obstruksi saluran nafas pada dewasa
DESCRIPTION
Obstruksi saluran nafas dapat disebabkan berbagai hal yang terkait dengan patofisiologinya masing-masing.TRANSCRIPT
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
Martini Aprilia (1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi
Noviyanti (1026010051)
Nita wulandari (1026010022)
Okta Dwi P. (1026010004)
Okky A. (10260100 )
Neksiy (1026010045)
Pesi Nomelisa (1026010039)
Yaumul Hafish (1026010048)
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
denga Obstruksi Saluran Napas.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya kepada
pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Bengkulu, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR.................................................................................. iDAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang................................................................................ 11.2. Tujuan............................................................................................. 21.3. Manfaat........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi................................................................................................... 32.1.2. Etiologi................................................................................................... 32.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 42.1.4. Patofisiologi................................................................................ 62.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 82.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 92.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 102.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 112.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 202.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 28
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 313.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 323.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ 37
BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan..................................................................................... 444.2 Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis Besar
Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang makmur, adil
dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja
tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan
batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, yang
berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk
menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan)
dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian
Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang bertujuan
untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya kesehatan
itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung dalam
aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan
yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan agar tujuan yang
diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan
napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel
lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi
akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti:
epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat beresiko
mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh
(batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh
kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total
atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk dan
posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara
menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran
Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada
umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai
percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas,
sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita
mengalami gangguan pernapasan.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran
pernapasan bagian atas.
2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
Virus Epstein Barr
Faktor rass
Letak geografis
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan
tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
Faktor genetik
3. Polip hidung
Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan
gerakan tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Abses Peritonsil (Quinsy)
Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
treptsococcus pyogenes.
Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, hipertrofi
tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari
membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi
infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi
meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang
normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini
terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada
region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode
nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
2. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller
dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung,
paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, 1999)
B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan
membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif
Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan
menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, 1999)
STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran
pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung
terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala
sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson)
Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum ada
stridor.
Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai
tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman
Somantri,2008:140)
2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh.
Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih
sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada
dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan
jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan
bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan
kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan /
organ tubuh lain.
3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi
banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga
hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada
hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang
rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya
hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan terjadinya iritasi di
hidung.
B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis),
dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat
menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan
mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul
tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh
darah yang dapat menyebabkan sepsis).
2.1.6. Manifestasi Klinik
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat.
Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia
trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
3. Polip Hidung
Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
Dapat terjadi hiposmig / anosmia
Bersin
Iritasi di hidung
Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
B. Obstruksi Laring
Hipersalivasi
Suara sengau
Kadang-kadang sulit membuka mulut
Pembengkakan
Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
Palatum mole pembengkakan
Teraba fruktuasi
Tonsil bengkak
Abses Peritonsil (Quinsy)
Demam tinggi
Leukositosis
Nyeri tenggorokan
Otalgia
Nyeri menelan
Muntah
Mulut berbau
Hiperemis
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.
Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan dinding
posterior nasofaring.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi
kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.
2. Polip Hidung
Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip
Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.
3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole tampak
membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke
sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah
tengah, depan dan bawah.
2.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan
tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang
mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk
mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung
yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi
kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang,
mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian
dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat
dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam
24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner &
Sudarth,2001:555)
1. Tumor hidung
Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Radio terapi
Dilakukan diseksi leher
Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.
Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari
Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-
7 hari.
Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. Turbinat
yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan
hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera
mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada
orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan
kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi dimana tidak
terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada
paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas
sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat dilakukan
pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme
perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga
menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam
paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk
badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada
perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan
hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar.
Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan denga
cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka
penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah
epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara dalam paru-
paru akan mendorong benda asing keluar.
b. Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas
dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat.
Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah
tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari
tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.
c. Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut
dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan
cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
3. Abses peritonsial (Quinsy)
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :
Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)
Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah
terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :
Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus
faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke
faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada
ganglion stenoplatinum.
Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / larutan
peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
5. Berikan dukungan pada pasien.
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.
Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya
mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat
fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka
yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari
saluran napas
1.1.9. Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi
nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk dan
gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
Abses parafaringeal
Abses retrofaringeal dan edema larings
Dehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
Mediastinitis
Trambus sinus kavernosus
Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
Hemoragi
Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri
dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai
sesak napas dan adanya edema pada laring.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit
Asma.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.
Penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak
Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi,
belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.
12. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
1. Leukosit: 16000/mm3
2. Hb : 11 gr/dl
3. Trombosit: 265.000/mm3
4. protein total : 5,85 gr/dl
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.
13. Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran
pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang
berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas.
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ansietas berhubungan
dengan adanya ancaman
kematian.
Setelah dilakukan
intervensi selama 3x24 jam
diharapkan tidak ada lagi
KH:
Melaporkan takut atau
ansietas hilang atau
Mandiri:
Catat derajat ansietas dan takut
Imformasikan pasien/orang terdekat
perasaan cemas menurun sampai tingkat
yang dapat ditangani.
Penampilan rileks dan
istirahat atau tidur
dengan tepat.
bahwa perasaannya normal dan
dorong mengekspresikan perasaan.
Jelaskan proses penyakit dan
prosedur dalam tingkat kemampuan
pasien untuk memahami dan
menangani informasi. Kaji situasi
saat ini dan tindakan yang diambil
untuk mengatasi masalah.
Tinggal dengan pasien atau
membuat perjanjian dengan
seseorang untuk menunggu selama
serangan akut.
Berikan tindakan kenyamanan mis.
Pijatan punggung, perubahan posisi
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku membantu, mis. Posisi
yang nyaman, focus bernapas,
teknik relaksasi.
Dukung pasien atau orang terdekat
dalam menerima realita, situasi,
khususnya rencana untuk periode
penyembuhan yang lama. Libatkan
pasien dalam perencana dan
partisipasi dalam perawatan.
Kembangkan program aktivitas
dalam batas kemampuan fisik
Waspadai untuk perilaku diluar
control atau peningkatan disfungsi
kardiopulmonal, mis memburuknya
dispnea dan takikardia.
2. Bersihan jalan napas
tidkefektif berhubungan
dengan terdapatnya benda
asing dalam saluran
pernapasan yang
nenyebabkan sumbatan
Setelah dilakukan
intervensi selama 3x 24 jam
diharapka bersihan jalan
napas kembali
efektif,Mempunyai jalan
napas paten,Dapat
mengeluarkan sekret secara
efektif,Irama dan frekuensi
napas dalam rentang
normal,Mempunyai fungsi
paru dalam batas
normal,Mampu
mendiskripsikan rencana
untuk perawatan di rumah
KH:
Mempertahankan jalan
napas paten
kepatenan jalan napas
dengan bunyi napas
bersih atau jelas
Mengeluarkan atau
membersihkan sumbatan
dan bebas aspirasi
Menujukkan perilaku
untuk memperbaiki/
atau mempertahankan
jalan napas bersih dalam
tingkat kemampuan/
situasi.
-tidak ada bunyi napas
tambahan
-tidak ada Perubahan
irama dan frekuensi
pernpasan.
-tidak ada Sianosis
Mandiri : Kaji dan document asikan
keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea
Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan
Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.
Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen,
-Tidak Sulit bersuara
- bunyi napas normal
-tidak gelisah lagi
-Tidak ada sputum
- TTV dalam batas normal :TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC
pengisapan, spirometer, inhaler). Informasikan kepada pasien dan
keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.
Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)
Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau
Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan. KOLABORASI
Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung
Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap
Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi
Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal
3. Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan
dengan pengangkatan
laring dan terhadap
edema
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3x24 jam diharapka
kerusakan kmunikasi verbal
dapat diatasi
Menyatakan kebutuhan
dalam cara yang efektif
Mengidentufikasi atau
merencanakan pilihan
metode berbiara yang
tepat setelah sembuh
Mandiri:
Kaji instruksi/ atau diskusikan
praoperasi mengapa bicara dan
bernapas terganggu, gunakan
gambaran anatomic atau model
untuk membantu penjelasan
Tentukan apakah pasien mempunyai
gangguan komunikasi lain
Berikan cara-cara yang cepat dan
kntinu untuk memanggil perawat
Atur sebelumnya tanda-tanda untuk
mendapatkan bantuan cepat
Berikan pilihan cara komunikasi
yang tepat bagi kebutuhan pasien
Berikan waktu yang cukup untuk
komunikasi
Berikan komunikasi non- verbal
Dorong komunikasi terus-menerus
dengan dunia luar
Beri tahu kehilangan bicara
sementara setelah laringektomi
sebagian dan/ tergantung pada
tersedianya alat bantu suara
Ingatkan pasien untuk tidak
bersuara sampai dokter member
izin
Atur pertemuan dengan orang lain
yang mempunyai pengalaman
prosedur ini dengan cepat
Kolaborasi :
Konsul dengan anggota tim
kesehatan yang tepat/ terapi/ agen
rehabilitasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Suku/ Bangsa : serawai
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : petani
Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )
Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi : Nama/ Umur : Ny. B Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Lingkar Barat Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien
No.Telepon : (0736)20871
2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib dengan
keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan berbicara dan
menelan.
2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke
rumah sakit.
Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.
Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-
menerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.
Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung bertmbah
sejak 2 Hari yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit pada
bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.
Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .
3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti dialaminya
dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.
3.Pola fungsi kesehatan (Gordon): 1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahunAlkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut.
2). Pola nutrisi dan metabolismeDiet / suplemen khusus : -Instruksi diet sebelumnya : -Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurunKesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokanGigi : tidak lengkapJumlah minum/24 jam : normal Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya
3.Pola eliminasiBuang air besar (BAB) : Frekuensi : sedikit Warna : kuning terang Buang air kecil (BAK) : Frekuensi : normal Warna : kuning kecoklatan
4.Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0= mandiri 3= dibantu orang lain & peralatan1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mampu2=dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
Toileting
Mobilisasi dtmpat tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Alat bantu : tongkatKeluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas
5.Pola istirahat dan tidurLama tidur : 5 jam / malamWaktu : dari jam 8 – 1 malamMasalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas
6.Pola kognitif dan persepsiStatus mental : sering emosiBicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0Penglihatan : normal
7.Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas sehari-hari
8.Pola peran hubungan :
Pekerjaan : petaniSistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ),
keluarga tinggal berjauhan ( )Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan biaya
perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah sakit.
9.Pola seksual dan reproduksiMasalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun
10.Pola koping dan toleransi stressPenggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil11.Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islamPengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim.
4.Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien
tampak gelisah
TTV :
o TD : 130/90 mmHg
o ND : 120x/i
o S : 37,5
BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
TB : 170
Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk
Kuku : pucat
Hidung : pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
Laring
: takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring
Pemeriksaan penunjang
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o Leukosit: 16000/mm3
o Hb : 11 gr/dl
o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
Analisa data
Nama kilen : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnose medic :
NO
.
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
Klien mengatakan batuk
berdahak dan sesak napas
Klien mengatakan nyeri pada
daerah tenggorokan
DO:
klien tampak lemah, klien
tampak kesulitan bernapas
dan klien tampak gelisah
TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND : 120x/i
S : 37,5
Penapasan cuping
Terdapatnya penumpukan
sekret pada saluran napas.
Bersihan jalan napas
tidak efektif
2.
3.
hidung
Takipnea
pernapasan dangkal
DS:
klien mengatakan rasa nyeri
pada tenggorok
klien mengatakan adanya
kesulitan menelan
klien mengatakan kesulitan
berbicara
DO:
adanya bakteri streptococcus
beta hemolyticus
adanya edema pada laring
adanya pembesaran jaringan
pada daerah laring
DS:
pasien mengatakan lemah
pasien mengatakan
menghabiskan makan ¼ porsi
setiap kali makan (pagi, siang.
Sore)
kesulitan menelan
rasa tidak nyaman
DO:
Berat badan pasien turun 3 kg
Adanya lesi pada
tenggorokan.
Kesulitan menelan, rasa
tidak nyaman
Kerusakan komunikasi
verbal
Pola nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
dari 60 kg menjadi 57 kg
Pasien tampak lemah
Pembekakan pada laring
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus.3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
3.3. NCP (Nursing Care Planning)
: Tn. R : RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa Medik : Obtruksi Saluran NapasNo. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan
terdapatnya benda asing dalam
saluran pernapasan yang
menyebabkan sumbatan
Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif,Mempunyai jalan napas paten,Dapat mengeluarkan sekret secara efektif,Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,Mempunyai fungsi paru dalam batas normal,Mampu mendiskripsikan
KH:
Mempertahankan jalan
napas paten.
Kepatenan jalan napas
dengan bunyi napas
bersih atau jelas.
Mengeluarkan atau
membersihkan
sumbatan dan bebas
aspirasi.
Menujukkan perilaku
Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea.
Meningkatkan keefektifan
upaya penapasan dan
pembersihan secret.
tentang aliran udara
melalui trakeobronkial dan
adanya atau tidak adanya
cairan,obstuksi mukosa.
Penghisapan tidak harus
rencana untuk perawatan di rumah
untuk memperbaiki/
atau mempertahankan
jalan napas bersih dalam
tingkat kemampuan/
situasi.
TTV dalam batas normal
:
TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC
Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan
Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.
Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).
Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.
Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)
Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau
Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan. KOLABORASI
Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung
Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap
Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi
Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal
rutin,dan lamanya harus
dibatasi untuk menurunkan
bahaya hipoksia
penghisapan oksigen
berbau purulen
menunjukkan infeksi;
sputum kental,lengket
diduga dehidrasi
Menyatakan kebutuhan
dalam cara yang efektif
Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh
Mandiri:
Kaji instruksi/ atau diskusikan
praoperasi mengapa bicara
dan bernapas terganggu,
gunakan gambaran anatomic
atau model untuk membantu
penjelasan
Tentukan apakah pasien
mempunyai gangguan
komunikasi lain
Berikan cara-cara yang cepat
dan kntinu untuk memanggil
perawat
Menguatkan pendidikan
pada waktu takut terhadap
pembedahan sudah berlalu
2.
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan
pengangkatan laring dan
terhadap edema.
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan gangguan komunikasi verbal teratasi
Atur sebelumnya tanda-tanda
untuk mendapatkan bantuan
cepat
Berikan pilihan cara
komunikasi yang tepat bagi
kebutuhan pasien
Berikan waktu yang cukup
untuk komunikasi
Mandiri
Auskultasi bunyi usus
Pertahankan selang makan
Awasi masukkan berat badan
sesuai indikasi
Ajarkan pasien makan sendiri
Adanya masalah lain akan
mempengaruhi rencana
untuk pian komunikasi
keyakinan bahwa perawat
waspada dan akan
berespons terhadap
panggilan. Kepercayaan
dan harga diri diberikan
bila perawat yang cukup
perhatian untuk hadir pada
waktu daripada bila di
panggil pasien
ansietas pasien tentang
ketidak mampuan untuk
berbicara
Kemungkinan pasien untuk
menyatakan kebutuhan/
masalah
Kehilangan bicara dan
stress mengganggu
komunikasi dan
mnyebabkan frustasi dan
hambatan ekspresi,
khususnya bila perawat
terlihat terlalu sibuk atau
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
.
Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipnuhi
Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan keeshatan umum Menunjukkan peningkatan berat badan proggresif mencapai tujuan dengan nilai laboraturium normal dan penyembuhan jaringan seuai waktunya
belajar Mulai dengan makan
kecil dan ditingkatkan sesuai
toleransi
Dorong pasien bila belajar
menelan
Kembangkan dan dorong
lingkungan yang nyaman
untuk makan
Bantu pasien atau orang
terdekat mengembangkan
keseimbangan nutrisi pada
rencana makan dirumah
Kolaborasi
Konsul dengan ahli gizi atau
dukungan tim nutrisi sesuai
indikasi
Berikan diet nutrisi seimbang
Awasi pemeriksaan
laboraturium
Makan dimulai hanya
setelah bunyi usus
membaik pembed
Selang di masukan pada
pembedahan dan biasanya
di jahit
sehubumgan dengan
kebutuhan nutrisi dn
kefektifan terapi
Membantu meningkatkan
keberhasilan nutrisi
Kandungan makanan dapat
mengakibatkan ketidak
toleransiian
mengatasi frustasi dan keamanan dalam masalah menelan
Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu
Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada penyembuhan dan proses penyembuhan
3
Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutri individu untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan
Macam-macam jenis dapat dibuat untuk tambahan atau batasan factor tertentu seperti lemak dan gulaan.
nutrisi sesuai fungsi org
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP
No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi1. jumat, 6 mei
2012Bersihan jalan napas
tidak efektif
berhubungan dengan
penumpukan sekret
pada saluran
Pukul 08. 00 wibMandiri:
Mencatat hasil pengkajian dan kefektifan pemberian oksigen, dan gas darah arteri.Hasil : gas darah dan oksigen efektif.
Mencatat adanya bunyi nafas , misalnya mengi, krekels dan ronki.Hasil : Bunyi napas mengi.
Pukul 10. 00 wibS =
Klien mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak
napas
Klien mengatakan tidak nyeri lagi pada daerah tenggorokan
O :
pernapasan
Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien melalui oral.Hasil : Pasien mau diberikanoksigen melalui oral.
Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.Hasil : Pasien dapat batuk efektif.
Mempertahankan polusi lingkungan dari debu dan asap rokok.Hasil : Lingkungan kondusif.
Mengajarkan pasien untuk latihan pernapasan abdomen atau bibir.Hasil : Pasien mau latihan pernapasan abdomen.
Mengajarkanpasien untuk melakukan teknik napas dalam.Hasil : Pasien dapat melakukan tehnik napas dalam.
Mengukur TTV.Hasil :TD: 120/80 mmHgND: 90x/menitRR: 20x/menitS :37 oC
KOLABORASI Memberikan obat sesuai indikasi yang
dianjurkan dokter. Hasil : Obat efektif.
Melakukan pemasangan nebuliser ultranik atau humidifier aerosol ruangan.
Hasil : Pasien mau menggunakan nebulizer ultranik.
klien tampak bergairah,
klien tampak tidak kesulitan bernapas
klien tampak tidak gelisah lagi
tidak ada pernapasan cuping hidung
Takipnea tidak ada
pernapasan normal
Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada dada. Klien tidak kesulitan bernapas. Tidak ada pucat Tanda tanda vital dalam batas normal
TD: 120/80 mmHgND: 90x/menitRR: 20x/menitS :37 oCA=
Masalah teratasi Batuk berdahak berkurang, napas normal, nyeri dada tidak ada
lagi, dan TTV dalam batas normal. P=Intervensi di hentikan.
2 sabtu, 7 mei 2012
Kerusakan
komunikasi verbal
berhubungan dengan
adanya lesi pada
tenggorokan
Pukul 12. 00 wibMandiri:
Memberikan penjelesan tentang kondisi yang
dialami pasien agar pasien dapat mengerti
apa yang sedang dialaminya.
Hasil : Pasien mengerti keadaanya saat ini.
Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
apakah pasien memiliki gangguan
komunikasi lainnya.
Hasil : Pasien tidak memiliki gangguan
komunikasi lain.
Mengajarkan pasien cara-cara untuk
memanggil perawat dengan cepat.
Hasil : Pasien mengerti cara memanggil
perawat dengan cepat.
Membantu pasien untuk memilih cara
komunikasi yang tepat sesuai kebutuhan
pasien.
Hasil : Pasien dapat memilih cara
komunikasi yang tepat sesuai
kebutuhannya.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk
berbicara agar pasien merasa dihargai oleh
perawat dengan berkomunikasi dengan baik
dan memberikan cukup waktu untuk
berkomunikasi.
Hasil : Pasien lebih percaya diri dalam
berkomunikasi.
Pukul 16. 00 wibS:
Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorok
Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi
O:
Tidak ada bakteri streptococcus beta hemolyticus
Tidak ada edema pada laring.
Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah laring
TTV dalam batas normalTD: 120/80mmHgRR:22x/iND:90x/iS: 37C
A: Masalah teratasi Tidak ada lagi sakit dan nyeri pada Laring, tidak ada batuk, klien
rileks, TTV dalam batas normal.
P:Intervensi di hentikan.
3 minggu, 8 mei 2012
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
Pukul 09. 00 wibMandiri
Mencatat derajat kesulitan menelan dan
nilai bunyi usus pasien.
Hasil : Pasien tidak mempunyai kesulitan
menelan dan bunyi usus.
Memberikan makan secara rutin untuk
mencukupi kebutuhan pasien.
Hasil : Nutrisi pasien terpenuhi.
Menimbang berat badan pasien .
Pukul 13. 00 wibS:
Pasien mengatakan tidak lemah lagi.
Pasien mengatakan menghabiskan makan 1 porsi setiap kali
makan (pagi, siang. Sore).
Pasien tidak kesulitan menelan lagi.
Pasien merasa nyaman.
O:
Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg.
Pasien tampak segar.
Hasil : Berat badan pasien kembali normal.
Membantu pasien untuk makan sendiri.
Hasil : Pasien dapat makan sendiri.
Mengajarkan pasien cara untuk menelan
yang baik.
Hasil : Pasien dapat menelan dengan baik.
Kolaborasi
Mengonsulkan dengan ahli gizi atau
dukungan tim nutrisi sesuai indikasi. Hasil :
Pasien mendapatkan gizi yang baik sesuai
dengan kebutuhan tubuhnya.
Memberikan diet nutrisi seimbang.
Hasil : BB pasien normal.
Mengawasi pemeriksaan laboraturium.
Hasil : Tidak terjadi kesalahan dalam
pemeriksaan.
Tidak ada pembekakan pada laring.
A: Masalah teratasi .
P:intervensi di hentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan
napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian
atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah :
A. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
2) Karsinoma Nasofaring
3) Polip Hidung
B. Obstruksi Laring
1. Sumbatan Total Laring
2. Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat
Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Diposkan oleh faldho iswary di 04.22 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook