nyeri perut hebat setelah demam

18
Nyeri Perut Hebat Setelah Demam Pendahuluan Traktus gastrointestinal dan hati meliputi sejumlah organ dengan fungsi yang berbeda-beda. Traktus ini mulai dari mulut sehingga anus. Fungsi utama sistem gastrointestinal dan hati adalah asmilasi nutrient dan pembuangan sisa. Keluhan yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit yang mengenai sistem gastrointestinal dan hati umumnya adalah nyeri abdomen, heartburn, mual muntah, diare, perdarahan saluran cerna, ikterus dan lain- lain. Skenario 10 Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6 jam yang lalu. Orang tua pasien tersebut mengatakan, sejak 10 hari yang lalu, pasien demam yang naik turun terutama pada malam hari, disertai mual, konstipasi dan anoreksia. Sejak 3 hari yang lalu, keadaan pasien semakin melemah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 95 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, suhu 38,5 0 C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak distensi abdomen, nyeri tekan pada seluruh region abdomen, defense musculair positif dan bising usus negatif. Anamnesis Anamnesis terhadap pasien, selalu diawali dengan identitas. Setelah itu dilakukan penggalian keluhan utama dan keluhan tambahan lain, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit sosial. 1 1

Upload: khairunnisa-esam

Post on 29-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

digestive

TRANSCRIPT

Nyeri Perut Hebat Setelah Demam

PendahuluanTraktus gastrointestinal dan hati meliputi sejumlah organ dengan fungsi yang berbeda-beda. Traktus ini mulai dari mulut sehingga anus. Fungsi utama sistem gastrointestinal dan hati adalah asmilasi nutrient dan pembuangan sisa. Keluhan yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit yang mengenai sistem gastrointestinal dan hati umumnya adalah nyeri abdomen, heartburn, mual muntah, diare, perdarahan saluran cerna, ikterus dan lain-lain.Skenario 10Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6 jam yang lalu. Orang tua pasien tersebut mengatakan, sejak 10 hari yang lalu, pasien demam yang naik turun terutama pada malam hari, disertai mual, konstipasi dan anoreksia. Sejak 3 hari yang lalu, keadaan pasien semakin melemah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 95 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, suhu 38,50C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak distensi abdomen, nyeri tekan pada seluruh region abdomen, defense musculair positif dan bising usus negatif.AnamnesisAnamnesis terhadap pasien, selalu diawali dengan identitas. Setelah itu dilakukan penggalian keluhan utama dan keluhan tambahan lain, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit sosial.1

Identitas yang ditanyakan berupa :11. Nama penting utk komunikasi dengan pasien2. Jenis kelamin 3. Tempat, tanggal lahir ada penyakit yg masa inkubasinya panjang yang endemik di tempat tertentu, dan bila ia lahir di situ, mungkin ia dapat terkena penyakit tersebut. Dari tanggal lahir diperoleh usia4. Status perkawinan utk penyakit kelamin penting : perilaku seksual5. Alamat mengetahui jenis lingkungan6. Bangsa kurang begitu penting mengetahui suku bangsa di kulit, ini untuk membedakan warga negara Indonesia dengan bukan saja.7. Agama untuk pendekatan personal8. Pendidikan pemilihan bahasa dalam edukasi9. Pekerjaan mengetahui risiko paparan dan kisaran pendapatan

Ditanyakan pula keluhan utama pasien. Dalam kasus ini, keluhan utama pasien adalah nyeri perut di seluruh perut sejak 6 jam yang lalu. Setelah itu, ditanyakan pertanyaan spesifik apa saja yang bisa mengarah penyakit untuk kasus ini :1,2 1. Riwayat penyakit sekarang : Deskripsi nyeri perut lokasi, terus-menerus atau tidak, onset, penjalaran, faktor yang memperingan dan memperburuk Keluhan penyerta seperti dalam kasus demam, mual, konstipasi dan anoreksia Ada demam? Onset demam? Demam sebelum atau setelah nyeri perut? Keadaan buang air besar dan buang air kecil. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi2. Riwayat penyakit dahulu : misal alergi, hemofilia, hipertensi, systemic lupus erythematosus. Hal ini dapat diketahui,ada atau tidak pemakaian steroid jangka panjang.3. Riwayat penyakit keluarga : misalnya Diabetes Melitus, hipertensi, hemophilia4. Riwayat sosial: pekerjaan pasien, lingkungan tempat tinggal pasien.Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pernafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksanakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.3 1. Inspeksi Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, simetris atau tidak, adanya asites.2. AuskultasiAuskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami diare.3. PerkusiLakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat.4. PalpasiPalpasi ringan adalah untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam adalah untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual atau 2 tangan.3,4Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskopi, foto rontgen, ultrasonografi (USG), perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8 hingga12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.3 1. IntubasiIntubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.3Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk mendapatkan contoh isi usus, mengeluarkan cairan dan memberikan makanan.42. EndoskopiEndoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:- kerongkongan (esofagoskopi)- lambung (gastroskopi)- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.43. RontgenFoto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:- suatu penyumbatan- kelumpuhan saluran pencernaan- pola udara abnormal di dalam rongga perut- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

4. Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.3,4 Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:- fungsi kerongkongan dan lambung- kontraksi kerongkongan dan lambung- penyumbatan dalam saluran pencernaan.5. ParasentesisParasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan ultrasonografi(USG)) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.36. Ultrasonografi (USG) PerutUSG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. 7. Pemeriksaan Darah SamarPerdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya. Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.48. Pemeriksaan Laboratorium DarahPemeriksaan laboratorium darah yang bisa dilakukan meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), leukosit, eritrosit, dan laju endap darah. Specimen darah yang biasa digunakan diambil dari darah vena.Pemeriksaan kadar hemoglobin bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Nilai normal kadar hemoglobin pada laki-laki sekitar 14-18 gram/dL, sedangkan pada wanita adalah sekitar 12-16 gram/dL. Pemeriksaan leukosit bertujuan untuk menghitung jumlah leukosit dalam darah dengan nilai normal sekitar 5.000-10.000/mm3. Pemeriksaan eritrosit bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit dalam darah dengan nilai normal pada laki-laki sekitar 4,5-5,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada wanita 4-5 juta/ mm3 darah.3Diagnosis Banding1. PeritonitisPeritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bacterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapt disebabkan oleh infeksi bakteri, mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal, appendisitis yang meradang dan perforasi, tukak peptik (lambung/dudenum), tukak thypoid, tukak disentri amuba/colitis, tukak pada tumor, salpingitis, divertikulitis dan operasi yang tidak steril. Terkontaminasi bahan kimiawi seperti sulfonamida, dapat terjadi peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati.5 Berdasarkan sumber dan terjadinya kontaminasi mikrobial, peritonitis diklasifikasikan menjadi: primer, sekunder, dan tersier. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi monomikrobial. Sumber infeksi umumnya ekstraperitonial yang menyebar secara hematogen. Peritonitis sekunder merupakan infeksi yang berasal dari intraabdomen yang umumnya berasal dari perforasi organ berongga. Peritonitis tersier terjadi akibat kegagalan respon inflamasi tubuh atau superinfeksi. Peritonitis tersier dapat terjadi akibat peritonitis sekunder yang telah dilakukan interfensi pembedahan ataupun medikamentosa. Manifestasi klinis dari peritonitis adalah adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda-tanda rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Tanda-tanda peritonitis ditemukan pada pemeriksaan khusus abdomen yaitu terdapat tanda-tanda iritasi peritoneum: Nyeri tekan Nyeri tekan lepas Defance muscular dan musle guarding Ditemukan pula tanda-tanda ileus paralitik seperti distensi abdomen, bising usus yang menurun sebagai akibat penyebaran pus intraperitonealUntuk pemeriksaan diagnostic, dilakukan test laboratorium. Pada tes ini dapat ditemukan terjadinya leukositosis, hematokrit meningkat, dan asidosis metabolic. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit, basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Dari tes X Ray didapat foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan illeus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi dan udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, didapatkan gambaran radiologis antara lain:6 Dari posisi tidur gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance). Dari posisi left lateral decubitus gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level. Dari posisi setengah duduk atau berdiri, gambaran yang diperoleh adanya air fluid level dan step ladder appearance.2. Obstruksi mekanik intestinal akut Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus halus merupakan suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi usus besar merupakan suatu kondisi penyumbatan patologis akinbat adanya kelainan mekanik atau nonmekanik pada usus besar. Terdapat 2 jenis obstruksi yaitu obstruksi paralitik dan obstruksi mekanik. Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus) adalah keadaan di mana otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke bawah (gangguan peristaltik) karena pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Obstruksi mekanik terjadi di intraluminal atau intramural akibat tekanan pada dinding usus.5,6 Obstruksi usus halusObstruksi usus besar

1) Nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian epigastrium dan bersifat intermiten.2) Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus.3) Terjadi konstipasi tetapi pada pasien obstruksi partial bisa mengalami diare.4) Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras dan isi usus terdorong ke arah mulut.5) Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.6) Terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya normal, tapi kadang kadang dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi strangulata.7) Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.1) Nyeri perut bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.2) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari.3) Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.4) Pasien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah

Tabel 1. Manifestasi klinis obstruksi usus.6Untuk pemeriksaan diagnostic, dilakukan test laboratorium. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic dan metabolic asidosis.Pada pemeriksaan foto polos abdomen, dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas antara air dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan tangga, terutama pada obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pemeriksaan USG pula akan mempertunjukkan gambaran penyebab dari obstruksi.53. Apendisitis akutApendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 0C.Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal yaitu di belakang sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi otot-otot yang menegang dari dorsal.6 Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi.Pemeriksaan fisik pada apendisitis akut, dapat dilakukan pengamatan (inspeksi) akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri ( Blumberg Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu axilla.Pada pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan tes laboratorium, yang terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. Jika peningkatan terjadi lebih dari jumlah leukosit tersebut, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah). Pemeriksaan radiologi untuk apendisitis akut terdiri dari pemeriksaan USG dan CT-scan. Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit (sumbatan) serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.5,6 KesimpulanTraktus gastrointestinal dan hati meliputi sejumlah organ dengan fungsi yang berbeda-beda. Traktus ini mulai dari mulut sehingga anus. Fungsi utama sistem gastrointestinal dan hati adalah asmilasi nutrient dan pembuangan sisa. Keluhan yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit yang mengenai sistem gastrointestinal dan hati umumnya adalah nyeri abdomen, heartburn, mual muntah, diare, perdarahan saluran cerna, ikterus dan lain-lain.Untuk mengetahui pasti diagnosis penyakit yang tepat pada kasus ini maka diperlukan anamnesis , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan setelah diketahui pasti diagnose penyakit ini barulah kita bisa memberi obat yang tepat serta edukasi kepada pasien.

Daftar Pustaka1. Mardi Santoso. Pemeriksaan Fisik Diagnostik. Anamesa. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Dalam: Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S, editor. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.3. Nah YK, Santoso M, Rumawas JSP, Winaktu GJMT, Sularyo TS, Adam H. Buku Panduan Keterampilan Medik (Skill Lab). Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida;2009.4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. In: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. Gout. Volume 2, Edisi 22. Jakarta: EGC; 2005.5. Guyton., Fisiologi dan Mekanisme Penyakit, Ed III, Terjemahan Petrus Adianto, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1990.6. Suyono.S., Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006.

11