oleh: dr. gun gun heryanto, m - web.kominfo.go.id i - 2... · komunikasi politik resiprokal bukan...

30
Oleh: Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta dan Direktur Ekskeutif The Political Literacy Institute Seminar Bakohumas, Di Hotel Harris, Bandung, 25 November 2014

Upload: vuongdan

Post on 12-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Oleh: Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si

Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta

dan Direktur Ekskeutif The Political Literacy Institute

Seminar Bakohumas,

Di Hotel Harris, Bandung, 25 November 2014

• Cluster Komunikasi Politik

• Relasi Kuasa Kabinet Kerja

Publik

(WNI)

PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH DAERAH

Legislatif (DPR & DPD RI)

Komunikasi Media

Komunikasi Negosiasi

Komunikasi Media &

Deliberatif

Legislatif (DPRD)

Komunikasi Negosiasi

Otonomi daerah , desentralisasi, dekonsentrasi

Praktek demokrasi deliberatif dan aplikasi model kebijakan deliberatif

CLUSTER I

CLUSTER II

CLUSTER III

Konflik horizontal atau konflik antara warga dengan korporasi

•Apresiasi dan rekognisi budaya lokal

Power sharing atau aktualisasi kepentingan bersama

•Fungsi agenda-setting

•Fungsi saluran suara rakyat •Fungsi watchdog/kontrol

PARTAI POLITIK

PUBLIC RELATIONS POLITIK

Komunikasi Multikultural

atau Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi Deliberatif

Komunikasi Organisasi

Unggul

CLUSTER IV

Komunikasi Negosiasi

Komunikasi Negosiasi

CLUSTER V

Media Massa & Media Baru

Mo

de

l K

om

un

ika

si P

oli

tik

Pe

me

rin

tah

an

:

Pe

mik

ira

n K

on

sep

tua

l

HASIL PEMILU LEGISLATIF

KOALISI PASCAPILPRES Arend Lijhart dalam bukunya Patterns of Democracy:

Government Forms and Performance in Thirty-Six Countries (1999) menyebutkan dalam masyarakat majemuk yang tidak ada partai dominannya, cenderung akan menggunakan demokrasi model konsensus. Koalisi untuk membangun pemerintahan, merupakan bagian dari konsensus tersebut.

Menurut Dan Slater dalam tulisannya Indonesia’s Accountability Trap: Party Cartel and Presidential Power after Democratic Transition (2004), menyatakan Indonesia kerap terjebak dalam politik kartel yang melahirkan situasi kolusi demokrasi (collusive democracy).

Koalisi Merah Putih

Jumlah Kursi/ Presentase

Koalisi Indonesia Hebat

Jumlah Kursi/Presentase

Partai Golkar 91 Kursi PDIP 109 kursi

Partai Gerindra 73 Kurrsi PKB 47 Kursi

PAN 49 Kursi Partai Nasdem 35 Kursi

PKS 40 Kursi Partai Hanura 16 Kursi

*Partai Demokrat 61 Kursi ppp 39 Kursi

Jumlah 314/56.07 % Jumlah 246/43.93 %

Relasi Kuasa Antar Aktor

Kekuatan Asing

Media Massa

Struktur Sosial-

Tradisional

DPR (KIH VS

KMP) Partai Politik

JOKOWI-JK

Kabinet Kerja

PROSES KABINET KERJA Reformation

Problem of Efficient, Effectivity And Credibility in Reformation Process

Control Ex. Media

+

-

+

T

C

Good Governance Performance

-

-

p

Resources: -human -capital

-Information/ MEDIA

Resources Allocation

- +

+

R

Intended Consequences

Consolidation

+

Transition

TRANSISI KE KONSOLIDASI? Juan Linz dan Alfred Stephen (1996): Transisi dari

satu rezim otoriter ke suatu rezim baru, belum tentu

menuju ke suatu pemerintahan demokratis dan

masyarakat berkeadaban. Transisi yang tidak

sempurna dapat membuahkan pola demokrasi yang

rentan (unconsolidated democracy)

Larry Diamond (1999): konsolidasi demokrasi itu

soal bagaimana kita merawat stabilitas dan

persistensi demokrasi.

Huntington (1991): Era transisi mestinya berakhir

setelah dua kali pemilu berkala yang demokratis

PEMILU DAN PARTISIPASI POLITIK

Dalam tulisan R.A Dahl, Dilemas of Pluralist Democracy: Autonom Vs Control (1982)

menyebutkan bahwa demokrasi

melibatkan dua variabel yakni

kontestasi dan partisipasi.

Sumbatan Menuju Konsolidasi Gejala groupthink dan feodalisasi politik

Pemerintahan terbelah (devided government)

Belum optimalnya implementasi sistem presidensial

Belum optimalnya konsep perwakilan di DPR

Distorsi politik di media massa

Kartelisasi politik dan praktik demokrasi kolusif

Perang Asimetris (asymetric warfare)

Disonansi kognitif di masyarakat

KONSENSUS: Jokowi akan membutuhkan dukungan kekuatan nyata untuk menjaga keseimbangan pemerintahannya

EKSISTENSI JOKOWI-JK

LEGITIMASI: Secara fungsional Jokowi masih terbuka untuk melakukan akomodasi ide, gagasan, policy, dan politik representasi untuk menjaga legitimasi kekuasaannya

PEMERINTA-HAN

JOKOWI/JK

A

C B Menyaingi dan Menggantikan (Competing & substitutive)

Melengkapi (complementary)

Mengakomodasi (accomodating)

Pola Interaksi

POTENSI PERSOALAN KOMPOL

Communication Gap

Information Roles

Equevocal Communication

Symbol Pleonasm

Media Exposure

Agression

LANGKAH JOKOWI-JK Performa komunikatif Kabinet Kerja

Konsistensi menjaga reputasi Jokowi-JK

Penguatan sistem birokrasi

Pengelolaan opini publik

Mengelola konvergensi simbolik (Cragan, 1998) dengan masyarakat

Meminimalisir disonansi kognitif di masyarakat

REFLEKSIVITAS BIROKRASI

KOORDINASI GOOD WIILL & POLITICAL WILL

EVALUASI

PERFORMA

SIRKULASI ELITE

KEKUATAN REAL POLITIK

PRODUKTIVITAS KINERJA

KABINET KERJA

AGENDA KABINET KERJA

Citra dan Reputasi

Kinerja Kabinet

Information Roles

D

C

B

A

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

8 Pendekatan PR Politik

PERAN: 8 PENDEKATAN PR POLITIK

(Heryanto, 2012)

6. Manajemen

Reputasi

Politik

1. Relasi Politik

Dengan Publik

1. Relasi Politik dengan publik

Fokus pendekatan ini pada: proses identifikasi, pencarian dan pengaturan hubungan dengan orang-orang kunci (key Persons).

Misalnya : membuat jejaring dengan tokoh-tokoh di masyarakat, akademisi kampus, aktivis di level nasional maupun daerah, dll. Jejaring untuk turut menyukseskan penyelenggaraan Pemilu

2. Paradigma Politik Grunigian Paradigma politik Grunigian (The Grunigian polical

paradigm). Bagaimana menciptakan pemahaman bersama (mutual understanding) antara individu dan organisasi dengan publiknya.

Menurut Grunig dan Hunt (1984) Tindakan pokoknya adalah pada bagaimana mengembangkan mutual benefit (keuntungan bersama). Prasyarat utamanya harus ada two-way symetrical communication .

Pemerintah harus membiasakan penggunaan model komunikasi politik resiprokal bukan linear terutama dengan masyarakat.

3. Pendekatan Hype Politic Ini merupakan kerja PR Politik

yang mengambil pendekatan publisitas. Rumusannya “to make a noise” untuk menggapai perhatian khalayak.

Dengan demikian, persuasi banyak dilakukan melalui media relations. Penggunaan press release dan building personal relationship dengan wartawan menjadi kerja yang menonjol dalam pendekatan pemerintah.

MEDIA

CITIZENS

Reportage Editorials Commentary Analysis

Appeals Programmes Advertising Public relations

Opinion polls Letters

Reportage Editorials Commentary Analysis

POLITICS IN THE AGE OF MEDIATION

Parties Public organisations Pressure group Terrorist organisations Governments

Political organisations

Brian McNair, 2011: 6

4. Pendekatan Persuasi Persuasi politik (political persuation).

Langkah persuasi merupakan upaya memperkaya informasi dan mengubah perilaku serta sikap dari khalayak-khalayak kunci. Moloney (2006)

Contohnya: khalayak-khalayak kunci adalah sekelompok warga masyarakat yang berpotensi secara kolektif membuat gerakan/manuver dan memungkinkan menjadi role model bagi kelompok lain.

5. Manejemen Hub Politik

Manajemen hubungan politik (political relationship management). Tujuan pendekatan ini adalah memberi tekanan dan loby dalam mempengaruhi kebijakan.

Pendekatan ini memaksimalkan ide, kontak dimana individu-individu aktivis organisasi menjadi bagian dari kebijkakan komunitasnya.

Pendekatan ini sebaiknya dihindari oleh pemerintah! Karena bisa mengundang persepsi negatif dari masyarakat

6.Manajemen Reputasi Politik Pendekatan ini menekankan pada manajemen

lintas hubungan. Fokus dalam identifikasi, pengaturan, dan perubahan pada reputasi organisasi (birokrasi).

Pendekatan ini menggunakan tindakan persuasif untuk menajamkan opini baik untuk audiens kunci maupun publik opini secara luas, sehingga bisa mengarahkan opini publik sesuai dengan harapan dari institusi.

7 Hubungan publik politik

Yang menjadi fokus adalah “working in public” dengan cara memberi perhatian lebih pada penanganan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat

Misalnya soal HAM (Hak Asasi Manusia), Kebebasan Pers, kebebasan berbicara (Freedom of Speech), gerakan kaum perempuan, perlindungan kaum buruh, migran care dll.

8. Pembangunan Komunitas Politik

Pembangunan komunitas politik (political community building).

Fokusnya pada upaya menciptakan dan mengatur rasa memiliki komunitas (sense of community).

Pendekatan komunitas ini dianggap cocok terutama untuk mengurangi konflik horisontal antar masyarakat dan meningkatkan partisipasi pemilih di Pemilu 2014

DAFTAR RUJUKAN Cragan, John F. 1998. Understanding Communication Theory: the

Communicative Forces for Human Actions. Needhasign Qualitative and Quantitative Approach. Thousand Oaks: SAGE Publicationsm Heights: a Viacom Company

Dahl, Robert A, 1982. Dilemas of Pluralist Democracy: Autonom Vs Control. Yale University Press.

Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy : Toward Consolidation, Johns Hopkins University Press.

Heryanto, Gun Gun. 2012. Public Relations Politik. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Linz, Juan J. and Alfred Stepan. 1996. Problems of Democratic Transition and Consolidation. Baltimore: Johns Hopkins University Press

Lizphart, A. 1999. Patterns of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-Six Countries. New Have, CT: Yale University Press

McNair, Brian. 2011. An Introduction to Political Communication. New York: Routledge