outline 01

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini gaya hidup modern semakin meggejolak di masyarakat. Hal ini dianggap wajar karena merupakan wujud dari kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun disisi lain hal ini justru membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia, yaitu dapat meningkatkan terjadinya penyakit pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah (aterosklerosis) biasanya disebabkan oleh pengendapan lemak yang berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit seperti strok, jantung koroner dan hipertensi. Hal ini terjadi karena maraknya konsumsi makanan siap saji atau junk food. Makanan siap saji ini banyak mengandung lemak dan kolesterol. Lemak jenuh dapat merangsang hati untuk memproduksi kolesterol dan pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit jantung begitu pula dengan kolesterol yang mengendap, akan menghambat aliran

Upload: rendimamonto

Post on 27-Jun-2015

128 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Outline 01

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini gaya hidup modern semakin meggejolak di masyarakat. Hal ini

dianggap wajar karena merupakan wujud dari kemajuan Ilmu pengetahuan dan

teknologi. Namun disisi lain hal ini justru membawa dampak negatif bagi kesehatan

manusia, yaitu dapat meningkatkan terjadinya penyakit pembuluh darah. Penyakit

pembuluh darah (aterosklerosis) biasanya disebabkan oleh pengendapan lemak yang

berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit seperti strok, jantung koroner

dan hipertensi. Hal ini terjadi karena maraknya konsumsi makanan siap saji atau junk

food. Makanan siap saji ini banyak mengandung lemak dan kolesterol. Lemak jenuh

dapat merangsang hati untuk memproduksi kolesterol dan pada akhirnya dapat

menyebabkan penyakit jantung begitu pula dengan kolesterol yang mengendap, akan

menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot

jantung (Anonim, 2005).

Penyakit jantung koroner (PJK) berawal dari terjadinya penyakit

aterosklerosis yang disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol total LDL (low

density lipoprotein) dalam darah. Seseorang yang mempunyai kadar kolesterol

melebihi ambang batas normal (hiperkolesterolemik) berisiko terkena aterosklerosis

dan dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (Sitepoe,1993 dalam Kotiah,

2007). Kandungan LDL normal kurang dari 130 mg%. Kalau kandungan

Page 2: Outline 01

2

LDL 130-155 mg% berarti seseorang dianggap berisiko sedang,

sedangkan kadar lebih dari 160 mg% berarti berisiko tinggi.

Keterkaitan antara hiperkolesterolemi dan terjadinya aterosklerosis

disebut faktor risiko atau atherogenifactor. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penderita penyakit jantung koroner selalu menunjukkan

hiperkolesterolemia (Baraas, 1993).

Penyebab utama penyakit jantung adalah radikal bebas (Anonim, 2009).

Radikal bebas dapat berasal dari metabolisme tubuh kita sendiri, pencemaran udara,

bahan kimia dari makanan dan air, alkohol, rokok, radiasi ultra violet dan obat-

obatan. Radikal bebas adalah suatu aytom atau molekul yang bermuatan positif atau

negatif. Sifat dari atom atau molekul yang bermuatan tadi sangat reaktif dan tidak

stabil, karena akan berusaha menetralisir dirinya dengan cara menarik electron dari

molekul atau atom yang ada di dekatnya., sehingga terjadi reaksi berantai.Sifat dari

radikal bebas tadi akan merusak sel-sel bahkan sampai ke inti sel. Molekul utama di

dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak dan protein.

Radikal bebas (oksigen reaktif) dapat menyebabkan kerusakan oksidasi LDL

sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh (Sitompul,2003).

Pencegahan dan pengobatan penyakit diatas dapat dilakukan dengan

pemberian zat anti oksidan ke dalam tubuh. Antioksidan melalui mekanismenya dapat

menghambat dan mencegah kerusakan LDL karena oksidasi, yang akhirnya dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Sitompul, 2003). Antioksidan dibagi

Page 3: Outline 01

3

menjadi 2 berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu: antioksidan primer yang dapat

bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil , dan

antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal

reaksi berantai. Antioksidan dikenal sebagai zat yang dapat menetralisir atau

meredam dampak negative dari radikal bebas.

Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar

kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak,

selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga

obat dan efek samping yang tidak ringan membuat masyarakat enggan untuk

menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu pengobatan alternatif

dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alami. Winarto (2003)

Mengungkapkan bahwa “Dengan memanfaatkan bahan alam yaitu tanaman herbal

yang tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga dapat memperbaiki jaringan

tubuh yang rusak”.

Salah satu tanaman herbal yang banyak mengandung zat anti oksidan yaitu

Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry). Subroto dan Saputro (2008)

mengungkapkan bahwa “Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut adalah

Flavonoid, Tanin, dan tokoferol yang berfungsi sebagai anti oksidan dalam tubuh”.

Hasil analisis ekstrak kasar sarang semut menunjukkan adanya alfa-tokoferol yang

merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50 diperoleh angka 5,1 ppm, IC50

Page 4: Outline 01

4

merupakan konsentrasi antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50%

radikal bebas (Subroto dan saputro, 2008).

Mengingat perlunya cara mengatasi penyakit yang ditandai dengan tingginya

kadar kolesterol darah maka perlu dilakukan peneliti pemberian sarang semut

(Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap peningkatan HDL dan penurunan

LDL lewat pengujian laboratorium terhadap tikus putih( dengan judul “Pengaruh

Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) Terhadap

Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Hiperkolesterolemi”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diajukan permasalahan:

“Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens Merr.

& Perry) terhadap kadar LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)”

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sarang semut terhadap kadar LDL

dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Memberikan gambaran tentang bahaya konsumsi lemak secara berlebihan

2. Memberikan gambaran tentang manfaat sarang semut Myrmecodia

pendens

3. Memperdalam ilmu biologi khususnya anatomi dan fisiologi manusia.

Page 5: Outline 01

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Sarang Semut

2.1.1. Klasifikasi Sarang Semut

Dalam klasifikasi tumbuhan, sarang semut termasuk dalam kelas

Magnoliopsida. Adapun taksonomi dari tumbuhan sarang semut adalah sebagai

berikut:

Kingdom : PlantaeDivisi : TracheophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : LamidaeOrdo : RubialesFamili : RubiaceaeGenus : MyrmecodiaSpesis : Myrmecodia pendens Merr.& Perry (Subroto dan saputro, 2008)

Gambar 2.1: Myrmecodia pendens Gambar 2.2: Bagian Dalam Myrmecodia pendens

Sarang semut (Myrmecodia pendens) yang dimaksud bukanlah sarang yang

dibuat oleh semut yang membentuk lubang-lubang di tanah atau kumpulan daun

Page 6: Outline 01

6

kering, namun ini adalah tumbuhan epifit (menempel pada tumbuhan lain yg lebih

besar tetapi bukan parasit) yang batangnya menggelembung besar dimana di

dalamnya banyak terdapat ruang atau rongga kecil yang dihuni semut (Gambar 2.2)

(Anonim, 2008). Kandungan zat yang dimiliki memang didukung oleh aktifitas semut

di dalamnya dimana banyak zat yang menguntungkan tertinggal dalam bagian

tanaman. Pada semut sendiri antioksidan berperan sebagai zat penting untuk proses

pembentukan koloni. Selain itu juga sebagai benteng bagi tempat penyimpanan telur

dari panyakit.

Khasiat herbal yang dimiliki tumbuhan ini ditandai dengan kandungan zat-zat

aktif seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida yang terkandung dalamnya. Ketiga

zat ini sangat membantu tubuh manusia untuk mengontrol beragam penyakit maut.

Salah satunya sebagai imuno stimulan untuk menambah kekebalan tubuh. Selain

mencegah dan mengobati kanker sarang semut juga efektif membantu penyembuhan

berbagai macam penyakit gangguan jantung, ambien (wasir), rematik, stroke, maag,

gangguan fungsi ginjal dan prostat. Bahkan pegal linu, melancarkan ASI, migren,

melancarkan pembuluh darah, lever, bahkan memulihkan gairah seksual juga bisa

diambil dari khasiat tanaman ini.

2.1.2. Habitat Sarang Semut

Sarang Semut dengan nama ilmiah myrmecodia pendans merupakan tanaman

yang didalamnya digunakan sebagai sarang semut. Didalamnya terdiri dari labirin

yang digunakan semut sebagai liang untuk melakukan aktifitasnya.

Page 7: Outline 01

7

Penyebaran tumbuhan sarang semut banyak ditemukan, mulai dari

Semenanjung Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa,

Papua, Papua Nugini, Cape York hingga kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua,

tumbuhan sarang semut dapat dijumpai, terutama di daerahPegunungan Tengah, yaitu

hutan belantara kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Toliraka, Kabupaten Puncak Jaya,

Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Paniai.

Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-

pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m diatas permukaan laut (dpl).

Tumbuhan sarang semut banyak ditemukan di padang rumput. Tumbuhan sarang

semut jarang ditemukan di hutan tropis dataran rendah, tetapi banyak ditemukan di

hutan dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m dpl (Subroto,

2008). Sarang semut banyak ditemukan menempel di beberapa pohon (Gambar 2.2),

umumnya di pohon kayu putih (Casuarina), kaha (Castanopsis), dan pohon beech

(Nothofagus). Sarang semut jarang menempel pada pohon-pohon dengan batang

halus dan rapuh seperti Eucalyptus (Subroto, 2008).

2.1.3. Kandungan sarang semut

Uji penapisan kimia dari tumbuhan Sarang Semut menunjukkan bahwa

tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan

tanin (Subroto, 2008). Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang telah dilakukan

oleh para peneliti yang mempelajari golongan senyawa ini dalam kaitannya dengan

sistem pertahanan diri tumbuhan Sarang Semut.

Page 8: Outline 01

8

Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik

yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting

dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan

flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik

untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi

struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas

vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik.

Flavonoid Antioksidan dan menangkap radikal bebas Melepas H

Berikatan dengan 1 RB

Radikal Peroksi distabilkan

Energi Aktivasi

Menghalangi Oksidasi LDL

Menurunkan Kolesterol

Gambar 3: Mekanisme aksi penurunan kadar kolesterol (Kandaswami & Middleton dalam Nurwahyunani ,2006 ).

Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikalbebas

dengan membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya (Kandaswami &

Middleton dalam Nurwahyunani ,2006), dikatakan juga bahwa flavonoid dapat

Page 9: Outline 01

9

bertindak menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan

darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.

Banyak mekanisme kerja dari flavonoid yang sudah terungkap, misalnya

inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan

diferensiasi, inhibisi angiogenesis, serta pembalikan resistensi multi-obat atau

kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut. Kemampuan Sarang Semut secara

empiris untuk pengobatan berbagai jenis kanker atau tumor, TBC, dan encok/rematik

diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoid Sarang Semut.

Page 10: Outline 01

10

Tabel 2.1. Komposisi dan Kandungan Senyawa Aktif Tumbuhan Sarang Semut (Subroto 2008)

NO PARAMETER SATUAN NILAI1 Energi Kkal/ 100 g 350,52

2 Kadar air g/ 100 g 4,54

3 Kadar abu g/100 g 11,13

4 Kadar lemak g/100 g 2,64

5 Kadar protein g/100 g 2,75

6 Kadar karbohidrat g/100 g 78,94

7 Tokoferol mg/100 g 31,34

8 Total fenol g/100 g 0,25

9 Kalsium (Ca) g/100 g 0.37

10 Natrium (Na) mg/100 g 68,58

11 Kalium (K) g/100 g 3,61

12 Seng (Zn) mg/100 g 1,36

13 Besi (Fe) mg/100 g 29,24

14 Fosfor (P) g/100 g 0,99

15 Magnesium (Mg) g/100 g 1,50

Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat

mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi di

bidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan

pendarahan), dan wasir. Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan

ambeien (wasir) dan mimisan diduga kuat berkaitan dengan kandungan taninnya.

Page 11: Outline 01

11

Seperti dalam tabel di atas tumbuhan Sarang Semut kaya akan antioksidan

tokoferol (vitamin E) sekitar 313 ppm dan beberapa mineral penting untuk tubuh

seperti kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor, dan magnesium.

Analisis antioksidan dari ekstrak kasar tumbuhan sarang semut dengan

menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa

ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan sedang, yaitu diperoleh nilai IC50

sebesar 48,6 ppm. Sementara alfatokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan

nilai IC50 diperoleh angka sebesar 5,1 ppm. IC50 merupakan konsentrasi dari

antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50% radikal bebas. Semakin kecil

nilai IC50 dari suatu antioksidan maka semakin kuat antioksidan tersebut. Alfa-

tokoferol pada konsentrasi 12 ppm telah mampu meredam radikal bebas sebanyak

96% dan persentase inhibisi ini tetap konstan untuk konsentrasikonsentrasi yang lebih

tinggi dari 12 ppm. Hasil penelitian ini mempunyai makna bahwa alfa-tokoferol pada

konsentrasi rendah pun telah memiliki aktivitas peredam radikal bebas hingga

mendekati 100%. Alfa-tokoferol 12 ppm telah mampu meredam radukal bebas

sebanyak 96% (Subroto dan Saputro, 2008).

2.2. Tinjauan Tentang Kolesterol LDL dan HDL

Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat

pada hamper semua sel tubuh. Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak dan

merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi

lain seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.

Page 12: Outline 01

12

Kolesterol di bagi menjadi LDL, HDL, total kolesterol dan trigliserida. Hanya

seperempat dari kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari

saluran pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi

tubuh sendiri oleh sel-sel hati (Yayasan Jantung Indonesia, 2003). Dari hati,

kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density Lipoprotein)

untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak

dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan

diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein)

untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam

kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.

LDL mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan

mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B

(apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat

menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah yang lama kelamaan

dapat menyumbat pembuluh radah. Penyumbatan pembuluh darah ini disebut

arteriosklerosis. Apabila penyumbatan tersebut terjadi di pembuluh darah yang

menuju ke jantung, maka akan memicu terjadinya penyakit jantung, sedangkan bila

penyumbatan terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, akan memicu

terjadinya stroke.

Page 13: Outline 01

13

Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya

ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan

mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A

(apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan

mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat. Tingginya kadar HDL dalam darah

akan mempercepat proses pengangkutan kolesterol ke hati, sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah

(Wirahadikusumah, 1985).

Jika tingkat HDL seseorang adalah 50 mg / dl dan kadar kolesterol LDL

adalah 150 mg / dl ini berarti bahwa perbandingan antara LDL dan HDL adalah 3.1

dapat menghitung LDL / HDL rasio dengan membagi tingkat LDL oleh tingkat HDL.

Tingkat LDL yang disebutkan dalam contoh ini adalah 150 dan HDL adalah 50. Jadi,

rasio itu 150 dibagi oleh 50 orang yang sama dengan 3. Namun, rasio yang ideal

antara LDL dan HDL adalah 4.

Semakin baik rasio, semakin rendah kemungkinan orang menderita penyakit

jantung (Anonim, 2006). Tingkat ideal kolesterol LDL kurang dari 100mg/dl, tetapi

dapat diterima bahkan sampai 129mg/dl. Sesuatu yang lebih dari itu adalah buruk.

Demikian pula, tingkat ideal untuk HDL kolesterol adalah 40mg/dl. Hal ini karena

tingkat tinggi kolesterol LDL dapat menyumbat arteri dan menyebabkan serangan

jantung.

Page 14: Outline 01

14

Berdasarkan uraian di atas, maka LDL dan HDL dapat diklasifikasikan sesuai

dengan Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 : Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida

LDL ("Kolesterol jahat”)

Kurang dari 100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Batas normal tertinggi

160-189 Tinggi

Lebih dari 190 Sangat tinggi

HDL ("Kolesterol Baik”)

Kurang dari 40 Rendah

Lebih dari 60 Tinggi

Total cholesterol (TC)

Kurang dari 200 Yang diperlukan

200-239 Batas normal tertinggi

Lebih dari 240 Tinggi

Trigliserida (TGA)

Kurang dari 150 Normal

150-199 Batas normal tertinggi

200-499 Tinggi

Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003

2.3. Radikal Bebas

Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan

tenaga besar disebut sebagai radikal bebas. Radikal bebas adalah sekelompok bahan

kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan

pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi

jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas Atom atau molekul

Page 15: Outline 01

15

dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa

fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh

karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan

normal.apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu produksi

DNA, lapisan lipid pada dinding sel dan mempengaruhi pembuluh darah.

2.4. Antioksidan

Antioksidan merupakan inhibitor penghambat oksidasi. Zat anti oksidan

adalah substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas.

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron

yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari

pembentukan radikal bebas (Gordon, 1995). Berdasarkan fungsinya antioksidan

digolongkan sebagai berikut:

2.4.1 Antioksidan Primer

Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai

pembemtuka radikal bebas. Senya ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat

ke radikal lipid atau mengubahnya kebentuk yang lebih stabil. Zat ini dapat berasal

dari alam maupun buatan. Antioksidan alam antara lain: Tokoferol, lesitin, sesamol,

fosfasida, dan asam akrobat.

2.4.2. Antioksidan Sekunder

Page 16: Outline 01

16

Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja peroksida

yaitu Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Antioksidan ini

memperlambat autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme

pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk stabil

(Gordon, 1990).

2.5. Tinjauan Tentang Tikus Putih

2.5.1. Klasifikasi

Taksonomi Tikus Putih

Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataCllas : Mamalia Ordo : rodentia Famili : Muridae Genus : RattusSpesies : Rattus novergikus L

Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan

dan disimpan untuk penelitian ilmiah. Tikus laboratorium telah digunakan sebagai

model hewan yang penting untuk penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan

bidang lainnya.

Tikus putih dipilih sebagai hewan percobaan karena tikus mempunyai banyak

keunggulan. Pertama, banyak gena tikus relatif mirip dengan manusia, kedua, dalam

binatang menyusui (mamalia), kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi,

relatif cocok untuk digunakan dalam eksperimen massal. Selain itu, tipe bentuk

Page 17: Outline 01

17

badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang digunakan di badannya dapat

relatif cepat termanifestasi.

2.6. Hipotesis

Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan

sebagai obat tradisional, serta mengandung bahan-bahan anti oksidan. Berdasarkan

hal tersebut, maka hiptesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

“Terdapat pengaruh pemberian ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr.

& Perry) terhadap peningkatan HDL dan Penurunan LDL tikus putih (Rattus

novergicus L)”

Page 18: Outline 01

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di dua laboratorium yaitu Laboratorium Kimia untuk

pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens dan Laboratorium Biologi Untuk

pengaklimatisasian hewan uji serta pengambilan sampel darah. Analisis data

dilakukan di Biolab Prodia.

3.2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus

novergicus L) sebanyak 20 ekor

3.3. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sarang semut Myrmecodia

pendens.

3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif adapun metode penelitian yang

digunakan adalah metode eksperimen dengan desain rancangan acak lengkap (RAL).

Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan

sehingga jumlah unit percobaan 4 x 5 = 20.

Page 19: Outline 01

19

Keterangan :

Perlakuan A : (Kontrol) diberi pakan standar

Perlakuan B : diberi pakan standar, kuning telur

Perlakuan C : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang

semut dengan dosis 252 mg/200 gr BB tikus.

Perlakuan D : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang

semut dengan dosis 504 mg/200 gr BB tikus.

Perhitungan dosis didasarkan pada perhitungan dosis manusia yaitu, 10 Gram

(Subroto, 2008), sedangkan dosis untuk hewan uji harus dikonfersi terlebih dahulu.

Angka konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018. Berat tikus adalah sekitar 200 gr,

oleh karena itu, dosis ekstrak sarang semut untuk tikus dikonversikan sebagai berikut:

70/50 x 10.000 mg x 0,018 = 252 mg/200 gr BB Tikus

= 1,26 mg/gr BB Tikus

3.5. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (X) yaitu sarang semut jenis Myrmecodia pendens

2. Variabel terikat (Y) yaitu LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus)

Page 20: Outline 01

20

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Alat dan Bahan

3.6.1.1. Alat

1. Kandang tikus, digunakan sebagai pemeliharaan tikus pada saat perlakuan

2. Neraca Analitik untuk menimbang bahan uji

3. Sonde lambung untuk memasukkan bahan uji melalui oral tikus

percobaan

4. Tabung reaksi, digunakan untuk sebagai wadah untuk menyimpan sementara

ekstrak sarang semut

5. Mikrohematokrit berfungsi untuk pengambilan darah

6. Blender, digunakan untuk menghaluskan bahan uji

7. Tabung haematokrit untuk menampung sampel darah

8. Pipet untuk mengambil bahan cair yang dibutuhkan selama penelitian

9. Kertas label digunakan untuk membedakan antar perlakuan

10. Sarung tangan untuk melindungi tangan pada saat memegang hewan uji atau

membuat ekstraksi sarang semut

11. Masker untuk melindungi pernafasan pada saat penelitian

12. Kamera untuk mendokumentasi penelitian

13. Alat tulis untuk mencatat data penelitian.

3.6.1.2. Bahan

1. Ekstrak sarang semut

2. Aquades untuk kelompok control

Page 21: Outline 01

21

3. Pakan untuk tikus, yaitu pakan ternak untuk anak ayam

4. Darah tikus

5. Kit uji kolesterol merk diasys

6. Etanol 96% untuk materasi pada saat pembuatan ekstrak sarang semut.

3.6.2. Prosedur Penelitian

3.6.2.1. Untuk Persiapan Bahan Uji

1. Sarang semut dibersihkan dan di keringkan

2. Sebelum dikeringkan, sarang semut disayat tipis untuk mempercepat pengeringan

3. Pembuatan serbuk: bahan yang telah kering dijadikan serbuk dengan cara grainer

sampai halus dan diayak sehingga diperoleh serbuk yang homogen.

4. Ekstraksi serbuk dengan etanol, dimaserasi selama 24 jam. Kemudian di filtrasi

sehingga menghasilkan filtrate, filtrate diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang

dibutuhkan.

3.6.2.2. Untuk Hewan Uji

1. Mengaklimatisasi hewan uji selama 2 minggu

2. Menimbag hewan uji sebanyak 20 ekor

3.6.2.3. Perlakuan

Dua puluh ekor tikus jantan dikelompokkan menjadi empat kelompok secara acak

dengan masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. Kelompok A diberi pakan standar

(Kontrol), Kelompok B diberi pakan standard dan kuning telur dosis 1,5 gr/BB Tikus,

Page 22: Outline 01

22

Kelompok C diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 252 mg/200

gr BB Tikus dan kelompok D diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang

semut 504 mg/200 gr BB Tikus. Ekstrak sarang semut diberikan secara oral setiap

hari dengan menggunakan sonde lambung untuk tikus. Perlakuan diberikan selama 4

minggu. Pada akhir penelitian dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol HDL dan

LDL.

3.6.2.4. Pengambilan Data

Pengukuran kadar HDL

Reagen siap pakai

Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm

Suhu : 20 – 250C, 370C

Presipitasi

Pipet ke dalam tabung SampelSampel 200 ul

Reagen HDL Cholesterol 500 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar

Sentrifus 10 menit pada 400 g

Blangko SampelHDL Supernatan - 100 ul

Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C

Baca pada Spektofotometer

Page 23: Outline 01

23

Pengukuran kadar LDL

Reagen siap pakai

Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm

Suhu : 20 – 250C, 370C

Presipitasi

Pipet ke dalam tabung SampelSampel 100 ul

Reagen LDL Cholesterol 1000 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar

Sentrifus 10 menit pada 400 g

Blangko SampelLDL Supernatan - 100 ul

Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Analisis data dilakukan

dengan dua cara yaitu analisis deskiptif dan analisis statistik. Data kuantitatif yang

diperoleh melalui analisis deskriptif yaitu kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL

dianalisis secara statistic dengan uji Kruskal-wallis (H Test.)

Rumus Kruskal-wallis:

H=12N ( N+1 ) [∑j=1

k R j2

n j]−3( N+1)

Murti (1996 : 111)

Page 24: Outline 01

24

Dengan :

k = banyaknya sampel (independen)

nj = Ukuran sampel ke-j dengan, j = 1,2,...,k.

N = Jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel

Rj = Jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1,2,...,k.

dengan terlebih dahulu menentukan derajat keper cayaan α dan nilai χ2 yang

ditentukan oleh derajat kebebasan (dk) = k – 1 : χ2 α(k-1). Keputusan statistic diambil

dengan cara membandingkan H hitung dengan nilai chi-kuadrat. Statistic H langsung

dapat dibandingkan dengan nilai kritis χ2 tabel dengan derajat bebas = k-1 dan tingkat

ksemaknaan α (0,05). Selanjutnya jika terdapat pengaruh yang signifikan maka

dilanjutkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan torrie,

1980; 1988)