pola - kementerian keuangan...

36

Upload: truongthu

Post on 20-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban
Page 2: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN

BERDASARKAN

KARAKTERISTIK BELANJA NEGARA

“Strategi Optimalisasi Belanja Pemerintah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

dan Meningkatkan Peran Bendahara Umum Negara dalam Pengendalian Pelaksanaan Anggaran”

Mei 2015

Page 3: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban
Page 4: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

i

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF

Permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional dan optimal selalu

muncul setiap tahun anggaran. Pada tahun 2015, permasalahan tersebut kembali

mengemuka dan menjadi isu nasional karena Pemerintah baru Kabinet Kerja

Presiden Jokowi memberikan peran sangat besar kepada belanja negara untuk

menyediakan sarana prasarana publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dengan pengurangan anggaran subsidi energi. Sementara pada kenyataannya,

pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan I dan kapasitas eksekusi Pemerintah

untuk melaksanakan penyerapan anggaran masih terkendala beberapa hal, seperti

reorganisasi kementerian lembaga dan tahapan pengadaan barang/jasa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk ke depan permasalahan yang sama tidak

terus menerus terjadi, telah dilakukan kajian ringkas mengenai pola penyerapan

anggaran kementerian/lembaga dan alternatif strategi untuk menetapkan pola ideal

penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dan menggunakannya

untuk pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum Negara.

Berdasarkan kajian tersebut, dapat diformulasikan Pola Ideal Penyerapan Anggaran

Berdasarkan Karakteristik Belanja sebagai berikut:

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik No. Karakteristik Belanja Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

1. Operasional Pemerintahan 25,00% 25,00% 25,00% 25,00% 2. Pelayanan Publik dan

Pelaksanaan Tugas Fungsi 15,00% 35,00% 35,00% 15,00%

3. Infrastruktur 15,00% 20,00% 30,00% 35,00% 4. Kesejahteraan Rakyat 25,00% 30,00% 30,00% 15,00%

Penyerapan Tidak Akumulatif 20,00% 27,50% 30,00% 22,50% Penyerapan Akumulatif 20,00% 47,50% 77,50% 100,00%

Penetapan pola penyerapan anggaran ideal berdasarkan karakteristik belanja

diharapkan mampu mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan

kementerian/lembaga lebih tertib dan berorientasi kepada capaian out put,

menjamin efektivitas program-program pro rakyat, mendorong belanja infrastruktur

tepat waktu namun rasional, dan mengoptimalkan peran countercyclical belanja

negara terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka menjamin pola ideal penyerapan belanja tersebut dapat diterapkan,

Bendahara Umum Negara perlu menggunakan kewenangan pengendalian

pelaksanaan anggaran sebagaimana diberikan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengendalian pelaksanaan anggaran

dilakukan dengan cara: menetapkan target penyerapan triwulanan; menerapkan

tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target penyerapan; menetapkan

kebijakan, regulasi dan pedoman pelaksanaan yang mendukung Pengguna Anggaran

mencapai target penyerapan anggaran; dan melakukan pembinaan, monitoring dan

evaluasi pada seluruh tingkatan penggunaan anggaran.

Page 5: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 6: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

iii

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................................................................... v

A. PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1

B. PERAN IDEAL BELANJA PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN ................................................................ 3

C. PENYERAPAN ANGGARAN YANG TIDAK PROPORSIONAL DAN SIFAT PROCYCLICAL BELANJA

PEMERINTAH .............................................................................................................................................. 5

D. MENGANALISIS PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA PEMERINTAH ....... 9

E. MENYUSUN POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA ..............15

F. PERAN BENDAHARA UMUM NEGARA DALAM PENERAPAN DAN PENGENDALIAN POLA IDEAL

PENYERAPAN BELANJA NEGARA ..............................................................................................................19

G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...........................................................................................................23

Page 7: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

iv

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar B-1 Ketepatan Waktu Untuk Optimalisasi Kinerja ............................................................................... 4

Gambar C-1 Rata-Rata Realisasi Belanja K/L per Triwulan T.A. 2009-2013 ...................................................... 5

Gambar C-2 Penyerapan Belanja Kementerian/Lembaga Tahun 2014 ............................................................. 6

Gambar C-3 Kontribusi Konsumsi Pemerintah dalam PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional ................ 7

Gambar D-1 Penyerapan Anggaran Tahun 2014 Menurut Karakteristik Belanja ........................................... 12

Gambar E-1 Penyerapan Ideal Nasional 2015 ................................................................................................. 17

Page 8: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

v

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

DAFTAR TABEL

Tabel D-1 Karakteristik Belanja Negara ............................................................................................................10

Tabel D-2 Karakteristik Belanja Negara Berdasarkan RKA-KL ..........................................................................11

Tabel E-1 Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja ...............................................................16

Tabel E-2 Simulasi Penyerapan Ideal dalam Belanja Kementerian/Lembaga APBN-P Tahun 2015 .................18

Tabel G-1 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik ...........................................................24

Page 9: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 10: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

1

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

A. PENDAHULUAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 diharapkan berperan sangat

penting dalam mendukung pencapaian kebijakan Pemerintah yang dikenal sebagai

Tri Sakti dan Nawa Cita. Prioritas tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara pada Tahun 2015 yang telah ditetapkan sebesar Rp1.793 triliun.

Namun demikian dalam pelaksanaan anggaran Triwulan I Tahun 2015, menunjukkan

peran belanja negara belum optimal dalam perekonomian. Perekonomian tumbuh

4,71% lebih rendah dari target APBN sebesar 5,7%. Sementara belanja negara baru

terserap sebesar 18,5%. Dari belanja negara tersebut, belanja Pemerintah Pusat

hanya terserap 13,2%.

Permasalahan dalam penyerapan anggaran atau kapasitas eksekusi pemerintah

dalam melaksanakan program-program yang telah didukung alokasi anggaran

dituding sebagai penyebab pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai harapan.

Pemerintah diharapkan lebih bergerak cepat untuk menggenjot belanja modal

melalui proyek infrastruktur, sehingga dapat menyerap anggaran dan mendorong

investasi ataupun konsumsi. Percepatan pencairan anggaran khususnya

infrastruktur, melalui Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA),

diharapkan berperan dalam percepatan pencairan anggaran belanja pemerintah

sehingga dapat menggerakkan ekonomi daerah melalui efek berlapis (multiplier

effect) hingga empat kali lipat. Pengadaan barang dan jasa untuk belanja modal pada

proyek infrastruktur akan memberikan sumbangan cukup besar pada

perekonomian. Pertumbuhan akan didongkrak oleh konsumsi pemerintah pada

triwulan II dan III.

Namun demikian pertanyaannya, apakah penyerapan belanja modal khususnya

infrastruktur benar-benar naik secara signifikan pada Triwulan II? Atau apakah

upaya mendorong pertumbuhan ekonomi hanya dilakukan dengan mendorong

penyerapan belanja modal? Kemudian bagaimana dengan kecenderungan

penyerapan belanja yang selalu tidak proporsional dan menumpuk pada akhir tahun

anggaran? Apakah ada cara lain mendorong penyerapan anggaran yang proporsional

selain cara klasik mempercepat penunjukan pejabat perbendaharaan, percepatan

pengadaan barang dan jasa dan pencairan belanja modal?.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi

Kepulauan Riau melakukan analisis terhadap pelaksanaan belanja Pemerintah Pusat

dengan meneliti kecenderungan penyerapan anggaran menurut karakteristik belanja

dan merumuskan strategi alternatif mendorong penyerapan dengan memperkuat

peran budget execution pada fungsi treasury.

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjelaskan kondisi pelaksanaan anggaran

di daerah/lapangan. Berdasarkan kondisi di lapangan, yang kemungkinan juga akan

terjadi pada banyak daerah, dapat dirumuskan peran strategis Ditjen

Perbendaharaan sebagai CFO dari sisi budget execution.

Page 11: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

2

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 12: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

3

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

B. PERAN IDEAL BELANJA PEMERINTAH

DALAM PEREKONOMIAN

Dalam konteks makro ekonomi, government expenditure (pengeluaran pemerintah)

merupakan salah satu variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) bersama

dengan konsumsi masyarakat, investasi swasta dan net ekspor. Secara teori,

kebijakan pengeluaran pemerintah ini merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang

merupakan salah satu wujud intervensi pemerintah di dalam perekonomian untuk

mengatasi kegagalan pasar (market failure).

Fungsi - fungsi yang diemban pemerintah dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal

dengan salah satu penekanannya melalui kebijakan pengeluaran/belanja

pemerintah. Kebijakan belanja pemerintah diyakini akan mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi. Di dalam teori pertumbuhan endogen, pengeluaran

pemerintah memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi dengan asumsi implikasi

pengeluaran pemerintah adalah untuk kegiatan produktif misalnya belanja

infrastruktur. Belanja yang bersifat produktif dan bersentuhan langsung dengan

kepentingan publik akan dapat menstimulus perekonomian. Misalnya, pembangunan

infrastruktur akan mendorong investasi, dengan adanya investasi ekonomi akan

berkembang dan menciptakan lapangan kerja baru sehingga akan menyerap

pengangguran dan memperkecil kemiskinan.

Berdasarkan teori tersebut, terdapat relevansi atau hubungan antara tingkat belanja

negara dengan pertumbuhan ekonomi, jumlah pengangguran dan tingkat

kemiskinan. Peningkatan belanja modal dan barang akan menurunkan tingkat

kemiskinan secara moderat. Hal ini dikarenakan kenaikan alokasi belanja barang dan

modal akan menaikkan produktifitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya

akan mengurangi tingkat kemiskinan. Hubungan belanja barang dan belanja modal

terhadap pertumbuhan ekonomi positif. Artinya, ketika belanja barang dan modal

dinaikkan maka pertumbuhan ekonomi secara moderat juga mengalami peningkatan.

Dalam menjamin fungsi belanja negara berpengaruh optimal dalam perekonomian,

ketepatan waktu penyaluran belanja pemerintah dalam suatu periode fiskal sangat

penting. Dalam kerangka anggaran berbasis kinerja, dalam satu periode fiskal,

anggaran seharusnya mencapai out put, out come, dan impact. Sehingga anggaran

pada tahun berikutnya dapat berkesinambungan dengan sasaran kebijakan fiskal

dalam rencana pengeluaran jangka menengah. Pada sisi lain, dalam pendekatan

ekonomi makro, peran belanja pemerintah seharusnya bersifat countercyclical pada

saat investasi dan konsumsi rendah.

Pada suatu periode tahun anggaran, terdapat sasaran kinerja berdasarkan rumusan

dalam Rencana Kerja Pemerintah. Sasaran kinerja tersebut pada intinya adalah target

out put (hasil), out come (manfaat), dan impact (dampak). Mengingat saat ini kita

telah menganut anggaran berbasis kinerja yang berlandaskan pada kerangka

pengeluaran jangka menengah, pencapaian kinerja pada suatu tahun menjadi pijakan

untuk perumusan dan pencapaian kinerja tahun berikutnya. Dengan demikian,

Page 13: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

4

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

kinerja Pemerintah dalam RPJMN, sesuai usia pemerintahan, akan dapat tercapai

secara berkesinambungan.

Gambar B-1 Ketepatan Waktu Untuk Optimalisasi Kinerja

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, dalam suatu periode fiskal, tahunan,

seharusnya dijamin out put dan out come tercapai, sehingga impact-nya dapat

dirasakan oleh perekonomian maupun masyarakat. Oleh karena itu, secara umum,

dalam satu tahun anggaran, dapat dibagi menurut triwulan untuk menetapkan target

pencapaian kinerja. Dalam prinsip manajemen pengeluaran pemerintah, Triwulan I

sampai dengan Triwulan III adalah waktu untuk memproduksi out put. Dengan

demikian, pada Triwulan III dan Triwulan IV, out come maupun impact telah dapat

dirasakan oleh masyarakat maupun perekonomian.

Page 14: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

5

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

C. PENYERAPAN ANGGARAN YANG TIDAK

PROPORSIONAL DAN SIFAT PROCYCLICAL

BELANJA PEMERINTAH

Penyerapan anggaran dari waktu ke waktu tidak pernah proporsional. Data

penyerapan tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan rata-rata

penyerapan pada Triwulan I hanya sekitar 9,5% dan Triwulan II sekitar 18,4 %. Hal

ini menyebabkan anggaran menumpuk pada akhir tahun anggaran atau Triwulan IV

hingga 40,5%. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran Kementerian/Lembaga rata-

rata tercapai hanya 88 %.

Gambar C-1 Rata-Rata Realisasi Belanja K/L per Triwulan T.A. 2009-2013

Demikian pula pada tahun 2014. Penyerapan anggaran juga rendah di awal tahun

anggaran dan melonjak tajam pada akhir tahun anggaran. Kondisi tersebut selama ini

ditengarai oleh alasan-alasan klasik, seperti: keterlambatan pengesahan DIPA,

keterlambatan penunjukan Pejabat Perbendaharaan, DIPA yang masih harus direvisi,

proses pengadaan barang/jasa yang perlu waktu, serta kegiatan-kegiatan yang tidak

segera dilaksanakan. Analisis terhadap penyerapan anggaran pun selama ini ditinjau

dari sisi input berdasaran klasifikasi ekonomi dan fungsi APBN.

Pada tahun 2014, penyerapan anggaran menurut jenis belanja juga memiliki

kecenderungan yang sama. Penyerapan pada Triwulan I sekitar 10,42% dan pada

Semester I menjadi 35,37%. Berarti penyerapan pada Semester II mencapai hampir

65 %, dan diantaranya lebih dari 30% menumpuk pada Triwulan IV. Penyerapan total

sampai dengan akhir tahun anggaran juga mencapai 91,48%. Masih relatif sama

dengan tahun-tahun sebelumnya.

9,5%

18,4% 21,6%

40,5%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

9,5%

27,9%

49,4%

88,0%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

Page 15: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

6

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Gambar C-2 Penyerapan Belanja Kementerian/Lembaga Tahun 2014

Berdasarkan komposisi penyerapan jenis belanja sepanjang tahun anggaran, belanja

pegawai cenderung memberikan kontribusi penyerapan yang relatif proporsional

pada setiap triwulan. Sedangkan belanja modal, harus diakui sulit untuk didorong

penyerapannya di awal tahun anggaran, bahkan sekitar 30% penyerapan terdapat

pada triwulan IV. Namun demikian yang anomali adalah belanja barang, yang

seharusnya menggambarkan pembiayaan atas pelayanan publik dan operasional

pemerintahan, juga menunjukkan rendah di awal tahun anggaran dan menumpuk

hingga 30% pada triwulan IV.

Apabila kecenderungan penyerapan anggaran tersebut dihubungkan dengan

kontribusi terhadap perekonomian, ternyata selama ini peran belanja negara masih

bersifat procyclical, belum countercyclical sesuai tujuan kebijakan fiskal. Pada saat

pertumbuhan ekonomi rendah di awal tahun, konsumsi Pemerintah ternyata juga

rendah. Pada saat konsumsi Pemerintah meningkat pada akhir tahun, ternyata

pergerakan ekonomi juga telah meningkat. Sehingga hanya porsi sumbangan

konsumsi Pemerintah terhadap PDRB yang meningkat tiap periode triwulan yang

terlihat. Dengan kondisi tersebut, asumsi bahwa perekonomian lebih digerakkan oleh

konsumsi rumah tangga dan sektor lainnya di luar Pemerintah mendapatkan

pembenarannya.

Peran fiskal Pemerintah yang bersifat procyclical selama ini kurang dipermasalahkan

karena pendekatan kebijakan fiskal lebih dititikberatkan untuk menjaga situasi

makro ekonomi yang mendukung bergeraknya sektor riil dan menjaga daya beli

masyarakat.

60,08%48,42%

45,31%36,48%

16,25%

24,49%

24,17%

26,22%

8,57%

8,57%

14,68%

21,06%

14,41%

14,41%

15,43%

14,65%

0,69%

0,31%

0,40%

1,59%

12,31%

30,42%

54,71%

89,99%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos B. Lain-lain

60,08% 40,49%41,42% 22,79%

16,25%30,09%

23,77% 29,38%

8,57%

15,13%

17,44%

30,95%

14,41%

14,24%

16,84%

13,44%

0,69%

0,05%

0,52%

3,43%

12,31%

18,11%

24,30%

35,28%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos B. Lain-lain

Page 16: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

7

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Gambar C-3 Kontribusi Konsumsi Pemerintah dalam PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional

Namun demikian, mulai tahun 2015, pendekatan tersebut mengalami pergeseran dengan

dikuranginya subsidi energi yang berakibat pada kenaikan harga BBM dan kebutuhan

pokok. Konsekuensinya daya beli masyarakat akan berkurang, dan konsumsi masyarakat

akan turun. Pemerintah memilih untuk mulai menggeser belanja subsidi ke alokasi

anggaran yang lebih produktif, yaitu untuk belanja infrastruktur. Dalam APBN-P Tahun

2015, belanja infrastruktur mengalami kenaikan yang signifikan. Harapannya, Pemerintah

dapat memberikan stimulus fiskal yang optimal, menyerap tenaga kerja, menurunkan

biaya logistik, pemerataan pembangunan dan ujungnya meningkatkan produksi, daya beli

dan kesejahteraan rakyat.

Pemilihan kebijakan fiskal untuk mengurangi subsidi dan memberikan peran lebih besar

kepada pemerintah dalam penyediaan sarana prasarana publik sangat tepat untuk

menyehatkan APBN, memperbaiki struktur ekonomi dan menjamin kesinambungan

program-program ekonomi. Namun demikian, peningkatan peran pemerintah melalui

peningkatan belanja negara, membawa ketergatungan pada sistem eksekusi pada internal

pemerintah. Alokasi anggaran yang besar, membutuhkan realisasi yang optimal dan

proporsional. Realisasi yang proporsional sangat diperlukan untuk menjamin konsumsi

Pemerintah bersifat countercyclical dalam rangka mengurangi perlambatan pertumbuhan

karena konsumsi yang yang turun karena pengurangan subsidi energi, khususnya pada

awal tahun anggaran.

Realisasi anggaran yang proporsional untuk mendukung perekonomian, sangat tergantung

pada kapasitas eksekusi pemerintah yang meliputi kelembagaan pengguna anggaran,

sistem pengelolaan keuangan, prosedur pengadaan barang/jasa, dan yang sangat penting

karakteristik belanja negara yang menentukan norma pelaksanaan kegiatan.

Pengalaman selama ini, betapapun upaya yang dilakukan untuk memperbaiki

kelembagaan pengguna anggaran, sistem pengelolaan keuangan, dan prosedur pengadaan

barang/jasa, tetap sulit untuk membuat penyerapan anggaran lebih proporsional dan

optimal.

Oleh karena itu, perlu dikaji untuk melakukan kebijakan alternatif, yaitu dengan cara

memahami karakteristik belanja negara, dan target kinerja belanja negara dalam

mendukung kebijakan fiskal yang countercyclical. Untuk kemudian dirumuskan strategi

pengendalian pelaksanaan anggaran yang dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan, melalui

instrumen yang dimiliki selaku Bendahara Umum Negara atau Chief Financial Officer.

51,68% 51,87% 49,41%84,06%

3,64% 3,69% 3,78%

10,5%44,24% 44,96% 46,49%

42,37%0,62% 0,64% 0,65%

0,22%39,12% 39,39% 41,09%35,92%

-39,31% -40,54% -41,42%-73,07%

Rp51,46 Rp52,24 Rp53,26Rp48,00

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

PDRB Kepulauan Riau 2014 Sisi Permintaan(dalam milyaran Rupiah)

Ekspor Pemerintah

25,56% 25,07% 23,47% 23,69%7,3% 8,65% 9,88%

12,20%33,27% 33,94% 33,03%

33,50%60,9% 60,13%58,87%

52,5%

-27,04% - -25,25% -21,89%

Rp2,22 Rp2,30 Rp2,45

Rp3,29

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

PDRB Nasional 2014 Sisi Permintaan (dalam trilyunan Rupiah)

Ekspor Pemerintah PMTB Rumah Tangga Impor

Page 17: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

8

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 18: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

9

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

D. MENGANALISIS PENYERAPAN ANGGARAN

BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA

PEMERINTAH

Analisis penyerapan anggaran berdasarkan klasifikasi ekonomi, atau jenis belanja, sebenarnya

bermanfaat untuk menggambarkan penggunaan anggaran dari sisi input (Belanja Pegawai,

Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial). Namun memiliki keterbatasan untuk

menjelaskan dari sisi out put. Padahal saat ini struktur RKA-KL maupun DIPA terus menerus

disempurnakan untuk disusun berdasarkan out put, sesuai prinsip anggaran berbasis kinerja.

Demikian pula analisis anggaran berdasarkan jenis belanja, ternyata juga sulit untuk

mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan strategi yang tepat serta bentuk intervensi

yang akurat untuk mendorong percepatan penyerapan yang dikaitkan dengan pencapaian

kinerja serta peran mendorong pertumbuhan ekonomi. Belanja Pegawai selalu relatif

proporsional sepanjang tahun anggaran dan Belanja Modal selalu menumpuk di akhir tahun.

Belanja Barang dan Belanja Bantuan Sosial, ternyata kecenderungannya juga rendah di awal

tahun dan dicairkan setelah semester pertama.

Berdasarkan indikasi permasalahan tersebut, selama ini langkah-langkah percepatan

penyerapan anggaran selalu diarahkan untuk: mempercepat pengesahan dan penyerahan

DIPA, kemudahan penetapan Pejabat Perbendaharaan, fleksibilitas revisi DIPA, percepatan

pengadaan barang/jasa ataupun himbauan percepatan kegiatan. Namun kembali data

membuktikan, penyelesaian tersebut belum memberikan hasil yang nyata untuk percepatan

penyerapan anggaran. Oleh karena itu, perlu dikaji alternatif penyerapan anggaran

berdasarkan karakteristik Belanja Negara.

Karakteristik belanja negara, sebenarnya mengklasifikasikan fungsi fiskal Pemerintah dalam

rangka melaksanakan tugas pemerintahan, pelayanan publik dan menyediakan infrastruktur

publik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menjamin standar minimal

kesejahteraan masyarakat.

Melalui karakteristik belanja negara, dapat diidentifikasi indikator kinerja yang diharapkan

dapat dicapai. Berdasarkan indikator kinerja yang seharusnya dicapai dapat dirumuskan pola

penggunaan anggarannya.

Berdasarkan karakteristiknya, Belanja Negara dapat dibagi ke dalam empat kelompok besar,

yaitu:

1. Belanja yang bersifat mendukung operasional pemerintahan;

2. Belanja yang bersifat mendukung pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi

organisasi pemerintahan;

3. Belanja yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Belanja yang mendukung opersional pemerintahan dapat berupa belanja pegawai, belanja

barang maupun belanja modal yang digunakan untuk pembayaran gaji, tunjangan, operasional

sehari-hari perkantoran, pemeliharaan, dan belanja peralatan/pengolah data dalam skala kecil.

Page 19: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

10

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Belanja yang bersifat mendukung pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi

kementerian/lembaga, sebagaian besar berupa belanja barang dalam rangka mendukung

pelayanan/penyediaan jasa publik dan kegiatan-kegiatan yang mendukung fungsi koordinasi,

supervisi, konsultasi, monitoring dan evaluasi dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.

Sedangkan belanja yang mendukung perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,

adalah belanja modal untuk pembangunan infrastruktur publik (gedung, jalan, jembatan,

jaringan dan lain-lain), dan belanja bantuan sosial atau belanja barang yang ditransfer langsung

kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan minimal kesejahteraan.

Masing-masing karakteristik belanja memiliki indikator kinerja yang mendukung pencapaian

tujuan kebijakan fiskal pemerintah maupun rencana kerja pemerintah. Belanja operasional

pemerintahan, indikator kinerjanya adalah berjalannya birokrasi dan regulasi. Belanja

pelayanan publik, indikator kinerjanya adalah terselenggaranya pelayanan publik (perijinan,

otorisasi, perlindungan hukum dan sejenisnya). Belanja infrastruktur, indikator kinerjanya

adalah terbangunnya infrastruktur publik yang memperlancar aktivitas perekonomian.

Sedangkan belanja kesejahteraan masyarakat indikator kinerjanya adalah kemampuan

masyarakat ekonomi lemah untuk mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan

dan permukiman.

Tabel D-1 Karakteristik Belanja Negara Fungsi Belanja

Negara Karakteristik Belanja Indikator Kinerja out put-out come-impact

Operasional Pemerintahan

Belanja pegawai untuk pembayaran gaji, tunjangan, lembur, dst

Belanja barang untuk pemeliharaan kantor, pembelian keperluan sehari-hari perkantoran

Belanja modal untuk pembelian peralatan dan mesin perkantoran

Pegawai masuk kantor Operasional kantor berjalan lancar Birokrasi berjalan Regulasi dan peraturan diterbitkan

Pelayanan Publik Belanja pegawai untuk honor tetap penyuluh, petugas pelayanan masyarakat

Belanja barang untuk perjalanan dinas, penyelenggaraan kegiatan pelayanan

Belanja modal untuk pembangunan sarana pelayanan, penyediaan peralatan mesin layanan

Pelayanan cepat, transparan, prima Masyarakat puas terlayani Kegiatan sosial, pendidikan,

kesehatan, ekonomi masyarakat berjalan lancar

Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat

Belanja pegawai untuk honor panitia pengadaan

Belanja barang untuk perjalanan dinas, sosialisasi, penyuluhan

Belanja modal untuk pembangunan gedung, bangunan, jaringan, infrastruktur, konstruksi

Belanja bantuan sosial untuk

Barang dan jasa dihasilkan Masyarakat menikmati barang dan

jasa yang disediakan Pertumbuhan ekonomi meningkat,

indikator kesejahteraan meningkat

Page 20: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

11

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Pada setiap RKA-KL, DIPA dan POK pada masing-masing satuan kerja pasti terdapat

kelompok belanja tersebut. Hanya saja proporsi pada masing-masing satuan kerja

berbeda-beda sesuai tipe satuan kerjanya. Pada satuan kerja yang bersifat pelayanan,

maka unsur alokasi untuk pelayanan publik akan signifikan. Demikian pula untuk

satuan kerjayang dibentuk untuk melakukan pembangunan infrastruktur, unsur

belanja untuk infrastruktur akan dominan. Namun pada setiap satuan kerja

pemerintahan, pasti selalu terdapat alokasi untuk operasional pemerintahan dan

pelaksanaan tugas dan fungsi.

Setiap karakteristik belanja juga telah memiliki kelompok kinerja atau out put,

meskipun inputnya dapat berupa jenis belanja yang berbeda-beda. Sejak RKA-KL

tahun 2012, pengelompokan rincian pengeluaran telah dilakukan menurut out put.

Pengelompokan tersebut sejalan dengan tahapan penyempurnaan anggaran berbasis

kinerja, yang berwawasan kerangka pengeluaran jangka menengah. Pengelompokan

out put tersebut juga dilakukan untuk membedakan belanja operasional pemerintah

yang bersifat tetap, dan belanja yang mendorong pencapaian target RPJMN yang

berdasarkan prioritas, yang kemudian dikenal dengan sistem base line dengan new

initiative.

Apabila masing-masing karakteristik belanja tersebut dikaitkan dengan

kofigurasinya dalam RKA-KL ataupun POK, maka dapat diuraikan sesuai tabel di

bawah ini.

Tabel D-2 Karakteristik Belanja Negara Berdasarkan RKA-KL

Karakteristik Belanja Definisi Kode Output/BKPK

Operasional Perkantoran Pengeluaran dalam bentuk uang atau barang untuk mendukung penyelenggaraan operasional pemerintahanan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu : pembayaran Gaji Pegawai; pengeluaran untuk operasional kendaraan bermotor; pengeluaran untuk operasional pengelolaan data dan perangkat komunikasi.

(994) Layanan Perkantoran (995) Kendaraan Bermotor (996) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

Pelayanan Publik Pengeluaran berupa barang atau jasa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi,dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat/yang menerima layanan berdasarkan sasaran dan target kinerja.

Seluruh out put pada 52 (Belanja Barang) tapitidak termasuk belanja pada kode output 994,995, 996,997,998 dan 999

Pembangunan/ Infrastruktur/ Peralatan Mesin

Pengeluaran dalam rangka pengadaan tanah, pengadaan peralatan dan mesin, pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan, irigasi dan jaringan dan belanja modal lainnya

Out put 997, 998, dst

Bantuan Sosial / Kesejahteraan Rakyat

Pengeluaran dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial dan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat atau esejahteraan masyarakat.

Out put pada BKPK (57) Belanja Bantuan Sosial

Page 21: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

12

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Berdasarkan pengelompokan tersebut, apabila data belanja kementerian/lembaga tahun

2014 dimasukkan, maka dapat dilihat perspektif yang berbeda terhadap penyerapan

anggaran.

Pada Triwulan I, penyerapan anggaran sebesar 10,31%. Penyerapan belanja untuk

operasional pemerintahan sebesar 16,34%, dan memberikan kontribusi sebesar 50,76%

terhadap total penyerapan pada triwulan yang bersangkutan. Sementara belanja untuk

kesejahteraan masyarakat penyerapan sebesar 13,10%, dan berkontribusi 20,10%.

Sedangkan belanja untuk pelayanan publik dan infrastruktur masih di bawah 10%, sehingga

kontribusinya di bawah 20%. Hal ini menunjukkan hal yang dapat dipahami untuk belanja

infrastruktur, namun adanya anomali pada belanja pelayanan publik. Kondisi ini

menjelaskan pelayanan publik dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan tugas fungsi

kementerian/lembaga belum dapat dilaksanakan secara optimal pada awal tahun anggaran.

Gambar D-1 Penyerapan Anggaran Tahun 2014 Menurut Karakteristik Belanja

Pada Triwulan II, penyerapan anggaran telah meningkat menjadi 27,80 %. Kontribusi

penyerapan terbesar masih belanja operasional pemerintahan sebesar 37,68%. Namun

demikian, kegiatan pelayanan publik dan tugas fungsi kementerian/lembaga telah mulai

dilaksanakan sehingga menyerap anggaran sebesar 18,17%, dan memberikan kontribusi

sebesar 28,46%. Sementara anggaran untuk infrastruktur masih belum dapat berkontribusi

50,76% 37,69% 37,27% 25,88%17,58%

28,46%23,67%

29,36%

11,56%

16,62%

18,86%

30,11%

20,10%

17,23%

20,20%

14,64%

10,31%

17.49%

23,68%

37,85%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Karakteristik Realisasi Belanja APBN Nasional 2014 (Tidak Akumulasi)

Operasional Pelayanan Publik Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Operasional 16,24% 20,46% 27,38% 30,40%

Pelayanan Publik 6,61% 18,17% 20,46% 40,57%

Infrastruktur 4,86% 11,84% 18,19% 46,41%

Kesejahteraan Masyarakat 13,10% 19,05% 30,23% 35,03%

Perkembangan Karakteristik BelanjaAPBN Nasional 2014 (Tidak Akumulatif)

50,76% 42,53%40,11%

34,08%17,58%

24,43%

24,08%

26,32%

11,56%

14,74%

16,64%

22,35%

20,10%

18,30%

19,17%

17,25%

10,31%

27,80%

51,48%

89,33%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Karakteristik Realisasi Belanja APBN Nasional 2014 (Akumulasi)

Operasional Pelayanan Publik Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Operasional 16,24% 36,69% 64,07% 94,47%

Pelayanan Publik 6,61% 24,79% 45,25% 85,82%

Infrastruktur 4,86% 16,69% 34,88% 81,29%

Kesejahteraan Masyarakat 13,10% 32,15% 62,38% 97,41%

Perkembangan Karakteristik APBN Nasional 2014 (Akumulatif)

Page 22: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

13

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

besar, hanya terserap sekitar 16,68% dan berkontribusi 16,62%. Hal ini menunjukkan,

kegiatan pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi juga masih belum optimal

dilaksanakan sampai dengan Trwulan II. Belanja infrastruktur pun masih menyelesaikan

perencanaan dan proses pengadaan barang dan jasa.

Pada Triwulan III, penyerapan anggaran terus meningkat menjadi 51,48%. Belanja untuk

operasional pemerintahan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap penyerapan

anggaran (sebesar 37,27%), meskipun dengan proporsi yang lebih rendah dari pada trwulan

sebelumnya. Belanja untuk pelayanan publik dan kegiatan-kegiatan pendukung tugas fungsi

secara masif telah dilaksanakan sehingga menyerap anggaran hingga 45,25%, dan

berkontribusi sebesar 23,67%. Sementara belanja untuk infrastruktur telah memasuki

pencairan dana tahap awal sehingga menyerap anggaran sebesar 34,88%, namun kontribusi

terhadap penyerapan triwulan bersangkutan masih berkisar 18,86%. Sementara bantuan

sosial terus dicairkan secara proporsional seperti triwulan sebelumnya. Kondisi ini

menunjukkan, konsumsi pemerintah ditopang oleh operasional pemerintahan dan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan kementerian/lembaga, masih belum dapat didukung oleh

penyerapan anggaran infrastruktur. Kondisi ini juga menunjukkan pencapaian out put,

khususnya yang bersifat mendukung penyerapan tenaga kerja dan sarana prasarana publik

belum optimal mendukung perekonomian dan pencapaiian sasaran fiskal.

Pada Triwulan IV, penyerapan anggaran secara akumlulatif mencapai 89,33%. Pada periode

ini, seluruh belanja dicairkan secara serentak. Proporsi belanja operasional pemerintahan

semakin turun, meskipun masih 25,88%, sesuai siifatnya yang mendukung belanja aparatur.

Belanja pelayanan publik menunjukkan, kegiatan-kegiatan juga mengalami puncak

pelaksanaannya, sehingga pada triwulan bersangkutan saja terserap 40,57%. Belanja

infrastruktur juga memasuki tahap penyelesaian pembangunan, sehingga penyerapan

triwulan bersangkutan mencapai 46,41%, dan mendominasi kontribusi penyerapan hingga

30,11%. Hal inilah yang menunjukkan penuhnya hotel-hotel pada akhir tahun anggaran dan

tingginya frekuensi perjalanan dinas aparatur pemerintah. Demkian juga hal ini

menunjukkan kesibukan proyek-proyek pembangunan di daerah yang berkejaran dengan

batas waktu pencairan dana. Pada periode tersebut, seluruh KPPN di Indoensia mengalami

periode peak season yang menyita energi. Demikian pula bagi treasury, pada triwulan

tersebut, meningkatkan adrenalin karena kekhawatiran ketidakcukupan kas Pemerintah.

Analisis penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja negara, dalam hal ini

belanja kementerian/lembaga, menunjukkan kembali pola penggunaan anggaran yang tidak

sehat dan kurang mendukung tujuan kebijakan fiskal untuk berkontribusi positif terhadap

perekonomian (countercyclical).

Demikian pula bila ditinjau dari prinsip anggaran berbasis kinerja, kondisi tersebut

menunjukkan dalam satu tahun anggaran hanya dapat maksimal melakukan pencapaian out

put, belum dapat diharapkan untuk dapat mencapai out come. Baik belanja yang

menghasilkan out put penyediaan pelayanan publik dan perumusan regulasi dan kebijakan,

maupun belanja penyediaan sarana prasarana publik, menghasilkan out putnya pada ujung

tahun fiskal. Sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan optimal pada tahun bersangkutan.

Padahal pada tahun anggaran berikutnya, Pemerintah telah memiliki rencana kerja yang

berbeda dan sasaran kinerja fiskal yang berbeda pula.

Oleh karena itu, perlu dikaji pola penyerapan anggaran ideal dengan memperhatikan

karakteristik belanja yang berorientasi pada kinerja, tidak hanya berdasarkan jenis belanja.

Page 23: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

14

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Pola penyerapan ideal tersebut dengan mempertimbangkan bahwa masing-masing

karakteristik belanja memiliki peran yang sama untuk menjadi instrumen fiskal, dan

Bendahara Umum Negara memiliki kapasitas untuk mengarahkan eksekusi belanja sesuai

dengan kewenngan yang dimilikinya.

Page 24: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

15

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

E. MENYUSUN POLA IDEAL PENYERAPAN ANGGARAN

BERDASARKAN KARAKTERISTIK BELANJA

Karakteristik Belanja Kementerian/Lembaga terdiri dari Belanja Operasional

Pemerintahan, Belanja Pelayanan Publik dan Tugas Fungsi, Belanja Infrastruktur dan

Belanja Kesejahteraan Rakyat. Masing-masing karakteristik tersebut memiliki pola

yang berbeda dalampenggunaan anggarannya.

Pola penggunaan anggaran nantinya akan berpengaruh terhadap pola penyerapan

anggaran. Pola penyerapan anggaran lebih tepat dirumuskan per triwulan untuk

memberikan fleksibilitas dan ruang penyesuaian terhadap deviasi antara rencana dan

realisasi anggaran bulanan.

Penggunaan anggaran belanja operasional pemerintahan seharusnya dilakukan

secara proporsional selaras dengan keperluan pembayaran biaya gaji, tunjangan, dan

keperluan sehari-hari perkantoran. Oleh karena itu, secara ideal penyerapan belanja

tersebut proporsional setiap triwulan.

Belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, penggunaan anggarannya

untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam rangka pelayanan dan pelaksanaan tugas

fungsi kementerian/lembaga yang dilaksanakan oleh satuan kerja. Kegiatan

pelayanan dan pelaksanaan tugas fungsi dilakukan dalam bentuk pembentukan tim,

penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas, dan pembelian bahan untuk operasional

dan pelaporan. Penyerapan belanja untuk karakteristik tersebut sebaiknya dilakukan

sesuai siklus manajemen pemerintahan. Pada triwulan pertama kegiatan-kegiatan

yang bersifat koordinasi seharusnya telah dilaksanakan. Selanjutnya untuk Triwulan

kedua, kegiatan-kegiatan yang bersifat sosialisasi diselenggarakan. Pada triwulan

ketiga, belanja digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat monitoring. Pada

akhirnya pada triwulan keempat, kegiatan-kegiatan diarahkan untuk melakukan

evaluasi. Dengan pola demikian, penyerapan anggaran dapat ditargetkan sesuai

dengan sifat dan skala kegiatan. Asumsinya, pada triwulan I dapat menyerap

anggaran sebesar 15%, triwulan II menyerap sebesar 35%, triwulan III menyerap

sebesar 35%, dan triwulan IV menyerap sebesar 15%.

Belanja infrastruktur, sesuai dengan karakteristiknya memerlukan tahapan dalam

perencanaan teknis, pembebasan lahan dan pengadaan barang dan jasa.

Bagaimanapun belanja untuk infrastruktur pasti akan rendah di awal tahun anggaran,

dan penyerapan anggaran cenderung dilakukan pada Semester II pada saat prestasi

atas barang telah memenuhi syarat untuk dicairkan anggarannya. Hal yang dapat

dilakukan adalah memberikan target penyerapan yang rasional, mendorong disiplin

anggaran serta penerapan manajemen proyek yang baik. Pada triwulan pertama,

secara realistis belanja untuk infrastruktur ditetapkan 15%, karena masih tahap

perencanaan, pengadaan barang/jasa ataupun paling cepat adalah uang muka. Pada

akhir triwulan kedua, diharapkan seluruh proyek infrastruktur telah selesai dilelang

dan mulai mencairkan uang muka atau termin pertama, sehingga penyerapan

anggaran ditargetkan 20%, sehingga akumulasi penyerapan dapat mencapai 35%.

Page 25: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

16

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Sedangkan pada triwulan ketiga, pembayaran untuk belanja infrastruktur telah

memasuki termin kedua, ketiga atau bahkan beberapa proyek telah selesai. Sehingga

penyerapan anggaran dapat didorong menjadi 30%, dan akumulasinya mencapai

65%. Akhirnya pada triwulan keempat, adalah periode penyelesaian pembayaran

termin terakhir dan jaminan pemeliharaan. Khususnya untuk proyek-proyek besar

yang kontraknya hingga akhir tahun anggaran. Pada triwulan keempat ini,

penyerapan dapat mencapai 35%, dengan asumsi seluruh belanja infrastruktur

dilaksanakan.

Belanja kesejahteraan rakyat, saat ini gunakan untuk pembayaran berbagai belanja

bantuan sosial maupun belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/lembaga

non Pemerintah. Belanja tersebut membutuhkan petunjuk teknis yang memuat

kebijakan, target sasaran, mekanisme penyaluran dana dan pertanggungjawaban.

Mengingat tujuannya adalah menjamin standar minimal kesejahteraan rakyat,

seharusnya sejak awal tahun anggaran, belanja tersebut telah direalisasikan. Belanja

inilah yang dapat menjadi instrumen pendorong konsumsi dan mempertahankan

daya beli rakyat pada saat perekonomian masih “dingin” pada awal tahun anggaran.

Oleh karena itu, target penyerapan yang dapat ditetapkan adalah triwulan I sebesar

25%, triwulan II sebesar 30%, triwulan III sebesar 30%, dan triwulan IV sebesar 25%.

Tabel E-1 Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja Karakteristik

Belanja Asumsi

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

1.Operasional Pemerintahan

Gaji dan Tunjangan (prorata 1/12)

25,00% 25,00% 25,00% 25,00% Keperluan Perkantoran (prorata 1/12)

Pemeliharaan (prorata 1/12)

2.Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Tugas Fungsi

Triwulan I : Pelayanan + Koordinasi

15,00% 35,00% 35,00% 15,00% Triwulan II : Pelayanan + Sosialisasi

Triwulan III : Pelayanan + Monitoring

Triwulan IV : Pelayanan + Evaluasi

3.Infrastruktur Triwulan I : Lelang, Penetapan Pemenang, Uang Muka

15,00% 20,00% 30,00% 35,00% Triwulan II : Uang Muka/Termin I

Triwulan III : Termin II s.d. III

Triwulan IV : Termin akhir

4.Kesejahteraan Masyarakat

Triwulan I Sosialisasi, Penetapan Juknis dan Pencairan Tahap I

25,00% 30,00% 30,00% 15,00% Triwulan II Pencairan tahap II

Triwulan III Pencairan tahap III

Triwulan IV Pencairan tahap akhir

Rata-Rata Penyerapan Anggaran per Triwulan 20,00% 27,50% 30,00% 22,50%

Pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja tersebut, dapat mendorong

penyerapan anggaran tiap triwulan lebih landai dan proporsional. Target penyerapan

tersebut tidak hanya proporsional secara akumulatif, namun juga proporsional dan

realistis dari sisi kontribusi masing-masing karakteristik belanja per triwulan.

Penyerapan akumulatif dapat ditargetkan 20% pada triwulan pertama, 47,5 % pada

triwulan kedua, 70,5% pada triwulan ketiga, dan maksimal 100% pada triwulan

keempat. Sedangkan secara periodik, belanja direalisasikan 20% pada triwulan I,

Page 26: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

17

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

27,5% pada triwulan II, 30% pada triwulan III, dan maksimal 22,5% pada triwulan

keempat.

Kontribusi yang proporsional dan realistis ditunjukkan dengan memberikan toleransi

kepada belanja infrastruktur untuk rendah pada triwulan pertama (15%) dan kedua

(35%), namun memberikan target lebih besar kepada belanja operasional

pemerintahan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik. Sebaliknya pada paruh

kedua tahun anggaran, belanja infrastruktur mendominasi realisasi belanja

pemerintah, namun tanpa harus terkonsentrasi pada triwulan keempat. Sedangkan

belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, diharapkan terkendali pada

akhir tahun anggaran.

Gambar E-1 Penyerapan Ideal Nasional 2015

Apabila formula pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja tersebut

diimplementasikan dengan data belanja kementerian/lembaga tahun 2015 (status

per 10 Mei 2015), dapat disajikan bahwa realisasi anggaran triwulan I yang dapat

dicapai sebesar 19,39% atau sebesar Rp 157,099 triliun. Realisasi tersebut lebih

tinggi 6,02% daripada realisasi riil pada triwulan pertama tahun 2015 yang sebesar

13,37%, atau sebesar 108,295 triliun.

Berdasarkan formula tersebut, dapat pula diproyeksikan realisasi periodik pada

triwulan IV dapat ditekan pada 24% atau Rp 194,411 triliun. Angka tersebut lebih

rendah dari proyeksi penyerapan pada triwulan empat yang dapat mencapai minimal

29,25% atau sebesar Rp 236,974 triliun.

Demikian pula pada triwulan kedua dan ketiga, penyerapan belanja negara dapat

didorong lebih proporsional. Pada triwulan kedua, dengan pola penyerapan ideal

ditargetkan sebesar 46,24%, sepertinya sulit direalisasikan oleh penyerapan riil yang

diproyeksikan sebesar 37,75%. Akibatnya pada triwulan ketiga deviasi penyerapan

ideal dengan penyerapan riil semakin melebar sebesar 10,25%, yaitu secara ideal

sebesar 76%, namun proyeksi riil sebesar 65,75%. Hal inilah yang kembali

mengakibatkan penumpukan belanja pada akhir tahun anggaran hingga 30%.

40,95% 34,34% 31,34% 31,76%

20,87% 29,18% 30,18% 26,98%

22,51% 22,03% 24,89% 29,10%

15,66% 14,45% 13,59% 12,15%

19,39%

46,24%

76,00%

100,00%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Penyerapan Ideal Nasional 2015 (Akumulatif)

Operasional Pelayanan Publik

Infrastruktur Kesejahteraan Masyarakat

Column1

40,95%29,57% 26,68% 33,09%

20,87%35,17%

31,73% 16,87%

22,51% 21,68% 29,34% 42,45%

15,66% 13,58% 12,25% 7,60%

19,39%

26,85%29,76%

24,00%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Penyerapan Ideal Nasional 2015 Nasional (Tidak Akumulatif)

Operasional Pelayanan Publik Infrastruktur

Kesejahteraan Masyarakat Column1

Page 27: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

18

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Tabel E-2 Simulasi Penyerapan Ideal dalam Belanja Kementerian/Lembaga APBN-P Tahun 2015 (milyar)

Karakteristik Belanja Pagu Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

1.Operasional Pemerintahan 257.322,36 64.330,59 64.330,59 64.330,59 64.330,59

2. Pelayanan Publik dan

Pelaksanaan Tugas Fungsi

218.617,83 32.792,67 76.516,24 76.516,24 32.792,67

3.Infrastruktur 235.778,34 35.366,75 47.155,67 70.733,50 82.522,42

4.Kesejahteraan Masyarakat 98.437,38 24.609,34 29.531,21 29.531,21 14.765,61

Penyerapan Ideal 810.155,91 157.099,36 217.533,71 241.111,55 194.411,29

Penyerapan riil dan proyeksi 810.155,91 108.294,70 197.556,79 226.855,11 236.974,02

Gap 810.155,91 48.804,66 19.976,92 14.256,44 42.562,73

Pola penyerapan yang memperhatikan karakteristik belanja tersebut, diharapkan dapat

memenuhi :

1. Ketertiban dalam perencanaan kegiatan dan manajemen proyek;

2. Ketertiban dalam pengelolaan keuangan;

3. Rasionalitas dalam pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran;

4. Menjadi alat bantu pengendalian kas Pemerintah;

5. Mendukung peran countercyclical dalam konsumsi pemerintah dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka menjamin pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja

tersebut dapat diterapkan, perlu dirumuskan kebijakan yang sederhana dan

implementatif. Kebijakan tersebut mengatur dan mengendalikan agar pola

penyerapan ideal tersebut selaras dengan manajemen pemerintahan pada

kementerian/lembaga dan sistem manajemen keuangan Pemerintah pada

Kementerian Keuangan. Oleh karena itu, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara dalam aspek budget execution, dapat berperan untuk merumuskan perangkat

kebijakan penerapan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik

belanja negara.

Page 28: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

19

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

F. PERAN BENDAHARA UMUM NEGARA DALAM

PENERAPAN DAN PENGENDALIAN POLA IDEAL

PENYERAPAN BELANJA NEGARA

Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer) sesuai dengan teori dan peraturan

perundangan memiliki tiga tugas utama, yaitu dalam bidang pelaksanaan anggaran

(budget execution), pengelolaan kas (cash management) dan akuntansi pelaporan

keuangan (accounting and reporting).

Dalam bidang tugas tersebut, fungsi pelaksanaan anggaran sangat erat kaitannya

dengan pengelolaan kas. Pada fungsi pelaksanaan anggaran, Bendahara Umum

Negara harus melakukan apropriasi yang prinsipnya menyatakan bahwa seluruh

kegiatan pada dokumen pelaksanaan anggaran telah siap untuk dilaksanakan dan

belanja negara sebagai konsekuensi dari pembayaran kegiatan tersebut telah tersedia

dananya pada waktu yang ditetapkan. Sebagai implikasinya, dalam fungsi

pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara harus mengatur sebaik-baiknya agar Kas

Pemerintah mencukupi pada saat tagihan atas beban belanja negara diajukan. Oleh

karena itu, informasi rencana penarikan dana menjadi bagian wajib dari dokumen

pelaksanaan anggaran.

Dalam rangka melaksanakan fungsi pelaksanaan anggaran, berdasarkan Pasal 7 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

diantaranya Bendahara Umum Negara diberikan wewenang untuk menetapkan

kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara; dan, melakukan pengendalian

pelaksanaan anggaran. Dasar hukum tersebut yang menjadi landasan Menteri

Keuangan dan Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan berbagai peraturan

pelaksanaan anggaran belanja negara.

Penetapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja dapat menjadi

bagian dari strategi Bendahara Umum Negara untuk melakukan pengendalian

pelaksanaan anggaran dan menjadi pedoman pelaksanaan anggaran belanja negara.

Manfaat dari penerapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja

dalam pengendalian pelaksanaan anggaran adalah:

1. Pada awal tahun, bahkan sebelum tahun anggaran dimulai, setelah menerima

DIPA, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melakukan berbagai

persiapan dan perencanaan agar target penyerapan dapat terpenuhi;

2. Pola penggunaan anggaran, dalam bentuk tahapan kegiatan pada satuan kerja,

lebih rasional, terkoordinasi dan memiliki keselarasan ritme yang terhubungan

dengan implementasi Rencana Kerja Pemerintah;

3. Pelaksanaan kegiatan dan pencairan dana menggerakkan konsumsi dan

perekonomian masyarakat sejak awal tahun anggaran (countercyclical);

4. Pengukuran pencapaian kinerja belanja dan identifikasi permasalahan

pelaksanaan anggaran lebih mudah dilakukan berdasarkan perkembangan

capaian out put bukan input;

Page 29: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

20

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

5. Proyeksi dan perencanaan kas Pemerintah dapat lebih akurat.

Manfaat penerapan Pola Penyerapan Ideal Berdasarkan Karakteristik Belanja dalam

pengendalian pelaksanaan anggaran akan optimal, apabila Bendahara Umum Negara

benar-benar menggunakan seluruh fungsi, otoritas dan kewenangannya

sebagaimana diatur dalam undang-undang untuk mengendalikan pelaksanaan

anggaran. Pengendalian pelaksanaan anggaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara

Umum Negara adalah:

1. Menetapkan target penyerapan ideal triwulanan untuk masing-masing

Kementerian/Lembaga/Pengguna Anggaran berdasarkan karakteristik belanja

dan out put pada DIPA;

2. Menetapkan tindakan khusus terhadap realisasi yang tidak mencapai target

penyerapan anggaran, berdasarkan karakteristik belanja. Tindakan khusus

tersebut adalah:

a. Realisasi belanja operasional yang dibawah target, dilakukan blokir sebagai

efisiensi nasional.

b. Realisasi belanja pelayanan dan pelaksanaan tugas fungsi yang dibawah

target, dilakukan blokir dan dapat direalokasi dengan syarat-syarat tertentu

dikaitkan dengan prioritas nasional dan kementerian/lembaga;

c. Realisasi belanja infrastruktur yang dibawah target, dilakukan penyesuaian

target triwulan berikutnya berdasarkan evaluasi berjenjang dari level

satuan kerja, unit eselon I sampai dengan kementerian/lembaga;

d. Realisasi belanja kesejahteraan yang di bawah target, dilakukan evaluasi

kebijakan belanja secara nasional untuk menetapkan target penyerapan

berikutnya berdasarkan target peningkatan kesejahteraan nasional.

3. Menyusun regulasi dan pedoman khusus dalam bidang pelaksanaan anggaran

(pembuatan komitmen, pembayaran, dan pencairan) untuk masing-masing

karakteristik belanja yang dapat membantu Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran melaksanakan penggunaan anggaran dengan tertib, taat

azas, akuntabel namun mempehatikan ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan

dan penyerapan anggaran.

4. Merumuskan mekanisme pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan anggaran secara khusus sesuai karakteristik belanja. Pembinaan

diperlukan untuk memastikan seluruh kebijakan, regulasi dan pedoman

pelaksanaan dapat diimplementasikan. Monitoring diperlukan diperlukan untuk

mengidentifikasi permasalahan dan memberikan solusi atau rekomendasi

kebijakan. Evaluasi diperlukan untuk merumuskan penyempurnaan kebijakan

ke depan.

Langkah-langkah pengendalian yang ditetapkan oleh Bendahara Umum Negara, secara ex

officio menjadi otoritas oleh Menteri Keuangan dan unit pelaksana adalah Ditjen

Perbendaharaan. Oleh karena itu, pengendalian pelaksanaan anggaran akan menjadi otoritas

Ditjen Perbendaharaan. Untuk melaksanakan otoritas tersebut, Ditjen Perbendaharaan

memiliki kapasitas yang memadai, dengan alasan sebagai berikut:

1. Ditjen Perbendaharaan memiliki Direktorat Pelaksanaan Anggaran, yang memiliki

tugas fungsi untuk menetapkan kebijakan, standar dan pedoman pelaksanaan anggaran.

Page 30: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

21

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Dalam rangka menjamin kebijakan, standar dan pedoman tersebut selaras dengan

prinsip-prinsip pengelolaan perbendaharaan dan pengelolaan kas, Ditjen

Perbendaharaan juga memiliki Direktorat Sistem Perbendaharaan dan Direktorat

Pengelolaan Kas Negara;

2. Ditjen Perbendaharaan juga memiliki 33 Kantor Wilayah dan 179 KPPN

Konvensional yang dapat menjamin koordinasi, supervisi dan implementasi

kebijakan pengendalian pelaksanaan anggaran dapat berjalan optimal. Kantor

Wilayah dan KPPN telah memiliki perangkat untuk melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran di level satuan kerja.

3. Ditjen Perbendaharaan telah menerapkan SPAN, yang menjamin seluruh data

dan informasi pelaksanaan anggaran terintegrasi dan tersentralisasi. Data

informasi, seperti supplier, kontrak dan pembayaran dapat menjadi bahan

perumusan kebijakan.

Dalam rangka melaksanakan otoritas tersebut dengan memanfaatkan kapasitas yang

dimiliki oleh Ditjen Perbendaharaan, maka proses bisnis yang dapat dibangun untuk

melaksanakan pengendalian pelaksanaan anggaran melalui penerapan pola ideal

penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Direktorat Pelaksanaan Anggaran melakukan identifikasi terhadap out put-out

put pada DIPA kementerian/lembaga, untuk selanjutnya diklasifikasi ke dalam

empat karakteristik belanja. Untuk melakukan tugas tersebut, struktur

organisasi Direktorat Pelaksanaan Anggaran berdasarkan PMK No.

206/PMK.01/2014, telah mendukung penugasan Subit Teknis untuk mendalami

masing-masing karakteristik belanja;

2. Direktorat Pelaksanaan Anggaran melakukan penetapan target pola ideal

penyerapan anggara berdasarkan karakteristik belanja, dengan berdasarkan

kajian atas sasaran kinerja Pemerintah, pengaruh masing-masing karakteristik

belanja ataupun keseluruhan belanja terhadap perekonomian dan proyeksi

ketersediaan kas Pemerintah.

3. Diretorat Pelaksanaan Anggaran mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan

regulasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan pelaksanaan anggaran untuk

menjamin Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat mencapai

target penyerapan yang telah ditetapkan;

4. Target penyerapan dan regulasi ditetapkan oleh Menteri Keuangan atau Direktur

Jenderal Perbendaharaan untuk menjadi dasar pelaksanaan oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (satuan kerja) dan Kanwil/KPPN;

5. Ditjen Perbendaharaan (Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Kantor Wilayah dan

KPPN) melakukan koordinasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

sesuai dengan level/jenjang wilayahnya (nasional, provinsi, satuan kerja);

6. Ditjen Perbendaharaan melakukan analisis dan rilis triwulanan serta laporan

kepada Menteri Keuangan mengenai perkembangan pelaksanaan anggaran dan

pencapaian kinerja belanja negara serta proyeksi penyerapan dan kinerja

berdasarkan karakteristik belanja.

Page 31: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

22

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

Melalui peran Bendahara Umum Negara dalam pengendalian pelaksanaan anggaran

melalui penerapan pola ideal penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik

belanja, manfaat yang dapat diperoleh Ditjen Perbendaharaan adalah :

1. Ditjen Perbendaharaan dapat menyajikan analisis perkembangan pelaksanaan

anggaran secara komprehensif, dan dapat menjelaskan kontribusi belanja negara

terhadap perekonomian setiap triwulan serta keterkaitannya dengan

pengelolaan kas Pemerintah;

2. Ditjen Perbendaharaan juga dapat berperan aktif sebagai CFO, yang dapat

mengatur irama pelaksanaan anggaran dan melakukan pengendalian

pelaksanaan anggaran agar terhubung dengan sasaran kebijakan fiskal

Pemerintah dari sisi out put dan kinerja dengan tetap memperhatikan

kemampuan kas Pemerintah;

3. Ditjen Perbendaharaan dapat terus merumuskan, meneyempurnakan dan

menetapkan kebijakan, peraturan dan pedoman pelaksanaan anggaran yang

sesuai dengan konteks permasalahan dan perkembangan lingkungan eksternal

dengan tertib, taat asas, akuntabel dan memperhatikan efisiensi, efektvitas dan

ketepatan waktu pelaksanaan anggaran;

4. Ditjen Perbendaharaan dapat memiliki otoritas yang bermanfaat untuk

mengembangkan dan menggerakkan kapasitas organisasi, sumber daya

manusia, sarana prasarana dalam bidang pelaksanaan anggaran, baik pada

Kantor Pusat, Kantor Wilayah dan KPPN;

5. Ditjen Perbendaharaan dapat memiliki indikator untuk menetapkan kinerja di

bidang pengelolaan perbendaharaan negara, yang bermanfaat untuk

memberikan sistem reward kepada pegawai Ditjen Perbendaharaan.

Page 32: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

23

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional dan optimal selalu

muncul setiap tahun anggaran. Pada tahun 2015, permasalahan tersebut kembali

mengemuka dan menjadi isu nasional karena Pemerintah baru Kabinet Kerja

Presiden Jokowi memberikan peran sangat besar kepada belanja negara untuk

menyediakan sarana prasarana publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dengan pengurangan anggaran subsidi energi. Sementara pada kenyataannya,

pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan I dan kapasitas eksekusi Pemerintah

untuk melaksanakan penyerapan anggaran masih terkendala beberapa hal, seperti

reorganisasi kementerian lembaga dan tahapan pengadaan barang/jasa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk ke depan permasalahan yang sama tidak

terus menerus terjadi, telah dilakukan kajian ringkas mengenai pola penyerapan

anggaran kementerian/lembaga dan alternatif strategi untuk menetapkan pola ideal

penyerapan anggaran berdasarkan karakteristik belanja, dan menggunakannya

untuk pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum Negara.

Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyerapan anggaran kementerian/lembaga dari waktu ke waktu tidak pernah

proporsional dan optimal. Penyerapan pada setiap triwulan I hanya sekitar 9,5% dan

triwulan II sekitar 18,4 %. Hal ini menyebabkan anggaran menumpuk pada akhir tahun

anggaran atau Triwulan IV hingga 40,5%. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran

Kementerian/Lembaga rata-rata tercapai dibawah 90 %.

2. Penyerapan anggaran yang tidak proporsional tersebut, menyebabkan peran konsumsi

Pemerintah dalam PDRB dan pertumbuhan ekonomi bersifat procyclical. Kondisi

tersebut membuat multiplier effect kebijakan fiskal Pemerintah kurang optimal.

3. Berdasarkan teori ekonomi pembangunan, seharusnya peran belanja Pemerintah

bersifat countercyclical sehingga pelaksanaan kegiatan dan kucuran belanja dapat

menggerakkan ekonomi sejak awal tahun, mempertahankan daya beli dan

kesejahteraan masyarakat. Sedangkan berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja,

anggaran dalam satu tahun fiskal harus mencapai kinerja pada waktu yang tepat (out

put dan out come), sehingga berkesinambunga dengan anggaran tahun berikutnya

dalam kerangka pengeluaran jangka menengah;

4. Untuk mendorong penyerapan anggaran yang proporsional, perlu dilakukan analisis

dari sisi karakteristik belanja pemerintah sesuai fungsinya dalam APBN. Karakteristik

belanja tersebut adalah: belanja operasional pemerintahan; belanja pelayanan publik

dan pelaksanaan tugas fungsi; belanja infrastruktur, dan belanja kesejahteraan rakyat.

Pengelompokan belanja berdasarkan karakteristik dilakukan berdasarkan jenis-jenis

out put pada DIPA Kementerian/Lembaga;

5. Dari analisis penyerapan anggaran menurut karakteristik belanja, dapat dirumuskan

kondisi riil dan kondisi ideal penyerapan anggaran, sebagai berikut:

a. Belanja operasional pemerintahan, selama ini relatif proporsional namun masih

relatif rendah pada triwulan pertama. Seharusnya belanja opersional

Page 33: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

24

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

pemerintahan merata proporsional sejalan dengan berfungsinya birokrasi dan

operasional kantor-kantor Pemerintah;

b. Belanja pelayanan publik dan pelaksanaan tugas fungsi, selama ini

penyerapannya tidak proporsional, rendah di awal tahun anggaran dan

relatif menumpuk pada akhir tahun anggaran. Seharusnya belanja tersebut

lebih proporsional, sejalan dengan pemberian layanan publik, dan siklus

manajemen pemerintahan (koordinasi, sosialisasi, monitoring dan

evaluasi).

c. Belanja infrastruktur, selama ini sulit untuk didorong penyerapannya di atas

10% pada triwulan pertama dan lebih dari 20% pada triwulan kedua, atau

dikendalikan agar tidak menumpuk lebih dari 30% pada triwulan keempat.

d. Belanja kesejahteraan rakyat, selama ini juga relatif rendah pada awal tahun

anggaran karena masih menunggu petunjuk teknis dan tahapan kegiatan.

Seharusnya belanja kesejahteraan rakyat dapat dimulai segera dan dalam

jumlah optimal sejak awal tahun anggaran, dan proporsional sepanjang

tahun anggaran sesuai dengan kebijakan untuk mempertahankan tingkat

minimal kesejahteraan rakyat.

6. Berdasarkan analisis tersebut, dapat diformulasikan Pola Ideal Penyerapan

Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja sebagai berikut:

Tabel G-1 Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik No. Karakteristik Belanja Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

1. Operasional Pemerintahan 25,00% 25,00% 25,00% 25,00% 2. Pelayanan Publik dan

Pelaksanaan Tugas Fungsi 15,00% 35,00% 35,00% 15,00%

3. Infrastruktur 15,00% 20,00% 30,00% 35,00% 4. Kesejahteraan Rakyat 25,00% 30,00% 30,00% 15,00%

Penyerapan Tidak Akumulatif 20,00% 27,50% 30,00% 22,50% Penyerapan Akumulatif 20,00% 47,50% 77,50% 100,00%

7. Penetapan pola penyerapan anggaran ideal berdasarkan karakteristik belanja

diharapkan mampu mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan

kementerian/lembaga lebih tertib dan berorientasi kepada capaian out put,

menjamin efektivitas program-program pro-rakyat, mendorong belanja

infrastruktur tepat waktu namun rasional, dan mengoptimalkan peran

countercyclical belanja negara terhadap pertumbuhan ekonomi.

8. Dalam rangka menjamin pola ideal penyerapan belanja tersebut dapat

diterapkan, Bendahara Umum Negara perlu menggunakan kewenangan

pengendalian pelaksanaan anggaran sebagaimana diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengendalian

pelaksanaan anggaran dilakukan dengan cara:

a. Menetapkan target penyerapan triwulanan,

b. Menerapkan tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target

penyerapan;

c. Menetapkan kebijakan, regulasi dan pedoman pelaksanaan yang mendukung

Pengguna Anggaran mencapai target penyerapan anggaran;

Page 34: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

25

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada seluruh tingkatan

penggunaan anggaran.

9. Peran Bendahara Umum Negara dalam pengendalian pelaksanaan anggaran

dilaksanakan oleh Ditjen Perbendaharaan. Melalui penerapan Pola Ideal Penyerapan

Anggaran berdasarkan Karakteristik Belanja, peran Ditjen Perbendaharaan dalam

pengendalian pelaksanaan anggaran dapat lebih optimal. Ditjen Perbendaharaan

(Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN) juga memiliki kapasitas organisasi dan sumber

daya manusia yang memadai untuk melaksanakan kewenangan tersebut.

10. Melalui kemampuan pengendalian pelaksanaan anggaran Ditjen Perbendaharaan,

diharapkan Ditjen Perbendaharaan dapat melakukan:

a. Menyajikan analisis belanja negara yang dikaitkan dengan kontribusi terhadap

perekonomian;

b. Mengatur dan menyelaraskan pola penggunaan anggaran oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan kinerja (out put dan out

come) dan memperhatikan pengelolaan kas Pemerintah;

c. Mengembangkan kebijakan pengelolaan perbendaharaan yang berorientasi

pada efektivitas, efisiensi dan ketepatan waktu belanja negara, dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip hukum keuangan negara;

d. Mengembangkan pengukuran kinerja pengelolaan perbendaharaan untuk

perumusan sistem reward terhadap pegawai Ditjen Perbendaharaan.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan untuk

mempertajam peran pengendalian pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Umum

Negara, adalah sebagai berikut:

1. Ditjen Perbendaharaan melakukan identifikasi terhadap out put-out put pada

DIPA kementerian/lembaga, untuk selanjutnya diklasifikasi ke dalam empat

karakteristik belanja. Untuk melakukan tugas tersebut, struktur organisasi

Direktorat Pelaksanaan Anggaran berdasarkan PMK No. 206/PMK.01/2014,

telah mendukung penugasan untuk mendalami masing-masing karakteristik

belanja;

2. Ditjen Perbendaharaan melakukan penetapan target pola ideal penyerapan

anggara berdasarkan karakteristik belanja, dengan berdasarkan kajian atas

sasaran kinerja Pemerintah, pengaruh masing-masing karakteristik belanja

ataupun keseluruhan belanja terhadap perekonomian, dan proyeksi

ketersediaan kas Pemerintah.

3. Ditjen Perbendaharaan mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan regulasi,

peraturan dan pedoman pelaksanaan pelaksanaan anggaran untuk menjamin

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat mencapai target

penyerapan yang telah ditetapkan;

4. Penetapan target penyerapan dan regulasi oleh Menteri Keuangan untuk

menjadi dasar pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

(satuan kerja) dan Kanwil/KPPN;

5. Ditjen Perbendaharaan (Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Kantor Wilayah dan KPPN) melakukan koordinasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sesuai dengan level/jenjang wilayahnya (nasional, provinsi, satuan kerja).

Page 35: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban

Pola Ideal Penyerapan Anggaran Berdasarkan Karakteristik Belanja Negara

26

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Mei 2015

` FUNGSI ANGGARAN BELANJA NEGARA

Operasional Pemerintahan

Pelayanan Publik

Pembangunan Infrastruktur

Kesejahteraan Masyarakat

PENYERAPAN ANGGARAN

SEHARUSNYA 1. Proporsional sepanjang tahun anggaran; 2. Optimal mencapai kinerja; 3. Mendorong pertumbuhan ekonomi; 4. Mempertahankan kesejahteraan minimal rakyat.

PERMASALAHAN 1. Rendah di awal tahun, menumpuk di akhir tahun; 2. Kinerja hanya sampai out put, realisasi akumulatif di bawah 95%; 3. Kontribusi terhadap perekonomian rendah di awal tahun (bersifat procyclical); 4. Program dan kegiatan tidak dilaksanakan sejak awal tahun.

POLA IDEAL PENYERAPAN BELANJA No. Karakteristik Belanja Triwulan

I Triwulan

II Triwulan

III Triwulan

IV 1. Operasional Pemerintahan 25,00% 25,00% 25,00% 25,00% 2. Pelayanan Publik dan

Pelaksanaan Tugas Fungsi 15,00% 35,00% 35,00% 15,00%

3. Infrastruktur 15,00% 20,00% 30,00% 35,00% 4. Kesejahteraan Rakyat 25,00% 30,00% 30,00% 15,00%

Penyerapan Tidak Akumulatif 20,00% 27,50% 30,00% 22,50% Penyerapan Akumulatif 20,00% 47,50% 77,50% 100,00%

PENGENDALIAN PELAKSANAAN ANGGARAN 1. Menetapkan target penyerapan triwulanan; 2. Menerapkan tindakan khusus pada belanja yang tidak memenuhi target

penyerapan; 3. Menetapkan kebijakan, regulasi, dan pedoman pelaksanaan yang mendukung

Pengguna Anggaran mencapai target penyerapan anggaran; 4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada seluruh tingkatan

Pengguna Anggaran.

Page 36: POLA - Kementerian Keuangan RIdjpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/kepri/images/publikasi/kajiankeuangannegara/... · mengatasi kegagalan pasar (market failure). Fungsi - fungsi yang diemban