nova aryanto

107
i PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik Disusun oleh: Nova Aryanto Wijoyo S 590 902 003 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: qoniek-nuzulul-falakhi

Post on 08-Jul-2016

14 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Aryanto

TRANSCRIPT

Page 1: Nova Aryanto

i

PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES

PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15

di KOTAMADYA SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik

Disusun oleh:

Nova Aryanto Wijoyo

S 590 902 003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: Nova Aryanto

ii

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: Nova Aryanto

iii

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: Nova Aryanto

iv

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nova Aryanto Wijoyo

NIM : S. 590902003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PERBEDAAN

TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJAR

SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, Oktober 2014Yang membuat pernyataan,

Nova Aryanto Wijoyo

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: Nova Aryanto

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat yang

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaian tesis dengan judul

PERBEDAAN TINGKAT INTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES

PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA

SURAKARTA

Tesis ini disusun sebagai untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk persyaratan

mencapai Derajat Magister.

Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM selaku dekan

fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan spesialisasi Ilmu

Kesehatan anak.

3. Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, MS selaku direktur program pasca sarjana yang

telah memberi kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan mengadakan penelitian di

dalam lingkup Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Hari Wujoso, dr, SpF, MM, selaku Ketua Program studi Kedokteran

Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret surakarta

5. Endang Dewi lestari,dr, SpA(K), MPH selaku Kepala Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk mengikuti program Magister di Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: Nova Aryanto

vi

6. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku pembimbing metodologis.

Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program

Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan telah

meluangkan waktu dan tenaganya untuk pembuatan tesis penelitian ini.

7. Dra. Suci Murtikarini, MSi selaku pembimbing substansi yang dengan

kesabarannya memberi masukan tesis ini sehingga menjadi lebih baik.

8. Kepala sekolah, guru dan orang tua murid SD Negeri Mangkubumen 15

Surakarta yang telah memberi ijin dan membantu jalannya penelitian ini.

9. Orang tua penulis dr. Oriono Rahardjo, SpA dan dr.Dyah Laksmi

Sumiarsih yang dengan kesabaran dan kasih sayang telah membesarkan,

membimbing dan mendidik sehingga penulis dapat mencapai jenjang

pendidikan seperti sekarang, semoga Allah SWT memberikan balasan

yang sebaik-baiknya

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis penelitian ini

yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran dari pembaca kami harapkan sehingga lebih sempurna.

Surakarta, Oktober 2014

Penulis

Nova Aryanto Wijoyo

vi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: Nova Aryanto

vii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL……………………………………...……………... i

HALAMAN PENGESAHAN………………...………………………… ii

BERITA ACARA……………………………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………… v

DAFTAR ISI……………………………………………………………. vii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..… xi

ABSTRAK……………………………………………………………….. xii

ABSTRACT……………………………………………………………… xiii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

1. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1

2. Rumusan masalah……..………………………………………. 5

3. Tujuan Penelitian........................................................................ 5

4. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

BAB II. KAJIAN ILMU......................................................................... 7

1. Obesitas...................................................................................... 7

a. Definisi.................................................................................... 7

b. Kriteria obesitas....................................................................... 7

c. Epidemiologi .......................................................................... 10

d. Patogenesis dan etiologi.......................................................... 11

e. Dampak obesitas..................................................................... 12

2. Inteligensi................................................................................... 13

a. Definisi intelgensi................................................................... 13

b. Fase Perkembangan inteligensi……..………………………. 16

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi…..………….. 22

d. Pengukuran dan Tingkat Inteligensi……………………........ 24

vii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: Nova Aryanto

viii

3. Perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes… 26

4. Kerangka konsep..………………………………….…………. 28

5. Hipotesis…….…….……………………………….………….. 29

BAB III METODE PENELITIAN………….………………………….. 30

1. Desain penelitian……………………………………………… 30

2. Tempat dan Waktu……………………………………………. 30

3. Populasi……………………………………………………….. 30

4. Subyek dan cara pemilihan subyek…………………………… 30

5. Besar subyek…………………………………………………... 31

6. Identifikasi variable penelitian………………………………… 32

7. Definisi variabel operasional penelitian….….………………… 32

8. Izin subyek penelitian…….…………………………………… 37

9. Alur penelitian………………………………………………… 38

10. Pengolahan data………………………………………………. 39

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN… 40

1. Hasil penelitian………………………………………………... 40

2. Pembahasan…………………………………………………… 47

3. Kelemahan penelitian…………………………………………. 56

4. Kelebihan penelitian…………………………………………. 57

BAB V. PENUTUP……………………………………………………... 58

1. Simpulan…………………...…………………………………. 58

2. Saran…………………………………………………………... 58

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 60

LAMPIRAN.............................................................................................. 67

viii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: Nova Aryanto

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep.................................................................................28

Gambar 2. Alur Penelitian.....................................................................................38

ix

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: Nova Aryanto

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak............................................................ 9

Tabel 2. Skor tes Intelligence Quotient (IQ)............................................... 26

Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan.......................................................... 39

Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ .............. 40

Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ................ 41

Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ.................................... 41

Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ............................... 42

Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ.................. 42

Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ .......................................... 43

Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ........................................................... 44

Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ 44

Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ............... 45

Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ ........ 45

Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ ............ 46

Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes ......... 46

x

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: Nova Aryanto

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kelaikan etik........................................................................... 67

Lampiran 2. Surat Keterangan Pengambilan Data ...................................... 68

Lampiran 3. Persetujuan Penelitian............................................................. 69

Lampiran 4. Formulir Wawancara Untuk Anak ......................................... 70

Lampiran 5. Formulir Kuesioner untuk orang tua murid............................ 73

Lampiran 6. Formulir penghasilan keluarga ............................................... 75

Lampiran 7. Daftar Subyek penelitian ........................................................ 76

Lampiran 8. Hasil olah data SPSS 16 ......................................................... 80

xi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: Nova Aryanto

xii

ABSTRAK

Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKATINTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJARSEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Tesis.Pembimbing I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini,Msi. Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik ProgramPasca sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Obesitas dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak yang selanjutnya dapatmenyebabkan perubahan tingkat inteligensi. Penelitian ini bertujuan menganalisisperbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes pada anak usia 6-12tahun di Sekolah Dasar Negeri 15 di kotamadya Surakarta. Desain penelitian inimerupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui perbedaan tingkatinteligensi pada anak obes dan tidak obes. Teknik sampling yang dipakai adalahpurposive sampling. Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantungdilakukan secara bivariat menggunakan uji Chi-square atau uji Fisher. Analisisbivariat obes dan tidak obes dalam skala numerik dilakukan dengan uji tberpasangan. Dari 60 anak yang ikut serta dalam penelitian 63,9% berjeniskelamin laki-laki dan 36,1% berjenis kelamin perempuan. Hasil dari karakteristikdasar didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkatinteligensi cerdas sebesar 11,5%, sementara prevalensi anak tidak obes dengantingkat inteligensi cerdas sebesar 37,7%. Dari segi pendapatan orang tua dengankatagori menengah pada anak yang memiliki tingkat inteligensi cerdasmempunyai prevalensi sebesar 16,4%, sementara dari segi pendidikan orangtuadengan katagori sarjana yang memiliki anak dengan tingkat inteligensi normalhingga cerdas mempunyai prevalensi sebesar 67,2%. Dari hasil analisis regresilogistik terdapat pengaruh positif penghasilan orang tua (b= 0,565; 95% C.I =0,297-10,413; p = 0,533), pendidikan orang tua (b= 0,466; 95% C.I =0,380-6,679;p = 0,524) , aktifitas fisik (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p = 0,826), polamakan lebih dari 3 kali terhadap IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p=0,228).Dari uji beda mean didapatkan beda mean= 1,858 dengan CI 95% (-2,05– 5,76) p= 0,345 Simpulan : Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan tidak adaperbedaan signifikan pada tingkat inteligensi anak obes dan tidak obes.

Kata kunci : obesitas, anak-anak, inteligensi

xii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: Nova Aryanto

xiii

ABSTRACT

Nova Aryanto Wijoyo. NIM S590902003. 2014 PERBEDAAN TINGKATINTELIGENSI ANAK OBES DAN TIDAK OBES PADA PELAJARSEKOLAH DASAR NEGERI 15 di KOTAMADYA SURAKARTA. Thesis.Supervisor I: Prof. DR. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Dra Suci Murti Karini,Msi. Medical Family Study Program, Post Graduate program, Special interestBiomedical science, University of Sebelas Maret, Surakarta.

Obesity can affect a child's cognitive abilities which in turn can lead to changes inthe level of intelligence. This study aimed to analyze the differences between theintelligence levels of obese and nonobese children in children aged 6-12 years inState Elementary School 15 in the municipality of Surakarta. The design of thisstudy is a cross-sectional study to determine differences in the level of intelligencein obese and nonobese children. The sampling technique used was purposivesampling. Analysis of independent variables on the dependent variable inbivariate performed using Chi-square or Fisher's exact test. Bivariate analysis inobese and nonobese nominal scale is done by paired t test. Of the 60 children whoparticipated in the study 63.9% were male and 36.1% female. Results Frombaseline characteristics showed that the prevalence of obese children to have alevel of intelligence of the intelligent by 11.5%, while the prevalence of obesechildren with a level of intelligence does not intelligently by 37.7%. In terms ofparental income with a secondary category in children who have a level ofintelligence of the intelligent have a prevalence of 16.4%, while in terms of thecategories of parental education scholars who have children with normalintelligence to intelligent level has a prevalence of 67.2%. From the results oflogistic regression analysis found a positive effect of parental income (b= 0,565;95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533), parental education (b= 0,466; 95% C.I=0,380-6,679; p = 0,524), physical activity(b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p= 0,826) , eating more than 3 times the IQ (b= 0,816; 95% C.I = 0,601-8,505; p=0,228). Mean difference test found the mean difference= 1.858 95% CI(-2.05 -5.76) p = 0.345 Conclusion: From this study it can be concluded there was nosignificant difference in the level of intelligence of obese and nonobese children.

Keywords: obesity, children, intelligence

xiii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: Nova Aryanto

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai

dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas saat ini

sudah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan

bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah

merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (WHO,2000).

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya

hidup yang menjurus ke westernisasi berakibat pada perubahan pola makan atau

konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak

dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji ( fast food ) yang

berdampak meningkatkan risiko obesitas (Subardja dkk, 2010).

Prevalensi obesitas pada anak dan remaja saat ini meningkat secara

dramatis. Hal ini disebabkan oleh adanya industrialisasi dan globalisasi yang

mengakibatkan perubahan pola masukan makanan, komposisi, ketersediaan dan

harganya telah mengubah pola hidup yang ada (Subardja dkk, 2010).

Perkembangan kemajuan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor yang

telah memudahkan mobilitas dan berbagai media elektronika memberi

dampak berkurangnya aktifitas fisik yang akhirnya mengurangi keluaran energi

(Syarif, 2010, 2003, 2002).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: Nova Aryanto

2

Data dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan

prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di amerika tahun 2008 adalah

14,6%, sedangkan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun meningkat

dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (CDC, 2009;

Yanovski, 2007). Prevalensi anak usia sekolah dengan overweight di negara

berkembang paling banyak di dapatkan di amerika latin dan karibia (4,4%),

kemudian afrika (3,9%), dan asia (2,9%). Tetapi secara mutlak jumlah terbesar

ada di asia karena lebih dari 60% (atau 10,6 juta jiwa) tinggal di kawasan ini (de

Onis, 2000).

Di indonesia prevalensi obesitas menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah laki-

laki, serta 6,4% untuk anak usia sekolah perempuan. Prevalensi obesitas anak usia

sekolah di jawa tengah sebesar 6,6% untuk anak laki-laki dan 4,6% untuk anak

perempuan (RISKESDAS, 2007). Prevalensi obesitas pada anak SD di

Yogyakarta sebesar 7,9% perempuan dan 12,6% pada laki-laki (Himmah, 2005).

Sedangkan prevalensi obesitas untuk anak SLTP di Yogyakarta sebesar 4,9%

(Hidayati dkk, 2006). Prevalensi obesitas di semarang sebesar 12,1% (Mexitalia,

2004). Di SD Bromantakan Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7% (Hidayah,

2007).

Penumpukan lemak regional khususnya pada segmen tubuh bagian atas

merupakan prediktor yang lebih baik daripada IMT untuk komplikasi yang terkait

dengan obesitas, seperti hipertensi, diabetes, obstructive sleep apneu, dan

penyakit kardiovaskuler ( Martinho et al, 2008). Beberapa peneliti telah menguji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: Nova Aryanto

3

hubungan antara lingkar pinggang dengan IMT dan telah dibuktikan bahwa

lingkar pinggang berkorelasi baik dengan IMT dan total lemak tubuh, serta

berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler (Bigaard et al, 2005; Jansen

et al, 2004; Wang, 2003).

Ada banyak metode yang dipakai untuk menentukan obesitas, beberapa

teknik bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti pengukuran berat

badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, rasio lingkar pinggang dan

lingkar pinggul, akan tetapi pengukuran tersebut tidak selalu dapat dipraktekkan,

khususnya jika musim dingin, kondisi sibuk, atau pada praktek pribadi harian

(Ben-noun et al, 2001). Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan

untuk menentukan obesitas pada anak dan orang dewasa adalah Indeks Massa

tubuh (IMT) yang didefinisikan sebagai berat badan individual dalam

kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (IMT = kg / m2) Akan tetapi

disamping popularitas dan kemudahannya sebagai alat antropometris, Indeks

Massa Tubuh memiliki beberapa kelemahan yaitu penghitungannya tidak

menunjukkan variasi distribusi lemak yang ecara alamiah berbeda antar individu

dan populasi (WHO, 2000). Salah satu metode yang akurat untuk menentukan

ditribusi lemak tubuh adalah computed tomography scan (CT Scan) dan Magnetic

resonance Imaging (MRI). Akan tetapi metode ini kurang sesuai karena mahal

dan resiko terpapar radiasi (Cole dan Chacera, 2002).

Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua,

lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas

hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: Nova Aryanto

4

tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif

seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan

status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan

kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan

tingkat kesejahteraan yang rendah (Engle PL, Black MM. 2008 ; Santos, et al

2008).

Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas

fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas

dan berat badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif

anak, pada penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ

membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan

lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi

lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta

karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah

akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta tingkat

inteligensi yang kurang (Yanfeng,et al 2008, Huang F, Lee MJ 2007).

Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir

secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti

yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai suatu kemampuan

mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi berkaitan

dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan (Dunbar RI, Shultz S.

2007)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: Nova Aryanto

5

Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang

biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran

kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya

berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai

taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara

keseluruhan ( Dunbar RI, 2007).

Istilah Inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stern.

Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada saat itu, dan ternyata

masih juga di Indonesia saat ini. Inteligensi ini terletak di otak bagian korteks.

Inteligensi adalah sebuah kemampuan yang memberikan individu untuk

berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi

(De Young CG. 2011; Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Pal HR,2004 ).

2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Menganalisis perbedaan tingkat inteligensi antara anak obes dan tidak obes.

b. Tujuan khusus

i. Mengidentifikasi tingkat inteligensi pada anak usia 6-12 tahun.

ii. Menilai status antropometri anak usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri

15 di kotamadya Surakarta.

4. Manfaat Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: Nova Aryanto

6

a. Manfaat bidang akademik

Memberi masukan bidang ilmu kesehatan anak tentang perbedaan tingkat

inteligensi antara anak obes dan tidak obes.

b. Manfaat bidang pelayanan

i. Bagi petugas kesehatan dapat mengetahui tingkat Inteligensi pada anak

obes.

ii. Bagi orang tua murid dapat memperkirakan tingkat Inteligensi putra-putri

mereka yang mengalami obesitas.

c. Manfaat di bidang kedokteran keluarga

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, tingkat inteligensi

pada anak obes serta dapat memberi masukan kepada orang tua yang putra-

putrinya mengalami obesitas untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: Nova Aryanto

7

BAB II

KAJIAN ILMU

1. Obesitas

a. Definisi

Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan terdapatnya

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan

antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang

melebihi keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan

disimpan sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk; 2010

Clement, 2003).

Sebagian besar obesitas pada anak terjadi karena interaksi faktor lingkungan

seperti makan berlebihan dan atau kurangnya aktifitas fisik dengan faktor genetik

(obesitas primer). Hanya sebagian kecil (1%) disebabkan oleh penyakit herediter

familial atau bagian dari suatu penyakit tertentu (obesitas sekunder) (Subardja

dkk, 2010).

b. Kriteria obesitas

Secara klinis anak obesitas mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri yang

khas, antara lain: wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif

pendek, dada membusung dengan payudara membesar, perut membuncit disertai

dinding perut yang berlipat-lipat, dan striae abdomen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: Nova Aryanto

8

Pada anak laki-laki bisa ditemukan penis yang tenggelam sehingga tampak

kecil (burried penis), dan ginekomastia. Pada kulit bisa didapatkan intertrigo,

dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigrican, serta jerawat. Anak yang obes

dapat mengalami pubertas dini, genu valgum ( tungkai berbentuk X ) dengan

kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat

menyebabkan laserasi kulit (Sjarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010).

Diagnosis obesitas dapat di awali dengan anamnesis, di tanyakan kapan saat

mulai timbulnya obesitas, riwayat tumbuh kembang yang mendukung obesitas

endogen, keluhan mengorok (snoring) saat tidur, dan nyeri pinggul. Riwayat gaya

hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan makan serta aktifitas fisis

(misalnya sering menonton televisi). Riwayat keluarga dengan obesitas menjadi

pertimbangan kemungkinan adanya faktor genetik, disertai dengan adanya resiko

seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan

diabetes melitus tipe 2 (Barlow, 2007; Jenvey VB. 2007).

Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan (Sjarif

dkk, 2010;) :

i. Membandingkan berat badan terukur dengan berat badan ideal menurut

tinggi badan (BB/TB). Disebut obes bila BB/TB di atas persentil 90 atau

>120% di bandingkan berat badan ideal.

ii. Mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan

suprailiaka. Disebut obes bila TLK di atas persentil ke-85.

iii. Menghitung indeks massa tubuh (IMT).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: Nova Aryanto

9

The international obesity task force (IOTF) tahun 1994. WHO tahun 1997,

dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive

Services merekomendasikan indeks massa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran

obesitas pada anak dan remaja (Sjarif,2002). Indeks Massa Tubuh menjadi

petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet

(berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter; Kg / m2 )

( Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004; CDC 2007). Interpretasi IMT tergantung pada

umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak

laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih bila IMT berada pada persentil

ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau

sama dengan persentil ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010).

Klasifikasi BMI menurut umur

Underweight Kurang dari persentil ke-5

Normal Persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85

Overweight Persentil ke-85 sampai dengan kurang dari persentil ke-95

Obesitas Lebih dari Persentil ke-95

Tabel 1. Klasifikasi BMI pada anak (Healthy weight. 2009)

Menurut Subardja dkk, 2010, berdasarkan penyebabnya obesitas dapat

dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :

i. Obesitas primer (eksogen): suatu keadaan kegemukan pada seseorang

yang terjadi tanpa sebab penyakit secara jelas, tetapi semata-mata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: Nova Aryanto

10

disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan. Bentuk obesitas

seperti ini paling sering didapatkan pada anak.

ii. Obesitas sekunder (endogen/glanduler): merupakan suatu bentuk obesitas

yang jelas awitannya atau timbulnya bersamaan sebagai bagian dari

penyakit hormonal atau sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Lebih

jarang terjadi pada anak dan hanya merupakan <1% obesitas pada anak.

Obesitas sekunder, dapat berupa lesi struktural atau biokimia yang jelas

seperti akibat kelainan kromosom, organ endokrin, penyakit infeksi, atau

sama sekali sebabnya tidak diketahui.

c. Epidemiologi obesitas.

Prevalensi obesitas pada anak di Amerika meningkat secara dramatis sejak 30

tahun terakhir. Prevalensi obesitas pada umur 10 tahun diantara anak sekolah di

Birmingham adalah 21% pada anak laki-laki, 26%pada perempuan kulit putih dan

masing-masing 38% baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan Afrika

Amerika (Ogden et al, 2006; Styne, 2001).

Prevalensi obesitas di indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun

2007 adalah 12,2% untuk balita, dan 9,5% untuk anak usia sekolah laki-laki, serta

6,4% untuk anak usia sekolah perempuan (RISKESDAS, 2007). Di DKI Jakarta

prevalansi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalansi obesitas

pada umur 6-12 tahun adalah sekitar 4%, remaja 12-18 tahun adalah sebesar 6,2%

dan umur 17-18 tahun adalah sebesar 11,4%. Obesitas pada remaja wanita lebih

banyak daripada laki-laki yaitu 10,2% dibanding 3,1% (RISKESDAS,2007 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: Nova Aryanto

11

Prevalensi obesitas di DI Yogyakarta berdasarkan penelitian yang di lakukan

oleh Himmah R dkk pada anak-anak sekolah dasar di dapatkan 7,9% pada anak

perempuan dan 12,6% pada anak laki-laki (Himmah dkk,2005).Penelitian di

semarang oleh Mexitalia dkk mendapatkan prevalensi obesitas 12,1% (Mexitalia

dkk, 2005).

d. Patogenesis dan Etiologi Obesitas

Berlebihnya ambilan energi dibandingkan dengan keluarannya menyebabkan

peningkatan berat badan dan obesitas disertai peningkatan pengeluaran energi

total. Pengeluaran energi total terdiri dari metabolisme basal, termogenesis

postprandial, dan aktifitas fisis. Di antara ketiga komponen ini, aktivitas fisis

merupakan komponen yang paling praktis untuk diukur (Gahagan S, 2011).

Sebagian besar penyebab ketidak-seimbangan tersebut adalah faktor idiopatik

(obesitas primer atau nutrisional), hanya kurang dari 1% kasus disebabkan faktor

endogen (obesitas sekunder atau non nutrisional) seperti kelainan hormonal,

sindrom atau genetik. Faktor genetik misalnya gen yang mengkode hormon leptin

mempunyai efek baik pada masukan maupun keluaran energi. Terdapat tujuh gen

yang diketahui menyebabkan obesitas pada manusia. Faktor genetik yang

diketahui mempunyai peranan kuat menimbulkan obesitas adalah parental

fatness. Peningkatan resiko pada anak dengan orang tua obesitas kemungkinan

disebabkan pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga (Syarif, 2002;

Ramman,2002). Faktor lingkungan berperan terhadap terjadinya obesitas dengan

mempengaruhi masukan energi dan menurunkan keluaran energi. Penurunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: Nova Aryanto

12

energi tersebut antara lain disebabkan karena kekurangan aktivitas fisis akibat

kebiasaan menonton televisi, bermain game, komputer, maupun media elektronik

lain dan penggunaan alat transportasi modern (Nammi et al, 2004).

e. Dampak obesitas

Obesitas dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan penyakit, seperti

hipertensi, diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Ben-

noun et al, 2006; Jolliffe CJ, Janssen I,2006; Martinho et al, 2008). Obesitas dapat

pula menimbulkan gangguan psikososial pada anak, penelitian yang dilakukan

oleh M. Riza dkk didapatkan prevalensi gangguan psikososial pada anak obes usia

sekolah dasar di surakarta sebesar 11,6% (Riza dkk, 2007). Sedangkan pada

penelitian yang yang dilakukan oleh Hidayah dkk didapatkan prevalensi tingkat

kematangan sosial rendah pada populasi anak dengan obesitas lebih tinggi

dibanding dengan anak tanpa obesitas. Anak obesitas mempunyai tingkat

kematangan sosial rendah 2 kali lebih sering dibanding dengan yang lain

(Hidayah dkk, 2007). Selain itu, anak dengan obesitas cenderung lebih sering

mengalami alergi dibanding anak yang tidak obes.

Dari data klinis dan epidemiologis didapatkan bahwa insiden dan keparahan

penyakit infeksi lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001).

Jaringan adiposa juga memiliki keterkaitan dengan modulator dan mediator

respon imun. Salah satunya adalah leptin yang dikatakan meningkatkan proliferasi

dan aktifasi sel T dan menstimulasi produk sitokin (Nead, 2004; Dhurandar, 2001;

Marti, 2001). Sebagai efek dari aktifasi sistim imun tersebut, pada anak dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: Nova Aryanto

13

obesitas akan memiliki respon imun yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh

Moelyo, pada penelitian yang dilakukan di SD Bromantakan Surakarta didapatkan

anak usia Sekolah Dasar yang obesitas memiliki rerata titer IgG campak

cenderung lebih tinggi dari pada anak tanpa obesitas (Moelyo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak

obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak

obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024

dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA,

Mayulu N, 2009).

Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di

mana pada penelitian yang dilakukan oleh Yu di Republik Rakyat Cina,

didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes

(Yu ZB, Han SP, Cao XG, Guo X. R. 2010).

2. Inteligensi

a. Definisi Inteligensi

1. Pengertian Inteligensi Secara Etimologis

Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga

berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Definisi

mengenai intelegensi menurut Wechsler mula-mula sebagai kapasitas untuk

mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-

tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi

adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: Nova Aryanto

14

dan menghadapi lingkungannya secara efektif. (Pal HR, Pal A, Tourani P.

2004)

2. Definisi Inteligensi Menurut Para Ahli.

Alfred Binet mendefinisikan Inteligensi terdiri dari tiga

komponen, yaitu (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009 ) :

i. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan.

ii. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut

dilaksanakan.

iii.Kemampuan untuk dapat mengkritik diri sendiri atau melakukan

autocriticism.

George D. Stoddard menyebutkan Inteligensi sebagai kemampuan

untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan (Gottfredson L,

Saklofske DH. 2009 ):

i. Mengandung kesukaran

ii. Kompleks

iii.Abstrak

iv. Diarahkan pada tujuan

v. Ekonomis

vi. Bernilai sosial

Inteligensi merupakan sebuah kemampuan untuk bertindak secara

terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungannya secara

efisien. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan

proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: Nova Aryanto

15

tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari

berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir

rasional itu.Intelgensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,

berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai

suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

Kecerdasan intelektual berkaitan dengan keterampilan seseorang

menghadapi persoalan teknis dan intelektual, serta identik dengan faktor

kognitif seseorang. Inteligensi merupakan istilah umum yang

digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan

masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa,

dan belajar. Istilah inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh

William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada

saat itu, dan masih digunakan di Indonesia saat ini. Inteligensi ini

terletak di otak bagian korteks. Inteligensi adalah sebuah kemampuan

untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi

serta inovasi. (De Young CG. 2011; )

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah

kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional

serta mampu untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-

situasi baru, kemampuan untuk memahami massalah dan

memecahkannya. (Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Legg, Hutter,2007)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: Nova Aryanto

16

b. Fase perkembangan inteligensi

Struktur kognitif menurut Jean Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003,

disebut juga sebagai skemata (Schemes), yaitu kumpulan dari skema-skema.

Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons

terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini

berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki

struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget

memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.

Inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu (Rauthmann JF. 2009):

a) Struktur

Disebut juga scheme

b) Isi

Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik ketika individu

menghadapi sesuatu masalah.

c) Fungsi

Disebut juga function, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang

mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam

fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi berupa

kemampuan seseorang dalam menyusun proses-proses fisis dan psikis

dalam bentuk sistem-sistem yang koheren. Adaptasi adalah penyesuaian

diri individu terhadap lingkungannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: Nova Aryanto

17

Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan

stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :

i. Asimilasi

Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam

skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau

kemampuan individu untuk mengatasi massalah dalam lingkungannya.

ii. Akomodasi

Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah

terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu

terhadap stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu harus ada keseimbangan antara

asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat

mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus

yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan

dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.

Dengan penjelasan diatas maka dapat diketahui tentang bagaimana terjadinya

pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi

karena adanya proses yang kontinu dari adanya ekuilibrium – disekuilibrium. Bila

individu dapat menjaga adanya ekuilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat

perkembangan intelektual yang lebih tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: Nova Aryanto

18

Transisi tahap perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

i. Kematangan

ii. Pengalaman fisik / lingkungan

iii. Transmisi sosial

iv. Ekuilibrium

Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang

dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini

disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan

menengah di Swiss.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget dalam Huitt W; Hummel J. 2003,

serta menurut Monks, Knoers, Hadinoto, 2006, mengemukakan ada empat tahap

perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :

i. Tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui

fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada

mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu

objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia

mulai berusaha untuk mencari obyek yang asalnya terlihat kemudian

menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap

ini ia mulai mencari obyek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat

perpindahannya. Obyek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu

konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia

mulai mampu untuk melambungkan obyek fisik ke dalam simbol-simbol,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: Nova Aryanto

19

misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dan

lain-lain.

Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan,

skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang

lebih kompleks. Pada massa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai

konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang

ditangkap dengan inderanya.

ii. Tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.

Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-

tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying),

menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang

(counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada

pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyek-

obyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada

tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami

konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi,

luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan

belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak mulai timbul pertumbuhan

kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat)

di dalam lingkungannya saja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: Nova Aryanto

20

iii. Tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun

Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di

Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami

operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud

dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan

dan serasi, mampu memandang suatu obyek dari sudut pandang yang berbeda

secara obyek.

Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran

logika, tetapi hanya obyek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap

operasional konkrit). Namun, tanpa obyek fisik di hadapan mereka, anak-

anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan

tugas-tugas logika.

Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak telah dapat mengetahui simbol-

simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak

berwujud).

iv. Tahap Operasi Formal : 11 tahun ke atas.

Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif

secara kualitatif. Pada tahap anak ini sudah mampu melakukan penalaran

dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika.

Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu

melakukan penalaran tanpa harus berhadapan dengan obyek atau peristiwa

yang sedang berlangsung. Penalaran yang terjadi di dalam struktur

kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol, ide-ide,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: Nova Aryanto

21

abstraksi dan generalisasi. Anak telah memiliki kemampuan untuk melakukan

operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,

memahami konsep promosi. Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah

telah memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif,

yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya.

Kesimpulan pada tahap ini adalah: Pada tahap operasional formal, anak-anak

sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi

argumen (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan

bahwa anak - anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa,

yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran

abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya

sistem nilai dan ideal, serta pemahaman untuk massalah-massalah filosofis.

Sebaran umur pada setiap tahap tersebut adalah rata-rata dan mungkin pula

terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.

Pertumbuhan intelektual anak secara singkat dapat disimpulkan

mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang

sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya

berubah/ berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga

melahirkan suatu rangkaian perkembangan,masing-masing mempunyai

struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka

Piaget mengartikan Inteligensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada

pada tingkat perkembangan khusus. (Huitt W; Hummel J. 2003)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: Nova Aryanto

22

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi

Tinggi rendahnya inteligensi seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Secara garis besar, inteligensi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a. Faktor Genetis

Kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh

karena itu,jika ayah dan ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas

pula (Boeree, 2003). Sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor genetik

bukanlah penentu utama kecerdasan. Meskipun dukungan genetik

mempengaruhi intelektual seseorang, namun pengaruh lingkungan dan

kesempatan yang tersedia bagi anak juga dapat mengubah skor IQ mereka

secara signifikan (Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. 2007; Santrock, 2002).

Telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa anak-anak yang diberi

suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun tingkat sosial

ekonomi orang tuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes

kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan

suplemen gizi protein (Neisser et al., 2010).

b. Faktor Gizi

Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama

pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang

tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa

berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini

tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Beberapa

penelitian yang terdahulu telah membuktikan bahwa status gizi anak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: Nova Aryanto

23

mempunyai dampak positif terhadap inteligensinya. Anak-anak dengan

defisiensi nutrisi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, menurunkan

kemampuan perkembangan otak, meningkatkan risiko terpapar infeksi yang

dapat meningkatkan frekuensi ketidakhadiran di sekolah sehingga akan

menurunkan kemampuan kognitifnya (Sorhaindo, Feinstein,2006; Marti A,

2001).

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan

kebutuhan mental bagi anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa

aman, pengertian, perhatian, penghargaan serta rangsangan intelektual.

Kekurangan rangsangan intelektual pada massa bayi dan balita dapat

menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Faktor

lingkungan lain yang juga mempunyai efek positif terhadap kecerdasan anak

antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pedidikan ibu, dan riwayat

sosial-budaya (Selvam PKS, 2013). Menurut Mc Wayne (2004), anak yang

tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah mempunyai risiko

tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak

yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi.

Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua,

lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas

hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta

tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif

seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: Nova Aryanto

24

status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan

kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan

tingkat kesejahteraan yang rendah (Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008;

Santos, et al 2008).

d. Pengukuran tingkat inteligensi

Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa

disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan

seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor.

Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan

seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan ( Dunbar

2007).

Test inteligensi atau tes IQ adalah suatu jenis tes psikologis yang khusus

dipergunakan untuk mengukur taraf inteligensi atau tingkat kecerdasan seseorang.

Tes inteligensi dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat

konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan

yang logis berdasarkan informasi yang diberikan (Senjaya, 2009).

Beberapa macam jenis tes IQ yang sering digunakan, antara lain:

i. Stanford–Binet Intelligence Scale.

Tes ini merupakan tes tertua dan digunakan secara luas di hampir

semua negara. Tes ini digunakan mulai umur 2-24 tahun. Walaupun

sebagian besar terdiri dari unsur-unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan

valid. Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental

(Soetjiningsih, 1995).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: Nova Aryanto

25

ii. Wechlser Scale.

Tes ini dikembangkan oleh David Wechsler, yang mencakup

Wechsler Adult Intelligence Scale Revised (WAIS-R); Wechsler

Intelligence Scale-Edisi III ( WAIS-III ) bagi anak-anak yang berusia 6 -16

tahun; dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised

(WPPSI-R), yang digunakan bagi anak-anak yang berusia 4-6,5 tahun.

Skala Wechlser dikelompokkan menjadi 12 subskala, enam skala verbal

dan enam skala non-verbal. (Wechsler Intelligence Scales, 2009; Ryan JJ,

2003)

iii. Culture Fair Intelligence Test (CFIT).

Culture Fair Intelligence Test, merupakan tes yang berusaha

mengkombinasikan beberapa pertanyaan bersifat pemahaman gambar-

gambar sehingga dapat mengurangi sebanyak mungkin pengaruh

kecakapan verbal, iklim kebudayaan, dan tingkat pendidikan. CFIT

mempunyai tiga skala (Nur’aeni, 2012)

1) Skala 1 : anak usia 4-8 tahun dan penderita retardasi mental, terdiri atas

1 formulir isian dengan 8 sub-tes.

2) Skala 2 : anak usia 8-14 tahun dan dewasa, terdiri atas 2 formulir isian,

masing-masing 4 sub -tes.

3) Skala 3 : dewasa, terdiri atas 2 formulir isian, masing-masing 4 sub-tes.

Hasil pengukuran disebut dengan IQ (Intelligence Quotient), dibagi

menjadi beberapa tingkat yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: Nova Aryanto

26

Tabel 2. Tabel Skor tes IQ (Wechsler Intelligence Scales. 2009)

Skor IQ Katagori

>140 Jenius

120-140 Amat cerdas

110-119 Cerdas

90-109 Normal

80-89 Bodoh

70-79 Borderline deficiency

<79 Define feeble-mindedness

3. Perbedaan Tingkat Inteligensi Pada Anak Obes dan Tidak Obes

Anak dengan berat badan lebih terdapat kecenderungan mendapat stigma

untuk menjadi lamban dalam segala hal, terutama yang berhubungan dengan

prestasi di sekolah, pada penelitian yang dilakukan Judge S, Jahns L; 2004,

didapatkan hasil yang berbeda secara signifikan di mana pada anak dengan berat

badan lebih mempunyai tingkat kemampuan menyelesaikan soal matematika

maupun kemampuan membaca yang lebih rendah daripada anak yang tidak

dengan berat badan lebih, baik pada saat duduk di tahun pertama maupun tahun

ketiga sekolah dasar.

Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik,

perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat

badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, pada

penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ membuktikan

bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola

aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: Nova Aryanto

27

perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua

yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian

obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan kognitif yang kurang (Huang F,

Lee MJ 2007; Yanfeng,et al 2008).

Perbedaan kemampuan membaca, kemampuan untuk menyelesaikan soal

aritmetika, perbedaan kemampuan visuospasial yang diperlukan untuk

mendukung pemahaman terhadap suatu materi, pada anak dengan berat badan

lebih menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada anak yang tidak mengalami

berat badan lebih (Yanfeng dkk, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Montolalu dan Tangkilisan tentang dampak

obesitas terhadap inteligensia didapatkan perbedaan yang signifikan dari IQ anak

obes dengan rentang usia 12-13 tahun yaitu 108,7 dengan p value = 0,024

dibandingkan dengan anak tidak obes yaitu 114,1 (Montolalu N, Tangkilisan HA,

Mayulu N, 2009).

Obesitas besar pengaruhnya terhadap tingkat inteligensi pada anak obes, di

mana pada penelitian yang dilakukan oleh Z. B. Yu di Republik Rakyat Cina,

didapatkan hasil IQ anak obes lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak obes

(Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R, 2010 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: Nova Aryanto

28

4. kerangka konsep

Keterangan : -----------------------Lingkup penelitian

Gambar 1. Kerangka konsep

Obesitas TidakObesitas

Gangguanpernapasan

Gangguanendokrin

Penyakitdegeneratif

Gangguanpertumbuhan

Tingkat inteligensi

Siswa SD

PenghasilanOrang tua

PendidikanOrang tua

Aktivitasfisik

Polamakan

Statusnutrisi

Genetik Lamabelajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: Nova Aryanto

29

Keterangan Kerangka Konsep

Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami obesitas dan

tidak obesitas yang diseleksi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) disebut

berat badan lebih bila IMT berada pada persentil ke-85 hingga kurang dari

persentil ke-95, disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil

ke-95 (Reilly dkk,2002; Sjarif dkk, 2010). Seorang anak dengan obesitas dapat

mengalami penyakit dan komplikasi akibat obesitasnya, seperti hipertensi,

diabetes, obstruktif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Ben-noun et al,

2006; Martinho et al, 2008) sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat

inteligensinya. Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat

mempengaruhi inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang

tua, aktivitas fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan

anak untuk berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah,

bertujuan dan rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman,

kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik,

kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan

aspek psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan

merespon terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami massalah dan

memecahkannya (Legg, Hutter,2007).

5. Hipotesis

Hipotesis kerja dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat inteligensi

antara anak obes dan tidak obes.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: Nova Aryanto

30

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui

perbedaan tingkat inteligensi pada anak obes dan tidak obes.

2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta pada bulan

Maret 2014. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan merupakan SD favorit

dengan banyak subyek baik yang obes maupun tidak obes dan mempunyai

fasilitas lengkap.

3. Populasi

a. Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di SD

Negeri 15 di kotamadya Surakarta .

b. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak usia 6 - 12 tahun di

SD Negeri 15 di kotamadya Surakarta.

4. Subyek dan Cara Pemilihan Subyek

Subyek diambil dari anak sekolah dasar usia 6-12 tahun di SD negeri 15 di

kotamadya Surakarta.Teknik sampling yang dipakai adalah purposive

sampling Dilakukan pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan data

anak-anak dengan IMT ≥ persentil ke-95 menurut umur dan jenis kelamin.

Anak - anak SD yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: Nova Aryanto

31

inklusi dan ekslusi dimasukkan ke dalam kelompok obesitas. Kemudian

dilakukan pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

untuk mendapatkan kelompok tidak obesitas yang disesuaikan menurut umur

dan jenis kelamin.

Kriteria inklusi:

i. Semua anak usia sekolah dasar di SD negeri 15 di kotamadya Surakarta

baik yang obesitas maupun yang tidak obesitas.

ii. Tidak sedang dalam pengobatan kortikosteroid dalam pengobatan

kortikosteroid dalam jangka waktu minimal seminggu saat penelitian

dilaksanakan

iii. Orang tua menandatangani persetujuan mengikuti penelitian

Kriteria eksklusi:

i. Penderita mengalami penyakit kronis

ii. Status gizi kurang dan gizi buruk

5. Besar subyek

Besarnya subyek untuk menguji beda rerata dua populasi berpasangan

dihitung dengan rumus: (Madiyono dkk, 2002)

n1=n2=2

x2)-(x1

)SZ+(Z

n : besar sampel

s : simpangan baku = 10

α : tingkat kemaknaan= 0,05 (Zα= 1,65)

(1-β) : kekuatan = 0,90 (zβ= 1,282)

x1-x2 : beda yang dianggap berarti= 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: Nova Aryanto

32

n1=n2=30 subyek.

6. Identifikasi Variabel Penelitian

a. Variabel tergantung : inteligensi (skala nominal).

b. Variabel bebas : obes dan tidak obes menurut IMT (skala nominal).

c. Variabel perancu : status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua,

defisiensi nutrisi, pola makan, aktivitas fisik

pendidikan orang tua (skala nominal).

7. Definisi Operasional

a. Obesitas

Obesitas adalah sebagai suatu keadaan terdapatnya penimbunan

jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidak seimbangan antara

ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi

keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan lemak dan disimpan

sebagai cadangan energi tubuh (Syarif dkk, 2010; Subardja dkk, 2010;

Clement, 2003).

Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat di lakukan dengan

menghitung indeks masa tubuh (IMT) (Sjarif dkk, 2010). Indeks Masa Tubuh

menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan

Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan

dalam meter (Kg/m2) (Sjarif dkk, 2010; Nammi,2004). Interpretasi IMT

tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: Nova Aryanto

33

lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan. Disebut berat badan lebih

bila IMT berada pada persentil ke- 85 hingga kurang dari persentil ke-95,

disebut obesitas apa bila IMT lebih atau sama dengan persentil ke-95 (Sjarif

dkk, 2010; Reilly dkk,2002).

b. Tidak obesitas

Adalah anak dengan gizi lebih dengan BB/TB persentil ke-85 sampai

dengan kurang dari persentil ke-95, anak dengan gizi baik dengan BB/TB

persentil ke-5 sampai dengan kurang dari persentil ke-85, anak dengan gizi

kurang dengan BB/TB kurang dari persentil ke-3 sampai dengan kurang dari

persentil ke-5 dan gizi buruk dengan BB/TB kurang dari persentil ke- 3 tidak

dimasukkan ke dealam penelitian.

c. Inteligensi

Adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat

perkembangan khusus, kemampuan anak untuk berpikir konvergen dan

divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan rasional, kemampuan

untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk menggunakan

apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis

dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap

situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya

(Legg, Hutter,2007). Inteligensi diukur dengan menggunakan CFIT (Culture

Fair Intelligence Test), tes inteligensi dilakukan oleh psikolog dari Unit

Layanan Psikologi FK UNS.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: Nova Aryanto

34

Dari hasil tes dapat dikatagorikan dalam kriteria:

i. Intelegensi cerdas dengan skor 110-119

ii. Inteligensi normal atau lebih dengan skor IQ lebih dari 90-109.

iii. Inteligensi di bawah normal dengan skor IQ kurang dari atau sama

dengan 89

Bentuk yang tersedia berupa buku soal dan lembar jawaban yang

terpisah. Aspek yang diukur adalah faktor kemampuan mental umum atau

inteligensi. Tujuan tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan

dengan faktor kemampuan mental umum atau inteligensi sedangkan hasil

pengukurannya disebut IQ (Intelligence Quotient).

d. Status sosial ekonomi dan pendapatan orang tua

Adalah suatu kriteria yang berdasar pada penghasilan dan pengeluaran

orang tua setiap bulan berdasarkan kriteria dari Asian Development Bank

bahwa untuk negara-negara berkembang di asia rata-rata penghasilan kelas

menengah adalah 5,2 juta rupiah sampai dengan 8 juta rupiah dengan

pengeluaran sebesar 3,6 juta rupiah setiap bulan (4-10 US$ sehari). Untuk

golongan menengah ke atas dengan penghasilan di atas 8 juta rupiah sebulan

dengan pengeluaran di atas 4 juta rupiah sebulan (10-20US$ sehari) (Chun N

2010) .

e. Defisiensi nutrisi dan pola makan

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan

penjelasan mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap

hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: Nova Aryanto

35

masyarakat tertentu. Pola makan disebut juga sebagai suatu cara seseorang

atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai respon

terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Janssen A,

2011)

Kebiasaan makan merupakan cara seseorang atau sekelompok individu

memilih bahan makanan yang dikonsumsi sebagai respon terhadap faktor

psikologis sosial dan budaya, kebiasaan makan dapat berubah disebabkan

faktor pendidikan, kesehatan, lingkungan dan psikologis (Faith MS. 2013)

Defisiensi nutrisi merupakan keadaan yang terjadi jika zat-zat gizi

yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi mengalami defisiensi atau

kekurangan, bila hal ini terjadi secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan

organ tubuh akan mengalami kematian. Jika sebaliknya, terjadi kelebihan

gizi, zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi mengalami kelebihan maka secara

bertahap pula akan mengalami proses toksisitas dan selanjutnya secara

bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian.

Defisiensi nutrisi dapat disebabkan karena lualitas dan kuantitas makanan

kurang baik, peningkatan kebutuhan terhadap nutrisi, perubahan daya dukung

lingkungan (Minicucci F, da Cunha MLRS, Sartori A 2009 ).

Kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan lebih

dari 3 kali sehari dan kurang dari sama dengan 3 kali sehari.

f. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap usaha gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh kesatuan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: Nova Aryanto

36

aktivitas fisik dapat menjadikan faktor risiko independen untuk terjadinya

penyakit kronis (Bates H, 2006 ).

Aktivits fisik pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam aktivitas

fisik aktif dan kurang aktif meliputi :

Aktitivitas fisik yang aktif :

i. Lama bermain di luar rumah lebih dari 2 jam.

ii. Menonton televisi kurang dari 2 jam.

iii. Lama bermain komputer kurang dari 2 jam.

iv. Sarana transportasi ke sekolah berjalan kaki,naik sepeda.

v. Frekuensi olah raga 3 kali dalam satu minggu.

Aktitivitas fisik yang kurang aktif :

i. Lama bermain di luar rumah kurang dari 2 jam.

ii. Menonton televisi lebih dari 2 jam.

iii. Lama bermain komputer lebih dari 2 jam.

iv. Sarana transportasi ke sekolah diantar mobil pribadi.

v. Frekuensi olah raga kurang dari 3 kali dalam satu minggu atau

tidak pernah

vi. berolah raga sama sekali kecuali di sekolah.

g. Pendidikan orang tua

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan dan pemberian sifat

sosial kemanusiaan (humanisme) kepada makhluk hidup. Pendidikan adalah

segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulannya dengan anak-anak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: Nova Aryanto

37

untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya menuju proses

kedewasaan (Ermisch J, Pronzato C. 2010).

Pendidikan orang tua pada penelitian ini difokuskan kepada tingkat

pendidikan sarjana strata-1,strata-2,strata-3 dan bukan sarjana meliputi

Diploma-3,SMU.

8. Izin subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua atau wali dengan cara

menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah

sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian

tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: Nova Aryanto

38

9. Alur penelitian

Gambar 2. Alur penelitian.

Kelompok berat badannormal /tidak obes

(IMT < persentil 95)

Pengukuran indeks massa tubuh(IMT)

Informed concern

Kelompok berat badanlebih/obes

(IMT ≥ persentil 95)

Analisis

Kriteria eksklusiKriteria inklusi

Tesinteligensi

Tesinteligensi

Siswa SDN 15 dikotamadya Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: Nova Aryanto

39

10. Pengolahan data

Anak obes Anak tidak obes

Inteligensi normal

(IQ lebih dari 90)

a b

Inteligensi di bawah normal(IQ kurang dari atau samadengan 89)

c d

Tabel 3. Tabel 2x2 hasil pengamatan.

Sel a : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih

Sel b : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi normal atau lebih

Sel c : jumlah anak dengan obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal

Sel d : jumlah anak tidak obesitas yang memiliki inteligensi di bawah normal

Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan uji kai kuadrat dan untuk

meningkatkan ketelitian maka penulis menggunakan program SPSS 16.0.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: Nova Aryanto

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik dasar

Tabel 4.1 Karakteristik dasar penghasilan orang tua terhadap IQ

penghasilan orang tua(juta/bulan)

Kategori IQTotal p

Cerdas NormalMenengah atas n (%) 2 (3,3) 5 (8,2) 7 (11,5)

0,783Menengah n (%) 10 (16,4) 44 (72,1) 54 (88,5)

Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)

Karakteristik dasar (tabel 4.1) tingkat IQ pada penelitian ini didapatkan prevalensi

kelompok anak dengan IQ cerdas sebesar 19,7 % sedangkan kelompok anak

dengan IQ normal didapatkan sebesar 80,3 %.

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik dasar penghasilan orang tua, didapatkan

prevalensi anak cerdas dengan katagori penghasilan orangtua menengah adalah

sebesar 16,4% sedangkan penghasilan orangtua menengah atas sebesar 3,3 %.

Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua

terhadap peningkatan IQ. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi anak

dengan orang tua golongan menengah mempunyai IQ cerdas lebih besar daripada

anak dengan orang tua golongan menengah atas tetapi secara statistik tidak ada

perbedaan yang signifikan ( p = 0,783; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan

tidak ada hubungan antara penghasilan orang tua terhadap peningkatan IQ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: Nova Aryanto

41

Tabel 4.2 Karakteristik dasar pendidikan orang tua terhadap IQ

Pendidikan orang tua Kategori IQTotal p

Cerdas NormalSarjana n (%) 9 (14,8) 32 (52,5) 41 (67,2)

0,196Tidak sarjana n (%) 3 (4,9) 17 (27,9) 20 (32,8)

Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik dasar pendidikan orang tua, didapatkan hasil

prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori pendidikan orang tua sarjana adalah

sebesar 14,8 %, sementara orang tua dengan pendidikan bukan sarjana memiliki

anak dengan IQ normal adalah sebesar 4,9 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat

bahwa anak dengan orang tua berpendidikan sarjana memiliki prevalensi IQcerdas

lebih besar dibandingkan anak dengan orang tua berpendidikan bukan sarjana,

tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,196; p>0,05). Dari

data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua

terhadap peningkatan IQ

Tabel 4.3 Karakteristik dasar aktivitas terhadap IQ

aktivitas Kategori IQTotal p

Cerdas Normalaktif n (%) 8 (13,1) 31 (50,8) 41 (67,2)

0,328Kurang aktif n (%) 4 (6,6) 18 (29,5) 22 (36,1)

Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)

Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik dasar anak dengan aktivitas, didapatkan hasil

prevalensi anak IQ cerdas dengan katagori aktif adalah sebesar 13,1% sementara

anak dengan aktivitas katagori kurang aktif memiliki anak dengan IQ cerdas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: Nova Aryanto

42

sebesar 6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan aktivitas fisik

yang aktif mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih tinggi dibandingkan anak

dengan aktivitas fisik yang kurang aktif, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan

yang signifikan (p=0,328; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada

hubungan antara aktivitas terhadap peningkatan IQ.

Tabel 4.4 Karakteristik dasar pola makan terhadap IQ

Pola makan Kategori IQTotal p

Cerdas Normal>3 kali n (%) 8 (13,1) 23 (37,7) 41 (50,8)

0,228≤ 3 kali n(%) 4 (6,6) 26 (42,6) 30 (49,2)

Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)

Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik dasar anak berdasarkan pola makan,

didapatkan prevalensi anak IQ cerdas dengan pola makan > 3 kali adalah sebesar

13,1 %, sementara anak dengan pola makan ≤ 3 kali memiliki IQ cerdas sebesar

6,6 %. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan pola makan lebih dari

3 kali memiliki prevalensi IQ cerdas lebih besar dibandingkan dengan anak yang

mempunyai pola makan kurang dari sama dengan 3 kali tetapi secara statistik

tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,228; p>0,05). Dari data tersebut

menunjukkan tidak ada hubungan antara pola makan terhadap peningkatan IQ.

Tabel 4.5 Karakteristik dasar Indeks massa tubuh terhadap IQ

IMT Kategori IQTotal p

Cerdas Normaltidak obese n (%) 5 (8,2) 26 (42,6) 31 (50,8)

0,566Obese n (%) 7 (11,5) 23 (37,7) 30 (49,2)

Total 12 (19,7) 49 (80,3) 61 (100)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: Nova Aryanto

43

Tabel 4.5 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan Indeks Massa Tubuh

terhadap IQ, didapatkan hasil prevalensi anak dengan obes yang memiliki IQ

cerdas sebesar 11,5 %, sementara prevalensi anak tidak obes dengan IQ cerdas

sebesar 8,2 % . Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa pada anak obes

didapatkan prevalensi IQ yang lebih cerdas daripada anak yang tidak obes tetapi

secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,566; p>0,05). Dari data

tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh terhadap

peningkatan IQ

Tabel 4.6 Karakteristik dasar umur tehadap IQ

Umur(tahun)

Kategori IQTotal p

Cerdas Normal10.00 jumlah n% 5(8,2) 16(26,2) 21 (34,4)

0,62211.00 jumlah n% 4(6,6) 16(26,2) 20 (32,8)

12.00 jumlah n% 3(4,9) 17(27,9) 20 (32,8)

Total 12(19,7) 49(80,3) 61(100)

Tabel 4.6 menunjukkan karakteristik dasar berdasarkan umur, didapatkan hasil

prevalensi anak pada usia 10 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 8,2%, pada anak

usia 11 tahun memiliki IQ cerdas sebesar 6,6 %, sementara anak usia 12 tahun

memiliki IQ cerdas sebesar 4,9 %. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa dari sisi usia

terhadap IQ secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,622;

p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara umur

terhadap peningkatan IQ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: Nova Aryanto

44

Tabel 4.7 Jenis kelamin terhadap IQ

Jenis kelamin Kategori IQTotal p

Cerdas NormalLaki-laki n% 7(11,5) 32(52,5) 39 (63,9)

0,771Perempuan n% 5(8,2) 17(27,9) 22 (36,1)

Total 12(19,7) 49(80,3) 61 (100)

Tabel 4.7 menunjukkan karakteristik dasar jenis kelamin terhadap IQ didapatkan

hasil prevalensi anak laki-laki yang memiliki IQ cerdas sebesar 11,5 %.

sementara prevalensi anak perempuan dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %. Dari

tabel ini dapat dilihat bahwa anak laki-laki memiliki IQ cerdas lebih besar

daripada anak perempuan tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang

signifikan (p=0,771; p>0,05). Dari data tersebut menunjukkan tidak ada hubungan

antara jenis kelamin terhadap peningkatan IQ.

Tabel 4.8 Tabel analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ

b OR

95%CIBatasbawah

Batasatas

p

PenghasilanOrang tua 0.565 1.760 0.297 10.413 0,533

Tabel 4.8 menunjukkan analisis regresi logistik penghasilan orang tua terhadap IQ

didapatkan bahwa penghasilan orang tua kelas menengah mempunyai pengaruh

positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,760 dibandingkan dengan orangtua

berpenghasilan menengah atas, meskipun secara statistik tidak signifikan (b=

0,565; 95% C.I = 0,297-10,413; p = 0,533).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: Nova Aryanto

45

Tabel 4.9 Tabel analisis regresi logistik pendidikan terhadap IQ

b OR

95% C.I.Batasbawah

Batasatas

p

PendidikanOrang tua

0.466 1.594 0.380 6.6790,534

Tabel 4.9 menunjukkan analisi regresi logistik pendidikan orang tua terhadap IQ

didapatkan bahwa pendidikan orang tua golongan sarjana mempunyai pengaruh

positif terhadap tingkat IQ dengan OR 1,594 dibandingkan dengan orangtua

berpendidikan tidak sarjana, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,466;

95% C.I =0,380-6,679; p = 0,534).

Tabel 4.10 Tabel analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ

b OR

95% C.I.Batasbawah

Batasatas

p

Aktivitas fisik 0.150 1.161 0.306 4.406 0,826

Tabel 4.10 menunjukkan analisis regresi logistik aktivitas fisik terhadap IQ

didapatkan bahwa anak dengan aktivitas fisik aktif mempunyai pengaruh positif

terhadap tingkat IQ dibandingkan anak yang tidak aktif dengan OR=1,161,

meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406; p =

0,826).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: Nova Aryanto

46

Tabel 4.11 Tabel analisis regresi logistik pola makan terhadap IQ

b OR

95% C.I.Batasbawah

Batasatas

p

Pola makan>3kali

0.816 2.261 0.601 8.5050,228

Tabel 4.11 menunjukkan analisis regresi logistik pola makan terhadap tingkat IQ

didapatkan hasil bahwa anak dengan pola makan lebih dari 3 kali mempunyai

pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan pola makan ≤ 3 kali

dengan OR=2,261, meskipun secara statistik tidak signifikan (b= 0,816; 95% C.I

= 0,601-8,505; p =0,228).

Tabel 4.12 Tabel hasil uji t beda mean IQ anak obes dan tidak obes

Statusgizi

N mean SD Bedamean

CI 95% p

Batasbawah

Batasatas

IQ Tidakobes

30 104.26 9.110 1,858 -2,05 5,76 0,345

Obes 30 102.40 5.697

Dari tabel 4.12 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara

statistik dari tingkat IQ anak yang obes dan tidak obes, dengan beda mean 1,858

dengan CI 95% (-2,05 – 5,76); p= 0,345.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: Nova Aryanto

47

2. Pembahasan

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan obes memiliki

tingkat IQ yang lebih baik daripada anak yang tidak obes, hal ini tidak terlepas

dari adanya faktor-faktor positif yang mendukung seorang anak obes dapat

mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik, faktor tersebut yaitu

penghasilan dan pendidikan orang tua, pola makan dan aktivitas fisik.

Dari hasil penelitian ini didapatkan pada orang tua dengan penghasilan

menengah OR=1,760 ; b= 0,565; 95% C.I(0,297-10,413); p = 0,533, pendidikan

orang tua yang tinggi OR 1,594; b= 0,466; 95% C.I(0,380-6,679); p = 0,534.

ternyata memberikan pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi anak walaupun

secara statistik tidak bermakna. Dari pengamatan dan analisa yang dikeluarkan

oleh Asian Development Bank pada tahun 2010, untuk negara- negara di asia

selatan dan asia tenggara seiring dengan membaiknya perekonomian dengan

tingginya investasi asing dan meningkatnya pendapatan nasional di masing-

masing negara maka akan melahirkan masyarakat kelas menengah yang baru

selain golongan kelas menengah sebelumnya yang sudah mapan, di mana

golongan ini memiliki daya tawar dan potensi daya beli yang lebih tinggi daripada

masyarakat kelas di bawahnya (Chun N,2010), sehingga hal ini akan berimbas

pula kepada kemampuan mereka sebagai orang tua untuk memberikan yang

terbaik bagi anak-anaknya. Pada anak yang memiliki orang tua dengan

penghasilan menengah dan menengah ke atas di mana daya beli mereka tinggi

cenderung akan memiliki lebih banyak pilihan, kebebasan dan kesempatan untuk

mendapatkan fasilitas lebih baik dari sisi pendidikan untuk anak-anaknya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: Nova Aryanto

48

sehingga mereka akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan stimulasi yang lebih

sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya tanpa harus merasa

khawatir terdapat kendala dari sisi finansial, berbeda halnya pada anak-anak

dengan orangtua yang berasal dari golongan kelas bawah dengan penghasilan 1

juta rupiah dalam satu bulan (pengeluaran US$3 sehari) maka akan sulit bagi

orang tua untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam memberikan fasiltas

pendidikan bagi anak-anaknya karena orang tua pasti akan terkendala dalam soal

pembiayaan baik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maupun kebutuhan

sekunder. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mempunyai

wawasan yang luas dan cara berpikir lebih terbuka serta memiliki akses lebih

mudah terhadap berbagai informasi baru serta memiliki pengetahuan dan keahlian

di atas rata-rata sehingga memiliki kesempatan yang lebih luas dalam memberikan

stimulus kepada anak-anaknya supaya memperoleh tingkat kemampuan kognitif

yang baik dibandingkan anak-anak lain yang orang tuanya memiliki tingkat

pendidikan yang lebih rendah, dari sisi anak dengan orang tua berpendidikan

tinggi maka anak akan terpacu berusaha meniru keberhasilan orang tuanya

sehingga dengan sendirinya akan memacu keinginan dari dalam diri anak tersebut

untuk berusaha lebih keras dalam belajarnya untuk meraih prestasi akademis yang

tinggi (Selvam PKS. 2013; Gregg P, Propper C, Washbrook E. 2008; Engle PL,

Black MM, 2008; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang, 2008; Huang F,

Lee MJ,2007).

Hasil dari intelegensi setiap anak khususnya siswa dapat diperoleh dengan

cara mengukur intelegensi dengan tes tingkat inteligensi. Dalam pengukuran ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: Nova Aryanto

49

harus dibantu oleh tenaga ahli psikologi. Kemampuan anak untuk berprestasi

tinggi di sekolah tidak hanya ditentukan oleh potensi intelegensi yang mereka

miliki tetapi juga oleh berbagai hal seperti fasilitas belajar. Intelegensi juga harus

didukung dengan fasilitas belajar yang baik karena walaupun tingkat intelegensi

tinggi namun pemenuhan fasilitas tidak lengkap maka prestasi yang dicapai tidak

akan maksimal. Jika pemenuhan fasilitas belajar anak diperbaiki memungkinkan

hasil pengukuran tingkat inteligensi anak mengalami perubahan kearah positif,

artinya sebelum fasilitas belum diperbaiki anak tidak menunjukkan kemampuan

yang optimal ketika dievaluasi akan tetapi ketika dia memperoleh fasilitas belajar

yang baik maka dia dapat menunjukkan potensi yang maksimal, untuk

mendapatkan semua fasilitas yang baik tersebut maka dibutuhkan biaya yang

tidak sedikit dan dari orang tua yang berpenghasilan tinggi ini maka mereka

dengan mudah dan leluasa dapat memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk

menerima pendidikan yang lebih baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et

al,2006; Styne DM,2001).

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pola makan anak lebih

dari 3 kali mempunyai pengaruh positif terhadap IQ dibandingkan anak dengan

pola makan kurang dari sama dengan 3 kali OR=2,261; b= 0,816; 95% C.I(0,601-

8,505); p =0,228 meskipun secara statistik tidak bermakna. Pada penelitian ini

didapatkan pula prevalensi anak obes dengan IQ cerdas sebesar 11,5 % sementara

anak tidak obes dengan IQ cerdas sebesar 8,2 %, hal ini berarti bahwa anak obes

mempunyai prevalensi IQ cerdas lebih besar daripada anak yang tidak obes. Hasil

ini dapat terjadi berkat adanya beberapa faktor yang mendukung yaitu peran orang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: Nova Aryanto

50

tua di rumah dengan selalu memberi dukungan dengan kemampuan memberikan

penjelasan dan pengertian tentang pelajaran di sekolah berkat daya analisis dan

logika seiring dengan pendidikan tinggi yang mereka miliki, dari kemampuan

orang tua yang merasa tenang dari sisi finansial yang sudah mapan sehingga

apapun kebutuhan anak dalam hal pendidikannya orangtua sudah tidak perlu

kebingungan lagi, di samping itu pola makan yang lebih terkendali pada anak

obes yang mulai bisa mengendalikan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi

kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kebiasaan makan kemilan turut

membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Faith MS,

2013; Selvam, 2013; Santos, 2008). Inteligensi sendiri selalu berhubungan dengan

peningkatan adiposa, dan peningkatan adiposa dikaitkan dengan pola makan

pokok 3-4 kali sehari, dari frekuensi makan dalam sehari terdapat kebiasaan

makan yang selalu tambah, baik lauk, maupun nasi. Disamping itu kebiasaan

makan dengan tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat akan memicu

terjadinya obesitas. Obesitas selalu dihubungkan dengan kinerja kognitif yang

buruk yang terkait dengan kondisi-kondisi medis secara independen. Terdapat

hubungan yang konsisten bahwa obesitas terkait dengan defisit kognitif, terutama

dalam fungsi eksekutif pada anak-anak, remaja dan orang dewasa. Obesitas

merupakan penyebab defisit kognitif. Terdapat hubungan yang bersifat dua arah

setidaknya sebagian dari kecenderungan neurologis yang ditandai dengan

berkurangnya fungsi eksekutif, dan pada gilirannya obesitas itu sendiri memiliki

dampak negatif pada otak melalui mekanisme yang saat ini dikaitkan dengan

timbulnya inflamasi, peningkatan lipid dan/atau resistensi insulin, akan tetapi jika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: Nova Aryanto

51

peran orang tua dalam memberikan asupan nutrisi yang sehat dan seimbang baik

kalori, lemak dan serat serta meminimalkan kebiasaan makan kemilan akan turut

membantu perbaikan dan perubahan kemampuan kognitif mereka (Saelens BE,

2007; Styne DM,2001).

Meningkatnya jumlah anak yang mengalami obesitas akan melipat

gandakan hubungan antara obesitas dan perkembangan kognitif anak. Obesitas

memiliki faktor risiko terhadap gangguan kardiovaskuler, karena penebalan dan

pengerasan pembuluh darah dapat juga terjadi pada sistem pembuluh darah otak.

Selain itu hormon yang dikeluarkan dari lemak dapat mempunyai efek merusak

terhadap sel-sel otak sehingga fungsi otak dapat berkurang. Anak dengan obesitas

akan mengalami gangguan jaringan otak di bagian lobus frontalis dan lobus

temporalis yaitu area otak yang berfungsi untuk memori dan pencernaan, selain

itu area otak lain yang terganggu adalah lobus anterior girus cinguli yang

berfungsi untuk memusatkan perhatian, dan basal ganglia untuk mengatur

gerakan. Penyempitan permukaan otak yang terjadi pada lobus frontalis dan

temporalis akan menyebabkan gangguan fungsi fisiologis otak terutama fungsi

daya ingat (Jolliffe CJ, Janssen I, 2006; Freedman, DS, 2004; Syarif, D.R, 2003).

Selain penyakit dan komplikasi akibat obesitas yang dapat mempengaruhi

inteligensi seorang anak, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, aktivitas

fisik, status nutrisi, pola makan erat kaitannya dengan kemampuan anak untuk

berpikir konvergen dan divergen, berpikir secara abstrak, terarah, bertujuan dan

rasional, kemampuan untuk menyatakan pengalaman-pengalaman, kemampuan

untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih baik, kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: Nova Aryanto

52

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek

psikologis dan intelektual, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon

terhadap situasi baru serta kemampuan untuk memahami masalah dan

memecahkannya (Selvam PKS, 2013; Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian

Zhang, 2008; Huang F, Lee MJ, 2007).

Tingkat intelegensi setiap anak tidak sama, karena tingkat intelegensi

merupakan faktor bawaan atau dasar yang dimiliki seseorang yang ikut

menentukan berhasil tidaknya dalam memahami dan memecahkan suatu masalah.

Intelegensi merupakan kemampuan untuk memahami dan memecahkan

permasalahan sesuai dengan kepribadian, karena intelegensi merupakan faktor

bawaan maka sejak dini harus dibentuk dengan cara memberikan asupan yang

baik (Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al,2006; Styne DM,2001).

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak dengan aktivitas fisik

yang aktif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat inteligensi mereka daripada

anak yang kurang aktivitas fisiknya OR= 1,161; b= 0,150; 95% C.I = 0,306-4,406;

p = 0,826 walaupun secara statistik tidak signifikan. Lokasi penelitian di SDN 15

ini merupakan sekolah favorit dengan fasilitas lengkap sehingga efektivitas

pemberian stimulasi terhadap siswa terutama untuk peningkatan aktivitas fisiknya

lebih baik daripada sekolah lain sehingga akan berbanding lurus dengan

kemampuan kognitif anak itu sendiri. Aktivitas fisik atau olah raga teratur sangat

mempengaruhi terpeliharanya organ-organ vital tubuh. Olah raga yang menjadi

titik berat adalah olah raga yang sifatnya aerobik karena terdapat tiga bagian

utama pada adaptasi aerobik yang muncul sebagai akibat dari aktivitas fisik yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: Nova Aryanto

53

teratur yaitu meningkatnya kandungan mioglobin, meningkatnya oksidasi

karbohidrat, meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak dapat

mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah kulit. Meningkatnya kapasitas

otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakukan olahraga berhubungan dengan

faktor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak untuk

diubah menjadi glikogen dan meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat dalam

transportasi dan pemecahan asam laktat. Banyak lemak yang teroksidasi berarti

pengurangan penumpukan asam laktat, asam laktat yang rendah akan meningkatkan

kinerja otak menjadi lebih baik sehingga akhirnya akan memperoleh tingkat kemampuan

kognitif yang baik pula (Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A,

Susanto H, Subagio HW,2010; Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross

VP, Kravitz J, 2010; Watts K, Jones TW, Davis EA, Green D, 2005).

Anak-anak dengan obesitas dapat mengalami kesulitan bergerak dan

terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-

organ tubuh yang seharusnya berkembang, selain itu efek psikologis yang dialami

anak dapat juga mempengaruhi kemampuan kognitifnya, misalnya ejekan dari

teman-teman sekelas terutama pada anak-anak yang telah bersekolah (Saelens BE,

2007; Daniels SR,2006). Pada anak dengan obesitas, konsekuensi yang paling

luas adalah psikososial. Anak laki-laki maupun perempuan dengan obesitas

mempunyai beban yang sama yaitu merasa dirinya berbeda dari orang pada

umumnya karena kelebihan berat badannya dan merasa tidak puas dengan dirinya.

Remaja dengan obesitas sering mengalami depresi dan tidak percaya diri

sedangkan pada anak usia prasekolah lebih sering mengalami distres emosional

dan gejala psikiatrik, dan hal ini amat berpengaruh terhadap proses kematangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: Nova Aryanto

54

sosialnya. Kematangan sosial merupakan proses evolusi dari perkembangan

perilaku, sehingga diharapkan nanti seorang anak dapat mengekspresikan

pengalamannya secara utuh dan dapat belajar secara bertahap untuk meningkatkan

kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung

jawab terhadap kelompoknya. Oleh karena itu kematangan sosial erat kaitanya

dengan kesuksesan dan kebahagiaan pada masa anak dan masa kehidupan

selanjutnya. Selain itu anak dengan obesitas atau kegemukan dapat menurunkan

tingkat kecerdasannya, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun,

ditambah dengan kelebihan berat badan sehingga cenderung akan malas

beraktivitas (Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL, 2013; Riza M, Lestari ED,

Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S, 2007; Puhl RM, Latner JD,2007, Boeree,

GC,2003; Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart

L, Kelnar CJH, 2003).

Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik,

perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat

badan lebih, sehingga dapat menurunkan kemampuan visuospasial yang

diperlukan untuk mendukung pemahaman terhadap suatu materi serta

mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Anak yang mengalami obesitas dan

berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton

televisi lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang

serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah

akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta kemampuan

kognitif yang kurang serta pola asuh dari orang tua sendiri yang cenderung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: Nova Aryanto

55

otoriter juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif yang rendah pada anak jika

dibandingkan dengan orang tua yang memiliki pola asuh autoritatif. Penelitian

menunjukkan bahwa anak dengan obesitas mempunyai tingkat aktivitas fisik dan

tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang rendah menyebabkan

semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan, sedangkan kesegaran

jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak obes. Beberapa

penelitian juga memperoleh hasil bahwa olahraga dapat meningkatkan tingkat

kesegaran jasmani anak obesitas (Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian,

2005). Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan pemeriksaan dengan tes

WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) diyatakan bahwa anak-anak

obes yang berusia 8-13 tahun memiliki hasil tes yang lebih rendah dengan

dibanding anak seusianya yang tidak obes terutama pada saat duduk pada tahun

pertama dan ketiga sekolah dasar, demikian pula pada anak perempuan dan laki-

laki berusia 6-12 tahun yang mengalami obesitas terdapat kecenderungan

memiliki hasil tes inteligensi lebih rendah dibanding anak seusianya yang tidak

mengalami obesitas walaupun pada saat pertama kali diketahui obesitas tidak

didapatkan hasil tes inteligensi yang kurang. Pada anak obes dengan usia yang

lebih tua juga didapatkan pula perbedaan hasil yang signifikan bahwa pada anak

dengan obesitas mempunyai kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak

tanpa obesitas. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna bila seorang anak

dengan obes berada di dalam suatu lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang

dapat memberikan kebutuhan mental bagi anak secara maksimal. Kebutuhan

mental tersebut mencakup kasih sayang, rasa aman, perhatian, pengertian,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: Nova Aryanto

56

penghargaan dan rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual

dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Peranan

lingkungan mikro yang baik yaitu keluarga memberikan pengaruh yang besar

terhadap perkembangan kognitif anak , hal ini dapat berupa pemberian suatu

rangsangan tertentu dan terus menerus terutama rangsangan intelektual agar anak

dapat terus memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya dan hal ini tidak

lepas dari peran keluarga yang harus terus menerus memberikan stimulasi baik

berupa permainan sederhana yang selalu menuntut anak tersebut untuk berpikir

dan memecahkan jalan keluarnya, olahraga teratur sesuai dengan kemampuan

fisiknya dengan didampingi instruktur yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

(Kashahu L, Dibra G, Osmanaga F, Bushati J. 2014, Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson

JC, Jian Zhang, 2008; Jenvey VB. 2007).

3. Kelemahan Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang kurang signifikan, sehingga

diperlukan penelitan lanjutan dengan jumlah subyek yang lebih besar dan dengan

metodologi penelitian yang lebih baik, selain itu data dislipidemia seperti

hiperkolestrolemia, hiper- Low Density Lipoprotein (LDL) kolestrolemia, hipo-

High Density Lipoprotein (HDL) kolestrolemia tidak diukur karena terdapat

keberatan dari orang tua siswa bila subyek harus diambil darahnya dengan jarum

suntik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: Nova Aryanto

57

4. Kelebihan Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara obesitas terhadap tingkat

inteligensi pada anak serta tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan orang tua

terhadap tingkat inteligensi anak di Indonesia masih belum banyak sehingga

diharapkan penulisan ini dapat menjadi titik awal untuk memperdalam dan

memperbanyak data terhadap fenomena tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: Nova Aryanto

58

BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Pada penelitian ini tidak ada perbedan signifikan secara statistik untuk tingkat

inteligensi untuk anak obes dan tidak obes.

Sebagai kesimpulan tambahan didapatkan:

Prevalensi anak dengan obes yang memiliki tingkat inteligensi normal hingga

cerdas sebesar 50,8%, sementara prevalensi anak tidak obes dengan tingkat

inteligensi normal hingga cerdas sebesar 49,2%.

Anak dengan orang tua berpendapatan menengah memiliki tingkat inteligensi

normal hingga cerdas sebesar 88,5%, sementara pada anak dengan orang tua

berpendidikan sarjana memiliki tingkat inteligensi normal hingga cerdas

sebesar 67,2%.

2. Saran

a. Bagi petugas medis dapat member edukasi masyarakat mengenai pencegahan

obesitas pada anak dan komplikasinya.

b. Bagi orang tua dapat memberikan asupan nutrisi yang seimbang lemak, kalori

dan serat serta dapat mengarahkan anak-anaknya agar lebih banyak beraktivitas

untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: Nova Aryanto

59

c. Bagi peneliti dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan tingkat

inteligensi secara berkala dalam jangka waktu tertentu, subyek yang lebih

besar, dan dengan metode penelitian yang lebih baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: Nova Aryanto

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Nabi IM; Khalifa GA; Ahmed HH; Eskander EF, Sayed AH. The Impact ofObesity on Some Hormones and the Cognitive Function among School Girls.New York Science Journal, 2010; (3):4.

Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B,Pramono A, Susanto H, Subagio HW.Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks Massa Tubuh,Lemak Tubuh,dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obes. Sari Pediatri2010;12(1):36-41).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.. Laporan Hasil Riset KesehatanDasar (RISKESDAS) Nasional. Jakarta. Depkes RI; 2007.

Barlow SE and the expert comittee. Expert Comittee Recomendations Regardingthe Prevention, Assessment, and tTeatment of Child and AdolescentOverweight and Obesity. Pediatrics, 2007;120; 164-192.

Bates H.. Daily Physical Activity for Children and Youth. A Review andSynthesis of the Literature. Canadian Fitness and Lifestyle ResearchInstitute, 2006; 2-76.

Ben-Noun L, Laor A. Relationship between changes in neck circumference andcardiovascular risk factors. Exp Clin Cardiol, 2006;11: 14-19.

Ben-Noun L, Laor A, Sohar E,. Neck Circumference as a Simple ScreeningMeasure for Identifying Overweight and Obese Patients. Obes Res . 2001;8:470-7.

Bigaard J, Frederiksen K,Tjonneland A. Waist Circumference and BodyComposition in Relation to All-Cause Mortality in Middle Age Men andWomen. Int J Obes, 2005; 29: 778-784.

Boeree, G.C. Intelligence and IQ. Shippensburg University in website http://webspace.ship.edu/cgboer/intelligence.html, 2003; (5 Maret 2010).

CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Obesity. http:/ /www. cdc.gov, 2009.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Body Mass IndexMeasurement in Schools. Executive Summary. http:// www.cdc.gov,2007; September [2014].

Chun N. Middle Class Size in the PastPast, Present, and Future: A Description ofTrends in Asia. ADB Economics Working Series, 2010; 217:1-39.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: Nova Aryanto

61

Clement K, Ferre P. Genetics and pathophysiologi of obesity. Pediatr Res, 200353:721-5

Cole TJ, Chacera MR. Measurment of body fat dalam Text book of Child andadolescent obesity. Cambridge University Press. UK, 2002; 4 -14.

Daniels SR.. The Consequences of Childhood Overweight and Obesity.www.files.eric.ed.gov/fulltext/EJ795881.pdf; 2006

De Onis M, Blossner M. Prevalence and Trends of Overweight among PreschoolChildren in Developing Countries. Am J Clin Nutr, 2000; 72: 1032-9.

De Young CG. Intelligence and Personality dalam Sternberg, R. J., & Kaufman,S. B. Eds. The Cambridge handbook of intelligence. New York: CambridgeUniversity Press, 2011; 711–737.

Dhurandar NV. Infectobesity: Obesity of Infectious origin. J Nutr, 2001; 131:794S-7S.

Dunbar RI, Shultz S. Evolution in the social brain. Science, 2007; 317 (5843):1344–47

Dunbar RI. Mind the Gap, or Why Humans Are Not Just Great Apes. Joint BritishAcademy/British Psychological Society Annual Lecture. British Academy,2007; 154: 403-23

Engle PL, Black MM. TheEffect of Poverty on Child Development andEducational Outcomes. http.www.digitalcommons.calpoly.edu, 2008; [Agustus 2014].

Faith MS. Eating Behaviour in Studies of Child Growth, Development andHealth – Measure Precisely, Early and in Context: Commentary onRamsay, Liu & Stein, Black & Hurley, Milnes, Piazza & Carrol,Llewellyn & Wardle, and Arcan, Bruening and Story. Encyclopedia onEarly Childhood Development. www.child-encyclopedia.com, 2013;[Agustus 2014].

Ermisch J, Pronzato C. Causal Effects of Parents' Education on Children'sEducation. Institute for Social and Economic Research, University of Essex.https://www.iser.essex.ac.uk, 2010; [ Agustus 2014]

Freedman,DS. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity inChildhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds).Basel : Karger AG, 2004; 160-9.

Gottfredson L, Saklofske DH. Intelligence: Foundations and Issues inAssessment. Canadian Psychology, 2009; 50(3):183-195

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: Nova Aryanto

62

Gregg P, Propper C, Washbrook E. Parental Income and Multiple ChildOutcomes: a decomposition analysis. Centre for Market and PublicOrganisation. Bristol Institute of Public Affairs. University of Bristol, 2008;1-58.

Healthy weight. http: //www.cdc.gov/ healthy weight/ assessing/ bmi/childrens_bmi/ about_childrens_bmi.html, 2009.

Hidayah D, Lestari ED, Murtikarini S, Salimo H. Kematangan sosial pada anakdengan obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin duniakedokteran, 2007; 34(6):159 307-311.

Hidayati SN, Hadi H, Lestariana W. Hubungan asupan zat gizi dan indeks masatubuh dengan hiperlipidemia pada murid SLTP yang obesitas diYogyakarta. Sari Pediatri, 2006; 8:25-31.

Himmah R, Paryanto E, Madarina, Yulian E, Ernawati. Perbandingan GambaranProfil Lemak antara Anak Sekolah Dasar yang Obesitas dengan NonObesitas di kotamadya yogyakarta, pada suatu penelitian multicenter.Disampaikan pada Konggres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung,4-7 Juli, 2005.

Holick MF, Chen TC. Vitamin D deficiency: a worldwide problem withhealth consequences. Am J Clin Nutr, 2008; 87(suppl):1080S

Huang F, Lee MJ. Dynamic Treatment Effect Analysis of TV Effects on ChildCognitive Development. Research Collection School of Economics,Singapore Management University. Paper, 2007; 1032. 1-33 .

Huitt W; Hummel J. Piaget's Theory of Cognitive Development. EducationalPsychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrievedfrom http: // www.edpsycinteractive.org/ topics/ cogsys/ piaget.html, 2003;[Januari 2010].

Jansen A. Psychological Drivers of Eating Behaviours. www.eetonderzoek.nl,2011; [agustus 2014].

Janssen I, Craig W, Boyce W. Association Between Over Weight and Obesitywith Bullying Behaviors in School-Aged Children. Pediatrics, 2004; 113(5): 1187-1194

Jenvey VB. The relationship between television viewing and obesity in youngchildren: a review of existing explanations. Early Child Development andCare 2007; 177(8): 809–820.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: Nova Aryanto

63

Jolliffe CJ, Janssen I. Vascular risks and management of obesity in children andadolescents. Vascular Health and Risk Management, 2006; 2(2): 171–187.

Gahagan S. Overweight and Obesity dalam Nelson text book of pediatrics. 19th

edition. Saunders Elsevier, 2011; 179-188

Joseph AS, Rudolph CD. Overweight and Obesity dalam Nelson text book ofpediatrics. 18th edition. Saunders Elseiver, 2004; 179-188.

Judge S, Jahns L.. Association of Overweight with Academic Performance andSocial and Behavioral Problems: an update from the Early ChildhoodLongitudinal Study. J Sch Health, 2007; 77(10):672-8.

Legg S; Hutter M. A Collection of Definition of Intelligence. http: // www. idsia.Ch / _shane / intelligence.html, 2007.

Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraanbesar sampel dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto, 2002.

Marti A, Marcos A, Martinez JA. Obesity and immune function relationships(Abstract). Obesity Reviews, 2001; 2: 131-40.

Martinho FL, Tangerina RP, Moura SMGT, Gregorio LC. Systematic Head andNeck Physical Examination as a Predictor of Obstructive Sleep Apnea inClass III Obese Patient. Braz J Med Biol Res, 2008; 41: 1093-1097.

Mc Wayne, C. A Multivariate Examination of Parent Involvement and the Socialand Academic Competencies of Urban Kindergarten Children. Psychologyin the Schools, 2004; 41: 363-375.

Mexitalia M, Faizah Z, Susanto JC. The Relationship Between Physical Activityand Dietary Pattern in Obesity Children aged 6-7 years. Dalam:Tjokroprawiro A, editor. National obesity symposium 2004. Jakarta: BP UI,2004; 89-90.

Mexitalia M, Faizah Z, Susanto J. C. Diagnostik Waist-Hip Ratio (WHRatio) danPersentase Lemak Bawah Kulit Sebagai Indikator Obesitas pada Anak.Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung,4-7 Juli, 2005.

Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z, Hardian. Hubungan pola makan dan aktivitasfisik pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M MedIndones.2005;40:62-70.

Moelyo AG. Perbedaan Titer Immunoglobulin G Campak Anak Usia SekolahDasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: Nova Aryanto

64

Surakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas MaretSurakarta, 2007.

Montolalu N, Tangkilisan HA, Mayulu N. Relationship Between Obesity andCognitive Intelligence in Junior High School Students. PediatricaIndonesiana, 2009; 49: 165-8.

Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 2006. Psikologi Perkembangan. PengantarDalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University press.Yogyakarta.Cetakan kesebelas.Pp:217-228.

Nammi S, Koka S, Chinnala KM. Obesity: an Overview on its CurrentPerspective and Treatment Options. http://www. Nutrionj. Com/ content/3/1/3, 2004.

Nead KG, Halterman JS, Kaczorowski JM, et al. Overweight Children andAdolescent: a risk group for iron deficiency. Pediatrics, 2004; 114:104-108.

Neisser U, Boodoo G, Bouchard Jr, T.J; Boykin, A.W, Brody N, Ceci S.J,Halpern D.F, et al. Intelligence: Knowns and Unknowns. http: // citeseerx.ist. psu. Edu, 1996; [1 Juni 2010].

Nur’aeni. Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. UniversitasMuhammadiyah Purwokerto Press. Purwokerto. Cetakan Pertama, 2012; 23-27.

Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et al. Prevalence of Overweight and Obesityin the United States, 1999-2004. JAMA, 2006; 295(13):1549-55.

Pal HR, Pal A, Tourani P.. Theories of Intelligence. Everyman’s Science, 2004;39(3):1-12

Puhl RM, Latner JD. Stigma, Obesity, and the Health of the Nation’s Children.Psychological Bulletin, 2007;133(4) : 557–580.

Ramman RP. Obesity and Health Risk. Journal of the American College ofNutrition, 2002; 21(2):134s-9s.

Rauthmann JF. Psychological Aspects of Systems Intelligence:Conceptualisations of a New Intelligence Form. Essays on SystemsIntelligence, 2009; 2-31.

Reed JA, Einstein G, Hahn E, Hooker SP, Gross VP, Kravitz J. Examining theImpact of Integrating Physical Activity on Fluid Intelligence and AcademicPerformance in an Elementary School Setting: A Preliminary Investigation.Journal of Physical Activity and Health, 2010, 7, 343-351

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: Nova Aryanto

65

Reinert KRS, Po’e EK, Barkin SL. The Relationship between Executive Functionand Obesity in Children and Adolescents: A Systematic LiteratureReview.Journal of obesity, 2013; 1-10.

Reilly JJ, Methven E, McDowell ZC, Hacking B, Alexander D, Stewart L, KelnarCJH. Health consequences of obesity. adc.bmj.com, 2003; 748-752

Reilly JJ, Wilson ML, Summerbell CD, Wilson DC. Obesity: diagnosis andtreatment; evidense based answer to common questions. Arch Dis Child ,2002; 86:392-5

Riza M, Lestari ED, Murtikarini S, Hidayah D, Martuti S. Prevalensi danBeberapa Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Psikososial pada AnakObes Usia Sekolah Dasar di Kotamadya Surakarta. Cermin duniakedokteran. Vol 34 no.6/159, 2007; 304-306.

Ryan JJ, Schnakenberg-Ott SD. Scoring Reliability on the Wechsler AdultIntelligence Scale–Third Edition (WAIS-III). Assessment, 2003; 10(2): 151-159

Santos DN, Assis AMO, Bastos ACS, Santos LM,et al. Determinants of CognitiveFunction in Childhood: A cohort study in a middle income context. BMCPublic Health, 2008; 8: 202

Saelens BE, Seeley RJ, van Schaick K, Donnelly LF, O’Brien KJ. Visceralabdominal fat is correlated with whole-body fat and physical activity among8-y-old children at risk of obesity. Am J Clin Nutr, 2007; 85(1): 46–53.

Selvam PKS. A study on relationship between parental education and studentachievement. Education Research Journa,l 2013; 3(3): 75- 82.

Senjaya,S. Pengertian Inteligensi. http: // sutisna.com / psikologi / inteligensi /pengertian - inteligensi , 2009; [5 Maret2010].

Smith E, Hay P, Campbell L , Trollor J. N. A review of the association betweenobesity and cognitive function across the lifespan: implications for novelapproaches to prevention and treatment. Obesity Review, 2011; 12(9): 740–755.

Syarif D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam NaskahLengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya,2003; 123 – 139

Sjarif DR.Obesitas pada Anak dan Permasalahannya dalam:PKB-IKA XLV. HotTopics in pediatrics II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. , 2002; 219-232

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: Nova Aryanto

66

Syarif DR., Nasar SS. Obesitas dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan DokterAnak Indonesia.Jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995; 17-78.

Sorhaindo, Feinstein.What is the Relationship Between Child Nutrition andSchool Outcomes? Centre for Research on the Wider Benefits of LearningInstitute of Education, 2006; 1-12

Srivastava N, Lakhan R, Mittal B. Pathophysiology and genetics of obesity.Indian Journal of Experimental Biology, 2007; 45: 929-936 .

Styne DM. Childhood and Adolescent Obesity. Prevalence and significance.Pediatr Clin North Am, 2001; 48(4):823-54.

Subardja D, Cahyono HA, Moelyo AG. Obesitas pada Anak dalam Buku ajarendokrinologi anak, Edisi I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI, 2010; 353-364

Wang J. Waist circumference : a Simple, Inexpensive, and Reliable Tool thatshould be Included as Part of Physical Examinations in the Doctors`s. Am JClin, 2003; 78:902-3.

Watts K, Jones TW, Davis EA, GreenD. Exercise Training in Obese Children andAdolescents Current Concepts. Sports Med 2005; 35 (5): 375-392.

Wechsler Intelligence Scales. Didapat dari URL:http://www.iupui.edu/~flip/wechsler.html, 2009; [Agustus 2014]

World Health Organization. Obesity: Preventing and Managing the GlobalEpidemic. WHO Tech Rep Ser, 2000; 894:i-xii, 1-253.

Yanfeng Li, Qi Dai, Jackson JC, Jian Zhang. Overweight Is Associated WithDecreased Cognitive Functioning Among School-age Children andAdolescents. Obesity, 2008; 16:1809–1815

Yanovski SZ, Ogden CL, Carroll MD, Flegal KM. The Epidemiology of Obesity.Gastroenterology, 2007; 132(6): 2087-2102.

Yu Z B, Han SP, Cao XG, Guo X. R. Intelligence in Relation to Obesity: aSystematic Review and Meta-analysis. Obesity Review, 2010; 11 (9) :656–670.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: Nova Aryanto

67

Lampiran 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: Nova Aryanto

68

Lampiran 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: Nova Aryanto

69

Lampiran 3

PERSETUJUAN PENELITIAN

Setelah saya mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan, tata cara pelaksanaannya, serta untung ruginya mengikuti penelitian

ini, saya:

Nama :

Umur :

Orang tua dari :

Alamat :

No KTP :

Menyatakan tidak keberatan untuk mengikuti tahapan-tahapan penelitian

mengenai “PERBEDAAN TINGKAT INTELGENSI ANAK OBES DAN

TIDAK OBES PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 15 di

KOTAMADYA SURAKARTA“.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan.

Surakarta....................2014

Yang membuat pernyataan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: Nova Aryanto

70

Lampiran 4Formulir wawancara untuk anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RS.dr.Moewardi Surakarta

No. Penelitian :..................................................................

Identitas

Nama anak :......................................................................

kelas :............................

Jenis kelamin : L/P

Tanggal

lahir/umur:..................................................................../..............................tahun

Saudara kandung:.......................................................................................................

No Jenis kelamin Umur (th) Kegemukan / tidak

1

2

3

Alamat :

Jl....................................................................................................................

RT..........RW...............

Kelurahan......................................................................................................

Kecamatan.....................................................................................................

Kota/kabupaten..............................................................................................

Nomor telepon...................................................................................

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: Nova Aryanto

71

Aktivitas fisik

1. Bagaimana jadwal tidur anda perhari?

A. Siang pk......................sampai pk.....................................................................

B. Malam pk....................sampai pk......................................................................

2. Jadwal belajar perhari pk......................sampai pk...............................................

3. Bila bermain di luar rumah, jenis pemainannya apa :.........................................

Pk.................sampai pk.............................................................................

4. Menonton televisi sehari-hari : pk........................sampai pk.................................

Hari minggu atau hari libur : pk...........................sampai pk.................................

5. Bermain dengan komputer perhari : pk.........................sampai pk........................

Berapa kali seminggu :..................kali

6. Sarana transportasi dari rumah ke sekolah setiap hari :

A. Berjalan kaki

B. Bersepeda

C. Naik kendaraan umum

D. Naik kendaraan pribadi/dijemput

7. Jika berjalan kaki, jarak dari rumah ke sekolah :..........................................km

8. Jika naik kendaraan umum :

Berapa jarak dari rumah dengan tempat naik kendaraan umum :..................m

Berapa jarak dari tempat turun kendaraan umum dengan sekolah :...............m

9. Apakah anda melakukan olah raga?

A. Sangat sering

B. sering

C. Jarang

D. Kadang – kadang

E. Tidak pernah

10. Bila jawaban nomor 9 ya, kapan olah raga tersebut dilakukan :

A. Hanya saat jam sekolah

B. Hanya saat di luar jam sekolah

C. Saat jam sekolah dan di luar sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: Nova Aryanto

72

11. Olah raga saat jam sekolah

A. Jenis olah raga :

.....................................................................................................................

A. Lama olah raga sehari :....................................................jam

B. Berapa kali dalam seminggu :...............................................kali/minggu

C. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur

12. Bila anda ikut olah raga di luar jam sekolah :

A. Jenis olah raga :

..................................................................................................................

B. Lama olah raga sehari :.............................................jam

C. Berapa kali dalam seminggu :.............................................kali/minggu

D. Teratur, yaitu setiap hari...................................................../tidak teratur

E. Dengan pelatih / tanpa pelatih

F. Perorangan / ikut klub

13. Berapa kali sehari anda makan?

A. lebih dari 3 kali sehari

B. kurang dari sama dengan 3 kali sehari

14. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan ringan?

A. Ya. Berapa kali sehari:……..; jenis:…………….

B. Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: Nova Aryanto

73

Lampiran 5

Formulir kuesioner untuk orang tua murid

Nama murid :...............................................................

Kelas :...............................................................

No.Penelitian :...............................................................

Data Ayah

1. Nama ayah :......................................................................

2. Umur :.............................................................tahun

3. Suku :.......................................................................

4. Kebangsaan :.......................................................................

5. Pendidikan :.......................................................................

6. Pekerjaan :.......................................................................

7. Berat badan :..................................................................kg

8. Tinggi badan :.................................................................cm

9. Penghasilan : Rp.................................................................

.....................................................................

10. Apakah ayah merasa kegemukan : ya/tidak

Bila ya, sejak kapan :.............................................................................

11. Anggapan ayah tentang kegemukan pada anaknya :

.................................................................................................................

12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya :

.................................................................................................................

13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan

tersebut :

.................................................................................................................

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: Nova Aryanto

74

Data Ibu

1. Nama ibu :..........................................................................

2. Umur :.........................................................................tahun

3. Suku :..................................................................................

4. Kebangsaan :..................................................................................

5. Pendidikan :..................................................................................

6. Pekerjaan :..................................................................................

7. Berat badan :..............................................................................kg

8. Tinggi badan :..............................................................................cm

9. Penghasilan : Rp............................................................................

.................................................................................

10. Apakah ibu merasa kegemukan : ya/tidak

Bila ya, sejak kapan :......................................................................................

11. Anggapan ibu tentang kegemukan pada anaknya :

........................................................................................................................

12. Adakah upaya untuk mengatasi kegemukan pada anaknya :

........................................................................................................................

13. Bila ada, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kegemukan tersebut :

........................................................................................................................

14. Adakah anggota keluarga lain yang kegemukan ?

A. Ada, sebutkan..................................................orang

B. Tidak

Adakah anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus?

A. Ada, sebutkan..................................................orang

B. Tidak

Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ?

A. Ada, sebutkan..................................................orang

B. Tidak

Adakah anggota keluarga lain yang menderita hipertensi ?

A. Ada, sebutkan..................................................orang

B. Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: Nova Aryanto

75

Lampiran 6

Penghasilan keluarga

A. Jumlah penghasilan keluarga (ayah + ibu) per bulan :

Rp...............................................................................................................

...................................................................................................................

B. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan saat ini :..............orang

C. Jumlah pengeluaran / biaya hidup keluarga per bulan :

Rp...............................................................................................................

....................................................................................................................

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: Nova Aryanto

76

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penghasilan ortu * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

pendidikan ortu * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

aktivitas * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

pola makan * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

penghasilan ortu * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

penghasilan ortu menengah atas Count 2 5 7

% of Total 3.3% 8.2% 11.5%

menengah Count 10 44 54

% of Total 16.4% 72.1% 88.5%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .396a 1 .529

Continuity Correctionb .015 1 .901

Likelihood Ratio .365 1 .546

Fisher's Exact Test .615 .418

Linear-by-Linear Association .390 1 .532

N of Valid Cases 61

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.38.

b. Computed only for a 2x2 table

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: Nova Aryanto

77

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R.081 .143 .621 .537c

Ordinal by

Ordinal

Spearman Correlation.081 .143 .621 .537c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

pendidikan ortu * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

pendidikan ortu sarjana Count 9 32 41

% of Total 14.8% 52.5% 67.2%

tidak sarjana Count 3 17 20

% of Total 4.9% 27.9% 32.8%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .411a 1 .521

Continuity Correctionb .089 1 .766

Likelihood Ratio .426 1 .514

Fisher's Exact Test .734 .392

Linear-by-Linear

Association.404 1 .525

N of Valid Cases 61

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.93.

b. Computed only for a 2x2 table

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: Nova Aryanto

78

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R.082 .121 .633 .529c

Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation.082 .121 .633 .529c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

aktivitas * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

aktivitas aktif Count 8 31 39

% of Total 13.1% 50.8% 63.9%

kurang aktif Count 4 18 22

% of Total 6.6% 29.5% 36.1%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: Nova Aryanto

79

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson

Chi-Square.048a 1 .826

Continuity

Correctionb .000 1 1.000

Likelihood

Ratio.049 1 .825

Fisher's

Exact Test1.000 .553

Linear-by-

Linear

Association

.048 1 .827

N of Valid

Cases61

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by Interval Pearson's R .028 .126 .216 .829c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .028 .126 .216 .829c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: Nova Aryanto

80

pola makan * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

pola makan > 3 kali Count 8 23 31

% of Total 13.1% 37.7% 50.8%

< = 3 kali Count 4 26 30

% of Total 6.6% 42.6% 49.2%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1.501a 1 .221

Continuity Correctionb .815 1 .367

Likelihood Ratio 1.527 1 .217

Fisher's Exact Test .335 .184

Linear-by-Linear

Association1.476 1 .224

N of Valid Cases 61

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R.157 .123 1.220 .227c

Ordinal by

Ordinal

Spearman Correlation.157 .123 1.220 .227c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: Nova Aryanto

81

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

umur * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

kat imt * kat iq 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%

jenis kelamin * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

jenis kelamin laki-laki Count 7 32 39

% of Total 11.5% 52.5% 63.9%

perempuan Count 5 17 22

% of Total 8.2% 27.9% 36.1%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .203a 1 .652

Continuity

Correctionb .013 1 .908

Likelihood Ratio .200 1 .655

Fisher's Exact Test .742 .447

Linear-by-Linear

Association.200 1 .655

N of Valid Cases 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: Nova Aryanto

82

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R-.058 .131 -.444 .659c

Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation-.058 .131 -.444 .659c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

umur * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

umur 10.00 Count 5 16 21

% of Total 8.2% 26.2% 34.4%

11.00 Count 4 16 20

% of Total 6.6% 26.2% 32.8%

12.00 Count 3 17 20

% of Total 4.9% 27.9% 32.8%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: Nova Aryanto

83

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .505a 2 .777

Likelihood Ratio .513 2 .774

Linear-by-Linear Association .494 1 .482

N of Valid Cases 61

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 3.93.

Symmetric Measures

Value

Asymp.

Std. Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R.091 .126 .700 .487c

Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation.091 .126 .699 .487c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

kat imt * kat iq

Crosstab

kat iq

Totalcerdas normal

kat imt tidak obese Count 5 26 31

% of Total 8.2% 42.6% 50.8%

obese Count 7 23 30

% of Total 11.5% 37.7% 49.2%

Total Count 12 49 61

% of Total 19.7% 80.3% 100.0%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: Nova Aryanto

84

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .501a 1 .479

Continuity Correctionb .149 1 .700

Likelihood Ratio .502 1 .478

Fisher's Exact Test .534 .350

Linear-by-Linear Association .493 1 .483

N of Valid Cases 61

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.90.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb

Approx.

Sig.

Interval by

Interval

Pearson's R-.091 .127 -.699 .487c

Ordinal by

Ordinal

Spearman Correlation-.091 .127 -.699 .487c

N of Valid Cases 61

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 61 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 61 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 61 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: Nova Aryanto

85

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

cerdas 0

normal 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables penghasilanortu .396 1 .529

Overall Statistics .396 1 .529

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: Nova Aryanto

86

Chi-square df Sig.

Step 1 Step .365 1 .546

Block .365 1 .546

Model .365 1 .546

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 60.126a .006 .009

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

penghasilanortu .565 .907 .388 1 .533 1.760 .297 10.413

Constant .916 .837 1.199 1 .273 2.500

a. Variable(s) entered on step 1: penghasilanortu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: Nova Aryanto

87

Logistic RegressionCase Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 61 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 61 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 61 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

cerdas 0

normal 1

Block 0: Beginning BlockClassification Tablea,b

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: Nova Aryanto

88

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables pendidikanortu .411 1 .521

Overall Statistics .411 1 .521

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step .426 1 .514

Block .426 1 .514

Model .426 1 .514

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 60.064a .007 .011

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than .001.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: Nova Aryanto

89

Classification Tablea

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Ste

p

1a

pendidikanortu .466 .731 .406 1 .524 1.594 .380 6.679

Constant 1.26

9.377

11.30

31 .001 3.556

a. Variable(s) entered on step 1: pendidikanortu.

Logistic RegressionCase Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 61 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 61 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 61 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: Nova Aryanto

90

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables aktivitas .048 1 .826

Overall Statistics .048 1 .826

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

cerdas 0

normal 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: Nova Aryanto

91

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step .049 1 .825

Block .049 1 .825

Model .049 1 .825

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 60.442a .001 .001

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. The cut value is .500

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: Nova Aryanto

92

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Ste

p 1a

aktivitas .150 .680 .048 1 .826 1.161 .306 4.406

Constant 1.355 .397 11.667 1 .001 3.875

a. Variable(s) entered on step 1: aktivitas.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 61 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 61 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 61 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

cerdas 0

normal 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 0 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: Nova Aryanto

93

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.407 .322 19.080 1 .000 4.083

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables polamakan 1.501 1 .221

Overall Statistics 1.501 1 .221

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 1.527 1 .217

Block 1.527 1 .217

Model 1.527 1 .217

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 58.964a .025 .039

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than .001.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: Nova Aryanto

94

Classification Tablea

Observed

Predicted

kat iq Percentage

Correctcerdas normal

Step 1 kat iq cerdas 0 12 .0

normal 0 49 100.0

Overall Percentage 80.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a polamakan .816 .676 1.456 1 .228 2.261 .601 8.505

Constant 1.056 .410 6.620 1 .010 2.875

a. Variable(s) entered on step 1: polamakan.

Correlations

Correlations

umur

Jenis

kelamin imt IQ aktivitas pendapatan

status

gizi Pddkortu

IQ Pearson

Correlation.064 .038 .075 1 .127 .036 -.123 -.168

Sig.

(2-tailed).622 .771 .566 .328 .783 .345 .196

N 61 61 61 61 61 61 61 61

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user