penanganan konflik -...

12

Upload: voquynh

Post on 29-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Penanganan Konflik Pendekatan Kearifan Lokal

Dr. Bambang Wahyudi, MM. M.Si.

ii

Penanganan Konflik: Pendekatan Kearifan Lokal

© Dr. Bambang Wahyudi, MM. M.Si.

Editor:

May May Maysarah, M.Han.

Layout:

Dimas Indiana Senja

Cover:

Farid

Diterbitkan Oleh:

PUSTAKA SENJA

[email protected]

Jl. Ori 1 No 9 c Papringan, Yogyakarta

(Hp. 085741060425, website: www.pustakasenja.com)

Cetakan 1, September 2018

ISBN : 978-602-6730-40-4

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

All right reserved

iii

Penanganan Konflik Pendekatan Kearifan Lokal

Dr. Bambang Wahyudi, MM. M.Si.

iv

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta

Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah

suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana:

Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan Ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau

denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama

7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual

kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait

sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

v

PENGANTAR PENULIS

Sebagaimana konflik yang bisa dikelola, perdamaian pun

harus senantiasa dipastikan bisa terbangun, tentunya melalui

sebuah proses panjang yang sebelumnya telah disepakati semua

pihak. Konstruksi sosial masyarakat hingga kini memaksa untuk

tidak dapat dengan mudah memperoleh perdamaian tanpa upaya

apapun, perlu usaha keras.

Kelangkaan, ketimpangan akses, serta prasangka atau

stigma atas dasar Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA)

membuat konflik menjadi hal yang lumrah di berbagai wilayah

terlebih di jika penanganan terhadap konflik kurang tepat. Pada

tahapan selanjutnya konflik yang terjadi akan menimbulkan

kekerasan dengan tingkatan yang berbeda.

Indonesia memiliki rekam sejarah konflik yang tidak

sederhana. Selepas masa kolonialisme, konflik idelogis tentang

bentuk negara telah melahirkan gerakan-gerakan separatis.

Kelompok agama tertentu, menginginkan Indonesia menjadi

negara agama. Suku tertentu bertindak primordial terhadap

akses-akses politik di wilayah masing-masing. Aroma

nasionalisme berubah menjadi etnonasionalisme bahkan

primordialisme yang berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa. Di

samping drama kapitalisme yang dengan mudahnya membagi

rakyat Indonesia kedalam berbagai kelas ekonomi yang sangat

timpang dan menghasilkan penindasan yang kemudian dianggap

sebagai konsekuensi wajar dari kemalasan dan keterbelakangan.

Dengan angka atas pulau dan suku di Indonesia yang begitu

vi

ragam, segala macam keanekaragaman ini harus dikelola agar

tidak menimbulkan konflik baru. Konflik yang sudah adapun

harus ditangani, agar perdamaian memiliki kesempatan untuk

tumbuh.

Memang tidak ada rumusan baku untuk menangani konflik,

namun hal ini bukan berarti tidak ada pola yang dapat dijadikan

pendekatan umum. Sebagai bahan kajian Damai dan Resolusi

Konflik, buku ini mencoba menghadirkan pendekatan tersebut

secara runtut, mulai dari terminologi atas perihal konflik dan

perdamaian yang menjadi pokok bahasan, hingga membongkar

cara-cara resolusi konflik yang selama ini digunakan untuk

membangun perdamaian di beberapa daerah di Indonesia.

Pendekatan kearifan lokal menjadi praktik baik di daerah

maupun di Indonesia secara umum seperti: Mertitani di

Gemawang Kabupaten Temanggung, Tradisi Nyadran di Giyanti

Wonosobo, toleransi Komunitas Aboge di Kabupaten Banyumas,

Adat Reba di Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur, serta tradisi

Rewang di Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Sebagian berbentuk

aktivitas kultural, yang memang akan sangat berbeda dari satu

daerah dengan daerah lain. Namun pada intinya, upaya

pengangkatan nilai-nilai kearifan lokal yang asli terlahir dari

daerah tersebut untuk kemudian diproyeksikan dalam aktivitas

yang seharusnya dapat menjadi inspirasi dalam membangun

perdamaian di wilayah lainnya, setelah melalui proses modifikasi

yang disesuaikan dengan karakter konflik dan wilayah konflik

terjadi.

vii

Begitu juga Aceh, kohesi kultural hadir seiring dengan

diberi ruangnya nilai-nilai kultural yang sebelumnya

disalahgunakan oleh kelompok separatis. Bahwa konflik

berkembang, seiring dengan berkembangnya aktor dan faktor

konflik, memang seharusnya disadari.

Sebagaimana pun memburuknya sebuah konflik, pola-pola

seperti ini harus didekati, dipahami, dan dikelola dengan baik

agar malah dapat menjadikan potensi penumbuhan benih-benih

perdamaian, fluiditas, rekonsiliasi, dan transformasi konflik dalam

mengatasi konflik seperti ini menjadi kunci, yakni mengubah

nilai-nilai konfliktual menjadi langkah pertama untuk

membangun nilai-nilai perdamaian.

Singkat kata, dalam argumentasi penulis, untuk

menciptakan perdamaian maka perlu menggunakan konsepsi

realitas dalam menangani konflik di Indonesia, sehingga

perdamaian dapat terwujud secara berkelanjutan.

Buku ini ditulis sebagai wujud kontemplasi penulis atas

fenomena konflik di Indonesia. Tentu tidak dapat menjawab

seluruh pertanyaan mengenai bagaimana membangun

perdamaian. Buku ini mungkin hanya memberikan sedikit kajian

mengenai cara-cara penanganan konflik melalui pendekatan

kewilayahan yang menekankan pada aspek realitas, belum

sempurna namun seperti ada harapan baru dalam proses

perdamaian.

Penulis sangat berterima kasih terhadap pihak-pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut

berkontribusi terhadap lahirnya buku ini. Menyadari

viii

ketidaksempurnaan dalam proses penulisan, penulis sangat

terbuka terhadap kritik dan saran.

Dr. Bambang Wahyudi, MM. M.Si.

ix

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ~v

DAFTAR ISI ~ ix

BAB I SEJARAH KONFLIK DI INDONESIA DAN PREDIKSI MASA

DEPAN ~1

BAB II MEMAHAMI KONFLIK DAN PERDAMAIAN ~11

BAB III PENGENALAN LOCAL WISDOM SEBAGAI METODE

PENYELESAIAN KONFLIK ~37

BAB IV PENANGANAN KONFLIK DENGAN PENDEKATAN

KEARIFAN LOKAL ~61

BAB V MEMBONGKAR RESOLUSI KONFLIK PENDEKATAN

KEARIFAN LOKAL DI ACEH~ 83

BAB VI RELEVANSI TEORI REALITAS DAN PENANGANAN

KONFLIK ~101

PENUTUP ~106

REFERENSI ~109

BIODATA PENULIS ~114

x