pustakamaya.lan.go.idpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/digital... · web viewtugas dan...

Click here to load reader

Upload: others

Post on 12-Aug-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2
1.1. LATAR BELAKANG
Birokrasi Indonesia selalu jadi sebuah opini publik yang tidak pernah membosankan, hal ini disebabkan karena hingga kini birokrasi di Indonesia masih problematik dan jauh dari apa yang menjadi harapan. Birokrasi yang tidak ideal menjadi salah satu masalah di Indonesia. Keluhan terhadap rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumberdaya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya, dan belum dapat ditemukan solusi efektif untuk mengatasinya. Mulai dari praktek tidak terpuji seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan dalam mewujudkan birokrasi yang pro terhadap kepentingan rakyat banyak, hal ini melahirkan patologi dalam birokrasi yang terjadi secara turun temurun. Krisis ekonomi yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1998 yang silam telah berkembang menjadi krisis multidimensi. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya tuntutan dari segenap lapisan masyarakat kepada pemerintah untuk segera diadakan reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak saat itu, telah terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi yang dikenal sebagai reformasi gelombang pertama. Perubahan tersebut dilandasi oleh keinginan sebagian besar masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat yang didasarkan pada nilai–nilai dasar sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai tujuan bernegara.
Reformasi birokrasi (RB) dimaksudkan bukan hanya untuk mengantisipasi tuntutan perubahan harapan masyarakat ditingkat local atau nasional tetapi juga daya saing (competititvness) suatu negara ditingkat global. Apabila birokrasi tidak mampu sebagai penyanggah (Buffer) dan penyaring (filter), maka birokrasi juga tidak akan mampu menggerakkan masyarakat untuk bersaing (Eko Prasojo:2020).
Menurut Sedarmayanti (2007:327) arah kebijakan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik antara lain:
1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan - penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek KKN :
a. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( good governance ) pada semua tingkat dan lini pemerintahan serta pada semua kegiatan.
b. Pemberian sanksi yang berat bagi pelaku KKN sesuai ketentuan yang berlaku. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat
c. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan pengawasan dan pemeriksaan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat :
a. Penataan kembali kelembagaaan pemerintahan berdasar pola dasar dan prinsip pengorganisasian yang rasional dan objektif.
b. Perbaikan sistem ketatalaksanaan , mekanisme dan prosedur pelaksanaan tugas pada semua tingkat dan lini pemerintahan.
c. Optimalisasi pemanfaatan EGovernment dalam pengelolaan asset / kekayaan negara dan dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat.
3. Meningkatkan kinerja aparatur negara :
a. Perbaikan sistem manajemen dan kepegawaian negara.
b. Perbaikan sistem perencanaan dan pengadaan pegawai.
c. Peningkatan kompetensi, kapabilitas dan profesionalitas sumber daya manusia aparatur.
d. Penerapan sistem penghargaan dan hukuman yang adil dan proporsional. Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui perbaikan sistem remunerasi , sistem asuransi dan jaminan hari tua pegawai.
e. Penyelesaian pengalihan status pegawai honorer, pegawai harian lepas dan pegawai tidak tetap.
Birokrasi sebagai suatu sistem yang dijalankan oleh manusia, akan berkembang sesuai dengan perilaku manusia yang menjalankannya. Dengan demikian wujud birokrasi merupakan cerminan dari para pengelolanya. Sehingga, walaupun upaya reformasi birokrasi dilakukan melalui pendekatan yang sama, namun hasil tidak selalu sama pada setiap negara. Hal ini disebabkan kuatnya pengaruh sosial budaya masyarakat terhadap birokrasi, meskipun di beberapa negara justru birokrasi dapat mengintervensi perilaku dan kultur individu.
Yang menjadi masalah adalah kita belum dapat menemukan ukuran sejauhmana reformasi birokrasi itu dianggap berhasil atau gagal. Syarat keberhasilan suatu reformasi birokrasi bukanlah sekedar perubahan dalam tataran sistem dan struktur birokrasi saja, namun harus meliputi perubahan perilaku dan budaya pejabat publik dan masyarakat pada umumnya. Disisi lain, pemerintah harus dapat menciptakan stabilitas politik agar proses reformasi dapat berjalan dengan efektif, yaitu dengan menciptakan birokrasi yang profesional dan netral dari pengaruh politik.
Dari 8 (delapan) area perubahan dalam RB mempunyai berbagai indicator, dimana indicator-indikator tersebut menjadi bagian dari ukuran keberhasilan pencapaian output dan outcome. Pada tataran kebijakan, reformasi birokrasi telah diakomodasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dokumen RPJPN menyebutkan bahwa arah kebijakan dan strategi nasional bidang pembangunan aparatur dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur Negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Rancangan kebijakan dan strategi nasional tersebut dituangkan secara rinci dalam suatu grand design reformasi birokrasi sebagai arah kebijakan pelaksanaan RB nasional. Grand design adalah tindak lanjut kebijakan dan strategi nasional pembangunan aparatur untuk mendukung keberhasilan dalam rangka menciptakan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.
Dalam konteks ini terlihat tantangan yang cukup besar dalam mewujudkan tujuan reformasi birokrasi tersebut. Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) birokrat belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang esien, efektif dan produktif, dan profesional. Birokrat di semua angkatan belum benar-benar memiliki pola pikir yang melayani masyarakat, belum mencapai kinerja yang lebih baik (better performance), dan belum berorientasi pada hasil (outcomes). Dari penjelasan konsep dasar tentang Reformasi Birokrasi itulah, maka muncul gagasan perubahan tentang bagaimana mengelola indeks penilaian di dalam delapan area perubahan birokrasi untuk menjadi suatu daya dorong bagi peningkatan kinerja organisasi agar memiliki daya saing.
1.2. GAGASAN PERUBAHAN
Berangkat dari berbagai pengalaman organisasi melaksanakan reformasi birokrasi, Kementerian Hukum dan HAM sebagai salah satu organisasi berbentuk kementerian yang telah menerapkan reformasi birokrasi sejak tahun 2010 ingin mengukur sejauh mana reformasi birokrasi berhasil diterapkan dan bagaimana mengelola indeks-indeks yang mampu mempengaruhi kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Berdasarkan uraian diatas, gagasan perubahan yang penulis susun yaitu : “PENGELOLAAN INDEKS REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM”.
Indeks penilaian yang diperoleh kementerian Hukum dan HAM merupakan nilai akumulasi dari kinerja sebelas unit eselon I dan belum terkoordinasi dan terintegrasi dalam suatu system pengelolaan indeks penilaian, sehingga menyulitkan pimpinan dalam menyusun treatment yang efektif terhadap kelemahan/kekurangan yang ada pada hasil penilaian. Dengan diintegrasikannya indeks penilaian reformasi birokrasi dan pengelolaan terpusat maka memudahkan pimpinan untuk melakukan pembinaan terhadap indicator-indikator penilaian yang masih kurang/lemah sehingga dapat ditingkatkan, hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja dan daya saing Kementerian Hukum dan HAM.
1.3. TUJUAN PERUBAHAN
Terwujudnya Peningkatan Kinerja secara berkesinambungan melalui pengelolaan indeks reformasi birokrasi di Kementerian Hukum dan HAM yang efektif dan efisien.
1.4. MANFAAT PERUBAHAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari proyek perubahan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Organisasi
a. Adanya efektivitas dan efisiensi pengelolaan indeks reformasi birokrasi yang mampu mendorong peningkatan kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
b. Tersedianya aplikasi yang mengintegrasikan seluruh system penilaian kinerja Kementerian Hukum dan HAM yaitu E-RB, E Performance, Simpeg, PMPRB, WBK/WBBM, E Survey dan Penilaian TPI sehingga mampu mendorong peningkatan kinerja organisasi.
2. Manfaat bagi masyarakat
Tersedia informasi kinerja reformasi birokrasi Kementerian Hukum dan HAM yang terintegrasi.
3. Manfaat bagi peserta
Dapat menyajikan informasi indeks indicator RB sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja organisasi.
1.5. RUANG LINGKUP PERUBAHAN
1. Melakukan inventarisasi dan mengelola Indeks Penilaian Reformasi Birokrasi yang diperoleh Kementerian Hukum dan HAM sebagai ukuran kinerja organisasi
2. Menyusun data based indicator indeks penilaian reformasi birokrasi yang mendorong kinerja
3. Mengintegrasikan Indeks Penilaian Reformasi Birokrasi (PMPRB), WBK/WBBM, E-Reformasi Birokrasi, E-Survey dan TPI dengan memanfaatkan teknologi informasi.
4. Menyusun regulasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi melalui pemberdayaan TI dalam rangka meningkatkan kinerja.
5. Menyusun milestone (pentahapan) program jangka pendek, jangka menengah dan jangka Panjang untuk mewujudkan integrase penilaian reformasi birokrasi dengan pendekatan kinerja.
6. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan stakeholder dalam rangka mewujudkan integrasi penilaian reformasi borokrasi dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
Sebagaimana diketahui bahwa Kementerian Hukum dan HAM merupakan organisasi yang besar, karena mempunyai dukungan sumber daya manusia sebanyak kurang lebih 65 ribu pegawai, dan mempunyai 920 satuan kerja. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkumham juga mengalami kenaikan setiap tahun, meskipun naiknya tidak terlalu besar.
Saat ini, koordinasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Hukum dan HAM dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal. Berdasarkan pasal 6 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, antara lain dijelaskan bahwa tugas Sekretariat Jenderal adalah menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi organisasi dilingkungan kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi :
a. Koordinasi kegiatan Kementerian Hukum dan HAM
b. Koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Hukum dan HAM
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumnahtanggaan, dan dokumentasi kementerian hokum dan HAM
d. Pembinaan dan penataan organisasi
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan advokasi hokum
f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan pelayanan pengadaan barang/jasa, dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Tugas dan fungsi yang diemban Sekretariat Jenderal, dilaksanakan oleh SDM sebanyak 692 orang dengan perincian Sekretaris Jenderal 1 (satu) orang, Staf Ahli 5 (lima) orang, Kepala Biro sebanyak 6 (enam) orang, Kepala Pusat Data dan Informasi 1 (satu) orang, Kepala Bagian 32 (tiga puluh dua) orang, Kepala Sub bagian 108 (seratus delapan ) orang, JFT sebanyak 102 orang dan JFU sebanyak 437 orang (Data Simpeg per 2 April 2020). Kualifikasi SDM yang dimiliki Sekretariat Jenderal dibedakan menurut jenis kelamin, usia, masa kerja dan latar belakang Pendidikan.
Sebagai unit organisasi yang bertugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi organisasi dilingkungan kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sekretariat Jenderal mengemban amanah melaksanakan dan mendorong unit organisasi lain dilingkungan kemenkumham memperoleh nilai pelaksanaan reformasi birokrasi yang tinggi, yang diwujudkan dalam Indeks Reformasi Birokrasi dan memperoleh nilai kinerja tinggi, yang diwujudkan dalam nilai Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), agar dapat berkontribusi secara positif terhadap Indeks RB dan Nilai SAKIP Kementerian Hukum dan HAM.
1.6. OUTPUT KUNCI
Output kunci (key project deliverables) dari proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Output Kunci
DESKRIPSI KEGIATAN
Adanya pola pengelolaan indeks reformasi birokrasi yang lebih efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Menyusun data based indicator indeks penilaian reformasi birokrasi yang mendorong kinerja
Data Based indeks reformasi birokrasi kementerian Hukum dan HAM.
Menyusun regulasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi melalui pemberdayaan TI dalam rangka meningkatkan kinerja.
Draf Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi dalam peningkatan kinerja Kementerian Hukum dan HAM
Jangka Menengah
Sosialisasi Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi dalam peningkatan kinerja kementerian Hukum dan HAM.
Jangka Panjang
Implementasi Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi dalam peningkatan kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
BAB II
Dalam rangka mewujudkan Proyek Perubahan dengan judul “Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi dalam rangka Peningkatan Kinerja Kementerian HUkum dan HAM”, maka dilakukan pentahapan (milestone) yang berisikan serangkaian tahapan sebagaimana Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1.
Tahapan Milstone
Daftar Indeks Penilaian Reformasi Birokrasi dan rencana pengelolaan berbasis TI.
Minggu III bulan Mei
Minggu IV bulan Mei
draft regulasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi melalui pemberdayaan TI dalam rangka meningkatkan kinerja.
Minggu III, IV bulan Mei dan minggu I Bulan Juni
2. Jangka Menengah
Draft Final Rancangan Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Minggu I bulan Juni
Surat Ijin Prakarsa Rapermenkumham ke Dirjen Peraturan Perundang-Undangan.
Minggu II bulan Juni
Surat Permohonan Penyelarasan Rapermenkumham ke Dirjen Peraturan Perundang-Undangan.
Minggu II dan III bulan Juni
4.
Minggu IV bulan Juni
Minggu bulan Juli
Sosialisasi Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Pemahaman Stakeholder tentang Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
September 2020
Pelaksanaan Permenkumham tentang Integrasi Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Desember 2020
Tahun 2021
Tahun 2021
Tahun 2021
1. Pemilik Proyek Perubahan
Kepemilikan Proyek Perubahan dengan judul “Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi dalam rangka Peningkatan Kinerja Kementerian HUkum dan HAM”, adalah sebagai berikut :
MENTOR
PROJECT LEADER
Dr. BAMBANG RANTAM SARIWANTO, SH,.MM
196012151988021001
Tugas Mentor :
1) Memberikan dukungan penuh kepada peserta dalam penyusunan proyek perubahan
2) Memberikan bimbingan kepada peserta dalam menyusun identifikasi masalah yang memerlukan treatment melalui proyek perubahan
3) Membantu peserta dalam memetakan agenda proyek perubahan yang akan dilaksanakan serta rencana jadual pertemuan yang akan dilaksanakan
4) Memberikan dukungan dan kesepakatan proposal rencana projek perubahan yang dibuat oleh peserta.
5) Memberikan bimbingan kepada peserta dalam mengatasi kendala
6) Memberi inspirasi kepada peserta dalam melakukan inovasi perubahan.
COACH
Tugas Coach
1) Melakukan monitoring kegiatan peserta selama taking ownership dan selama tahap laboratorium kepemimpinan melalui teknologi informasi
2) Melakukan koordinasi dengan mentor untuk membantu peserta apabila mengalami permasalahan dalam tahap taking ownership maupun tahapan laboratorium kepemimpinan
3) Memberikan masukkan kepada peserta terkait usulan proyek perubahan yang sedang dirumuskan selama taking ownership dan tahapan laboratorium kepemimpinan
4) Memberikan feedback atas laporan progress implementasi project perubahan
5) Mengembangakan instrument monitoring dan perekaman terhadap progress yang dilaporkan oleh peserta bimbingan
6) Mengkomunikasikan proses, dan kemajuan hasil coaching kepada penyelenggara PKN Tingkat I
7) Menjadi councelor bagi peserta mengalami lack motivation selama proses pembelajaran atau menyusun proyek perubahan.
PROJECT LEADER
Kementerian Hukum dan HAM
4) Menyusun laporan proyek perubahan sesuai kaidah
5) Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholder baik internal maupun eksternal
6) Melaksanakan eksekusi keseluruhan tahapan yang telah dirancang dalam proyek charter dengan memberdayakan suruh sumber daya yang dimiliki
7) Aktif melakukan diskusi dengan coach.
8) Menggerakkan seluruh elemen stakeholder terkait
9) Menyerahkan laporan implementasi proyek perubahan terkait
STAKEHOLDER
Direktur Hukum dan Regulasi
Hartoyo, SH, MH
Arif Ardianto Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan dan teknologi RB BPKP
Tugas
2) Memberi dukungan kesepakatan serta menjalin komunikasi dengan proyek leader
TIM EFEKTIF
CHUSNI THAMRIN S.Sos., M.Si.
KEPALA BIDANG DATA DAN PENGAMANAN JARINGAN PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
SRI YUSFINI YUSUF S.H., M.Si.
KEPALA BAGIAN REFORMASI BIROKRASI BIRO PERENCANAAN
ACHMAD BRAHMANTYO MACHMUD
A.Md.Im., S.Sos., M.Si. KEPALA BAGIAN PEMANTAUAN, ANALISIS DAN PELAPORAN BIRO PERENCANAAN
DEWI AMBARWATI A.Md.I.P., S.H.
SRI MULYATI
S.H., M.H.
KEPALA SUBBAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN I BIRO PERENCANAAN
FEBRI MUJIONO S.H., M.H. KEPALA SUBBAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN IV BIRO PERENCANAAN
SARI MESFRIATI S.E., M.Si.
KEPALA SUBBAGIAN ANALISIS, PENATAAN DAN EVALUASI KELEMBAGAAN II BIRO PERENCANAAN
YUSTINA ELISTYA DEWI, S.Sos., M.Si. KEPALA SUBBAGIAN FASILITASI DAN SOSIALISASI REFORMASI BIROKRASI BIRO PERENCANAAN
ANDHIKA GALIH CIPTADI, S.E., S.H. KEPALA SUBBAGIAN PENILAIAN REFORMASI BIROKRASI BIRO PERENCANAAN
JUSNENI, S.E., M.Si. KEPALA SUBBAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN BIRO PERENCANAAN
ERWIN NUGROHO, S.H., M.H.
Tugas :
Membantu project leader dalam melakukan kegiatan sebagaimana yang telah disusun dalam setiap pentahapan kegiatan, sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Tim efektif akan bekerja pada tahan perencanaan, tahap penyiapan teknologi informasi dan pada tahapan monitoring dan evaluasi.
TIM TEKNOLOGI INFORMASI
RAHARYO HANDONO S.Kom.
KEPALA SUBBIDANG PEMELIHARAAN TEKNOLOGI INFORMASI PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
EDHI HENDRICO S.E. KEPALA SUBBIDANG PENGAMANAN DATA DAN JARINGAN PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
BANGUN WINANDITA S.Kom.
PENGOLAH DATA APLIKASI DAN DATABASE PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PUJI ANDREANTO S.Kom.
ANALIS SISTEM APLIKASI DAN JARINGAN KOMPUTER PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Tugas :
2. Skema Tatakelola
2.3. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Identifikasi stakeholders bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari pihak dan individu yang berkepentingan terhadap hasil akhir dari proyek perubahan. Pengaruh stakeholders tersebut dibedakan menjadi pengaruh positif (+) yang diartikan mendukung, pengaruh negative (-) berarti menentang, serta netral (+/-) yang berarti tidak mendukung dan tidak menentang. Dalam hal ini stakeholders dapat dibedakan antara stakeholders internal (masih dalam satu instansi) dan eksternal yaitu Lembaga lain/individu yang berpengaruh di luar instansi peserta. Identifikasi stakeholders juga dapat dilihat dari pengaruh di luar instansi peserta. Identifikasi stakeholders juga dapat dilihat dari pengaruh (influence) dan ketertarikan (interest) stakeholders terhadap proyek perubahan yang ingin dibuat, dengan katagori sebagai berikut:
a. Kuadran I (high influence high interest-pengaruh tinggi ketertarikan tinggi), atau yang disebut promoters.
b. Kuadran II (high influence low interest-pengaruh tinggi ketertarikan rendah), atau disebut Latens.
c. Kuadran III (low influence high interest- pengaruh rendah ketertarikan tinggi), atau disebut Defenders.
d. Kuadran IV (low influence low interest-pengaruh rendah ketertarikan rendah), atau disebut Aphathetics.
Dari empat katagori tersebut, maka stakeholders yang dipilih dimasukkan ke dalam empat kuadran sebagai berikut:
a) Kuadran I
Promoters berada pada kuadran I, karena memiliki pengaruh yang besar dan ketertarikan yang tinggi terhadap keberhasilan proyek perubahan. Stakeholders pada kuadran ini merupan kunci utama untuk suksesnya proyek perubahan.
b) Kuadran II
Latents (pengaruh tinggi ketertarikan rendah) : Direktur Hukum dan HAM Bappenas, Sekretaris Jenderal Ombudsman.
Stakeholders pada kuadran II, merupakan stakeholders yang memiliki pengaruh tinggi mendukung keberhasilan proyek perubahan, tetapi memiliki ketertarikan yang rendah terhadap proyek perubahan tersebut. Rendahnya ketertarikan ersebut dikarenakan proyek perubahan tidak semua direktur dan komisioner menangani pengelolaan indeks reformasi birokrasi di kemenkumham.
c) Kuadran III
Stakeholders pada kuadran III (defenders) merupakan stakeholders yang memiliki pengaruh rendah terhadap keberhasilan proyek perubahan tetapi memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap proyek perubahan, hal ini disebabkan karena ASN kementerian Hukum dan HAM tidak memilki kewenangan dan pemahaman yang memadai terhadap pengelolaan indeks reformasi birokrasi.
d) Kuadran IV
Aphathetics (pengaruh rendah ketertarikan rendah) : ASN Kementerian/ Lembaga lain. Stakeholders ini memiliki pengaruh yang rendah dan ketertarikan yang rendah terhadap keberhasilan proyek perubahan sebuah instituri karena tidak bersentuhan langsung terhadap indeks reformasi birokrasi kementerian/Lembaga lain.
Berikut peta stakeholders dalam proyek perubahan ini :
P E N G A R U H T I N G G I
Kuadran I Promoters
Kuadran II Latent
2. Sekjen,
3. Irjen,
7. Asdep Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur Kemenpan dan RB
8. Dir Was Instansi Pem Bid Polhukkam, Pembang Manusia, dan Bud BPKP
1. Sekretaris Jenderal Ombudsman.
I
N
T
E
R
E
S
T
Dengan telah teridentifikasinya stakeholder, maka langkah selanjutnya melakukan strategi komunikasi untuk mempengaruhi para stakeholders tersebut guna mendukung proyek perubahan ini. Strategi yang dilakukan antara lain melalui komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap muka. Menurut pakar komunikasi Jaba Sitepu mengatakan bahwa komunikasi yang efektif merupakan tujuan utama dari tiap orang yang melakukan sebuah komunikasi kepada orang maupun kelompok lain. Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik dan efektif sesuai yang diharapkan, maka diperlukan strategi komunikasi.
Strategi komunikasi yang baik haruslah mengikuti prosedur ataupun tahap-tahap komunikasi agar apa yang disampaikan didengar oleh lawan bicara. Komunikasi langsung dan tidak langsung merupakan strategi awal yang dapat dipilih, apakah ingin berkomunikasi langsung ataupun berkomunikasi secara tidak langsung.
Strategi komunikasi akan efektif jika direncanakan dengan baik serta akan mencapai tujuan yang jelas ketika anda sudah memiliki target audiensi, desain penyampaian komunikasi yang baik dan benar. Strategi komunikasi haruslah fleksibel, karena setiap saat arah komunikasi bias berubah oleh aturan, atau perilaku individu. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah Fokus Group \Discusion (FGD) dan koordinasi.
2.5. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA DAN RESIKO
Table 2.2.
NO.
Proyek perubahan tidak berjalan dengan baik bahkan ada kemungkinan gagal
pendekatan dilakukan secara personal untuk meyakinkan bahwa proyek perubahan yang dilakukan akan memberi dampak yang lebih baik terhadap semua stakeholders.
2.
Kegiatan tidak berlangsung sesuai jadwal (schedule).
Saling memberi motivasi bahwa keberhasilan proyek perubahan hanya bisa dicapai bila seluruh tim bekerjasama dan kesuksesan merupakan kebanggaan bersama.
3.
Pengaturan jadwal secara efektif dan efisien.
4.
Pelaksanaan Proyek Perubahan bersamaan dengan Pelaksanaan Tugas Sehari-hari di kantor
Tumpang tindih antara pekerjaan sehari-hari dengan proyek perubahan sehingga berpotensi terjadi kegagalan.
Pembagian tugas dan jadwal tim efektif terencana dan tersusun secara jelas.
5.
Pandemic COVID-19
Pelaksanaan tugas TIM dilakukan secara Work From Home (WFH) sesuai kebijakkan Kemenetrian
Memanfaatkan TI (Virtual Meeting, WAG, e-Mail) dalam melakukan atifitas proyek perubahan.
2.6. KRITERIA KEBERHASILAN
2. Terwujudnya pengelolaan indeks reformasi birokrasi dalam meningkatkan kinerja kemenkumham yang didasarkan pada permenkumham tentang integrasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi dalam peningkatan kinerja organisasi.
2.7. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
1. Dukungan dan komitmen pimpinan terhadap integrasi indeks reformasi birokrasi.
2. Koordinasi dan komunikasi yang baik dengan stakeholder.
2.8. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN
Table 2.3.
No
Daftar Indeks Penilaian Reformasi Birokrasi dan rencana pengelolaan berbasis TI.
Minggu III bulan Mei
21 Mei 2020
Minggu IV bulan Mei
28 Mei 2020
draft regulasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi melalui pemberdayaan TI dalam rangka meningkatkan kinerja.
Minggu III, IV bulan Mei dan minggu I Bulan Juni
Telah tersusun draf permenkumham tentang Sistim Informasi Pengelolaan Reformasi Birokrasi Kemenkumham
Dokumentasi terlampir
1. Melakukan inventarisasi dan mengelola Indeks Penilaian Reformasi Birokrasi yang diperoleh Kementerian Hukum dan HAM sebagai ukuran kinerja organisasi.
Pada proses ini , penulis melakukan inventarisasi dari beberapa indeks dan nilai yang berpengaruh terhadap kinerja Kementerian Hukum dan HAM dengan hasil sebagai berikut :
Table 2.4
Kementerian Hukum dan HAM
2. Menyusun data based indicator indeks penilaian reformasi birokrasi yang mendorong kinerja.
a. Nilai Reformasi Birokrasi
Nilai Reformasi birokrasi Kementerian Hukum dan HAM, merupakan nilai kumulatif dari seluruh satuan kerja pada Kementerian, hasil penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi tahun 2019, berdasarkan surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tanggal 30 Desember 2019 Nomor: B/215/RB.06/2019 hal Hasil evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, sebagaimana pada Tabel berikut :
Tabel 2.5.
60,00
45,61
45,19
II
Jika dibandingkan hasil penilaian tahun 2018 dengan hasil penilaian tahun 2019 terdapat kenaikan kumulatif sebesar 1,61, namun apabila perbandingan antar komponen penilaian baik pengungkit maupun komponen hasil terdapat penilaian yang turun pada beberapa komponen. Beberapa komponen yang dinilai memiliki aplikasi masing-masing sebagai instrument pengukurannya.
Nilai Reformasi Birokrasi dan Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kemenkumham serta indicator kinerja lainnya dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan setiap tahun meskipun naiknya tidak terlalu besar.
b. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ditentukan oleh Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang diperoleh berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Adapun Nilai SAKIP Kemenkuham sesuai dengan suratnya tanggal 30 Desember 2019 Nomor: B/80/AA.05/2019 hal Hasil evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019, tercermin sebagaimana pada Tabel berikut :
Tabel 2.6.
(SAKIP)
BB
BB
Jika dibandingkan hasil penilaian tahun 2018 dengan hasil penilaian tahun 2019 terdapat kenaikan kumulatif sebesar 2,17, dan di lingkungan kementerian Hukum dan HAM, beberapa komponen yang dinilai memiliki aplikasi masing-masing sebagai instrument pengukurannya dan masih tersebar di Unit Eselon I Kementerian dan belum terintegrasi.
c. Laporan Keuangan
Laporan keuangan kementerian hokum dan HAM telah lima kali berturut-turut memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). WTP ini merupakan opini yang diberikan oleh auditor jika auditor tidak menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan dan laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Laporan keuangan akan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian jika memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Laporan keuangan lengkap
c. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan konsisten
e. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan di masa depan (going concern).
d. Kinerja Anggaran
Penilaian kinerja anggaran dipengaruhi dua indikator nilai yaitu Nilai IKPA (40%) dan Nilai SMART (60%)
Indicator penilaian IKPA sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.7.
Table 2.8.
INDIKATOR
TAHUN
KETERANGAN
2017
2018
2019
-
e. Pengukuran Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Untuk memastikan integritas dan kualitas pelayanan public, Kementerian Hukum dan HAM melakukan survey yaitu survey Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Kedua survey tersebut dilakukan secara berkala dan periodik agar integritas pegawai tetap terjaga dan meningkat, serta pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pelayanan prima.
Survey IKM dan IPK, juga merupakan indkator hasil yang dipergunakan untuk menilai satuan kerja atau organisasi dapat meraih predikat Wilayah Birokrasi Bebas dari Korupsi (WBK) dan satuan kerja Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
Tabel 2.9
No
Komponen
Indeks
2016
2017
2018
2019
1
No
Komponen
Indeks
2016
2017
2018
2019
1
No
Komponen
Indeks
2016
2017
2018
2019
1
3.44
3.61
3.47
3.62
2
3.49
3.59
3.55
3.52
Berpredikat WBK dan WBBM
-
-
-
4
Dari table diatas terlihat adanya peningkatan satuan kerja yang mendapatkan predikat WBK dan WBBM, akan tetapi dibandingkan dengan jumlah satuan kerja yang dimiliki Kementerian Hukum dan HAM, persentase jumlah tersebut masih sangat rendah, juga apabila dibandingkan dengan satuan Kerja pada instansi penegak hukum lainnya yaitu Kepolisian Negara, Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung.
Indeks penilaian yang diperoleh kementerian hukum dan HAM merupakan nilai akumulasi dari kinerja sebelas unit eselon I namun belum terkoordinasi dan terintegrasi dalam suatu system pengelolaan indeks penilaian, sehingga permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh unit-unit lain sulit untuk dilakukan atau dicarikan solusimya, akibatnya kinerja Kementerian Hukum dan HAM dan daya saingnya kurang signifikan. Aplikasi SIM RB adalah aplikasi yang disiapkan untuk mengintegrasikan seluruh indikator yang dijadikan ukuran kinerja organisasi menjadi satu kesatuan, sebagai dasar pengambilan keputusan pimpinan secara cepat dan cermat.
3. Menyusun draft regulasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi melalui pemberdayaan TI dalam rangka meningkatkan kinerja.
Dalam komponen regulasi yang diperlukan dalam rangka melaksanakan proyek perubahan ini, penulis melakukan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan Direktorat Jenderal Perundang-Undangan sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu penyusunan dan penyelarasan peraturan, harmonisasi, pengundangan dan publikasi khusunya peraturan Menteri tentang Integrasi pengelolaan indeks reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan kinerja kementerian hukum dan HAM.
Dalam rancangan Peraturan Menteri tersebut diatur pengguna dari aplikasi SIM RB sebagai manifestasi dari pengelolaan indeks reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan kinerja Kemenkumham.
Dalam penyusunan peraturan Menteri hokum dan hak asasi manusia, koordinasi dan komunikasi efektif dilakukan antara secretariat jenderal dengan direktorat jenderal peraturan perundang-undangan dengan alur proses sebagaimana diatur dalam Permenkumham Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Menteri di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan Ijin Prakarsa
2) Pembubuhan paraf Sekjen
e. Permohonan Penetapan
f. Permohonan Pengundangan
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh projeck leader Bersama tim efektif dan stakeholders dalam pencapaian tahapan jangka pendek ke tiga yaiu penyusunan peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang Sistim Informasi Manjemen Reformasi Birokrasi:
1. Rapat Perumusan/Pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang SIM-RB
Dihadiri oleh :
Project Leader
Tim Penyusun Peraturan Menteri dari Ditjen PP.
2. Rapat Penyelarasan Rancangan Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang SIM-RB
Dihadiri oleh :
Project Leader
2.9 Pengelolaan Sumber Daya
Agar proyek perubahan dapat dilaksanakan maka sumber daya yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
2) Sumber daya manusia (Man)
SDM yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek perubahan ini adalah ASN yang bekerja pada instansi organisasi yang melaksanakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan indicator indeks reformasi birokrasi, baik di lingkungan kementerian hokum dan HAM, maupun di luar kementerian Hukum dan HAM.
3) Anggaran (Money)
Anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek perubahan ini bersumber dari APBN tahun 2021.
4) Adanya regulasi (Material)
b) Peraturan Menteri Hukum dan HAM
c) Peraturan Menteri PAN dan RB
d) Peraturan Kepala BPKP
e) Peraturan Ombusmand RI
a) Rancangan indeks reformasi birokrasi
b) Modul rancangan aplikasi
c) SOP Pembuatan Aplikasi
d) SOP Integrasi Sistem
a) Komputer yang memenuhi standar
b) Jaringan data yang memadai
c) Server yang memenuhi standar
2.10 Kendala dan Upaya Mengatasi
Dalam pelaksanaan proyek perubahan terdapat hal-hal yang menghambat terjadinya perubahan yang diharapkan. Untuk mengatasi factor penghambat tersebut perlu dilakukan koordinas dan komunikasi yang efektif agar perubahan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Factor-faktor penghambat dapat diurai dengan baik sehingga keluaran (output) dapat tercapai dengan harapan agar berdampak pada manfaat/hasil (outcome) yang maksimal.
1. Kendala Internal
Kementerian Hukum dan HAM sebagai kementerian yang heterogen dalam tugas dan fungsi sebelas unit eselon I yang ada di dalamnya memerlukan adanya komunikasi yang efektif. Dalam melaksanakan proyek perubahan ini, projek leader melakukan koordinasi terutama dengan unit eselon I yang telah mengembangkan system dalam mendukung peningkatan kinerja Organisasi.
Koordinasi dan komunikasi efektif didasarkan kepada komitmen antar pimpinan tinggi sampai dengan pelaksana/staf sangat dibutuhkan dalam mendukung proyek perubahan yang sedang dilaksanakan.
2. Eksternal
Koordinasi dan komunikasi efektif dengan instasi eksternak dalam rangka mendapatkan dukungan pembuatan proyek perubahan ini, dilakukan proyek leader dengan instansi Kemenpan dan RB, Bappenas, BPKP dan Ombudsman Repulik Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat instansi tersebut merupakan stakeholders memiliki pengaruh yang tinggi namun memiliki ketertarikan yang rendah.
Untuk mendukung keberhasilan proyek perubahan ini, maka berikut adalah gambaran strategi komunikasi yang dilakukan oleh Project Leader dengan para Stakeholders sebagai solusi atas kendala dalam pelaksanaan proyek perubahan agar dapat diminimalisir, sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 3.3.
STAKEHOLDERS
10. Sekjen,
11. Irjen,
15. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur Kemenpan dan RB
16. Dep Bid Was Instansi Pem Bid Polhukkam, Pembang Manusia, dan Bud BPKP.
1. Komunikasi yang dapat membangun pemahaman bersama sehingga dapat saling mendukung
2. Melakukan kegiatan yang melibatkan keaktifan seluruh stakeholder melalui rapat koordinasi dan Focus Group Discussion (FGD)
DEFENDERS
1. Komunikasi dilakukan melalui diskusi interaktif sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan kesamaan pemahaman melalui Focus Group
2. Discussion (FGD)Melakukan koordinasi secara intensif
LATENT
2. Melakukan diskusi dengan menghadirkannya sebagai peserta Focus Group Discussion (FGD)
3. Memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan
APHATETIC
2.11 Pergeseran Sakeholders
Dalam penyusunan proyek perubahan ini pada awalnya proyek leader menempatkan Sekjen ORI dan Deputi Bappenas pada kuadran ke II yaitu Laten, namun setelah dilakukan komunikasi dan koordinasi yang efektif dengan mengundang pejabat terkait dalam virtual meeting, terjadi pergeseran dari Laten menjadi Promoters.
P E N G A R U H T I N G G I
Kuadran II Latent
Kuadran I Promoters
2. Sekjen,
3. Irjen,
7. Asdep Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur Kemenpan dan RB
8. Dir Was Instansi Pem Bid Polhukkam, Pembang Manusia, dan Bud BPKP
9. Sekretaris Jenderal Ombudsman.
-
a. Sekretaris Jenderal
Saya turut mendukung proper saudara iwan kurniawan, karena Kemenkumham sedang giat-giatnya mengimplementasikan Reformasi Birokrasi. satu hal yang memang untuk mengetahui implementasi reformasi birokrasi Kemenkumham yakni dari adanya terus peningkatan indeks penilaian reformasi birokrasi. Inovasi ini akan memperjelas tahapan dan informasi, sehingga apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan indeks RBnya bisa terwujud. Proper ini akan menghasilkan banyak informasi yang didapat sehingga outputnya menghasilkan pencapaian indeks yang maksimal. selamat untuk saudara Iwan Kurniawan.
b. Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Saya sangat mendukung dengan adanya proyek perubahan ini.
Pembuatan aplikasi ini merupakan sebuah inovasi dalam rangka meningkatkan kinerja kemenkumham, dan hasilnya diharapkan kinerja kemenkumham lebih terukur dan lebih akuntabel. Selamat Untuk Saudara Iwan Kurniawan, Semoga proyek perubahan ini bisa Memberikan manfaat yang luar biasa bagi kementeria,Salam pembaharuan, Kami Pasti.
2.13 Pemberian Dukungan Stakeholders Eksternal
a. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB)
memberikan dukungan terhadap proyek perubahan saudara Iwan Kurniawan. Dengan tema Pengelolaan Indeks RB dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kemenkumham ini merupakan hal yang luar biasa dan menjawab kebutuhan dalam percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi yang selaras dengan rekomendasi KemenpanRB yaitu sistem informasi evaluasi kinerja yang terintegrasi dan dapat diakses sampai ketingkat satker. Dan hal ini nantinya akan menjadi strategi kementerian hukum dan ham kedepannya secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Apa yang dilakukan oleh saudara Iwan Kurniawan merupakan hal yang baru dan hasilnya diharapkan kinerja kemenkumham lebih pasti terukur, dan lebih akuntabel. Selamat untuk saudara Iwan Kurniawan semoga proyek perubahan ini segera bisa diimplementasikan di Kemenkumham.
b. Kementerian Perencanaan/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kemenper/Bappenas)
memberikan dukungan terhadap proyek perubahan saudara Iwan Kurniawan. Dengan tema Pengelolaan Indeks RB dalam Rangka Peningkatan Kinerja Kemenkumham ini merupakan hal penting, dan harus disinkronkan dalam perencanaan strategis dan perencanaan kerja Kementerian Hukum dan HAM, sehingga indikator keberhasilannya lebih terukur.
c. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Menyampaikan apresiasi dan dukungan atas rencana proyek perubahan dari Bapak Iwan Kurniawan. Proyek perubahan ini juga sejalan dan mendukung kinerja dari BPKP. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan Indeks RB dan diterapkannya SPBE di Kemenkumham. Jika program ini berhasil maka kementerian/lembaga lain dapat meniru pola pikir/grand design dari program ini guna memaksimalkan pencapaian indeks RB.
d. Ombudsman Republik Indonesia (ORI)
Menyampaikan apresiasi dan dukungan atas rencana proyek perubahan dari Bapak Iwan Kurniawan. Proyek perubahan ini juga sejalan dan mendukung kinerja ORI, khususnya dalam rangka memperbaiki kualitas kinerja layanan publik di Kemenkumham. Sehingga kedepannya dapat lebih ditingkatkan dan diperbaiki lagi secara kualitasnya.
BAB III
a. Proyek Perubahan “Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi Dalam Meningkatkan Kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia” merupakan upaya strategis yang dilaksanakan secara integrative dan kolaboratif dalam rangka meningkatkan kinerja dan daya saing Kementerian Hukum dan HAK Asasi Manusia.
b. Melalui proyek perubahan ini sejumlah factor teridentifikasi menjadi masukkan untuk dilakukan pembenahan dan perbaikan, meliputi integrase pengelolaan dan regulasi yang menjadi dasar pelaksanaannya.
c. Melalui proyek perubahan yang dilasanakan secara kolaboratif, diperoleh pemahaman yang komprehensif perlunya ingtrasi pengelolaan penilaian kinerja kementerian hokum dan HAM dalam rangka peningkatan kinerja.
d. Target capaian proyek perubahan ini adalah tersedianya aplikasi dan regulasi pengeloaan indeks reformasi birokrasi di Kemnterian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2. Lesson Learnt
Beberapa hal yang dapat dijadikan pembelajaran dalam proyek perubahan ini adalah :
a. Pengelolaan Indeks Reformasi Birokrasi adalah kegiatan strategis yang melibatkan instansi penilai yaitu Kemnterian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kementerian Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Pembangunan dan Kementerian Perencanaan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
b. Proyek Perubahan dilakukan secara kolaboratif, melibatkan stakeholders eksternal sehingga menambanh jejaring bagi proyek leader dalam melaksnakan tugasnya sebagai ASN Kementerian Hukum dan HAM.
c. Proyek leader harus memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang akan dikerjakan, urgensi serta output yang ingin dihasilkan sehingga mampu untuk meyakinkan dan memengaruhi stakeholders untuk tertarik dan mendukung proyek perubahan yang dilaksanakan.
d. Pelaksanaan laboratorium kepemimpinan yang hanya berlangsung selama dua bulan, sehinggan memerlukan manajemen perencanaan yang baik dan rinci agar mendapatkan output yang maksimal sesuai dengan rencana awal.
e. Kemampuan bekerja dalam tim dan kemampuan memimpin sebuah tim, dalam hal ini tim efektif serta membangun koordinasi dan kolaborasi yang baik akhirnya dapat menyelesaikan proyek perubahan dengan baik dan sesuai dengan tujuan akhir yang ditetapkan.
3. Saran/Rekomendasi
a. Hendaknya terus dibangun dan dilakukan maintenance komitmen, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi secara berkesinambungan terhadap seluruh stakeholders baik internal maupun eksternal agar seluruh output jangka menengah dan jangka Panjang proyek perubahan ini dapat terealisasi.
b. Terus melakukan komunikasi terhadap stakeholders dalam mengawal realisasi proyek perubahan ini.
man
money
material
methode
machine