no.46 - potongan tagihan murabahah
TRANSCRIPT
Potongan Tagihan Murahabah Kontribusi dari AdministratorThursday, 18 May 2006Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan TagihanMurahabah. Menimbang :
a.bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) pada umumnyadilakukan secara cicilan dalam kurun waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah;
b.bahwa dalam hal nasabah telah melakukan pembayaran cicilan dengan tepat waktu, maka ia dapat diberipenghargaan. Sedangkan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran cicilan dapat diberikeringanan
c.bahwa penghargaan dan keringanan yang merupakan mukafa 'ah tasyji 'iyah (insentif) tersebut dapat diwujudkandalam bentuk potongan dari total kewajiban pembayaran;
d.bahwa untuk kepastian hukum tentang masalah tersebut menurut Syari'ah Islam, Dewan Syari'ah Nasionalmemandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
1. Firman Allah SWT, antara lain:
-
QS. al-Baqarah [2]: 275:
"Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitanlantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orangyang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yangtelah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
-
QS. Al-Nisa' [4]: 29:
"Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
-
QS. Al-Ma'idah [5]: 1:
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakankepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
Halal Guide
http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 26 May, 2006, 01:30
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya."
-
QS. al-Baqarah [2]: 280:
"Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Danmenyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."
-
QS. Al-Ma'idah [5]: 2:
"Hai orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulanharam, jangan (mengganggu) binatangbinatang hadya, dan binatang-binatang qala'id, dan jangan (pula) menggangguorang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabilakamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian-(mu) kepadasesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepadamereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalamberbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."
2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:
-
Hadis Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah; dan dishahih-kan oleh Ibnu Hibban :
"Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan dcngankerelaan kedua belah pihak."
-
Hadis Nabi riwayat Imam Tirmidzi dari `Amr bin `Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
"Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal ataumenghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkanyang halal atau menghalalkan yang haram."
-
Hadis Nabi Riwayat Muslim:
"Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat;dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya".
-
Hadis Nabi riwayat al-Thabrani dalam al-Kabir dan alHakim dalam al-Mustadrak yang menyatakan bahwa hadis inishahih:
"Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika Nabi Saw. memerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapaorang dari mereka seraya mengatakan: "Wahai Nabi Allah, Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kamisementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belum jatuh tempo" Maka Rasulullah saw berkata: "Berilahkeringanan dan tagihlah lebih cepat".
Halal Guide
http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 26 May, 2006, 01:30
3. Kaidah fiqh:
-
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. " Memperhatikan:
-
Fatwa DSN No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah
-
Hasil workshop BPH-DSN, 9-10 Dzulqa'dah 1425/21-22 Desember 2004.
-
Surat Direksi BSM No.6/552/DIR tertanggal 21 September 2004 perihal permohonan fatwa.
-
Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Selasa, tanggal 13 Muharram 1426/ 22 Februari2005. MEMUTUSKAN
Menetapkan FATWA TENTANG POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH
Pertama: Ketentuan Pemberian Potongan
1. LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam transaksi (akad)murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/atau nasabah yangmengalami penurunan kemampuan pembayaran.
2.Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan LKS.
3.Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad.
Kedua: Ketentuan Penutup
1.Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, makapenyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari'ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melaluimusyawarah.
Halal Guide
http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 26 May, 2006, 01:30
2.Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akandiubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 22 Feburari 2005 / 13 Muharram 1426 H
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris, KH. M.A Sahal Mahfudh Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
Halal Guide
http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 26 May, 2006, 01:30