obstruksi saluran nafas pada dewasa

63
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS MAKALAH SISTEM RESPIRASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 Martini Aprilia (1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi Noviyanti (1026010051) Nita wulandari (1026010022) Okta Dwi P. (1026010004) Okky A. (10260100 ) Neksiy (1026010045) Pesi Nomelisa (1026010039) Yaumul Hafish (1026010048) DOSEN PEMBIMBING: Ns.Agus Supriyadi,S.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2012

Upload: igede-kasn

Post on 21-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Obstruksi saluran nafas dapat disebabkan berbagai hal yang terkait dengan patofisiologinya masing-masing.

TRANSCRIPT

Page 1: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

MAKALAH SISTEM RESPIRASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

Martini Aprilia        (1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi

Noviyanti                       (1026010051)

Nita wulandari              (1026010022)

Okta Dwi P.                  (1026010004)

Okky A.                         (10260100    )

Neksiy                            (1026010045)

Pesi Nomelisa                (1026010039)

Yaumul Hafish             (1026010048)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Agus Supriyadi,S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2012

Page 2: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien

denga Obstruksi Saluran Napas.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta

bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat

menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya kepada

pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang konstruktif dari

semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Bengkulu,     Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR..................................................................................            iDAFTAR ISI.................................................................................................             ii

Page 3: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

BAB I PENDAHULUAN1.1.   Latar Belakang................................................................................             11.2.   Tujuan.............................................................................................             21.3.   Manfaat...........................................................................................             2

BAB II TINJAUAN TEORITIS2.1. Konsep Dasar Teori

2.1.1. Definisi...................................................................................................             32.1.2. Etiologi...................................................................................................             32.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit...............................................             42.1.4. Patofisiologi................................................................................             62.1.5. WOC (Web Of Causa)...............................................................             82.1.6. Manifestasi Klinis.......................................................................             92.1.7. Pemeriksaan Penunjang..............................................................             102.1.8. Penatalaksanaan..........................................................................             112.1.9. Komplikasi..................................................................................             16

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap......................................................             17        2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................             202.2.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................             21

BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)3.1... Pengkajian Lengkap.....................................................................             28

3.2.   Diagnosa Keperawatan Yang  Muncul........................................             313.3. NCP (Nursing Care Planning).......................................................             323.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................             37

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan.....................................................................................             444.2 Saran...............................................................................................             44

 DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis Besar

Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang makmur, adil

Page 4: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu pembangunan manusia

seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja

tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah

seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan

batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.

Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah 

mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, yang

berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.

Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia,

hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi

masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk

menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan)

dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian

Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang bertujuan

untuk kesehatan terhadap pasien.

Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya kesehatan

itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung dalam

aktivitas apapun.

Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan

yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan agar tujuan yang

diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.

Obstruksi saluran  napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa  sebab. Obstruksi jalan

napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel

lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi

akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti:

epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.

Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat beresiko

mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh

Page 5: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

(batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh

kebelakang sehingga menghambat jalan napas.

Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total

atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk dan

posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara

menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.

Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.

1.2.  Tujuan

1.2.1.   Tujuan Umum

Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas.

1.2.2.   Tujuan Khusus

1.     Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.

2.     Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran

Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi.

3.     Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3.  Manfaat

1.      Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada

umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.

2.      Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Teori

2.1.1. Definisi

Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada

saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)

Page 6: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai

percabangan trakea).(www.klikdokter.com)

Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas,

sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita

mengalami gangguan pernapasan.

(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).

Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran

pernapasan bagian atas.

2.1.2. Etiologi

A. Obstruksi Nasal

1. Tumor hidung

      Idiopatik (belum diketahui)

2. Karsinoma Nasofaring

  Virus Epstein Barr

   Faktor rass

  Letak geografis

  Jenis kelamin : laki-laki > wanita

  Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan

tertentu, asap sejenis kayu tertentu).

  Faktor genetik

3. Polip hidung

  Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung

B. Obstruksi Laring

  Radang akut dan kronis

  Benda asing

  Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan

gerakan tangan yang kasar.

  Tumor ganas atau jinak

  Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral

Page 7: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

 Abses Peritonsil (Quinsy)

  Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan

treptsococcus pyogenes.

  Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

2.1.3. Klasifikasi

Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:

A.  Obstruksi Nasal

Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, hipertrofi

tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari

membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi

infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi

meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang

normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini

terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada

region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554)

Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi

septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode

nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

Obstruksi pada nasal meliputi:

1.    Tumor hidung

Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000)

Ada 2 jenis tumor, yaitu:

  Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.

  Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.

2.      Karsinoma Nasofaring

Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller

dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta

Kedokteran, 1999)

3. Polip Hidung

Page 8: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung,

paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita

Selekta Kedokteran, 1999)

B. Obstruksi Laring

Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan

membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif

Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

Penyakit obstruksi laring, yaitu :

      Sumbatan Total Laring

Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan

menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)

      Abses peritonsil (Quinsy)

Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita

Selekta Kedokteran, 1999)

STADIUM PENYAKIT

Sumbatan Partial Laring

Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran

pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung

terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala

sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium.  (Jackson)

      Stadium I    : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum ada

stridor.

      Stadium II  : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.

      Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan

      supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.

      Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai

tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman

Somantri,2008:140)

Page 9: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

2.1.4. Patofisiologi

A. Obstruksi Nasal

1. Tumor hidung

Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh.

Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih

sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran

pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)

2. Karsinoma Nasofaring

Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada

dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan

jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan

bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan

kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan /

organ tubuh lain.

3. Polip Hidung

Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi

banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga

hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada

hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang

rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya

hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan terjadinya iritasi di

hidung.

B. Obstruksi Laring

Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis),

dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat

menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.

 Abses Peritonial (Quinsy)

Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan

mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul

Page 10: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh

darah yang dapat menyebabkan sepsis).

2.1.6. Manifestasi Klinik

A. Obstruksi Nasal

1. Tumor Hidung

Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat.

Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat

invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.

2. Karsinoma Nasofaring

Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:

      Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.

       Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.

      Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia

trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.

       Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.

3. Polip Hidung

      Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.

       Dapat terjadi hiposmig / anosmia

       Bersin

Page 11: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

       Iritasi di hidung

       Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.

       Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.

       Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.

B. Obstruksi Laring

       Hipersalivasi

       Suara sengau

       Kadang-kadang sulit membuka mulut

       Pembengkakan

       Nyeri tekan pada kelenjar submandibular

       Palatum mole pembengkakan

       Teraba fruktuasi

       Tonsil bengkak

Abses Peritonsil (Quinsy)

       Demam tinggi

       Leukositosis

       Nyeri tenggorokan

       Otalgia

       Nyeri menelan

       Muntah

       Mulut berbau

       Hiperemis

2.1.7.      Pemeriksaan Penunjang

A. Obstruksi Nasal

1. Tumor hidung dan karsinoma

      Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini

      CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang

      MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal

      Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.

Page 12: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

      Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan dinding

posterior nasofaring.

      Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi

kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.

2. Polip Hidung

      Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip

      Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.

      Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif

      Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada

gambaran erosi tulang.

3. Abses Peritonsil

Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole tampak

membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke

sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah

tengah, depan dan bawah.

2.1.8.      Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Medis

1. Obstrusi Nasal

Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan

tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang

mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk

mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung

yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.

Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi

kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang,

mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian

dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat

dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam

Page 13: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner &

Sudarth,2001:555) 

1. Tumor hidung

      Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.

      Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.

2. Karsinoma Nasofaring

      Radio terapi

      Dilakukan diseksi leher

      Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.

      Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.

3. Polip hidung

      Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari

      Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-

7 hari.

      Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah

      Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.

      Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.

Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. Turbinat

yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan

hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555)

2.Obstruksi Laring

Sumbatan Total Laring

Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera

mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada

orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan

jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan

kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi dimana tidak

terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :

a.    Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)

Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total

atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada

Page 14: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas

sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat dilakukan

pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000)

Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring

secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme

perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.

Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga

menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam

paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.

Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk

badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada

perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan

hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar.

Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan denga

cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka

penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah

epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara dalam paru-

paru akan mendorong benda asing keluar.

b.    Krikotirotomi

Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas

dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat.

Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan

kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah

tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari

tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.

c.    Laringoskopi

Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut

dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan

cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)

Page 15: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

3. Abses peritonsial (Quinsy)

Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :

      Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)

      Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)

      Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah

terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :

  Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus

faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke

faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada

ganglion stenoplatinum.

  Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / larutan

peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :

1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.

2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.

4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.

5. Berikan dukungan pada pasien.

6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.

Terapi Radiasi

Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya

mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat

fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa

mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka

yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat

digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor. 

Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari

saluran napas

Page 16: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

1.1.9.      Komplikasi

A. Obstruksi Nasal

1. Tumor hidung

Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi

nasofaring dan terlihat dari orofaring.

2. Karsinoma Nasofaring

Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk dan

gangguan fungsi hati.

3. Polip Hidung

Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.

B. Obstruksi Larings

Abses Peritonsial (Quinsy)

      Abses parafaringeal

      Abses retrofaringeal dan edema larings

      Dehidrasi perdarahan

      Aspirasi paru

      Mediastinitis

      Trambus sinus kavernosus

      Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)

Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:

  Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)

  Hemoragi

  Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)

2.2.  KONSEP DASAR ASKEP

2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap

1.    Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis

kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.

2.    Keluhan Utama

Page 17: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri

dada, sesak napas.

3.    Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai

sesak napas dan adanya edema pada laring.

4.    Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien

pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol

dan penggunaan obat kontrasepsi oral.

5.    Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit

Asma.

6.    Data Dasar Pengkajian Pasien

1.    Aktivitas/istirahat

Gejala :                 Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.

Tanda :                 Frekuensi pernapasan meningkat.

 Perubahan irama pernapasan.

Takipnea.

2.    Sirkulasi

Gejala :                 Riwayat adanya hipertensi.

Tanda :                 Kenaikan tekanan darah meningkat.

 Penampilan kemerahan, atau pucat.

3.    Integritas ego

Gejala :                Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.

Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.

Tanda :                 Ansietas, depresi, marah dan menolak

 Menyangkal.

4.    Eliminasi

Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru

Page 18: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

5.    Makanan/cairan

Gejala :                 Kesulitan menelan.

Tanda :                 Kesulitan menelan, mudah tersedak.

Bengkak, luka.

(malnutrisi)

6.    Neurosensori

Gejala :                 Diplopia (penglihatan ganda)

 Ketulian.

Tanda :                 Parau menetap atau kehilangan suara.

 Kesulitan menelan.

Ketulian konduksi.

Kerusakan membranmukosa.

7.    Nyeri/kenyamanan

Gejala :                 Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .

Tanda :                 Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi

gerakan).

8.    Pernafasan

Gejala :                 Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.

Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.

Riwayat penggunaan berlebihan suara.

Riwayat penyakit paru kronis.

Batuk dengan/tanpa sputum.

Drainase darah pada nasal.

Tanda :                Sputum dengan darah, hemoptisis .

Dispnea.

9.    Keamanan

Gejala :                 Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau

radiasi.

Page 19: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Perubahan penglihatan/pendengaran.

Tanda :                 Massa/pembesaran nodul.

10.          Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :                 Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.

Tanda :                 DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

11.    Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi,

belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

12.    Pemeriksaan Penunjang :

      Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.

      Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.

      Pemeriksaan darah rutin didapatkan:

1.      Leukosit: 16000/mm3

2.      Hb       : 11 gr/dl

3.      Trombosit: 265.000/mm3

4.      protein total     : 5,85 gr/dl

      Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini

      Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif

      Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada

gambaran erosi tulang.

13.    Prioritas keperawatan

      Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat

      Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.

      Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.

      Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.

      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

Page 20: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1.    Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.

2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran

pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .

3.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.

4.    Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang

berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas.

2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ansietas berhubungan

dengan adanya ancaman

kematian.

Setelah dilakukan

intervensi selama 3x24 jam

diharapkan tidak ada lagi

KH:

Melaporkan  takut atau

ansietas hilang atau

Mandiri:

Catat derajat ansietas dan takut

Imformasikan pasien/orang terdekat

Page 21: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

perasaan cemas menurun sampai tingkat

yang dapat ditangani.

Penampilan rileks dan

istirahat  atau tidur

dengan tepat.

bahwa perasaannya normal dan

dorong mengekspresikan perasaan.

  Jelaskan proses penyakit dan

prosedur dalam tingkat kemampuan

pasien untuk memahami dan

menangani informasi. Kaji situasi

saat ini dan tindakan yang diambil

untuk mengatasi masalah.

  Tinggal dengan pasien atau

membuat perjanjian dengan

seseorang untuk menunggu selama

serangan akut.

Berikan tindakan kenyamanan mis.

Pijatan punggung, perubahan posisi

  Bantu pasien untuk mengidentifikasi

perilaku membantu, mis. Posisi

yang nyaman, focus bernapas,

teknik relaksasi.

  Dukung pasien atau orang terdekat

dalam menerima realita, situasi,

khususnya rencana untuk periode

penyembuhan yang lama. Libatkan

pasien dalam perencana dan

partisipasi dalam perawatan.

Page 22: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Kembangkan program aktivitas

dalam batas kemampuan fisik

Waspadai untuk perilaku diluar

control atau peningkatan disfungsi

kardiopulmonal, mis memburuknya

dispnea dan takikardia.

2. Bersihan jalan napas

tidkefektif berhubungan

dengan terdapatnya benda

asing dalam saluran

pernapasan yang

nenyebabkan sumbatan

Setelah dilakukan

intervensi selama 3x 24 jam

diharapka bersihan jalan

napas kembali

efektif,Mempunyai jalan

napas paten,Dapat

mengeluarkan sekret secara

efektif,Irama dan frekuensi

napas dalam rentang

normal,Mempunyai fungsi

paru dalam batas

normal,Mampu

mendiskripsikan rencana

untuk perawatan di rumah

KH:

Mempertahankan jalan

napas paten

kepatenan jalan napas

dengan bunyi napas

bersih atau jelas

Mengeluarkan atau

membersihkan sumbatan

dan bebas aspirasi

Menujukkan perilaku

untuk  memperbaiki/

atau mempertahankan

jalan napas bersih dalam

tingkat kemampuan/

situasi.

-tidak ada bunyi napas

tambahan

-tidak ada Perubahan

irama dan frekuensi

pernpasan.

-tidak ada Sianosis

Mandiri : Kaji dan document asikan

keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

 Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea

 Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan

 Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.

Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen,

Page 23: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

-Tidak Sulit bersuara

- bunyi napas normal

-tidak gelisah lagi

-Tidak ada sputum

- TTV dalam batas normal :TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC

pengisapan, spirometer, inhaler).  Informasikan kepada pasien dan

keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.

Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)

 Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi

 Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau

 Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan.  KOLABORASI

Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung

Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap

 Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi

 Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal

3. Kerusakan komunikasi

verbal berhubungan

dengan pengangkatan

laring dan terhadap

edema

Setelah dilakukan

intervensi keperawatan

selama 3x24 jam diharapka

kerusakan kmunikasi verbal

dapat diatasi

Menyatakan kebutuhan

dalam cara yang efektif

Mengidentufikasi atau

merencanakan pilihan

metode berbiara yang

tepat setelah sembuh

Mandiri:

  Kaji instruksi/ atau diskusikan

praoperasi mengapa bicara dan

bernapas terganggu, gunakan

gambaran anatomic atau model

untuk membantu penjelasan

  Tentukan apakah pasien mempunyai

gangguan komunikasi lain 

  Berikan cara-cara yang cepat dan

kntinu untuk memanggil perawat

Page 24: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Atur sebelumnya tanda-tanda untuk

mendapatkan bantuan cepat

  Berikan pilihan cara komunikasi

yang tepat bagi kebutuhan pasien

  Berikan waktu yang cukup untuk

komunikasi

Berikan komunikasi non- verbal

Dorong komunikasi terus-menerus

dengan dunia luar

Page 25: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Beri tahu kehilangan bicara

sementara setelah laringektomi

sebagian dan/ tergantung pada

tersedianya alat bantu suara

Ingatkan pasien untuk tidak

bersuara sampai dokter member

izin

Atur pertemuan dengan orang lain

yang mempunyai pengalaman

prosedur ini dengan cepat

Kolaborasi :

Konsul dengan anggota tim

kesehatan yang tepat/ terapi/ agen

rehabilitasi

Page 26: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1.  Pengkajian Lengkap

1. Biodata/data biografi:

  Nama                                  : Tn. R

  Umur                                  : 35 tahun

  Suku/ Bangsa                               :   serawai

  Status Perkawinan                     :  kawin

  Agama                                            :   islam

  Pendidikan                                    :  SMA

  Pekerjaan                                      :  petani

  Alamat                                            :  jln. Kapuas raya, bengkulu

  Tanggal Masuk RS                      : 04 mei 2012

  Tanggal Pengkajian                    : 06 mei 2012     

  Catatan Kedatangan                 :  Kursi Roda (  ), Ambulans (  ), Brankar (  )

Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :  Nama/ Umur                     :     Ny. B                              Pendidikan                         :     SMA  Pekerjaan                          :     Ibu Rumah Tangga  Alamat                               :     Jl. Lingkar Barat  Sumber Informasi              :     Pasien, keluarga terdekat, status pasien

Page 27: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

  No.Telepon                        :    (0736)20871

2. Riwayat kesehatan/keperawatan

1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:

Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib dengan

keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan berbicara dan

menelan.

2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)

  Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit  pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke

rumah sakit.

  Munculnya keluhan (eksaserbasi):  klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.

  Sifat keluhan: klien mengatakan  rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-

menerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.

  Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung bertmbah

sejak 2 Hari yang lalu.

  Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit pada

bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix).

2.    Riwayat kesehatan dahulu

  Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.

  Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .

3.    Riwayat kesehatan keluarga(RKK)

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti dialaminya

dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.

3.Pola fungsi kesehatan (Gordon):            1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan                   Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.

Page 28: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahunAlkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut.

2). Pola nutrisi dan metabolismeDiet / suplemen khusus : -Instruksi diet sebelumnya : -Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurunKesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokanGigi : tidak lengkapJumlah minum/24 jam : normal Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya

3.Pola eliminasiBuang air besar (BAB) :                         Frekuensi : sedikit                        Warna : kuning terang                        Buang air kecil (BAK) :                        Frekuensi : normal                        Warna : kuning kecoklatan

4.Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri :

0= mandiri                                                            3= dibantu orang lain & peralatan1=dengan alat bantu                                            4=ketergantungan/tidak mampu2=dibantu orang lain

                        Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum    

Mandi    

Berpakaian    

Toileting    

Mobilisasi dtmpat tidur   

Berpindah    

Berjalan    

Menaiki tangga    

Page 29: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Berbelanja    

Memasak    

Pemeliharaan rumah    

Alat bantu  : tongkatKeluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas

5.Pola istirahat dan tidurLama tidur : 5 jam / malamWaktu : dari jam 8 – 1 malamMasalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas

6.Pola kognitif dan persepsiStatus mental : sering emosiBicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0Penglihatan : normal

7.Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas sehari-hari 

8.Pola peran hubungan :

Pekerjaan : petaniSistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ),

keluarga tinggal berjauhan ( )Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan biaya

perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah sakit.

9.Pola seksual dan reproduksiMasalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun

10.Pola koping dan toleransi stressPenggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil11.Keyakinan dan kepercayaan

Page 30: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Agama : islamPengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. 

4.Pemeriksaan fisik :

  Keadaan umum                  : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien

tampak gelisah

  TTV                                    :

o   TD       : 130/90 mmHg

o   ND      : 120x/i

o   S          : 37,5

  BB  : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)

  TB   : 170

  Sistem integumen(kulit)     : turgor kulit buruk

  Kuku                                   : pucat

  Hidung                               : pernapasan cuping hidung

  Mulut                                  : mukosa bibir kering dan pucat

  Laring        

                            : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring

Pemeriksaan penunjang

  Hasil foto rontgen              : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring

  Pemeriksaan sputum           : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus

  Pemeriksaan darah rutin didapatkan:

o   Leukosit: 16000/mm3

o   Hb       : 11 gr/dl

o   Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.

Page 31: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Analisa data

Nama kilen                       : Tn. R

Ruang Rawat                   : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu

Diagnose medic   :

NO

.

DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS:

  Klien mengatakan batuk

berdahak dan sesak napas

  Klien mengatakan nyeri pada

daerah tenggorokan

DO:

       klien tampak lemah, klien

tampak kesulitan bernapas

dan klien tampak gelisah

       TTV:

TD       : 130/90 mmHg

ND       : 120x/i

S          : 37,5

Penapasan cuping

Terdapatnya penumpukan

sekret pada saluran napas.

Bersihan jalan napas

tidak efektif

Page 32: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

2.

3.

hidung

Takipnea

pernapasan dangkal

DS:

  klien mengatakan rasa nyeri

pada tenggorok

  klien mengatakan adanya

kesulitan menelan

  klien mengatakan kesulitan

berbicara

DO:

  adanya bakteri streptococcus

beta hemolyticus

  adanya edema pada laring

  adanya pembesaran jaringan

pada daerah laring

DS:

  pasien mengatakan lemah

  pasien mengatakan

menghabiskan makan ¼ porsi

setiap kali makan (pagi, siang.

Sore)

  kesulitan menelan

  rasa tidak nyaman

DO:

  Berat badan pasien turun 3 kg

Adanya lesi pada

tenggorokan.

Kesulitan menelan, rasa

tidak nyaman

Kerusakan komunikasi

verbal

Pola nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 33: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

dari 60 kg menjadi 57 kg

  Pasien tampak lemah

  Pembekakan pada laring

3.2.  Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.

2.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus.3.    Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.

3.3.  NCP (Nursing Care Planning)

                           : Tn. R                           : RSUD M. Yunus Bengkulu

Diagnosa Medik          : Obtruksi Saluran NapasNo. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan

terdapatnya benda asing dalam

saluran pernapasan yang

menyebabkan sumbatan

Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif,Mempunyai jalan napas paten,Dapat mengeluarkan sekret secara efektif,Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,Mempunyai fungsi paru dalam batas normal,Mampu mendiskripsikan

KH:

Mempertahankan jalan

napas paten.

Kepatenan jalan napas

dengan bunyi napas

bersih atau jelas.

Mengeluarkan atau

membersihkan

sumbatan dan bebas

aspirasi.

Menujukkan perilaku

Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

 Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea.

   Meningkatkan keefektifan

upaya penapasan dan

pembersihan secret.

tentang aliran udara

melalui trakeobronkial dan

adanya atau tidak adanya

cairan,obstuksi mukosa.

Penghisapan tidak harus

Page 34: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

rencana untuk perawatan di rumah

untuk  memperbaiki/

atau mempertahankan

jalan napas bersih dalam

tingkat kemampuan/

situasi.

TTV dalam batas normal

:

TD: 120/80 mmHgND: 60-100 x/iRR: 16 -24 x/iS :37 oC

 Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan

 Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.

Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).

 Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.

Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)

 Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi

 Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau

 Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan.  KOLABORASI

Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung

Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap

 Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi

 Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal

rutin,dan lamanya harus

dibatasi untuk menurunkan

bahaya hipoksia

penghisapan oksigen

berbau purulen

menunjukkan infeksi;

sputum kental,lengket

diduga dehidrasi

Page 35: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Menyatakan kebutuhan

dalam cara yang efektif

Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh

Mandiri:

  Kaji instruksi/ atau diskusikan

praoperasi mengapa bicara

dan bernapas terganggu,

gunakan gambaran anatomic

atau model untuk membantu

penjelasan

  Tentukan apakah pasien

mempunyai gangguan

komunikasi lain

 

  Berikan cara-cara yang cepat

dan kntinu untuk memanggil

perawat

Menguatkan pendidikan

pada waktu takut terhadap

pembedahan sudah berlalu

Page 36: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

2.

Kerusakan komunikasi verbal

berhubungan dengan

pengangkatan laring dan

terhadap edema.

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan gangguan komunikasi verbal teratasi

Atur sebelumnya tanda-tanda

untuk mendapatkan bantuan

cepat

  Berikan pilihan cara

komunikasi yang tepat bagi

kebutuhan pasien

  Berikan waktu yang cukup

untuk komunikasi

Mandiri

  Auskultasi bunyi usus

  Pertahankan selang makan

  Awasi masukkan berat badan

sesuai indikasi

Ajarkan pasien makan sendiri

Adanya masalah lain akan

mempengaruhi rencana

untuk pian komunikasi

keyakinan bahwa perawat

waspada dan akan

berespons terhadap

panggilan. Kepercayaan

dan harga diri diberikan

bila perawat yang cukup

perhatian untuk hadir pada

waktu daripada bila di

panggil pasien

ansietas pasien tentang

ketidak mampuan untuk

berbicara

Kemungkinan pasien untuk

menyatakan kebutuhan/

masalah

Kehilangan bicara dan

stress mengganggu

komunikasi dan

mnyebabkan frustasi dan

hambatan ekspresi,

khususnya bila perawat

terlihat terlalu sibuk atau

Page 37: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan

.

Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipnuhi

Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan keeshatan umum Menunjukkan peningkatan berat badan proggresif mencapai tujuan dengan nilai laboraturium normal dan penyembuhan jaringan seuai waktunya

belajar Mulai dengan makan

kecil dan ditingkatkan sesuai

toleransi

Dorong pasien bila belajar

menelan

Kembangkan dan dorong

lingkungan yang nyaman

untuk makan

Bantu pasien atau orang

terdekat mengembangkan

keseimbangan nutrisi pada

rencana makan dirumah

Kolaborasi

Konsul dengan ahli gizi atau

dukungan tim nutrisi sesuai

indikasi

Berikan diet nutrisi seimbang

Awasi pemeriksaan

laboraturium

Makan dimulai hanya

setelah bunyi usus

membaik pembed

Selang di masukan pada

pembedahan dan biasanya

di jahit

sehubumgan dengan

kebutuhan nutrisi dn

kefektifan terapi

Membantu meningkatkan

keberhasilan nutrisi

Kandungan makanan dapat

mengakibatkan ketidak

toleransiian

mengatasi frustasi dan keamanan dalam masalah menelan

Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu

Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada penyembuhan dan proses penyembuhan

Page 38: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

3

Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutri individu untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan

Macam-macam jenis dapat dibuat untuk tambahan atau batasan factor tertentu seperti lemak dan gulaan.

nutrisi sesuai fungsi org

Page 39: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP

No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi1. jumat, 6 mei

2012Bersihan jalan napas

tidak efektif

berhubungan dengan

penumpukan sekret

pada saluran

Pukul 08. 00 wibMandiri:

  Mencatat hasil pengkajian dan  kefektifan pemberian oksigen, dan gas darah arteri.Hasil : gas darah dan oksigen efektif.

Mencatat adanya bunyi nafas , misalnya mengi, krekels dan ronki.Hasil : Bunyi napas mengi.

Pukul 10. 00 wibS =

  Klien mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak

napas

  Klien mengatakan tidak nyeri lagi  pada daerah tenggorokan

O :

Page 40: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

pernapasan

 

Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien melalui oral.Hasil : Pasien mau diberikanoksigen melalui oral.

 Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.Hasil : Pasien dapat batuk efektif.

Mempertahankan polusi lingkungan dari debu dan asap rokok.Hasil : Lingkungan kondusif.

Mengajarkan pasien untuk latihan pernapasan abdomen atau bibir.Hasil : Pasien mau latihan pernapasan abdomen.

 Mengajarkanpasien untuk melakukan teknik napas dalam.Hasil : Pasien dapat melakukan tehnik napas dalam.

Mengukur TTV.Hasil :TD: 120/80 mmHgND: 90x/menitRR: 20x/menitS :37 oC

 KOLABORASI Memberikan obat sesuai indikasi yang

dianjurkan dokter. Hasil : Obat efektif.

Melakukan pemasangan nebuliser ultranik atau humidifier aerosol ruangan.

Hasil : Pasien mau menggunakan nebulizer ultranik.

klien tampak bergairah,

klien tampak tidak kesulitan bernapas

klien tampak tidak gelisah lagi

  tidak ada pernapasan cuping hidung

  Takipnea tidak ada

  pernapasan normal

Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada dada. Klien tidak kesulitan bernapas. Tidak ada pucat Tanda tanda vital dalam batas normal

TD: 120/80 mmHgND: 90x/menitRR: 20x/menitS :37 oCA=

Masalah teratasi Batuk berdahak berkurang, napas normal, nyeri dada tidak ada

lagi, dan TTV dalam batas normal. P=Intervensi di hentikan.  

Page 41: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

2 sabtu, 7 mei 2012

Kerusakan

komunikasi verbal

berhubungan dengan

adanya lesi pada

tenggorokan

 

Pukul 12. 00 wibMandiri:

  Memberikan penjelesan tentang kondisi yang

dialami  pasien agar pasien dapat mengerti

apa yang sedang  dialaminya.

Hasil : Pasien mengerti keadaanya saat ini.

  Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui

apakah pasien memiliki gangguan

komunikasi lainnya.

Hasil : Pasien tidak memiliki gangguan

komunikasi lain.

  Mengajarkan pasien cara-cara untuk

memanggil perawat dengan cepat.

Hasil : Pasien mengerti cara memanggil

perawat dengan cepat.

  Membantu pasien untuk memilih cara

komunikasi yang tepat sesuai kebutuhan

pasien.

Hasil : Pasien dapat memilih cara

komunikasi yang tepat sesuai

kebutuhannya.

  Berikan kesempatan kepada pasien untuk

berbicara agar pasien merasa dihargai oleh

perawat dengan berkomunikasi dengan baik

dan memberikan cukup waktu untuk

berkomunikasi.

Hasil : Pasien lebih percaya diri dalam

berkomunikasi.

Pukul 16. 00 wibS:

  Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorok

  Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan

  Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi

O:

  Tidak ada bakteri streptococcus beta hemolyticus

  Tidak ada edema pada laring.

  Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah laring

TTV dalam batas normalTD: 120/80mmHgRR:22x/iND:90x/iS: 37C

A: Masalah teratasi Tidak ada lagi sakit dan nyeri pada Laring, tidak ada batuk, klien

rileks, TTV dalam batas normal.

P:Intervensi di hentikan.

3 minggu, 8 mei 2012

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. 

Pukul 09. 00 wibMandiri

  Mencatat derajat kesulitan menelan dan

nilai bunyi usus pasien.

Hasil : Pasien tidak mempunyai kesulitan

menelan dan bunyi usus.

  Memberikan makan secara rutin untuk

mencukupi kebutuhan pasien.

Hasil : Nutrisi pasien terpenuhi.

  Menimbang berat badan pasien .

Pukul 13. 00 wibS:

  Pasien mengatakan tidak lemah lagi.

  Pasien mengatakan menghabiskan makan 1 porsi setiap kali

makan (pagi, siang. Sore).

  Pasien tidak kesulitan menelan lagi.

  Pasien merasa  nyaman.

O:

  Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg.

  Pasien tampak segar.

Page 42: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Hasil : Berat badan pasien kembali normal.

Membantu pasien untuk  makan sendiri.

Hasil : Pasien dapat makan sendiri.

Mengajarkan pasien cara  untuk   menelan

yang baik.

Hasil : Pasien dapat menelan dengan baik.

Kolaborasi

Mengonsulkan dengan ahli gizi atau

dukungan tim nutrisi sesuai indikasi. Hasil :

Pasien mendapatkan gizi yang baik sesuai

dengan kebutuhan tubuhnya.

Memberikan diet nutrisi seimbang.

Hasil : BB pasien normal.

Mengawasi pemeriksaan laboraturium.

Hasil : Tidak terjadi kesalahan dalam

pemeriksaan.

 

  Tidak ada pembekakan pada laring.

A: Masalah teratasi .

P:intervensi di hentikan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :

Page 43: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Obstruksi saluran  napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa  sebab. Obstruksi jalan

napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian

atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah :

A.  Obstruksi Nasal

1)   Tumor hidung

2)   Karsinoma Nasofaring

3)   Polip Hidung

B.  Obstruksi Laring

1.    Sumbatan Total Laring

2.    Abses Peritonsial (Quinsy)

Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode

Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara

total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat

Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.

4.2. Saran

Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :

Salembah Medika.

Page 44: Obstruksi Saluran Nafas pada Dewasa

Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI

Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC

cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/

http//www.klikdoter.com/2006/

Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.

Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.

Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.

Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta

Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Diposkan oleh faldho iswary di 04.22 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook