omsk.doc

6
Dari kasus dalam skenario, didapatkan beberapa keluhan yang dikemukakan pasien. Keluhan pada telinga meliputi : a. Keluarnya cairan kuning, kental, dan berbau busuk pada telinga kanan (Otorrhea). Satu tahun lalu keluar cairan encer, jernih, dan sedikit darah. Normalnya, terdapat pembatas antara meatus auditus externus pada auris externa dengan cavum timpani pada auris media, yaitu membrane timpani. Pembatasan ini mengakibatkan ‘komponen’ yang terdapat dalam auris externa tidak dapat masuk ke dalam auris media, begitu pula sebaliknya. Namun, pada kasus ini telah terjadi rupture membran timpani yang ditandai dengan keluarnya cairan kuning, kental, dan berbau busuk yang merupakan tanda terjadinya rupture membrane timpani. Mekanisme hingga terjadinya rupture dalam kasus ini : 1. Berawal dari tersumbatnya tuba auditiva eustachii karena alergi dan infeksi yang terus menerus sehingga system pertahanan yang 2. Terjadi oklusi tuba auditiva eustachii, mengakibatkan disfungsi tuba sebagai ventilator (penyeimbang tekanan antara cavum timpani dengan dunia luar) dan menyebabkan teradinya perbedaan tekanan ke arah negative dalam cavum timpani dari dunia luar dan

Upload: reza-satria-halim

Post on 08-Apr-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Omsk.doc

Dari kasus dalam skenario, didapatkan beberapa keluhan yang dikemukakan pasien. Keluhan

pada telinga meliputi :

a. Keluarnya cairan kuning, kental, dan berbau busuk pada telinga kanan (Otorrhea).

Satu tahun lalu keluar cairan encer, jernih, dan sedikit darah.

Normalnya, terdapat pembatas antara meatus auditus externus pada auris externa dengan cavum

timpani pada auris media, yaitu membrane timpani. Pembatasan ini mengakibatkan ‘komponen’

yang terdapat dalam auris externa tidak dapat masuk ke dalam auris media, begitu pula

sebaliknya. Namun, pada kasus ini telah terjadi rupture membran timpani yang ditandai dengan

keluarnya cairan kuning, kental, dan berbau busuk yang merupakan tanda terjadinya rupture

membrane timpani. Mekanisme hingga terjadinya rupture dalam kasus ini :

1. Berawal dari tersumbatnya tuba auditiva eustachii karena alergi dan infeksi yang terus

menerus sehingga system pertahanan yang

2. Terjadi oklusi tuba auditiva eustachii, mengakibatkan disfungsi tuba sebagai ventilator

(penyeimbang tekanan antara cavum timpani dengan dunia luar) dan menyebabkan

teradinya perbedaan tekanan ke arah negative dalam cavum timpani dari dunia luar dan

berakibat pada retraksi membrane timpani (terjadi absorbsi udara keluar).

3. Adanya allergen dan infeksi ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada pembuluh

darah sekitar membrane timpani sebagai respon inflamasi. Hal ini membuat membrane

hiperemis dan edem serta mengakibatkan keluarnya cairan serous (berasal dari sel epitel

kelenjar) dan sedikit darah, seperti riwayat keluhan pasien 1 tahun yang lalu.

4. Edem yang semakin bertambah dan diperparah dengan terbentuknya eksudat yang

mukopurulen dalam cavum timpani yang terus menerus mengakibatkan membrane

timpani menonjol (bulging). Adapun cairan mucous berasal dari sel goblet, dan cairan

purulen akibat dari adanya respon inflamasi akibat infeksi kronis.

5. Membrane timpani yang bulging tidak dapat mengkompensasi lagi penambahan volume

Page 2: Omsk.doc

cairan mukopurulen (cairan kuning, kental, berbau busuk) dalam cavum timpani,

sehingga akhirnya rupture.

b. Telinga berdenging sehingga terjadi gangguan pendengaran

Karena adanya penambahan volume cairan mukopurulen pada cavum timpani, mengakibatkan

pendesakan tidak hanya terjadi ke auris externa, tetapi juga auris interna. Hal ini mengakibatkan

terjadinya gangguan pendengaran dan tinnitus. Gangguan pendengaran dan tinnitus dapat pula

disebabkan karena mikroorganisme (bakteri) telah menginvaasi hingga ke auris interna dan mengganggu organ auditorik (cochlea) beserta sarafnya. Selain itu, tinnitus juga dihubungkan

dengan gangguan konduksi suara akibat adanya cairan berlebih pada auris media.

c. Kepala pusing

Pemakaian kata pusing dalam bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya, karena dapat merujuk

pada pusing berputar (vertigo) maupun pusing tidak berputar (pening/cephalgia), sehingga dapat

membingungkan apabila tidak dilakukan anamnesis secara mendetil. Pada kasus skenario,

apabila pusing yang dimaksud adalah vertigo, maka dapat diduga telah terjadi gangguan pada

system vestibuler yang berfungsi untuk keseimbangan. Sistem vestibuler sangat sensitive

terhadap perubahan konsentrasi oksigen darah, oleh karena itu perubahan aliran darah dapat

menimbulkan vertigo. Perubahan aliran darah pada kasus ini mungkin disebabkan karena adanya

respon inflamasi yang membuat pemenuhan kebutuhan tubuh di daerah yang mengalami

peradangan. Selain itu mungkin juga disebabkan karena invasi mikroorganisme ke dalam organ

equilibrium (vestibuler dan kanalis semisirkularis). Biasanya gejala vertigo disertai dengan rasa

mual dan muntah. Namun, apabila pusing yang dimaksud adalah cephalgia, dapat diduga

gangguan tidak sampai kepada system vestibuler. Karena auris media terletak pada os temporal

yang juga merupakan bagian dari cranium, maka perubahan tekanan intratimpani (atau dapat

pula disebutkan perubahan tekanan intracranial) dapat mengakibatkan cephalgia. Selain itu,

cephalgia juga dapat disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam cavum cranii.

d. Pilek disertai hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri jika terpapar debu.

Respon hipersensitivitas I (alergi) terhadap allergen menjadi penyebab tersumbatnya tuba

Page 3: Omsk.doc

auditiva eustachii. Allergen pada kasus ini adalah debu. Hal ini diketahui dari riwayat penyakit

yang relapse setiap kali pilek atau batuk. Pilek ini terjadi setiap kali terpapar debu, menandakan

adanya rhinitis allergic yang dialami pasien dengan debu sebagai allergennya. Pilek merupakan

salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap benda asing (debu) oleh mucous blanket yang dapat

menyebabkan penyumbatan pada hidung apabila terus menerus terpapar pada benda asing atau

apabila pasien memang memiliki hipersensitivitas terhadap benda asing tersebut, walaupun

terpapar dalam jumlah yang sedikit. Sumbatan pada hidung ini umumnya bersifat bilateral,

bergantian kanan dan kiri. Sumbatan unilateral pada hidung justru mengarah kepada kelainan

kongenital seperti deviasi septum bahkan kemungkinan adanya benda asing ataupun massa.

Sementara itu, batuk merupakan refleks tenggorokan untuk mengeluarkan benda asing yang

masuk ke dalam respiratory tract (pada keadaan tidak sedang makan, oesophagus beada dalam

kondisi ‘tertutup’). Refleks batuk ini dibawa oleh nervus vagus. Dalam kasus ini, pasien

mengalami hipersensitivitas terhadap debu yang berawal dari hidung (Rhinitis Allergic) dan

berkomplikasi pada obstruksi tuba auditiva. Obstruksi tuba auditiva yang berkepanjangan

mengakibatkan fungsi ventilasi tuba terganggu dan selain itu juga mengakibatkan disfungsi system imun yang terdapat dalam tuba yang mengakibatkan mudahnya invasi benda asing ke

dalam auris media. Selain itu obstruksi tuba yang berkepanjangan mengakibatkan cavum timpani

menjadi lembab dan menjadi habitat nyaman bagi mikroorganisme. Invasi benda asing ke dalam

auris media mengakibatkan peradangan pada auris media (Otitis media). Karena bersifat purulen

dan kronis (lebih dari 2 bulan), keadaannya disebut Otitis media supurativa kronis (OMSK).

e. Interpretasi dari hasil pemeriksaan.

1. Otoskopi auris dextra

Discharge mukopurulen : campuran antara cairan mucous (cairan tebal, kental

seperti gel, mengandung glycoprotein, hasil dari produksi sel goblet) dan purulen

(cairan pus yang mengandung leukosit, jaringan nekrotik, dan bakteri; merupakan

tanda terjadinya infeksi). Discharge ini berasal dari auris media yang dapat keluar

akibat adanya perforasi membrane timpani.

Page 4: Omsk.doc

Granuloma: Menandakan terjadinya respon peradangan. Terlihatnya jaringan

granulasi (granuloma) yang terlihat ketika otoskopi merupakan tanda klinik dari

otitis media supurativa kronis tipe maligna.

2. Rhinoskopi anterior

Discharge seromukous: merupakan respon pertahanan tubuh yang terdapat dalam

hidung (mucous blanket) sebagai akibat dari adanya paparan debu.

Konka hipertrofi: tanda dari adanya rhinitis allergic. Disebabkan karena reaksi

inflamasi akibat hipersensitivitas terhadap debu.

Livid: tanda dari adanya rhinitis allergi. Mukosa berwarna pucat.

3. Pemeriksaan faring

Mukosa hiperemi : penigkatan jumlah aliran darah ke dalam faring akibat respon

inflamasi yang dilakukan oleh system imun tubuh terhadap benda asing (debu).