nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5761/1/lutfi...

of 123 /123
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI KARYA EMHA AINUN NADJIB SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: LUTFI ISNAN ROMDLONI NIM. 23010150361 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Author: others

Post on 22-Sep-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI

    KARYA EMHA AINUN NADJIB

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    LUTFI ISNAN ROMDLONI

    NIM. 23010150361

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • i

  • ii

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI

    KARYA EMHA AINUN NADJIB

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    LUTFI ISNAN ROMDLONI

    NIM. 23010150361

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    “Hidup saya yang hanya satu kali ini dengan serius saya pergunakan untuk

    memperbanyak sahabat, dari yang muda, anak-anak, orang tua, orang miskin,

    orang pangkat, orang biasa, bahkan jin dan makhluk-makhluk lain, pokoknya

    siapa saja. Itu saya pergunakan untuk meningkatkan kadar dan kualitas cinta

    kasih kemanusiaan saya, sembari saya manfaatkan untuk mengikis rasa benci

    dihati saya” (Emha, 2018: 30).

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillah dengan izin Allah Swt. skripsi ini dapat terselesaikan

    dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah

    membantu mewujudkan mimpiku:

    1. Ayahanda Supomo dan Ibunda Warinah yang telah memberikan mahkota kasih

    sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tak mengerti apa-apa hingga kini aku

    mengerti makna hidup.

    2. Kakaku tercinta Septia Hidayah yang selalu mendukung dan memberikan

    semangat.

    3. Guru-guruku yang telah membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi

    manusia yang mengerti banyak hal.

    4. Sahabat-sahabat manusia kontrakan yang senantiasa menemaniku selama

    mengerjakan skripsi maupun memberi motivasi untuk segera

    menyelesaikannya.

    5. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2015. Semoga dimanapun kalian berada, selalu

    mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

    6. Sahabat-sabahat Gerakan Jum‟at Berbagi Salatiga maupun GJB FTIK IAIN

    Salatiga, FKMB Salatiga, UKM LDK Fathir Ar-Rasyid, teman-teman maiyah

    salatiga yang telah mengajari dan memberikan banyak pengalamannya dalam

    berorganisasi sehingga aku tidak menjadi mahasiswa yang hanya aktif di

    bidang akademik namun juga dapat aktif di organisasi.

    7. Teman Fatamorganaku senantiasa menemani, memberikan semangat, dan

    senyuman di setiap hari-hariku.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    نِِِٱّلَلِِِبِۡسمِِ ٱلَرِحيمِِِٱلَرۡحم َٰ

    Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur ke

    hadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang

    tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi

    Muhammad Saw. beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia,

    penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam

    semesta.

    Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa

    ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,

    yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang

    dibutuhkan.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya juga harus penulis sampaikan kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Rektor Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    (FTIK)

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam (PAI)

    4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa

    memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi.

  • ix

    5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan

    satu-satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi

    mahasiswanya.

    6. Simbah Emha Ainun Nadjib dan tim [email protected] yang telah

    mengizinkan saya untuk meneliti buku Gelandangan di Kampung Sendiri

    7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih

    sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.

    8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang

    diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat dalam bentuk

    amalan ibadah. amin.

    Semoga jasa baik yang diberikan pada penulis akan mendapatkan balasan

    yang lebih berarti dari Allah Swt. penulis menyadari masih terdapat banyak

    kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karenanya kritik dan saran yang

    membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

    kalangan terutama bagi penulis sendiri. Aamiin Yaa Robbal „Alamiin.

    Salatiga, 24 Juli 2019

    Penulis

    Lutfi Isnan Romdloni

    NIM. 23010150361

  • x

    ABSTRAK

    Romdloni, Lutfi Isnan. 2019. 23010150361. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

    dalam Buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.

    Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.

    Bahroni M.Pd.

    Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Buku Gelandangan di Kampung

    Sendiri.

    Pendidikan karakter mempunyai posisi yang strategis dan dibutuhkan

    dalam membangun karkter seseorang agar terbentuknya karakter positif sesuai

    agama, bangsa dan negara. Salah satunya cara membangun karakter adalah

    dengan membaca buku ataupun karya sastra. Buku Gelandangan di Kampung

    Sendiri adalah buku banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena

    didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat

    memotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan

    karakter dalam novel buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun

    Nadjib relevansinya di era modern. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

    kepustakaan (library research), sumber data perimer yang digunakan dalam

    penulisan skripsi ini adalah buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya

    Emha Ainun Nadjib dan sumber data sekunder yang peneliti gunakan diperoleh

    dari pengumpulan informasi dan data dari buku-buku, karangan ilmiah, majalah

    ataupun artikel yang relevan dalam penelitian ini. Pendekatan dalam penelitian

    ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Pengumpulan

    datanya menggunakan metode dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam

    skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan

    karakter yang terkandung dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya

    Emha Ainun Nadjib meliputi: religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif,

    mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

    menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cintai kedamaian, gemar

    membaca, peduli lingkungan dan sosial, bertanggung jawab. (2) Relevansi nilai-

    nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya

    Emha Ainun Nadjib dalam kehidupan modern ini yaitu buku ini sangat relevan

    dengan pendidikan karakter di Indonesia karena di dalam buku Gelandangan di

    Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib terdapat nilai edukasi khususnya

    nilai-nilai pendidikan karakter.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN BERLOGO ............................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. v

    HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

    KATA PERSEMBAHAN ............................................................................. vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

    ABSTRAK ..................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

    BAB. I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

    E. Kajian Pustaka ........................................................................... 9

    F. Metode Penelitian ...................................................................... 13

    G. Definisi Oprasional ..................................................................... 14

    H. Sistematika Pembahasan ............................................................ 16

    BAB. II. KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Nilai ......................................................................... 18

    B. Pendidikan Karakter .................................................................. 20

  • xii

    1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................... 20

    2. Sejarah Pendidikan Karakter ............................................... 22

    3. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................ 24

    4. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ........................................... 24

    5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .......................................... 25

    6. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................ 48

    7. Landasan Pendidikan Karakter ............................................ 49

    BAB. III. GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI

    KAMPUNG SENDIRI

    A. Biografi Emha Ainun Nadjib ..................................................... 55

    1. Sejarah Hidup ......................................................................... 55

    2. Karya Emha Ainun Nadjib ..................................................... 57

    3. Prestasi Emha Ainun Nadjib .................................................. 58

    4. Karakteristik Buku Karya Emha Ainun Nadjib ..................... 59

    5. Pemikiran Emha Ainun Nadjib .............................................. 60

    B. Buku Gelandangan di Kampung Sendiri ................................... 61

    1. Profil Buku ............................................................................. 61

    2. Gaya Bahasa ........................................................................... 62

    3. Tema Pembahasan Buku Gelandangan di Kampung Sendiri. 62

    4. Amanat ................................................................................... 76

    5. Sinopsis .................................................................................. 78

  • xiii

    BAB. IV. PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Buku Gelandnagan

    di Kampung Sendiri ................................................................... 79

    B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri di Kehidupan Modern ........ 99

    BAB. V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................ 103

    B. Saran-Saran ................................................................................ 104

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.

    Pendidikan adalah faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Karna

    sampai kapanpun pendidikan masih menjadi sarana yang paling efektif dalam

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa dapat dilihat

    dari perkebangan pendidikan yang berlangsung dan mewarnai perjalanan

    bangsanya. Pendidikan sering merupakan usaha manusia untuk membina

    kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan.

    Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,

    sebab pendidikan dapat mendorong peningkatan sumber daya manusia.

    Manusia senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan

    terhadap orang lain maupun dirinya sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009: 1).

    Menurut Hafidz dan Kastolani (2009: 6), pendidikan dan pengajaran

    merupakan tema urgen dan aktual yang menjadi perhatian masyarakat

    berbangsa secara umum. Dengan pendidikan dan pengajaran, peradaban akan

    mengalami kemajuan, masyarakat akan berkembang, dan terbentuklah suatu

    generasi. Maka dari itu pendidikan haruslah terus di bangun dan

    dikembangkan agar dari proses pelaksanaanya menghasilkan generasi yang

    diharapkan.

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah

  • 2

    usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

    pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara (Helmawati, 2013: 13).

    Dengan demikian maka pendidikan memegang peranan penting dalam

    segala aspek kehidupan baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup

    masyarakat luas. Dalam hal ini juga, pendidikan dapat dijadikan sebagai tolok

    ukur kemajuan dan kualitas suatu bengsa, sehingga dapat dikatakan bahwa

    salah satu cara memajukan suatu bangsa adalah dengan pembaharuan

    terhadap sistem pendidikannya.

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri dan menjadi warga Negara yang demokraris dan bertanggung jawab

    (Dharma, 2011:6).

    Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu

    desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era

    globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut

    merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh

    bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan tersebut adalah

    kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya.

  • 3

    Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting

    yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.(Masnur. 2015: 35)

    Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena

    kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Dan sekarang

    pendidikan di Indonesia sedang berlangsung dan dikembangkan di pada

    sekolah-sekolah di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013 yang

    menekankan pada pendidikan karakter peserta didik. Hal ini bertujuan agar

    generasi bangsa Indonesia memliliki karakter-karakter tangguh yang

    kedepannya diharapkan menjadi tonggak bangsa dan ikut serta memjukan

    bangsa.

    Baru-baru ini terjadi kasus karakter yang memprihatinkan salah

    satunya adalah kasus Audrey. Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman

    Wisnu Widjanarko mengatakan, kasus pengeroyokan terhadap Audrey yang

    masih SMP mengingatkan pentingnya pendidikan karakter pada generasi

    muda. Kasus ini sebuah pekerjaan rumah bagi semua pihak agar kita semua

    terlibat dan berperan aktif untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan

    membudayakan pentingnya karakter sebagai bagian yang tidak terpisahkan

    dalam pendidikan, khususnya generasi muda. (https://www.liputan6.com

    /regional/read/3938381/kasus-audrey-mengingatkan-pentingnya-pendidikan-

    karakter-kepada-anak?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_refe

    rrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F di akses pada 23 Mei 2019)

    Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan salah

    satunya adalah dengan menanamkan pendidikan karakter dan penanaman

  • 4

    serta pengenalan terhadap nilai-nilai agama sejak dini. Upaya pembentukan

    karakter yang sesuai dengan budaya bangsa ini seyogyanya bukan hanya teori

    di dalam bangku sekolah saja, melainkan diimplementasikan dalam

    kehidupan sehari-hari seperti halnya kerja keras, toleran, bertanggungjawab,

    religius dan gemar membaca buku, karya sastra atau yang lainnya

    Pendidikan karakter mempunyai posisi yang strategis dan dibutuhkan

    dalam membangun karkter seseorang agar terbentuknya karakter positif

    sesuai agama, bangsa dan negara. Implementasi pendidikan karakter dapat

    dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran. Artinya pengenalan dan

    penginternalisasian nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam perilaku peserta

    didik dapat diterapkan melalui peroses pembelajaran baik di dalam maupun di

    luar kelas dan pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu di dalam proses

    pembelajaran selain memiliki tujuan untuk menguasai materi yang

    ditargetkan juga dimaksudkan untuk mengenalkan, menyadarkan dan

    menjadikan butir-butir nilai karakter terimplementasikan pada peserta didik

    dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan karakter tidak lain dan tidak

    bukan adalah nilai-nilai moral baik yang bersifat universal maupun lokal

    kultural, baik moral kesusilaan maupun kesopanan. Selain itu dalam kitab

    suci Al-Qur‟an Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:

  • 5

    Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

    maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya

    akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

    sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala

    yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl:

    97)

    Ayat di atas dalam tafsir Quraish Shihab ditafsirkan bahwa siapa saja

    yang berbuat kebajikan di dunia, baik laki-laki maupun wanita, didorong oleh

    kekuatan iman dengan segala yang mesti diimani, maka tentu akan

    memberikan kehidupan yang baik pada mereka di dunia, suatu kehidupan

    yang tidak kenal kesengsaraan, penuh rasa lega, kerelaan, kesabaran dalam

    menerima cobaan hidup dan dipenuhi oleh rasa syukur atas nikmat Allah.

    Dan di akhirat nanti, akan memberikan balasan pada mereka berupa pahala

    baik yang berlipat ganda atas perbuatan mereka di dunia. (https://tafsirq

    .com/16-an-nahl/ayat-97#tafsir-quraish-shihab)

    Dengan tafsir ini dapat diambil penalaran bahwa di dunia harus lah

    berbuat baik ataupun berakhlak baik, atau dalam hal ini yaitu berkarakter baik

    dan penuh rasa syukur terhadap Allah.

    Dalam hal nilai-nilai pendidikan karakter tidak harus melalui lembaga

    pendidikan formal seperti sekolah saja, akan tetapi dalam buku-buka

    bacaanpun terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan kerakter yang bisa

    dipetik karna membaca atau gemar membaca sendiri juga termasuk dalam

    pendidikan karakter, dan contoh salah satunya bukunya adalah dalam buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib.

    Emha Ainun Nadjib atau sering disapa dengan panggilan Cak Nun ini

    merupakan budayawan yang sudah sering terdengar namanya sejak dulu,

  • 6

    dengan ilmu dan pengalamannya malalui karyanya memberikan bimbingan

    dan pengarahan terhadap mayarakat agar menjadi individu yang beriman,

    bertakwa, bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, memiliki karakter yang

    baik dan mengerti bagaimana seharusnya dia bersikap dalam menghadapi

    segala peristiwa yang dialaminya, dialami masyarakatnya, serta peristiwa-

    peristiwa yang terjadi peradaban peradaban di dunia. Salah satu karya beliau

    yang patut dan menarik perhatian peneliti untuk diteliti karena memuat nilai-

    nilai pendidikan karakter adalah bukunya yang berjudul Gelandangan di

    Kampung Sendiri yang menceritakan mengenai karakter bangsa indonesia

    terutama dari pengaduan-pengaduan orang pinggiran terhadap pemerintahan

    di Indonesia Dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri ini berisi

    mengenai beberapa pengalaman Emha Ainun Nadjib bertemu dengan

    berbagai rakyat di Indonesia dan bagaimana beliau menanggapi keluhan

    masyarakat kepada beliau.

    Ada banyak pembahasan menarik dari dalam isi buku tersebut, salah

    satunya dengan judul topik “Bayi, kok jdi DPR”. Topik ini menceritakan

    warga yang sebal terhadap kasus pemberitaan yang menceritakan tentang

    kasus suap menyuap dan suap di kalangan anggota DPR.

    Kenapa bisa bayi kok disamakan dengan DPR sang wakil rakyat yg

    terhormat itu, ya mungkin di atas kertas seperti itu. saya tertarik dengan judul

    seperti ini, sudah menjadi rahasia publik mengenai permasalah yang sering

    menyangkut di dalam lingkup DPR. “Bayi , kok jdi DPR” berisikan mengenai

    suap menyuap di kalangan DPR yang sering di dengung dengungkan di kabar

  • 7

    berita, yang biasa disuapi kan hanya bayi. Lah kok bayi bisa menjadi anggota

    DPR, sindiran yang lumayan tajam mendengarnya. (http://edisibelajarnulis.

    blogspot.com/2015/11/contoh-resensi-gelandangan-di-kampung.html di akses

    pada 23 Mei 2019)

    Jadi penulis berpendapat bahwa buku ini bermuatan kritik karakter

    yang ada didalam negeri ini atau kalau dalam buku ini di katakan sebagai

    kampung sendiri ini, yaitu karakter yang tercermin dalam kehidupan kita

    sehari-hari.

    Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menggali nilai-

    nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri

    karya Emha Ainun Nadjib. Maka dari itu penulis malakukan sebuah

    penelitian dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

    BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI KARYA EMHA AINUN

    NADJIB”. Judul tersebut penulis ambil dengan harapan dapat memberikan

    kemanfaatan bagi masyarakat secara umum dan bagi umat islam khususnya.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan

    penulis teliti adalah sebagai berikut :

    1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang ada dalam buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib?

    2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib dalam

    kehidupan modern ini?

  • 8

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mendeskripsiakan nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.

    2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

    buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib dalam

    kehidupan modern ini.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

    teoretis maupun secara praktis, antara lain:

    1. Manfaat Teoretis

    Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan

    nilai-nilai pendidikan karekter serta menambah wawasan tentang

    keberadaan karya-karya tulis yang mengandung pendidikan karakter.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    rujukan bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah

    konsep pendidikan karakter yang dapat diimplementasikan dalam ranah

    pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Selain itu, penelitian ini

    dapat dijadikan kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk

    pengembangan penelitian selanjutnya.

  • 9

    E. Kajian Pustaka

    Penulis mencoba menelaah penelitian terdahulu untuk dijadikan

    sebagai perbandingan dan acuan. Beberapa penelitian yang penulis gunakan

    sebagai kajian pustaka di antaranya sebagai berikut:

    1. Diyah Idhawati (IAIN Salatiga, 2017)

    Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung

    dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi. Skripsi ini dilakukakan

    untuk mengetahui pengaruhnya sastra terhadap pendidikan karakter,

    bahwa sastra tak sebatas media hiburan saja akan tetapi juga bisa menjadi

    media edukasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai

    pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Anak Rantau antara

    lain: Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

    Yang Maha Esa (religius), nilai-nilai pendidikan karakter dalam

    hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung jawab, bekerja keras,

    disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu dan gemar membaca), nilai-nilai

    Pendidikan Karakter dalam hubungannya dengan sesama (menghargai

    prestasi, demokratis, peduli sosial dan bersahabat/komunikaif), nilai-nilai

    Pendidikan Karakter Dalam Hubungannya dengan Lingkungan (toleransi),

    nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Hubungannya dengan Kebangsaan

    (semangat kebangsaan dan cinta tanah air). (2) Relevansi nilai-nilai

    pendidikan karakter pada novel anak rantau dengan pendidikan di

    Indonesia yang penulis temukan adalah sangat relevan karena nilai-nilai

    pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Anak Rantau sesuai

  • 10

    dengan Kebijakan Nasional Pembangun Karakter Bangsa tahun 2010-

    2025. Skripsi ini sebagai reverensi tambahan untuk penulis. Adapun

    persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada

    objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter.

    Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji

    buku Gelandangan di Kampung sendiri karya Emha Ainun Nadjib.

    2. Ahmad Faisol (UIN Maulana Malik Ibrahin Malang, 2015)

    Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel (Study

    Tentang Pendidikan Karakter Pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea

    Hirata). Skripsi ini meneliti mengenai unsur-unsur pendidikan karakter

    yang berpedoman pada nilai agama, budaya, pancasila, dan tujuan

    pendidikan nasional. Hasil penelitian menunjukkan metode pendidikan

    karakter pada novel Laskar Pelangi adalah; sedikitnya pengajaran,

    banyaknya peneladanan, banyak pembiasaan, banyak pemotivasian,

    banyak pendekatan aturan. Dan terdapat 18 nilai krakter novel laskar

    Pelangi karya Andrea Hirata, di antarnya, nilai religius, jujur, toleransi,

    disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu,

    semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestai,

    bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

    peduli sosial dan tanggung jawab. Skripsi ini sebagai reverensi tambahan

    untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis

    adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji

    pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya adalah skripsi Ahmad

  • 11

    Faisol menitik beratkan kepada unsur-unsur pendidikan karakter yang

    berpedoman pada nilai agama, budaya, pancasila, dan tujuan pendidikan

    nasional pada novel Laskar Pelangi, sedangkan penulis menitik beratkan

    kepada apa saja nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di

    Kampung sendiri karya Emha Ainun Nadjib.

    3. Latifatul Fajriyah (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018)

    Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kumpulan Esai

    Istriku Seribu Karya Emha Ainun Nadjib. Skripsi ini menyimpulkan

    bahwa nilai-nilai pendidikan Islam terkandung dalam esai tersebut adalah

    aqidah, nilai, pendidikan akhlak, nilai pendidikan syariah, nilai pendidikan

    akal, dan nilai pendidikan jasmani. Nilai pendidikan aqidah dalam

    kumpulan esai yang berjudul Istriku Seribu mencakup iman kepada Allah

    dan Rasulullah. Sementara itu nilai pendidikan akhlaknya melingkupi adab

    terhadap Allah, adab terhadap Rasulullah, adab terhadap sesama manusia,

    adab terhadap lingkungan, dan adab terhadap diri sendiri. Sedangkan nilai

    pendidikan syariahnya adalah tentang ibadah sebagai ucapan cinta kepada

    Allah, perkawinan, pekerjaan, dan tentang hubungan dengan masyarakat.

    Adapun nilai pendidikan akalnya adalah terkait belajar sejarah, belajar

    pada sorot mata, mengakali setiap peristiwa agar menjadi ilmu, konsep

    manajemen, poligami, tafsir, dan paradoks akal. Dan nilai pendidikan

    jasmaninya terkait dengan kesehatan mata. Skripsi ini sebagai reverensi

    tambahan untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan

    skripsi penulis adalah sama-sama menggunakan subjek penelitian dari

  • 12

    karya Emha Ainun Nadjib. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek

    yang diteliti dalam skripsi tersebut meneliti mengenai pendidikan Islam

    sedangkan penulis meneliti tentang pendidikan karakter.

    4. Ida Risqi Afita (IAIN Salatiga, 2018)

    Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Ayahku

    (Bukan) pembohong. Skripsi ini mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan

    karakter yang terdapat pada novel Novel Ayahku (Bukan) pembohong

    diantaranya: Disiplin, kerja keras, peduli, kemandirian, tanggung jawab,

    penuh kasih, rasa ingin tahu, santun, kesederhanaan, keikhlasan, dan

    kejujuran. Ida Risqi juga menjelaskan ini masih relevan untuk diajarkan

    dalam pendidikan era globalisasi saat ini, mengingat kandungan nilai

    pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya sejalan dengan pilar-pilar

    pendidikan karakter nasional, diantaranya: Disiplin, kerja keras, peduli,

    kemandirian, tanggung jawab, penuh kasih, rasa ingin tahu, santun,

    kesederhanaan, keikhlasan, dan kejujuran. Skripsi ini sebagai reverensi

    tambahan untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan

    skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama

    mengkaji pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada

    subjek penelitian, penulis mengkaji buku Gelandangan di Kampung

    sendiri karya Emha Ainun Nadjib.

  • 13

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau penelitian

    library research karena dilakukan dengan mencari data atau informasi

    riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-

    bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.

    Riset Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang

    dilakukan di perpustakaan dimana objek penelitian digali lewat beragam

    informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran,

    majalah, dan dokumen (Zed, 2004: 89).

    2. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

    diperoleh (Arikunto, 2014: 129). Sumber data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Sumber Data Primer

    Data perimer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

    adalah buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun

    Nadjib.

    b. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian

    ini adalah data-data yang diperoleh dari pengumpulan informasi dan

    data dari buku-buku, karangan ilmiah, majalah ataupun artikel yang

    relevan dalam penelitian ini.

  • 14

    3. Jenis Pendekatan

    Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik,

    yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan presepsi pembaca

    terhadap teks sastra (Endraswara, 2003: 9). Dimana penulis akan

    membaca dan memprsepsikan karya yang diteliti, yaitu buku

    Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib.

    4. Metode Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan

    metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan

    data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah,

    dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

    sebagainya (Arikunto, 2014: 201).

    5. Metode Analisis Data

    Dalam menganalisi data penulis menggunkana metode content

    analysis. Content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-

    inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan

    konteksnya (Hadi, 1981: 15). Menurut Endraswara (2003:160) analisis isi

    (content analisis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk

    mengungkapakan, memahami dan menangkap pesan karya sastra.

    G. Definisi Operasional

    Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi ini,

    maka penulis perlu memberikan definisi atau pengertian pada istilah-istilah

    yang penulis gunakan, antara lain sebagai berikut:

  • 15

    1. Nilai

    Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti

    berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas

    suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna, dihargai

    dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai dianggap sebagai “keharusan”

    suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil oleh

    seseorang. Nilai-nilai itu yang menjadi dasar kenyataan yang tidak dapat

    dipisahkan atau diabaikan (Sjarkawi, 2015: 29).

    2. Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-

    nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen

    pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan

    tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha

    Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun bangsa, sehingga akan

    terwujud Insan Kamil (Yulia, 2012: 238).

    3. Buku Gelandangan Di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.

    Buku ini Gelandangan Di Kampung Sendiri ini merupakan buku

    karya Emha Ainun Nadjib. Buku ini memaparkan tentang kehidupan

    rakyat rakyat kecil yang kurang dipedulikan oleh pemerintahnya. Pada

    sinopsis dituliskan bahwa rakyatlah pemilik pembangunan. Tetapi pada

    nyata hanya mempunyai kewajiban untuk menaati peraturan yang di buat

    oleh pemerintah. Tidak hanya itu dalam buku juga banyak dibahas

  • 16

    mengenai keluhan dan curhatan orang-orang kepada Emha Ainun Nadjib

    tentang kehidupannya.

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh

    maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke

    bab yang lain. Sistematika sendiri memiliki arti sebagai suatu tata urutan

    yang saling berkaitan, saling berhubungan serta saling melengkapi. Penulisan

    skripsi ini terbagi kedalam 5 bab, adapun sistematika penulisan skripsi ini

    adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, definisi

    operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II KAJIAN TEORI pada bab ini akan diuraikan mengenai,

    pengertian nilai, pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter, ciri-ciri

    pendidikan karakter,nilai-nilai pendidikan karakter, tujuan pendidikan

    karakter, serta landasan pendidikan karakter.

    BAB III GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI

    KAMPUNG SENDIRI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran

    umum buku gelandangan dikampung sendiri, seperti biografi penulis, profil

    buku, unsur buku dan sinopsis buku.

    BAB IV PEMBAHASAN pada bab ini akan dipaparkan deskripsi

    nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri

  • 17

    karya Emha Ainun Nadjib, serta relevansin buku Gelandangan di Kampung

    Sendiri karya Emha Ainun Nadjib khususnya dalam kehidupan modern ini.

    BAB V PENUTUP merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini

    yang akan dikemukakan kesimpulan, saran dan penutup.

  • 18

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Nilai

    Nilai berasal dari bahasa latin vale‟re yang artinya berguna, mampu

    akan, berdaya, berlaku, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang

    baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau

    sekelompok orang (Adisusilo, 2013: 56). Hal yang sama dikemukakan oleh

    Sjarkawi (2015: 29), menurutnya nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere

    (bahasa Latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai

    adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan,

    berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai dianggap

    sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang

    diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu yang menjadi dasar kenyataan yang

    tidak dapat dipisahkan atau diabaikan.

    Sedangkan menurut Ghufron (2017: 107), nilai adalah sesuatu yang

    berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu

    itu bernilai bararti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

    Adapun pengertian nilai menurut Steeman dalam Adisusilo (2013:

    56), berpendapat nilai merupakan sesuatu yang memberi makna hidup, yang

    memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang

    dijunjung tinggi yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai

    itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan

    tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara niali dan etika.

  • 19

    Sementara itu menurut Kalven dalam Adisusilo (2013: 56), nilai

    merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku sesorang, sehingga

    seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada

    sistem nilai yang dipegangnya.

    Muhajir (2016: 60), Nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu

    sistem kepercayaan yang berhubungan dengan subjek yang memberi arti.

    Dalam hal ini, subjeknya adalah manusia yang mengartikan dan yang

    menyakini.

    Sedangkan jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai

    diartikan sebagai berikut: (a) Harga (dalam arti taksiran harga), (b) harga

    uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain), (c) angka kepandaian; biji;

    ponten: rata-rata, (d) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu, (e) sifat-sifat (hal-

    hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, (f) sesuatu yang

    menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. (https://kbbi.

    kemdikbud.go.id/entri/nilai diakses diakses pada tanggal 10 Juli 2019)

    Jadi dari beberapa pengertian nilai di atas dapat diambil kesimpulan

    bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kegunaan

    yang memberi makna hidup, acuan, serta tolok ukur dan tujuan hidup yang

    dijunjung tinggi yang tercermin dari perilaku seseorang.

    B. Pendidikan Karakter

    1. Pengertian Pendidikan Karakter

    Menurut Yulia (2012: 238), pendidikan karakter adalah sebuah

    sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang

    https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilaihttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilai

  • 20

    mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta

    adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun

    bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.

    Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto berpendapat bahwa

    pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta

    didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi

    hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (Samani dan Hariyanto, 2014: 45).

    Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan budi pekerti, pendidikan

    moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan

    peseta didik untuk memberi keputusan baik atau buruk, memelihara yang

    baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan

    sepenuh hati.

    Sementara itu menurut Winton dalam Samani dan Hariyanto (2014:

    43), pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru

    dan pengaruhnya pada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter

    adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk

    mengajarkan nilai-nilai kapada para siswanya.

    Berbeda lagi dengan pendapat Lickona dalam Samani dan

    Hariyanto (2014: 44), Thomas berpendapat pendidikan karakter adalah

    upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami,

    peduli, dan bertindak dengan landaan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana

  • 21

    didefinisikan sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk

    memperbaiki karakter siswa.

    Selain itu dari pendapat Megawangi dalam Dharma (2012: 5),

    pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat

    mengambil keputusan dengan bijak dan kemudian mempraktikkannya

    dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

    kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

    Kemudian menurut Gaffar dalam Dharma (2012: 5), pendidikan

    karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

    ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

    satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

    Sedangkan jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia

    karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

    membedakan seseorang dengan yang lain. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/

    entri/karakter diakses pada tanggal 10 Juli 2019)

    Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa

    pendidikan karakter adalah pendidikan dengan konsep dan sistem

    menanamkan nilai-nilai karakter positif pada peserta didik menjadi peserta

    didik dapat mengambil keputsan yang bijak sehingga berkarakter baik

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun

    bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.

    Sedangkan dalam ayat al-Qur‟an yang terkait dengan pendidikan

    karakter adalah sebagai berikut:

    https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakterhttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakter

  • 22

    Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

    berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

    melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

    memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

    pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)

    Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita

    untuk berlaku atau berperilaku adil dan berbuat kebaikan kepada sesama

    serta melarang kita untuk berbuat keji atau kemungkaran dan permusuhan.

    2. Sejarah Pendidikan Karakter

    Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan

    baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan

    oleh pedadog Jerman F.W. Foester. Terminologi ini mengacu pada sebuah

    pendekatan idealis spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan

    teori pendidikan normatif. Yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai

    transenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik bagi

    individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.

    Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian

    inti sejarah pendidikan itu sendiri. Misalnya dalam cita-cita Paideia

    Yunani dan Humanitas Romawi. Pendekatan idealis dalam masyarakat

    modern memuncak dalam ide tentang kesadaran Roh Hegelian.

  • 23

    Perkembangan ini pada gilirannya mengukuhkan dialektika sebagai sebuah

    bagian integral dari pendekatan pendidikan karakter.

    Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagia sebuah usaha

    untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang

    diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf prancis

    Auguste Comte. Foster menolak gagasan yang meredusir pengalaman

    manusia pada sekadar bentuk murni hidup alamiah (Masnur, 2015: 37).

    Sebagian sejarawan yang lain jika di dunia Islam sudah memiliki

    konsep mengenai pendidikan karakter, jauh sebelum dicetuskan oleh FW

    Foster. Menurut agama Islam, pendidikan karakter bersumber dari wahyu

    Allah dan As-Sunnah. Akhlak atau karakter Islam ini, terbentuk atas dasar

    prinsip “ketundukan, kepasrahan, dan kedamain” sesuai dengan makna

    dasar dari makna dasar kata Islam (Wibowo, 2012: 26).

    3. Prinsip Pendidikan Karakter

    Menurut Zubaedi (2013: 138), prinsip yang digunakan dalam

    pengembangan pendidikan karakter adalah:

    a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan

    nilai-nilai karakter merupakan proses yang tiada henti dimulai dari

    awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan

    bahkan sampai terjun ke masyarakat.

    b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya

    sekolah, serta muatan lokal.

  • 24

    c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan. Satu hal

    yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar dapat

    digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah kognitif, efektif,

    dan psikomotorik.

    d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

    menyenangkan.

    4. Ciri Dasar Pendidikan Karakter

    Manurut Foester dalam Masnur (2015: 127-128) ada empat ciri

    pendidikan karakter, yaitu:

    a. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan

    hirearki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

    b. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang menjadi

    teguh terhadap prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi

    baru atau takut resiko. Koherensi merupakn dasar yang membangun

    rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan

    kredibilitas seseorang.

    c. Otonomi, di sini seseorang menginternalisasikan aturan dari luar

    sampai menjadi nilai-nilai pribadi.

    d. Keteguhan dan kesetiaan, keteguhan merupakan daya tahan seseorang

    guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan

    dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

  • 25

    5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Indonesia

    a. Religius

    Religius adalah sifat religi yang melekat pada diri seseorang.

    Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

    dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama yang

    dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

    hudup rukun dengan pemeluk agama lain (Yaumi, 2014: 87). Jadi

    karakter religi ini adalah untuk menjadikan sesorang menjalankan

    keyakinan religinya secara utuh, dengan tetap menjaga toleransi

    dengan pemeluk keyakinan lain.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap religius yang

    terdapat pada surah Yunus ayat 84-85:

    Artinya: “Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman

    kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu

    benar-benar orang yang berserah diri. Lalu mereka berkata:

    "Kepada Allahlah kami berserah diri! Ya Tuhan kami;

    janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum

    yang´zalim.” (QS. Yunus: 84-85)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa seseorang haruslah

    bertawakal kepada Allah atau beserahdiri, karena berserah diri kepada

    Allah menandakan bahwa orang tersebut adalah orang yang beriman.

  • 26

    b. Jujur

    Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak

    curang (Naim, 2012: 132-133). Jujur adalah perilaku seseorang yang

    didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

    dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Yaumi,

    2014: 87). Jujur menupakan nilai penting yang harus dimiliki

    seseorang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin

    dalam perilaku sehari-hari. Nilai jujur penting untuk ditumbuh

    kembangkan sebagai karakter karena kejujuran saat ini semakin

    terkikis. Jika ketidak jujuran telah menjadi sistem, masa depan bangsa

    ini akan suram.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap jujur yang terdapat

    pada surah Al-Anfal ayat 58:

    Artinya: “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)

    pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah

    perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

    berkhianat” (QS. Al-Anfal: 58)

    Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa sesorang haruslah

    berlaku jujur, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang

    berkhianat.

  • 27

    c. Toleransi

    Toleransi berarti sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak

    menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda. Sikap

    toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal

    yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi

    juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek

    ideologi dan politik yang berbeda (Naim, 2012: 132-133).

    Toleransi lahir dari sikap menghargai diri yang tinggi. Kuncinya

    adalah bagaimana semua pihak memerepsi dirinya dan orang lain. Jika

    persepsi lebih mengedepankan dimensi negatif kemungkinan

    toleransinya akan lemah atau bahkan tidak ada. Sedangkan, jika

    persepsi diri dan orang lainnya positif, yang muncul adalah sikap yang

    toleran dalam menghadapi keragaman.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter toleransi yang

    terdapat pada surah Al-Kafirun ayat 1-6 :

    ِ

    Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan

    menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan

    penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah

    menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak

    pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

    Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (QS. Al-

    Kafirun: 1-6)

  • 28

    Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memberikan

    pilihan bagi setiap orang untuk memilih jalannya sendiri, dan

    seseorang agamanya masing-masing.

    d. Disiplin

    Kata disiplin berasal dari bahasa latin discere yang memiliki arti

    belajar. Dari kata itu kemudian muncul kata disiplina yang berarti

    pengajaran atau pelatihan. Seiring berjalannya waktu, kata disiplina

    juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini

    dimaknai secara beragam ada yang mengartikan disiplin sebagai

    kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan

    pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang

    bertujuan mengembangkkan diri agar dapat berperilaku tertib (Naim,

    2012: 142.

    Menurut Fauzi dalam Naim (2012: 142-143) disiplin adalah

    kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang

    mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan

    peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah sikap menaati

    peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

    Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang memerintahkan untuk kerja

    keras. Yang terdapat dalam surah An-Nisa ayat 59:

  • 29

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

    taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian

    jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

    kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

    (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

    hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan

    lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa:59)

    Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah

    memerintahkan untuk orang-orang yang beriman menaati Allah dan

    rosul serta ulil amri, yang bisa juga diartikan sebagai disiplin terhadap

    apa yang diperintahkan oleh Allah.

    e. Kerja Keras

    Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

    sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

    menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Yaumi, 2014: 94).

    Tidak ada keberhasilan yang dicapai tanpa kerja keras. Kerja

    keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita.

    Sebab hidup yang dijalani dengan kerja keras akan memberi nikmat

    yang semakin besar manakala mencapai kesuksesan (Naim, 2012:

    148).

  • 30

    Jadi dengan adanya pendidikan karakter kerja keras ini agar

    memicu sesorang untuk semangat kerja keras dalam untuk

    mewujudkan cita-citanya.

    Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang memerintahkan untuk kerja

    keras. Yang terdapat dalam surah At:Taubah ayat 105:

    Artinya “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan

    Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat

    pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

    Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

    diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

    (QS. At-Taubah: 105).

    Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah

    memerintahkan umat manusia untuk bekerja keras, karena Allah pasti

    akan melihatmu dan hasil dari kerja keras tidak akan pernah

    menghianati hasilnya nanti. Dalam surah yusuf 87 Allah berfirman:

    Artinya “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita

    tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa

    dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari

    rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf: 87)

  • 31

    f. Kreatif

    Kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis. Orang kreatif

    adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu berusaha mencari

    hal baru dari hal yang telah ada. (Naim, 2012: 152). Kreatif sebagai

    salah satu nilai pendidikan karakter sangat tepat karena kreatif akan

    menjadikan sesorang tidak pasif. Jiwanya selalu gelisah, pikirannya

    terus berkembang, dan selalu melakukan kegiatan dalam rangka

    mencari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan.

    Berikut ini adalah ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan

    karakter kreatif:

    ِ

    Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan

    silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

    orang-orang yang berakal” (QS. Ali-Imran: 190)

    Pada ayat di atas akan merangsang akal untuk terus meraih ilmu

    dan kreatif dalam memahami ciptaan-ciptaan Allah. Pikiran-pikiran

    yang kreatif memilki imajinasi yang memungkinkan mereka untuk

    melihat dengan mata pikiran, gambaran-gambaran tanda-tanda ciptaan

    Allah yang ada didunia ini.

    g. Mandiri

    Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung

    kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas (Yaumi, 2014: 98).

  • 32

    Kemandirian tidak otomantis tumbuh dalam diri seorang anak. Mandiri

    pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang

    berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa

    saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihan

    atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk mandiri. Tetapi

    tidak jarang seseorang yang sudah dewasa, tetapi tidak juga bisa hidup

    mandiri. Ia selalu tergantung orang lain (Naim, 2012: 162).

    Jadi karakter mandiri ini merupakan karakter sesorang yang

    tidak mudah bergantung kepada orang lain, dan sesorang mampu

    menjalani hidup tanpa terlalu bergantung terhadap orang lain.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter mandiri yang

    terdapat pada surah Al-Mukminun ayat 62:

    Artinya: “Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut

    kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang

    membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.” (QS.

    Al-Mukminun: 62)

    Pada ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa seseorang

    haruslah bersifat mandiri karena Allah tidak akan membebani

    seseorang jika orang tersebut tidak mampu, melainkan Allah akan

    memberinya sesuai kemampuannya.

  • 33

    h. Demokratis

    Demokrasi merupakan gabungan dari kata demos yang berarti

    rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang.

    Pengertian yang dimaksud demokrasi adalah kekuasaan atau undang-

    undang yang berakar kepada rakyat. Dengan demikian rakyat

    memegang kekuasaan tertinggi (Naim, 2012: 164).

    Sedangkan menurut Yaumi (2014: 100), berpendapat bahwa

    demokratis adalah cara berpikir, bersikap, serta bertindak yang menilai

    sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

    Jadi jika ditarik kedalam pendidikan karakter ini demokratis

    dapat diartikan sebagai sikap, cara berpikir, dan bertindak sesorang

    dalam menilai hak dan kewajiwan yang sama dengan orang lain dalam

    kedudukannya didalam negara.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter demokratis yang

    terdapat pada surah Ali-Imran ayat 159:

    Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku

    lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras

    lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

    sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah

  • 34

    ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

    dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan

    tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

    menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.

    Ali-imran: 159)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita

    untuk bermusyawarah dalam menghadapi persoalan secara demokratis

    serta bertawakal kepada Allah.

    i. Rasa Ingin Tahu

    Rasa ingin tahu dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan yang

    selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

    sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Yaumi, 2014: 102).

    Disebabkan rasa ingin tahu ini, manusia sejak dini cenderung

    untuk terus menerus mempertanyakan berbagai hal yang memang

    belum diketahui dan dipahami, baikyang dia amati maupun yang di

    pikirkan. Dorongan ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan puas

    terhadap fenomena yang tampak pada permukaan. Selalu ada

    keinginan untuk memahami secara lebih mendalam dan mendetail

    (Naim, 2012: 171).

    Oleh karena itu perlu pendidikan karakter untuk mengarahkan

    rasa ingin tahu seseorang. Rasa ingin tahu harus

    ditumbuhkembangakan, dirawat, dan diberi jawaban yang benar agar

    tidak muncul perilaku destruktif generasi muda yang sebagian besar

    berasal dari rasa ingin tahu yang tidak mendapatkan jawaban secara

    memadai.

  • 35

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter rasa ingin tahu

    yang terdapat pada surah Ali-Imran ayat 190-191:

    Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan

    silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

    orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat

    Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring

    dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

    (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

    menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka

    peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali-Imran: 190-191)

    Pada ayat di atas selain berkaitan dengan karakter kreatif

    dijelaskan juga mengenai karakter rasa ingin tahu, bahwa dilangit dan

    bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan manusia dibekali

    dengan akal, agar digunakan untuk berfikir, sehingga manusia tahu

    tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah dan meningkatkan

    keimanannya.

    j. Semangat Kebangsaan

    Menurut Djohar dalam Naim (2012: 173), semangat kebangsaan

    mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka, dan dalam

    kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir-batin seluruh bangsa.

  • 36

    Dalam semangat kebangsaan ini seseorang menempatkan kepentingan

    bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

    k. Cinta Tanah Air

    Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

    menunjukkan kesetiaan kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

    tehadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

    bangsa (Yaumi, 2014: 104).

    Sekarang ini kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air

    seharusnya semakin ditumbuhkembangkan ditengah gempuran

    globalisasi yang semakin tidak terkendali. Cinta tanah air tidak hanya

    merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat harkat

    dan martabat bangsa ini dalam kompetisi global.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter cinta tanah air

    yang terdapat pada surah At-Taubah ayat 122:

    Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya

    (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

    golongan di antara mereka beberapa orang untuk

    memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

    memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

    kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

    (QS. At-Taubah: 122)

  • 37

    Menurut Syekh Muhammad Mahmud al-Hijazi dalam Tafsir al-

    Wadlih yang dikutip oleh nu.or.id ayat tersebut mengisyaratkan bahwa

    belajar ilmu adalah suatu kewajiban bagi umat secara keseluruhan,

    kewajiban yang tidak mengurangi kewajiban jihad, dan

    mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban yang suci.

    Karena tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang

    (senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi dan dalil.

    Bahwasannya memperkokoh moralitas jiwa, menanamkan

    nasionalisme dan gemar berkorban, mencetak generasi yang

    berwawasan cinta tanah air sebagian dari iman, serta

    mempertahankannya (tanah air) adalah kewajiban yang suci.

    Jadi dalam hal ini dapat diartikan bahwa karakter cinta tanah air

    merupakan salah satu kewajiban setiap warganya, karna hal tersebut

    sangat diperlukan untuk menjaga kedaulatan negara tetap utuh.

    l. Menghargai Prestasi

    Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

    dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

    serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain (Yaumi,

    2014: 105).

    Dalam iklim kehidupan sekarang ini, arus kompetisi semakin

    ketat. Dalam konteks pengembangan karakter, penting untuk

    menanamkan menghagai prestasi kepada anak-anak. Prestasi

    menunjukkan adanya proses dalam meraihnya. Jangan sampai anak-

  • 38

    anak kita menjadi generasi yang hanya menyukai produk dan tidak

    menghargai proses. Menghargai prestasi merupakan bagaian dari

    mengahrgai proses.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap menghargai prestasi

    yang terdapat pada surah An-Nahl ayat 97:

    Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-

    laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

    sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

    baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka

    dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

    kerjakan” (QS. An-Nahl: 97)

    Menurut Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut dalam

    kitabnya Tafsir Al-Misbah sebagai berikut :

    “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, apapun jenis

    kelaminnya, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia

    adalah mukmin yakni amal yang dilakukannya lahir atas

    dorongan keimanan yang shahih, maka sesungguhnya pasti

    akan kami berikan kepadanya masing-masing kehidupan yang

    baik di dunia ini dan sesungguhnya akan kami berikan balasan

    kepada mereka semua di dunia dan di akherat dengan pahala

    yang lebih baik dan berlipat ganda dari apa yang telah mereka

    kerjakan“ (http://anggahardianto1994.blogspot.com/2017/12/

    wawasan-al-quran-dan-hadits-tentang.html diakses pada tanggal

    16 Juli 2019).

  • 39

    Jadi jika dilihat dari kacamata islam dari hal tersebut dapat kita

    artikan bahwa Allah pun akan menghargai apa yang akan dilakukan

    sesorang dimana amal saleh akan diberikan pahala yang lebih baik.

    m. Bersahabat/Komunikatif

    Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan

    rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

    (Yaumi, 2014: 106).

    Dengan menjadi seseorang yang bersahabat dan komunikatif

    akan mewujudkan kenyamanan bagi orang disekitarnya karena

    tindakannya memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan

    bekerja sama dengan orang lain.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap cinta damai yang

    terdapat pada surah Al-Baqarah 195:

    Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,

    dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

    kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah

    menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah:

    195)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah agar jangan

    menjatuhkan diri ke binasaan dan selalu berbuat baik, dalam hal ini

    adalah bersahabat dalam berlaku dan berbicara.

  • 40

    n. Cinta Damai

    Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang

    menyebabkan orang lain merasa senang serta aman atas kehadiran

    dirinya (Yaumi, 2014: 107).

    Budaya damai harus terus menerus ditumbuhkembangkan

    dalam berbagai aspek kehidupan. Kekerasan dalam berbagai bentuknya

    sekarang ini semakin banyak ditemukan. Harus ada kemauan dari

    berbagai pihak untuk memebangun secara sistematis cinta damai

    menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap cinta damai yang

    terdapat pada surah An-Nahl ayat 90:

    Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil

    dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

    Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

    permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

    dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita

    untuk berlaku adil dan berbuat kebaikan kapada kerabat dan melarang

    kekejian, kemungkaran dan permusuhan, artinya yaitu untuk selalu

    mencintai kedamain tidak membuat permusuhan antar sesama.

  • 41

    o. Gemar Membaca

    Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

    membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

    (Yaumi, 2014: 109). Menurut hernowo dalam Naim (2012: 191) ,

    sebagaimana yang dikutip oleh Naim dalam bukunya, membaca

    membuat kita berpikir dalam bentuk yang terbaik. Membaca kan

    melatih kita untuk bertafakur. Tafakur disini berarti berpikir secara

    sistematis, hati-hati, dan dalam. Membaca akan menghindarkan diri

    kita dari kegiatan asal-asalan dan tidak bertanggung jawab. Membaca

    akan menguji seberapa tinggi dan seberapa jauh kesungguhan kita

    dalam memahami dan memecahkan sesuatu.

    Dengan membaca kita mampu menyelami pikiran orang lain dan

    menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam

    pemikiran dan pengalaman kita sendiri.

    Jadi, dalam konteks pendidikan karakter, membangun tradisi

    membaca harus dilakukan dengan membiasakan diri untuk membaca.

    Setiap ada kesempatan bisa dimanafaatkan untuk membaca. Kalau hal

    ini lakukan secara rutin, tentu akan banyak manfaat yang dapat dipetik,

    karena membaca tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi jug

    amengubah hidup.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap gemar membaca

    yang terdapat pada surah Fathir ayat 29:

  • 42

    Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca

    kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian

    dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan

    diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan

    perniagaan yang tidak akan merugi” (QS. Fatir: 29)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa orang-orang yang selalu

    membaca kitab Allah dan sholat serta menafkahkan sebagian dari

    rezekinya akan dianugrahi oleh Allah rezeki yang berkah.

    p. Peduli Lingkungan

    Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu

    berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, serta

    mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

    yang sudah terjadi (Yaumi, 2014: 111).

    Manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki

    kepedulian terhadap lingkungannya. Kualitas lingkungan hidup

    sekarang ini memang cenderung mengalami penurunan. Pencemaran

    lingkungan terjadi dimana-mana, kerugian yang ditanggung sudah

    tidak terhitung lagi. Padahal persolan tersbut disebabkan oleh tangan

    jahil manusia. Oleh karena itu sangat perlu dibangun karakter peduli

    lingkungan dalam diri seseorang.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap tanggung jawab

    yang terdapat pada surah Al-A‟raf ayat 56:

  • 43

    Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

    bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-

    Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan

    dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada

    orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-A‟raf: 56).

    Dari ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa sebagai makhluk

    Allah, janganlah kita membuat kerusakan di bumi ini atau lingkungan

    alam sekitar, karena Allahlah yang sudah memperbaikinya, sungguh

    rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.

    q. Peduli Sosial

    Peduli sosial dapat diartikan sebagai sikap serta tindakan yang

    selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang

    membutuhkan (Yaumi, 2014: 112).

    Manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup dan

    menjadi bagian terpisah dari lingkungan sosialnya. Karena manusia

    tidak bisa sepenuhnya egois dan beranggapan kalau dirinya bisa hidup

    sendiri tanpa peran serta orang lain.

    Dikehidupan modern ini masyarakat bergeser dari kebersamaan

    dan saling tolong menolong dengan penuh ketulusan yang dahulu

    merupakan ciri khas masyarakat Indonesia semakin menghilang

    menjadi masyarakat yang lebih individualis. Konsentrasi kehidupan

    masyarakat sekarang ini didominasi pada bagaimana mencapai mimpi-

  • 44

    mimpi materialis. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan karakter

    peduli sosial untuk mengembalikan budaya masyarakat yang peduli

    sesama yang dulu menjadi ciri khas dalam negeri kita ini.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap peduli sosial dan

    lingkungan yang terdapat pada surah Al-Maidah ayat 2:

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

    melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar

    kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)

    binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan

    jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi

    Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari

    Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,

    maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

    kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka

    menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu

    berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah

    kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

    tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

    bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat

    berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)

  • 45

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita

    untuk tolong menolong dalam kebaikan, artinya juga dalam bidang

    kepedulian sosial serta peduli tehadap lingkungan sekitar.

    r. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melakukan atau

    menyelesaikan tugas (ditugaskan oleh seseorang, atau diciptakan oleh

    janji sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi, dan yang

    memiliki konsekuensi hukuman terhadap kegagalan (Yaumi, 2014:

    114).

    Karakter tanggung jawab sangat dibutuhkan di era sekarang ini

    dimana seseorang sesungguhnya memiliki tanggung jawab masing-

    masing terhadap dirinya maupun lingkungan sekitarnya.

    Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap tanggung jawab

    yang terdapat pada surah Al-Muddatsir ayat 38:

    Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

    diperbuatnya.” (QS. Al-Muddatsir: 38)

    Sedangkan dalam surah Az-Zalzalah Allah berfirman sebagai

    berikut:

  • 46

    Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat

    dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan

    barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,

    niscaya dia kan melihat (balsasan)nya pula.” (QS. Az-zalzalah:

    7-8)

    Pada ayat di atas dijelaskan bahwa setiap orang akan

    bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat baik itu sedikit

    ataupun sebesar gunung.

    6. Tujuan Pendidikan Karakter

    Tujuan pendidikan adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan

    dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan

    karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang

    (Masnur, 2015: 81).

    Menurut Dharma (2012: 9) tujuan pendidikan karakter adalah

    sebagai berikut:

    a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

    penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta

    didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

    b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-

    nilai yang dikembangkan.

    c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

    dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara

    bersama.

    Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 9), tujuan pendidikan karakter

    adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang

  • 47

    mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

    secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetisi

    lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta

    didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

    pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta

    mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga

    terwujud dalam prilaku sehari-hari.

    Menurut pendapat Fooster dalam Wibowo (2012: 26), tujuan

    pendidikan karakter adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud

    dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang

    dimilikinya.

    Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan

    bahwa tujuan inti dari pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan

    mutu dan hasil pendidikan sehingga menghasilkan pembentukan karakter

    peserta didik yang berakhlak mulia secara utuh, seimbang serta

    membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

    memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

    7. Landasan Pendidikan Karakter

    Untuk membentuk karakter, diperlukan landasan penyelenggara

    pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:

  • 48

    a. Landasan yuridis

    Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini

    tampak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyatakan: “Pendidikan

    Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

    watak serta peradaban bangsa yang /bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi: beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia; sehat; berilmu; cakap;

    kreatif; mandiri; dan menjadi warga yang demokratis serta

    bertanggung jawab”.

    Dalam pasal tersebut, secara tersirat dapat disimpulkan bahwa

    pendidikan nasional berfungsi dan bertujuan untuk membentuk

    karakter(watak) pendidik menjadi insan kamil. Dengan demikian

    landasan yuridis pelaksanaan pendidikan karakter adalah Undang-

    Undang tersebut. (Novan, 2013: 32)

    b. Landasan filsafat manusia

    Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses

    pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak manusia memerlukan

    bantuan. Upaya membantu manusia untuk menjadikan manusia

    sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Berbeda dengan hewan,

    anak-anak hewan hanya memerlukan bantuan seperlunya saja untuk

    hidup mandiri. Hewan adalah ciptaan yang sudah selesai, sudah jadi,

  • 49

    dan sudah terspesialisasi dan menjadi hewan sesungguhnya dan

    berkarakter hewan.

    Berbeda dengan hewan, manusia yang ketika kanak-kanak

    terlihat berkarakter, dapat saja saat dewasa berkarakter buruk jika

    dalam proses pendewasaan salah didik. Sifat-sifat kemanusiaan dapat

    terkikis dan tidak pantas disebut manusia yang pantas dikaruniai akal,

    makhluk mulia, bermartabat, dan beradab. Dalam proses

    perkembangannya, karakter manusia bahkan dapat menjadi lebih buruk

    dari pada hewan. Oleh sebab itu pendidikan karakter sangat diperlukan

    bagi manusia sepanjang hidupnya, agar menjadi manusia yang

    berkarakter baik. (Novan, 2013: 32-33)

    c. Landasan filsafat Pancasila

    Manusia Indonesia yang ideal adalah manusia Pancasilais, yaitu

    menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

    Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Nilai-nilai Pancasila tersebut yang

    menjadi inti nilai dalam pendidikan karakter di negeri ini. (Novan,

    2013: 33)

    d. Landasan filsafat pendidikan

    Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan

    kepribadian untuh untuk menctak warga negara yang baik. Seseorang

    yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya

    nilai-nilai dari berbagai nilai, yaitu simbolik, empirik, estetik, etik,

    sinoptik, dan sinnoetik. Nilai-nilai tersebut menjadikan seseorang

  • 50

    berkarakter baik. Nilai simbolik ada dalam bahsa, ritual-ritual

    keagamaan, dan matematika. Nilai empirik terdapat dalam berbagai

    macam disiplin ilmu empirik, diantarnya Ilmu Pengetahuan Alamdan

    Sosial. Nilai etik berupa pilihan-pilihan perilaku moral yang

    dikembangkan melalui pendidikan moral, budi pekerti, adab, dan

    akhlak. Nilai estetik terdapat pada kesenian . Sementara nilai sinnoetik

    adalah nilai yang bersifat personal yang hadir dari pengalaman-

    pengalaman personal yang hadir dari pengalaman-pengalaman

    personal yang bersifat relasional antara pribadi dan Sang Pencipta.

    Nilai sinoptik di dalamnya terangkum nilai-nilai simbolik, estetik, etik

    dan sinnoetik. Nilai-nilai tersebut hadir dalam pendidikan agama,

    sejarah, dan filsafat. Disebabkan pendidikan karakter pada dasarnya

    merupakan proses internlaisasi nilai dari berbagi nilai di atas,

    pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam berbagai macam mata

    pelajaran yang diajarkan di satuan-satuan pendidikan. (Novan, 2013:

    33-34)

    e. Landasan religius

    Manusia adalah ciptaan Tuhan. Dalam agama-agama dan sistem

    kepercayaan yang berkembang di Indonesia, manusia baik adalah

    manusia yang; (1) secara jasmani dan ruhani sehat dan dapat

    melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang dikaitkan dengan

    peribadatannya kepada Tuhan; (2) bertakwa dengan menghambakan

    diri kepada Tuhan dengan jalan patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran-

  • 51

    Nya; (3) menjadi pemimpin diri, keluarga, dan masyrakatyang dapat

    dipercaya atas dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan

    bertanggung jawab; (4) manusiawi dalam arti berkarakter sebagai

    manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih terhadap sesama

    manusia, dan bermartabat. Dengan demikian, pemdidikan karakter

    perlu mengembangkan karakter manusia agar menjadi manusia yang

    berpirilaku hidup sehat,patuh tehadap ajaran-ajaran Tuhan. (Novan,

    2013: 34)

    f. Landasan sosiologis

    Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup dalam masyrakat

    heterogen yang terus berkembang. Kita berada di tengah-tengah

    masyarakat dengan suku, etnis, agama, golongan, status sosial, dan

    ekonomi yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga

    hidup berdampingan dan bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Oleh

    sebab itu, upaya mengembangakan karakter saling menghargai dan

    toleran pada aneka ragam perbedaan menjadi sangat mendasar.

    (Novan, 2013: 35)

    g. Landasan psikologis

    Dari sisi psikologis, karakter dapat dideskripsikan dari dimensi-

    dimensi intrapersonal, interpersonal, dan interaktif. Dimensi

    intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya manusia untuk

    memahami diri sendiri. Dimensi interpersonal secara umum dibangun

    atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, sedangkan secara

  • 52

    umum merupakan kemampuan mengenali perbedaan, sedangkan

    secara khusus merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam

    suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dimensi interaktif

    adalah kemampuan manusia dalam berinteraksi sosial dengan sesama

    secara bermakna. Kemampuan berinterkasi sosial secara bermakna

    diperlukan karakter humor, toleransi, dan mengatasi konflik.

    Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-tahapan

    dalam perkembangan manusia. Perkembangan manusia tercermin dari

    karakteristik masing-masing dalam setiap tahap perkembangan. Usia

    anak-anak berbeda karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan

    usia tua. Di antara mereka perlu memahami dan menghargai

    sesamanya yang tingkat perkembangannya berbeda-beda. Oleh karena

    itu diperlukan pendidikan karakter yang terkait dengan kesopanan,

    kesantunan, penghargaan, dan kepedulian. (Novan, 2013: 34-35)

    Jadi, dilihat dari beberapa landasan pendidikan karakter di atas

    pendidikan karakter bangsa menjadi sebuah keharusan bagi bangsa

    Indonesia. Di samping untuk memperbaiki karakter bangsa yang semakin

    terpuruk, juga mengembangkan karakter bangsa Indonesia untuk masa

    depan yang lebih baik.

  • 53

    BAB III

    GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI

    A. Biografi Emha Ainun Nadjib

    1. Sejarah Hidup

    Emha Ainun Nadjib lahir di Jombang Jawa Timur pada 27 Mei

    1953. Emha merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya,

    Almarhum MA Lathif adalah seorang petani. Istrinya yang sekarang

    bernama Novia Kolopaking. Anak-anaknya bernama Sabrang Mowo

    Damar Panuluh, Ainayya Al-Fatihah, Aqiela Fadia Haya, Jembar

    Tahta Aunillah, dan Anayallah Rampak Mayesha (http://profilbiodata

    ustadz.blogspot.com/2016/12/profil-biodata-dan-biografi-cak-nun.html

    di akses pada 10 Juli 2019).

    Emha mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP

    Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sebelumnya dia pernah masuk

    Pondok Modern Darrussalam Gontor tapi kemudian dikeluarkan

    karena melakukan demo, dalam Wikipedia Indonesia dikatakan bahwa

    beliau demo melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang

    kurang baik pada pertengahan tagun ketiga studinya. Kemudian pindah

    ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat. Pendidikan

    formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas

    Gadjah Mada (UGM). Lalu ia berproses di PSK (Persada Stubi Klub),

    sebuah komunitas sastrawa