novelku
TRANSCRIPT
Sinopsis
Apakah ini dosa, apakah ini sebuah ketidak moralan jika memang aku menyukaimu
saat pertama kali aku melihatmu walau hanya berupa fatamorgana yang berasal dari
gudang foto yang termuat di majalah kehidupan fotografimu. Aku sadar akan
kejanggalan itu namun apa yang bisa aku perbuat, aku hanya merasakan apa yang
kurasa dan melakukan apa yang kuanggap benar di hatiku tanpa melanggar kodrat-
kodrat dalam berkomunikasi, begitu sulitnya diriku hanya ingin mengenalmu mulai
dari mencari apa yang bisa kucari, semua kutelusuri di dunia maya. Walaupun
kudapat namun hanya selingan informasi yang tak pasti mengenaimu, semakin aku
mencari informasi tentangmu perasaan ini semakin kuat karenamu. Entah mengapa
bagaikan aku melihat seseorang yang sangat ku kenal namun tak perah bertemu.
Namun aku mengenal wajah itu, keceriaan itu.
Aku memulai dengan mengomentari hal-hal yang engkau lakukan, terlebih aku
mengharapkan balasan dari perihal tersebut. Dan ketika pesan surauku engkau balas
dengan hangat dan tak dingin sedingin es di kutub selatan aku mulai sedikit berharap
akan semua yang kurasa.
Namun aku juga heran dengan diriku sendiri kenapa bisa, hal tersebut ada dan
kurasakan nyata. Seraya aku merasa aneh terhadap diriku sendiri, semua yang
kurasakan mulai ku ceritakan kepada sahabat-sahabatku tentang kejanggalan hal
tersebut. Sejujurnya aku ingin memulai semua dengan sentuhan Bismillah. Karena
semua hal berawal dari sana.
Kejanggalan pada diriku yang kurasa padanya kuceritakan pada sahabat dan
temanku, dan merak meyakini inilah saat Dimana kau jatuh cinta, karena cintamu
sudah lama tak terasa dan sudah mulai ada benih yang mulai tumbuh di hatimu. Aku
tetap bersua ini hal aneh. Temanku menguatkan praduganya bahwa memang cinta
itu aneh, tak terduga namun terasa.
Apa yang harus aku lakukan terhadap perasaan ini, kau hanya perlu membuktikan
padanya jika kau memang menyukai dan bersungguh-sungguh akan cintamu
sahabatku. Ingat cinta itu perlu kejujuran agar tak menyesal nantinya.
Setelah mendengar hal tersebut mulailah aku mencari teman temanya, aku mulai
dengan seorang gadis perantauan dari luar Jawa yang menjadi sahabat karip-nya.
Aku mulai bertanya mengenai gadis yang kusuka pada sahabatnya dengan
menunggu ketidak pastian akan balasan jawabanku itu.
Karena mungkin mereka mengira aku hanya seorang penccari sensasi, pencari
wanita tanpa adanya keseriusan. Namun mereka salah. Aku merasakan dirinya itu
ada dihatiku. Namun apa yang bisa aku lakukan. Aku bukan siapa-siapa di dunia ini.
Lalu sahabatnya tanpa kusadari mulai membalas pertanyaanku dengan jawaban yang
malah membuatku bertanya ulang lagi.
Apa ada yang salah dengan pertanyaanku itu, pertanyaan yang dimulai dengan,
bahasa salam, lalu menanyakan hal inti seperti halnya kalimat utama-utama pada
sebuah paragraf. Apa pertanyaanku terlalu naif atau terlalu berani yang memang
berbunyi, sudah punya pacarkah dia ?
Awal pertanyaan ini karena aku tahu, aku harus mengalah akan perasaan ini jika dia
memang berbahagia dengan yang lain. aku tak layak mengoyak seseorang yang
belum mengenalku, dengan berani masuk ke dalam lingkaran cinta seseorang.
Lalu apa yang terjadi, sehari, dua, tiga sampai empat hari aku menunggu jawaban
sahabatnya di media sosial ternama di dunia. Namun tak kunjung ada kabar.
Mungkin dia sibuk pikirku, aku tak siapa-siapa ini berani sekali mengganggu
manusia modern di jaman sekarang ini.
Aku mulai berpikir mungkin harus mencari sahabat lainnya. Aku mulai dengan
mencari siapa lagi sahabat yang dekat dengan seseorang yang membuat diriku ini
tak kerasan berdiam tanpa mempikirkanya. Lalu aku mendapatkan salah satu
sahabatnya.
Aku juga memulai bertanya dengan hal yang sama, dengan salam dan bertanya tanpa
basa-basi. Karena mungkin dia sibuk lebih baik aku bertanya langsung tanpa harus
menyita waktunya terlalu lama, lalu beberapa menit kemudian aku mendapatkan
balasan tentang pertanyaan, sudah punya kekasihkah sahabat mbak ? sahutnya. Mas
lebih baik tanya langsung, sahutku bagaimana bisa bertanya jika aku tak menjadi
teman di media sosialnya. Dan apakah dia mengenalku, tidak mbak jawabku. Dia
mengenalku hanya dari komentar yang ku jejalkan di salah satu fotonya. Yang
tertulis, mbak, baru lulus 10 minggu lalu ya, dan dia menjawab iya mas
Alhamdulillah. Dan saat itu juga setiap pertanyaanku tak lagi dijawab oleh
sahabatnya itu.
Apakah ada yang salah tentang curhatanku ini, apa hal ini dianggap tak lazim bahwa
menyukai, dan terasa hal yang aneh pada seseorang itu tak hanya milik seorang
teman atau dikenalkan. Hal yang disebut dengan “ Perasaan “ itu muncul entah dari
mana arahnya, tempatnya semua tak terkira.
Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa “ada kisah ada seorang anak manusia, yang
jatuh dia bangkit lagi, dan dia terjatuh lagi, dan dia bangkit lagi. Walaupun berkali
kali jatuh dia memilih untuk hidup dan terus bangkit dari kesedihanya”. Filosofi ini
yang membuatku tegar dan memilih untuk terus mencarimu, walaupun tak pasti
hasilnya. Namun aku akan bangga akan semangat dan keteguhanku. “Karena jika
perasaan ini memang berbeda dari yang lain maka sudah kodratnya diperjuangkan”.
Sekali Lagi aku mencari sahabatnya di instagramnya. Ku dapatkan walau harus lelah
mencarinya . karena memang sudah hakikatnya jika kita menginginkan sesuatu kita
harus bersusah payah dibuatnya.
Aku mulai memfollow sahabatnya itu, dan tak lama kemudian dia menerimaku
sebagai temannya, tak menunggu lama aku memulai dengan bertanya seperti yang
kemarin, kemarin. lalu aku langsung ditanggapinya, entah mengapa dia begitu baik
mungkin dia memang memegang prinsip bahwa orang Jawa jika ditanyai maka dia
akan menjawab, jika awal pertanyaan bersifat baik. Mungkin itu gambaranya. Lalu
aku bertanya tentang gadis yang membuatku Melo beberapa hari ini. Dan dia
menjawabnya dengan baik dan menjawab hal yang kutunggu-tunggu. Disaat
bahagia itu muncul ketika aku tau bahwa dia memang belum memiliki tambatan
hati. Namun disisi lain aku juga berfikir, aku itu siapa orang yang tak dikenal berani
masuk di hidupnya. Kau itu bukan apa-apa. Aku mulai termenung dengan gelagaku
itu. Apa hanya ini keberanianmu anak muda. Sahut hati kecilku bersua. Kemarin
kau dengan semangat berapi-api ingin berkenalan dengannya. Namun ketika ada
kesempatan kau hanya melewatkanya begitu saja. Sungguh ironi sekali.
Aku bukan orang yang mudah menyerah karena sisi lainku berkata seperti aku tak
pantas untuk berani menjadi temanya. Namun aku hanya ingin dekat dengannya
walau semua anganku musnah. Namun aku kan selalu mendoakan yang terbaik
untuknya, karena kebahagian miliknya itu lebih baik dari pada aku harus
menggangunya.
Ketika mengalami hal tersebut, kembali aku mencari nasihat kepada sahabat-
sahabatku apa yang harus aku lakukan. Sahabatku menjawab, kamu ludah tau kalau
dia belum memiliki kekasih lantas kau tak berani berkenalan dengannya. Berapa
hari lalu kau bersemangat untuk ingin mencari informasi tentangnya, ketika kau
dapat kau mundur dengan cepat, berjuang untuk mendapatkan cinta. Perjuangan itu
tak harus selalu memikirkan hasilnya. Namun kejujuran serta semangatmu itu yang
harus kau ikat pada setiap darah yang beredar di tubuhmu.
Dengan tak berkata apapun aku kembali bertanya kepada temanya, apa boleh mbak
saya meminta kontaknya. BB atau yang lain namun dengan catatatan saya mohon
mbak tanya terlebih dahulu jika manusia dari dunia lain ini ingin meminta
kontaknya.
Setelah menunggu dengan perasaan tak tentu, kudapatkan jawaban dari temanya
yang mengecewakanku saat itu juga. “Maaf mas tidak dikasih”. Dengan hati besar
aku berterima kasih kepada temannya itu karena mau bersusah payah bertanya
kepadanya.
Apa hanya ini akhir kisahku, apa Tuhan belum mengijinkanku untuk dekat dengan
orang yang ku puja. Aku berdiri aku tau Tuhan pasti mengujiku lagi dengan hal-hal
yang tak pernah kubayangkan seperti itu. “Karena jika memang perasaan ini nyata
patutlah diperjuangkan karena inilah hakikatnya.”
Aku tak menyerah hanya dengan hasil seperti itu, aku mulai berfikir langkah apa
yang harus ku tempuh untuk bisa langsung berkomunikasi dengannya, tak setiap
waktu dia membuka instagram, tak pula dia memfollow twitterku. Apa ada media
sosial lain, aku mulai mencari di Path, salah satu media sosial yang ngetrend bagi
anak muda sekarang ini. Dan akhirnya aku mendepakan nama wanita itu, tak berfikir
panjang dan berucap Bismillah dalam hatiku aku ingin menjadi sahabatnya di Path.
Tak lama kemudian aku menjadi temanya, dan aku berfikir ini jalan satu-satunya
untuk bisa berkomunikasi dengan wanita yang membuatmu tidur tak nyenyak
belakang hari ini, bahkan selalu terlintas wajahnya, walaupun hanya wajah-wajah
foto yang kulihat dari album instagram.
Lalu aku mulai berucap salam dan memanggil namanya, dan dia membalas hal itu,
kurasa perasaanku semakin menguat karena kata-kata yang kutunggu muncul di
layar smartphoneku. Lalu aku mulai mengawali pembicaraan terkait hal lain agar
dia tak bosan kepadaku, karena aku bukan siapa-siapa. Teman dari temannya juga
bukan.
Mbak mungkin tidak tau tentang saya, seorang yang berasal dari dunia lain
sahutku.dan dia menjawab bukanya ini mas yang tanya mbak yang lulus 10 minggu
yang lalu ya. Lalu aku hanya tersenyum dibuat dia masih ingat namaku dan nama di
instagram itu sama.
Setelah itu aku mulai bingung apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku
perbuat, dan apa yang harus kumulai ?