documentod

24
TINJAUAN PUSTAKA Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada lengkung rahang. Gigi impaksi dibedakan menjadi dua keadaan yaitu : impaksi penuh atau impaksi total dan impaksi sebagian. 1 Klasifikasi gigi impaksi M3 rahang bawah dibagi menjadi 3: 1 a. Berdasarkan pada jarak permukaan distal M2 RB dan tepi ramus mandibula : Klas I : bila jarak antara distal M2 RB ke tepi ramus > daripada lebar mesiodistal M3 RB (tingkat kesulitan 1) Klas II : bila jarak antara distal M2 RB ke tepi ramus < daripada lebar mesiodistal M3 RB (tingkat kesulitan 2) Klas III : bila sebagian besar atau seluruh gigi M3 RB terletak didalam ramus (tingkat kesulitan 3) b. Berdasarkan kedalaman relatif M3 RB didalam tulang rahang : Posisi A : titik tertinggi M3 RB setinggi atau lebih tinggi dari bidang oklusal M2 RB (tingkat

Upload: nova-puspita-izwan

Post on 14-Jul-2016

128 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentOD

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang

sekitarnya atau jaringan patologis, gigi yang letaknya tidak normal pada lengkung rahang.

Gigi impaksi dibedakan menjadi dua keadaan yaitu : impaksi penuh atau impaksi total dan

impaksi sebagian.1

Klasifikasi gigi impaksi M3 rahang bawah dibagi menjadi 3: 1

a. Berdasarkan pada jarak permukaan distal M2 RB dan tepi ramus mandibula :

Klas I : bila jarak antara distal M2 RB ke tepi ramus > daripada lebar mesiodistal M3

RB (tingkat kesulitan 1)

Klas II : bila jarak antara distal M2 RB ke tepi ramus < daripada lebar mesiodistal M3

RB (tingkat kesulitan 2)

Klas III : bila sebagian besar atau seluruh gigi M3 RB terletak didalam ramus (tingkat

kesulitan 3)

b. Berdasarkan kedalaman relatif M3 RB didalam tulang rahang :

Posisi A : titik tertinggi M3 RB setinggi atau lebih tinggi dari bidang oklusal M2 RB

(tingkat kesulitan 1)

Posisi B : titik tertinggi M3 RB lebih rendah dari bidang oklusal, tetapi diatas garis

servikal M2 RB (tingkat kesulitan 2)

Posisi C : titik tertinggi M3 RB lebih rendah dari garis servikal M2 RB (tingkat

kesulitan 3)

c. Berdasarkan sumbu panjang gigi m3 RB terhadap sumbu panjang gigi m2 RB :

Page 2: DocumentOD

Mesio angular (TK 1), horizontal (TK 2), vertikal (TK 3), disto angular (TK 4), buko

angular, linguo angular dan inverted.

mesio angular disto angular vertikal horisontal

buko angular linguo angular inverted

Index kesulitan : Mudah 3-4

Agak sukar 5-7

Sangat sukar 8-10

Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya impaksi gigi. Faktor-

faktor ini diklasifikasikan menjadi faktor lokal, faktor sistemik, dan kondisi abnormal lain-

nya.

1. Faktor lokal

- Malposisi gigi lawan

- Densitas jaringan keras di sekitarnya

- Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya

- Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna

- Premature loss gigi sulung. 

- Nekrosis karena adanya infeksi 

2. Faktor sistemik

- Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)

- post natal ( Rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakti pada rahang dan jaringan

lunak di sekitarnya )

3. Kondisi Abnormal Lain

- Cleidocranial dysostosis

- Oxycephaly

- Achondroplasia

- Cleft

Page 3: DocumentOD

Terdapat 2 cara pengambilan gigi impaksi, yaitu odontotomi (tanpa separasi gigi) dan

odontektomi (dengan separasi gigi)

Definisi dari odontektomi adalah tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali

dengan pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang

menghalangi pengeluaran gigi tersebut. Odontektomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dikeluarkan secara utuh dan secara separasi. 1,2

Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu: 1

- Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi  karena erupsi yang terlambat dan

abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan

patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).

- Golden age (panjang akar 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulang (15-25 tahun).

- Bila terdapat kelainan patologis (odontegenik).

- Sebelum dilakukan rencana perawatan orto (memperbaiki maloklusi)

- Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit berdenyut kadang terasa sakit

sampai kepala

- Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.

- Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa.

- Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi pada

gigi molar kedua

- Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain

- Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan

- Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan

- Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.

Kontra indikasi odontektomi gigi impaksi yaitu: 1

- Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.

- Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak sehingga struktur tulang

yang dibuang banyak dan mengakibatkan lamanya proses penyembuhan ataupun tulang

menjadi rapuh atau rentan fraktur.

Page 4: DocumentOD

- Pasien dengan riwayat penyakit yang berat, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung,

dan hipertensi.

- Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yang berdekatan, misal

saraf dan gigi sebelahnya.

Secara garis besar gigi molar ketiga rahang bawah dapat dikelompokkan berdasarkan

kedalaman letaknya, posisinya terhadap gigi molar kedua, terhadap nervus alveolaris infe-

rior, dan terhadap ramus ascendens. Pemahaman terhadap posisi molar ketiga impaksi sangat

diperlukan karena posisi gigi molar ketiga impaksi dapat berkaitan erat dengan kesulitan tin-

dakan odontektomi.

Faktor-faktor penyulit pada saat odontektomi.

Lengkung akar yang abnormal, bengkok, baik dalam arah mesial, distal atau berben-

tuk seperti kait

Bentuk anatomi misalnya akar terpisah atau mengalami fusi. 

Gigi ankylosis dan Hipersementosis

Kedekatan gigi impaksi dengan kanalis mandibularis.

Gigi yang terletak pada zona yang dalam.

Ketebalan tulang yang ekstrim, khususnya pada pasien usia tua.

Follicular space terisi dengan tulang,paling sering pada pasien diatas usia 25 tahun.

Ankilosis antara gigi dan tulang yang mana memerlukan pengambilan keseluruhan tu-

lang disekeliling mahkota gigi sebelum gigi tersebut dapat di luksasi, atau dipotong-

potong menjadi beberapa bagian dengan bur.

Akses yang sulit ke daerah operasi oleh karena :

  Orbicularis oris  yang kecil.

  Ketidakmampuan pasien membuka mulut lebar.

  Lidah yang besar dan tidak terkontrol gerakannya.

  Penderita sensitif terhadap benda asing di dalam rongga mulut.

  Usia penderita, semakin lanjut usia akan semakin sukar pembedahannya dan se-

makin beresiko terjadi infeksi pascaoperasi (Coen, 2006).

Page 5: DocumentOD

Macam-macam flap: 3,4

a. Flap triangular

- dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang gingival

- diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan apikoektomi   

b.Flap trapezoid

- dibentuk dengan membuat insisi horizontal sepanjang gingival dan dua insisi

melintang pada mukosa bukal

- dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai darah yang baik dan

adekuat

- flap tipe ini dibutuhkan untuk prosedur operatif yang luas

c. Flap envelope

- flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal gigi

- biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar

d.Flap semilunar

- insisi flap berbentuk kurva

- memberikan fasilitas jalan masuk ke apical

- melindungi terkoyaknya tepi gingival     

Page 6: DocumentOD

Pada dasarnya desain flap untuk operasi gigi molar tiga dibagi menjadi dua kategori:5

a. Flap envelope

Insisi yang bisa diandalkan untuk pembedahan impaksi molar tiga bawah adalah flap

envelope. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi

gingiva. Flap dibuat memanjang dari papilla mesial molar pertama rahang bawah dan

mengelilingi sekitar leher gigi ke sudut garis distobukal dari molar kedua. Kemudian

garis insisi memanjang ke posterior dan lateral sampai ke perbatasan anterior ramus

mandibular.

Flap envelope seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibular

dalam pencabutan gigi impaksi molar tiga, perluasan insisi posterior harus divergen

kearah lateral untuk menghindari cedera pada saraf lingual seperti ditunjukkan pada

gambar. Insisi envelope dibuka kearah lateral sehingga tulang yg menutupi gigi impaksi

terbuka.

Keuntungan flap ini adalah kerusakan minimal dari suplai vaskular pada jaringan

flap, penutupan dan proses  penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Akses bedah yang

terbatas merupakan kelemahan utama desain flap ini.  

 

b. Flap Triangular

Flap Triangular (1 vertikal + 1 horisontal). Pada tahun (1940), Fischer

mendeskripsikan suatu flap triangular submarginal dengan satu insisi horisontal dan satu

insisi vertikal. Insisi vertikal diletakkan ke arah midline dan insisi horisontal berupa

suatu insisi kurva sub marginal yang diletakkan di sepanjang mahkota gigi pada gingiva

cekat dengan mempertahankan gingiva margin.

Flap triangular merupakan bagian dari desain envelope dengan membebaskan insisi

vertikal. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi

gingiva, kemudian dimodifikasi seperlunya dengan melakukan insisi serong kearah

anterior. Saat flap jaringan dibuka pada insisi  pembebas, akan diperoleh lapang pandang

yang lebih luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan dapat dilihat  pada

gambar. Flap triangular menunjukkan kasus di mana gigi yang terkena dampak tertanam

Page 7: DocumentOD

dalam tulang dan membutuhkan pengangkatan tulang yang luas.

Flap ini memiliki dua keuntungan utama. Membuat insisi yang longgar yaitu berupa

suatu insisi pendek pada gingiva cekat dan margin yang akan mempermudah operator

untuk memperluas lapang pandang dan untuk mendapatkan akses yang diperlukan. Hal

ini juga mengurangi tekanan pada flap. Flap triangular juga memacu penyembuhan luka

yang sangat cepat. Flap ini terutama diindikasikan untuk gigi-gigi posterior mandibular

dan anterior maksila. Flap ini merupakan flap yang dapat digunakan untuk gigi posterior

mandibular.

Komplikasi Odontektomi pada saat Pembedahan.

  Perdarahan

  Tertekan / putusnya n.alv.inf.

  Fraktura : akar, proc.alv.lingual, tulang rhg bagian lingual, mandibula terutama

daerah angulus.

  Trauma pd gigi terdekat rusak, goyang, sampai tercabut.

  Rusaknya tumpatan atau mahkota pada gigi molar kedua di samping molar ketiga

yang dilakukan odontektomi.

  Masuknya gigi / sisa akar gigi ke dalam submand. Space, kanalis mandibularis atau

spasia regio lingual.

  Alergi pada obat-obatan yang diberikan : antibiotika, analgetika maupun anaestesi

lokal.

  Syok anafilaktik.

  Patahnya instrumen

Komplikasi Pasca Bedah.

•      Rasa sakit atau pernah mengalami rasa sakit di regio gigi molar ketiga impaksi.

•      Pembengkakan.

•      Perdarahan sekunder.

•      Dry socket (alv. Osteitis).

•      Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang.

Page 8: DocumentOD

•      Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan dada di re-

gio odontektomi atau bilateral.

•      Facial abses.

•      Trismus.

•      Fraktur rahang.

•      Emphysema.

•      Parestesi.

•      Aspirasi.

•      Luka di daerah sudut bibir.

Page 9: DocumentOD

LAPORAN KASUS

ODONTEKTOMI

STATUSI.

Tanggal : 04 –6- 2015

No kartu : E.6183/XII/14

Nama : Eka Nur

Umur : 28 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

No telepon :

Jenis kelamin : Laki-Laki

Bangsa/Asal daerah : Sunda

Alamat :

II.

Keluhan utama : Ingin mencabut gigi bawah belakang kanan karena sering menggangu

saat tidur

Riwayat penyakit : gigi berlubang kurang lebih 2 tahun yang lalu, pernah sakit saat minum

dingin, pernah sakit mengganggu tidur, tidak pernah minum obat, tidak

pernah dirawat, sekarang datang tidak sakit

III.

Keadaan umum pasien : Baik

Kesadaran pasien : Compos Mentis

Tanda-tanda vital Tensi darah : 120/90mmHg Suhu : Afebris

Frek. Nadi : 80 Frek. Pernafasan : 24

Kelainan sistemik : Jantung ( - ) Hemofili ( - ) Asma ( - )

Hepatitis ( - ) Hiper/hipotensi ( - ) DM (-)

Maag ( - ) Alergi (-) Epilepsi (-)

IV. Status Lokalis

a. Pemeriksaan Ekstra Oral

Inspeksi Lokasi/regio : TAK

Page 10: DocumentOD

Bentuk kelainan : TAK

Warnanya : TAK

Palpasi

Suhu : TAK

Batas : TAK

Mudah digerakkan/tidak : TAK

Permukaan : TAK

Konsistensi : TAK

Nyeri tekan : TAK

Fluktuasi : TAK

Ukuran : TAK

Kelenjar getah bening: teraba, lunak, tidak sakit

b. Intra Oral

Inspeksi Trismus : TAK

Kelainan : TAK

Lokasi : TAK

Warna : TAK

Palpasi

Suhu : TAK

Batasnya : TAK

Permukaan : TAK

Mudah digerakkan/tidak : TAK

Konsistensi : TAK

Fluktuasi : TAK

Nyeri tekan : TAK

Ukuran : TAK

Keterangan Bibir atas : Normal

Bibir bawah : Normal

O.H. : Sedang

Gingiva : Normal

Oklusi : Normal

Palatum : Sedang

Mukosa pipi ki & ka : Normal

Page 11: DocumentOD

Lidah : Normal

Dasar Mulut : Normal

Status Lokalis Gigi : 48 → impaksi P/T (-)

Foto Klinis I.O

V. Pemeriksaan Penunjang

a. Ro Foto : Panoramik

Klasifikasi gigi impaksi gigi 48 :

Foto Panoramik

Berdasar jarak ramus mandibula ke gigi 37 → kls I = 1

Berdasar titik tertingginya terhadap gigi 37 → posisi A = 1

Berdasarkan posisinya → mesioangular = 1

+3

Tingkat kesulitan odontektomi untuk gigi 38 adalah mudah.

b. Punksi Aspirasi : -

c. Pemeriksaan lab : -

d. Pemeriksaan PA : -

TINGKAT KESULITAN

Page 12: DocumentOD

VI. Diagnosa

a. Diagnosa Utama : 48 → eruptio difficilis

b. Differensial Diagnosa : Operculunitis

VII. Prognosa: Baik

VIII. Rencana terapi : 48 → odontektomi

IX. Terapi

a. kamis, 4 Juni 2015

Odontektomi. Tahap pelaksanaan odontektomi :

1. Tensi pasien

2. Sterilisasi alat dan mempersiapkan alat & bahan

3. Penggunaan duk steril dan asepsis sekitar mulut serta sekitar gigi 38

4. Anestesi blok mandibula (1,5 cc pehacain) dan infiltrasi bukal gigi 38

(0.5 cc pehacain)

5. Insisi triangular menggunakan blade no.15 dari distal gigi 38 sampai

sepertiga akar mesial gigi 36

6. Buka flap dengan rasparatorium

7. Bur tulang bukal dan distal dengan round bur low speed

8. Pengungkitan gigi 38 dengan bein lurus

9. Pengambilan gigi dengan forcep

10. Kuretase soket 38

11. Spooling betadine + saline

12. Penghalusan tulang yang tajam dengan bone file

13. Spooling betadine + saline

14. Tutup flap dan dijahit jenis interrupted dengan benang non-absorbable

sebanyak 5 jahitan (4 di gingiva distal, 1 di gingiva bukal)

15. Gigit tampon yang diberi betadine

16. Instruksi :

Menggigit tampon selama 1 jam setelah OD

Jangan sering menghisap-hisap bekas pencabutan, meludah,

berkumur

Diet makanan lunak dan mengunyah pada sisi yang berlawanan

Jangan makan dan minum yang terlalu panas

Page 13: DocumentOD

17. Pemberian obat cyproflaxin, asam mefenamat, betadine gargle,

dexametason

Foto I.O post OD

b. jumat, 5 Juni 2015 – kontrol I (hari ke-2 post OD)

S : pipi sebelah kanan bawah agak bengkak, bias membuka mulut

O : E.O → wajah asimetris

I.O → mukosa di region 48 brlom tertutup, nyeri (-), trismus (-), jahitan tidak

ada yang lepas

A : -

P : Spooling betadine + air

Instruksi kepada pasien :

Konsumsi obat dilanjutkan

Diet lunak

Kunyah dengan sisi yang berlawanan

Page 14: DocumentOD

Foto E.O dan I.O - kontrol I

c. Selasa, 9 Juni 2015 – kontrol II (hari ke-7 post OD)

S : pipi kanan bawah mulai mengempis, bisa membuka mulut

O : E.O → wajah asimetris

I.O → mukosa di region 48 belum tertutup, nyeri (-), trismus (-), jahitan tidak

ada yang lepas

A : -

P : Spooling

Foto E.O dan I.O - kontrol II

d. Selasa, 23 Juni 2015 – kontrol III (hari ke-18 post OD)

S : ingin melepas jahitan setelah operasi

O : E.O → tidak ada pembengkakan

Page 15: DocumentOD

I.O → tidak ada rasa sakit atau gusi kemerahan

A : -

P : lepas jahitan

Foto E.O dan I.O - kontrol III

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr.

Moestopo Beragama bagian lab. bedah mulut dengan keluhan gigi bawah belakang kanan

ingin dicabut karena mengganggu saat tidur, tumbuh sebagian dan miring, sering

mengganggu saat makan dan sering tergigit. Keadaan umum pasien baik, kesadaran pasien

compos mentis, tidak ada kelainan sistemik. Pemeriksan ekstra oral tidak ada kelainan.

Pemeriksaan intra oral tidak ada kelainan. Status lokalisi gigi 48 impaksi dengan diagnosa

P/T (-). Pemeriksaan penunjang berupa foto panoramik dengan gambaran jarak ramus

mandibula terhadap gigi 47 kelas I, titik tertinggi terhadap gigi 47 posisi A, dan posisi

mesioangular. Tingkat kesulitan tindakan odontektomi untuk gigi 48 adalah mudah. Diagnosa

yang di dapatkan adalah gigi 48 eruption difficillis dengan diagnosa banding operculunitis.

Prognosa baik. Rencana terapi bagi gigi 48 akan dilakukan tindakan odontektomi.

Telah dilakukan tindakan pembedahan pengeluaran gigi impaksi 48 (odontektomi)

pada hari Kamis, 4 Juni 2015 pukul 10.00 wib dan selesai pada pukul 11.30 wib. Adapun

persiapan pre-operasi yang dilakukan antara lain, pengukuran tekanan darah, persiapan alat-

alat yang diperlukan, dan melakukan tindakan operasi odontektomi sesuai urutan (asepsis,

anestesi mandibular blok dan infiltrasi, insisi berbentuk triangular menggunakan pisau bedah

no. 15, pembukaan flap menggunakan rasparatorium, pengeburan tulang menggunakan bur

round low speed, pengungkitan gigi 48 menggunakan bein lurus, pengambilan gigi

menggunakan tang M3 rahang bawah, kuretase menggunakan alat currette, spooling dengan

Page 16: DocumentOD

betadine saline, penghalusan tulang menggunakan bone file, spooling, penjahitan flap

menggunakan black silk 4-0 non absorb, dan menggigit tampon. Selama operasi berlangsung

pasien bersikap kooperatif.

Setelah operasi, pasien diberikan cyproflaxin, asam mefenamat, betadine gargle,

dexametason. Kemudian diinstruksikan menggigit tampon selama 1 jam setelah OD, dan

diberikan instruksi paska tindakan untuk tidak sering menghisap-hisap bekas pencabutan,

meludah, berkumur terlalu kencang, diet makanan lunak dan mengunyah pada sisi yang

berlawanan, tidak makan dan minum yang terlalu panas dan tidak menggunakan sedotan.

Page 17: DocumentOD

DAFTAR PUSTAKA

1. Christ Bianto SW. Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah. Kedokteran Gigi website.

Available at: http://christ-drg.blogspot.com/2011/11/odontektomi-m3-rahang-bawah.html

2. Firmansyah Dicky. Fraktur Patologis Mandibula Akibat Komplikasi Odontektomi Gigi

Molar 3 Bawah. Indonesian Journal of Dentistry

3. http://adifkgugm.blogspot.com/2011/07/odontectomy.html

4. http://www.scribd.com/doc/144077531/Macam-Flap-Finish-Kuliah-drg-rahardjo-

ppt

5. http://www.scribd.com/doc/199024725/DESAIN-FLAP-UNTUK-TINDAKAN-

ODONTEKTOMI-PADA-KASUS-IMPAKSI-MOLAR-TIGA-BAWAH-DI-LAB-

BEDAH-MULUT-FAKULTAS-KEDOKTERAN-GIGI-UNIVERSITAS-PROF-DR-

MOESTOPO

Page 18: DocumentOD

LAPORAN KASUS ODONTEKTOMI

Disusun oleh:

Nova Puspita 2013-16-024

Nurul Hidayat 2013-16-026

Pembimbing:

drg. Lita weny

Laboratorium Bedah Mulut

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Prof. DR. Moestopo (B)

JAKARTA

2015