opini pajak warteg
TRANSCRIPT
![Page 1: opini pajak warteg](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020807/557201164979599169a0bdf1/html5/thumbnails/1.jpg)
5/17/2018 opini pajak warteg - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/opini-pajak-warteg 1/3
Kontroversi Pajak Warteg DKI Jakarta
Noviandri Nurlaili K. (0806348841)
Di tengah keramaian publik mengenai Referendum Yogyakarta,
rehabilitasi pasca bencana, dan beragam isu nasional lainnya, pemerintahProvinsi DKI Jakarta menerbitkan sebuah kebijakan baru yang cukup
kontroversial. Ide dasarnya sangat sederhana yaitu pemungutan pajak
kepada warung tegal (warteg) yang berada di wilayah DKI Jakarta.
Besarannya pun tak berapa besar, hanya 10% saja. Rencananya aturan ini
akan mulai diimplementasikan sejak Januari 2011.
Kebijakan pemerintah provinsi dalam menetapkan aturan ini memang
berlandaskan atas otoritas pemerintah berdasarkan aturan otonomi daerah.
Pemerintah memiliki wewenang untuk menghimpun pajak daerah guna
meningkatkan pendapatan daerah. Kenaikan pendapatan ini diharapkan
dapat berimplikasi pada perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat itu
sendiri. Namun tentu ada beberapa alasan tertentu mengapa kemudian
kebijakan ini disebut-sebut sebagai sebuah kebijakan yang cukup
kontroversial. Keberadaan pihak yang pro dan kontra mewarnai
kontroversial rencana implementasi kebijakan ini.
Kompensasi Ganti Rugi Negara
Bagi pihak yang pro pada kebijakan ini mungkin akan menggunakan
biaya yang timbul akibat pendirian dari warteg sebagai alasan untuk
penarikan pajak tersebut. Seperti yang kita ketahui, pendirian warteg-
warteg di seluruh pelosok Kota DKI Jakarta memberikan eksternalitas, baik
positif maupun negatif. Eksternalitas negatif yang mungkin dihasilkan
adalah sampah yang dapat dipastikan tersisa di lokasi bekas warteg
tersebut didirikan. Selain itu, pengelolaan limbah makanan dari warteg
umumnya sangat sederhana sehingga tidak dipisahkan dan akan semakin
memperkeruh permasalahan sampah di DKI Jakarta.
Biaya ini juga timbul akibat lahan jalan atau lahan publik lainnya yangkemudian digunakan untuk pendirian warteg tersebut. Seperti yang kita
ketahui, kebanyakan warteg yang biasa kita temui di pinggiran jalan hanya
sembarang mendirikan badan bangunan dan bisa mencatut listrik dengan
menarik kabel dari saluran utama listrik. Maka penarikan 10% pajak
terhadap warteg ini tentu tidak akan signifikan terhadap biaya yang selama
ini negara tanggung dengan keberadaan warteg-warteg tersebut.
Inefisiensi dalam Ekonomi
Mari kita melihat sisi kontra dari kebijakan ini. Keberadaan pajak ini justru akan memperbesar celah inefisiensi dalam ekonomi. Pertama,
![Page 2: opini pajak warteg](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020807/557201164979599169a0bdf1/html5/thumbnails/2.jpg)
5/17/2018 opini pajak warteg - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/opini-pajak-warteg 2/3
dengan keberadaan warteg di DKI Jakarta saat ini yang jumlahnya sangat
banyak dan tidak terdaftar secara resmi, proses Listing perusahaan ke
badan pajak akan memakan waktu dan biaya yang sangat besar. Belum
lagi biaya yang timbul dari permasalahan administrasi yang harus dihadapi
oleh pemilik warteg saat hendak mendaftarkan NPWP untuk wartegnya.Mengingat kebanyakan dari pengelola warteg di DKI adalah mereka yang
tidak menempuh pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi, dapat
dipastikan mereka akan mengalami masalah dalam proses pendaftaran
NPWP maupun badan usahanya untuk dikenai pajak.
Kedua, keberadaan pajak tergadap warteg ini sebenarnya justru
memperbesar celah terjadi praktek basah dalam tubuh perpajakan
Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya akan banyak petugas
yang dikerahkan dalam penghimpunan pajak yang bisa jadi tidak masuk ke
kantung negara. Ibarat petugas parkir yang bisa saja menyimpan uangparkir untuk pribadi karena tidak ada resi yang resmi, saat warteg yang
belum terdaftar secara resmi di Dirjen Perpajakan Indonesia dikenakan
pajak 10%, yang akan terjadi adalah penimbunan kekayaan pribadi bagi
petugas pajak.
Ketiga, kesulitan dalam penetapan besaran pajak yang harus
dibayarkan. Hal ini adalah faktor yang paling mungkin terjadi mengingat
bentuk badan usaha warteg tidak memiliki catatan administrasi keuangan
yang baik. Kebanyakan pengelola warteg hanya mencatat aliran uangnya
dalam metode sederhana, dalam bentuk pensil dan kertas buram. Hal ini
memungkinkan adanya usaha menghindar dari pajak atau penggelapan
pajak itu sendiri. Sekali lagi, ini hanya akan memperbesar ladang praktek
basah di tubuh perpajakan Indonesia.
Maka sekali lagi tampaknya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus
banyak menimbang ulang implementasi dari kebijakan ini. Pajak sebagai
sebuah bentuk partisipasi masyarakat terhadap pemerintah akan sangat
mempengaruhi citra pemerintah di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan
meskipun masyarakat tidak akan mendapat bentuk kompensasi langsung,tentunya mereka berharap akan adanya perbaikan fasilitas dan prasarana
publik. Tentu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak ingin kehilangan
kepercayaan masyarakatnya, seperti yang terjadi saat kasus Gayus terjadi,
kan?
![Page 3: opini pajak warteg](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020807/557201164979599169a0bdf1/html5/thumbnails/3.jpg)
5/17/2018 opini pajak warteg - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/opini-pajak-warteg 3/3