Download - Outline 01
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini gaya hidup modern semakin meggejolak di masyarakat. Hal ini
dianggap wajar karena merupakan wujud dari kemajuan Ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun disisi lain hal ini justru membawa dampak negatif bagi kesehatan
manusia, yaitu dapat meningkatkan terjadinya penyakit pembuluh darah. Penyakit
pembuluh darah (aterosklerosis) biasanya disebabkan oleh pengendapan lemak yang
berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit seperti strok, jantung koroner
dan hipertensi. Hal ini terjadi karena maraknya konsumsi makanan siap saji atau junk
food. Makanan siap saji ini banyak mengandung lemak dan kolesterol. Lemak jenuh
dapat merangsang hati untuk memproduksi kolesterol dan pada akhirnya dapat
menyebabkan penyakit jantung begitu pula dengan kolesterol yang mengendap, akan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot
jantung (Anonim, 2005).
Penyakit jantung koroner (PJK) berawal dari terjadinya penyakit
aterosklerosis yang disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol total LDL (low
density lipoprotein) dalam darah. Seseorang yang mempunyai kadar kolesterol
melebihi ambang batas normal (hiperkolesterolemik) berisiko terkena aterosklerosis
dan dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (Sitepoe,1993 dalam Kotiah,
2007). Kandungan LDL normal kurang dari 130 mg%. Kalau kandungan
2
LDL 130-155 mg% berarti seseorang dianggap berisiko sedang,
sedangkan kadar lebih dari 160 mg% berarti berisiko tinggi.
Keterkaitan antara hiperkolesterolemi dan terjadinya aterosklerosis
disebut faktor risiko atau atherogenifactor. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penderita penyakit jantung koroner selalu menunjukkan
hiperkolesterolemia (Baraas, 1993).
Penyebab utama penyakit jantung adalah radikal bebas (Anonim, 2009).
Radikal bebas dapat berasal dari metabolisme tubuh kita sendiri, pencemaran udara,
bahan kimia dari makanan dan air, alkohol, rokok, radiasi ultra violet dan obat-
obatan. Radikal bebas adalah suatu aytom atau molekul yang bermuatan positif atau
negatif. Sifat dari atom atau molekul yang bermuatan tadi sangat reaktif dan tidak
stabil, karena akan berusaha menetralisir dirinya dengan cara menarik electron dari
molekul atau atom yang ada di dekatnya., sehingga terjadi reaksi berantai.Sifat dari
radikal bebas tadi akan merusak sel-sel bahkan sampai ke inti sel. Molekul utama di
dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak dan protein.
Radikal bebas (oksigen reaktif) dapat menyebabkan kerusakan oksidasi LDL
sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh (Sitompul,2003).
Pencegahan dan pengobatan penyakit diatas dapat dilakukan dengan
pemberian zat anti oksidan ke dalam tubuh. Antioksidan melalui mekanismenya dapat
menghambat dan mencegah kerusakan LDL karena oksidasi, yang akhirnya dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Sitompul, 2003). Antioksidan dibagi
3
menjadi 2 berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu: antioksidan primer yang dapat
bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil , dan
antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal
reaksi berantai. Antioksidan dikenal sebagai zat yang dapat menetralisir atau
meredam dampak negative dari radikal bebas.
Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar
kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak,
selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga
obat dan efek samping yang tidak ringan membuat masyarakat enggan untuk
menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu pengobatan alternatif
dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alami. Winarto (2003)
Mengungkapkan bahwa “Dengan memanfaatkan bahan alam yaitu tanaman herbal
yang tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga dapat memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak”.
Salah satu tanaman herbal yang banyak mengandung zat anti oksidan yaitu
Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry). Subroto dan Saputro (2008)
mengungkapkan bahwa “Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut adalah
Flavonoid, Tanin, dan tokoferol yang berfungsi sebagai anti oksidan dalam tubuh”.
Hasil analisis ekstrak kasar sarang semut menunjukkan adanya alfa-tokoferol yang
merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50 diperoleh angka 5,1 ppm, IC50
4
merupakan konsentrasi antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50%
radikal bebas (Subroto dan saputro, 2008).
Mengingat perlunya cara mengatasi penyakit yang ditandai dengan tingginya
kadar kolesterol darah maka perlu dilakukan peneliti pemberian sarang semut
(Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap peningkatan HDL dan penurunan
LDL lewat pengujian laboratorium terhadap tikus putih( dengan judul “Pengaruh
Pemberian Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) Terhadap
Kadar HDL dan LDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Hiperkolesterolemi”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diajukan permasalahan:
“Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens Merr.
& Perry) terhadap kadar LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)”
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sarang semut terhadap kadar LDL
dan HDL tikus putih (Rattus novergicus L)
1.4. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Memberikan gambaran tentang bahaya konsumsi lemak secara berlebihan
2. Memberikan gambaran tentang manfaat sarang semut Myrmecodia
pendens
3. Memperdalam ilmu biologi khususnya anatomi dan fisiologi manusia.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Sarang Semut
2.1.1. Klasifikasi Sarang Semut
Dalam klasifikasi tumbuhan, sarang semut termasuk dalam kelas
Magnoliopsida. Adapun taksonomi dari tumbuhan sarang semut adalah sebagai
berikut:
Kingdom : PlantaeDivisi : TracheophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : LamidaeOrdo : RubialesFamili : RubiaceaeGenus : MyrmecodiaSpesis : Myrmecodia pendens Merr.& Perry (Subroto dan saputro, 2008)
Gambar 2.1: Myrmecodia pendens Gambar 2.2: Bagian Dalam Myrmecodia pendens
Sarang semut (Myrmecodia pendens) yang dimaksud bukanlah sarang yang
dibuat oleh semut yang membentuk lubang-lubang di tanah atau kumpulan daun
6
kering, namun ini adalah tumbuhan epifit (menempel pada tumbuhan lain yg lebih
besar tetapi bukan parasit) yang batangnya menggelembung besar dimana di
dalamnya banyak terdapat ruang atau rongga kecil yang dihuni semut (Gambar 2.2)
(Anonim, 2008). Kandungan zat yang dimiliki memang didukung oleh aktifitas semut
di dalamnya dimana banyak zat yang menguntungkan tertinggal dalam bagian
tanaman. Pada semut sendiri antioksidan berperan sebagai zat penting untuk proses
pembentukan koloni. Selain itu juga sebagai benteng bagi tempat penyimpanan telur
dari panyakit.
Khasiat herbal yang dimiliki tumbuhan ini ditandai dengan kandungan zat-zat
aktif seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida yang terkandung dalamnya. Ketiga
zat ini sangat membantu tubuh manusia untuk mengontrol beragam penyakit maut.
Salah satunya sebagai imuno stimulan untuk menambah kekebalan tubuh. Selain
mencegah dan mengobati kanker sarang semut juga efektif membantu penyembuhan
berbagai macam penyakit gangguan jantung, ambien (wasir), rematik, stroke, maag,
gangguan fungsi ginjal dan prostat. Bahkan pegal linu, melancarkan ASI, migren,
melancarkan pembuluh darah, lever, bahkan memulihkan gairah seksual juga bisa
diambil dari khasiat tanaman ini.
2.1.2. Habitat Sarang Semut
Sarang Semut dengan nama ilmiah myrmecodia pendans merupakan tanaman
yang didalamnya digunakan sebagai sarang semut. Didalamnya terdiri dari labirin
yang digunakan semut sebagai liang untuk melakukan aktifitasnya.
7
Penyebaran tumbuhan sarang semut banyak ditemukan, mulai dari
Semenanjung Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Papua, Papua Nugini, Cape York hingga kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua,
tumbuhan sarang semut dapat dijumpai, terutama di daerahPegunungan Tengah, yaitu
hutan belantara kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Toliraka, Kabupaten Puncak Jaya,
Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Paniai.
Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-
pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m diatas permukaan laut (dpl).
Tumbuhan sarang semut banyak ditemukan di padang rumput. Tumbuhan sarang
semut jarang ditemukan di hutan tropis dataran rendah, tetapi banyak ditemukan di
hutan dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m dpl (Subroto,
2008). Sarang semut banyak ditemukan menempel di beberapa pohon (Gambar 2.2),
umumnya di pohon kayu putih (Casuarina), kaha (Castanopsis), dan pohon beech
(Nothofagus). Sarang semut jarang menempel pada pohon-pohon dengan batang
halus dan rapuh seperti Eucalyptus (Subroto, 2008).
2.1.3. Kandungan sarang semut
Uji penapisan kimia dari tumbuhan Sarang Semut menunjukkan bahwa
tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan
tanin (Subroto, 2008). Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang telah dilakukan
oleh para peneliti yang mempelajari golongan senyawa ini dalam kaitannya dengan
sistem pertahanan diri tumbuhan Sarang Semut.
8
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting
dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan
flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik
untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas
vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
Flavonoid Antioksidan dan menangkap radikal bebas Melepas H
Berikatan dengan 1 RB
Radikal Peroksi distabilkan
Energi Aktivasi
Menghalangi Oksidasi LDL
Menurunkan Kolesterol
Gambar 3: Mekanisme aksi penurunan kadar kolesterol (Kandaswami & Middleton dalam Nurwahyunani ,2006 ).
Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikalbebas
dengan membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya (Kandaswami &
Middleton dalam Nurwahyunani ,2006), dikatakan juga bahwa flavonoid dapat
9
bertindak menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan
darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
Banyak mekanisme kerja dari flavonoid yang sudah terungkap, misalnya
inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan
diferensiasi, inhibisi angiogenesis, serta pembalikan resistensi multi-obat atau
kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut. Kemampuan Sarang Semut secara
empiris untuk pengobatan berbagai jenis kanker atau tumor, TBC, dan encok/rematik
diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoid Sarang Semut.
10
Tabel 2.1. Komposisi dan Kandungan Senyawa Aktif Tumbuhan Sarang Semut (Subroto 2008)
NO PARAMETER SATUAN NILAI1 Energi Kkal/ 100 g 350,52
2 Kadar air g/ 100 g 4,54
3 Kadar abu g/100 g 11,13
4 Kadar lemak g/100 g 2,64
5 Kadar protein g/100 g 2,75
6 Kadar karbohidrat g/100 g 78,94
7 Tokoferol mg/100 g 31,34
8 Total fenol g/100 g 0,25
9 Kalsium (Ca) g/100 g 0.37
10 Natrium (Na) mg/100 g 68,58
11 Kalium (K) g/100 g 3,61
12 Seng (Zn) mg/100 g 1,36
13 Besi (Fe) mg/100 g 29,24
14 Fosfor (P) g/100 g 0,99
15 Magnesium (Mg) g/100 g 1,50
Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat
mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi di
bidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan
pendarahan), dan wasir. Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan
ambeien (wasir) dan mimisan diduga kuat berkaitan dengan kandungan taninnya.
11
Seperti dalam tabel di atas tumbuhan Sarang Semut kaya akan antioksidan
tokoferol (vitamin E) sekitar 313 ppm dan beberapa mineral penting untuk tubuh
seperti kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor, dan magnesium.
Analisis antioksidan dari ekstrak kasar tumbuhan sarang semut dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan sedang, yaitu diperoleh nilai IC50
sebesar 48,6 ppm. Sementara alfatokoferol yang merupakan antioksidan kuat dengan
nilai IC50 diperoleh angka sebesar 5,1 ppm. IC50 merupakan konsentrasi dari
antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50% radikal bebas. Semakin kecil
nilai IC50 dari suatu antioksidan maka semakin kuat antioksidan tersebut. Alfa-
tokoferol pada konsentrasi 12 ppm telah mampu meredam radikal bebas sebanyak
96% dan persentase inhibisi ini tetap konstan untuk konsentrasikonsentrasi yang lebih
tinggi dari 12 ppm. Hasil penelitian ini mempunyai makna bahwa alfa-tokoferol pada
konsentrasi rendah pun telah memiliki aktivitas peredam radikal bebas hingga
mendekati 100%. Alfa-tokoferol 12 ppm telah mampu meredam radukal bebas
sebanyak 96% (Subroto dan Saputro, 2008).
2.2. Tinjauan Tentang Kolesterol LDL dan HDL
Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis melalui jalur yang terdapat
pada hamper semua sel tubuh. Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak dan
merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi
lain seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
12
Kolesterol di bagi menjadi LDL, HDL, total kolesterol dan trigliserida. Hanya
seperempat dari kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari
saluran pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi
tubuh sendiri oleh sel-sel hati (Yayasan Jantung Indonesia, 2003). Dari hati,
kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density Lipoprotein)
untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak
dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan
diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein)
untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam
kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.
LDL mengandung lebih banyak lemak dari pada HDL sehingga ia akan
mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B
(apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat
menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah yang lama kelamaan
dapat menyumbat pembuluh radah. Penyumbatan pembuluh darah ini disebut
arteriosklerosis. Apabila penyumbatan tersebut terjadi di pembuluh darah yang
menuju ke jantung, maka akan memicu terjadinya penyakit jantung, sedangkan bila
penyumbatan terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, akan memicu
terjadinya stroke.
13
Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya
ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan
mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A
(apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan
mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat. Tingginya kadar HDL dalam darah
akan mempercepat proses pengangkutan kolesterol ke hati, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah
(Wirahadikusumah, 1985).
Jika tingkat HDL seseorang adalah 50 mg / dl dan kadar kolesterol LDL
adalah 150 mg / dl ini berarti bahwa perbandingan antara LDL dan HDL adalah 3.1
dapat menghitung LDL / HDL rasio dengan membagi tingkat LDL oleh tingkat HDL.
Tingkat LDL yang disebutkan dalam contoh ini adalah 150 dan HDL adalah 50. Jadi,
rasio itu 150 dibagi oleh 50 orang yang sama dengan 3. Namun, rasio yang ideal
antara LDL dan HDL adalah 4.
Semakin baik rasio, semakin rendah kemungkinan orang menderita penyakit
jantung (Anonim, 2006). Tingkat ideal kolesterol LDL kurang dari 100mg/dl, tetapi
dapat diterima bahkan sampai 129mg/dl. Sesuatu yang lebih dari itu adalah buruk.
Demikian pula, tingkat ideal untuk HDL kolesterol adalah 40mg/dl. Hal ini karena
tingkat tinggi kolesterol LDL dapat menyumbat arteri dan menyebabkan serangan
jantung.
14
Berdasarkan uraian di atas, maka LDL dan HDL dapat diklasifikasikan sesuai
dengan Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2 : Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida
LDL ("Kolesterol jahat”)
Kurang dari 100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Batas normal tertinggi
160-189 Tinggi
Lebih dari 190 Sangat tinggi
HDL ("Kolesterol Baik”)
Kurang dari 40 Rendah
Lebih dari 60 Tinggi
Total cholesterol (TC)
Kurang dari 200 Yang diperlukan
200-239 Batas normal tertinggi
Lebih dari 240 Tinggi
Trigliserida (TGA)
Kurang dari 150 Normal
150-199 Batas normal tertinggi
200-499 Tinggi
Sama atau lebih dari 500 Sangat tinggi Sumber: Yayasan jantung Indonesia, 2003
2.3. Radikal Bebas
Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan
tenaga besar disebut sebagai radikal bebas. Radikal bebas adalah sekelompok bahan
kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan
pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi
jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas Atom atau molekul
15
dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa
fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh
karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan
normal.apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu produksi
DNA, lapisan lipid pada dinding sel dan mempengaruhi pembuluh darah.
2.4. Antioksidan
Antioksidan merupakan inhibitor penghambat oksidasi. Zat anti oksidan
adalah substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas.
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas (Gordon, 1995). Berdasarkan fungsinya antioksidan
digolongkan sebagai berikut:
2.4.1 Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai
pembemtuka radikal bebas. Senya ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat
ke radikal lipid atau mengubahnya kebentuk yang lebih stabil. Zat ini dapat berasal
dari alam maupun buatan. Antioksidan alam antara lain: Tokoferol, lesitin, sesamol,
fosfasida, dan asam akrobat.
2.4.2. Antioksidan Sekunder
16
Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja peroksida
yaitu Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Antioksidan ini
memperlambat autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk stabil
(Gordon, 1990).
2.5. Tinjauan Tentang Tikus Putih
2.5.1. Klasifikasi
Taksonomi Tikus Putih
Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataCllas : Mamalia Ordo : rodentia Famili : Muridae Genus : RattusSpesies : Rattus novergikus L
Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan
dan disimpan untuk penelitian ilmiah. Tikus laboratorium telah digunakan sebagai
model hewan yang penting untuk penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan
bidang lainnya.
Tikus putih dipilih sebagai hewan percobaan karena tikus mempunyai banyak
keunggulan. Pertama, banyak gena tikus relatif mirip dengan manusia, kedua, dalam
binatang menyusui (mamalia), kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi,
relatif cocok untuk digunakan dalam eksperimen massal. Selain itu, tipe bentuk
17
badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang digunakan di badannya dapat
relatif cepat termanifestasi.
2.6. Hipotesis
Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai obat tradisional, serta mengandung bahan-bahan anti oksidan. Berdasarkan
hal tersebut, maka hiptesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
“Terdapat pengaruh pemberian ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr.
& Perry) terhadap peningkatan HDL dan Penurunan LDL tikus putih (Rattus
novergicus L)”
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di dua laboratorium yaitu Laboratorium Kimia untuk
pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens dan Laboratorium Biologi Untuk
pengaklimatisasian hewan uji serta pengambilan sampel darah. Analisis data
dilakukan di Biolab Prodia.
3.2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus
novergicus L) sebanyak 20 ekor
3.3. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sarang semut Myrmecodia
pendens.
3.4. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif adapun metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksperimen dengan desain rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan
sehingga jumlah unit percobaan 4 x 5 = 20.
19
Keterangan :
Perlakuan A : (Kontrol) diberi pakan standar
Perlakuan B : diberi pakan standar, kuning telur
Perlakuan C : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang
semut dengan dosis 252 mg/200 gr BB tikus.
Perlakuan D : Tikus yang di beri pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang
semut dengan dosis 504 mg/200 gr BB tikus.
Perhitungan dosis didasarkan pada perhitungan dosis manusia yaitu, 10 Gram
(Subroto, 2008), sedangkan dosis untuk hewan uji harus dikonfersi terlebih dahulu.
Angka konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018. Berat tikus adalah sekitar 200 gr,
oleh karena itu, dosis ekstrak sarang semut untuk tikus dikonversikan sebagai berikut:
70/50 x 10.000 mg x 0,018 = 252 mg/200 gr BB Tikus
= 1,26 mg/gr BB Tikus
3.5. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (X) yaitu sarang semut jenis Myrmecodia pendens
2. Variabel terikat (Y) yaitu LDL dan HDL tikus putih (Rattus novergicus)
20
3.6. Teknik Pengumpulan Data
3.6.1. Alat dan Bahan
3.6.1.1. Alat
1. Kandang tikus, digunakan sebagai pemeliharaan tikus pada saat perlakuan
2. Neraca Analitik untuk menimbang bahan uji
3. Sonde lambung untuk memasukkan bahan uji melalui oral tikus
percobaan
4. Tabung reaksi, digunakan untuk sebagai wadah untuk menyimpan sementara
ekstrak sarang semut
5. Mikrohematokrit berfungsi untuk pengambilan darah
6. Blender, digunakan untuk menghaluskan bahan uji
7. Tabung haematokrit untuk menampung sampel darah
8. Pipet untuk mengambil bahan cair yang dibutuhkan selama penelitian
9. Kertas label digunakan untuk membedakan antar perlakuan
10. Sarung tangan untuk melindungi tangan pada saat memegang hewan uji atau
membuat ekstraksi sarang semut
11. Masker untuk melindungi pernafasan pada saat penelitian
12. Kamera untuk mendokumentasi penelitian
13. Alat tulis untuk mencatat data penelitian.
3.6.1.2. Bahan
1. Ekstrak sarang semut
2. Aquades untuk kelompok control
21
3. Pakan untuk tikus, yaitu pakan ternak untuk anak ayam
4. Darah tikus
5. Kit uji kolesterol merk diasys
6. Etanol 96% untuk materasi pada saat pembuatan ekstrak sarang semut.
3.6.2. Prosedur Penelitian
3.6.2.1. Untuk Persiapan Bahan Uji
1. Sarang semut dibersihkan dan di keringkan
2. Sebelum dikeringkan, sarang semut disayat tipis untuk mempercepat pengeringan
3. Pembuatan serbuk: bahan yang telah kering dijadikan serbuk dengan cara grainer
sampai halus dan diayak sehingga diperoleh serbuk yang homogen.
4. Ekstraksi serbuk dengan etanol, dimaserasi selama 24 jam. Kemudian di filtrasi
sehingga menghasilkan filtrate, filtrate diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang
dibutuhkan.
3.6.2.2. Untuk Hewan Uji
1. Mengaklimatisasi hewan uji selama 2 minggu
2. Menimbag hewan uji sebanyak 20 ekor
3.6.2.3. Perlakuan
Dua puluh ekor tikus jantan dikelompokkan menjadi empat kelompok secara acak
dengan masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. Kelompok A diberi pakan standar
(Kontrol), Kelompok B diberi pakan standard dan kuning telur dosis 1,5 gr/BB Tikus,
22
Kelompok C diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang semut 252 mg/200
gr BB Tikus dan kelompok D diberi pakan standar, kuning telur dan ekstrak sarang
semut 504 mg/200 gr BB Tikus. Ekstrak sarang semut diberikan secara oral setiap
hari dengan menggunakan sonde lambung untuk tikus. Perlakuan diberikan selama 4
minggu. Pada akhir penelitian dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol HDL dan
LDL.
3.6.2.4. Pengambilan Data
Pengukuran kadar HDL
Reagen siap pakai
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu : 20 – 250C, 370C
Presipitasi
Pipet ke dalam tabung SampelSampel 200 ul
Reagen HDL Cholesterol 500 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Sentrifus 10 menit pada 400 g
Blangko SampelHDL Supernatan - 100 ul
Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C
Baca pada Spektofotometer
23
Pengukuran kadar LDL
Reagen siap pakai
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu : 20 – 250C, 370C
Presipitasi
Pipet ke dalam tabung SampelSampel 100 ul
Reagen LDL Cholesterol 1000 ulCampur dengan baik, Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Sentrifus 10 menit pada 400 g
Blangko SampelLDL Supernatan - 100 ul
Reagen Cholesterol 1000 ul 1000 ulCampur, Inkubasi Selama 20 menit pada 20-250C
3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Analisis data dilakukan
dengan dua cara yaitu analisis deskiptif dan analisis statistik. Data kuantitatif yang
diperoleh melalui analisis deskriptif yaitu kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL
dianalisis secara statistic dengan uji Kruskal-wallis (H Test.)
Rumus Kruskal-wallis:
H=12N ( N+1 ) [∑j=1
k R j2
n j]−3( N+1)
Murti (1996 : 111)
24
Dengan :
k = banyaknya sampel (independen)
nj = Ukuran sampel ke-j dengan, j = 1,2,...,k.
N = Jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel
Rj = Jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1,2,...,k.
dengan terlebih dahulu menentukan derajat keper cayaan α dan nilai χ2 yang
ditentukan oleh derajat kebebasan (dk) = k – 1 : χ2 α(k-1). Keputusan statistic diambil
dengan cara membandingkan H hitung dengan nilai chi-kuadrat. Statistic H langsung
dapat dibandingkan dengan nilai kritis χ2 tabel dengan derajat bebas = k-1 dan tingkat
ksemaknaan α (0,05). Selanjutnya jika terdapat pengaruh yang signifikan maka
dilanjutkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan torrie,
1980; 1988)