nyamplungdata

21
Bab 7. NYAMPLUNG Pengenalan Tanaman Nyamplung merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepenjang pantai di seluruh Indonesia. Tanaman nyamplung atau nama latinnya Calophyllum inophyllum L. merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dan Pantai India tetapi banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di negara kepulauan sekitar Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Tanaman nyamplung termasuk ke dalam famili mangosteen seperti halnya tanaman manggis. Beberapa nama daerah dari tanaman nyamplung adalah Sumatrera : Eyobe (Enggano), Punaga (Minangkabau), Penago (Lampung), Nyamplung (Melayu), Jawa : Nyamplung (Jawa Tengah), Nyamplung (Sunda), Camplong (Madura), Bali : Camplong (Bali), Nusa Tenggara : Mantan )Bima), Camplong (Timor), Sulawesi : Dingkalreng (Sangir), Dongkalan (Mongondow), Dunggala (Gorontalo), Ilambe (Buol), Punaga (Makassar), Pude (Bugis), Maluku : Hatan (Ambon), Fitako (Ternate). Nama di Negara lain adalah Alexandrian laurel, Borneo mahagony (Inggris), Palomaria dela Playa, Pamitaogen, bintaog (Philipina), Kathing (Thailand), Mu- u, cong (Vietnam), Penaga (Sabah), Penaga Laut (Malaysia). Mentangor, bakokol (Serawak).

Upload: uluchuu

Post on 05-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nyamplungdata

Bab 7. NYAMPLUNG

Pengenalan Tanaman

Nyamplung merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepenjang pantai di

seluruh Indonesia. Tanaman nyamplung atau nama latinnya Calophyllum inophyllum

L. merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dan Pantai India tetapi banyak

tumbuh di daerah tropis khususnya di negara kepulauan sekitar Samudra Hindia dan

Samudra Pasifik. Tanaman nyamplung termasuk ke dalam famili mangosteen seperti

halnya tanaman manggis.

Beberapa nama daerah dari tanaman nyamplung adalah Sumatrera : Eyobe

(Enggano), Punaga (Minangkabau), Penago (Lampung), Nyamplung (Melayu),

Jawa : Nyamplung (Jawa Tengah), Nyamplung (Sunda), Camplong (Madura), Bali :

Camplong (Bali), Nusa Tenggara : Mantan )Bima), Camplong (Timor), Sulawesi :

Dingkalreng (Sangir), Dongkalan (Mongondow), Dunggala (Gorontalo), Ilambe

(Buol), Punaga (Makassar), Pude (Bugis), Maluku : Hatan (Ambon), Fitako

(Ternate). Nama di Negara lain adalah Alexandrian laurel, Borneo mahagony

(Inggris), Palomaria dela Playa, Pamitaogen, bintaog (Philipina), Kathing (Thailand),

Mu-u, cong (Vietnam), Penaga (Sabah), Penaga Laut (Malaysia). Mentangor, bakokol

(Serawak).

Pohon nyamplung adalah tumbuhan berukuran medium dengan tinggi pohon

bisa mencapai 8-20 meter bahkan ada yang mencapai 30-35 meter. Tinggi batang

bebas cabang mencapai 21 meter dengan diameter mencapai 0.8 meter. Batang

pohon berwarna abu-abu hingga putih dengan percabangan mendatar. Akar tunggang,

bulat dan coklat (Martawijaya et al, 2005)

Daun nyamplung merupakan daun tunggal, berbentuk oval dengan ujung

meruncing, tebal dan berwarna hijau tua mengkilap serta tidak berbulu. Bunga

nyamplung biasanya muncul diketiak, umumnya tidak bercabang tetapi kadang-

kadang bercabang yang terdiri dari 3 bunga pada setiap cabangnya, Bunga

nyamplung berwarna putih dengan diameter 2 cm, jumlah kelopak empat buah,

Page 2: Nyamplungdata

memiliki benang sari banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik bentuk perisai

(Friday and Okano, 2006).

Buah nyamplung berbentuk seperti peluru dengan ujung berbentuk lancip

dengan panjang 25-50 mm. Kulit luar buah berwarna hijau selama masih bergantung

di pohon dan berubah menjadi kekuningan atau kecoklatan setelah matang. Daging

buah tipis dan lambat laun akan menjadi keriput, rapuh dan mengelupas dimana di

dalamnya terdapat sebuah inti berwarna kuning terutama jika sudah dijemur (Heyne,

1987). Biji nyamplung berukuran cukup besar dengan ukuran diameter 2-4 cm. Biji

nyamplung dapat diperoleh dengan membersihkan kulit dan sabut dari biji

nyamplung. Dalam setiap 1 kg terdapat 100-200 biji nyamplung (Friday and Okano,

2006). Morfologi tanaman nyamplung (pohon, kulit, bunga, buah dan biji) dapat di

lihat pada Gambar 1.

Page 3: Nyamplungdata

Gambar 1. Morfologi Tanaman Nyamplung

Tanaman nyamplung umumnya tumbuh di daerah pantai ataupun hutan dataran

rendah. Namun demikian tanaman ini juga dapat tumbuh dengan baik di daerah

dengan ketinggian sedang. Tanaman ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap

berbagai jenis tanah, pasir, lumpur maupun tanah yang telah mengalami degradasi.

Sedangkan menurut Martawijaya et al. (1981), tanaman nyamplung tumbuh di hutan

tropis dengan curah hujan A dan B pada tanah berawa dekat pantai sampai pada tanah

kering berbukit-bukit pada ketinggian 800 m dari permukaan laut. Kondisi

lingkungan pertumbuhan tanaman nyamplung dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 4: Nyamplungdata

Tabel 1. Kondisi Lingkungan untuk Pertumbuhan Nyamplung

No Parameter Kondisi yang sesuai1 Iklim Suhu sedang sampai basah dan tidak cocok

pada kondisi sangat dingin- Ketinggian 0-800 m dpl- Curah hujan 1000-5000 mm- Lama musim kering 5 bulan- Suhu maksimum 370 C- Suhu minimum 120 C- Suhu rata-rata 330 C

2 Tanah Tumbuh baik pada tanah berpasir dengan hujan yang cukup tetapi toleran terhadap tanah lempung (clay), tanah berbatu (rocky soil), tanah yang dangkal (shallow) dan tanah asin (saline soil)

- Tekstur tanah Toleran pada tanah berpasir, sandy loams dan sandy clay loams

- Drainase tanah Toleran pada drainase buruk- Keasaman pH 4,0-7,4

3 Toleransi kondisi ekstrim

Merupakan pohon keras yang tumbuh di daerah pantai, toleran terhadap air garam, angin dan kekeringan

- Kekeringan Toleran terhadap kemarau selama 5 bulan- Sinar matahari Lebih cocok pada daerah dengan sinar

matahari penuh dan dapat tumbuh baik pada daerah teduh

- Pembekuan Tidak toleran terhadap kondisi beku- Waterlogging Toleran terhadap kondisi dikelilingi air

Sumber : Friday and Okano( 2006)

Tanaman nyamplung dapat diperbanyak secara alami dengan menggunakan

biji. Biji yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman harus disiapkan 6 bulan

sebelum penanaman. Biji yang berjatuhan dikumpulkan dari sekitar pohon

nyamplung yang berbuah dua kali dalam setahun. Selanjutnya buah tersebut

disimpan dan dibuang sabutnya. Proses germinasi dapat dipercepat dengan

merendam biji nyamplung selama 24 jam untuk menghilangkan kulit biji kemudian

kulit biji dipecahkan dengan bantuan palu agar proses germinasi lebih cepat. Proses

Page 5: Nyamplungdata

germinasi umumnya berlangsung selama 57 hari bila biji tidak dipecahkan dan

selama 38 hari bila sudah dipecahkan lebih dahulu. Proses germinasi harus berada di

tempat yang diberi naungan . Setelah 20-24 minggu setelah germinasi, tanaman

nyamplung siap dipindahkan dan ditanam di lapang. Media yang digunakan untuk

proses pembibitan (Gambar 2) adalah media apa saja yang memiliki kemampuan

drainase yang baik.

Gambar 2. Bibit nyamplung pada berbagai tingkat umur

Pohon nyamplung yang sudah besar dapat di potong dahan dan rantingnya dan

akan tumbuh kembali. Pada awal pertumbuhannya, pohon nyamplung akan tumbuh

dengan cepat mencapai satu meter per tahunnya, namun setelah berbunga

pertumbuhannya akan melambat.

Pola Penyebaran Tanaman Nyamplung di Indonesia dan

Potensinya

Tanaman nyamplung mempunyai sebaran yang cukup luas di Indonesia, mulai

dari Sumatra (Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung), Jawa

(sepanjang pantai selatan terutama di Kabupaten Cilacap, Purworejo dan Kebumen),

Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), Sulawesi, Maluku, Nusa

Tenggara Timur sampai Papua. Menurut Dephut (2008) hasil penafsiran dari Citra

Satelit Landsat7 ETM+tahun 2003 tegakan alami tanaman Nyamplung mencapai luas

480.000 ha (60 % berada dalam kawasan hutan).

Page 6: Nyamplungdata

Tanaman nyamplung saat ini masih merupakan tanaman alami dan bukan hasil

budidaya. Satu-satunya hutan nyamplung yang dikelola dengan profesional ada di

Perum Perhutani Unit I KPH Kedua Selatan Jawa Tengah yang luas pertanaman

nyamplung mencapai 196 hektare. Pada tahun 2009 ini, luas hutan nyamplung akan

ditingkatkan menjadi 600 hektar. Menteri Kehutanan juga menyebutkan akan

menanam 3 juta pohon nyamplung di luasan 3000 hektar sepanjang pesisir pantai

diantaranya di Banten dan Cilacap.

Tanaman nyamplung tumbuh pada tanah berawa dekat pantai sampai pada

tanah kering dan regosol di bukit-bukit dengan ketinggian tempat 100-150 m di atas

permukaan laut, topografi datar sampai bergelombang dengan tipe curah hujan A dan

B dengan curah hujan 2,959 mm. Jenis tanah Podsolik Merah kuning dengan bahan

induk sedimen tersier, asam kresik dan batuan basah (Martawijaya et al. 2005 ;

Rostiwati, 2007). Gambar 2. Memperlihatkan peta penyebaran tegakan nyamplung di

Indonesia.

Gambar 2. Peta sebaran tegakan nyamplung di Indonesia

Menurut Mahfudz, (2008) bila tanaman nyamplung umur 3 tahun sudah dapat

berbuah dan apabila dalam satu tangkai nyamplung menghasilkan 1 kg buah maka

Page 7: Nyamplungdata

dalam satu pohon yang diasumsikan rata-rata ada 100 tangkai maka satu pohon

tanaman nyamplung menghasilkan 100 kg buah nyamplung atau akan menghasilkan

100 ton buah nyamplung pada lahan seluas satu ha dengan jarak tanam 3 m x 3 m.

Bila rendemen buah nyamplung untuk biodiesel 2 %, maka 1 ha tanaman nyamplung

akan menghasilkan 2200 liter minyak untuk biodiesel yang setara dengan 4400 liter

minyak tanah.

Biji nyamplung mempunyai kadar minyak 71,4 % sampai 75 %. Menurut

Heyne (1987), inti biji mengandung air 3,3 % dan minyak 71,4 % bila biji segar

mengandung 55 % minyak sedangkan biji yang benar-benar kering mengandung 70,5

% minyak.

Pemanfaatan Saat Ini

Tanaman nyamplung saat ini dimanfaatkan mulai dari batang sebagai

penghasil kayu komersial, getahnya sebagai bahan baku minyak bahkan hasil

penelitian terakhir getah dari kulit kayunya menekan pertumbuhan virus HIV.

Daunnya dapat berkasiat sebagai obat sakit encok, bahan kosmetik dan

menyembuhkan luka bakar karena kandungan senyawa costatolide-A, saponin dan

acid hydrocyanic. Bunganya sebagai pencampur untuk mengharumkan minyak

rambut. Minyak yang berasal dari bijinya dapat dipakai sebagai penerangan,

pembuatan sabun, pelitur, minyak rambut, minyak urut dan obat. Tanaman

nyamplung disamping sebagai pohon hias dan peneduh, juga digunakan pada

reforestasi dan afforestasi (Dephut, 2008).

Tanaman nyamplung selain digunakan sebagai tanaman pelindung di pinggir

pantai karena tajuknya yang rimbun juga dimanfaatkan batang kayunya yang kuat dan

keras sebagai bahan bangunan atau bahan pembuat kapal, dayung, tiang listrik, tong

dan pemukul golf (Martawijaya et al., 1981). Bijinya menghasilkan minyak yang

kental dan berwarna kehitaman digunakan sebagai obat untuk menumbuhkan rambut.

Bahan aktif yang ada pada minyak tersebut dipercaya dapat meregenerasi jaringan

tubuh sehingga digunakan sebagai bahan kosmetik ataupun untuk kesehatan karena

Page 8: Nyamplungdata

memiliki kemampuan anti bakteri, anti kanker dan anti pembengkakan serta anti virus

(Heyne, 1987).

Tanaman nyamplung memiliki banyak manfaat terutama yang berhubungan

dengan kelestarian lingkungan. Menurut Friday and Okano (2006), nyamplung dapat

dimanfaatkan sebagai penstabil tanah daerah pantai, pemecah angin. Tanaman

pelindung atau peneduh, Tanaman pembatas pada kuil atau tempay suci di Pasific,

serta tanaman penghias taman.

Pemanfaat lain dari biji nyamplung saat ini, oleh gudang kreasi yogya

membuat gantungan kunci yang dikombinasikan dengan berbagai macam bahan-

bahan natural dan daur ulang lainnya. Di darah Pasific, kayu nyamplung juga banyak

dijadikan kerajinan tangan atau cendera mata.

Adapun pohon industri dari tanaman nyamplung dapat dilihat pada Gambar 3

berikut ini.

Page 9: Nyamplungdata

Biji

Bunga

Alat penerangan

Biodiesel

Obat HIV

Minyak urut

Sabun

Mengurangi kerontokan rambut

Kosmetik

Obat luka bakar

Vernis

dll

Getah/resin

Pengharum ruangan/rambut

Pembasmi tikus

Racun ikan

Batang

Daun

Buah

-bahan bangunan- tiang layar- peti- tiang listrik- roda gerobak- kano- tong- pemukul golf- kerajinan tangan

-

- tanaman hias- obat encok- obat luka bakar- kosmetik

-

Pewarna alami

Obat nyamuk

Obat Tanaman Nyamplung

Biji

Bunga

Alat penerangan

Biodiesel

Obat HIV

Minyak urut

Sabun

Mengurangi kerontokan rambut

Kosmetik

Obat luka bakar

Vernis

dll

Getah/resin

Pengharum ruangan/rambut

Pembasmi tikus

Racun ikan

Batang

Daun

Buah

-bahan bangunan- tiang layar- peti- tiang listrik- roda gerobak- kano- tong- pemukul golf- kerajinan tangan

-

- tanaman hias- obat encok- obat luka bakar- kosmetik

-

Pewarna alami

Obat nyamuk

Obat

Page 10: Nyamplungdata

Prospek Pemanfaatan sebagai Bahan Baku Bioenergi

Pemanfaatan tanaman Nyamplung sebagai biodiesel pertama kali

diperkenalkan oleh Fathur Rahman dan Aditya Prabhaswara dari SMAN 6 Yogyakarta

pada Lomba Karya Tulis SMA Wisata Iptek 2007 yang diadakan oleh Kementerian

Negara Riset dan Teknologi. Hasil penelitian mereka menunjukkan kandungan

minyak tanaman Nyamplung 50-70 % dan mempunyai daya bakar selama 11,3 menit

, dua kali lebih besar dari m. tanah yang hanya 5,6 menit (Suprapto, 2008).

Kebutuhan minyak nyamplung untuk mendidihkan air hanya 0,4 ml sementara

minyak tanah 0,9 ml (Dephut, 2008), hal ini sangat menjanjikan di masa yang akan

datang sebagai bahan subsitusi minyak yang berasal dari fosil.

Jika diasumsikan 2,5 kg biji nyamplung akan menghasilkan 1 liter minyak

nyamplung dibandingkan dengan jarak butuh 4 kg untuk menghasilkan 1 liter

minyak jarak maka untuk memenuhi kebutuhan biodiesel tahun 2025 sebanyak

720.000 kilo liter (5,1 juta ton biji nyamplung) dibutuhkan paling kurang 254.000 ha

tanaman nyamplung, jumlah ini hampir setengah dari luasan yang ada sekarang

sehingga harapan menjadikan bahan biodiesel terbuka lebar. Pengolahan biji

nyamplung sebagai bahan baku biodiesel selain hemat dalam proses pembakaran,

sumbernya dapat diperbaharui sehingga tidak mengganggu ekologi.

Inti (kernel) nyamplung memiliki kandungan minyak yang sangat tinggi yaitu

sebesar 75% (Dweek and Meadows, 2002); 71,4% pada inti yang kering dengan

kadar air 3,3%(Heyne, 1987); 40-73% (Soerawidjaja et al., 2005); 55,5% pada inti

yang segar dan 70,5% pada inti yang kering (Greshoff dalam Heyne, 1987). Produksi

biji nyamplung dapat mencapai 100 kg per pohon (Dweek and Meadows, 2002;

Friday and Okano, 2006). Ekstraksi minyak dari biji nyamplung dapat dilakukan

dengan pengepresan atau menggunakan pelarut. Pada proses pengepresan dari 100

kg buah dihasilkan 17,5 kg minyak atau sekitar 17,5% dari bobot biji atau 48,6% dari

Page 11: Nyamplungdata

bobot inti kering (Sahirman, 2009) Rendemen ini relatif masih rendah dibandingkan

menggunakan pelarut hexan dengan metode soxhlet yang mencapai 61,2 %.

Minyak nyamplung yang dihasilkan dari proses pengepresan umumnya

berwarna kehijauan dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi mencapai 30%

sehingga untuk dijadikan biodiesel harus diberi perlakuan pendahuluan terlebih

dahulu seperti proses degumming dan esterifikasi.

Secara umum pembuatan biodiesel dari nyamplung adalah penghilangan

buah dan tempurung, pengukusan, pemisahan getah (degumming) dengan as. Fosfat

1 % dan esterifikasi dengan methanol 20 : 1 (perbandingan mol methanol dengan as.

Lemak bebas) serta transesterifikasi (perbandingan methanol dengan minyak 6:1).

Jika hasil yang diperoleh tidak memenuhi SNI (nilai viskositas, densitas dan

keasaman) maka dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan NaOH sesuai

dengan molar asam lemak bebas tersisa

Beberapa penelitian pembuatan biodiesel dari tanaman nyamplung telah

dilakukan diantaranya adalah Yudistira (2008) membuat biodiesel dari minyak

nyamplung dan methanol dengan proses transesterifikasi menggunakan katalis basa

(NaOH) dengan perbandingan antara minyak nyamplung dengan methanol

perbandingan 1 : 4, 1 : 6 dan 1 : 8 serta dengan dan tanpa reaksi netralisasi. Proses

pengukusan membutuhkan waktu yang lama dan pemisahan getah dilakukan

dengan konsentrasi yang tinggi karena biji nyamplung mengandung banyak zat

ekstraktif.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sudrajat et al. (2007) membuat

biodiesel dari biji nyamplung dengan perlakuan pendahuluan proses degumming,

proses esterifikasi dan proses transesterifikasi. Kondisi optimum dicari pada

penggunaan rasio mol methanol-FFA, persen asam klorida sebagai katalis dan suhu

esterifikasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan proses esterifikasi minyak

nyamplung yang optimum diperoleh pada suhu 600C dan rasio mol methanol-FFA

20:1 dengan lama reaksi 1 jam dengan kecepatan pengadukan 400 rpm. Pada

Page 12: Nyamplungdata

kondisi tersebut mampu menurunkan bilangan asam dari 28,7 % menjadi 4,7 %.

Biodiesel yang dihasilkan mempunyai kualitas yang belum stabil dengan bilangan

asam berkisar 0,6172-1,8403 mg KOH/gram dan viskositas pada suhu 400C adalah

8,1-8,4 cp (8,67-8,99 cSt). Komposisi metal ester biodiesel tersebut adalah metal

palmitat 17,29 %, metal stearat 23,55 %, metal oleat 36,67 % dan metal linoleat

22,49%.

Sahirman (2009) juga melakukan perancangan proses produksi biodiesel dari

biji nyamplung dimana proses degumming sangat menentukan kualitas dari minyak

nyamplung Poses degumming dilakukan pada suhu 800C selama 15 menit dan

dilanjutkan dengan pencucian mengunakan air hangat pada suhu 600C sampai

jernih. Warna minyak yang semula kehijauan berubah menjadi kuning kemerahan.

Karakteristik, komposisi asam lemak minyak nyamplung dibandingkan minyak

nabati lainnya dan karakteristik biodiesel nyamplung dibandingkan Standar ASTM D

6751-3 dan SNI 04-7182-2006 dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel 3. Karakteristik Minyak Nyamplung

Jenis Analisis Satuan Hasil1. Air % 0,252. Densitas G/ml 0,9443. Kekentalan Cp 21,974. Bilangan Asam mg KOH/g 59,945. As. Lemak Bebas % 29,536. Bilangan Penyabunan mg KOH/g 198,17. Bilangan Iod Mg/g 86,42

Hasil pengujiaan biodiesel nyamplung yang dilakukan oleh Badan Litbang

Kehutanan menghasilkan : (1) seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan

kualifikasi biodiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi as.

Lemak bebas (FFA) menjadi metal ester 97,8 %. (2) uji kelayakan atas kinerja

permesinan, biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor

Page 13: Nyamplungdata

sebesar 100 %, tanpa campuran solar (B 100), (3) dari segi lingkungan, biodiesel

nyamplung bebas dari polutan (Sumutcyber.com, 2008).

Tabel 4. Komposisi Asam Lemak Minyak Nyamplung Dibandingkan Minyak Nabati Lainnya

Komponen Minyak Nyamplung

Minyak Jarak Pagar

CPO Minyak Kedele

Asam miristat 0,09 - 0,7 0,1Asam palmitat 15,89 11,9 39,2 10,2Asam stearat 12,30 5,2 4,6 3,8Asam oleat 48,49 29,9 41,4 22,8Asam linoleat 20,70 46,1 10,5 51,0Asam lonolenat 0,27 4,7 0,3 6,8Asam arachidat 0,94 - 0,28Asam erukat 0,72 - 0,2

Sumber Sudrajat, 2007.

Tabel 5. Karakteristik Biodiesel Nyamplung Dibandingkan Standar ASTM D 6751-3 dan SNI 04-7182-2006

No Parameter Satuan Metode Uji Nilai Biodiesel Nyamplung

1 Massa jenis pada 400C

Kg/m3 ASTM D 1298 850-890 888,6

2 Viskositas kinematik pada 400C

mm2/s ASTM D445 2,3-6,0 7,724

3 Bilangan setana - ASTM D 613 Min 51 51,94 Titik nyala (mangkuk

tertutup)

0C ASTM D 93 Min 100 151

5 Titik kabut 0C ASTM D 2500 Maks 18 386 Korosi kepingan

tembaga (3 jam pada 500C)

- ASTM D 130 Maks 3 1 b

7 Residu karbon- Dalam contoh

asli- Dalam 10%

ampas destilasi

% massaASTM D 4530

- Maks 0,05

- Maks 0,3

- 0,434

Page 14: Nyamplungdata

8 Air dan sedimen % volume ASTM D 1796 Maks 0,05 09 Suhu distilasi 90 % 0 C ASTM D 1160 Maks 360 34010 Abu tersulfatkan % massa ASTM D 874 Maks 0,02 0,02611 Belerang ppm-m ASTM D 1266 Maks 100 1612 Fosfor ppm-m ASTM D 1091 Maks 10 0,22313 Bilangan asam mg-KOH/

gramAOCS Cd 3d-63 Maks 0,8 0,96

14 Gliserol total % massa AOCS Ca 14-56 Maks 0,24 0,23215 Kadar ester alkil % massa SNI 04-7182-

2006Min 96,5 96,99

16 Bilangan Iodium % massa AOCS Cd 1-25 Maks 115 85Sumber : Sahirman (2009)

Daftar Pustaka

Departemen Kehutanan (Dephut), 2008. Tanaman Nyamplung sebagai Sumber Energi Bofuel. Www. Indonesia.go.id [Diakses tanggal Maret 2009].

Dweek, A.C, and Meadows, T. 2002. Tamanu (Callophylum inophyllum) the Africa, Asia Polynesian and Pasific Panacea. Int J. Cos. Sci, 24:1-8.

Friday, J.B. and Okano, D. 2006. Callophyllum inophyllum (kamani) Species Profiles for Pasific Island Agro Forestry. http://www.traditionaltree.org akses tanggal 23 Maret 2009.

Gudang Kreasi Yogya, 2008. Katalog Produk: Gantungan Kunci Nyamplung.

http://gudangkreasi.indonetwork.co.id/964659/gantungan-kunci-nyamplung.htm [Diakses tanggal 30 Maret 2009]

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

Mahfuds, 2008. Potensi Pengembangan Nyamplung. “Potensi dan Peluang Nyamplung sebagai Bahan Baku Biodiesel di Indonesia”. Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta. http://fudz1.multiply.com/journal/item/4 [Diakses tanggal 30 Maret 2009].

Page 15: Nyamplungdata

Martawijaya,A.,I.Kartasujana, K.Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.

Rostiwati, T., Yetti, H., Yamin M. 2007. Upaya Penanaman Nyamplung (Callophyllum spp) sebagai Pohon Potensial Penghasil HHBK. Mitra Hutan Tanaman. Vol. 2 No. 2, Oktober.Pp. 34-41.

Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suara Merdeka, 2008. Nyamplung BBN yang Potensial.

Sudrajat,R., Sahiman, D.Setiawan., 2007. Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No. 1, Februari, pp. 41-56.

Sumutcyber.com, 2008. Biji Nyamplung jadi Biofuel.

Suprapto, H., 2008. Biji Nyamplung Bisa Jadi Energi Alternatif. www.economy.okezone.com. [ Diakses tanggal 19 Maret 2009].

Yudistira, P. H., 2008. Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung (Callophylum inophyllum) dengan Proses Transesterifikasi. Undergraduate Theses, Chemical Engineering RSK 662.88 Han. P. 2007. ITS Library.