nilai-nilai pendidikan karakter pada novel sepatu...

130
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA IMPLIKASINYA TERHADAP KARAKTER DISIPLIN BELAJAR SISWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: NURUL ISTIQOMAH NIM 23040160064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA

PABICHARA IMPLIKASINYA TERHADAP KARAKTER

DISIPLIN BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

NURUL ISTIQOMAH

NIM 23040160064

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan
Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA

PABICHARA IMPLIKASINYA TERHADAP KARAKTER

DISIPLIN BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

NURUL ISTIQOMAH

NIM 23040160064

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

ii

Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Hal : Naskah skripsi

Lamp : 4 eksemplar

Saudara : Nurul Istiqomah

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami

mengirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Nurul Istiqomah

NIM : 23040160064

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Novel Sepatu Dahlan

Karya Khrisna Pabichara Implikasinya Terhadap Karakter

Disiplin Belajar Siswa

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Temanggung, 18 Juli 2020

Pembimbing

Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si

NIP. 197005292000032001

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

iv

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

v

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

vi

MOTTO

Apabila anda membuat rencana untuk satu tahun,

tanamlah padi.

Apabila anda membuat rencana untuk sepuluh tahun,

tanamlah pohon.

Apabila anda membuat rencana untuk seumur hidup,

didiklah orang-orang.

(Peribahasa dari Negeri China)

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

vii

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya

persembahkan kepada:

1. Orang tuaku yaitu Ibu (Rokhimah) dan Bapak (Abdul Rochman) yang tak

henti-hentinya memberikan yang terbaik untuk penulis, terimakasih untuk

segala kasih sayang, nasihat, didikan, kerja keras, dukungan serta tak

henti-hentinya mendo’akan sehingga penuis bisa sampai pada tahap ini.

2. Adikku (Dewi Rachmawati) yang sangat kusayangi. Semangat belajar,

yang betah di pondok, semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan

dapat membanggakan orang tua kelak.

3. Saudara-saudaraku (Syahid Family dan Kos Adel) yang telah memberikan

dukungan dan mendoakan penulis.

4. Sahabat Jogjaku (Eni Setiyarti dan Fitri Mardyanti), Sahabat Salatigaku

(Hanung Fitria Dewi, Siti Izzatul Ummah, dan Yuni Sariningsih) dan

(Agung Fitra Afifi) yang selalu membersamai, memberi dukungan

semangat dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih telah menjadi tempat berkeluh kesah dan berbagi suka

maupun duka.

5. Keluarga besar PGMI 2016, keluarga PPL MI Ma’arif Dukuh, keluarga

KKN posko 1 Podosoko, dan keluarga PC IPNU IPPNU Salatiga, yang

telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis

sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, sehingga penyusunan skripsi

yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Sepatu Dahlan

Karya Khrisna Pabichara Implikasinya Terhadap Karakter Disiplin Belajar Siswa”

dapat terselesaikan.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan peghargaan setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Zakiyyudin, M. Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga

2. Prof. Dr. Mansur, M. Ag., selaku Dekan FTIK Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

3. Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si., selaku Kaprodi PGMI

4. Dra. Nur Hasanah, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik

5. Dr. Maslikhah, S.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan dengan baik, serta telah meluangkan

banyak waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

ix

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali dengan berbagai ilmu

pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga yang sudah memfasilitasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membantu sangat

diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Temanggung, 18 Juli 2020

Nurul Istiqomah

NIM. 23040160064

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

x

ABSTRAK

Istiqomah, Nurul. 2020. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Sepatu

Dahlan Karya Khrisna Pabichara Implikasinya Terhadap Karakter Disiplin

Belajar Siswa. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Karakter Disiplin

Permasalahan karakter bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia.

Hampir di setiap bidang kehidupan tidak terlalu sulit untuk menunjukkan

rendahnya karakter bangsa. Generasi muda menjadi sorotan utama dalam

rendahnya kualitas karakter. Semakin rusak karakter generasi mudanya maka

bangsa itu akan hancur, sebaliknya semakin baik dan bermoralnya generasi muda,

maka bangsa itu akan semakin baik dan maju. Novel Sepatu Dahlan ini

merupakan salah satu penyampaian penanaman nilai-nilai karakter kepada

pembacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai karakter dalam

novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara serta implikasinya terhadap

karakter disiplin. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini

adalah: (1) Bagaimana nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna

Pabichara; (2) Bagaimana nilai-nilai karakter pada pendidikan Islam; (3)

Bagaimana implikasi nilai-nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan terhadap

karakter disiplin belajar.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka (library research).

Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan

menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu novel Sepatu

Dahlan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka

dan dokumentasi guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Analisis

data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis), dari

analisis tersebut ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai karakter dalam novel

Sepatu Dahlan meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli

sosial dan tanggung jawab; (2) Pendidikan karakter dalam pendidikan Islam

meliputi sidiq, amanah, fathonah dan tablig; (3) Implikasi nilai-nilai karakter

novel Sepatu Dahlan terhadap karakter disiplin siswa yaitu mengembangkan

pemahaman dan penanaman nilai karakter dengan tujuan membentuk pribadi

peserta didik yang baik melalui metode cerita serta latihan pembiasaan.

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

xi

DAFTAR ISI

Sampul Depan .......................................................iError! Bookmark not defined.

Halaman Persetujuan Pembimbing ......................................................................... ii

Halaman Pengesahan Kelulusan ............................................................................ iv

Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan.................................................................... v

Motto ...................................................................................................................... vi

Persembahan ......................................................................................................... vii

Kata Pengantar ..................................................................................................... viii

Abstrak .................................................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 6

1. Manfaat Secara Teoretis ........................................................................... 6

2. Manfaat Secara Praksis ............................................................................ 6

E. Kajian Pustaka .............................................................................................. 6

F. Metode Penelitian....................................................................................... 10

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

xii

1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 10

2. Objek Penelitian ..................................................................................... 11

3. Sumber Data ........................................................................................... 11

4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 12

5. Teknik Analisis Data .............................................................................. 12

G. Penegasan Istilah ........................................................................................ 13

H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 15

BAB II MUATAN NASKAH ............................................................................... 17

A. Biografi Pengarang..................................................................................... 17

B. Karya-karya Khrisna Pabichara ................................................................. 19

C. Biografi Novel ............................................................................................ 20

1. Profil Novel ............................................................................................ 20

2. Sinopsis .................................................................................................. 20

3. Unsur Instrinsik Novel ........................................................................... 25

4. Keunggulan Novel .................................................................................. 40

BAB III DISKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH ..................................... 42

A. NOVEL ...................................................................................................... 42

1. Pengertian Novel .................................................................................... 42

2. Jenis-jenis Novel .................................................................................... 43

3. Unsur-unsur Novel ................................................................................. 49

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

xiii

4. Peran Novel dalam Membangun Karakter ............................................. 63

B. PENDIDIKAN KARAKTER .................................................................... 64

1. Hakikat Pendidikan Karakter ................................................................. 64

2. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 66

3. Fungsi Pendidikan Karakter ................................................................... 68

4. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................................... 69

5. Nilai-nilai Karakter ................................................................................. 71

C. KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM ....................................... 73

D. DISIPLIN BELAJAR ................................................................................ 75

1. Hakikat Disiplin Belajar ......................................................................... 75

2. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa .............................. 77

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 80

A. Nilai Karakter Pada Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara ...... 80

B. Nilai-Nilai Karakter Pada Pendidikan Islam .............................................. 93

1. Ruang Lingkup ....................................................................................... 93

2. Metode .................................................................................................... 97

C. Nilai-Nilai Karakter Pada Novel Sepatu Dahlan Implikasinya Terhadap

Karakter Disiplin ............................................................................................... 99

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 103

A. Kesimpulan .............................................................................................. 103

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

xiv

B. Saran ......................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 109

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Skripsi ...................................................... 110

Lampiran 2. SKK ......................................................................................... 113

Lampiran 3. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ................................... 114

Lampiran 4. Ijin Meneliti ................................................................................ 115

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat

indonesia terutama bagi wajah pendidikan. Pendidikan karakter diyakini

sebagai aspek penting dalam pembentukan akhlak dan moral masyarakat agar

mempunyai karakter yang baik sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku

kesehariannya. Wiyani (2013: 27-28) mendefinisikan bahwa pendidikan

karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dengan adanya pendidikan

karakter diharapkan dapat membangun masyarakat menjadi masyarakat yang

berbudaya, beradab, maju, mandiri dan sejahtera.

Pendidikan sendiri merupakan pilar terpenting dalam kemajuan suatu

bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kondisi orang-orangnya,

karena pada dasarnya yang berperan dalam menjalankan suatu bangsa adalah

orang-orang yang menempati bangsa itu sendiri. Hal ini sangat bergantung

dari pendidikan yang diperoleh dari masing-masing individu. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa bertujuan pendidikan adalah menciptakan karakter

manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Suyadi (2013: 5) berpendapat bahwa karakter merupakan nilai-nilai

universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktifitas kehidupan, baik

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

2

yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun

dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perkataan, perasaan,

dan perbuatan, berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya

dan adat istiadat. Narwanti (2014: 28) menyebutkan nilai-nilai pembentuk

karakter yang bersumber dari agama, pancasila,budaya dan tujuan pendidikan

nasional, yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa karakter identik dengan kepribadian, atau dalam islam

disebut akhlak seseorang sebagai bentuk dari hasil internalisasi yang

digunakan sebagai cara bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya karakter atau akhlak ini sehingga Nabi Muhammad SAW

diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana firman Allah

Swt dalam Al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4:

وانك لعلئ خلق عظيم

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

agung”. (QS. Al-Qalam 68: 4).

Karakter atau akhlak merupakan ciri khas seorang individu yang

berasal dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, baik

lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Oleh

karenanya, ketiga pihak tersebut harus ada hubungan yang sinergis.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

3

Narwanti (2014: 5) mengemukakan kunci pembentukan karakter dan

fondasi pendidikan sejatinya adalah keluarga. Keluarga merupakan fondasi

paling utama dalam membentuk karakter anak. Anak mendapat pendidikan

untuk pertama kalinya dari lingkungan keluarga yang menjadi dasar dalam

perkembangan kehidupan anak dikemudian hari. Akan tetapi pada

kecenderungan saat ini, pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab

keluarga di ambil alih oleh sekolah dan lembaga sosial. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga terdepan yang

bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak (character building).

Perkembangan zaman yang terus berkembang memberikan pengaruh

besar bagi kehidupan masyarakat terutama anak sekolah. Tak jarang pengaruh

tersebut justru bukan mengarah kepada perbaikan moral bangsa, melainkan

semakin merosotnya karakter dan akhlak. Maraknya tawuran antar pelajar,

bullying, tindakan asusila, perkelahian, pengeroyokan, membolos sekolah

dan kasus dekadensi moral lainnya, merupakan bukti menipisnya karakter

bangsa. Bobroknya moral anak menjadi sebuah bencana di masa depan. Oleh

karena itu, peran dan kontribusi guru dalam lingkungan sekolah sangat

dominan terhadap pembentukan karakter anak.

Pendidikan karakter merupakan tema yang menarik untuk

dibicarakan, terutama novel. Hal ini karena novel merupakan salah satu karya

sastra yang mampu dijadikan media untuk menyampaikan pendidikan

karakter pada pembacanya, yaitu melalui pesan-pesan yang disampaikan

pengarang lewat tulisannnya. Salah satu novel yang dapat memberikan

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

4

pembelajaran dan nilai-nilai pendidikan karakter bagi pembacanya adalah

Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabicara. Dalam novel Sepatu Dahlan,

pengarang menceritakan sebuah kehidupan nyata Dahlan Iskan tentang

perjuangan dan kerja keras dalam menggapai mimpinya. Novel ini

mengisahkan perjalanan hidup Dahlan Iskan yang bersekolah di Sekolah

Rakyat Biasa. Semangatnya untuk melanjutkan ke SMP Magetan tak

tersampaikan karena kekurangan biaya sehingga Bapaknya menganjurkan

untuk bersekolah di Tsanawiyah Takeran, sebuah pesantren yang didirikan

oleh leluhur Ibunya. Dahlan terdidik dengan seorang bapak yang selalu

menerapkan ketegasan dan kedisiplinan namun penuh kasih sayang. Setiap

hari pergi dan pulang sekolah yang jauh dilakoninya dengan berjalan tanpa

alas kaki. Kesusahan yang dialaminya tak akan membuat Dahlan putus asa.

Semangatnya untuk menuntut ilmu bahkan impiannya memiliki sebuah

sepatu dan sepeda mampu melecut semangat juangnya. Novel yang menarik,

penuh dengan kisah-kisah teladan yang mengharukan dan tentunya nilai-nilai

pendidikan terutama nilai pendidikan karakter serta menghadirkan tokoh-

tokoh yang mempunyai karakter kepribadian yang patut diteladani.

Implikasi novel Sepatu Dahlan terhadap karakter disiplin belajar

siswa yaitu menambah wawasan dan dapat dijadikan rujukan bagi pendidik

dalam menyikapi karakter peserta didik. Selain itu diharapkan peserta didik

juga mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai yang tercermin dalam

novel serta diharapkan dapat mengembangkan potensi serta watak peserta

didik untuk menjadi manusia yang berkepribdian baik, memotivasi untuk

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

5

selalu disiplin, bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai siswa serta

bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.

Berdasarkan uraian latar belakang yang singkat tersebut, penulis

tertarik untuk meneliti dan membahas mengenai nilai-nilai pendidikan

karakter pada novel sepatu dahlan dalam sebuah skripsi yang berjudul “Nilai-

Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna

Pabichara Implikasinya Terhadap Karakter Disiplin Belajar Siswa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan isi novel secara umum, penulis

mengajukan fokus masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna

Pabichara ?

2. Bagaimana nilai-nilai karakter pada pendidikan Islam?

3. Bagaimana implikasi nilai-nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan

terhadap karakter disiplin?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

disusunnya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan karya

Khrisna Pabichara.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter pada pendidikan Islam.

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

6

3. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter pada novel Sepatu Dahlan

implikasinya terhadap karakter disiplin.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan

wawasan bagi penulis khususnya serta para pelajar atau mahasiswa pada

umumnya, tentang keberadaan karya sastra (khususnya novel) yang

memuat nilai-nilai pendidikan karakter. Selain itu diharapkan dapat

memberikan wacana keilmuan media sebagai sarana pembelajaran siswa.

Menambah sumber referensi bagi dunia pendidikan, khususnya yang

berkaitan dengan pendidikan karakter.

2. Manfaat Secara Praksis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh

atau teladan dan pelajaran berharga bagi penulis serta para pelajar atau

mahasiswa bagaimana cara memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang

terkandung dalam sebuah karya sastra.

E. Kajian Pustaka

Penelitian-penelitian yang sebelumnya dapat menjadi rujukan bagi

penelitian ini antara lain :

Skripsi karya Ferianti, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan

Ilmu Pendidikan Agama Islam, tahun 2015 yang berjudul “Nilai-nilai

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

7

Pendidikan Karakter dalam Novel Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan karya

Khrisna Pabichara”. Skripsi ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan

Karakter dalam Novel Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan karya Khrisna

Pabichara dan relevansinya terhadap materi Pendidikan Agama Islam di SMP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang

terdapat dalam novel Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan karya Khrisna

Pabichara mencangkup nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

YME yaitu: religius yang meliputi; keimanan kepada Tuhan YME, Islam,

tawakal, syukur dan sabar; karakter dalam hubungannya dengn diri sendiri:

jujur dalam perkataan dan perbuatan, bertanggung jawab terhadap tugas dan

kewajiban, bergaya hidup sehat, disiplin terhadap waktu, kerja keras dalam

menjalankan tugas, percaya diri, mandiri dalam bekerja, tangguh menghadapi

rintangan, ingin tahu yang tinggi, dan cinta ilmu pengetahuan; karakter dalam

hubungannya dengan sesama, yaitu persaudaraan yang tinggi terhadap sesame;

karakter dalam hubungannya dengan lingkungan yaitu: ekologis; dan karakter

dalam hubungannya dengan kebangsaan yaitu: nasionalisme. Selain itu, nilai-

nilai karakter dalam novel Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan memiliki

relevansi dengan materi pembelajaran PAI pada jenjang SMP, terutama pada

materi berikut: iman kepada Allah, asmaul husna, perilaku terpuji (tawadlu,

taat, qana’ah, sabar), shalat wajib, perilaku terpuji (zuhud dan tawakal)

thaharah, sejarah Nabi Muhammad SAW, perilaku terpuji (kerja keras, tekun,

ulet, dan teliti), hewan yang halal dan haram dimakan, sejarah pertumbuhan

ilmu pengetahuan dalam Islam, al-Qur’an surah at-Tin, hadis tentang

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

8

menuntut ilmu, al-Qur’an surah al-Insyirah, hadis tentang kebersihan, perilaku

tercela (ananiah, ghadab, hasad, ghibah, dan namimah), zakat fitrah dan zakat

mal, perilaku terpuji (qana’ah dan tasamuh), perilaku tercela (takabur), dan

sejarah tradisi Islam Nusantara, sehingga kedua novel karya Khrisna

Pabichara ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menunjang proses

penanaman pendidikan karakter pada peserta didik. Persamaan penelitian

tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada objek penelitiannya

yaitu sama-sama menguji tentang pendidikan karakter. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah penelitian keterkaitan nilai karakter dengan materi

pembelajaran PAI pada jenjang SMP dengan tambahan subjek penelitian yaitu

novel Surat Dahlan.

Skripsi karya Isnaini Mutmainah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, tahun 2013 yang

berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sepatu Dahlan karya

Khrisna Pabichara dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak di Madrasah

Ibtidaiyah”. Hasil penenelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan

karakter dalam novel Sepatu Dahlan yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli social, tanggung jawab. Persamaan skripsi tersebut dengan

skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitiannya yaitu sama-sama

mengkaji tentang pendidikan karakter, perbedaannya skripsi tersebut

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

9

keterkaitan nilai-nilai karakter dengan Pendidikan Akhlak di Madrasah

Ibtidaiyah.

Skripsi karya Lia Sari Budi Ati, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, tahun 2017 yang berjudul “Nilai-nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika karya

Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra”Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa novel Bulan Terbelah di Langit Amerika terdapat

interpretasi nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya nilai karakter religius,

kejujuran, toleransi, kerja keras menghargai prestasi, demokrasi, persahabatan,

cinta damai dan disiplin, ikhlas. Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi

penulis adalah terletak pada objek penelitiannya yaitu sama-sama menguji

tentang pendidikan karakter yang terdapat dalam novel. Sedangkan

perbedaannya terletak pada subjeknya, yaitu skripsi tersebut mengkaji Novel

Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga

Almahendra sedangkan penelitian penulis mengkaji Novel Sepatu Dahlan

serta implikasi nilai karakter dalam novel tersebut terhadap karakter disiplin

siswa.

Dari ke tiga penelitian di atas memiliki kontribusi dalam penelitian ini

yaitu menambah wawasan pengetahuan dalam nilai-nilai karakter, baik

hubungannya dengan Tuhan maupun hubungannya dengan sesama serta dapat

diaplikasikan di lingkungan sekolah baik dalam bentuk materi pelajaran

maupun metode yang digunakan. Sedangkan relevansi dari ketiga penelitian

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

10

tersebut dengan penelitian ini adalah yakni mempunyai orientasi yang sama

yaitu pembentukan karakter peserta didik.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau library research.

Disebut penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-bahan yang

diperlukan untuk menyelesaikan penelitian berasal dari perpustakaan, baik

berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain

sebagainya (Sutrisno dalam Harahap, 2014: 68).

Yahya (2015: 232) menyebutkan bahwa penelitian pustaka (library

research) bersifat kualitatif yang lebih mengutamakan penggalian,

penemuan, pembacaan, penjelasan dan penyampaian makna atau symbol

data yang tersurat atau terserat dari data yang dikumpulkan. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini tidak sama dengan teknik

pengumpulan data penelitian kuantitatif di lapangan. Pengolahan

penelitian ini lebih menjurus pada analisis isi (content analisis) atau

pengolahan data yang bersifat diskriptif.

Krippendorf (dalam Mumpuni, 2018: 59) mengemukakan bahwa

analisis konten adalah penelitian yang dilakukan dengan mengkaji teks,

dokumen, atau buku untuk mengambil kesimpulan berdasarkan konteks

penggunaannya. Teks yang akan dianalisis adalah novel Sepatu Dahlan

karya Khrisna Pabichara. Kesimpulan yang akan diambil dari hasil

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

11

pengkajian novel tersebut adalah muatan nilai-nilai karakter yang

terkandung di dalamnya.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara

implikasinya terhadap karakter disiplin belajar siswa.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahan pustaka berupa

buku, jurnal, dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat dijadikan sumber

rujukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Siyoto dan Sodik,

2015: 68). Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat

Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal dan lain-lain (Siyoto dan Sodik,

2015: 68).

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

12

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik

pengumpulan data atau dokumentasi. Dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang

subjek (Anggito dan Setiawan, 2018: 153). Metode ini dilakukan dengan

cara mencari bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian ini untuk

ditelaah isi tulisan terkait dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terdapat dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

5. Teknik Analisis Data

Karena penulis hendak mengungkap, memahami dan menangkap

pesan yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna

Pabichara, maka sesuai dengan fokus temanya, kajian dilakukan dengan

analisis konten (content analysis). Teknik analisis konten yang digunakan

dalam penelitian ini terdapat lima langkah, diantaranya :

a) Menentukan teks yang akan dijadikan objek penelitian dalam novel

Sepatu Dahlan.

b) Melakukan pencatatan data yang diperoleh melalui pembacaan terkait

nilai-nilai karakter yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan yang

digunakan sebagai hasil penelitian. Dokumen hasil tersebut akan

memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan dan tahap

deskripsi.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

13

c) Melakukan reduksi selama proses analisis data dengan

menyederhanakan, mengklasifikasi, dan meringkas data sejenis untuk

menghilangkan hal-hal yang tidak relevan dengan penelitian, sehingga

analisis yang dilakukan sesuai dengan jenis nilai-nilai karakter

d) Penarikan kesimpulan, dilakukan berdasarkan dokumen hasil

penelitian yang tercatat.

e) Mendeskripsikan berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan.

Selain itu diskripsi hasil penelitian juga disertai dengan teori yang

mendukung dalam pembahasan, sehingga penelitian tidak hanya

berdasarkan pemahaman peneliti saja.

G. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pembahasan mengenai judul penelitian ini,

terlebih dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah yang terkandung

dalam judul tersebut, di antaranya:

1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Mumpuni (2018: 10) mengatakan bahwa nilai adalah keyakinan

mengenai baik buruknya sesuatu. Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai

luhur tersendiri, yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan

masyarakat lainnya. Baik buruknya sesuatu, ditentukan berdasarkan akal

pemikiran manusia. Nilai sebagai segala sesuatu yang dianggap baik

berdasarkan akal budi, sehingga wujud eksistensi manusia dalam

bermasyarakat.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

14

Pendidikan Karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemampuan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut baik terhadap tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia

yang baik, warga masyarakat dan warga Negara yang baik. Keriteria

manusia yang baik, warga masyarakat dan warga Negara yang baik bagi

suatu masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-nilai sosial

tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya

(Narwanti, 2014: 14).

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Sepatu Dahlan

meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratif,

rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli

sosial, dan tanggung jawab.

Nilai pendidikan karakter yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah implikasi terhadap karakter disiplin yaitu proses mengubah perilaku

kebiasaan individu anak menjadi tertib dan patuh terhadap berbagai

peraturan dan ketentuan yang berguna bagi kehidupan pribadi, masyarakat

dan sekitarnya.

2. Disiplin Belajar

Disiplin merupakan nilai karakter yang berhubungan antar manusia

dengan dirinya sendiri yang diwujudkan selalu menghargai waktu.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

15

Disiplin tidak hanya berkaitan dengan waktu, tetapi mengarah pada

perilaku patuh terhadap aturan (Mumpuni, 2018: 25). Belajar adalah suatu

aktifitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta mengukuhkan

kepribadian (Aunurrahman dalam Hidayat, 2019: 14).

Disiplin dalam belajar atau disiplin belajar, dapat dilihat dari

ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan

dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang meliputi waktu masuk

sekolah atau keluar sekolah , kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan

sekolah dan lain sebagainya (Darmadi, 2017: 322).

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari

lima bab, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II MUATAN NASKAH

Bab ini akan membahas mengenai: biografi pengarang,

karya-karya Khrisna Pabishara, biografi novel meliputi:

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

16

profil novel, sinopsis, unsur instrinsik novel, keunggulan

novel.

BAB III BIOGRAFI

Bab ini akan membahas mengenai novel, meliputi:

pengertian novel, jenis-jenis novel,unsur-unsur novel, peran

novel dalam membangun karakter; pendidikan karakter,

meliputi: hakikat pendidikan karakter, tujuan nilai

pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, prinsip

pendidikan karakter, nilai-nilai karakter;dan disiplin belajar,

meliputi: hakikat disiplin belajar dan faktor yang

mempengaruhi disiplin belajar siswa.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini akan memberikan penjelasan terhadap kandungan

nilai-nilai pendidikan karakter pada novel, nilai kaakter

dalam pendidikan Islam serta implikasi nilai karakter pada

novel terhadap karakter disiplin siswa.

BAB V PENUTUP

Bab ini akan memuat tentang kesimpulan dan saran.

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

17

BAB II

MUATAN NASKAH

A. Biografi Pengarang

Khrisna Pabichara lahir di Borongtammatea, Kabupaten Jeneponto

sekitar 89 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan pada 10 November

1975. Putra kelima dari sepasang petani Yadli Malik Dg. Ngadele dan

Shafiyah Djumpa ini penyuka prosa dan telah melahirkan sebuah

kumpulan cerita pendek (Pabichara, 2012). Khrisna yang memiliki hobi

gemar membaca ini mulai merantau sejak SMA untuk menimba ilmu di

SMKI Negeri Ujung Pandang, dengan mengambil jurusan teater. Lantaran

jurusan yang dipilihnya, membuat hobi membaca semakin meningkat

bahkan menambah hobi baru: gila menulis. Namun sangat disayangkan

menimba ilmu di SMKI tidak ditamatkan lantaran masa sekolah selama

empat tahun enggan diteruskan olehnya. Saat duduk di kelas tiga, beliau

pindah kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMA Muhammadiyah

Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Meskipun demikian aktivitas berteater

tetap dilakoninya. Bersamaan dengan itu pula Daeng Marewa begitu biasa

dipanggil oleh orang-orang terdekatnya mendirikan sebuah Teater Tutur di

tanah kelahiran, Kabupaten Joneponto bersama tiga temannya, Agus

Sijaya Dasrum, Syaripuddin D, dan Syaifullah Marewa. Grup teater yang

dibuatnya sering diundang untuk mengisi acara drama dan teater rakyat di

TVRI Stasiun Ujung Pandang (Cahyani, 2013).

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

18

Beberapa kali tampil sebagai juru bicara untuk cerdas cermat antar

sekolah atau kelompencapir semasa jayanya Departemen Penerngan.

Khrisna mendapat gelar singa podium setelah 3 tahun berturut-turut

memenangkan lomba pidato tingkat pelajar SLTA se-Sulsel dari 1989-

1991, Pelajar Cerdas karena kerap memenangi Lomba Karya Tulis Ilmiah

Remaja tahun 1990, dan Wartawan Muda Berbakat setelah menggondol

juara pada Lomba Mading se-Sulsel tahun 1990.

Pada tahun 1996 sempat berbakti sebagai guru Matematika, Fisika

dan akuntansi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Tanetea setelah

berhenti sebagai tenaga audit di sebuah lembaga perbankan swasta.

Setelah itu hijrah ke Jakarta dengan niat mulia untuk menjadi penulis

karena dorongan dari guru SMA-nya, Asia Ramli Prapanca yang

dibuktikan secara serius dengan mencantumkan “penulis” di segala tanda

pengenal kependudukannya.

Cita-cita menjadi penulis baru terwujud pada 2007 ketika Kolbu

berkenan menerbitkan buku pertamanya, 12 Rahasia Pembelajar

Cemerlang. Sejak itu, dunia perbukuan menjadi sesuatu yang tidak bisa

dan tidak akan ditinggalkannya. Maka bersentuhanlah ia dengan para

praktisi perbukuan seperti Bambang Trim, Hernowo, dan yang lainnya.

Khrisna juga kerap bersentuhan dengan akademisi, pejabat, dan

politisi, terutama yang berhubungan dengan dunia perbukuan. Satu-satu

mimpinya yang belum terwujud adalah membangun kafe baca, istana buku

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

19

yang sekaligus diharapkannya menjadi rumah kreatif bagi siapa saja yang

mencintai buku (Habibah 2013).

B. Karya-karya Khrisna Pabichara

1. Karya-karya Fiksi Khrisna Pabicara

a. Di Matamu (Tak) Ada Luka (Kumpulan Puisi, 2004);

b. Mengawini Ibu (Kumpulan Cerpen: Kayla Pustaka, 2010);

c. Gadis Pakarena (Kumpulan Cerpen: Dolpin, 2012);

d. Berumah di Negeri Angin (Puisi);

e. Hikayat Para Perindu (Puisi, 2011);

f. Seseorang Bernama Cinta (Puisi);

g. Semesta Cinta (Puisi);

h. Setitik Embun Menggantung di Sudut Matamu (Puisi, 2011);

i. Sakramen Rindu (Puisi);

j. Tuhan Mengirimkan Kamu Untuk Kurindui (Puisi);

k. Revolusi Berkomunikasi;

l. Baby Learning: Cahaya Cinta Cahaya Mata;

m. Kolecer Dan Hari Raya Hantu;

n. Sepatu Dahlan (Novel: Noura Books, 2012); dan

o. Surat Dahlan (Novel: Noura Books, 2013).

2. Karya-Karya Non Fiksi Khrisna Pabichara

a. 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang (Kolbu, 2007);

b. Rahasia Melatih Daya Ingat (Kayla Pustaka, 2010);

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

20

c. Kamus Nama Indah Islami (Zaman, 2010); dan

d. 10 Rahasia Pembelajar Kreatif (Zaman, 2013).

C. Biografi Novel

1. Profil Novel

Judul : Sepatu Dahlan

Penulis : Khrisna Pabichara

Penyunting : Suhindrati Shinta dan Rina Wulandari

Desain Sampul : Tyo/ RAI Studio

Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika)

Terbit : Jakarta Selatan

Isi : 32 Bab

Tebal : 392 hlm

Ukuran : 14 x 21 cm

ISBN : 978-602-9498-24-0

2. Sinopsis

Novel Sepatu Dahlan mengisahkan tentang perjuangan seorang

Dahlan yang berasal dari keluarga sangat miskin untuk mengejar dua

cita-citanya, yaitu sepatu dan sepeda. Kebon Dalem merupakan tanah

kelahirannya. Tuhan memberkati Kebon Dalem dengan tanah yang

gembur dan subur. Nyaris seluruh lelaki dewasa di Kebon Dalem

bekerja sebagai buruh. Ada yang menggarap tanah bengkok, menjadi

buruh harian di perkebunan tebu dan kuli nyeset. Ibu-ibu juga aktif

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

21

membantu suami mereka dengan membatik. Meski warga Kebon

Dalem miskin, anak- anak atau remaja semuanya sekolah.

Desember 1962, Dahlan menerima ijazah Sekolah Rakyat

Bukur, Madiun. Setiba di rumah, Bapak dan Ibu Dahlan sudah

menunggu anaknya. Dahlan menerima kemarahan Bapak karena ada

dua nilai merah dalam ijazahnya. Dahlan yang semula ingin

melanjutkan ke SMP Magetan sekolah idamannya, dilarang oleh

bapaknya karena masalah biaya dan jarak yang terlalu jauh untuk

ditempuh dengan kaki nyeker tiap hari. Tetapi, Dahlan bukanlah orang

yang mudah menyerah. Dahlan menyusun rencana agar bisa

bersekolah di SMP Magetan, yaitu dengan berpura-pura bermimpi

bertemu Kiai Mursjid, kiai yang sangat dihormati oleh Bapaknya itu.

Melihat kecintaan Bapaknya terhadap Kiai Mursjid, Dahlan tak ingin

mempermainkan hati Bapaknya. Dahlan mengatakan bahwa dia akan

bersekolah di Pesantren Takeran.

Pagi hari, Dahlan bersama Bapaknya memulai petualangan dari

Kebon Dalem ke Pesantren Takeran sejauh enam kilometer. Dahlan

dan Bapaknya memasuki kawasan Pesantren Takeran, di sana Dahlan

bertemu dengan Kadir, temannya sejak SR. Seluruh santri berbondong-

bondong masuk ke aula, mendengarkan sambutan dari Ustaz Ilham.

Dahlan merasa bersalah telah memandang remeh pesantren Takeran

dan bersikukuh bahwa SMP magetan lebih menjanjikan. Ternyata

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

22

tidak. Dahlan mulai menyukai pesantren ini begitu juga dengan tim

bola volinya yang konon mempunyai segudang prestasi.

Sejarah Pesantren Takeran tidak bisa dipisahkan dengan kisah

pelarian seorang pengikut setia Pangeran Diponegoro, Kiai Hasan

Ulama. Setelah Pangeran Diponegoro ditawan penjajah Belanda, Kiai

Hasan Ulama melarikan diri ke Tegalrejo, Ponorogo. Beliau bersama

sahabatnya Kiai Muhammad Ilyas mendirikan sebuah langgar di sana,

kemudian pindah ke Takeran dan mendirikan Pesantren Takeran

sekitar tahun 1303 H.

Sepulang sekolah Arif mengajak Dahlan, Kadir dan Imran

bermain ke sumur tua Suco dan Cigrok. Tiba di sumur Cigrok, Imran

dan Arif meminta Dahlan untuk mendekati sumur tua tersebut. Bapak

Dahlan tiba-tiba datang dan mencengkram lengan anaknya,

menjauhkannya dari sumur tua itu. Kemarahan Bapak Dahlan terlihat

dari sorot matanya yang tajam. Bapak terus berjalan dengan cepat

tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Bapak mencoba menasihati

Dahlan. Dahlan mendengarkan nasihat Bapaknya, dan sejak saat itu,

Dahlan tak lagi mendekati sumur Cigrok dan tegalan.

Seminggu kemudian, Adam menyampaikan kabar bahwa

Dahlan, Dirham, Rizki Fadli dan Suparto terpilih sebagai anggota

utama tim bola voli pesantren. Teman-teman sekelas bersorak. Namun,

Dahlan tidak terlalu bahagia, benaknya pun dipenuhi sepatu olahraga

berwarna putih, persis seperti milik Imran. Kesedihan Dahlan dimulai

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

23

ketika ibunya jatuh sakit dan dibawa pergi ke rumah sakit. Zain

menangis dan Dahlan mencoba menghibur adiknya. Pagi hari, Dahlan

melihat Zain masih terisak karena menahan lapar. Akhirnya Dahlan

terpaksa harus mencuri sebatang tebu untuk dapat mengisi isi perut

Zain. Akan tetapi aksinya itu diketahui oleh anak buah Mandor Komar,

yaitu Bang Malik dan Bang Supomo. Dahlan harus dihukum mondok,

yaitu bekerja di bawah tekanan tanpa upah karena telah mencuri.

Dahlan bertemu Maryati di jalan ketika berangkat ke sekolah.

Maryati menawarkan sepedanya untuk ditunggangi Dahlan, Dahlan

yang awalnya tidak mau karena teringat larangan Bapaknya, akhirnya

terbujuk juga. Dahlan menunggangi sepeda Maryati dengan hati-hati.

Mariyati melompat ke atas sedel belakang dan menyebabkan

sepedanaya oleng dan akhirnya Dahlan terjatuh ke selokan. Celana dan

bajunya basah kuyup. Pelek depan dan stang sepeda Maryati bengkok,

dan Dahlan tidak jadi pergi sekolah. Setiba di rumah, Dahlan

mendapati Komariyah menangis. Orang-orang tidak ada yang memberi

tahu Dahlan apa yang sebenarnya terjadi. Ibunya telah tiada, terbaring

kaku di atas tikar pandan. Keesokan harinya musibah lain datang lagi.

Dahlan harus mengganti sepeda Maryati yang ringsek karena peristiwa

kemarin dengan tiga domba miliknya.

Hari final yang ditunggu-tunggu pun tiba. Setelah tim voli

Tsanawiyah Takeran memenangi pertandingan dengan SMP Bendo,

kini giliran bertanding dengan SMP Magetan. Peraturan pertandingan

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

24

mengharuskan seluruh pemain memakai sepatu. Dahlan merasa gelisah

karena belum juga mendapatkan sepatu. Maryati dan rombongannya

tiba-tiba datang ke Lapangan membawa sepasang sepatu untuk tim

voli. Sepatu itu terasa sempit di kaki Dahlan dan Fadli.Kakinya perih.

Tetapi berkat air dari Kiai Irsyad, kaki Dahlan tidak perih lagi. Berkat

air doa itu juga, sepatu yang awalnya terasa kekecilan di kaki Dahlan,

kembali pas dengan ukuran kakinya. Pertandingan kembali

dimenangkan oleh Pesantren Takeran dengan kedudukan 8:0.

Keesokan harinya, Arif datang membawa kabar gembira.

Dahlan diminta untuk melatih tim bola voli anak-anak pegawai pabrik

gula atas saran dari Ustadz Jabbar. Gaji yang diterimanya adalah Rp

10.000,- setiap bulan. Karena jauh, Arif menyarankan agar Dahlan

pergi dengan sepedanya. Bukan dengan cuma-cuma, Arif menyarankan

agar Dahlan mencicil Rp 4.000,- setiap bulan, dan sepeda itu jadi milik

Dahlan.

Karena kerja kerasnya sebagai pelatih voli selama 3 bulan,

Dahlan mendapat uang Rp 30.000,-. Uang itu Dahlan gunakan untuk

membayar sepeda Arif Rp 12.000,- dan sisanya digunakan untuk

membeli sepatu. Dahlan juga mendapat uang tambahan dari Bapaknya

sebesar Rp. 12.000,- dan akhirnya Dahlan bisa membeli dua sepatu

sakaligus, untuk dirinya dan adiknya, Zain.

Tak terasa hari kelulusan pun tiba. Dahlan, Arif, Imran, Kadir,

Maryati dan Komariyah sibuk dengan pikiran masing-masing,

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

25

membayangkan nasib baru yang akan digariskan Tuhan. Begitulah

bayangan perpisahan memaksa mereka untuk membisu. Ketik malam

tiba, Arif berkunjung menemui Dahlan dengan bersepeda kencang

diikuti dengan Kadir yang berlari dibelakangnya. Arif menyampaikan

surat dari Aisha untuk Dahlan. Secara tersirat Aisha menginginkan

agar kelak Aisha dan Dahlan bertemu selepas keduanya bergelar

sarjana. Permasalahan baru pun muncul. Dahlan harus berpikir keras

untuk melanjutkan studinya, bukan karena Aisha. Dahlan membujuk

dan meminta ijin kepada Bapaknya agar diperbolehhkan kuliah.

Teringat wejangan Kiai Mursyid agar tidak mengekang seseorang yang

hendak menuntut ilmu akhirnya Bapak membolehkan Dahlan untuk

kuliah.

3. Unsur Instrinsik Novel

a. Tema

Tema yang diambil dalam novel Sepatu Dahlan yaitu

perjuangan hidup seorang Dahlan untuk meraih dua cita-citanya,

yaitu memiliki sepatu dan sepeda. Perjuangan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menempuh berbagai cara.

Kesabaran, kegigihan, keuletan, dan dukungan dari teman-

temannya membuat Dahlan dapat menjalani hidupnya dan

mewujudkan cita-citanya.

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

26

b. Alur Cerita

Dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara,

terdapat alur campuran yaitu cerita diawali dengan lulusnya Dahlan

dari SR sampai dengan tahun terakhir Dahlan di Aliyah. Pada

bagian tengah cerita, mengisahkan kisah masa lalu tentang riwayat

sumur tua. Salah satu bukti adanya alur campuran adalah sebagai

berikut:

“Sebenarnya ku belum lahir waktu peristiwa pembantaian

itu terjadi, namun, kisah lubang-lubang pembantaian itu

santer terdengar dari mulut ke mulut, semacam potongan

rahasia mengerikan yang diketahui setengah-setengah oleh

nyaris setiap remaja seusiaku di Takeran. Potongan rahasia

lainnya baru saja kudengar di kelas baruku, di Pesantren

Sabilil Muttaqien. Pesantren ini diakui sebagai salah satu

pesantren paling berpengaruh di Magetan dan karena itulah

tokoh-tokoh pesantren ini menjadi incaran Laskar Merah.

Padahal, seperti Penuturan Ustadz Hamim, pemimpin

pondok saat itu, Kiai Imam Mursjid Muttaqin, masih sangat

muda. Waktu itu belum cukup 30 tahun usianya. Tiba-tiba

Imran memecah lamunanku” (Pabichara, 2012: 66).

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh novel Sepatu Dahlan terdiri dari Dahlan, Bapak, Ibu

(Lisna), mbak Sofwati, Mbak Atun, Zain, Ustadz Ilham, Kadir,

Imran, Komariyah, Maryati, Aisha dan Arif.

Berikut tokoh-tokoh dalam Novel Sepatu Dahlan yaitu :

1) Dahlan

Tokoh Dahlan dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai anak yang memiliki watak pekerja keras,

patuh, bijaksana, pantang menyerah, disiplin, optimis, dan

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

27

berjiwa pemimpin. Terbukti pada cuplikan dalam novel sebagai

berikut:

“Sungguh, aku ingin mengatakan bahwa selama ini tak

ada waktu luang agar aku bisa belajar dengan tenang:

setelah shalat Subuh sudah harus menyabit rumput,

terus sekolah, setelahnya nyabit rumput lagi, lalu

belajar mengaji, ngangon domba, dan tatkala malam

sudah menyelimuti Kebon Dalem tak mungkin lagi

belajar karena gelap gulita (Pabichara, 2012: 19).

“Sejak kecil, Bapak mengajariku agar gigih bekerja, apa

saja” (Pabichara, 2012: 331)

“Tiibalah aku di depan papan pengunguman yang

terpajang di dinding kantor. Belum seorang pun santri

yang datang. Baru aku seorang. Dan, ini adalah hal

yang biasa bagiku.

“Bapak punya keinginan lain dan sebagai anak aku

harus menuruti keinginan itu” (Pabichara, 2012: 339)

“Aku memutuskan untuk mengeluarkan Fauzan dari

tim. Mandor Komar terkejut mendengar keputusanku.

Sejak kecil aku diajari Bapak untuk tegas dalam

memutuskan sesuatu. Demi kepentingan tim, aku harus

mengeluarkan Fauzan dari tim utama” (Pabichara,

2012: 324)

“Keputusan sudah ditetapkan. Tidak boleh ada

bantahan atau sanggahan. Tapi, aku bukan orang yang

gampang menyerah.” (Pabichara, 2012: 20)

“Aku tahu, pada saat seperti ini, sebagai kapten tim,

aku harus bisa membangkitkan semangat seluruh

pemain, agar mereka bisa tampil sepenuh daya di

pertandingan puncak.” (Pabichara, 2012: 266).

2) Bapak (Iskan)

Tokoh Bapak dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai orang tua Dahlan yang memiliki watak pendiam,

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

28

pekerja keras, tegas, disiplin, dan penyayang.Terbukti pada

cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Bapak sangat pendiam”. (Pabichara, 2012: 23).

“Aku juga pernah bertanya kepada Bapak soal

penangkapan itu. Namun, Bapak hidup di tengah

“kediamannya” itu” (Pabichara, 2012: 45)

“ Tetapi, Bapak sangat ulet dan tangkas bekerja.

Tangannya tak pernah diam” (Pabichara, 2012: 23).

“Tak ada artinya tubuh ringkih atau kulit keriput, Bapak

terus dan terus bekerja”(Pabichara, 2012: 23).

“ Jika Bapak sudah berkata seperti begitu, tak seorang

pun diantara kami yang bisa mengubah keputusan itu”

(Pabichara, 2012: 20).

“Sesekali dengarkanlah nasihat orangtua Le!” tegas

Bapak ”(Pabichara, 2012: 71).

“Bapak memiliki sepasang mata yang tajam dengan

alis agak tebal. Rambutnya hitam, tebal dan kasar-

kasar. Beliau sangat keras dan disiplin”(Pabichara,

2012: 17).

“Di rumah, Bapak sangat ketat melatih kami soal

disiplin, begitulah cara kami menghargai waktu”

(Pabichara, 2012: 53).

“Walaupun sikap kerasnya, bapakku selalu

menunjukkan sikap yang hangat, kehangatan yang

masih suka kurindukan bahkan sampai hari ini:

mengusap kepalaku dengan pelan, lalu memelukku

begitu lembut”(Pabichara, 2012: 23).

3) Ibu (Lisna)

Tokoh Ibu dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai orang tua Dahlan yang memiliki watak patuh dan

penyayang. Terbukti pada cuplikan dalam novel sebagai

berikut:

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

29

“Ibu tak pernah membantah, apalagi melawan, apa saja

yang dilakukan atau diinginkan oleh Bapak. Tidak juga

kalimat-kalimat menggugat seperti “mengapa? Atau

“bagaimana dengan?” terlontar dari sepasang bibirnya

sekali saja” (Pabichara, 2012: 47).

“ Ibu selalu mampu membuat suasana rumah tetap

bernyawa. Sepasang lengan Ibu selalu hangat, baik

lewat pelukan ataupun usapan, dan kami anak-anaknya,

selalu merindukan lengan hangat itu. Ibulah yang rajin

mengingatkan aku untuk sarapan setiap pagi atau

mengelap keringat di kening adikku, Zain. Ibu juga

yang tak letih meminta kami agar tekun menuntut ilmu

dan tetap sabar. Terutama saat aku dan adikku mulai

merajuk dan banyakm eminta” (Pabichara, 2012: 47).

4) Mbak Atun

Tokoh Mbak Atun dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai kakak sulung yang memiliki lemah

lembut, mandiri dan berbakti. Terbukti pada cuplikan dalam

novel sebagai berikut:

“ Juga wajah kakakku, Mbak Atun, yang ikhlas

meninggalkan gajinya di kampong halaman demi

Bapak, aku dan Zain“ (Pabichara, 2012: 3).

“Mbak Atun sudah memberikan teladan dan pelajaran

yang sangat berharga, merantau diusia muda ke tempat

yang belum pernah ia kunjungi, dan perempuan pula”

(Pabichara, 2012: 362).

“Mbak Atun adalah cerminan sosok Ibu yang

sempurna: rambut hitam, alis tebal, hidung bangir,

lesung pipi, dan tinggi badan benar-benar bak pinang

dibelah dua. Belum lagi tutur katanya, seolah-olah

karakter Ibu diwariskan kepadanya” (Pabichara, 2012:

219).

5) Mbak Sofwati

Tokoh Mbak Sofwati dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai kakak kedua Dahlan yang memiliki watak

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

30

keras, tegas, pendiam, gigih, jujur dan disiplin. Terbukti pada

cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Seperti Bapak, kakak perempuanku yang satu ini

memang bicara seperlunya saja, tegas dan tidak suka

basa-basi” (Pabichara, 2012: 108).

“Meski kami jarang bertemu, aku mengenal karakter

keras kakakku ini. Jika bertutur dengan suara rendah,

dia sedang tak marah, tapi menanggung kesedihan yang

tak terperikan” (Pabichara, 2012: 109).

“Mbak Sofwati pun begitu. Gigih menuntut ilmu,

menjadi pengurus organisasi-organisasi

kemahasiswaan, dan perempuan pula” (Pabichara,

2012: 362).

“Jabatan itu amanat, Le,” ujar Bapak sambil mengelus

kepalaku sewaktu aku mencium punggung tangannya.

“Tirulah sifat kakakmu, Sofwati, jujur dan disiplin.”

(Pabichara, 2012: 163).

6) Zain

Tokoh Zain dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai adik Dahlan yang memiliki watak patuh. Terbukti

pada cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Zain nyabit sendiri dulu, ya? Badan Mas rasanya

capek sekali….”Adikku satu-satunya itu mengangguk

dan meninggalkan aku sendirian” (Pabichara, 2012:

257).

7) Ustadz Ilham

Tokoh Ustadz Ilham dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai ustadz di Pondok Takeran yang memiliki

watak lemah lembut, tegas, berwibawa dan disiplin. Terbukti

pada cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Senyum dan wajahnya yang lembut merebut hati

kami” (Pabichara, 2012: 36).

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

31

“Mulai besok, selama seminggu, kalian harus datang

lebih pagi dan menyapu seluruh lingkungan sekolah

sampai bersih. Sekarang kembali ke kelas!” (Pabichara,

2012: 106)

“Ustadz Ilham mendeham dan menatap santri dengan

penuh wibawa. Ustadz yang masih berusia muda itu

terkenal disiplin dan tidak pandang bulu” (Pabichara,

2012: 159).

8) Kadir

Tokoh Kadir dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai sahabat Dahlan sejak sekolah di SR sampai Aliyah

yang memiliki watak mudah tersentuh, misterius, pendiam dan

pantang menyerah. Terbukti pada cuplikan dalam novel sebagai

berikut:

“Dia memang peka, gampang terharu, tapi dia bukan

lelaki yang mudah menitikan air mata” (Pabichara,

2012: 298).

“Sedang larut menyimak kisah hilangnya Kiai Mursjid

itu, samar-samar kudengar seseorang terisak. Dan,

ketika aku menoleh ke arah isakan itu, Kadir

memejamkan mata. Pada kedua sisi hidungnya terlihat

jelas bekas alur air mata” (Pabichara, 2012: 56).

“Kadir tak pernah cerita dan tak pernah mau bercerita.

Badan ceking, kulit hitam, rambut hitam sedikit

bergelombang, dan tatapan matanya seperti menyimpan

rahasia yang tak ingin diketahui oleh siapapun selain

dia” (Pabichara, 2012: 34)

“Yang kusuka dari Kadir adalah kepolosan dan

keterusterangannya. Dia jarang tersinggung meski

jarang juga tertawa. Tetapi, kalau dia tertawa, dunia

seolah ikut bergembira bersamanya” (Pabichara, 2012:

34).

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

32

“Bagiku, Kadir itu seorang pejuang. Dia punya

harapan, dan dia berjuang sekuat tenaga untuk

mewujudkan harapan itu” (Pabichara, 2012: 101).

9) Imran

Tokoh Imran dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai sahabat Dahlan yang memiliki watak manja, keras

kepala, bandel, jahil dan bersahaja. Terbukti pada cuplikan

dalam novel sebagai berikut:

“Sebagaimana kebanyakan orang kaya, Imran selalu

ingin dituruti kemauannya” (Pabichara, 2012: 63).

“Murid berbadan paling besar paling besar di antara

teman sekelasku itu terkenal yang paling bandel. Ada

saja ulahnya setiap hari: berisik saat belajar atau ujian,

menganggu teman sebangkunya, melempari murid lain

dengan remasan kertas, menggoda murid-murid

perempuan hingga mereka menangis, bolos kalau dapat

giliran beajar pidato, dan tak pernah duduk diam di

kursi meski sudah berkali-kali ditegur oleh guru”

(Pabichara, 2012: 143).

“Takjub, begitulah perasaanku ketika mendengr

jawaban Imran. Takub pada sepatunya, takjub pada

caranya menawab pertanyaanku yang, sungguh, jauh

dari kesan ingin pamer atau minta dipuji (Pabichara,

2012: 199)

“Jikalau kami berkumpul dan Kadir hadir bersama

kami, Imran akan segera berlalu tanpa pesan apapun.

Dia benar-benar keras kepala untuk urusan yang satu

ini” (Pabichara, 2012: 302).

10) Komariyah

Tokoh Komariyah dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai sahabat Dahlan yang memiliki watak

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

33

pemberani, pendiam, tomboy, bersahabat dan dewasa Terbukti

pada cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Dia perempuan pemberani. Dia juga santri Madrasah

Tsanawiyah Takeran, sekelas denganku. Jika dia bicara,

dia seperti sudah sangat dewasa, padahal umurnya

setahun lebih muda dariku. Tapi, yang kusuka darinya

adalah semangatnya” (Pabichara, 2012: 149).

“Ketika bocah-bocah perempuan lain di Kebon Dalem

sibuk menemani ibu-ibu mereka mengolesi kain batik

dengan malam, dia malah ikut dengan bocah-bocah

lelaki ke tegalan. Tak sekedar menoton, dia ikut

bermain luncur-luncuran, wayang-wayangan, petak

umpet,atau tangkap ikan setiap purnama tiba. Cuma

satu yang tidak pernah dia coba, berenang. Ya,

Komariyah takut air. Namu, dia sangat menghargai

ikatan persahabatan (Pabichara, 2012: 150).

11) Maryati

Tokoh Maryati dalam novel Sepatu Dahlan

digambarkan sebagai santri perempuan yang baik hati dan

paling cantik di kelas Dahlan, putri seorang pedagang buah-

buahan di Takeran. yang memiliki watak dermawan, cerewet,

sederhana, tidak sabaran. Terbukti pada cuplikan dalam novel

sebagai berikut:

“Maryati menghentikan langkah,”buat kamu…”

katanya sambil menynadarkan sepeda di pinggangnya,

dan segera membuka tas. Sesisir pisang besar-

besarsegera menggelitik perutku” (Pabichara, 2012:

114)

“Dia seperti burung dara piaraan Zain, tak mau

berhenti berkicau. Sesekali dia melirik, tersenyum dan

ngomong ngalor-ngidul lagi” (Pabichara, 2012: 113)

“Dia santri perempuan yang baik hati dan paling cantik

di kelasku” (Pabichara, 2012: 99)

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

34

“Sebagai putri tunggal dengan baying-bayang warisan

tak terbilag dari ayahnya, dia tetap sederhana dan tidak

pandang bulu dalam membantu” (Pabichara, 2012: 342)

“Namun, Maryati bukan tipe orang yang suka

menunggu, terbukti setelah dia segera ke dalam rumah

beberapa menit setelah menyandarkan sepedanya

dipagar” (Pabichara, 2012: 318).

12) Aisha

Tokoh Aisha dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai anak Mandor Komar yang memiliki watak rajin,

terbukti pada cuplikan dalam novel sebagai berikut:

“Dulu, aku berkali-kali melihat gadis-berambut-

panjang itu menjemur pakaian setiap pagi di rumah

bang Malik” (Pabichara, 2012: 284).

“Pikiranku melayang-layang ke suatu masa ketika gadis

berambut panjang itu menjemur pakaian setiap pagi,

aku melintas di depan rumahnya dan memandanginya

diam-diam dari kejauhan. Dia anak orang kaya, putrid

seorang mandor yang disegani, tetapi dia mencuci dan

menjemur sendiri pakaiannya. Dia tidak manja

meskipun bisa bermanja-manja” (Pabichara, 2012: 362-

363)

13) Arif

Tokoh Arif dalam novel Sepatu Dahlan digambarkan

sebagai sahabat Dahlan yang memiliki watak bersahaja dan

termasuk murid paling cerdas di kelas. Terbukti pada cuplikan

dalam novel sebagai berikut:

“Namun dia tetap bersahaja. Tak pernah memilih-milih

teman” (Pabichara, 2012: 142).

“Arif murid paling cerdas di kelasku. Selain hafal Al-

Qur’an 10 juz, dia juga hafal banyak hadis di luar

kepala. Bahasa Arabnya juga jago. Tidak seperti aku

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

35

yang sekolah di SR, Arif melewati pendidikan dasarnya

di Madrasah Ibtidaiyah” (Pabichara, 2012: 142).

d. Sudut Pandang

Novel Sepatu Dahlan menggunakan sudut pandang orang

pertama. Penulis menempatkan dirinya sebagai pelaku cerita dan

tokoh utama dalam cerita. Pengarang dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaan pelaku. Kata ganti yang digunakan adalah

kata ganti orang pertama (saya, aku, kita).

“Aku akan sekolah di Pesantren keluarga kita, Pak”

jawabku sambil menahan tangis. “Kata Kiai Mursyid,

kewajiban keluarga kita yang paling utama adalah

menjaga kelangsungan Pesantren Takeran” (Pabichara,

2012: 26).

“Ternyata aku tertidur. Begitu terbangun, Ibu masih di

atas dingklik, membatik dengan tekun. Di luar,

matahari baru saja tergelincir ke sebelah barat. Aku

segera bangkit dan mengganti kemeja dengan kaus baru

berwarna hitam, hadiah kelulusan dari Ibu. Setelah

mengganti baju, aku harus menyabit rumput. Dua puluh

delapan ekor domba sudah menungguku” (Pabichara,

2012: 44).

e. Latar atau Setting

Latar pada Novel Sepatu Dahlan berpijak pada pendapat

Nurgiyantoro (dalam Raharjo dan Eko, 2017: 26), penganalisisan

latar dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga unsur yaitu latar

tempat, waktu dan sosial. Adapun latar tempat dari novel ini adalah

sebagai berikut:

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

36

1) Kebon Dalem

Kutipan novel :

“Kebon Dalem. Itulah kampung kelahiranku. Sebuah

kampung kecil dengan enam buah rumah, atau sebut

saja gubuk, yang letaknya saling berjauhan” (Pabichara,

2012:13).

“Kebon Dalem seolah kampung tua yang ditinggalkan

seluruh penghuninya. Lenggang. Padahal, siang-siang

begini orang-orang memilih berdiam di rumah agar

terhindar dari terik matahari” (Pabichara, 2012: 82).

2) Pesantren Takeran

Kutipan novel:

“Matahari sudah sepenggalah waktu aku dan Bapak

memasuki kawasan Pesantren Takeran. Gapura

dihubungkan oleh sebuah plang panjang melengkung

dari seng, yang dicat hijau dan tampak gemilang diterpa

cahaya matahari pagi, seolah mengucapkan selamat

datang. Pada plang itu tertulis dengan huruf-huruf

kapital nama pesantren: PONDOK SABILIL

MUTTAQIEN” (Pabichara, 2012: 30).

3) Aula Pesantren

Kutipan novel:

“Aula Pesantren Takeran ini luas, seukuran dengan

lapangan bola yang ada di kantor perkebunan tebu di

Gorang Gareng. Lapang, tanpa dinging, hanya tiang-

tiang dari kayu yang berjajar rapi. Santri-santri

bergerombol, duduk tak beraturan, bising bak lebah

yang diusik dengan sarangnya, hingga Ustadz Ilham

berdiri sambil mengangkat kedua tangannya”

(Pabichara, 2012: 35)

4) Sumur tua Cigrok

Kutipan novel:

“Dan tibalah kami di sumur tua Cingrok yang berada di

tengah-tengah tegalan dengan batang-batang ketela

yang tumbuh liar, semak-semak belukar dan rumput-

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

37

rumput setinggi lutut, juga beringin besar yang terkenal

keramat” (Pabichara, 2012: 68).

5) Ladang tebu

Kutipan novel:

“ Setengah jam kemudian, aku sudah berada di tepi

ladang tebu. Hamaran tebu sudah di depan mata.

Ladang tebu ini milik perkebunan, begitu orang-orang

di kampung kami menyebutnya” (Pabichara, 2012: 83).

6) Lapangan voli

Kutipan novel:

“Aku terlambat. Lapangan bola voli di depan kantor

Camat Takeran itu sudah penuh. Seolah seluruh

penduduk tumpah ruah di lapangan ini” (Pabichara,

2012: 223).

“Tim lawan, SMP Bendo, sudah bersiap-siap di pinggir

lapangan, di seberang tim kami” (Pabichara, 2012:

231).

“Halaman kantor Kecamatan Takeran kini dipenuhi

manusia. Semua mata tertuju pada lapangan seukuran

sembilan kali delapan meter” (Pabichara, 2012: 270)

7) Langgar

Kutipan novel:

“Bapak berjalan ke langgar, sementara kami langsung

ke dapur. Beberapa saat kemudian, kami sudah berada

di dalam langgar bersama anak-anak Kebon Dalem”

(Pabichara, 2012: 303).

8) Pasar Madiun

Kutipan novel:

“Aku mengangguk pasrah dan menguntit di belakang

Arif. Kami memasuki Pasar Madiun yang agak

lengang. Hanya ada penjaja dagangan yang menunggui

lapak-lapak mereka dan beberapa pembeli yang sibuk

tawar menawar harga” (Pabichara, 2012: 259).

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

38

“Setiba di pasar Madiun yang disesai pembeli, aku

langsung ke lapak penjual sepatu bekas” (Pabichara,

2012: 333)

9) Rumah

Kutipan novel:

“ Rumahku, seperti rumah lainnya di kampong ini

berlantai tanah. Jika musim hujan tiba, akan lembap

dan basah. Setiap kemarau datang, lantai tanah itu

panas dan berdebu. Di sana, di lantai tanah yang

lembap atau berdebu itu, aku dan adikku menggelar

tikar setiap malam. Ajaibnya, kami selalu bisa

mendengkur dengan nikmat” (Pabichara, 2012: 42)

Latar waktu dalam novel ini lebih menekankan pada waktu

harian, seperti pagi, siang, sore dan malam hari.

1) Pagi hari

“Fajar mulai menyemburat di celah-celah daun tebu.

Dua ikat rumput kuletakkan ke pikulan, dan aku segera

pulang” (Pabichara, 2012: 26).

“Dua hari setelah aku menjatuhkan anglo dan malam,

ketika embun belum menguap dan rumput-rumput teki

masih basah, seorang perempuan paruh baya bertamu

ke rumahku” (Pabichara, 2012: 51).

“Keesokan harinya, setiba di sekolah, santri-santri

sudah banyak yang lebih dulu datang. Pagi ini aku

terlambat” (Pabichara, 2012: 98).

2) Siang hari

“Matahari tepat berada di ubun-ubun, panas membara.

Bayangan-bayangan memendek. Aku berjalan kaki

sepanjang enam kilometer dengan perut keroncongan”

(Pabichara, 2012: 39).

“Selepas sholah Zuhur, seluruh anggota tim voli

berkumpul di pendopo kecamatan, menikmati sajian

punjungan yang baru saja dibawa oleh Adam, Amal,

Maksum, dan Rasul” (Pabichara, 2012: 229).

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

39

“Matahri seperti sedang murka menumpahkan teriknya

di tengah-tengah sawah. Tak seorang pun peduli terik

matahari yang seakan membakar ubun-ubun dan kulit

kami” (Pabichara, 2012: 237).

3) Sore hari

“Ternyata aku tertidur. Begitu terbangun, Ibu masih di

atas dingklik, membatik dengan tekun. Di luar, matahari

baru saja tergelincir ke sebelah barat” (Pabichara, 2012:

44).

“Sore ini aku tidak menggembala. Sudah menjelang

magrib, tetapi Bapak belum juga pulang. Ibu juga.

Rumah terasa sangat sunyi, benar-benar sunyi”

(Pabichara, 2012: 92)

4) Malam hari

“Seperti malam-malam sebelumnya, Bapak sudah

berangkat ke sawah selepas shalat isya” (Pabichara,

2012: 24).

“Ketika malam tiba, ingatan tentang sepatu itu belum

juga sirna. Aku ingin sekali punya sepatu” (Pabichara,

2012: 202)

Latar sosial dalam novel ini digambarkan oleh kemiskinan

warga Kebon Dalem dan tradisi yang dijalankan oleh warga yaitu

kupatan. Kutipan novel:

“Meski warga Kebon Dalem miskin, anak-anak atau

remaja seusiaku semuanya sekolah.” (Pabichara, 2012:

15).

“Bagi penduduk Takeran, semasa kupatan ini, ada lagi

tradisi munjung, berkunjung ke rumah Kiai. Punjungan

berarti ada makanan khusus yang harus diantarkan ke

rumah Kiai sepuh, terdiri dari lontong dan sayur lima

rupa” (Pabichara, 2012: 228).

f. Amanat

Amanat yang dapat diambil dalam Novel Sepatu Dahlan

karya Khrisna Pabichara adalah sebagai berikut:

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

40

1) Sabar, menerima, dan dan mensyukuri kehidupan yang

diberikan Tuhan. Meskipun hidup serba kekurangan kita harus

tetap berusaha agar bisa menolong diri sendiri.

2) Mimpi akan terwujud jika kita mau berusaha dengan sungguh-

sungguh dan tidak mudah putus asa.

3) Berpikirlah sebelum bertindak agar tidak ada penyesalan.

4) Pupuklah sikap tolong menolong antar sesama.

5) Disiplin adalah pangkal tanggung jawab yang lahir dari

kemauan dan kesungguhan diri sendiri.

4. Keunggulan Novel

Novel Sepatu Dahlan sangat baik dalam memberikan

gambaran kehidupan masa kecil Dahlan. Novel ini sangat memberikan

inspirasi bagi para pembacanya. Sosok masa kecil Dahlan yang hidup

dalam kemiskinan tak membuatnya menyerah oleh keadaan. Kedua

mimpinya dapat ia raih dengan ketekunan dan kerja kerasnya. Selain

itu, novel ini mengajak kita untuk memaknai arti persahabatan

sebagaimana digambarkan saat terjadi kesalahpahaman antara Imran

dengan Kadir. Novel ini juga mengajak kita untuk memaknai arti

semangat kerja tim.

Novel ini sangat baik untuk dibaca oleh semua kalangan,

terutama keluarga yang berperan penting dalam membangun karakter

anak. Sosok Bapak Dahlan dapat dijadikan contoh bagaimana cara

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

41

orang tua mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya,

baik itu melalui cerita maupun tingkah lakunya.

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

42

BAB III

DISKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH

A. NOVEL

1. Pengertian Novel

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2018: 12) sebutan novel (bahasa

Inggris: novel) berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa

Jerman: novelle) yang berarti sebuah baru yang kecil dan kemudian

diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa). Warsiman (2016:

109), novel merupakan sebuah prosa naratif fiksional yang panjang

dan kompleks yang menggambarkan secara imajinatif pengalaman

manusia melalui rangkaian peristiwa yang saling berhubungan dengan

melibatkan sejumlah orang (karakter) di dalam setting (latar) yang

spesifik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) novel adalah karangan

prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang

dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan

sifat setiap pelaku (Suhendar, 2014: 60). Sumaryanto (2019: 39)

mendefinisikan novel yaitu cerita prosa yang menceritakan suatu

kejadian luar biasa sehingga melahirkan suatu konflik yang

mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya. Purwono (dalam

Raharjo & Wiyanto, 2017: 6) berpendapat bahwa novel diartikan

sebagai sebuah karya fiksi yang memaparkan ide, gagasan atau

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

43

khayalan seorang pengarang. Ide atau gagasan tersebut berupa

pengalaman langsung yang dimiliki pengarang ataupun sebuah ide

yang imajinatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang novel di atas yang

dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa novel

merupakan suatu karya sastra prosa fiksi yang di dalamnya berisi

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di

sekelilingnya, mempunyai unsur yang kompleks meliputi plot, tokoh,

konflik, tema, suasana, latar dan lain-lain.

2. Jenis-jenis Novel

Nurgiyanto (dalam Raharjo & Wiyanto, 2017: 6) membedakan

novel menjadi dua jenis, yaitu novel serius dan novel popular.

a. Novel Serius

Novel serius biasanya mengungkapkan sesuatu yang baru

dengan penyajian yang baru pula. Unsur kebaruan sangat

diutamakan dalam novel serius. Gagasan di dalam novel diolah

dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius

membutuhkan sesuatu yang baru yang memiliki ciri khas daripada

novel-novel yang telah dianggap biasa. Novel serius di samping

memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan

pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak

mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

44

sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan

(Nurgiyantoro, 1998: 19).

b. Novel Populer

Novel popular adalah novel yang popular pada masanya

dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan

remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu

menzaman. Novel popular tidak menampilkan permasalahan

kehidupan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak

berusaha meresapi hakikat kehidupan. Novel popular pada

umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat

ketinggalan zaman, tidak memaksa orang untuk membacanya

sekali lagi. Novel semacam itu biasanya cepat dilupakan orang,

apalagi sesudahnya muncul novel-novel baru yang lebih popular

pada masa sesudahnya (Nurgiyantoro, 2018: 21).

Stanto mengemukakan bahwa novel popular lebih mudah

dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia memang semata-mata

menyampaikan cerita. Nurgiyantoro lebih lanjut menjelaskan novel

popular tidak begitu memfokuskan pada efek estetis, tetapi

memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. Novel popular

cenderung untuk mengejar selera pembaca dan komersial sehingga

novel ini tidak akan menceritakan sesuatu dengan serius (Raharjo

& Wiyanto, 2017: 7).

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

45

Albana (2015: 20) menyebutkan jenis –jenis novel pada

umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Novel Fiksi

Adalah novel yang dibangun berdasarkan fiktif belaka.

Alur, tokoh, plot, dan semua yang berhubungan dengan unsur

novel hampir dikuasai kefiktifan.

2) Novel Non Fiksi

Adalah kebalikan dari novel fiksi. Semua cerita yang

ada di dalam novel jenis ini pada umumnya kisah nyata.

Semisal, pengalaman seseorang atau berasar dari kejadian yang

terjadi dalam lingkungan secara luas.

Keluar dari jenis di atas, novel pun bisa dibagi berdasarkan

genre-nya. Berikut beberapa novel yang sering ditemui di pasaran

perbukuan Indonesia, antara lain:

a) Novel Romantis

Novel romantis adalah novel yang memuat cerita

panjang bertemakan cinta. Novel ini hanya dibaca khusus oleh

para remaja atau orang dewasa. Alur ceritanya pertemuan dua

tokoh yang berlawan jenis dan ditulis semenarik mungkin

dengan konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik

klimaks, diakhiri deengan sebuah ending yang kebanyakan

bercabang jadi tiga: happy ending (dua tokoh utama bersatu),

sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan ending

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

46

menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah

itu) (Wicaksono, 2014: 86).

b) Novel Inspiratif

Novel inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah

cerita yang bisa member inspirasi pembacanya. Biasanya novel

inspiratif ini banyak yang bersal dari cerita nonfiksi atau nyata.

Tema yang disuguhkan pun banyak, seperti tentang pendidikan,

ekonomi, politik, prestasi, dan percintaan. Gaya bahasanya pun

kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui karakter tokoh yang tak

terduga. Novel yang dapat menumbuhkan inspirasi bagi banyak

orang (Wicaksono, 2014: 87).

c) Novel Komedi

Novel komedi adalah novel yang menyajikan kelucuan,

kekonyolan si tokoh dalam menjalani alur, plot, dan konflik

hingga penyelesaiannya (Albana, 2015: 21).

d) Novel Horor

Suatu cerita fiktif berbentuk novel yang kisah ceritanya

melukiskan kejadian-kejadian yang bersifat menakutkan

disebut novel horor. Para tokohnya, misalnya, drakula yang

sedang menghisap darah, hantu-hantu yang bergentayangan,

atau delman siluman dengan kudanya yang berlari kencang dan

meringkik-ringkik di keheningan malam. Setting atau latarnya,

misalnya di sebuah kuburan keramat, di gedung atau bangunan

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

47

kosong lainnya yang lama ditinggal penghuninya, di bawah

sebuah pohon yang angker, atau di tempat-tempat

menyeramkan lainnya. Adapun peristiwanya beragai keajaiban

alam yang supernatural yang berbaur dengan kekerasan,

kekejaman, kekacauan, atau kematian (Juanda, 2017: 140).

e) Novel Misteri

Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki

rumit yang merespons pembacanya untuk berpartisipasi dalam

menyelesaikan masalah tersebut bersifat mistis dank keras.

Tokoh-tokoh yang terlibat biasanya banyak dan beragam,

seperti polisi, detektif, ilmuan, budayawan, dan lain-lain

(Wicaksono, 2014: 87).

Sedangkan menurut pangsa pasar dan isinya, novel dibagi

menjadi:

(1) Teenlit

Istilah teenlit tampaknya merujuk pada pengertian

bacaan cerita yang ditulis untuk konsumsi remaja usia

belasan tahun. Salah satu karakteristik novel teenlit adalah

bahwa mereka selalu berkisah tentang remaja, baik yang

menyangkut tokoh-tokoh (utama) maupun

permasalahannya. Para tokoh remaja itu hadir lengkap

dengan karakter dan permasalahannya: pertemanan, kisah

cinta, putuh-sambung cinta, impian, khayalan, cita-cita,

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

48

konflik dan lain-lain yang kesemuanya merupakan

romantika dunia remaja (Nurgiyantoro, 2018: 26-27).

(2) Chicklit

Adalah novel yang berisikan tentang wanita muda

yang belum menikah. Pada umumnya isi dari chicklit ini

sangat komplek, di mana cerita ini sulit dipahami oleh

remaja meski dari kalangan perempuan sendiri (Albana,

2015: 21).

(3) Songlit

Novel ini ditulis berdasarkan sebuah lagu. Bisa juga

novel yang terkenal karena menjadi inspirasi dalam

penulisan lagu. Contohnya Ayat-ayat Cinta. Judul yang

dipopulerkan oleh Rossa dan menjadi sebuah soundtrack

film dengan judul yang sama pula. Buku ini bisa dinikmati

oleh siapa pun, baik remaja maupun orang dewasa

(Wicaksono, 2014: 88).

(4) Dewasa

Adalah novel yang berisikan seputar percintaan

orang dewasa; menyangkut seputar seksualitas. (Albana,

20015: 21)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

dapat dibedakan menjadi yaitu novel serius dan novel popular serta

dapat digologkan jenis-jenis novel berdasarkan keyataan ceritanya,

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

49

jenis novel berdasarkan jenis ceritanya, maupun jenis novel

berdasarkan isi maupun tokohnya.

3. Unsur-unsur Novel

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang berasal dari dalam karya

sastra. Unsur intrinsik dalam sebuah novel adalah unsur-unsur

yang turut serta membangun cerita di dalamnya. Unsur intrinsik

novel terdiri atas tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang

penceritaan dan gaya bahasa atau bahasa (Lubis dan Achmad,

2017: 10)

1) Tema

Tema atau sering disebut sebagai “pokok pikiran”

merupakan suatu ide yang mendasari cerita. Hal ini sejalan

dengan pendapat Scharbach (dalam Andri, 2004: 94)

mengartikan tema sebagai tempat meletakkan suatu perangkat

karena tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita

sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang

dalam memaparkan fiksi yang dibuatnya.

Warsiman (2016: 114) tema merupakan suatu unsur

novel yang memberi makna secara menyeluruh terhadap isi

cerita yang telah disampaikan kepada pembaca. Pembaca dapat

menemukan keberadaan tema hanya dengan jalan membaca

keseluruhan cerita secara cermat. Usaha untuk menentukan

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

50

tema sebuah novel dijelaskan oleh Stanton (dalam dalam

Fitriani dan Achmad, 2017: 11) yaitu dengan beberapa keriteria

sebagai berikut:

a) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya

mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol.

b) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat

bertentangan dengan tiap detail cerita.

c) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak

mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan

baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel

yang bersangkutan.

Waluyo (dalam Fitriani dan Achmad, 2017: 11)

mengklasifikasikan tema menjadi lima jenis, yaitu:

(1) Tema yang bersifat fisik, menyangkut isi cerita yang

bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia. Misalnya,

tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan

perdagangan, dan lain-lain.

(2) Tema organik (moral), menyangkut hubungan antara

manusia. Misalnya: penipuan, masalah keluarga, problem

politik, ekonomi, adat, tata cara dan lain-lain.

(3) Tema sosial, berkaitan dengan problem kemasyarakatan.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

51

(4) Tema egoik (reaksi individu); berkaitan dengan protes

pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebih, dan

pertentangan individu.

(5) Tema divine (ketuhanan) menyangkut renungan yang

bersifat religius hubungan manusia dengan sang khalik.

Berdasarkan pendapat tentang tema di atas, dapat

disimpulkan bahwa tema merupakan ide yang mendasari suatu

cerita dan memberi makna secara menyeluruh terhadap isi

cerita yang telah disampaikan kepada pembaca.

2) Alur

Abrams mendefinisikan alur ialah rangkaian cerita yang

dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin

sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu

cerita. Sudjiman mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa di

dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya

dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh

kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang

direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan

cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Siswanto,

2008: 159).

Aziez dan Abdul Hasim (2012: 58) menjelaskan

tahapan-tahapan alur (peristiwa-peristiwa) dalam fiksi sebagai

berikut:

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

52

a) Eksposisi merupakan tahapan awal, atau penjelasan

awal. Dimana para tokoh pelaku diperkenalkan kepada

pembaca, cerminan situasi para tokoh, rencana konflik

yang akan terjadi, dan tergambarkan suatu indikasi

tentang resolusi fiksi tersebut.

b) Komplikasi merupakan bibit-bibit intrik yang

berkembang menjadi konflik. Tokoh utama menemui

gagasan-gagasan dan hambatan-hambatan yang

menjauhkan dia dari tujuannya. Dalam komplikasi

inilah pembaca dapat mempelajari dan menelaah serta

memahami tipe sosok yang bagaimanakah tokoh utama

itu.

c) Klimaks, merupakan puncak konflik. Pada klimaks

inilah biasanya terjadi perubahan penting dalam nasib

tokoh utama, apakah akan menemui kesuksesan atau

sebaliknya. Oleh karena itu, klimaks merupakan titik

wilayah tempat melihat arah mana yang akan dituju alur

fiksi itu.

d) Relevasi merupakan pengungkapan suatu tabir masalah.

Masalah sesungguhnya (yang dialami tokoh utama)

mulai terkuak sehingga mulai jelas arah

penyelesaiannya.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

53

e) Denouement merupakan penyelesaian yang

membahagiakan (happy ending) yang dibedakan

dengan catastrophe, yaitu penyelesaian yang

menyedihkan (sad ending), serta solution, yaitu

penyelesaian yang bersifat terbuka (penyelesaian

diserahkan kepada pembaca sesuai daya imajinasinya).

Waluyo (dalam Fitriani dan Ahmad, 2017: 13) ,

menyatakan tiga jenis alur, yaitu :

(1) Alur garis lurus atau alur progresif atau alur konvensional

Yaitu penulisan cerita menggunakan urutan

peristwa berurutan dari awal hingga akhir. Dilakukan

dengan memilih peristiwa penting sesuai pertimbangan

yang mendukung proses penceritaan.

(2) Alur flashback atau alur sorot balik atau alur regresif

Yaitu alur yang dimulai dengan sebelumnya

ditampilkan bagian akhir cerita tersebut baru kemudian

diceritakan bagian awalnya.

(3) Alur campuran

Yaitu perpaduan antara alur garis lurus dan alur sorot

balik. Cerita bisa diawali pada bagian akhir menuju bagian

awal, kemudian kembali ke bagian akhir lagi begitupun

sebaliknya.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

54

Berdasarkan pendapat tentang alur di atas, dapat

disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian cerita yang

dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa melalui rumitan ke

arah klimaks dan selesaian sehingga menjalin sebuah cerita.

3) Latar

Stanton (dalam Hafid dan Eko, 2017: 26)

mendefinisikan latar sebagai lingkungan yang melingkupi

sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi

dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar

dapat berwujud dekor, seperti suatu tempat dan pegunungan

serta latar yang berwujud waktu-waktu tertentu seperti hari,

bulan, tahun, cuaca, atau satu periode sejarah. Menurut

Sujiman latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang,

dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Hudson

menyebut latar atau landas tumpu sebagai milieu dari sebuah

cerita seperti tata cara, kebiasaan, cara hidup (yang masuk

dalam komposisi), latar belakang alam dan lingkugan sekitar

(environment) (Taum, 2018: 56).

Nurgiantoro (dalam Hafid dan Eko, 2017: 26)

membedakan latar menjadi tiga kategori:

a) Latar tempat, yaitu pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi,

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

55

b) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah kapan

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi,

c) Latar sosial, yaitu menyarankan pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat

di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Berdasarkan pendapat tentang latar di atas, dapat

disimpulkan bahwa latar merupakan keterangan mengenai

ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam karya

sastra.

4) Penokohan

Penokohan menurut Burhan Nurgiyantoro (dalam Hafid

dan Eko, 2017: 10-14) disamakan artinya dengan karakter dan

perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu

dalam watak tertentu dalam sebuah cerita. Batasan ini member

indikasi bahwa tiap tokoh mempunyai karakter tertentu yang

mampu mendukung jalannya cerita sekaligus berhubungan

dengan unsur lain yang akhirnya membentuk keterjalinan cerita

yang padu dan utuh dalam novel. Menurut Burhan, pelukisan

tokoh dapat dimunculkan dengan teknik ekspositori dan teknik

dramatik:

a) Teknik ekspositori disebut juga teknik analitis. Teknik

ekspositori menghadirkan tokoh dengan tidak berbelit-belit,

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

56

melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi

kediriannya, yang mungkin berupa sikap, watak, sifat,

tingkah laku, atau juga bahkan ciri fisiknya.

b) Teknik dramatik menampikan tokoh secara tidak langsung.

Tokoh cerita tidak dideskipsikan secara eksplisit sifat serta

tingkah lakunya. Pengarang membiarkan para tokoh cerita

menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas

yang dilakukan, baik lewat kata maupun tindakan dan

tingkah laku. Kelebihan teknik dramatik, diantaranya:

(1) Pembaca dapat menemukan sesuatu yang baru,

(2) Pembaca melibatkan diri secara aktif, kreatif, dan

imajinatif,

(3) Teknik ini secara aplikatif mendekati kenyaaan dalam

kehidupan sehari-hari,

(4) Pembaca bebas untuk menafsirkan tokoh cerita.

Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam novel terbatas,

apalagi yang berstatus tokoh utama. Tokoh-tokoh cerita dalam

novel biasanya ditampilkan secara lebih lengkap, misalnya

yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial,

tingkah laku, sifat dan kebiasaan, dan lain-lain termasuk

bagaimana hubungan antartokoh itu, baik hal itu dilukiskan

secara langsung maupun tidak langsung (Burhan, 2018: 16).

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

57

Berdasarkan sudut pandang peran tokoh-tokoh,

Nurgiantoro (dalam Warsiman, 2017: 139) membedakan tokoh

atas tokoh utama (central character) dan tokoh tambahan

(peripheral character), sedangkan berdasarkan fungsi

penampilan tokoh, dibedakan atas tokoh protagonist dan tokoh

antagonis. Lebih lanjut, Nurgiantoro menjelaskan bahwa yang

disebut dengan tokoh utama (central character) adalah tokoh

yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah novel (fiksi

naratif) yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling

banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian, sedangkan yang disebut tokoh tambahan

(peripheral character) adalah keseluruhan cerita lebih sedikit

dan tidak dipentingkan serta kehadirannya hanya jika ada

keterkaitan dengan tokoh utama, secara langung maupun tidak

langsung. Sementara itu yang disebut tokoh protagonis adalah

tokoh yang dikagumi atau tokoh popular (hero), sedangkan

tokoh antagonis sering disebut sebagai tokoh oposisi, atau

tokoh penyebab terjadinya konflik.

Berdasarkan pendapat tentang penokohan di atas, dapat

disimpulkan bahwa penokohan merupakan cara pengarang

menyampaikan suatu karakter tokoh dalam cerita berhubungan

dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, sifat dan

kebiasaan, dan lain-lain termasuk bagaimana hubungan

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

58

antartokoh itu, baik hal itu dilukiskan secara langsung maupun

tidak langsung.

5) Sudut Pandang (Point of view)

Waluyo (dalam Hafid dan Eko, 2017: 34)

mendefinisikan sudut pandang atau point of view adalah sudut

dari mana pegarang bercerita. Sudut pandang menjadi cara atau

pandangan yang digunakan pengarang untuk menyajikan

kepada pembaca tentang tokoh, tindakan, latar dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang merupakan

cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang

dipaparkan. Berdasarkan pengertian ini, Aminuddin (dalam

Aziez dan Abdul Hasim, 2012: 52) membagi sudut pandang

atas:

a) Narrator omniscient, yaitu pengisah yang berfungsi sebagai

pelaku cerita sehingga menjadi penutur yang serba tahu

tentang apa yang ada dalam bentuk pelaku utama maupun

sejumlah pelaku yang lain, baik secara fisik maupun

psikologis. Dalam sudut pandang semacam ini pengisah

(pengarang) menyebut pelaku utama dengan sebutan saya

atau aku.

b) Narrator observer, yaitu bila pengisah hanya berfungsi

pengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya

tahu dalam batas tertentu tentang perilaku batiniah para

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

59

pelaku. Pengarang mengisahkan nama pelakunya dengan

sebutan ia, dia, nama lain maupun mereka.

c) Narrator observer omniscient, yaitu meskipun pengarang

hanya menjadi pengamat dari pelaku, tetapi juga

mmerupakan pengisah yang serba tahu meskipun pegarang

masih juga menyebut nama pelaku dengan sebutan ia, dia,

maupun mereka. Dalam hal ini, pengarang diibaratkan

dalang yang serba tahu para pelaku yang dimainkannya.

d) Narrator the third person omniscient, yaitu pengarang hadir

di dalam cerita yang diceriptakannya sebagai pelaku ketiga

yang serba tahu. Sebagai pelaku ketiga yang tidak terlibat

secara langsung dalam keseluruhan dan jalinan cerita,

pengarang dalam hal ini juga masih sebagai penutur yang

serba tahu tentang cirri-ciri fisikal dan psikologis pelaku,

maupun kemungkinan kadar nasib yang bakal dilami para

pelaku.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa sudut pandang merupakan cara atau pandangan

pengarang untuk menyajikan kepada pembaca tentang tokoh,

tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita.

6) Gaya Bahasa Atau Bahasa

Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh

pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

60

dan indah (Kusmayadi,dkk, 2008: 62). Gaya bahasa adalah cara

pengarang menggunakan bahasa untuk menghasilkan karya

sastra (Wiyanto, dalam Saifur Rahman dan Andri, 2018: 253).

Kemudian, gaya bahasa juga berhubungan dengan cara

mengungkapkan bahasa seorang pengarang untuk mencapai

efek keindahan dan kekuatan daya ungkap. Untuk mencapai hal

tersebut, maka gaya bahasa dapat berbentuk diksi, pencitraan,

majas dan gaya retoris :

a) Diksi

Dalam unsur diksi, pengarang memilih kata yang

sesuai dengan apa yang ingin diungkaapkan dan ekspresi

yang ingin dihasilkan. Pilihan kata yang digunakan bisa

dari kosa kata asing yang bermakna denotasi (makna

sebenarnya) maupun konotasi (makna kiasan).

b) Pencitraan

Pencitraan adalah kata atau susunan kata yang dapat

memperjelas apa yang dinyatakan oleh pengarang sehingga

apa yang digambarkan dapat ditangkap oleh pancaindera

pembaca.

c) Majas

Majas adalah teknik pengungkapan dalam

menggunakan bahasa kiasan. Majas secara umum terdiri

atas majas perbandingan/perumpamaan, pertentanggan dan

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

61

pertautan. Majas perbandingan atau majas perumpamaan

mencankup beberapa bentuk diantaranya adalah simili,

metafora, dan personifikasi. Bentuk majas pertentangan di

antaranya adalah ironi dan paradoks. Terakhir adalah

bentuk majas pertautan di antaranya metonimi, sinekdot,

dan hiperbola.

d) Gaya Retoris

Gaya teroris adalah teknik pengungkapan yang

menggunakan bahasa yang sedemikian rupa dengan

menggunakan struktur kata atau kalimat untuk

menimbulkan efek tertentu. Beberpa bentuk gaya retoris

diantaranya (1) repetisi yang berhubungan dengan

pengulangan kata atau kelompok kata baik pada posisi

awal, tengah, atau akhir, (2) anaphora yang berhubungan

dengan pengulangan kata di awal kalimat, (3) parelelisme

yang berhubungan dengan pengulangan bentuk dengan

menekankan pada kesejajaran, (4) polisindeson yang

berhubungan dengan pengulangan kata tugas tertentu, (5)

asyndeton yang berhubungan denan pengulangan tanda

baca, (6) klimaks dan (7) antiklimaks.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan bahasa

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

62

seorang pengarang untuk mencapai efek keindahan dalam

karya sastra.

7) Amanat

Amanat adalah unsur pendidikan terutama pendidikan

moral, yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya

lewat karya sastra yang ditulisnya (Wiyanto dalam Saifur

Rahman dan Andri, 2018: 225). Amanat adalah pesan yang

disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan tersebut biasanya

bersifat implisit sehingga pembaca akan mampu memperoleh

pesan tersebut jika membaca keseluruhan ceritanya

(Kusmayadi,dkk, 2008: 62).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang

dalam sebuah cerita.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur yang berada di

luar karya sastra itu, namun secara tidak langsung mempengaruhi

organisme karya sastra, atau secara lebih khusus dapat dikatakan

sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah

karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap

totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Pemahaman unsur

ekstrinsik suatu karya akan membantu dalam hal pemahaman

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

63

makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari

situasi kekosongan budaya (Nurgiyantoro, 1998: 24). Seperti

halnya unsur instrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari beberapa

unsur, antara lain: (1) unsur biografi pengarang, (2) unsur

psikologi, (3) ekonomi, (4) sosial budaya, (5) pandangan hidup

suatu bangsa, dan sebagainya. Walek dan Waren mendefinisikan

faktor ekstrinsik adalah faktor yang berada di luar novel, tetapi

secara tidak langsung mempengaruhi struktur novel tersebut.

Faktor ekstrisik yang pertama adalah pengarang yang wawasan dan

pengetahuannya sangat menentukan kualitas karya sastra yang

dihasilkannya, sedangkan faktor ekstrinsik lainnya yaitu respon

masyarakat terhadap karya sastra tersebut yang berupa munculnya

resensi dan artikel dalam media tentang sastra serta adanya

percetakan yang berulangkali. (Wicaksono,2017: 95)

Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa

unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra,

tetapi secara tidak langsung mempengaruhi struktur karya sastra

tersebut.

4. Peran Novel dalam Membangun Karakter

Sugiarti mengungkapkan bahwa karya sastra merupakan

penerang yang mampu membawa manusia mencari nilai-nilai yang

dapat menolongnya untuk menemui hakikat kemanusiaan yang

berkeperibadian. Karya sastra mempunyai kandungan amanat spiritual

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

64

yang berbalut etika. Oleh karena itu, setelah seseorang membaca karya

sastra, tidak salah jika mereka mampu menjadikan dirinya

berintropeksi diri, berbenah diri sesuai dengan fungsi sastra yaitu

memberikan manfaat bagi pembaca.

Membaca karya sastra akan berimplikasi pada pembentukan

karakter individu (Sugiarti & Andalas, 2018: 47). Dalam sastra banyak

mencakup hal yang sangat luar biasa banyak sebagai sarana dalam

menanamkan pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan pendapat

Noor, bahwa sastra merupakan media yang menyenangkan dalam

pembelajaran pendidikan karakter, karena dalam karya sastra memuat

nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat (Anggraini & Kusnari,

2017: 52). Oleh karena itu sastra secara tidak langsung berfungsi

sebagai agen pendidikan, membentuk kehalusan budi pekerti dan

akhlak seorang individu dalam bermasyarakat.

B. PENDIDIKAN KARAKTER

1. Hakikat Pendidikan Karakter

Secara etimologi, karakter berasal dari bahasa Latin character

yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,

kepribadian dan akhlak. Secara terminologi, karakter diartikan sebagai

sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor

kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat jiwaan, akhlak, atau budi

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

65

pekerti yang menjadi ciri khas seeorang atau sekelompok orang (Fitri,

2014: 20).

Karakter merupakan suatu kepribadian, budi pekerti maupun

watak seorang individu yang dimaknai sebagai nilai dasar yang

membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh

hereditas maupun pengaruh lingkungan yang membedakannya dengan

orang lain, serta diwujudkan dengan sikap perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari (Aeni, 2014: 23).

Pendidikan karakter dapat disebut dengan pendidikan nilai,

pendidikan kewarganegraan, dan pendidikan moral. Istilah-istilah

tersebut merujuk pada segala sesuatu yang baik yang dan

dikembangkan dalam diri manusia, sehingga dapat membentuk

karakter (Mumpuni, 218: 14). Thomas Lickona juga menjelaskan

bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk

mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang

baik untuk individu dan baik untuk masyarakat. Nilai-nilai inti tersebut

meliputi beretika, bertanggungjawab, peduli, jujur, adil, apresiatif,

baik, murah hati, berani, bebas, setara dan penuh prinsip (Yaumi,

2014: 10). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk

menanamkan dan mengembangkan karakter mulia pada diri peserta

didik. Menurut Lickona pendidikan karakter mengandung tiga unsur

pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

66

kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the

good).

Jadi, pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang

menjadikan sekolah (institusi pendidikan) sebagai agen untuk

membangun karakter peserta didik melalui pembelajaran dan

permodelan. Pendidikan karakter di sekolah juga harus berpotensi

membawa peserta didik untuk memiliki karakter yang mulia, seperti

hormat dan peduli pada orang lain, tanggung jawab, jujur, memiliki

integritas dan disiplin (Rianawati, 2014: 21). Dengan demikian,

pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan

akhlak atau pendidikan moral yaitu menanamkan kebiasaan peserta

didik yang baik.

Masih banyak lagi pengertian pendidikan karakter menurut

para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pendidikan karakter

yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan karakter adalah

sebuah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang

baik yang hasilnya dapat terlihat dalam tindakan nyata seseorang.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Mumpuni (2018: 16) mendiskripsikan pendidikan karakter

memiliki tujuan dasar yaitu untuk membantu siswa mengembangkan

nilai-nilai karakter dalam dirinya. Nilai-nilai karakter tersebut tidak

hanya sekedar teori tetapi tercermin dalam pikiran, emosi dan perilaku

siswa. Agar tujuan dapat tercapai, pendidikan karakter perlu dilakukan

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

67

secara terus menerus. Hal ini mengigat karakter sebagai sikap, watak,

kepribadian, sehingga perlu dibiasakan dalam proses pendidikan

karakter.

Aisyah (2018: 13) menjelaskan tujuan pendidikan karakter

adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,

bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Mohammad Haitami Salim berpendapat bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah membangun kepribadian dan budi pekerti

yang luhur sebagai modal dasar dalam berkehidupan di tengah-tengah

masyarakat, baik sebagai umat beragama, maupun dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Jika kita melihat tujuan pendidikan karakter

yang demikian, pada dasarnya pendidikan karakter itu adalah

pendidikan akhlak terpuji, yaitu pendidikan yang membina,

membimbing dan melatih peserta didik agar memiliki karakter, sikap

mental positif dan akhlak terpuji (Syarbini, 2014: 44)

Kemdiknas (Kementrian Pendidikan Nasional) menyatakan

bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu:

a. Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta

didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-

nilai budaya dan karakter bangsa,

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

68

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang

terpuji dan seejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi

budaya bangsa yang religius,

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa,

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi

manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan,

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan

persahabatan.

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membangun manusia yang

berkepribadian dan budi pekerti luhur sebagai modal dasar dalam

berkehidupan.

3. Fungsi Pendidikan Karakter

Direktorat Pendidikan Tinggi (dalam Aisyah, 2018: 16),

menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama,

yaitu:

a. Pembentuk dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi manusia maupun warga Indonesia agar berpikiran baik,

berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup

Pancasila.

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

69

b. Perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter negatif

manusia dan warga Negara Indonesia, memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk

ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan

warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri,

dan sejahtera.

c. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya

bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang

positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara

Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

4. Prinsip Pendidikan Karakter

Menurut Lickona, pendidikan karakter dapat berjalan seecara

efektif jika para pendidikan dan pemangku kebijakan memperhatikan

dan melaksanakan prinsip-prinsip berikut:

a. Nilai-nilai etika inti hendaknya dikembangkan, sementara nilai-

nilai kinerja pendukungnya dijadikan sebagai dasar atau pondasi;

b. Karakter hendaknya didefinisikan secara komprehensif sehingga

memaku pikiran, perasaan dan perilaku;

c. Pendekatan yang digunakan hendaknya kompreshensif, disengaja

dan proaktif;

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

70

d. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian, memberi

kesempatan peserta didik untuk melakukan tindakan moral;

e. Membuat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang

yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter

dan membantu mereka untuk berhasil;

f. Berusaha mendorong motivasi peserta didik;

g. Melibatkan staff sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan

moral;

h. Melibatkan keluarga dan masyarakat sebagai mitra;

i. Evaluasi pendidikan karakter.

Aisyah (2018: 20) berpendapat bahwa pendidikan karakter

harus didasarkan kepada enam prinsip, yaitu:

1) Pemahaman yang komprehensif dan mendalam terhadap nilai-

nilai dasar etika melalui berbagai mata pelajaran;

2) Desain program implementasi pendidikan karakter yang efektif

dan berkelanjutan;

3) Melibatkan seluruh stake holder sekolah;

4) Memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk

menerapkan dan mempraktikkan nilai-nilai karakter secara

benar dalam kehidupan sehari-hari;

5) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam penanaman dan

penghayatan nilai-nilai karakter;

6) Evaluasi.

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

71

5. Nilai-nilai Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan aspek-aspek yang

akan ditanamkan melalui pendidikan karakter. Indonesia sebagai

Negara yang merdeka, tentu memiliki dasar tersendiri dalam

merumuskan nilai-nilai karakter. Rumusan nilai karakter yang

dimaksud menurut standar yang dikeluarkan oleh Kemendiknas

sebagai berikut : 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja

keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratif, 9) rasa ingin tahu, 10)

semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)

bersahabat atau komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16)

peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tangung jawab (Mumpuni,

2018: 20)

a. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

perbuatan, tindakan dan pekerjaannya.

c. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda

dari dirinya.

d. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan..

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

72

e. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratif, cara berfikir,bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan, cara berfikir, bertindak dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air, cara berfiikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan

politik bangsa.

l. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi mayarakat dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

73

m. Bersahabat atau komunikatif, tindakan yang memperhatikan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

n. Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin member

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Narwanti,

2014: 29-30)

C. KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Karakter adalah sifat atau ciri yang dimiliki seseorang. Karakter

juga semakna dengan akhlak, yang berarti budi pekerti, etika dan moral.

Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil

menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

74

digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Mukarromah, 2018:

12). Imam Al-Ghazali (dalam Sani dan Kadir, 2016: 64) menganggap

bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yakni sikap dan perbuatan yang

telah menyatu dalam diri manusia sehingga muncul secara spontan ketika

berinteraksi dengan lingkungan.

Akhlak adalah ungkapan suatu keadaan yang telah terpatri di dalam

jiwa. Dari lahirnya tingkah laku dengan gampang dan mudah, tanpa

dipikir-pikir atau direnungi terlebih dahulu. Jika keadaan melahirkan

tingkah laku yang bagus dan terpuji menurut syara’ atau akal (rasional)

maka keadaan itu disebut akhak yang mulia. Jika yang lahir darinya adalah

tingkah laku buruk, maka keadaan yang melahirkan tingkah laku itu

disebut dengan akhlak yang buruk (Tharsyah, 2006: 332). Jadi dapat

disimpulkan bahwa karakter atau dalam Islam disebut dengan akhlak

merupakan sifat atau kepribadian seseorang yang telah menyatu pada diri

manusia.

Sedangkan pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara

pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam

pelaksanaannya menuntut adanya pendidikan manusia,sehingga manusia

pantas untuk memikul amanat dan menjalankan perintah dari Allah.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan Islam. An-Nahlawi

mendefinisikan pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia

dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam,

dengan merealisasikan tujuan Islam di kehidupan individu dan masyarakat,

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

75

yakni dalam seluruh lapangan kehidupan. Pendidikan Islam merupakan

pendidikan mutlak yang dapat dilaksanakan sebagaimana yang

dikehendaki oleh Allah (Firman 2018: 281).

Ahmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala untuk

memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya

manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai

dengan norma-norma Islam. Berdasarkan pendapat tersebut dipahami

bahwa pendidikan Islam adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan

dalam kehidupan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang ada

pada diri manusia agar nantinya potensi yang dimiliki oleh manusia

tersebut digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sesuai dengan

aturan-aturan dalam Islam atau agama Islam (Hanafi, dkk, 2018: 3-4).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter

dalam pendidikan Islam merupakan suatu tingkah laku yang dihasilkan

dari segala bentuk kegiatan yang berupaya untuk mengembangkan potensi

manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma-

norma Islam.

D. DISIPLIN BELAJAR

1. Hakikat Disiplin Belajar

Menurut N.A. Ametembun disipin dapat diartikan secara

etimologi maupun terminologi. Secara etimologi, istilah disiplin

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

76

berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang artinya pengikut atau

penganut. Sedangkan secara terminologis, istilah disiplin mengandung

arti sebagai keadaan tertib pada ajaran-ajaran para pemimpinnya.

Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan atau norma dalam

kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak) (Darmadi, 2017:

333). Sehingga disiplin merupakan sebuah tindakan taat (patuh)

seorang individu terhadap peraturan, tata tertib, norma, dan lain

sebagainya yang berlaku dalam kehidupan. Disiplin adalah jantung

kehidupan manusia yang mau meraih kesuksesan. Sebab, tanpa

disiplin yang keras dan berkesinambungan, seseorang tidak mungkin

dapat mengembangkan diri secara optimal (Winarsih, 2019: 41).

Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah

pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang

lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru (Suardi, 2018:

35). Sudjana mendefinisikan belajar adalah proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Kumala,

2016: 8).

Disiplin senantiasa dikaitkan dengan konteks relasi antar

murid dan guru serta lingkungan yang menyertainya, seperti tata

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

77

peraturan, tujuan pembelajaran, dan pengembangan kemampuan dari

sang murid melalui bimbingan guru. Namun kedisiplinan juga bisa

dilihat sebagai hasil-hasil dari sebuah proses pembelajaran

(Koesoema, 2007: 237). Disiplin belajar diartikan sebagai suatu

ketaatan pada tata tertib sekolah dalam rangka berusaha untuk

memperoleh pengetahuan dan life skill serta karier pendidikan/

pekerjaan yang dicita-citakan (Habsari, 2008: 66).

Disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar dapat dilihat

dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang

berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang meliputi

waktu masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam

berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan

lain sebagainya (Darmadi, 2017: 322). Daryanto membagi indikator

disiplin belajar yaitu: (1) ketaatan terhadap tata tertib sekolah, (2)

ketaatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah, (3) melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan (4) disipllin beljar

di rumah (Mirdanda, 2018: 26).

2. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap diisplin siswa

dalam belajar atau disiplin belajar siswa, yaitu:

a. Keteladanan

Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi sikap

disiplin anak, sebab sikap dan tindak tanduk atau tingkah laku

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

78

orang tua akan ditiru oleh anak, sehingga orang tua bukan

hanya sebagai pemberi kebutuhan secara materi, akan tetapi

juga sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk

menjadi suri tauladan bagi anaknya.

b. Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh

yang positif bagi anak, hal ini sebagaimana yang tertulis dalam

sebuah buku yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan bahwa kewibawaan adalah pancaran

kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehinga orang

lain mematuhi perintah dan larangannya. Oleh karena itu, orang

yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih

unggul untuk diteladani.

c. Anak

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan

dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antara semua

yang ada di rumah tersebut.

d. Hukuman dan ganjaran

Hukuman dan ganjaran merupakan salah satu usaha

untuk mempengaruhi pe5rilaku.

e. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah,

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Pada

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

79

umumnya apabila lingkungan baik, maka akan berpengaruh

terhadap perbuatan yang positif dan begitu pula sebaliknya

(Darmadi, 2017: 322-323).

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

80

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Nilai Karakter Pada Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan karya

Khrisna Pabichara banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog

antar tokoh dan juga respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Berikut ini

nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna

Pabichara:

1. Religius

Religius merupakan nilai karakter dalam hubungan antara manusia

dengan Tuhan. Religius adalah nilai karakter yang menunjukkan pikiran,

perkataan dan tindakan seseorang selalu diupayakan berdasarkan nilai-

nilai ketuhanan dan atau ajaran agamanya (Mumpuni, 2018: 21).

a) “Begitu tergugah, azan Subuh sudah terdengar dari arah

langgar. Aku langsung duduk bersila di tengah tikar pandan,

mengucek-ngucek mata agar bisa menajamkan pandangan,

mengamat-amati Bapak yang sudah bangun dan bersiap-siap ke

langgar” (Pabichara, 2012: 24).

b) “Tak butuh waktu lama, piring itu langsung tandas. Setelah itu,

kami bergegas ke langgar untuk shalat berjamaah” (Pabichara,

2012: 97).

Kutipan dalam novel diatas tokoh Dahlan digambarkan sebagai

seseorang yang patuh dalam menjalankan ajaran agamanya seperti

menunaikan sholat tepat pada waktunya dan melaksanakan shalat

berjamaah. Melakukan shalat di awal waktu membuktikan kecintaannya

kepada Allah Swt karena ia telah memprioritaskan Allah Swt di atas

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

81

segalanya. Ketika seorang muslim mendengar suara adzan, hendaklah

segera bergegas untuk melaksanakan shalat, karena sesungguhnya Allah

Swt menyukai perbuatan shalat tepat waktu sebagai bentuk cinta seorang

hamba kepada penciptanya. Sedangkan shalat jamaah lebih utama dari

shalat sendirian, dengan pahala dua puluh tujuh derajat. Pembiasaan shalat

tepat waktu dan shalat berjamaah juga dapat melatih kedisiplinan

seseorang.

c) “Berdoa saja, Le!” kata Bapak berusaha menenangkanku

meskipun dia sendiri terlihat cemas dan kebingungan

(Pabichara, 2012:78).

Kutipan novel di atas menunjukkan bahwa berdoa merupakan

sebuah bentuk ikhtiar seorang hamba kepada tuhannya untuk meminta

pertolongan dan meminta sesuatu yang diinginkan. Doa tanpa usaha

adalah sia-sia, sedangkan usaha tanpa doa adalah perwujudan manusia

yang sombong karena merasa dirinya bisa tanpa bantuan Tuhannya.

d) “Aku memejamkan mata sambil mulai melangkah dan terus

merapal setiap doa dan ayat Qur’an yang kuingat agar tetap

merasa aman” (Pabichara, 2012: 69).

Kutipan novel di atas menggambarkan bahwa tokoh Dahlan merasa

takut ketika mendekati sumur tua. Dengan berdoa dan membaca ayat al-

Quran akan membuat Dahlan merasa aman dan merasa terlindungi dari

bahaya-bahaya yang akan terjadi.

2. Jujur

“Ojo wedi mlarat. Yang penting tetap jujur!” (Pabichara,

2012: 109).

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

82

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Mbak Sofwati menasihati

Dahlan agar selalu bersikap jujur. Hidup serba kekurangan atau miskin

harta bukan menjadi alasan seseorang untuk melakukan perbuatan yang

tercela. Perilaku tercela yang sudah dilakukan bisa menjadi kebiasaan

dikemudian hari jika tidak dihentikan sejak dini.

Bagian terdepan dari akhlak mulia adalah jujur. Sosok yang jujur

adalah mereka yang amanah, mereka yang lurus dalam bertindak juga

dalam mengatakan apa yang dilihat, dilakukan dan dialami. Sikap jujur

dapat menggiring seseorang kepada kebaikan. Jika sifat tersebut ada dalam

diri manusia maka hatinya akan tentram dan hidupnya penuh kebahagiaan

serta akan selalu dipercaya oleh orang lain.

3. Toleransi

a) “Tidak seperti aku, Arif tampil necis dengan sepatu hitam

yang mengkilat. Sepatu kulit berwarna hitam itu langsung

mengingatkanku pada sebuah mimpi besar: punya sepatu.

Ayah Arif seorang guru SR, sepatu tentu bukan barang

mewah baginya. Namun, dia tetap bersahaja. Tak pernah

memilih-milih teman, itulah yang kusuka darinya.”

(Pabichara, 2012: 142)

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Arif memiliki sikap

toleransi terutama dalam berteman. Meskipun Arif berasal dari keluarga

kaya tetapi tidak membeda-bedakan maupun memilih-milih siapa yang

akan berteman dengannya. Sikap toleransi perlu ditumbuhkan sejak dini

agar tidak terjadi diskriminasi. Dengan adanya toleransi ini, akan

menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai atar satu dengan

yang lain.

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

83

Toleransi adalah istilah untuk sebuah sikap menahan diri dari hal-

hal negatif. Jika dikaitkan dengan perbedaan pendapat dan keyakinan,

maka toleransi adalah sikap menahan diri untuk tidak menggunakan cara-

cara negatif dalam menyikapi pendapat dan keyakinan yang berbeda. Jadi,

toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain, tidak berarti

harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya melainkan

harus tercermin sikap yang kuat dan istiqamah untuk memegangi

keyakinan atau pendapatnya sendiri (Ruslan, 2020: 32).

b) “Ada juga di antara kita yang menyimpan dendam berlama-

lama, menahan rasa amarah di dada, seperti Murid kedua

yang ‘menggendong sang Gadis di benakya’ sejauh tujuh

kilo. Kisah tadi bukan semata-mata berkutat pada ‘siapa yang

salah’ atau ‘siapa yang benar’, tetapi bagaimana sikap kita

menghargai perbedaan. Bayangkan, jika mereka bersikeras

pada pendapat masing-masing, persahabatan mereka akan

terancam. Jadi, yang penting kita dahulukan sekarang cuma

belajar saling memahami” (Pabichara, 2012: 306).

Dari kutipan novel di atas menunjukkan bahwa setiap manusia

mempunyai pendapat yang berbeda antar satu dengan yang lain. Adanya

perbedaan pendapat tersebut justru membuat kita belajar agar saling

memahami antar sesama sehingga terjalin kedamaian dalam hidup. Karena

pada dasarnya, dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seseorang akan

dihadapkan pada keberagaman perbedaan, tidak hanya pendapat saja, akan

tetapi perbedaan agama, suku, ras dan lain sebagainya. Dengan demikian

hakikat dari toleransi adalah hidup berdampingan secara damai (peaceful

coexistence) dan saling menghargai di antara keragaman (mutual respect)

(Misrawi, 2017: 162).

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

84

4. Disiplin

“Tibalah aku di depan papan pengunguman yang terpajang

di dinding kantor. Belum seorang santri pun yang datang.

Baru aku seorang. Dan, ini hal yang biasa bagiku. Di rumah,

Bapak sangat ketat melatih kami soal disiplin, begitulah cara

kami menghargai waktu.” (Pabichara, 2012: 53)

Dari kutipan novel di atas menunjukkan bahwa Dahlan merupakan

anak yang disiplin, dibuktikan dengan Dahlan selalu berangkat sekolah

tepat waktu. Berangkat sekolah tepat waktu merupakan salah satu

peraturan yang ditegakkan di setiap sekolah. Dengan adanya peraturan

tersebut dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab setiap siswa untuk

menghargai waktu.

Tak hanya di sekolah, sikap disiplin pun bisa diajarkan orang tua

kepada anaknya di rumah. Seperti pada kutipan di atas, Bapak melatih

Dahlan untuk selalu tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan sebagai

cara menghargai waktu. Peran serta orang tua dalam membangun karakter

disiplin anak sangat dibutuhkan, karena sejatinya pendidikan karakter

dimulai dalam lingkungan keluarga. Mustari (dalam Mirdanda, 2018: 22)

menyatakan disiplin adalah tindakan yang menujukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Apabila kedisiplinan sudah

ditegakkan dalam keluarga, maka akan terbentuk kedisiplinan pula dalam

ruang lingkup lainnya, seperti mematuhi aturan sekolah, mengerjakan

tugas, maupun melakukan ibadah tepat waktu, karena pada dasarnya sikap

disiplin sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita di masa depan.

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

85

5. Kerja Keras

“Tak pernah terdengar Bapak mengeluh walau keringat

menguyupi tubuhnya. Uban yang basah mengkilap menjadi

pemandangan tak menjemukan, terus berulang setiap hari.

Tak ada artinya tubuh ringkih atau kulit keriput, Bapak terus

dan terus bekerja.” (Pabichara, 2012: 23)

Dari kutipan novel di atas menunjukkan bahwa Bapak Dahlan

memiliki sifat pekerja keras. Umur tak menjadi halangan untuk selalu

bekerja. Keterbatasan ekonomi tak lantas membuat beliau menyerah. Untuk

bertahan hidup, beliau rela melakukan pekerjaan apa saja demi mencukupi

kebutuhan hidupnya seperti menjadi buruh ataupun menggarap sawah.

Brudin (2019: 4) kerja keras dapat dimaknai sebagai usaha

sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Bekerja keras

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki memang suatu keharusan.

Manusia akan memperoleh sesuatu yang diinginkannya asal mau

bersungguh-sungguh.

Seperti firman Allah dalam Q.S arRa’ad ayat 11

ن دونهۦ من وال بقوم سوءا وما لهم م ل يغي ر ما بقوم حتى يغي روا ما بأنفسهم وإذا أراد ٱلل ...إن ٱلل

Artinya: …Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya dan tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S.

ar-Ra’ad [13]: 11)

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah

sesuatu kecuali ia mau berusaha, Sebagai umat Islam, berusaha pun

hendaknya diimbangi dengan doa dan tawakal. Doa dimaksudkan sebagai

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

86

ikhtiar batin manusia bahwa tidak ada zat pemberi selain Allah SWT.

Sedangkan tawakal dimaksudkan agar ketika manusia sudah berusaha

dengan maksimal dan berdoa, hendaknya menyerahkan hasil dari usaha

yang dilakukan kepada Allah SWT.

6. Mandiri

“Sejak Kelas 3 SR, aku sering nguli nyeset. Itu kulakukan

sepulang sekolah, di sela-sela jadwal rutin menggembala

domba. Upah nguli nyeset terus kutabung demi dua mimpi

besarku—sepatu dan sepeda. Namun, sering kali kuserahkan

sebagian besar kepada ibuku dengan sepenuh-penuh

kebahagiaan. Kebutuhan kami untuk mengisi perut lebih

mendesak ketimbang mimpi sederhanaku itu. Setiap

menyerahkan hasil nguli nyeset, biasanya mata Ibu berkaca-

kaca, seperti hendak mengatakan “tidak seharusnya kamu

bekerja seperti ini, Le!” atau mungkin “terima kasih, Le!.”

(Pabichara, 2012: 73).

Berdasarkan kuitpan novel di atas, Dahlan merupakan seorang anak

yang mandiri. Sejak kecil ia sudah bekerja keras di sela-sela jadwal

menggembala domba demi meraih mimpinya dengan mengumpulkan uang

dari upah nguli nyeset. Tak jarang, upah itu ia serahkan kepada Ibunya.

Kemiskinan juga mengajarkan Dahlan, bahwa ia harus bisa mengambil

keputusan, menimang apa yang lebih penting untuk hidup meskipun harus

mengorbankan mimpinya.

Karakter mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah

bergantung pada orang lain dan menyelesaikan tugas-tugasnya (Rianawati,

2014: 44). Seseorang dikatakan mandiri apabila mempu melakukan

berbagai kegiatan tanpa bergantung pada orang lain. Sebagai seorang

pendidik, guru maupun orang tua sangat berperan dalam melatih dan

membiasakan anak-anak belajar mandiri. Hal ini dilakukan agar anak tidak

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

87

selalu menggantungkan berbagai aktivitas kehidupannya pada orang lain.

Jika seorang anak mempunyai kemandirian, maka anak akan mampu

melakukan sesuatu sendiri, seperti mengatur waktu belajar sendiri,

membantu orang tua di rumah, dan menyelesaikan tugas.

7. Demokratis

“Ustaz Ilham tersenyum. “Bagus,” katanya. “Pertama, kalian

tentukan siapa yang akan kalian pilih dan tuliskan pada

selembar kertas yang akan dibagikan. Lalu, kedua, nama-

nama itu akan dihitung di papan tulis. Urutan pertama, yang

meraih suara paling banyak, dipilih menjadi Ketua. Urutan

kedua sebagai Sekretaris, dan urutan ketiga sebagai

Bendahara.” (Pabichara, 2012: 160).

Dari kutipan novel di atas, Ustaz Ilham memberi arahan kepada

muridnya bagaimana urutan pemilihan ketua Ikatan Santri akan

dilaksanakan. Setiap siswa mendapat hak dan kewajiban yang sama dalam

memilih. Ustadz Ilham menjelaskan bahwa jumlah suara akan menentukan

jabatan yang akan diterima oleh kandidat ketua Ikatan Santri.

Mengacu pada pemaparan di atas, maka karakter demokrasi yaitu

siswa memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berpendapat dan

menyatakan pendapat, mengambil keputusan berdasarkan mufakat,

memilih berdasarkan hati nuraninya, dan berpartisipasi aktif dalam

organisasi sekolah, berhak untuk memperoleh kesempatan bersuara dan

diterima suaranya, berhak diterima pendapatnya (dapat dipertimbangkan

sesuai dengan aturan dan logika), memiliki hak untuk berekspresi (dalam

berbagai kegiatan sekolah), bebas memperoleh informasi yang tentunya

bertanggung jawab, memiliki kebebasan berasosiasi, diperlakukan sama

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

88

dan adil dalam berbagai hal, dan berhak memperoleh berbagai informasi

yang berkaitan berbagai hal di sekolah (Rianawati, 2014: 46).

Karakter demokrasi harus ditanamkan pada diri peserta didik untuk

menumbuhkan jiwa kepemimpinan siswa, mendidik siswa untuk

mengetahui kesamaan hak dan kewajiban sebagai manusia dan warga

negara, mendidik siswa untuk saling menghormati, menghargai dan dapat

menerima perbedaan pendapat, menumbuhkan sikap berani pada siswa

untuk mengeluarkan pendapat serta melatih siswa untuk lebih

mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri.

8. Rasa Ingin Tahu

“Sebenarnya aku sudah pernah mendengar kisah itu dari guru

Sejarah waktu SR. Tapi, semuanya serbaburam, samar-samar

dan setengah-setengah. Aku juga pernah bertanya kepada

Bapak soal penangkapan itu. Namun, Bapak hidup di tengah

“kediamannya” itu. Dia tidak pernah menjelaskan sesuatu

mengapa sumur tua itu tidak boleh didatangi atau bagaimana

Kiai Mursjid hilang dan tak ditemukan jasadnya atau kenapa

kiai muda yang mahir bela diri itu tak melawan ketika

ditangkap pasukan Laskar Merah. Sampai saat ini aku masih

penasaran dengan kisah-kisah misterius di balik penangkapan

itu.” (Pabichara, 2012: 45)

Dari kutipan novel di atas, menunjukkan bahwa Dahlan mempunyai

rasa keingintahuan yang tinggi. Hal ini di gambarkan dengan informasi

yang didapat dari pelajaran sejarah mengenai kisah penangkapan oleh

Laskar Merah yang melibatkan keluarganya belum terlalu jelas, samar-

samar. Akhirnya Dahlan menanyakan kepada Bapaknya, berharap

mendapatkan kejelasan dari cerita tersebut, akan tetapi tidak ada hasilnya

karena Bapak cenderung diam.

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

89

Melalui rasa ingin tahu manusia berusaha mencari informasi yang

lebih lengkap dan mendalam terkait sesuatu hal yang sedang dipikirkannya,

sehingga memperoleh jawaban yang lebih memuaskan. Usaha mencari tahu

jawaban tersebut merupakan suatu bentuk pembelajaran sehingga dapat

memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Dengan pengertian ini, rasa

ingin tahu merupakan faktor pendorong yang dapat menumbuhkan

semangat dan usaha untuk belajar lebih baik lagi (Hidayati, 2018: 57).

9. Menghargai Prestasi

Karakter menghargai prestasi adalah sikap atau tindakan yang

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain

(Rianawati, 2014: 57).

“Tak heran jika prestasiku mendapat “penghargaan” khusus

dari Bapak. Aku lebih memilih kata “penghargaan”

ketimbang “perhatian”, sebab selama ini beliau memang tak

segan-segan menghargai jeri payah putra-putrinya, walaupun

penghargaan itu tidak dalam bentuk barang yang didambakan

oleh anak-anaknya.” (Pabichara, 2012: 170)

Dari kutipan novel di atas, Bapak Dahlan selalu memberikan

penghargaan khusus kepada keberhasilan putra-putrinya. Penghargaan

tidak harus selalu dalam bentuk materi, namun bisa berbentuk pujian,

dukungan, perlakuan istimewa dan lain sebagainya. Tujuan dari

penghargaan itu sendiri adalah menumbuhkan sikap anak untuk bermental

juara, tidak pantang menyerah dan selalu termotivasi untuk berusaha

menjadi lebih baik lagi. Sebaliknya, jika orang tua tidak memberikan

penghargaan kepada anak-anaknya, maka ketika dewasa anak akan

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

90

mempunyai sifat malas untuk berkarya dan minder terhadap prestasi yang

didapatkan oleh teman-temannya.

10. Bersahabat/ Komunikatif

Karakter bersahabat atau komunikatif adalah sikap senang bergaul

dan bersahabat dengan siapa saja, peduli orang lain, bersikap simpati dan

empati pada orang lain, suka menolong, mengajak orang pada kebaikan,

merasa sedih melihat penderitaan dan kesulitan yang dihadapi orang lain

dan suka menyenangkan orang lain (Rianawati, 2014: 59).

“Semakin hari semakin aku merasa teman-teman sekelasku

sudah menjadi bagian dari hidupku. Sepanjang 1963, Arif

dan Imran sudah berkali-kali ikut menginap di langgar, begitu

juga dengan Maryati yang kerap bermalam di rumah

Komariyah. Aku, Kadir dan Komariyah juga sering

menyambangi rumah Arif, Imran atau Maryati. Meskipun

setiap menginap di rumah mereka, kami bertiga harus pulang

dini hari karena tugas rutin sudah menunggu. Hari demi hari

kami bergantian saling mengunjungi. Persahabatan kami

sudah layaknya jalinan kekerabatan, begitu akrab.”

Dari kutipan di atas, menjelaskan bahwa Dahlan mempunyai

karakter bersahabat dan senang bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-

bedakan status sosialnya. Arif, Imran dan Maryati pun sebagai seorang

anak dari orang kaya tidak pernah memilih dalam pertemanan. Adanya

perbedaan status dapat menumbuhkan sikap saling menghargai,

menghormati, solidaritas dan saling melengkapi antara satu dengan yang

lain.

Karakter bersahabat/ komunikatif sangat penting untuk dimiliki

oleh semua manusia, apalagi anak-anak. Tanpa karakter ini, maka kerja

sama maupun komunikasi tidak akan berjalan dengan baik. Anak akan

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

91

cenderung bersifat introvert, tidak adanya rasa kepekaan sosial terhadap

sekelilingnya dan menumbuhkan sikap egois terhadap diri anak. Untuk itu,

sudah menjadi tugas para pendidik untuk mengembangkan sikap tersebut

dengan berbagai kegiatan seperti menciptakan kerja sama dengan

pembentukan kelompok belajar, maupun saling berkomunikasi untuk

mengemukakan pendapat.

11. Peduli Sosial

“Maka, melayang lagi satu cita-cita: membeli alat musik dari

celengan yang kami tabung bersama. Tapi, aku atau

Komariyah atau Nanang tidak akan menyesal karena kami

lakukan demi membantu Kadir. Senyum saja sudah sedekah,

apalagi membantu teman yang sedang membutuhkan uluran

tangan.” (Pabichara, 2012: 323)

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak bisa

hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dari kutipan

novel di atas menggambarkan rasa kepedulian antar sesama dengan

membantu teman yang sedang mengalami kesusahan. Dahlan bersama

teman-temannya membantu Kadir untuk membayar biaya rumah sakit

ibunya dengan uang tabungan yang seharusnya akan digunakan untuk

membeli alat musik.

Dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya rasa kepedulian

antara manusia satu dengan yang lain. Menurut Narwwati (dalam

(Rianawati, 2014: 66) peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu

ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan soidaritas dan

rasa kepekaan terhadap orang lain, serta dapat meringankan beban orang

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

92

lain. Oleh sebab itu, sebagaimana dalam surah Al-Maidah ayat 2, Allah

memerintahkan seluruh umat manusia untuk saling tolong menolong dalam

kebajikan.

والت قوى وتعاونواعلى الثم والعدوان واتقوااللهانالله شديدالعق ( ۲اب )وتعاونواعلى البر

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjaan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sungguh Allah sangat

berat siksa-Nya.

Dari firman Allah tersebut, maka sebagai sesama manusia harus

selalu menumbuhkan sikap tolong-menolong. Penanaman karakter peduli

sosial juga sangat penting ditumbuhkan kepada peserta didik sejak dini

agar peserta didik dapat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami

orang lain.

12. Tanggung Jawab

a) Zain menatapkan dengan pandangan kosong. “Mas, Ibu

kemana?”

“Ke rumah sakit…”

“Ibu sakit?”

Aku mengangguk

Zain menangis lagi. “Nanti siapa yang masak, Mas?”

“Mas Dahlan,” kataku pelan, mencoba menghibur dan

membujuk Zain agar berhenti menangis, meskipun aku tahu

bahwa itu sia-sia belaka. (Pabichara, 201: 79)

Yaumi (dalam Mumpuni, 2018: 27) mendefinisikan tanggung

jawab adalah karakter yang dimiliki oleh seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya sebagaimana seharusnya dilakukan baik terhadap

diri sendiri, masyarakat, lingkungan dan Tuhan. Dari kutipan novel di atas,

ditunjukkan bahwa Dahlan harus bertanggung jawab terhadap

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

93

kewajibannya sebagai seorang kakak yaitu menjaga Zain saat kedua orang

tuanya tidak ada di rumah. Memenuhi kebutuhan dirinya dan adiknya serta

menjadi pengganti sementara ketika ibunya tidak bisa menghidangkan

makanan untuknya.

b) “Saya ndak mau Panjenengan rugi barang sepeser pun.

Silahkan Juragan angkut domba-domba ini dan, tentu saja,

sepeda rusak itu jadi milik anak saya, Dahlan!”

“Wah, ternyata Sampean itu orangtua yang bertanggung

jawab…”

“Domba-domba itu milik Dahlan, bukan saya,” kata Bapak

dengan tegas. “Jadi, Dahlan yang bertanggung jawab atas

kerugian Panjenengan.” (Pabichara, 2012: 136)

Dari kutipan di atas, novel ini mengandung nilai tanggung jawab,

dibuktikan dengan kesalahan Dahlan yang merusak sepeda Mariyati

sehingga Dahlan harus meenggantinya dengan tiga domba miliknya.

Bapak Dalan merupakan cerminan orang tua yang selalu menanamkan

sikap tanggung jawab. Dengan tanpa menegur maupun memarahi anaknya,

Bapak Dahlan secara langsung memberikan contoh nyata, bagaimana

segala sesuatu yang dilakukan selalu menuntut tanggung jawab dan selalu

ada resiko yang harus siap ditanggung. Tanggung jawab adalah sikap yang

harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Dengan adanya sikap tanggung

jawab ini, anak akan lebih berhati-hati dalam bertindak, serta dapat

meningkatkan sifat jujur pada diri anak.

B. Nilai-Nilai Karakter Pada Pendidikan Islam

1. Ruang Lingkup

Menurut sudut pandang Islam, pendidikan karakter secara teoritik

telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

94

Muhammad Saw untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak

(karakter) manusia (Wahyuningsih, 2019: 3). Karakter atau akhlak

merupakan ciri khas seorang individu yang berasal dari bentukan-bentukan

yang diterima dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat,

maupun lingkungan sekolah.

Al-Gadzali menyatakan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiiwa yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan yang dengan

mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran (Syarbini, 2014:

10). Dalam Islam, karakter (akhlak) merupakan buah yang dihasilkan dari

proses penerapan syari’ah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh

akidah yang kokoh. Dengan demikian, tidak mungkin karakter akan

terwujud pada diri seseorang jika tidak memiliki akidah dan syariah yang

benar (Chanifah & Samsudin, 2019: 44).

Dalam pengembangan karakter Islami, maka pijakannya adalah

ketentuan yang ada di dalam al-Qur’an dan Hadits yang tergambar dalam

karakter yang melekat pada Nabi Muhammad Saw sebagai teladan umat

islam. Nilai karakter tersebut adalah (1) sidiq yaitu sebuah kenyataan yang

benar yang tercermin dalam perkataan, perbuatan, tindakan dan keadaan

batinnya, meliputi memiliki system keyakinan untuk merealisasikan visi,

misi dan tujuan, memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, jujur dan berwibawa, menjadi teladan dan berakhlakul

karimah; (2) amanah yaitu sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam

mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen kompeten,

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

95

kerja keras, dan konsisten, meliputi rasa memiliki dan tanggung jawab yang

tinggi, memiliki kemampuan mengembangkan potensi secara optimal,

memiliki kemampuan mengamankan dan menjaga kelangsunngan hidup,

memiliki kemampuan membangun kemitraan dan jaringan; (3) fatonah

yaitu sebuah kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan bidang tertentu yang

mencakup kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, meliputi

memiliki kemampuan adaptif terhadap perkembangan dan perubahan

zaman, memiliki kompetensi yang unggul, bermutu dan berdaya saing,

memiliki kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual; dan (4) tablig yaitu

sebuah upaya merealisasikan pesan atau misi tertentu yang dilakukan

dengan pendekatan atau metode tertentu, meliputi memiliki kemampuan

merealisasikan pesan atau misi, memiliki kemampuan berinteraksi secara

efektif, memiliki kemampuan menerapkan pendekatan dan metodik dengan

tepat. (Chanifah & Samsudin, 2019: 47-48).

Dikutip dalam Republika (2019) beragam kasus dekadensi moral

remaja menjadi salah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian

khusus. Arus globalisasi, menyeret para remaja masuk dalam kubangangan

liberalisme yang menuhankan kebebasan seperti gaya hidup yang sangat

jauh dari budaya ketimuran dan nilai-nilai keislaman. Sejatinya kerusakan

generasi muda menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari lingkup paling

kecil yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan Negara. Keluarga menjadi

poros utama dalam mencetak generasi bangsa dan menjadi komponen

utama dalam pembentukan kepribadian islami. Anak yang dididik dengan

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

96

berlandaskan ajaran islam, akan mempunyai pemahaman yang baik tentang

perbuatan yang harus dan tidak boleh dilakukan, serta akan

mempertimbangkan setiap perbuatan yang akan anak kerjakan. Kemudian

masyarakat mempunyai kontrol yang kuat dengan menerapkan amar

makruf nahi mungkar dan diatur berdasarkan aturan islam. Pendidikan yang

merupakan pencetak output generasi yang unggul dalam hal penerapan

prinsip moral dan spiritual serta Negara yang bertugas menjauhkan dan

menjaga generasi dari budaya luar, dengan membatasi segala konten media

yang dapat merusak serta bertugas menangkal berbagai ide dan pemikiran

yang bertentangan dengan akidah islam.

Karakter yang dikembangkan untuk siswa melalui tahap

pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan (habit). Maka dapat

disimpulkan bahwa karakter tidak hanya sebatas pada pengetahuan saja.

Akan tetapi bagaimana seeseorang itu mampu bertindak sesuai dengan apa

yang diketahuinya. Dengan demikian diperlukan komponen karakter yang

baik (components of good character) yaitu moral knowing atau

pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan

moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan siswa didik agar

mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai

kebajikan (Zubaedi, 2011: 111).

Sulastri (2018: 27) secara teknis pendidikan karakter bangsa

diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya,

karakter bangsa dan nilai-nilai luhur akhlak mulia yang dilakukan oleh

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

97

peserta didik secara aktif di bawah bimbingan dan contoh perilaku guru,

kepala sekolah, dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah, serta

diwujudkan dalam interaksi sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Keberadaan pendidikan karakter sangat penting bagi umat manusia, karena

melalui pendidikan karakter inilah akan terbentuk manusia-manusia

bermoral serta berakhlakul karimah.

Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dan ditanamkan dalam

dunia pendidikan diantaranya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, mandiri, kreatif, demokratif, rasa ingin tahu, menghargai

prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, gemar membaca, peduli

tingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan

tanggung jawab.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam

merupakan proses pelatihan dan bimbingan yang dilakukan secara terus

menerus pada peserta didik, berdasarkan nilal-nilai yang menjadi dasar

tentang pengetahuan akhlak yang diladasi dengan akidah yang kokoh dan

bersandar pada al-Qur’an dan Hadits sehingga terciptanya penerus bangsa

yang bermoral seta berakhlakul karimah.

2. Metode

Keberadaan pendidikan islam bagi umat islam dilaksanakan

sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan

ajaran yang terdapat dalam agama islam. Agar berhasil pelaksanaan

pendidikan islam yang dilaksanakan bagi peserta didik, maka selain

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

98

dituntut adanya kemampuan seorang pendidik dalam melaksanakan

pendidikan islam berupa penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan

maka para pendidik dalam pelaksanaan pendidikan islam juga dituntut

untuk menguasai metode pembelajaran atau berbagai cara atau pola

penyampaian materi terhadap anak didiknya (Hanafi, et al., 2019: 158)

Para ahli pendidikan Islam seperti Muhammad Quthub,

Abdurrahman al Nahlawi dan Abdullah Nashih Ulwan telah

mengemukakan metode-metode pendidikan dalam Islam. Diantaraanya

yang terpenting adalah sebagai berikut:

a. Metode keteladanan pendidikan, dengan teladan berarti

pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku,

sifat, cara berpikir dan sebagainya.

b. Metode pembiasaan menurut MD Dahlan, dalam pembiasaan

merupakan proses penanaman kebiasaan-kebiasaan.

Pembiasaan merupakan salah satu metode yang sangat penting

bagi anak, karena pada dasarnya anak-anak belum mengerti dan

memahami mana yang baik dan buruk. Melihat kondisi yang

demikian, maka diperlukan pembiasaan dengan tingkah laku

yang dapat mengarahkan anak melakukan hal-hal yang baik

secara teratur, seperti belajar, bertutur kata yang baik, sholat

dan lain sebagainya.

c. Metode nasehat Abdurrahman al-Nahlawi, mengatakan bahwa

metode nasehat adalah penjelasan tentang kebenaran dan

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

99

kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang

dinasehati dari bahaya serta menunjukkan ke jalan yang

mendatangkan kebahagiaan dan manfaat (Siregar, 2020: 104-

107).

Selain tiga metode tersebut, metode lain yang dapat digunakan

dalam pendidikan islam yaitu metode cerita, hukuman, dan peristiwa dan

metode-metode yang sering dilakukan dalam dunia pendidikan, seperti

diskusi, tanya jawab, dan lain-lain. Metode-metode tersebut sangat penting

dalam menunjang proses pembelajaran dan berguna untuk membentuk

karakter peserta didik.

C. Nilai-Nilai Karakter Pada Novel Sepatu Dahlan Implikasinya Terhadap

Karakter Disiplin

Permasalahan karakter bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat

Indonesia. Hampir di setiap bidang kehidupan ini, tidak terlalu sulit untuk

menunjukkan rendahnya karakter bangsa, seperti korupsi, teroris, tawuran,

penganiayaan dan lain sebagainya. Tidak hanya orang dewasa, generasi muda

pun menjadi sorotan utama dalam rendahnya kualitas karakter tersebut.

Padahal, generasi muda berperan penting dalam kemajuan suatu bangsa.

Apabila sebuah bangsa memiliki generasi muda yang rusak, maka bangsa itu

akan hancur, namun sebaliknya apabila generasi muda dalam sebuah bangsa itu

baik, maka bangsa itu akan maju. Untuk itu, penanaman karakter baik sejak

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

100

dini dapat menghasilkan dampak yang bagus dalam perkembangan generasi

muda di kemudian hari.

Dalam pendidikan karakter, seseorang harus melalui tahapan penting

yang harus dicapai agar menjadi pribadi yang berkarakter baik. Tahapan

tersebut antara lain tahapan pengetahuan, tahapan merasakan dan tahapan

melakukan yang baik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan

lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa. Pada

kenyataannya, penanaman karakter di sekolah hanya sampai pada tahap

pengetahuan saja. Siswa mengerti tentang perbuatan yang baik, seperti

kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan karakter lainnya serta dapat

membedakan karakter baik dan buruk. Akan tetapi hal tersebut tidak meresap

dalam hati siswa, sehingga siswa tidak memiliki keinginan untuk melakukan

perbuatan yang dianggap baik tersebut. Maka tidak heran, jika perilaku seperti

membolos, mencontek, terlambat datang ke sekolah, kurangnya rasa hormat

terhadap guru masih sering kita temui.

Dari berbagai karakter yang dimiki siswa tak lepas dari kedisiplinan.

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan pada siswa.

Lingkungan yang disiplin sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kondusif apabila ada kerjasama

antara siswa dan guru untuk menerapkan kedisiplinan. Sebaliknya

ketidakdisiplinan akan menyebabkan pembelajaran kurang kondusif.

Kedisiplinan merupakan pondasi untuk memiliki karakter-karakter yang baik.

Kedisipinan siswa merupakan sikap yang mencerminkan taat terhadap

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

101

peraturan, sikap menghargai waktu, dan sikap tanggung jawab terhadap tugas-

tugas yang dibebankan olehnya. Oleh karenanya, agar siswa dapat menjadi

pribadi yang baik dan berakhlak maka pendidik juga harus memperhatikan cara

yang dapat dijadikan dalam pengembangan karakter tersebut.

Novel Sepatu Dahlan merupakan salah satu cara penanaman nilai-nilai

karakter kepada anak. Novel Sepatu Dahlan memberikan gambaran tentang

bagaimana cara orang tua menanamkan nilai karakter baik kepada anak.

Memberikan keteladanan, nasihat dan pembiasaan akan lebih melekat dalam

hati anak, sehingga anak mempunyai keinginan untuk melakukan hal baik.

Anak yang terbiasa dengan hidup yang disiplin, mandiri, bekerja keras di

rumah, maka akan terbiasa pula melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan

aturan di sekolah, seperti mengerjakan tugas tepat waktu, tidak mencontek saat

ulangan, mematuhi peraturan sekolah, melakukan tugas piket dan lain

sebagainya yang dapat menumbuhkan kedisiplinan siswa.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dalam penelitian ini, maka

terdapat implikasi nilai-nilai karakter dalam novel Sepatu Dahlan terhadap

karakter disiplin belajar siswa yaitu menambah wawasan dan dapat dijadikan

rujukan bagi pendidik dalam menyikapi karakter peserta didik. Selain itu

diharapkan peserta didik mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai yang

tercermin dalam novel serta dapat mengembangkan potensi serta watak peserta

didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian baik, memotivasi untuk

selalu disiplin, bertanggung jawab terhadap tugasnya di lingkungan sekolah

serta bekerja keras untuk menggapai cita-citanya. Dengan metode bercerita

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

102

akan lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai karakter sehingga terbentuk

pemahaman siswa tentang nilai-nilai pendidikan karakter. Selain itu

penanaman karakter juga bisa dibentuk melalui kegiatan lain seperti menjawab

salam (religius), mengerjakan tugas tepat waktu (disiplin, tanggung jawab),

melaksanakan tugas piket (mandiri), bekerja sama dengan teman dalam

berdiskusi (komunikatif), datang tepat waktu (disiplin) dan memberikan tepuk

tangan saat temannya selesai membacakan hasil diskusi (menghargai prestasi)

dan lain sebagainya.

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nilai-niai karakter yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan karya

Khrisna Pabichara meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan tanggung jawab.

2. Nilai karakter dalam pendidikan Islam antara lain: (1) sidiq, meliputi

sistem keyakinan untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan,

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, jujur dan

berwibawa, menjadi teladan dan berakhlakul karimah; (2) amanah,

meliputi rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi, kemampuan

mengembangkan potensi secara optimal, kemampuan mengamankan

dan menjaga kelangsungan hidup, dan kemampuan membangun

kemitraan dan jaringan; (3) fatonah, meliputi kemampuan adaptif

terhadap perkembangan dan perubahan zaman, memiliki kompetensi

yang unggul, bermutu dan berdaya saing, memiliki kecerdasan

intelektual, emosi dan spiritual; dan (4) tablig, meliputi kemampuan

merealisasikan pesan atau misi, kemampuan berinteraksi secara efektif,

dan kemampuan menerapkan pendekatan dan metodik dengan tepat.

3. Implikasi nilai-nilai karakter dalam novel Sepatu Dahlan dengan

karakter disiplin siswa yaitu menambah wawasan tentang pentingnya

pemahaman dan penanaman nilai-nilai karakter dengan tujuan

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

104

membentuk pribadi peserta didik yang baik. Kedisiplinan merupakan

pondasi untuk membentuk pribadi peserta didik yang baik. Oleh

karenanya, agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang baik dan

berakhlak maka pendidik juga harus memperhatikan cara yang dapat

dijadikan dalam pengembangan karakter tersebut. Dengan metode

bercerita akan lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai karakter

serta melakukan kegiatan lain yang dapat dijadikan latihan pembiasaan

sehingga terbentuk pemahaman dan berkembangnya karakter baik

peserta didik.

B. Saran

Peranan guru yang sangat dominan dalam membentuk karakter

peserta didik hendaknya mengetahui nilai-nilai karakter yang wajib

ditanamkan pada diri peserta didik. Guru juga harus dapat menempatkan

dirinya sebagai panutan dalam berperilaku, memberi contoh dan dukungan

kepada peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter

agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

105

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Ani Nur. 2014. Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa PGSD. Bandung:

UPI Press.

Aisyah. 2018. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya. Jakarta:

Kencana.

Albana, D. 2015. Writing Class; Creating Professional Writers. Jember:

Mahakam Book Media.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi: CV Jejak.

Anggraini, Purwati dan Tuti Kusniarti. 2017. Pembelajaran Sastra Indonesia

Berbasis Kearifan Lokal. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Basri, H. (2017). Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Pesantren. Semarang:

Formaci.

Cahyani, Leni. 2015. "Pencitraan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Studi Analisis

Wacana Kritis Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara"

Institutional Repository UIN Syarif (Online) (https://repository.uinjkt.ac.id/

diakses Juni 3, 2020).

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode dalam Dinamika Belajar

Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Fitri, A. Z. 2014. Pendalaman Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Habibah, Royyanatul. 2013. "Pencitraan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Studi

Analisis Wacana Kritis Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

106

Pabichara)". Digital Library UIN Sunan Ampel. (Online)

(http://digilib.uinsby.ac.id/10874/ diakese Juni 3, 2020).

Habsari, S. 2008. Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XII. Grasindo.

Hanafi, Halid., dkk. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Harahap, Nursapia. 2014. "Penelitian Kepustakaan." Jurnal Iqra' , (Online) Vol.

8, No. 1 (https://docplayer.info/amp/32361891-penelitian-kepustakaan.html

diakses pada 15 Mei 2020)

Hidayat, Isnu. 2019. Strategi Pembelajaran Populer. Yogyakarta: Diva Press.

Juanda, A. 2017. New Edition Pocket Book Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas

VII, VIII, & IX. Jakarta: Cmedia.

Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Kumala, F. N. 2016. Pembelajaran IPA SD. Malang: Penerbit Ediide Infografika.

Mirdanda, A. 2018. Motivasi Berprestasi & Disiplin Peserta Didik; Serta

Hubungannya dengan Hasil Belajar. Pontianak: Yudha English Gallery.

Mukarromah. 2018. Pendidikan Islam Integratif Berbasis Karakter. Yogyakarta:

Penerbit Rubrik.

Mumpuni, Atikah. 2018. Integrasi Nilai Karakter dalam Buku Pelajaran, Analisis

Konten Buku Teks Kurikulum 2013. Yogykarta: Deepublish.

Narwanti, Sri. 2014. Pendidikan Karakter. Yogyakrta: Familia.

Neolaka, Amos Neolaka dan Grace Amialia A. 2017. Landasan Pendidikan;

Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok:

Kencana.

Page 122: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

107

Nurgiantoro, Burhan. 2018. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

________________ . 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University.

Pabichara, Khrisna.2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: Nauro Books.

Raharjo, Hafid Purwono, and Eko Wiyanto. 2017. Mengenal Struktur Karya Satra

(Novel, Puisi dan Drama). Sukoharjo: CV Sindunata.

Republika. 11 April 2019. Kasus AY, Cerminan Bobroknya Moral Generasi

Bangsa. (Online) (https://republika.co.id/berita/ppsj1g349/kasus-ay-

cerminan-bobroknya-moral-generasi diakses 10 Juli 2020.

Rianawati. 2014. Implementasi Nilai-nilai Karakter pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI). Pontianak: IAIN Pontianak Press.

Sani, Ridwan Abddullah dan Muhammad Kadir. 2016. Pendidikan Karakter:

Mengembangkan Karakter Anak yang Islami. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Siyoto, Sandu, and Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Literasi Media Publishing.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suardi, Moh. 2018. Belajar & pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Sugiarti, and Eggy Fajar Andalas. 2018. Perspektif Etik dalam Penelitian Sastra

Teori dan Penerapannya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Suhendar, Yaya. 2014. Panduan Petugas Perpustakaan, Cara Mengelola

Perpustakaan Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada.

Page 123: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

108

Sukiyat. 2020. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter. Surabaya: CV. Jakad

Media Publishing.

Sumaryanto. 2019. Karya Sastra Bentuk Prosa. Semarang: Mutiara Aksara.

Syarbini, Amirullah. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga . Jakarta:

PT Gramedia.

Tarsyah, Adnan. 2006. Yang disenangi Nabi dan Yang Tidak Disukai. Jakarta:

Gema Insani.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

Warsiman. 2016. Membumikan Pembelajaran Satra yang Humanis. Malang:

Universitas Brawijaya.

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta:

Garudhawaca.

Winarsih. 2019. Pendidikan Karakter Bangsa . Tanggerang: Loka Aksara.

Wiyani, Novan Andi. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yahya, Usman. 2015. "Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12)

Tahun di Lingkungan Keluarga Menurut Islam." Jurnal Islamika, (Online)

Vol. 15, No. 2 (https://ejournal.iainkerinci.ac.id diakses pada 15 Mei 2020)

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan

Implementasi. Jakarta: Kencana.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Page 124: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

109

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dengan ini saya :

Nama : Nurul Istiqomah

NIM : 23040160064

Tempat/ Tgl. Lahir : Temanggung, 15 Juli 1998

Nama Ayah : Abdul Rochman

Nama Ibu : Rokhimah

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 10, RT 03/ RW 01, Joho,

Temanggung

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. RA Masyithoh Nurul Iman, Kab. Temanggung Lulus Tahun 2004

2. SD Negeri Joho, Kab. Temanggung Lulus Tahun 2010

3. Mts Miftahul Huda, Kab. Temanggung Lulus Tahun 2013

4. MA Sunan Pandanaran, Yogyakarta Lulus Tahun 2016

5. IAIN Salatiga FTIK/PGMI Angkatan 2016

Demikian daftar riwayat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Temanggung, 18 Juli 2020

Penulis

Nurul Istiqomah

NIM. 23040160064

Page 125: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

110

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Skripsi

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Nurul Istiqomah

NIM : 2040160064

Dosen Pembimbing : Dr. Maslikhah, S. Ag., M. Si.

Judul Skripsi pada surat penunjukan pembimbing skripsi: NILAI-NILAI

PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU DAHLAN

KARYA KHRISNA PABICHARA IMPLIKASINYA TERHADAP

KARAKTER DISIPLIN BELAJAR SISWA

No. Tanggal Isi

Konsultasi

Catatan Pembimbing Paraf

1. 16/5/2020 BAB I • Penambahan

rumusan masalah

“Bagaimana nilai-

nilai karakter

dalam Pendidikan

Islam”

• Tata tulis, EYD,

spasi diperbaiki

• Relevansi dengan

penelitian lain

• Penegasan istilah

novel sepatu

Dahlan ditiadakan,

disebutkan nilai-

nilai karakter

dalam novel apa

saja

• Menghilangkan

kata adapun

2. 18/5/2020 ACC BAB

I

Page 126: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

111

3. 9/6/2020 BAB II • Perbaiki struktur

bahasa

4. 12/6/2020 • Biografi pengarang

dibagi ke dalam

sub judul

• Karya ditulis

setelah huruf akhir

diberi tanda (;)

• Kutipan novel

sebagai data utama

masih sedikit

5. 16/6/2020 ACC BAB

II

BAB III

• Definisi novel cara

penulisannya tetap

dibuat dalam satu

paragraph.

• Macam-macam

novel harus ada

referensinya

6. 19/6/2020 REVISI

BAB III

ACC BAB

III

• Perbaiki system

penomeran

7. 29/6/2020 BAB IV • Penulisan sub

judul

8. 2/7/2020 ACC BAB

IV

BAB V

9. 6/7/2020 BAB V • Lihat pertanyaan

pada focus

masalah, di jawab

dengan jawaban

yang panjang

• Saran diarahkan

pada topic

Page 127: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

112

penelitian

10. 14/7/2020 • Dibuat jawaban

dari pokok

masalah yang

dibuat, kesimpulan

secara ringkas

11. 17/7/2020 ACC BAB

V

Dosen Pembimbing

Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si

NIP. 197005292000032001

Page 128: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

113

Lampiran 2. SKK

Page 129: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

114

Lampiran 3. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Page 130: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEPATU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9342/3/eprint_NURUL ISTIQOMAH.pdfdominan terhadap pembentukan karakter anak. Pendidikan

115

Lampiran 4. Ijin Meneliti