obstruksi saluran nafas atas
TRANSCRIPT
Pendahluan
Saluran nafas dapat mengalami obstruksi ( sumbatan ). Obstruksi saluran nafas adalah
kegagalan sistim pernafasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan pada
saluran nafas bagian atas ( dari hidung sampai percabangan trakea). Obstruksi saluran nafas atas
ini sering menyebabkan gagal nafas., obstruksi jalan nafas yang jelas di laringotrakea sangat
berbeda dengan penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Obstruksi laringo trakea ditandai
dengan meningkatnya usaha ventilasi untuk mempertahankan batas normal ventilasi alveolus
sampai terjadi kelelahan. Hal ini terjadi pada obstruksi akut atau kronis. Pada pasien yang lelah,
kematian terjadi dalam beberapa menit atau jam setelah usaha ventilasi maksimal tidak dapat
mempertahankan ventilasi alveolus yang normal.
Dalam keadaan demikian gambaran lengkap aliran udara sangat penting sebagai
diagnostik. Mengi jangan disalahdugakan sebagai asma. Keterbatasan aliran udara pada inspirasi
dan ekspirasi menandakan ada obstruksi yang menetap. Keterbatasan ekspirasi menendakan
adanya resisitensi sub glottis atau trakea. Keterbatasan inspirasi menunjukan resistensi supra
glotis dan glottis.
Secara klinis, ciri utama obstruksi saluran nafas bagian atas adalah dispnea yang disertai
nafas berbunyi( stridor, mengi, mendengkur ), disertai dengan gejala- gejala ikutan obstruksi
saluran nafas bagian atas antara lain, bertambahnya retraksi sela iga, daerah epigastrium, supra
klavikula dan denyut jantung yang bertambah serta kelelahan. Kegagalan respirasi bisa
berlangsung cepat dan berkembang menjadi obstruksi / sumbatan komplit. Letargia dan
hilangnya kesadaran merupakan tanda akhir dari hipoksemia. Bradikardi dan hipotensi
merupakan pertanda ancaman terjadinya gagal jantung. Oleh sebab itu penatalaksanaan yang
cepat dan identifikasi yang tepat mengenai penyebab obstruksi saluran nafas atas dapat
menyelamatkan pasien kematian.
Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi
Struktur saluran nafas bagian atas merupakan suatu struktur yang kompleks, sehubungan dengan
koordinasi fungsinya sebagai saluran nafas dan bagian dari proses menelan. Struktur dan
fisiologi saluran nafas atas terus mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur.
Terdapat perbedaan struktur anatomi saluran nafas antara bayi / anak dan orang dewasa.
Misalnya pada bayi struktur laring terletak lebih tinggi pada leher, sehingga tepi atas epiglottis
dibelakang palatum molle, struktur faring saling berdekatan, tulang hyoid lebih tinggi.
Keseluruhan ini menyebabkan benar-benar terpisahnya saluran nafas denga saluran makanan
dan pergerakan udara terutama terjadi trans nasal.
Semakin dewasa, perkembangan laring semakin nyata dan semakin menjauh dari palatum molle,
menyebabkan ruang laring yang lebih besar dan mulai menghasilkan suara. Perbedaan lumen
saluran nafas atas juga sangat nyata pada bayi / anak dan dewasa. Sebagai contoh, suatu edema
sebanyak 1 mm yang terjadi pada apertura laring akibat ISPA akan menyebabkan hanya 35 %
area ini yang berfungsi normal dibandingkan dengan dewasa. Pada area sub glottik, pengurangan
1 mm akibat edema di area ini akan menyebabkan hanya 44 % yang masih berfungsi normal.
Perbedaan ini menyebabkan suatu obstruksi saluran nafas atas pada bayi dan anak, menyebabkan
gejala yang lebih nyata dan lebih berat , dibandingkan orang dewasa.
Definisi Obstruksi Saluran Nafas Atas
Obstruksi saluran nafas atas adalah sumbatan pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh
adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan kelumpuhan nervus laringeus rekuren bilateral
sehingga ventilasi pada saluran pernafasan terganggu.
Etiologi
Penyebab obstruksi saluran nafas atas sangat bervariasi. Klasifikasi lebih praktis didasarkan atas
kausa akut dan kronis. Kausa yang terjadi akut, misalnya pada bayi dan anak seperti
Laringotrakeobronkhitis, epiglottitis dan benda asing, pada umumnya datang dalam keadaan
gawat darurat dan perlu penanganan segera. Sedangkan pada obstruksi yang kronis, misalnya
karean hipertropi adenoiddan tonsil pada umumnya tidak dalam keadaan emergensi.
Beberapa Penyebab Onstruksi Saluran Nafas :
A. Perkembangan :
1. Anomali Vaskuler
a. Kompresi arkus aorta atau cabang-cabangnya
b. Hemangioma Subglotis
c. Angioma trakea
2. Malformasi Kongenital :
a. Stenosis glottis dan sub glottis
b. Selaput Hipoplasia
c. Kista dan tumor
B. Infeksi :
1. Bayi dan Anak :
a. Croup
b. Epiglottitis
c. Trakeo bronkitis
d. Edema Laring
e. Spasme Laring
f. Difteri
2. Dewasa :
a. Laringitis Akut
b. Epiglottitis
c. Tuberkulosis
d. Jamur
e. Mediastinitis
C. Trauma:
a. Striktura pasca intubasi
b. Fraktur laring
c. Trauma tumpul dari luar
d. Benda Asing
D. Paralisis Pita Suara Bilateral Neurogenik
1. Pasca Bedah :
a. Pasca bedah tiroid dan para tiroid
b. Pasca bedah ektensif fosa SSP
c. Bedah ektensif mediastinum
2. Pasca Trauma :
a. Intubasi lama
b. Subluksasi aritenoid
3. Pasca Inflamasi :
a. Intubasi lama
b. Tuberkulosis
4. Idiopatik ( tersering )
E. Neoplasma
1.Jinak :
a. Papiloma skuamosa laring rekuren
b. Fibroma
c. Polip inflamasi
2.Ganas :
a. Karsinoma sel skuamosa Laring dan Trakea ( tersering )
b. Adeno karsinoma
c. Karsinoma Mukoepidermoid
d.Limfoma
e. Karsinoma Tiroid invasif
f. Sarkoma, leiomiosarkoma, kondroma
F. Mekanik
1. Kompresi eksterna
a.Lesi Leher – goiter , limfoma
b.Lesi mediastinum – goiter substernal
c.Timoma
d. Penyakit limpo proliferatif
e. Metastasis karsinoma
2. Obstruksi Sekret :
a. Sekresi Laring dan Trakea
b. Trakeitis sika
c. Bronkiolitis
d.Bronkhitis
e. Bronchiektasis
f. Sindroma Sila tak bergerak ( Kartagener sindrom )
G. Etiologi tidak di ketahui :
a. Trakeopati osteoplastik
b. Polikondritis berulang
c. Amiloid
d. Trakeomalasi
e. Laringomalasi.
Diagnosis Obstruksi Saluran Nafas Atas
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang.
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah :
- Serak ( disfonia ) sampai afonia
- Sesak nafas ( Dispnea )
- Stridor ( nafas berbunyi ) yang terdengar pada saat inspirasi
- Cekungan (retraksi ) pada saat inspirasi di supra sternal, epigastrium, supra klavikula
dan inter costal . Retraksi ini terjadi sebagai upaya dari otot – otot pernafasan untuk
mendapatkan oksigen yang adekuat.
- Gelisa karena pasien haus udara ( air hunger )
- Warna muka pucat,dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia
Riwayat penyakit yang akurat sangat diperlukan dalam memperkirakan kasus obstruksi.
Riwayat tertelan atau terhisap benda asing, adanya keluhan infeksi saluran pernafasan,
merupakan salah satu contoh pentingnya anamnesis.
Berikut adalah tabel yang memperlihatkan beberapa tanda dan gejala obstruksi saluran nafas
atas yang dikaitkan dengan lokasi obstruksi :
_________________________________________________________________________
Regio Perubahan Stridor Retraksi Feeding Keadaan Batuk
Obstruksi Suara Mulut
Orofaring Unaffected Inspiratory Sternal and Difficult to Open Tidak ada
But maybe and coarse intercostal imposibble jaw held
Throaty or increases increasing to with forward
Full during total chest drooling or
Sleep when severe saliva
Supra glotik Muffed or snooring None, until difficult to open Tidak ada
Throaty inspiratory very late imposibble jaw heldfluttering forward
Glotik Hoarse or Inspiratory Xiphoid early Normal Maybe Tidak ada
Aphonic early and except closed
Expiratory intercostal with severe nares
Also as later obstruction flared
Obstruction suprasternal
Increases and
Supraclavicular
Sub Glotik Hoarse but Inspiratory xiphoid early Normal May be Barking
May be early and except closed
Husky or expiratory intercostals with severe Nares
Normal also as later obstruction flared
Obstruction suprasternal
Increases and
Supraclavicular
Trakheobronkial Normal Expiratory None except Normal May be Brassy
And with severe except closed
Wheezing obstruction with severe Nares
Becoming xiphoid and obstruction flared
To and fro sternal or when
With extrinsic
Increasing obstruction
Obstruction involves
Esophagus
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan letak suatu obstruksi
saluran nafas atas sangat bervariasi. Foto polos radiografi masih banyak berperan, terutama
posisi lateral dan postero anterior, untuk melihat kelainan terutama di area faring dan laring.
Kemajuan endoskopi terutama yang fleksibel, sangat membantu menegakkan diagnosis obstruksi
saluran nafas dan kausanya..
Beberapa Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan :
Diagnosis Gejala Pemeriksaan
Sub glotik stenosis Stridor Laringoskopi direk dengan
Palpasi arytenoid
Hemangioma sub glotik Stridor Laringoskopi dan
Bronkoskopi
Benda Asing Stridor, pneumonia Ro.Thorak, laringoskopi
Dan bronkoskopi rigid
Papiloma Laring Suara serak, stridor Laringoskopi, bronkoskopi
Progresif
_________________________________________________________________________
Stadium Obstruksi Saluran Nafas :
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium :
Stadium I : Adanya retraksi pada saat inspirasi di supra sternal dan stridor inspirasi, pasien
masih tenang
Stadium II : Retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah
dengan timbulnya retraksi epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah, stridor
terdengar pada saat inspirasi.
Stadium III : Retraksi selain di supra sternal dan epigastrium juga terdapat di infra klavikula
dan sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada waktu
inspirasi dan ekspirasi.
Stadium IV : Retraksi – retraksi diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat
ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan
kehabisan tenaga, pusat pernafasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah
dan tertidur, akhirnya meninggal karena asfiksia.
Penatalaksanaan
Prinsip penanggulangan sumbatan laring adalah menghilangkan penyebab sumbatan
dengan cepat atau membuat jalan nafas baru yang dapat menjamin ventilasi. Tindakan
konservatif dengan pembarian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen
intermitten dilakukan pada sumbatan laring stadium 1 yang disebabkan peradangan. Tindakan
operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran nafas ini dapat dengan cara memasukkan
pipa endotrakea melalui mulut ( intubasi oro trakea ) atau melalui hidung ( intubasi naso
trakea ),, membuat trakesotomi atau melakukan krikotirotomi.
Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring
stadium 2 dan 3, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring stadium 4..
Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasarkan analisis gas darah
( pemeriksaan Astrup).
Bila fasilitas tersedia, maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama, sedangkan jika
ruangan perawatan intensif tidak tersedia, sebaiknya dilakukan trakeostomi.
Intubasi Endotrakea
Indikasi intubasi endotrakea adalah :
1. Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas bagian atas
2. Membantu ventilasi
3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeo-bronkial.
4. Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung.
Pipa endotrakea yang dibuat dari bahan polyvinilchloride dengan balon ( cuff ) pada
ujungnya yang dapat diisi dengan udara, diperkenalkan oleh Magill pertama kali tahun 1964.
Ukuran pipa endotrakea ini harus sesuai dengan dengan ukuran trakea pasien dan umunya utk
orang dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7 – 8,5 mm. Pipa endotrakea yang dimasukan
melalui hidung dapat dipertahankan untuk beberapa hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa
intubasi endotrakea jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan
trakeostomi. Komplikasi yang dapat timbul adalah stenosis laring atau trakea.
Trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan / anterior trakea untuk
bernafas.
Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan letak tinggi dan letak rendah dan batas letak ini
adalah cincin trakea ke tiga. Sedangkan menurut waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi
dibagi dalam 1) Trakeostomi darurat dan segera denagn persiapan sarana sangat kurang. , dan 2)
Trakeostomi berencana ( persiapan sarana cukup ) dan dapat dilakukan secara baik ( lege artis )
Indikasi Trakeostomi
1. Mengatasi obstruksi laring
2. Mengurangi ruang rugi ( dead air space ) disaluran nafas bagian atas seperti daerah rongga
mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya
akan masuk kedalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada
pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan
sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.
4. Untuk memasang respirator ( alat bantu pernafasan )
5. Untuk mengambil benda asing dari sub glotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.
Krikotirotomi
Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat nafas.
Dengan cara membelah mambran krikotiroid. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun
persiapannya darurat.
Krikotirotomi merupakan kontra indikasi pada anak usia dibawah 12 tahun, demikian
juga pada tumor laring yang sudah meluas ke sub glotik dan terdapat laringitis. Stenosis
subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang letaknya tinggi akan
mengiritasi jaringan – jaringan disekitar subglotik, sehingga terbentuk jaringan granulasi dan
sebaiknya segara diganti dengan trakeostomi dalam waktu 48 jam.
Penutup
Obstruksi jalan nafas atas merupakan salah satu penyebab kematian utama yang kemungkinan
masih dapat diatasi. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab obstruksi saluran nafas atas
seperti trauma, infeksi, tumor , kelainan kongenital, yang ditandai dengan suara serak, sesak
nafas, nafas berbunyi ( stridor inspirasi ), retraksi didaerah epigastrium, supra clavikula dan
epigastrium dimana pasien gelisah dan muka berwarna pucat yang diakhiri dengan sianosis
karena hipoksia.
Anamnesis yang akurat, pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat akan dapat
membedakan kausa dengan tepat, sehingga dapat diambil penanganan yang tepat pula.
Kemajuan alat – alat endoskopik baik untuk diagnostik maupun terapeutik sangat membantu
dalam penatalaksanaan obstruksi saluran nafas atas.
Kepustakaan
1. BradleyP.J. The Obstructed Airway. Dalam :Laryngolgy. Scott-Brown’s Otolaryngology.
Fifth Edition. Butterworth & Co. (Published ) Ltd. 1987 . Hal 155- 168
2. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi EA, Penanggulangan sumbatan Laring. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6. FKUI. Jakarta.
2007. Hal :243- 253
3..Seibert.RW, Wtmore SJ. Airway Obstruction. Dalam : Emergencies In Otolaringology. Edited
By. James Y. Suen & Stephen J. Wetmore.Churchill Livingstone.New York, Edinburgh,
London, Melbourne. 1986. Hal:121-155
4..Spector,G.J. Insufisiensi pernafasan dan trakeostomi. Dalam :John Jacob Ballenger, Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13 Jilid 1. Binarupa Aksara. 1994 : Hal
436- 463.
.