opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/69046-buku...tidak hanya itu,...
TRANSCRIPT
Indonesia
Dalam Berbagai Perspektif
Dr. Bambang Wahyudi, M.Si. M.M.
Indonesia
Dalam Berbagai Perspektif
Copyright @2018
Cetakan pertama: 8 Oktober 2018
Penulis: Dr. Bambang Wahyudi, M.Si. M.M.
Editor : Maymay Maysarah, M.Han.
Layout : Vindi Fitriana, S.Sos.
Cover : Gitakara
Tebal Buku: ii+190 halaman
Diterbitkan oleh:
Vigi Bless Publisher
Jalan Perintis Kemerdekaan No. 09 RT. 04/05, Purwokerto 53141
Telp. : 082221636380
Email : [email protected]
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak sebagian atau
Seluruh isi buku tanpa seizing penerbit.
ISBN : 978-602-5725-24-1
Isi di luar tanggung jawab percetakan
ii | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
Sebuah Pengantar Mencintai
Indonesia
Indonesia melalui proses panjang dalam
perkembangan kemajuan yang diperolehnya hingga saat
ini, telah banyak prestasi yang didapatkan namun banyak
juga catatan sejarah yang menunjukkan keterpurukan
posisi Indonesia sebelum kemerdekaan. Tidak hanya,
setahun atau dua tahun saja, Indonesia tertulis pernah
dijajah selama 350 tahun lamanya oleh Belanda. Bisa
dibayangkan berapa kali berganti generasi merasakan
kesakitan penjajahan.
Pasca 73 tahun kemerdekaan Indonesia, masih
banyak pro dan kontra yang mengiringi perjalanan bangsa
Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan, tidak hanya
begitu makna kemerdekaan sendiri masih saja selalu
menjadi pertentangan. Bangsa Indonesia memiliki
pemaknaan yang beragam mengenai kemerdekaan
iii | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
negaranya. Tidak hanya itu, keragaman etnik, budaya,
agama, turut menghiasi perbedaan pendapat yang
menghiasi perjalanan kemerde-kaan bangsa Indonesia.
Berbicara mengenai kemerdeka-an Indonesia maka
Pancasila menjadi satu produk agung yang mampu
mengikat keberagaman bangsa Indonesia,
mempersatukan perbeda-an yang tentu saja bukan
perkara mudah. Pancasila tidak hanya menjadi sebuah
masterpiece para pahlawan, namun juga menggambar-kan
mengenai kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri.
Sayangnya, seiring perkembang-an zaman
pemahaman mengenai identitas negara dan bangsa
Indonesia mulai memudar. Semakin lama, kebanggaan dan
rasa cinta tanah air memudar. Untuk itu, konsep mengenai
wawasan nusantara menjadi penting untuk selalu
disampaikan sebagai sebuah ajaran yang diyakini oleh
setiap lapisan di masyarakat.
Seluruh masyarakat Indonesia tentu tidak ingin
mengulang masa-masa sulit perpecahan dan peperangan
iv | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
yang terjadi di negara Indonesia, kemerdekaan yang
terjadi sebelumnya merupakan hasil dari semangat
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, oleh sebab itu
rasa semangat itu perlu ditanamkan dan terus
dipertahankan demi menjaga persatuan bangsa Indonesia.
Wawasan nusantara merupakan sebuah ajaran yang
dipercayai kebenarannya untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan nasional. Singkat kata, wawasan
nusantara merupakan sebuah paradigma berpikir bangsa
Indonesia yang dispesifikasikan kepada beberapa poin
utama yakni kedudukan pancasila sebagai falsafah,
Ideologi, dan dasar negara. UUD 1945 sebagai landasan
konstitusi negara, posisinya yakni sebagai landasan
konstitusional.
Fungsi dari pengajaran wawasan nusantara yakni,
sebagai pedoman bagi berbagai pihak untuk pengambilan
keputusan, kebijakan, dan perbuatan bagi berbagai
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tidak
hanya itu, wawasan nusantara juga merupakan bentuk
v | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
menunjukkan motivasi untuk terus membudayakan jiwa
nasionalisme dengan pemahaman utuh kondisi bangsa
dan negaranya.
vi | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
Daftar Isi
Sebuah Pengantar Mencintai Indonesia………….. iii
Daftar Isi……………………………………………………………. vii
1. Indonesia dalam Perspektif Sejarah…..…….. 1
2. Agama-Agama di Indonesia………………………. 15
3. Sistem Pendidikan di Indonesia……………….… 19
4. Sistem Politik dan Pemerintahan……….……… 31
5. Sistem Pertahanan dan Keamanan……………. 71
6. Catatan Kesehatan dan Kesejahteraan
Masyarakat………….……………………………………. 83
7. Prospek Ekonomi dan Pembangunan……..….. 105
8. Dari Hukum Adat Hingga Hukum Positif……… 147
Tentang Penulis…………………………………………………… 190
vii | I n d o n e s i a D a l a m B e r b a g a i P e r s p e k t i f
Indonesia dalam Perspektif Sejarah
Mengetahui sejarah negara merupakan tahap dasar
bagi sebuah bangsa untuk bisa menumbuhkan rasa cinta
tanah air. Negara yang kuat dipenuhi oleh masyarakat
yang menunjukkan sikap dan jiwa cinta terhadap tanah air
dan kerelaan untuk berkorban demi negara yang
ditinggalinya. Sikap tersebut seharusnya tumbuh sebagai
bagian dari kesadaran diri yang muncul tanpa paksaan
ataupun tekanan. Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai sejarah Indonesia dan falsafah yang diyakini
bangsanya.
Asal Mula Nama Indonesia
Nama Indonesia berasal dari bahasa Latin yaitu Indus
yang artinya Hindia dan dari kata dalam bahasa Yunani
nesos yang memiliki arti pulau. Sebutan atau kata
Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau
kepulauan yang berada di Hindia. Nama tersebut
menunjukkan sudah terbentuk jauh sebelum Indonesia
menjadi negara yang berdaulat.
1 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
George Earl, etnolog berkebangsaan Inggris yang pada
tahun 1850, pertama kali mengusulkan istilah Indunesia
dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu". Murid dari Earl, bernama James
Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai
sinonim dari Kepulauan India. Namun, penulisan akademik
Belanda di media Hindia-Belanda tidak menggunakan kata
Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische
Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië),
atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde
(istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max
Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik
terhadap kolonialisme Belanda).
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih
umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan
golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk
ekspresi politik. Adolf Bastian dari Universitas Berlin
mempopulerkan nama ini melalui buku Indonesien oder
die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar
2 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Indonesia pertama yang menggunakan istilah tersebut
ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu
ketika beliau mendirikan kantor berita di Belanda yang
bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.
Indonesia terkadang juga disebut dengan nama Nusantara
atau Kepulauan Nusantara, yang membentang dari ujung
barat Pulau Sumatera hingga ujung timur Papua. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri atas 13.466 pulau.
Geografis, Demografis, dan Historis
Posisi Indonesia berada pada lintas khatulistiwa dan
berada di antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia
merupakan negara yang berbentuk republik dan berada di
kawasan Asia Tenggara. Indonesia berbatasan darat
dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua
Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau
Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan
Nikobar di India.
3 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di
antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan
Indonesia adalah 1.922.570 km2 dan luas perairannya
3.257.483 km2. Pulau terpadat penduduknya berada di
Jawa. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa
dengan luas 132.107 km2, Sumatera dengan luas 473.606
km2, Kalimantan dengan luas 539.460 km2, Sulawesi
dengan luas 189.216 km2, dan Papua dengan luas 421.981
km2. Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan
dengan menggunakan teritorial laut: 12 mil laut serta zona
ekonomi eksklusif: 200 mil laut. Indonesia memiliki 13.487
pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak
berpenghuni. Jumlah pulau yang sangat banyak untuk satu
negara.
Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah
Bangsa Austronesia , dan terdapat juga kelompok-
kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia
terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk
Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari
kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut
4 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura,
Batak, dan Minangkabau. Selain itu ada juga penduduk
pendatang yang jumlah-nya minoritas di antaranya adalah
etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama
datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad 8
Masehi dan menetap menjadi bagian dari penduduk
Nusantara.
Secara khusus ingin dikatakan, di Indonesia terdapat
sekitar empat juta populasi etnis Tionghoa. Angka ini
berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000
pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-
golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa
dan keturunannya.
Dalam konteks agama, Islam merupakan agama
mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk
Indonesia. Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik
(3%), Hindu (1,8%), Budha (0,8%), dan lain-lain (0,3%).
Selain agama-agama tersebut , pemerintah Indonesia juga
secara resmi mengakui Konghucu sejak pemerintahan
Abdurrahman Wahid.
5 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237 juta jiwa, sehingga menempatkan Indonesia
sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia
dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia,
kendati secara resmi Indonesia bukanlah negara Islam.
Dalam aspek kesejarahan, Indonesia banyak
dipengaruhi oleh bangsa-bangsa lain. Kepulauan Indonesia
menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak
abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang
menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan
Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha
telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para
pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempak Maluku semasa era
penjelajahan samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda,
Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda
menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945.
6 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan,
ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi, dan periode
perubahan ekonomi yang pesat.
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa (etnis),
bahasa, dan agama yang berbeda. Etnis Jawa merupakan
etnis terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari
seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional
Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika (keberagaman
dalam persatuan). Ini merupakan semboyan negara
modern yang setara dengan semboyan Amerika, Unity in
Diversity. Hal ini menunjukkan Indonesia mengakui
keberagaman (pluralisme), dan keberagaman itulah pula
yang membentuk negara bangsa ini.
Dalam perspektif historis, ketika Hindia atau Indonesia
atau Nusantara di bawah pengaruh agama Hindu dan
Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di Pulau
Kalimantan, Sumatera, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga
abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di
Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai
7 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat Pulau Jawa,
pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan
Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan
oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M.
Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di
Jambi, Sumatera.
Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai
kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara.
Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa,
semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan
di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan. Di
bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10
wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan
kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan
peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan
candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di
bagian timur Pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih
Gadjah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir
meliputi wilayah Indonesia saat ini, dan sering disebut
"Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.
8 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Ketika pedagang-pedagang Arab dan Persia
berdatangan ke Nusantara melalui Gujarat, India,
kemudian membawa agama Islam. Selain itu, pelaut-
pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho
(Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi
wilayah ini pada awal abad ke-15. Para pedagang ini juga
menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah lain di
Kepulauan Nusantara. Samudera Pasai yang berdiri pada
tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia.
Dalam perspektif kolonialisme, Indonesia ternyata
tidak hanya pernah dijajah oleh Belanda, melainkan juga
oleh beberapa negara Eropa lainnya. Dari rumpun bangsa
Asia, Jepang tercatat juga pernah menjajah Indonesia.
Kaum kolonialis datang dan menjajah Indonesia pada
mulanya lebih bermotif ekonomi. Hal itu logis, sebab
Indonesia dikenal di dunia sebagai wilayah yang kaya akan
hasil bumi, termasuk rempah-rempah. Beberapa negara
yang tercatat pernah menjajah Indonesia:
a. Portugis pada 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir
9 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pada tahun 1595.
b. Spanyol pada 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi
berhasil diusir pada 1692.
c. Belanda pada 1602, untuk seluruh wilayah Indonesia. d. Perancis secara tidak langsung menguasai Pulau Jawa
pada periode 1806-1811 karena Kerajaan Belanda
takluk kepada kekuatan Perancis. Ketika Louis
Bonaparte adik Napoleon Bonaparte naik tahta Belanda
pada tahun 1806, maka jajahan Belanda pun jatuh ke
tangan Perancis. Periode ini berlangsung pada
pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels pada 1808-1811, dan berakhir pada 1811
ketika Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis
di Pulau Jawa. e. Inggris pada 1811, sejak ditanda-tanganinya Kapitulasi
Tungtang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau
Jawa dari Belanda kepada Inggris. Pada 1814
dilakukanlah Konvensi London yang isinya bahwa
pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah
jajahan Inggris di Indonesia. Lalu, baru pada 1816,
10 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pemerintahan Inggris di Indonesia secara resmi
berakhir.
f. Jepang pada 1942, hanya 3,5 tahun, dan berakhir pada
1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu. Pada saat
orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16,
mereka pun menemukan beberapa kerajaan yang
dengan mudah dapat mereka kuasai untuk
mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis
pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan
Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa. Namun
kemudian dapat diusir, dan mereka bergerak ke arah
timur dan menguasai Maluku.
Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang
terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya,
mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk
koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama
Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi
imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold,
Glory, and Gospel. Belanda menguasai Indonesia sebagai
koloni hingga Perang Dunia II. Semula melalui VOC, dan
11 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal
abad ke-19 Indonesia Merdeka.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite
untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik
berakhir pada 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda,
Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdeka-an
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bertepatan
dengan bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga
pendiri negara-bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta,
dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana menteri.
Sementara itu, Belanda ternyata masih ingin
menguasai Indonesia, dan dalam rangka itu mereka
mengirimkan pasukan perangnya ke Indonesia. Usaha-
usaha berdarah untuk meredam pergerakan
kemerdekaan Indonesia, dikenal oleh orang Belanda
sebagai 'Aksi Kepolisian' (Politionele Actie). Orang
Indonesia menyebutnya sebagai Agresi Militer. Belanda
akhirnya menerima kemerdekaan Indonesia pada 27
Desember 1949, sebagai negara federal yang disebut
12 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Republik Indonesia Serikat. Itu pun setelah Belanda
mendapat tekanan yang kuat dari dunia internasional,
terutama Amerika Serikat.
Mosi Integral Natsir pada 17 Agustus 1950,
menyerukan kembalinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan membubarkan Republik Indonesia
Serikat (RIS). Soekarno kembali menjadi Presiden dengan
Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Mohammad
Natsir sendiri tampil sebagai Perdana Menteri.
Indonesia Pasca Penjajahan
Pada 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno
mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok.
Namun kemudian relatif lebih dekat dengan blok sosialis,
seperti Republik Rakyat China dan Yugoslavia. Pada 1965
meletus sebuah peristiwa hang bernuansa ideologis yakni
Gerakan Tiga Puluh September (G30S) yang membawa
cukup banyak korban jiwa, termasuk tewasnya 6 (enam)
jenderal dan sejumlah perwira menengah. Pasca peristiwa
yang menggemparkan itu, muncul kekuatan baru yang
menyebut dirinya Orde Baru.
13 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Era Pemerintah Orde Baru secara tegas menilai Partai
Komunis Indonesia (PKI) sebagai otak di belakang G30S
(dan karenanya sering disebut G30S/PKI), yang bermaksud
menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti
ideologi nasional menjadi paham sosialis-komunis.
Penilaian ini sekaligus menjadi alasan untuk berganti dari
Orde Lama menuju Orde Baru.
Pasca runtuhnya rezim otoritarian Orde Baru,
Indonesia sejak 1998 hingga saat ini menikmati kebebasan
politik yang luar biasa. Partai politik tumbuh bak jamur di
musim hujan. Sistem kepartaian dan pemilihan umum
mengalami perubahan mendasar sesuai tuntutan
reformasi dan demokratisasi. Pemilihan Presiden
dilaksanakan secara langsung sejak 2004, dan Pemilihan
Kepala Daerah juga digelar secara langsung sejak 2005.
Antara 1998 hingga saat ini (2018) Indonesia sudah
memiliki 4 (empat) presiden yakni B.J. Habibie,
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo
Bambang Yudhoyono, Joko Widodo.
14 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Agama-Agama di Indonesia
Pada pasal 29 UUD 1945 dikatakan “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu.” Klausul
konstitusi tersebut memberi penegasan bahwa agama dan
keberagamaan di negeri ini mendapat pengakuan dan
perlindungan resmi dari negara. Tersirat pula dari amanat
konsitusi bahwa tidak ada tempat bagi manusia yang tidak
beragama dan tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa di republik ini.
Dalam konteks demikian, agama- agama mendapat
lahan yang subur, aman, dan adil untuk tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia
terdapat beberapa agama: Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Selain itu,
terdapat pula kepercayaan lokal seperti Aliran
15 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (kelompok
Pangestu) yang umumnya berada di Jawa, terutama Jawa
Bagian Tengah, dan “agama” Kaharingan yang ada
Kalimantan Tengah.
Jika Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik
merupakan agama samawi (agama yang datang dari langit,
dari Tuhan, atau agama langit), maka Hindu, Budha, Kong
Hu Chu, juga Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
serta Kaharingan merupakan kelompok agama ardhi
(agama yang diciptakan oleh manusia di dunia atau agama
dunia/bumi).
Agama dan Negara
Kendati negara mengakui dan melindungi secara
resmi agama-agama serta kegiatan keagamaan setiap
warga negara, tetapi Indonesia bukanlah negara agama,
dan bukan negara yang diatur berdasarkan ajaran agama
tertentu. Bahwa perilaku bernegara turut dipengaruhi
oleh nilai-nilai agama, tentu tak dapat dipungkiri. Negara
membebaskan warganya untuk menganut agama dan
kepercayaan tertentu sesuai panggilan nuraninya masing-
16 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
masing, berikut melindungi bahkan memfasilitasi
kegiatan-kegiatan keagamaan tertentu, seperti keberang-
katan umat Islam menunaikan ibadah haji di tanah suci.
Tetapi, negara tidak memunculkan kebijakan-
kebijakan resmi berdasarkan ajaran agama, apalagi agama
tertentu. Negara merumuskan dan menentukan
kebijakan-kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip umum
yang hidup, berkembang, dan menjadi pegangan sosial-
budaya bersama masyarakat. Payung besar untuk itu
adalah Pancasila dan UUD 1945. Agama mana pun di
republik ini mengakui nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
ada dalam Pancasila dan UUD 1945.
Konflik Atas Nama Agama
Di Indonesia seringkali terjadi konflik berlabel agama,
baik di kalangan internal umat beragama maupun antar-
umat beragama. Pertanyaannya, benarkah itu konflik
agama? Tampaknya bukan. Lihatlah konflik yang terjadi di
Ambon, di Maluku Utara, di Poso, di Kalimantan Barat, di
Madura, di Lombok, dan lain-lain. Semuanya bukanlah
17 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
konflik agama, tetapi hanya mengatasnamakan agama
serta membawa-bawa agama agar cenderung kelihatan
heroik, suci, dan merasa berada di jalan yang benar.
Konflik-konflik tersebut sesungguhnya merupakan
konflik horizontal yang terjadi lebih karena kepentingan-
kepentingan non-agama seperti kepentingan ekonomi dan
politik (kekuasaan). Seperti halnya dengan konflik di
Irlandia Utara, Eropa Barat, atau di Israel/ Palestina,
bukanlah konflik agama, melainkan konflik politik, karena
tujuannya pada dasarnya adalah politik, bukan agama.
18 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Sistem Pendidikan Indonesia
Pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan “Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.”
Pendidikan yang diproses dalam setiap tingkatannya
diorientasikan untuk kepentingan manusia dalam
keutuhannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam
konteks ini, pendidikan bukan hanya menekankan segi
pengetahuan saja, melainkan juga menekankan segi
emosi, rohani, hidup bersama, dan lain-lain. Dengan
demikian pendidikan bukan sebatas peningkatan
pengetahuan namun juga mengenai penanaman sikap dan
etika yang diperlukan oleh setiap manusia.
19 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Permasalahan Pendidikan Indonesia
Permasalahan besar yang dihadapi pendidikan
Indonesia saat ini meliputi:
a. Mutu pendidikan yang tidak merata; b. Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah yang belum
memadai; c. Krisis moral yang melanda masyarakat; d. Politisasi pendidikan di tingkat elit; dan e. Birokrasi pendidikan yang masih rumit;
Sementara itu, pendidikan yang diperlukan untuk
menghadapi kehidupan di zaman sekarang adalah
a. Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan
dan kerjasama global;
b. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu
belajar seumur hidup; dan
c. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan
penting-nya pendidikan nilai.
Mengatasi berbagai permasalah-an pendidikan,
bukan hanya tugas dan kewajiban pemerintah pusat,
melainkan juga pemerintah daerah. Di dalam UU
20 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa bidang
pendidikan termasuk bidang pembangunan yang menjadi
urusan daerah, sebagai bagian dari paket otonomi daerah.
Tiga Arena Pendidikan
Pendidikan berlangsung dalam tiga arena besar yakni
arena pendidikan formal, arena pendidikan nonformal,
dan arena pendidikan informal. Pendidikan formal adalah
jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat di-
laksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
UU Sisdiknas mengisyaratkan 6 (enam) prinsip
penting dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
21 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa;
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan
yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi
makna; 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat; 4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran; 5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembang-
kan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat; 6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
22 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum
pada Pasal 3 UU Sisdiknas. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membantuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Formulasi fungsi dan tujuan pendidikan nasional
seperti tertera di atas secara amat jelas memperlihatkan
kentalnya pemikiran yang menempatkan pendidikan
sebagai upaya pewarisan budaya bangsa. Jadi, ada
pengakuan terhadap kekayaan budaya sendiri. Pada fungsi
dan tujuan di atas terlihat pemikiran pendidikan
naturalisme yang “berpusat pada kodrat alam masing-
masing peserta didik” (child centred). Suatu paham yang
menekankan perlunya pendidikan menyelaraskan diri
23 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dengan potensi, kebutuhan, dan perkembangan jiwa dan
raga peserta didik itu sendiri.
Di dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2010-2014 menyebut soal pilar strategis
landasan filosofis pendidikan nasional. Landasan filosofi
dimaksud mengacu pada strategi pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana dikemukakan di dalam
penjelasan umum UU Sisdiknas, yakni:
a. Pendidikan agama serta akhlak mulia;
b. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi;
c. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
d. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang
memberdayakan;
e. Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga
kependidikan;
f. Penyediaan sarana belajar yang mendidik;
g. Pembiayaan pendidikan sesuai dengan prinsip
pemerataan dan berkeadilan;
h. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan
24 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
merata;
i. Pelaksanaan wajib belajar;
j. Pelaksanaan otonomi satuan pendidikan;
k. Pemberdayaan peran masyarakat;
l. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat;
m. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan
nasional.
Dengan mengacu pada amanat UUD 1945, pakar
pendidikan Profesor Winarno Surakhmad (2009)
mengemukakan tiga tujuan utama pendidikan (yang
selama ini justru sering diabaikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan), yakni:
1. Pendidikan yang Memanusiakan. Pendidikan di satu sisi
harus menjadi kekuatan yang melawan setiap proses
dehumanisasi, di sisi lain pendidikan menjadi sumber
kekuatan yang memungkinkan manusia
mengembangkan setiap fitrah dan potensinya sebagai
mahluk yang mulia, yang pada gilirannya menjadi dasar
untuk membentuk bangsa besar yang mulia.
25 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
2. Pendidikan yang Membudayakan. UUD 1945
mengandung ideologi yang kuat, yang memberikan
cetak biru untuk melahirkan bangsa berbudaya. Ini
berarti bahwa pendidikan harus mampu, di satu pihak,
menjadi benteng yang kuat melawan dekadensi budaya
dan demoralisasi peradaban bangsa, di lain pihak
menjadi motivator untuk bertumbuh dan
berkembangnya kekayaan serta kekuatan budaya
sebagai bentuk yang tinggi dari nilai etik, estetik, ilmu,
dan teknologi bangsa dalam arti yang seluas-luasnya. 3. Pendidikan yang Meng-Indonesiakan. UUD 1945
merupakan landasan yang paling kokoh untuk budak
saja sekadar menyatukan seribu rumpun masyarakat
besar yang memiliki keberagaman yang begitu tinggi
menjadi sebuah bangsa, tetapi juga menjadi landasan
yang kokoh untuk membangun bangsa tersebut
menjadi bangsa besar yang kekuatan dan
keseragamannya bersumber dari keberagamannya.
26 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pendidikan Berdasarkan Pancasila
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
dalam UU Sisdiknas tegas menyatakan pendidikan
nasional haruslah berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Konseptualisasi pendidikan nasional tersebut
mengandung setidaknya tiga implikasi yang sangat jelas,
yakni: keharusan Sistem Pendidikan Nasional untuk
melestarikan identitas dan karakter bangsa yang
Pancasilais; keharusan Sistem Pendidikan Nasional untuk
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman; keharusan
yang disebutkan pertama dan kedua bukanlah untuk
dipertentangkan satu sama lain, melainkan untuk
“dipersandingkan” sehingga senantiasa tercipta
perubahan dan kesinambungan (change and continuity);
menjadi bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang
ke arah yang semakin maju dan sejahtera dengan tetap
terpelihara identitas dan karakter ke-Indonesiaannya yang
Pancasila.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
memiliki beragam makna, yakni: Pendidikan sebagai
27 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pengamalan Pancasila. Yaitu pengamalan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, identitas
bangsa, ideologi negara/bangsa. Hanya saja, persoalan
tersebut sesungguhnya tidak pernah jelas dan gamblang
hingga saat ini.
Apakah kebijakan dan praktik pendidikan yang selama
ini berlangsung dapat disebut sebagai wujud nyata
pengamalan Pancasila di dunia pendidikan nasional?
Apakah filosofi dan teori pendidikan nasional memang
berdasarkan Pancasila? Seperti apakah filosofi pendidikan
yang Pancasila dimaksud? Seperti apakah teori pendidikan
yang Pancasila itu? Kesemuanya belum tampak
jawabannya. Yang jelas hanyalah Pancasila menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah, tetapi itu jelas bukan
cerminan dari sosok pendidikan sebagai pengamalan
Pancasila.
Pendidikan dipandang sebagai suatu proses budaya
yang melibatkan reproduksi dan sekaligus produksi
budaya; melestarikan budaya dan memproduksi budaya;
keduanya berjalan seiring. Posisi itulah yang ditawarkan
28 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional. Dalam
pandangan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan dan
pengajaran pada hakikatnya suatu usaha kultural; suatu
proses kultural; suatu pekerjaan kultural; laku yang
semata-mata bersifat “kultural”. Dengan pemaknaan
seperti itu, pendidikan menjadi kental dengan urusan
”bangun jiwa” (cipta, rasa, karsa) agar peserta didik tajam
pikirannya, halus rasanya, serta suci dan kuat
kemauannya; tak ketinggalan juga “bangun badan”, yang
dengan begitu, senapas dengan lirik lagu kebangsaan
Indonesia, Indonesia Raya, yaitu “bangun jiwanya, bangun
badannya, untuk Indonesia raya”.
Pendidikan merupakan upaya memberdayakan
peserta didik untuk berkembang menjadi manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
memegang dengan teguh norma dan nilai berikut:
1) a. Norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani
kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk sosial; 2) b. Norma persatuan bangsa untuk membentuk
29 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
karakter bangsa dalam rangka memelihara keutuhan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3) c. Norma kerakyatan dan demokrasi untuk
membentuk manusia yang memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
d. Nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang merata dan bermutu
bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala
bentuk diskriminasi dan bias gender serta terlaksananya
pendidikan untuk semua dalam rangka mewujudkan
masyarakat berkeadilan sosial.
30 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Sistem Politik dan Pemerintahan
Apa itu negara? Tokoh besar sosiologi Jerman Max
Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah komunitas
manusia yang berhasil mengklaim monopoli penggunaan
kekuatan fisik yang sah di dalam suatu kawasan tertentu.
Berbeda dengan Weber, Filosof terkemuka Hegel
berpandangan, negara adalah institusi yang etis dan
rasional. Lain lagi dengan Karl Marx dan Friedrich Engels,
melihat negara tak lebih dari sekadar komite untuk
mengurusi seluruh kepentingan para borjuis.
Secara umum, negara adalah sebuah entitas
komunitas masyarakat modern yang mengikatkan diri
dalam loyalitas institusional. Negara ada dalam realitas
masyarakat yang membuat konsensus siapa yang
diperintah dan yang memerintah untuk merealisasikan
tujuan bersama. Sebagai konsekuensinya, yang
memerintah adalah mereka yang memiliki dan dapat
menggunakan sumber-sumber kekuasaannya sehingga
31 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang diperintah.
Negara tidaklah bertindak atas kehendak dirinya
sebagaimana paham para institusionalis. Negara bukan
hanya institusi melainkan juga aktor yang menjadikan
negara sebagai arena sekaligus kontestasi di mana nilai
kekuasaan terdistribusi di tengah-tengah masyarakat.
Fungsi Negara
Mengacu pada Pembukaan UUD 1945, fungsi (sekaligus
tujuan) negara adalah: (1) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2)
memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemeredaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Mendasarkan tesisnya pada Laporan
Bank Dunia, ilmuwan politik Francis Fukuyama (2004),
mengaju-kan tiga fungsi negara, yakni: fungsi minimal;
fungsi menengah; dan fungsi aktivis.
1. Fungsi minimal, di mana negara: (1) menyediakan
kebutuhan publik berupa: pertahanan, hukum, dan
32 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
ketertiban; hak milik pribadi; manajemen makro-
ekonomi; dan kesehatan masyarakat; (2)
meningkatkan keadilan, dalam wujud melindungi
kaum miskin.
2. Fungsi menengah, di mana negara: [1] menangani
persoalan eksternal pendidikan, dan lingkungan; [2]
mengatur monopoli; [3] memperbaiki kualitas
pendidikan, asuransi, regulasi keuangan, dan asuransi
sosial. 3. Fungsi aktivis, di mana negara membangun kebijakan
industri dan melakukan redistribusi kekayaan.
Bentuk Negara
Di dalam UUD 1945 dikatakan, Negara Indonesia
adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
Dikatakan pula, Negara Indonesia adalah negara hukum.
Kata “republik” yang dipakai oleh banyak negara di dunia
saat ini, termasuk Indonesia, berasal kata “respublica”
yang ditawarkan filosof terkemuka Cicero. “Respublica”
berarti mengutamakan kepentingan publik (orang banyak
33 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
atau masyarakat luas). Sebuah negara yang secara sadar
menganut bentuk republik, maka secara sadar pula ia
menghadirkan dirinya untuk melindungi dan melayani
kebutuhan serta kepentingan publik (orang banyak atau
masyarakat luas) sebaik mungkin. Sebuah negara yang
berbentuk republik menghargai serta menghormati milik
publik (respublica) dan milik rakyat (respopuli). Rakyat
menjadi fokus utama sebuah negara republik.
Ketika Indonesia mengambil dan menyepakati bentuk
republik, maka para pemimpin dituntut memiliki
pemahaman dan komitmen yang kuat untuk secara total
menyiapkan dirinya melayani dan melindungi seluruh
rakyat dan atau warga negara secara adil dan tidak
diskriminatif.
Sistem Pemerintahan
Di kalangan negara-negara di dunia, umumnya
mengenal dua sistem pemerintahan yang utama, yakni:
sietem presidensial dan sistem parlementer. Menurut
Joseph Robbins (2013), secara mendasar rezim
presidensial adalah rezim di mana ada satu politisi
34 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
tunggal yang dipilih untuk mewakili seluruh negeri dan
yang masa jabatannya tidak tergantung pada dukungan
legislatif. Tetapi, terdapat variasi substansial di antara
rezim-rezim presidensial di dunia karena kekuasaan yang
seharusnya ada pada seorang presiden ternyata tidak
dimilikinya. Faktanya, presiden mungkin memiliki
kombinasi dari hal-hal berikut: kekuasaan menunjuk
pejabat, mengendalikan pertemuan kabinet, kekuasaan
veto, kekuasaan darurat, kontrol klebijakan luar negeri,
otoritas dalam pembentukan pemerintahan, dan
kekuasaan membubarkan badan legislatif.
Sementara itu, rezim perlementer (atau diebut pula
model Wesminster, yang diambil dari nama pemerintahan
Inggris), di mana karakteristik utamanya adalah pada fusi
antara cabang-cabang eksekutif dan legislatif. Jika pada
rezim presidensiel kepala pemerintahan dan kepala
negara berada pada satu orang yang sama, maka pada
sistem parlementer memisahkan kedua peran tersebut.
Sistem parlementer sering mengombinasikan tanggung
jawab cabang-cabang
35 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
eksekutif dan legislatif. Dalam kenyataannya pada negara-
negara di dunia, sistem perlementer lebih banyak dipilih
dan digunakan ketimbang sistem presidensiel.
Pertanyaannya, sistem pemerintahan macam apa
yang dianut dan berkembang di Indonesia?
Parlementerkah? Presidensialkah? Ataukah sistem yang
lain? Sampai saat ini, sistem pemerintahan kita masih
debateble. Masih terjadi perselihan paham terhadapnya.
Ahli sejarah konstitusi dari Universitas Indonesia Ananda
Kusuma (2011) menyebutkan, para penyusun UUD 1945
dengan tegas menyatakan bahwa sistem pemerintahan
kita berlainan dengan sistem presidensial seperti di
Amerika Serikat, Filipina, dan Amerika Selatan. Sistem
pemerintahan kita berbeda pula dengan sistem
parlementer seperti di Inggris. Menurut para penyusun
UUD 1945, kita memakai “sistem sendiri”.
Seperti apa “sistem sendiri” itu? Sistem sendiri, dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia, adalah sistem
“Hibrida” yang kekuasaanya didominasi oleh presiden
36 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
(president dominant presidentialism), mirip dengan “semi-
presidensialisme” Perancis tetapi berbeda dengan “semi-
presiden-sialisme” Portugal yang pemerintahannya justru
didominasi oleh parlemen.
Di dalam UUD 1945 (hasil amademen) dikatakan:
a. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar (pasal
4 ayat 1). b. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada DPR (pasal 5 ayat 1). c. Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa,
Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (pasal 22 ayat 1).
Dalam praktik politik, lembaga parlemen ternyata juga
memiliki kekuasaan yang tidak kecil. Banyak hal yang bisa
dilakukan oleh Presiden tetapi harus mendapat
persetujuan DPR. Sesuai ketentuan UUD 1945, ketika
presiden mengangkat dan menunjuk duta besar saja harus
mendapat pertimbangan DPR, juga dalam hal menerima
negara-negara lain. DPR pendapat mengajukan
37 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
usul pemberhentian Presiden kepada MPR, jika Presiden
dianggap melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden.
Trias Politika
Seperti yang berlangsung di banyak negara demokratis di
dunia, sistem politik Indonesia didasarkan pada trias
politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dalam sejarah politik dan
ketatanegaraan Indonesia, MPR pernah menjadi lembaga
tertinggi negara unikameral. Namun setelah amandemen
ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi
keanggotaannya pun berubah. MPR, sejak 2004, hadir dan
diposisikan menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari
560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
merupakan wakil rakyat melalui partai politik, ditambah
dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah
38 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
(DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur
independen.
Lembaga yudikatif, pasca amandemen UUD 1945,
dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan
Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi
para hakim.
Konstitusionalitas UUD 1945
Grand design UUD 1945 memenuhi teori konstitusi, baik
struktur maupun fungsinya (Kusuma, 2011).Struktur UUD
1945 terdiri atas:
1. Preambule (Pembukaan);
2. Struktur pemerintahan yang menentukan
kekuasaan masing-masing lembaga negara,
hubungan antarlembaga negara, serta hubungan
antara negara dan rakyat;
3. Hak dan kewajiban warga negara yang
berdasarkan hak asasmi manusia.
4. Prosedur untuk mengubah dan meng-amandemen
UUD. Semua fungsi konstitusi ada pada UUD 1945,
yakni:
39 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
5. Membatasi kekuasaan negara (fungsi limitatif);
6. Fungsi intergratif, dalam bentuk Negara Kesatuan,
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan, Sang
Merah-Putih dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
7. Fungsi “proteksi” yaitu dimuatnya hak asasi
manusia dalam UUD 1945;
8. Fungsi melindungi kaum minoritas, baik minoritas
ras, agama maupun golongan yang berbeda
dengan kaum mayoritas (prinsip “majority rule,
minority rights”);
9. Fungsi transformatif atau “social engineering”.
Kendati penutur bahasa Jawa merupakan
mayoritas, tetapi para pendiri negara telah
memilih bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
agar masyarakat Indonesia menjadi demokratis.
Partai Politik dan Pemilihan Umum
Apa itu partai politik? Dalam literatur Ilmu Politik, partai
politik didefinisikan sebagai kelompok otonom warga
negara yang bertujuan mengajukan nominasi dan
40 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
bersaing dalam pemilu dengan harapan mendapatkan
kekuasaan di pemerintahan melalui jabatan publik dan
organisasi pemerintahan (Huckshorn, dalam Kraus, 2013).
Menurut UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai
Politik, partai politik diartikan sebagai organisasi yang
bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Partai politik dibentuk untuk mencapai tujuan
tertentu serta memiliki fungsi tertentu pula. Di dalam UU
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dikatakan,
tujuan umum partai politik adalah:
Menjaga dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
Mengembangkan kehidupan demokrasi ber-
41 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah:
Meningkatkan partisipasi politik anggota dan
masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
politik dan pemerintahan;
Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta
bernegara; dan
Membangun etika dan budaya politik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Sementara itu, pada diri partai politik melekat sejumlah
fungsi yang harus dijalankannya, yaitu sebagai sarana:
Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas
agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar
akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
42 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan
masyarakat;
Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik
masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan negara;
Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan
politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Pada Pemilihan Umum 1955, partai politik peserta
pemilu berjumlah 27 buah, satu peserta perorangan (R.
Soedjono Prawirisoedarso), dan satu lagi disebut peserta
lain-lain. Partai Nasional Indonesia tampil sebagai
pemenang dengan perolehan suara 8.434.653 (22,32%),
disusul Masyumi dengan perolehan suara 7.903.886
(20,92%). Tetapi jumlah kursi antara PNI dan Masyumi
sama yakni 57 kursi DPR. Suara untuk PNI lebih banyak dari
Jawa, sedangkan suara untuk Masyumi lebih banyak
43 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
berasal dari luar Jawa. Setelah PNI dan Masyumi menyusul
Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Komunis Indonesia (PKI)
dengan perolehan suara yang tak jauh terpaut antara
keduanya.
Pemilu 1955 digelar selama 2 (dua) kali. Yang pertama
diselenggarakan pada 29 September 1955 untuk memlih
anggota DPR, sedangkan yang kedua pada 15 Desember
1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Setelah
begitu lama tak ada gelaran pemilu, maka pemerintah
Orde Baru menyelenggarakan pemilu pada 1971, sekaligus
sebagai pemilu pertama Orde Baru.
Sebelum Pemilu 1971 digelar, pemerintah bersama DPR
GR menyelesaikan UU Nomor 15 Tahun 1969 tentang
Pemilu dan UU Nomor 16 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.
Pemilu 1971 diikuti oleh 10 (sepuluh) kontestan, termasuk
Golongan Karya. (Di masa Orde Baru, Golkar tidak disebut
sebagai partai politik, tetapi Golongan Karya saja). Tampil
sebagai pemenang pada Pemilu 1971 adalah Golongan
Karya dengan perolehan suara yang sangat
44 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
fantastis yakni 34.348.673 suara nasional (62,82%)
sehingga mendapatkan sebanyak 236 kursi parlemen.
Dalam kategori lima besar perolehan suara setelah Golkar
adalah NU (10.213.650 atau 18,68% suara dengan 58 kursi
parlemen), Parmusi (2.930.746 atau 5,36% suara dengan
24 kursi parlemen), PNI (3.793.266 atau 6,93% suara
dengan 20 kursi parlemen), dan PSII (1.308.237 atau 2,39%
dengan 10 kursi parlemen nasional).
Setelah Pemilu 1971, rezim Orde Baru yang memiliki
watak otoritarian, mendorong dan memaksa partai politik
melakukan fusi (melebur dan bergabung) dengan
mengikuti kategori “ideologi” yang longgar dan kasar yakni
religius dan nasionalis. Partai politik berbasis Islam seperti
NU, Parmusi, PSII, dan Perti bergabung ke wadah baru
bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sedangkan partai politik berbasis nasionalis dan agama
non-Islam bergabung membentuk Partai Demokrasi
Indonesia (PDI).
Pada pemilu-pemilu berikutnya sepanjang era Orde
Baru, hanya tiga partai politik itulah yang selalu menjadi
45 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
kontestan pemilu yakni Golkar, PPP, dan PDI. Golkar, yang
ditopang penuh oleh militer dan birokrasi, selalu
memenangi pemilu dengan perolehan suara di atas 65%,
sedangkan PPP dan PDI dari pemilu ke pemilu perolehan
suaranya cenderung menurun, dan untuk daerah-daerah
tertentu menunjukkan kecenderungan naik tetapi tidak
signifikan.
Ketika rezim Orde Baru berakhir pada 1998, maka
Pemilu 1999 pun digelar sebagai pemilu pertama masa
reformasi. Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik sebagai
peserta. PDI Perjuangan (jelmaan dari PDI akibat konflik
internal) memimpin perolehan suara nasional dengan
35.689.073 suara (33,74%) dengan kursi di parlemen
sebanyak 153 biuah. Sedangkan Partai Golkar memperoleh
23.741.758 suara (22,44%) sehingga mendapatkan 120 kursi
parlemen. (Golkar kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu
1997). Disusul PKB dengan 13.336.982 suara (12,61%),
mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara
(10,71%), mendapatkan 58 kursi (PPP kehilangan 31 kursi
dibanding Pemilu 1997). PAN
46 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
meraih 7.528.956 suara (7,12%) dan mendapatkan 34 kursi
parlemen.
Meskipun memenangi Pemilu 1999, PDI-Perjuangan
tidak mampu memperjuangkan ketua umumnya
Megawati Soekarno putri sebagai presiden yang ketika itu
masih dipilih oleh MPR. Berbeda dengan Pemilu 1999,
Pemilu 2004 membawa perubahan cukup mendasar dalam
peta politik Indonesia. Partai Golkar – yang warisan Orde
Baru – justru tampil pada posisi pertama dalam perolehan
suara nasional. Sementara PDI-Perjuangan tersingkir ke
posisi kedua. Disusul pada posisi ketiga Partai Demokrat
sebagai pemain baru, kemudian PPP, PKB, PAN, dan PKS.
Sebagai pendatang baru yang membuat banyak orang
tercengang, Partai Demokrat berhasil meraih suara
signifikan sehingga berhak mengajukan calon presiden
untuk bertarung pada Pemilihan Presiden langsung pada
2004. Menariknya, calon yang diajukan Partai Demokrat
berkoalasi dengan Partai Bulan Bintang (Susilo Bambang
Yudhoyono – Jusuf Kalla) tampil sebagai pemenang,
47 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
kendati harus melewati dua putaran berhadapan
dengan pasangan incumbent Megawati – Hasyim Muzadi
yang dijagokan PDI-Perjuangan.
Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat tampil sebagai partai
dengan perolehan suara terbesar, disusul Partai Golkar,
PDI- Perjuangan, PKS, PAN, PKB, Partai Gerindra, dan
Partai Hanura. Ketika pilpres langsung dilaksanakan, lagi-
lagi pasangan calon yang diajukan oleh Partai Demokrat
bersama PKS dan PAN yakni Susilo Bambang Yudhoyono –
Boediono tampil sebagai pemenang mengalahkan
pasangan Megawati- Prabowo Subianto serta pasangan
Jusuf Kalla – Wiranto, hanya dalam satu putaran.
Otonomi Daerah
Otonomi daerah, menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, diartikan sebagai hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk me-
ngatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
48 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam pengertian politik, kebijakan otonomi daerah
diterapkan sejak 1999 seiring tuntutan reformasi.
Sedangkan dalam pengertian administrasi, kebijakan
otonomi sudah diterapkan sejak awal kemerdekaan.
Saat ini, di Indonesia terdapat 34 daerah otonom
tingkat provinsi, lima di antaranya memiliki status yang
berbeda, serta 403 kabupaten dan 98 kota. Kebijakan
otonomi daerah di Indonesia ternyata tidak seragam untuk
semua daerah. Selain kebijakan otonomi yang berlaku
secara umum untuk semua daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), tetapi ada juga kebijakan otonomi yang
bersifat khusus untuk daerah-daerah yang memiliki
keunikan tertentu.
49 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Dalam konteks ini, negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang. Satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi
khusus. Daerah-daerah yang diberikan otonomi khusus
itu adalah:
a. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. Provinsi Papua; dan
c. Provinsi Papua Barat. UU Khusus Daerah-daerah
yang memiliki status istimewa dan diberikan
otonomi khusus selain diatur dengan Undang-
Undang Pemerintahan Daerah diberlakukan pula
ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang
lain.
d. Provinsi DKI Jakarta berlaku UU Nomor 29 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
50 Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
e. Provinsi NAD berlaku UU Nomor 44 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa Aceh dan UU Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh; dan
f. Provinsi Papua dan Papua Barat berlaku UU Nomor
21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua.
Negara juga mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
Satuan-satuan pemerintahan daerah istimewa adalah
Daerah Istimewa Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dulu juga pernah ada Daerah Istimewa Surakarta.
Diberlakukan UU khusus bagi daerah-daerah yang
memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus
selain juga turut diatur dengan Undang-Undang Peme-
rintahan Daerah diberlakukan pula ketentuan khusus yang
diatur dalam undang-undang lain.
Untuk Daerah Istimewa Aceh (Provinsi NAD)
diberlakukan UU sebagaimana disebutkan di atas; dan
51 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
untuk Daerah Istimewa Yogyakarta diberlakukan UU
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Negara Gagal Apa itu negara gagal
(failed state)? Kendati tak ada definisi tunggal mengenai
apakah “negara gagal”, namun para ilmuwan politik secara
umum sepakat bahwa “negara gagal” adalah negara yang
gagal atau tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai
negara.
Dua ilmuwan politik terkemuka Juan Linz dan
Alfred Stepan menyebut beberapa kriteria sebuah negara
dikatakan negara gagal, yakni: (1) pemilihan umum yang
bebas dan otoritatif tidak bisa dilangsungkan; (2)
pemenangnya tidak dapat memonopoli penggunaan
kekuasaan yang sah; dan (3) hak warga negara tidak dapat
terlindungi oleh hukum jika tidak ada negara. Di dalam
literatur Ilmu Politik dikatakan, negara gagal juga ditandai
oleh di mana di berbagai belahan dunia, konflik mengenai
otoritas dan domain dari polis (negara) dan identitas serta
loyalitas dari demos (rakyat) sangat intens sehingga tidak
ada negara. Negaranya mungkin secara resmi ada, tapi dia
tidak mampu berfungsi dengan efektif.
52 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Negara gagal terkadang juga diistilahkan dengan
“kesenjangan kedaulatan” (sovereignty gap): kesenjangan
antara kedaulatan de jure (yang secara formal dimiliki
negara) dengan kedaulatan de facto (yang sebenarnya
dapat dilaksanakan oleh negara). Ada juga yang menyebut
istilah “kegagalan negara” (state failure). Istilah ini
digunakan di dalam penyusunan Failed States Index
(Indeks Negara Gagal) oleh Fund For Peace. Indeks
tersebut menyebutkan beberapa ciri “kegagalan negara”,
seperti: (1) hilang atau berkurangnya kontrol fisik atas
wilayah dan atas monopoli terhadap penggunaan senjata
yang sah, tergerusnya otoritas yang sah untuk membuat
keputusan kolektif; (2) ketidakmampuan untuk
menyediakan pelayanan publik yang mendasar; dan (3)
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan negara lain
sebagai anggota masyarakat internasional.
Lebih jauh, Fund For Peace mengajukan dua belas
indikator untuk melihat tingkat kerentanan suatu negara
menuju kegagalan negara.
1. Tekanan demografis yang kuat;
53 Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
2. Perpindahan besar-besaran pengungsi atau
internally displaced persons;
3. Warisan dendam atau paranoia kelompok;
4. Migrasi keluar yang kronis dan berkelanjutan; 5. Pembangunan ekonomi yang tidak merata dan
terbelah berdasarkan kelompok; 6. Kemunduran ekonomi yang tajam atau parah; 7. Kriminalisasi dan atau delegitimasi negara; 8. Kemunduran pelayanan publik yang progresif;
9. Tidak ada penegakan hukum atau penerapan
hukum yang sewenang-wenang serta pelanggaran
terhadap hak asasi manusia yang luas; 10. Aparat keamanan beroperasi sebagai “negara di
dalam negara”; 11. Naiknya elit yang terfaksionalisasi; dan 12. Intervensi negara lain atau aktor politik eksternal.
Demokrasi Apa itu demokrasi? Secara semantik,
demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat,
dan “kratos” yang berarti kekuasaan atau berkuasa.
Demokrasi, dengan demikian, berarti kekuasaan rakyat
54 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
atau kedaulatan rakyat. Ilmuwan politik Joseph
Schumpeter mengajukan definisi yang sederhana tentang
demokrasi. Dikatakannya, demokrasi adalah sebuah
sistem politik yang di dalamnya para pemimpin politik
dipilih oleh rakyat. Rakyat memilih para pemimpin politik
tersebut di antara para kandidat yang bersaing untuk
mendapatkan suara rakyat di dalam pemilihan umum.
Sementara itu, Robert Dahl, yang menyebut
demokrasi dengan istilah “poliarki” (poliarchy),
mengajukan delapan ciri institusional demokrasi, yakni:
a. Kebebasan untuk membentuk dan bergabung dengan
organisasi;
b. Kebebasan berekspresi;
c. Hak untuk memilih;
d. Keterbukaan bagi seluruh warga negara untuk
menduduki jabatan publik;
e. Hak dari para pemimpin politik untuk bersaing untuk
meraih dukungan dan suara;
f. Adanya sumber informasi alternatif;
g. Pemilihan umum yang bebas dan adil; dan
54 Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
h. Keberadaan institusi-institusi untuk membuat
kebijakan pemerintah ditentukan oleh suara (vote)
dan wujud-wujud preferensi yang lain.
Dalam perkembangannya, terdapat dua aliran
demokrasi, yaitu demokrasi konstitusional dan demokrasi
yang mendasarkan diri pada komunisme. Kelompok
pertama berkembang di negara-negara Eropa dan
Amerika, sedangkan kelompok kedua berkembang di
negara-negara berpaham komunis. Perbedaan
fundamental antara keduanya ialah bahwa demokrasi
konstitusional mencita-citakan pemerintahan yang
terbatas kekuasaannya, suatu negara hukum (rechstaat)
yang tunduk pada rule of law. Sebaliknya, demokrasi yang
mendasarkan dirinya atas komunisme mencita- citakan
pemerintahan yang tidak dibatasi kekuasaannya
(machstaat) dan lebih bersifat totaliter.
Demokrasi di Indonesia
Di Indonesia, demokrasi yang kita kenal sekarang ini
dipelopori oleh organisasi-organisasi modern pada masa
pergerakan nasional sebagai wacana penyadaran. Di
56 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
antara organisasi modern tersebut adalah Boedi Oetomo,
Sarekat Islam, dan Perserikatan Nasional Indonesia. Dalam
sejarah politik Indonesia hingga saat ini, perkembangan
demokrasi dapat dibagi menjadi 5 (lima) periode, yaitu:
Demokrasi Kerakyatan pada masa Revolusi (1945-1950)
Periode panjang pergerakan nasional yang didominasi
oleh munculnya organisasi modern digantikan periode
revolusi nasional. Pada masa revolusi 1945-1950 banyak
kendala yang dihadapi bangsa indonesia, misalnya
perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan
perjuangan bersenjata dengan kekuatan diplomasi, antara
mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang
menentangnya, dan antara kekuatan Islam dalam kekutan
sekuler.
Di awal revolusi tidak banyak perbedaan berarti di antara
bangsa indonesia yang dapat terpecahkan. Semua
permasalahan itu dapat diselesaikan setelah kelompok-
kelompok kekuatan itu duduk satu meja untuk
memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama
bangsa Indonesia adalah meraih kemerdekaan bangsa.
57 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pada akhirnya kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata
dan kekuatan diplomasi bersama-sama berhasil mencapai
kemerdekaan.
Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Di masa kemerdekaan, persoalan yang muncul adalah
bagaimana mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan
pembangunan. Ini bukan pekerjaan mudah. Pemerintah
kolonial Belanda meninggalkan warisan di antaranya
kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tradisi
otoriterisme. Pada periode tahun 1950-an muncul kaum
nasionalis perkotaan dari partai sekuler dan partai-partai
Islam yang memegang kendali pemerintahan. Ada
kesepakatan umum ketika itu di mana kedua kelompok
tersebutlah yang akan membangun kehidupan politik
demokratis di negeri ini.
Sistem pemerintahan parlementer yang berlangsung
pada waktu di mana badan eksekutif terdiri atas Presiden
sebagai Kepala Negara konstitusional serta para menteri
yang mempunyai tanggung jawab politik. Kabinet
terbentuk berdasarkan koalisi pada satu atau dua partai
58 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
besar dengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata
kurang mantap dan partai-partai koalisi kurang dewasa
dalam menghadapi tanggung jawab mengenai berbagai
permasalahan yang dihadapi. Sementara itu, partai-partai
dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagi
oposisi kontruktif yang menyusun program-program
alternatif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negatif dari
fungsi oposisi.
Kabinet pemerintah pada masa sebelum Pemilu 1955 tidak
bertahan lebih lama. Kabinet jatuh-bangun dan silih
berganti dalam rentang waktu relatif singkat. Hal ini tentu
saja menghambat perkembangan ekonomi dan politik,
sebab pemerintah tidak memiliki kesempatan untuk
melaksanakan program-progranya. Ketika Pemilu 1955
berhasil digelar, ternyata hasilnya pun tidak membawa
stabilitas yang diharapkan. Bahkan terjadi perpecahan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Faktor-
faktor tersebut mendorong Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali
ke UUD 1945. Maka, masa Demokrasi Parlementer pun
berakhir.
59 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Di tengah-tengah krisis sekitar 1957 dan pengalaman jatuh
bangunnya pemerintahan, membuat Presiden Soekarno
berusaha mengambil langkah-langkah taktis menuju
pemerintahan yang stabil. Di sinilah Presiden Soekarno
memberlakukan apa yang disebutnya Demokrasi
Terpimpin. Suatu sistem politik yang didominasi dan
dikendalikan secara oleh Presiden Soekarno sendiri, di
mana sekaligus dia menjadi pusat kekuasaan. Presiden
Soekarno juga melibatkan militer di dalam implementasi
Demokrasi Terpimpin. Di samping itu, terjadi kompetisi
antara militer (Angkatan Darat) dan kelompok komunis
(PKI) untuk mendapat keperpihakan dan legitimasi
Presiden Soekarno.
Meskipun menggunakan frasa demokrasi, di
Demokrasi Terpimpin justru tampil dalam wujud
pemerintahan otoritarian, sekaligus menyimpang dari
semangat UUD 1945. Partai politik dikebiri dan
dibubarkan, pemilu pun ditiadakan. Presiden Soekarno
juga membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 dan
60 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menggantikannya dengan DPR Gotong Royong. Perjalanan
Demokrasi Terpimpin harus terhenti setelah meletusnya
pemberontakan kaum komunis melalui Gerakan 30
September (G30S/PKI) tahun 1965.
Masa Demokrasi Pancasila versi Orde Baru (1967-1998)
Pemerintah Orde Baru yang tampil tahun 1966/1967 di
bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto seolah
membawa harapan baru bagi Indonesia yang lebih baik.
Rezim Orde Baru mengubah banyak hal dari rezim-rezim
sebelumnya. Jika sebelumnya politik menjadi “panglima”,
maka di masa Orde Baru ekonomilah yang menjadi
“panglima”. Orientasi politik ditekan sedemikian rupa, dan
perhatian masyarakat lebih difokuskan pada ekonomi
(kesejahteraan), pendidikan, dan kesehatan.
Pembangunan menjadi jargon utama Orde Baru.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, pemerintah
Orde Baru merangcang kebijakan yang disebut “trilogi
pembangunan”, yakni pertumbuhan ekonomi, stabilitas
(politik) nasional, dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
61 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pemerintah Orde Baru antara lain melakukan depolitisasi
masyarakat. Masyarakat dijauhkan dari politik. Untuk itu,
partai politik dilarang memiliki pengurus hingga ke tingkat
desa. Partai politik hanya boleh punya kepengurusan
sampai tingkat ibukota kabupaten. Masyarakat desa tidak
boleh disentuh dengan jargon-jargon dan pengaruh partai
politik. Inilah yang kemudian dengan kebijakan floating
mass (masa mengambang).
Rezim Orde Baru menerapkan dengan ketat UU
Subversif, sehingga dapat dengan mudah mencurigai,
memata-matai, mengontrol, dan menangkap orang-orang
yang dianggap “membahayakan” pemerintah. Pada waktu
yang sama, rezim Orde Baru juga sangat giat dan intens
menyosialisasikan ideologi Pancasila melalui program
pendidikan politik yang disebut Penataran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Sepanjang masa
Orde Baru pemilu dilaksanakan dengan teratur setiap lima
tahun sekali, dan hanya boleh diikuti oleh tiga kontestan
(PPP, Golkar, dan PDI), kecuali Pemilu 1971 yang diikuti oleh
sepuluh partai politik. Tetapi, pemilu- pemilu Orde Baru
62 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
merupakan pemilu yang penuh rekayasa, sebab siapa
pemenangnya (dalam hal ini Golkar) sudah ditentukan
sebelumnya. Militer dan birokrasi secara formal diletakkan
sebagai bagian dari Golkar, dan mereka dikerahkan secara
massal untuk memenangkan Golkar. Pemilu pun menjadi
sekadar formalisme demokrasi. Maka, terbitlah
“demokrasi seolah-olah”. Itulah yang oleh Orde Baru
dinamakan “Demokrasi Pancasila”. Di dalamnya juga ada
trias politika secara formal, tetapi sepenuhnya
dikendalikan oleh pihak istana.
Demokrasi Era Reformasi (1998-Sekarang)
Tumbangnya rezim otoritarian Orde baru pada 1998
membawa Indonesia memasuki era baru, dera reformasi.
Gerakan reformasi menuntut banyak hal untuk diubah
secara total dan mendasar. Di antara perubahan yang
dituntut adalah mengakhiri masa kekuasaan Presiden
Soeharto, mencabut dwifungsi ABRI (menjauhkan militer
dari politik praktis dan harus kembali ke barak),
memberantas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme),
63 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menegakkan supremasi hukum, melakukan pemulihan
ekonomi, dan menegakkan prinsip-prinsip demokrasi.
Arus utama yang sangat menonjol di masa reformasi
adalah tingginya tingkat kebebasan dalam masyarakat.
Terjadi ledakan partisi-pasi politik yang luar biasa. Salah
satu indikasinya adalah berdirinya lebih dari dua ratus
partai politik, walau kemudian hanya 48 buah yang lolos
verifikasi atau memenuhi untuk mengikuti Pemilu 1999.
Reformasi bidang politik menempati porsi terbesar,
sementara reformasi di bidang-bidang yang lain ternyata
kemudian tidak terlalu hadir sebagaimana diharapkan.
Dengan kata lain, reformasi politik tidak berjalan seimbang
dan tidak diikuti secara konsisten dengan reformasi
ekonomi, hukum, birokrasi, pendidikan, dan lain-lain.
Itulah sebabnya, reformasi yang di-kumandangkan pada
1998 tidak mencapai hasil yang maksimal, sehingga dalam
banyak masih seperti di masa Orde Baru. Misalnya, praktik
KKN masih sangat marak bahkan mungkin lebih parah
dibandingkan dengan masa Orde Baru. Hukum masih
carut-marut.
64 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Ekonomi lebih dikuasai asing, dan biaya hidup menjadi
jauh lebih mahal. Praktik demokrasi identik dengan uang.
Pragmatisme dalam segala bidang kehidupan semakin
menjadi sesuatu yang biasa. Pemilu yang secara teratur
digelar sejak 1999, termasuk pemilihan langsung untuk
memilih presiden dan kepala daerah, belum banyak
memberikan hasil yang signifikan bagi kemajuan bangsa
dan negara sebagaimana dituntut di awal gerakan
reformasi. Namun demikian, era reformasi masih
menjanjikan optimisme. Hadirnya kebebasan dan
terbukanya peluang bagi berbagai kalangan untuk
mengembangkan diri memberi akses tersendiri untuk
suatu ketika muncul orang-orang terbaik untuk
menempati posisi-posisi strategis terutama di bidang
politik dan pemerintahan. Mereka itulah yang akan
memberikan sentuhan bagi perubahan sejati melalui
kebijakan-kebijakan yang berbasis kebutuhan dan
permasalahan riil bangsa.
65 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Politik Gender
Manusia dihadirkan ke dunia oleh Sang Pencipta
berpasang-pasangan; ada laki-laki dan ada perempuan.
Dalam aspek-aspek tertentu, terutama fisik dan jenis
kelamin, terdapat perbedaan di antara keduanya. Tetapi,
perbedaan fisikal tersebut tidak ada korelasinya dengan
perbedaan kemampuan (berpikir, bertindak, memimpin,
dan lain-lain) antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan
fisikal tidak berarti bahwa yang satu lebih kuat, lebih
hebat, dan lebih berhak dari yang lain. Posisi berpasang-
pasangan mengisyaratkan bahwa antara laki-laki dan
perempuan saling melengkapi, saling bekerjasama, saling
menghormati, dan saling menyempurnakan dalam
kehidupan sebagai makhluk Tuhan, sebagai manusia, dan
sebagai pembentuk masyarakat.
Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) atau
terkadang disebut sensitivitas gender merupakan suatu
strategi yang dibangun untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender di berbagai bidang kehidupan dan
66 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pembangunan. Strateginya adalah dengan
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi terpadu
dalam kebijakan dan program pembangunan nasional,
mulai dari perencanaan, penyusunan program, proses
pengambilan keputusan, sampai dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi masing-masing, sehingga dapat mencapai
hasil dan dampak kesetaraan gender.
Pengarusutamaan gender merupakan manifsetasi dari
komitmen global dalam penghormatan terhadap hak-hak
asasi manusia, berkaitan dengan kesamaan kesempatan
dan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan dalam
melaksanakan peran-peran politik, ekonomi, dan sosial
budaya dalam kehidupan masyarakat.
Dalam relasi sosial yang setara, perempuan dan laki-
laki merupakan faktor yang sama pentingnya dalam
menentukan berbagai hal menyangkut kehidupan, baik
dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks
ini, menjadi tidak tepat konsep “emansipasi wanita”. Yang
tepat adalah pengarusutamaan gender.
67 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Sebab, pengarusutamaan gender justru menghormati hak-
hak baik perempuan maupun laki-laki tanpa diskriminasi.
Pengarusutamaan gender lebih menekankan bagaimana
menempatkan perspektif itu dalam berbagai peran secara
optimal.
Munculnya Gerakan Kesetaraan
Gerakan kesetaraan perempuan dan laki-laki dimulai
dengan munculnya gerakan 'emansipasi' pada dekade
1950- 1960-an. Pada tahun 1963 muncul pula gerakan
kaum perempuan yang mendeklarasikan suatu resolusi
melalui badan ekonomi dan sosial PBB. Gerakan
kesetaraan perempuan dan laki-laki diperkuat dengan
deklarasi yang dihasilkan dari konferensi PBB tahun 1975,
dengan tema Women In Development (WID) yang
memprioritaskan pembangunan bagi perempuan yang
dikembangkan dengan mengintegrasi perempuan dalam
pembangunan.
Pada fase berikutnya, terjadi sejumlah pertemuan
internasional yang memperhatikan pemberdayaan
perempuan. Akhirnya, sekitar 1980-an berbagai studi
68 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menunjukkan bahwa kualitas kesetaraan lebih penting
daripada kuantitas, maka tema WID diubah menjadi
Women and Development (WAD). Pada tahun 1992 dan
1993, studi Anderson dan Moser memberikan
rekomendasi bahwa tanpa kerelaan, kerjasama, dan
keterlibatan kaum laki-laki maka program pemberdayaan
perempuan tidak akan berhasil dengan baik. Dengan
alasan tersebut maka digunakanlah pendekatan gender
yang dikenal dengan konsep Gender and Development
(GAD), yang menekankan prinsip hubungan kemitraan dan
keharmonisan antara perempuan dan laki-laki.
Pada tahun 2000, konferensi PBB menghasilkan 'The
Millenium Development Goals' (MDGs) yang
mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan sebagai cara efektif untuk memerangi
kemiskinan, kelaparan, dan penyakit serta menstimulasi
pembangunan yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan.
69 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Sistem Pertahanan dan Keamanan
Hakikat Pertahanan dan Keamanan
Di dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan: “...
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia ...” Frasa
“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah”,
setidaknya mengandung dua dimensi utama yakni
pertahanan dan keamanan.
Pertahanan atau pertahanan negara adalah segala
usaha untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara, disusun dengan mem-perhatikan
kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan (UU
TNI). Sedangkan keamanan nasional secara umum
diartikan sebagai kebutuhan dasar untuk melindungi dan
menjaga kepentingan nasional suatu bangsa yang
menegara dengan menggunakan kekuatan
70 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
politik, ekonomi, dan militer untuk menghadapi berbagai
ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam
negeri.
Keamanan nasional juga bisa diartikan sebagai
kebutuhan untuk memelihara dan mempertahankan
eksistensi negara melalui kekuatan ekonomi, militer dan
politik serta pengembangan diplomasi. Konsep ini
menekankan kepada kemampuan pemerintah dalam
melindungi integritas teritorial negara dari ancaman yang
datang dari luar dan dari dalam negara tersebut (Dewan
Ketahanan Nasional, 2010). Di dalam pasal 30 ayat (2) UUD
1945 dikatakan: usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung. Dalam pengertian sempit,
dimensi pertahanan menjadi domain Tentara Nasional
Indonesia, sedangkan dimensi keamanan lebih menjadi
domain Kepolisian. Dalam pengertian luas, baik
pertahanan maupun keamanan berhubungan secara
71 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dialektikal di mana TNI dan Kepolisian dapat bekerjasama
membentuk kekuatan bersama. Bahkan, jika diperlukan,
seluruh rakyat pun berpartisipasi di dalamnya.
Pembangunan Pertahanan dan Keamanan
Pembangunan pertahanan dan keamanan nasional
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan
ketahanan nasional dan selanjutnya ketahanan nasional
yang tangguh akan lebih mendorong lagi pembangunan
nasional.
Pembangunan pertahanan dan keamanan nasional
didasarkan pada pandangan hidup bangsa Indonesia yang
mencintai perdamaian, tetapi terlebih lagi mencintai
kemerdekaan dan kedaulatannya. Hanya dalam suasana
kehidupan dunia yang damai dan dalam suasana negara
yang merdeka dan berdaulat itu, memungkinkan bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan-nya melalui
usaha pembangunan.
72 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Upaya pertahanan dan keamanan nasional haruslah
menjamin tercegahnya atau teratasinya hal-hal yang
langsung atau tidak langsung dapat mengganggu jalannya
pembangunan nasional. Hal-hal yang langsung dapat
mengganggu jalannya pembangunan nasional, adalah
gangguan keamanan dalam negeri dan ancaman terhadap
kemerdekaan, kedaulatan dan integritas RI, sedangkan
hal-hal yang bersifat tidak langsung adalah keamanan
dunia umumnya dan keamanan di kawasan Asia Tenggara
khususnya.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa kelangsungan
hidup Bangsa dan Negara ditentukan oleh keberhasilan
pembangunan nasionalnya. Ancaman dan gangguan oleh
lawan dari dalam dan luar negeri, merupakan hal yang
tidak dapat begitu saja diserahkan kepada nasib, ataupun
dipercayakan kepada kekuatan-kekuatan lain di dunia.
Oleh karena itu, upaya dan cara penyelenggaraan
pertahanan dan keamanan nasional ditentukan dalam
kebijaksanaan Hankamnas.
73 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Reformasi TNI
Reformasi TNI berlangsung sesuai amanat UU Nomor 34
tahun 2004 tentang TNI. Di dalam UU ini dikatakan bahwa
salah satu jati diri TNI adalah sebagai Tentara Profesional,
yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik
negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil,
hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum
internasional yang telah diratifikasi.
Amanat UU tersebut sudah dilaksanakan dengan baik
oleh TNI secara sungguh-sungguh, konsisten, dan
berkelanjutan. Amanat tersebut bersifat radikal
sebenarnya diukur dari bagaimana sosok, postur, dan
kiprah TNI di masa Orde Baru. Ketika itu, TNI selain tampil
dalam politik praktis sebagai pelaku secara institusional,
juga terlibat dalam kegiatan berbisnis secara institusional
pula, kemudian tidak tunduk kepada supremasi sipil, tidak
menghargai prinsip-prinsip demokrasi, tidak menghargai
74 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
hak asasi manusia. Kenyataan ini membuat TNI
dipertanyakan profesionalismenya. Saat ini, kalau mau
jujur, TNI merupakan satu-satunya lembaga negara yang
cukup konsisten melaksanakan reformasi internalnya,
meskipun masih menghadapi tantang yang tak ringan
dalam hal kesejahteraan prajurit yang dijanjikan oleh
negara.
Reformasi Kepolisian
Kepolisian yang di masa Orde Baru menjadi bagian dari
militer, sudah memiliki perangkat hukum (UU Nomor 2
tahun 2002) untuk melakukan reformasi internal dirinya.
Di dalam UU Kepolisian dikatakan: Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
75 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Soal Ancaman
Dari mana datangnya ancaman? Ancaman terhadap
pertahanan dan keamanan dapat berasal baik dari dalam
maupun dari luar negeri. Bentuk ancaman yang datang
dari dalam negeri misalnya pemberontakan, aksi teror,
bencana alam, kemiskinan, kebodohan, ke-terbelakangan,
dan sebagainya. Ancaman dari luar negeri, misalnya
berupa agresi militer dari negara lain, boikot ekonomi dari
negara lain atau kelompok tertentu di luar negeri, dan
lainnya.
Ancaman dapat bersifat ancaman militer dan
nonmiliter. Ancaman militer merupakan ancaman
tradisional sifatnya. Sedangkan ancaman nonmiliter
merupakan ancaman nontradisional atau modern, selain
bentuknya sangat beragam, juga tidak mudah dideteksi
dan diprediksi. Ancaman nonmiliter saat ini sudah
menggunakan teknologi canggih bahkan super-canggih. Ia
tidak hanya datang secara berkelompok, juga oleh
perorangan atau aktor-aktor tertentu.
Bagaimana merespons suatu ancaman? Merespons
ancaman tergantung sifat dan bentuknya. Ada sifat-sifat
76 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dan bentuk-bentuk ancaman yang hanya perlu
direspons secara militer, tetapi ada pula yang harus
direspons secara nonmiliter atau nirmiliter. Karena itu,
sangat diperlukan dan disiapkan kemampuan militer dan
non-militer untuk merespons dalam mengantisipasi
kemungkinan ancaman terhadap pertahanan dan
keamanan negara.
Di era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap jaminan
keselamatan manusia, masyarakat dan negara berikut
penghormatan kepada hak asasi manusia semakin tinggi.
Untuk itu, penggunaan kekuatan militer oleh suatu negara
untuk meraih kepentingan nasionalnya semakin tidak
populer. Dalam konteks ini, bagi Indonesia memperkuat
kemampuan respons non-militer menjadi sangat perlu
tanpa meninggalkan kemungkinan dilakukannya respons
militer. Untuk menghadapi ancaman yang sifat
kompleksitasnya semakin tinggi, dengan sendirinya
Indonesia semakin dituntut untuk mampu melakukan
respons yang komprehensif dan terpadu antara respons
militer dan nonmiliter secara
77 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
efektif, baik pada tataran domestik maupun regional dan
global.
Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (hankamrata)
merupakan sistem pertahanan negara yang dianut oleh
Indonesia. Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2004, hankamrata
adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta, yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumberdaya nasional lainnya serta dipersiapkan secara
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total,
terpadu, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan
untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari setiap
ancaman.
Sistem keamanan nasional merupakan landasan legal
pengaturan keamanan nasional, baik keamanan nasional
sebagai fungsi maupun sebagai kondisi. Sistem keamanan
nasional berisi pengaturan-pengaturan tentang lingkup
keamanan nasional, aktor dan kewenangannya,
78 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
interrelasi antar-aktor, kebijakan, dan lain-lain yang
lebih terinci, konkrit, dan operable.
Sistem keamanan nasional berisi bagian-bagian, atau
subsistem-subsistem, yang terdiri dari subsistem
Keamanan Negara, subsistem Keamanan Publik, dan
subsitem Keamanan Warga Negara. Subsistem Keamanan
Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi negara
sebagai sebuah entitas politik yang meliputi kemerdekaan,
kedaulatan negara, integritas teritorial, dan tegaknya
konstitusi dari setiap ancaman dari manapun datangnya.
Ketika menghadapi ancaman yang berasal dari
kalangan eksternal, negara menjalankan fungsi
pertahanan negara (defence). Sedangkan ketika
menghadapi ancaman yang berasal dari kalangan, maka
fungsi yang dijalankan adalah keamanan internal (internal
security).
Subsistem Keamanan Publik bertujuan memberikan
perlindungan keamanan kepada publik (masyarakat)
terhadap setiap ancaman atau segala sesuatu yang
membahayakan kepentingan dan kebutuhan publik.
79 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Subsistem Keamanan Warga Negara bertujuan
memberikan perlindungan keamanan kepada setiap warga
negara Indonesia di mana pun berada terhadap setiap
ancaman atau segala sesuatu yang dapat membahayakan
haknya untuk bebas dari rasa takut (freedom from fear)
dan bebas untuk berkeinginan (freedom from want), yang
meliputi keamanan ekonomi, keamanan pangan,
keamanan kesehatan, keamanan lingkungan, keamanan
personal, keamanan komunitas, dan keamanan politik.
Dalam menjalankan kewajiban tersebut, negara
melakukan subfungsi-subfungsi Keamanan Nasional yang
diperankan oleh aktor-aktor negara. Dengan demikian,
keamanan nasional sebagai salah satu fungsi
pemerintahan diemban oleh aktor negara yang memiliki
otoritas politik dan aktor negara yang memiliki otoritas
operasional.
80 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Catatan Kesehatan dan Kesejahteraan
Masyarakat
Beberapa Permasalahan Kesehatan
Penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan dengan
berbagai aspek di dalamnya merupakan tangguung jawab
pemerintah. UU Nomor 36 Tahun 2009 sangat jelas
menyebutkan hal itu. Namun demikian, berbagai kalangan
masyarakat dapat memberikan partisipasi dan
kontribusinya dalam menciptakan kehidupan yang sehat.
Apalagi, Indonesia sampai saat ini masih menghadapi
banyak permaslahan yang cukup berat di bidang
kesehatan.
Sejumlah permasalahan bidang kesehatan dimaksud, di
antaranya:
1. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya
tidak merata. Kurangnya minat tenaga kesehatan
untuk bekerja di daerah terpencil memberi andil
terhadap semakin beratnya permasalahan
pemerataan tenaga kesehatan;
81 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
2. Belum baiknya kesinambungan dan integrasi
antarprogram kesehatan; 3. Secara geografis masih terdapat ketimpangan
antar-regional dalam pelayanan kesehatan;
4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola
hidup bersih dan sehat; 5. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Hal ini
berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat.
Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas-sektor
yang belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan
kewilayahan. Lemahnya dukungan peraturan perundang-
undangan, kemampuan sumberdaya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk,
pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun
secara nasional kualitas kesehatan masyarakat mengalami
peningkatan, akan tetapi disparitas status kesehatan
antartingkat sosial ekonomi, antarkawasan, dan
antarperkotaan-perdesaan masih cukup tinggi.
82 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Di tahun 2014, misalnya, program BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) mulai diterapkan, dengan
asumsi sudah terjadi pemerataan pelayanan kesehatan.
Pada awal 2014, kepesertaan BPJS Kesehatan terdiri atas:
Direncanakan, pada awal 2019 kepesertaan BPJS
Kesehatan adalah seluruh penduduk Indonesia yang
jumlahnya diperkirakan mencapai 257,5 juta jiwa. Namun
demikian, beberapa persoalan masih dihadapi dalam
rangka BPJS Kesehatan, terutama menyangkut peraturan
pelaksana BPJS (Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Presiden) yang belum diterbitkan dalam catatan peneliti,
seperti:
1. PP tentang Aset dan Liabilitas;
2. PP tentang Dana Operasional;
83 Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
3. PP tentang Sanksi bagi Dewan Pengawas dan
Direksi;
4. PP tentang Pelayanan Keshatan Tertentu;
5. PP tentang Hubungan Antar-lembaga;
6. PP tentang Tata Cara Pemilihan Dewan Pengawas
dan Direksi; dan
7. Perpres tentang Pengelolaan BPJS.
Sementara itu, dewasa ini, terdapat beberapa masalah
kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat
perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak,
misalnya:
a. Anemia pada ibu hamil, kelompok mahasiswa, dan anak-anak usia sekolah;
b. Kekurangan kalori dan protein pada bayi dan
anak-anak, terutama di daerah endemik;
c. Kekurangan vitamin A pada anak;
d. Bagaimana mempertahankan dan meningkatkan
cakupan imunisasi.
84 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-
sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas
bahan baku sumberdaya manusia Indonesia di masa yang
akan datang. Sementara itu, tak jarang terjadi perubahan
masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai
macam transisi kesehatan berupa transisi demografi,
transisi epidemiologi, transisi gizi, dan transisi perilaku.
Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan
beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
- Transisi demografi, mendorong peningkatan usia
harapan hidup yang meningkatkan proporsi
kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan
BALITA tetap menggantung;
- Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda
atas penyakit menular yang belum pupus ditambah
dengan penyakit tidak menular yang meningkat
dengan drastis;
- Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi
dengan gizi lebih;
- Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari
85 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
perilaku tradisional menjadi modern yang cenderung
membawa risiko tertentu.
Status kesehatan penduduk miskin masih rendah. Masalah
kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan
penyakit, melainkan juga gangguan kesehatan yang
ditandai dengan adanya perasaan terganggu secara fisik,
mental, dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga
merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan
gangguan kesehatan atau sakit. Selama ini tampak bahwa
perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang
sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan
sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu,
dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan
perhatian dan biaya seharusnya diberikan kepada
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi
kesehatan.
Soal Penyakit
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
86 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
kesehatan adalah salah satu komponen utama, selain
pendidikan dan pendapatan.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat
dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu
angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi
gizi kurang, dan umur angka harapan hidup. Angka
kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per-
1.000 kelahiran hidup (2002–2003), dan angka kematian
ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per-
100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan
hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2
tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).
Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita,
telah menurun dari 34,4% (1999) menjadi 27,5% (2004).
Dalam konteks gizi antar provinsi, misalnya, terlihat sangat
bervariasi yaitu terdapat 10 provinsi dengan
87 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
prevalensi gizi kurang di atas 30% dan bahkan ada yang di
atas 40% yaitu di Provinsi Gorontalo, NTB, NTT, dan Papua.
Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk
miskin/tidak mampu. Di sisi lain, masalah baru gizi seperti
kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung
meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat.
Angka kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan
usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih
tinggi pada wanita dibanding pria.
Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah:
penyakit gigi dan mulut, gangguan refraksi dan
penglihatan, ISPA (infeksi saluran pernafasan atas,
gangguan pembentukan darah (anemia) dan imunitas,
hipertensi, penyakit saluran cerna, penyakit mata lainnya,
penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Selain itu,
Indonesia juga menghadapi ”emerging diseases” seperti
demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, chikungunya,
SARS, avian influenza, serta penyakit-penyakit
”reemerging diseases” seperti malaria dan TBC.
88 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator positif, bukan hanya indikator negatif (sakit dan mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan agar faktor yang digunakan sebagai indikator kesehatan penduduk mengacu pada empat hal berikut:
a. Melihat ada atau tidaknya kelainan patosiologis
pada seseorang;
b. Mengukur kemampuan fisik;
c. Melakukan penilaian atas kesehatan sendiri; dan
d. Indeks massa tubuh.
Paradigma Baru Kesehatan
Sejak adanya penemuan bermakna pada pertengahan
1970-an mengenai konsep sehat memberi arti tersendiri
bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia. Hal itu
sekaligus menjadi pertanda dimulainya era kebangkitan
kesehatan masyarakat baru, karena sejak pertengahan
1970-an (tepatnya 1974) itu terjadi diskusi intensif
berskala nasional dan internasional tentang karakteristik,
89 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
konsep, dan metode untuk meningkatkan pemerataan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan
Mexico (1990), dan Saitama (1991), para ahli kesehatan
dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari
orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan tersebut
antara lain disebabkan oleh:
a) Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan
kematian yang semula disebabkan oleh penyakit
infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan
kecelakaan;
b) Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke
alat/sarana; dan
c) Semakin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk.
Balonde (1974) dan diperkuat oleh Hendrik L. Blum
(1974) secara jelas mengatakan bahwa “status kesehatan
penduduk bukanlah hasil pelayanan medis semata-mata”.
Akan tetapi faktor-faktor lain seperti lingkungan, perilaku,
dan genetika justru lebih menentukan terhadap
90 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
status kesehatan penduduk.
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya, pada
pasal 2 UU tersebut dikatakan, pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berasaskan peri-kemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif, dan norma-norma agama.
Menyangkut hak manusia Indonesia untuk memperoleh
akses dan pelayanan kesehatan yang baik, UU Nomor 36
(pasal 4- 8) menyebutkan:
a) Setiap orang berhak atas kesehatan;
b) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumberdaya di bidang
kesehatan;
c) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
91 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
terjangkau.
d) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung
jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya;
e) Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi pencapaian derajat kesehatan;
f) Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab;
g) Setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan. Sementara kewajiban setiap
manusia Indonesia di bidang kesehatan, UU Nomor 36
(pasal 9-13) menyebutkan:
h) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya;
92 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
i) Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang
lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang
sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial;
j) Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat
untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya;
k) Setiap orang berkewajiban menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya;
l) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial.
Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh
masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak
transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan
kesehatan perorangan belum berjalan dengan optimal. Di
bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan
standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan jenis
obat generik.
93 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Penggunaan obat generik dan obat tradisional cenderung
mengalami kenaikan, dan 95% kebutuhan obat nasional
telah dipenuhi di dalam negeri. Demikian juga dengan
vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan.
Kendati demikian, ketersediaan, mutu, serta keamanan
obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta
belum dapat dijangkau dengan mudah oleh seluruh
masyarakat. Selain itu, Obat Asli Indonesia (OAI) belum
sepenuhnya dikembangkan dengan baik meskipun potensi
yang dimiliki sangat besar. Pengawasan terhadap
keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan
lebih luas meliputi produk pangan, suplemen makanan,
obat tradisional, kosmetika, produk terapetik/obat, dan
NAPZA disertai dengan penyidikan kasus tindak pidana.
Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami
kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan
yang diperlukan.
Permasalahan besar di bidang SDM (sumberdaya
manusia) adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM
kesehatan mengalami peningkatan, tetapi masih jauh dari
94 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
target Indonesia Sehat saat ini, dan variasi antardaerah
masih tajam.
Kesehatan dan Perempuan
Banyak tulisan dan analisis yang merekam kondisi
perempuan dalam konteks yang beraneka ragam; baik
dari sisi bahasannya (kesehatan, pendidikan, kesehatan,
kekerasan terhadap perempuan, partisipasi politik)
maupun cara melihat kondisi tersebut (misalnya teori
sosial, pendekatan ekonomi, ideologi gender). Terdapat
suatu pemikiran bahwa peran politik perempuan
mempunyai andil besar dalam usaha memecahkan
masalah perempuan. Dengan memandang masalah
domestik sebagai masalah publik, maka berbagai
masalah seperti perkawinan, kekerasan dalam rumah
tangga, dan kesehatan reproduksi mulai dibicarakan
dalam tataran politik dan hukum nasional.
Perempuan dan Kebijakan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi perempuan terkait dengan
berbagai hal berikut:
a. Kebijakan kependudukan;
95 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
b. Muncul dan berkembangnya penyakit HIV/AIDS
dan PMS (penyakit menular seksual) lainnya; dan
c. Kecenderungan aktivitas seksual pada usia yang
semakin muda.
Kesehatan reproduksi perempuan tidak terpisah
dengan kebijakan kependudukan. Kebijakan ke-
pendudukan meliputi dua hal mendasar, yaitu:
a. Pengendalian fertilitas. Adalah hak perempuan
dan laki-laki untuk mengambil keputusuan tentang
kapasitas reproduksi mereka; dan
b. Pengendalian penduduk. Usaha pihak luar
pemerintah nasional, badan-badan internasional,
atau lembaga agama untuk mengendalikan hak
keluarga dalam mengambil keputusan tentang
jumlah anak yang diinginkan.
Banyak hal dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
fertilitas seperti kondisi kesehatan yang lebih baik,
penghapusan buta aksara, peningkatan kesempatan kerja
bagi, dan pemberdayaan perempuan. Kebijakan dalam
bidang kesehatan reproduksi berikut ini tampaknya perlu
dilakukan, yakni:
96 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
1. Peningkatan kondisi kesehatan perempuan dan
peningkatan kesempatan kerja. Hal ini dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan usia kawin dan
melahirkan, sehingga risiko selama kehamilan akan
menurun;
2. Pendekatan target pada program KB harus disertai
dengan adanya tenaga dan peralatan medis yang
cukup. Hal ini untuk mencegah terjadinya malpraktik
karena keinginan untuk mencapai target;
3. Peningkatan partisipasi laki-laki dalam menurunkan
angka kelahiran. Tidak hanya perempuan yang
dituntut untuk mencegah kehamilan, tetapi juga laki-
laki, karena pada saat ini sudah tersedia beberapa alat
kontrasepsi untuk laki-laki;
Banyak hal dalam kehidupan sosial perempuan
berdasarkan kelas, ras, maupun nation, dapat dikaitkan
secara isu-isu sentral perempuan seperti pendidikan,
kesehatan reproduksi, kerja domestik, upah rendah, peran
ganda, kekerasan seksual, ideologi jender, terutama pada
masyarakat yang telah mengenal kapitalisme dan
komersialisasi. Dari berbagai pendekatan
97 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dalam menangani masalah perempuan, seyogyanya
beberapa pendekatan berikut dipakai sebagai dasar
penyusunan kebijakan:
a. Kebutuhan praktis gender merupakan kebutuhan
yang meringankan beban kerja kehidupan
perempuan, tetapi tidak menyinggung ketidak-
sejajaran dalam bidang kerja, seksual, dan
pendidikan;
b. Pendekatan kesetaraan (equity approach).
Perempuan me-rupakan partisipan aktif dalam
proses pembangunan yang mempunyai sumbangan
dalam pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan
produktif dan reproduktif;
c. Pendekatan pemberdayaan (empowerment
approach). Pendekatan ini berdasarkan asumsi
bahwa untuk memperbaiki posisi perempu-an,
beberapa intervensi dari atas, tanpa disertai upaya
untuk meningkatkan kekuasaan perempuan dalam
melakukan negosiasi, tawar-menawar, dan
mengubah sendiri situasinya tidak akan berhasil.
Selama ini perempuan ditempatkan hanya sebagai
98 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
instrumen perantara dalam mencapai target ke-
pendudukan atau kesehatan yang dicanangkan
pemerintah tanpa memandang hak-hak perempuan atas
tubuhnya sendiri. Kebijakan kesehatan yang menghormati
hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan
memberikan kontribusi mengatasi masalah
kependudukan, dengan risiko yang jauh lebih kecil.
99 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Prospek Ekonomi dan Pembangunan
Apa Itu Ekonomi?
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, asal kata
‘oikosnamos’ atau oikonomia’ yang berarti ‘manajemen
urusan rumah-tangga’, khususnya penyediaan dan
administrasi pendapatan (Sastradipoera, 2001). Sejak
perolehan maupun penggunaan kekayaan sumberdaya
secara fundamental perlu diadakan efesiensi termasuk
pekerja dan produksinya, maka dalam konteks modern
istilah ‘ekonomi’ tersebut menunjuk pada prinsip usaha
maupun metode untuk mencapai tujuan dengan alat-alat
sesedikit mungkin.
Menurut Profesor Mubyarto (1993), ekonomi atau
perekonomian adalah sistem yang menggambarkan
perikehidupan manusia sehari-hari, yang menyangkut
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, dan yang
terutama berhubungan dengan masalah pemanfaatan
100 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
barang-barang material. Bagaimanapun didefinisikan,
masalah ekonomi adalah masalah materi, masalah benda.
Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Ekonomi mikro (micro economy) merupakan cabang
ekonomi ekonomi yang mempelajari prilaku dari unit-unit
ekonomi individual, seperti: rumah tangga, perusahaan,
dan struktur industri. Ekonomi mikro membahas tentang
alokasi dan efisiensi sumberdaya pasar. Terdapat tiga teori
penting dalam ekonomi mikro, yakni:
a. Teori harga, melihat interaksi antara penawaran dan
permintaan barang jasa di dalam suatu pasar, faktor-
faktor yang mempengaruhinya: struktur pasar,
elastisitas penawaran, serta permintaan, dan
sebagainya;
b. Teori produksi, menganalisis biaya produksi serta
tingkat produksi optimal bagi produsen sehingga
mencapai tingkat laba maksimum; dan
c. Teori distribusi, membahas tingkat upah tenaga kerja,
tingkat bunga yang harus dibayarkan kepada
101 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pemilik modal, serta tingkat keuntungan dari
pengusaha.
Sedangkan ekonomi makro (macro economy) merupakan
cabang ekonomi yang mempelajari persoalan ekonomi
secara keseluruhan (nasional), seperti: pertumbuhan,
deflasi, inflasi, pengangguran atau kesempatan kerja.
Persoalan yang yang dianalisis dalam ekonomi makro
adalah:
a. Faktor-faktor yang menentukan kegiatan ekonomi
suatu negara;
b. Masalah-masalah yang dihadapi setiap
perekonomian suatu negara;
c. Peranan pemerintah dalam mengatasi masalah-
masalah ekonomi.
102 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Tabel 4.1 Perbedaan Ekonomi Mikro dan Makro
Beberapa Konsep dalam Ekonomi
1. Skarsitas
Skarsitas atau kelangkaan adalah sebuah prinsip bahwa
sebagian besar barang yang diinginkan orang hanya
tersedia dalam jumlah yang terbatas (kecuali seperti
barang bebas seperti udara). Dengan demikian, barang
umumnya dalam keadaan langka dan harus dijatah, baik
103 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
melaui mekanisme harga maupun cara lainnya (Samuelson
dan Nordhaus, 1990).
2. Produksi
Produksi dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam
pengertian luas, produksi adalah segala usaha untuk
menambah atau mempertinggi nilai atau faedah dari
sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit, produksi
adalah segala usaha dan aktivitas untuk menciptakan
suatu barang atau mengubah bentuk suatu barang
menjadi barang lain (Abdullah, 1992). Contoh, seorang
petani berusaha untuk menghasilkan padi atau beras
melalui usaha bertani, hal ini dapat diklasifikasikan
produksi dalam pengertian sempit. Jika jumlah padi atau
beras yang dihasilkan di tempat petani tersebut berlimpah
bila dibandingkan dengan keperluan konsumsinya, maka
beras atau padi tersebut nilai atau faedahnya akan rendah.
Dalam hal ini kemudian para pedagang berusaha
membawa limpahan beras tersebut ke tempat baru yang
memiliki nilai faedah yang lebih tinggi. Untuk aktivitas yang
terakhir ini dapat digolongkan produksi dalam arti luas.
104 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Suatu aktivitas produksi tidak akan berjalan tanpa melalui
“proses produksi”. Sebab sesuatu produksi tidaklah terjadi
dengan tiba-tiba, melainkan melalui tahapan suatu proses
yang cukup panjang. Proses produksi adalah suatu proses
atau kegiatan untuk memperoleh alat-alat pemuas
kebutuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jadi tujuan pokok dari produksi adalah untuk konsumsi.
Dan, usaha-usaha untuk nenyampaikan barang-barang
dari produsen ke konsumen tersebut dinamakan proses
“distribusi”. Terdapat empat macam faktor produksi,
yakni: (1) alam;
(2) tenaga kerja; (3) modal; dan (4) skill atau
keterampilan.
3. Konsumsi
Secara sederhana konsumsi adalah segala tindakan
manusia yang dapat menimbulkan turunnya atau
hilangnya “faedah atau guna” sesuatu barang. Bagi
Samuelson dan Nordhaus (1990), konsumsi adalah sebagai
pengeluaran untuk barang dan jasa seperti makanan,
pakaian, mobil, pengobatan, dan perumahan. \
105 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Dari penjelasan di atas, maka jelas berbeda dengan
pemahaman umum di masyarakat yang memahami
konsumsi selalu inherent dengan ‘makanan’. Seseorang
konsumen akan bersedia membeli sesuatu barang, karena
barang itu sangat berguna baginya. Begitu juga terhadap
jasa, seseorang akan membayar suatu jasa karena jasa
tersebut sangat bermanfaat baginya.
4. Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai perubahan stok modal
dalam kurun waktu tertentu, bisanya satu tahun buku
(Mullineux, 2000). Makna investasi tersebut sering
dikacaukan dengan investasi keuangan (financial
investment) yang definisinya adalah pembelian aset-aset
keuangan seperti saham dan obligasi yang nantinya akan
akan dijual kembali begitu harganya meningkat, dan hal itu
lebih terkait dengan analisis jasa.
Investasi juga berbeda dari “investasi inventori”, yakni
penyimpanan atau perubahan stok produk final, produk
setengah jadi, atau bahan-bahan mentah. Begitu pun
barang-barang investasi modal (capital investment goods)
berbeda dari barang konsumsi, karena hal itu dapat
106 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menghasilkan arus jasa selama periode tertentu, dan jasa
itu tidak langsung memenuhi kebutuhan konsumen.
5. Pasar
Pasar adalah sebuah mekanisme yang melaluinya para
pembeli dan para penjual berinteraksi untuk menentukan
harga dan melakukan pertukaran barang dan jasa
(Samuelson dan Nordhaus, 2003). Dengan demikian pasar
pada dasarnya juga merupakan keseluruhan permintaan
dan penawaran barang serta jasa.
Walaupun sepintas kelihatannya seperti sebuah kumpulan
campur-baurnya penjual dan pembeli yang
membingungkan dan merupakan mekanisme yang rumit,
namun sistem ini merupakan suatu alat komunikasi untuk
menyatukan pengetahuan dan tindakan-tindakan dari
jutaan individu yang berbeda untuk proses pemenuhan
kebutuhan.
Ada empat jenis pasar, yakni:
a. Jika dilihat dari barang-barang yang diperjual-
belikannya, dapat dibedakan antara pasar barang
konsumsi dan pasar faktor produksi;
107 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
b. Jika dilihat dari waktu terjadinya, dapat dibedakan
antara pasar harian, pasar mingguan, dan bulanan.
Sementara itu untuk pasar tahunan biasanya
dilaksanakan dalam bentuk pekan raya;
c. Jika dilihat dari lingkup aktivitasnya, dapat dibedakan
ada pasar lokal, nasional, maupun internasional; d. Jika dilihat dari strukturnya, dapat dibedakan antara
pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar
oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.
6. Uang
Ekonom terkemuka John Maynard Keynes (1930)
mendefinisikan uang sebagai alat penyelesaian
kontraktual, dan sebuah store of value, sebuah wahana
purchasing power yang bergerak dalam lintasan waktu.
Dengan demikian uang secara umum dilihat dari fungsinya
dapat didefinisikan sebagai alat tukar. Uang juga berfungsi
sebagai satuan ukuran (standard for valuing things), dan
memiliki fungsi turunan (seperti sebagai standard
perincian utang atau standard deferred payments, dan
sebagai alat penyimpan kekayaan).
108 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Dalam perkembangannya, uang juga merupakan alat
untuk menjalankan kekuasaan ekonomi. Justru oleh
karena uang memberikan hak kekuasaan abstrak atas
dasar-dasar dan jasa-jasa, maka pada umumnya manusia
ingin memiliki uang. Uang berarti kekuasaan pada
sebuah masyarakat yang individualistik.
7. Letter of Credit
Letter of Credit (L/C) adalah suatu surat yang dikeluarkan
oleh bank devisa atas permintaan importir nasabah bank
devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di
luar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut
(Amir, 1996). Isi surat itu menyatakan bahwa eksportir
penerima L/C diberi hak oleh importir untuk menarik
wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas Bank
Pembuka untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat
itu. Bank yang bersangkutan menjamin untuk
mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik
tersebut asalkan sesuai dan memenuhi semua syarat
yang tercantum di dalam surat tersebut.
109 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
8. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran (balance of payments) adalah
keseluruhan catatan akuntansi dari transaksi-transasksi
internasional suatu negara dengan negara lainnya
(Thirlwall, 2000). Penerimaan valuta asing dari penjualan
barang dan jasa disebut ekspor dan sebagai item kredit
dalam apa yang disebut neraca transaksi berjalan
(current account) yang merupakan salah satu bagian dari
neraca pembayaran. Sedangkan pem-bayaran valuta
asing untuk pembelian barang-barang dan jasa disebut
impor dan muncul sebagai item debet dalam neraca
berjalan.
9. Bank (Perbankan)
Konsep bank mempunyai arti yang sebenarnya dan sudah
berakar khususnya pada masyarakat Eropa bermakna
“meja” atau “kounter”. Pengertian “meja” yang
dimaksud adalah “meja” yang sering dipakai tempat
penukaran uang di pasar pada Abad Pertengahan, dan
bukan “meja” yang dipakai oleh para “lintah darat”
(Revel, 2000). Pada awalnya bank-bank yang ada pada
110 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
masa lalu itu acapkali bermula sebagai usaha yang
disubsidi oleh para pedagang, awak kapal, pedagang
ternak, dan belakangan ini para agen perjalanan.
Ada pula bank-bank yang muncul dari bisnis perhiasan
emas yang beberapa di antaranya disubsidi oleh para
dermawan. Namun setelah dua abad lebih, perbankan
berkembang menjadi sektor perdagangan mandiri, dan
muncul berbagai perusahaan dan rekanan yang
menjalankannya sebagai bisnis yang tersendiri (Revel,
2000). Ada pun fungsi utama bank adalah: (1)
menghimpun dana-dana yang dimiliki masyarakat; (2)
menyalurkan dana yang telah berhasil dihimpun tersebut
dalam bentuk kredit; dan (3) memperlancar kegiatan
perdagangan dan arus lalu-lintas uang antara para
pedagang.
10. Koperasi
Koperasi adalah sebuah gerakan ekonomi maupun
sebagai badan usaha (Chaurmain dan Prihatin, 1994).
Sebagai gerakan ekonomi, koperasi mempersatukan
sejumlah orang-orang yang mempunyi kebutuhan yang
111 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
sama dan sepakat bahwa kebutuhan bersama itu akan
direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan dan diawasi,
serta dipertanggungjawabkan secara bersama
berdasarkan asas kekeluargaan dan kebersamaan.
Sedangkan sebagai badan usaha milik bersama, koperasi
merupakan sebuah badan yang bertujuan melakukan
usaha pemenuhan kebutuhan bersama seluruh anggota.
11. Kebutuhan Dasar
Konsep kebutuhan dasar telah memainkan peran penting
dalam analisis kondisi-kondisi khususnya di negara
miskin dan berkembang. Drenowski dan Scott (1966)
mengemukakan bahwa istilah kebutuhan dasar memiliki
riwayat yang panjang. Menurut Townsend (2000)
kebjutuhan dasar mulai dipakai secara luas sejak
Konperensi Tenaga Kerja Dunia (ILO) yang berlangsung di
Jenewa tahun 1976, yang mengemukakan bahwa bahwa
kebutuhan dasar itu memiliki dua unsur.
Pertama, meliputi jumlah minimum tertentu yang
dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk konsumsi pribadi,
meliputi; makanan, perumahan, sandang, serta perabot
dan peralatan rumah tangga. Kedua, kebutuhan dasar
juga meliputi layanan-layanan pokok yang disediakan
112 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
oleh dan untuk komuniatas secara keseluruhan, seperti;
kesehatan, pendidikan, air minum yang aman, sanitasi,
angkutan umum, dan fasilitas-fasilitas budaya.
12. Kewirausahaan
Konsep kewirausahaan (entrepre-neurship) merujuk
kepada suatu sifat keberanian, keutamaan dan dalam
mengambil risiko dalam kegiatan inovasi (Samuelson dan
nordhaus, (1990). Dari kata entrepreneur tersebut maka
muncullah tafsiran yang beragam, seperti: merchant
(pedagang), pemilik usaha, serta petualang.
13. Perpajakan
Konsep perpajakan mengacu kepada suatu pembayaran
yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam hal
menyelenggarakan jasa-jasa, untuk kepentingan umum,
yang sekaligus sebagai sumber pendapatan negara
(Brown, 2000). Di kalangan negara-negara maju, rata-
rata pajak menduduki seperlima sampai setengahnya
dari GDP. Misalnya, Swedia sampai setengah dari GDP.
Selandia Baru, mengalami peningkatan 61%.
113 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Menurut Brown (2000), terdapat tiga peranan pajak
dalam masyarakat: (1) efek alokatif; (2) efek distributif;
dan [3] efek administratif. Efek alokatif, bahwa pajak
mempengaruhi perilaku warga. Efek distribusional,
artinya pajak memiliki pengaruh terhadap distribusi
pendapatan. Efek administratif, bahwa memungut pajak
mengakibatkan munculnya biaya-biaya baik pada sektor
publik maupun swasta yang bervariasi.
14. Retribusi
Pungutan sebagai pembayaran atas pemakaian atau
karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha, atau fasilitas
pemerintah bagi yang berkepentingan atau karena jasa
yang diberikan oleh pemerintah berdasarkan peraturan
umum yang telah dibuat oleh pemerintah.
15. Resesi
Penurunan kegiatan ekonomi, yang tercermin dari
penurunan Produk Nasional Bruto (GNP) suatu negara,
minimal satu semester atau dua triwulan berurut-turut.
Dunia pernah mencatat resesi hebat pada 1930-an,
114 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
ketika semua pasar saham dan di diunia ambruk. Kondisi
ekonomi praktis tidak tumbuh, malah cenderung
melemah. Perang Dunia ke-2 pecah pada akhir 1930-an,
dan upaya pemulihan ekonomi dilakukan setelah perang
tahun 1945 sehingga ekonomi dunia pun kembali
bergairah.
16. Periklanan
Istilah ”perikalanan” menngacu pada suatu komunikasi
pasar yang dilakukan para penjual barang dan jasa. Pada
mulanya yang paling banyak memperhatikan bidang ini
ini adalah para ekonom, dan pembahasannya didasarkan
pada konsep kunci informasi dalam konteks struktur
pasar di tingkat lokal maupun nasional (Jhally, 2000).
17. Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas merupakan konsep yang paling
populer dalam ekonomi, yang mendasarkan kepemilikan
dan tanggung jawab pada sejumlah saham, dan
sepenuhnya diakui sebagai badan hukum. Terdapat tiga
karakteristik dalam perseroan terbatas: (1) setiap utang
115 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
perusahaan, menjadi tanggung jawab perusahaan, dan
tidak bisa dikaitkan dengan kekayaan pribadi pemegang
saham; (2) identitas perusahaan tidak akan berubah
sekalipun saham dialihkan ke pihak lain; dan (3)
hubungan kontraktual dilakukan dan menjadi tanggung
jawab dewan direksi (Reekie, 2000).
18. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dipahami sebagai
jumlah balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang
dalam kegiatan ekonomi berupa upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan, termasuk pajak tak
langsung dan pungutan. Untuk konteks ekonomi
daerah/provinsi dikenal istilah PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto). PDB merupakan salah satu indikator
yang banyak digunakan untuk melihat, mengukur, dan
menganalisis keadaan makro ekonomi. Data PDB
memiliki peran yang cukup penting dalam menganalisis
makro ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan
kebijakan. Kegunaan data PDB antara lain adalah untuk
menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan struktur
116 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
ekonomi. Selain itu, dari data PDB ini juga dapat
diturunkan menjadi beberapa indikator ekonomi lainnya.
Penghitungan PDB dilakukan dengan tiga pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan Produksi, dimana jumlah nilai tambah
atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dikelompok-kan menjadi 9
(sembilan) sektor, yakni: pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air
bersih; konstruksi, perdagangan, hotel, dan
restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan;
real estate dan jasa perusahaan; Jasa, termasuk jasa
pelayanan pemerintah.
b. Pendekatan Pendapatan, di mana jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu negara dalam
jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi
117 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,
bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung
lainnya. PDB mencakup juga penyusutan dan pajak
tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi
subsidi).
c. Pendekatan Pengeluaran/Penggunaan, dimana
semua komponen permintaan akhir yang terdiri
atas:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan
lembaga swasta (PC);
2. pengeluaran konsumsi pemerintah (GC);
3. pembentukan modal tetap (TCF);
4. Perubahan inventori/stok (S);
5. Ekspor neto (ekspor (EX) dikurangi impor (IM).Y
= PC + GC + TCF + S + (EX-IM)
118 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Potret Ekonomi Indonesia
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan
diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang
menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang
selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Pada masa Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, melainkan
memadukannya dengan nasionalisme ekonomi.
Pemerintah, masih ikut campur tangan ke dalam
beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi
masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut
politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan
ekonomi negara.
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan
disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi,
menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar
negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi
asing. Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang
meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan
memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang
119 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.
Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun
1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan
dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali, selanjutnya
mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada
industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun
1989 sampai 1997.
Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada
akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda
sebagian besar Asia pada saat itu, yang disertai pula
berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri
Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. Di bulan Agustus
1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman
dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur
yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999
kemudian memperpanjang program tersebut.
Pada 2010 ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh
pesat. PDB bisa dipastikan melebihin Rp 6.300 triliun
meningkat lebih dari 100 kali lipat dibanding PDB tahun
1980. Setelah India dan China, Indonesia adalah negara
dengan ekonomi yang tumbuh paling cepat di antara
120 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
20 negara anggota industri ekonomi terbesar di dunia G-
20.
Dilihat dari lapangan usaha utama, kontribusi sektor
primer terhadap PDB pada tahun 1983 adalah sebesar
43,64% dan pada tahun 2010 tinggal 26,49%. Sementara
itu, kontribusi sektor sekunder yang semula hanya
sebesar 19,08% pada tahun 1983 menjadi sekitar 35,89%
pada tahun 2010. Sedangkan sektor tersier mengalami
perubahan yang relatif konstan, kontribusi sektor ini
terhadap PDB pada tahun 1983 sebesar 37,29% dan pada
tahun 2010 sebesar 37,62%, tidak jauh berbeda dengan
tahun 1983.
121 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Hal ini menunjukkan telah terjadi transformasi
perekonomian atau perubahan struktur ekonomi
Indonesia yang ditandai dengan semakin menurunnya
peran sektor primer dalam sumbangannya terhadap PDB
dan semakin meningkatnya peran sektor non-primer.
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa ekonomi pada
triwulan II 2012 tumbuh 6,4 persen dari periode yang
sama tahun lalu. Dibandingkan triwulan I 2012, ekonomi
nasional tumbuh 2,8 persen.
Indikator kemajuan ekonomi Indonesia per-Agustus 2012:
1. Produk Domestik Brtuto Rp 7.417,2 triliun atas
sekitar 525 miliar dollar AS; 2. Nilai APBN 2011 mncapai Rp 1.229 triliun dan APBN
2012 mencapai Rp 1.548,3 triliun; 3. Pendapatan per kapita sekitar 3.500 dolar AS; 4. Produksi padi tahun 2011 sebesar 65,39 juta ton
GKG; 5. Cadangan devisa hingga 29 Juni 2012 sebesar 106,5
miliar dollar AS;
122 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
6. Angka kemiskinan 2010 tercatat 13,3 persen, pada
tahun 2011 turun menjadi 12,36 persen, dan Maret
2012 turun menjadi 11,96 persen;
7. Angka pengangguran pada 2011 tercatat 6,56
persen, pada Februari 2012 turun menjadi 6,32
persen;
8. Subsidi tahun2012 sebesar Rp 245,1 triliun meliputi
BBM, LPG, dan BBN Rp 202,4 triliun, listrik Rp 137,4
triliun, pangan Rp 20,9 triliun, pupuk Rp 14
triliun,benih Rp 0,1 triliun, PSO Rp 2,2 triliun, dan
bunga kredit program Rp 1,3 triliun;
9. Indonesia telah masuk anggota G-20, kelompok
negara yang sangat mempengaruhi eko-nomi dunia
dari ratusan Negara; 10. Dunia internasional mengakui dan memberi
apresiasi soal kemajuan yang dicapai Indonesia
dengan menjadikan Indonesia sebagai Negara
Investment Grade, dan juga berbagai kesuksesan
Indonesia dalam penyelenggaraan kegiatan
internasional seperti KTT ASEAN, East Asia Summit,
123 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
SEA Games. Sementara itu, kelas mengengah
Indonesia juga dilaporkan naik menjadi 56,6%, dan
angka kemiskinan terus menurun dari 17% tahun
2004 menjadi 11,6% pada 2013.
Masalah Kemiskinan
Angka kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi.
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa penurunan angka
kemiskinan dalam sepuluh tahun terakhir (2001-2011)
cenderung melambat, yakni rata-rata penurunan
kemiskinannya hanya 0,53%. Padahal, sejak tahun 2000
pemerintah memiliki beberapa program untuk
menanggulangi kemiskinan, seperti subsidi beras miskin
(Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), dan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Program-program tersebut dilengkapi dengan
keikutsertaan Indonesia dalam program MDGs
(Millennium Development Goals) bersama 188 negara
anggota PBB. Program yang dimulai sejak 2000 itu
diharapkan targetnya tercapai pada 2015.
124 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Di sisi lain, anggaran negara untuk program-program
pemberantasan kemiskinan selalu meningkat dari tahun
ke tahun. Di dalam Laporan Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat disebutkan bahwa tahun 2010,
misalnya, alokasi anggaran dari APBN untuk program
pemberantasan kemiskinan sebesar Rp 94 triliun; ada
peningkatan sekitar 27,8 triliun (dari Rp 66,2 triliun pada
tahun 2009). Sayang sekali, angka kemiskinan pada 2010
hanya mengalami penurunan kurang dari 1%. Selain
anggaran dari APBN, setiap provinsi dan kabupaten atau
kota juga memiliki anggaran tersendiri pula untuk
mendukung dan melakukan program pemberantasan
kemiskinan.
Ketahanan Pangan
Apa itu pangan? UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan mendefinisikan pangan sebagai segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
125 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
pembuatan makanan atau minuman.
Bahan pangan yang dimakan manusia Indonesia haruslah
pangan yang terjamim keamanan dan kehalalannya. Di
dalam UU Pangan (pasal 67) dikatakan, “keamanan pangan
diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman,
higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Keamanan
Pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia”
Lalu, apa pula ketahanan pangan? Menurut FAO,
ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan
kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah
rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika
penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau
dihantui ancaman kelaparan. Sementara itu, WHO
126 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menetapkan tiga komponen utama dalam ketahanan
pangan, yaitu: (1) ketersediaan pangan; (2) akses pangan;
dan (3) pemanfaatan pangan.
Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki
sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar.
Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumberdaya,
secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan
pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah
kemampuan dalam me-manfaatkan bahan pangan dengan
benar dan tepat secara proporsional. Melengkapi tiga
komponen dari WHO tersebut, FAO kemudian
menambahkan komponen keempat dalam ketahanan
pangan yaitu kestabilan, untuk kurun waktu yang panjang.
Menurut UU Pangan Tahun 2012, ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
127 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Selanjutnya, UU Pangan Tahun 2012 juga menyebut soal
kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Kedaulatan
pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas
pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai
dengan potensi sumberdaya lokal.
Sedangkan kemandirian pangan adalah kemampuan
negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di
tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi
sumberdaya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat.
Dalam perspektif UU Pangan Tahun 2012,
penyelenggaraan pangan dilakukan dengan berdasarkan
asas: (a) kedaulatan; (b) kemandirian; (c) ketahanan; (d)
keamanan; (e) manfaat; (f) pemerataan; (g) berkelanjutan;
128 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dan (h) keadilan.
Penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat
secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan
Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan
Pangan. Selanjutnya dikatakan, penyelenggaraan pangan
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kemampuan memproduksi pangan
secara mandiri; 2. Menyediakan pangan yang beraneka ragam dan
memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
bagi konsumsi masyarakat; 3. Mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama
pangan pokok dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 4. Mempermudah atau meningkatkan akses pangan
bagi masyarakat, terutama masyarakat rawan
pangan dan gizi; 5. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing
komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar
129 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
negeri;
6. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu,
dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
7. Meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan,
pembudidaya ikan, dan pelaku usaha pangan; dan
8. Melindungi dan mengembangkan kekayaan
sumberdaya pangan nasional. UU Nomor Pangan
2012 menekankan pentingnya produksi dalam
negeri sebagai tumpuan utama pasokan pangan
nasional, sedangkan pangan impor merupakan
pilihan terakhir manakala produksi dalam negeri
tidak mencukupi.
Ada 4 (empat) lingkup ketahanan pangan, yaitu: (1)
cukup, baik dari segi jumlah maupun mutunya serta
keragamannya, sehingga terpenuhi kebutuhan akan gizi
untuk hidup sehat dan produktif; (2) aman, bebas dari
cemaran biologi, kimia, benda lain yang menganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan serta aman dari
kaidah agama; (3) merata, pangan harus tersedia
130 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
setiap saat dan merata pada lokasi yang membutuhkan di
seluruh indonesia; dan (4) terjangkau, secara fisik pangan
mudah diperoleh setiap waktu oleh rumah tangga dengan
harga yang terjangkau.
UU Pangan yang dimiliki saat ini tidak memungkiri
kenyataan adanya sejumlah produk pangan yang tidak bisa
dihasilkan Indonesia. Untuk komoditas tertentu, Indonesia
juga belum mampu berswasembada. Untuk komoditas
kedelai, misalnya, Indonesia hanya mampu menghasilkan
sekitar 800 ribu ton per-tahun, jauh di bawah kebutuhan
konsumsi yang mencapai 2,6 juta ton.
Sebaliknya, UU Pangan juga tidak menafikan
kemungkinan Indonesia untuk mengekspor produk
pangan. Namun, ekspor pangan tetap harus
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan nasional.
Selain minyak kelapa sawit (CPO), Indonesia sebenarnya
juga berpeluang mengekspor beras dan gula. Pada tahun
2012, produksi beras nasional berkisar 35-40 juta ton per-
tahun, sedangkan konsumsinya sekitar 33 juta ton. Pada
2014 pemerintah menargetkan produksi beras nasional
131 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
surplus 10 juta ton. Surplus itu bisa lebih besar lagi bila
konsumsi beras dikurangi dengan diversifikasi pangan.
Selama ini, konsumsi beras Indonesia tergolong tinggi,
yakni 140 kg per-orang per-tahun, jauh di atas Vietnam,
Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar 65-70 kg. Jika
Indonesia bisa menurunkan konsumsi beras dari 140 kg
menjadi 100 kg per-orang per-tahun, berarti ada
penghematan sedikitnya 10 juta ton. Kalau itu bisa
dilakukan, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras,
justru sebaliknya malah bisa mengekspor.
Ketahanan Energi
Energi, secara teknis, diartian sebagai kemampuan untuk
melakukan usaha. Energi berbeda dengan sumber energi
(seperti listrik, gas, batubara, biomassa, dan lainnya).
Berbeda pula antara energi dan suatu komoditas (seperti
beras, besi, tembaga, dan lain-lain). Yang dimanfaatkan
dari enegri adalah “layanan” yang disediakannya, bukan
energinya itu sendiri (Budiarto, 2011). Layanan energi
(energy service) adalah berupa manfaat yang dihasilkan
oleh pembawa energi bagi kepentingan hidup manusia
132 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
(Modi, 2005). Contoh layanan energi yang diterima oleh
manusia adalah: panas untuk memasak, cahaya untuk
penerangan rumah, daya mekanik untuk menumbuk atau
menggiling biji-bijian, komunikasi, dan lain-lain.
Terdapat berbagai macam pembawa energi, seperti:
listrik yang dapat dibangkitkan dari bermacam-macam
sumber energi (air, angin, matahari, batubara). Sementara
itu, layanan energi dapat diperoleh dari beragam
pembawa energi tersebut, seperti: cahaya dari bahan
bakar atau listrik atau daya mekanik yang diperoleh dari
energi potensial (air, energi kinetik angin, atau dari listrik).
Energi berkait dengan konsep pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan itu sendiri
dapat diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengobankan kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
(UNEP-IEA, 2002). Pembangunan berkelanjutan
mengandung hubungan antara energi saat ini dan masa
mendatang, serta terkait dengan tiga dimensi sekaligus,
133 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
yakni: ekonomi, kesejahteraan sosial, dan lingkungan.
Energi menjadi komponen yang tak terpisahkan di dalam
tiga komponen tersebut.
Menurut Hughes (2000), energi diperlukan untuk
menggerakkan berbagai aktivitas, baik alami maupun
buatan. Energi menjadi salah satu penentu
keberlangsungan hidup suatu masyarakat; dalam ke-
mampuannya menjaga berbagai proses ekologis,
menggerakkan berbagai aktivitas ekonomi, dan secara
umum meningkatkan kualitas hidup. Keberlangsungan
tingkat dan kualitas aktivitas sangat tergantung pada
ketersediaan dan konsumsi energi.
Hakikat Ketahanan Energi
Ketahanan energi berkaitan dengan energy system
presilience (ketersediaan, daya tahan, keterjangkauan).
Menurut Asia Pacific Energy Research Center (2008),
ketahanan energi adalah kemampuan sebuah sistem
ekonomi untuk menjamin ketersediaan pasokan energi
secara berkelanjutan danm dalam waktu yang tepat
dengan tingkat harga yang tidak merugikan kinerja
134 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
sistem ekonomi tersebut. Sementara itu, organisai Uni
Eropa memaknai energi sebagai kemampuan untuk
menjamin ketersediaan produk fisik energi di pasar secara
terus-menerus dalam tingkat harga yang terjangkau oleh
konsumen, baik pribadi maupun industri, dengan selalu
memperhatikan pertimbangan lingkungan untuk
mendukung kelangsungan pembangunan
berkelanjutan.Bagi UNDP, ketahanan energi tidak lain
adalah ketersediaan berbagai bentuk energi di setiap
waktu dalam jumlah yang memadai serta harga yang
terjangkau tanpa menimbulkan dampak negatif yang
irreversible terhadap lingkungan.
Energi dalam Perekonomian Indonesia
Peran energi dalam perekonomian Indonesia biasanya
dikaitkan dengan sektor sumberdaya mineral. Menurut
Kementerian ESDM (2008), peran dua sektor tersebut
(energi dan sumberdaya mineral) dapat dilihat dari 9
(sembilan) faktor berikut:
1. Sebagai sumber energi domestik;
2. Sebagai sumber penerimaan negara;
135 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
3. Sebagai pendukung pembangunan daerah;
4. Sebagai faktor penting dalam nercara perdagangan;
5. Sebagai sumber sasaran investasi;
6. Sebagai beban subsisdi;
7. Sebagai faktor penting Indeks Harga Saham
Gabungan;
8. Sebagai bahan baku industri; dan
9. Sebagai pemacu efek positif berantai.
Perlu ditegaskan, menurut beberapa sumber, bahwa
secara nasional saat ini Indonesia sudah mengonsumsi
energi hampir 128%, ini berarti melebihi dari kuota yang
ditetapkan. Dan, hampir 70% bahan bakar kita adalah
impor. Sistem Ekonomi Pancasila Pancasila merupakan
dasar dan ideologi negara. Adalah sebuah keharusan bagi
Indonesia untuk membangun sistem ekonomi berdasarkan
Pancasila (dan UUD 1945). Ada baiknya Indonesia dengan
dasar negara Pancasila mencoba mengkaji kembali sistem
Ekonomi Pancasila. Di dalam UUD 1945 pasal 33,
dikatakan:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
136 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
berdasar atas asas kekeluargaan;
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara;
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Ekonomi Pancasila adalah keseimbangan (equilibrium)
dan mencegah terjadinya over sentralistik ekonomi, dan
mencegah semua harga komoditas diatur sepenuhnya
oleh pasar. Pada era Orde Baru boleh dikatakan tidak
semua harga barang diserahkan ke harga pasar -
contohnya harga sembako diawasi ketat, bahkan siaran
TVRI/RRI selalu dibacakan harga sayur-mayur, cabe
137 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
keriting dan sebagainya. Pemerintah selalu
mengintervensi harga barang yang terlalu melambung
dengan menetapkan batas harga tertinggi dan sebagainya.
Jangan menyerahkan segala harga barang kepada pasar.
Sistem Ekonomi Pancasila adalah middle way antara
ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Menurut pelopor
pemikiran Ekonomi Pancasila Profesor Mubyarto, Ekonomi
Pancasila adalah sistem ekonomi, atau sistem
perekonomian, yang berbeda dengan Ekonomi Kapitalis
dan sistem Ekonomi Komunis. Sistem Ekonomi Pancasila
adalah ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yaitu
sistem ekonomi yang merupakan usaha bersama yang
berdasarkan kekeluargaan dan kegotong-royongan
nasional. Selanjutnya, Profesor Mubyarto juga menyebut
konsep Moral Ekonomi Pancasila, sebagai kesatuan ukuran
atau norma-norma yang mengatur pola berpikir dan
bertindak dari pelaku-pelaku ekonomi dalam sietem
Ekonomi Pancasila.
138 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Mubyarto menyebut lima ciri sistem Ekonomi
Pancasila, yakni:
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, sosial, dan moral;
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah
keadaan kemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai
asas-asas kemanusiaan;
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh yang berarti
nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi;
4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan
merupakan bentuk yang paling konkrit dari usaha
bersama;
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi
dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk
menjamin keadilan ekonomi dan sosial.
Ciri-ciri yang lain dari sistem Ekonomi Pancasila adalah:
- Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah
negara atau pemerintah, seperti air, BBM,
139 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pertambangan, hasil bumi dan lain-lain;
- Peran negara adalah penting namun tidak dominan,
juga peranan koperasi dan swasta posisinya penting
namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi
kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi
komando; - Masyarakat adalah bagian yang penting di mana
kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk semua
serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat; - Modal atau pun buruh tidak mendominasi
perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan
antarsesama manusia.
140 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Dari Hukum Adat Hingga Hukum Positif
Negara Hukum
Sebuah negara disebut negara hukum (rule of law) jika
hukum menjadi kekuatan yang supreme. Superioritas
hukum telah dijadikan sebagai aturan main (rule of the
game) sehingga segala sesuatu berlangsung secara fair
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, terutama
dalam pemeliharaan ketertiban dan perlindungan
terhadap hak-hak warga negara. Pemikir kenegaraan
terkemuka berkebangsaan Inggris Jhon Locke,
mengisyaratkan tiga unsur minimal bagi suatu negara
hukum, yaitu:
1. Adanya hukum yang mengatur bagaimana anggota
masyarakat dapat menikmati hak asasinya dengan
damai;
2. Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan
sengketa yang timbul di bidang pemerintahan; dan
3. Adanya badan yang tersedia diadakan untuk
141 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
penyelesaian sengketa yang timbul di antara
sesama anggota masyarakat.
Menurut John Locke, di dalam negara hukum, warga
negara atau masyarakat tidak lagi diperintah oleh seorang
raja atau apa pun namanya, akan tetapi diperintah
berdasarkan hukum. Ide ini merupakan suatu isyarat
bahwa bagi negara hukum mutlak adanya penghormatan
terhadap supremasi hukum. Prinsip Negara hukum
mengajarkan bahwa komunikasi dan interaksi sosial yang
terdiri atas berbagai elemen komunitas berinteraksi dan
bertransaksi untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama.
Bahwa tatanan kehidupan dan komunikasi antar-individu
dalam suatu komunitas mengacu kepada aturan main yang
disepakati dan dipakai sebagai acuan dan referensi para
pihak dalam melakukan hubungan dan perbuatan hukum.
Tidak ada pihak yang merasa dizalimi atau menzalimi
(Wignjosoebroto, 2002).
Pertanyaannya, bagaimana dengan Indonesia?
Apakah dapat dikategorikan sebagai negara hukum?
142 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Para pendiri negara mencita-citakan negeri ini sebagai
suatu negara hukum: Negara Hukum Pancasila. Itulah yang
secara tegas dirumuskan di dalam pasal 1 ayat (3) UUD
1945: Negara Indonesia adalah Negara hukum. Pertanyaan
berikutnya, bagaimana cetak biru dan desain makro
penjabaran ide negara hukum itu? Sayang, sejauh ini
belum pernah atau belum ada rumusan komprehensif
tentang itu. Yang ada hanyalah pembangunan bidang
hukum yang bersifat sektoral (Asshiddiqie, 2009).
Penghormatan terhadap supremasi hukum tidak
hanya dimaksudkan dengan maraknya pembangunan dan
pembentukan hukum dalam arti peraturan perundang-
undangan. Tetapi, bagaimana hukum yang dibentuk itu
benar-benar dapat diberlakukan dan diterapkan, sehingga
hukum berfungsi sebagai sarana (tool) penggerak aktifitas
kehidupan bernegara, pemerintahan, dan ke-
masyarakatan. Supremasi hukum hanya akan punya arti
jika ada penegakan hukum, dan penegakan hukum hanya
akan memiliki nilai evaluatif jika disertai dengan
pemberlakuan hukum yang responsif. Artinya, superioritas
143 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
hukum akan terjelma dengan suatu penegakan hukum
yang bersendikan prinsip persamaan di hadapan hukum
(equality before the law) dengan dilandasi nilai dan rasa
keadilan.
Sistem Hukum Indonesia
Sistem hukum Indonesia merupakan campuran dari sistem
hukum-hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu
Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).
Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, keluarga, dan warisan. Selain itu, di Indonesia
juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat
dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
144 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Hukum Perdata Indonesia
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan
antarsubyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum
privat atau hukum sipil sebagai kontras dari hukum publik.
Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
negara serta kepentingan umum, misalnya politik dan
pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan
sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara
sehari-hari, seperti soal kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta
benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang
bersifat keperdataan lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia
dan perbedaan sistem hukum tersebut juga
mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem
hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di
Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran
145 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris. Lalu,
ada pula sistem hukum Eropa kontinental, sistem
hukum komunis, sistem hukum Islam, dan sistem-
sistem hukum lainnya.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada
hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata
Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (dikenal dengan sebutan
KUHPer.) yang berlaku di Indonesia hingga saat ini tidak
lain merupakan terjemahan yang kurang tepat dari
Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diterapkan di Indonesia
(juga di wilayah jajahan Belanda yang lain) berdasarkan
asas konko rdansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih
bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859.
Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum
perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) terdiri atas empat bagian, yaitu:
- Buku I, tentang Orang. Mengatur tentang hukum
146 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang
mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai
timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,
kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan
hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah
dinyatakan tidak berlaku dengan diundangkannya UU
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
- Buku II, tentang Kebendaan. Mengatur tentang hukum
benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban
yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan
benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan
penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi: (i)
benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah,
bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak
bergerak;
147 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau
piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak
berlaku dengan diundangkannya UU Nomor 5 tahun
1960 tentang Agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak
berlaku dengan diundangkannya
UU tentang hak tanggungan.
- Buku III, tentang Perikatan. Mengatur tentang hukum
perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian
(walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna
yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang
perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan
(yang terdiri dari perikatan yang timbul dari
(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul
dari adanya perjanjian), syarat- syarat dan tata cara
pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang per-
dagangan, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
148 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD
berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III.
Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer.
- Buku IV, tentang Daluarsa dan Pembuktian.
Mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata
dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.
Hukum Pidana Indonesia
Dalam literatur Ilmu Hukum dikatakan, berdasarkan isinya,
hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum privat dan
hukum publik. Hukum privat adalah hukum yang mengatur
hubungan orang perorang, sedangkan hukum publik
adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara
dan warga negaranya.
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.
Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum
pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana
materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana,
149 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia,
pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum pidana
formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana
materiil. Pengaturan hukum pidana formil telah disahkan
melalui UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
Hukum Tata Negara
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang
negara, yaitu antara lain dasar pendirian, struktur
kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara,
hubungan hukum (hak dan kewajiban) antarlembaga
negara, wilayah, dan warga negara. Dalam konteks
ketatanegaraan Indonesia, jenis dan hirarki peraturan per-
UU-an terdiri atas:
1. UUD Negara RI Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
150 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota.
Hukum Tata Usaha (Administrasi) Negara
Hukum tata saha (administrasi) negara adalah hukum yang
mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang
mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya. Hukum administarasi negara
memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.
Kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah.
Dalam hal perbedaan, hukum tata negara lebih mengacu
kepada fungsi konstitusi (hukum dasar) yang digunakan
oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan
pemerintah, untuk hukum administrasi negara.
Hukum Islam di Indonesia
Dalam praktik hukum, hukum Islam di Indonesia
sesungguhnya berlaku dan dijalankan oleh umat Islam
dalam konteks-konteks yang spesifik. Hanya saja, hukum
Islam tidak atau belum bisa ditegakkan secara
151 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
menyeluruh, karena dalam sejumlah hal akan
bertentangan dengan hukum yang berlaku umum. Hukum
Islam berasal dari Al-Quran, sedangkan hukum di
Indonesia berasal dari Pancasila, UUD 1945, dan hukum
warisan Belanda. Dalam hukum Islam, misalnya, berzina
dihukum rajam, sedangkan di Indonesia berzina
hukumannya adalah penjara. Jadi, dalam hukum Islam
sebenarnya tidak mengenal penjara, karena dalam penjara
tidak ada penghapusan dosa sebagai ganti hukuman di
akhirat. Apabila di dunia orang yang bersalah telah
dihukum sesuai syari’at Islam, maka di akhirat orang
tersebut sudah tidak diproses lagi, karena telah diproses
sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam kitab suci Al-
Qur'an.
Dalam kehidupan ekonomi dan bisnis, hukum Isam
dan prinsip-prinsip syari’at Islam semakin menjadi trend di
Indonesia. Hal ini antara lain terlihat dalam praktik
lembaga perbankan ditandai dengan munculnya bank-
bank syari’ah, termasuk yang menempel di lembaga
perbankan konvensional. Ditandai pula dengan maraknya
152 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
lembaga-lembaga keuangan mikro di masyarakat yang
dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip syari’at
Islam.
Setidaknya dalam kurun waktu dua dasa warsa
terakhir, sistem perbankan syari’ah tidaknya hanya
menjadi trend di Indonesia, melainkan juga di banyak
negara lainnya termasuk di Eropa. Bahkan turut pula
digerakkan oleh kalangan non-Muslim.
Pemberantasan Korupsi
Apa itu korupsi? Secara etimologis, korupsi berasal dari
bahasa Latin corruptio yang berarti kerusakan,
pembusukan, kemerosotan, dan penyuapan. Ada
beberapa istilah yang memiliki arti yang sama dengan
korupsi, seperti: corrupt (Inggris) artinya korup, jahat,
buruk; gin moung (Muangthai) artinya makan bangsa;
tanwu (China) berarti keserakahan bernoda; dan
oshoku (Jepang) yang berarti kerja kotor. Corruption,
dalam bahasa Inggris berarti kecurangan.
Berdasarkan makna harfiah, korupsi adalah
keburukan, keburukan, kejahatan, ketidakjujuran,
153 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
penyimpangan dari kesucian, kata-kata yang bernuansa
menghina atau memfitnah, penyuapan. Dalam bahasa
Indonesia korupsi adalah perbuatan buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya.
Secara terminologis, korupsi adalah tindakan yang
dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan negara atau perekonomian negara. Di dalam
penjelasan umum UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikatakan, tindak
pidana korupsi di Indonesia sudah meluas di
masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan
jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi
kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin
sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian
154 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
nasional, juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara
pada umumnya. Untuk mencegah dan memberantas
korupsi, maka di awal refomasi terbit Tap MPR Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; kemudian UU
Nomor 28 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor
31 tahun Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kewenangan KPK dalam melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
meliputi tindak pidana korupsi yang:
- Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau penyelenggara negara;
- Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan
- Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
155 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sementara itu, pemberantasan tindak pidana korupsi
adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan,
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tujuan pembentuk-an
KPK, menurut UU adalah untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi. Dalam konteks itu, tugas dan wewenang
KPK adalah:
- Melakukan koordinasi dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
- Melakukan supervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
- Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
156 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
- Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi;
- Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara. Sebab-sebab Korupsi
Banyak faktor penyebab mengapa korupsi terjadi di
republik ini, antara lain: - Korupsi di Indonesia telah menjadi budaya dan
sudah sangat massif di seluruh level pemerintahan; - Rendahnya gaji dan insentif para penyelenggara
negara dan aparatus birokrasi; - Lemah iman dan rendahnya kualitas moral para
penyelenggara negara dan aparatur birokrasi; - Adanya gaya hidup mewah dan hedonistik dari para
penyelenggara negara dan aparatus birokrasi; - Lemah dan buruknya sistem pengaturan anggaran
negara sehingga banyak peluang bagi penyelenggara
negara dan aparatus birokrasi melakukan
penyimpangan atau penyelewengan; - Rendahnya sanksi dan hukuman minimal bagi
pelaku tindak kejahatan korupsi;
157 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
- Lemahnya penegakan hukum dan mudahnya aparat
penegak hukum dibeli atau disuap;
- Ketidaktegasan dan ketidak-konsistenan rezim
penguasa dalam usaha dan gerakan pem-
berantasan korupsi; dan
- Tidak berjalan dan tidak efektifnya kontrol parlemen
dan partai politik terhadap penyelenggara negara
dan aparatur birokrasi. Bahkan tak jarang lembaga
parlemen dan partai politik menjadi pelaku tindak
kejahatan korupsi itu sendiri.
Strategi Pemberantasan Korupsi
Dapatkah korupsi yang sangat luar biasa di negeri ini
diberantas? Memberantas korupsi bukan sesuatu yang
mustahil, sepanjang ada political will serta usaha yang
sungguh-sungguh, konsisten, dan berkelanjutan dari rezim
penguasa. Memberantas korupsi dapat dilakukan dalam
jangka pendek dan menengah, juga dalam jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan menengah, korupsi dapat
diberantas dengan strategi:
158 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
- Melakukan seleksi ulang secara objektif terhadap
aparat penegak hukum baik di Kepolisian, Kejaksaan,
dan Mahkamah Agung;
- Mengangkat kesejahteraan aparat penegak hukum
hingga ke tingkat yang pantas dan layak; dan
- Memperkuat KPK, antara lain dengan mem-
perbanyak jumlah penyedik baik dari Kepolisian
maupun Kejaksaan.
Untuk jangka panjang, pemberantasan korupsi dapat
dilakukan melalui pendidikan. Artinya, setiap manusia
Indonesia sejak dari masa balita mendapat pendidikan
yang berkarakter. Sejak awal sekali manusia-manusia
Indonesia diajar dan dipraktikkan soal kejujuran,
keterbukaan, keberanian, dan ketulusan. Pada lembaga-
lembaga pendidikan baik formal, nonformal maupun
informal wajib memiliki kurikukum antikorupsi mulai dari
tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga
perguruan tinggi.
159 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Hak Asasi Manusia
Perkembangan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) sejak
lama, setidaknya sejak abad ke-18, tetapi Perserikatan
Bangsa-Bangsa baru secara resmi menggunakan konsep
HAM pada 25 Juni 1945. Apa itu HAM? James Nickel
(2004), memaknai HAM dalam 8 (delapan) kategori:
1. HAM sebagai kepemilikan;
2. HAM sebagai sesuatu yang universal;
3. HAM diposisikan sebagai norma utama;
4. HAM diposisikan sebagai suatu sistem yang tidak
tergantung pada pengakuan dan otoritas namun
bertuimpu pada norma moral seperti individu,
waktu dan orang tertentu atau berlaku pada semua
orang dan semua situasi HAM;
5. HAM dijadikan sebagai standar evaluasi
masyarakat internasional yang tidak terbatas pada
masalah politik, dan tidak terkait kedaulatan. Posisi
ini kemudian dijadikan sebagai standar kritik
terhadap pelaksanaan HAM negara-negara;
160 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
6. HAM dianggap norma politik dibanding norma
personal. Dengan posisi itu, rectitude harus
tunduk pada hukum;
7. HAM dianggap sebagai konsep kaidah yang spesifik
sehingga terlihat jelas mana yang menjadi daftar
yang boleh dan tidak boleh bagi pemerintah;
8. HAM dijadikan standar minimal rujukan untuk
mengawal dan mengarahkan proses legislasi,
pembuatan kebijakan serta tindakan pemerintah
agar sesuai dengan aturan-aturan dasar HAM.
Dilihat dari asal usul pertumbuhan-nya, HAM dpat dilihat
dalam dua versi, yakni versi Islam dan versi Eropa. Dalam
konteks masyarakat Islam, HAM sudah berusia cukup tua.
Ia sudah tercantum dalam Piagam Madinah di zaman Nabi
Muhammad SAW, ditandai dengan adanya pengakuan
akan hak-hak serta toleransi akan perbedaan-perbeadaan.
Ilmuwan Islam Abul A’la Maududi (2000), mendefinisikan
HAM sebagai hak setiap orang secara kodrati karena ia
manusia, yang dianungrahkan Allah SWT kepada setiap
161 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Manusia yang tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh
kekuasaan atau badan apa pun. Hak-hak tersebut bersifat
kekal, permanen, dan abadi yang tidak boleh diubah dan
dimodifikasi. Karena itulah HAM memiliki prinsip yang
tegas mengenai persamaan (equality), nondiskriminasi,
tak dapat dibagi (interdependence) dan tanggung jawab
(responsibility), di mana setiap orang, negara dan pihak
lain bertanggung jawab pada pemenuhan HAM. Dalam
vesi Eropa modern (terutama pasca-Perang Dunia II),
mengenal apa yang disebut “hak sipil dan politik” serta
“hak sosial, ekonomi, dan budaya”.
Hak Sipil dan Politik
Hak sipil dan politik ditetapkan oleh Resolusi Majelis
Umum PBB tanggal 16 Desember 1966. Hak sipil dan politik
tergolong non-derogable rights, yakni hak-hak yang tidak
boleh dikurangi atau dibatasi pemenuhan-nya oleh
Negara-negara Pihak. Indonesia telah meratifikasi hak sipil
dan politik dengan penetapan UU Nomor 12 Tahun 2005
tentang Ratifikasi Hak Sipil dan Politik. Di dalam pasal 6
162 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik dikatakan
“setiap manusia berhak atas hak untuk hidup yang
melekat pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh
hukum. Tidak seorang pun dapat dirampas hak
hidupnya secara sewenang-wenang”
Di negara-negara yang belum menghapuskan
hukuman mati, putusan hukuman mati hanya dapat
dijatuhkan terhadap beberapa kejahatan yang paling
serius sesuai dengan hukum yang berlaku pada saat
dilakukannya kejahatan tersebut, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan Kovenan dan Konvensi
tentang Pencegahan dan Hukum Kejahatan Genosida.
Hukuman ini hanya dapat dilaksanakan atas dasar
keputusan akhir yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan
yang berwenang:
a. Apabila suatu perampasan kehidupan merupakan
kejahatan genosida, harus dipahami, bahwa tidak
satu pun dalam pasal ini yang memberikan
kewenangan pada Negara yang menjadi Pihak
dalam Kovenan ini, untuk mengurangi kewajiban
163 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
apa pun yang telah dibebankan oleh ketentuan
dalam Konvensi tentang Pencegahan dan Hukuman
bagi Kejahatan Genosida;
b. Setiap orang yang telah dijatuhi hukum mati berhak
untuk memohon pengampunan atau penggantian
hukuman.
Amnesti, pengampunan atau penggantian hukuman
mati dapat diberikan dalam semua kasus;
c. Hukuman mati tidak boleh dijatuhkan atas kejahatan
yang dilakukan oleh seseorang di bawah usia
delapan belas tahun dan tidak boleh dilaksanakan
terhadap perempuan yang tengah mengandung;
Tidak ada satu pun dalam pasal ini yang boleh dipakai
untuk menunda atau mencegah penghapusan hukuman
mati oleh Negara yang menjadi Pihak dalam Kovenan ini.
Di dalam pasal 7 Kovenan dikatakan, tidak seorang pun
yang dapat dikenakan penyiksaan atau perlakuan atau
hukuman lain yang keji, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat. Pada khususnya, tidak
164 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
seorang pun dapat dijadikan obyek eksperimen medis atau
ilmiah tanpa persetujuan yang diberikan secara bebas.
Selanjutnya, pada pasal 8 dikatakan:
1. Tidak seorang pun dapat diperbudak; perbudakan
dan perdagangan budak dalam segala bentuknya
harus dilarang;
2. Tidak seorang pun dapat diperhambakan.
3. Tidak seorang pun dapat diwajibkan untuk
melakukan kerja paksa atau kerja wajib.
Pasal 16 menyebutkan, setiap orang berhak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum di mana pun ia berada.
Sedangkan pasal 17 menyebutkan “tidak boleh seorang
pun yang dapat secara sewenang-wenang atau secara
tidak sah dicampuri masalah-masalah pribadi-nya,
keluarganya, rumah atau hubungan surat-menyuratnya,
atau secara tidak sah diserang kehormatan dan nama
baiknya; dan setiap orang berhak atas per-lindungan
hukum terhadap campur tangan atau serangan seperti
tersebut di atas.”
165 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pada pasal 18 dikatakan jika setiap orang berhak atas
kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama. Hak ini
mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau ke-
percayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik
secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain,
baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan
agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah,
pentaatan, pengamalan, dan pengajaran. Tidak seorang
pun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya
untuk menganut atau menetapkan agama atau
kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.
Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau
kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh
ketentuan berdasarkan hukum, dan yang diperlukan untuk
melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan, atau moral
masyarakat, atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang
lain;
Negara Pihak dalam Kovenan ini berjanji untuk
menghormati kebebasan orang tua dan apabila diakui,
wali hukum yang sah, untuk memastikan bahwa
166 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka
sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.
Pasal 19 menyebutkan setiap orang berhak untuk
berpendapat tanpa campur tangan; setiap orang berhak
atas kebebasan untuk menyatakan pendapat; hak ini
termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan
memberikan informasi dan pemikiran apapun, terlepas
dari pembatasan-pembatasan secara lisan, tertulis, atau
dalam bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain
sesuai dengan pilihannya;
Pelaksanaan hak-hak yang diicantumkan dalam ayat 2
pasal ini menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
khusus. Oleh karenanya dapat dikenai pembatasan
tertentu, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan seesuai
dengan hukum dan sepanjang diperlukan untuk:
- Menghormati hak atau nama baik orang lain; dan
- Melindungi keamanan nasional atau ketertiban
umum atau kesehatan atau moral umum.
167 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pasal 20 menyebutkan:
1. Segala propaganda untuk perang harus dilarang oleh
hukum;
2. Segala tindakan yang menganjurkan kebencian atas
dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan
hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan
atau kekerasan harus dilarang oleh hukum;
Pasal 21 menyebutkan:
Hak untuk berkumpul secara damai harus diakui. Tidak ada
pembatasan yang dapat dikenakan terhadap pelaksanaan
hak ini kecuali yang ditentukan sesuai dengan hukum, dan
yang diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis
untuk kepentingan keamanan nasional dan keselamatan
publik, atau ketertiban umum, perlindungan terhadap
kesehatan atau moral umum, atau perlindungan atas hak-
hak dan kebebasan-kebebasan orang lain.
168 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pasal 22 menyebutkan:
- Setiap orang berhak atas kebebebasan untuk
berserikat dengan orang lain, termasuk hak untuk
membentuk dan bergabung dalam serikat pekerja
untuk melindungi kepentingannya;
- Tidak diperkenankan untuk membatasi pelaksanaan
hak ini, kecuali yang telah diatur oleh hukum, dan yang
diperlukan dalam masyarakat demokratis untuk
kepentingan keamanan nasional dan keselamatan
publik, ketertiban umum, perlindungan kesehatan
dan moral umum, atau perlindungan atas hak dan
kebebasan dari orang lain. Pasal ini tidak boleh
mencegah diberikannya pembatasan yang sah bagi
anggota angkatan bersenjata dan kepolisian dalam
melaksanakan hak ini;
- Tidak ada satu hal pun dalam pasal ini yang
memberikan kewenangan kepada Negara Pihak
Konvensi Organisasi Buruh Internasional tahun 1948
tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas
Hak Berserikat untuk mengambil tindakan legislatif
169 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
atau menerapkan hukum sedemikian rupa, sehingga
dapat mengurangi jaminan-jaminan yang diberikan
dalam Konvensi tersebut.
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Hak ekonomi, sosial, dan budaya ditetapkan oleh Resolusi
Majelis Umum PBB pada 16 Desember 1966. Hak ekonomi,
sosial, dan budaya tergolong derogable rights, yakni hak-
hak yang boleh dikurangi atau dibatasi pemenuhannya
oleh Negara-negara Pihak. Indonesia telah meratifikasi hak
ekonomi, sosial, dan budaya pada tahun 2005 melalui
penetapan UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Di dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) Kovenan ini
dikatakan:
- Semua bangsa mempunyai hak untuk menentukan
nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka
dapat secara bebas menentukan status politik
mereka dan secara bebas mengejar kemajuan
ekonomi, sosial, dan budaya mereka;
170 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
- Semua bangsa, untuk tujuan-tujuan mereka sendiri,
dapat secara bebas mengelola kekayaan dan
sumberdaya alam mereka tanpa mengurangi
kewajiban-kewajiban yang timbul dari kerjasama
ekonomi internasional berdasarkan asas saling
menguntungkan dan hukum internasional. Dalam
hal apa pun tidak dibenarkan untuk merampas hak-
hak suatu bangsa atas sumber-sumber peng-
hidupannya sendiri.
Pasal 6 Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
menyebutkan:
1. Negara Pihak dari Kovenan ini mengakui hak atas
pekerjaan, termasuk hak semua orang atas
kesempatan untuk mencari nafkah melalui
pekerjaan yang dipilih atau diterimanya secara
bebas, dan akan mengambil langkah-langkah yang
memadai guna melindungi hak ini;
2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara
Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan
hak ini sepenuhnya, harus meliputi
171 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
juga bimbingan teknis dan kejuruan serta program-
program pelatihan, kebijakan, dan teknik-teknik
untuk mencapai perkembangan ekonomi, sosial, dan
budaya yang mantap serta lapangan kerja yang
penuh dan produktif, dengan kondisi-kondisi yang
menjamin kebebasan politik dan ekonomi yang
mendasar bagi perorangan.
Pasal 7 menyebutkan bahwa Negara Pihak pada Kovenan
ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati kondisi
kerja yang adil dan menguntungkan, dan khususnya
menjamin:
1. Bayaran yang memberikan semua pekerja,
sekurang-kurangnya:
2. Upah yang adil dan imbalan yang sesuai dengan
pekerjaan yang senilai tanpa pembedaan dalam
bentuk apapun, khususnya bagi perempuan yang
harus dijamin kondisi kerja yang tidak lebih rendah
daripada yang dinikmati laki-laki dengan upah yang
sama untuk pekerjaan yang sama.
3. Kehidupan yang layak bagi mereka dan keluarga
172 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
mereka, sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Kovenan ini;
4. Kondisi kerja yang aman dan sehat;
5. Kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk
dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa
didasari pertimbangan apapun selain senioritas
dan kemampuan.
6. Istirahat, liburan dan pembatasan jam kerja yang
wajar, dan liburan berkala dengan gaji maupun
imbalan-imbalan lain pada hari libur umum.
Pasal 8 menyebutkan:1. Negara Pihak pada Kovenan ini
berjanji untuk menjamin:a. hak setiap orang untuk
membentuk serikat pekerja dan bergabung dalam serikat
pekerja pilihannya sendiri, berdasarkan peraturan
organisasi yang bersangkutan, demi memajukan dan
melindungi kepentingan ekonomi dan sosialnya.
Pembatasan dalam pelaksanaan hak ini tidak di-
perbolehkan kecuali yang ditentukan hukum, dan yang
diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis demi
kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum,
173 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
atau untuk perlindungan hak-hak dan kebebasan-
kebebasan orang lain;
- Hak setiap pekerja untuk membentuk federasi-
federasi atau konfederasi-konfederasi nasional dan
hak konfederasi nasional untuk membentuk atau
bergabung dengan organisasi serikat pekerja
internasional;
- Hak serikat pekerja untuk bertindak secara bebas,
yang tidak dapat dikenai pembatasan-pembatasan
apa pun selain yang ditentukan oleh hukum, dan
yang diperlukan dalam suatu masyarakat
demokratis untuk kepentingan keamanan nasional
atau ketertiban umum, atau untuk perlindungan
hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain;
- Hak untuk melakukan pemogokan, asalkan
pelaksanaannya sesuai dengan hukum negara yang
bersangkutan;
- Pasal ini tidak menghalangi dikenakannya
pembatasan-pembatasan yang sah dalam
pelaksanaan hak-hak tersebut di atas, oleh
174 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
anggota-anggota angkatan bersenjata atau
kepolisian atau penyelenggara suatu Negara.
- Tidak ada satupun dalam Pasal ini yang memberi
kewenangan pada Negara-Negara Pihak dalam
"Konvensi Internasional Organisasi Perburuhan
Inter- nasional tahun 1948 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak Berserikat" untuk
mengambil langkah legislatif atau menerapkan
hukum apa pun sedemikian rupa yang akan
mengurangi jaminan-jaminan yang telah diberikan
Konvensi itu.
Pasal 11 menyebutkan:
Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang
atas standar kehidupan yang layak baginya dan
keluarganya, termasuk pangan, sandang dan perumahan,
dan atas perbaikan kondisi hidup terus menerus. Negara
Pihak akan mengambil langkah-langkah yang memadai
untuk menjamin perwujudan hak ini dengan mengakui arti
penting kerjasama internasional yang berdasarkan
kesepakatan sukarela; Negara Pihak pada Kovenan ini,
175 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dengan mengakui hak mendasar dari setiap orang untuk
bebas dari kelaparan, baik secara individual maupun
melalui kerjasama internasional, harus mengambil
langkah-langkah termasuk program-program khusus yang
diperlukan untuk:
a. Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan
distribusi pangan, dengan sepenuhnya me-
manfaatkan pengetahuan teknik dan ilmu
pengetahuan, melalui penyebarluasan penge-tahuan
tentang asas-asas ilmu gizi, dan dengan mengembang-
kan atau memperbaiki sistem pertanian sedemikian
rupa, sehingga mencapai suatu perkembangan dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien;
b. Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang
adil yang sesuai kebutuhan, dengan mem-
perhitungkan masalah-masalah negara-negara
pengimpor dan pengekspor pangan.
176 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Pasal 13 menyebutkan:
1. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak
setiap orang atas pendidikan. Mereka menyetujui
bahwa pendidikan harus diarahkan pada
perkembangan kepribadian manusia seutuhnya dan
kesadaran akan harga dirinya, dan memperkuat
penghormatan atas hak-hak asasi dan kebebasan
manusia yang mendasar. Mereka selanjutnya setuju
bahwa pendidikan harus memungkinkan semua
orang untuk berpartisipasi secara efektif dalam
suatu masyarakat yang bebas, meningkatkan rasa
pengertian, toleransi serta persahabatan antar
semua bangsa dan semua kelompok, ras, etnis atau
agama, dan lebih memajukan kegiatan-kegiatan PBB
untuk me-melihara perdamaian.
2. Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui bahwa
untuk mengupayakan hak tersebut secara penuh:
3. Pendidikan dasar harus diwajibkan dan tersedia
secara cuma-cuma bagi semua orang;
177 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
4. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya,
termasuk pendidikan teknik dan kejuruan tingkat
lanjutan pada umumnya, harus tersedia dan terbuka
bagi semua orang dengan segala cara yang layak, dan
khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma
secara bertahap; 5. Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang
secara merata atas dasar kemampuan, dengan segala
cara yang layak, khususnya melalui pengadaan
pendidikan cuma-cuma secara bertahap; 6. Pendidikan mendasar harus sedapat mungkin didorong
atau ditingkatkan bagi orang-orang yang belum menda-
patkan atau belum menyelesaikan pendidikan dasar
mereka; 7. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua
tingkatan harus secara aktif diupayakan, suatu sistem
beasiswa yang memadai harus dibentuk dan kondisi-
kondisi materiil staf pengajar harus terus menerus
diperbaiki.
178 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk
menghormati kebebasan orang tua dan wali yang sah, bila
ada, untuk memilih sekolah bagi anak-anak mereka selain
yang didirikan oleh lembaga pemerintah, sepanjang
memenuhi standar minimal pendidkan sebagaimana
ditetapkan atau disetujui oleh negara yang bersangkutan,
dan untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan
moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka.
Tidak satu pun ketentuan dalam Pasal ini yang dapat
ditafsirkan sebagai pembenaran untuk mencampuri
kebebasan individu dan badan-badan untuk mendirikan
dan mengurus lembaga-lembaga pendidikan sepanjang
prinsip-prinsip yang dikemukakan ayat 1 pasal ini selalu
diindahkan, dan dengan syarat bahwa pendidikan yang
diberikan dalam lembaga-lembaga itu me-menuhi standar
minimum yang ditetapkan oleh negara.
Pasal 14 menyebutkan bahwa setiap Negara Pihak pada
Kovenan ini yang pada saat menjadi Pihak belum mampu
menyelenggarakan wajib belajar tingkat dasar secara
179 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
cuma-cuma di wilayah perkotaan atau wilayah lain di
bawah yurisdiksinya, harus berusaha dalam jangka waktu
dua tahun, untuk menyusun dan menetapkan rencana
kegiatan rinci untuk diterapkan secara progresif, dan
dalam beberapa tahun yang layak harus melaksanakan
prinsip wajib belajar dengan cuma-cuma bagi semua
orang, yang harus dimasukkan dalam rencana kegiatan
tersebut.
Pasal 15 menyebutkan:
- Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui
hak setiap orang:
- Untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya;
- Untuk menikmati manfaat dari kemajuan ilmu
penge-tahuan dan penerapannya;
- Untuk memperoleh manfaat dari perlindungan
atas kepentingan moral dan material yang timbul
dari karya ilmiah, sastra atau seni yang telah
diciptakannya.
180 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Langkah-langkah yang harus diambil oleh Negara
Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan
sepenuhnya dari hak ini, harus meliputi pula langkah-
langkah yang diperlukan guna melestarikan,
mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji
untuk menghormati kebebasan yang mutlak diperlukan
untuk penelitian ilmiah dan kegiatan yang kreatif. Negara
Pihak pada Kovenanini mengakui manfaat yang akan
diperoleh dari pemajuan dan pengembangan hubungan
dan kerjasama internasional di bidang ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
HAM dalam Perspektif UUD 1945
UUD 1945 memiliki komitmen kuat terhadap hak asasi
manusia. HAM di dalam UUD 1945 dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelompok, yaitu: (1) hak sipil dan politik;
(2) hak ekonomi, sosial, dan budaya; (3) hak atas
pembangunan dan hak khusus lain; serta (4) tanggung
jawab negara dan kewajiban asasi manusia. Selain itu,
terdapat hak yang dikategorikan sebagai hak yang tidak
181 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (non- derogable
rights) yang meliputi hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Dalam konteks hak sipil dan politik, misalnya,
komitmen UUD 1945 terlihat pada pasal-pasal:
Pasal 28A dan pasal 28I ayat (1) hak untuk hidup;
Pasal 28D ayat (1) hak atas pengakuan, jaminan,
per-lindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum;
Pasal 28D ayat (3) hak atas kesempatan sama
dalam pemerintahan;
Pasal 28D ayat (4) dan pasal 28E ayat (1) hak atas
status kewarganegaraan dan hak berpindah;
Pasal 28E ayat (1) dan pasal 28I ayat (1) hak
kebebasan beragama;
Pasal 28E ayat (2) dan pasal 28I ayat (1) hak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pi-
182 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
kiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya;
Pasal 28E ayat (3) hak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat Pasal 28F hak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi; Pasal 28G ayat (1) hak atas rasa aman dan bebas
dari ancaman; Pasal 28G ayat (2) dan 28I ayat (1) hak bebas dari
penyiksaan; Pasal 28G ayat (2) hak memperoleh suaka politik; Pasal 28I ayat (1) hak untuk tidak diperbudak;
Pasal 28I ayat (1) hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum; Pasal 28I ayat (1) hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut; Pasal 28I ayat (2) hak untuk tidak diperlakukan
diskriminatif.
183 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif
Tentang Penulis
184 | Indonesia Dalam Berbagai Perspektif