otonomi daerah dan pembangunan kelembagaan yun 2003

22
OTONOMI DAERAH DAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti “keputusan sendiri” (self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri. Di Indonesia, otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya UU No.1 Tahun 1945, kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Semuanya berupaya menciptakan pemerintahan yang cenderung ke arah disentralisasi. Namun pelaksanaannya mengalami pasang surut, sampai masa reformasi bergulir. Pada masa ini keluarlah UU No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat. Sejak itu, penerapan otonomi daerah berjalan cepat. Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengelola daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap ditangani pemerintah pusat, yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan keamanan, moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta sejumlah kewenangan bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga perekonomian Negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, dan konversi serta standarisasi nasional).

Upload: helenna-chandra-dichni

Post on 27-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

OTONOMI DAERAH DAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti “keputusan sendiri”

(self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri.

Di Indonesia, otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya UU No.1 Tahun 1945,

kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di

daerah. Semuanya berupaya menciptakan pemerintahan yang cenderung ke arah disentralisasi. Namun

pelaksanaannya mengalami pasang surut, sampai masa reformasi bergulir. Pada masa ini keluarlah UU

No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat. Sejak itu, penerapan otonomi

daerah berjalan cepat.

Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengelola

daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap ditangani pemerintah pusat, yaitu agama,

peradilan, pertahanan, dan keamanan, moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta

sejumlah kewenangan bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan

secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga perekonomian

Negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi

yang strategis, dan konversi serta standarisasi nasional).

Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh terhadapmekanisme

pemerintahan Negara Indonesia. Dengan keadaan geografis yang berupakepulauan ini menyebabkan

pemmerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada didaerah. Untuk memudahkan pengaturan

atau penataan pemerintahan maka diperlukanadanya suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan

secara efisien dan mandiri tetapitetap terawasi dari pusat.

Di era reformasi ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang memungkinkancepatnya

penyaluran aspirasi rakyat, namun tetap berada di bawah pengawasanpemerintah pusat. Hal tersebut

sangat diperlukan karena mulai munculnya ancaman-ancaman terhadap keutuhan NKRI, hal tersebut

ditandai dengan banyaknya daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik

Indornesia.

Sumber daya alam daerah di Indoinesia yang tidak merata juga merupakan salahsatu penyebab

diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaansumber daya alam yang

Page 2: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadipendapatan nasional. Sebab seperti yang kita

ketahui bahwa terdapat beberapa daerahyang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada

daerah lain. Karena itulahpemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat

daerah yangdisebut otonomi daerah.

Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan begitu sajapada pemerintah

daerah. Selain diatur dalam perundang-undangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-

keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional, yaitu

pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima

Pancassila, yaitu Keadilan SosialBagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Tuntutan akan pengelolaan pmerintahan daerah yang mandiri dengan semangat otonomi daerah

semakin marak. Namun demikian, kebijakan otonomi daerah disalah artikan oleh jajaran pengelola

pemerintah di daerah. Otonomi daerah dipahami sebagai kebebasan mengelola sumber daya daerah

yang cenderung melahirkan pemerintahan daerah yang tidak profesional dan tidak terkontrol. Hal yang

sangat mengkhawatirkan, seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah adalah lahirnya perundang-

undangan daerah yang cenderung bertolak belakang dengan semangat konstitusi negara dan dasar

negara yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

Page 3: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Hakikat Otonomi Daerah itu ?

2. Apa Visi Otonomi Daerah ?

3. Bagaimana Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

4. Apa sajakah Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah ?

5. Bagaimana Proses Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah ?

6. Bagaimana Proses Pemilihan, Penetapan dan Kewenangan Kepala Daerah ?

7. Apa yang Menyebabkan Kesalah pahaman terhadap Otonomi Daerah ?

8. Bagaimana Otonomi Daerah dan Pembangunan daerah di Indonesia ?

9. Bagaimana Otonomi Daerah dan Pilkada Langsung di Indonesia ?

10. Apa saja Kelemahan dan Kelebihan Pilkada Langsung ?

11. Apa saja Kelemahan dan Kelebihan Dilaksanakannya Otonomi Daerah ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat otonomi daerah.

2. Untuk mengetahui visi otonomi daerah.

3. Untuk menjelaskan sejarah otonomi daerah di Indonesia.

4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah.

5. Untuk menjelaskan pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah.

6. Untuk menjelaskan proses pemilihan, penetapan dan kewenangan kepala daerah.

7. Untuk mengetahui penyebab kesalahpahaman terhadap otonomi daerah.

8. Untuk menjelaskan proses otonomi daerah dan pembangunan daerah di Indonesia.

9. Untuk menjelaskan otonomi daerah dan proses pilkada langsung di Indonesia

10. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pilkada langsung.

11. Untuk mengetahui Kelemahan dan Kelebihan dilaksanakannya otonomi daerah.

Page 4: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti “keputusan sendiri”

(self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan

Desentralisasi adalah pelimbahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Ada beberapa alasan mengapaIndonesia perlu desentralisasi. Pertama, kehidupan berbangsa dan

bernegara hanya terpusat di Jakarta. Kedua, pembagian kekayaan tidak merata dan tidak adil. Ketiga,

Kesenjangan sosial antar satu daerah dengan daerah lain sangat mencolok.

Pelaksanaan desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat. Di antara argumentasi

dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah adalah :

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan

Untuk terciptanya pemerintahan yang efisien dan efektif, pemerintah memiliki beberapa

fungsi,diantaranya adalah pertama, fungsi distributif yaitu fungsi distributif, pemerintah mengelola

dimensi kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial,politik,dll. Kedua, fungsi regulatif menyangkut

penyediaan barang dan jasa. Ketiga, fungsi ekstraktif yaitu memobilisasi sumber daya keuangan.

Keempat, fungsi universal, menjaga keutuhan negara-bangsa, mempertahankan diri dari serangan

lain.

2. Sarana pendidikan politik.

Pemerintah daerah merupakan kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi dalam sebuah

negara. Menurut Filsuf Alexis de Tocqueville, pemda merupakan tempat kebebasan, dan tempat

orang diajari bagaimana kebebasan digunakan serta bagaimana menikmatinya.

MenurutJohn Stuart Mill, pemda memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi politik,

baik dalam rangka dipilih maupun memilih dalam suatu jabatan politik.

3. Pemerintah daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.

Pemerintah daerah merupakan wahana pnggodokan calon-calon pemimpin nasional, setelah melalui

karir di daerahnya.Proses kaderasi para pemimpin nasional berlangsung secara akuntabel dan

rasional sehingga masyarakat luas dapat mendudukijabatan baik di pemerintah maupun lembaga

perwakilan dan juga dapat menghapus bahkan menghilangkan tradisi politik yang bertumpu pada

garis keturunan.

Page 5: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

4. Stabilitas politik.

Menurut Sharpe, stabilitas nasional mestinya berawal dari stabilitas nasional pada tingkat lokal.

Beberapa peristiwa karena ketidakstabilan politik diantaranya, di Indonesia terjadi pergolakan

daerah seperti PRRI dan PERMESTA karena kekuasaan pemerintah Jakarta lebih dominan. Di

Filipina dan Thailand, minoritas muslim berjuang melepaskan diri dari ketidakadilan ekonomi yang

berakibat lahirnya gejolak disintegrasi yang dilakukan pemerintah pusat di Manila dan Bangkok.

5. Kesetaraan politik

Kesetaraan yang baik akibat kebijakan desentralisasi-otonomi daerah yang baik. Melalui

desentralisasi, akan tercipta kesetaraan politik antara daerah dan pusat.

6. Akuntabilitas politik

Melalui penyelenggaraan pemerintah di daerahakan lebih akuntabel dan profsional, sehingga

masyarakat dapat berpartisipasi dalam politik.

Jadi, Hakikat Otonomi adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk kreatif

dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI dengan berlandaskan norma kepatutan dan kewajaran

dalam tata kehidupan bernegara.

2.2 Visi Otonomi Daerah

Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu politik, ekonomi, sosial

dan budaya.

Di bidang politik, untuk melahirkan pemerintah daerah yang dipilih secara demokrasi,

penyelenggaraan pemerintah yang yang responsif terhadap masyarakat luas.dll

Di bidang ekonomi, menjamin lancarnya pelaksanaan ekonomi nasional di daerah, pemerintah

daerah dapat mengembangkan kebijakan lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan

potensi ekonomi di daerahnya, lahirnya prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas

investasi,memudahkan perizinan usaha,dll.

Di bidang sosial dan budaya, memelihara dan mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya

cipta, bahasa, dan karya sastra lokal untuk merespon positif dinamika kehidupan disekitarnya dan

kehidupan global.

2.3 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

Page 6: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

Peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur pemerintahan daearh pasca proklamasi

kemerdekaan adalah UU No. 1 tahun 1945. Undang-undang ini menekankan aspek cita-cita kedaulatan

rakyat melalui pengaturan pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam undang-undang ini

ditetapkan tiga daerah otonom yaitu karesidenan, kabupaten dan kota. UU ini kemudian diganti dengan

UU No. 22 tahun 1948.

UU ini mengatur tentang susunan pemerintah daerah yang demokratis. Dalam UU ini ditetapkan

dua jenis daerah otonom, yaitu daerah otonomi biasa dan daearh istimewa, serata tiga tingkatan daearh

otonom, yaitu provinsi, kabupaten, dan kota.Pasca UU ini, muncul beberapa UU tentang pemerintah

daerah, yaitu UU No 1 tahun 1957, UU No 18 Tahun 1965 dan UU No. 5 Tahun 1974 prinsip yang

dipakai dalam pemberian otonomi kepada daerah adalah nyata dan bertanggung jawab. UU ini paling

lama, yaitu 25 tahun, dan baru diganti dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999.

Kehadiran UU No.22 Tahun 1999 pada masa lengsernya orde baru dan munculnya kehendak

rakyat untuk melakukan reformasi dalam segala aspek kehidupan. Berdasarkan kehendak reformasi

itu, ditetapkan Ketetapan MPR No. XV / MPR / 1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah;

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka NKRI. Tiga tahun setelah implementasi UU

No.22 Tahun 1999, dilakukan peninjauan dan revisi terhadap UU yang berakhir pada lahirnya UU

No.32 Tahun 2004 juga mengatur tentang pemerintah daerah.

2.4 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah

Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang d ijadikan penyelenggaraan pemerintahan

daerah adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman budaya

2. Didasarkan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab

3. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada kabupaten dan kota, pada provinsi merupakan

otonomi terbatas.

4. Harus sesuai dengan konstitusi Negara

5. Harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom

6. Harus meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah(fungsi anggaran, pengawasan dan

legislasi)

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi untuk melaksanaan kewenangan

pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur.

Page 7: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah,

tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa.

2.5 Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah

Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara kesatuan

tetapi dengan semangat federalisme. Otonomi daerah bersifat luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah pusat, disebut nyata karena

kewenangan yang diselenggarakn itu menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup dan berkembang

di daerah. Disebut bertanggung jawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan

demi pencapaian tujuan otonomi darah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusatdan derah dan antar daerah.

Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam rangka desentralisasi

mencakup :

a. Kewenangan yang besifat lintas-kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam bidang pekerjaan

umum,perhubungan , kehutanan dan perkebunan.

b. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro, pelatihan bidang alokasi

sumber daya manusia potensial, penelitian yang mencakup wilayah provinsi, pengelolaan pelabuhan

regional, pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya, penanganan penyakit

menular, dan penataan tata ruang provinsi.

c. Kewenangan kelautan

d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota diserahkan

kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau kota tersebut.

Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengawasi daerah otonom, tetapi pengawasan ini

diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar atau sebaliknya, sehingga terjadi

keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang dimaksud adalah pengawasan tidak lagi dilakukan

secara struktural, yaitu bupati dan gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala

daerah otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu setiap perda memerlukan

persetujuan pusat untuk dapat berlaku.

2.6 Pemilihan, Penetapan, dan Kewenanangan Kepala Daerah

Page 8: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

Menurut UU No. 22 Thun 1999, Bupati dan Wali kotadipilih dan diberhentikan oleh DPRD,

tetapi secara administratif di lakukan oleh presiden. Sedangkan UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah

dipilih langsung oleh rakyat melalui pilkada langsung.

Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah otonom menurut UU baru ini dilakukan

berdasarkan supremasi hukum. Artinya, setiap perda yang dibuat DPRD dan Kepala Daerah langsung

dapat berlaku tanpa persetujuan pemerintah pusat. Tetapi pemerintah pusat bisa menunda atau

membatalkannya bila perda dinilai bertentangan dengan konstitusi, UU, dan kepentingan umum.

Sebelas kewenangan wajib diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan daerah otonom

kota, yaitu : pertanahan, pertanian, pendidikan dan kebudayaan, tenaga kerja, kesehatan, lingkungan

hidup, pekerjaan umum, perhubungan, perdagangan dan industri, penanaman modal, dan koperasi.

Kewenangan yang dapat diselenggarakan oleh daerah otonom kabupaten dan kota yaitu diberi

kewenangan kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi 12 mil.Kewenangan pilihan, yaitu

kewenangan yang tidak di tangani pusat dan provinsi.

Penyerahan kesebelas kewenagan ini kepada daerah otonom kabupaten dan kota dilandasi

pertimbangan sebagai berikut : pertama,makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan

warga masyarakat yang dilayani, semakin cepat sasaran, merata, berkualitas dan terjangkau. Kedua,

penyerahan 11 jenis kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten dan kota akan membuka

kesempatan bagi aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas di daerah untuk

mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan melakukan inovasi. Hal ini berarti unsur-unsur budaya lokal

berupa pengetahuan, keahlian dan kearifan lokal akan dapat didayagunakan secara maksimal. Ketiga,

karena distribusi SDM yang berkualitas tidak merata. Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah

menjadi masalah yang tidak saja hanya ditanggung kepada pemerintah pusat semata.

2.7 Kesalahpahaman terhadap Otonomi Daerah

Otonomi daerah diharapkan dapat mencegah desintegrasi nasional. Otonomi daerah dilakukan

untuk memperkuat ikatan semangat kebangsaan, serta persatuan dan kesatuan antar warga negara,

mengembalikan harkat dan martabat masyarakat di daerah, memberikan pendidikan politik untuk

meningkatkan kualitas demokrasi di daerah, meningkatkan efisiensi pelayanan publik di daerah,

mempercepat pembangunan daearh,dan pada akhirnya diharapkan mampu menciptakan cara

pemerintahan yang baik.

Namun dalam praktiknya kebijakan otda banyak menimbulkan kesalahpahaman dari berbagai

kelompok masyarakat, diantaranya :

Page 9: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

Pertama, otonomi dikaitkan semata-mata dengan uang. Otonomi diguanakan untuk memenuhi

dan mencakupi kehidupannya sendiri. Kedua, daerah belum siap dan belum mampu. Hal ini keliru,

karena pemerintah daerah sudah terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam waktu yang

sudah sangat lama dan berpengalaman dalam administrasi pemerintahan.Ketiga, Pemerintah pusat akan

melepaskan tanggung jawabnya untuk membantu dan membina daerah. Pendapat ini salah, pemerintah

pusat tetap bertanggung jawab memberi dukungan dan bantuan kepada daerah, baik dukungan

keuangan maupun penyelenggaraan pemerintah. Setiap pemberian kewenangan dari pusat ke daerah

harus diserati dana yang jelas dan cukup,apakah berbentuk Dana Alokasi Umum atau Dana Alokasi

Khusus. Keempat, Daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat menempuh segala bentuk kebijakan

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan UU yang berlaku secara nasional.

Disamping itu, kepentingan masyarakat merupakan landasan paling utama dalam mengambil

kebijakan. Kelima, Otda akan menciptakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi

kedaerah.Hal ini benar, jika pemerintah daerah menempatkan diri dalam kerangka sistem politik orde

baru. Untuk menghindari hal tersebut, pilar-pilar penegakan demokrasi dan masyarakat madani.

2.8 Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah

Otonomi daerah diharapkan dapt mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah.

Kebijakan sentralisasi pada masa lalu dampaknya sudah diketahui, yaitu adanya ketimpangan antar

daerah.

Terdapat faktor-faktor prakondisi yang diharapkan pemerintah daerah, antara lain :

1. Fasilitas

Pemerintah berfungsi memgasilitasi segala kegiatan di daerah, terutama dalam bidang

perekkonomian.Segala bentuk perizinan sebaiknya dipermudah dan fasilitas perpajakan yang

merangsang penanaman modal. Hal ini merupakan langkah tepat untuk menciptakan lapangan

pekerjaan sehingga pengangguran dapat berkurang.

2. Pemda harus kreatif

Kreatif disini salah satunya mencari sumber dana ( dari DAU atau dari Pendapatan Asli Daerah )

dan mengalokasikannya secara cepat, adil dan profesional. Menciptakan keunggulan komparatif

bagi daerahnya, sehingga pemilik modal tertarik untuk menanamkan modalnya. Menarik DAK dari

pemerintah pusat .

3. Politik lokal yang stabil

Untuk menciptakan ini harus melalui transparansi dalam pembuatan kebijakan publik dan akuntabel

dalam pelaksanaannya.

Page 10: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

4. Pemda harus menjamin kesinambungan berusaha

Kalangan pengusaha asing dan domestik sering kali terganggu dengan sikap kalangan politisi dan

birokrasi daerah yang mencoba mengubah apa yang sudah disepakati sebelumnya. Hal itu

berdampak dunia usaha merasa tidak terlindungi dalam kesinambungan usahanya.

5. Pemda harus komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang perburuhan dan lingkungan

hidup

Pemda dituntut memahami semua aspirasi yang berkembang di kalangan perburuhan. Pemda

hendaknya menjadi jembatan antar kepentingan dunia usaha dengan aspirasi buruh.Pemda juga

harus sensitif dengan isu-isu lingkungan hidup.

2.9 Otonomi Daerah dan Pilkada Langsung

Pilkada yaitu pemilihan kepala daerah Dan wakilnya yaitu pemilihan Gubernur dan wakilnya

maupunpemilihan Bupati dan wakilnya yang merupakan perwujudan pengembalian hak-hak rakyat

dalam memilih pemimpin di daerah.Pilkada langsung merupakan instrumen politik dari rakyat dalam

kerangka kepemimpinan kepala daerah. Legistimasi adalah komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai

dan norma-norma yang berdimensi hukum, moral, dan sosial. Seorang kepala daerah yang memiliki

legitimasi adalah kepala daerah yang terpilihdengan prosedur yang sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan serta melalui proses kampanye dan pemilihan yang demokratis dan sesuai dengan norma-

norma sosial dan didukung suara trerbanyak.

Penyelenggara pilkada harus memenuhi beberapa kriteria :

1. Langsung

Rakyat mempunyai hak memberikan suaranya secara langsung dengan hati nuraninya, tanpa

perantara.

2. Umum

Pemilihan berlaku bagi semua warga negara, tanpa deskriminasi suku, ras, agama,

golongan,kedaerahan,pekerjaan,dll

3. Bebas

Warga negara bebas menentukan pilihannnya tanpa tekanan dari siapapun

4. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui orang lain dengan

cara apapun.

5. Jujur

Page 11: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

Setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah,calon / peserta pilkada,pengawas, pemantau,

pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

6. Adil

Setiap pemilih dan peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan

pihak manapun.

Dari beberapa penilitian ditemukan hubungan antara prakondisi demokrasi dan efektivitas

pemilihan langsung yang terbentuk tidak bersifat linear melainkan hubungan timbal balik. Jika

prakondisi demokrasi buruk, pemilihan langsung kepala daerah kurang efektifdalam peningkatan

demokrasi, begitu juga sebaliknya.

2.10 Kelebihan dan Kelemahan Pilkada Langsung

Kelebihan diadakannya pilkada langsung adalah kepala daerah terpilih akan memiliki mandat

dan legitimasi yang samngat kuat, kepala daerah terpilih tidak perlu terikat pada konsesi partai-partai

atau faksi-faksi politik yang telah mencalonkannya, sistem pilkada langsung lebih akuntabel karena

adanya akuntabilitas politik, Check and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif dapat lebih

berjalan seimbang, kriteria calon kepala daerah dapat dinilai secara langsung oleh rakyat yang akan

memberikan suaranya, pilkada langsung sebagai wadah pendidikan politik rakyat, kancah pelatihan dan

pengembangan demokrasi, pilkada langsung sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan, membangun

stabilitas poilitik dan mencegah separatisme, kesetaraan politik dan mencegah konsentrasi di pusat.

Beberapa kelebihan dalam penyelenggaraan pilkada langsung antara lain sebagai berikut :

1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden dan

wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.

2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan Pasal

18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala

pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur

dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

3. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat .Ia menjadi media

pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran

kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.

4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah

salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan

Page 12: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi

daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.

5. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional. Disadari

atau tidak, stock kepemimpinan nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih

dari 200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa. Mereka sebagian besar

para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu 2004. Karena itu, harapan akan lahirnya

pemimpin nasional justru dari pilkada langsung ini.

Sedangkan kelemahan pilkada langsung antara lain : Dana yang dibutuhkan, membuka

kemungkinan konflik elite dan massa, aktivitas rakyat terganggu.

Dalam pelaksanaan pilkada di lapangan banyak sekali ditemukan penyelewengan

penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para bakal calon seperti :

1. Money politik

Sepertinya money politik ini selalu saja menyertai dalam setiap pelaksanaan pilkada.Dengan

memanfaatkan masalah ekonomi masyarakat yang cenderung masih rendah, maka dengan mudah

mereka dapat diperalat dengan mudah. Contoh yang nyata saja yaitu di lingkungan desa Karangwetan,

Tegaltirto, Berbah, Sleman, juga terjadi hal tersebut. Yaitu salah satu dari kader bakal calon membagi

bagikan uang kapada masyarakat dengan syarat harus memilih bakal calon tertentu. Tapi memang

dengan uang dapat membeli segalanya. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka

dengan mudah orang itu dapat diperalat dan diatur dengan mudah hanya karena uang.

Jadi sangat rasional sekali jika untuk menjadi calon kepala daerah harus mempunyai uang yang

banyak. Karena untuk biayaini, biaya itu.

2. Intimidasi

Intimidasi ini juga sangat bahaya. Sebagai contoh yaitu pegawai pemerintah melakukan intimidasi

terhadap warga agar mencoblos salah satu calon. Hal ini sangat menyeleweng dari aturan pelaksanaan

pemilu.

3. Pendahuluan start kampanye

Tindakan ini paling sering terjadi. Padahal sudah sangat jelas aturan-aturan yang berlaku dalam pemilu

tersebut. Berbagai cara dilakukan seperti pemasangan baliho, spanduk, selebaran. Sering juga untuk

bakal calon yang merupakan kepala daerah saat itu melakukan kunjungan keberbagai daerah.

Kunjungan ini intensitasnya sangat tinggi ketika mendekati pemilu. Ini sangat berlawanan yaitu ketika

sedang memimpin dulu. Selain itu media TV lokal sering digunakan sebagi media kampanye. Bakal

Page 13: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003

calon menyampaikan visi misinya dalam acara tersebut padahal jadwal pelaksanaan kampanye belum

dimulai.

4. Kampanye negatif

Kampanye negatif ini dapat timbul karena kurangnya sosialisasi bakal calon kepada masyarakat. Hal

ini dikarenakan sebagian masyarakat masih kurang terhadap pentingnya informasi. Jadi mereka hanya

“manut” dengan orang yang di sekitar mereka yang menjadi panutannya. Kampanye negatif ini dapat

mengarah pada munculnya fitnah yang dapat merusak integritas daerah tersebut.

2.11 Kelebihan dan Kelemahan Otonomi Daerah

2.11.1 Kelebihan Otonomi Daerah

Kelebihan otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan

mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokalyang ada di masyarakat. Berkurangnya

wewenang dan kendali pemerintah pusatmendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam

menghadapi masalah yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak

daripada yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut

memungkinkanpemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun program

promosikebudayaan dan juga pariwisata

Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akanlebih tepat

sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah cinderung lebih menegetikeadaan dan situasi

daerahnya, serta potensi-potensi yang

Page 14: Otonomi Daerah Dan Pembangunan Kelembagaan Yun 2003