organis 35

32
1 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Upload: aoi-aliansiorganisindonesia

Post on 21-Jul-2016

249 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

1Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

2 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Dari Redaksi, RedaksiPenerbitAliansi Organis Indonesia (AOI)

Penanggung JawabDirektur Program AOI

Pemimpin RedaksiSri Nuryati

Redaksi PelaksanaAni Purwati

Staf RedaksiRasdi WangsaLidya Inawati

Desain GrafisMuhammad Rifai

KeuanganEndang Priastuti

MarketingRizki Ratna A.

DistribusiIlyas

Alamat RedaksiJl. Singasari A1/2 Cimanggu PermaiBogor, Jawa BaratTelp./Fax+62-251-8330434E-mailorganic@organicindonesia.orgWebsitewww.organicindonesia.org

Foto SampulKebersamaan keluarga petaniKakao Organik

FotoDokumentasiAOI

ISSN : 2089 7294inspirasi gaya hidup organik

Pada 22 November 2013 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meresmikan tahun 2014 sebagai Tahun Pertanian Keluarga Internasional untuk memperlihatkan potensi keluarga petani dalam memberantas kelaparan, melestarikan sumber daya alam dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Dengan merayakan-nya di tahun 2014 , FAO menyadari bahwa para keluarga petani adalah tokoh utama yang merespon hal-hal sangat penting yang dihadapi dunia dewasa ini: meningkatkan ketahanan pangan dan melestarikan sumber daya alam.

2014, Tahun Pertanian Keluarga Internasional bertujuan untuk meningkatkan profil pertanian keluarga dan pertanian skala kecil dengan mengutamakan perhatian dunia pada peran penting dalam pemberantasan kelaparan dan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, meningkatkan mata pencaharian, pengelolaan sumber daya alam, melindungi lingkungan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan, khususnya di kawasan pedesaan.

Pertanian organik dan model agroekologi lainnya memberi solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi oleh pertanian keluarga dan pertanian rakyat. Di seluruh dunia jutaan petani organik berhasil mempraktikkan solusi ini serta terbukti layak dan efektif bagi mereka.

IFOAM menyerukan untuk memperbaiki kebijakan lokal, nasional dan internasional untuk mempromosikan keluarga dan petani kecil dalam sistem usaha organik yang berkelanjutan. Oleh karena itu IFOAM mendesak pihak berwenang lokal, nasional dan regional, serta lembaga donor dan organisasi multinasional, untuk memper-cepat upaya mereka dalam mempromosikan pertanian organik sebagai sistem untuk memberdayakan produsen keluarga dan petani kecil dan membantu mereka menjadi lebih tangguh, produktif dan menguntungkan.

Aplikasi pertanian organik akan mampu memberikan kesejahteraan kepada petani pelakunya. Pertanian organik mampu meningkatkan keuntungan usaha tani. Sampai saat ini harga produksi pertanian organik, utamanya beras dan berbagai sayuran, masih lebih tinggi dibandingkan komoditas konvensional. Jadi, pendapatan petani lebih tinggi karena nilai jual produknya.

Kebijakan nasional seperti impor produk organik juga harus lebih hati-hati. Salah-salah bisa memberi dampak buruk pada keluarga petani. Impor produk organik yang jenisnya bisa diproduksi oleh petani organik lokal bisa memicu persaingan dan mengganggu pendapatan petani bila konsumen lebih memilih produk organik impor.

diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fairtrade. be part of our movement

3Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014) 3Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

02 Dari Redaksi

04 Surat Pembaca

Isu Utama 05 2014, Tahun Pertanian Keluarga Internasional 08 Pertanian Organik, Tingkatkan Kesejahteraan Petani 11 Impor Produk Organik Jangan Sampai Ganggu Petani Lokal

14 Jendela Konsultasi

15 Penjaminan Organis Pertama di Indonesia, Outlet Organik PAMOR Indonesia

18 Profil Petani Madu Hutan Organik: Hutan Terjaga, Produksi Meningkat

21 Agribisnis Saung Organik: Lestari Alamku, Berkah untuk Keluargaku

25 Info Organis Menjelang BOF 4

28 Bijak di Rumah Cantik dengan Bahan Alami

30 Ragam Beras Bermutu, Petani Sejahtera

4 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Rosela Menguning dan Rontok

Langganan Majalah

Surat Pembaca

Pupuk Organik Untuk Cegah Bunga dan Buah Rontok

4 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

5Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Pada 22 November 2013 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

meresmikan tahun 2014 sebagai Tahun Pertanian Keluarga Internasional untuk memperlihatkan potensi keluarga

petani dalam memberantas kelaparan, melestarikan sumber daya alam dan mem-promosikan pembangunan berkelanjutan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan ada 500 juta pertanian keluarga, mereka terutama anggota keluarga yang bergan-tung sebagai tenaga kerja dan pengelolaan di

seluruh negara maju dan berkembang. Pertanian ini meng-hasilkan pangan untuk miliaran orang, tercatat di banyak negara berkembang, pertanian keluarga mewakili hingga 80 persen dari seluruh kepemilikan lahan pertanian.

“Dengan merayakannya di tahun 2014 , kami menyadari bahwa para keluarga petani adalah tokoh utama yang meres- pon hal-hal sangat penting yang dihadapi dunia dewasa ini: meningkatkan ketahanan pangan dan melestarikan sumber daya alam,” ungkap Direktur Jenderal FAO, José Graziano da Silva saat peluncuran, di Markas Besar PBB di New York.

Berbicara atas nama FAO, Dana Internasional untuk Pem-bangunan Pertanian (International Fund for Agricultural Development-IFAD) dan Program Pangan Dunia (World Food Programme-WFP), dia menambahkan bahwa hal ini juga adalah salah satu cara untuk memperlihatkan bahwa perta-nian keluarga masih merupakan penyedia pangan utama bagi miliaran anak-anak, perempuan dan laki-laki.

2014, Tahun Pertanian Keluarga Internasional (International Year of Family Farming (IYFF)) bertujuan untuk meningkatkan profil pertanian keluarga dan pertanian skala kecil dengan mengutamakan perhatian dunia pada peran penting dalam pemberantasan kelaparan dan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, meningkatkan mata pencaharian, pengelolaan sum-ber daya alam, melindungi lingkungan, dan mencapai pem-bangunan berkelanjutan, khususnya di kawasan pedesaan. IYFF 2014 memposisikan pertanian keluarga sebagai pusat

n Petani sedang bergotong royong menanam padi

Foto: Dok. AOI

5Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

6 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

nikasi dan kesadaran masyarakat a) Meningkatkan kesadaran masya-

rakat tentang pertanian keluarga, pertanian dan perikanan skala kecil serta kontribusi mereka (baik aktual dan potensial/ belum dimanfaat-kan) untuk ketahanan pangan, peningkatan gizi, pengentasan kemiskinan, pertumbuhan eko-nomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan mata penca-harian, pengembangan wilayah, pemanfaatan berkelanjutan dari sumber daya alam, khususnya petani dan nelayan dan pekerja ikan (MDG1) yang miskin

sumber daya. b) Meningkatkan kesadaran masya-

rakat dan pengetahuan tentang keragaman dan kompleksitas sistem produksi dan konsumsi di pertanian keluarga, pertanian dan perikanan skala kecil.

c) Meningkatkan dialog dan kerja-sama internasional.

d) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pertanian keluarga, petani dan nelayan, serta tren saat ini dalam kebijakan dan investasi, menyoroti “kisah sukses”, kebijakan yang baik dan praktik terbaik.

e) Meningkatkan peluang untuk dialog, partisipasi dan akses infor-masi bagi para petani kecil dan asosiasi mereka.

3. Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan perta-nian keluarga, potensi dan kendala serta memastikan dukungan teknis

a) Mengidentifikasi, memanfaatkan dan mempromosikan dukungan teknis untuk pengembangan aksi termasuk kebijakan.

b) Menjangkau aktor-aktor non-pertanian (lembaga-lembaga keuangan, bank-bank pem- bangunan, para pengambil keputusan dll) dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka tentang potensi keluarga petani kecil dan pertanian skala kecil dalam pembangunan berkelanjutan.

c) Mendorong tindakan di tingkat

Isu Utama

kebijakan pertanian, lingkungan dan sosial dalam agenda nasional dengan mengi-dentifikasi kesenjangan dan kesempatan untuk mempromosikan perubahan ke arah pembangunan yang lebih sama dan seimbang. IYFF 2014 akan mempro-mosikan diskusi yang luas dan kerjasama di tingkat nasional, regional dan global untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang tantangan yang di-hadapi oleh petani kecil dan membantu mengidentifikasi cara-cara efisien untuk mendukung para keluarga petani.

Apakah Pertanian Keluarga?Pertanian keluarga mencakup semua kegiatan pertanian berbasis keluarga dan terkait dengan beberapa kawasan pembangunan pedesaan. Pertanian keluarga adalah cara mengelola perta-nian, kehutanan, perikanan, produksi perikanan budidaya dan kehidupan desa yang dikelola dan dioperasikan oleh sebuah keluarga dan sebagian besar bergantung pada tenaga kerja keluarga, baik perempuan maupun laki-laki. Baik di negara berkembang maupun negara maju, pertanian keluarga adalah bentuk dominan pertanian di sektor produksi pangan.

Di tingkat nasional, terdapat sejumlah faktor yang merupakan kunci keberhasi-lan pengembangan pertanian keluarga, misalnya: kondisi agroekologi dan karak-teristik wilayah; kebijakan lingkungan; akses pasar; akses terhadap tanah dan sumber daya alam; akses teknologi dan penyuluhan; akses keuangan; kondisi demografi, kondisi ekonomi dan sosial budaya; ketersediaan pendidikan khusus.

Empat Tujuan Utama dan Rencana Aksi Tahun Pertanian Keluarga Internasional: 1. Mendukung pengembangan kebi-

jakan kondusif pertanian keluarga yang berkelanjutan dengan mendo-rong pemerintah membangun ling-kungan yang mendukung (kebijakan kondusif, peraturan yang memadai, perencanaan partisipatif untuk dialog kebijakan, investasi) guna pengem-bangan pertanian keluarga yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan pengetahuan, komu-

global, regional, nasional dan masyarakat.

d) Memantau bagaimana pertanian-pertanain keluarga dan kebi-jakan-kebijakan yang berkaitan dengan keluarga dan pertanian skala kecil.

4. Membuat sinergi untuk keberlanjutan a) Mempromosikan dimasukkan-

nya visi IYFF menjadi proses dan komite internasional

b) Memastikan bahwa tindakan jangka panjang yang berhu-

bungan dengan FF tercermin dalam agenda internasional (Pasca 2015 Framework).

c) Sinergi dengan Tahun Interna-sional lainnya dalam kerjasama tertentu.

Tiga Aksi Global IYFF akan fokus pada tiga aksi global yang akan dilaksanakan dalam konteks proses dan kesepakatan nasional, serta kerjasama dengan mitra terkait.

1. Mengutamakan dialog dalam proses pengambilan keputusan kebijakan. Dialog dan kerjasama harus ditingkat-

kan antara pemangku kepentingan yang relevan untuk memastikan bah-wa pesan-pesan IYFF mempengaruhi proses pengambilan keputusan kebijakan yang relevan. Melalui aksi ini, kita akan bersama-sama mem-bawa organisasi publik dan swasta di tingkat nasional, regional dan global untuk membahas masalah yang berkaitan dengan pertanian keluarga, pertanian gurem dan perikanan.

2. Identifikasi, dokumentasi dan berbagi pelajaran serta pengalaman sukses kebijakan pro pertanian keluarga di tingkat nasional dan / atau lainnya untuk memanfaatkan pengetahuan yang relevan di pertanian keluarga.

Tersedia situs khusus IYFF dimana keluarga petani dari seluruh dunia dapat mengirim dan berbagi cerita, masalah dan membuat mereka

terlibat dalam proses yang akan dikembangkan.

3. Komunikasi, advokasi dan outreach.

6 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

7Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Kampanye advokasi yang kuat dan efektif akan dihasilkan dengan ber-kordinasi dengan lembaga-lembaga mitra (misalnya WRF, WFO) untuk menjangkau petani dan asosiasi mereka, para pengambil keputusan, lembaga-lembaga keuangan, media dan masyarakat umum. Kegiatan ad-hoc akan dipromosikan dalam kemitraan dengan media komunitas.

Pesan UtamaPertanian keluarga adalah bentuk perta-nian paling utama baik di negara maju dan berkembang. Ada lebih dari 500 juta pertanian keluarga di dunia. Kegiatan-kegiatan di desa mereka dikelola dan dikerjakan oleh sebuah keluarga dan sangat bergantung terutama pada tena-ga kerja keluarga. Kisaran mereka dari petani kecil dan skala menengah, terdiri dari petani, masyarakat adat, masyarakat tradisional, nelayan, peternak dan banyak kelompok lain di setiap wilayah dan komunitas alami flora dan fauna menempati habitat utama dunia.

Keluarga petani adalah bagian penting solusi untuk dunia yang bebas dari kemiskinan dan kelaparan. Di banyak ka-wasan, mereka adalah produsen utama bahan pangan yang kita konsumsi setiap hari.

Lebih dari 70 persen penduduk rawan pangan tinggal di kawasan pedesaan Afrika, Asia, Amerika Latin dan Timur. Banyak dari mereka adalah keluarga petani, terutama petani kecil yang susah mengakses sumber daya alam, kebijakan dan teknologi.

Semua bukti menunjukkan bahwa ke-luarga petani miskin dapat dengan cepat menyebarkan potensi produktivitas me-reka jika kebijakan lingkungan diterapkan dengan tepat.

Memfasilitasi akses terhadap tanah, air dan sumber daya alam lainnya dan melaksanakan kebijakan publik yang khusus untuk keluarga petani (kredit, bantuan teknis, asuransi, akses pasar, pembelian umum, teknologi yang tepat)

adalah kompo-nen kunci un-tuk meningkatkan produktivitas pertanian, memberantas kemiskinan dan mencapai ketahanan pangan dunia.

Pertanian Organik untuk Pertanian Keluarga

IFOAM mengakui peran penting dari per-tanian keluarga dan petani kecil dalam produksi pangan dan ekonomi pedesaan yang berkelanjutan. IFOAM mendo-rong agar adopsi pertanian organik di pertanian keluarga sebagai pendekatan yang berkelanjutan. Ini didasarkan pada disiplin ilmu agroekologi yang terbukti efektif dalam mencapai intensifikasi ekologi, agronomi dan sosial ekonomi untuk pertanian rakyat.

IFOAM menyerukan untuk memperbaiki kebijakan lokal, nasional dan internasional untuk mempromosikan keluarga petani kecil dalam sistem usaha organik yang berkelanjutan.

Pertanian keluarga dan para petani kecil memainkan peran penting dalam produksi pangan, mempertahankan eko-nomi pedesaan dan keanekaragaman hayati. Namun banyak keadaan sering di luar kendali mereka, banyak yang sangat miskin, kurang beruntung, dan tak memiliki akses yang cukup atas sumber daya dan berbagai dukungan.

Pertanian organik dan model agroekologi lainnya memberi solusi terhadap ber-bagai tantangan yang dihadapi oleh pertanian keluarga dan pertanian rakyat. Di seluruh dunia jutaan petani organik berhasil mempraktikkan solusi ini serta terbukti layak dan efektif bagi mereka.

IFOAM menyerukan untuk memperbaiki kebijakan lokal, nasional dan internasional untuk mempromosikan keluarga dan petani kecil sistem usaha organik yang berkelanjutan.

Oleh karena itu IFOAM men-desak pihak berwenang lokal, nasional dan regional, serta lembaga donor dan organisasi multinasional, untuk mempercepat upaya mereka dalam mempromosikan pertanian organik sebagai sistem untuk memberdayakan produsen keluarga dan petani kecil dan mem-bantu mereka menjadi lebih tangguh, produktif dan menguntungkan.

Langkah Organik untuk Pertanian Keluarga Masa DepanPertanian organik yang berdasarkan pada disiplin ilmu agroekologi adalah cara yang paling tepat untuk mencapai intensifikasi ekologi, agronomi dan sosial ekonomi pertanian keluarga dan pertanian rakyat.

Juga menyediakan makanan sehat dan bergizi bagi masyarakat pedesaan dan penduduk kota. Petani organik men-jamin dan memfasilitasi keberhasilan pasar dengan berbagi pengalaman dan mengembangkan metode pertanian baru sekaligus memperkuat struktur sosial, mengembangkan jaringan inovatif dan mempromosikan kewirausahaan. Dampaknya diantaranya adalah men-cakup kesempatan kerja, rantai nilai lokal yang lebih kuat dan pembangunan pedesaan yang meningkat. (*)

Sumber: http://www.fao.org/ ; http://www.ifoam.org/

7Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

8 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Pertanian organik yang lebih menjamin

keberlanjutan mem-peroleh tempat di pemerin-

tahan, dan didorong sebagai produk yang berdaya saing tinggi

Oleh : Oleh: Dr. Ir. Syahyuti, M.Si

Foto: D

ok. AOI

Selepas semaraknya Revolusi Hijau, yang kemudian menuai banyak kritik, kita berpindah ke rezim pertanian organik. Dalam konteks lebih luas, kita berupaya bergeser dari konsep Ekonomi ke Ekonomi Hijau, dari pembangunan industrial ke

pertanian berkelanjutan, dan seterusnya. Kita berpindah dari “hijau” yang satu, ke hijau yang berikutnya. Hijau yang dulu sering disebut dengan hijau yang palsu.

Namun kalangan pencetus dan penggiat Revolusi Hijau tidak tinggal diam. Mereka menge-luarkan konsep baru yaitu “Doubly Green Revolution”. Istilah ini dilahirkan oleh mantan Presiden

Rockefeller Foundation Gordon Conway, yang menjadi judul bukunya tahun 1997: “The Doubly Green Revolution: Food for All in the 21st Century”.

Pertanian organik sebagai gerakan sosial berlangsung di tingkat global dan telah memperoleh tempatnya di

n Kondisi lahan pertanian organik di Malang, Jawa Timur

8 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

9Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014) 9Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

komunitas internasional. Di tingkat lokal, pertanian organik menggeliat kuat di banyak komunitas dan aktor-aktor pionir. Di level internasional, salah satu tema penting dalam pertemuan “The UN Earth Summit” di Rio de Janeiro pada Juni 2012 adalah tentang pembangunan berkelan-jutan. Satu tema pokok yang dibicara-kan adalah bagaimana cara mencapai ekonomi hijau (green economy). Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, dan sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi hijau juga ber-arti perekonomian yang rendah karbon atau tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial. Ada yang menye-butnya lebih lengkap menjadi “ekonomi hijau ekologis”, yaitu sebuah model pem-bangunan ekonomi yang berlandas-kan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis (http://www.wdm.org.uk/greeneconomy).Ciri ekonomi hijau yang paling mem-bedakan dari rezim ekonomi lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya yang telah dipakai dalam proses pembangu-nan. Biaya ekologis ini dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban.

Proses pembangunan dijamin tidak akan membahayakan atau mengabaikan aset lingkungan.

Pertanian Organik di Kementerian Pertanian

Pertanian organik cukup mendapat perhatian di Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) pernah men-canangkan “GO Organic 2010”, dan men-jalankan berbagai program di berbagai wilayah. Semangat ini dipayungi oleh Visi Pembangunan Pertanian 2010-2014 Kementan yaitu “Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal untuk me-ningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani”. Kementan menetapkan empat sukses pembangunan pertanian, yaitu penca-paian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan terakhir adalah peningkatan kesejahteraan petani.

Artinya, pertanian organik yang lebih menjamin keberlanjutan memperoleh tempat di pemerintahan, dan didorong sebagai produk yang berdaya saing tinggi. Dari 10 misinya, misi nomor 5

menyebutkan “Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumber daya lokal untuk menghasilkan produk per-tanian berdaya saing tinggi”.

Pertanian berkelanjutan adalah salah satu cara memproduksi makanan secara berlimpah tanpa menghabiskan sumber daya bumi atau mencemari lingkungan-nya. Ini adalah pertanian yang mengikuti prinsip-prinsip alam untuk mengem-bangkan sistem budidaya tanaman dan ternak, sebagaimana halnya alam mempertahankan diri. Pertanian berkelanjutan juga pertanian yang sesuai dengan nilai-nilai sosial, dan makanan yang sehat untuk semua orang.

Prinsip pertanian berkelanjutan men-cakup keberlanjutan usaha itu sendiri, dan juga keberlanjutan dalam konteks lingkungan. Dalam konteks menjaga sumber daya air, maka dipraktikkan kon-servasi tanah yang mengurangi potensi limpasan air dan erosi, serta tanam tana-man tahunan seperti hijauan, pohon, dan semak-semak. Selain itu, adalah menanam tanaman penangkap atau tanaman penutup untuk mengambil nutrisi yang dapat larut ke lapisan tanah tersebut, serta mengelola irigasi untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi pencucian hara.

Tingkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Praktik Pertanian Organik

Aplikasi pertanian organik akan mampu memberikan kesejahteraan kepada petani pelakunya. Setidaknya ada lima jalan sehingga ini bisa terwujud. Satu, peningkatan keuntungan usaha tani. Sampai saat ini harga produksi pertanian organik, utamanya beras dan berbagai sayuran, masih lebih tinggi dibandingkan komoditas konvensional. Jadi, pendapatan petani lebih tinggi karena nilai jual produknya tinggi.

Foto

: Dok

. AO

I

n Perkebunan sayur organik

10 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

n Panen raya padi organik di Boyolali, Jawa Tengah

Isu Utama

Dr. Ir. Syahyuti, M.SiPeneliti Sosiologi PertanianPusat Analisis Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian (PSE KP) Jl. A Yani, BogorEmail: [email protected]

Contohnya adalah petani di Boyolali. Petani Appoli mampu menghasilkan gabah kering panen 1,5-2 ton atau 700-1000 kg beras dari lahan seluas 0,25-0,3 ha sekali musim tanam. Dengan harga beras Rp 15.000 per kg, maka pendapatan petani kotor mencapai Rp 45 juta per hektar. Dua, konsumsi yang lebih sehat. Petani yang mengonsumsi pangan organik tentu akan lebih sehat. Selain itu, karena tidak lagi bersentuhan dengan racun-racun obat tanaman, maka petani ter-hindar dari paparan saat menyemprot di sawah dan di ladang. Dalam “peternakan organik” misalnya, penggunaan anti-biotik dan hormon sama sekali dilarang untuk ternak, karena bukan unsur yang organik, dan dikhawatirkan memberi dampak pada kesehatan produk.

Karena mengelola hama secara ekologis, penggunaan pestisida kimia diharamkan. Petani mengembangkan jasad biologis aktif tanah dengan menciptakan habitat bagi organisme yang menguntungkan, dan memilih kultivar tanaman yang sesuai. Keanekaragaman hayati dimaksimalkan dengan mengintegrasikan produksi tanaman dan peternakan, serta menggu-nakan pagar hidup, tanaman insectary, tanaman penutup, dan penampungan air untuk menarik dan mendukung populasi serangga yang menguntung-

10 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Foto

: Dok

. AO

I

kan, kelelawar, dan burung. Teknik lain adalah rotasi tanaman, tumpangsari, dan penanaman pendamping, serta tanaman penutup.

Keunggulan makanan organik adalah ti-dak adanya paparan pestisida dan bakteri yang resisten antiobiotik. Makanan lebih sehat, meskipun dari segi kandungan gizi beragam. Standar yang ditetapkan setiap peternakan organik harus menghindari penggunaan pestisida dan pupuk or-ganik, hormon, dan antibiotik. Prinsip “in-tegritas” bermakna bahwa petani organik harus memastikan bahwa konsumennya mendapatkan apa yang mereka bayar, dan terlindungi dari kontaminasi dan berbagai residu kimia.Tiga, keberlanjutan sumber daya alam. Dengan pertanian organik, sumber daya lahan dan air lebih sehat dan terjaga. Lahan yang sehat dengan kandungan hara yang cukup akan menekan penggu-naan input, tanaman tumbuh lebih baik; sehingga pendapatan usaha tani terjaga tinggi.

Praktik pertanian organik meminimalkan pengolahan tanah, karena tanah tidak hanya sebagai substrat fisik dan kimia tetapi juga sebagai entitas yang hidup. Dengan menjaga penutup tanah sepan-jang tahun dengan menggunakan tana-

man penutup dan mulsa dan dengan meninggalkan sisa tanaman di lapangan, akan meningkatkan bahan organik tanah dan humus aktif biologis.

Pertanian organik juga menggunakan air lebih sedikit dan efisien atau melaku-kan “konservasi air”. Pertanian dengan campuran beragam tanaman memiliki kesempatan yang lebih baik mendukung organisme menguntungkan yang mem-bantu dalam penyerbukan dan pengen-dalian hama. Keanekaragaman akan me-nyediakan perputaran nutrisi yang lebih baik, penekanan penyakit, hasil panen, dan fiksasi nitrogen. Keanekaragaman hayati dicapai melalui praktik tumpang sari, penanaman tanaman pendamping, pembentukan habitat menguntungkan, dan rotasi tanaman. Diversifikasi dan integrasi usaha juga saling mendukung, misalnya dengan mengintegrasikan tanaman dengan ternak dalam satu area. Pertanian berkelanjutan dan pertanian organik memiliki kesejajaran yang sangat kuat. Dengan menerapkan pertanian organik, maka otomatis keberlanjutan di-peroleh. Jadi, cakupan pertanian organik lebih luas.

Empat, karena menerapkan pola perta-nian rakyat. Secara tradisional, pertanian organik umumnya berukuran lebih kecil dan lebih padat karya. Penggunaan mesin dibatasi karena akan menghabis-kan bahan bakar fosil dan menimbulkan polusi. Terakhir, Lima, lebih menjamin terwujudnya kedaulatan pangan. Pangan yang diproduksi pertanian organik mesti disertai sertifikasi atau label. Meskipun ini lebih sebagai hal teknis, namun pada hakekatnya ini menjamin penggunaan input yang digunakan yang harus meru-pakan input organik dari wilayah setem-pat. Artinya, prinsip ini lebih menjamin otoritas petani terhadap sumber daya produksi. (*)

11Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang menjadi sasaran pemasaran suatu produk apapun yang dihasilkan, termasuk produk pertanian seperti komoditas pangan, sayuran dan holtikultura.

Dengan penduduk yang diperkirakan di tahun 2013 telah mencapai 250 juta dengan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,49% (BKKBN-2013), menjadikan negara kita sebagai potensi pasar yang sangat besar. Selain itu, tingkat pendapatan per kapita masyarakat juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 1.100 dollar AS per kapita per tahun di 2004 menjadi 4.000 dollar AS per kapita per tahun pada saat ini (BPS-2013), sehingga menjadi pendorong

n Aneka produk organik

Foto

: Dok

. AO

I

11Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

meningkatnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk bermutu, namun mereka tetap mempertimbangkan biaya hidup yang efisien dengan tetap memilih barang-barang dengan harga yang murah (Oktavio Nugrayasa, SE, M.Si, 2014).

Berdasarkan data realisasi impor komoditas pangan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada awal tahun 2013 impor beras sudah mencapai 46 ribu ton senilai 22,9 juta dollar AS,

12 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Isu Utama

n Sosialisasi pentingnya produk organik dan lokal

12 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

jagung 335 ribu ton dengan nilai 102 juta dollar AS, gula tebu sebesar 297 ribu ton atau seharga 155,9 juta dollar AS, kedelai yang menjadi bahan baku tahu dan tempe sebanyak 54 ribu ton senilai 34 juta dollar AS, serta biji gandum dan meslin didatangkan sebesar 517 ribu ton atau senilai 207 juta dollar AS. Pasar di dalam negeri juga kebanjiran bawang putih impor tercacat sebesar 23 ribu ton senilai 17,4 juta dollar AS serta nilai impor rempah-rempah diperkirakan bisa men-capai 800 juta dollar AS atau meningkat sebesar 48,42% dibandingkan dengan realisasi impor yang terjadi di tahun 2010 yakni sebesar 539 juta dollar AS. Gencarnya komoditas produk-produk impor yang menyerbu Indonesia cukup membuat kekhawatiran banyak ka-langan. Padahal Indonesia seharusnya mampu menciptakan infrastruktur yang memadai guna mengantisipasi ser-buan produk impor yang menghantam produk lokal dan menggerus keuangan devisa negara. Faktanya kelemahan pengelolaan produk lokal di tanah air adalah akibat daya saing yang sangat lemah serta tidak mampu berkompetisi produknya dengan produk impor.

Foto: Dok. AOI

Untuk meningkatkan daya saing industri nasional agar tidak semakin merosot, Indonesia harus mengantisipasi kelema-han kompetensi produksi produk lokal. Dalam hal produksi pertanian, kebijakan Pemerintah Indonesia seharusnya lebih mengarah pada pemberdayaan dan penguatan kemampuan untuk lebih berdaulat akan usaha tani, baik cara budidaya maupun berbagai sarana produksi seperti pupuk dan benih. Melalui pengembangan pertanian or-ganik, diharapkan petani lokal skala kecil mampu berdaulat dan memproduksi kebutuhan pangan masyarakat lokal.

Semua fakta menunjukkan bahwa keluarga petani kecil dalam pertanian keluarga dapat dengan cepat menye-barkan potensi produktivitas mereka ketika lingkungan kebijakan yang tepat dan efektif mendukungnya. Salah satu bentuk dukungan terhadap pertanian keluarga agar lebih baik dalam produkti-vitasnya adalah kebijakan nasional yang mengarahkan petani mampu berdaulat atas kemampuan bertaninya, baik dari sisi budidaya, benih dan bibit, pupuk, penanganan hama penyakit. Selain itu juga berdaulat atas akses

pasar dan perlindungan dari gempuran produk impor. Jangan sampai impor produk organik berdampak buruk pada produktivitas petani lokal.

Impor Produk OrganikMenurut YP Sudaryanto dari Bina Sarana Bakti, pengembang pertanian organik di Cisarua Bogor, saat ini impor produk organik masih terbatas pada produk-produk olahan, obat dan produk yang sulit didapatkan di Indonesia seperti asparagus, buah apel, dan lain-lain. Sehingga masih belum berpengaruh terhadap petani organik lokal. Selain itu regulasi (peraturan) pemerintah sudah cukup baik seperti mensyaratkan produk organik yang diimpor harus disertifikasi oleh LSO Indonesia yang syah dan harus mendapat ijin BPOM sehingga tidak serta merta bisa impor.

Lebih lanjut YP Sudaryanto menjelaskan bahwa impor produk organik tidak bisa dihindari karena tuntutan pasar. “Yang dibutuhkan adalah sosialisasi mencin-tai produk lokal

13Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Isu Utama

13Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

dan sekaligus tantangan untuk mening-katkan kualitas dan promosi produk lokal,” jelas YP Sudaryanto. “Dampak terhadap petani organik akan terasa ketika impor sayur dan pangan karena akan berpengaruh terhadap harga dan pasokan yang akhirnya berpengaruh pada pendapatan petani,” lanjutnya.

Hasil pengamatan YP Sudaryanto menunjukkan bahwa ada agen di Indonesia yang mencari produk import, sementara konsumennya masih terbatas di level atas, maka antisipasi dengan pendidikan konsumen menjadi penting dan menentukan. Mendorong terben-tuknya komunitas konsumen menjadi relevan.

YP Sudaryanto mengatakan, yang justru mengkhuatirkan jika pertanian organik Indonesia kurang didukung perguruan tinggi sehingga penelitian dan pengem-bangan sangat kurang. Akibatnya perta-nian organik Indonesia ketinggalan dari negara lain dan bisa mengisi kekosongan atau peluang impor.

Rudy Ersan, Pimpinan Blue Green Economy Daerah Terbarukan, yang punya program mendorong pertanian organik mengatakan, ketergantungan pada impor juga terjadi karena kurang-nya kepedulian pada bibit/benih lokal, serta tidak berkembangnya riset dan pengembangan pembibitan nasional. Jadi, kunci agar tidak tergantung produk

impor adalah sadar bibit lokal yang di-garap dengan konsep pertanian organik, supaya kualitasnya tinggi dan bisa bersa-ing dengan produk impor.

Menurut Rudy Ersan seperti dikutib www.tubasmedia.com, pemerintah ha-rus konsentrasi melakukan riset pertanian dengan sungguh-sungguh dan tentu saja diawasi secara ketat agar hasil riset itu tidak sampai jatuh ke tangan pihak lain. Selain itu, diperkuat balai semai dan dikampanyekan pertanian organik sebagai upaya memperbaiki unsur hara tanah. Kita harus memulihkan bumi kembali dengan meningkatkan peng-gunaan pupuk organik cair dan kompos/kandang.

Ia mengatakan, kombinasi penggunaan kedua jenis pupuk itu sudah dilakukan oleh Blue Green Economy dalam pena-naman cabai dan hortikultura. “Kami juga akan kampanyekan penanaman 1 miliar batang cabai untuk mengisi pasar dalam negeri dan mancanegara. Kita akan buat gerakan tanam cabai pembibitan nasi-onal ROAH (Rawit Organik Alam Hijau),” katanya.

“Mari kita bangun kedaulatan pangan dari halaman rumah dan akan menjadi kekuatan besar. Konsepnya bukan di tanah saja, tapi juga di pot agar jutaan rumah dapat memiliki kedaulatan pangan di halaman rumahnya,” tambahnya.

Kebijakan Atasi Impor Produk OrganikSementara itu terkait kebijakan peme-rintah Indonesia, untuk mengatur agar produk organik yang diimpor memenuhi standar organik, sebagai persyaratan untuk mendapatkan nomor pendaftaran (ML), sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 00.06.52.0100 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik, maka setiap importir harus mengajukan rekomendasi jaminan integritas produk organik impor kepada Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO). Jaminan Integritas Produk Organik (JIPO) adalah surat tertulis dari OKPO yang menyatakan bahwa produk tersebut terjamin integritas organiknya. JIPO merupakan persyaratan untuk mendapatkan registrasi merk luar (ML) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Masa berlaku rekomendasi JIPO sesuai dengan masa berlaku sertifikat organik. Sampai dengan September 2013, OKPO telah mengeluarkan 79 rekomendasi untuk berbagai produk antara lain: juice, makanan bayi, madu, susu, dan lain-lain (*)

Foto

: Dok

. AO

I

n Lahan pertanian organik Bina Sarana

Bakti di Bogor

14 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Daniel SupriyonoPadi Organik

YP SudaryantoSayuran Organik

Agus KardinanPestisida Nabati

Sayur Organik (Redaksi Ahli: YP. Sudaryanto)

Kita semua mengetahui bahwa kon-sumen banyak yang membutuhkan sayur organik dengan banyak alasan (vegetarian, kesehatan, obat, diet dan lain-lain), bahkan yang disajikan dengan segar (fresh). Kandungan gizi yang tinggi dibanding sayur konvensional juga membuat konsumen lebih yakin. Tapi, mengapa ketersediannya terbatas? Per-masalahan produksi saat ini terletak pada perubahan iklim (anomali) yang lang-sung berpengaruh terhadap OPT yang tidak menentu. Masalah yang lain terkait ketersediaan benih apalagi hibrida yaitu terus berganti bahkan ada yang sudah cocok di pasaran tiba-tiba menghilang padahal untuk mendapat benih yang cocok butuh sekurangnya setahun.

Untuk itu, penting pengembangan benih lokal yang bisa diperbanyak sendiri, varietas yang sudah cocok dapat diper-tahankan. Untuk menyiasati anomali iklim perlu atap plastik UV terutama pada musim hujan. Perlu juga mendorong pertumbuhan sayur dengan pupuk cair atau fermentasi urine. Untuk masalah OPT dapat mengendalikannya dengan perbaikan perencanaan tanam, metode tanam dan semprot pestisida nabati/hayati. Dan lebih penting dari semua itu adalah perubahan mindset/paradigma petani bahwa pertanian itu menyenang-kan bukan menyusahkan.

Tanaman Padi Organik (Redaksi Ahli: Daniel Supriono)

Beberapa persoalan berkaitan dengan tanaman padi saat ini terkait semakin resistennya (bertahannya) hama dan penyakit. Hal ini antara lain akibat dari masih digunakannya pestisida kimia sin-tetis yang dapat memicu perkembangan populasi dan daya serang hama, selain itu cuaca yang ekstrim (perubahan iklim global) berpengaruh terhadap hal terse-but. Persoalan lain yang tengah diha-dapi petani padi adalah benih rekayasa genetika.

Menyikapi hal tersebut tidak lain adalah dengan budidaya padi lokal secara orga-nik. Dengan cara ini semakin mem-perkuat tanaman padi dalam meng-hadapi kondisi ekstrim. Penggunaan benih lokal yang telah teruji secara otomatis juga menolak penggunaan benih transgenik (resistensi lokal). (*)

Kondisi Lapang Pertanian Organik Saat IniDalam pengembangan pertanian organik hingga 2014, petani dan pemerhati organik mengalami berbagai fenomena di lapangan. Berikut ini hasil pantauan beberapa redaksi ahli tentang kondisi seputar pengembangan perta-nian organik yang terjadi akhir-akhir ini.

Pestisida Nabati (Redaksi Ahli: Agus Kardinan)

Saat ini pemerintah melalui Komisi Pes-tisida sudah memberikan kelonggaran terhadap pendaftaran pestisida nabati, walaupun dalam beberapa hal masih di-rasa memberatkan. Pada umumnya para pengusaha yang bergerak di pestisida nabati adalah pengusaha kelas mene-ngah ke bawah, sehingga bila diperlukan pengujian-pengujian yang memerlukan biaya yang relatif mahal, para pengusaha ini agak kerepotan. Diharapkan per-syaratan terhadap pestisida nabati lebih dipermudah lagi, sehingga akan mendo-rong berkembangnya pestisida nabati di Indonesia.

Bahan baku pestisida nabati saat ini sebagian besar diambil dari alam, hanya sedikit yang dibudidayakan, sehingga bila diperlukan dalam jumlah besar akan mendapat kesulitan. Namun bila dibudi-dayakan jatuhnya akan menjadi relatif mahal.

Pada umumnya efektifitas pestisida nabati tidak sehebat pestisida sintetis (knock down), namun lebih bersifat slow in action but sure (perlahan tapi pasti), sehingga petani kurang menyukai dan lebih memilih pestisida sintetis. Perlu dilakukan edukasi terhadap petani dalam hal ini, khususnya mengenai kesehatan lingkungan dan kesehatan pengguna, termasuk kesehatan produk pertanian yang dihasilkan.

Redaksi Ahli

14 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

15Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

nOutlet produk organik Pamor Indonesia

Foto: Dok. AOI

Sebagian besar petani organik kecil menggunakan penjaminan komu-nitas (partisipatif) maupun self declare (menjamin produknya sendiri) dan mengutamakan kepercayaan dari konsumen terhadap produknya. Sistem penjaminan partisipatif atau participatory guarantee system

(PGS) merupakan sistem penjaminan mutu yang dibangun atas partisipasi lang-sung dari pihak yang terkait dalam produksi dan konsumsi produk organik. Sistem ini bertujuan menyediakan suatu jaminan yang terpercaya bagi konsumen yang membutuhkan produk-produk organik.

Outlet organik Pamor yang pertama ada di Indonesia ini berlokasi di Bogor. Utamanya memfasilitasi penjualan dan menjamin produk organik secara langsung kepada

konsumen dengan harga terjangkau dan berkualitas. Tertarik untuk mendapatkan produk organik dengan harga terjangkau dan sekaligus membantu petani organik skala kecil?

Tak ada salahnya berkunjung ke outlet PAMOR Bogor

15Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

16 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Penjaminan Organis

Di Indonesia sendiri sebenarnya praktik-praktik penjaminan komunitas ini sudah lama diterapkan. Para petani/ produsen sudah banyak yang memasarkan produk-produk organiknya langsung ke kon-sumen dengan jaminan para petani itu sendiri, bahkan banyak juga konsumen yang langsung membeli ke kebun-kebun para petani.

Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang concern pada petani organik skala kecil tergugah untuk membantu para produsen kecil tersebut untuk mampu merebut peluang pasar organik. Dan dengan semakin maraknya produk-produk organik di pasaran, dan bahkan banyak yang “aspal”, maka praktik-praktik penjaminan tersebut perlu dilem-bagakan. Maka dibentuklah penjaminan organik komunitas yang dikenal sebagai PAMOR Indonesia.

Untuk menguatkan pengembangan di wilayah, PAMOR Indonesia membentuk Unit PAMOR yang salah satu diantaranya adalah Unit PAMOR Bogor. Dan untuk membantu memasarkan dan menjamin produk organik petani kecil, serta mem-promosikan sertifikasi atau penjaminan partisipatif, Unit PAMOR Bogor memben-tuk outlet organik.

Harapannya, setelah outlet organik PAMOR Indonesia yang berlokasi di Bogor ini diresmikan, akan hadir pula outlet-outlet organik PAMOR Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.“Outlet organik Pamor Bogor terutama memfasilitasi penjualan dan menjamin produk organik secara langsung kepada konsumen dengan harga terjangkau dan berkualitas,” ungkap Sudaryanto, salah seorang deklarator Unit PAMOR Bogor saat pembukaan outlet PAMOR Bogor pada Juni lalu.

Adanya outlet organik Unit PAMOR Bogor ini juga untuk mendorong petani mengembangkan produk organik dan

n Pengunjung saat pembukaan outlet Pamor Indonesia, di Bogor, 25 Juni 2014

Foto

: Dok

. AO

I

16 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

menjaminnya secara komunitas dengan sertifikasi PAMOR Indonesia. Dengan menggunakan sertifikasi komunitas PAMOR Indonesia, petani organik kecil bisa menjamin produknya secara berkelanjutan karena biayanya yang terjangkau dengan kualitas terpercaya.

Impian Petani Kecil

Secara resmi Outlet PAMOR Indonesia di Ruko Brajamustika No. 18 Jl. Dr. Sumeru Bogor, Jawa Barat telah dibuka pada 25 Juni 2014. Outlet PAMOR ini resmi dibuka dengan acara pemotongan tumpeng dari bahan organik oleh Sudaryanto, salah seorang anggota Dewan Kehor-matan Aliansi Organis Indonesia (AOI). Outlet ini siap menyediakan produk-produk organik, sehat dan ramah ling-kungan untuk konsumen di Bogor dan sekitarnya.

“Adanya outlet yang menyediakan produk-produk organik dari petani ini sudah lama menjadi impian kami. Kiranya outlet ini bisa membantu petani organik memasarkan hasil panennya dan juga

mempermudah konsumen mendapat-kan produk organik,” papar Sudaryanto.Melalui outlet PAMOR Indonesia ini juga diharapkan bisa memberikan pendidikan publik akan pentingnya lingkungan yang sehat dengan memproduksi dan me-ngonsumsi produk-produk organik. Pada akhirnyapun bisa memberi manfaat akan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

n Prosesi pemotongan tumpeng saat pembukaan outlet Pamor Indonesia.

Foto

: Dok

. AO

I

17Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Penjaminan Organis

Outlet PAMOR IndonesiaBuka: Senin - SabtuPukul: 08.00-16.00 WIB

Alamat:Jl. Singasari A1/2 Cimanggu PermaiBogor, Jawa BaratTelp./Fax: +62-251-8330434

n Rasdi Wangsa (Direktur Utama AOI) saat pembukaan outlet Pamor Indonesia di Bogor, 25 Juni 2014

Foto: Dok. A

OI

17Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Sementara itu, Rasdi Wangsa, Direktur Utama AOI berharap agar outlet dengan penjaminan organik komunitas PAMOR Indonesia ini bisa berkelanjutan. Kebera-daan outlet yang menyediakan produk-produk organik dengan harga layak dan terjangkau konsumen ini diharapkan bisa mendukung petani organik kecil untuk melakukan produksi pertanian secara berkelanjutan juga.

Untuk mewujudkan keberlanjutan dari outlet ini diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam wadah berupa outlet ini diharapkan komunitas petani, konsumen, distributor dan pemerhati organik bisa saling mendukung dan bekerjasama menghasilkan dan memasarkan produk organik.

Outlet PAMOR Indonesia menyediakan produk-produk organik dengan penjaminan berbasis ko-munitas PAMOR Indone-sia. AOI mengembangkan PAMOR Indonesia seba-gai sistem penjaminan berbasis komunitas atau partisipatif dalam pertanian organik yang melibatkan produ-sen sendiri dan pihak lain (pedagang, konsumen, LSM, pemerintah) dalam penilaian dan pengakuan pemenuhan standar organik sejak 2008.

Hadir dalam pembukaan outlet PAMOR Indonesia adalah komunitas ibu-ibu konsumen organik, komunitas petani organik dari Bogor, Jawa Barat dan Boyolali Jawa Tengah, anggota AOI, dan pemerhati organik.

Langkah Awal

Pembukaan outlet PAMOR Indonesia di Bogor ini merupakan langkah awal dari rencana pembukaan di beberapa kota lain seputar Jakarta, Depok, Tangerang,

Bekasi dan beberapa kota besar di Indo-nesia.

Outlet yang menyediakan berbagai produk pertanian organik baik segar maupun olahan serta kebutuhan keluarga sehari-hari ini terutama untuk memfasilitasi para petani kecil anggota AOI dan di luar anggota AOI yang belum berlabel agar dapat memasarkan hasil panennya. Selain itu pada akhirnya nanti petani bisa mendapat sertifikat organik

komunitas dari PAMOR Indonesia tanpa biaya.

“Sebelum masuk di outlet PAMOR Indo-nesia, proses produksi organik tersebut akan melewati proses kajian atau asses-ment oleh pengurus PAMOR Indonesia. Sehingga meskipun belum mendapat-kan sertifikat, produk organik tersebut terpercaya kualitasnya oleh konsumen,” jelas Thomas WR, Koordinator Unit Pamor Bogor.

“Selain mendapatkan produk organik, konsumen juga bisa berinteraksi dengan petani dan pengurus Pamor untuk tukar menukar informasi seputar produk organik,” lanjut Thomas.

Untuk menguatkan keberlanjutan dari outlet ini, diharapkan ada rasa memiliki outlet diantara pihak yang berinteraksi tersebut. Maka para pihak yag tergabung di outlet Pamor ini bentuknya adalah membership yang terdiri dari petani,

konsumen dan pendukung (supporter). Masing-masing pihak nantinya akan me-miliki hak dan kewajiban sesuai dengan perannya masing-masing. (*)

18 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Hutan tropis di Kapuas Hulu seluas 1,97 juta ha merupakan bagian dari hutan tropis yang tersisa di seputar katulistiwa yang berfungsi sebagai

menara air bagi pulau Kalimantan dan paru-paru bagi dunia. Hutan ini adalah tempat bagi berbagai satwa liar, dan juga merupakan mata rantai jalur migrasi lebah hutan dan burung-burung yang melakukan polinasi dan penyebaran flora secara alami.

Hutan tropis penting sekali bagi manusia sebagai sistem pendukung kehidupan. Namun dari tahun ke tahun karena pola pengelolaan yang tidak partisipatif akan kekayaan alam yang dikandungnya, telah menyebabkan hutan tropis terus menerus mengalami tekanan-tekanan berupa perambahan dan kebakaran hutan. Akibat-nya juga menurunnya populasi satwa liar dan berkurangnya kualitas hutan. Sebagai contoh kasus kebakaran hutan di kawasan TNDS, pada tahun 1973 mencapai 2.760 ha, 17 tahun berselang 1990 luas kebakaran meningkat menjadi 1,5 kali lipat menjadi 4.554

ha, selang waktu empat tahun berikutnya 1994 luas kebakaran mencapai 5.655 ha dan

selang 3 tahun setelah itu kebakaran yang paling besar terjadi dengan luas kebakaran hutan dan

lahan hampir mencapai sekitar 9.550 ha (sumber: Wetland International Indonesia Program, 1997).

Pada tahun 2012 luas hutan yang terbakar di Taman Nasional Danau Sentarum mencapai 500 ha dengan

30 kasus kebakaran.

18 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

19Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Profil

19Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Kerusakan hutan tropis ini juga ber-implikasi pada menurunnya produksi madu hutan di TNDS. Selama kurun waktu 1997-2000 dan 2009-2012 hampir tidak ada produksi madu hutan akibat kebakaran hutan. Sementara pada perioda 2010-2012 terjadi banjir yang merendam kawasan kelola periau di TNDS yang juga menyebabkan tidak adanya produksi madu hutan. Kerusakan hutan berdampak signifkan terhadap produksi madu hutan masyarakat.

Sementara itu, pemeliharaan dan pe-ngelolaan hutan akan efektif hanya bila masyarakat di sekitar hutan turut serta berperan aktif mengelola dan men-jaga hutan serta memperoleh manfaat ekonomi langsung. Melihat pentingnya keikutsertaan masyarakat tersebut, sejak tahun 2005 Aliansi Organis Indonesia (AOI) bersama anggotanya di Kalimantan Barat menjalankan program pengem-bangan potensi madu hutan Danau Sentarum guna mewujudkan keber- lanjutan kehidupan masyarakat di kawasan itu. Inisiatif ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari inisiatif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lain dan masyarakat Danau Sentarum yang telah dilakukan sejak tahun 80-an. Proses panjang sejak tahun 2005 menghasilkan sebuah Sistem Pengawasan Mutu Inter-nal (SPMI) bagi produsen kelompok kecil usaha madu hutan untuk memperoleh sertifikat organis.

Sistem ini menjamin kelompok ini secara internal melakukan pengawasan terhadap dirinya dan terdokumentasi secara tertulis yang dapat diperiksa oleh pihak lain secara obyektif. Pada awalnya, pengorganisasian meliputi lima periau (organisasi tradisional pengelola madu hutan) di Desa Nanga Leboyan (periau Suda, Meresak, Danau Luar, Semangit dan Semalah) yang menjadi pendiri Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Kemudian APDS berkembang menjadi

delapan periau (Periau Pulau Majang,

Nanga Telatap, dan Tempurau). Diharap-

kan pengorganisasian menggunakan

SPMI ini akan meliputi semua periau di

Taman Nasional danau Sentarum, yaitu

33 periau.

Menjaga Hutan dengan Panen Madu Lestari

Proyek yang melibatkan masyarakat

petani madu hutan ini diharapkan akan

memperkuat inisiatif dan partisipasi

masyarakat yang telah menerapkan

teknik panen lestari dalam pengelolaan

hutannya dan memberikan manfaat

ekonomi kepada masyarakat, seperti yang

telah dilakukan oleh Asosiasi Periau Danau

Sentarum (APDS) dengan wilayah kelola

seluas 10.000 ha yang memberikan man-

faat ekonomi Rp 1,6 milyar per musim.

Sejak berdiri APDS pada tahun 2006,

hampir tidak ada kebakaran hutan yang

berasal dari wilayah periau. Hanya satu

kali terjadi kebakaran hutan di wilayah

itu, yaitu pada tahun 2010 dimana api

berasal dari luar wilayah periau. Para

anggota periau aktif turut serta dalam

Masyarakat Peduli Api yang dibentuk

pada tahun 2009.

Melalui intervensi proyek ini selama 2

tahun, praktik-praktik hutan terbaik yang

memberikan manfaat ekonomi langsung

kepada masyarakat akan dikembangkan

di tujuh kecamatan lainnya dengan

cakupan luas hutan mencapai 40.000 ha

dengan manfaat ekonomi Rp 9 milyar.

Pembelajaran baik dari proyek ini juga

diharapkan akan memberikan dampak

positif kepada pola-pola pengelolaan

hutan di Kabupaten Kapuas Hulu yang

juga merupakan kawasan Heart of Borneo

(HoB), oleh karena madu juga sebagai

hasil terpenting dari ekosistem hutan

alam yang diharapkan masyarakat di

sekitar hutan sebagai salah satu sumber

penghasilan utama mereka.

Kegiatan serupa juga telah dilakukan

oleh AOI dan anggota-anggotanya di

kawasan Taman Nasional Danau Sen-

tarum/ TNDS seperti Riak Bumi, PRCF,

KABAN hingga terlahirlah Asosiasi Periau

Danau Sentarum/APDS (asosiasi kelom-

pok tradisional petani madu). Program

“Pengembangan Madu Hutan Organis

Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan

Kelestarian Hutan Tropis Kalimantan di

Taman Nasional Danau Sentarum dan

di Pesisir Sungai Kapuas di Kapuas Hulu”

yang akan berlangsung 2 tahun ke depan

rencananya adalah aplikasi dari Pilot Project

AOI tersebut yang akan diaplikasikan di

beberapa kawasan yang berbeda.

Berkat panen madu lestari dalam men-

jaga hutan, petani-petani madu hutan di

Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS)

Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang

bergabung dalam Asosiasi Periau Danau

Sentarum (APDS) mendapatkan Sertifi-

kat Sistem Pangan Organik untuk madu

hutan dari BIOCert. Sertifikat tersebut

diserah terimakan secara simbolik oleh

Menteri Kehutanan Republik Indonesia,

MS Kaban kepada perwakilan APDS pada

tanggal 16 Juli 2007 bersamaan dengan

Rakor Teknis Ditjen Perlindungan Hutan

dan Konservasi Alam di Safari Garden

Hotel, Cisarua, Bogor.

APDS melakukan pengumpulan madu

hutan secara lestari di areal seluas

7.378,4 ha dalam kawasan TNDS yang

memiliki luas keseluruhan 132.000 ha.

Dengan menggunakan mekanisme

pengawasan mutu kelompok (internal

control system=ICS), APDS memastikan

bahwa madu hutan yang dikumpulkan

memenuhi persyaratan sertifikasi BIOCert,

SNI 01-6729-2002 dan mutu produk

madu. Pemberian sertifikat organik bagi

produk madu hutan merupakan yang

pertama di Indonesia dan yang kedua

bagi sertifikat organik yang dimiliki

kelompok tani.

20 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)20 Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)

n Serah terima setifikat dari pemerintah RI ke APDS

n Tikung

nPr

oses

Tiri

s

Foto

: Dok

. APD

S

Foto: D

ok. APDS

Panen Madu LestariPengumpulan madu hutan secara lestari

ini dilakukan dengan cara membuat

tikung (dahan buatan dari pohon kayu Tembesu yang sudah mati). Tikung terse-but diletakkan di pohon-pohon sebagai sarang lebah hutan (Apis dorsata). Lebah akan mencari makan saat pohon-pohon di TNDS berbunga dan akan membuat sarang di tikung-tikung tersebut. Saat pemanenan, hanya kepala madu saja yang diambil, sementara anak madu dimana anak lebah berada dibiarkan sehingga populasi lebah tetap terjaga. Madu diambil dari sarangnya dengan cara diiris, diteteskan lalu disaring. Selu-ruh proses dilakukan secara higienis.

Lebah hutan amat sensitif dengan kondisi lingkungan semisal kebakaran hutan dan banjir. Kedua hal ini akan mengakibatkan produksi lebah tergang-gu. Seperti di tahun 1997 saat terjadi kebakaran hutan di TNDS yang menye-babkan migrasinya lebah-lebah hutan ke kawasan lainnya. Begitu juga di tahun 2005 saat terjadi banjir di TNDS, yang berasal dari sungai Leboyan, sehingga menenggelamkan sarang-sarang lebah di kawasan tersebut. Karenanya program

Madu Hutan Organik ini selain untuk mendukung pe- ningkatan pendapatan masyarakat juga sekaligus berkontribusi bagi konservasi di kawasan TNDS dan Sungai Leboyan yang menjadi penghubung antara TNDS dan TNBK (Taman Nasional Betung Kerihun). Madu hutan dikumpulkan masyarakat di musim penghujan, saat pohon-pohon di kawasan TNDS berbunga. Pada waktu itu pendapatan masyarakat dari ikan rendah. Sementara di musim kemarau, mereka memperoleh pendapatan dari ikan. Tujuh puluh persen ikan air tawar di Kalimantan Barat berasal dari kawasan Danau Sentarum.

Untuk itu, APDS mewajibkan anggota-nya untuk menjaga kawasan periau (kelompok tradisional petani madu) dari pembakaran dan penebangan pohon. Selain itu, APDS juga melarang anggotanya untuk melakukan kegiatan penubaan dan penggunaan agro kimia (input-input kimia pertanian) untuk menangkap ikan dan kegiatan pertanian yang dapat mencemari danau.

Sertifikasi organik ini juga membantu meningkatkan harga madu hutan di tingkat petani. Madu hutan sebelum sertifikasi dihargai sekitar Rp.18 - 20 ribu/kg, sementara harga madu hutan organik adalah Rp.25 ribu/kg. Sedangkan di tingkat APDS sendiri, harga madu hutan sebesar Rp.28 ribu/kg. Program sertifikasi ini berjalan atas kerjasama Aliansi Organis Indonesia, Riak Bumi, dan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) serta dibantu oleh Balai TNDS (dulu Balai KSDA) dan WWF Putussibau Indonesia. (Sumber: Dokumen AOI & APDS)

Profil

20 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

n Petani madu organik bersiap-siap panen madu

Foto

: Dok

. APD

S

21Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

n Petani istirahat di saung di pinggir lahan organik

Foto: Dok. Saung O

rganik

Hidup tenang di alam yang asri dan nyaman adalah

dambaan setiap insan manusia. Selain memberi

ketenangan, alam yang asri dan nyaman juga bisa

memberi inspirasi untuk bisa menghasilkan karya

kreatif dan bernilai ekonomis. Menjaga alam tetap asri dan

nyaman di tengah produktivitas masyarakat juga sangat diper-

lukan. Tanpa ada kepedulian akan alam yang asri secara lestari

dalam aktivitas dan produksi, tak mungkin alam yang asri dan

lestari tetap terjaga.

Kesadaran akan pentingnya menjaga alam tetap asri dan

lestari inilah yang menggerakkan para petani di seputar

Desa Pasirwaru, Kecamatan Bl. Limbangan, Garut, Jawa Barat

bersatu dalam wadah Saung Organik untuk mengembangkan

pertanian organik yang berkelanjutan dalam produksi usaha

taninya. Sejak tahun 2011, Saung Organik menaungi

anggotanya sebanyak 9 orang dalam satu kelompok. Petani

anggota Saung Organik memiliki lahan yang berdekatan baik

dalam satu hamparan maupun tidak.

Usaha tani merupakan suatu jalinan kompleks yang terdiri

dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input

lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh

seorang petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya.

Usaha tani sebagai suatu sistem agar dapat berkelanjutan

harus dikelola secara bijaksana berdasarkan kemampuan ling-

kungan fisik, biologis dan sosio-ekonomi serta sesuai dengan

tujuan, kemampuan dan sumber daya yang dimiliki petani se-

hingga tidak mengakibatkan penurunan daya dukung sumber

daya alam dalam jangka panjang (Simantri, 2014).

21Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

22 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)22

Agribisnis

Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)

n Info organik di kelompok petani Saung Organik

Foto: Dok. Saung Organik

Dalam pertanian berkelanjutan, suatu sistem usaha tani harus menghasilkan suatu tingkat produksi yang memenuhi kebutuhan material (produktivitas) dan kebutuhan sosial (identitas) petani dalam batas-batas keamanan tertentu dan tanpa penurunan sumber daya alam dalam jangka panjang. Karena tujuan keamanan, kesinambungan dan identitas biasanya bersaing dengan tingkat produktivitas yang sifatnya segera.

Sementara itu, konservasi merupakan faktor yang penting dalam sistem usaha tani berwawasan lingkungan. Konservasi sumber daya terbarukan berarti sumber daya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan. Pertanian ramah lingkungan dengan menerapkan per-tanian organik merupakan upaya untuk memfungsikan sumber daya secara berkelanjutan.

Beberapa prinsip dasar yang harus diper-hatikan dalam menjaga keberlanjutan produksi yang ramah lingkungan adalah : 1) pemanfaatan sumber daya alam untuk pengembangan agribisnis (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam; 2) proses produksi atau kegiatan usaha tani yang dilakukan secara ramah lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat; 3) penanganan

pasca panen dan pengolahan hasil, distri-busi dan pemasaran serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah); 4) produk yang dihasilkan harus me-nguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman dikonsumsi.

Memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertanian organik yang mengedepankan : kesehatan, ekologi, keadilan dan per-lindungan sebagaimana disebut di atas, tampak dengan jelas bahwa pertanian organik sangat sesuai dengan prinsip dan konsep pertanian berkelanjutan yang berupaya mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan secara maksi-mal proses-proses alami, dimana sebagian dari produksi dipasarkan, maka dicari peluang untuk memperoleh kembali un-sur hara yang hilang dari sistem usahatani ke pasar. Tujuan dari pertanian organik juga sangat sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian dalam upaya menciptakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan (sustainable agricul-ture) dimana aspek lingkungan menjadi salah satu titik perhatian utama guna ter-ciptanya keseimbangan ekosistem lahan

pertanian disamping aspek peningkatan produksi. Dengan kondisi tersebut maka pertanian organik dapat dikatakan sebagai suatu sistem pertanian berkelanjutan dimana dalam proses produksinya selalu menekankan pelestarian dan konservasi sumber daya alam, proses produksi secara alami sehingga tetap produktif dalam jangka panjang.

Organik Tingkatkan Ekonomi Keluarga Petani

Selain mampu melestarikan sumber daya alam, menurut Temy Ponisa dari Saung Organik, petani yang tergabung di Saung Organik juga meyakini bahwa pengem-bangan pertanian organik mampu meningkatkan perekonomian keluarga petani. Berdasarkan penelitian manage-ment IPB di Saung Organik ternyata perbandingan penemuan dan biaya terhadap nilai ekuivalen, berdasarkan perhitungan R/C rata terhadap komo-diti sayuran yang diproduksi kelompok bayam, kangkung, caysim, cabai, tomat, selada, ginseng, timun dan terong organik nilainya lebih dari satu (1). Ini

23Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Agribisnis

menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani sayuran organik layak untuk dilaksanakan dan mampu meningkat-kan perekonomian keluarga petani dan masyarakat petani.

Pada 2013, Saung Organik makin berkembang dan memiliki perusahaan dagang untuk usaha saprodi dan hasil buminya. Akhirnya Saung Organik bisa mendapat sertifikasi organik dari lem-baga sertifikasi terakreditasi di tahun ini juga.

Di lahan sekitar 1 hektar, Saung Organik mengembangkan sayur organik dengan menggunakan polibag untuk beberapa komoditas sesuai dengan kondisi tana-man, serta menggunakan paranet untuk kestabilan cuaca dan menghindari hama karena tidak menggunakan pestisida nabati dan agen hayati untuk penang-gulangan hama. Media tanam polibag sangat menguntungkan. Selain mudah, murah dan bisa terukur tanaman yang diproduksinya, juga mudah menge-lolanya dan tahan di musim kering. Jenis-jenis sayuran seperti sosin, pakcoy, selada, bayam. Dalam sebulan lebih (+ 40 hari masa tanam sayur) dari hasil panen, Saung Organik bisa mendapat nilai keuntungan sekitar rata-rata 10 juta rupiah. Biasanya hasil panen dipasarkan ke pasar lokal, masyarakat, pedagang mie ayam dan pemesan langsung.

”Prospek ekonomis untuk pengembangan sayuran organik sangat menjanjikan baik dari kesehatan maupun perekonomian dalam bidang bertani organik, bahkan dilihat dari segi modal ringan, ramah lingkungan, juga punya harga yang lebih daripada non organik,” ungkap Temy. “ Harga sayur organik bisa sampai 3 – 10 kali lipat sesuai perkembangan harga di pasaran, dalam hal ini tentu perlu pengembangan pertanian organik

“Prospek ekonomis untuk pengembangan sayuran organik sangat menjanjikan baik dari kesehatan maupun perekonomian dalam bidang bertani organik, bahkan dilihat dari segi modal ringan, ramah

lingkungan, juga punya harga yang lebih daripada non organik,” ungkap Temy.

n Sayur di polibag

Foto

: Dok

. Sau

ng O

rgan

ik

khususnya di Indonesian untuk meng-hadapi perdagangan global menuju Go Organic,” lanjutnya.

Dari modal awal petani Saung Organik, mulai budidaya sayur organik dengan luas lahan 1 ha untuk kebutuhan usaha produksi sampai panen, tekah meng-hasilkan pendapatan 3 kali lipat dari modal awal. Sampai sekarang terus me-ningkat dengan adanya keterlibatan KWT ( Kelompok Wanita Tani ) Desa Pasirwaru melalui program pemamfaatan lahan pekarangan dengan membudidayakan sayuran, selain untuk konsumsi juga untuk dijual.

Dengan mengembangkan pertanian organik terpadu dengan peternakan domba dan kelinci, petani Saung Organik juga bisa mendapatkan keuntungan selain dari hasil panen sayur-sayuran organik. Hewan atau ternak memiliki beragam fungsi dalam sistem usaha tani, yaitu memberikan berbagai produk seperti daging, susu, telur, wol, dan kulit. Selain itu, hewan juga memiliki fungsi sosiokultural, misalnya sebagai mas kawin, untuk pesta upacara dan sebagai

hadiah atau pinjaman yang memperkuat ikatan sosial. Dalam kondisi input luar rendah, integrasi ternak ke dalam sistem pertanian sangat penting, khususnya untuk: meningkatkan jaminan subsistens dengan memperbanyak jenis-jenis usaha untuk menghasilkan pangan bagi keluarga petani dan memindahkan unsur hara dan energi antara hewan dan tanaman melalui pupuk kandang dan pakan dari daerah pertanian dan melalui pemanfaatan hewan penarik. (*)

23Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

24 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Agribisnis

24 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

n Tanam di polibag

Foto

: Dok

. Sau

ng O

rgan

ik

Berikut ini cara-cara membuat media tanam polybag atau pot. Dengan menggunakan bahan baku yang telah diterangkan di

atas. Untuk membuat media tanam yang baik diperlukan unsur tanah, bahan pengi-kat atau penyimpan air dan penyedia unsur hara. Bahan baku yang akan digu-nakan dalam tutorial berikut adalah tanah top soil, kompos dan arang sekam. Berikut langkah-langkahnya (www.alamtani.com):• Siapkantanahyangterlihatgembur

dan subur, lebih baik diambil dari ba-gian paling atas. Kemudian ayak tanah tersebut hingga menjadi butiran-butiran halus. Usahakan tanah dalam

keadaan kering sehingga

tidak menggumpal. Tanah yang meng-

gumpal akan menye-babkan bahan-bahan

tidak tercampur dengan merata.•Siapkankomposyangtelah

matang, bisa dari jenis kompos biasa, bokashi atau kompos

takakura. Ayak kompos atau humus tersebut sehingga menjadi

butiran halus.• Siapkanarangsekam,silahkanbaca

cara membuat arang sekam.• Campurkantanah,kompos,danarang

sekam dalam sebuah wadah. Kompo-sisi campuran adalah 2 bagian tanah, 1 bagian kompos dan 1 bagian arang sekam (2:1:1). Aduk hingga merata.

• Siapkanpotataupolybag,masuk-kan campuran tersebut kedalamnya. Media tanam sudah siap digunakan.

Manfaat Menanam dengan Polibag

Menanam sayuran dalam polybag mem-punyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Mengurangi biaya pengolahan tanah

Dengan memakai polybag, maka tidak perlu lagi mengolah tanah yang akan ditanami. Cukup mencampur tanah kebun dengan kompos atau pupuk kandang dan pasir dengan per-

bandingan 1:1:1 dan diisikan ke dalam polybag. Polybag diatur agar nantinya bisa berdiri tegak. Sebelum diisi

dengan tanah, polybag perlu dilubangi dulu dengan pelubang

kertas untuk mengalirkan air yang berlebihan. Polybag diisi dengan tanah sampai kira-kira 5 cm di bawah permukaan polybag.

2. Lebih murah Penggunaan polybag jauh lebih mu-

rah dibanding dengan pot.

3. Gampang dipindah Sayuran yang ditanam dalam polybag

mudah kita pindah ke tempat yang kita kehendaki. Kalau ada serangan hama atau penyakit yang ganas, tanaman bisa diselamatkan ke tempat yang lebih aman.(*)

25Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Kemajuan jaman telah menimbulkan perubahan bagi masyarakat di seluruh penjuru dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang terma-suk Indonesia. Perubahann gaya hidup dari yang

sederhana atau santai menjadi lebih cepat atau instan me-nyebabkan banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi masa kini. Kesibukan para pekerja kantor juga mengarahkan-nya tetap duduk di belakang meja dan menghadapi tugas-tugas yang padat. Seringkali mereka mengabaikan gaya hidup dalam hal konsumsi.

Pemikiran yang semua serba instan ini menyebabkan banyak orang melirik ke makanan fastfood atau junkfood untuk kon-sumsi. Perubahan pola makan pada makanan fastfood atau junkfood ini bisa memicu timbulnya berbagai penyakit dege-

neratif di usia muda dan sangat merugikan generasi penerus bangsa. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (Deabetes militus), jantung koroner, stroke dan kegemukan (obesitas). Saat ini banyak kalangan usia muda mengalami penyakit degeneratif ini karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat (Dr. Lanny Dewi, SpGK; http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com, 2014).

Pola makan yang tidak sehat membuat tubuh rentan berbagai penyakit. Sebaliknya pola makan yang sehat akan menjadikan tubuh yang sehat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pola makan yang sehat diantaranya jumlah makanan yang seimbang antara yang masuk dan energi yang dikeluar-

nAneka produk organik

Foto: Dok. AOI

25Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

26 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)26 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

kan, jenis makanan dan jadwal makan. Jenis makanan yang kita konsumsi hendaknya mempunyai proporsi yang seimbang antara karbohidrat, protein dan lemak. Jadwal makan yang ideal dalam pola makan adalah 5-6 kali makan sehari yaitu sarapan, snack, makan siang, snack sore, makan malam dan bila perlu ditambah snack malam.

Sementara itu menurut dr. Rini Dama-yanti, Konsultan gizi dan iridologi (Organis Edisi 27, 2012), ada 7 hukum makanan sebagai pegangan untuk dapat menghindari malnutrisi, yaitu: makanan harus utuh, murni dan alami; makanan harus proporsional; sebaiknya 60% bahan makanan dapat dikonsumsi secara mentah / segar; makanan dapat memenuhi 20% asam dan 80% basa, kombinasi makanan harian agar dapat memenuhi hukum ke-4 adalah:1 macam karbohidrat, 1 macam protein hewani, 6 macam sayuran, 2 macam buah-buahan; makanan hendaknya bervariasi dari hari ke hari; benar dan tepat dalam memilih, menyimpan dan mengolah bahan makanan.

Makanan sehat dan alami yang dapat membuat kita sehat dan dapat menjadi obat bagi tubuh kita menurut dr. Rini Damayanti adalah bahan makanan yang terbebas dari pencemaran ( polluted free food ) yang hanya dapat kita peroleh dari suatu sistem pertanian organik yaitu suatu sistem pertanian yang menghasil-kan bahan makanan sehat, bebas dari pencemaran dan terbebas dari input luar

terutama yang bersifat kimiawi, ramah lingkungan dan berkesinambungan.

BOF 4 pada 2014 di Bogor Jawa Barat ini hadir kembali dalam suasana pen-canangan Tahun 2014 sebagai Tahun Pertanian Keluarga oleh FAO. Melihat pentingnya pola makan dan makanan yang sehat bagi tubuh dan kelangsungan generasi muda, BOF akan menggaung-kan ke publik akan pentingnya Pertanian Keluarga untuk menghasilkan pangan organik dan lokal yang sehat, baik untuk masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.

Dengan mengusung tema ini, AOI bekerjasama dengan Aliansi Petani Indonesia, anggota AOI dan para pihak baik pemerintah, akademisi maupun swasta ingin menyampaikan pada publik (masyarakat) akan pentingnya pola hidup dan makanan sehat untuk tubuh serta proses produksinya hingga sampai di meja makan. Masyarakat terutama generasi muda kiranya bisa memikirkan kembali pola hidupnya, bagaimana cara makan dan bahan makanan yang dikonsumsinya. Apakah makanan itu organik, lokal dan sehat? Apakah proses produksinya memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan keluarga petani dan sebaginya?

Di tengah perkembangan jaman yang serba cepat ini, masyarakat harus tetap mengutamakan pentingnya pola hidup dan makan yang sehat. Setidaknya beralihlah kembali dari makanan

fastfood atau junkfood menjadi makanan lokal dan organik yang dimasak secara tradisional atau slowfood. Orang-orang terdahulu atau nenek moyang kita telah membuktikan, mereka hidup dengan sehat meski usia telah lanjut. Berbeda saat ini dimana anak-anak muda telah mengalami berbagai penyakit degene-ratif itu. Salah satu penyebabnya adalah pola makan dan apa yang dimakan. Dengan mengonsumsi pangan organik dan lokal juga diharapkan bisa mening-katkan kesejahteraan keluarga petani.

Pangan Lokal dan Organik Lebih SehatMenurut dr. Rini Damayanti, hasil pene-litian Dr. Virginia Worthington, seorang ahli gizi dari Amerika Serikat yang di-publikasikan dalam Alternative Therapies (Vol.4, 1998) melalui studinya dengan membandingkan kandungan nutrisi lebih dari 300 produk yang dihasilkan secara organik mengandung vitamin C, besi (Fe), Magnesium (Mg) dan Phosphat (P) lebih tinggi daripada yang diproduksi secara konvensional. Pendapat tersebut diperkuat oleh Pitcher & Hall (1999) yang mengatakan bahwa bobot kering produk-produk organik mengandung vitamin C, kalium dan beta karoten lebih tinggi daripada produk konvensional.Selain itu produk organik yang bebas bahan-bahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia juga terbebas dari bahaya penyebab penyakit degenera-tif. Bahan-bahan agrokimia ini sangat berbahaya bagi kesehatan yang dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui kontak langsung pada kulit, pernafasan, melalui saluran pencernaan baik tertelan langsung ataupun berupa residu dalam bahan makanan kita yang berasal dari pertanian maupun peternakan. Bahaya pestisida telah terdeteksi merusak sistem saraf pusat kita dan bersifat carcinogenic (memacu keganasan).

Daging organik juga harus menjadi pilihan makanan, sebagai hewan yang tumbuh dengan cara organik atau tidak disuntik dengan hormon pertumbuhan atau steroid, proses tubuh untuk tumbuh akan lebih cepat. Ketika kita makan he-wan yang telah disuntik dengan hormon, hal itu akan memengaruhi tubuh dan n Situasi lahan pertanian sayur organik Foto: Dok. AOI

27Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014) 27Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

menyebabkan perubahan dalam tubuh kita. Tetapi bila Anda mengonsumsi daging tanpa suntikan hormon, Anda tak perlu khawatir mengenai hormon atau steroid (health.okezone.com, 2013). Tak hanya pestisida dan pupuk yang ber-bahaya, pertanian organik juga membu-tuhkan perawatan tanah dan tak boleh memakainya berlebihan. Perawatan tanah harus diberikan kepada tanah dimana buah-buahan dan sayuran sudah banyak berbuah. Memberikan cukup waktu agar tanah pada kondisi normal, merupakan bagian penting dari perta-nian organik. Upaya pertanian organik ini juga mengurangi polusi air tanah karena tak ada pestisida yang digunakan.

Dengan mengonsumsi pangan lokal dan organik juga bisa mengurangi energi dalam proses produksi dan transportasi. Hal ini bisa membantu mengurangi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim yang semakin meningkat saat ini. Pangan lokal dan organik merupakan jenis-jenis pangan dari tanaman asli sekitar kita. Jenis-jenis ini seperti ketela pohon, garut (arairut), sukun, jagung, sagu, kentang, ubi jalar, talas, beragam sayur-sayuran seperti terung, cabai, tomat, bawang, mentimun, oyong, paria, waluh, labu, kacang panjang, bayam, kangkung, jagung semi, aneka buah seperti semangka, pepaya, jambu air,

jambu biji, jambu merah, apel dan jeruk lokal, dan sebagianya.

Di zaman modern seperti sekarang, tidak mudah bagi kita untuk bebas sama sekali dari efek-efek yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi atau terkena penyakit karena makanan. Banyak fak-tor yang dapat menurunkan kualitas penyerapan gizi antara lain polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sem-buh dari sakit yang lama, pasca operasi besar, menjalani diet keras, lesu kronis, kecanduan rokok, minuman keras dan narkotika, wanita hamil dan menyusui, wanita yang mulai menopouse, pengikut vegetarian ketat dan mereka yang mengalami gangguan metabolisme.

menyuguhkan hiburan-hiburan tradisional dan musik-musik modern.

Yang unik di acara ini adanya wahana napak tilas makan. Wahana ini mengajak pengunjung untuk mengenal asal dan proses makanan hingga sampai di meja kita. Wahana ini bisa menciptakan pengalaman makan yang berbeda dimana setiap tahapan prosesnya bisa menjadi pengalaman berharga bagi kita yang memakannya.

Pengunjung akan menapaki setiap tahapan bagaimana makanan itu bisa tersaji di depan kita. Seperti pemilihan bahan baku yang baik, sehat, bermutu dan berasal dari lokal. Kemudian me-

n Kegiatan pasca panen sayur organik

Foto: Dok. AOI

n Suasana Bogor Organic Fair 2013Fo

to: D

ok. A

OI

mastikan bahwa bahan tersebut bersih dari produksi tanpa menggunakan residu kimia. Melalui wahana ini juga bisa memastikan konsumen tidak terbebani dengan harga yang diberikan, namun tetap adil bagi petani produsen karena di balik harga itu ada keberlangsungan hidup keluarga petani.

Di wahana ini, chef akan memberikan ingredient dari setiap menu. Kemudian peserta akan mencari ingredient tersebut dalam pameran lalu menyerahkan ke chef untuk memasaknya. Terakhir, peserta bisa menyantap makanan bersama-sama lainya.(*)

Ada Apa di BOF 4 Yang Akan Datang?Melalui berbagai acara dan wahana yang ditampilkan, BOF keempat di 2014 ini ingin mengajak masyarakat luas me-ngenal dan kembali pada pola hidup dan mengonsumsi pangan organik yang se-hat serta memperkuat kembali pertanian keluarga. Beberapa acara dan wahana BOF 2014 ini diantaranya seminar tentang pertanian keluarga, wahana napak tilas makan, wahana bermain anak-anak, stand produk-produk organik, stand makanan lokal, organik dan sehat olahan, lomba menggambar dan mewarnai. Untuk lebih meriah BOF 2014 juga akan

28 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Indonesia memiliki jenis tanaman herbal terbanyak kedua setelah Brasil. Tanaman di Benua Asia, termasuk Indone-sia, memiliki kualitas yang baik sebagai bahan kosmetik alami untuk perawatan kulit dan rambut. Kosmetik alami

adalah kosmetik yang terbuat dari ekstrak tumbuh-tumbu-han dan bahan alami serta hanya mengandung sedikit bahan kimia. Kosmetik alami memberikan dampak yang lebih baik untuk penggunaan jangka panjang dan tidak akan merusak tubuh seperti kosmetik berbahan kimia sintetik yang me-ngandung banyak racun. Menggunakan produk perawatan alami adalah hal yang sangat dianjurkan.

Berikut ini beberapa bahan alami yang bermanfaat sebagai bahan kosmetik untuk merawat kulit dan ada di sekitar tem-pat tinggal kita. Selain harganya murah cara penggunaannya pun sangat mudah, dan pasti semuanya bisa melakukannya.

1. Bubuk Kopi Bubuk Kopi ternyata sangat bagus untuk kulit, pasti Anda tidak menyadarinya bukan? Tahukah Anda ternyata bahan aktif produk krim anti selulit adalah Kafein. Dan kafein itu bisa didapat dari bubuk kopi, tentu saja Anda harus memilih bubuk kopi yang kasar.

Caranya simpan beberapa sendok bubuk kopi dan kemudian tambahkan dengan beberapa sendok teh minyak zaitun. Nah, kalau sudah ketika akan mandi pijat kulit yang terdapat selulit dengan ramuan kopi tadi. Sebenarnya tak hanya yang ada selulitnya saja, semua bagian kulit diperbolehkan karena ramuan kopi dan minyak zaitun ini bisa menghaluskan kulit dan kandungan kafeinnya mampu melancarkan sirkulasi darah.

2. Minyak KelapaMinyak kelapa adalah pelembab alami yang sempurna, banyak yang bisa kita manfaatkan dari minyak kelapa.• Untukbodylotion• Pelembabbibir• Untukmencegahstretchmarkpadaibuhamil• Sebagailotionsebelumbercukur

Cara penggunaannya adalah tuangkan sedikit minyak kelapa di telapak tangan, kemudian gosok perlahan hingga hangat dan lembut baru kemudian dioleskan ke bagian kulit atau bibir. Untuk ibu hamil agar tidak terjadi stretch mark oleskan minyak kelapa di perut di awal kehamilan.

Tapi perlu diingat jika kulit Anda termasuk berminyak sebaiknya hindari penggunaan minyak kelapa, karena justru menyumbat pori-pori.

nNatural-Beauty-SkinFoto: Dok. Lifestyle-liputan6.com

Bijak di Rumah

28 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

29Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Bijak di Rumah

29Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

3. Minyak Zaitun

Jika kulit anda termasuk sensitif Anda bisa menggunakan minyak zaitun sebagai pengganti pembersih make up terutama yang dibawah mata. Tapi hindari jangan sampai terkena mata.

Untuk menggunakannya bisa secara langsung ke kulit baru kemudian dihapus menggunakan kain lembab, atau bisa juga menaruhnya di kapas baru dioles-kan ke kulit.

4. Alpukat

Sebagai Pelembab

Buah alpukat dapat digunakan sebagai pelembab dan melembutkan kulit yang kering. Minyak alpukat juga sering digu-nakan pada bibir untuk mencegah pecah-pecah. Hal ini dikarenakan kandungan yang terdapat pada alpukat sangat mudah diserap oleh tubuh.

Caranya, ambillah satu buah alpukat yang belum terlalu matang, kemudian lumat isinya, lalu tambahkan susu sapi asli. Aduklah hingga rata. Kemudian gunakan sebagai pelembab pada area-area kulit kering anda. Biarkan selama 15-20 menit, kemudian bilas dengan air hangat.

5. Ketimun

Masker RambutRambut Anda terlihat kusam dan kering? Tenang, Anda bisa melembapkannya kem-bali dengan bantuan alpukat. Haluskan alpukat dan pakailah sebagai masker rambut. Diamkan sejenak dan bilas hingga bersih.

Masker WajahAlpukat dapat memberi keajaiban bagi kulit Anda. Caranya dengan meman-faatkannya sebagai masker wajah alami. Haluskan satu alpukat dan tambahkan 1 putih telur, 2 sdm oatmeal, serta 1 sdt air jeruk nipis. Sapukan masker ke seluruh bagian wajah dan biarkan selama 15-20 menit. Lalu bilas dengan air hangat. Un-tuk mendapatkan hasil maksimal, lakukan perawatan ini dua kali dalam seminggu.

Menghaluskan KulitBuah alpukat juga mengandung cukup banyak vitamin E yang bermanfaat bagi kecantikan kulit. Caranya: Campurkan 1/4 bagian dari alpukat dengan 1 butir putih telur, 2 sendok makan outmeal, dan satu sendok makan lemon joice. Campur-kan lalu ratakan pada tangan. Diamkan selama 20 menit, kemudian bersihkan dengan air hangat dan keringkan.

Ketimun adalah jenis sayuran yang mudah ditemukan di pasar. Manfaat ketimun sangat banyak terutama untuk kecantikan dan kesehatan kulit, antara lain menyehatkan kulit, mempercepat proses regenerasi sel-sel kulit, mengang-kat sel-sel yang telah mati, dan sebagai pembersih kulit.

Manfaat ketimun untuk melembabkan kulit wajah dapat dilakukan dengan menempelkan irisan ketimun di kulit wajah. Selain dapat melembutkan kulit juga bisa mencegah terjadinya keriput sehingga kulit wajah tampak lebih awet muda. Inilah fungsi ketimun sebagai penyegar kulit yang alami. Pakailah ketimun di kulit Anda maka Anda bisa mendapatkan kulit yang terhindar dari kekeringan, bebas dari jerawat, komedo, serta mencegah penuaan dini.

Ketimun juga dapat dibuat masker alami atau masker wajah. Untuk membuat masker wajah dari ketimun, caranya dengan mengupas kulit ketimun, iris ketimunnya lalu diblender. Setelah itu tempelkan dan ratakan di wajah, biarkan hingga mengering. Cara lain adalah dengan menempelkan dan menggosok-kan irisan-irisan ketimun pada wajah.

6. KentangKentang dapat membuat kulit cantik dengan memanfaatkan sebagai masker. Hancurkan kentang atau iris tipis-tipis kemudian maskerkan di wajah. Cara ini efektif untuk menghapus noda-noda hitam akibat penuaan dini dan noda bekas jerawat.Lakukan masker ini setidaknya seminggu sekali untuk hasil yang maksimal.

7. TehUsai menyeduh kantung teh, jangan lang-sung dibuang. Maskerkan pada mata untuk membantu menghilangkan ling-karan hitam serta membuat mata lebih rileks dan tidak sembab lagi.

8. StroberiBuah ini pem-bersih yang sangat efektif sebagai masker. Berisi Vitamin C, antioksidan dan exfoliant. Anda bisa menempatkan stroberi pada wajah dengan hanya dengan menghaluskan sebelumnya, lalu pakai sebagai masker atau kemudian dengan menggosokan ke kulit Anda dengan lembut.

Sebuah masker smoothie stroberi dapat dibuat dengan pencampuran segar stro-beri dan blueberry dengan plain yoghurt dan madu.

9. PisangBuah ini adalah pelembab yang juga baik dan dapat mengesankan kulit segar. Hanya tumbuk pisang dengan sedikit madu dan gosokkan pada wajah Anda. Biarkan selama 10 menit lalu bilas. (Dari berbagai sumber)

30 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Ragam

Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan sangat penting bagi masyarakat. Akses terhadap pangan harus dihargai, dilindungi dan dipenuhi.

Pangan harus cukup jumlah dan mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Hingga saat ini, beras merupakan pangan terpenting di Indo-nesia. Harga beras memberi kontribusi pada ketahanan pangan, kemiskinan, stabilitas makro ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Juga sangat penting secara politis. Konsumen dan petani skala kecil harus dilindungi. Peme-rintah harus meminimalkan defisit pangan pokok strategis ini.

Produksi beras nasional dalam 20 tahun terakhir mengalami peningkatan meski-pun rata-rata di bawah 3%. Pada 2012

produksi beras nasional mencapai 39,1 juta ton dengan konsumsi sekitar 33,4 juta ton

sehingga ada surplus sekitar 5,6 juta ton. Hambatan produksi beras diantaranya beras

diproduksi sebagian besar oleh petani skala kecil. Jumlah rumah tangga petani padi mencapai 15 juta, dimana 75,98%

memiliki kurang dari 0,5% ha sawah. Rata-rata kepemilikan lahan sawah hanya 0,3 ha. Sumber daya (lahan, air, SDM, pupuk, pestisida) semakin terbatas dan semakin mahal. Perlu terobosan teknologi untuk meningkatkan produktivitas beras.

Susut pasca panen relatif besar karena peng-gunaan teknologi pasca panen yang kurang

memadai. Produksi sangat dipengaruhi iklim.

30 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

31Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

Ragam

n Suasana Lokakarya Curah Gagasan SNI Multikualitas di Bogor, 24 Juni 2014

Foto: Dok. AOI

31Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)

penjemuran, kemudahan akses antara petani – pedagang – konsumen) dan harga (menghapus sistem tebasan dan ijon, petani menjual langsung ke Bulog, petani menyimpan gabah, lalu menjual saat harga meningkat (paceklik), ke-mitraan dengan pedagang dan pasar modern, penentuan HPP).

Sejak tahun 1950, Indonesia selalu mengimpor beras hingga sekarang, kecuali tahun 2009 – 2010. Yang di-maksud swasembada adalah jika impor kurang dari 10% dari kebutuhan nasi-onal. Berdasarkan data, Indonesia lebih banyak swasembada. Sampai saat ini kebijakan HPP gabah dan beras bersifat tunggal. Untuk gabah = kadar air dan kadar hampa dan beras = kadar air dan butir patah. Sejak 2002 (Inpres No.9 tahun 2001), pemerintah menetapkan pola yang baru, yaitu keuntungan usaha tani 30% diatas biaya produksi dan harga mesti terjangkau konsumen.

Sementara menurut I Nyoman Supriatna, Kepala Pusat Perumusan Standard BSN, dokumen standar SNI yang berisi spesifi-kasi teknis atau sesuatu yang dibakukan disusun secara konsensus oleh semua pemangku kepentingan. SNI ditetapkan oleh BSN untuk diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia. Keuntungan SNI: produsen akan tahu apa saja persyaratan pasar, sehingga produksi sesuai per-syaratan, konsumen memperoleh kepas-tian kualitas dan keamanan produk, dan publik atau masyarakat terlindungi dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan. (*)

Pemanasan global menyebabkan lebih sering el nino. Dibutuhkan model yang lebih baik untuk memprediksi dampak iklim terhadap produksi beras. Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras adalah peningkatan produktivitas lahan, SDM dan air, perbaikan teknologi pasca panen dengan dukungan kebi-jakan pemerintah dan para pihak seperti pedoman produksi beras.

Melihat pentingnya beras sebagai bahan pangan pokok ini, Aliansi Orga-nis Indonesia (AOI) dan Veco Indonesia mengupayakan adanya pedoman dalam produksi beras yang multikualitas, salah satunya dengan mengadakan Lokakarya Curah Gagasan SNI Multikualitas di Bogor, 24 Juni 2014.

Mengapa Perlu SNI Multikualitas?Saat Lokakarya Curah Gagasan SNI Mul-tikualitas di Bogor ini, DR.Ir.Syahyuti,M.Si, peneliti dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) menjelaskan bahwa HPP Multikualitas penting untuk kesejahteraan petani. HPP Multikualitas penting karena petani belum menerima pendapatan yang adil (HPP belum memadai). Saat ini Bulog umumnya mengambil beras tidak langsung dari petani tetapi melalui mitra (pedagang/koperasi), hanya 7% yang diambil dari petani.

Peran Bulog yang seharusnya dapat membentuk harga di pasar, akhirnya tidak berlaku. Bulog hanya sekedar menyimpan cadangan beras, pembelian dari petani 5-7% dengan harga lebih ren-

dah. Pemerintah tidak menyiapkan Bulog untuk pelaku perdagangan. Permentan sudah membuat panduan multikualitas, tetapi karena Bulog adalah lembaga yang langsung di bawah Presiden, sehingga hanya mengacu pada Perpres, bukan Permentan.

Untuk menerapkan HPP multikualitas ini perlu adanya pedoman. Pedoman saat ini yang sudah ada adalah SNI beras giling tapi berlaku untuk beras konven-sional. Dan beberapa hal tidak sesuai dengan konsep beras sehat seperti beras organik. Sehingga dirasa perlu juga menyusun SNI untuk beras sehat yang multikualitas.

Petani Dapat Harga Bagus“Poin utama HPP multikualitas adalah bagaimana petani memperoleh harga yang bagus, sehingga memiliki pendapa-tan yang bagus,” jelas DR.Ir.Syahyuti,M.Si. “Tujuan penerapan HPP multikuali-tas adalah meningkatkan penerimaan petani, meningkatkan kualitas produk di pasaran yang bermanfaat untuk konsumen, meningkatkan pendapatan penggiling, meningkatkan keuntungan pedagang gabah/beras dan menekan impor beras premium,” lanjutnya.

Menurutnya, mekanisme yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapa-tan petani yaitu di bagian hulu: non harga (kalender tanam, sarana irigasi, benih bermutu, bantuan alsintan, petu-gas penyuluhan) dan harga (subsidi benih, subsidi pupuk). Di tingkat hilir: non harga (petani menggiling beras sendiri sehingga punya nilai tambah,

32 Edisi 35 / Th. 11 (Juli - September 2014)