nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5761/1/lutfi...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI
KARYA EMHA AINUN NADJIB
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
LUTFI ISNAN ROMDLONI
NIM. 23010150361
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
i
-
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI
KARYA EMHA AINUN NADJIB
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
LUTFI ISNAN ROMDLONI
NIM. 23010150361
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
“Hidup saya yang hanya satu kali ini dengan serius saya pergunakan untuk
memperbanyak sahabat, dari yang muda, anak-anak, orang tua, orang miskin,
orang pangkat, orang biasa, bahkan jin dan makhluk-makhluk lain, pokoknya
siapa saja. Itu saya pergunakan untuk meningkatkan kadar dan kualitas cinta
kasih kemanusiaan saya, sembari saya manfaatkan untuk mengikis rasa benci
dihati saya” (Emha, 2018: 30).
-
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah Swt. skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan mimpiku:
1. Ayahanda Supomo dan Ibunda Warinah yang telah memberikan mahkota kasih
sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tak mengerti apa-apa hingga kini aku
mengerti makna hidup.
2. Kakaku tercinta Septia Hidayah yang selalu mendukung dan memberikan
semangat.
3. Guru-guruku yang telah membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi
manusia yang mengerti banyak hal.
4. Sahabat-sahabat manusia kontrakan yang senantiasa menemaniku selama
mengerjakan skripsi maupun memberi motivasi untuk segera
menyelesaikannya.
5. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2015. Semoga dimanapun kalian berada, selalu
mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
6. Sahabat-sabahat Gerakan Jum‟at Berbagi Salatiga maupun GJB FTIK IAIN
Salatiga, FKMB Salatiga, UKM LDK Fathir Ar-Rasyid, teman-teman maiyah
salatiga yang telah mengajari dan memberikan banyak pengalamannya dalam
berorganisasi sehingga aku tidak menjadi mahasiswa yang hanya aktif di
bidang akademik namun juga dapat aktif di organisasi.
7. Teman Fatamorganaku senantiasa menemani, memberikan semangat, dan
senyuman di setiap hari-hariku.
-
viii
KATA PENGANTAR
نِِِٱّلَلِِِبِۡسمِِ ٱلَرِحيمِِِٱلَرۡحم َٰ
Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur ke
hadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang
tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia,
penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam
semesta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa
ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga harus penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK)
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam (PAI)
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi.
-
ix
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan
satu-satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi
mahasiswanya.
6. Simbah Emha Ainun Nadjib dan tim [email protected] yang telah
mengizinkan saya untuk meneliti buku Gelandangan di Kampung Sendiri
7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang
diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat dalam bentuk
amalan ibadah. amin.
Semoga jasa baik yang diberikan pada penulis akan mendapatkan balasan
yang lebih berarti dari Allah Swt. penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karenanya kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
kalangan terutama bagi penulis sendiri. Aamiin Yaa Robbal „Alamiin.
Salatiga, 24 Juli 2019
Penulis
Lutfi Isnan Romdloni
NIM. 23010150361
-
x
ABSTRAK
Romdloni, Lutfi Isnan. 2019. 23010150361. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
dalam Buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.
Bahroni M.Pd.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Buku Gelandangan di Kampung
Sendiri.
Pendidikan karakter mempunyai posisi yang strategis dan dibutuhkan
dalam membangun karkter seseorang agar terbentuknya karakter positif sesuai
agama, bangsa dan negara. Salah satunya cara membangun karakter adalah
dengan membaca buku ataupun karya sastra. Buku Gelandangan di Kampung
Sendiri adalah buku banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena
didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat
memotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun
Nadjib relevansinya di era modern. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), sumber data perimer yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya
Emha Ainun Nadjib dan sumber data sekunder yang peneliti gunakan diperoleh
dari pengumpulan informasi dan data dari buku-buku, karangan ilmiah, majalah
ataupun artikel yang relevan dalam penelitian ini. Pendekatan dalam penelitian
ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Pengumpulan
datanya menggunakan metode dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam
skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri karya
Emha Ainun Nadjib meliputi: religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cintai kedamaian, gemar
membaca, peduli lingkungan dan sosial, bertanggung jawab. (2) Relevansi nilai-
nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya
Emha Ainun Nadjib dalam kehidupan modern ini yaitu buku ini sangat relevan
dengan pendidikan karakter di Indonesia karena di dalam buku Gelandangan di
Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib terdapat nilai edukasi khususnya
nilai-nilai pendidikan karakter.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
KATA PERSEMBAHAN ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
E. Kajian Pustaka ........................................................................... 9
F. Metode Penelitian ...................................................................... 13
G. Definisi Oprasional ..................................................................... 14
H. Sistematika Pembahasan ............................................................ 16
BAB. II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai ......................................................................... 18
B. Pendidikan Karakter .................................................................. 20
-
xii
1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................... 20
2. Sejarah Pendidikan Karakter ............................................... 22
3. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................ 24
4. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ........................................... 24
5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .......................................... 25
6. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................ 48
7. Landasan Pendidikan Karakter ............................................ 49
BAB. III. GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI
KAMPUNG SENDIRI
A. Biografi Emha Ainun Nadjib ..................................................... 55
1. Sejarah Hidup ......................................................................... 55
2. Karya Emha Ainun Nadjib ..................................................... 57
3. Prestasi Emha Ainun Nadjib .................................................. 58
4. Karakteristik Buku Karya Emha Ainun Nadjib ..................... 59
5. Pemikiran Emha Ainun Nadjib .............................................. 60
B. Buku Gelandangan di Kampung Sendiri ................................... 61
1. Profil Buku ............................................................................. 61
2. Gaya Bahasa ........................................................................... 62
3. Tema Pembahasan Buku Gelandangan di Kampung Sendiri. 62
4. Amanat ................................................................................... 76
5. Sinopsis .................................................................................. 78
-
xiii
BAB. IV. PEMBAHASAN
A. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Buku Gelandnagan
di Kampung Sendiri ................................................................... 79
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku
Gelandangan di Kampung Sendiri di Kehidupan Modern ........ 99
BAB. V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 103
B. Saran-Saran ................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Pendidikan adalah faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Karna
sampai kapanpun pendidikan masih menjadi sarana yang paling efektif dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa dapat dilihat
dari perkebangan pendidikan yang berlangsung dan mewarnai perjalanan
bangsanya. Pendidikan sering merupakan usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,
sebab pendidikan dapat mendorong peningkatan sumber daya manusia.
Manusia senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan
terhadap orang lain maupun dirinya sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009: 1).
Menurut Hafidz dan Kastolani (2009: 6), pendidikan dan pengajaran
merupakan tema urgen dan aktual yang menjadi perhatian masyarakat
berbangsa secara umum. Dengan pendidikan dan pengajaran, peradaban akan
mengalami kemajuan, masyarakat akan berkembang, dan terbentuklah suatu
generasi. Maka dari itu pendidikan haruslah terus di bangun dan
dikembangkan agar dari proses pelaksanaanya menghasilkan generasi yang
diharapkan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah
-
2
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Helmawati, 2013: 13).
Dengan demikian maka pendidikan memegang peranan penting dalam
segala aspek kehidupan baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup
masyarakat luas. Dalam hal ini juga, pendidikan dapat dijadikan sebagai tolok
ukur kemajuan dan kualitas suatu bengsa, sehingga dapat dikatakan bahwa
salah satu cara memajukan suatu bangsa adalah dengan pembaharuan
terhadap sistem pendidikannya.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokraris dan bertanggung jawab
(Dharma, 2011:6).
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu
desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era
globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut
merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh
bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan tersebut adalah
kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya.
-
3
Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting
yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.(Masnur. 2015: 35)
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena
kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Dan sekarang
pendidikan di Indonesia sedang berlangsung dan dikembangkan di pada
sekolah-sekolah di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013 yang
menekankan pada pendidikan karakter peserta didik. Hal ini bertujuan agar
generasi bangsa Indonesia memliliki karakter-karakter tangguh yang
kedepannya diharapkan menjadi tonggak bangsa dan ikut serta memjukan
bangsa.
Baru-baru ini terjadi kasus karakter yang memprihatinkan salah
satunya adalah kasus Audrey. Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman
Wisnu Widjanarko mengatakan, kasus pengeroyokan terhadap Audrey yang
masih SMP mengingatkan pentingnya pendidikan karakter pada generasi
muda. Kasus ini sebuah pekerjaan rumah bagi semua pihak agar kita semua
terlibat dan berperan aktif untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan
membudayakan pentingnya karakter sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam pendidikan, khususnya generasi muda. (https://www.liputan6.com
/regional/read/3938381/kasus-audrey-mengingatkan-pentingnya-pendidikan-
karakter-kepada-anak?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_refe
rrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F di akses pada 23 Mei 2019)
Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan salah
satunya adalah dengan menanamkan pendidikan karakter dan penanaman
-
4
serta pengenalan terhadap nilai-nilai agama sejak dini. Upaya pembentukan
karakter yang sesuai dengan budaya bangsa ini seyogyanya bukan hanya teori
di dalam bangku sekolah saja, melainkan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari seperti halnya kerja keras, toleran, bertanggungjawab,
religius dan gemar membaca buku, karya sastra atau yang lainnya
Pendidikan karakter mempunyai posisi yang strategis dan dibutuhkan
dalam membangun karkter seseorang agar terbentuknya karakter positif
sesuai agama, bangsa dan negara. Implementasi pendidikan karakter dapat
dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran. Artinya pengenalan dan
penginternalisasian nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam perilaku peserta
didik dapat diterapkan melalui peroses pembelajaran baik di dalam maupun di
luar kelas dan pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu di dalam proses
pembelajaran selain memiliki tujuan untuk menguasai materi yang
ditargetkan juga dimaksudkan untuk mengenalkan, menyadarkan dan
menjadikan butir-butir nilai karakter terimplementasikan pada peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan karakter tidak lain dan tidak
bukan adalah nilai-nilai moral baik yang bersifat universal maupun lokal
kultural, baik moral kesusilaan maupun kesopanan. Selain itu dalam kitab
suci Al-Qur‟an Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:
-
5
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl:
97)
Ayat di atas dalam tafsir Quraish Shihab ditafsirkan bahwa siapa saja
yang berbuat kebajikan di dunia, baik laki-laki maupun wanita, didorong oleh
kekuatan iman dengan segala yang mesti diimani, maka tentu akan
memberikan kehidupan yang baik pada mereka di dunia, suatu kehidupan
yang tidak kenal kesengsaraan, penuh rasa lega, kerelaan, kesabaran dalam
menerima cobaan hidup dan dipenuhi oleh rasa syukur atas nikmat Allah.
Dan di akhirat nanti, akan memberikan balasan pada mereka berupa pahala
baik yang berlipat ganda atas perbuatan mereka di dunia. (https://tafsirq
.com/16-an-nahl/ayat-97#tafsir-quraish-shihab)
Dengan tafsir ini dapat diambil penalaran bahwa di dunia harus lah
berbuat baik ataupun berakhlak baik, atau dalam hal ini yaitu berkarakter baik
dan penuh rasa syukur terhadap Allah.
Dalam hal nilai-nilai pendidikan karakter tidak harus melalui lembaga
pendidikan formal seperti sekolah saja, akan tetapi dalam buku-buka
bacaanpun terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan kerakter yang bisa
dipetik karna membaca atau gemar membaca sendiri juga termasuk dalam
pendidikan karakter, dan contoh salah satunya bukunya adalah dalam buku
Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib.
Emha Ainun Nadjib atau sering disapa dengan panggilan Cak Nun ini
merupakan budayawan yang sudah sering terdengar namanya sejak dulu,
-
6
dengan ilmu dan pengalamannya malalui karyanya memberikan bimbingan
dan pengarahan terhadap mayarakat agar menjadi individu yang beriman,
bertakwa, bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, memiliki karakter yang
baik dan mengerti bagaimana seharusnya dia bersikap dalam menghadapi
segala peristiwa yang dialaminya, dialami masyarakatnya, serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi peradaban peradaban di dunia. Salah satu karya beliau
yang patut dan menarik perhatian peneliti untuk diteliti karena memuat nilai-
nilai pendidikan karakter adalah bukunya yang berjudul Gelandangan di
Kampung Sendiri yang menceritakan mengenai karakter bangsa indonesia
terutama dari pengaduan-pengaduan orang pinggiran terhadap pemerintahan
di Indonesia Dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri ini berisi
mengenai beberapa pengalaman Emha Ainun Nadjib bertemu dengan
berbagai rakyat di Indonesia dan bagaimana beliau menanggapi keluhan
masyarakat kepada beliau.
Ada banyak pembahasan menarik dari dalam isi buku tersebut, salah
satunya dengan judul topik “Bayi, kok jdi DPR”. Topik ini menceritakan
warga yang sebal terhadap kasus pemberitaan yang menceritakan tentang
kasus suap menyuap dan suap di kalangan anggota DPR.
Kenapa bisa bayi kok disamakan dengan DPR sang wakil rakyat yg
terhormat itu, ya mungkin di atas kertas seperti itu. saya tertarik dengan judul
seperti ini, sudah menjadi rahasia publik mengenai permasalah yang sering
menyangkut di dalam lingkup DPR. “Bayi , kok jdi DPR” berisikan mengenai
suap menyuap di kalangan DPR yang sering di dengung dengungkan di kabar
-
7
berita, yang biasa disuapi kan hanya bayi. Lah kok bayi bisa menjadi anggota
DPR, sindiran yang lumayan tajam mendengarnya. (http://edisibelajarnulis.
blogspot.com/2015/11/contoh-resensi-gelandangan-di-kampung.html di akses
pada 23 Mei 2019)
Jadi penulis berpendapat bahwa buku ini bermuatan kritik karakter
yang ada didalam negeri ini atau kalau dalam buku ini di katakan sebagai
kampung sendiri ini, yaitu karakter yang tercermin dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menggali nilai-
nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri
karya Emha Ainun Nadjib. Maka dari itu penulis malakukan sebuah
penelitian dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI KARYA EMHA AINUN
NADJIB”. Judul tersebut penulis ambil dengan harapan dapat memberikan
kemanfaatan bagi masyarakat secara umum dan bagi umat islam khususnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan
penulis teliti adalah sebagai berikut :
1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang ada dalam buku
Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku
Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib dalam
kehidupan modern ini?
-
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsiakan nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku
Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.
2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam
buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib dalam
kehidupan modern ini.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun secara praktis, antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan
nilai-nilai pendidikan karekter serta menambah wawasan tentang
keberadaan karya-karya tulis yang mengandung pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
rujukan bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah
konsep pendidikan karakter yang dapat diimplementasikan dalam ranah
pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Selain itu, penelitian ini
dapat dijadikan kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
-
9
E. Kajian Pustaka
Penulis mencoba menelaah penelitian terdahulu untuk dijadikan
sebagai perbandingan dan acuan. Beberapa penelitian yang penulis gunakan
sebagai kajian pustaka di antaranya sebagai berikut:
1. Diyah Idhawati (IAIN Salatiga, 2017)
Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung
dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi. Skripsi ini dilakukakan
untuk mengetahui pengaruhnya sastra terhadap pendidikan karakter,
bahwa sastra tak sebatas media hiburan saja akan tetapi juga bisa menjadi
media edukasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Anak Rantau antara
lain: Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa (religius), nilai-nilai pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung jawab, bekerja keras,
disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu dan gemar membaca), nilai-nilai
Pendidikan Karakter dalam hubungannya dengan sesama (menghargai
prestasi, demokratis, peduli sosial dan bersahabat/komunikaif), nilai-nilai
Pendidikan Karakter Dalam Hubungannya dengan Lingkungan (toleransi),
nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Hubungannya dengan Kebangsaan
(semangat kebangsaan dan cinta tanah air). (2) Relevansi nilai-nilai
pendidikan karakter pada novel anak rantau dengan pendidikan di
Indonesia yang penulis temukan adalah sangat relevan karena nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Anak Rantau sesuai
-
10
dengan Kebijakan Nasional Pembangun Karakter Bangsa tahun 2010-
2025. Skripsi ini sebagai reverensi tambahan untuk penulis. Adapun
persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada
objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter.
Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji
buku Gelandangan di Kampung sendiri karya Emha Ainun Nadjib.
2. Ahmad Faisol (UIN Maulana Malik Ibrahin Malang, 2015)
Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel (Study
Tentang Pendidikan Karakter Pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata). Skripsi ini meneliti mengenai unsur-unsur pendidikan karakter
yang berpedoman pada nilai agama, budaya, pancasila, dan tujuan
pendidikan nasional. Hasil penelitian menunjukkan metode pendidikan
karakter pada novel Laskar Pelangi adalah; sedikitnya pengajaran,
banyaknya peneladanan, banyak pembiasaan, banyak pemotivasian,
banyak pendekatan aturan. Dan terdapat 18 nilai krakter novel laskar
Pelangi karya Andrea Hirata, di antarnya, nilai religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestai,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggung jawab. Skripsi ini sebagai reverensi tambahan
untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis
adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji
pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya adalah skripsi Ahmad
-
11
Faisol menitik beratkan kepada unsur-unsur pendidikan karakter yang
berpedoman pada nilai agama, budaya, pancasila, dan tujuan pendidikan
nasional pada novel Laskar Pelangi, sedangkan penulis menitik beratkan
kepada apa saja nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di
Kampung sendiri karya Emha Ainun Nadjib.
3. Latifatul Fajriyah (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018)
Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kumpulan Esai
Istriku Seribu Karya Emha Ainun Nadjib. Skripsi ini menyimpulkan
bahwa nilai-nilai pendidikan Islam terkandung dalam esai tersebut adalah
aqidah, nilai, pendidikan akhlak, nilai pendidikan syariah, nilai pendidikan
akal, dan nilai pendidikan jasmani. Nilai pendidikan aqidah dalam
kumpulan esai yang berjudul Istriku Seribu mencakup iman kepada Allah
dan Rasulullah. Sementara itu nilai pendidikan akhlaknya melingkupi adab
terhadap Allah, adab terhadap Rasulullah, adab terhadap sesama manusia,
adab terhadap lingkungan, dan adab terhadap diri sendiri. Sedangkan nilai
pendidikan syariahnya adalah tentang ibadah sebagai ucapan cinta kepada
Allah, perkawinan, pekerjaan, dan tentang hubungan dengan masyarakat.
Adapun nilai pendidikan akalnya adalah terkait belajar sejarah, belajar
pada sorot mata, mengakali setiap peristiwa agar menjadi ilmu, konsep
manajemen, poligami, tafsir, dan paradoks akal. Dan nilai pendidikan
jasmaninya terkait dengan kesehatan mata. Skripsi ini sebagai reverensi
tambahan untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan
skripsi penulis adalah sama-sama menggunakan subjek penelitian dari
-
12
karya Emha Ainun Nadjib. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
yang diteliti dalam skripsi tersebut meneliti mengenai pendidikan Islam
sedangkan penulis meneliti tentang pendidikan karakter.
4. Ida Risqi Afita (IAIN Salatiga, 2018)
Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Ayahku
(Bukan) pembohong. Skripsi ini mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
karakter yang terdapat pada novel Novel Ayahku (Bukan) pembohong
diantaranya: Disiplin, kerja keras, peduli, kemandirian, tanggung jawab,
penuh kasih, rasa ingin tahu, santun, kesederhanaan, keikhlasan, dan
kejujuran. Ida Risqi juga menjelaskan ini masih relevan untuk diajarkan
dalam pendidikan era globalisasi saat ini, mengingat kandungan nilai
pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya sejalan dengan pilar-pilar
pendidikan karakter nasional, diantaranya: Disiplin, kerja keras, peduli,
kemandirian, tanggung jawab, penuh kasih, rasa ingin tahu, santun,
kesederhanaan, keikhlasan, dan kejujuran. Skripsi ini sebagai reverensi
tambahan untuk penulis. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan
skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama
mengkaji pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada
subjek penelitian, penulis mengkaji buku Gelandangan di Kampung
sendiri karya Emha Ainun Nadjib.
-
13
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau penelitian
library research karena dilakukan dengan mencari data atau informasi
riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-
bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.
Riset Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang
dilakukan di perpustakaan dimana objek penelitian digali lewat beragam
informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran,
majalah, dan dokumen (Zed, 2004: 89).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2014: 129). Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Data perimer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah buku Gelandangan di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun
Nadjib.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah data-data yang diperoleh dari pengumpulan informasi dan
data dari buku-buku, karangan ilmiah, majalah ataupun artikel yang
relevan dalam penelitian ini.
-
14
3. Jenis Pendekatan
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik,
yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan presepsi pembaca
terhadap teks sastra (Endraswara, 2003: 9). Dimana penulis akan
membaca dan memprsepsikan karya yang diteliti, yaitu buku
Gelandangan di Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya (Arikunto, 2014: 201).
5. Metode Analisis Data
Dalam menganalisi data penulis menggunkana metode content
analysis. Content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-
inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan
konteksnya (Hadi, 1981: 15). Menurut Endraswara (2003:160) analisis isi
(content analisis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk
mengungkapakan, memahami dan menangkap pesan karya sastra.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi ini,
maka penulis perlu memberikan definisi atau pengertian pada istilah-istilah
yang penulis gunakan, antara lain sebagai berikut:
-
15
1. Nilai
Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas
suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna, dihargai
dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai dianggap sebagai “keharusan”
suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil oleh
seseorang. Nilai-nilai itu yang menjadi dasar kenyataan yang tidak dapat
dipisahkan atau diabaikan (Sjarkawi, 2015: 29).
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-
nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun bangsa, sehingga akan
terwujud Insan Kamil (Yulia, 2012: 238).
3. Buku Gelandangan Di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib.
Buku ini Gelandangan Di Kampung Sendiri ini merupakan buku
karya Emha Ainun Nadjib. Buku ini memaparkan tentang kehidupan
rakyat rakyat kecil yang kurang dipedulikan oleh pemerintahnya. Pada
sinopsis dituliskan bahwa rakyatlah pemilik pembangunan. Tetapi pada
nyata hanya mempunyai kewajiban untuk menaati peraturan yang di buat
oleh pemerintah. Tidak hanya itu dalam buku juga banyak dibahas
-
16
mengenai keluhan dan curhatan orang-orang kepada Emha Ainun Nadjib
tentang kehidupannya.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh
maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke
bab yang lain. Sistematika sendiri memiliki arti sebagai suatu tata urutan
yang saling berkaitan, saling berhubungan serta saling melengkapi. Penulisan
skripsi ini terbagi kedalam 5 bab, adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, definisi
operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI pada bab ini akan diuraikan mengenai,
pengertian nilai, pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter, ciri-ciri
pendidikan karakter,nilai-nilai pendidikan karakter, tujuan pendidikan
karakter, serta landasan pendidikan karakter.
BAB III GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI
KAMPUNG SENDIRI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran
umum buku gelandangan dikampung sendiri, seperti biografi penulis, profil
buku, unsur buku dan sinopsis buku.
BAB IV PEMBAHASAN pada bab ini akan dipaparkan deskripsi
nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung Sendiri
-
17
karya Emha Ainun Nadjib, serta relevansin buku Gelandangan di Kampung
Sendiri karya Emha Ainun Nadjib khususnya dalam kehidupan modern ini.
BAB V PENUTUP merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini
yang akan dikemukakan kesimpulan, saran dan penutup.
-
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa latin vale‟re yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau
sekelompok orang (Adisusilo, 2013: 56). Hal yang sama dikemukakan oleh
Sjarkawi (2015: 29), menurutnya nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere
(bahasa Latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai
adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan,
berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai dianggap
sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang
diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu yang menjadi dasar kenyataan yang
tidak dapat dipisahkan atau diabaikan.
Sedangkan menurut Ghufron (2017: 107), nilai adalah sesuatu yang
berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu
itu bernilai bararti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Adapun pengertian nilai menurut Steeman dalam Adisusilo (2013:
56), berpendapat nilai merupakan sesuatu yang memberi makna hidup, yang
memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang
dijunjung tinggi yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai
itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan
tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara niali dan etika.
-
19
Sementara itu menurut Kalven dalam Adisusilo (2013: 56), nilai
merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku sesorang, sehingga
seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada
sistem nilai yang dipegangnya.
Muhajir (2016: 60), Nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu
sistem kepercayaan yang berhubungan dengan subjek yang memberi arti.
Dalam hal ini, subjeknya adalah manusia yang mengartikan dan yang
menyakini.
Sedangkan jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai
diartikan sebagai berikut: (a) Harga (dalam arti taksiran harga), (b) harga
uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain), (c) angka kepandaian; biji;
ponten: rata-rata, (d) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu, (e) sifat-sifat (hal-
hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, (f) sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. (https://kbbi.
kemdikbud.go.id/entri/nilai diakses diakses pada tanggal 10 Juli 2019)
Jadi dari beberapa pengertian nilai di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kegunaan
yang memberi makna hidup, acuan, serta tolok ukur dan tujuan hidup yang
dijunjung tinggi yang tercermin dari perilaku seseorang.
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Yulia (2012: 238), pendidikan karakter adalah sebuah
sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilaihttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilai
-
20
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta
adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun
bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.
Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto berpendapat bahwa
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (Samani dan Hariyanto, 2014: 45).
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peseta didik untuk memberi keputusan baik atau buruk, memelihara yang
baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Sementara itu menurut Winton dalam Samani dan Hariyanto (2014:
43), pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru
dan pengaruhnya pada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter
adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kapada para siswanya.
Berbeda lagi dengan pendapat Lickona dalam Samani dan
Hariyanto (2014: 44), Thomas berpendapat pendidikan karakter adalah
upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami,
peduli, dan bertindak dengan landaan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana
-
21
didefinisikan sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk
memperbaiki karakter siswa.
Selain itu dari pendapat Megawangi dalam Dharma (2012: 5),
pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan kemudian mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Kemudian menurut Gaffar dalam Dharma (2012: 5), pendidikan
karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Sedangkan jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/
entri/karakter diakses pada tanggal 10 Juli 2019)
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan dengan konsep dan sistem
menanamkan nilai-nilai karakter positif pada peserta didik menjadi peserta
didik dapat mengambil keputsan yang bijak sehingga berkarakter baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun
bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.
Sedangkan dalam ayat al-Qur‟an yang terkait dengan pendidikan
karakter adalah sebagai berikut:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakterhttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakter
-
22
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk berlaku atau berperilaku adil dan berbuat kebaikan kepada sesama
serta melarang kita untuk berbuat keji atau kemungkaran dan permusuhan.
2. Sejarah Pendidikan Karakter
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan
baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan
oleh pedadog Jerman F.W. Foester. Terminologi ini mengacu pada sebuah
pendekatan idealis spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan
teori pendidikan normatif. Yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai
transenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik bagi
individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian
inti sejarah pendidikan itu sendiri. Misalnya dalam cita-cita Paideia
Yunani dan Humanitas Romawi. Pendekatan idealis dalam masyarakat
modern memuncak dalam ide tentang kesadaran Roh Hegelian.
-
23
Perkembangan ini pada gilirannya mengukuhkan dialektika sebagai sebuah
bagian integral dari pendekatan pendidikan karakter.
Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagia sebuah usaha
untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang
diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf prancis
Auguste Comte. Foster menolak gagasan yang meredusir pengalaman
manusia pada sekadar bentuk murni hidup alamiah (Masnur, 2015: 37).
Sebagian sejarawan yang lain jika di dunia Islam sudah memiliki
konsep mengenai pendidikan karakter, jauh sebelum dicetuskan oleh FW
Foster. Menurut agama Islam, pendidikan karakter bersumber dari wahyu
Allah dan As-Sunnah. Akhlak atau karakter Islam ini, terbentuk atas dasar
prinsip “ketundukan, kepasrahan, dan kedamain” sesuai dengan makna
dasar dari makna dasar kata Islam (Wibowo, 2012: 26).
3. Prinsip Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2013: 138), prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter adalah:
a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan
nilai-nilai karakter merupakan proses yang tiada henti dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan
bahkan sampai terjun ke masyarakat.
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya
sekolah, serta muatan lokal.
-
24
c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan. Satu hal
yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah kognitif, efektif,
dan psikomotorik.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan.
4. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Manurut Foester dalam Masnur (2015: 127-128) ada empat ciri
pendidikan karakter, yaitu:
a. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan
hirearki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
b. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang menjadi
teguh terhadap prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi
baru atau takut resiko. Koherensi merupakn dasar yang membangun
rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang.
c. Otonomi, di sini seseorang menginternalisasikan aturan dari luar
sampai menjadi nilai-nilai pribadi.
d. Keteguhan dan kesetiaan, keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan
dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
-
25
5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Indonesia
a. Religius
Religius adalah sifat religi yang melekat pada diri seseorang.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama yang
dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hudup rukun dengan pemeluk agama lain (Yaumi, 2014: 87). Jadi
karakter religi ini adalah untuk menjadikan sesorang menjalankan
keyakinan religinya secara utuh, dengan tetap menjaga toleransi
dengan pemeluk keyakinan lain.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap religius yang
terdapat pada surah Yunus ayat 84-85:
Artinya: “Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman
kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu
benar-benar orang yang berserah diri. Lalu mereka berkata:
"Kepada Allahlah kami berserah diri! Ya Tuhan kami;
janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum
yang´zalim.” (QS. Yunus: 84-85)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa seseorang haruslah
bertawakal kepada Allah atau beserahdiri, karena berserah diri kepada
Allah menandakan bahwa orang tersebut adalah orang yang beriman.
-
26
b. Jujur
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang (Naim, 2012: 132-133). Jujur adalah perilaku seseorang yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Yaumi,
2014: 87). Jujur menupakan nilai penting yang harus dimiliki
seseorang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin
dalam perilaku sehari-hari. Nilai jujur penting untuk ditumbuh
kembangkan sebagai karakter karena kejujuran saat ini semakin
terkikis. Jika ketidak jujuran telah menjadi sistem, masa depan bangsa
ini akan suram.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap jujur yang terdapat
pada surah Al-Anfal ayat 58:
Artinya: “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)
pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat” (QS. Al-Anfal: 58)
Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa sesorang haruslah
berlaku jujur, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat.
-
27
c. Toleransi
Toleransi berarti sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak
menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda. Sikap
toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi
juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek
ideologi dan politik yang berbeda (Naim, 2012: 132-133).
Toleransi lahir dari sikap menghargai diri yang tinggi. Kuncinya
adalah bagaimana semua pihak memerepsi dirinya dan orang lain. Jika
persepsi lebih mengedepankan dimensi negatif kemungkinan
toleransinya akan lemah atau bahkan tidak ada. Sedangkan, jika
persepsi diri dan orang lainnya positif, yang muncul adalah sikap yang
toleran dalam menghadapi keragaman.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter toleransi yang
terdapat pada surah Al-Kafirun ayat 1-6 :
ِ
Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (QS. Al-
Kafirun: 1-6)
-
28
Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memberikan
pilihan bagi setiap orang untuk memilih jalannya sendiri, dan
seseorang agamanya masing-masing.
d. Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa latin discere yang memiliki arti
belajar. Dari kata itu kemudian muncul kata disiplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Seiring berjalannya waktu, kata disiplina
juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin sekarang ini
dimaknai secara beragam ada yang mengartikan disiplin sebagai
kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan
pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkkan diri agar dapat berperilaku tertib (Naim,
2012: 142.
Menurut Fauzi dalam Naim (2012: 142-143) disiplin adalah
kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah sikap menaati
peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang memerintahkan untuk kerja
keras. Yang terdapat dalam surah An-Nisa ayat 59:
-
29
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa:59)
Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan untuk orang-orang yang beriman menaati Allah dan
rosul serta ulil amri, yang bisa juga diartikan sebagai disiplin terhadap
apa yang diperintahkan oleh Allah.
e. Kerja Keras
Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Yaumi, 2014: 94).
Tidak ada keberhasilan yang dicapai tanpa kerja keras. Kerja
keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita.
Sebab hidup yang dijalani dengan kerja keras akan memberi nikmat
yang semakin besar manakala mencapai kesuksesan (Naim, 2012:
148).
-
30
Jadi dengan adanya pendidikan karakter kerja keras ini agar
memicu sesorang untuk semangat kerja keras dalam untuk
mewujudkan cita-citanya.
Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang memerintahkan untuk kerja
keras. Yang terdapat dalam surah At:Taubah ayat 105:
Artinya “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
(QS. At-Taubah: 105).
Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan umat manusia untuk bekerja keras, karena Allah pasti
akan melihatmu dan hasil dari kerja keras tidak akan pernah
menghianati hasilnya nanti. Dalam surah yusuf 87 Allah berfirman:
Artinya “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf: 87)
-
31
f. Kreatif
Kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis. Orang kreatif
adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu berusaha mencari
hal baru dari hal yang telah ada. (Naim, 2012: 152). Kreatif sebagai
salah satu nilai pendidikan karakter sangat tepat karena kreatif akan
menjadikan sesorang tidak pasif. Jiwanya selalu gelisah, pikirannya
terus berkembang, dan selalu melakukan kegiatan dalam rangka
mencari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan.
Berikut ini adalah ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan
karakter kreatif:
ِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal” (QS. Ali-Imran: 190)
Pada ayat di atas akan merangsang akal untuk terus meraih ilmu
dan kreatif dalam memahami ciptaan-ciptaan Allah. Pikiran-pikiran
yang kreatif memilki imajinasi yang memungkinkan mereka untuk
melihat dengan mata pikiran, gambaran-gambaran tanda-tanda ciptaan
Allah yang ada didunia ini.
g. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung
kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas (Yaumi, 2014: 98).
-
32
Kemandirian tidak otomantis tumbuh dalam diri seorang anak. Mandiri
pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang
berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa
saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihan
atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk mandiri. Tetapi
tidak jarang seseorang yang sudah dewasa, tetapi tidak juga bisa hidup
mandiri. Ia selalu tergantung orang lain (Naim, 2012: 162).
Jadi karakter mandiri ini merupakan karakter sesorang yang
tidak mudah bergantung kepada orang lain, dan sesorang mampu
menjalani hidup tanpa terlalu bergantung terhadap orang lain.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter mandiri yang
terdapat pada surah Al-Mukminun ayat 62:
Artinya: “Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang
membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.” (QS.
Al-Mukminun: 62)
Pada ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa seseorang
haruslah bersifat mandiri karena Allah tidak akan membebani
seseorang jika orang tersebut tidak mampu, melainkan Allah akan
memberinya sesuai kemampuannya.
-
33
h. Demokratis
Demokrasi merupakan gabungan dari kata demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang.
Pengertian yang dimaksud demokrasi adalah kekuasaan atau undang-
undang yang berakar kepada rakyat. Dengan demikian rakyat
memegang kekuasaan tertinggi (Naim, 2012: 164).
Sedangkan menurut Yaumi (2014: 100), berpendapat bahwa
demokratis adalah cara berpikir, bersikap, serta bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
Jadi jika ditarik kedalam pendidikan karakter ini demokratis
dapat diartikan sebagai sikap, cara berpikir, dan bertindak sesorang
dalam menilai hak dan kewajiwan yang sama dengan orang lain dalam
kedudukannya didalam negara.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter demokratis yang
terdapat pada surah Ali-Imran ayat 159:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
-
34
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.
Ali-imran: 159)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk bermusyawarah dalam menghadapi persoalan secara demokratis
serta bertawakal kepada Allah.
i. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Yaumi, 2014: 102).
Disebabkan rasa ingin tahu ini, manusia sejak dini cenderung
untuk terus menerus mempertanyakan berbagai hal yang memang
belum diketahui dan dipahami, baikyang dia amati maupun yang di
pikirkan. Dorongan ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan puas
terhadap fenomena yang tampak pada permukaan. Selalu ada
keinginan untuk memahami secara lebih mendalam dan mendetail
(Naim, 2012: 171).
Oleh karena itu perlu pendidikan karakter untuk mengarahkan
rasa ingin tahu seseorang. Rasa ingin tahu harus
ditumbuhkembangakan, dirawat, dan diberi jawaban yang benar agar
tidak muncul perilaku destruktif generasi muda yang sebagian besar
berasal dari rasa ingin tahu yang tidak mendapatkan jawaban secara
memadai.
-
35
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter rasa ingin tahu
yang terdapat pada surah Ali-Imran ayat 190-191:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali-Imran: 190-191)
Pada ayat di atas selain berkaitan dengan karakter kreatif
dijelaskan juga mengenai karakter rasa ingin tahu, bahwa dilangit dan
bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan manusia dibekali
dengan akal, agar digunakan untuk berfikir, sehingga manusia tahu
tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah dan meningkatkan
keimanannya.
j. Semangat Kebangsaan
Menurut Djohar dalam Naim (2012: 173), semangat kebangsaan
mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka, dan dalam
kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir-batin seluruh bangsa.
-
36
Dalam semangat kebangsaan ini seseorang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
tehadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa (Yaumi, 2014: 104).
Sekarang ini kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air
seharusnya semakin ditumbuhkembangkan ditengah gempuran
globalisasi yang semakin tidak terkendali. Cinta tanah air tidak hanya
merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat harkat
dan martabat bangsa ini dalam kompetisi global.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang karakter cinta tanah air
yang terdapat pada surah At-Taubah ayat 122:
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
(QS. At-Taubah: 122)
-
37
Menurut Syekh Muhammad Mahmud al-Hijazi dalam Tafsir al-
Wadlih yang dikutip oleh nu.or.id ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
belajar ilmu adalah suatu kewajiban bagi umat secara keseluruhan,
kewajiban yang tidak mengurangi kewajiban jihad, dan
mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban yang suci.
Karena tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang
(senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi dan dalil.
Bahwasannya memperkokoh moralitas jiwa, menanamkan
nasionalisme dan gemar berkorban, mencetak generasi yang
berwawasan cinta tanah air sebagian dari iman, serta
mempertahankannya (tanah air) adalah kewajiban yang suci.
Jadi dalam hal ini dapat diartikan bahwa karakter cinta tanah air
merupakan salah satu kewajiban setiap warganya, karna hal tersebut
sangat diperlukan untuk menjaga kedaulatan negara tetap utuh.
l. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain (Yaumi,
2014: 105).
Dalam iklim kehidupan sekarang ini, arus kompetisi semakin
ketat. Dalam konteks pengembangan karakter, penting untuk
menanamkan menghagai prestasi kepada anak-anak. Prestasi
menunjukkan adanya proses dalam meraihnya. Jangan sampai anak-
-
38
anak kita menjadi generasi yang hanya menyukai produk dan tidak
menghargai proses. Menghargai prestasi merupakan bagaian dari
mengahrgai proses.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap menghargai prestasi
yang terdapat pada surah An-Nahl ayat 97:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan” (QS. An-Nahl: 97)
Menurut Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut dalam
kitabnya Tafsir Al-Misbah sebagai berikut :
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, apapun jenis
kelaminnya, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia
adalah mukmin yakni amal yang dilakukannya lahir atas
dorongan keimanan yang shahih, maka sesungguhnya pasti
akan kami berikan kepadanya masing-masing kehidupan yang
baik di dunia ini dan sesungguhnya akan kami berikan balasan
kepada mereka semua di dunia dan di akherat dengan pahala
yang lebih baik dan berlipat ganda dari apa yang telah mereka
kerjakan“ (http://anggahardianto1994.blogspot.com/2017/12/
wawasan-al-quran-dan-hadits-tentang.html diakses pada tanggal
16 Juli 2019).
-
39
Jadi jika dilihat dari kacamata islam dari hal tersebut dapat kita
artikan bahwa Allah pun akan menghargai apa yang akan dilakukan
sesorang dimana amal saleh akan diberikan pahala yang lebih baik.
m. Bersahabat/Komunikatif
Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
(Yaumi, 2014: 106).
Dengan menjadi seseorang yang bersahabat dan komunikatif
akan mewujudkan kenyamanan bagi orang disekitarnya karena
tindakannya memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap cinta damai yang
terdapat pada surah Al-Baqarah 195:
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,
dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah:
195)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah agar jangan
menjatuhkan diri ke binasaan dan selalu berbuat baik, dalam hal ini
adalah bersahabat dalam berlaku dan berbicara.
-
40
n. Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang serta aman atas kehadiran
dirinya (Yaumi, 2014: 107).
Budaya damai harus terus menerus ditumbuhkembangkan
dalam berbagai aspek kehidupan. Kekerasan dalam berbagai bentuknya
sekarang ini semakin banyak ditemukan. Harus ada kemauan dari
berbagai pihak untuk memebangun secara sistematis cinta damai
menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap cinta damai yang
terdapat pada surah An-Nahl ayat 90:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk berlaku adil dan berbuat kebaikan kapada kerabat dan melarang
kekejian, kemungkaran dan permusuhan, artinya yaitu untuk selalu
mencintai kedamain tidak membuat permusuhan antar sesama.
-
41
o. Gemar Membaca
Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
(Yaumi, 2014: 109). Menurut hernowo dalam Naim (2012: 191) ,
sebagaimana yang dikutip oleh Naim dalam bukunya, membaca
membuat kita berpikir dalam bentuk yang terbaik. Membaca kan
melatih kita untuk bertafakur. Tafakur disini berarti berpikir secara
sistematis, hati-hati, dan dalam. Membaca akan menghindarkan diri
kita dari kegiatan asal-asalan dan tidak bertanggung jawab. Membaca
akan menguji seberapa tinggi dan seberapa jauh kesungguhan kita
dalam memahami dan memecahkan sesuatu.
Dengan membaca kita mampu menyelami pikiran orang lain dan
menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam
pemikiran dan pengalaman kita sendiri.
Jadi, dalam konteks pendidikan karakter, membangun tradisi
membaca harus dilakukan dengan membiasakan diri untuk membaca.
Setiap ada kesempatan bisa dimanafaatkan untuk membaca. Kalau hal
ini lakukan secara rutin, tentu akan banyak manfaat yang dapat dipetik,
karena membaca tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi jug
amengubah hidup.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap gemar membaca
yang terdapat pada surah Fathir ayat 29:
-
42
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian
dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi” (QS. Fatir: 29)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan sholat serta menafkahkan sebagian dari
rezekinya akan dianugrahi oleh Allah rezeki yang berkah.
p. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, serta
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi (Yaumi, 2014: 111).
Manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungannya. Kualitas lingkungan hidup
sekarang ini memang cenderung mengalami penurunan. Pencemaran
lingkungan terjadi dimana-mana, kerugian yang ditanggung sudah
tidak terhitung lagi. Padahal persolan tersbut disebabkan oleh tangan
jahil manusia. Oleh karena itu sangat perlu dibangun karakter peduli
lingkungan dalam diri seseorang.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap tanggung jawab
yang terdapat pada surah Al-A‟raf ayat 56:
-
43
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-
Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-A‟raf: 56).
Dari ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa sebagai makhluk
Allah, janganlah kita membuat kerusakan di bumi ini atau lingkungan
alam sekitar, karena Allahlah yang sudah memperbaikinya, sungguh
rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
q. Peduli Sosial
Peduli sosial dapat diartikan sebagai sikap serta tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Yaumi, 2014: 112).
Manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup dan
menjadi bagian terpisah dari lingkungan sosialnya. Karena manusia
tidak bisa sepenuhnya egois dan beranggapan kalau dirinya bisa hidup
sendiri tanpa peran serta orang lain.
Dikehidupan modern ini masyarakat bergeser dari kebersamaan
dan saling tolong menolong dengan penuh ketulusan yang dahulu
merupakan ciri khas masyarakat Indonesia semakin menghilang
menjadi masyarakat yang lebih individualis. Konsentrasi kehidupan
masyarakat sekarang ini didominasi pada bagaimana mencapai mimpi-
-
44
mimpi materialis. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan karakter
peduli sosial untuk mengembalikan budaya masyarakat yang peduli
sesama yang dulu menjadi ciri khas dalam negeri kita ini.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap peduli sosial dan
lingkungan yang terdapat pada surah Al-Maidah ayat 2:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)
-
45
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk tolong menolong dalam kebaikan, artinya juga dalam bidang
kepedulian sosial serta peduli tehadap lingkungan sekitar.
r. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melakukan atau
menyelesaikan tugas (ditugaskan oleh seseorang, atau diciptakan oleh
janji sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi, dan yang
memiliki konsekuensi hukuman terhadap kegagalan (Yaumi, 2014:
114).
Karakter tanggung jawab sangat dibutuhkan di era sekarang ini
dimana seseorang sesungguhnya memiliki tanggung jawab masing-
masing terhadap dirinya maupun lingkungan sekitarnya.
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang sikap tanggung jawab
yang terdapat pada surah Al-Muddatsir ayat 38:
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (QS. Al-Muddatsir: 38)
Sedangkan dalam surah Az-Zalzalah Allah berfirman sebagai
berikut:
-
46
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya dia kan melihat (balsasan)nya pula.” (QS. Az-zalzalah:
7-8)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa setiap orang akan
bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat baik itu sedikit
ataupun sebesar gunung.
6. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang
(Masnur, 2015: 81).
Menurut Dharma (2012: 9) tujuan pendidikan karakter adalah
sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta
didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara
bersama.
Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 9), tujuan pendidikan karakter
adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang
-
47
mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetisi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta
didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam prilaku sehari-hari.
Menurut pendapat Fooster dalam Wibowo (2012: 26), tujuan
pendidikan karakter adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud
dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya.
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan inti dari pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan
mutu dan hasil pendidikan sehingga menghasilkan pembentukan karakter
peserta didik yang berakhlak mulia secara utuh, seimbang serta
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
7. Landasan Pendidikan Karakter
Untuk membentuk karakter, diperlukan landasan penyelenggara
pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:
-
48
a. Landasan yuridis
Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini
tampak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyatakan: “Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang /bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi: beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia; sehat; berilmu; cakap;
kreatif; mandiri; dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dalam pasal tersebut, secara tersirat dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi dan bertujuan untuk membentuk
karakter(watak) pendidik menjadi insan kamil. Dengan demikian
landasan yuridis pelaksanaan pendidikan karakter adalah Undang-
Undang tersebut. (Novan, 2013: 32)
b. Landasan filsafat manusia
Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak manusia memerlukan
bantuan. Upaya membantu manusia untuk menjadikan manusia
sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Berbeda dengan hewan,
anak-anak hewan hanya memerlukan bantuan seperlunya saja untuk
hidup mandiri. Hewan adalah ciptaan yang sudah selesai, sudah jadi,
-
49
dan sudah terspesialisasi dan menjadi hewan sesungguhnya dan
berkarakter hewan.
Berbeda dengan hewan, manusia yang ketika kanak-kanak
terlihat berkarakter, dapat saja saat dewasa berkarakter buruk jika
dalam proses pendewasaan salah didik. Sifat-sifat kemanusiaan dapat
terkikis dan tidak pantas disebut manusia yang pantas dikaruniai akal,
makhluk mulia, bermartabat, dan beradab. Dalam proses
perkembangannya, karakter manusia bahkan dapat menjadi lebih buruk
dari pada hewan. Oleh sebab itu pendidikan karakter sangat diperlukan
bagi manusia sepanjang hidupnya, agar menjadi manusia yang
berkarakter baik. (Novan, 2013: 32-33)
c. Landasan filsafat Pancasila
Manusia Indonesia yang ideal adalah manusia Pancasilais, yaitu
menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Nilai-nilai Pancasila tersebut yang
menjadi inti nilai dalam pendidikan karakter di negeri ini. (Novan,
2013: 33)
d. Landasan filsafat pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan
kepribadian untuh untuk menctak warga negara yang baik. Seseorang
yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya
nilai-nilai dari berbagai nilai, yaitu simbolik, empirik, estetik, etik,
sinoptik, dan sinnoetik. Nilai-nilai tersebut menjadikan seseorang
-
50
berkarakter baik. Nilai simbolik ada dalam bahsa, ritual-ritual
keagamaan, dan matematika. Nilai empirik terdapat dalam berbagai
macam disiplin ilmu empirik, diantarnya Ilmu Pengetahuan Alamdan
Sosial. Nilai etik berupa pilihan-pilihan perilaku moral yang
dikembangkan melalui pendidikan moral, budi pekerti, adab, dan
akhlak. Nilai estetik terdapat pada kesenian . Sementara nilai sinnoetik
adalah nilai yang bersifat personal yang hadir dari pengalaman-
pengalaman personal yang hadir dari pengalaman-pengalaman
personal yang bersifat relasional antara pribadi dan Sang Pencipta.
Nilai sinoptik di dalamnya terangkum nilai-nilai simbolik, estetik, etik
dan sinnoetik. Nilai-nilai tersebut hadir dalam pendidikan agama,
sejarah, dan filsafat. Disebabkan pendidikan karakter pada dasarnya
merupakan proses internlaisasi nilai dari berbagi nilai di atas,
pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam berbagai macam mata
pelajaran yang diajarkan di satuan-satuan pendidikan. (Novan, 2013:
33-34)
e. Landasan religius
Manusia adalah ciptaan Tuhan. Dalam agama-agama dan sistem
kepercayaan yang berkembang di Indonesia, manusia baik adalah
manusia yang; (1) secara jasmani dan ruhani sehat dan dapat
melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang dikaitkan dengan
peribadatannya kepada Tuhan; (2) bertakwa dengan menghambakan
diri kepada Tuhan dengan jalan patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran-
-
51
Nya; (3) menjadi pemimpin diri, keluarga, dan masyrakatyang dapat
dipercaya atas dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan
bertanggung jawab; (4) manusiawi dalam arti berkarakter sebagai
manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih terhadap sesama
manusia, dan bermartabat. Dengan demikian, pemdidikan karakter
perlu mengembangkan karakter manusia agar menjadi manusia yang
berpirilaku hidup sehat,patuh tehadap ajaran-ajaran Tuhan. (Novan,
2013: 34)
f. Landasan sosiologis
Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup dalam masyrakat
heterogen yang terus berkembang. Kita berada di tengah-tengah
masyarakat dengan suku, etnis, agama, golongan, status sosial, dan
ekonomi yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga
hidup berdampingan dan bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Oleh
sebab itu, upaya mengembangakan karakter saling menghargai dan
toleran pada aneka ragam perbedaan menjadi sangat mendasar.
(Novan, 2013: 35)
g. Landasan psikologis
Dari sisi psikologis, karakter dapat dideskripsikan dari dimensi-
dimensi intrapersonal, interpersonal, dan interaktif. Dimensi
intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya manusia untuk
memahami diri sendiri. Dimensi interpersonal secara umum dibangun
atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, sedangkan secara
-
52
umum merupakan kemampuan mengenali perbedaan, sedangkan
secara khusus merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam
suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dimensi interaktif
adalah kemampuan manusia dalam berinteraksi sosial dengan sesama
secara bermakna. Kemampuan berinterkasi sosial secara bermakna
diperlukan karakter humor, toleransi, dan mengatasi konflik.
Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-tahapan
dalam perkembangan manusia. Perkembangan manusia tercermin dari
karakteristik masing-masing dalam setiap tahap perkembangan. Usia
anak-anak berbeda karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan
usia tua. Di antara mereka perlu memahami dan menghargai
sesamanya yang tingkat perkembangannya berbeda-beda. Oleh karena
itu diperlukan pendidikan karakter yang terkait dengan kesopanan,
kesantunan, penghargaan, dan kepedulian. (Novan, 2013: 34-35)
Jadi, dilihat dari beberapa landasan pendidikan karakter di atas
pendidikan karakter bangsa menjadi sebuah keharusan bagi bangsa
Indonesia. Di samping untuk memperbaiki karakter bangsa yang semakin
terpuruk, juga mengembangkan karakter bangsa Indonesia untuk masa
depan yang lebih baik.
-
53
BAB III
GAMBARAN UMUM BUKU GELANDANGAN DI KAMPUNG SENDIRI
A. Biografi Emha Ainun Nadjib
1. Sejarah Hidup
Emha Ainun Nadjib lahir di Jombang Jawa Timur pada 27 Mei
1953. Emha merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya,
Almarhum MA Lathif adalah seorang petani. Istrinya yang sekarang
bernama Novia Kolopaking. Anak-anaknya bernama Sabrang Mowo
Damar Panuluh, Ainayya Al-Fatihah, Aqiela Fadia Haya, Jembar
Tahta Aunillah, dan Anayallah Rampak Mayesha (http://profilbiodata
ustadz.blogspot.com/2016/12/profil-biodata-dan-biografi-cak-nun.html
di akses pada 10 Juli 2019).
Emha mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP
Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sebelumnya dia pernah masuk
Pondok Modern Darrussalam Gontor tapi kemudian dikeluarkan
karena melakukan demo, dalam Wikipedia Indonesia dikatakan bahwa
beliau demo melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang
kurang baik pada pertengahan tagun ketiga studinya. Kemudian pindah
ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat. Pendidikan
formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada (UGM). Lalu ia berproses di PSK (Persada Stubi Klub),
sebuah komunitas sastrawa