opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/36e... · 2018-10-23 ·...
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
D-LPPM Nomor 011
EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI PULAU BANGKA
PENELITI:
DR. BAMBANG WAHYUDI, M.Si
IDK KERTA WIDANA, SKM., MKKK
DRS. SUSANTO., M.PSi
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR
OKTOBER 2016
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 ii
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PERTAHANAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
1. Judul : Eksistensi Pembangunan Perekonomian
Masyarakat Di Pulau Bangka
2. Bidang Keilmuan : Ekonomi Pertahanan
3. Peneliti : 1. Dr. Bambang Wahyudi, M.Si
2. IDK Kerta Widana, SKM., MKKK
3. Drs. Susanto, M.Psi
4. Jumlah Peneliti : 3 (tiga) orang
4. Lokasi Kegiatan : Pulau Bangka Belitung
Bogor, Oktober 2016
Kapuslit ekonomi Pertahanan
IDK Kertawidana, SKM., MKKK Kolonel Kes NRP 516772
Mengetahui:
Ketua LPPM Unhan
Dr. Drs. Sutrimo, M.M., M.Si Pembina Utama Madya IV/d
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, berkah, hidayah serta ridho-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Eksistensi Pembangunan
Perekonomian Masyarakat Di Pulau Bangka”.
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa sejauh mana
kesiapan dan implementasi para pemangku kepentingan terhadap adanya
Eksistensi Pembangunan Perekonomian Masyarakat Di Pulau Bangka, baik
dari aspek teoritis maupun aspek kebijakan, serta implikasinya dalam
mendukung terwujudnya ketahanan energi nasional. Penelitian ini
dilaksanakan sejalan dengan salah satu dari fungsi Tridharma Perguruan
Tinggi yaitu mengimplementasikan fungsi penelitian ilmiah. Kami berharap,
semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis dalam pemanfaatan pembangunan perekonomian di Pulau lain di
indonesia.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh
dari sempurna, disana-sini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari
semua pihak.
Akhir kata, kami tim peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya para pihak yang terkait erat dengan
pelaksanaan penelitian ini.
Bogor, Oktober 2016
Ketua Tim Peneliti
Dr. Bambang Wahyudi, M.M., M.Si Kolonel Inf NRP. 1910011710761
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 iv
ABSTRAK
Eksistensi Pembangunan Perekonomian Masyarakat di Pulau Bangka
Pembangunan perekonomian masyarakat di Kepulauan Bangka sebagai wilayah terdepan, diharapkan mampu menggali dan mengekplorasi dalam membangun perekonomian masyarakat dengan mengoptimalkan pengelolaan potensi yang ada seperti hasil tambang timah, pertanian dan perkebunan serta meningkatkan kehidupan para nelayan dengan hasil penangkapan ikan dan kekayaan laut yang ada di Pulau Bangka serta meningkatkan taraf kehidupan para pedagang kecil menengah menjadi wirausaha yang mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi pembangunan perekonomian masyarakat di Kepulauan Bangka sebagai wilayah terdepan bagi pertahanan negara. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi literatur.
Penelitian ini menunjukan bahwa keberhasilan sumberdaya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka dalam perspektif pertahanan negara dapat dilihat sebagai kesuksesan pembangunan daerah. Indikator pertama adalah produktivitas, yang dapat diukur dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta aparatnya. Indikator kedua adalah efisiensi, yang terkait dengan meningkatnya kemampuan tekhnologi/sistem dan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan. Terakhir adalah partisipasi masyarakat, yang dapat menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah.
Kata kunci : Pembangunan, Perekonomian, Pulau Bangka
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 v
ABSTRACT
The Existence of Community Economic Development in Bangka Island
The Development community's economy in Bangka Islands as the leading region, expected able to dig and explore in building the community's economy by optimizing the management of the potential that exists as the result of the tin mines, farms and estates as well as improving the lives of the fishermen with the catch of fish and marine wealth in Bangka Island as well as improving the lives of small and medium traders become an independent entrepreneur. This study aimed to analyze the existence of community economic development in the Bangka Islands as a leading region for national defense. This research was conducted using qualitative approach. Data were collected through interviews, observation and study of literature. This study shows that the success of the economic resources of society in Bangka Island in the country's defense perspective can be seen as a success of regional development. The first indicator is productivity, which can be measured by the development of an institution's performance and their staff members. The second indicator is efficiency, which is associated with increasing the ability of the technology/ systems and the quality of human resources in the development implementation. The ast indicator is community participation, which can ensure the sustainability of the implementation of a program in a region. Keywords: Development, Economy, Bangka Island
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT............................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
1.4.1. Aspek teoritis ................................................................................ 8
1.4.2. Aspek praktis ................................................................................ 9
1.5. Ruang lingkup dan sistimatika penulisan ......................................... 9
1.5.1. Ruang lingkup penelitian .............................................................. 9
1.5.2. Sistimatika penulisan .................................................................... 9
BAB 2 ............................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ..................................8
2.1. Tinjauan Pustaka ..........................................................................8
2.1.1 Definisi Konseptual Ekonomi ........................................................8
2.1.2 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. ......................................9
2.1.3 Ekonomi Pertahanan ...................................................................13
2.1.4 Konsep Pertahanan Negara ........................................................16
BAB 3 ..........................................................................................................21
METODE PENELITIAN ................................................................................21
3.1. Disain Penelitian ................................................................................21
3.2. Sumber Data/Subyek/Obyek Penelitian .............................................21
3.2.1. Sumber Data ..................................................................................21
3.2.2. Subyek dan Obyek Penelitian .........................................................21
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 vii
3.2.2.1. Subyek Penelitian ........................................................................21
3.2.2.2. Obyek Penelitian .........................................................................23
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................23
3.4. Teknis Analisis Data ..........................................................................24
3.5. Prosedur Penelitian ...........................................................................25
3.5.1. Instrumen Penelitian .......................................................................25
3.5.2. Data Primer ....................................................................................26
3.5.3. Data Sekunder ...............................................................................26
3.5. Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data ..................................27
3.6. Definisi Operasional ..........................................................................27
3.8.1. Nara sumber ...................................................................................27
3.8.2. Tenaga Ahli ....................................................................................28
3.8.3 Tenaga Pendukung .....................................................................28
3.9. Sistem Pelaporan ........................................................................28
3.9.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report) .......................................28
3.9.2. Konsep Laporan Akhir (Draf Final Report) ......................................28
3.9.3. Laporan Akhir (Final Report) ..........................................................29
3.10. Sistematika Laporan Akhir Kajian ....................................................29
BAB IV .........................................................................................................31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................31
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................31
4.1.1. Pulau Bangka .................................................................................31
a. Gambaran Pulau Bangka .....................................................................31
b. Sektor Pertanian dan Perkebunan. ......................................................33
c. Sektor Perdagangan ............................................................................33
d. Sektor Kelautan dan Perikanan ............................................................34
e. Sektor Pertambangan ...........................................................................36
f. Sektor Pariwisata ..................................................................................37
g. Sektor Peternakan ................................................................................38
4.2. Hasil Penelitian ..................................................................................38
4.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perekonomian Masyarakat Kabupaten Bangka ...................................................................................38
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 viii
4.2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................39
4.2.1.2. Pengurangan Pengangguran .......................................................40
4.2.1.3. Pengurangan Kemiskinan ............................................................40
4.2.2. Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota ...........................40
4.2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan ................41
4.2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM .............................42
4.2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran ...........43
b. Pembangunan Sumberdaya Perekonomian Masyarakat Di Pulau ........44
a. Alokasi sumber daya yang lebih seimbang .......................................44
b. Peningkatan sumber daya manusia di daerah ..................................44
c. Pengembangan Kelembagaan dan Aparat Daerah...........................45
d. Pelayanan masyarakat yang efisien ..................................................46
e. APBD Kabupaten Bangka ....................................................................47
1. Realisasi Pendapatan Daerah ..............................................................47
2. Realisasi Belanja Daerah .....................................................................47
3. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ......................................48
4.3. Perkembangan perekonomian di Kepulauan Bangka ........................50
BAB V ..........................................................................................................52
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..........................................................52
5.1 Kesimpulan .................................................................................52
5.2 REKOMENDASI ..........................................................................53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................56
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 bangsa
Indonesia memperoleh pengakuan dari bangsa-bangsa lain di dunia berupa
kedaulatan wilayah kesatuan nusantara Indonesia. Posisi Negara kepulauan ini
terletak diantara benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia, pada posisi silang yang sangat srategis dan kaya akan sumber
daya alam energi, hayati, dan hewani, serta hasil tambang yang beraneka ragam.
Kondisi tersebut memberikan peluang dan suport dominan dalam pembangunan
Indonesia baik di Pusat maupun Daerah dalam mengisi kemerdekaan.
Sementara luas wilayah laut Indonesia harus disadari sebagai tantangan
nyata untuk dikelola, dijaga dan diamankan sebagai sumber daya yang
berkesinambungan bagi kepentingan bangsa Indonesia. Laut telah berkembang
sebagai aset nasional dan wilayah kedaulatan, ekosistem, sumberdaya yang dapat
bertindak sebagai sumber energi, sumber bahan makanan, sumber daya farmasi,
serta berperan sebagai media lintas laut antar pulau, medan pertukaran sosial
budaya, kawasan perdagangan, pariwisata dan wilayah pertahanan keamanan.
Strategi pembangunan Indonesia harus dititikberatkan kepada
pengembangan pembangunan teknologi kelautan dalam arti luas. Tidak hanya
pembangunan fisik, tetapi lebih ke pembangunan manusia Indonesia yang bervisi
kelautan. kebijakan pembangunan nasional saat ini mulai merujuk kepada
pembangunan pengembangan sumber daya manusia dimana sumberdaya manusia
kelautan Indonesia saat ini masih lemah, dan belum memenuhi standar kualitas
sebagai sumberdaya manusia kelautan yang handal. Hal ini berkaitan erat dengan
lemahnya sistem pendidikan yang tersedia dan paradigm lama yang perlu diubah
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 2
dari land based sosio economic development ke maritime socio economic
development (Suwarno, 2005).
Pembangunan pada hakekatnya merupakan perubahan yang disengaja
(intended change) atau perubahan yang direncanakan (planned change)secara
sistimatis, komprehensif (terpadu) dan menyatu (terintegrasi) untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu ( Louhenapessy,2006,242). Hal tersebut dapat dimaknai
bahwa pembangunan merupakan rekayasa sosial maupun teknis sebagai tindakan
interventif untuk mengatasi masalah atau upaya memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan.
Eksistensi atau dinamika pembangunan menuntut peran pemerintah pusat
maupun daerah agar dapat memanfaatkan seoptimal mungkin berbagai potensi
yang tersedia. Dalam konteks pemerintah daerah maka pembangunan memerlukan
suatu tata kelola yang tepat dan realistik untuk mengarahkan perubahan-perubahan
dalam masyarakat menuju pencapaian tujuan sebagaimana yang dicita-citakan
melalui penguatan Otonomi Daerah (Otda) sesuai amanat UU RI No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Otonomi daerah memberikan peluang yang besar pada pada daerah untuk
mengelola potensi dan sumber daya daerah untuk dikembangkan demi kemajuan
pembangunan di daerah. Implementasi Otda belum membawa perubahan yang
signifikan dan menjadikan masyarakat berdaya seperti apa yang dicita-citakan . Hal
tersebut diantaranya disebabkan adanya orientasi pembangunan di daerah lebih
mengedepankan jargon yang sangat utopis dari pada orientasi proses sebagai
syarat tercapainya tujuan pembangunan yang berkesinambungan.
Otonomi daerah (Otda) sebagai buah dari reformasi diharapkan dapat
menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat lokal yang secara agregat diharapkan akan menyumbang kepada
pembentukan masyarakat madani (civil society) dan kesejahteraan bangsa dengan
memanfaatkan otonomi daerah secara optimal sehingga menghasilkan best
practises di Indonesia. Namun secara empiris menunjukkan bahwa masih ada
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 3
Pemda yang berkinerja belum optimal dan belum mampu memanfaatkan
momentum otonomi daerah secara bijak sehingga sering menimbulkan tuduhan
munculnya raja-raja kecil yang cenderung menyalah gunakan otonomi daerah untuk
kepentingan pribadi atau kelompoknya. Namun patut kita sadari juga bahwa
otonomi daerah sebagai variant dari demokrasi memerlukan waktu yang sangat
panjang untuk merealisasikannya melalui pembangunan berkelanjutan.
Banyak diantara kita yang lupa bahwa tidak ada negara yang memasuki
proses demokrasi akan berhasil secara cepat. Salah satu masalah dari demokrasi
adalah prosesnya yang lambat dan bahkan sering bertele-tele dalam mewujudkan
citacita demokrasi tersebut yaitu terciptanya masyarakat sejahtera yang berbasis
demokrasi yang diwarnai oleh partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam
proses pembangunan di daerah. Sehingga implementasi Otda ditujukan pada
masyarakat didaerah, karena sesungguhnya daerah lebih memahami
permasalahan apa yang sebenarnya dirasakan dan skala prioritas kebutuhan dalam
proses pembangunan melalui berbagai dimensi kehidupan termasuk bidang
ekonomi. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa eksistensi pembangunan di daerah,
dhi Provisi Bangka Belitung merupakan sebuah keniscayaan.
Di sisi lain pembangunan di Banka Belitung mempunyai tanggung jawab
untuk ikut serta memberikan kontribusinya kepada kepentingan nasional khususnya
terhadap pertahanan negara. Sebagaimana yang diamanatkan UU RI. No. 3 Tahun
2002, tentang Pertahanan Negara Pasal 20 ( 3), yang menyatakan bahwa
Pembangunan di daerah harus memperhatikan pembinaan kemampuan
pertahanan. Dimana substansinya adalah bagaimana mentransformasikan segala
sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam dan
buatan, nilai-nilai, teknologi, dan dana agar menjadi kekuatan pertahanan dan
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara.
Sumberdaya manusia memang menjadi kunci utama dalam pembangunan
perekonomian, tidak terkecuali pembangunan masyarakat di Kepulauan Bangka.
Maka eksistensi pembangunan perekonomian di Kepulauan Bangka merupakan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 4
sebuah keharusan bagi tercapainya kesejahteraan/kemakmuran, sehingga akan
tercipta suatu sistem pertahanan negara yang kuat dan kokoh.
Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan setidaknya dapat mencerminkan
tindakan yang mampu melestarikan lingkungan alamnya, pembangunan
berkenjutan memberikan kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan
melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukung, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat sumber daya alam dengan
memanfaatkan teknologi yang tidak merusak lingkungan dan memberikan
kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang bersama-sama
di setiap daerah, baik kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda
secara berkesinambungan.Beberapa permasalahan perekonomian masyarakat
yang berkembang saat ini adalah; pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya alam yang perlu dioptimalkan agar eksistensi pembangunan dapat
berkesinambungan baik untuk kepentingan pertahanan maupun kesejahteraan
masyarakat khususnya di Kepulauan Bangka
Fakta menunujukkan bahwa letak geografis saja tidaklah menjamin akan
adanya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi masih harus digali dan
dimanfaatkan oleh tenaga-tenaga yang terampil yaitu sumber daya manusia (SDM)
yang menguasai teknologi dalam pengelolaan sumbar daya alam. Banyak program
pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong pembangunan perekonomian
masyarakat pedesaan baik dilakukan masing-masing Kementerian maupun antar
Kementerian pada umumnya masih pada skala pemberian bantuan fisik kepada
masyarakat.
Pemberian bantuan dapat berupa sarana irigasi, bantuan semprotan, mesin
pompa, pembangunan sarana air bersih dan sebagainya. Secara empiris ketika
proyek berakhir maka keluaran proyek tersebut sudah tidak berfungsi atau bahkan
hilang. Hal tersebut diantaranya dipengaruhi oleh; (1) ketidaktepatan antara
kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan (2) paket proyek tidak
dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung (3) tidak ada kegiatan monitoring
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 5
yang terencana (4) tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan
proyek.
Implementasi otonomi daerah dalam proses pembangunan di provinsi
Bangka Belitung perlu mengidentifikasi berbagai permasalahan krusial dalam skala
prioritas di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan agar
secepatnya di tangani melalui pembangunan secara terintegrasi dan bersinergi
antara pemerintah pusat (K/L) dengan pemerinat daerah Bangka Belitung.
Pembangunan tetap memperhatikan kebebasan dan kearifan untuk menentukan
kebijakan, strategi dan program-program pembangunan daerah sesuai dengan
keunikan dan karakteristik alam serta masyarakat dan budaya Bangka Belitung
sebagai bagian dari bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan republik
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Pembanguan perekonomian masyarakat di Kepulauan Bangka sebagai
wilayah terdepan, diharapkan mampu menggali dan mengekplorasi dalam
membangun perekonomian masyarakat dengan mengoptimalkan pengelolaan
potensi yang ada seperti hasil tambang timah, pertanian dan perkebunan serta
meningkatkan kehidupan para nelayan dengan hasil penangkapan ikan dan
kekayaan laut yang ada di Pulau Bangka serta meningkatkan taraf kehidupan para
pedagang kecil menengah menjadi wirausaha yang mandiri. Sehingga dapat
dikembangkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana kondisi sumberdaya perekonomian masyarakat di Pulau
Bangka ?
b. Bagaimana pembangunan sumberdaya perekonomian masyarakat di
Pulau Bangka dalam perspektif pertahanan negara ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi pembangunan
perekonomian masyarakat di Kepulauan Bangka sebagai wilayah terdepan bagi
pertahanan negara .
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 6
a. Menganalisis bagaimana kondisi sumberdaya perekonomian masyarakat
di Pulau Bangka.
b. Menganalisis bagaimana pembangunan sumberdaya perekonomian
masyarakat di Pulau Bangka dalam perspek.
Pertahanan negara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ditujuan untuk memberikan manfaat dari aspek teoritis dan
praktis.
1.4.1. Aspek teoritis
Secara Akademik manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan
dari sisi akademik dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian lanjutan terkait
pembangunan perekonomian daerah khususnya dalam konteks pertahanan negara
baik untuk kepentingan pertahanan maupun kesejahteraan.
1.4.2. Aspek praktis
Secara Akademik manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan
oleh pengambil kebijakan dan keputusan terkait pembangunan perekonomian
masyarakat khususnya di Pulau Bangka dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekaligus memperkuat sistim pertahanan nasional.
1.5. Ruang lingkup dan sistimatika penulisan
1.5.1. Ruang lingkup penelitian
Dalam penelitian ini, dibatasi pada menganalisis eksistensi pembangunan
perekonomian masyarakat di Kepulauan Bangka sebagai wilayah terdepan bagi
pertahanan negara pada tahun 2015 sampai dengan Bulan Juni 2016.
1.5.2. Sistimatika penulisan
Bab 1 berisi penggambaran mengenai latar belakang, maksud, tujuan,
sasaran, dan manfaat penelitian.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 7
Bab 2 berisi penggambaran mengenai berbagai konsep, teori dan paradigma
yang berkaitan dengan ekonomi dan manajemen ekonomi pemberdayaan
masyarakat yang menjadi kerangka konseptual teoritik dalam menganalisis
persoalan dan permasalahan tentang Eksistensi Pembangunan Perekonomian
Masyarakat di Pulau Bangka sebagai wilayah terdepan bagi pertahanan Negara.
Bab 3 berisi tentang metode penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan
sampling, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik
analisa data, nara sumber, tenaga ahli dan pendukung.
Bab 4 berisikan penuangan hasil penelitian dan pembahasan serta untuk
menjawab perumusan masalahan yang disajikan diantaranya deskripsi wilayah,
gambaran umum pembangunan ekonomi di Bangka, faktor-faktor yang
mempengaruh, upaya dan strategi pembangunan ekonomi masyarakat di Pulau
Bangka.
Bab 5 berisi kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan kesimpulan dan
saran atas hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Konseptual Ekonomi
Ekonomi menurut beberapa ahli dapat di definisikan diantaranya
sebagai berikut:
a. M. Manullang ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat
dimana dalam usahanya tersebut untuk mencapai kemakmuran. Keadaan
dimana suatu manusia dapat memenuhi kebutuhan didupnya dari segi
pemenuhan barang dan jasa.
b. Abraham Maslow ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang
mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia
melalui pengembangan segala sumber ekonomi yang ada dengan
berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi.
Pengertian ekonomi secara umum dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah
sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu,
masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,
kosumsi dan atau distribusi.
c. Paul A. Samuelson bahwa ekonomi adalah merupakan cara-cara yang
dilakukan manusia dan sekelompok manusia untuk memanfaatkan sumber-
sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan
mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. (Kodoatie & Sjarief,
2006, h. 67).
d. Pengertian ekonomi secara umum dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah
sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu,
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 9
masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,
kosumsi dan atau distribusi.
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber
daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegitan produksi, konsumsi dan atau
distribusi. Seperti keadaan nyata ekonomi masyarakat Pulau Bangka dihadapkan
dengan dinamika ekonomi global dengan sumber daya alamnya yang melimpah,
sehingga sumber daya manusia dituntut untuk mengolah dan mengeksplorasi
kekayaan alam yang ada di Pulau Bangka.Hal tersebut dapat ditempuh melalui
beberapa cara sepeti ; pembinaan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan seleruh stakeholder yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi
masyarakat untuk bersama-sama memajukan ekonomi di masyarakat Pulau
Bangka baik untuk kepentingan pertahanan maupun kesejahteraan.
2.1.2 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi.
Adam Smith dalam teorinya memaparkan tentang pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi dengan beberapa proposisi sebagai berikut :
1. Adanya hukum alam. Sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu
sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah.
Dalam torinya Adam Smith beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak
kentara (invinsible hand) menyebabkan setiap perekonomian akan
memperlakukan individu sesuai dengan harapannya. Jadi bila semua orang
dibebaskan berusaha, maka akan memaksimalkan kesejahteraan mereka
secara aggregate.
2. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan
meningkatnya ketrampilan pekerja, penghematan waktu dalam memproduksi
barang dan penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga, kesemuanya itu
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 10
berasal dari pembagian kerja.
3. Proses penumpukkan (akumulasi) modal. Menurutnya proses akumulasi modal
meningkat seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari tabunganlah
asalnya investasi, dengan demikian apabila pendapatan naik sementara
konsumsi relatif tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak
pada penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi.
4. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan
semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang
memajukan perekonomian. Pada masa ini tingkat suku bunga akan semakin
menurun karena meningkatnya kemakmuran, kesejahteraan dan jumlah
penduduk bertambah. Akibat hal ini maka cadangan modal semakin besar
sehingga investasi semakin murah dan akan berdampak pada semakin
murahnya produksi.
5. Petani, pengusaha dan produsen adalah merupakan agen pertumbuhan dalam
perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industri dan perniagaan
semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi
perekonomian karena adanya kebutuhan dan kepentingan.
6. Proses pertumbuhan bersifat menggumpal (mengakumulatif), setiap
peningkatan di bidang pertanian maka akan ada peningkatan dibidang industri
dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumber daya
sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner.
Sementara David Richardo membangun teorinya dengan melihat adanya
hubungan antara tuan tanah, kapitalis dan kaum buruh. Menurutnya keseluruhan
pendapatan nasional dibagikan 3 kelompok berupa sewa, keuntungan dan upah.
Sedangkan perekonomian, menurut Richardo memiliki ciri sebagai berikut:
1. Tanah (sumber daya alam) terbatas jumlahnya.
2. Tenaga kerja/penduduk meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat
upah batas minimal (tingkat upah alamiah).
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 11
3. Akumulasi modal akan terjadi apabila tingkat keuntungan pemilik modal
(pengusaha) meningkat diatas tingkat keuntungan minimal untuk melakukan
investasi.
4. Kemajuan teknologi bersifat given( bagi beberapa kalangan ekonom,
terjemahkan sebagai kemajuan teknologi selalu meningkat akan tetapi berhenti
tanpa perkembangan yang berarti, terutama teknologi efisiensi pangan).
Sedangkan Don Tapscot menyampaikan adanya 12 tema ekonomi baru
yang akan terjadi dan berkembang pada abad 21 yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan. Tema ini menjelaskan bahwa hampir tidak ada gap antara
produsen dan konsumen. Pengetahuan yang sempurna menyebabkan suatu
produk diproduksi dan dijual sesuai dengan keinginan konsumen dan produsen.
2. Digitalisasi. Ekonomi dewasa ini disemaraki oleh sistem digital. Semua
informasi dilakukan secara digitalisasi. Sistem transaksi produksi dan
komunikasi semuanya disimpan dalam bentuk digital sehingga efisiensi
reproduksi semakin meningkat.
3. Virtuasisasi. Pada masa sekarang dan nanti perusahaan, jenis institusi,
pekerjaan dan lain sebagainya semakin semu, hal ini dapat dilihat semakin
tidak pentingnya wujud perusahaan, lokasi usaha, kualifikasi pekerja dan
bentuk fisik lainnya. Pada saat ini mungkin buku tabungan sudah tidak begitu
penting bagi para penabung asalkan memegang kartu ATM, HP 3 G, dan PIN
internet banking.
4. Molekulisasi. Sekarang setiap individu dan kelompok masing-masing dapat
membentuk dan memiliki nilai sendiri. Setiap perusahaan dapat membentuk
konsumennya sendiri, atau sebaliknya. Setiap produksi membentuk
kelompoknya masing-masing. Perhatikan bagaimana maraknya perkembangan
bisnis properti yang membentuk kota sendiri dengan sistem nilai sendiri (kota
satelit). Produsen menghasilkan produk yang hanya dikonsumsi oleh konsumen
yang dibentuknya misalkan aliran keagamaan dan kepercayaan. Organisasi
menciptakan pasarnya sendiri, sehingga organisasi tidak merasa perlu untuk
promosi yang berlebihan. Perhatikan Rest Area yang jauh di tengah hutan dan
jalan tol tetap dikunjungi para konsumennya.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 12
5. Integrasi. Tema ini menyatakan bahwa ekonomi baru adalah ekonomi jaringan
di mana informasi tersedia dimana-mana, dan bisa diakses dari mana saja
kapan saja. Sistem bisnis sekarang dan akan datang tidak lagi memerlukan
kontak fisik dan batasan aturan, karena semuanya di hubungkan dengan sistem
jaringan baik yang terdigitalisasi maupun karena sistem manajemen.
6. Dis-Intermediasi. Aktifitas ekonomi hampir dipastikan tidak memerlukan para
broker dan agen lagi. Penjual rumah cukup mencantumkan informasi
menjualnya, lalu nomor HP-nya, maka transaksi dapat dilakukan langsung
antara pemilik dan calon pembeli.
7. Konvergensi (satu atap). Ekonomi dan bisnis di masa sekarang dan akan
datang cenderung untuk saling mendukung dan menguntungkan baik untuk
bisnis yang sama ataupun yang berbeda. Model ini sebenarnya sudah lama
dikembangkan dan berkembang dan akan cenderung terus bertahan karena
sistem satu atap akan membuat transaksi menjadi efisien.
8. Inovasi. Sudah ditekankan oleh Schumpeter bahwa inovasi adalah bagian
terpenting dalam perkembangan ekonomi. Dewasa ini dan dimasa yang akan
datang inovasi adalah syarat dalam pengembangan dan kesuksesan produk.
9. Prosumtion. Pada masa ini dan nanti konsumen terlibat dalam proses produksi
dan hasil akhir konsumen berfugsi sebagai model sekaligus sebagai desainer
konsumen memberikan gambaran produk yang diinginkan, membuat contoh
lain produksi oleh produsen, dan dibeli kembali oleh konsumen.
10. Kesegaran. Ekonomi berbasiskan sistem transaksi kekinian (real time). Sudah
tidak jaman konsumen harus menunggu lama dan nanti. Istilah tidak pakai lama
adalah gambaran real time itu. Pada masa ini daur hidup menjadi perhatian
utama pokok yang menjual makanan sedikit dikunjungi orang pasti cenderung
dihindari karena khawatir makanannya adalah makanan sisa (makanan tidak
laku).
11. Globalisasi. Tema ini adalah tema yang paling top dewasa ini. Di masa datang
tema ini akan menjadi kenyataan, bahwa hampir tidak ada batasan antara
Negara. Pekerjaan dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja dengan
perantara sistem koneksi digital dan sistem integrasi.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 13
12. Perpecahan. Pada akhirnya tetap saja sistem ekonomi sangat menghargai
sistem koneksi dan clique. Model SARA dan rasialisme akan menjadi model
akhir, dan sistem ekonomi yang akan rusak dengan sendirinya karena adanya
kecenderungan orang-orang akan semakin tidak percaya lagi dengan selain
kelompoknya bahkan dengan orang dalam kelompoknya. (Iskandar Putong,
2010, hal. 18-20)
2.1.3 Ekonomi Pertahanan
Ekonomi Pertahanan merupakan cabang ilmu yang menerapkan ilmu
ekonomi pada masalah pertahanan Negara. Seperti halnya ekonomi pembangunan,
ekonomi sumber daya alam, ekonomi politik, maupun ekonomi lingkungan, ekonomi
pertahanan mengaplikasikan ilmu ekonomi yang sudah digunakan jauh ke dalam
bidang-bidang tertentu, dalam hal ini pertahanan Negara. Pengertian ekonomi
secara umum adalah kegiatan mengalokasikan, memproduksi, mendistribusikan,
dan mengonsumsi barang dan jasa yang diperlukan, baik oleh seseorang,
sekelompok orang, masyarakat, maupun Negara.
Menurut Yusgiantoro, bahwa dalam konteks yang lebih luas, pada skala
makro, pengertian ekonomi mencakup masalah alokasi sumber daya nasional,
pendapatan, distribusi pendapatan, pengeluaran, pertumbuhan, inflasi, suplai uang,
likuiditas, dan neraca pembayaran.
Sementara pertahanan secara umum mengandung makna mempertahankan
eksistensi bangsa dan Negara. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara, pertahanan negara diartikan sebagai upaya untuk
membangun, menggunakan, dan membina kekuatan negara dalam rangka
menanggulangi ancaman dari dalam dan luar negeri untuk mempertahankan
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah suatu negara, dan keselamatan bangsa.
Pengertian yang sama dikemukakan oleh McGuire (1995) bahwa pertahanan
negara adalah upaya untuk menetapkan, memajukan, mengusulkan,
mengedepankan, dan mempertahankan kepentingan negara dalam hubungannya
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 14
Lebih Lanjut Yusgiantoro Barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan
pertahanan adalah rasa aman dari ancaman yang timbul. Dengan demikian,
ekonomi pertahanan merupakan ilmu untuk mencari cara terbaik dari alokasi
berbagai sumber daya nasional guna memenuhi kebutuhan akan rasa aman dari
ancaman. Dalam perkembangannya, ancaman terhadap suatu Negara tidak hanya
berasal dari luar negeri, seperti ancaman dari Negara tetangga, kelompok Negara-
negara yang bersekutu, atau teroris internasional; namun juga ancaman dari dalam
negeri seperti separatism dan terorisme. Ancaman dari dalam negeri, sering
menjadi bagian dari kegiatan pengamanan yang termasuk dalam kategori
keamanan ketertiban nasional (Kantibmas), bukan pertahanan Negara. Namun
demikian, apabila ancaman dari dalam negeri sudah meningkat dan menunjukkan
eskalasi pada tingkat tertentu, yang dapat mengancam kedaulatan Negara,
keutuhan bangsa, dan keamanan pendudik; maka aspek pertahanan Negara akan
menjadi bagian dari Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri).
Beberapa ahli ekonomi dan social Indonesia menyampaikan pandangan
terkait dengan ekonomi pertahanan berdasarkan latar belakang ilmu pengetahuan
dan pengalamannnya, sebagai berikut:
1. Kodrat Wibowo (FE Unpad) berpendapat bahwa ilmu pertahanan adalah ilmu
multidisiplin yang menggabungkan strategi pertahanan, pemikiran politik, dan
teori ekonomi mikro dan makro dalam mempelajari sebuah system
pertahanan terkait kekuatan militer, baik di masa perang, maupun damai.
Ekonomi pertahanan sebagai suatu multidisiplin ilmu akan membahas
alokasi sumber daya, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas politik yang diterapkan pada topic-topik terkait dengan pertahanan.
Ekonomi pertahanan sebenarnya merupakan bidang ilmu yang luas dan
isunya sangat beragam. Ekonomi pertahanan tidak hanya berbicara
mengenai alokasi biaya untuk kebutuhan perang saja, namun juga
pengayaan dan pengembangan ekonomi pertahanan dengan melibatkan
nilai (value) lain, khususnya nilai strategi pertahanan ke dalam analisis
ekonomi pertahanan sebagai contoh adalah nilai bela Negara, nilai
nasionalisme dan patriotism, nilai keadilan, nilai kejuangan, dan nilai
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 15
pengabdian. Cakupannya yang luas itulah yang membuat ekonomi
pertahanan bersifat multidisiplin.
2. Firmansyah (FE UI) berpendapat bahwa manajemen pertahanan yang terkait
erat dengan semua aktivitas pertahanan pasti memilki konsekuensi
ekonomis yang timbul dari variable tenaga kerja, modal dan biaya lain.
Namun, saat ini masih sulit untuk menentukan apa yang harus
dipertahankan, karena ancaman lebih beragam dibandingkan pada zaman
perang, belum lagi kesulitan dalam hal membangun pertahanan internal.
3. Firmansyah menekankan bahwa industry dianggap dapat mendorong untuk
membangun dan menyistematiskan pertahanan internal dalam menghadapi
ancaman yang akan datang. Persoalannya adalah, apa yang harus
dipertahankan sekarang ini situasi ancaman sangat beragam.
4. Ryan Kiryanto (Chief Economist BNI 46) berpendapat bahwa industry bisa
menjadi alternative dalam membangun pertahanan nasional tetapi dengan
syarat bahwa kondisi ekonomi dan iklim investasi di dalam negeri juga
kondusif, sehingga investor asing dan juga perbankan nyaman dalam
pembiayaan industry strategis, selain berasal dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (RAPBN), Badan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
(APBN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga berasal dari pembiayaan
sendiri. Perspektif positif para pelaku pasar terhadap kondisi Negara (tempat
berinvestasi) lebih jauh akan mempengaruhi kondisi ekonomi nasional,
ekonomi akan menjadi baik, jika pertahanan baik.
5. Sonny Yuliar (FISIP Unpad) menyatakan bahwa ekonomi pertahanan perlu
memahami obyektivitas yang ingin dicapai sebagai landasannya. Teknologi
merupakan salah satu komponen ekonomi pertahanan, meskipun masih
belum ditemukan definisi yang pasti tentang teknologi pertahanan. Pada saat
ini, lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi pertahanan menggunakan
istilah teknologi pertahanan dikaitkan dengan perspektif industri.
6. Muhammad Fadhil Nurdin (FISIP Unpad) tidak secara langsung membahas
ekonomi pertahanan, tetapi menjelaskan dari perspektif social politik
mengenai strategi keamanan (nasional security) memiliki tiga unsur utama
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 16
yaitu kedaulatan Negara, integritas bangsa, serta keamanan dan
pengamanan pembangunan nasional. Secara prinsip, konsep keamanan
mengandung makna bebas dari rasa takut, bebas dari ancaman, dan adanya
keinginan suatu Negara untuk mencapai tujuan dengan cara tertentu.
(Purnomo Yusgiantoro, 2014)
2.1.4 Konsep Pertahanan Negara
a. Umum
Merujuk pada pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara, “Sistem Pertahanan Negara adalah sistem
pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasionalnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Di dalam Pasal 3 ayat (1) juga
ditegaskan bahwa “Pertahanan Negara disusun berdasarkan prinsip
demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup,
ketentuan umum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional,
serta prinsip hidup berdampingan secara damai”. Secara de jure dan de facto,
persoalan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga seperti Pulau
Bangka berbatasan dengan Negara Malaysia tentu saja pembangunan
perekonomian masyarakat akan sangat berpengaruh dengan kehidupan
masyarakat yang hidup sejahtera dan damai akan berpengaruh dengan rasa
nasionalisme dan patriotisem khususnya masyarakat di Pulau Bangka sebagai
wilayah terdepan bagi pertahanan negara Republik Indonesia. Pertahanan
Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman militer maupun nonmiliter, baik dari dalam maupun dari luar.
b. Pertahanan Nirmiliter
Pertahanan nirmiliter adalah peran serta masyarakat dan segenap
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 17
Sumber daya Nasional (SDN) dalam pertahanan negara, baik sebagai fungsi
pertahanan sipil dalam menghadapi ancaman yang berdimensi idiologi, politik,
ekonomi, social budaya, teknologi, ancaman yang berdimensi keselamatan
umum dan ancaman berdimensi hukum. Salah satu pertahanan Negara yaitu
bidang pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan berdampak
pada rasa nasionalisme dan` patriotisme yang tinggi.
Inti pertahanan nirmiliter adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak
menggunakan senjata seperti yang dilakukan oleh Lapis pertahanan militer,
tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan teknologi melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan.
c. Pertahanan Militer
Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara
yang dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun
dalam komponen utama serta komponen cadangan dan komponen
pendukung. Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam
penyelenggaraan operasi militer, baik dalam bentuk Operasi Militer Perang
(OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Pertahanan militer sebagai kekuatan bersenjata ditampilkan melalui
SDM dan Alutsista, dibangun, dan dikembangkan secara profesional untuk
mencapai tingkat kekuatan sampai pada standar penangkalan. Namun,
pembangunan kekuatan pertahanan negara harus dipersiapkan untuk
menghadapi setiap ancaman militer yang sewaktu-waktu dapat timbul.
Upaya penangkalan tidak bersifat pasif, tetapi dikembangkan dalam
suatu strategi penangkalan yang memiliki sifat dinamis, melalui kesiapsiagaan
kekuatan pertahanan untuk menghadapi kondisi terburuk, yakni menghadapi
ancaman aktual dalam bentuk perang atau bentuk ancaman militer lainnya.
Dalam konteks “menghadapi ancaman militer”, kekuatan pertahanan
yang dimiliki didayagunakan untuk mengatasi situasi negara yang terancam
oleh suatu serangan militer dari negara lain, atau sedang diperhadapkan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 18
dengan adanya jenis ancaman yang akan mengganggu kepentingan nasional.
2.1.4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat
diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
Konsep pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan
output secara konstan dalam jangka panjang (Djojohadikusumo, 1994 :
26). Pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan sebagi proses di mana terjadi
kenaikan PDB riil. Dalam pengertian ini perekonomian dikatakan tumbuh
atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Output total riil suatu
perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan
(stagnasi).
Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan statis atau menurunan
pendapatan nasional riil. Penurunan merupakan perubahan negatif,
sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan positif (Widjaja,
1997 : 264-265). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menurut
definisi ini menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per
orang. Pertumbuhan ekonomi terjadi bila tingkat kenaikan output riil total
lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk.
Di Indonesia, Biro Pusat Statistik melakukan perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan nilai barang dan jasa akhir menurut lapangan usaha atau
sektor-sektor ekonomi, dengan menggunakan harga berlaku dan harga
konstan pada tahun dasar tertentu.
Sektor ekonomi yang dimaksud adalah sektor primer yang terdiri dari
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 19
pertanian dan pertambangan, sektor ekonomi sekunder terdiri dari
sektor industri dan bangunan, sektor tersier yang terdiri dari sektor
perdagangan, restoran dan hotel; keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor ulilitas yang terdiri dari listrik, gas dan air minum
serta jasa-jasa.
Menurut Arsyad (1999 : 15-16) pendapatan nasional menunjukkan
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun tertentu.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, jika ingin
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus membandingkan
pendapatan nasional dari tahun ke tahun.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa perubahan nilai pendapatan nasional
dari tahun ke tahun bukan saja disebabkan oleh perubahan tingkat kegiatan
ekonomi, tetapi juga oleh kenaikan harga-harga, sehingga untuk mengetahui
apakah suatu perekonomian mengalami perkembangan, perlu ditentukan
perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan ekonomi dari tahun ke
tahun.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengaruh perubahan harga-harga
terhadap nilai pendapatan nasional pada berbagai tahun harus dihilangkan.
Hal ini dilakukan dengan cara menghitung pendapatan nasional menurut
harga konstan. Pengertian pendapatan nasional dibedakan menjadi dua
yaitu : pengertian pendapatan nasional menurut harga berlaku (pendapatan
nasional nominal) pada tahun yag bersangkutan dan pendapatan nasional
menurut harga konstan (pendapatan nasional riil). Pendapatan nasional riil
dapat ditentukan dengan cara mendeflasikan pendapatan nasinal menurut
harga berlaku yaitu dengan menilainya kembali berdasarkan atas harga
pada tahun dasar tertentu (base year).
Perubahan struktural merupakan pola-pola pembangunan “rata-rata”
di berbagai negara . Hipotesis utama dari model perubahan struktural adalah
bahwa pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan
yang dapat diamati, yang ciri-ciri pokoknya sama di semua negara.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 20
Model ini juga mengakui bahwa perbedaan dapat saja terjadi di antara
satu negara berkembang dengan yang lain dalam hal langkah-langkah yang
ditempuh serta pola umum pembangunannya, yang semuanya ditentukan
oleh sejumlah faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembangunan
pada umumnya adalah jumlah dan jenis sumber daya alam yang dimiliki
masing-masing negara, ketepatan rangkaian kebijakan dan sasaran yang
ditetapkan pemerintah setempat, tersedianya modal dan teknologi dari luar,
serta kondisi-kondisi di lingkungan perdagangan internasional (Todaro, 2000
: 107).
Kuznets menyatakan bahwa perubahan struktur atau perubahan
transformasi struktur ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
prosentase sumbangan berbagai sektor-sektor dalam pembangunan
ekonomi, yang disebabkan intensitas kegiatan manusia dan perubahan
teknologi (lihat Sukirno, 1985:79).
Lebih lanjut dinyatakan secara umum transformasi struktural biasanya
ditandai dengan peralihan dan pergeseran kegiatan di sektor primer
(pertanian dan pertambangan) menuju sektor produksi sekunder (industri,
manufaktur dan konstruksi). Akibat transformasi struktural akan menimbulkan
perbedaan pada laju pertumbuhan dan produktivitas pada sektor-sektor yang
bersangkutan. Perubahan struktur dari pertanian ke industri, akan
berpengaruh pada PDB dan PDRB, sumbangan sektor pertanian pada PDB
dan PDRB akan semakin menurun, sebaliknya sumbangan sektor industri
terhadap PDB dan PDRB semakin meningkat.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 21
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif dengan
menggunakan studi kasus Eksistensi Pembangunan Prekonomian Masyarakat
di Pulau Bangka sebagai Wilayah terdepan bagi Pertahanan negara.
3.2. Sumber Data/Subyek/Obyek Penelitian
3.2.1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan berupa data primer dan sekunder.
Data primer didapatkan melalui wawancara dengan narasumber yang
memahami tentang perekonomian masyarakat di wilayah Pulau Bangka.
Selain itu, juga digunakan data sekunder berupa telaah dokumen, dan data
dari Dinas Perekonomian, dari Dinas Statistik, serta dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah di Pulau Bangka.
3.2.2. Subyek dan Obyek Penelitian
3.2.2.1. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah pejabat/pegawai yang membidangi
dengan masalah perekonomian di Pulau Bangka, para Pembina dan penyuluh
perekonomian, pihak swasta yang ikut membina dan memberikan bantuan
keuangan/modal kepada masyarakat serta masyarakat yang berkecimpung
dalam pelaku perekonomian dilapangan.
Subyek penelitian berasal dari berbagai instansi, yaitu:
1. Pemerintah Daerah Bangka
Pemberdayaan masyarakat Pulau Bangka tidak terlepas dari
Pemerintah daerah setempat yang secara rutin dan terprogram untuk
pembinaan masyarakat di bidang perekonomian melalui kegiatan penyuluhan-
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 22
penyuluhan tentang ekonomi di tingkat desa, kecamatan maupun tingkat
kabupaten.
2. Dinas Pertanian dan Perkebunan
Dengan adanya dinas ini masyarakat petani akan dapat pembinaan
dan penyuluhan tentang pengolahan lahan kebun dan pertanian secara baik
dan benar serta pengadaan pembibitan, pemupukan, masa panen sampai
dengan bagaimana pemasaran (dari hulu ke hilir), dengan demikian
masyarakat petani akan lebih berhasil dalam kegiatan bertani dan berkebun
dengan menghasilkan hasil yang berlimpah dan akan mensejahterakan
keluarganya.
3. Dinas Kelautan dan Perikanan
Dengan adanya dinas ini masyarakat nelayan akan mendapatkan
pembinaan dan penyuluhan tentang bagaimana prosedur menangkap ikan
yang efektif dan efisien dengan pengetahuan yang diberikan akan mengubah
perilaku nelayan menjadi lebih maju dan modern, selain itu dinas ini juga
memberikan peralatan penangkap ikan, menyediakan Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) serta memberikan kemudahan dalam masalah ekonomi keluarga
nelayan.
4. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Masyarakat terutama yang terjun di bidang perdagangan baik itu
pedagang kecil dan menengah akan dapat pembinaan dan penyuluhan
tentang ketrampilan berwiswasta dan juga memberikan modal tanpa bunga,
dan modal yang tidak dikembalikan tetapi terus dipantau usahanya oleh
petugas lapangan, setelah mendapatkan kursus ketrampilan berwiraswasta
selama 3 bulan sesuai dengan ketrampilan pilihannya.
5. Dinas Tenaga Kerja
Dinas ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dilatih di
Balai Latihan Kerja (BLK) di setiap Kabupaten yang selanjutnya mereka akan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 23
mandiri dan berwiraswasta dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
didapat dari kursus selama 3 samapai dengan 6 bulan.
6. Dinas Energi Sumber Daya Mineral
Dinas ini bertugas memberikan pedoman dan prosedur tentang aturan
penambangan meliputi penyuluhan bagaimana peralatan tambang, pakaian
untuk menambang, serta segala aturan yang berkaitan dengan penggalian
tambang timah khususnya.
3.2.2.2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian iterapkan adalah seluruh unsur yang terkait dengan
perekonomian di wilayah Pulau Bangka. Penelitian difokuskan pada
pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah Pulau Bangka dalam rangka
eksistensi pembangunan perekonomian masyarakat di Pulau Bangka sebagai
wilayah terdepan bagi pertahanan negara
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan melakukan
telaah dokumen dan literatur serta wawancara mendalam pada subyek
penelitian mengenai obyek penelitian dan observasi. Wawancara mendalam
ini dipilih dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang data dari narasumber dan fenomena yang terjadi di lapangan, di mana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Stainback & Stainback, 1988).
Hasil wawancara mendalam selanjutnya dibandingkan dengan obyek
penelitian dan dokumen serta literatur pendukung mengenai perekonomian.
Selain itu juga dilakukan pemantauan ke tempat-tempat yang berhubungan
dengan penelitian.
Observasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 24
diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
penelitian.
Metode dokumentasi dilakukan dengan mencari data-data berupa
uudokumen, buku, maupun artikel ilmiah. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan berbagai informasi untuk melengkapi data dari wawancara
dan observasi.
3.4. Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan mulai dari sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Akan tetapi data selama proses
di lapangan lebih diutamakan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis
data dilakukan secara interaktif hingga data jenuh meliputi data collecting,
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Miles &
Huberman, 1984).
Data collecting dilakukan saat proses wawancara mendalam.
Selanjutnya data reduction dan data display adalah proses analisis data yang
ada. Data reduction dilakukan dengan pemilihan data yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Untuk mendapatkan data analisis dilakukan pembuatan
catatan kecil saat wawancara yang bersifat penting sehingga data dapat
disajikan secara maksimal.
Analisis juga dilakukan melalui empat tahap yaitu pengolahan data
dari dokumen yang ada, kritisi dokumen, identifikasi perbandingan, dan
analisis perbandingan dokumen (Flick, Kardoff, & Steinke, 2004).
Peneliti menggunakan perbandingan antara program yang ada
dengan keadaan yang ada di lapangan. Selanjutnya peneliti menganalisis
kesenjangan dari keduanya dan menentukan strategi pengembangan
perekonomian.
Data dibuat dalam bentuk tabel untuk setiap variabel obyek penelitian
sehingga terlihat secara jelas perbandingan dari setiap variabel.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 25
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Instrumen Penelitian
Peneliti memanfaatkan berbagai instrument untuk membantu proses
penelitian mulai dari pengumpulan data hingga analisis. Instrumen yang
digunakan antara lain alat perekam panduan wawancara, catatan kecil
wawancara, dan kamera. Penelitian dibagi menjadi empat tahap bagian dari
mulai persiapan penelitian, pengumpulan data penelitian, pengolahan serta
analisis data sesuai tujuan utama penelitian, dan kesimpulan hasil akhir
penelitian.
1. Persiapan Penelitian
Peneliti membaca literatur mengenai perekonomian di dunia,
Indonesia dan di Pulau Bangka. Selain itu juga melalukan studi pendahuluan
ke Pulau Bangka untuk mengetahui permasalahan yang ada dilapangan.
Peneliti juga melakukan survai awal ke Kementerian Koordinator
Perekonomian. Pada persiapan penelitian juga dipersiapkan mengenai nara
sumber yang akan diwawancarai.
2. Pengumpulan data penelitian
Data penelitian didapatkan setelah melakukan proses wawancara
mendalam dengan nara sumber. Proses pengumpulan data ini ditargetkan
dalam waktu satu bulan untuk keseluruhan tahapan obyek penelitian. Data
sekunder dikumpulkan secara parallel dengan data primer sehingga dapat
langsung dilakukan proses penelitian selanjutnya.
3. Pengolahan data dan analisis
Data primer hasil wawancara dan data sekunder selanjutnya diolah dengan
melakukan analisis data. Data ini disesuaikan dengan data yang dibutuhkan
untuk mendapatkan jawaban dari tujuan penelitian. Pada saat analisis data
juga dilakukan triangulasi untuk menjamin kredibilitas data.
4. Hasil akhir penelitian
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 26
Data hasil analisis selanjutnya dibandingkan dengan tinjauan pustaka yang
mendukung hingga didapatkan kesimpulan akhir penelitian. Hasil akhir ini
harus menjawab pertanyaan penelitian di awal persiapan penelitian.
3.5.2. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari
nara sumber. Pada penelitian ini, data primer di dapat dari hasil wawancara
mendalam dengan nara sumber. Data yang diperlukan antara lain, adalah:
a. Pelaksanaan kebijakan tentang pemberdayaan perekonomian masyarakat
di Pulau Bangka.
b. Peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dalam membangkitkan
perekonomian baik itu masyarakat tingkat menengah dan masyarakat
tingkat bawah.
c. Peranan penyuluh dan Pembina Dinas Pertanian dan Perkebunan dalam
pembinaan dan penyuluhan tentang peningkatan pertaninan dan
perkebunan di wilayah Pulau Bangka.
d. Peranan penyuluh dilapangan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam
pembinaan para nelayan dalam mensejahterakan keluarganya.
e. Peranan Penyuluh dan Pembina dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral
Kabupaten Bangka dalam pembinaan dan penyuluhan tentang pedoman
dan prosedur tentang pertambangan timah di wilayah Pulau Bangka.
f. Peranan Dinas Koperasi dan UKM dalam membina pedagang dan
wirausaha dalam perekonomian kecil menengah dengan memberikan
pelatihan tentang ketrampilan berwiraswasta dan bantuan modal.
3.5.3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber lain yang
telah terpercaya. Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung data
primer yang telah didapatkan. Pada penelitian ini data sekunder dapat berasal
dari Pemerintah Daerah Kapupaten Bangka (Bapeda), Dinas Pertanian dan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 27
Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Energi Sumber Daya
Mineral, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta pelaku di
lapangan yaitu para pedagang, petani dan nelayan dan unsur yang terkait
dengan perekonomian di wilayah Pulau Bangka, sebagai data perkembangan
perekonomian masyarakat di wilayah Pulau Bangka.
3.5. Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data
Data penelitian perlu diuji keabsahannya dan keterandalannya.
Proses ini ditujukan untuk mendapatkan kepastian bahwa data hasil penelitian
sudah akurat dari sudut pandang peneliti, nara sumber, dan pembaca umum
(Creswell,2013). Pengujian keabsahan data yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti (peer
debriefing) untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian.
3.6. Definisi Operasional
Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian mengenai
strategi untuk pengembangan sumber daya perekonomian masyarakat di
Kepulauan Bangka.
a. Strategi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam
rangka pengembangan sumber daya perekonomian masyarakat di
Kepulauan Bangka.
b. Untuk mengetahui kondisi sumber daya perekonomian masyarakat di
Kepulauan Bangka.
c. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan perekonomian masyarakat di
Kepulauan Bangka sebagai wilayah terdepan bagi pertahanan Negara.
3.8.1. Nara sumber
Nara sumber kegiatan kajian tentang Eksistensi Pembangunan
Perekonomian Masyarakat di Pulau Bangka sebagai wilayah terdepan bagi
pertahanan Negara adalah:
a. Rektor Unhan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 28
b. Ketua LPPM Unhan
3.8.2. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli kegiatan kajian tentang Eksistensi Pembangunan
Perekonomian Masyarakat di Pulau Bangka sebagai wilayah terdepan bagi
pertahanan Negara adalah :
a. Dr. Ir. Rudy Laksmono, M.T.
b. Kolonel.Inf. Dr. Bambang Wahyudi, M.Si
c. Kolonel IDK Kerta Widana, S.K.M., M.K.K.K.
d. Drs. Susanto, M.PSi
3.8.3 Tenaga Pendukung
Tenaga Pendukung kegiatan penelitian ekonomi pertahanan tentang
Eksistensi Pembangunan Perekonomian Masyarakat di Pulau Bangka sebagai
wilayah terdepan bagi pertahanan Negara adalah :
a. Letkol Caj Drs. M. Mualim, M.Pdi
b. Dr. Supandi. S.Sos. M.M
3.9. Sistem Pelaporan
3.9.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan ini berisi latar belakang, kerangka pemikiran, pendekatan dan
metodologi menjadi suatu rencana kerja yang terstruktur, kebutuhan data dan
instrument, survey lapangan, laporan pendahuluan ini diperbanyak 5 eksemplar.
3.9.2. Konsep Laporan Akhir (Draf Final Report)
Konsep Laporan akhir berisikan latar belakang, kerangka pemikiran, pendekatan
dan metodologi, data dan temuan hasil lapangan, data olahan, pembahasan dan
telaahan yang mendalam dan telah mengelaborasi dari berbagai pemikiran yang
berkembang, temuan kajian/ kegiatan. Konsep laporan akhir ini diperbanyak 5
eksemplar.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 29
3.9.3. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan akhir berisikan latar belakang, kerangka pemikiran, pendekatan dan
metodologi, data dan temuan hasil lapangan, data olahan, pembahasan dan
telaahan yang mendalam dan telah mengelaborasi dari berbagai pemikiran yang
berkembang, temuan kajian/ kegiatan, rumusan rekomendasi kebijakan. Laporan
akhir ini diperbanyak 10 eksemplar.
3.10. Sistematika Laporan Akhir Kajian
Laporan akhir ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut
Bab 1 Pendahuluan
Berisi penggambaran mengenai latar belakang, maksud,
tujuan, sasaran, dan manfaat penelitian.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Berisi penggambaran mengenai berbagai konsep, teori dan
paradigma yang berkaitan dengan ekonomi dan manajemen ekonomi
pemberdayaan masyarakat yang menjadi kerangka konseptual teoritik
dalam menganalisis persoalan dan permasalahan tentang Eksistensi
Pembangunan Perekonomian Masyarakat di Pulau Bangka sebagai
wilayah terdepan bagi pertahanan Negara.
Bab 3 Metode Penelitian.
Berisi tentang metode penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan
sampling, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan
data, teknik analisa data, nara sumber, tenaga ahli dan pendukung.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisikan penuangan hasil penelitian serta untuk menjawab
perumusan masalahan yang disajikan diantaranya deskripsi wilayah,
gambaran umum pembangunan ekonomi di Bangka, faktor-faktor
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 30
yang mempengaruh, upaya dan strategi pembangunan ekonomi
masyarakat di Pulau Bangka.
Bab 5 Penutup
Berisi kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan kesimpulan dan
saran atas hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Pulau Bangka
a. Gambaran Pulau Bangka
Pulau Bangka adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur
Sumatra, dan termasuk dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Populasinya pada tahun 2015 berjumlah 1.456.809 jiwa. Luas pulau Bangka
ialah 11.693.54 KM2. Bangka menurut bahasa sehari-hari masyarakat
Bangka mengandung arti sudah tua atau sangat tua, sehingga pulau Bangka
dapat diartikan sebagai pulau yang sudah tua. Apabila merujuk pada
kandungan bahan galian yang terdapat di daerah ini, pulau Bangka banyak
mengandung bahan-bahan galian yang terdapat di daerah ini. Kata Bangka
dapat juga berasal dari kata wangka artinya timah. Karena di daerah ini
ditemukan bahan galian timah, maka disebut Pulau Timah. Karena
pergeseran atau bunyi bahasa yang berubah maka masyarakat lebih lekat
memanggil pulau ini dengan pulau Bangka atau pulau bertimah. Menurut
cerita rakyat, pulau Bangka tidak mempunyai penduduk asli, semua penduduk
adalah pendatang dari suku yang diberi nama suku sekak. Masyarakatnya
masih menganut animism. Kemudian masuk bangsa melayu dari daratan
malaka dengan membawa agama Islam yang kemudian berkembang sampai
sekarang.
Kondisi geografis Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir timur
Sumatra selatan, berbatasan dengan Laut China selatan, disebelah utara
Pulau Belitung di sebelah timur dan laut jawa di sebelah selatan yaitu 1 20- 3
7 lintang selatan dan 105 – 107 bujur timur memanjang dari barat laut ke
tenggara sepanjang 180 km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah,
bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah
rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu berbeda
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 32
dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya
dibandingkan denga daerah lain adalah pantainya yang landau berpasir putih
dengan dihiasi hamparan batu granit.
Luas wilayah Pulau Bangka 11. 693.54 km2, dengan jumlah
penduduk tahun 2015 sebanyak 1.456.809 jiwa. Batas wilayah Pulau Bangka
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan laut Natuna
b. Sebelah timur berbatasan dengan laut Natuna dan selat Gaspar
c. Sebelah selatan berbatasan dengan kota Pangkal Pinang dan
Kabupaten Bangka Tengah
d. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Bangka barat, selat
Bangka dan teluk Kelabat.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di pimpin oleh seorang Gubernur
periode 2013-2018 Rustam Effendi dan wakil Gubernur periode 2013-2018
Hidayat Arsani, Provinsi Kepulauan Bangka terdiri dari 5 kabupaten yaitu:
1. Kabupaten Bangka dengan ibukota Sungailiat
2. Kabupaten Bangka Barat dengan ibukota Mentok
3. Kabupaten Bangka Tengah dengan ibukota Koba
4. Kabupaten Bangka Selatan dengan ibukota Toboali
5. Kabupaten Pangkalpinang dengan ibukota Pangkalpinang
Kota Sungai Liat adalah ibukota dari Kabupaten Bangka dan
mempunyai julukan kota Berteman (bersih, tertib, dan aman) kembali meraih
piala Adipura yang ke 8 kali pada tahun 2013 dan salah satu kota kecil
terbersih di Indonesia.
Di bidang ekonomi, Pulau Bangka merupakan salah satu wilayah
penghasil timah terbesar di dunia sejak tahun 1710 Masehi. Proses proyeksi
timah saat ini di kuasai oleh Pemerintah Indonesia. Penemuan timah dan
VOC, sekitar tahun 1909 diketemukan timah, mula-mula di gali di sungai Olin
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 33
Kecamatan Toboali oleh orang-orang Johor Malaysia atas pengalaman
mereka di semenanjung Malaka. Dengan diketemukan timah, mulailah Pulau
Bangka di singgahi oleh segala macam perahu dari Benua Asia maupun
Eropa. Perusahaan-perusahaan penggalian timah pun semakin maju,
sehingga Sultan Palembang mengirimkan orang-orangnya ke Semenanjung
Negeri Tiongkok untuk mencari tenaga-tenaga ahli yang sangat diperlukan.
Disektor Pertanian Pulau Bangka pengahsil lada, karet, dan kelapa
sawit. Disektor laut penghasil ikan kerapu tikus dan budidaya rumput laut .
b. Sektor Pertanian dan Perkebunan.
Profil petani di Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung , petani lada
putih mengharapkan bantuan lahan untuk memperluas lahan perkebunan lada
putih untuk meningkatkan produksi komoditas ekspor. Saat ini sebagian besar
lahan perkebunan di kuasai oleh Investor perkebunan kelapa sawit, karet,
perumahan dan pertambangan timah, sehingga lahan untuk perkebunan lada
putih semakin terbatas. Para petani mengaku saat ini luas tanaman lada putih
yang dimilikinya hanya berkisar 1.000 meter persegi dan hanya bisa
menanam 500 batang pohon lada putih. Para petani berharap Pemerintah
Daerah menyediaakan lahan khusus untuk mengembangkan tanaman lada
putih, agar petani bisa memperluas perkebunan lada putih untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kabupaten Bangka juga sudah di
bangun pabrik tepung tapiocaterletak didesa Puding Kecamatan Puding besar
Kabupaten Bangka yang mampu memproduksi 250 ton per hari, jadi berapa
banyak yang harus para petani ubi tanam untuk memenuhi produksi itu.
Selain produksi tepung tapioca limbahnya dijadikan biogas untuk pembangki
tenaga listrik yang akan menerangi wilayah disekitas pabrik tepung tapioca.
c. Sektor Perdagangan
Profil pedagang di Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung, Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum,
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 34
koperasi dengan landasan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi yang berdasarkan azas kekeluargaan,
koperasi merupakan sokoguru ekonomi Indonesia. Di Kabupaten Bangka
secara kuantitatif perkembangan koperasi menunjukkan peningkatan dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 jumlah koperasi sebanyak 193 unit yang
meliputi koperasi non KUD sejumlah 184 unit koperasi, dan KUD sebanyak 9
unit dengan jumlah anggota 20.070 orang. Pada tahun 2016 jumlah
SIUP/TDUD di Kabupaten Bangka yang telah dikelurkan sebanyak 398
sertifikat.
d. Sektor Kelautan dan Perikanan
Profil nelayan di Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung,
Kabupaten Bangka secara geogravis sebagian besar wilayahnya berbatasan
dengan laut, antara lain; sebelah utara berbatasan dengan laut Natuna, dan
sebelah timur berbatasan dengan laut Cina selatan. Wilayah Kabupaten
Bangka merupakan wilayah pesisir yang panjang dikelilingi oleh pulau-pulau
kecil. Selain memiliki perairan laut yang cukup luas, juga memiliki perairan
payau, rawa, sungai dan kolong (bekas galian timah) yang mempunyai potensi
yang cukup besar dan prospektif apabila dikelola dengan baik akan
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat nelayan.
Sub sector perikanan, khususnya perikanan laut sangat dominan
untuk mengembangkan budi daya laut antara lain komoditas ikan kakap
merah, kerapu, rumput laut, udang, cumi-cumi kerang, sirip ikan hiu, ikan pari,
tenggiri dan ikan tongkol serta pengembangan wisata bahari. Ir. Budiman
Ginting,Dipl, BE, MM, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bahwa penghasilan nelayan
meningkat setiap tahun.
Ada tiga pola dalam mendistribusikan hasil tangkapan nelayan.
Pertama, nelayan yang baru pulang melaut langsung menjual hasil
tangkapannya di TPI (tempat pelelangan ikan). Di TPI konsumen adalah para
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 35
pedagang pengumpul maupun sentra-sentra nelayan. Kedua, nelayan menjual
hasil tangkapannya melalui pedagang pengumpul, setelah itu pedagang
pengumpul mengadakan lelang langsung dimana pembelinya sentra nelayan
yang berjumlah 41 sentra atau diekspor ke luar daerah. Dan ketiga, nelayan
menjual hasil tangkapnnya melalui pedagang pengumpul selanjutnya dari
nelayan langsung ke pasar ikan.
Jumlah nelayan di Kabupaten Bangka pada tahun 2016 berjumlah
7.446 orang nelayan. Program yang telah dijalankan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bangka untuk meningkatkan pemberdayaan nelayan
berupa bantuan sarana untuk melaut seperti jenis kapal jarring,
pengembangan sentra –sentra nelayan seperti pembangunan tambat labuh
kapal nelayan dan pembuatan los-los peneduh, penyuluhan-penyuluhan
tentang perikanan dan kelautan, pelatihan-pelatihan yang berhubungan
dengan peningkatan kualitas nelayan pada kelompok nelayan. Dan petugas
terjuan langsung ke lapangan melihat apakah ada kendala dan kondisi yang
dihadapi para nelayan dan keluarganya.
Pemberdayaan terhadap nelayan tradisional, sosialisasi perundang-
undangan tentang perikanan dan kelautan, pembinaan mutu dan kualitas
produksi, pengembangan rantai dingin (olahan es) dan pengadaan fasilitas
penunjang lainnya seperti BBM, pabrik es, air bersih. Jumlah produksi ikan di
Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014
sebanyak 19.641ton, tahun 2015 20.368 ton dan tahun 2016 sebanyak 22.300
ton. Penghasilan nelayan tiap tahun meningkat tahun 2014 rata-rata 10 juta,
pada tahun 2015 rata-rata 24 juta dan tahun 2016 rata-rata 26 juta. Para
Nelayan rata-rata melaut berjarak 12 mil dari bibir pantai dikarenakan
menggunakan kapal kecil, oleh karena itu apabila ditingkatkan kapal lebih
besar maka hasil tangkapnnya akan lebih besar dan lebih sejahtera.
Potensi perikanan darat juga tak kalah pentingnya, baik perikanan
tangkap maupun budidaya sungai, rawa, dan kolong memiliki potensi untuk
pengembangan perikanan. Komoditas perikanan yang biasa ditangkap dari
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 36
perairan tersebut dan merupakan ikan konsumsi bagi masyarakat local namun
memiliki nilai ekonomis adalah ikan Gabus, Baung, Udang galah, lele local,
belida dan lainlain. Ikan-ikan tersebut juga berpotensi untuk dibudidayakan.
Sedangkan ikan-ikan konsumsi yang sudah dibudidayakan di kolam-kolam
dan tambak antara lain adalah ikan patin, ikan lele, ikan gurami, ikan nila, ikan
mujahir, ikan bawal, ikan mas, dan lain-lain. Selain kolam ikan-ikan juga dapat
dibudidayakan di keramba jarring apung di sungai dan kolong.
Di samping ikan konsumsi, Kabupaten Bangka juga berpotensi untuk
pengembangan ikan hias, mengingat lokasi Kabupaten Bangka yang dekat
dengan pasar ikan hias Asia dan akses transportasi yang mudah ke Jakarta
dan Sumatra, ikan hias secara ekonomis mudah dikembangkan antara lain
ikan mas koki, maanvis, kelesuk, cupang, black ghost, lobster air tawar.
Perairan payau seluas 82.274 ha berpotensi untuk pengembangan
bididaya air payau antara lain ikan kakap putih, udang windu, vana meii, dan
ikan nila. Banyaknya hasil perikanan ikut mendorong berkembangnya industry
pengolahan perikanan di Kabupaten Bangka beberapa produk hasil
pengolahan perikanan terkenal antara lain terasi, kerupuk ikan, kerupuk
udang, kerupuk telur cumi (kricu), getas, empek-empek, otak-otak ikan dan
sebagainya.
e. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan merupakan salah satu sector andalan
Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2016
jumlah industry sebanyak 513 industri, industry besar berjumlah 12
perusahaan dengan tenaga kerja 812 orang, industry sedang sebanyak 27
perusahaan dengan tenaga kerja 1.463 orang dan industry kecil rumah tangga
berjumlah 474 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja berjumlah 2.535 orang
tenaga kerja.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 37
f. Sektor Pariwisata
Bupati Pemerintah Kabupaten Bangka bersama pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Kementerian Pariwisata akan membangun
fasilitas pariwisata terpadu dengan disiapkan lahan 500 ha dari pantai Matras
sampai pantai Bedukang atau pilihan kedua dari pantai Bedukang sampai
pantai Tuing, keaadaan pariwisata terpadu ada public area yang sangat
bagus, arena bermain dan fasilitas lainnya. Keapala Dinas Budaya dan
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung KA. Tajudin mengatakan
bahwa pantai tanjung pesona Sungaiiliat yang berada di wilayah Kabupaten
Bangka yang setiap tahun mengadakan event Sungaiiliat Triathlon ini bukan
hanya untuk jangka pendek tetapi untuk jangka panjang agar orang mengenal
Kabupaten Bangka, sehingga diharapkan dapat menggerakan perekonomian
termasuk ekonomi kreatif bagi masyarakat di Kabupaten Bangka. Event
Sungaiiliat Triathlon ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bangka
mempromosikan daerah ini agar lebih dikenal masyarakat dunia.
Di Pulau Bangka memiliki alam yang luar biasa, ada banyak tempat
wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan antara lain pantai Parai Tenggiri,
pantai Tanjung Pesona, pantai Rebo, pantai Berdauan, pantai Pasir Padi,
pantai Tanjung Ru Sodai, pantai Rambat, pantai Tanjung Kerasak, pantai
Gunung Nomak, pantai Tanjung Kalian, pantai Tungau, pantai Siongan,
pantai Blembang, pantai Pasir Kuning , pantai Tanjung Putat, pantai Pangusuk
dan pantai Matras serta pantai Turun Abon dengan pasir putih, air yang biru
juga terdapat batu-batuan yang alami.
Pantai Romodong berjarak sekitar 77 km dari ibukota Kabupaten
Bangka yaitu Sungaiiliat di pantai ini dapat menyaksikan peristiwa
terbenamnya matahari, dikarenakan lokasi pantainya langsung menghadap
kebarat, panjang pantai sekitar 4 km, lautnya landau, berpasir putih halus,
airnya bening bak Kristal da nada dua batu besar hitam disisi kiri dan kanan
yang mengapit mirip pintu gerbang, serta didukung dengan fasilitas lain dan
penginapan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 38
Wisata Pha Kak Liang adalah sebuah kawasan yang bergaya cina
yang di bangun di daerah bekas tambang timah, yang luasnya mencapai 2 ha,
terletak di desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka. Seolah-
olah di Pha Kak Liang para wisatawan berada di kota Hongkong atau di
Negara Taiwan. Dan obyek wisata pantai teluk Uber terletak di desa Rambak
Kelurahan Srimenanti, Kecamatan Sungaiiliat Kabupaten Bangka, pantai ini
mempunyai luas 25 ha denga pemandangan yang indah dan berpasir putih
dilengkapi dengan fasilitas hotel dan makanan kuliner.
g. Sektor Peternakan
Masyarakat Pulau Bangka umumnya usaha di sub sektor peternakan
yang dilakukan masyarakat hanya merupakan peternakan rakyat yang
diusakan secara sambilan. Pada tahun 2016 jumlah populasi ternak sapi
sebanyak 1.270. ekor, kambing 720 ekor, dan babi 27. 862 ekor, kerbau
sebanyak 36 ekor, ayam kampong sebanyak 134.570 ekor, ayam pedaging
sebanyak 536.482 ekor dan itik sebanyak 1.915.825 ekor.
Sementara itu produksi telur ayam kampung dan itik di wilayah Pulau
Bangka pada tahun 2016 produksi telur ayam kampung sebanyak 561.328 kg,
telur itik sebanyak 1.464,297 kg. Untuk produksi daging sapi sebanyak
11.680 kg, kambing 3.800 kg, babi 240.800 kg, kerbau sebanyak 800 kg,
ayam kampong sebanyak 34.519 kg, ayam pedaging sebanyak 100.673 kg,
dan itik sebanyak 2.913 kg.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perekonomian Masyarakat
Kabupaten Bangka
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat di
Pulau Bangka seperti sumber daya manusia yang baik, pemasaran, sistem
manajemen, aturan regulasi pemerintah daerah dan sebagainya. Dan tentu
saja tidak kalah pentingnya faktor modal dan pembiayaan. Setiap kegiatan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 39
usaha, baik usaha besar maupun kecil dan menengah membutuhkan
pembiayaan yang memadai untuk dapat berjalan dan berkembang.
4.2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Potensi kekayaan alam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melimpah juga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
sumber daya alam tersebut berasal dari hasil hutan, perkebunan, pertanian,
perikanan, dan pertambangan. Sektor pertambangan telah mampu
menyumbang cukup besar sekitar 13 persen perekonomian di Kepulauan
Bangka Belitung dengan komoditas utama timah. Selain sektor
pertambangan, kegiatan perekonomian masyarakat dominan pada sektor
pertanian, perkebunan dan perikanan. Pertumbuhan ekonomi Kepulauan
Bangka Belitung terus mengalami perlambatan selama periode 2011 – 2014
(Gambar 1). Selama kurun waktu 2011-2014 kinerja perekonomian Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung memiliki laju pertumbuhan rata-rata 5,58 persen,
pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung melambat salah satunya
disebabkan dari produksi sektor pertambangan yang terus mengami
penurunan.
Berdasarkan Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung selama kurun waktu 2010-2014 pendapatan per kapita cenderung
meningkat, namun masih lebih rendah dari pendapatan per kapita nasional.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 40
Jika pada tahun 2010 rasio PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dan PDB Nasional sebesar 100,44 persen, maka pada tahun 2014
rasionya menurun menjadi 96,31 persen (Gambar 2). Hal ini menunjukkan
pengaruh sektor pertambangan mulai mengalami penurunan bagi peningkatan
pendapatan perkapita di provinsi ini.
4.2.1.2. Pengurangan Pengangguran
Tingkat pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada di
bawah rata-rata tingkat pengangguran nasional. Seiring dengan laju pertumbuhan
ekonomi, tingkat pengangguran wilayah cenderung menurun pada tahun 2008-
2012, namun kembali meningkat pada tahun 2013-2015, yang menunjukkan
peningkatan angkatan kerja baru selama tahun 2008-2015 masih mampu diserap
oleh lapangan kerja yang tersedia. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2008-2015 berkurang sebesar 2,44 persen
(Gambar 3).
4.2.1.3. Pengurangan Kemiskinan
Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tidak berdampak signifikan terhadap pengurangan tingkat kemiskinan di wilayah ini.
Selama kurun waktu 2008-2015 persentase penduduk miskin di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung telah berkurang sebesar 3,18 persen namun kemiskinan di wilayah
ini masih menempati urutan tertinggi secara nasional (Gambar 4). Kemiskinan
disebabkan karena struktur sosial dalam masyarakat, yaitu kurang mampunya
memanfaatkan pengelolaan sumber daya alam yang melimpah akibat terbatasnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki. Tingkat kemiskinan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2008-2015 selalu berada di atas ratarata
nasional.
4.2.2. Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan,
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 41
4.2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan
Persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Bangka Belitung menurut rata-
rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tahun 2008 sampai
dengan tahun 2013, dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, Kabupaten
Bangka dan Belitung Timur termasuk kabupaten dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi. Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mendorong pengurangan kemiskinan
secara lebih cepat (pro-growth, pro-poor). Tantangan yang harus dihadapi oleh
pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dengan
tetap meningkatkan upaya pengurangan kemiskinan.
Kedua, Kabupaten Bangka Tengah terletak di kuadran II termasuk kategori
daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan
kemiskinan di atas ratarata (low growth, pro-poor). Tantangan yang harus diatasi
oleh pemerintah daerah adalah menjaga efektvititas dan efisiensi kebijakan dan
program pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan
pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya
potensi berkembang seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, serta
perdagangand dan jasa.
Ketiga, Kabupaten Bangka Selatan terletak di kuadran III dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi
(low growth, less pro-poor). Kinerja pembangunan daerah tersebut menegaskan
bahwa pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan
pembangunan ekonomi melalui peningkatan produkvititas sektor atau kegiatan
ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar dari golongan
miskin. Selain itu, pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi berbagai kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.
Keempat, Kabupaten Bangka Barat, Kota Pangkal Pinang dan Belitung
terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi
pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata (high-growth, less-pro poor). Kondisi ini
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 42
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum
memberi dampak penurunan angka kemiskinan secara nyata. Tantangan yang
harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan sektor
dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti pertanian
dan perkebunan, serta usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. Tantangan
lainnya adalah meningkatkan koordinasi sinergi dalam mengoptimalkan kebijakan
dan program penanggulangan kemiskinan.
4.2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM
Distribusi kabupaten dan kota di Provinsi Bangka Belitung berdasarkan rata-
rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013.
Pertama, Kabupaten Belitung Timur, Bangka, dan Kota Pangkal Pinang termasuk
daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di atas rata-
rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi sejalan dengan
peningkatan IPM (pro-growth, pro-human development). Dengan kinerja yang baik
ini, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum
pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, dan
sekaligus mempertahankan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di bidang
pendidikan dan kesehatan.
Kedua, Kabupaten Bangka Tengah dan Bangka Selatan terletak di kuadran
III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di bawah rata-rata
provinsi (low growth, less pro-human development). Kondisi ini menegaskan
perlunya pemerintah daerah membenahi pelayanan publik di bidang pendidikan dan
kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong
seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah.
Ketiga, Kabupaten Belitung dan Bangka Barat terletak di kuadran IV dengan
rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi peningkatan IPM di bawah rata-
rata (high-growth, less-pro human development). Tantangan bagi pemerintah
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 43
daerah adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan
peningkatan mutu pelayanan publik terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.
4.2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran
Persebaran kabupaten/kota di Provinsi Bangka Belitung menurut rata-rata
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun 2008-2012.
Pertama, Kota Pangkal Pinang dan Kabupaten Belitung Timur termasuk
kabupaten dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
pengangguran di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dapat mendorong perluasan lapangan kerja (pro-growth,
pro-job). Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga
momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai
tambah sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti pertanian, perkebunan,
kelautan dan perikanan.
Kedua, Kabupaten Bangka Tengah yang terletak di kuadran II termasuk
kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi
pengurangan pengangguran di atas ratarata (low growth, pro-job). Hal ini
mengindikasikan bahwa perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi
dengan pertumbuhan rendah seperti pertanian dan perikanan.
Ketiga, Kabupaten Bangka Selatan terletak di kuadran III dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi
(low growth, less pro-job). Hal ini menegaskan bahwa pemerintah daerah harus
bekerja keras untuk memacu pengembangan sektor atau kegiatan ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar.
Keempat, Kabupaten Bangka dan Bangka Barat terletak di kuadran IV
dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan
pengangguran di bawah rata-rata (highgrowth, less-pro job). Hal ini menunjukan
bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak
dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah
perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 44
daerah perdesaan. Tantangan yang harus dihadapi adalah mendorong
pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif
tinggi seperti pertanian dan perkebunan. Tantangan lainnya adalah
mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang mampu
menyerap tenaga kerja di sektor informal.
b. Pembangunan Sumberdaya Perekonomian Masyarakat Di Pulau Bangka
Dalam Perspektif Pertahanan Negara
a. Alokasi sumber daya yang lebih seimbang
Berbagai deregulasi di sektor riil dan moneter telah dilakukan Pemerintah
dalam rangka efisiensi di segala bidang. Namun dari berbagai studi yang
dilakukan ternyata upaya tersebut masih cenderung menguntungkan Jawa dan
kawasan¬kawasan cepat berkembang lainnya. Seperti misalnya penambahan
infrastruktur besar-besaran dan pengembangan pertanian di wilayah padat
penduduk seperti Jawa telah menarik investasi modal swasta, serta terjadinya
peningkatan kemampuan tekhnologi dan manajemen hanya di kawasan-
kawasan tersebut.
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah telah membuka kewenangan yang semakin besar bagi pemerintah
daerah dalam merencanakan dan menggunakan sumber-sumber keuangannya.
Untuk itu, perlu pula dilakukan reformasi fiskal yang mendukung alokasi sumber
daya yang lebih baik terutama ke kawasan-kawasan yang belum berkembang,
termasuk diantaranya reformasi di bidang perpajakan. Deregulasi sektor riil juga
perlu memperhatikan perkembangan kemampuan daerah.
b. Peningkatan sumber daya manusia di daerah
Pembangunan selama ini telah menurunkan angka buta huruf, meningkatkan
taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat di daerah. Namun demikian, kualitas
manusia di kawasan-kawasan tertinggal umumnya masih di bawah rata-rata
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 45
kualitas nasional. Untuk itu, pendekatan pembangunan sektoral yang telah
meningkatkan standard kualitas manusia Indonesia sampai pada taraf tertentu,
pada masa mendatang perlu diikuti oleh pendekatan pembangunan yang lebih
memperhatikan kondisi dan aspirasi wilayah, bukan oleh pendekatan yang
bersifat uniform. Strategi pembangunan manusia di masa mendatang harus
mampu mengidentifikasi jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat
menempatkan tenaga kerja dan lulusan terdidik dalam pasar peluang kerja yang
senantiasa menuntut adanya peningkatan keahlian.
c. Pengembangan Kelembagaan dan Aparat Daerah
Struktur kelembagaan dan aparat pemerintah daerah selama ini
mencerminkan sistem pemerintahan berjenjang. Walaupun propinsi dan
kabupaten juga berfungsi sebagai daerah otonom, yang mempunyai
kewenangan dalam mengatur daerahny sendiri, namun dalam berbagai
implementasi pelaksanaan pembangunan selama ini daerah lebih kepada
“menunggu” petunjuk dari Pusat. Proses pengambilan keputusan yang demikian
kemudian berkembang menjadikan aparat daerah lebih melayani aparat Pusat
daripada melayani masyarakat daerahnya.
Dalam era demokratisasi yang semakin berkembang seperti sekarang ini,
yang ditunjang oleh berbagai peraturan perundangan mengenai desentralisasi
yang lebih lengkap, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mampu
melaksanakan kewenangan yang semakin besar dalam menata pembangunan
daerahnya. Semakin lengkapnya perangkat peraturan dan perundang-undangan
mengenai penataan ruang di setiap propinsi dan kabupaten/kota dapat menjadi
acuan aparat daerah dalam untuk mengelola berbagai unsur ruang (seperti
sumber daya alam, manusia dan buatan) secara optimal, serta mengembangkan
konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 46
d. Pelayanan masyarakat yang efisien
Untuk kepentingan stabilitas ekonomi dan politik selama ini pemerintah
memegang kendali yang lebih besar terhadap sumber-sumber penerimaan
dan berbagai kebijaksanaan pelayanan masyarakat. Hal ini dilakukan
mengingat kebutuhan dasar masih sangat kurang, resiko investasi masih
sangat besar, dan tingkat pendidikan rata-rata manusia di daerah masih
rendah.
Dengan semakin meningkatnya kemampuan kelembagaan dan kualitas
aparat di daerah, sudah masanya sekarang untuk memperbesar kewenangan
daerah dalam menata pembangunan di daerah. Keterlibatan pihak swasta
sebagai mitra kerja sekaligus sebagai pelaku pembangunan perlu diperbesar,
sejalan dengan kewenangan daerah yang semakin besar dalam merencanakan
dan melaksanakan pembangunan daerahnya. Hal ini ditujukan agar pelayanan
kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
Ada tiga indikator keberhasilan pengembangan wilayah yang dapat dilihat
sebagai kesuksesan pembangunan daerah. Indikator pertama adalah
produktivitas, yang dapat diukur dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta
aparatnya. Indikator kedua adalah efisiensi, yang terkait dengan meningkatnya
kemampuan tekhnologi/sistem dan kualitas sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pembangunan. Terakhir adalah partisipasi masyarakat, yang dapat
menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah.
Ketiga indikator keberhasilan tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang
menjadi ciri suatu wilayah dan membedakannya dengan wilayah lainnya seperti
kondisi politik dan sosial, struktur kelembagaan, komitmen aparat dan
masyarakat, dan tingkat kemampuan/pendidikan aparat dan masyarakat. Pada
akhirnya, keberhasilan pengembangan suatu wilayah bergantung pula pada
kemampuan berkoordinasi, mengakomodasikan dan memfasilitasi semua
kepentingan, serta kreativitas yang inovatif untuk terlaksananya pembangunan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 47
yang aspiratif dan berkelanjutan.
e. APBD Kabupaten Bangka
1. Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II 2015 sebesar
Rp543,10 miliar yang terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD) sebesar
Rp57,09 miliar atau sebesar 10,51% dari total pendapatan dan pendapatan
transfer sebesar Rp486,01 miliar atau 89,49% dari total pendapatan.
Pendapatan transfer terdiri dari transfer pemerintah pusat berupa dana
perimbangan sebesar Rp407,02 miliar atau 83,75%, transfer pemerintah pusat
lainnya sebesar Rp50,19 miliar atau 10,33% dan transfer pemerintah provinsi
sebesar Rp28,80 miliar atau 5,93% total pendapatan transfer. Realisasi dana
perimbangan terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai
Rp291,67 miliar atau 71,16% dan dana bagi hasil bukan pajak (SDA) sebesar
Rp76,14 miliar atau 18,71%.
2. Realisasi Belanja Daerah
Sementara itu, realisasi belanja sebesar Rp300,95 miliar terdiri dari
belanja operasi sebesar 91,25%, belanja modal sebesar 8,39% dan belanja
tak terduga sebesar 0,36%. Belanja operasional terbesar merupakan belanja
pegawai yang mencapai 60,60% dari total belanja operasional.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 48
URAIAN Realisasi s. d. Triwulan I
( Januari - Maret )
Realisasi s. d. Semester I
( Januari - Juni )
PENDAPATAN 255,799,282,528.38Rp 543,103,053,029.25Rp
PENDAPATAN ASLI DAERAH 27,842,768,115.64Rp 57,090,509,026.44Rp
Pajak Daerah 6,049,632,066Rp 11,923,960,737.17Rp
Retribusi Daerah 2,846,452,147Rp 6,575,853,189.00Rp
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4,096,651,771Rp 4,577,102,271.28Rp
Lain-lain PAD yang Sah 14,850,032,131Rp 33,013,592,828.99Rp
PENDAPATAN TRANSFER 227,956,514,412.74Rp 486,012,544,002.81Rp
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN 188,308,894,247.00Rp 407,024,537,826.00Rp
Dana Bagi Hasil Pajak 4,300,881,450Rp 8,694,819,800.00Rp
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 691,659,797Rp 76,137,726,026.00Rp
Dana Alokasi Umum 166,668,732,000Rp 291,670,281,000.00Rp
Dana Alokasi Khusus 16,647,621,000Rp 30,521,711,000.00Rp
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 22,601,836,000.00Rp 50,191,310,400.00Rp
Dana Otonomi Khusus Rp - 7,254,610,400.00Rp
Dana Penyesuaian 22,601,836,000Rp 42,936,700,000.00Rp
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI 17,045,784,165.74Rp 28,796,695,776.81Rp
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 17,045,784,166Rp 28,796,695,776.81Rp
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Rp - Rp -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Rp - Rp -
Pendapatan Hibah Rp - Rp -
Pendapatan Dana Darurat Rp - Rp -
Pendapatan Lainnya Rp - Rp -
BELANJA 109,400,858,631.94Rp 300,950,585,676.98Rp
BELANJA OPERASI 105,077,334,631.94Rp 274,608,562,184.98Rp
Belanja Pegawai 73,140,806,371Rp 166,399,253,292.29Rp
Belanja Barang 3,151,852,861Rp 97,779,348,892.69Rp
Bunga Rp - Rp -
Subsidi Rp - 150,000,000.00Rp
Hibah Rp - 8,466,960,000.00Rp
Bantuan Sosial 418,000,000Rp 1,813,000,000.00Rp
BELANJA MODAL 4,323,524,000.00Rp 25,259,771,342.00Rp
Belanja Tanah Rp - Rp -
Belanja Peralatan dan Mesin 1,487,691,000Rp 8,062,820,900.00Rp
Belanja Gedung dan Bangunan 2,535,070,000Rp 8,355,766,984.00Rp
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 115,740,000Rp 7,984,685,458.00Rp
Belanja Aset Tetap Lainnya 185,023,000Rp 856,498,000.00Rp
Belanja Aset Lainnya Rp -
BELANJA TAK TERDUGA Rp - 1,082,252,150.00Rp
Belanja Tak Terduga Rp - 1,082,252,150.00Rp
TRANSFER 2,466,684,000.00Rp 20,069,398,443.00Rp
Bagi Hasil Pajak ke Kab/ Kota/ Desa Rp - 799,544,057.00Rp
Bagi Hasil Retribusi ke Kab/ Kota/ Desa Rp - Rp -
Bagi Hasil Lainnya ke Kab/ Kota/ Desa Rp - 439,098,943.00Rp
Transfer Lainnya ke Kab/ Kota/ Desa 2,466,684,000Rp 18,830,755,443.00Rp
BELANJA DAN TRANSFER 111,867,542,631.94Rp 321,019,984,119.98Rp
SURPLUS/ DEFISIT 143,931,739,896.44Rp 222,083,068,909.27Rp
PEMBIAYAAN 116,200,098,863.54Rp 116,386,107,444.54Rp
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 116,200,098,863.54Rp 116,386,107,444.54Rp
Penggunaan SILPA 116,200,098,864Rp 116,195,096,952.54Rp
Pencairan Dana Cadangan Rp - Rp -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp - Rp -
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Rp - 191,010,492.00Rp
PENGELUARAN PEMBIAYAAN Rp - Rp -
Pembentukan Dana Cadangan Rp - Rp -
Penyertaan Modal ( Investasi ) Daerah Rp - Rp -
Pembayaran Pokok Utang Rp - Rp -
Pemberian Pinjaman Kepada Daerah Rp - Rp -
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 260,131,838,759.98Rp 338,469,176,353.81Rp
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka
Tabel 4.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka
3. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di daerah juga
bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP). Dana
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 49
Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dan yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan TP adalah
penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu
dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan.
Pagu Dana Dekonsentrasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar
Rp156,18 miliar dan Tugas Pembantuan Rp 205,18 miliar. Sehingga totalnya
sebesar Rp361,98 miliar.
Tabel 4.6 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Jan Feb M aret April M ei Juni
Dekonsentrasi 156.18 0.02 0.04 1.13 3.57 4.60 6.15 15.52 9.94
Tugas Pem bantuan 205.80 0.06 0.27 5.26 2.18 4.22 7.05 19.04 9.25
Jum lah 361.98 0.08 0.31 6.40 5.75 8.82 13.20 34.56 9.55
Kewenangan Pagu (M iliar Rp)Realisasi Bulanan 2015 Jum lah Realisasi
(M iliar Rp)
% Realisasi
sd Juni
Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung
Realisasi dana dekonsentrasi hingga triwulan II 2015 tercatat sebesar
Rp15,52 miliar atau 9,94% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan
Rp19,04 miliar atau 9,25% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan sebesar Rp34,56 miliar atau 9,55% dari total pagu sebesar
Rp361,98 miliar.
Masih relatif rendahnya penyerapan anggaran ditengarai karena masih
belum banyak terealisasinya kegiatan dengan sumber pendanaan dari APBN
tersebut pada triwulan I dan II 2015. Realisasi anggaran diharapkan dapat
terlaksana pada triwulan III dan IV sebagai stimulus dan penggerak perekonomian
daerah.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 50
4.3. Perkembangan perekonomian di Kepulauan Bangka
Perkembangan perekonomian di Kepulauan Bangka Belitung secara makro
relatif baik meskipun belum diikuti perkembangan kualitas sumber daya manusia
dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat kesenjangan konsumsi
masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (indeks gini) selama periode
2008-2013 mengalami sedikit peningkatan dari angka 0,26 menjadi 0,31, lebih
rendah dari angka nasional yang sebesar 0,35 pada tahun 2008 menjadi 0,4 pada
tahun 2013. Kesenjangan output antarkabupaten/kota di
Kepulauan Bangka Belitung tergolong rendah secara nasional sehingga
mendukung dalam menjaga stabilitas perekonomian wilayah. Percepatan
pengembangan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan. Perbaikan
kinerja ekonomi yang cukup signifikan terjadi dengan faktor pendorong utama
datang dari komponen ekspor luar negeri. Manfaat dari proyek-proyek infrastruktur
utama di kota-kota pusat pertumbuhan diperkirakan tak hanya memberi manfaat
kota bersangkutan tetapi juga wilayah sekitarnya. Berdasarkan modal
pembangunan yang dimiliki dan semakin meningkatnya kinerja pembangunan,
prospek pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 dalam
mendukung pencapaian target RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Sasaran pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung dalam RPJMN
2015-2019 sebesar 5,5 – 7,5 persen dimungkinkan dapat tercapai dengan
meningkatkan optimalisasi potensi sumberdaya yang dimiliki daerah, sejalan
dengan peningkatan pembangunan infrastruktur. Secara keseluruhan
perekonomian tahun 2016 membaik didukung oleh seluruh provinsi. Perbaikan
ekonomi terutama didorong oleh peningkatan investasi seiring dengan realisasi
berbagai proyek infrastruktur berskala besar di daerah. Paket kebijakan
ekonomi yang disertai agenda pembangunan infrastruktur pemerintah telah
memberi persepsi positif terhadap ekspektasi kondisi ekonomi ke depan, serta
diprakirakan mendorong perbaikan konsumsi rumah tangga.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 51
2. Upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Kepulauan Bangka Belitung harus
dilakukan dengan optimal agar sesuai dengan Buku III RPJMN 2015-2019.
Sasaran pengurangan tingkat kemiskinan dalam Buku III RPJMN 2015-2019
adalah 3,9 – 2,7 persen, sedangkan pada tahun 2014 tingkat kemiskinan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 5,36 persen, untuk itu diperlukan
upaya konsisten untuk menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi ini. Selama
kurun waktu 2015-2019 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus
menurunkan persentase penduduk miskin sebesar 2,66 poin persentase atau
0,53 poin persentase per tahun.
3. Peluang untuk mempercepat penurunan kemiskinan terbuka bila dilakukan
pembenahan pada produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan
industri kecil, di mana konsentrasi penduduk miskin biasanya berada.
Pemerintah daerah perlu menyiapkan koordinasi horisontal dan vertikal untuk
mengantisipasi kemungkinan hal ini terjadi, terutama menyiapkan jaring-jaring
pengaman untuk memperkecil dampak yang diterima penduduk miskin dan
hampir miskin.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 52
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Kondisi sumber daya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka dari
uraian pada bagian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Potensi sumber daya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka meliputi
sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor peternakan,
sektor perikanan, sektor kelautan, sektor pertambangan dan energi, sektor
pariwisata, sektor perdagangan dan sektor koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah yang sudah diperdayakan, serta merangkul pihak swasta
(stakeholder) yang berkaitan dengan perekonomian dan pemberdayaan
masyarakat.
b. Berdasarkan kualitas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka, Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beserta kepala Dinas mempunyai
Kebijakan pembangunan, pengeloaan keuangan dan aset daerah serta hasil
pencapian pembangunan perekonomian dan dalam proses realisasi berjalan
dalam meningkatkan sumber daya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka
seperti
c. Pembangunan perekonomian masyarakat di Pulau Bangka sebagai wilayah
terdepan bagi pertahanan Negara sangat berpengaruh pada kesejahteraan
rakyat, keamanan wilayah serta kesadaran bela Negara masyarakat Pulau
Bangka.
Pembangunan sumberdaya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka
dalam perspektif pertahanan negara
Keberhasilan sumberdaya perekonomian masyarakat di Pulau Bangka
dalam perspektif pertahanan negara dapat dilihat sebagai kesuksesan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 53
pembangunan daerah. Indikator pertama adalah produktivitas, yang dapat diukur
dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta aparatnya. Indikator kedua
adalah efisiensi, yang terkait dengan meningkatnya kemampuan
tekhnologi/sistem dan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan
pembangunan. Terakhir adalah partisipasi masyarakat, yang dapat menjamin
kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah.
Indikator keberhasilan tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang menjadi
ciri suatu wilayah dan membedakannya dengan wilayah lainnya seperti kondisi
politik dan sosial, struktur kelembagaan, komitmen aparat dan masyarakat, dan
tingkat kemampuan/pendidikan aparat dan masyarakat. Pada akhirnya,
keberhasilan pengembangan suatu wilayah bergantung pula pada kemampuan
berkoordinasi, mengakomodasikan dan memfasilitasi semua kepentingan, serta
kreativitas yang inovatif untuk terlaksananya pembangunan yang aspiratif dan
berkelanjutan bagi pertahanan negara.
5.2 REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan Para dinas perekonomian yang terkait dengan perekonomian serta pihak
swasta melalui efektivitas Topoksi masing-masing dan sinergitas seluruh
stakeholder dalam pembinaan baik itu pelatihan, pendidikan dalam
perekonomian bagi masyarakat maupun bantuan modal dan sarana yang
menunjang kemajuan perekonomian.
b. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan dinas serta pihak swasta selalu memantau perkembangan dalam
pembinaan perekonomian secara terpadu, berlanjut dan sampai tumbuh
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 54
berkembang mencapai kemajuan yang signifikan.
c. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui peran Dinas Kelautan dan Perikanan dalam membinan para nelayan
dan keluarga pesisir untuk diberikan pembinaan tentang bagaimana
menangkap ikan secara efektif dan efisien serta memberikan sarana
penangkapan ikan yang lebih modern seperti kapal penangkap ikan yang lebih
besar, bantuan BBM serta sarana lain yang dibutuhkan oleh para nelayan.
d. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui peran Dinas Koperasi dan UKM dalam membina para pedagang kecil
dan menengah baik itu penyediaan tempat untuk berdagang seperti pasar
tradisional maupun pasar modern, serta bantuan modal untuk berdagang.
e. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui Dinas Pertaninan dalam membina petani untuk meningkatkan hasil
pertanian dengan memberikan penyuluhan tentang memilih tanaman produktif
menghasilkan panen yang besar untuk kesejahteraan keluarganya, serta
memberikan bantuan bibit tanaman, menyediakan pupuk dan memasarkan
hasil panen dari hulu ke hilir.
f. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
membina masyarakat melalui bantuan ketrampilan agar masyarakat hidup
mandiri dan sejahtera.
g. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui Dinas Koperasi UMKM dengan membina koperasi dan masyarakat
dalam berwiraswasta dan saling gotong royong untuk kesejahteraan bersama.
h. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 55
melalui Dinas Pertambangan dan Energi untuk membina para penambang dan
pemilik tambang untuk menambang dan menggali sesuai dengan aturan demi
melestarikan lingkungan alam yang ada di Pulau Bangka.
i. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk membina masyarakat ekonomi
kreatif untuk membangun perekonomian di sektor pariwisata serta menata dan
membenahi pariwisata yang lebih indah dan lestari.
j. Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Pulau Bangka akan
mempengaruhi peningkatan rasa bela Negara bagi masyarakat di Pulau
Bangka sebagai pulau terdepan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 56
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah.
Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah, Jakarta.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. BPFE, Yogyakarta.
Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.
Creswell, J. W. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Flick, U., Kardoff, E. v., & Steinke, I. 2004. A Companion to Qualitative Research.
London: Sage Publications Ltd.
Iskandar Putong, Economics Pengantar Mikro dan Makro(Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2010), hal. 3, 18-20.
Jhingan, ML, 2002. Ekonomi Pembangunan. Penerbit Rajawali, Jakarta.
Kodoatie & Sjarief, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Gramedia, 2006) h. 67.
Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 26.
Miles, M., & Hubermen, A. 1984. Qualitative Data Analysis: A Source Book of New
Methods. California: SAGE Publications.
Pearce, JA. (2008). Strategic management : Formulation, Implementation and
Control sl. Mc Grow Hill.
Purwaningsih, 2009. “Analisis Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor Unggulan
Kabupaten Parigi Moutong”, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 57
Purnomo Yusgiantoro, Ekonomi Pertahanan Teori dan Praktek, (Jakarta: Gramedia,
2014), hal. 7.
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm.
45 - 47.
Stainback, S., & Stainback, W. 1988. Understanding and Conducting Qualitative
Research. USA: Kendall/Hunt Publisher.
Stephanie, K. Marrus. (2002) .Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta:
Rajawali Press
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Badouse Media, Cetakan
Pertama, Padang.
Soepono, Prasetyo, 1993. Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan,
JEBI, No.1, Tahun III.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Yogyakarta:
Alfabeta.
Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan. LPFEUI, Jakarta.
Suryana, 2000. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan: Teori,
Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta.
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Makro, ( Bandung: Refika Aditama, 2010), hal.1
Karya Ilmiah
Fachrurrazy, 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah
Kabupaten
Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Tesis, Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 58
Ghufron, Muhammad. 2008. “Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor
Unggulan
Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur”.Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Gravitiani, Evi, 2006. “Analisis Shift-Share Dinamik pada Perekonomian
Yogyakarta”.FE-UGM, Yogyakarta.
online
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2008. Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
http://www.Bappenas.go.id/node/123/3/uu-no32-tahun-2004-tentang-
pemerintahan-daerah/, diakses pada tanggal 27 Maret 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2008.Undang-Undang No. 33 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah http://www.Bappenas.go.id/node/123
/3/uu-no33-tahun-2004-tentang-pemerintahan-daerah/, diakses pada tanggal
27 Maret 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bone, 2008. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2008-2013 Kabupaten
Bone http://www.bone.go.id/download/PERDA%20RPJMD.pdf, diakses
tanggal 4 April 2012.
Laporan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, 2011. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Bone 2011. Pemerintah Kabupaten Bone, Watampone.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, 2011. Kabupaten Bone dalam Angka.
Pemerintah Kabupaten Bone, Watampone.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2011. Produk Domestik Regional
Bruto
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 59
Kabupaten Bone 2011. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Basuki, Agus Tri, 2005. “Peranan Kabupaten Way Kanan dalam Pembentukan
PDRB Provinsi Lampung Tahun 1999-2002”, Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 60
LAMPIRAN
4. Panduan Wawancara untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka.
Data Responden
Instansi
Alamat
Nama
Jabatan/Pangkat
No. Kontak/email
Hari dan Tanggal
Lokasi Wawancara
Mulai Wawancara
Selesai Wawancara
Gambaran Situasi (What,Where,Who,When, How)
1. Apakah pedoman yang digunakan oleh Pemda untuk mengembangkan
sumber daya perekonomian masyarakat di Kabupaten Bangka?
2. Bagaimanakah koordinasi antara Pemda dengan Dinas terkait tentang
perekonomian di Kabupaten Bangka?
3. Apakah program yang ada di Pemda Kabupaten Bangka tidak bertabrakan
dengan program yang ada di Dinas perekonomian yang saling berkaitan?
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 61
4. Siapakah yang seharusnya mengadakan koordinasi dengan Pemda dan
Dinas yang berkaitan dengan pemberdayaan perekonomian di wilayah
Kabupaten Bangka?
1. Bagaimanakah kerja sama antara Pemda Kabupaten Bangka dengan
Dinas-dinas yang berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya
perekonomian masyarakat di Kabupaten Bangka?
2. Apa saja yang telah dilaksanakan Pemda Kabupaten Bangka dalam
rangka peningkatan perekonomian di Kabupaten Bangka?
3. Bagaimanakan respon masyarakat setelah diberikan penyuluhan
dan pembinaan dari Dinas perekonomian?
4. Bagaimanakah cara memantau perkembangan setelah di berikan
penyuluhan?
5. Apa kendala yang di hadapi penyuluh di lapangan di hadapkan
dengan berbagai karakter manusia?
6. Apakah ada evaluasi setiap tahun, dan apa tindak lanjut dari
evaluasi itu?
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 62
DOKUMENTASI PENELITIAN EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI PULAU BANGKA
Peta Kandungan Bijih Timah P. Bangka Tambang Timah Sudah Sejak Zaman Dahulu
Eksplorasi Timah dengan Kapal Keruk Hasil Industri Kreatif Kerajinan Timah
Produk Timah berbentuk Bola Produk Timah Berbentuk Batangan
Lampiran
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 63
DOKUMENTASI PENELITIAN EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI PULAU BANGKA
Tanaman Lada yang Subur Perkebunan Lada sampai ke Pelosok
Petani Lada yang memberi Harapan Menikmati Hasil Panen Lada Putih
Kualitas Lada Putih Bangka diakui di Dunia Hutan Pelawan yang terkenal dan Madunya
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 64
Diterima Ka. Biro Perekonomian Prov Babel
DOKUMENTASI PENELITIAN EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI PULAU BANGKA
Wawancara dengan Ka. Biro Perekonomian
Diterima Ka. Biro Pembangunan Prov Babel
Wawancara dengan Kahumas Pemprov Babel
Wawancara dengan Ka. Biro Pembangunan
Penyerahan Cinderamata dari Unhan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 65
DOKUMENTASI PENELITIAN EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI PULAU BANGKA
Peneliti berkunjung ke Pemprov Kep. Babel Peneliti diterima Sekda Pemprov Kep Babel
Wawancara dengan Sekda Pemprov Kep Babel Wawancara dengan Bapeda Pemprov Kep Babel
Peneliti Mengunjungi Bapeda Pemprov Babel Wawancara dengan Bapeda Pemprov Kep Babel
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 66
+
DOKUMENTASI PENELITIAN EKSISTENSI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI PULAU BANGKA
Peneliti Mengunjungi Bakesbangpol Babel Pemprov Babel
Wawancara dengan Bakesbangpol Babel Pemprov Babel
Potensi Pariwisata menyokong Perekonomian Pantai dengan Hamparan Pasir Putih nan Elok
Negeri Serumpun Sebalai Memiliki Potensi pariwisata
Pantai yang begitu mempesona
*****
Penyerahan Cinderamata Unhan kepada Danrem
Korem Mendukung Pemb. Perekonomian
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 67
Lampiran
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 68
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 69
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 70
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 71
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 72