nomor: 692/lb.620/i.l/2/2009 tanggal 20 februari 2009...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
LAPORAN HASIl KEGIATAN
PENENTUAN METODE PENGERINGAN, PENGEMASAN DAN PENYIMPANANKACANG TANAH UNTUK MENEKAN CEMARAN AFLATOKSIN
SURAT PERINTAH KERJA PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR: 692/lb.620/I.l/2/2009TANGGAl 20 Februari 2009
Oleh:
Dr. Yudi PranotoDr. Supriyanto
Dr. Agustina Asri RahmiannaIr. Joko Purnomo, MP
lEMBAGA PENElmAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATUNIVERSITAS GADJAH MADA
Bekerjasama dengan
BADAN PEN ElmAN dan PENGEMBANGAN PERTANIAN
TAHUN 2009
Penentuan Metode Pengeringan, Pengemasan Dan Penyimpanan KacangTanah Untuk Menekan Cemaran Aflatoksin
Yudi pranoto1, Supriyanto1, Agustina Asri Rahmianna2 dan Joko Pumomo2
1Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta2BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
PENDAHULUAN :
penanganan paspa panen kacang tanah merupakan tahapan yang sangat penting
untuk menjaga kualitas,terutama dalam kaitannyadengan cemaran aflatoksin.Tahapan
pascapanen yang penting meliputi pengeringan dan penyimpanan. Pengeringan yang
cepat hingga kadar air aman «10%) diikutipengemasan dan penyimpananyang tepat
akan bisa menekan cemaran aflatoksin.Modelpengering "solar hybriddryer" merupakan
altematif pengeringyang potensialuntukdikembangkanguna pengeringan kacangtanah,
oleh karena jenis pengering ini mampu menggunakan sumber panas dari sinar matahari
dan dengan pemanas buatan dari pembakaranbatubara atau bahan bakar lainnya.Selain
itu, pengemasan dan penyirnpanankacang tanah keringjuga merupakan tahapan yang
penting untuk mengendalikan cernaran aflatoksin. Penyimpanan kacang tanah dalarn
bentuk wose merupakan upaya untuk mendukung perdagangan kacang tanah untuk
konsumsi,oleh karena lebih ringan, fleksibeldan porsi edible lebih besar. Pada penelitian
ini dievaluasi kinerja alat pengering untuk rnengeringkanpolong kacang tanah dengan
surnber panas yang berbeda; solar dryer, pernanas buatan, dan kornbinasisolar hybrid
dryer. Sedangkan penyimpanan kacang tanah wose dikemas menggunakan karung
plastic,plastikPPdan plasticPPvakurndengan penyimpananpada suhu ruang dan ruang
ber AC.Sampeldiarnatikadar air, jumlahjamur dan cemaran aflatoksinB1.
METODEPENELITIAN :
Polong kacang tanah segar akan dikeringkan menggunakan pengering buatan
dengan 3 sumber panas yang berbeda, yaitu dari sinar matahari (solar dryel),
pernbakaran batubara (pemanas buatan) dan kornbinasi(solar hybrid drye/). Kacang
tanah dihamparkan pada 5 rak pengering, dengan masing-masing rak berisi 30 kg.
Pengeringandilakukandengan rnengikutikadar air kacang tanah hingga <10% dengan
memantau suhu dan RHruang pengering. Untuk rnaasing-rnasingmetode pengeringan,
akan ditentukan konstanta pengeringan "k" dan kernampuan menguapkan air. Analisis
cernaran jarnur dan aflatoksin dilakukanpada sarnpel kacang tanah segar dan setelah
kering.
Pengujian pengernasan dan penyimpan kacang tanah wose dilakukan
11
menggunakan 3 tipe kemasan, yaitu karung plastik, plastik PP dan plastik PP-vakum.
Setelah dikemas, sampel disimpanpada kondisiruang (2SOC)dan ruangan ber AC(20°C,
RH75%) selama 3 bulan, dan dianalsiskadar air, jumlah jamur dan kadar aflatoksin B1
setiap 2 minggu.
HASILDANPEMBAHASAN :
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu rata-rata udara pada solar hybrid
dryer, solar dryer, dan pemanas buatan lebih tinggi dari suhu rata-rata udara di luar
rumah pengering, sehingga mengindikasikankemampuan mengeringkan lebih besar
dibandingkandengan penjemuran langsung. Rata-rata kecepatan penurunan jumlah air
polong kacang tanah yang dikeringkan menggunakan solar dryer lebih tinggi dari
kecepatan penurunan jumlah air yang dikeringkanmenggunakan sinar matahari secara
langsung. Pada solar hybrid dryer kecepatannya lebih tinggi dari kedua metode
pengeringan, dan pemanas buatan kecepatannya paling tinggi diantara lainnya cara
pengeringan yang diujikan,oleh karena sumber panas memadahi secara kontinyuyang
disuplai dari batubara. Pengeringan dengan pengering buatan mampu mengurangi
pertumbuhanjamur dan cemaran aflatoksinB1secara nyata.
Pengujianpengemasan dan penyimpanankacangtanah bentuk wose menunjukkan
bahwa pengemasan yang memberikanhasilterbaikdidapatkandari sampel yang dikemas
menggunakan plastik polipropilensecara vakum dan disimpan pada suhu AC. Pada
kondisitersebut, kontaminasirata-rata aflatoksinsampel selama 12 minggupenyimpanan
hanya 2,2 ppb dengan intervalperubahan kadar air sebesar 2,3 %. Penyimpanankacang
tanah dalam bentuk wose juga lebih menguntungkansecara ekonomisoleh karena akan
mengurangibiaya pengangkutan, distribusiatau biayahandlinglainnya.
KETERUBATANDENGANPENELITIUNGKUPBADANUTBANGPERTANIAN:
Penelitian pengemasan dan penyimpanan kacang tanah wose didukung oleh tim
peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI)
Malang, yang dikoorclinatorioleh Dr. Agustina AsriRahmianna
DAFrARPUSTAKA:
Brooker,D.B.,1992. Dryingand Storage of Grainsand Oilseeds,AVI,USA.
Chou and Chua, 2001. New hybrid drying technologies for heat sensitive foodsuffs.
Jounal FoodScienceand Technology.Vol12 (359-369)
Harsono,A, Tohari, D. Indradewa dan T. Adisarwanto,2003. Respon beberapa kacang
tanah terhadap cekaman kekeringanpada fase pertumbuhantanaman yang berbeda.
12
Habitat15(3): 175-189.
Kasno, Astanto, 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di
Indonesia, PuslitbangTanaman Pangan, Bogor
Taufiq,Adan A.Wijanarko,2007. Evaluasialtematif paket pemupukan untuk kacang
tanah di lahan sawah dan lahan keringUltisol.LaporanAkhirTahun2007. Balai
PenelitianTanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian.
13