nova aryanto
DESCRIPTION
AryantoTRANSCRIPT
i
PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES
PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15
di KOTAMADYA SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program
Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik
Disusun oleh:
Nova Aryanto Wijoyo
S 590 902 003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nova Aryanto Wijoyo
NIM : S. 590902003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PERBEDAAN
TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR
SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA adalah
betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2014Yang membuat pernyataan,
Nova Aryanto Wijoyo
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat yang
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaian tesis dengan judul
PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES
PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA
SURAKARTA
Tesis ini disusun sebagai untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk persyaratan
mencapai Derajat Magister.
Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM selaku dekan
fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan spesialisasi Ilmu
Kesehatan anak.
3. Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, MS selaku direktur program pasca sarjana yang
telah memberi kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan mengadakan penelitian di
dalam lingkup Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM, selaku Ketua Program studi Kedokteran
Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret surakarta
5. Endang Dewi lestari,dr, SpA(K), MPH selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk mengikuti program Magister di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku pembimbing metodologis.
Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program
Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk pembuatan tesis penelitian ini.
7. Dra. Suci Murtikarini, MSi selaku pembimbing substansi yang dengan
kesabarannya memberi masukan tesis ini sehingga menjadi lebih baik.
8. Kepala sekolah, guru dan orang tua murid SD Negeri Mangkubumen 15
Surakarta yang telah memberi ijin dan membantu jalannya penelitian ini.
9. Orang tua penulis dr. Oriono Rahardjo, SpA dan dr.Dyah Laksmi
Sumiarsih yang dengan kesabaran dan kasih sayang telah membesarkan,
membimbing dan mendidik sehingga penulis dapat mencapai jenjang
pendidikan seperti sekarang, semoga Allah SWT memberikan balasan
yang sebaik-baiknya
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis penelitian ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran dari pembaca kami harapkan sehingga lebih sempurna.
Surakarta, Oktober 2014
Penulis
Nova Aryanto Wijoyo
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL……………………………………...……………... i
HALAMAN PENGESAHAN………………...………………………… ii
BERITA ACARA……………………………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………… v
DAFTAR ISI……………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..… xi
ABSTRAK……………………………………………………………….. xii
ABSTRACT……………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
2. Rumusan masalah……..………………………………………. 5
3. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
4. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
BAB II. KAJIAN ILMU......................................................................... 7
1. Obesitas...................................................................................... 7
a. Definisi.................................................................................... 7
b. Kriteria obesitas....................................................................... 7
c. Epidemiologi .......................................................................... 10
d. Patogenesis dan etiologi.......................................................... 11
e. Dampak obesitas..................................................................... 12
2. Inteligensi................................................................................... 13
a. Definisi intelgensi................................................................... 13
b. Fase Perkembangan inteligensi……..………………………. 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi…..………….. 22
d. Pengukuran dan Tingkat Inteligensi……………………........ 24
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
3. Perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes… 26
4. Kerangka konsep..………………………………….…………. 28
5. Hipotesis…….…….……………………………….………….. 29
BAB III METODE PENELITIAN………….………………………….. 30
1. Desain penelitian……………………………………………… 30
2. Tempat dan Waktu……………………………………………. 30
3. Populasi……………………………………………………….. 30
4. Subyek dan cara pemilihan subyek…………………………… 30
5. Besar subyek…………………………………………………... 31
6. Identifikasi variable penelitian………………………………… 32
7. Definisi variabel operasional penelitian….….………………… 32
8. Izin subyek penelitian…….…………………………………… 37
9. Alur penelitian………………………………………………… 38
10. Pengolahan data………………………………………………. 39
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN… 40
1. Hasil penelitian………………………………………………... 40
2. Pembahasan…………………………………………………… 47
3. Kelemahan penelitian…………………………………………. 56
4. Kelebihan penelitian…………………………………………. 57
BAB V. PENUTUP……………………………………………………... 58
1. Simpulan…………………...…………………………………. 58
2. Saran…………………………………………………………... 58
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 60
LAMPIRAN.............................................................................................. 67
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka konsep.................................................................................28
Gambar 2. Alur Penelitian.....................................................................................38
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak............................................................ 9
Tabel 2. Skor tes Intelligence Quotient (IQ)............................................... 26
Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan.......................................................... 39
Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ .............. 40
Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ................ 41
Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ.................................... 41
Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ............................... 42
Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ.................. 42
Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ .......................................... 43
Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ........................................................... 44
Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ 44
Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ............... 45
Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ ........ 45
Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ ............ 46
Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes ......... 46
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelaikan etik........................................................................... 67
Lampiran 2. Surat Keterangan Pengambilan Data ...................................... 68
Lampiran 3. Persetujuan Penelitian............................................................. 69
Lampiran 4. Formulir Wawancara Untuk Anak ......................................... 70
Lampiran 5. Formulir Kuesioner untuk orang tua murid............................ 73
Lampiran 6. Formulir penghasilan keluarga ............................................... 75
Lampiran 7. Daftar Subyek penelitian ........................................................ 76
Lampiran 8. Hasil olah data SPSS 16 ......................................................... 80
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKATINTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJARSEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Tesis.Pembimbing I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini,Msi. Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik ProgramPasca sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Obesitas dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak yang selanjutnya dapatmenyebabkan perubahan tingkat inteligensi. Penelitian ini bertujuan menganalisisperbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes pada anak usia 6-12tahun di Sekolah Dasar Negeri 15 di kotamadya Surakarta. Desain penelitian inimerupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui perbedaan tingkatinteligensi pada anak obes dan tidak obes. Teknik sampling yang dipakai adalahpurposive sampling. Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantungdilakukan secara bivariat menggunakan uji Chi-square atau uji Fisher. Analisisbivariat obes dan tidak obes dalam skala numerik dilakukan dengan uji tberpasangan. Dari 60 anak yang ikut serta dalam penelitian 63,9% berjeniskelamin laki-laki dan 36,1% berjenis kelamin perempuan. Hasil dari karakteristikdasar didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkatinteligensi cerdas sebesar 11,5%, sementara prevalensi anak tidak obes dengantingkat inteligensi cerdas sebesar 37,7%. Dari segi pendapatan orang tua dengankatagori menengah pada anak yang memiliki tingkat inteligensi cerdasmempunyai prevalensi sebesar 16,4%, sementara dari segi pendidikan orangtuadengan katagori sarjana yang memiliki anak dengan tingkat inteligensi normalhingga cerdas mempunyai prevalensi sebesar 67,2%. Dari hasil analisis regresilogistik terdapat pengaruh positif penghasilan orang tua (b= 0,565; 95% C.I =0,297-10,413; p = 0,533), pendidikan orang tua (b= 0,466; 95% C.I =0,380-6,679;p = 0,524) , aktifitas fisik (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826), polamakan lebih dari 3 kali terhadap IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p=0,228).Dari uji beda mean didapatkan beda mean= 1,858 dengan CI 95% (-2,05– 5,76) p= 0,345 Simpulan : Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan tidak adaperbedaan signifikan pada tingkat inteligensi anak obes dan tidak obes.
Kata kunci : obesitas, anak-anak, inteligensi
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKATINTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJARSEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Thesis.Supervisor I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini,Msi. Medical Family Study Program, Post Graduate program, Special interestBiomedical science, University of Sebelas Maret, Surakarta.
Obesity can affect a child's cognitive abilities which in turn can lead to changes inthe level of intelligence. This study aimed to analyze the differences between theintelligence levels of obese and nonobese children in children aged 6-12 years inState Elementary School 15 in the municipality of Surakarta. The design of thisstudy is a cross-sectional study to determine differences in the level of intelligencein obese and nonobese children. The sampling technique used was purposivesampling. Analysis of independent variables on the dependent variable inbivariate performed using Chi-square or Fisher's exact test. Bivariate analysis inobese and nonobese nominal scale is done by paired t test. Of the 60 children whoparticipated in the study 63.9% were male and 36.1% female. Results Frombaseline characteristics showed that the prevalence of obese children to have alevel of intelligence of the intelligent by 11.5%, while the prevalence of obesechildren with a level of intelligence does not intelligently by 37.7%. In terms ofparental income with a secondary category in children who have a level ofintelligence of the intelligent have a prevalence of 16.4%, while in terms of thecategories of parental education scholars who have children with normalintelligence to intelligent level has a prevalence of 67.2%. From the results oflogistic regression analysis found a positive effect of parental income (b= 0,565;95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533), parental education (b= 0,466; 95% C.I=0,380-6,679; p = 0,524), physical activity(b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p= 0,826) , eating more than 3 times the IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p=0,228). Mean difference test found the mean difference= 1.858 95% CI(-2.05 -5.76) p = 0.345 Conclusion: From this study it can be concluded there was nosignificant difference in the level of intelligence of obese and nonobese children.
Keywords: obesity, children, intelligence
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai
dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas saat ini
sudah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan
bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah
merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (WHO,2000).
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya
hidup yang menjurus ke westernisasi berakibat pada perubahan pola makan atau
konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak
dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji ( fast food ) yang
berdampak meningkatkan risiko obesitas (Subardja dkk, 2010).
Prevalensi obesitas pada anak dan remaja saat ini meningkat secara
dramatis. Hal ini disebabkan oleh adanya industrialisasi dan globalisasi yang
mengakibatkan perubahan pola masukan makanan, komposisi, ketersediaan dan
harganya telah mengubah pola hidup yang ada (Subardja dkk, 2010).
Perkembangan kemajuan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor yang
telah memudahkan mobilitas dan berbagai media elektronika memberi
dampak berkurangnya aktifitas fisik yang akhirnya mengurangi keluaran energi
(Syarif, 2010, 2003, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Data dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan
prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di amerika tahun 2008 adalah
14,6%, sedangkan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun meningkat
dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (CDC, 2009;
Yanovski, 2007). Prevalensi anak usia sekolah dengan overweight di negara
berkembang paling banyak di dapatkan di amerika latin dan karibia (4,4%),
kemudian afrika (3,9%), dan asia (2,9%). Tetapi secara mutlak jumlah terbesar
ada di asia karena lebih dari 60% (atau 10,6 juta jiwa) tinggal di kawasan ini (de
Onis, 2000).
Di indonesia prevalensi obesitas menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah laki-
laki, serta 6,4% untuk anak usia sekolah perempuan. Prevalensi obesitas anak usia
sekolah di jawa tengah sebesar 6,6% untuk anak laki-laki dan 4,6% untuk anak
perempuan (RISKESDAS, 2007). Prevalensi obesitas pada anak SD di
Yogyakarta sebesar 7,9% perempuan dan 12,6% pada laki-laki (Himmah, 2005).
Sedangkan prevalensi obesitas untuk anak SLTP di Yogyakarta sebesar 4,9%
(Hidayati dkk, 2006). Prevalensi obesitas di semarang sebesar 12,1% (Mexitalia,
2004). Di SD Bromantakan Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7% (Hidayah,
2007).
Penumpukan lemak regional khususnya pada segmen tubuh bagian atas
merupakan prediktor yang lebih baik daripada IMT untuk komplikasi yang terkait
dengan obesitas, seperti hipertensi, diabetes, obstructive sleep apneu, dan
penyakit kardiovaskuler ( Martinho et al, 2008). Beberapa peneliti telah menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
hubungan antara lingkar pinggang dengan IMT dan telah dibuktikan bahwa
lingkar pinggang berkorelasi baik dengan IMT dan total lemak tubuh, serta
berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler (Bigaard et al, 2005; Jansen
et al, 2004; Wang, 2003).
Ada banyak metode yang dipakai untuk menentukan obesitas, beberapa
teknik bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, rasio lingkar pinggang dan
lingkar pinggul, akan tetapi pengukuran tersebut tidak selalu dapat dipraktekkan,
khususnya jika musim dingin, kondisi sibuk, atau pada praktek pribadi harian
(Ben-noun et al, 2001). Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan
untuk menentukan obesitas pada anak dan orang dewasa adalah Indeks Massa
tubuh (IMT) yang didefinisikan sebagai berat badan individual dalam
kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (IMT = kg / m2) Akan tetapi
disamping popularitas dan kemudahannya sebagai alat antropometris, Indeks
Massa Tubuh memiliki beberapa kelemahan yaitu penghitungannya tidak
menunjukkan variasi distribusi lemak yang ecara alamiah berbeda antar individu
dan populasi (WHO, 2000). Salah satu metode yang akurat untuk menentukan
ditribusi lemak tubuh adalah computed tomography scan (CT Scan) dan Magnetic
resonance Imaging (MRI). Akan tetapi metode ini kurang sesuai karena mahal
dan resiko terpapar radiasi (Cole dan Chacera, 2002).
Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua,
lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas
hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan
status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan
kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan
tingkat kesejahteraan yang rendah (Engle PL, Black MM. 2008 ; Santos, et al
2008).
Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas
fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas
dan berat badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
anak, pada penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ
membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan
lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi
lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta
karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah
akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta tingkat
inteligensi yang kurang (Yanfeng,et al 2008, Huang F, Lee MJ 2007).
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti
yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi berkaitan
dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan (Dunbar RI, Shultz S.
2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang
biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran
kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya
berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai
taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara
keseluruhan ( Dunbar RI, 2007).
Istilah Inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stern.
Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada saat itu, dan ternyata
masih juga di Indonesia saat ini. Inteligensi ini terletak di otak bagian korteks.
Inteligensi adalah sebuah kemampuan yang memberikan individu untuk
berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi
(De Young CG. 2011; Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Pal HR,2004 ).
2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Menganalisis perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes.
b. Tujuan khusus
i. Mengidentifikasi tingkat inteligensi pada anak usia 6-12 tahun.
ii. Menilai status antropometri anak usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri
15 di kotamadya Surakarta.
4. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Manfaat bidang akademik
Memberi masukan bidang ilmu kesehatan anak tentang perbedaan tingkat
inteligensi antara anak obes dan tidak obes.
b. Manfaat bidang pelayanan
i. Bagi petugas kesehatan dapat mengetahui tingkat Inteligensi pada anak
obes.
ii. Bagi orang tua murid dapat memperkirakan tingkat Inteligensi putra-putri
mereka yang mengalami obesitas.
c. Manfaat di bidang kedokteran keluarga
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, tingkat inteligensi
pada anak obes serta dapat memberi masukan kepada orang tua yang putra-
putrinya mengalami obesitas untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN ILMU
1. Obesitas
a. Definisi
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan terdapatnya
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan
antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang
melebihi keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan
disimpan sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk; 2010
Clement, 2003).
Sebagian besar obesitas pada anak terjadi karena interaksi faktor lingkungan
seperti makan berlebihan dan atau kurangnya aktifitas fisik dengan faktor genetik
(obesitas primer). Hanya sebagian kecil (1%) disebabkan oleh penyakit herediter
familial atau bagian dari suatu penyakit tertentu (obesitas sekunder) (Subardja
dkk, 2010).
b. Kriteria obesitas
Secara klinis anak obesitas mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri yang
khas, antara lain: wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada membusung dengan payudara membesar, perut membuncit disertai
dinding perut yang berlipat-lipat, dan striae abdomen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pada anak laki-laki bisa ditemukan penis yang tenggelam sehingga tampak
kecil (burried penis), dan ginekomastia. Pada kulit bisa didapatkan intertrigo,
dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigrican, serta jerawat. Anak yang obes
dapat mengalami pubertas dini, genu valgum ( tungkai berbentuk X ) dengan
kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat
menyebabkan laserasi kulit (Sjarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010).
Diagnosis obesitas dapat di awali dengan anamnesis, di tanyakan kapan saat
mulai timbulnya obesitas, riwayat tumbuh kembang yang mendukung obesitas
endogen, keluhan mengorok (snoring) saat tidur, dan nyeri pinggul. Riwayat gaya
hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan makan serta aktifitas fisis
(misalnya sering menonton televisi). Riwayat keluarga dengan obesitas menjadi
pertimbangan kemungkinan adanya faktor genetik, disertai dengan adanya resiko
seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan
diabetes melitus tipe 2 (Barlow, 2007; Jenvey VB. 2007).
Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan (Sjarif
dkk, 2010;) :
i. Membandingkan berat badan terukur dengan berat badan ideal menurut
tinggi badan (BB/TB). Disebut obes bila BB/TB di atas persentil 90 atau
>120% di bandingkan berat badan ideal.
ii. Mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan
suprailiaka. Disebut obes bila TLK di atas persentil ke-85.
iii. Menghitung indeks massa tubuh (IMT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
The international obesity task force (IOTF) tahun 1994. WHO tahun 1997,
dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive
Services merekomendasikan indeks massa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran
obesitas pada anak dan remaja (Sjarif,2002). Indeks Massa Tubuh menjadi
petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet
(berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter; Kg / m2 )
( Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004; CDC 2007). Interpretasi IMT tergantung pada
umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak
laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih bila IMT berada pada persentil
ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau
sama dengan persentil ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010).
Klasifikasi BMI menurut umur
Underweight Kurang dari persentil ke-5
Normal Persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85
Overweight Persentil ke-85 sampai dengan kurang dari persentil ke-95
Obesitas Lebih dari Persentil ke-95
Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak (Healthy weight. 2009)
Menurut Subardja dkk, 2010, berdasarkan penyebabnya obesitas dapat
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :
i. Obesitas primer (eksogen): suatu keadaan kegemukan pada seseorang
yang terjadi tanpa sebab penyakit secara jelas, tetapi semata-mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan. Bentuk obesitas
seperti ini paling sering didapatkan pada anak.
ii. Obesitas sekunder (endogen/glanduler): merupakan suatu bentuk obesitas
yang jelas awitannya atau timbulnya bersamaan sebagai bagian dari
penyakit hormonal atau sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Lebih
jarang terjadi pada anak dan hanya merupakan <1% obesitas pada anak.
Obesitas sekunder, dapat berupa lesi struktural atau biokimia yang jelas
seperti akibat kelainan kromosom, organ endokrin, penyakit infeksi, atau
sama sekali sebabnya tidak diketahui.
c. Epidemiologi obesitas.
Prevalensi obesitas pada anak di Amerika meningkat secara dramatis sejak 30
tahun terakhir. Prevalensi obesitas pada umur 10 tahun diantara anak sekolah di
Birmingham adalah 21% pada anak laki-laki, 26%pada perempuan kulit putih dan
masing-masing 38% baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan Afrika
Amerika (Ogden et al, 2006; Styne, 2001).
Prevalensi obesitas di indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah laki-laki, serta
6,4% untuk anak usia sekolah perempuan (RISKESDAS, 2007). Di DKI Jakarta
prevalansi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalansi obesitas
pada umur 6-12 tahun adalah sekitar 4%, remaja 12-18 tahun adalah sebesar 6,2%
dan umur 17-18 tahun adalah sebesar 11,4%. Obesitas pada remaja wanita lebih
banyak daripada laki-laki yaitu 10,2% dibanding 3,1% (RISKESDAS,2007 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Prevalensi obesitas di DI Yogyakarta berdasarkan penelitian yang di lakukan
oleh Himmah R dkk pada anak-anak sekolah dasar di dapatkan 7,9% pada anak
perempuan dan 12,6% pada anak laki-laki (Himmah dkk,2005).Penelitian di
semarang oleh Mexitalia dkk mendapatkan prevalensi obesitas 12,1% (Mexitalia
dkk, 2005).
d. Patogenesis dan Etiologi Obesitas
Berlebihnya ambilan energi dibandingkan dengan keluarannya menyebabkan
peningkatan berat badan dan obesitas disertai peningkatan pengeluaran energi
total. Pengeluaran energi total terdiri dari metabolisme basal, termogenesis
postprandial, dan aktifitas fisis. Di antara ketiga komponen ini, aktivitas fisis
merupakan komponen yang paling praktis untuk diukur (Gahagan S, 2011).
Sebagian besar penyebab ketidak-seimbangan tersebut adalah faktor idiopatik
(obesitas primer atau nutrisional), hanya kurang dari 1% kasus disebabkan faktor
endogen (obesitas sekunder atau non nutrisional) seperti kelainan hormonal,
sindrom atau genetik. Faktor genetik misalnya gen yang mengkode hormon leptin
mempunyai efek baik pada masukan maupun keluaran energi. Terdapat tujuh gen
yang diketahui menyebabkan obesitas pada manusia. Faktor genetik yang
diketahui mempunyai peranan kuat menimbulkan obesitas adalah parental
fatness. Peningkatan resiko pada anak dengan orang tua obesitas kemungkinan
disebabkan pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga (Syarif, 2002;
Ramman,2002). Faktor lingkungan berperan terhadap terjadinya obesitas dengan
mempengaruhi masukan energi dan menurunkan keluaran energi. Penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
energi tersebut antara lain disebabkan karena kekurangan aktivitas fisis akibat
kebiasaan menonton televisi, bermain game, komputer, maupun media elektronik
lain dan penggunaan alat transportasi modern (Nammi et al, 2004).
e. Dampak obesitas
Obesitas dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan penyakit, seperti
hipertensi, diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Ben-
noun et al, 2006; Jolliffe CJ, Janssen I,2006; Martinho et al, 2008). Obesitas dapat
pula menimbulkan gangguan psikososial pada anak, penelitian yang dilakukan
oleh M. Riza dkk didapatkan prevalensi gangguan psikososial pada anak obes usia
sekolah dasar di surakarta sebesar 11,6% (Riza dkk, 2007). Sedangkan pada
penelitian yang yang dilakukan oleh Hidayah dkk didapatkan prevalensi tingkat
kematangan sosial rendah pada populasi anak dengan obesitas lebih tinggi
dibanding dengan anak tanpa obesitas. Anak obesitas mempunyai tingkat
kematangan sosial rendah 2 kali lebih sering dibanding dengan yang lain
(Hidayah dkk, 2007). Selain itu, anak dengan obesitas cenderung lebih sering
mengalami alergi dibanding anak yang tidak obes.
Dari data klinis dan epidemiologis didapatkan bahwa insiden dan keparahan
penyakit infeksi lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001).
Jaringan adiposa juga memiliki keterkaitan dengan modulator dan mediator
respon imun. Salah satunya adalah leptin yang dikatakan meningkatkan proliferasi
dan aktifasi sel T dan menstimulasi produk sitokin (Nead, 2004; Dhurandar, 2001;
Marti, 2001). Sebagai efek dari aktifasi sistim imun tersebut, pada anak dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
obesitas akan memiliki respon imun yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh
Moelyo, pada penelitian yang dilakukan di SD Bromantakan Surakarta didapatkan
anak usia Sekolah Dasar yang obesitas memiliki rerata titer IgG campak
cenderung lebih tinggi dari pada anak tanpa obesitas (Moelyo, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak
obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak
obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024
dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA,
Mayulu N, 2009).
Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di
mana pada penelitian yang dilakukan oleh Yu di Republik Rakyat Cina,
didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes
(Yu ZB, Han SP, Cao XG, Guo X. R. 2010).
2. Inteligensi
a. Definisi Inteligensi
1. Pengertian Inteligensi Secara Etimologis
Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga
berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Definisi
mengenai intelegensi menurut Wechsler mula-mula sebagai kapasitas untuk
mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-
tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan menghadapi lingkungannya secara efektif. (Pal HR, Pal A, Tourani P.
2004)
2. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli.
Alfred Binet mendefinisikan Inteligensi terdiri dari tiga
komponen, yaitu (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009 ) :
i. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan.
ii. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut
dilaksanakan.
iii.Kemampuan untuk dapat mengkritik diri sendiri atau melakukan
autocriticism.
George D. Stoddard menyebutkan Inteligensi sebagai kemampuan
untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan (Gottfredson L,
Saklofske DH. 2009 ):
i. Mengandung kesukaran
ii. Kompleks
iii.Abstrak
iv. Diarahkan pada tujuan
v. Ekonomis
vi. Bernilai sosial
Inteligensi merupakan sebuah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungannya secara
efisien. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.Intelgensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai
suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Kecerdasan intelektual berkaitan dengan keterampilan seseorang
menghadapi persoalan teknis dan intelektual, serta identik dengan faktor
kognitif seseorang. Inteligensi merupakan istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan
masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa,
dan belajar. Istilah inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh
William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada
saat itu, dan masih digunakan di Indonesia saat ini. Inteligensi ini
terletak di otak bagian korteks. Inteligensi adalah sebuah kemampuan
untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi
serta inovasi. (De Young CG. 2011; )
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah
kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional
serta mampu untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-
situasi baru, kemampuan untuk memahami massalah dan
memecahkannya. (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Legg, Hutter,2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Fase perkembangan inteligensi
Struktur kognitif menurut Jean Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003,
disebut juga sebagai skemata (Schemes), yaitu kumpulan dari skema-skema.
Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons
terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini
berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki
struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget
memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.
Inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu (Rauthmann JF. 2009):
a) Struktur
Disebut juga scheme
b) Isi
Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik ketika individu
menghadapi sesuatu masalah.
c) Fungsi
Disebut juga function, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang
mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam
fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi berupa
kemampuan seseorang dalam menyusun proses-proses fisis dan psikis
dalam bentuk sistem-sistem yang koheren. Adaptasi adalah penyesuaian
diri individu terhadap lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan
stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :
i. Asimilasi
Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam
skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau
kemampuan individu untuk mengatasi massalah dalam lingkungannya.
ii. Akomodasi
Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah
terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu
terhadap stimuli lingkungan.
Dalam struktur kognitif setiap individu harus ada keseimbangan antara
asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat
mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus
yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan
dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.
Dengan penjelasan diatas maka dapat diketahui tentang bagaimana terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi
karena adanya proses yang kontinu dari adanya ekuilibrium – disekuilibrium. Bila
individu dapat menjaga adanya ekuilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat
perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Transisi tahap perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
i. Kematangan
ii. Pengalaman fisik / lingkungan
iii. Transmisi sosial
iv. Ekuilibrium
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang
dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini
disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan
menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003,
serta menurut Monks, Knoers, Hadinoto, 2006, mengemukakan ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
i. Tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada
mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia
mulai berusaha untuk mencari obyek yang asalnya terlihat kemudian
menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap
ini ia mulai mencari obyek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Obyek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu
konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia
mulai mampu untuk melambungkan obyek fisik ke dalam simbol-simbol,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dan
lain-lain.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan,
skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang
lebih kompleks. Pada massa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai
konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang
ditangkap dengan inderanya.
ii. Tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.
Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-
tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying),
menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang
(counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada
pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyek-
obyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada
tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami
konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi,
luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan
belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak mulai timbul pertumbuhan
kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat)
di dalam lingkungannya saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
iii. Tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di
Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud
dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan
dan serasi, mampu memandang suatu obyek dari sudut pandang yang berbeda
secara obyek.
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran
logika, tetapi hanya obyek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap
operasional konkrit). Namun, tanpa obyek fisik di hadapan mereka, anak-
anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan
tugas-tugas logika.
Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak telah dapat mengetahui simbol-
simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak
berwujud).
iv. Tahap Operasi Formal : 11 tahun ke atas.
Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif
secara kualitatif. Pada tahap anak ini sudah mampu melakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika.
Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu
melakukan penalaran tanpa harus berhadapan dengan obyek atau peristiwa
yang sedang berlangsung. Penalaran yang terjadi di dalam struktur
kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol, ide-ide,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
abstraksi dan generalisasi. Anak telah memiliki kemampuan untuk melakukan
operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep promosi. Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah
telah memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif,
yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya.
Kesimpulan pada tahap ini adalah: Pada tahap operasional formal, anak-anak
sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi
argumen (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan
bahwa anak - anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa,
yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran
abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya
sistem nilai dan ideal, serta pemahaman untuk massalah-massalah filosofis.
Sebaran umur pada setiap tahap tersebut adalah rata-rata dan mungkin pula
terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Pertumbuhan intelektual anak secara singkat dapat disimpulkan
mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang
sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya
berubah/ berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga
melahirkan suatu rangkaian perkembangan,masing-masing mempunyai
struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka
Piaget mengartikan Inteligensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada
pada tingkat perkembangan khusus. (Huitt W; Hummel J. 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi
Tinggi rendahnya inteligensi seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Secara garis besar, inteligensi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Faktor Genetis
Kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh
karena itu,jika ayah dan ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas
pula (Boeree, 2003). Sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor genetik
bukanlah penentu utama kecerdasan. Meskipun dukungan genetik
mempengaruhi intelektual seseorang, namun pengaruh lingkungan dan
kesempatan yang tersedia bagi anak juga dapat mengubah skor IQ mereka
secara signifikan (Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. 2007; Santrock, 2002).
Telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa anak-anak yang diberi
suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun tingkat sosial
ekonomi orang tuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes
kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan
suplemen gizi protein (Neisser et al., 2010).
b. Faktor Gizi
Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama
pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang
tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa
berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini
tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Beberapa
penelitian yang terdahulu telah membuktikan bahwa status gizi anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mempunyai dampak positif terhadap inteligensinya. Anak-anak dengan
defisiensi nutrisi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, menurunkan
kemampuan perkembangan otak, meningkatkan risiko terpapar infeksi yang
dapat meningkatkan frekuensi ketidakhadiran di sekolah sehingga akan
menurunkan kemampuan kognitifnya (Sorhaindo, Feinstein,2006; Marti A,
2001).
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan
kebutuhan mental bagi anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa
aman, pengertian, perhatian, penghargaan serta rangsangan intelektual.
Kekurangan rangsangan intelektual pada massa bayi dan balita dapat
menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Faktor
lingkungan lain yang juga mempunyai efek positif terhadap kecerdasan anak
antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pedidikan ibu, dan riwayat
sosial-budaya (Selvam PKS, 2013). Menurut Mc Wayne (2004), anak yang
tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah mempunyai risiko
tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak
yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi.
Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua,
lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas
hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta
tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan
kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan
tingkat kesejahteraan yang rendah (Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008;
Santos, et al 2008).
d. Pengukuran tingkat inteligensi
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa
disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan
seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor.
Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan ( Dunbar
2007).
Test inteligensi atau tes IQ adalah suatu jenis tes psikologis yang khusus
dipergunakan untuk mengukur taraf inteligensi atau tingkat kecerdasan seseorang.
Tes inteligensi dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat
konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan
yang logis berdasarkan informasi yang diberikan (Senjaya, 2009).
Beberapa macam jenis tes IQ yang sering digunakan, antara lain:
i. Stanford–Binet Intelligence Scale.
Tes ini merupakan tes tertua dan digunakan secara luas di hampir
semua negara. Tes ini digunakan mulai umur 2-24 tahun. Walaupun
sebagian besar terdiri dari unsur-unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan
valid. Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental
(Soetjiningsih, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ii. Wechlser Scale.
Tes ini dikembangkan oleh David Wechsler, yang mencakup
Wechsler Adult Intelligence Scale Revised (WAIS-R); Wechsler
Intelligence Scale-Edisi III ( WAIS-III ) bagi anak-anak yang berusia 6 -16
tahun; dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised
(WPPSI-R), yang digunakan bagi anak-anak yang berusia 4-6,5 tahun.
Skala Wechlser dikelompokkan menjadi 12 subskala, enam skala verbal
dan enam skala non-verbal. (Wechsler Intelligence Scales, 2009; Ryan JJ,
2003)
iii. Culture Fair Intelligence Test (CFIT).
Culture Fair Intelligence Test, merupakan tes yang berusaha
mengkombinasikan beberapa pertanyaan bersifat pemahaman gambar-
gambar sehingga dapat mengurangi sebanyak mungkin pengaruh
kecakapan verbal, iklim kebudayaan, dan tingkat pendidikan. CFIT
mempunyai tiga skala (Nur’aeni, 2012)
1) Skala 1 : anak usia 4-8 tahun dan penderita retardasi mental, terdiri atas
1 formulir isian dengan 8 sub-tes.
2) Skala 2 : anak usia 8-14 tahun dan dewasa, terdiri atas 2 formulir isian,
masing-masing 4 sub -tes.
3) Skala 3 : dewasa, terdiri atas 2 formulir isian, masing-masing 4 sub-tes.
Hasil pengukuran disebut dengan IQ (Intelligence Quotient), dibagi
menjadi beberapa tingkat yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2. Tabel Skor tes IQ (Wechsler Intelligence Scales. 2009)
Skor IQ Katagori
>140 Jenius
120-140 Amat cerdas
110-119 Cerdas
90-109 Normal
80-89 Bodoh
70-79 Borderline deficiency
<79 Define feeble-mindedness
3. Perbedaan Tingkat Inteligensi Pada Anak Obes dan Tidak Obes
Anak dengan berat badan lebih terdapat kecenderungan mendapat stigma
untuk menjadi lamban dalam segala hal, terutama yang berhubungan dengan
prestasi di sekolah, pada penelitian yang dilakukan Judge S, Jahns L; 2004,
didapatkan hasil yang berbeda secara signifikan di mana pada anak dengan berat
badan lebih mempunyai tingkat kemampuan menyelesaikan soal matematika
maupun kemampuan membaca yang lebih rendah daripada anak yang tidak
dengan berat badan lebih, baik pada saat duduk di tahun pertama maupun tahun
ketiga sekolah dasar.
Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik,
perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat
badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, pada
penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ membuktikan
bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola
aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua
yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian
obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan kognitif yang kurang (Huang F,
Lee MJ 2007; Yanfeng,et al 2008).
Perbedaan kemampuan membaca, kemampuan untuk menyelesaikan soal
aritmetika, perbedaan kemampuan visuospasial yang diperlukan untuk
mendukung pemahaman terhadap suatu materi, pada anak dengan berat badan
lebih menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada anak yang tidak mengalami
berat badan lebih (Yanfeng dkk, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak
obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak
obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024
dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA,
Mayulu N, 2009).
Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di
mana pada penelitian yang dilakukan oleh Z. B. Yu di Republik Rakyat Cina,
didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes
(Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R, 2010 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. kerangka konsep
Keterangan : -----------------------Lingkup penelitian
Gambar 1. Kerangka konsep
Obesitas TidakObesitas
Gangguanpernapasan
Gangguanendokrin
Penyakitdegeneratif
Gangguanpertumbuhan
Tingkat inteligensi
Siswa SD
PenghasilanOrang tua
PendidikanOrang tua
Aktivitasfisik
Polamakan
Statusnutrisi
Genetik Lamabelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Keterangan Kerangka Konsep
Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami obesitas dan
tidak obesitas yang diseleksi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) disebut
berat badan lebih bila IMT berada pada persentil ke-85 hingga kurang dari
persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil
ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010). Seorang anak dengan obesitas dapat
mengalami penyakit dan komplikasi akibat obesitasnya, seperti hipertensi,
diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Ben-noun et al,
2006; Martinho et al, 2008) sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat
inteligensinya. Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat
mempengaruhi inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang
tua, aktivitas fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan
anak untuk berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah,
bertujuan dan rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman,
kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik,
kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan
aspek psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan
merespon terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami massalah dan
memecahkannya (Legg, Hutter,2007).
5. Hipotesis
Hipotesis kerja dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat inteligensi
antara anak obes dan tidak obes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui
perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes.
2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta pada bulan
Maret 2014. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan merupakan SD favorit
dengan banyak subyek baik yang obes maupun tidak obes dan mempunyai
fasilitas lengkap.
3. Populasi
a. Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di SD
Negeri 15 di kotamadya Surakarta .
b. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di
SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta.
4. Subyek dan Cara Pemilihan Subyek
Subyek diambil dari anak sekolah dasar usia 6-12 tahun di SD negeri 15 di
kotamadya Surakarta.Teknik sampling yang dipakai adalah purposive
sampling Dilakukan pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan data
anak-anak dengan IMT ≥ persentil ke-95 menurut umur dan jenis kelamin.
Anak - anak SD yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
inklusi dan ekslusi dimasukkan ke dalam kelompok obesitas. Kemudian
dilakukan pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
untuk mendapatkan kelompok tidak obesitas yang disesuaikan menurut umur
dan jenis kelamin.
Kriteria inklusi:
i. Semua anak usia sekolah dasar di SD negeri 15 di kotamadya Surakarta
baik yang obesitas maupun yang tidak obesitas.
ii. Tidak sedang dalam pengobatan kortikosteroid dalam pengobatan
kortikosteroid dalam jangka waktu minimal seminggu saat penelitian
dilaksanakan
iii. Orang tua menandatangani persetujuan mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi:
i. Penderita mengalami penyakit kronis
ii. Status gizi kurang dan gizi buruk
5. Besar subyek
Besarnya subyek untuk menguji beda rerata dua populasi berpasangan
dihitung dengan rumus: (Madiyono dkk, 2002)
n1=n2=2
x2)-(x1
)SZ+(Z
n : besar sampel
s : simpangan baku = 10
α : tingkat kemaknaan= 0,05 (Zα= 1,65)
(1-β) : kekuatan = 0,90 (zβ= 1,282)
x1-x2 : beda yang dianggap berarti= 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
n1=n2=30 subyek.
6. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel tergantung : inteligensi (skala nominal).
b. Variabel bebas : obes dan tidak obes menurut IMT (skala nominal).
c. Variabel perancu : status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua,
defisiensi nutrisi, pola makan, aktivitas fisik
pendidikan orang tua (skala nominal).
7. Definisi Operasional
a. Obesitas
Obesitas adalah sebagai suatu keadaan terdapatnya penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan antara
ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi
keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan disimpan
sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010;
Clement, 2003).
Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan
menghitung indeks masa tubuh (IMT) (Sjarif dkk, 2010). Indeks Masa Tubuh
menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan
Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan
dalam meter (Kg/m2) (Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004). Interpretasi IMT
tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih
bila IMT berada pada persentil ke- 85 hingga kurang dari persentil ke-95,
disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 (Sjarif
dkk, 2010; Reilly dkk,2002).
b. Tidak obesitas
Adalah anak dengan gizi lebih dengan BB/TB persentil ke-85 sampai
dengan kurang dari persentil ke-95, anak dengan gizi baik dengan BB/TB
persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85, anak dengan gizi
kurang dengan BB/TB kurang dari persentil ke-3 sampai dengan kurang dari
persentil ke-5 dan gizi buruk dengan BB/TB kurang dari persentil ke- 3 tidak
dimasukkan ke dealam penelitian.
c. Inteligensi
Adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat
perkembangan khusus, kemampuan anak untuk berpikir konvergen dan
divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan rasional, kemampuan
untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk menggunakan
apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis
dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap
situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya
(Legg, Hutter,2007). Inteligensi diukur dengan menggunakan CFIT (Culture
Fair Intelligence Test), tes inteligensi dilakukan oleh psikolog dari Unit
Layanan Psikologi FK UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari hasil tes dapat dikatagorikan dalam kriteria:
i. Intelegensi cerdas dengan skor 110-119
ii. Inteligensi normal atau lebih dengan skor IQ lebih dari 90-109.
iii. Inteligensi di bawah normal dengan skor IQ kurang dari atau sama
dengan 89
Bentuk yang tersedia berupa buku soal dan lembar jawaban yang
terpisah. Aspek yang diukur adalah faktor kemampuan mental umum atau
inteligensi. Tujuan tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan
dengan faktor kemampuan mental umum atau inteligensi sedangkan hasil
pengukurannya disebut IQ (Intelligence Quotient).
d. Status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua
Adalah suatu kriteria yang berdasar pada penghasilan dan pengeluaran
orang tua setiap bulan berdasarkan kriteria dari Asian Development Bank
bahwa untuk negara-negara berkembang di asia rata-rata penghasilan kelas
menengah adalah 5,2 juta rupiah sampai dengan 8 juta rupiah dengan
pengeluaran sebesar 3,6 juta rupiah setiap bulan (4-10 US$ sehari). Untuk
golongan menengah ke atas dengan penghasilan di atas 8 juta rupiah sebulan
dengan pengeluaran di atas 4 juta rupiah sebulan (10-20US$ sehari) (Chun N
2010) .
e. Defisiensi nutrisi dan pola makan
Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan
penjelasan mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap
hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
masyarakat tertentu. Pola makan disebut juga sebagai suatu cara seseorang
atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai respon
terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Janssen A,
2011)
Kebiasaan makan merupakan cara seseorang atau sekelompok individu
memilih bahan makanan yang dikonsumsi sebagai respon terhadap faktor
psikologis sosial dan budaya, kebiasaan makan dapat berubah disebabkan
faktor pendidikan, kesehatan, lingkungan dan psikologis (Faith MS. 2013)
Defisiensi nutrisi merupakan keadaan yang terjadi jika zat-zat gizi
yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi mengalami defisiensi atau
kekurangan, bila hal ini terjadi secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan
organ tubuh akan mengalami kematian. Jika sebaliknya, terjadi kelebihan
gizi, zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi mengalami kelebihan maka secara
bertahap pula akan mengalami proses toksisitas dan selanjutnya secara
bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian.
Defisiensi nutrisi dapat disebabkan karena lualitas dan kuantitas makanan
kurang baik, peningkatan kebutuhan terhadap nutrisi, perubahan daya dukung
lingkungan (Minicucci F, da Cunha MLRS, Sartori A 2009 ).
Kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan lebih
dari 3 kali sehari dan kurang dari sama dengan 3 kali sehari.
f. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan setiap usaha gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh kesatuan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
aktivitas fisik dapat menjadikan faktor risiko independen untuk terjadinya
penyakit kronis (Bates H, 2006 ).
Aktivits fisik pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam aktivitas
fisik aktif dan kurang aktif meliputi :
Aktitivitas fisik yang aktif :
i. Lama bermain di luar rumah lebih dari 2 jam.
ii. Menonton televisi kurang dari 2 jam.
iii. Lama bermain komputer kurang dari 2 jam.
iv. Sarana transportasi ke sekolah berjalan kaki,naik sepeda.
v. Frekuensi olah raga 3 kali dalam satu minggu.
Aktitivitas fisik yang kurang aktif :
i. Lama bermain di luar rumah kurang dari 2 jam.
ii. Menonton televisi lebih dari 2 jam.
iii. Lama bermain komputer lebih dari 2 jam.
iv. Sarana transportasi ke sekolah diantar mobil pribadi.
v. Frekuensi olah raga kurang dari 3 kali dalam satu minggu atau
tidak pernah
vi. berolah raga sama sekali kecuali di sekolah.
g. Pendidikan orang tua
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan dan pemberian sifat
sosial kemanusiaan (humanisme) kepada makhluk hidup. Pendidikan adalah
segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulannya dengan anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya menuju proses
kedewasaan (Ermisch J, Pronzato C. 2010).
Pendidikan orang tua pada penelitian ini difokuskan kepada tingkat
pendidikan sarjana strata-1,strata-2,strata-3 dan bukan sarjana meliputi
Diploma-3,SMU.
8. Izin subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua atau wali dengan cara
menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah
sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
9. Alur penelitian
Gambar 2. Alur penelitian.
Kelompok berat badannormal /tidak obes
(IMT < persentil 95)
Pengukuran indeks massa tubuh(IMT)
Informed concern
Kelompok berat badanlebih/obes
(IMT ≥ persentil 95)
Analisis
Kriteria eksklusiKriteria inklusi
Tesinteligensi
Tesinteligensi
Siswa SDN 15 dikotamadya Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
10. Pengolahan data
Anak obes Anak tidak obes
Inteligensi normal
(IQ lebih dari 90)
a b
Inteligensi di bawah normal(IQ kurang dari atau samadengan 89)
c d
Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan.
Sel a : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih
Sel b : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih
Sel c : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal
Sel d : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal
Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan uji kai kuadrat dan untuk
meningkatkan ketelitian maka penulis menggunakan program SPSS 16.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik dasar
Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ
penghasilan orang tua(juta/bulan)
Kategori IQTotal p
Cerdas NormalMenengah atas n (%) 2 (3,3) 5 (8,2) 7 (11,5)
0,783Menengah n (%) 10 (16,4) 44 (72,1) 54 (88,5)
Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)
Karakteristik dasar (tabel 4.1) tingkat IQ pada penelitian ini didapatkan prevalensi
kelompok anak dengan IQ cerdas sebesar 19,7 % sedangkan kelompok anak
dengan IQ normal didapatkan sebesar 80,3 %.
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik dasar penghasilan orang tua, didapatkan
prevalensi anak cerdas dengan katagori penghasilan orangtua menengah adalah
sebesar 16,4% sedangkan penghasilan orangtua menengah atas sebesar 3,3 %.
Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua
terhadap peningkatan IQ. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi anak
dengan orang tua golongan menengah mempunyai IQ cerdas lebih besar daripada
anak dengan orang tua golongan menengah atas tetapi secara statistik tidak ada
perbedaan yang signifikan ( p = 0,783; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan
tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua terhadap peningkatan IQ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ
Pendidikan orang tua Kategori IQTotal p
Cerdas NormalSarjana n (%) 9 (14,8) 32 (52,5) 41 (67,2)
0,196Tidak sarjana n (%) 3 (4,9) 17 (27,9) 20 (32,8)
Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)
Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik dasar pendidikan orang tua, didapatkan hasil
prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori pendidikan orang tua sarjana adalah
sebesar 14,8 %, sementara orang tua dengan pendidikan bukan sarjana memiliki
anak dengan IQ normal adalah sebesar 4,9 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa anak dengan orang tua berpendidikan sarjana memiliki prevalensi IQcerdas
lebih besar dibandingkan anak dengan orang tua berpendidikan bukan sarjana,
tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,196; p>0,05). Dari
data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua
terhadap peningkatan IQ
Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ
aktivitas Kategori IQTotal p
Cerdas Normalaktif n (%) 8 (13,1) 31 (50,8) 41 (67,2)
0,328Kurang aktif n (%) 4 (6,6) 18 (29,5) 22 (36,1)
Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)
Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik dasar anak dengan aktivitas, didapatkan hasil
prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori aktif adalah sebesar 13,1% sementara
anak dengan aktivitas katagori kurang aktif memiliki anak dengan IQ cerdas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sebesar 6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan aktivitas fisik
yang aktif mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih tinggi dibandingkan anak
dengan aktivitas fisik yang kurang aktif, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan
yang signifikan (p=0,328; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada
hubungan antara aktivitas terhadap peningkatan IQ.
Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ
Pola makan Kategori IQTotal p
Cerdas Normal>3 kali n (%) 8 (13,1) 23 (37,7) 41 (50,8)
0,228≤ 3 kali n(%) 4 (6,6) 26 (42,6) 30 (49,2)
Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)
Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik dasar anak berdasarkan pola makan,
didapatkan prevalensi anak IQ cerdas dengan pola makan > 3 kali adalah sebesar
13,1 %, sementara anak dengan pola makan ≤ 3 kali memiliki IQ cerdas sebesar
6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan pola makan lebih dari
3 kali memiliki prevalensi IQ cerdas lebih besar dibandingkan dengan anak yang
mempunyai pola makan kurang dari sama dengan 3 kali tetapi secara statistik
tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,228; p>0,05). Dari data tersebut
menunjukkan tidak ada hubungan antara pola makan terhadap peningkatan IQ.
Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ
IMT Kategori IQTotal p
Cerdas Normaltidak obese n (%) 5 (8,2) 26 (42,6) 31 (50,8)
0,566Obese n (%) 7 (11,5) 23 (37,7) 30 (49,2)
Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.5 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan Indeks Massa Tubuh
terhadap IQ, didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki IQ
cerdas sebesar 11,5 %, sementara prevalensi anak tidak obes dengan IQ cerdas
sebesar 8,2 % . Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa pada anak obes
didapatkan prevalensi IQ yang lebih cerdas daripada anak yang tidak obes tetapi
secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,566; p>0,05). Dari data
tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh terhadap
peningkatan IQ
Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ
Umur(tahun)
Kategori IQTotal p
Cerdas Normal10.00 jumlah n% 5(8,2) 16(26,2) 21 (34,4)
0,62211.00 jumlah n% 4(6,6) 16(26,2) 20 (32,8)
12.00 jumlah n% 3(4,9) 17(27,9) 20 (32,8)
Total 12(19,7) 49(80,3) 61(100)
Tabel 4.6 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan umur, didapatkan hasil
prevalensi anak pada usia 10 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 8,2%, pada anak
usia 11 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 6,6 %, sementara anak usia 12 tahun
memiliki IQ cerdas sebesar 4,9 %. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa dari sisi usia
terhadap IQ secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,622;
p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara umur
terhadap peningkatan IQ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ
Jenis kelamin Kategori IQTotal p
Cerdas NormalLaki-laki n% 7(11,5) 32(52,5) 39 (63,9)
0,771Perempuan n% 5(8,2) 17(27,9) 22 (36,1)
Total 12(19,7) 49(80,3) 61 (100)
Tabel 4.7 menunjukkan karakteristik dasar jenis kelamin terhadap IQ didapatkan
hasil prevalensi anak laki-laki yang memiliki IQ cerdas sebesar 11,5 %.
sementara prevalensi anak perempuan dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %. Dari
tabel ini dapat dilihat bahwa anak laki-laki memiliki IQ cerdas lebih besar
daripada anak perempuan tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang
signifikan (p=0,771; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan
antara jenis kelamin terhadap peningkatan IQ.
Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ
b OR
95%CIBatasbawah
Batasatas
p
PenghasilanOrang tua 0.565 1.760 0.297 10.413 0,533
Tabel 4.8 menunjukkan analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ
didapatkan bahwa penghasilan orang tua kelas menengah mempunyai pengaruh
positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,760 dibandingkan dengan orangtua
berpenghasilan menengah atas, meskipun secara statistik tidak signifikan (b=
0,565; 95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ
b OR
95% C.I.Batasbawah
Batasatas
p
PendidikanOrang tua
0.466 1.594 0.380 6.6790,534
Tabel 4.9 menunjukkan analisi regresi logistik pendidikan orang tua terhadap IQ
didapatkan bahwa pendidikan orang tua golongan sarjana mempunyai pengaruh
positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,594 dibandingkan dengan orangtua
berpendidikan tidak sarjana, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,466;
95% C.I =0,380-6,679; p = 0,534).
Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ
b OR
95% C.I.Batasbawah
Batasatas
p
Aktivitas fisik 0.150 1.161 0.306 4.406 0,826
Tabel 4.10 menunjukkan analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ
didapatkan bahwa anak dengan aktivitas fisik aktif mempunyai pengaruh positif
terhadap tingkat IQ dibandingkan anak yang tidak aktif dengan OR=1,161,
meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p =
0,826).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ
b OR
95% C.I.Batasbawah
Batasatas
p
Pola makan>3kali
0.816 2.261 0.601 8.5050,228
Tabel 4.11 menunjukkan analisis regresi logistik pola makan terhadap tingkat IQ
didapatkan hasil bahwa anak dengan pola makan lebih dari 3 kali mempunyai
pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan pola makan ≤ 3 kali
dengan OR=2,261, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,816; 95% C.I
= 0,601-8,505; p =0,228).
Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes
Statusgizi
N mean SD Bedamean
CI 95% p
Batasbawah
Batasatas
IQ Tidakobes
30 104.26 9.110 1,858 -2,05 5,76 0,345
Obes 30 102.40 5.697
Dari tabel 4.12 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara
statistik dari tingkat IQ anak yang obes dan tidak obes, dengan beda mean 1,858
dengan CI 95% (-2,05 – 5,76); p= 0,345.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Pembahasan
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan obes memiliki
tingkat IQ yang lebih baik daripada anak yang tidak obes, hal ini tidak terlepas
dari adanya faktor-faktor positif yang mendukung seorang anak obes dapat
mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik, faktor tersebut yaitu
penghasilan dan pendidikan orang tua, pola makan dan aktivitas fisik.
Dari hasil penelitian ini didapatkan pada orang tua dengan penghasilan
menengah OR=1,760 ; b= 0,565; 95% C.I(0,297-10,413); p = 0,533, pendidikan
orang tua yang tinggi OR 1,594; b= 0,466; 95% C.I(0,380-6,679); p = 0,534.
ternyata memberikan pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi anak walaupun
secara statistik tidak bermakna. Dari pengamatan dan analisa yang dikeluarkan
oleh Asian Development Bank pada tahun 2010, untuk negara- negara di asia
selatan dan asia tenggara seiring dengan membaiknya perekonomian dengan
tingginya investasi asing dan meningkatnya pendapatan nasional di masing-
masing negara maka akan melahirkan masyarakat kelas menengah yang baru
selain golongan kelas menengah sebelumnya yang sudah mapan, di mana
golongan ini memiliki daya tawar dan potensi daya beli yang lebih tinggi daripada
masyarakat kelas di bawahnya (Chun N,2010), sehingga hal ini akan berimbas
pula kepada kemampuan mereka sebagai orang tua untuk memberikan yang
terbaik bagi anak-anaknya. Pada anak yang memiliki orang tua dengan
penghasilan menengah dan menengah ke atas di mana daya beli mereka tinggi
cenderung akan memiliki lebih banyak pilihan, kebebasan dan kesempatan untuk
mendapatkan fasilitas lebih baik dari sisi pendidikan untuk anak-anaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sehingga mereka akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan stimulasi yang lebih
sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya tanpa harus merasa
khawatir terdapat kendala dari sisi finansial, berbeda halnya pada anak-anak
dengan orangtua yang berasal dari golongan kelas bawah dengan penghasilan 1
juta rupiah dalam satu bulan (pengeluaran US$3 sehari) maka akan sulit bagi
orang tua untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam memberikan fasiltas
pendidikan bagi anak-anaknya karena orang tua pasti akan terkendala dalam soal
pembiayaan baik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maupun kebutuhan
sekunder. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mempunyai
wawasan yang luas dan cara berpikir lebih terbuka serta memiliki akses lebih
mudah terhadap berbagai informasi baru serta memiliki pengetahuan dan keahlian
di atas rata-rata sehingga memiliki kesempatan yang lebih luas dalam memberikan
stimulus kepada anak-anaknya supaya memperoleh tingkat kemampuan kognitif
yang baik dibandingkan anak-anak lain yang orang tuanya memiliki tingkat
pendidikan yang lebih rendah, dari sisi anak dengan orang tua berpendidikan
tinggi maka anak akan terpacu berusaha meniru keberhasilan orang tuanya
sehingga dengan sendirinya akan memacu keinginan dari dalam diri anak tersebut
untuk berusaha lebih keras dalam belajarnya untuk meraih prestasi akademis yang
tinggi (Selvam PKS. 2013; Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008; Engle PL,
Black MM, 2008; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang, 2008; Huang F,
Lee MJ,2007).
Hasil dari intelegensi setiap anak khususnya siswa dapat diperoleh dengan
cara mengukur intelegensi dengan tes tingkat inteligensi. Dalam pengukuran ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
harus dibantu oleh tenaga ahli psikologi. Kemampuan anak untuk berprestasi
tinggi di sekolah tidak hanya ditentukan oleh potensi intelegensi yang mereka
miliki tetapi juga oleh berbagai hal seperti fasilitas belajar. Intelegensi juga harus
didukung dengan fasilitas belajar yang baik karena walaupun tingkat intelegensi
tinggi namun pemenuhan fasilitas tidak lengkap maka prestasi yang dicapai tidak
akan maksimal. Jika pemenuhan fasilitas belajar anak diperbaiki memungkinkan
hasil pengukuran tingkat inteligensi anak mengalami perubahan kearah positif,
artinya sebelum fasilitas belum diperbaiki anak tidak menunjukkan kemampuan
yang optimal ketika dievaluasi akan tetapi ketika dia memperoleh fasilitas belajar
yang baik maka dia dapat menunjukkan potensi yang maksimal, untuk
mendapatkan semua fasilitas yang baik tersebut maka dibutuhkan biaya yang
tidak sedikit dan dari orang tua yang berpenghasilan tinggi ini maka mereka
dengan mudah dan leluasa dapat memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk
menerima pendidikan yang lebih baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et
al,2006; Styne DM,2001).
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pola makan anak lebih
dari 3 kali mempunyai pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan
pola makan kurang dari sama dengan 3 kali OR=2,261; b= 0,816; 95% C.I(0,601-
8,505); p =0,228 meskipun secara statistik tidak bermakna. Pada penelitian ini
didapatkan pula prevalensi anak obes dengan IQ cerdas sebesar 11,5 % sementara
anak tidak obes dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %, hal ini berarti bahwa anak obes
mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih besar daripada anak yang tidak obes. Hasil
ini dapat terjadi berkat adanya beberapa faktor yang mendukung yaitu peran orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tua di rumah dengan selalu memberi dukungan dengan kemampuan memberikan
penjelasan dan pengertian tentang pelajaran di sekolah berkat daya analisis dan
logika seiring dengan pendidikan tinggi yang mereka miliki, dari kemampuan
orang tua yang merasa tenang dari sisi finansial yang sudah mapan sehingga
apapun kebutuhan anak dalam hal pendidikannya orangtua sudah tidak perlu
kebingungan lagi, di samping itu pola makan yang lebih terkendali pada anak
obes yang mulai bisa mengendalikan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kebiasaan makan kemilan turut
membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Faith MS,
2013; Selvam, 2013; Santos, 2008). Inteligensi sendiri selalu berhubungan dengan
peningkatan adiposa, dan peningkatan adiposa dikaitkan dengan pola makan
pokok 3-4 kali sehari, dari frekuensi makan dalam sehari terdapat kebiasaan
makan yang selalu tambah, baik lauk, maupun nasi. Disamping itu kebiasaan
makan dengan tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat akan memicu
terjadinya obesitas. Obesitas selalu dihubungkan dengan kinerja kognitif yang
buruk yang terkait dengan kondisi-kondisi medis secara independen. Terdapat
hubungan yang konsisten bahwa obesitas terkait dengan defisit kognitif, terutama
dalam fungsi eksekutif pada anak-anak, remaja dan orang dewasa. Obesitas
merupakan penyebab defisit kognitif. Terdapat hubungan yang bersifat dua arah
setidaknya sebagian dari kecenderungan neurologis yang ditandai dengan
berkurangnya fungsi eksekutif, dan pada gilirannya obesitas itu sendiri memiliki
dampak negatif pada otak melalui mekanisme yang saat ini dikaitkan dengan
timbulnya inflamasi, peningkatan lipid dan/atau resistensi insulin, akan tetapi jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
peran orang tua dalam memberikan asupan nutrisi yang sehat dan seimbang baik
kalori, lemak dan serat serta meminimalkan kebiasaan makan kemilan akan turut
membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Saelens BE,
2007; Styne DM,2001).
Meningkatnya jumlah anak yang mengalami obesitas akan melipat
gandakan hubungan antara obesitas dan perkembangan kognitif anak. Obesitas
memiliki faktor risiko terhadap gangguan kardiovaskuler, karena penebalan dan
pengerasan pembuluh darah dapat juga terjadi pada sistem pembuluh darah otak.
Selain itu hormon yang dikeluarkan dari lemak dapat mempunyai efek merusak
terhadap sel-sel otak sehingga fungsi otak dapat berkurang. Anak dengan obesitas
akan mengalami gangguan jaringan otak di bagian lobus frontalis dan lobus
temporalis yaitu area otak yang berfungsi untuk memori dan pencernaan, selain
itu area otak lain yang terganggu adalah lobus anterior girus cinguli yang
berfungsi untuk memusatkan perhatian, dan basal ganglia untuk mengatur
gerakan. Penyempitan permukaan otak yang terjadi pada lobus frontalis dan
temporalis akan menyebabkan gangguan fungsi fisiologis otak terutama fungsi
daya ingat (Jolliffe CJ, Janssen I, 2006; Freedman, DS, 2004; Syarif, D.R, 2003).
Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat mempengaruhi
inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, aktivitas
fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan anak untuk
berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan
rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan
untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek
psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon
terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan
memecahkannya (Selvam PKS, 2013; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian
Zhang, 2008; Huang F, Lee MJ, 2007).
Tingkat intelegensi setiap anak tidak sama, karena tingkat intelegensi
merupakan faktor bawaan atau dasar yang dimiliki seseorang yang ikut
menentukan berhasil tidaknya dalam memahami dan memecahkan suatu masalah.
Intelegensi merupakan kemampuan untuk memahami dan memecahkan
permasalahan sesuai dengan kepribadian, karena intelegensi merupakan faktor
bawaan maka sejak dini harus dibentuk dengan cara memberikan asupan yang
baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al,2006; Styne DM,2001).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan aktivitas fisik
yang aktif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi mereka daripada
anak yang kurang aktivitas fisiknya OR= 1,161; b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406;
p = 0,826 walaupun secara statistik tidak signifikan. Lokasi penelitian di SDN 15
ini merupakan sekolah favorit dengan fasilitas lengkap sehingga efektivitas
pemberian stimulasi terhadap siswa terutama untuk peningkatan aktivitas fisiknya
lebih baik daripada sekolah lain sehingga akan berbanding lurus dengan
kemampuan kognitif anak itu sendiri. Aktivitas fisik atau olah raga teratur sangat
mempengaruhi terpeliharanya organ-organ vital tubuh. Olah raga yang menjadi
titik berat adalah olah raga yang sifatnya aerobik karena terdapat tiga bagian
utama pada adaptasi aerobik yang muncul sebagai akibat dari aktivitas fisik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
teratur yaitu meningkatnya kandungan mioglobin, meningkatnya oksidasi
karbohidrat, meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak dapat
mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah kulit. Meningkatnya kapasitas
otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakukan olahraga berhubungan dengan
faktor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak untuk
diubah menjadi glikogen dan meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat dalam
transportasi dan pemecahan asam laktat. Banyak lemak yang teroksidasi berarti
pengurangan penumpukan asam laktat, asam laktat yang rendah akan meningkatkan
kinerja otak menjadi lebih baik sehingga akhirnya akan memperoleh tingkat kemampuan
kognitif yang baik pula (Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A,
Susanto H, Subagio HW,2010; Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross
VP, Kravitz J, 2010; Watts K, Jones TW, Davis EA, Green D, 2005).
Anak-anak dengan obesitas dapat mengalami kesulitan bergerak dan
terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-
organ tubuh yang seharusnya berkembang, selain itu efek psikologis yang dialami
anak dapat juga mempengaruhi kemampuan kognitifnya, misalnya ejekan dari
teman-teman sekelas terutama pada anak-anak yang telah bersekolah (Saelens BE,
2007; Daniels SR,2006). Pada anak dengan obesitas, konsekuensi yang paling
luas adalah psikososial. Anak laki-laki maupun perempuan dengan obesitas
mempunyai beban yang sama yaitu merasa dirinya berbeda dari orang pada
umumnya karena kelebihan berat badannya dan merasa tidak puas dengan dirinya.
Remaja dengan obesitas sering mengalami depresi dan tidak percaya diri
sedangkan pada anak usia prasekolah lebih sering mengalami distres emosional
dan gejala psikiatrik, dan hal ini amat berpengaruh terhadap proses kematangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sosialnya. Kematangan sosial merupakan proses evolusi dari perkembangan
perilaku, sehingga diharapkan nanti seorang anak dapat mengekspresikan
pengalamannya secara utuh dan dapat belajar secara bertahap untuk meningkatkan
kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung
jawab terhadap kelompoknya. Oleh karena itu kematangan sosial erat kaitanya
dengan kesuksesan dan kebahagiaan pada masa anak dan masa kehidupan
selanjutnya. Selain itu anak dengan obesitas atau kegemukan dapat menurunkan
tingkat kecerdasannya, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun,
ditambah dengan kelebihan berat badan sehingga cenderung akan malas
beraktivitas (Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL, 2013; Riza M, Lestari ED,
Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S, 2007; Puhl RM, Latner JD,2007, Boeree,
GC,2003; Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart
L, Kelnar CJH, 2003).
Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik,
perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat
badan lebih, sehingga dapat menurunkan kemampuan visuospasial yang
diperlukan untuk mendukung pemahaman terhadap suatu materi serta
mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Anak yang mengalami obesitas dan
berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton
televisi lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang
serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah
akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan
kognitif yang kurang serta pola asuh dari orang tua sendiri yang cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
otoriter juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif yang rendah pada anak jika
dibandingkan dengan orang tua yang memiliki pola asuh autoritatif. Penelitian
menunjukkan bahwa anak dengan obesitas mempunyai tingkat aktivitas fisik dan
tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang rendah menyebabkan
semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan, sedangkan kesegaran
jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak obes. Beberapa
penelitian juga memperoleh hasil bahwa olahraga dapat meningkatkan tingkat
kesegaran jasmani anak obesitas (Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian,
2005). Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan pemeriksaan dengan tes
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) diyatakan bahwa anak-anak
obes yang berusia 8-13 tahun memiliki hasil tes yang lebih rendah dengan
dibanding anak seusianya yang tidak obes terutama pada saat duduk pada tahun
pertama dan ketiga sekolah dasar, demikian pula pada anak perempuan dan laki-
laki berusia 6-12 tahun yang mengalami obesitas terdapat kecenderungan
memiliki hasil tes inteligensi lebih rendah dibanding anak seusianya yang tidak
mengalami obesitas walaupun pada saat pertama kali diketahui obesitas tidak
didapatkan hasil tes inteligensi yang kurang. Pada anak obes dengan usia yang
lebih tua juga didapatkan pula perbedaan hasil yang signifikan bahwa pada anak
dengan obesitas mempunyai kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak
tanpa obesitas. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna bila seorang anak
dengan obes berada di dalam suatu lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang
dapat memberikan kebutuhan mental bagi anak secara maksimal. Kebutuhan
mental tersebut mencakup kasih sayang, rasa aman, perhatian, pengertian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
penghargaan dan rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual
dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Peranan
lingkungan mikro yang baik yaitu keluarga memberikan pengaruh yang besar
terhadap perkembangan kognitif anak , hal ini dapat berupa pemberian suatu
rangsangan tertentu dan terus menerus terutama rangsangan intelektual agar anak
dapat terus memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya dan hal ini tidak
lepas dari peran keluarga yang harus terus menerus memberikan stimulasi baik
berupa permainan sederhana yang selalu menuntut anak tersebut untuk berpikir
dan memecahkan jalan keluarnya, olahraga teratur sesuai dengan kemampuan
fisiknya dengan didampingi instruktur yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
(Kashahu L, Dibra G, Osmanaga F, Bushati J. 2014, Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson
JC, Jian Zhang, 2008; Jenvey VB. 2007).
3. Kelemahan Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang kurang signifikan, sehingga
diperlukan penelitan lanjutan dengan jumlah subyek yang lebih besar dan dengan
metodologi penelitian yang lebih baik, selain itu data dislipidemia seperti
hiperkolestrolemia, hiper- Low Density Lipoprotein (LDL) kolestrolemia, hipo-
High Density Lipoprotein (HDL) kolestrolemia tidak diukur karena terdapat
keberatan dari orang tua siswa bila subyek harus diambil darahnya dengan jarum
suntik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Kelebihan Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara obesitas terhadap tingkat
inteligensi pada anak serta tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan orang tua
terhadap tingkat inteligensi anak di Indonesia masih belum banyak sehingga
diharapkan penulisan ini dapat menjadi titik awal untuk memperdalam dan
memperbanyak data terhadap fenomena tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
Pada penelitian ini tidak ada perbedan signifikan secara statistik untuk tingkat
inteligensi untuk anak obes dan tidak obes.
Sebagai kesimpulan tambahan didapatkan:
Prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkat inteligensi normal hingga
cerdas sebesar 50,8%, sementara prevalensi anak tidak obes dengan tingkat
inteligensi normal hingga cerdas sebesar 49,2%.
Anak dengan orang tua berpendapatan menengah memiliki tingkat inteligensi
normal hingga cerdas sebesar 88,5%, sementara pada anak dengan orang tua
berpendidikan sarjana memiliki tingkat inteligensi normal hingga cerdas
sebesar 67,2%.
2. Saran
a. Bagi petugas medis dapat member edukasi masyarakat mengenai pencegahan
obesitas pada anak dan komplikasinya.
b. Bagi orang tua dapat memberikan asupan nutrisi yang seimbang lemak, kalori
dan serat serta dapat mengarahkan anak-anaknya agar lebih banyak beraktivitas
untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c. Bagi peneliti dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan tingkat
inteligensi secara berkala dalam jangka waktu tertentu, subyek yang lebih
besar, dan dengan metode penelitian yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Nabi IM; Khalifa GA; Ahmed HH; Eskander EF, Sayed AH. The Impact ofObesity on Some Hormones and the Cognitive Function among School Girls.New York Science Journal, 2010; (3):4.
Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A, Susanto H, Subagio HW.Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks Massa Tubuh,Lemak Tubuh,dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obes. Sari Pediatri2010;12(1):36-41).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.. Laporan Hasil Riset KesehatanDasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta. Depkes RI; 2007.
Barlow SE and the expert comittee. Expert Comittee Recomendations Regardingthe Prevention, Assessment, and tTeatment of Child and AdolescentOverweight and Obesity. Pediatrics, 2007;120; 164-192.
Bates H.. Daily Physical Activity for Children and Youth. A Review andSynthesis of the Literature. Canadian Fitness and Lifestyle ResearchInstitute, 2006; 2-76.
Ben-Noun L, Laor A. Relationship between changes in neck circumference andcardiovascular risk factors. Exp Clin Cardiol, 2006;11: 14-19.
Ben-Noun L, Laor A, Sohar E,. Neck Circumference as a Simple ScreeningMeasure for Identifying Overweight and Obese Patients. Obes Res . 2001;8:470-7.
Bigaard J, Frederiksen K,Tjonneland A. Waist Circumference and BodyComposition in Relation to All-Cause Mortality in Middle Age Men andWomen. Int J Obes, 2005; 29: 778-784.
Boeree, G.C. Intelligence and IQ. Shippensburg University in website http://webspace.ship.edu/cgboer/intelligence.html, 2003; (5 Maret 2010).
CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Obesity. http:/ /www. cdc.gov, 2009.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Body Mass IndexMeasurement in Schools. Executive Summary. http:// www.cdc.gov,2007; September [2014].
Chun N. Middle Class Size in the PastPast, Present, and Future: A Description ofTrends in Asia. ADB Economics Working Series, 2010; 217:1-39.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Clement K, Ferre P. Genetics and pathophysiologi of obesity. Pediatr Res, 200353:721-5
Cole TJ, Chacera MR. Measurment of body fat dalam Text book of Child andadolescent obesity. Cambridge University Press. UK, 2002; 4 -14.
Daniels SR.. The Consequences of Childhood Overweight and Obesity.www.files.eric.ed.gov/fulltext/EJ795881.pdf; 2006
De Onis M, Blossner M. Prevalence and Trends of Overweight among PreschoolChildren in Developing Countries. Am J Clin Nutr, 2000; 72: 1032-9.
De Young CG. Intelligence and Personality dalam Sternberg, R. J., & Kaufman,S. B. Eds. The Cambridge handbook of intelligence. New York: CambridgeUniversity Press, 2011; 711–737.
Dhurandar NV. Infectobesity: Obesity of Infectious origin. J Nutr, 2001; 131:794S-7S.
Dunbar RI, Shultz S. Evolution in the social brain. Science, 2007; 317 (5843):1344–47
Dunbar RI. Mind the Gap, or Why Humans Are Not Just Great Apes. Joint BritishAcademy/British Psychological Society Annual Lecture. British Academy,2007; 154: 403-23
Engle PL, Black MM. TheEffect of Poverty on Child Development andEducational Outcomes. http.www.digitalcommons.calpoly.edu, 2008; [Agustus 2014].
Faith MS. Eating Behaviour in Studies of Child Growth, Development andHealth – Measure Precisely, Early and in Context: Commentary onRamsay, Liu & Stein, Black & Hurley, Milnes, Piazza & Carrol,Llewellyn & Wardle, and Arcan, Bruening and Story. Encyclopedia onEarly Childhood Development. www.child-encyclopedia.com, 2013;[Agustus 2014].
Ermisch J, Pronzato C. Causal Effects of Parents' Education on Children'sEducation. Institute for Social and Economic Research, University of Essex.https://www.iser.essex.ac.uk, 2010; [ Agustus 2014]
Freedman,DS. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity inChildhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds).Basel : Karger AG, 2004; 160-9.
Gottfredson L, Saklofske DH. Intelligence: Foundations and Issues inAssessment. Canadian Psychology, 2009; 50(3):183-195
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gregg P, Propper C, Washbrook E. Parental Income and Multiple ChildOutcomes: a decomposition analysis. Centre for Market and PublicOrganisation. Bristol Institute of Public Affairs. University of Bristol, 2008;1-58.
Healthy weight. http: //www.cdc.gov/ healthy weight/ assessing/ bmi/childrens_bmi/ about_childrens_bmi.html, 2009.
Hidayah D, Lestari ED, Murtikarini S, Salimo H. Kematangan sosial pada anakdengan obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin duniakedokteran, 2007; 34(6):159 307-311.
Hidayati SN, Hadi H, Lestariana W. Hubungan asupan zat gizi dan indeks masatubuh dengan hiperlipidemia pada murid SLTP yang obesitas diYogyakarta. Sari Pediatri, 2006; 8:25-31.
Himmah R, Paryanto E, Madarina, Yulian E, Ernawati. Perbandingan GambaranProfil Lemak antara Anak Sekolah Dasar yang Obesitas dengan NonObesitas di kotamadya yogyakarta, pada suatu penelitian multicenter.Disampaikan pada Konggres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung,4-7 Juli, 2005.
Holick MF, Chen TC. Vitamin D deficiency: a worldwide problem withhealth consequences. Am J Clin Nutr, 2008; 87(suppl):1080S
Huang F, Lee MJ. Dynamic Treatment Effect Analysis of TV Effects on ChildCognitive Development. Research Collection School of Economics,Singapore Management University. Paper, 2007; 1032. 1-33 .
Huitt W; Hummel J. Piaget's Theory of Cognitive Development. EducationalPsychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrievedfrom http: // www.edpsycinteractive.org/ topics/ cogsys/ piaget.html, 2003;[Januari 2010].
Jansen A. Psychological Drivers of Eating Behaviours. www.eetonderzoek.nl,2011; [agustus 2014].
Janssen I, Craig W, Boyce W. Association Between Over Weight and Obesitywith Bullying Behaviors in School-Aged Children. Pediatrics, 2004; 113(5): 1187-1194
Jenvey VB. The relationship between television viewing and obesity in youngchildren: a review of existing explanations. Early Child Development andCare 2007; 177(8): 809–820.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Jolliffe CJ, Janssen I. Vascular risks and management of obesity in children andadolescents. Vascular Health and Risk Management, 2006; 2(2): 171–187.
Gahagan S. Overweight and Obesity dalam Nelson text book of pediatrics. 19th
edition. Saunders Elsevier, 2011; 179-188
Joseph AS, Rudolph CD. Overweight and Obesity dalam Nelson text book ofpediatrics. 18th edition. Saunders Elseiver, 2004; 179-188.
Judge S, Jahns L.. Association of Overweight with Academic Performance andSocial and Behavioral Problems: an update from the Early ChildhoodLongitudinal Study. J Sch Health, 2007; 77(10):672-8.
Legg S; Hutter M. A Collection of Definition of Intelligence. http: // www. idsia.Ch / _shane / intelligence.html, 2007.
Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraanbesar sampel dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto, 2002.
Marti A, Marcos A, Martinez JA. Obesity and immune function relationships(Abstract). Obesity Reviews, 2001; 2: 131-40.
Martinho FL, Tangerina RP, Moura SMGT, Gregorio LC. Systematic Head andNeck Physical Examination as a Predictor of Obstructive Sleep Apnea inClass III Obese Patient. Braz J Med Biol Res, 2008; 41: 1093-1097.
Mc Wayne, C. A Multivariate Examination of Parent Involvement and the Socialand Academic Competencies of Urban Kindergarten Children. Psychologyin the Schools, 2004; 41: 363-375.
Mexitalia M, Faizah Z, Susanto JC. The Relationship Between Physical Activityand Dietary Pattern in Obesity Children aged 6-7 years. Dalam:Tjokroprawiro A, editor. National obesity symposium 2004. Jakarta: BP UI,2004; 89-90.
Mexitalia M, Faizah Z, Susanto J. C. Diagnostik Waist-Hip Ratio (WHRatio) danPersentase Lemak Bawah Kulit Sebagai Indikator Obesitas pada Anak.Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung,4-7 Juli, 2005.
Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian. Hubungan pola makan dan aktivitasfisik pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M MedIndones.2005;40:62-70.
Moelyo AG. Perbedaan Titer Immunoglobulin G Campak Anak Usia SekolahDasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Surakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas MaretSurakarta, 2007.
Montolalu N, Tangkilisan HA, Mayulu N. Relationship Between Obesity andCognitive Intelligence in Junior High School Students. PediatricaIndonesiana, 2009; 49: 165-8.
Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 2006. Psikologi Perkembangan. PengantarDalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University press.Yogyakarta.Cetakan kesebelas.Pp:217-228.
Nammi S, Koka S, Chinnala KM. Obesity: an Overview on its CurrentPerspective and Treatment Options. http://www. Nutrionj. Com/ content/3/1/3, 2004.
Nead KG, Halterman JS, Kaczorowski JM, et al. Overweight Children andAdolescent: a risk group for iron deficiency. Pediatrics, 2004; 114:104-108.
Neisser U, Boodoo G, Bouchard Jr, T.J; Boykin, A.W, Brody N, Ceci S.J,Halpern D.F, et al. Intelligence: Knowns and Unknowns. http: // citeseerx.ist. psu. Edu, 1996; [1 Juni 2010].
Nur’aeni. Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. UniversitasMuhammadiyah Purwokerto Press. Purwokerto. Cetakan Pertama, 2012; 23-27.
Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al. Prevalence of Overweight and Obesityin the United States, 1999-2004. JAMA, 2006; 295(13):1549-55.
Pal HR, Pal A, Tourani P.. Theories of Intelligence. Everyman’s Science, 2004;39(3):1-12
Puhl RM, Latner JD. Stigma, Obesity, and the Health of the Nation’s Children.Psychological Bulletin, 2007;133(4) : 557–580.
Ramman RP. Obesity and Health Risk. Journal of the American College ofNutrition, 2002; 21(2):134s-9s.
Rauthmann JF. Psychological Aspects of Systems Intelligence:Conceptualisations of a New Intelligence Form. Essays on SystemsIntelligence, 2009; 2-31.
Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross VP, Kravitz J. Examining theImpact of Integrating Physical Activity on Fluid Intelligence and AcademicPerformance in an Elementary School Setting: A Preliminary Investigation.Journal of Physical Activity and Health, 2010, 7, 343-351
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL. The Relationship between Executive Functionand Obesity in Children and Adolescents: A Systematic LiteratureReview.Journal of obesity, 2013; 1-10.
Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart L, KelnarCJH. Health consequences of obesity. adc.bmj.com, 2003; 748-752
Reilly JJ, Wilson ML, Summerbell CD, Wilson DC. Obesity: diagnosis andtreatment; evidense based answer to common questions. Arch Dis Child ,2002; 86:392-5
Riza M, Lestari ED, Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S. Prevalensi danBeberapa Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Psikososial pada AnakObes Usia Sekolah Dasar di Kotamadya Surakarta. Cermin duniakedokteran. Vol 34 no.6/159, 2007; 304-306.
Ryan JJ, Schnakenberg-Ott SD. Scoring Reliability on the Wechsler AdultIntelligence Scale–Third Edition (WAIS-III). Assessment, 2003; 10(2): 151-159
Santos DN, Assis AMO, Bastos ACS, Santos LM,et al. Determinants of CognitiveFunction in Childhood: A cohort study in a middle income context. BMCPublic Health, 2008; 8: 202
Saelens BE, Seeley RJ, van Schaick K, Donnelly LF, O’Brien KJ. Visceralabdominal fat is correlated with whole-body fat and physical activity among8-y-old children at risk of obesity. Am J Clin Nutr, 2007; 85(1): 46–53.
Selvam PKS. A study on relationship between parental education and studentachievement. Education Research Journa,l 2013; 3(3): 75- 82.
Senjaya,S. Pengertian Inteligensi. http: // sutisna.com / psikologi / inteligensi /pengertian - inteligensi , 2009; [5 Maret2010].
Smith E, Hay P, Campbell L , Trollor J. N. A review of the association betweenobesity and cognitive function across the lifespan: implications for novelapproaches to prevention and treatment. Obesity Review, 2011; 12(9): 740–755.
Syarif D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam NaskahLengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya,2003; 123 – 139
Sjarif DR.Obesitas pada Anak dan Permasalahannya dalam:PKB-IKA XLV. HotTopics in pediatrics II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. , 2002; 219-232
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Syarif DR., Nasar SS. Obesitas dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan DokterAnak Indonesia.Jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995; 17-78.
Sorhaindo, Feinstein.What is the Relationship Between Child Nutrition andSchool Outcomes? Centre for Research on the Wider Benefits of LearningInstitute of Education, 2006; 1-12
Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. Pathophysiology and genetics of obesity.Indian Journal of Experimental Biology, 2007; 45: 929-936 .
Styne DM. Childhood and Adolescent Obesity. Prevalence and significance.Pediatr Clin North Am, 2001; 48(4):823-54.
Subardja D, Cahyono HA, Moelyo AG. Obesitas pada Anak dalam Buku ajarendokrinologi anak, Edisi I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010; 353-364
Wang J. Waist circumference : a Simple, Inexpensive, and Reliable Tool thatshould be Included as Part of Physical Examinations in the Doctors`s. Am JClin, 2003; 78:902-3.
Watts K, Jones TW, Davis EA, GreenD. Exercise Training in Obese Children andAdolescents Current Concepts. Sports Med 2005; 35 (5): 375-392.
Wechsler Intelligence Scales. Didapat dari URL:http://www.iupui.edu/~flip/wechsler.html, 2009; [Agustus 2014]
World Health Organization. Obesity: Preventing and Managing the GlobalEpidemic. WHO Tech Rep Ser, 2000; 894:i-xii, 1-253.
Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang. Overweight Is Associated WithDecreased Cognitive Functioning Among School-age Children andAdolescents. Obesity, 2008; 16:1809–1815
Yanovski SZ, Ogden CL, Carroll MD, Flegal KM. The Epidemiology of Obesity.Gastroenterology, 2007; 132(6): 2087-2102.
Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R. Intelligence in Relation to Obesity: aSystematic Review and Meta-analysis. Obesity Review, 2010; 11 (9) :656–670.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Lampiran 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Lampiran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Lampiran 3
PERSETUJUAN PENELITIAN
Setelah saya mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang
dilakukan, tata cara pelaksanaannya, serta untung ruginya mengikuti penelitian
ini, saya:
Nama :
Umur :
Orang tua dari :
Alamat :
No KTP :
Menyatakan tidak keberatan untuk mengikuti tahapan-tahapan penelitian
mengenai “PERBEDAAN TINGKAT INTELGENSI ANAK OBES DAN
TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di
KOTAMADYA SURAKARTA“.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan.
Surakarta....................2014
Yang membuat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Lampiran 4Formulir wawancara untuk anak
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RS.dr.Moewardi Surakarta
No. Penelitian :..................................................................
Identitas
Nama anak :......................................................................
kelas :............................
Jenis kelamin : L/P
Tanggal
lahir/umur:..................................................................../..............................tahun
Saudara kandung:.......................................................................................................
No Jenis kelamin Umur (th) Kegemukan / tidak
1
2
3
Alamat :
Jl....................................................................................................................
RT..........RW...............
Kelurahan......................................................................................................
Kecamatan.....................................................................................................
Kota/kabupaten..............................................................................................
Nomor telepon...................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Aktivitas fisik
1. Bagaimana jadwal tidur anda perhari?
A. Siang pk......................sampai pk.....................................................................
B. Malam pk....................sampai pk......................................................................
2. Jadwal belajar perhari pk......................sampai pk...............................................
3. Bila bermain di luar rumah, jenis pemainannya apa :.........................................
Pk.................sampai pk.............................................................................
4. Menonton televisi sehari-hari : pk........................sampai pk.................................
Hari minggu atau hari libur : pk...........................sampai pk.................................
5. Bermain dengan komputer perhari : pk.........................sampai pk........................
Berapa kali seminggu :..................kali
6. Sarana transportasi dari rumah ke sekolah setiap hari :
A. Berjalan kaki
B. Bersepeda
C. Naik kendaraan umum
D. Naik kendaraan pribadi/dijemput
7. Jika berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah :..........................................km
8. Jika naik kendaraan umum :
Berapa jarak dari rumah dengan tempat naik kendaraan umum :..................m
Berapa jarak dari tempat turun kendaraan umum dengan sekolah :...............m
9. Apakah anda melakukan olah raga?
A. Sangat sering
B. sering
C. Jarang
D. Kadang – kadang
E. Tidak pernah
10. Bila jawaban nomor 9 ya, kapan olah raga tersebut dilakukan :
A. Hanya saat jam sekolah
B. Hanya saat di luar jam sekolah
C. Saat jam sekolah dan di luar sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
11. Olah raga saat jam sekolah
A. Jenis olah raga :
.....................................................................................................................
A. Lama olah raga sehari :....................................................jam
B. Berapa kali dalam seminggu :...............................................kali/minggu
C. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur
12. Bila anda ikut olah raga di luar jam sekolah :
A. Jenis olah raga :
..................................................................................................................
B. Lama olah raga sehari :.............................................jam
C. Berapa kali dalam seminggu :.............................................kali/minggu
D. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur
E. Dengan pelatih / tanpa pelatih
F. Perorangan / ikut klub
13. Berapa kali sehari anda makan?
A. lebih dari 3 kali sehari
B. kurang dari sama dengan 3 kali sehari
14. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan ringan?
A. Ya. Berapa kali sehari:……..; jenis:…………….
B. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Lampiran 5
Formulir kuesioner untuk orang tua murid
Nama murid :...............................................................
Kelas :...............................................................
No.Penelitian :...............................................................
Data Ayah
1. Nama ayah :......................................................................
2. Umur :.............................................................tahun
3. Suku :.......................................................................
4. Kebangsaan :.......................................................................
5. Pendidikan :.......................................................................
6. Pekerjaan :.......................................................................
7. Berat badan :..................................................................kg
8. Tinggi badan :.................................................................cm
9. Penghasilan : Rp.................................................................
.....................................................................
10. Apakah ayah merasa kegemukan : ya/tidak
Bila ya, sejak kapan :.............................................................................
11. Anggapan ayah tentang kegemukan pada anaknya :
.................................................................................................................
12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya :
.................................................................................................................
13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan
tersebut :
.................................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Data Ibu
1. Nama ibu :..........................................................................
2. Umur :.........................................................................tahun
3. Suku :..................................................................................
4. Kebangsaan :..................................................................................
5. Pendidikan :..................................................................................
6. Pekerjaan :..................................................................................
7. Berat badan :..............................................................................kg
8. Tinggi badan :..............................................................................cm
9. Penghasilan : Rp............................................................................
.................................................................................
10. Apakah ibu merasa kegemukan : ya/tidak
Bila ya, sejak kapan :......................................................................................
11. Anggapan ibu tentang kegemukan pada anaknya :
........................................................................................................................
12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya :
........................................................................................................................
13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan tersebut :
........................................................................................................................
14. Adakah anggota keluarga lain yang kegemukan ?
A. Ada, sebutkan..................................................orang
B. Tidak
Adakah anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus?
A. Ada, sebutkan..................................................orang
B. Tidak
Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ?
A. Ada, sebutkan..................................................orang
B. Tidak
Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ?
A. Ada, sebutkan..................................................orang
B. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Lampiran 6
Penghasilan keluarga
A. Jumlah penghasilan keluarga (ayah + ibu) per bulan :
Rp...............................................................................................................
...................................................................................................................
B. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan saat ini :..............orang
C. Jumlah pengeluaran / biaya hidup keluarga per bulan :
Rp...............................................................................................................
....................................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
penghasilan ortu * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
pendidikan ortu * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
aktivitas * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
pola makan * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
penghasilan ortu * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
penghasilan ortu menengah atas Count 2 5 7
% of Total 3.3% 8.2% 11.5%
menengah Count 10 44 54
% of Total 16.4% 72.1% 88.5%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .396a 1 .529
Continuity Correctionb .015 1 .901
Likelihood Ratio .365 1 .546
Fisher's Exact Test .615 .418
Linear-by-Linear Association .390 1 .532
N of Valid Cases 61
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.38.
b. Computed only for a 2x2 table
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R.081 .143 .621 .537c
Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation.081 .143 .621 .537c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
pendidikan ortu * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
pendidikan ortu sarjana Count 9 32 41
% of Total 14.8% 52.5% 67.2%
tidak sarjana Count 3 17 20
% of Total 4.9% 27.9% 32.8%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .411a 1 .521
Continuity Correctionb .089 1 .766
Likelihood Ratio .426 1 .514
Fisher's Exact Test .734 .392
Linear-by-Linear
Association.404 1 .525
N of Valid Cases 61
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.93.
b. Computed only for a 2x2 table
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R.082 .121 .633 .529c
Ordinal by
Ordinal
Spearman
Correlation.082 .121 .633 .529c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
aktivitas * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
aktivitas aktif Count 8 31 39
% of Total 13.1% 50.8% 63.9%
kurang aktif Count 4 18 22
% of Total 6.6% 29.5% 36.1%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson
Chi-Square.048a 1 .826
Continuity
Correctionb .000 1 1.000
Likelihood
Ratio.049 1 .825
Fisher's
Exact Test1.000 .553
Linear-by-
Linear
Association
.048 1 .827
N of Valid
Cases61
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.
Interval by Interval Pearson's R .028 .126 .216 .829c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .028 .126 .216 .829c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pola makan * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
pola makan > 3 kali Count 8 23 31
% of Total 13.1% 37.7% 50.8%
< = 3 kali Count 4 26 30
% of Total 6.6% 42.6% 49.2%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.501a 1 .221
Continuity Correctionb .815 1 .367
Likelihood Ratio 1.527 1 .217
Fisher's Exact Test .335 .184
Linear-by-Linear
Association1.476 1 .224
N of Valid Cases 61
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R.157 .123 1.220 .227c
Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation.157 .123 1.220 .227c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
umur * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
kat imt * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
jenis kelamin * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
jenis kelamin laki-laki Count 7 32 39
% of Total 11.5% 52.5% 63.9%
perempuan Count 5 17 22
% of Total 8.2% 27.9% 36.1%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .203a 1 .652
Continuity
Correctionb .013 1 .908
Likelihood Ratio .200 1 .655
Fisher's Exact Test .742 .447
Linear-by-Linear
Association.200 1 .655
N of Valid Cases 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R-.058 .131 -.444 .659c
Ordinal by
Ordinal
Spearman
Correlation-.058 .131 -.444 .659c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
umur * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
umur 10.00 Count 5 16 21
% of Total 8.2% 26.2% 34.4%
11.00 Count 4 16 20
% of Total 6.6% 26.2% 32.8%
12.00 Count 3 17 20
% of Total 4.9% 27.9% 32.8%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .505a 2 .777
Likelihood Ratio .513 2 .774
Linear-by-Linear Association .494 1 .482
N of Valid Cases 61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.93.
Symmetric Measures
Value
Asymp.
Std. Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R.091 .126 .700 .487c
Ordinal by
Ordinal
Spearman
Correlation.091 .126 .699 .487c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
kat imt * kat iq
Crosstab
kat iq
Totalcerdas normal
kat imt tidak obese Count 5 26 31
% of Total 8.2% 42.6% 50.8%
obese Count 7 23 30
% of Total 11.5% 37.7% 49.2%
Total Count 12 49 61
% of Total 19.7% 80.3% 100.0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .501a 1 .479
Continuity Correctionb .149 1 .700
Likelihood Ratio .502 1 .478
Fisher's Exact Test .534 .350
Linear-by-Linear Association .493 1 .483
N of Valid Cases 61
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R-.091 .127 -.699 .487c
Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation-.091 .127 -.699 .487c
N of Valid Cases 61
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 61 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 61 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 61 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
cerdas 0
normal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables penghasilanortu .396 1 .529
Overall Statistics .396 1 .529
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .365 1 .546
Block .365 1 .546
Model .365 1 .546
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 60.126a .006 .009
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
penghasilanortu .565 .907 .388 1 .533 1.760 .297 10.413
Constant .916 .837 1.199 1 .273 2.500
a. Variable(s) entered on step 1: penghasilanortu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Logistic RegressionCase Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 61 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 61 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 61 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
cerdas 0
normal 1
Block 0: Beginning BlockClassification Tablea,b
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pendidikanortu .411 1 .521
Overall Statistics .411 1 .521
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .426 1 .514
Block .426 1 .514
Model .426 1 .514
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 60.064a .007 .011
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Classification Tablea
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Ste
p
1a
pendidikanortu .466 .731 .406 1 .524 1.594 .380 6.679
Constant 1.26
9.377
11.30
31 .001 3.556
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikanortu.
Logistic RegressionCase Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 61 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 61 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 61 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables aktivitas .048 1 .826
Overall Statistics .048 1 .826
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
cerdas 0
normal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .049 1 .825
Block .049 1 .825
Model .049 1 .825
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 60.442a .001 .001
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. The cut value is .500
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Ste
p 1a
aktivitas .150 .680 .048 1 .826 1.161 .306 4.406
Constant 1.355 .397 11.667 1 .001 3.875
a. Variable(s) entered on step 1: aktivitas.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 61 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 61 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 61 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
cerdas 0
normal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables polamakan 1.501 1 .221
Overall Statistics 1.501 1 .221
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1.527 1 .217
Block 1.527 1 .217
Model 1.527 1 .217
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 58.964a .025 .039
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Classification Tablea
Observed
Predicted
kat iq Percentage
Correctcerdas normal
Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0
normal 0 49 100.0
Overall Percentage 80.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a polamakan .816 .676 1.456 1 .228 2.261 .601 8.505
Constant 1.056 .410 6.620 1 .010 2.875
a. Variable(s) entered on step 1: polamakan.
Correlations
Correlations
umur
Jenis
kelamin imt IQ aktivitas pendapatan
status
gizi Pddkortu
IQ Pearson
Correlation.064 .038 .075 1 .127 .036 -.123 -.168
Sig.
(2-tailed).622 .771 .566 .328 .783 .345 .196
N 61 61 61 61 61 61 61 61
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user