nurhidayat.doc

19
T U G A S P A P E R MASALAH KHUSUS AGRONOMI PROSFEK KELAPA SAWIT SEBAGAI ALTERNATIF BIOFUEL DI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Nur Hidayat 07/262325/PPN/3240 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Upload: agus-bisma

Post on 17-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Tekad pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla mencabut subsidi BBM

T U G A S P A P E R

MASALAH KHUSUS AGRONOMIPROSFEK KELAPA SAWIT SEBAGAI ALTERNATIF BIOFUEL DI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

Nur Hidayat07/262325/PPN/3240

PROGRAM STUDI AGRONOMI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Y O G Y A K A R T A

2 0 0 7

PENDAHULUANKetergantunan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar, hal ini telihat dari setiap aktivitas masyarakat Indonesia sehari-hari yang tidak terlepas dari pemakaian bahan bakar, seperti untuk memasak, penerangan, transportasi dan angkutan. Berdasarkan data ESDM (2006) minyak bumi mendominasi 52,5% pemakaian energi di Indonesia, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19% , batu bara 21,5%, air 3,7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan hanya sekitar 2% dari total penggunaan energi. Padahal menurut data ESDM (2006) cadangan minyak bumi Indonesia hanya sekitar 500 juta barel per tahun. Ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru atau tidak ditemukan teknologi baru, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu dua puluh tiga tahun mendatang. Tekad pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla mencabut subsidi BBM tahun lalu dengan segala konsekuensinya telah mulai diwujudkan dengan mencari berbagai solusi tekno-sosio-ekonomi. Di antara berbagai solusi itu adalah pengembangan bahan bakar alternatif berbahan baku nabati atau bahan bakar nabati (biofuels). Pemerintah serius menggarap program ini secara menyeluruh. Itu ditunjukkan oleh terbitnya Peraturan Presiden No 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden No 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain pada 25 Januari 2006. (Goenadi, 2006).Kelebihan biofuel selain dapat diperbaharui juga bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang cukup sederhana yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan memelihara ternak.

Biofuel diturunkan dari biomassa, yaitu material yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme) Indonesia memiliki banyak sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif sangat cocok diaplikasikan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang mencukupi untuk membudidayakan tanaman penghasil bioenergi.Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk mengatasi permasalahan bahan bakar di Indonesia adalah biodisel. Biodiesel dihasilkan dari minyak nabati, seperti kelapa sawit, Jarak Pagar, Kacang Tanah, Kelapa, dan lain sebagainya. Indonesia, sebagai negara agraria, mempunyai peluang sangat besar untuk mengembangkan biodiesel. Pemanfaatan Minyak Dari Tumbuhan Untuk Pembuatan Biodiesel Indonesia sendiri memproduksi 2 jenis bahan bakar mesin diesel, yaitu solar yang digunakan untuk motor dengan putaran mesin tinggi (lebih dari 1200 rpm) dan minyak diesel untuk motor dengan putaran rendah (kurang dari 500 rpm). Para ahli percaya bahwa karbon dioksida merupakan salah satu gas yang membuat pemanasan global. Penggunaan Biodie sel 100% pada mesin diesel dapat mengurangi emisi gas CO2 sebanyak 75% diatas minyak solar, Biodiesel juga menghasilkan lebih sedikit partikulat, CO, CO2 dan SOx. Semuanya merupakan gas yang menggangu kesehatan masyarakat. (Hendartomo, 2007)Pemerintah menetapkan empat sumber biofuel, yaitu kelapa sawit, singkong, minyak jarak dan tebu. Saat ini yang menjadi fokus utama adalah kelapa sawit dan minyak jarak, ungkap Said D. Jenie, Kepala badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di sela penyambutan rombongan Palm Oil Expedition di Jakarta, ( Magdalena, 2003)Tanaman jarak, kelapa dan kelapa sawit mengandung minyak yang tinggi yaitu di atas 1.600 liter tiap ha. Ketiga tanaman tersebut sangat potensial untuk dikembangkan dan digunakan sebagai bahan baku biodiesel karena memiliki kandungan minyak yang tinggi dan tersedia dalam jumlah cukup melimpah, dan ditambahkan lagi oleh . Soeseno (2007) bahwa, tanaman yang cocok untuk pengembangan biofuel adalah rapeseed yang mampu mencapai produktivitas 3-3,5 ton per hektar dan ini dapat dicapai oleh tanaman kelapa sawit.

Propinsi Kalimantan Timur terletak di sebelah paling timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya propinsi ini berbatasan langsung dengan Negara Malaysia di sebelah utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah timur, Kalimantan Selatan di sebelah selatan, dan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah barat.Kalimantan Timur dengan luas wilayah 245.237.8 km atau seluas satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, terletak antara 11344 Bujur Timur dan 11900 Bujur Barat serta diantara 424 Lintang Utara dan 225 Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 9 (sembilan) kabupaten, 4 (empat) kota.

Kesembilan kabupaten tersebut adalah Pasir dengan ibukota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota Tanjung Selor dan Nunukan dengan ibukota Nunukan, dan Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam. Sedangkan keempat kota adalah Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Bontang. Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur.

Melihat masih banyaknya lahan yang belum tergarap secara maksimal maka daerah ini layak untuk pengembanangan perkebunan kelapa sawit untuk pemenuhan kebutuhan biofuel.

KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BIOFUEL

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah berencana menanam kelapa sawit seluas 500.000 hektar per tahun. Kalimantan terpilih menjadi salah satu lokasi penanaman berdasarkan alasan potensi dan luas areal tanaman (anonimb, 2007) Program pemerintah pusat selaras dengan proyek satu juta hektar kelapa sawit di Kalimantan Timur (Kaltim). Realisasi program tersebut tidak langsung diterapkan dalam waktu singkat, tetapi bertahap selama 15 tahun. Dari data Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, luas perkebunan sawit di Kalimantan Timur saat ini mencapai sekitar 159.078 hektar. Luas kebun sawit yang sudah berproduksi mencapai sekitar 95.130 hektar, sedangkan yang masih belum berproduksi seluas sekitar 63.648 hektar dan tanaman rusak seluas 300 hektar.

Perinciannya, kebun terluas ada di Pasir mencapai sekitar 56.074 hektar. Luas kebun yang sudah berproduksi mencapai 44.828 hektar dan yang belum berproduksi mencapai 11.246 hektar. Di Penajam Pasir Utara, luas lahan yang sudah berproduksi mencapai 13.524 hektar, sedangkan yang belum berproduksi mencapai 2.618 hektar.

Kabupaten lain yang mempunyai lahan sawit cukup luas adalah Kabupaten Kutai Timur dengan luas kebun yang sudah berproduksi mencapai 18.556 hektar, sedangkan yang belum berproduksi mencapai 17.374 hektar.

Di Kabupaten Kutai Kartanegara, luas kebun yang sudah berproduksi mencapai 10.284 hektar dan yang belum berproduksi mencapai 9.738 hektar. Sisanya tersebar di sejumlah kabupaten seperti Berau, Nunukan, dan Kabupaten Kutai Barat.Menurut Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Perkebunan Kalimantan Timur Sitti Hidayah,. Saat ini jumlah pabrik yang sudah beroperasi tujuh unit dan ditambahkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Pasir Musni Japrie di kabupaten pasir , terdapat tiga pabrik minyak sawit (PMS) yaitu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII, yakni PMS Long Pinang, PMS Semuntai, dan PMS Long Kali. Kapasitas produksi ketiga pabrik minyak sawit tersebut adalah 150 ton per jam dan selama ini berjalan normal.Minyak kelapa sawit berasal dari buah tumbuhan tersebut, yang satu tandannya bisa mempunyai berat sekitar 40-50 kg. Seratus kilogram dari bibit minyak ini bisa menghasilkan sekitar 20 kg minyak.

Satu hektar kelapa sawit dapat menghasilkan 5.000 kg minyak mentah, atau hampir 6.000 liter minyak mentah (JourneytoForever)Produksi minyak kelapa sawit ditargetkan 20 - 25 ton/tandan buah segar/Ha/tahun atau 4 - 5 ton/ha minyak kelapa sawit.Kelapa sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak terefesien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya sebagai biodiesel karena secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah menjadi CPO (Crude palm oil) dan inti (kernel) yang dapat diolah menjadi PKO (palm kernel oil)

Produk-produk turunan minyak sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel diantaranya CPO, CPO low grade, PFAD dan RBD (Hambali, dkk, 2007) Akan tetapi, biaya produksi biodiesel tergantung pada harga bahan baku. Jika harga CPO tinggi, maka harga jual juga akan mahal. Kalkulasi BPPT, dengan harga CPO Rp 3.000 per kilogram, maka biaya pengolahan Rp 1.000 per kilogram, ditambah pajak, biaya transportasi, dan marjin keuntungan pengusaha, harga bersih biodiesel Rp 4.455 per liter. Harga ini lebih tinggi dari harga jual Pertamina yang sebesar Rp 4.300 per liter.

Selain itu, biaya produksi juga tergantung pada kapasitas produksi. Semakin besar kapasitas produksi, semakin kecil biaya pengolahan per liter biodiesel.

Pada kapasitas produksi pabrik sebanyak 3.000 ton per tahun, biaya pengolahan Rp 1.000 per kilogram. Namun, jika kapasitas produksi 30.000 ton per tahun, biaya pengolahan turun menjadi Rp 800 per kilogram, dan 100.000 ton per tahun menjadi Rp 600 per kilogram.

Saat ini, harga jual biodiesel bersaing dengan harga solar di Mid Oil Platts Singapore (MOPS). Apabila harga jual biodiesel dalam negeri lebih tinggi, maka lebih untung bagi pemerintah mengimpor solar pada harga MOPS.

Namun, jika industri biodiesel berkembang dan biaya produksi bisa terus ditekan, nilai positif yang bisa dipetik oleh pemerintah bukan hanya pada efek berantai yang tercipta, tetapi juga menghemat belanja negara. (Anonimc, 2007) Data Departemen Perdagangan menyebutkan bahwa produksi CPO selama Januari-Mei 2007 mencapai 6,4 juta ton. Sebanyak 4,5 juta ton diekspor dan sisanya 1,9 juta ton diserap pasar domestik.TANTANGANSejauh ini di Indonesia belum ada pabrik minyak sawit yang juga memproduksi biodiesel secara komersial. Produksi biodiesel dari minyak sawit masih berskala laboratorium dengan penggunaan terbatas, seperti dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Puspitek Serpong, atau pabrik percontohan biodiesel milik Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara. (anonima, 2007). Kurangnya promosi baik di dalam maupun di luar negeri serta kurangnya dukungan infrastruktur dalam rangka menunjang kelancaran pendirian pabrik dan pemasaran hasil produksi.

Dengan rencana pengembangan lahan untuk industri biodiesel, maka akan terjadi perubahan orientasi pasar dari ekspor menjadi domestik. HAMBATAN

Teknologi dan keuangan pemerintah Indonesia baru mampu untuk membangun pabrik berkapasitas 3.000 ton per tahun. Nada pesimistis juga terkait dengan pembukaan lahan hutan untuk perkebunan sawit yang dapat memunculkan masalah kepemilikan lahan dan konservasi hutan. Polusi asap akan semakin meningkat jika pembukaan lahan dilakukan dengan cara pembakaran. Belum lagi masalah hilangnya keberagaman hayati. Direktur Indo Biofuel Duposa Paulus Tjakrawan mengemukakan, permintaan BBN domestik masih rendah karena belum didukung kebijakan pemerintah. Pemerintah perlu menerbitkan aturan yang mewajibkan penggunaan BBN domestik.

HARAPAN

Harapannya konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak akan mengganggu ketersediaan minyak sawit untuk pangan dan oleosin pada masa akan datang.

Teknologi proses yang kita miliki masih dapat ditingkatkan lagi efektivitas dan efisiensinya. Begitu pula dengan harga bahan bakar nabati, di pasaran harga BBN masih belum dapat bersaing dengan harga fosil fuel.

Adanya skema kebijakan yang kondusif bagi investor untuk memulai usaha ini.Target pemerintah menambah 6 juta hektar lahan kelapa sawit untuk menghasilkan 22,5 juta kiloliter biofuel selama lima tahun dan menciptakan 3 juta hingga 5 juta lapangan kerja merupakan pekerjaan superbesarDi perkebunan kelapa sawit, misalnya, lahan 2 hektar membutuhkan 1 tenaga kerja. Artinya, untuk 1 juta hektar berpeluang bagi 500.000 orang.Untuk pengolahannya, satu pabrik biodiesel yang berkapasitas 3.000 ton per tahun membutuhkan setidaknya 30 tenaga kerja. Semakin besar kapasitas pabrik, semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan.

Sampai April 2007, kapasitas produksi BBN sebesar 520.000 ton per tahun untuk biodiesel.Peningkatan aktivitas penelitian pada teknologi pembibitan supaya kita mampu menghasilkan bibit kelapa sawit yang unggul dan mampu memenuhi kebutuhan pasokan bibit kelapa sawit Indonesia , produk kelapa sawit yang dihasilkan dari bibit yang berkwalitas, akan mampu meningkatkan produk CPO per satuan luasnya.

Peningkatan pelayanan bagi proses perijinan, perbaikan pada bidang ini akan mampu menurunkan biaya produksi.PELUANGBerdasarkan data tahun 2006, Indonesia telah menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara negara tetangga kita Malaysia yang selama ini berada pada posisi no.1, saat ini berada pada posisi ke-2 dengan total produksi sebesar 15.8 juta ton (sumber: pidato sambutan kepala BPP Teknologi & berkas sambutan menteri perindustrian RI). (Udrekh, 2005). Ini berarti 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, di mana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010.Bagi Indonesia, areal tanaman kelapa sawit seluas lebih dari lima juta hektar saat ini merupakan kekuatan yang luar biasa dalam menjamin ketersediaan bahan baku biofuel secara berkelanjutan. Dalam kerangka kebijakan komoditi nasional, produksi BMS menjadi salah satu opsi pengendali harga minyak sawit mentah (CPO) ketika pasokannya berlimpah dan harga tertekan. tekno-ekonomi biodiesel berbasis minyak sawit (BMS) (Goenadi, 2006)PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) produsen pupuk urea terbesar nasional berencana menggarap industri biofuel (biodisel dan bioetanol) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).Rencana pembangunan pabrik CPO tersebut akan terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit Diperkirakan, kebutuhan lahan kelapa sawit mencapai 60.000 hektare. Untuk kepastian lahannya, PKT telah bekerja sama dengan Pemprov Kutai Timur dalam pengadaan lahan dan juga menjajaki lokasi-lokasi lahan lain di luar Kaltim. Dari kebutuhan lahan sekitar 60.000 hektare tersebut, PKT diprediksi akan mendirikan sekitar 10 pabrik pengolahan CPO berkapasitas 30 ton per jam per pabrik secara bertahap. Sementara itu, total investasi pabrik CPO baru tersebut diperkirakan akan mencapai Rp10 miliar. Anonim, mediaindonesia. Melihat tren penggunaan biodiesel yang akan meluas di masa mendatang, sejumlah pelaku industri minyak sawit nasional berencana menanamkan investasi baru untuk pabrik (plant) biodiesel. KESIMPULAN

Kalimantan Timur merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman kelapa sawit.

Kelapa sawit merupakan salah satu tanamaan alternatif sebagai sumber biofuel di masa yang akan datang.DAFTAR PUSTAKAAnonim. www.mediaindonesia.com.

Anonim. 2004. www.journeytoforever.com/biodiesel.2004

Anonima. 2007. http://www.bppt.go.id/ - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Powered.Anonimb. 2007. Harian Kompas, 5 Agustus 2007.

Anonimc. 2007. Harian Kompas Rabu, 14 Maret 2007

Goenadi, DH. 2006. Harian Republika Sabtu, 25 Februari 2006. Hambali, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka. Jakarta. 110 hlm.Hendratomo, T. 2007. Pemanfaatan Minyak dari Tumbuhan untuk Pembuatan Biodiesel. Yogyakrta. 13 hlmMagdalena, M, 2003. Sinar Harapan 2003.Udrekh, 2005.Peneliti Indonesia Energi Institute (INDENI), Peneliti BPP Teknologi.

Soeseno, I. 2007. Harian Kompas 16 juni 2007.