kesesuaian pembiayaan murabahah bank syariah ke...

100
KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE PERUSAHAAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy) Oleh: Inayah NIM : 106046101639 K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: vuhuong

Post on 15-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE PERUSAHAAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(Dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)

Oleh:

Inayah

NIM : 106046101639

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1432 H / 2011 M

Page 2: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 10 Muharram 1432 H

16 Desember 2010

I N A Y A H

iii

Page 3: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

ABSTRAK

Inayah. NIM 106046101639. Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah ke Perusahaan Ditinjau Dari Hukum Islam (Dari Bank Muamalat Indonesia Ke PT. Lintas Utama Persada). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/2011 M.

Isi: ix + 92 halaman + 33 lampiran, 38 literature (1990-2009)

Murabahah merupakan salah satu produk perbankan syariah, baik kegiatan usaha yang bersifat produktif maupun yang bersifat konsumtif. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dan pembeli. Akad murabahah merupakan akad yang paling banyak digunakan dalam transaksi perbankan syariah, akan tetapi dalam kontrak murabahah terdapat hal-hal yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dimana masih ada klausul-klausul yang menimbulkan ketidakadilan bagi nasabah. Penelitian ini menganalisis kesesuaian kontrak murabahah yang ada di bank Muamalat Indonesia dengan Hukum Islam. Tujuannya agar bank, terutama nasabah mengerti dan memahami isi-isi kontrak yang sesuai dengan syariah dan yang tidak sesuai dengan syariah. Hal ini diperlukan agar akad yang berlaku di perbankan syariah tetap menjaga kemurnian syariah didalam kontraknya.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan konsep, hukum Islam dan pendekatan kasus. Data penelitian ini dianalisis melalui pendekatan kualitatif deskriptif-analisis. Tujuan penelitian deskriptif ini untuk menggambarkan dan menganalisa secara mendalam mengenai aplikasi kontrak pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kontrak pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia belum semua klausula yang ada di dalam kontrak sesuai dengan hukum Islam, diantaranya adalah: beban biaya yang terlalu besar yang sangat memberatkan nasabah, objek murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah yang ditetapkan secara sepihak, pengalihan resiko yang semuanya dibebankan kepada nasabah, tidak ada kejelasan pengiriman barang dan tidak terdapat tandatangan kedua belah pihak yang bertransaksi.

Kata Kunci : Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 1955 0505198203 1012

iv

Page 4: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan

inayah-NYA serta selalu memberikan nikmat sehat wal afiat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan

untuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh

umatnya. Melalui proses yang sangat panjang dan perjuangan yang sungguh-sungguh,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Kesesuaian

Pembiayaan Murabahah Bank Syariah ke Perusahaan Ditinjau dari Hukum Islam (dari

Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa

bantuan yang sangat berharga dan bermanfaat dari orang-orang yang sangat ikhlas

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis menghaturkan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM beserta seluruh

pimpinan, karyawan dan staf yang telah membantu penulis selama penulis belajar dan

mencari ilmu di kampus ini.

2. Ketua Jurusan Perbankan Syariah, Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Sekertaris Jurusan

Perbankan Syariah, Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH yang telah

memberikan dorongan dan motivasi agar skripsi ini segera terselesaikan.

v

Page 5: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

yang telah memberikan waktu di tengah kesibukan beliau serta dengan ikhlas selalu

memberikan arahan, bimbingan, nasihat, ilmu, masukan, perbaikan dan motivasinya

untuk membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tanpa lelah dan penuh kesabaran

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menghadapi masa depan.

5. Pihak-pihak terkait, segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu penulis dalam pencarian referensi, sumber dan data yang penulis

butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Salemba dan Medan Merdeka,

Perpustakaan Utama STEI SEBI dan Notaris Bank Muamalat Indonesia yang telah

banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ummi-ku tercinta, Hj. Hayati Zahra yang dengan sangat ikhlas selalu mendoakan penulis

dalam menuntut ilmu, yang selalu memberikan nasihat agar penulis tidak salah

melangkah, selalu memberikan motivasi yang sangat berharga bagi penulis dalam

penyelesaian skripsi ini dan juga selalu memberikan inspirasi dalam menghadapi

kehidupanku. Tak lupa untuk Abang-abang, kakak-kakak, adik dan seluruh keluargaku

yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

vi

Page 6: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

8. Temanku yang baik, Abdul Hafid Nur yang telah membimbing penulis, memberikan ilmu

dan masukan, serta memberikan motivasi yang besar dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah 2006, khususnya keluarga besar PS-C

bocah rusuh yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Sahabat-sahabatku Uqoh, Iea,

Ismail (Kaconk), Mumu, Saman, Defri, Kholis, Lina, Nadia, Cho2, Rico dan motivator

hidupku yang selalu memompa semangatku dan selalu memberikan dukungan dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi yang besar dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk semua orang yang telah membantu penulis dalam penyelesaian

skripsi ini. Terimakasih atas karya-karyanya kepada pengarang buku yang ada didalam

daftar pustaka penulis. Dan semoga penulis diberkahi oleh-NYA dan semoga skripsi ini

bermanfaat untuk semua orang yang membutuhkan. Amiin.

Ciputat, 10 Muharram 1432 H

16 Desember 2010

vii

Page 7: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

I N A Y A H

viii

Page 8: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………....... ii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... iii

ABSTRAK................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR............................................................................................... v

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah.................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 7

D. Review Studi Terdahulu............................................................................. 8

E. Kerangka Teori............................................................................................ 15

F. Metode Penelitian........................................................................................ 16

G. Sistematika Penulisan.................................................................................. 19

BAB II TEORI MURABAHAH................................................................................ 21

A. Definisi Murabahah..................................................................................... 21

B. Landasan Hukum Murabahah...................................................................... 23

C. Rukun dan Syarat Murabahah..................................................................... 27

D. Jenis-jenis Murabahah................................................................................. 32

E. Hak Khiyar dalam Jual Beli......................................................................... 33

F. Unsur-unsur dalam Murabahah................................................................... 35

G. Murabahah yang Diwakilkan...................................................................... 39

H. Murabahah Menurut Ulama Madzhab......................................................... 42

I. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer.................................................. 45

J. Asas Hukum Perjanjian dalam Islam.......................................................... 48

viii

Page 9: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB III KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK MUAMALAT

INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA PERSADA................. 50

A. Mekanisme Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke

PT. Lintas Utama Persada........................................................................... 50

B. Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke

PT. Lintas Utama Persada........................................................................... 62

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK MUAMALAT

INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA PERSADA....................70

A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) ke PT. Lintas Utama Persada........................................................... 70

B. Analisis Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) ke PT. Lintas Utama Persada........................................................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 86

B. Saran............................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 90

LAMPIRAN............................................................................................................... 93

ix

Page 10: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena

perekonomian merupakan tulang punggung dalam kehidupan. Atas dasar itulah maka

Islam mengatur secara terperinci segala hal yang terkait dengan perekonomian, dari

hal yang bersifat kecil sampai hal yang bersifat besar. Islam juga melarang segala

sesuatu yang merusak perekonomian bangsa. Salah satu instrumen yang dapat

merusak adalah riba (pembungaan uang) dalam pinjaman. Al-Quran dan As-Sunnah

melarang keras adanya bunga karena mendzolimi pihak lain.

Pada dasarnya, seseorang, lembaga atau perusahaan mengajukan pinjaman

karena kebutuhannya akan dana (modal), di kehidupan yang semakin lama semakin

sulit dan rumit dalam memenuhi kebutuhan menjadikan setiap individu di dalam

masyarakat cenderung saling membutuhkan dan saling membantu dalam mengatasi

persoalan hidup di bidang ekonomi. Dan salah satu jenis bantuan tersebut adalah

pinjaman.

Pada zaman sekarang, seseorang melakukan pinjaman bukan semata hanya

untuk memenuhi kebutuhan. Lebih dari itu, manusia meminjam uang lebih kepada

untuk kepentingan, baik itu untuk modal usaha, kerjasama, bisnis dan lain-lain.

1

Page 11: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

2

Berbagai kepentingan manusia inilah yang merupakan salah satu sebab yang

mengakibatkan tumbuhnya berbagai perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang

tumbuh tersebut ada yang bergerak pada bidang jasa transportasi, jual-beli, simpan-

pinjam, perusahaan sewa dan jenis perusahaan lainnya.

PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah salah satu bentuk perusahaan

yang bergerak dalam bidang jasa keuangan. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya 2

tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank

Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah

pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan.1 PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) juga siap membantu

perusahaan lainnya dalam hal pemberian modal usaha untuk menjalankan usaha atau

bisnis yang telah perusahaan tersebut rencanakan.

Ditengah perhelatan berbagai perusahaan pembiayaan dan jasa keuangan di

negeri ini, tentunya perusahaan apapun harus di-manage dengan baik, termasuk

dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia agar tidak mengganggu operasional

perusahaan yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.

Untuk itu, dalam mengelola dananya, Bank Muamalat Indonesia (BMI)

melakukan kerjasama dengan Perusahaan-perusahaan dalam bidang penyaluran

pembiayaan. Hal ini dilakukan Bank Muamalat Indonesia (BMI) untuk mendukung

1 Bank Muamalat Indonesia, Bank Muamalat Laporan Tahunan 2005 Annual Report, (Jakarta: Muamalat Institute, 2006), h. 4

Page 12: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

3

operasional perusahaan yang memerlukan penyaluran dana secara tepat sasaran dan

memperoleh profit sesuai dengan yang telah direncanakan dan diinginkan.

Namun, kontrak yang berlaku antara pihak Bank Syariah dengan perusahaan

perlu dikaji lebih mendalam dinilai dari perspektif hukum Islam, dimana dalam

prinsip hukum Islam harus mengutamakan prinsip keadilan antara kedua belah pihak

dalam pembagian loss and profit. Karena masih ada beberapa perusahaan yang masih

menggunakan prinsip yang tidak sesuai dengan syariah, dimana ada ketidakadilan

dalam pembagian loss and profit antara Bank dan perusahaan tersebut.

Padahal kontrak merupakan salah satu instrumen penting dalam bisnis. Jutaan

kontrak terjadi setiap saat pada negara pada tatanan global. Pada semua kontrak yang

disepakati tersebut terjadi pula ratusan ribu perpindahan barang dan jasa dari satu

tangan ke tangan yang lainnya. Dalam proses perpindahan barang dan jasa tersebut

tidak semuanya berjalan dengan mulus atau sesuai dengan kesepakatan, tetapi banyak

pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik oleh pihak Bank Syariah

maupun pihak perusahaan, namun pada kenyataannya terdapat ketidakadilan yang

dialami oleh perusahaan. Memang antara Bank Syariah dan perusahaan sama-sama

mempunyai kebutuhan dan kepentingan. Kepentingan bagi Bank Syariah adalah

memperoleh laba dari kerjasamanya dengan perusahaan, sedangkan kepentingan

perusahaan adalah memperoleh laba dari transaksinya dengan konsumen.

Bank Syariah yang juga merupakan lembaga pembiayaan merupakan salah satu

lembaga bisnis yang dalam kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan “kontrak”. Pada

umumnya, prosedur lembaga pembiayaan dalam kegiatan kontrak ini berjalan dengan

Page 13: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

4

cara; Pertama, lembaga pembiayaan menyodorkan kontrak baku kepada

debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan. Kedua, Debitur/penerima

fasilitas/konsumen/perusahaan diberikan pilihan untuk menyetujui atau tidak kontrak

tersebut. Walaupun dalam praktiknya perusahaan pembiayaan meminta kepada

debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan untuk membaca dan memahami

isinya. Namun isi kontrak yang telah ditentukan secara sepihak oleh lembaga

pembiayaan menimbulkan efek negatif yang tidak menguntungkan debitur/penerima

fasilitas/konsumen/perusahaan.

Berdasarkan hasil kajian terhadap substansi perjanjian pembiayaan yang

disiapkan oleh perusahaan pembiayaan, dapat diketahui bahwa substansi kontraknya

sangat singkat. Kontrak itu hanya terdiri atas beberapa pasal, meliputi:

1. Judul kontrak;

2. Komparisi;

3. Substansi; dan

4. Penutup2.

Pada dasarnya, hukum perikatan Islam menganut asas kebebasan berkontrak

yaitu suatu perikatan atau perjanjian akan sah dan mengikat kedua belah pihak

apabila ada kesepakatan rela sama rela (‘an tarodhin) yang terwujud dalam dua pilar

yaitu ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan). Namun demikian tentunya sangat

berbeda dalam hal prinsip-prinsip dalam rangka pembatasan asas kebebasan

2 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHP Perdata (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008) h. 139-140

Page 14: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

5

berkontrak tersebut. Karena pembatasan yang diberikan dalam asas kebebasan

berkontrak dalam KUHPerdata adalah buatan manusia berupa undang-undang

kesusilaan dan ketertiban umum, sementara dalam konsep syariah adalah firman

Allah dalam al-Qur’an dan pernyataan Nabi Muhammad dalam hadist (al-Sunnah)3

Atas latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam

mengenai mekanisme kontrak pembiayaan murabahah dan bagaimana aplikasi

kontrak pembiayaan murabahah tersebut antara Bank Syariah dengan perusahaan.

Alasan penulis memilih akad murabahah dalam penelitian ini adalah karena

jika dilihat lebih jauh lagi, khususnya terkait dengan komposisi pembiayaan di bank

syariah, maka tampak bahwa komposisi pembiayaan di bank syariah per Oktober

2009 total pembiayaan perbankan syariah mencapai 45,3 triliun dimana porsi

pembiayaan musyarakah mencapai 6,4 triliun atau 14,1% dari total pembiayaan.

Sedangkan pembiayaan mudharabah hanya sebesar Rp 10,2 triliun atau 22,5 %.

Bandingkan dengan pembiayaan murabahah yang mencapai Rp 25,5 triliun atau

porsinya sebesar 56,3%.

Atas dasar itulah maka penulis memutuskan untuk membuat skripsi yang

berjudul: “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Ke Perusahaan

Ditinjau dari Hukum Islam (Dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas

Utama Persada)”

3 Gemala Dewi, dkk, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004) h. 190.

Page 15: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

6

B. Perumusan Masalah

1. Pembatasan

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah kontrak

Pembiayaan Murabahah tentang apakah kontrak yang dibuat oleh pihak Bank

Syariah terdapat ketidakadilan untuk pihak perusahaan. Karena luasnya

pembahasan tentang Pembiayaan dan untuk menjaga kefokusan penelitian ini,

maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, penelitian ini berkisar

tentang kontrak Pembiayaan Murabahah bank syariah yang akan ditinjau dari

segi hukum Islam.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang dapat penulis

rumuskan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Mekanisme Pembiayaan Murabahah antara Bank

Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada?

b. Bagaimana Implementasi Isi Kontrak Kerjasama antara Bank

Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada?

c. Apakah Mekanisme dan Isi Kontrak Tersebut Sudah Sesuai dengan

Hukum Islam?

Page 16: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui mekanisme kontrak pembiayaan murabahah antara

Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada

b. Untuk mendapatkan penjelasan mengenai aplikasi kontrak kerjasama

antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada

c. Untuk mengetahui kesesuaian antara teori dengan aplikasi kontrak

pembiayaan murabahah yang dilakukan antara Bank Muamalat Indonesia

(BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada dengan Hukum Islam

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis sendiri, bermanfaat menambah wawasan, menerapkan dan

mengembangkan seluruh teori yang telah diperoleh semasa diperkuliahan

serta mendapat pengetahuan dan keterampilan

b. Bagi Institusi, sebagai bahan pertimbangan dan koreksi dalam rangka

penyempurnaan sistem agar lebih baik ke depannya

c. Bagi perpustakaan dan Fakultas, Memberikan sumbangsi hasil pengamatan

tentang ekonomi mikro Islam khususnya pada Bank Muamalat Indonesia

(BMI) dan PT. Lintas Utama Persada guna memperkaya khazanah

keilmuan di bidang penyaluran pembiayaan murabahah Bank Muamalat

Page 17: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

8

Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada di Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menambah literatur

kepustakaan khususnya mengenai penyaluran pembiayaan murabahah dari

Bank Syariah ke Perusahaan

d. Bagi masyarakat, memberikan informasi tentang sistem dan penerapan

Produk Murabahah yang ada di Bank Muamalat Indonesia (BMI)

D. Review Studi Terdahulu

1. Skripsi karya Abdul Malik, Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang

berjudul: “Pola Kerjasama Bank Danamon Syariah dan Masyarakat

Mandiri Dompet Dhuafa Republika dalam Pengelolaan Qardhul Hasan”.

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif

Deskriptif-Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan

mengumpulkan data lapangan menyusun atau mengklasifikasikan,

menganalisis data dan menjelaskan gambaran mengenai pola kerjasama Bank

Danamon Syariah dengan MM Dompet Dhuafa dalam mengelola dana

qardhul hasan. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:

a. Pola kerjasama Bank Danamon Syariah dan MM Dompet Dhuafa adalah

kerjasama yang selau diperpanjang dari hasil dana bergulir qardhul hasan tersebut.

Page 18: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

9

MM Dompet Dhuafa berkewajiban melaporkan hasil dampingannya kepada Bank

Danamon Syariah selama 3 bulan skali secara periodik.

b. Dalam pengelolaan dana qardhul hasan, Bank Danamon Syariah

menghimpun dananya melalui denda keterlambatan pemegang kartu dirham card.

Dana yang telah terhimpun disalurkan Bank Danamon Syariah dengan kerjasama

dengan MM Dompet Dhuafa dalam penyaluran dana tersebut. Akad murabahah

merupakan akad yang dominan. Keuntungan pembiayaan digunakan untuk proses

pembianaan berikutnya sehingga dana tersebut dapat terus bergulir.

2. Skripsi karya Nina Shabrina, Mahasiswi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif HIdayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Pembiayaan Ijarah

(pada PT. Al-Ijaroh Indonesia Finance)”. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan

literature. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan wawancara, studi

dokumenter dan arsip-arsip yang terkait dengan permasalahan. Dari segi

tujuan penelitian cenderung deskriptif analisis, yaitu data yang dikumpulkan

berupa konsep-konsep dan gambaran permasalahan, kemudian dianalisis dan

dibuktikan, yang dideskripsikan adalah tinjauan ijaroh financing, sedangkan

yang dianalisis adalah praktek ijaroh financing terhadap keadaan saat ini.

kesimpulan dari penelitian tersebut adalah berdasarkan penelitian lapangan,

Page 19: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

10

mekanisme ALIF dalam memberikan pembiayaan modal kerja terhadap

nasabahnya yaitu dengan langkah-langkah: 1. ALIF harus selektif dalam

memilih calon musta’jir yang akan melakukan ijaroh, 2. ALIF harus

melakukan penelitian yang cermat dan benar terhadap watak, kemampuan,

modal, prospek, usaha, nasabah dan agunan.

3. Skripsi karya Darmiyanti, mahasiswi Jurursan Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif HIdayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Pola Kerjasama antara Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqoh (LAZIS)

PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam

Pemberdayaan Dana Zakat”. Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif yang merujuk pada data deskriptif. Peneitian deskriptif

dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena

tersebut,serta mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak

melakukan uji hipotesa. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kerjasama

pendampingan yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B JB dan PKPU dalam

pemberdayaan dana zakat agar tepat sasaran dan efektif adalah: 1. Kerjasama

pengelolaan zakat, 2. Kerjasama pemberdayaan ekonomi umat, 3. Kerjasama

penyaluran dana musibah bencana alam.

4. Skripsi karya Citra Mayasari, mahasiswi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Perjanjian Sewa Kendaraan antara PT. Medco Power Indonesia dengan

PT. Pusaka Prima Transport dalam Perspektif Hukum Islam dan

Page 20: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

11

Hukum Positif”. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu

penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang dianalisis tidak

untuk menerima atau menolak hipotesa yang ada, melainkan hasil analisis itu

berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yaitu perjanjian kerjasama

antara PT. Medco Power Indonesia dengan PT. Pusaka Prima Transport.

kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hukum Islam dan hukum positif

secara umum mempunyai pandangan yang sama akan sah-nya perjanjian sewa

kendaraan antara kedua belah pihak. Yang membedakan antara keduanya

adalah terletak pada perangkat hukum yang digunakan. Kalau hukum Islam

menggunakan perangkat hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits

sementara hukum positif bersumber dari kitab Undang-undang Hukum

Perdata. Selain itu, hukum Islam mempermasalahkan mengenai pengenaan

biaya risiko kehilangan yang tidak sesuai dengan KUHPerdata.

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya

sebagai berikut:

No Nama Judul Persamaan Perbedaan1 Abdul Pola Sama-sama Dalam skripsi ini

Page 21: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

12

Malik Kerjasama

Bank

Danamon

Syariah

dan

Masyarakat

Mandiri

Dompet

Dhuafa

Republika

dalam

Pengelolaa

n Qardhul

Hasan

membahas

tentang kontrak

kerjasama

membahas kontrak

kerjasama dalam

pengelolaan dana

Qardhul Hasan,

sedangkan dalam

skripsi yang penulis

tulis membahas

tentang kontrak

Murabahah

2 Nina

Shabri

na

Tinjauan

Hukum

Islam

terhadap

Implementa

si

Pembiayaa

n Ijarah

Sama-sama

menganalisis

akad ditinjau dari

hukum Islam

Dalam skripsi ini yang

akan dibahas adalah

tentang pembiayaan

ijaroh, sedangkan

dalam skripsi yang

penulis tulis membahas

tentang pembiayaan

Murabahah

Page 22: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

13

(pada PT.

Al-Ijaroh

Indonesia

Finance)3 Darmiy

anti

Pola

Kerjasama

antara

Lembaga

Amil Zakat

Infak

Shadaqoh

(LAZIS)

PLN P3B

Jawa Bali

dengan Pos

Keadilan

Peduli

Umat

(PKPU)

dalam

Pemberdaya

an Dana

Sama-sama

menganalisis

tentang kontrak

kerjasama

Dalam skripsi ini

membahas tentang

kontrak kerjasama

dalam pemberdayaan

dana zakat, sedangkan

dalam skripsi yang

penulis tulis membahas

tentang kontrak

Murabahah

Page 23: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

14

Zakat4 Citra

Maya

Sari

Perjanjian

Sewa

Kendaraan

antara PT.

Medco

Power

Indonesia

dengan PT.

Pusaka

Prima

Transport

dalam

Perspektif

Hukum

Islam dan

Hukum

Positif

Sama-sama

membahas

tentang kontrak

kerjasama yang

juga ditinjau dari

hukum Islam

Dalam skripsi ini

membahas tentang

kontrak sewa kendaraan

bermotor, sedangkan

dalam skripsi yang

penulis tulis membahas

tentang kontrak

Murabahah

E. Kerangka Teori

Page 24: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

15

Perjanjian/kontrak4 adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih.

Pengertian Akad5 dapat dijumpai dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam

ketentuan Pasal 1 ayat 3 dikemukakan bahwa akad adalah perjanjian tertulis yang

memuat ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) antara bank dan pihak lain

yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip

syariah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akad adalah perjanjian yang

menimbulkan kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak bagi pihak lain

atas prestasi tersebut, dengan atau tanpa melakukan kontraprestasi.

Murabahah6 secara etimologis, kata Murabahah berasal dari kata (را

مرابحببة يرابببح -- – بح ) yang berarti saling menguntungkan. Jumhur ulama sepakat

bahwa jual beli murabahah adalah jika penjual menyebutkan harga pembelian

barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan adanya laba dalam jumlah

tertentu.7

4 Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 1.

5 Prof. Dr. Abdul Ghafur Anshari, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), h. 20.

6 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990), h. 130.7 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Penerjemah M. A Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah (Semarang: Asy-Syifa, 1990). Cet. I, h. 181

Page 25: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

16

Menurut terminologi fiqh dijelaskan bahwa Murabahah adalah suatu bentuk

jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi

harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang

tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan

ini dalam bentuk persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran ini bisa

dilakukan secara tunai (spot) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati

bersama.8

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan substansi permasalahan hukum yang hendak dianalisis,

penelitian ini merupakan penelitian hukum9 yang bersifat normatif (dogmatik)

yakni suatu penelitian yang terutama menganalisis ketentuan-ketentuan hukum

positif maupun asas-asas hukum, dengan melakukan penjelasan secara

sistematis ketentuan hukum dalam sebuah kategori hukum tertentu,

menganalisis hubungan antara ketentuan hukum, menjelaskan dan memprediksi

pengembangan ke depan10.

8 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 81-82.9 Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori. atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jawaban yang diharap dalam penelitian hukum adalah, right, appropriate, in appropriate, or wrong. Lihat Peter Mahrnud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Keneana, 2005) h. 35

10 Philipus.M.Hadjon. Pengkajian Ilmu Hukum, Paper, Pelatihan Metode Hukum Normatif. Unair. 1997: lihat pula Terry Hutchinson. Researching and Writing in Law, (Sydney: Lawbook Co, 2002) h. 9

Page 26: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

17

2. Pendekatan Masalah

Untuk menganalis permasalahan yang ada, penelitian ini menggunakan

beberapa pendekatan, yaitu pendekatan konsep, hukum Islam dan pendekatan

kasus. Pendekatan konsep dilakukan untuk melihat kesesuaian konsep dengan

aplikasi yang berlaku di perbankan syariah. Pendekatan hukum Islam

dilakukan untuk menyingkap konsep kontrak dalam sistem hukum Islam.

Pendekatan kasus dilakukan untuk melihat pelanggaraan klausula kontrak

dengan konsep atau teori dan hukum Islam di lembaga keuangan syariah.

Mengingat luasnya cakupan lembaga keuangan syariah tersebut, dalam

penelitian ini lembaga keuangan syariah yang menjadi obyek kajian akan

dibatasi ke lembaga keuangan perbankan syariah. Lembaga keuangan

perbankan syariah tersebut dipilih atas dasar pertimbangan bahwa praktik

kontrak di lembaga tersebut banyak diduga terdapatnya ketidakadilan

pembagian loss and profit antara Bank Syariah dengan perusahaan.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini ada dua, yakni:

a. Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data dari hasil

penelitian lapangan. Dalam hal ini penulis memperoleh data dari pihak

kedua yaitu Notaris yang membuat kontrak murabahah antara Bank

Page 27: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

18

Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada yang dibuat

pada tahun 2009.

b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada

hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini, penulis

melakukan studi kepustakaan (Library Reseach), yaitu dengan mempelajari

buku kepustakaan, kontrak pembiayaan murabahah antara Bank Muamalat

Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada, serta materi kuliah yang

berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif

Deskriptif-Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan

mengumpulkan data lapangan, menyusun atau mengklasifikasikan,

menganalisis data, dan menjelaskan mengenai penyaluran pembiayaan

murabahah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas

Utama Persada ditinjau dari hukum Islam. Tujuan penelitian deskriptif ini

untuk menggambarkan dan menganalisa secara mendalam mengenai aplikasi

kontrak pembiayaan murabahah antara Bank Muamalat Indonesia kepada PT.

Lintas Utama Persada.

5. Teknik penulisan

Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan

Skripsi Tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah.

Page 28: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

19

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitiaan, review studi terdahulu, kerangka teori,

metode penelitiaan serta sistematika penulisan.

BAB II TEORI MURABAHAH

Dalam bab ini berisi tentang pengertian murabahah, landasan hukum murabahah,

rukun dan syarat murabahah, jenis-jenis murabahah, manfaat dan risiko

murabahah, murabahah menurut ulama madzhab dan ulama kontemporer serta

pola pengembangannya, dan fatwa-fatwa DSN-MUI tentang murabahah.

BAB III KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK

MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA

PERSADA

Dalam bab ini berisi mekanisme pembiayaan murabahah dari Bank Muamalat

Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada dan juga isi kontrak pembiayaan

murabahah dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada.

Page 29: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

20

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK

MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA

PERSADA

Dalam bab ini berisi tentang hasil analisis mekanisme pembiayaan murabahah

dan hasil analisis terhadap isi kontrak pembiayaan murabahah dari Bank

Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran

Page 30: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB II

TEORI MURABAHAH

A. Definisi Murabahah

Secara etimologis, kata Murabahah berasal dari kata ( مرابحبة يراببح -- – رابح )

yang berarti saling menguntungkan.1 Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli

murabahah adalah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada

pembeli, kemudian ia mensyaratkan adanya laba dalam jumlah tertentu2.

Menurut terminologi fiqh Murabahah adalah ”suatu bentuk jual beli tertentu

ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-

biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat

keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan ini dalam bentuk

persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran ini bisa dilakukan secara tunai

(spot) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati bersama.3

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh

Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan:4

"Bai Murabahah (bai’ul murabahah), jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ murabahah, penjual harus

1 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990), h. 130.2 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Penerjemah M. A Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa, 1990), cet I, h. 181.3 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 81-

82.4 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, Ed, I Cet. I, (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h. 161-162.

21

Page 31: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

22

memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya."

Dalam Glosari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan:

"Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba."

Menurut M. Syafi’i Antonio menyatakan al-Bai’u al-murabahah adalah jual

beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.5 Dalam

al-Bai’u al-murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, Bank membeli sepeda

motor dengan harga Rp. 13.000.000,00 kemudian Bank menambahkan keuntungan

sebesar Rp. 3.000.000,00 dan Bank menjual kembali kepada si pembeli dengan harga

Rp. 15.000.000,00.

Definisi murabahah menurut Muhammad Syafi’i Anwar adalah menjual suatu

barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk

dibayar pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. Definisi yang

diberikan oleh Muhammad Syafi’i Anwar ini mempunyai pendekatan arti dengan

pengertian bai’u bi tsaman ajil, yaitu menjual suatu barang dengan mempercepat

penyerahannya kepada si pembeli dengan penangguhan pembayaran harganya sampai

saat yang telah ditetapkan atau dengan cara pembayaran angsuran.6

5 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. I, h. 101.

6 M. Syafi’i Anwar, “Alternatif terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Quran II, (Oktober, 1991), h. 13.

Page 32: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

23

Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa murabahah adalah bentuk

jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) yang mewajibkan penjual untuk bersikap

transparan kepada pembeli dengan memberikan informasi terkait dengan harga pokok

pembelian, keuntungan yang disepakati serta spesifikasi barang yang menjadi objek

transaksi.

B. Landasan Hukum Murabahah adalah:

1. Al-Quran

a. Al-Baqarah [2] : 275 :

:

Artinya:

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapata), sesungguhnyaq jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari

Page 33: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

24

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya terserah kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mkengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

b. QS. Al-Nisa [4] : 29 :

Artinya:

”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dilihat dari Surat Al-Baqarah ayat 275 diatas dapat diketahui bahwasanya

Allah telah menghalalkan jual beli yang ditekankan pada ayat البببيع البب واحببل,

sehingga jual beli Murabahah juga dihalalkan. Dan dilihat dari Surat An-Nisa

ayat 29 diatas juga dapat diketahui bahwasanya Allah mengharamkan segala

harta yang diperoleh dengan cara Bathil yang ditekankan pada ayat

sehingga jika jual beli Murabahah dilakukan dengan cara ,بالبطل بينكم أموالكم تأكلوا ل

Bathil maka jual beli Murabahah tersebut juga diharamkan.

2. Hadits

a. Hadits Riwayat Ibnu Majjah dari Shuhaib:7

7 Al-Shan’ani, Subul Al-Salam, (Bandung: Maktabah Dahlan), juz III, h. 76.

Page 34: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

25

اجببل وعن صهيب رضببي البب عنبه ان النبببي صببلى البب عليببه و سببلم قبال : ثلثبة فيهببن البركببة : البيببع الببى

المقارضة وخلط البر بالشعير للبيت ل للبيع

Artinya:

”Dari Suhaib ra. Bahwa Nabi bersabda: ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk jual.”

b. Hadis Riwayat Imam Turmudzi:8

عوف المزني رضي ال عنه ان رسو ل ال صلى ال عليه وسببلم قببا ل : الصببلح جببا ئز بيببن المسببلمين العن

صلحا حرم حلل أ و أحل حراما و المسلمون على شروطهم ال شرطا حرم حل ل أ و احل حر ا ما

Artinya: ”Dari Amr bin ’Auf al-Mazani ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

Perdamaian dapat dilakukan antara sesama kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin itu terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Dilihat dari Hadits Riwayat Ibnu Majjah dari Shuhaib diatas dapat

diketahui bahwasanya terdapat hal-hal yang mengandung berkah, salah satunya

adalah jual beli tidak secara tunai. Jual beli Murabahah juga merupakan jual beli

tidak secara tunai yang mengandung berkah, sehingga jual beli Murabahah juga

dihalalkan dalam Islam. Dan dilihat dari Hadits Riwayat Imam Turmudzi dapat

diketahui bahwasanya Rasulullah bersabda bahwa perdamaian dapat dilakukan

antara sesama kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang

8 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Revisi, h. 23.

Page 35: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

26

halal dan menghalalkan yang haram. Jual beli Murabahah merupakan akad yang

halal dan masing-masing pihak terikat dengan syarat-syarat yang berlaku,

sehingga jual beli Murabahah merupakan perdamaian yang dapat dilakukan

antara sesama kaum muslimin.

3. Kaidah Fiqih9

في المعاملة الباحة ال أن يد ل د ليل على تحر يمهاألصلArtinya:

”Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Dilihat dari kaidah fiqih diatas dapat diketahui bahwasanya jual beli

Murabahah adalah jual beli yang dihalalkan dalam Islam, karena sampai

sekarang belum ada dalil yang mengharamkan jual beli Murabahah.

C. Rukun dan Syarat Murabahah

1. Rukun Murabahah10

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual

beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli, 9 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000,

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Pertama, 2001, h. 24.10 Dr. H. Nasrun Haroen, MA, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 114.

Page 36: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

27

terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun

jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli

dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka

yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida/tara’dhi)

kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena

unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga

tidak keliatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari

kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak

yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam

ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang

(ta’athi).

Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada

empat, yaitu:

a. ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)

b. ada shighat (lafal ijab dan qabul)

c. ada barang yang dibeli

d. ada nilai tukar pengganti barang

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan

nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual

beli.

2. Syarat Murabahah

Page 37: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

28

Syarat orang yang berakad ada 4, yaitu:11

a. Faham, yaitu baligh dan berakal, baik agamanya dan hartanya, maka tidak

diadakan akad jual belinya anak kecil meskipun telah diuji, begitu juga

orang gila dan orang yang dicegah bertasarruf karena dia bodoh

b. Tidak ada pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, maka tidak sah akad

orang yang dipaksa pada barangnya tanpa hak

c. Islam

d. Hendaknya pembeli bukan orang kafir yang diperangi

Syarat barang yang diakadkan ada 5, yaitu:12

a. objek (barang) suci

b. barang dapat diambil manfaatnya secara syara

c. barangnya dapat diserahkan sewaktu akad

d. barangnya dimiliki oleh penjualnya dengan sempurna

Beberapa syarat pokok murabahah, antara lain sebagai berikut: 13

a. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara

eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan

11 Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili), (Jakarta: 1999), h. 38-39.

12 Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili), h. 41-42.

13 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 83.

Page 38: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

29

menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang

diinginkan.

b. Tingkat keuntungan dalam Murabahah dapat ditentukan berdasarkan

kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum (sekaligus) atau persentase

tertentu dari biaya.

c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang,

seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam

biaya perolehan untuk menentukan harga agregat, dan margin keuntungan

didasarkan pada harga agregat ini. Akan tetapi, pengeluaran yang timbul

karena usaha, seperti gaji pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya

tidak dapat dimasukkan ke dalam harga untuk suatu transaksi. Margin

keuntungan yang diminta itulah yang meng-cover pengeluaran-pengeluaran

tersebut.

d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang dapat

ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan,

barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.

Menurut Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000, bank dan nasabah

harus melakukan akad murabahah yang bebas riba, barang yang

diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam, bank harus

menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, harga jual senilai

Page 39: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

30

harga beli plus keuntungannya serta bank harus memberitahu secara jujur

harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.14

Dalam transaksi jual beli terkandung unsur barang (cara dan syarat

penyerahan barang) dan pembayaran (cara dan syarat pembayaran).

Dari penjelasan di atas, syarat minimum akad murabahah menurut fiqih

dapat dirangkum dalam tabel.15

No. KATEGORI PERSYARATAN

1 Persyaratan dalam Akad1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

1.8

1.9

1.10

1.11

1.12

1.13

Syarat

Syarat

Syarat

Rukun

Rukun

Rukun

Syarat

Syarat

Syarat

Kesepakatan

Kesepakatan

Kesepakatan

Kesepakatan

Menggunakan judul dengan mencantumkan kata ’Murabahah’

Menyebutkan hari dan tanggal akad dilakukan

Menyebutkan pihak yang bertransaksi dan/atau yang mewakilinya

Menetapkan bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli

Menetapkan harga beli, harga jual dan tingkat keuntungan

Menetapkan jenis dan ukuran barang yang akan dibeli oleh nasabah

Menetapkan jangka waktu dan cara membayar

Menetapkan waktu pengiriman barang yang dibeli

Menetapkan bahwa nasabah adalah pihak yang berutang apabila pembayaran

tidak tunai

Menetapkan sanksi bagi nasabah apabila lalai membayar pada waktunya

Menetapkan tindakan yang dilakukan apabila terjadi force majeur

Menetapkan jaminan (tambahan) apabila diperlukan

Menetapkan saksi-saksi apabila diperlukan

14 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Revisi Edisi 3, 2006, h. 24

15 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 89.

Page 40: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

31

1.14

1.15

Kesepakatan

Rukun

Menetapkan Badan Arbitrase Syariah sebagai tempat penyelesaian apabila

terjadi sengketa

Ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bertransaksi

2 Persyaratan Transfer Dana2.1

2.2

Syarat

turunan

Syarat

turunan

• Dilakukan bank kepada pihak ketiga

• Alternatif kedua: Mengredit rekening nasabah, lalu mendebetnya

berdasarkan surat kuasa dari nasabah, kemudian mentransfer ke rekening

bank

• Tanda terima uang oleh nasabah adalah tanda terima barang

• Alternatif kedua: tanda terima uang sambil menyerahkan surat kuasa

mendebet rekeningnya kepada bank3 Persyaratan Perhitungan Keuntungan3.1 Kesepakatan Menggunakan real transactionary cost atau real costi yang ditetapkan ALCO

masing-masing

D. Jenis-jenis Murabahah

Dalam hal ini murabahah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Murabahah tanpa pesanan16

Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual beli

dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan

16 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, h. 164.

Page 41: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

32

membeli atau tidak. Ada yang memesan atau tidak, jika barang dagangan

sudah menipis maka penjual akan mencari tambahan barang dagangan.

Pengadaan barang dilakukan atas dasar persediaan minimum yang harus

dipelihara. Sebagai contoh dapat dilihat pada supermarket, ada yang beli

atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada jumlah persediaan

minimum yang harus dipelihara, maka langsung dilakukan pengadaan

barang.

2. Murabahah berdasarkan pesanan

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, pengadaan barang yang

merupakan objek jual beli dilakukan atas dasar pesanan yang diterima (bank

syariah sebagai penjual). Apabila tidak ada pesanan maka tidak dilakukan

pengadaan barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual

belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang

menumpuk dan tidak efisien.17 Murabahah berdasarkan pesanan dapat

dikategorikan dalam:

a. sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut

mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan.

b. Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah melakukan

pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang

tersebut.18

17 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, h. 166.18 Sofyan Syafri Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2007),

cet. III, h. 94.

Page 42: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

33

Pembagian murabahah ke dalam dua jenis tersebut menunjukkan bahwa

pihak penjual tidak semuanya menyediakan barang yang dibutuhkan oleh

pembeli. Jika barang yang dibutuhkan oleh pembeli sudah berada dan

dimiliki oleh penjual, maka penjual tidak perlu memesan barang yang

dibutuhkan tersebut. Namun tidak semua penjual mengadakan barang yang

dibutuhkan pembeli, pengadaan barang akan dilakukan apabila ada pesanan

dari pembeli.

E. Hak Khiyar dalam Jual Beli

Untuk menjaga jangan sampai terjadi perselisihan antara pembeli (Nasabah)

dengan penjual (Bank), maka syariat Islam memberikan hak khiyar, yaitu hak

memilih untuk melangsungkan atau tidak jual beli tersebut, karena ada suatu hal

bagi kedua belah pihak. Hak khiyar ini dapat berbentuk:19

1. Khiyaar Majlis

Khiyaar majlis adalah kedua pihak yang melakukan akad mempunyai hak

pilih untuk meneruskan atau membatalkan akad jual beli selama masih berada

dalam satu majlis (tempat) atau toko, seperti jual beli atau sewa menyewa.

2. Khiyaar Syarath

19 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Ed. I., Cet. 2, h. 138.

Page 43: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

34

Khiyar syarath adalah yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad

atau keduanya, apakah meneruskan atau membatalkan akad itu selama dalam

tenggang waktu yang disepakati bersama. Contohnya, Nasabah mengatakan

kepada Bank: ”saya akan membeli barang anda ini dengan ketentuan diberi

tenggang waktu selama tiga hari”. Sesudah tiga hari tidak ada kabar, berarti

akad itu batal.

3. Khiyaar ’Aib

Khiyar ’aib adalah hak pilih dari kedua belah pihak yang melakukan akad,

apabila terdapat suatu cacat pada benda yang diperjualbelikan dan cacat itu

tidak diketahui pemiliknya pada saat akad berlangsung. Contohnya, Nasabah

memesan barang kepada Bank dengan spesifikasi sesuai dengan yang

diinginkan nasabah, tetapi setelah barang dikirimkan dan ternyata tidak sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah. Dalam kasus ini , ada hak khiyar

bagi Nasabah (pembeli).

4. khiyaar Ru’yah

khiyar ru’yah adalah ada hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku

atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat

pada akad berlangsung. Pembeli dapat menentukan sikapnya pada saat telah

melihat barang itu, apakah ia langsungkan akad itu atau tidak.

F. Unsur-unsur dalam Murabahah

1. Uang Muka Murabahah

Page 44: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

35

Dalam transaksi murabahah terdapat dua pengertian yang terkait dengan

pembayaran dimuka ini yaitu:

a. Hamish Gedyyah

Ini adalah jumlah yang dibayar oleh pemesan pembelian atas permintaan

pembeli untuk memastikan bahwa si pemesan adalah serius dalam

pemesanannya. Tetapi, apabila janji mengikat dan pemesan pembelian

menolak membeli aset, maka kerugian sebenarnya bagi pembeli harus

dipenuhi dari jumlah ini.

b. Urboun

Ini adalah jumlah yang dibayar oleh nasabah (pemesan) kepada penjual

(yaitu pembeli mula-mula) pada saat pemesan membeli sebuah aset dari

penjual. Jika nasabah atau pelanggan meneruskan penjualan dan

mengambil aset, maka urboun akan menjadi bagian dari harga. Jika tidak,

urboun akan menjadi hak bagi penjual.

Jika memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam fatwa

DSN, maka yang dimaksud uang muka akan akuntansi murabahah ini adalah

sebagai Hamish Gedyyah, bukan sebagai Urboun. Jadi sesuai dengan

pengertian tersebut yang dimaksud dengan uang muka adalah sebagaimana

dijelaskan pada pengetian Hamish Gedyyah walaupun banyak yang

memberikan istilah Urboun.

2. Harga Perolehan Barang

Page 45: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

36

Dalam transaksi murabahah yang diperjualbelikan adalah barang miliknya

sendiri, sehingga bank syariah mengetahui berapa pokok barang tersebut. Hal

ini sejalan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 4/DSN-

MUI/IX/2000 tentang Murabahah dalam ketentuan pertama dijelaskan sebagai

berikut:

Pertama, ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:20

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya.

Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu dengan jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut

pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

20 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 25.

Page 46: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

37

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan

akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Yang perlu diketahui adalah apa yang dikategorikan sebagai ”biaya

perolehan” suatu barang, sehingga bank syariah dapat memberitahukan

kepada pembeli dengan benar. Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi

Murabahah dijelaskan yang dimaksud dengan harga perolehan adalah:

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk

memperoleh suatu aset sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan

tempat yang siap untuk dijual dan digunakan.

a. Biaya sebagai unsur biaya perolehan

Berkaitan dengan pengadaan barang, bank syariah sebagai penjual

tidak menutup kemungkinan mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan

dengan pengadaan barang tersebut sepeti misalnya pembayaran pajak

penjualan atas barang yang dibeli, ongkos pengiriman barang dan

sebagainya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikategorikan sebagai

unsur penambah harga perolehan Sangay tergantung pada syarat

penyerahan barang baik dari pemasok dan pembelinya.

b. Diskon dari pemasok

Page 47: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

38

Yang bertanggungjawab untuk mengadakan barang hádala bank

syariah sebagai penjual, sehingga dalam pengadaan barang dimungkinkan

diperoleh diskon dari pemasok atas barang tersebut.

Dalam Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang ”Diskon”

Dalam Murabahah mengatur diskon sebagai berikut:

1. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari

supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon. Karena itu,

diskon adalah hak nasabah.

2. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon

tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat

dalam akad.

3. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan

dan ditandatangani.

Yang dikategorikan sebagai diskon yang terkait dengan pembelian

barang antara lain meliputi (psak 102, paragraf 6-17) :

1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang

2. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka

pembelian barang, dan

3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian

barang.

3. Keuntungan Murabahah

Page 48: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

39

Tujuan bank syariah sebagai penjual adalah memperoleh keuntungan

dalam transaksi murabahah yang dilakukan. Dalam perbankan syariah metode

perhitungan keuntungan dan metode pengakuan keuntungan tidak harus sama.

4. Hutang Pembeli (Piutang Murabahah)

Hutang nasabah ini berkaitan dengan cara pembayaran harga barang yang

diperjual belikan dalam murabahah. Hutang nasabah ini timbul akibat harga

jual yang telah disepakati antara penjual dan pembeli dilakukan dengan

tangguh atau dilakukan kemudian setelah akad ditandatangani dan penyerahan

barang dilakukan.

G. Murabahah yang Diwakilkan21

Dalam praktek banyak bank syariah yang tidak tertlibat dalam pengadaan

barang, bank menyediakan uang atau menberikan uang kepada nasabah, dengan

alasan nasabah sebagai wakil bank syariah untuk membeli barang kebutuhannya

sendiri. Berkaitan dengan hal ini Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah menyatakan sebagai berikut:

Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip

menjadi milik bank

Dari fatwa ini jelas bahwa bank syariah tidak diperkenankan untuk melakukan

akad murabahah kalau barangnya tidak ada, karena timbul gharar (ketidakjelasan

21 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, h. 206.

Page 49: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

40

barang yang diperjualbelikan). Hal ini jelas haditsnya yang mengatakan tidak

diperkenankan menjual burung yang masih terbang, menjual ikan dalam lautan dan

menjual akan binatang dalam kandungan. Saat bank syariah menyerahkan uang

sebagai wakil bank syariah, maka akad yang dipergunakan adalah akad wakalah.

Setelah barang ada, baru dilakukan akad murabahah. Untuk memberikan ilustrasi

murabahah yang diwakilkan kepada nasabah, diberikan contoh sebagai berikut:

a. saat bank syariah menyerahkan uang sebesar Rp. 120 juta kepada Amir

(nasabah), barang yang diperjualbelikan belum ada sehingga tidak

diperkenankan melakukan akad murabahah. Atas penyerahan uang tersebut

akad yang dipergunakan adalah akad wakalah dan jika akad wakalah hutang

nasabah kepad bank syariah hanya sebesar uang yang diterima yaitu sebesar

Rp. 120 juta. Dalam memberikan amanah untuk mewakilkan harus jelas atas

yang diwakilkan. Bahkan seharusnya nasabah yang menerima kuasa (sebagai

wakil bank) menerima upah atas pekerjaan yang dilakukan.

b. Atas amanah yang diberikan bank syariah, Amir/nasabah melakukan

pembelian atau pengadaan barang sesuai yang diwakilkan dan kemudian

diserahkan kepada bank syariah. Dengan penyerahan barang yang diwakilkan

tersebut hutang nasabah diperhitungkan, jika terdapat sisa dikembalikan

nasabah kepada bank syariah, sebaliknya jika kurang bank syariah harus

menambah atau mengembalikan kekurangannya kepada nasabah. Sampai

disini transaksi wakalah selesai.

Page 50: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

41

c. Barang dalam penguasaan bank syariah, oleh karena itu akad murabahah

dapat dilaksanakan sesuai ketentuan syariah yang telah diuraikan

sebelumnya. Dengan disetujui transaksi ini dengan akad murabahah, maka

hutang nasabah kepada bank syariah hanya sebesar harga jual yaitu Rp. 145.

200.000

Jadi akad murabahah dapat dilakukan jika akad wakalah diselesaikan. Dalam

praktek bank syariah dikatakan tidak beda dengan bank konvensional dalam

transaksi tersebut karena akad murabahah dilakukan bersama-sama dengan

akad wakalah dan nasabah diserahkan uang sebesar Rp. 120 juta. Untuk

membeli barang yang diwakilkan dan hutang nasabah menjadi sebesar harga

jual Rp. 145. 200. 000 (karena akad murabahah sudah ditandatangani(,

dimana hak ini sama dengan kredit kendaraan bermotor yang dilakukan bank

konvensional.

H. Murabahah Menurut Ulama Madzhab dan Pola Pengembangannya

1. Murabahah Menurut Ulama Madzhab

e. Madzhab Hanafi

Page 51: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

42

Menurut madzhab Hanafi, Murabahah adalah merupakan bentuk jual

beli dimana pembeli mengetahui harga pokok barang dan tambahan margin

yang diinginkan oleh penjual.22 Jadi jual beli ini bersifat transparan yang

keuntungannya diketahui oleh kedua belah pihak.

f. Madzhab Maliki

Menurut ulama Malikiyah menyatakan bahwa jual beli bisa dilakukan

(diperbolehkan) dengan cara jual beli biasa (musawamah) ataupun

murabahah. Jual beli murabahah diperbolehkan dengan syarat penjual

memberikan informasi yang transparan kepada pembeli tentang jumlah

margin yang diinginkan serta harga pokok pembelian (HPP) yang ia

dapatkan dari penjual pertama.23

g. Madzhab Syafi’i

Bai’ al-Murabahah pada masa Imam Syafi’i ini merupakan bentuk jual

beli dimana pembeli meminta kepada penjual untuk membelikan

barang/komoditas yang ia butuhkan dan pembeli yang langsung

menetapkan berapa jumlah margin yang akan dia berikan kepada penjual.

Praktik Bai’ al-Murabahah menurut Madzhab Syafi’i telah mengalami

perkembangan. Jual beli tidak hanya dilakukan antara dua pihak saja, tetapi

22 Pandangan Madzhab Hanafi tentang Murabahah dapat kita temukan dalam kitab karya murid-muridnya, salah satunya adalah Alauddin Abu Bakar bin Mas’ud al-Kasani, dalam kitabnya yang berjudul Budaai’u ash-shonaai’u.

23 Pandangan Madzhab Maliki tentang Murabahah dapat kita temukan dalam kitab karya murid-muridnya, salah satunya adalah Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Birri Annamri al-Qurthubi, dalam kitabnya yang berjudul Istiy’abu

Page 52: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

43

sudah melibatkan pihak ketiga yaitu penjual pertama atau sekarang disebut

dengan Supplier.24

h. Madzhab Hambali

Menurut Madzhab Hambali Bai’ al-Murabahah merupakan salah satu

bentuk praktik jual beli, dimana pihak penjual melakukan perniagaan atas

komoditas yang dimiliki dengan tingkat keuntungan tertentu. Selain itu,

penjual juga disyaratkan untuk menyebutkan harga pokok pembelian

barang (sebagai modal) secara jelas, begitu juga dengan keuntungan yang

diinginkan. Misalnya penjual berkata ”modal yang saya keluarkan untuk

mendapatkan komoditas tersebut sebesar 100 real, dan saya ingin

mendapatkan keuntungan sebesar 10 real”.25

Dari pendapat Ulama Madzhab diatas dapat penulis simpulkan bahwa

murabahah adalah bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) yang

mewajibkan penjual untuk bersikap transparan kepada pembeli dengan memberikan

informasi terkait dengan harga pokok pembelian, keuntungan yang disepakati serta

spesifikasi barang yang menjadi objek transaksi.

2. Pola Pengembangan Murabahah Menurut Ulama Madzhab

a. Masa Imam Abu Hanifah dan Imam Malik

24 Tesis karya Sofyan Abbas yang berjudul: “Aplikasi Transaksi Murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Kantor Cabang Ternate”, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009.

25 Syamsuddin Abu al-Farj bin Abdurrahman bin Syaikh al-Imam al-’Alim al-’Amil al-Zahid Abu Umar Muhammad bin Qudamah al-Muqaddasi (w.682 H), Al-Syarh Al-Kabir, jilid II, (Riyadh: Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah, tth), h. 392.

Page 53: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

44

Di masa Imam Abu Hanifah dan Imam Malik mekanisme pola

murabahah yang terjadi adalah bentuk transaksi yang terjadi antara kedua

belah pihak yang melakukan akad dan belum melibatkan pihak ketiga,

dalam artian transaksi itu terjadi secara langsung berhadapan antara penjual

dan pembeli dan tidak ada pihak ketiga. Karena ulama madzhab

mensyaratkan barang sudah harus dimiliki dan dapat diserahkan pada saat

terjadi akad, dan umumnya akad transaksi bai’ al-murabahah yang

dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli dilakukan

secara kontan./tunai.

b. Masa Imam Syafi’i

Pada masa ini pola bai’ al-murabahah dengan bentuk yang agak

berbeda. Imam Syafi’i merupakan Imam pertama yang memberikan

legalitas transaksi bai’ al-murabahah li al-Amir bi al-Syira’, dimana dalam

bentuk transaksi ini melibatkan pihak ketiga. Transaksi murabahah

mengalami pengembangan yaitu transaksi yang terjadi dilakukan tidak

hanya dua pihak antara penjual dan pembeli namun ada pihak ketiga yang

ikut terlibat dalam proses transaksi ini. Pihak ketiga disini masih bersifat

pribadi belum melibatkan lembaga keuangan syariah.

c. Masa Imam Hambali

Page 54: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

45

Pada masa ulama Hanabilah bentuk bai’ al-murabahah mengalami

perkembangan lebih lanjut, dimana ketika Imam Syafi’i telah terjadi bentuk

transaksi tiga pihak dan dilakukan secara kontan maka perkembangan masa

Hanabilah bentuk transaksi bai’ al-murabahah bisa dilakukan secara tunai

dan tempo.

I. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer dan Pola Pengembangannya

1. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer

a. DR. Sami Hasan Hamoud

Dr. Sami Hasan Hamoud adalah ulama kontemporer yang pertama

memperkenalkan kembali istilah bai’ al-murabahah li al-Amir bi al-

Syira’,26 beliau menyatakan bahwa bai’ murabahah li al-Amir bi al-Syira’

merupakan fasilitas pembiayaan yang bisa diberikan oleh perbankan

syariah guna mempermudah proses perdagangan ataupun sekedar untuk

memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Alasan mendasar

diaplikasikannya pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah adalah

berangkat dari sebuah realita bahwa manusia terkadang sangat

membutuhkan suatu komoditas tertentu guna memenuhi kebutuhan

hidupnya, namun pada saat yang sama ia tidak memiliki uang cash yang

cukup untuk membelinya. Peluang bisnis tersebut ditangkap oleh

26 Sami Hasan Hamoud, Tathwir al A’mal al-Masrafiyah Bima Yattafiq al-Syariah al-Islamiyah (‘Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1402 H/1982), Cet. 2, h. 431.

Page 55: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

46

perbankan konvensional dengan memberikan kredit kepada nasabah,

setidaknya perbankan syariah juga bisa memfasilitasi kebutuhan tersebut

dengan menggunakan pembiayaan murabahah.27

b. DR. Wahbah Zuhaili28

Menurut Dr. Wahbah Zuhaili, skim murabahah dalam praktek

perbankan sudah berkembang dan relatif tidak sama aplikasinya dengan

masa ulama terdahulu dan telah berkembang menjadi sesuatu yang sangat

kompleks. Dalam perbankan syariah, akad murabahah lebih dikenal dengan

istilah murabahah li al-amir bi al-syira’. Hal tersebut bisa diilustrasikan

sebagai berikut: seorang nasabah menginginkan sebuah mobil, tetapi ia

tidak memiliki uang cash untuk membelinya, kemudian ia datang kepada

bank syariah meminta untuk membelikannya (bank syariah diperintah

nasabah untuk membeli/li Amir bi al-Syira’).

Dalam proses awal ini, ditentukan kesepakatan antara nasabah dan

bank tentang kriteria mobil dimaksud serta harga dan biaya yang harus

ditanggung oleh nasabah. Dalam tahapan ini belum terjadi transaksi jual

beli, yang ada hanya kesepakatan diantara keduanya serta janji-janji yang

akan dipenuhi oleh kedua belah pihak. Bank berjanji akan membelikan

mobil dimaksud sesuai dengan kriteria dan menjualnya kepada nasabah,

dan nasabah juga berjanji akan membeli mobil tersebut jika memang sesuai

27 Sami Hasan Hamoud, Tathwir al A’mal al-Masrafiyah Bima Yattafiq al-Syariah al-Islamiyah Cet. 2, h. 431.

28 Wahbah Zuhaili, Al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashiroh: Buhuts wa Fatawa wa Hulul, h. 68.

Page 56: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

47

dengan kriteria yang dimaksud. Selanjutnya pihak bank akan membelikan

mobil yang diinginkan nasabah, dan jika telah resmi menjadi milik bank,

kemudian baru dilakukan transaksi jual beli dengan nasabah.29

Dari pendapat Ulama Kontemporer diatas dapat penulis simpulkan bahwa

murabahah adalah bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) yang

mewajibkan penjual untuk bersikap transparan kepada pembeli dengan memberikan

informasi terkait dengan harga pokok pembelian, keuntungan yang disepakati serta

spesifikasi barang yang menjadi objek transaksi.

2. Pola Pengembangan Murabahah Menurut Ulama Kontemporer

Pada masa ulama kontemporer ini, pembiayaan murabahah telah

mengalami perkembangan-perkembangan bahkan sampai pada tingkat yang

cukup kompleks. Pembiayaan murabahah masa ini telah melibatkan tiga pihak

yaitu pembeli (nasabah), penjual (bank) dan supplier. Ketika pada masa ulama

klasik pihak ketiga masih merupakan individu dan transaksi cenderung

dilakukan secara kontan, sementara pada masa ini pihak ketiga adalah

lembaga keuangan seperti perbankan syariah dan transaksi dilakukan dengan

pembayaran cicilan atau tempo. Dengan demikian pembiayaan murabahah

masuk dalam mekanisme perbankan.

Dalam transaksi masa ini, para ulama juga mensyaratkan adanya hak

khiyar bagi nasabah ketika mengadakan akad pembiayaan murabahah dengan

29 Wahbah Zuhaili, Al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashiroh: Buhuts wa Fatawa wa Hulul, h. 68.

Page 57: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

48

pihak bank, jika spesifikasi barang tidak sesuai dengan keinginan nasabah

ataupun terdapat cacat/aib dari barang tersebut. Selain itu disyaratkan adanya

kepemilikan barang secara penuh oleh pihak bank sebagai penjual

J. Asas Hukum Perjanjian dalam Islam

1. Al-Hurriyah (Kebebasan)

Asas kebebasan berkontrak di dalam hukum Islam dibatasi oleh ketentuan

syariah Islam. Dalam membuat perjanjian ini tidak boleh ada unsur paksaan,

kekhilafan dan penipuan.

2. Al-Musawah (Persamaan atau Kesetaraan)

Asas ini mengandung pengertian bahwa para pihak mempunyai kedudukan

(bargaining position) yang sama, sehingga dalam menentukan term and condition

dari suatu akad/perjanjian setiap pihak mempunyai kesetaraan atau kedudukan

yang seimbang.

3. Al-‘Adalah (Keadilan)

Pelaksanaan asas ini dalam suatu perjanjian/akad menuntut para pihak untuk

melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan, memenuhi

Page 58: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

49

semua kewajibannya. Perjanjian harus senantiasa mendatangkan keuntungan yang

adil dan seimbang, serta tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu

pihak.

4. Al-Ridhu (Kerelaan)

Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar

kerelaan antara masing-masing pihak , harus didasarkan pada kesepakatan bebas

dari para pihak dan tidak boleh ada unsur paksaan, tekanan, penipuan dan mis-

statement.

5. Ash-Shidq (Kebenaran atau Kejujuran)

Asas ini menyatakan bahwa di dalam Islam setiap orang dilarang melakukan

kebohongan dan penipuan, karena dengan adanya penipuan/kebohongan sangat

berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian/akad. Perjanjian yang di dalamnya

mengandung unsur kebohongan/penipuan, memberikan hak kepada pihak lain

untuk menghentikan proses pelaksanaan perjanjian tersebut.

6. Al-Kitabah (Tertulis)

Asas ini menyatakan bahwa setiap perjanjian hendaknya dibuat secara tertulis,

demi kepentingan pmbuktian jika dikemudian hari terjadi sengketa.

Page 59: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB III

KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK

MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA

PERSADA

A. Mekanisme Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia ke PT.

Lintas Utama Persada

1. Pola Standar Umum Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah

Dibawah ini adalah pola standart pembiayaan murabahah yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia1 dan harus diterapkan oleh perbankan syariah, yaitu:

Negosiasi danPersyaratan

Akad Jual Beli

Bayar Terima barangDan Dokumen

Beli barang Delivery

1 Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia,. Laporan Hasil Kajian Akad Bagi Bank Syariah, (Jakarta, 2004)., h.15.

50

NASABAHBank

Supplier/

Penjual

1

2

6

543

Page 60: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

51

Keterangan:

1. Mekanisme transaksi murabahah dilakukan dengan negosiasi jual beli oleh

pihak calon pembeli (nasabah) dan bank atas suatu komoditi sesuai kriteria

yang dibutuhkan oleh nasabah.

2. Nasabah dan bank melakukan kontrak jual beli.

3. Bank memesan dan membeli barang pada supplier sesuai dengan kriteria

yang diinginkan nasabah.

4. Supplier kemudian melakukan proses delivery kepada nasabah atas barang

yang telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli.

5. Pada tahap ini juga nasabah menerima barang beserta dokumen-dokumen

yang terkait dengan pembelian barang tersebut dari penjual/supplier.

6. Setelah delivery, nasabah menyelesaikan kewajiban finansialnya dengan

melakukan pembayaran kepada bank, sesuai dengan kesepakatan pada akad

yang telah ditandatangani.

2. Tahapan Operasional Pembiayaan Murabahah2

Dilihat dari pola di atas, realisasi praktek pembiayaan murabahah dapat di

break-down dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan pembiayaan lazim disebut

dengan prosedur pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan

operasional bank yang perannya sangat penting, karena dari kegiatan inilah bank

memperoleh margin. Namun kegiatan pembiayaan juga dapat menimbulkan

2 Skripsi karya Nurul Hasana yang berjudul: Analisis Pembiayaan Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor, Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1997, h. 118

Page 61: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

52

risiko-risiko yang merugikan bank. Oleh karena itu, pemberian pembiayaan harus

dilakukan dengan hati-hati dan harus melalui tahapan-tahapan yang teliti.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Solisit

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bagian marketing dalam

rangka mendapatkan nasabah pembiayaan, bentuk kegiatan ini dapat berupa

presentasi kepada calon nasabah dengan memperkenalkan produk

pembiayaan dan fitur-fiturnya serta produk dan jasa yang lainnya dalam

rangka sosialisasi, dengan harapan calon nasabah tersebut akan tertarik dan

selanjutnya menjadi nasabah bank syariah. Solisit dilakukan oleh Marketing

Officer.

b. Tahap Pemenuhan Dokumen

Setelah kegiatan solisit dilakukan dan ternyata calon nasabah tersebut

tertarik untuk menjadi nasabah pembiayaan murabahah, maka calon nasabah

harus melengkapi pemenuhan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan

dalam pembiayaan, dan diserahkan kepada Marketing Officer (MO). Dalam

pembiayaan murabahah lebih banyak pembiayaan konsumtif dan oleh

karena itu maka nasabah diharuskan untuk melengkapi dokumen-dokumen

sebagai berikut:

1) Foto copy KTP, KK (suami-isteri), Surat Nikah.

2) Foto copy rekening tabungan 3 bulan terakhir.

Page 62: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

53

3) Surat keterangan bekerja/SK pengangkatan terakhir, slip gaji 3 bulan

terakhir (untuk karyawan).

4) Surat usaha/praktik yang masih berlaku, bukti pembayaran pajak

terakhir, past performance 6 bulan terakhir (untuk profesional).

5) NPWP (untuk pembiayaan yang jumlahnya lebih dari Rp.

100.000.000.00).

6) Foto copy sertifikat HGB (Hak Guna Bangunan)/HM (Hak Milik),

IMB, PBB terakhir, BPKB, STNK, faktur, brosur dealer.

7) Rencana Anggaran Biaya (RAB) khusus untuk renovasi.

Persyaratan tersebut tertuang dalam formulir permohonan pembiayaan

konsumtif yang telah disediakan oleh bank. Dalam formulir tersebut, selain

terdapat persyaratan seperti telah disebutkan, nasabah juga harus

menjelaskan maksud dan tujuan pembiayaan, berapa jumlah pembiayaan

yang diajukan, dan untuk jangka waktu berapa lama pembiayaan tersebut

berlangsung.

c. Tahap Investigasi

Investigasi harus dilakukan oleh Marketing Officer (MO), tujuannya

untuk meyakinkan legalitas permohonan nasabah beserta dokumen-

dokumen yang dipersyaratkan. Dalam proses investigasi, Marketing Officer

akan melakukan kegiatan sebagi berikut:

Page 63: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

54

1) Interview

Ketika MO melakukan interview dengan nasabah, MO harus

mendapatkan beberapa informasi dari nasabah tentang hal-hal sebagai

berikut:

a) Tujuan permohonan pembiayaan, jumlah yang dibutuhkan, dan

jangka waktu pembiayaan. Selain itu, MO juga harus mengetahui

total income yang didapatkan setiap bulan, mengetahui jumlah

tanggungan keluarga dan pengeluarannya, tujuannya

dimaksudkan untuk mengetahui source of repayment.

b) Jika nasabah seorang pemilik usaha, maka MO harus

mendapatkan informasi tentang kelayakan bisnis nasabah,

volume usaha, pangsa pasar ataupun para pesaingnya, dimana hal

tersebut diperkuat dengan laporan keuangan dan company

profile yang dimiliki.

c) MO harus melakukan cross-check terhadap legalitas properti

yang dijadikan sebagai jaminan, misalnya BPKB, sertifikat tanah

dan lainnya. Selanjutnya harus dilakukan taksasi nilai properti

yang dijadikan sebagai jaminan, sehingga akan diketahui rasio

collateral coverage terhadap jumlah pembiayaan.

Interview ini dilakukan tujuannya untuk mengetahui karakter calon

nasabah pembiayaan. Jika dalam proses interview terdapat hal-hal yang

mencurigakan, maka MO langsung mendeteksi karakter nasabah tersebut.

Page 64: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

55

2) Bank Checking

Bank checking dilakukan oleh MO untuk mengetahui informasi

tentang saving account nasabah, fasilitas bank (kartu kredit,

pembiayaan) yang telah atau sedang digunakan oleh nasabah. Hal ini

sebagai upaya untuk pengetahui source of repayment ataupun karakter

nasabah. Selain itu juga dilakukan BI checking untuk mengetahui posisi

nasabah dalam dunia perbankan, apakah termasuk ke dalam blacklist

atau one obligor concept.

3) On The Spot (OTS/Pemeriksaan Setempat)

Sebelum MO melakukan On The Spot, terlebih dahulu MO harus

membuat Surat Tugas Pemeriksaan Setempat yang disetujui oleh

Marketing Manager atau Kepala Cabang guna legalisasi kegiatan

tersebut. MO harus melakukan Re-Check atas kondisi dan lingkungan

bisnis nasabah. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa bisnis

berjalan tanpa ada kendala yang berarti. Selain itu, OTS juga ditujukan

untuk meyakinkan legalitas jaminan, taksasi nilainya ataupun untuk

memeriksa objek yang akan dijaminkan.

4) Pemeriksaan Dokumen Jaminan

Dokumen jaminan perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui

legalitas jaminan, siapa pemiliknya, apakah jaminan tersebut barang

sengketa, berapa luasnya (jika jaminan berupa tanah), setifikat tanah

berupa Hak Milik atau Hak Guna Bangunan, Izin Mendirikan Bangunan

Page 65: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

56

(IMB) atau dokumen lainnya. Selain itu juga dilakukan taksasi untuk

mengetahui collateral coverage ratio.

5) Rangkuman Investigasi

Setelah investigasi dilakukan, maka harus dituangkan dalam

rangkuman hasil investigasi. Rangkuman ini selanjutnya diajukan

kepada Marketing Manager untuk mendapatkan disposisi tentang

permohonan pembiayaan tersebut, ditolak atau disetujui yang

selanjutnya dilanjutkan dengan analisa pembiayaan

d. Tahap Analisa

Jika rangkuman investigasi mendapatkan persetujuan dari Marketing

Manager, aplikasi pembiayaan tersebut selanjutnya diberikan kepada

Analyst Officer untuk dilakukan analisa. Dalam melakukan analisa

pembiayaan murabahah, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan

oleh Analyst Officer sebagai berikut:

1) Analisa aspek yuridis (nasabah, supplier).

2) Analisa aspek moral nasabah, aspek pendapatan nasabah, aspek

agunan dan juga aspek risiko.

3) Menghitung besaran kewajaran pembiayaan.

4) Menetapkan/menghitung margin.

5) Membuat kesimpulan dan rekomendasi, termasuk menetapkan syarat

dan pra-syarat pembiayaan.

Page 66: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

57

Semua hasil analisa tersebut dituangkan dalam Nota Analisa

Pembiayaan Cabang (NAPC) untuk mendapatkan persetujuan atau

penolakan dari Manajer Pemasaran dan Pimpinan Cabang.

e. Tahap Persetujuan Pembiayaan

Jika usulan pembiayaan telah disetujui oleh komite pembiayaan tingkat

cabang, maka langkah selanjutnya adalah membuat SP3 (Surat Penegasan

Persetujuan Pembiayaan/offering letter) dan meminta persetujuan dari

Manajer Pemasaran dan Pimpinan Cabang. Setelah itu, meminta persetujuan

dari calon nasabah, jika calon nasabah setuju maka calon nasabah tersebut

menandatangani SP3 asli diatas materai cukup. Biasanya Offering Letter

berisi tentang obyek pembiayaan, struktur pembiayaan yang terdiri atas jenis

dan jumlah serta biaya-biaya, jaminan dan syarat-syarat yang harus

dipenuhi.

f. Tahap Pengikatan

Jika nasabah setuju dengan persyaratan yang terdapat dalam offering

letter, maka ia harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang

dipersyaratkan yang diserahkan kepada MO. Selanjutnya dokumen tersebut

diserahkan kepada Analyst Officer dan kemudian dibuatkan draft kontrak

pembiayaan berdasarkan ketentuan dalam offering letter.

Secara ringkas, akad pembiayaan biasanya terdiri atas penjelasan

tentang obyek pembiayaan, beberapa definisi terkait dengan akad

pembiayaan, tujuan, jumlah dan jangka waktu pembiayaan, jumlah margin,

Page 67: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

58

tata cara pembayaran, biaya-biaya, diskon dan pajak, jaminan, asuransi dan

lain sebagainya. Draft akad tersebut kemudian diserahkan kepada

Marketing Manager dan Kepala Cabang untuk disetujui. Jika telah disetujui,

kontrak tersebut dibaca nasabah untuk disetujui yang kemudian

ditandatangani oleh nasabah dan Kepala Cabang di hadapan notaris.

g. Tahap Pencairan

Pada tahap ini Marketing Officer membuat DPRP (Daftar Pengecekan

Realisasi Pembiayaan). Daftar ini berupa lembaran yang berisi rincian

dokumen yang dipersyaratkan dalam pembiayaan dan prasyarat serta syarat

yang telah disepakati sebagaimana disebutkan dalam akad maupun SP3

antara lain:

1) Akad pembiayaan telah ditandatangani oleh nasabah diatas materai

cukup.

2) Surat sanggup telah ditandatangani calon nasabah diatas materai

cukup.

3) Jaminan yang diserahkan telah diikat sesuai ketentuan dan ditutup

asuransinya (kecuali pengikatan dan penutupan asuransi jaminan

untuk pembiayaan murabahah baru akan dilakukan bila barangnya

sudah dibeli).

4) Biaya administrasi dan biaya pengikatan jaminan telah dibayar oleh

nasabah.

Page 68: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

59

5) Pengamanan sumber pelunasan pembiayaan telah dilakukan oleh

bank.

6) Dan pra-syarat/syarat lainnya yang telah ditetapkan.

Setelah DPRP mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang yaitu

Manajer Pemasaran, Manajer Operasi, Pelaksana Adaministrasi Pembiayaan

dan Pimpinan Cabang, proses selanjutnya adalah membuat Costumer

Facility dan Memo Pencairan dan meminta persetujuan dari Manajer

Pemasaran dan selanjutnya diserahkan ke Customer Service untuk proses

(input) pembukaan rekening pembiayaan a/n nasabah atas dasar Customer

Facility. Setelah proses ini mendapatkan pengesahan dari pejabat

berwenang, maka pencairan segera dilakukan oleh Administrasi

Pembiayaan.

h. Tahap Pembayaran Angsuran

Pada tahap ini antara 5 sampai 10 hari sebelum pembayaran jatuh tempo,

bagian marketing harus sudah mulai menghubungi nasabah dan

mengingatkan bahwa pembayaran angsuran akan segera jatuh tempo. Jika

saldo pada rekening a/n nasabah belum mencukupi untuk pembayaran, maka

nasabah harus sudah mencukupinya sebelum tanggal jatuh tempo untuk

menghindari keterlambatan.

Page 69: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

60

i. Tahap Monitoring

Pada tahap ini, monitoring dibagi menjadi beberapa kegiatan yang

semuanya adalah bertujuan agar proses selanjutnya berjalan dengan lancar

dan sesuai dengan prosedur. Tahap monitoring dibagi menjadi:

1) Monitoring kegiatan usaha nasabah. Ini dilakukan atas dasar laporan

aktivitas usaha yang diberikan oleh nasabah tiap akhir bulan.

Laporan angsuran menunggak serta daftar KAP (Kualitas Aktiva

Produktif) yang dibuat oleh Administrasi Pembiayaan, kemudian

nasabah diklasifikasikan untuk memudahkan mana yang perlu

mendapatkan pembinaan.

2) Monitoring KAP. Administrasi Pembiayaan membuat Laporan

Normatif Pembiayaan dan Memo mengenai nasabah yang perlu

mendapat perhatian untuk dibina. Laporan dan memo tersebut

disetujui oleh pejabat berwenang yang kemudian ditindaklanjuti oleh

Marketing Officer.

3) Menindaklanjuti surat Kantor Pusat. Jika Kantor Pusat memberi

surat mengenai KAP Cabang, maka pihak cabang harus

menindaklanjuti dan membuat surat penjelasan/tanggapan untuk

Kantor Pusat mengenai hal yang dimintai penjelasan oleh Kantor

Pusat.

4) Monitoring jatuh tempo. Administrasi Pembiayaan mencetak daftar

angsuran jatuh tempo (past due report by AO) dari sistem bank

Page 70: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

61

beserta memo penagihan, kemudian disahkan oleh Manajer Operasi

dan Manajer Pemasaran untuk ditindaklanjuti oleh Marketing

Officer.

j. Tahap Penilaian Ulang

Tahap penilaian akhir ini dilakukan atas fasilitas pembiayaan yang telah

berjalan 6 bulan atau telah menunjukkan kolektabilitas kurang lancar,

dengan penekanan pada:

1) Masa berlaku legalitas usaha

2) Performance nasabah, meliputi:

a) Penyampaian laporan

b) Mutasi rekening nasabah

c) Pelunasan kewajiban jatuh tempo

d) Aktivitas voleme bisnis nasabah

e) Likuiditas usaha

f) Rentabilitas usaha

3) Kewajaran limit pembiayaan dikaitkan dengan volume bisnis

nasabah.

4) Nilai polis asuransi dan masa berlakunya.

5) Nilai transaksi jaminan dan pengamanannya.

Page 71: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

62

B. Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia ke PT.

Lintas Utama Persada

Isi kontrak murabahah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Bagian Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan kontrak murabahah ini, dibagi menjadi tiga sub

bagian yang terdiri dari:

a. Sub bagian pembuka. Sub bagian ini memuat tiga hal, yaitu:

1) sebutan nama kontrak murabahah.

Kontrak murabahah ini bernama “Murabahah”

2) tanggal kontrak murabahah.

Kontrak murabahah ini dibuat pada hari ini/22 Apr 2009 (tanggal dua

puluh dua bulan april tahun dua ribu sembilan)

3) tempat kontrak murabahah dibuat dan ditandatangani.

Kontrak ini dibuat dan ditandatangani di Jakarta

b. Sub bagian pencantuman identitas para pihak

Pada sub bagian ini dicantumkan identitas para pihak yang

mengikatkan diri dalam kontrak dan siapa saja yang menandatangani

kontrak murabahah.

Dalam kontrak murabahah ini, yang mengikatkan diri adalah:

1) Nyonya Burdah, yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota XXXX,

Kecamatan XXXXX, Kotamadya Jakarta Barat. Dan Nona Ririn

Page 72: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

63

Ivandalasiati, yang bertempat tinggal di Kelurahan XXXX, Kecamatan

XXXX, Kotamadya Jakarta Utara.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam jabatannya

seperti tersebut, guna memberikan persetujuan kepada Direksi

“Perseroan”. Kedua orang ini selaku pembeli selanjutnya disebut

“NASABAH”.

c. Sub bagian penjelasan

Pada sub bagian ini, alasan pembiayaan murabahah dijelaskan, yakni:

1) Bahwa Para Pihak akan melaksanakan transaksi Murabahah menurut

ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan

ketentuan syariah yang berlaku.

2) Bahwa BANK akan menjual kepada NASABAH barang yang dibeli

dari pemasok sesuai pesanan NASABAH dan NASABAH akan

membeli barang sesuai dengan yang dipesannya kepada BANK.

2. Bagian Isi

Pada bagian isi, ada 4 (empat) hal yang dicantumkan, yaitu:

a. Klausula definisi

Klausula ini mencantumkan berbagai definisi untuk keperluan kontrak

murabahah. Klausula definisi ini bertujuan untuk mengefisienkan klausula

selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan definisi, pada

kontrak murabahah ini klausula definisi dicantumkan pada pasal 2 sampai

21 yang berisi tentang:

Page 73: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

64

1) Murabahah adalah jual beli antara NASABAH sebagai pemesan untuk

membeli, dan BANK sebagai penjual dan penyedia barang, yang di

dalam akad jual-belinya dinyatakan dengan jelas dan rinci mengenai

barang, harga beli BANK dan harga jual BANK kepada NASABAH

sehingga termasuk di dalamnya keuntungan yang diperoleh BANK,

serta persetujuan NASABAH untuk membayar harga jual BANK

tersebut secara tangguh, baik secara sekaligus (lump-sum) atau secara

angsuran.

2) BANK adalah penjual yang menyediakan fasilitas jual beli murabahah

kepada NASABAH atas pembelian barang yang dipesan oleh

NASABAH dengan cara BANK secara prinsip membeli barang dari

pemasok untuk kepentingan dan atas pesanan NASABAH.

3) NASABAH adalah pembeli yang berkewajiban membeli barang sesuai

pesanan yang telah dilakukan oleh NASABAH kepada BANK.

4) Pemasok adalah pihak ketiga yang ditunjuk atau disetujui oleh BANK

untuk menyediakan barang yang akan dibeli oleh BANK dan

selanjutnya akan dijual oleh BANK kepada NASABAH.

5) Barang adalah obyek akad ini, yang meliputi segala jenis atau macam

barang yang dihalalkan oleh syariah, baik zat maupun cara

perolehannya.

6) Harga Beli adalah sejumlah uang yang dikeluarkan BANK untuk

membeli barang dari Pemasok yang diminta oleh NASABAH dan

Page 74: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

65

disetujui oleh BANK berdasar Surat Persetujuan Prinsip dari BANK

kepada NASABAH, termasuk di dalamnya biaya-biaya langsung yang

terkait dengan pembelian barang tersebut.

7) Keuntungan adalah keuntungan BANK atas terjadinya jual beli

Murabahah yang disetujui oleh BANK dan NASABAH.

8) Harga Jual adalah harga beli ditambah dengan sejumlah keuntungan

BANK yang disepakati oleh BANK dan NASABAH yang ditetapkan

dalam akad ini.

9) Utang Murabahah adalah utang NASABAH yang timbul karena jual

beli Murabahah yang wajib dibayar oleh NASABAH kepada BANK.

10) Surat Persetujuan Prinsip (Offering Letter) adalah penawaran jual beli

Murabahah dari BANK yang memuat ketentuan dan syarat-syarat jual

beli Murabahah yang diberikan oleh BANK yang merupakan bagian

tak terpisahkan dari akad ini.

11) Surat Sanggup Membayar (Promes) adalah surat pernyataan yang

merupakan salah satu bukti adanya kewajiban dan kesanggupan

NASABAH untuk membayar Utang Murabahah yang timbul

sehubungan dengan transaksi jual beli Murabahah antara BANK dan

NASABAH.

12) Dokumen Agunan adalah segala macam dan bentuk surat bukti tentang

kepemilikan atau hak-hak lainnya atas barang yang dijadikan agunan

Page 75: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

66

bagi terlaksananya kewajiban NASABAH terhadap BANK

berdasarkan akad ini.

13) Cidera Janji adalah peristiwa atau peristiwa-peristiwa sebagaimana

dimaksud pasal 12 akad ini, yang menyebabkan BANK dapat

menghentikan seluruh atau sebagian dari isi akad ini, menagih seketika

dan sekaligus jumlah kewajiban NASABAH kepada BANK sebelum

jangka waktu akad ini berakhir

14) Hari Kerja BANK adalah hari kerja Bank Indonesia.

b. Klausula transaksi

Klausula transaksi adalah klausula-klausula yang berisi tentang

transaksi yang akan dilakukan. Klausula ini dicantumkan pada pasal 2

sampai pasal 21 yang berisi tentang pokok perjanjian, barang, harga,

syarat realisasi, penyerahan barang, jangka waktu dan tata cara

pembayaran, diskon dari pemasok, biaya, potongan dan pajak-pajak,

pengakuan hutang dan penyerahan agunan, agunan, denda, peristiwa

cidera janji, akibat cidera janji, pernyataan dan jaminan nasabah,

pembatasan terhadap tindakan nasabah, resiko, asuransi, force majeur,

pengawasan dan pemeriksaan, hukum yang berlaku.

c. Klausula Spesifik

Klausula ini mengatur hal-hal yang spesifik dalam transaksi

murabahah. Hal-hal yang spesifik dalam kontrak yaitu:

Page 76: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

67

1) Harga jual Bank sebesar Rp. 1. 886.101.400.00 (satu milyar delapan

ratus delapan puluh enam juta seratus satu ribu empat ratus rupiah),

yang terdiri dari:

a) Harga Beli Bank sebesar Rp. 1.200.000.000.00 (satu milyar dua

ratus juta rupiah), dan

b) Keuntungan Bank sebesar Rp. 686.101.400.00 (enam ratus delapan

puluh enam juta seratus satu ribu empat ratus rupiah)

2) Jangka waktu pembiayaan berlangsung selama 60 (enam puluh) bulan

3) Diskon dari pemasok

Bank mendapat diskon dari pemasok sebelum akad ditandatangani

(sebelum akad direalisasikan), diskon tersebut merupakan hak Nasabah.

4) Agunan dalam kontrak ini ada 3 (tiga), yaitu:

a) 5 (lima) unit kendaran bermotor.

b) Sebidang tanah Hak Milik Nomor 00XXX/Ratujaya yang terletak

di Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok,

Jawa Barat.

c) Cessie tagihan dari PT. Sepatu Bata, Tbk, PT. Jasa Angkasa

Semesta dan Hotel Santika Premiere.

d. Klausula ketentuan umum

Klausula ini antara lain mengatur tentang penyelesaian sengketa,

pilihan hukum, pemberitahuan dan lain-lain. Klausula ini diatur pada pasal

22, yaitu:

Page 77: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

68

1) Penyelesaian Sengketa secara musyawarah untuk mufakat apabila

terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan akad.

2) Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka proses

penyelesaiannya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional

(BASYARNAS) menurut peraturan dan prosedur Arbitrase yang

berlaku di dalam Badan Arbitrase tersebut.

3) Pendapat Hukum (Legal Opinion) dan atau putusan yang ditetapkan

oleh BASYARNAS tersebut sebagai putusan tingkat pertama dan

terakhir.

3. Bagian Penutup

Pada bagian penutup, ada dua hal yang dicantumkan dalam kontrak

murabahah ini, yaitu:

a. Sub bagian kata penutup

Sub bagian kata penutup menerangkan bahwa kontrak murabahah ini

dibuat dan ditandatangani oleh:

1) Pihak Bank, yang diwakili oleh Tuan XX

2) Pihak Nasabah, Nyonya XXX dan Nona XXX

Page 78: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

69

3) Saksi-saksi. Saksi pertama Nyonya XXX, bertempat tinggal di

Kelurahan XXXX, Kecamatan XXXX, Kotamadya Jakarta Selatan.

Saksi kedua Tuan XXX, bertempat tinggal di Keluarahan XXXX,

Kecamatan XXXX, Kotamadya Jakarta Timur.

b. Sub bagian ruang penempatan tanda tangan

Pada bagian ini, terdapat ruang penempatan tandatangan para pihak

yang terkait dalam kontrak murabahah, yaitu:

1) Notaris, XXXXX

Page 79: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB IV

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK

MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA

PERSADA

A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia ke

PT. Lintas Utama Persada

Nasabah yang membutuhkan komoditas (barang) akan mendatangi BMI

untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Tahap pertama yang harus dipenuhi

oleh nasabah adalah pemenuhan dokumen yang tertuang dalam formulir

pembiayaan yang telah disediakan oleh bank. Selain itu, nasabah juga harus

menjelaskan maksud dan tujuan pembiayaan, berapa jumlah yang diinginkan serta

untuk jangka waktu berapa lama. Sebelum pembiayaan disetujui oleh pihak bank,

maka bank mengadakan uji kelayakan bagi nasabah (sesuai dengan tahapan yang

telah ditulis, mulai tahap solisit sampai tahap analisa)

Jika sudah terpenuhi semua persyaratan dan bank setuju untuk memberikan

pembiayaan murabahah, maka terjadilah akad pembiayaan murabahah. Nasabah

kemudian menandatangani sejumlah dokumen pembiayaan murabahah (pada

tahap ini juga bank mengadakan akad wakalah, dimana nasabah ditunjuk sebagai

wakil bank dalam pembelian barang)

70

Page 80: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

71

Selanjutnya tahap terakhir, bank akan mencairkan sejumlah dana yang

dibutuhkan nasabah melalui rekening nasabah di BMI (dalam prakteknya, bank

hanya membiayai 70% dari dana yang dibutuhkan nasabah).

Dari proses pembiayaan yang disebutkan diatas yang sudah dipraktekan

oleh bank terdapat hal-hal yang perlu dicermati, yaitu:

1. Barang (Objek Murabahah)

Pihak bank tidak menyediakan barang yang dipesan oleh nasabah. Dalam

pembelian barang, pihak bank menyerahkan sepenuhnya pembelian barang

tersebut kepada nasabah. Bank hanya melakukan survei terhadap barang

tersebut dan menaksir harga barang sesuai dengan harga pasar. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa:

a. Pihak bank memberikan pembiayaan murabahah sebagian besar dalam

bentuk financial dan bukan dalam bentuk jual beli barang (komoditas).

Padahal pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dalam bentuk jual

beli barang (komoditas), dimana bank sendiri yang harus melakukan

pembelian atas barang tersebut. Hal inilah yang mengaburkan makna dari

murabahah itu sendiri, yaitu: “Murabahah adalah akad jual beli barang

pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.”1

1 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insan Press, 2001), Cet. I, h. 101.

Page 81: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

72

b. Secara prinsip, bank memang belum memiliki barang yang dibutuhkan

oleh nasabah. Akad jual beli seperti ini sama sekali tidak sah, sebab bank

menjual sesuatu yang tidak dimiliki. Sebagaimana sabda Rasul SAW:2

ل تبع ما ليس عند ك

“Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu. (HR. At-

Tirmidzi, Ibnu Majah dll)

2. Uang Muka Murabahah

Pembelian barang dilakukan dengan akad wakalah, dimana bank

mewakilkan kepada nasabah dalam pembelian barang. Biasanya dalam

pembelian barang tersebut nasabah harus membayar uang muka kepada

pemasok (supplier), padahal berkaitan dengan Akuntansi Perbankan Syariah

uang muka harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank, bukan kepada

pemasok (supplier). Pembayaran terlebih dahulu kepada pemasok (supplier)

yang lazim disebut dengan pendanaan sendiri (self-financing) tidak dapat

dikategorikan sebagai uang muka. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan

dalam fatwa DSN No. 4/DSN-MUI/IV/2000, ketentuan pertama butir 4 yaitu:

“Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan

pembelian ini harus sah dan bebas riba.”

3. Beban Biaya yang Terlalu Besar

2 Ahmad bin ‘Abdurrazaq ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa Jual Beli, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), h. 255.

Page 82: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

73

Akad wakalah yang diterapkan bank adalah bertujuan untuk menghindari

pajak ganda, nasabah yang bertindak sebagi wakil bank dalam pembelian

barang harus membayar secara langsung biaya pajak pada pembelian barang

baru kepada pemasok (supplier) dan pihak bank tidak mau menanggung biaya

pajak tersebut. Selain biaya pajak, nasabah dikenakan tanggungan beberapa

biaya tambahan, seperti:

a. Biaya DP (uang muka) sebesar 30% dari HPP

b. Biaya materai

c. Biaya balik nama seperti dalam biaya sertifikat dan sejenisnya

d. Biaya notaris

e. Biaya pajak

f. Biaya pengikatan jaminan

g. Biaya asuransi yang disesuaikan dengan harga barang

Biaya-biaya ini diluar dari harga cicilan yang harus dibayar cash oleh

nasabah. Hal ini semakin memperkuat kesan bahwa yang terjadi antara bank

dan nasabah adalah bukan bentuk jual beli barang, tetapi lebih kepada bentuk

pinjam meminjam uang. Biaya-biaya ini menjadikan harga pembiayaan

murabahah semakin tinggi, padahal nasabah melakukan pembiayaan karena

kurangnya dana, tetapi dengan adanya biaya-biaya ini nasabah harus memiliki

dana cadangan.

Hal ini tidak sesuai dengan asas hukum perjanjian dalam Islam, dimana

dalam Islam harus mengutamakan prinsip Al-‘Adalah (Keadilan) yang artinya:

Page 83: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

74

“Pelaksanaan asas ini dalam suatu perjanjian/akad menuntut para pihak

untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadilan,

memenuhi semua kewajibannya. Perjanjian harus senantiasa mendatangkan

keuntungan yang adil dan seimbang, serta tidak boleh mendatangkan

kerugian bagi salah satu pihak.3

B. Analisis Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia ke

PT. Lintas Utama Persada

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada kontrak murabahah antara

Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada yang dibuat

oleh kedua belah pihak dengan dilegalkan melalui notaris, penulis menemukan

beberapa klausula perjanjian yang memberatkan nasabah. Klausula-klausula

yang sangat memberatkan nasabah ini dapat menimbulkan ketidakadilan bagi

nasabah, yang jelas-jelas sudah menyimpang dari asas-asas hukum perjanjian

Islam, dimana dalam Islam perjanjian harus senantiasa mendatangkan

keuntungan yang adil dan seimbang, serta tidak boleh mendatangkan kerugian

bagi salah satu pihak.

Berikut akan penulis uraikan kontrak baku dalam perjanjian murabahah

antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Lintas Utama Persada yang

3 Prof. Dr. Abdul Ghafur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), h. 27.

Page 84: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

75

menurut analisa penulis menyebabkan ketidakadilan bagi nasabah. Penulis

menganalisa dari berbagai aspek, diantaranya:

1. Banyak terdapat klausula yang berhubungan dengan “beban biaya”

yang memberatkan nasabah

Berikut akan penulis sebutkan klausula-klausula yang berkaitan dengan

“beban biaya” yang harus ditanggung oleh nasabah, sehingga memberatkan

nasabah dalam kontrak pembiayaan murabahah ini dilihat dari berbagai segi

diantaranya:

a. Beban biaya yang berkaitan dengan biaya materai yaitu pada Pasal 4 ayat

3: “harga jual bank sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini tidak

termasuk biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pembuatan akad

ini, seperti biaya Notaris, materai dan lain-lain sejenisnya, yang oleh

para pihak telah disepakati dibebankan kepada nasabah.”

b. Beban biaya yang berkaitan dengan kewajiban mengasuransikan agunan

yang pembayaran preminya dibebankan kepada nasabah terdapat pada

Pasal 9 ayat 1 sub b: “biaya-biaya lain yang timbul berkenaan dengan

pelaksanaan akad termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya

Notaris/PPAT, premi asuransi, dan biaya pengikatan jaminan.” Dan juga

terdapat pada Pasal 18 ayat 1: “selama hutang murabahah belum lunas

maka agunan yang dapat diasuransikan wajib diasuransikan oleh dan

atas beban nasabah kepada perusahaan asuransi berdasarkan prinsip

Page 85: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

76

syariah yang disetujui oleh bank terhadap resiko kerugian yang macam,

nilai, dan jangka waktunya ditentukan oleh bank.”

c. Beban biaya yang berkaitan dengan pajak terdapat pada Pasal 9 ayat 5:

“segala pajak yang timbul sehubungan dengan akad ini merupakan

tanggungan dan wajib dibayar oleh nasabah, kecuali pajak penghasilan

bank.”

d. Seluruh beban biaya yang menjadi kewajiban nasabah terdapat pada Pasal

23 ayat 6: “seluruh biaya yang timbul dari pembiayaan ini menjadi beban

nasabah dibayar sebelum pengikatan.”

Permasalahan yang paling mendasar dalam kontrak murabahah ini adalah

“beban biaya” yang terlalu besar yang harus ditanggung sepenuhnya oleh

nasabah. Salah satunya adalah beban asuransi yang harus nasabah bayar

terhadap barang yang dijaminkan kepada bank. Seharusnya selama barang

jaminan tersebut berada di tangan bank, maka bank-lah yang harus

bertanggungjawab untuk menjaga barang tersebut termasuk disini adalah

biaya asuransi. Kewajiban nasabah untuk membayar pertanggungan barang

yang dijamin kepada perusahaan asuransi yang telah bank tunjuk merupakan

perjanjian yang mau tidak mau harus disetujui oleh nasabah, ini merupakan

kesepakatan sepihak yang merugikan nasabah dan hal ini membuktikan bahwa

bank memang ingin mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi dari

biaya polis asuransi yang dikeluarkan oleh nasabah. Selain itu terdapat juga

Page 86: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

77

beban pajak yang seluruhnya menjadi kewajiban nasabah dan bank berlepas

dari kewajiban ini.

Hal ini tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah point

ke-6: ”bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini

bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah

berikut biaya yang diperlukan.” Hal ini juga tidak sesuai dengan syarat pokok

murabahah4 yaitu: “semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka

memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak dan sebagainya

dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga agregat, dan

margin keuntungan didasarkan pada harga agregat ini.”

Jadi pada dasarnya, semua biaya-biaya ini harus masuk ke dalam harga

agregat yang telah ditetapkan bank kepada nasabah dan sudah termasuk ke

dalam biaya cicilan yang dibayarkan oleh nasabah, tetapi pada kenyataannya

biaya-biaya ini diluar dari harga cicilan yang harus dibayar cash oleh nasabah.

Hal ini juga tidak sesuai dengan asas-asas hukum perjanjian Islam, dimana

dalam asas hukum perjanjian Islam harus mengutamakan prinsip Al-‘Adalah

(Keadilan) yang artinya ”pelaksanaan asas ini dalam suatu perjanjian/akad

menuntut para pihak untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan

kehendak dan keadaan, memenuhi semua kewajibannya. Perjanjian harus

4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 83.

Page 87: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

78

senantiasa mendatangkan keuntungan yang adil dan seimbang, serta tidak

boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu pihak.”5

2. Pembelian barang/objek murabahah dilakukan oleh nasabah yang secara

prinsip barang tersebut bukan milik bank

Pada Pasal 6 ayat 3: “pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada

pasal 2 ini tidak mengakibatkan nasabah dapat menuntut bank untuk

membatalkan akad ini atau menuntut ganti rugi jika nasabah mengetahui

barang itu bukan milik bank sebagaimana dimaksud pasal 1471 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata”. Dalam pasal ini membuktikan bahwa

secara prinsip bank memang belum memiliki barang yang dibutuhkan oleh

nasabah, dan pada kenyataanya bank juga tidak mau nasabah menuntut ganti

rugi jika memang diketahui barang tersebut benar-benar bukan milik bank

Sehingga dapat dipastikan Pasal ini bertentangan dengan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Ketentuan Umum

Murabahah dalam Bank Syariah, Point ke-1: “Bank dan nasabah harus

melakukan akad murabahah yang bebas riba.” Dan point ke-4: “bank

membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan

pembelian ini harus sah dan bebas riba.” Dan juga point ke-9: “jika bank

hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga,

akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,

menjadi milik bank.” Selain itu, pasal ini juga bertentangan dengan Fatwa

5 Prof. Dr. Abdul Ghafur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, h. 27.

Page 88: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

79

Dewan Syariah Nasional tentang Ketentuan Murabahah kepada Nasabah,

Point ke-2: “Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.”

Dalam pembiayaan murabahah, syarat yang paling utama adalah

kepemilikan barang secara penuh oleh bank syariah sebagai penjual, karena

esensi inilah yang paling penting. Namun, dilihat dari pasal-pasal diatas bank

menggunakan akad wakalah dalam pembelian barang, dimana pihak bank

mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang. Dari pasal-pasal diatas

dapat disimpulkan bahwa:

a. Pihak bank memberikan pembiayaan

murabahah sebagian besar dalam bentuk financial dan bukan dalam

bentuk jual beli barang (komoditas). Padahal pembiayaan murabahah

adalah pembiayaan dalam bentuk jual beli barang (komoditas), dimana

bank sendiri yang harus melakukan pembelian atas barang tersebut. Hal

inilah yang mengaburkan makna dari murabahah itu sendiri, yaitu:

“Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati.”6

b. Secara prinsip, bank memang belum memiliki

barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Akad jual beli seperti ini sama

6 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insan Press, 2001), Cet. I, h. 101.

Page 89: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

80

sekali tidak sah, sebab bank menjual sesuatu yang tidak dimiliki.

Sebagaimana sabda Rasul SAW:7

“Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu. (HR. At-

Tirmidzi, Ibnu Majah dll)

3. Keuntungan yang diperoleh bank dari harga jual murabahah ditetapkan

secara sepihak, bukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan

nasabah

Pada pasal 4 ayat 1 sub b: “Keuntungan bank sebesar Rp. 686.101.400.00

(enam ratus delapan puluh enam juta seratus satu ribu empat ratus rupiah)”.

Dalam pasal ini, keuntungan pembiayaan murabahah sudah fix ditentukan

secara sepihak oleh bank, padahal keuntungan tersebut harus ditetapkan

berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yakni bank dan nasabah.

Pasal ini bertentangan dengan pengertian murabahah dalam Kamus Istilah

Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan

Syariah, Bank Indonesia: “Bai Murabahah (bai’ul murabahah), jual beli

barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

Dalam bai murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli

dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.” Dan pasal

ini juga bertentangan dengan syarat pokok murabahah,8 yaitu: “tingkat 7 Ahmad bin ‘Abdurrazaq ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa Jual Beli, (Bogor: Pustaka Imam Asy-

Syafi’i, 2005), h. 255.

8 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 83.

Page 90: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

81

keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan

bersama dalam bentuk lumpsum atau persentase tertentu dari biaya.” Selain

itu, pasal ini juga bertentangan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah, Point ke-2: “Harga

dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan

ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.”

4. Bank tidak mau menanggung resiko, segala resiko dalam pembiayaan

murabahah ini dibebankan kepada nasabah

Pada pasal 17 ayat 2: “dalam hal dikemudian hari diketahui atau timbul

cacat, kekurangan atau keadaan/masalah apapun yang menyangkut barang

atau pelaksanaan akte jual beli barang, jual beli dimana seluruh atau

sebagian dibiayai dengan pembiayaan bank maka segala resiko sepenuhnya

menjadi tanggung jawab nasabah.” Dan ayat 5: “bank tidak bertanggung

jawab terhadap penyelesaian surat/dokumen atas barang yang dibeli dengan

akad ini antara lain namun tidak terbatas pada sertipikat tanah, Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan surat-surat lainnya yang menjadi tanggung

jawab pemasok.” Pada kedua pasal ini menimbulkan kesan bahwa bank tidak

mau mananggung sedikitpun segala bentuk resiko yang kemungkinan dapat

terjadi, dan bank juga tidak mau menanggung beban kerugian jika resiko

tersebut benar terjadi. Padahal segala bentuk resiko yang terjadi diluar

kehendak atau kemampuan bank dan nasabah, maka penyelesaiannya harus

dilihat dari keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan, sehingga jelas siapa

Page 91: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

82

yang harus bertanggungjawab. Namun dalam pasal ini menguatkan kesan

bahwa bank mengalihkan semua resiko tersebut kepada nasabah sehingga

bank bebas dari segala tuntutan.

Dalam masalah ini, bank berarti menghindar dari hak khiyar ‘aib9 yang

ada dalam transaksi murabahah. sehingga jika terdapat cacat pada barang yang

diperjualbelikan maka nasabah harus tetap membayar dan melanjutkan akad

Padahal di dalam khiyar ‘aib disebutkan bahwa apabila terdapat suatu

cacat pada benda yang diperjualbelikan dan cacat itu tidak diketahui

pemiliknya pada saat akad berlangsung, maka pembeli (nasabah) mempunyai

hak pilih untuk melanjutkan atau membatalkan akad. Contohnya, Nasabah

memesan barang kepada Bank dengan spesifikasi sesuai dengan yang

diinginkan nasabah, tetapi setelah barang dikirimkan dan ternyata tidak sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah. Dalam kasus ini , ada hak khiyar

bagi Nasabah (pembeli).

Dalam Islam, dengan adanya resiko ini yang menyebabkan kerugian salah

satu pihak, dan untuk melihat siapa yang bertanggungjawab atas kerugian ini

harus dilihat case to case. Sebagai indikator utama yang harus dilihat adalah

mengenai kapan kerusakan barang objek perjanjian jual beli itu terjadi. Untuk

itu ada dua kemungkinan, yaitu kerusakan barang sebelum serah terima atau

kerusakan barang sesudah serah terima.

9 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), Ed. I, cet. II, h. 140.

Page 92: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

83

Apabila kerusakan barang terjadi sebelum serah terima, maka menurut

Sayid Sabiq ada beberapa kemungkinan penyelesaian, yaitu:

c. Jika barang rusak sebagian atau seluruhnya akibat dari perbuatan si

pembeli, maka jual beli tidak menjadi fasakh, akad berlangsung seperti

sediakala dan si pembeli berkewajiban membayar seluruh bayaran (penuh)

d. Jika kerusakan terjadi akibat perbuatan orang lain, maka pembeli boleh

menentukan pilihan antara menuntut orang lain tersebut atau membatalkan

akad

e. Jual beli menjadi fasakh jika barang rusak sebelum serah terima akibat

perbuatan penjual atau perbuatan barang itu sendiri atau lantaran ada

bencana alam

f. Jika sebagian rusak karena perbuatan si penjual, pembeli tidak

berkewajiban membayar terhadap kerusakan tersebut, sedangkan untuk

barang yang masih utuh, dia boleh menentukan pilihan pengambilannya

dengan potongan harga

g. Adapun jika kerusakan akibat ulah barang, ia tetap berkwajiban membayar.

Penjual boleh menentukan pilihan antara membatalkan akad atau

mengambil sisa dengan membayar kekurangannya

h. Jika kerusakan terjadi akibat bencana alam yang membuat kurangnya kadar

barang sehingga harga barang berkurang. Dalam keadaan ini pembeli boleh

menentukan pilihan, antara membatalkan akad dengan mengambil sisa atau

dengan pengurangan pembayaran.

Page 93: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

84

Sedangkan apabila kerusakan barang terjadi sesudah serah terima

dilaksanakan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli

5. Tidak ada kejelasan tentang pengiriman barang

Pada pasal 6 ayat 1: “berdasarkan syarat-syarat pembelian antara bank

dan pemasok, maka atas persetujuan dan sepengetahuan bank, penyerahan

barang sebagaimana dimaksud pasal 2 dan pasal 3 akad ini akan dilakukan

langsung oleh pemasok kepada nasabah.” Pasal ini mengindikasikan bahwa

bank menyerahkan sepenuhnya transaksi pembelian barang serta

pengirimannya kepada nasabah dan pemasok, tetapi dalam kontrak ini tidak

disebutkan secara jelas kapan waktu pengiriman barang tersebut akan

dilakukan oleh pemasok, hal ini tidak sesuai dengan syarat minimum akad

murabahah menurut fiqh, yaitu: “menetapkan waktu pengiriman barang yang

dibeli.”

6. Tidak ada tandatangan kedua belah pihak

Dalam kontrak perjanjian ini tidak terdapat ruang tandatangan untuk para

pihak yang bertransaksi, hal ini melanggar syarat minimum akad murabahah

menurut fiqih, yaitu: “ditandatangani oleh kedua belah pihak yang

bertransaksi.”

Page 94: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis penulis terhadap mekanisme dan isi kontrak

murabahah antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Lintas Utama

Persada, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Mekanisme kontrak pembiayaan bank muamalat Indonesia ke PT. Lintas

Utama Persada adalah sebagai berikut:

a. Mekanisme transaksi murabahah dilakukan dengan negosiasi jual beli

oleh pihak calon pembeli (nasabah) dan bank atas suatu komoditi sesuai

kriteria yang dibutuhkan oleh nasabah.

b. Nasabah dan bank melakukan kontrak jual beli.

c. Bank memesan dan membeli barang pada supplier sesuai dengan kriteria

yang diinginkan nasabah.

d. Supplier kemudian melakukan proses delivery kepada nasabah atas

barang yang telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli.

e. Setelah delivery, nasabah menyelesaikan kewajiban finansialnya dengan

melakukan pembayaran kepada bank, sesuai dengan kesepakatan pada

akad yang telah ditandatangani.

86

Page 95: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

87

2. Implementasi Isi Kontrak Kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia

dengan PT. Lintas Utama Persada belum semua bentuk kontraknya sesuai

dengan hukum Islam. Hal ini terlihat dari klausul-klausul yang terdapat

dalam kontrak yang tidak sesuai dengan syariah, sehingga berpotensi

menimbulkan ketidakadilan. Klausul-klausul tersebut antara lain: tidak ada

kejelasan alasan pembelian nasabah didalam kontrak; didalam klausul

definisi tentang diskon tidak dijelaskan diskon tersebut berupa potongan

harga atau dalam bentuk apa; didalam klausul definisi tentang pengertian

Nasabah disebutkan bahwa Nasabah adalah pihak yang berkewajiban

membeli barang, padahal di dalam Hukum Islam pihak bank-lah yang

harus membeli barang; dan terakhir adalah tidak adanya ruang penempatan

tandatangan pihak-pihak yang terlibat didalam kontrak/perjanjian, hanya

ada ruang penempatan tandatangan untuk notaris saja.

3. Mekanisme dan kontrak murabahah yang terjadi antara Bank Muamalat

Indonesia dengan PT. Lintas Utama Persada belum sepenuhnya sesuai

dengan Hukum Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh bank yang menimbulkan ketidakadilan

terhadap nasabah. Pelanggaran-pelanggaran tersebut meliputi: di dalam

kontrak tidak terdapat klausula hak dan kewajiban, beban biaya yang

terlalu besar yang sangat memberatkan nasabah, objek murabahah secara

Page 96: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

88

prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah yang ditetapkan secara

sepihak, tidak ada toleransi penundaan pembayaran jika nasabah tidak

mampu membayar, pengalihan resiko yang semuanya dibebankan kepada

nasabah, tidak ada kejelasan pengiriman barang dan tidak terdapat

tandatangan kedua belah pihak yang bertransaksi.

B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian, penulis ingin memberikan saran-saran yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi atas

permasalahan-permasalah yang timbul sehubungan dengan mekanisme dan isi

kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak:

1. Dalam hal pembuatan kontrak, penulis mengharapkan agar bank dalam

pembuatan kontrak dapat lebih mengutamakan keadilan antara kedua

belah pihak yang sesuai dengan syariat Islam.

2. Dewan Syariah Nasional tidak hanya menentukan fatwa-fatwa terkait

dengan perbankan syariah saja, tetapi Dewan Syariah Nasional juga harus

mengontrol serta mengawasi penerapan ketentuan-ketentuan tersebut,

khususnya terhadap kontrak yang dibuat oleh bank. Karena hal ini dapat

menyebabkan bank syariah kehilangan jati dirinya sebagai bank syariah

yang memegang teguh prinsip keadilan dan juga citra bank syariah akan

Page 97: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

89

rusak oleh pandangan negatif dari nasabah, dimana tidak ada perbedaan

antara bank syariah dengan bank konvensional.

3. Universitas sebagai lembaga tertinggi pendidikan harus mendukung

terciptanya produk-produk perbankan yang sesuai dengan syariah dengan

cara menyediakan jasa konsultasi bagi nasabah perbankan, khususnya

mahasiswa.

Page 98: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Tazkia Institute, 1998

…………, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001

…………., Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Tazkia Institute, 1999

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

…………, Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Lathif, AH. Azharudin, M. Ag,. Fiqh Muamalat. UIN Jakarta Press, 2005

Haroen, H. Nasrun, Dr., MA,. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000

Anshori, Abdul Ghofur. Prof., Dr., SH., M.H,. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia. Yogyakarta: Citra Media, 2006

Salim, H.S., S.H., M.S,. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Syafe’i, Rahmat, Prof., DR., MA,. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2004

Harahap, Sofyan, S., Prof., Dr., dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti, 2004

Wiroso, SE., MBA. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti, 2009

............, Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2005

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, cet. Ke-6, 2002

90

Page 99: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

Prodjodikoro, Wirjono. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung: Sumur Bandung, Cet ke-8, 1979

Firdaus, Muhammad. NH, Dr,. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Konsep & Implementasi Bank Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHP Perdata. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008

Gemala, Dewi. dkk. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004

Ali, H. Zainuddin, Prof., Dr., M.A,. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern. Jakarta: PT. Citra Adtya Bakti, 1999

Anwar, Syamsul, Prof., Dr., M.A,. Hukum Perjanjian Syariah (Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqh Muamalat). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004

Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam. Yogyakarta: Penerbit UII Press, 2000

Anwar, M. Syafi’I. “Alternatif terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Quran II, Oktober, 1991

A. Perwataatmadja, H. Karnaen, Drs., MPA., Antonio, M. Syafi’I, M.Ec,. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1992

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Al-Zahrul, Rahman. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995

Hamoud, Sami Hasan. Tathwir al A’mal al-Masrafiyah Bima Yattafiq al-Syariah al-Islamiyah. ‘Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1402 H/1982

Zuhaili, Wahbah. Al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashiroh: Buhuts wa Fatawa wa Hulul

91

Page 100: KESESUAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH KE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2654/1/INAYAH... · murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah

Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, karya Dr. Wahbah Zuhaili), (Yakarta, 1999)

Ahmad bin ‘Abdurrazzaq ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa Jual Beli, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009)

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Ed. 2. Jakarta: Internusa, 2003

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Pertama, 2001

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Internusa, 2003

www.muamalatbank.com

92