makanan dan minuman olahan serta tembakau merupakan penyumbang tertinggi, yakni sebesar 7,36%. Industri alat angkut, mesin dan peralatannya menyumbang 5,74% terhadap total PDB. Sementara itu industri pupuk, kimia, dan barang dari karet berkontribusi 2,55% dari PDB. Tahun 2012, dengan pertumbuhan 6,4%, industri manufaktur menyumbang 20,8% atau sekitar Rp 1.714,3 triliun terhadap PDB nasional yang sebesar Rp 8.241,9 triliun. (http://kemenperin.go.id) Tidak bisa dipungkiri lagi bahwasanya industri manufaktur di Indonesia sangat bergantung pada investasi. Iklim investasi yang kondusif akan semakin menumbuhkembangkan industri sektor manufaktur ini. Apalagi melihat minat investasi di Indonesia yang awalnya di dominasi oleh sektor sumber daya alam saat ini mulai bergeser pada sektor manufaktur. Kondisi ini terlihat pada realisasi investasi sepanjang kuartal I 2013. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa investasi di sektor sumber daya alam mengalami penurunan sepanjang kuartal I 2013. Prosentase realisasi penanaman modal asing (PMA) pada sektor pertambangan hanya mencapai 19,5% senilai US$ 1,4 miliar, sementara itu penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor pertambangan sebesar 21,7% senilai US$ 6 triliun dan pada industri manufaktur mencapai angka 42,5%. (http://bisnis.liputan6.com/) Dalam usahanya menjaga iklim investasi yang kondusif dan baik, perusahaan manufaktur seharusnya senantiasa menjaga dan berusaha meningkatkan kinerja keuangannya yang mana kinerja keuangan merupakan salah satu faktor penentu seorang investor akan memutuskan dimana ia harus berinvestasi. Investor dalam berinvestasi di pasar modal selalu dihadapkan dengan return dan risiko atas investasi yang dimilikinya. Tujuan utama dari investor adalah untuk mendapatkan return tertentu dengan risiko yang minimal dan return maksimal dengan risiko tertentu. Harga saham merupakan cerminan ukuran dari sebuah investasi. Oleh sebab itu harga saham merupakan harapan dari investor. Tinggi rendahnya harga saham di pasar modal akan bergantung pada kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan.. Dalam analisis saham terdapat dua cara yaitu analisis teknikal dan danalisis fundamental. Analisis Fundamental adalah analisis yang menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan, misalnya : laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya. Analisis Teknis adalah analisis yang menggunakan data pasar dari saham, misalnya : harga dan volume transaksi saham. (Jogiyanto, 2000). Faktor fundamental selalu menjadi acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Untuk mengukur dan menganalisa kondisi fundamental sebuah saham, alat ukur utama yang dipergunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan rugi laba (profit and loss), neraca (balance sheet) dan kondisi arus kas (cash flow) perusahaan. Bagaimana posisi rugi laba perusahaan, masih untungkah, seberapa besar keuntungannya, seberapa besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bagaimana neracanya, perbandingan antara ekuitas dan utang, dan bagaimana kondisi arus kasnya, apakah masih cukup likuid untuk operasional perusahaan atau ada masalah. Maka dalam penelitian ini penulis akan lebih fokus menggunakan analisis fundamental. Faried (2008) dalam penelitiaannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode 2002 s.d 2006 berkesimpulan bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham secara positif, NPM dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. PBV berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Anggraini (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham berkesimpulan bahwa CR, ROE, DER, dan PBV sebagai indikator kinerja keuangan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Ardiansyah (2011) dalam penelitiaanya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham berkesimpulan bahwa, EPS,ROA, tidak berpengaruh terhadap return saham, PER berpengaruh terhadap return saham. dan PBV tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari uraian di atas dan dalam kaitannya dengan penelitian ini maka penulis akan meniliti kembali faktor kinerja akuntansi dalam pengaruhnya terhadap return saham. dalam hal ini indikator kinerja akuntansi yang akan diteliti antara lain Earning Per Share (EPS), Price To Book Value (PBV), dan Price Earning Ratio (PER). Maka penulis mengambil judul PENGARUH KINERJA AKUNTANSI TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-20141.1 Perumusan MasalahPermasalahan yang akan berusaha dijawab oleh peneliti adalah1. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014?2. Apakah Price To Book Value (PBV) berpengaruh terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014?3. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014?

1.2 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini antara lain:1. Untuk menganalisis pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2010-2013.2. Untuk menganalisis pengaruh Price To Book Value (PBV) terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2010-2013.3. Untuk menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2010-2013.

1.3 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi yang diharapkan penulis dari penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu, Kontribusi Teoritis, Kontribusi Praktis, dan Kontribusi Kebijakan. Uraian dari masing-masing kontribusi akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.

1.3.1 Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan perbandingan mengenai rujukan-rujukan penelitian selanjutnya yang sejenis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris apakah Earning Per Share (EPS), Price To Book Value (PBV), dan Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh terhadap return saham

1.3.2 Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan baru dan memberikan penjelasan bahwa dalam berinvestasi saham pada perusahaan, investor atau pemilik modal dapat menganalisis faktor fundamental yang tercermin dari laporan keuangan perusahaan yang hendak dijadikan sasaran investasi. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat dijadikan acuan oleh investor dalam menentukan keputusan investasi dan memprediksi return saham yang akan diambil

1.3.3 Kontribusi Kebijakan Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dasar pertimbangan mengenai analisis terhadap laporan keuangan yang nantinya akan dijadikan dasar untuk menentukan keputusan berinvestasi. Bagi perusahaan atau pelaku bisnis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan patokan atau ukuran untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya.

BAB IITEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori2.1.1 Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2000), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Salah satu dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2001) adalah return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Adalah hal yang wajar jika investor mengharapkan tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan para investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return).Retun saham dirumuskan sebagai berikut:R = Pt-(Pt-1) (Pt-1)

Dimana :R = ReturnPt = Harga saham periode tPt-1 = Harga saham periode Pt-1 Return yang diharapkan adalah tingkat return yang diantisipasi investor dimasa yang akan datang, sedangkan return yang terjadi atau disebut juga return aktual adalah return yang telah diperoleh investor dimasa lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual atau return yang terjadi yang diperoleh para investor dari investasi yang dilakukan bisa sangat mungkin berbeda. Sehingga dalam berinvestasi, disamping investor memperhatikan tingkat return, investor juga harus selalumempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.2.1.2 Earning Per Share EPS merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapabesar keuntungan yang diperoleh oleh para investor atau pemegang saham perlembar saham. Dalam kegiatan analisis laporan keuangan perusahaan, Earning Per Share (EPS) adalah faktor penting yang harus diperhatikan karena nilai EPS ini menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk para pemegang saham perusahaan. Calon investor akan sangat tertarik dengan nilaiEPSyang besar,hal ini dikarenakan EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Besarnya EPS perusahaan bisa diketahui dengan cara melihat secara langsung laporan keuangan perusahaan, atau bisa dengan menghitung sendiri dengan melihat neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Secara umum Earning Per Share dirumuskan sebagai berikut : EPS=Laba operasi - Dividen saham prioritasRata-rata tertimbang saham biasa yang beredar

Secara umum investor dalam menginvestasikan modalnya akan mengharapkan manfaat dimasa depan yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Tetapi berapa jumlah EPS yang akan dibagikan perusahaan sebagai dividen akan sangat bergantung terhadap kebijakan manajemen perusahaan. EPS bisa dijadikan indikator tingkat kesejahteraan perusahaan, apabila EPS yang dibagikan kepada para pemegang saham tinggi maka bisa dikatakan perusahaan yang bersangkutan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan apabila EPS yang dibagikan rendah maka bisa dikatakan perusahaan tersebut gagal memberikan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh para pemegang saham atau investor. EPS adalah indikator keberhasilan perusahaan yang bersangkutan di masa yang lalu dan harapan pemegang saham di masa yang akan datang, EPS menggambarkan hal yang penting dari keberhasilan itu. Tetapi EPS bukanlah satu-satunya alat ukur atau indikator penentu keberhasilan perusahaan. Indikator ini masih harus dikombinasikan dengan indikator lainnya kemudian dianalisis dan diinterpretasikan lebih jauh.2.1.3 Price To Book Value (PBV) Price To Book Value (PBV) adalah rasio keuangan yang sudah lazim secara luas dipakai di berbagai analisis sekuritas. Rasio PBV ini diartikan sebagai perbandingan nilai pasar suatu saham terhadap nilai bukunya sehingga kita dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued. Para investor memperhitungkan nilai PBV ini bertujuan untuk mengetahui apakah harga saham yang akan dibeli sesuai dengan nilai kekayaan bersih perusahaan. Semakin mendekati harga saham dengan nilai kekayaan bersih perusahaan,maka semakin baik saham perusahaan tersebut untuk dibeli. Perhitungan PBV dilakukan dengan cara yaitu membagi harga saham pada dengan nilai bukunya. PBV mennggambarkan seberapa jauh perusahaan bisa menciptakan nilai atau value perusahaan itu sendiri. Perusahaan dengan kondisi sehat idealnya mempunyai PBV diatas 1, hal ini menunjukkan nilai pasar saham perusahaan lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi nilai dari PBV maka semakin tinggi pulareturnsaham yang akan didapatkan, dan semakin tinggireturnsaham yang didapatkan maka pendapatan perusahaan akan naik pula sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham. PBV secara umum dirumuskan sebagai berikut:Harga Pasar Saham (Current Price)

Harga Buku Saham (Book Value)

PBV =

Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut yang bersangkutan dapat dikategorikan undervalued. Nilai rendah yang PBV ini dikarenakan turunnya harga saham, yang mengakibatkan harga saham berada di bawah nilai bukunya. Di samping itu menurunnya nilai PBV juga mengindikasikan menurunnya kinerja suatu perusahaan. Sehingga dalam analisis, angka PBV ini sebaiknya dibandingkan dengan nilai PBV rata-rata perusahaan lain pada sektor sejenis. Apabila terdapat perbedaan nilai yang signifikan atau mencolok maka PBV perlu dianalisis lebih jauh lagi.2.1.4 Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran dasar yang dipakai dalam analisis saham secara fundamental. Secara jelasnya, PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, yang mana harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dalam setahun. Karena dalam fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan oleh perusahaan, maka dengan mengetahui nilai PER sebuah perusahaan, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak wajar secara nyata dan bukan berdasarkan perkiraan. Dalam analisis fundamental, PER ini biasanya digunakan oleh para investor untuk mengukur seberapa wajar tingkat harga saham. Nilai PER sangat mudah dihitung. Dengan mengetahui harga saham di pasar dan laba bersih per saham perusahaan, investor bisa dengan sangat mudah menghitung berapa nilai PER saham perusahaan tersebut. Semakin besar earning semakin rendah PER saham perusahaan yang bersangkutan tersebut dan sebaliknya. Namun investor perlu memahami jika investasi di saham lebih banyak berkaitan dengan ekspektasi, sehingga laba bersih yang dipakai dalam perhitungan dalam mencari nilai PER biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Maka bisa dipahami jika emiten berhasil menghasilkan laba besar, maka sahamnya akan diburu oleh para investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar akan naik. Besaran nilai PER akan berubah-ubah mengikuti perubahan harga pasar dan proyeksi laba bersih perusahaan. Jika harga naik, proyeksi laba tetap, praktis PER akan naik. Sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga di pasar tidak bergerak maka PER akan turun. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada periode tertentu. Rasio keuangan ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Hasil PER yang tinggi dianggap bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. PER seringkali dijadikan indikator oleh para investor untuk menentukan keputusan investasi saham suatu perusahaan. Ada asumsi bahwa semakin rendah nilai PER maka semakin murah harga saham perusahaan yang bersangkutan. Begitu sederhananya indikator ini sehingga tahun 1990-an, Bapepam pernah menerapkan kebijakan kepada perusahaan yang akan go public. Kebijakan itu adalah perusahaan diwajibkan tidak boleh memiliki PER di atas 13. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar para investor yang membeli saham baru IPO dapat membeli dengan harga relatif murah sehingga bisa memperoleh gain pada saat saham diperdagangkan di pasar sekunder. Muncul pertanyaannya, apakah perusahaan dengan saham yang memiliki PER rendah menarik untuk investasi ? Di atas kertas mungkin iya. Akan tetapi faktor lain yang ikut menentukan ialah likuiditas saham itu sendiri. Nilai PER yang rendah, tanpa didukung likuiditas yang bagus, tidak akan cukup menarik untuk dijadikan obyek investasi. Para investor akan sulit menjual jika likuiditas rendah. Karenanya, selain PER, indikator lain yang perlu disimak adalah likuiditas saham harus bagus. (Tim BEI) (http://www.himatansi.org/)2.2 Kerangka PemikiranKinerja AkuntansiEPS

PBVReturn Saham

PER

2.3 Pengajuan Hipotesis Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hubungan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian dan merumuskan hipotesis dari penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS), Price To Book Value (PBV), dan Price To Earning Ratio (PER), dan satu variabel dependen yaitu Retun Saham.2.3.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Earning Per Share (EPS) ialah rasio keuangan yang menunjukkan besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham perlembar saham. Dalam kegiatan analisis laporan keuangan perusahaan, Earning Per Share (EPS) adalah merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dan diperhitungkan oleh investor karena informasi EPS ini akan menunjukkan berapa besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada pemegang saham perusahaan. Informasi keuangan perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan khususnya earning per share sangat diperhatikan dan diperlukan oleh investor atau para pemegang saham dalam menganalisis tingkat kinerja perusahaan saat ini maupun dimasa mendatang. Hal ini dikarenakan semua hasil yang dicapai oleh perusahaan akan berakibat secara langsung dalam tingkat keuntungan yang akan didapatkan oleh para pemegang saham dimasa mendatang. EPS adalah perbandingan antara jumlah earning dengan jumlah saham yang beredar. EPS ini biasa digunakan investor dalam menganalisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki. EPS ini menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Nilai dari EPS perusahaan yang tinggi akan mengindikasikan perusahaan mampu mengatasi persoalan-persoalan dan mampu mengatur pengalokasian dana yang diperoleh secara efektif dan efisien dalam usahanya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, para investor akan merasa yakin bahwa perusahaan memiliki potensial dan prospek untuk investasi yang sangat bagus dimasa yang akan datang. Sehingga tujuan untuk mendapatkan return yang tinggi dapat tercapai oleh investor. Semakin tinggi perubahan EPS maka akan semakin menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal tersebut akan mengakibatkan permintaan saham meningkat dan harga saham secara otomatis akan meningkat pula. Tingginya harga saham secara otomatis akan mendorong investor untuk menjual saham tersebut. Apabila saham tersebut terjual dengan harga tinggi maka investor akan mendapatkan return yang tinggi pula. Sehingga perubahan EPS akan mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan return saham. Penjelasan di atas di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permana (2008) yang menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian lain yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian dari Nathaniel (2008) yang menunjukkan bahwa Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian lain yang serupa juga ditunjukkan oleh Gunawan dan Jati (2012) yang menunjukan bahwa Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa Earning per Share (EPS) yang menurun menandakan investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan :H1 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.2.3.2 Pengaruh Price To Book Value (PBV) Terhadap Return Saham Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan harga pasar suatu saham dengan nilai bukunya. PBV merupakan indikator yang dipakai dalam kegiatan analisis oleh para investor untuk menilai kinerja perusahaan. Saham dengan nilai yang PBV tinggi bisa dianggap sebagai saham yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga saham lain dari perusahaan yang sejenis. Saham dengan harga yang tinggi biasanya mencerminkan kualitas akan kinerja perusahaan tersebut yang baik dan pertumbuhan yang cukup pesat. Investor seringkali tertarik dengan saham yang seperti ini. Nilai PBV yang tinggi diharapkan oleh para investor akan menghasilkan return yang tinggi pula dari suatu saham di investasikannya seiring pertumbuhan perusahaan tersebut di masa mendatang. Jadi PBV mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Penjelasan di atas di dukung oleh penelitian dari Natahaniel (2008) yang menunjukkan bahwa Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Semakin kecil nilai Price to Book Value (PBV) maka harga dari suatu saham semakin murah. Semakin rendah rasio Price to Book Value (PBV) menunjukkan harga saham yang lebih murah dibandingkan dengan harga saham lain yang sejenis. Kondisi ini memberi peluang kepada investor untuk meraih capital gain pada saat harga saham kembali mengalami rebound kenaikan harga. Hasil penelitian lain yang serupa ditunjukkan oleh Purnamaningsih dan Wirawati (2014) yang menunjukkan return saham dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh PBV. Hasil penelitian lain yang serupa juga ditunjukan oleh Astuti (2006) yang menunjukan PBV mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap return saham. Semakin tinggi nilai PBV maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan : H2 : Price To Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap return saham2.3.3 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Price Earning Ratio atau yang bisa disingkat PER adalah suatu indikator yang menunjukkan bagaimana proses pertumbuhan laba perusahaan di masa yang akan datang. Nilai PER didapatkan dengan membagi antara harga pasar saham dengan earning per share. Dari perhitungan itu, kita dapat mengetahui apakah saham tersebut dalam keadaan overprice atau underprice. Pada pasar efisien, dimana harga saham akan mencerminkan informasi yang sebenarnya, nilai PER yang rendah dari suatu saham perusahaan akan menunjukkan harga saham tersebut lebih murah dibandingkan harga saham perusahaan yang sejenis, sehingga pada suatu saat ketika harga saham mulai mengalami koreksi kenaikan (rebound), diharapkan para investor yang membeli harga saham dengan PER yang rendah akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Jadi price earning ratio berpengaruh negatif terhadap return saham. Penjelasan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Krisnawati (2009) yang menunjukkan Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Antara (2011) yang menyebutkan Price To Earning Ratio (PER) berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitian lain yang serupa juga ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sulistio (2005) yang menyebutkan bahwa PER berpengaruh negatif signifikan terhadap return. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian teradhulu maka hipotesis dari penelitian ini dirumuskan:H3 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh negatif terhadap return saham

2.4 Penelitian Terdahulu Antara (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Dividend Payout Ratio, Price To Book Value Ratio, Dan Price To Earnings Ratio Pada Return Saham Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 menghasilkan kesimpulan bahwa PBV dan PER berpengaruh negatif pada return saham, DPR tidak berpengaruh pada return saham, sehingga DPR tidak dapat dijadikan alat untuk memprediksi return saham di BEI Ardiansyah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham menghasilkan kesimpulan bahwa Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham, Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham, Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh terhadap return saham. Purnamaningsih dan Wirawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Return On Asset, Struktur Modal, Price To Book Value Dan Good Corporate Governance Pada Return Saham menghasilkan kesimpulan bahwa Return saham tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ROA, return saham dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh struktur modal dan PBV, GCG tidak mampu memoderasi pengaruh ROA, struktur modal, dan PBV terhadap return saham. Anggraeni (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) menghasilkan kesimpulan bahwa CR, ROE, DER, dan PBV sebagai indikator kinerja keuangan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Faried (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh FaktorFundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode 2002 S.D 2006 menghasilkan kesimpulan bahwa Variabel ROA, PBV, dan kapitalisasi Pasar berpengaruh secara signifikan terhadap retusn saham, sedangkan variabel Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Nathaniel (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate And Property Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006) menghasilkan kesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Earning per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, PBV memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Adapun ringkasan penelitian terdahulu akan disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini:Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian-Penelitian TerdahuluNoPeneliti (Tahun)Topik PenelitianHasil Penelitian

1I Made Januari Antara(2011)Pengaruh Dividend Payout Ratio, Price To Book Value Ratio, Dan Price To Earnings Ratio Pada Return Saham Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011PBV dan PER berpengaruh negatif pada return saham, DPR tidak berpengaruh pada return saham.

2Ardiansyah(2013)Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return SahamEarning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham, Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham, Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh terhadap return saham,

3Dita PurnamaningsihdanNi Gusti Putu Wirawati(2014)Pengaruh Return On Asset, Struktur Modal, Price To Book Value Dan Good Corporate Governance Pada Return SahamReturn saham tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ROA, return saham dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh struktur modal dan PBV, GCG tidak mampu memoderasi pengaruh ROA, struktur modal, dan PBV terhadap return saham.

4Dyah Ayu Anggraeni(2009)Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)CR, ROE, DER, dan PBV sebagai indikator kinerja keuangan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap returnsaham.

5Asbi Rachman Faried(2008)Analisis Pengaruh FaktorFundamental Dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode 2002 S.D 2006Variabel ROA, PBV, dan kapitalisasi Pasar berpengaruh secara signifikan terhadap retusn saham, sedangkan variabel Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

6Nicky Nathaniel SD(2008)Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate And Property Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006)Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Earning per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, PBV memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistic.3.2 Populasi dan Sampel Dalam Wikipedia disebutkan populasiadalah sekumpulandatayang mempunyai karakteristik yang sama dan menjadi objekinferensi, Statistika inferensimendasarkan diri pada dua konsep dasar, populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajiner, dansampel, sebagai bagian dari populasi yang digunakan untuk melakukan inferensi (pendekatan/penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal. Sampel dianggap mewakili populasi. Sampel yang diambil dari populasi satu tidak dapat dipakai untuk mewakili populasi yang lain. (http://id.wikipedia.org/) Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama lima taun yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan non-probability sampling atau teknik purposive sampling, yaitu cara pangambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah:1. Perusahaan manufaktur yang masuk dalam daftar BEI selama Januari 2010 sampai dengan Desember 20142. Perusahaan yang selalu konsisten menyampaikan laporan keuangannya secara rutin dan mempunyai kelengkapan data keuangan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam laporan ini. Dalam hal ini data keuangan yang diperlukan adalah Return, EPS, PBV, dan PER.3. Perusahaan yang secara konsiten memiliki nilai ekuitas positif pada periode pengamatan yaitu tahun 2010 sampai dengan 2014.4. Perusahaan yang selalu konsisten memperoleh laba pada periode pengamatan yaitu tahun 2010 sampai dengan 2014. Dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan 2014 yang sesuai dengan kriteria di atas maka dapat ditentukan sampel sebanyak 62 perusahaan.3.3 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Earning Per Share (EPS), Price To Book Value, dan Price To Earning Ratio (PER) sedangkan variabel dependennya adalah Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data Earning Per Share (EPS), Price To Book Value, dan Price To Earning Ratio (PER), dan Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 diperoleh dari publikasi online yang diakses dari website resmi BEI yaitu www.idx.co.id.3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu melalui pencatatan atas data baik EPS,PBV,PER, dan perhitungan return yang dilakukan dengan cara dokumentasi data historis harga saham dari masing masing sampel. Data historis harga saham sampel didapatkan dari situs finance.yahoo.com3.6 Metode Analisis Data3.6.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan pola sebaran data. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa: tendensi sentral (rata-rata, median dan modus), dispersi (deviasi standar dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian.3.6.2 Uji Asumsi Klasik3.6.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, karena Uji-t dan Uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap nilai unstandardized residual dari model regresi dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, data dikategorikan berdistribusi normal jika menghasilkan nilai asymptotic significance > =5%.3.6.2.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada korelasi antar anggota sample yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi menggunakan data timeseries. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya. Sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variable dependen pada nilai variable independen tertentu. Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Run Test dan uji Durbin-Watson.3.6.2.3 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik, variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuan dapat disimpulkan berikut ini:1. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas antar variabel independen2. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala multikolinieritas antar variabel independen3.6.2.4 Uji Gejala Heteroskedastisitas Metode ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika terdapat perbedaan varians, maka dijumpai gejala heteroskedastisitas. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen. Suatu model regresi dinyatakan bebas dari gejala heteroskedastisitas apabila keseluruhan variabel independen secara statistik tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.3.6.2.4 Pengujian Hipotesis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan uji model regresi linier berganda. Adapun bentuk persamaan matematis dari model analisis regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:Y = Dimana:Y = Returna = Konstanta = Earning Per Share (EPS) = Price To Book Value (PBV)= Price Earning Ratio (PER) =Koefisien Regresi = Error Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan secara parsial terhadap masing-masing variabel independen. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:1. Apabila nilai probabilitas (p) < a= 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha) didukung.2. Apabila nilai probabilitas (p) > a = 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha) tidak didukung.3.6.2.5 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan baik secara parsial (r) maupun simultan (R2) yang menyatakan seberapa besar keandalan model yang digunakan, yaitu digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (Xi) memberikan kontribusi pengaruh pada variabel terikat (Yi) dari persamaan regresi yang diperoleh. Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar 0< R2