nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta...

86
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA DIDIK MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM BUKU YANG HILANG DARI KITA: AKHLAK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Gustin Ambarsih NIM. 11150110000132 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2019

Upload: others

Post on 03-Mar-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA

DIDIK MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM BUKU

YANG HILANG DARI KITA: AKHLAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Gustin Ambarsih

NIM. 11150110000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2019

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan skripsi,

karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga dan

lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam

huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

ا

ś ث

ḥ ح

kh خ

ź ذ

Sy ش

Ṣ ص

ḍ ض

ṭ ط

ť ظ

᾽ ع

ģ غ

h ة

2. Vokal

Vocal Tunggul

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

a

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

i

u

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

ا ى … Ᾱ

ى Ῑ

و Ṹ

4. Tȃ’ marbȗtah

Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.

Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh

kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah

maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود

5. Syaddah (Tasydḭd)

Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf

yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:

al - zalzalah (az zalzalah)

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),

7. Penulisan Hamzah

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti a;if, contoh: akaltu, ȗitya.

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

ta’kulȗna atau syai’un.

8. Huruf Kapital

Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh: آن ر ق ال = al-Qur’an,

ة ر و ن م ال ة ن ي د م ال = al-Madinatul Munawwarah

ي د و ع س م ال = al-Mas’ȗdi.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat

dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, oleh karena itu pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Dr. Hj. Sururin, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019.

4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019.

5. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2023.

6. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2023.

7. Ahmad Irfan Mufid, MA. Dosen Pembimbing Akademik.

8. Dr. Dimyati, M.Ag. Dosen pembimbing yang memberikan bimbingan,

arahan serta motivasi kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

9. Dosen-dosen dan staff yang sudah berpartisipasi dalam ide maupun

support dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Keluarga, terutama kedua orang tua. Ayahanda Misdi (Alm) dan

Ibunda Fatmah yang selalu memberikan support dan doanya disetiap

ibadah, serta yang telah mendidik penulis hingga saat ini.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

iv

11. Kakak yang membanggakan. Kridha Aribowo, S.Pd, Dwi Harimurti,

S.Pd, Tri Mega Dini, S.Pd, Tiara Yunita, S.Pd, Ubay Baedowi dan

kerabat dekat lainnya.

12. Kakak-Kakak Kelas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Kawan-kawan PAI D dan seluruh angkatan PAI 2015 dan teman-

teman FITK.

14. Kawan-kawan kosan tercinta. Wila Silviah, Resty Maulidha, Nur

Alfiatussa’adah.

15. Teman-teman lainnya. Dea Sugiarti, Diana Sari, Mita Ulfah Yanti, Nita

Fitriani dan Siti Nurajizah.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan

segala bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang telah diberikan bernilai ibadah

dihadapan Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan bagi penulis

khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Ciputat, 3 Oktober 2019

Gustin Ambarsih

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

i

ABSTRAK

Gustin Ambarsih, NIM 11150110000132, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

untuk Peserta Didik dalam Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak”, Skripsi,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemikiran M. Quraish Shihab yang

tertuang dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan yaitu untuk

mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish

Shihab dalam Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Adapun jenis penelitian yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan

metode library research atau penulisan berdasarkan literature dan metode studi

dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan kajian yang menitikberatkan pada

analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteks. Dalam analisis data

menggunakan analisis isi (content analysis). Dengan fokus kajian yang dibahas

dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta didik

menurut M. Quraish Shihab dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak.

Dalam skripsi ini dibahas ide dan gagasan perihal nilai-nilai pendidikan akhlak

untuk peserta didik menurut M. Quraish Shihab yang tertuang dalam buku Yang

Hilang dari Kita: Akhlak, Yaitu meliputi toleransi, kedisiplinan, Al-Haya’/malu.

Ada beberapa sopan santun untuk peserta didik yang juga terkandung dalam buku

Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Yaitu sopan santun terhadap Allah swt,sopan

santun terhadap Ibu-Bapak, sopan santun murid dan guru, sopan santun terhadap

sahabat/teman dan sopan santun terhadap berbicara. Banyak pembelajaran yang

dapat diambil selain dari nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta didik atau

saran pendidikan dalam buku tersebut, terlebih mengenai bagaimana nilai-nilai

pendidikan akhlak untuk peserta didik sehingga menjadi seorang peserta didik

yang memiliki akhlak yang baik atau dapat juga dikatan dengan akhlakul karimah.

Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak dapat dijadikan rujukan referensi baik bagi

peserta didik atau umat muslim pada umumnya dalam pendidikan akhlak.

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, Peserta Didik, M. Quraish

Shihab, Yang Hilang dari Kita: Akhlak.

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

ii

ABSTRACT

Gustin Ambarsih, NIM 11150110000132, "Values of Moral Education for

Students in Books Yang Hilang dari Kita: Akhlak", Thesis, Department of Islamic

Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta, 2019.

This study aims to explore the thoughts of M. Quraish Shihab contained in books

or published manuscripts, namely to find out the values of moral education for

students according to M. Quraish Shihab in the Book Yang Hilang dari Kita:

Akhlak. The type of research used in the preparation of this thesis is a qualitative

research with library research methods or writing based on literature and

documentation study methods. Documentation studies are studies that focus on the

analysis or interpretation of written material based on context. In data analysis

using content analysis (content analysis). With the focus of the study discussed in

this research is moral education for students according to M. Quraish Shihab in

the book Yang Hilang dari Kita: Akhlak.

This thesis discusses ideas and ideas about the values of moral education for

students according to M. Quraish Shihab as contained in the book Yang Hilang

dari Kita: Akhlak, which includes tolerance, discipline, Al-Haya '/ shame. There

are some manners for students which are also contained in the book Missing Us:

Morals. Namely manners towards Allah, manners towards ladies and gentlemen,

manners of students and teachers, manners towards friends / friends and manners

towards speaking. Much learning can be taken apart from the values of moral

education for students or educational advice in the book, especially about how the

values of moral education for students so that they become a student who has

good morals or can also be addressed with moral morals . The Lost Book Yang

Hilang dari Kita: Akhlak can be used as a reference reference for students or

Muslims in general in moral education.

Keywords: Values of Moral Education, Students, M. Quraish Shihab, What

We Miss: Morals.

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 10

A. Pendidikan .................................................................................................. 10

1. Pengertian Pendidikan ........................................................................... 10

2. Pengertian Pendidikan Islam.................................................................. 12

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam .......................................................... 16

B. Akhlak ......................................................................................................... 17

1. Pengertian Akhlak .................................................................................. 17

2. Macam-macam Akhlak .......................................................................... 21

3. Ruang Lingkup Akhlak .......................................................................... 24

C. Pendidikan Akhlak dan Tujuan ............................................................... 26

D. Hasil yang Relevan ..................................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 30

A. Objek dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30

B. Metode Penelitian ........................................................................................ 30

C. Fokus Penelitian ........................................................................................... 31

D. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 31

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 33

A. Deskripsi Data ............................................................................................ 33

1. Biografi M. Quraish SHihab .................................................................. 33

2. Pendidikan M. Quraish Shihab .............................................................. 33

3. Karya-karya M. Quraish Shihab ............................................................ 35

4. Tentang Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak ...................................... 36

B. Pendidikan Akhlak Menurut M. Quraish Shihab .................................. 36

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish

Shihab dalam Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak ............................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 59

A. Kesimpulan .................................................................................................. 59

B. Implikasi ...................................................................................................... 59

C. Saran ............................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 61

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah moral adalah masalah yang saat ini banyak diperhatikan oleh

berbagai kalangan terutama dalam dunia pendidikan, usaha untuk

menanggulangi kemerosotan moral itu pun telah banyak dilakukan oleh

berbagai kalangan, baik lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan

instansi pemerintah. Namun hasil pembendungan arus yang berbahaya itu

belum tampak, justru permasalahan yang ada semakin pelik dan sulit untuk

ditanggulangi.1 Menurut Marzuki dalam buku Pendidikan Karakter Islam

dikatakan bahwa semua ini bermuara pada permasalahan karakter sumber

daya manusia saat ini, oleh karenanya pada tahun 2010 sebagai salah satu

upaya pemerintah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak

seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama membangun kembali nilai

budaya dan karakter luhur bangsa Indonesia yang sudah memudar. Nilai-

nilai karakter mulia yang dimiliki bangsa dan Negara Indonesia sejak

berabad-abad lalu yang sekarang mulai terkikis, harus dibangun kembali

terutama melalui dunia pendidikan.2

Adapun pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat

awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan

memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan

adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran. Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.3 Guna menyelamatkan dan memperkokoh

akidah Islamiyah, pendidikan perlu dilengkapi dengan pendidikan akhlak.

1 Dzakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,

1976), h. 26.

2 Marzuki, Pendidikan Karekter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 3

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 10.

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

2

Dalam rangka mendidik akhlakul karimah anak sebaiknya disisipkan

keteladanan yang tepat, yang menunjukan tentang bagaimana

menghormati, bersikap sopan, dan berkata jujur.

Akhlak merupakan sesuatu yang tidak pernah habis-habisnya untuk

dibicarakan. Sejak dari ketika seseorang mulai mengenal agamanya maka

disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam

akhlak yang terdapat di dalam agamanya. Bahkan di dalam agama Islam

sendiri hal ini merupakan salah satu sebab diutusnya seorang rasul sebagai

penutup para rasul yang sudah-sudah sehingga menjadi penyempurna

risalah terdahulu. Hal ini juga sesuai dengan sejarah yang ada bahwa

Muhammad Saw. ketika berdakwah juga beliau lebih berusaha sekuat

tenaga demi tercapainya atau tegaknya nilai-nilai akhlak di muka bumi ini.

Menanamkan nilai moral terutama di lingkungan sekolah semakin

sulit. Hal itu disebabkan pengaruh media massa dan pergaulan yang

semakin masyarakat luas, krisis keteladanan orang tua dalam keluarga dan

guru di sekolah.4

Sering kita dengar di media massa, berita tentang terjadinya tawuran,

kekerasan, dan kerusuhan antarpelajar, mahasiswa, antarwarga atau

bahkan antara guru dan murid. Realitas tersebut sangat memprihatinkan

bagi siapa saja yang mendengar, terutama bagi kalangan pendidik dan

akademisi. Seolah-oleh mereka, para pelaku tawuran dan kerusuhan,

kekerasan telah kehilangan nilai-nilai akhlaq al-karimah. Berbagai

fenomena dan gejala sosial seperti sopan santun yang mulai memudar,

kasus-kasus kekerasan, geng motor, tawuran, bentrok antar warga, dan

ketidakjujuran yang tercermin dengan semakin meningkatnya korupsi

seolah menjadi pemandangan sehari-hari di negeri ini.5

4 Muhammad Fajar Anwar dan Muhammad A. Salam, Membumikan Pendidikan

Karakter: implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: CV. Suri Tatu‟w, 2015),

h. 40. 5 Ridhani, Transformasi Nilai-nilai Karakter/Akhlak dalam Proses Pembelajaran,

(Yogyakarta: Lkis, 2013), h.1.

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

3

Sebagai contoh kejadian yang berhembus dari lingkungan pendidikan

di Kabupaten Sampang tepatnya di SMAN 1 Torjun. Pada hari Kamis

Februari 2018. Salah seorang murid melakukan tindakan kekerasan

terhadap guru seninya hingga meninggal dunia.6 Selain itu ada juga

seorang siswa yang menentang dan mendorong gurunya di dalam kelas,

hanya karena guru tersebut melarang untuk tidak main hp saat ujian

berlangsung, kejadian ini berlangsung di SMKN 3 Yogyakarta, pada

tanggal 20 Februari 2019.7 Jika dilihat dari beberapa peristiwa banyak hal

yang terjadi disebabkan dari runtuhnya moral atau pendidikan akhlak

seorang peserta didik terhadap guru, yang mana seharusnya seorang

peserta didik menghormati dan menyayangi gurunya.

Jika diperhatikan lebih jauh lagi, kondisi saat ini banyaknya kasus

sosial yang mengarah pada krisis moral level mengkhawatirkan. Maraknya

penyalahgunaan narkoba, pornografi, kekerasaan menjadi kasus sosial

yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Karena itu tidak

mengherankan jika pada 2018 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) menyebutkan, siswa di Indonesia pernah mengalami kekerasan di

sekolah. Adanya berbagai kasus sosial yang tidak sesuai dengan etika, atau

moralitas menunjukkan rendahnya karakter generasi sekarang ini.

Menyadari fakta-fakta krisis moral saat ini, maka bangsa ini sedang

berada di tepi jurang kehancuran dan hanya menunggu waktu untuk jatuh

ke dalamnya. Sebagaimana pandangan Thomas Lickona, seorang pendidik

karakter dari Cortland University, New York, terdapat sepuluh tanda-tanda

sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, seperti: meningkatnya

kekerasan di kalangan remaja; membudayanya ketidakjujuran; sikap

fanatik terhadap kelompok; rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan

6 Ratna Puspita, “Guru DIaniaya Siswa Karena Runtuhnya Moral”,

https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/p3mk3z428/mahfud-md-guru-dianiaya-siswa-

karena-runtuhnya-moral. Diakses pada tanggal 13 Juli 2019 pukul 22:20. 7 Firdaus Anwar, “SIswa Berani Aniaya Guru”, https://health.detik.com/berita-

detikhealth/d-4438455/alasan-kenapa-siswa-yang-berani-aniaya-guru-harus-dihukum-

rehabilitatif?_ga=2.51697450.2014665742.1563031812-1659631055.1563031812. Diakses pada

tanggal 13 Juli 2019 pukul 23:00.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

4

guru; semakin kaburnya moral baik dan buruk; penggunaan bahasa yang

memburuk.8 Jika dilihat dari penjelasan di atas, krisis moral yang tidak

segera diatasi akan berdampak luas terhadap timbulnya berbagai krisis

lainnya. Tidak hanya membawa dampak buruk terhadap perkembangan

pola pikir masyarakat, lebih berbahaya lagi dapat mengancam kepentingan

bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pendidikan akhlak juga permasalahan utama yang menjadi tantangan

manusia sepanjang sejarahnya. Sejarah bangsa-bangsa yang diabadikan

dalam Al-Qur‟an baik kaum „Ad, Tsamud, Madyan maupun yang didapat

dalam buku-buku sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh

apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh bila

akhlaknya rusak.

Pendidikan harus menjadikan akhlak yang mulia sebagai salah satu

tujuan yang semestinya dicapai. Realitanya, perilaku serta akhlak dari

pelajar saat ini sangatlah memprihatinkan, diantaranya mereka cenderung

bertutur kata yang kurang baik, bertingkah laku yang kurang sopan, dan

tidak lagi patuh terhadap orang tua maupun gurunya, jika tidak

ditanggulangi akan berdampak buruk pada diri peserta didik, maka akhlak

perlu diimplementasikan di dalam berbagai lini kehidupan agar tercapai

kehidupan yang bahagia, tidak terkecuali di dalam bidang pendidikan.

Sebagaimana menurut Imam Abu Hamid Al-Ghazali bahwa

memperhatikan masalah pendidikan anak itu sejak kecil, sejak permulaan

umurnya, karena bagaimana adanya seorang anak, begitulah besarnya

nanti.9 Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor hilangnya

akhlak peserta didik adalah karena sejak dini tidak ditanamkan nilai-nilai

akhlak. Jadi, jika seorang anak berperilaku tidak baik karena tidak

mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya terkait pendidikan akhlak

8 Marhamah, “Krisis Moral, Jadi Degradasi Pendidikan”,

https://layarberita.com/2019/04/19/krisis-moral-jadi-degradasi-pendidikan/, Diakses pada tanggal

13 Juli 2019 pukul 23:22. 9 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1984), h. 118.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

5

dari usia dini, maka kemungkinan besar ia juga berperilaku tidak baik

kelak saat ia sudah dewasa.

Urgensi penanaman nilai-nilai akhlak anak sejak usia dini sebenarnya

sudah menjadi perhatian para ulama atau ilmuan muslim. Perhatian ulama

terhadap pendidikan akhlak salah satunya tampak dari kata pengantar oleh

„Umar Bin Ahmad Bārajā‟dalam kitabnya al-akhlāq li al-banīn. Beliau

menjelaskan bahwa memperhatikan perilaku anak-anak dan peserta didik

itu merupakan hal yang sangat bagus dan tidak boleh disepelekan. Faktor

hilangnya akhlak peserta didik karena kurangnya menanamkan nilai-nilai

akhlak pada anak usia dini, sehingga jika perilaku dan akhlak anak tidak

diperhatikan sampai seorang anak berperilaku tidak baik, maka jika nanti

ia sudah dewasa, perilaku tidak baik akan ia lakukan.10

Akhlak dalam

kehidupan manusia menempati tempat yang paling penting, sebagai

individu maupun sebagai masyarakat. Apabila akhlaknya baik, dapat

mengangkat status drajat yang tinggi lagi mulia bagi dirinya, bila

akhlaknya rusak, maka rendahlah derajatnya melebihi hewan.11

Islam datang sebagai pencerahan atas gelapnya zaman yang melanda

kehidupan manusia. Jahiliyah merupakan sebutan bagi zaman yang

mengalami kebobrokan akhlak dan perilaku sosial lainnya. Allah swt.

mengutus Nabi Muhammad saw. untuk membawa risalah kenabian yang

mana satu pokok tujuan risalahnya adalah perihal akhlak. Beliau

Rasulullah saw. bersabda:

لق خأ ا بعثأت لتم صالح الأ إنم

Artinya: “sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) semata-mata

untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. (HR. Al-Bukhari, alHakim

dan al-Baihaqi).

10

Umar Ibnu Ahmad Baraja‟ , Akhlaq Li Al-Banin, (Surabaya: Ahmad Nabhan), h. 2. 11

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),

h. v.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

6

Dari hadist tersebut secara amat jelas menekankan akan pentingnya

dimensi akhlak. Karena, kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya, bila

berakhlak baik dapat membuat seseorang menjadi aman, tenang, tentram,

dan tidak tercela. Sedangkan, berakhlak buruk menjadi sorotan bagi

masyarakat sekelilingnya,melanggar norma-norma dan penuh dengan

sifat-sifat tercela.

Manusia adalah makhluk yang beradab menurut tabiatnya dan

makhluk sosial menurut fitrahnya. Mereka saling suka dan beramah-tamah

sesamanya. Dalam pergaulan, terdapat hak-hak dan aturan kesopanan yang

banyak mereka perhatikan. Seseorang itu sedikit bila ia sendiri dan

menjadi banyak dengan kehadiran teman-temannya. Hal yang paling

berpengaruh terhadap suasana keakraban dalam masyarakat adalah akhlak

yang baik. Agama banyak menganjurkan hal itu, karena ia merupakan

penyebab adanya sikap saling bersahabat dan saling mencintai. Oleh sebab

itu dalam kaitannya dengan pendidikan, pendidikan akhlak sangat penting

bagi peserta didik dalam menumbuhkembangkan hubungan antara peserta

didik dengan Sang Pencipta, hubungan antara peserta didik dengan

manusia lainnya sehingga memunculkan suatu sikap yang harmonis di

antara sesamanya.

Kondisi demikian perlu pengkajian ulang tentang pendidikan

akhlak untuk peserta didik. Beberapa tokoh juga banyak yang

menyampaikan sumbangsih pemikirannya terhadap pendidikan, terutama

tentang pendidikan akhlak untuk peserta didik. M. Quraish Shihab adalah

salah satu tokoh yang cocok untuk dilontarkan, karena M. Quraish Shihab

juga besar perhatiannya terhadap pendidikan. Sebelum diselami secara

mendalam pemikiran M. Quraish Shihab tentang pendidikan akhlak untuk

peserta didik maka penting untuk mengetahui dahulu beberapa

pemikirannya. Hal ini untuk memudahkan menganalisis pemikiran tentang

pendidikan akhlak untuk peserta didik. Menurut M. Quraish Shihab

berakhklak mulia dan berbudi pekerti luhur adalah perilaku perbuatan

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

7

yang patut dimiliki seorang Muslim. Dari pemaparan tersebut, faktor

hilangnya akhlak peserta didik adalah Islam belum sepenuhnya terpatri

dalam jiwa dan pemikiran umat, sehingga akhlak dan moral yang telah

diajarkan Islam belum terealisasi dalam kehidupan sehari-hari. Ada

beberapa karya M. Quraish Shihab, namun penulis menggunakan buku

Yang Hilang dari Kita: Akhlak sebagai objek penelitian karena buku

tersebut secara detail membahas mengenai akhlak untuk peserta didik.

Dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak dibahas tentang

pendidikan akhlak yang perlu dimiliki oleh peserta didik. Pendidikan

akhlak menurut M. Quraish Shihab diantaranya adalah toleransi,

kedisiplinan, al-Haya‟/malu, sopan santun terhadap Allah swt, sopan

santun terhadap ibu-bapak, sopan santun terhadap murid dan guru, sopan

santun terhadap sahabat, dan sopan santun berbicara.

Dari beberapa persoalan yang sudah diuraikan, dapat diambil suatu

pesan tentang pentingnya menanamkan akhlak pada peserta didik.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa

perlu untuk meneliti secara mendalam pendidikan akhlak untuk peserta

didik menurut M. Quraish Shihab. Oleh karena itu, di sini peneliti

mencoba mengkaji sebuah karya ilmiah yang berjudul “Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish Shihab

dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak”.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang tentang hilangnya akhlak peserta

didik di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Tidak ditanamkannya nilai-nilai pendidikan akhlak pada

peserta didik.

2. Kurangnya menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak usia dini.

3. Akhlak dan moral yang telah diajarkan Islam belum terealisasi

dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada peserta didik.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

8

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan diungkap yaitu mengenai Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak untuk Peserta Didik Menurut Muhammad Quraish

Shihab dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan

masalah mengenai:

“Bagaimanakah Nilai-nilai Pendidikan Akhlak untuk Peserta didik

menurut M. Quraish Shihab yang tertuang dalam buku yang Hilang

dari Kita: Akhlak?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menjawab

permasalahan dalam latar belakang dan rumusan masalah di atas dan

adapun tujuan lainnya demi memperoleh gambaran tentangnilai-nilai

pendidikan akhlak untuk peserta didik yang terkandung dalam buku yang

Hilang dari Kita: Akhlak karya M. Quraish Shihab, dengan besar harapan

dapat memperkaya khazanah referensi tentang pendidikan akhlak menurut

M. Quraish Shihab.

F. Manfaat Penelitian

1. Teoritis : Penelitian ini secara umum memberikan informasi tentang

nilai-nilai pendidikan akhlak. Penelitian ini dapat diguanakan sebagai

penambahan kajian pustaka atau khasanah keilmuan tentang nilai-nilai

pendidikan akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish Shihab

dalam buku yang Hilang dari Kita: Akhlak.

2. Praktis :

a. Bagi Pendidik, dapat dipakai sebagai sumber infomasi sehingga

mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta

didik menurut M. Quraish Shihab dalam buku yang Hilang dari

Kita: Akhlak.

b. Bagi Masyarakat, dapat dipakai sebagai sumber informasi tentang

pendidikan akhlak, terutama nilai-nilai pendidikan akhlak untuk

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

9

peserta didik menurut M. Quraish Shihab dalam buku yang Hilang

dari Kita, Akhlak.

c. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

berkaitan dengan penelitian dengan tema yang sama.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan atau karakter yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara.1

Pernyataan tersebut merupakan salah satu konsep pendidikan yang

menekankan betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam

pembinaan manusia. Artinya, pendidikan sebagai suatu kegiatan

pembinaan sikap dan mental yang akan menentukan tingkah laku

seseorang.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata

didik yang artinya pelihara dan latih, sedangkan pendidikan sendiri

memiliki pengertian hal perbuatan dalam cara mendidik.2

Pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey,

seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan

adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang

fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya

perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia

biasa.3

Adapun pengertian-pengertian atau definisi pendidikan menurut

para tokoh antara lain:

1 Zuchdi Darmiyati, Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif ,

(Yogyakarta : UNY Press, 2010), h. 2-3. 2 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.352. 3 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 1.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

11

a. Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama.4

b. Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha yang dilakukan

dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan

dan kebahagian manusia, berkebudayaan, berasas peradaban,

memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.5

c. Ngalim Purwanto, pendidikan adalah pimpinan yang diberikan

dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri

sendiri dan bagi masyarakat.6

Pendidikan juga disebut usaha sadar untuk

mengembangkan akhlak, keterampilan, dan pengetahuan anak

dan pemuda di sekolah maupun di rumah, agar hidup mereka

bahagia dan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.7

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah

suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan

disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun

rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik

serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya

dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan

bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur

menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

4 Achmad Sudja’i, “Pemikiran Pendidikan Prof. Dr. Hasan Langgulung”, dalam Ruswan

Thoyib (ed.), Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Semarang:

Pustaka Fajar, 1999), h. 37. 5 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.5.

6 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014), h.1. 7 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 9 – 11.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

12

2. Pengertian Pendidikan Islam

Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai

pendidikan yang di dasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana

yang tercantum dalam al-Qur’an dan Hadits serta dalam pemikiran

para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.8 Ilmu Pendidikan

(agama) Islam merupakan suatu ilmu yang membicarakan tentang

upaya pengembangan secara sistematis bagaimana proses mengajarkan

pendidikan ajaran agama Islam melalui pembinaan, pembimbingan,

dan pelatihan yang dilakukan oleh orang ke orang lain, agar Islam

dapat dijadikan sebagai panutan (way of life).9

Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy

al-Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu

dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan

kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.

Jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha

membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa

kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga

terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk

individual, dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di

mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai

Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari’ah dan

akhlak al-kariemah.10

Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960,

memberikan pengertian Pendidikan Islam:”sebagai bimbingan

terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan

mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Istilah membimbing,

8 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 161. 9 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press,

2008), h. 6. 10

M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 13.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

13

mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan atau melatih

mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui

proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu

“menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran

sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur

sesuai ajaran Islam. Menurut pandangan Islam, manusia adalah

makhluk ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi kelengkapan-

kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan ke

arah yang baik dan yang buruk.11

Hasil rumusan Konggres se-Dunia ke II tentang pendidikan Islam

melalui Seminar tentang Konsepsi Kurikulum Pendidikan Islam tahun

1980 dinyatakan bahwa : Pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai

keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh

melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan

dan pancaindera. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus

mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual,

intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya,

baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-

aspek itu kea rah kebaikan dank e arah pencapaian kesempurnaan

hidup.12

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

kepada term al-tarbiyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim.

a. Istilah al-Tarbiyah

Penggunaan istilah tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun

kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya

menunjukan makna tumbuh, berkembang, memelihara,

merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau

eksistensinya. Dalam penjelasan lain, kata al-tarbiyah berasal

dari tiga kata, yaitu: Pertama, rabba-yarbu yang berarti

11

Ibid., h. 14. 12

Ibid., h. 15.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

14

bertambah, tumbuh, dan kembang (Q.S. Ar Ruum/30:39).

Kedua, rabiya-yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-

yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,

dan memlihara. Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam

Q.S. Al Fatihah/1:2 (alhamdu li Allahi rabb al-„alamin)

mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah

al-Tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murobbi (pendidik)

berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka

Allah adalah pendidik yang maha Agung bagi seluruh alam

semesta. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan

Islam yang dikandung dalam term al-Tarbiyah terdiri atas

empat unsur pendekatan : yaitu (1) memelihara dan menjaga

fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2)

mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3)

mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4)

melaksanakan pendidikan secara bertahap.13

b. Istilah al-Ta’lim

Istilah ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan

pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat

universal di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta‟dib.

Rasyid Ridha mengatakan al-Ta‟lim sebagai proses transmisi

berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya

batasan dan ketenuan tertentu.

Dalam argumentasi lainnya, istilah al-ilmu (sepadan dengan al-

ta‟lim) dalam al-Qur’an tidak terbatas hanya berarti ilmu saja.

Lebih jauh kata tersebut dapat diartikan ilmu dan amal. Kata

fa‟lam (ketahuilah) pada Q.S. Muhammad/47:19 memiliki

makna sekedar mengetahui (ilmu) secara teoritis yang tidak

memiliki pengaruh bagi jiwa, akan tetapi mengetahui yang

13

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 25-26.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

15

membekas dalam jiwa dan ditampilkan dalam bentuk aktivitas

(amaliah).14

c. Istilah al-Ta’dib

Menurut al-Attas, “istilah yang paling tepat untuk menunjukan

pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib. Penggunaan istilah al-

Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkapkan hakikat dan

operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab, kata al-Tarbiyah

yang memiliki arti pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang

tidak hanya digunakan untuk manusia, akan tetapi juga

digunakan untuk melatih dan memelihara bunatang atau

makhluk Allah, lainnya. Oleh karenanya, penggunaan istilah

al-tarbiyah tidak memiliki akar yang kuat dalam khazanah

bahasa Arab. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam

merupakan terjemahan dari bahasa Latin “educatio” atau

bahasa Inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan

pendidikan Barat lebih banyak menekankan pada aspek pisik

dan material. Sementara pendidikan Islam, penekanannya tidak

hanya aspek tersebut, akan tetapi juga pada aspek psikis dan

immaterial. Dengan demikian, istilah al-Ta‟dib merupakan

terma yang paling tepat dalam khazanah bahasa Arab karena

mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan,

pengajaran, dan pengasuhan yang baik sehingga maka al-

Tarbiyah dan al-Ta‟lim sudah tercakum dalam term al-Ta‟dib.

Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term di atas,

secara terminology, para ahli pendidikan Islam telah mencoba

memformulasi pengertian pendidikan Islam. Diantara batasan

yang sangat variatif tersebut adalah:

1. Al-Syaibaniy, mengemukakan bahwa pendidikan Islam

adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik

pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.

14

Ibid., h. 27-29.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

16

2. Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan

Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta

mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan

berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang

mulia.

3. Ahmad D. Marimba, mengemukakan bahwa pendidikan

Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang

utama (insan kamil).15

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Islam adalah suatu agama yang berisi suatu ajaran tentang tata cara

hidup yang dituangkan Allah kepada umat manusia melalui para

Rasulnya sejak dari Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad saw.

Kalau para Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw, pendidikan itu

berwujud prinsif atau pokok-pokok ajaran yang disesuaikan menurut

keadaaan dan kebutuhan pada waktu itu, bahkan disesuaikan menurut

lokasi atau golongan tertentu, maka pada Nabi Muhammad saw.

Prinsip pokok ajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan umat manusia

secara keseluruhan, yang dapat berlaku pada segala masa dan tempat.

Ini berarti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul merupakan

ajaran yang melengkapi atau menyempurnakan ajaran yang dibawa

oleh para Nabi sebelumnya.16

Ruang lingkup pendidikan Islam adalah berkaitan dengan

persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi

bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada baik yang ada

di masa sekarang maupun di masa yang akan dating. Dengan kata lain,

pendidikan Islam adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan

seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideology

15

Ibid., h. 30-32. 16

Mappasiara, “Pendidikan Islam (Pengertian, Ruang Lingkup dan Epistemologinya)”,

Jurnal Pendidikan, Vol. 7 No. 1 2018.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

17

(cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk dirinya

sesuai dengan ajaran Islam. Artinya, ruang lingkup pendidikan Islam

telah mengalami perubahan sesuai tuntunan waktu yang berbeda-beda

karena sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan imu dan

teknologi. Pendidikan Islam sebagai alat pembudayaan Islam memiliki

watak lentur terhadap perkembangan cita-cita kehidupan manusia

sepanjang zaman. Namun watak itu tetap berpedoman kepada prinsip-

prinsip nilai Islami. Pendidikan Islam juga mampu mengkomodasikan

tuntutan hidup manusia dari masa ke masa termasuk di bidang ilmu

dan teknologi dengan sikap mengarahkan dan mengendalikan tuntutan

hidup tersebut dengan nilai-nilai fundamental yang bersumber dari

iman dan taqwa kepada Allah swt. Iman dan taqwa inilah yang

merupakan rujukan dan transparansi tingkah laku manusia yang

memiliki jiwa kemanusiaan.17

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut istilah etimologi perkataan akhlak berasal dari bahasa

Arab yaitu, akhlaaqun yang bentuk jamaknya adalah khaliqun ini

mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai dan tabiat”.

Kata akhlak ini berakar dari kata khaliqun, yang artinya menciptakan.

Kata akhlak merupakan satu akar kata dengan khaaliqun (pencipta),

makhluuqun (yang diciptakan) dan khaliqun (penciptaan). Di sini

memberi makna bahwa antara kehendak Allah sebagai khaaliqun dan

perlakuan seorang makhluuqun perlu adanya sebuah keterpaduan.

Manusia harus menjalani kehidupan ini sebagaimana diinginkan oleh

Allah (khaliq), segala perilaku, tindak tanduk, budi pekerti, tabiat

manusia harus sesuai dengan apa yang disukai Allah. Jika tidak sesuai

dengan perintah Allah itu berarti manusia menunjukkan kecongkakan,

kesombongan, dan melawan kehendap Pencipta. Kita manusia adalah

17

Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali “Tradisi”,

Meneguhkan Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 25-26.

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

18

makhluk yang dhaif sekali di hadapan Yang Maha Kuasa, oleh karena

itu eloklah kita menjadi manusia yang taat dan patuh kepada segala

ketentuan-Nya termasuklah dalam menjalankan akhlak sehari-hari

dalam kehidupan ini. Dalam Lisan al-„Arab, makna akhlak adalah

perilaku seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya, dan kebiasaan

atau tabiat tersebut selalu terjelma dalam perbuatannya secara lahir.

Pada umumnya sifat atau perbuatan yang lahir tersebut akan

mempengaruhi batin seseorang. Akhlak juga dapat dipahami sebagai

prinsip dan landasan atau metode yang ditentukan oleh wahyu untuk

mengatur seluruh perilaku atau hubungan antara seseorang dengan

orang lain sehingga tujuan kewujudannya di dunia dapat dicapai

dengan sempurna.18

Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

“Sesungguhnya akhlak itu ialah kemauan (azimah) yang kuat tentang

sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang

membudaya, yang mengarah pada kebaikan atau keburukan.

Terkadang adat itu terjadi secara kebetulan tanpa disengaja atau

dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak

dinamakan akhlak”. Hasrat atau azimah-lah yang membentuk akhlak

seseorang. Orang akan cenderung kepada hasratnya jikalau ia

melakukannya berulang-ulang sehingga terbentuk menjadi akhlak. Jika

yang dilakukannya adalah hal-hal baik, akhlaknya pun menjadi baik

(derajat tinggi). Jika yang dilakukannya adalah hal-hal buruk,

akhlaknya pun menjadi buruk (derajat rendah). Dengan demikian,

akhlak bersifat kejiwaan (nafsiyah) dan abstrak (ma‟nawiyah), dan

bentuknya yang tampak dinamakan mu‟amalah (tindakan/perilaku).

Akhlak menjadi sumber dari segala perbuatan.19

18

Muhammad Abdurrahman, Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 6. 19

Bambang Trim, Meng-instal Akhlak Anak, (Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama,

2008), h. 6.

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

19

Akhlak adalah risalah terpenting yang diemban oleh Nabi

Muhammad saw. Al-Qur’an mengatakan, Sungguh, Allah telah

memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah)

mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari

kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-

ayatNya, menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka

kitab (al-Qur‟an) dan hikmah (sunah), meskipun sebelumnya, mereka

benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Ali Imran:164).

Rasulullah juga mengatakan agar umatnya menghiasi diri dengan

akhlak yang mulia karena itulah yang menjadi misinya. “Aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. “Di hari kiamat tidak

ada yang diletakkan di dalam timbangan (mizan) yang lebih bernilai

dibandingkan akhlak yang mulia.”20

Dalam buku yang Hilang dari Kita Akhlak oleh M. Quraish Shihab

Imam al-Ghazaly mengemukakan bahwa:

“Khuluq dan khalaq adalah dua kata yang dapat ditemukan dalam

satu kalimat. Anda dapat berkata: Fulan Hasan al khalq wa al

khuluq (si A baik bentuk badannya dan baik pula akhlaknya). Yang

pertama dapat dilihat dengan mata kepala, sedang yang kedua

karena bersifat batin “tidak terlihat substansinya”, tetapi terlihat

dampak pada aktifitasnya. Hakikat kedua kata tersebut ada pada

diri setiap insan karena manusia adalah gabungan dari jasmani dan

rohani yang masing-masing bisa jadi baik dan juga buruk. Al

Ghazali lebih jauh menjelaskan bahwa khuluq (akhlak) merupakan

kondisi kejiwaan yang mantap, yang atas dasarnya lahir aneka

kegiatan yang dilakukan dengan mudah, tanpa harus dipikirkan

terlebih dahulu. Nah, bila kondisi kejiwaan itu baik dan

melahirkanperbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh akal dan

agama baik, pemiliknya dinilai memiliki akhlak mulia. Sebaliknya

pun demikian.21

Dengan demikian dapat dipahami bahwa akhlak adalah suatu sikap

atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa

yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits yang daripadanya timbul

20

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 228. 21

M. Quraish Shihab, yang Hilang dari Kita Akhlak, (Tangerang Selatan: Lentera Hati,

2016), h. 5.

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

20

perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa

memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu

menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang

bagus, maka disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula

sebaliknya, jika menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-

kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan akhlak yang tercela.

Jika dilihat dari pengertiannya akhlak bisa dikatakan dengan sopan

santun sebagaimana yang dijelaskan oleh Antoro (2010:3) sebagai

perilaku individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati,

menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Perwujudan dari

sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain

melalui komunikasi yang menggunakan bahasa yang tidak

meremehkan atau merendahkan orang lain. Sopan santun secara umum

adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan dalam

kelompok sosial. Norma kesopanan bersifatrelatif, artinya apa yang

dianggap sebagai norma kesopanan akan berbeda-beda di berbagai

tempat, lingkungan, dan waktu. Menurut kamus bahasa Indonesia,

sopan berarti hormat dengan tak lazim secara tertib menurut adab yang

baik. Sedangkan santun adalah halus dan baik (budi bahasanya,

tingkah lakunya). Jika kedua kalimat itu digabungkan, maka sopan

santun adalah pengetahuan yang berhubungan dengan penghormatan

melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku.22

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasannya akhlak,

dan sopan santun memiliki persamaan yaitu mengacu kepada ajaran

atau gambaran tentang sikap, perbuatan atau tingkah laku. Adapun

perbedaan antara akhlak dan sopan santun yaitu akhlak bisa disebut

perilaku seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya dan kebiasaan

tersebut selalu terjelma dalam perbuatannya secara lahir. Sedangkan

22

Puspa Djuwita, “Pembinaan Etika Sopan Santun Peserta Didik Kelas V Melalui

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Nomor 45 Kota Bengkulu”, Jurnal

Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 10 No 1 2017.

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

21

sopan santun yaitu peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan

dalam kelompok sosial.

2. Macam-macam Akhlak

Dilihat dari segi hubungan manusia dengan dirinya, serta

hubungannya dengan Tuhan, manusia dan lainnya, maka akhlak itu ada

yang berkaitan dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan, dengan manusia,

dengan masyarakat, dengan alam dan dengan segenap makhluk Tuhan

lainnya yang gaib. Akhlak dengan diri sendiri antara lain tidak

membiarkan diri sendiri dalam keadaan lemah, tidak berdaya dan

terbelakang, baik secara fisik, intelektual, jiwa, spiritual, sosial dan

emosional. Akhlak terhadap diri sendiri dilakukan dengan cara

membuat diri secara fisik dalam keadaan sehat, kokoh dan memiliki

berbagai keterampilan, mengisi otak dan akal pikiran dengan berbagai

pengetahuan, mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan,

dan seni, mengisi jiwa dengan kemampuan bersosialisasi dengan

masyarakat sekitarnya dan sebagainya.23

Adapun akhlak terbagi menjadi dua yaitu, akhlak terpuji (akhlak

mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah).

a. Akhlak Terpuji (Akhlak Mahmudah)

Secara etimologi, akhlak mahmudah adalah akhlak yang

terpuji. Mahmudah merupakan bentuk maf‟ul dari kata hamida,

yang berarti dipuji. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji disebut

pula dengan akhlaq al-karimah (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-

munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). Akhlak

mahmudah yaitu perilaku manusia yang baik dan disenangi

menurut individu, maupun sosial, serta sesuai dengan ajaran yang

bersumber dari Tuhan. Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-

sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian

pula akhlak madzmumah, dilahirkan oleh sifat-sifat madzmumah.

23

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.

209.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

22

Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir, adalah cermin

dari sifat atau kelakuan batin seseorang.24

Menurut tabiatnya, perangai seseorang terdidik untuk

mengutamakan kemuliaan, kebenaran, cinta kebijaksanaan, dan

suka kepada yang baik, serta senantiasa terdidik untuk menyukai

yang indah dan membenci yang buruk sehingga menjadi suatu

kebiasaan yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang baik

dengan mudah tanpa rasa keterpaksaan, maka ia dikatakan sebagai

“akhlak yang baik”. Semua perilaku bagus yang lahir dari

kebiasaan tanpa keterpaksaan, disebut akhlak-akhlak yang baik,

seperti kebijaksanaan, kemurahan hati, kesabaran, keteguhan,

kedermawanan, kesatriaan, keadilan, kebaikan, dan perangai-

perangai utama serta kesempurnaan-kesempurnaan jiwa lainnya. 25

Adapun induk-induk akhlak yang baik itu seperti disebut

Al-Ghazali, adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan ilmu wujudnya dalah hikmah (kebijaksanaan),

yaitu keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang

benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiariyah

(perbuatan yang dilaksanakan dengan pilihan dan

kemauan sendiri).

2. Kekuatan marah wujudnya adalah syaja‟ah (berani),

yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada

akal pada waktu dilahirkan atau dikekang.

3. Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah „iffah

(perwira), yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh

akal dan syari’at agama.

4. Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga di

atas wujudnya ialah adil, yaitu kekuatan jiwa yang

24

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 181. 25

Asma’ Umar Hasan Fad’aq, Mengungkap Makna & Hikmah Sabar, (Jakarta: Lentera,

1999), h. 17.

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

23

dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh hikmah.26

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

memiliki akhlak terpuji akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik

seperti, jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah,

pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani dalam kebenaran,

menghormati orang lain, sabar, mengutamakan kemuliaan, berani

dalam kebenaran, dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik.

b. Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah)

Secara etimologi, kata madzmumah berasal dari bahasa

Arab yang artinya tercela. Oleh karena itu, akhlak madzmumah

artinya akhlak tercela. Istilah akhlak madzmumah digunakan dalam

beberapa kitab akhlak, seperti Ihya‟ „Ulumuddin dan Ar-Risalah

Al-Qusyairiyah. Semua yang bertentang dengan akhlak terpuji

disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku

yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang, dan

menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Akhlak tercela juga

menimbulkan orang lain merasa tidak suka terhadap perbuatan

tersebut. Akhlak tercela adalah akhlak yang bertentangan dengan

perintah Allah. Dengan demikian, pelakunya mendapat dosa karena

mengabaikan perintah Allah.27

Adapun yang termasuk akhlak tercela, yaitu:

1. Khubtsan wa Jarbazah (keji dan pintar busuk) dan

balhan (bodoh), yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar

atau tidak bisa menentukan yang benar diantara yang

salah karena bodohny, di dalam urusan ikhtiariah.

2. Tahawwur (berani tapi sembrono), jubun (penakut) dan

khauran (lemah, tidak bertenaga), yaitu kekuatan

26

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat &

Tasawuf, (Jakarta: Cv. Karya Mulia, 2005), h. 62. 27

Ibid., h. 232.

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

24

amanah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah

dilahirkan, sekalipun sesuai yang dikehendaki akal.

3. Syarhan (rakus) dan jumud (beku), yaitu keadaan

syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syari;at

agama, berarti ia bisa berkelebihan atau sama sekali

tidak berfungsi.

4. Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak

terbimbing oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil.28

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan

akhlak adalah pangkal yang menentukan corak hidup manusia.

Dengannya manusia akan mengetahui yang baik dan yang buruk, dapat

membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil, boleh

dan tidak boleh dilakukan.

3. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak memiliki karakterisitik yang universal. Artiya ruang

lingkup dalam pandangan Islam sama luasnya dengan ruang lingkup

pola hidup dan tindakan manusia dimana ia berada.29

Akhlak pada

dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan

perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak

yang buruk atau akhlak mazmumah, dan sebaliknya, apabila perilaku

tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya

sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai

berhadapan dengan baik dan buruk. Maka membedakan halal dan

haram, hak dan batil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun

manusia tersebut bisa melakukan.

28

Ardani, op.cit., h. 64. 29

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), h. 201.

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

25

Achmad Gholib, M.Ag dalam buku Pendidikan Akhlak dalam

Tatanan Masyarakat Islami mengatakan setidaknya terdapat 3 poin

mengenai ruang lingkup akhlak, diantaranya:

a. Akhlak terhadap Allah, adalah pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dengan berperilaku

bersyukur, meyakini, dan taat terhadap perintah Allah SWT.

b. Akhlak terhadap sesama manusia, adalah berbuat baik kepada

sesama, dan tidak melakukan perbuatan negatif yang

merugikan atau mengancam pribadi lain.

c. Akhlak terhadap lingkungan, adalah lingkungan atau segala

sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-

tumbuhan maupun benda-benda tidak bernyawa karena

memelihara alam juga merupakan salah satu tugas khalifah

(manusia) dibumi.30

Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya yang berjudul

“Dustur al-Akhlaq fi al-Islam” membagi ruang lingkup akhlaq

menjadi lima bagian, antara lain:

a. Akhlak pribadi (al-akhlaq al-Fardiyah), yang terdiri dari

yang diperintahkan (al-awamir), yang dilarang (al-nawahi),

yang dibolehkan (al-mubahat) dan akhlaq dalam keadaan

darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).

b. Akhlaq keluarga (al-akhlaq al-usariyah), yang terdiri dari

kewajiban timbal balik orangtua dan anak (wajibat al-ushul

wa al-furu), kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwaj),

dan kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat anhwa al-

aqarib).

30

Achmad Gholib, Pendidikan Akhlak dalam Tatanan Masyarakat Islami, (Tangerang:

Berkah FC, 2017), h.7-8.

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

26

c. Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtimaiyah), yang terdiri

dari yang dilarang (al-mahzhurat), yang diperintahkan (al-

awamir), dan kaidah-kaidah adab (aqwa „id al-adabiyah).

d. Akhlak bernegara (akhlaq ad-daulah), yang terdiri dari

hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqat baina ar-

rasi wa as-sya‟b), dan hubungan luar negeri (al-alaqat al-

kharijiyah).

e. Akhlaq beragama (al-ahlaq ad-diniyyah), yaitu kewajiban

kepada Allah (wajibat nahwa Allah).31

C. Pendidikan Akhlak dan Tujuan

Pendidikan dan Akhlak merupakan satu kesatuan yang penting.

keduanya bisa diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan

satu sama lain dalam dunia pendidikan Islam. Bahkan undang-undang

sistem pendidikan Nasional pun memandatkan seseorang untuk berkhlak

mulia yang dicantumkan sebagai salah satu dari tujuan pendidikan

Nasional. Pendidikan akhlak bisa disebut sebagai inti dari pendidikan

Islam. Oleh karenanya penulis membahas Pendidikan Islam terlebih

dahulu dalam bahasan awal bab ini dikarenakan memiliki kaitan yang erat.

Dalam buku Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia karangan

Abuddin Nata dikatakan bahwa:

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara

tantang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat

para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah akhlak.

Muhammad Athiyah alAbrasyi misalnya mengatakan bahwa

pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan

pendidikan Islam, demikian pun pendapat Ahmad D. Marimba

bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan

hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah SWT.32

Masih dalam buku Akhlak Tasawuf dan karakter Mulia Abudin

Nata mengutip dari Ahmad Amin yang mengatakan bahwa:

31

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter,

(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 100. 32

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2015), h. 133.

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

27

Tujuan mempelajari Ilmu Akhlak dan permasalahnnya

menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya

sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang

buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan bersikap zalim

termasuk perbuatan buruk membayar hutang kepada pemiliknya

termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk

perbuatan buruk.33

Dari pemaparan diatas dipahami bahwa pendidikan akhlak

adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dalam diri

manusia, sehingga akhlakakhlak terpuji dapat masuk kedalam diri

sesorang muslim. Pendidikan akhlak merupakan salah satu tujuan

dari pendidikan Islam. Akhlak dalam Islam memiliki hubungan

yang erat dengan akidah dan syariah. Bilamana remaja sejak dini

sudah diberikan pembelajaran mengenai akhlak, besar

kemungkinan dia dapat menjaga sikap dan perbuatannya

dikemudian hari.

D. Hasil yang Relevan

1. Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali

merupakan jurnal kependidikan, Vol. 5 tahun 2017 karya Eko

Setiawan. Jurnal tersebut menjelaskan tentang konsep pemikiran Imam

Al Ghazali tentang pendidikan akhlak pada anak meliputi akhlak

terhadap Allah, akhlak terhadap orang tua, akhlak kepada diri sendiri,

dan akhlak kepada orang lain. Adapun akhlak bersumber dari dengan

tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan

kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.

Persamaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

membahas pendidikan akhlak. Sedangkan perbedaan jurnal tersebut

dengan skripsi penulis terletak pada tokohnya, jurnal tersebut

membahas konsep pendidikan akhlak menurut Imam Al Ghazali

sedangkan penulis membahas menurut M. Quraish Shihab.

33

Ibid., h. 11.

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

28

2. Konsep Pendidikan Akhlak dan Dakwah dalam Perspektif Dr. KH.

Zakky Mubarak, MA merupakan jurnal study Al-Qur’an, Vol. 12 tahun

2016 karya Muchtar, dkk. Jurnal tersebut menjelaskan tentang konsep

pendidikan akhlak dalam perspektif Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

yaitu menanamkan pemahaman tentang akhlak terhadap peserta didik,

memberikan keteladanan yang baik, mengembangkan pada akhlak

tingkat tinggi, dan yang terakhir yaitu mengaplikasikan pengetahuan

tentang akhlak dan keteladanan tersebut dalam kehidupan nyata

sehingga dapat mengakar menjadi suatu kebiasaan.

Persamaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

membahas pendidikan akhlak. Sedangkan perbedaan jurnal tersebut

dengan skripsi penulis terletak pada tokohnya. Jurnal tersebut

membahas tentang konsep pendidikan akhlak dan dakwah dalam

perspektif Dr. KH. Zakky Mubarak, MA sedangkan penulis hanya

membahas tentang pendidikan akhlak menurut M. Quraish Shihab.

3. Urgensi pendidikan akhlak dalam Pandangan Imam Ibnu Qayyim al-

Jauziyyah merupakan jurnal kependidikan Islam, Vol. 8 tahun 2019

karya Mahmudi, dkk. Jurnal tersebut menjelaskan tentang keberhasilan

pendidikan akhlak yaitu, jika jiwa anak sudah mencapai derajat nafs

muthmainnah, yang memiliki tiga ciri pokok yang saling menguatkan

satu sama lainnya, yaitu; (1) jiwa yang beriman kepada Allah, (2) jiwa

yang sabar, (3) jiwa yang berpasrah diri kepada Allah (tawakal).

Dengan begitu, nafs muthmainnah akan selalu melahirkan keimanan

dalam diri manusia, yang menghiasi dalam kehidupannya dengan

perilaku-perilaku yang terpuji, sehingga hidupnya lebih terarah di atas

jalan yang lurus untuk menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai

tujuannya. Jurnal ini pun membahas tentang pendidikan akhlak

menurut Ibnu Qayyim, yaitu menekankan pada lima hal penting,

pentingnya mengenalkan anak tentang tauhid kepada Allah Subhanahu

wa Ta’ala, pentingnya mengajarkan anak pokok-pokok ajaran agama,

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

29

mengajari dan membiasakan anak etika dan akhlak yang baik,

keteladanan, pujian dan hukuman yang mendidik.

Persamaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

membahas tentang pendidikan akhlak. Sedangkan perbedaan jurnal

tersebut dengan skripsi penulis terletak pada tokohnya. Jurnal tersebut

membahas tentang urgensi pendidikan akhlak dalam pandangan Imam

Ibny Qayyim al-Jauziyyah sedangkan penulis membahas tentang

pendidikan akhlak menurut M. Quraish Shihab.

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu usaha pencarian fakta-fakta secara jujur,

mendalam dan intelegen untuk mencapai fakta-fakta dan artinya atau implikasi-

implikasi sehubungan dengan problema tertentu. Hasil riset tersebut harus

merupakan suatu kontribusi yang otentik dan murni terhadap pengetahuan dan

yang sedang dipelajari.1

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Pendidikan Akhlak

untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Yang

Hilang dari Kita: Akhlak. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa bulan,

yakni terhitung dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus, dengan

rincian kegiatan diantaranya, pengumpulan data sumber-sumber tertulis

yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber yang

mendukung, terutama yang berkaitan dengan pendidikan akhlak untuk

peserta didik menurut M. Quraish Shihab dalam buku yang hilang dari

kita: akhlak dan sumber lainnya sebagai penguat dalam penulisan skripsi

ini. Kemudian menyusun data-data dalam bentuk penelitian (laporan) dari

sumber-sumber yang telah ditemukan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode

library research atau penulisan berdasarkan literature dan metode studi

dokumentasi. Studi dokumentasi atau teks merupakan kajian yang menitik

beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan

konteksnya. Penelitian ini untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang

dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan.2

Metode studi dokumentasi ini digunakan untuk menggali

pemikiran M. Quraish Shihab yang tertuang dalam buku yang Hilang dari

1 Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: GP Press, 2009), h. 8.

2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 2.

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

31

Kita: Akhlak. Beliau sebagai pakar tafsir lulusan Universitas AL-Azhar

Kairo, beliaupun telah mencoba merumuskan konsep pendidikan

berdasarkan perspektif al-Qur’an. M. Quraish Shibab juga dikenal sebagai

penulis dan penceramah yang handal. Lebih lanjut penulis akan meneliti

perihal pendidikan akhlak yang menjadi fokus dalam buku Yang Hilang

dari Kita: Akhlak karangan M. Quraish Shihab.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pemusatan terhadap tujuan penelitian

yang akan dilakukan. Fokus penelitian harus dijabarkan secara jelas untuk

mempermudah proses penelitian, supaya penelitian lebih terarah.

Pada penelitian ini penulis akan memfokuskan terhadap pendidikan

akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish Shihab dalam buku yang

Hilang dari Kita: Akhlak.

D. Prosedur Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.3 Suatu penelitian mempunyai

rancangan atau prosedur penelitian tertentu sehingga dengan rancangan

atau prosedur tersebut dapat diketahui metode, jenis dan pendekatan apa

yang tepat untuk digunakan dalam penelitian tersebut.

Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriftif kualitatif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan dua

kategori, sumber data primer dan sumber data sekunder.

3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 2. 4 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam perspektif Rancangan Penelitian,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.21-22.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

32

a. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku

yang Hilang dari Kita: Akhlak karya M. Quraish

Shihab.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber lain yang masih

berkatan dengan masalah penelitian. Adapun data

sekunder dalam penulisan skripsi ini dalah buku-buku

tentang pendidikan akhlak yang relevan dengan

penelitian.

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Seperti yang telah dipaparkan, sumber dan jenis data

yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tertulis berupa

teks book yang dapat memberikan informasi lebih tentang

seorang M. Quraish Shihab. Setelah data-data tersebut

diperoleh maka peneliti mengelola data tersebut dengan cara

membacanya lalu dianalisis, setelah dianalisis baru dapat

disimpulkan. Analisis data menggunakan analisis isi (content

analysis). Dengan fokus kajian yang dibahas dalam penelitian

ini adalah pendidikan akhlak untuk peserta didik menurut

Muhammad Quraish Shihab dalam buku yang Hilang dari

Kita: Akhlak.

Sebelum data diolah, penulis terlebih dahulu memahami

secara cermat isi dari buku yang Hilang dari Kita: Akhlak

terutama pada bagian yang membahas tentang pendidikan

akhlak untuk peserta didik.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang,

Sulawesi Selatan. Ayahnya bernaman Abdurrahman Shihab adalah

keluarga keturunan Arab yang terpelajar, dan menjadi ulama sekaligus

guru besar tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. M.Quraish Shihab

juga dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasar

pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui

pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan

pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi ligas,

rasional dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai

penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan

masyarakat. Di tengah-tengah berbagai aktivitas sosial, kegamaan

tersebut, M. Quraish Shihab juga tercatat sebagai penulis yang sangat

prolifik. Buku-buku yang ia tulis antara lain berisi kajian di sekitar

epistemologi al-Qur‟an hingga menyentuh permasalahan hidup dan

kehidupan dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer.1 M.

Qurais Shihab didampingi seorang istri yang bernama Fatmawati, dan

dikaruniai lima orang anak, masing-masing bernama Najeela Shihab,

Najwa Shihab, Nasyawa Shihab, Nahla Sihab dan Ahmad Shihab.

2. Pendidikan M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di kota

Ujung Pandang. Ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang

sambil belajar agama di Pesantren Darul-Hadits al-Fiqhiyah pada

tahun 1958. Pada usia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir untuk

melanjutkan pendidikan, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-

1 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

RajaGrafindo, 2005), h. 362-365.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

34

Azhar. Ia meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan

Tafsir dan Hadis di Universitas Al-Azhar. Kemudian ia melanjutkan

pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA

untuk spesialis bidang Tafsir al-Qur‟an dengan tesis berjudul Al-I‟jaz

Al-Tasyri‟iy li al-Qur‟an Al-Karim.2 Setelah menyelesaikan studinya

dengan gelar MA tersebut, untuk sementara ia kembali ke Ujung

Pandang. Dalam kurun waktu kurang lebih sebelas tahun (1969 sampai

1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil menimba pengalaman

empirik, baik dalam bidang kegiatan akademik di IAIN Alauddin

maupun berbagai instutusi pemerintah setempat. Dalam masa menimba

pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai Pembantu Rektor III di

IAIN Ujung Pandang.3 Pada 1982 ia meraih gelar doctor di bidang

ilmu-ilmu al-Qur‟an dengan yudisium Summa Cum Laude disertai

penghargaan Tingkat Pertama di universitas yang sama.4

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi M. Quraish

Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari

IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini

ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur‟an di Program S1, S2

dan S3 sampai tahun 1998. Melaksanakan tugas pokok sebagai dosen,

ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta

selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu dipercaya

menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua

bulan di awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta

Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk

Negara Republik Arab Mesir menangkap Negara Republik Djibauti

berkedudukan di Kairo. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk

menduduki sejumlah jabatan. Diantaranya adalah sebagai Ketua Majlis

2 M. Quraish Shihab, Membuka al-Qur‟an, Fungsi dan Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mirzan, 1994), h. 6. 3 Abuddin Nata, op. cit., h. 363.

4 M. Quraish Shihab, Lentera al-Qur‟an Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: PT

Mizan Pustaka, 2008), h. 5.

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

35

Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 1994, anggota Lajnah Pantashhih

al-Qur‟an Departemen Agama sejak 1989. Dia juga terlihat dalam

beberapa organisasi professional, antara lain Asisten Katua Umum

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini

didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai Pengurus Perhimpunan

Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Aktivitas lainnya yang ia

lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studi Islamatika: Indonesian

Journal for Islamic Studies, Ulumul Qur‟an, Mimbar Ulama dan

Refleksi Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini

berada di Jakarta.5

3. Karya-karya M. Quraish Shihab

Disela-sela kesibukannya, dia juga terlibat berbagai kegiatan ilmiah

dalam maupun luar Negeri, yang tidak kalah pentingnya, M. Quraish

Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis menulis dalam rubrik “Pelita

Hati”, dia juga mengasuh rubrik “Tafsir al-Amanah” dalam majalah

dua mingguan yang terbit di Jakarta. Beberapa buku yang sudah ia

hasilkan antara lain:

a. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung

Pandang, IAIN Alauddin, 1984);

b. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-

Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998);

c. Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998);

d. Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999);

e. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);

f. Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999);

g. Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit

Republika, Nopember 2000);

h. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit

Republika, September 2003);

5 Abuddin Nata, op. cit., h. 364.

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

36

i. Tafsir Al Misbah Volume 11(Jakarta: Lentera Hati, Januari 2016)

j. Yang Hilang dari Kita: Akhlak (Jakarta: Lentera Hati, September

2016).6 Dan masih banyak lagi.

4. Tentang Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak

Buku karya M.Quraish Shihab ini diterbitkan oleh Lentera Hati

Tangerang cetakan pertama, Agustus 2016. Memiliki 303 halaman

dengan ukuran 15 x 23 cm. Hal itu bermula ketika heboh-hebohnya

kasus yang kemudian dikenal secara bercanda dengan istilah “Mama

minta pulsa,” yakni adanya tuduhan bahwa Ketua Lembaga Negara

yang sangat terhormat dan yang anggota-anggotanya digelari dengan

“Anggota Terhormat” mengatasnamakan Presiden dan Wakil Presiden

meminta saham dari satu perusahaan asing yang berlokasi di

Indonesia. Ketika kasus itu menggelinding, berkembang diskusi

tentang kewajaran hal di atas ditinjau dari segi hukum dan akhlak,

lebih-lebih setelah Majelis Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat

“turun tangan” membahasnya. Ketika itu, banyak yang berkesimpulan

bahwa ada sesuatu yang hilang dari masyarakat kita, termasuk dari

orang-orang yang mestinya menjadi teladan. Yang Hilang itu adalah

Akhlak.

B. Pendidikan Akhlak Menurut M. Quraish Shihab

1. Pendidikan Akhlak Menurut M. Quraish Shihab

Shihab dalam bukunya membagi akhlak menjadi dua

macam, yaitu sebagai berikut :

Manusia memiliki akhlak yang bersumber dari tabiat manusia

dan juga akhlak yang dikaitkan dengan aktivitasnya yang lahir oleh

dorongan kehendaknya. Karena itu, ada yang dinamai akhlak diri

manusia dan juga yang merupakan akhlak kegiatannya, yakni

aktivitas yang lahir dari kehendaknya. Yang pertama (akhlak diri)

lahir bersamaan dengan fithrah/asal kejadian manusia. Ia dinamai

akhlak karena ia merupakan makhluq, yakni sesuatu yang tercipta

sejak kelahiran.

6 https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab Diakses pada tanggal 24 Juli

2019 pukul 17.00 WIB.

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

37

Dipaparkan bahwa akhlak diri tersebut adalah yang

dinamakan sebagai tempramen. Yakni gejala karakteristik dari sifat

emosi seseorang yang antara lain menjadikannya terbuka atau

tertutup, mudah atau tidak terangsang emosinya (marah). Menurut

Quraish Shihab tempramen tak jarang dipengaruhi oleh faktor

keturunan, juga zat-zat tertentu dalam tubuh seseorang. Jadi,

pendidikan atau lingkungan tidak mempengaruhinya7.

Di samping akhlak diri ada pula yang dinamai akhlak

masyarakat. Masing-masing negara memiliki akhlak tersendiri tak

terkecuali Indonesia. Setiap negara memiliki kebiasaan yang

berbeda dengan masyarakat lain. Ia adalah adat kebiasaan yang

telah diterima dan dianggap baik oleh masyarakat tertentu

walaupun itu tidak diterima

oleh masyarakat lain.8

Menurut Shihab akhlak adalah sifat dasar/kondisi kejiwaan

yang telah terpendam lagi mantap di dalam diri seseorang dan yang

tampak ke permukaan melalui kehendak/kelakuan dan itu

terlaksana dengan sangat mudah, tanpa keterpaksaan oleh satu dan

lain sebab.9 Shihab juga mengatakan bahwa akhlak jika ditinjau

dari tujuannya merupakan sekumpulan nilai yang harus diindahkan

manusia dalam aktivitasnya demi tercipta hubungan harmonis

dengan selainnya, bahkan demi meraih kebahagiaan pribadi dan

masyarakat.10

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak untuk Peserta didik Menurut M.

Quraish Shihab dalam Buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak

Pendidikan akhlak sangat diperlukan bagi peserta didik karena

dengan ditanamkannya nilai pendidikan akhlak dalam diri peserta didik

sejak dini akan mempengaruhi bagaimana akhlaknya ketika dewasa nanti.

7 M. Quraish Shihab, Op.Cit. h. 4.

8 Ibid., h. 5.

9 Ibid., h. 123.

10 Ibid., h. 6.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

38

Sebelum membahas apa saja pendidikan akhlak untuk peserta didik, kita

perlu mengetahui siapa itu peserta didik. Peserta didik secara umum dapat

diartikan sebagai anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara

fisik maupun psikologis, untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui

lembaga pendidikan. Definisi tersebut memberi arti bahwa anak didik

merupakan anak yang belum dewasa, yang memerlukan orang lain untuk

menjadi dewasa. Atau dengan kata lain, anak didik merupakan mentah

(raw material) dalam proses pendidikan, yang memerlukan arahan-arahan

dan bimbingan.11

Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan

untuk menunjukan pada anak didik. Tiga istilah tersebut adalah murid

ysng secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan

sesuatu, tilmidz (jamaknya) talmidz yang berarti murid, dan thalib al-ilmi

yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut

seluruhnya mengacu kepada seorang yang tengah menempuh pendidikan.

Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya. Pada sekolah yang

tingkatnya rendah seperti Sekolah Dasar (SD) digunakan istilah murid dan

tilmidz sedangkan pada sekolah yang tingkatnya lebih tinggi seperti SLTP,

SLTA, dan perguruan tinggi digunakan istilah thalib al-ilm.12

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

peserta didik adalah orang yang belum dewasa dan dapat dicirikan sebagai

orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan

pengarahan untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana buruk.

Didalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak Shihab

menjelaskan bahwa terdapat 8 (delapan) nilai akhlak yang perlu

dimiliki oleh seorang peserta didik. Di antaranya:

1. Toleransi

Toleransi berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan

dan kesabaran. Toleransi harus didukung oleh cakrawala

11

Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2014), h. 208. 12

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), h, 131-132.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

39

pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog, kebebasan

berpikir dan beragama. Pendek kata toleransi setara dengan sikap

positif, dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan

kebebasan asasi sebagai manusia.13

Toleransi dapat diartikan sebagai sikap membiarkan,

menenggang, dan menghormati pendapat/sikap pihak lain waktu

yang membiarkannya tidak sependapat dengannya. Toleransi

sangat dibutuhkan dalam kehidupan karena keragaman dan

perbedaan adalah keniscayaan. Tanpa toleransi, hidup akan

terganggu. Manusia dianugerahi Allah pikiran, kecenderungan,

bahkan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan aneka perbedaan

dan pertentangan yang jika tidak dikelola dengan baik, akan

mengakibatkan bencana. Dalam QS. Hud: 117-118:

.وما كان ربك لي هلك القرى بظلم وأىلها مصلحون

ة واحدة وال ي زالون متلفي .ولو شاء ربك لعل الناس أم

Allah menegaskan bahwa manusia akan terus berbeda dan

berselisih, kecuali yang dirahmati Allah, yakni yang mampu

mengelola perbedaan itu, antara lain bersikap toleran terhadap

pandangan dan sikap orang lain, baik dalam keberagamaan

maupun selainnya. Allah menciptakan manusia dari satu ayah dan

ibu (Adam dan Hawa as), yang kemudian berkembang biak

menjadi bangsa-bangsa, puak-puak, dan suku-suku. Perbedaan

tersebut dinyatakan oleh QS. Al-Hujurat: 13:

ن ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا يا أي ها الناس إنا خلقناكم م

.وق بائل لت عارفوا إن أكرمكم عند اللو أت قاكم إن اللو عليم خبي

13

Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural”, Jurnal

Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1 No. 2 2016.

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

40

Maksud ayat tersebut ialah agar manusia saling mengenal,

pengenalan yang dapat mendorong lahirnya hubungan harmonis,

kerja sama, serta saling mendukung. Sebagai Contoh antara lain

yang tercermin dalam Rukun Iman yang enam, Percaya Kepada

Allah, Malaikat, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari

Kemudian, dan takdir-Nya yang baik atau yang buruk. Rincian

dari masing-masing hal tersebut dapat berbeda-beda karena

argumentasi masing-masing menyangkut rincian itu mengandung

kemungkinan makna lain. Di sinilah peserta didik dituntut untuk

bertoleransi antara sesama Muslim, yakni membiarkan masing-

masing menganut apa yang ia percaya dan pahami walau berbeda

dengan paham dan kepercayaan yang bertoleransi itu.14

Dari penjelasan di atas Shihab menyebutkan bahwa seorang

peserta didik harus memiliki sikap toleransi, peserta didik harus

mempelajari lebih jauh lagi mengenai perbedaan, antara lain

bersikap toleran terhadap pandangan dan sikap orang lain, baik

dalam keberagamaan maupun selainnya.

2. Kedisiplinan

Kedisiplinan berarti kepatuhan untuk menghormati dan

melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk

tunduk pada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku.

Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan

ketentuan yang telah ditetapkan. Ini tercipta melalui latihan batin

dan watak agar segala sesuatu terencana dengan baik, tertib, dan

mencapai sasaran.15

Disiplin bertujuan untuk membuat

anak/siswa terlatih, terkontrol, dengan mengajarkan mereka

bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas

atau yang masih asing bagi mereka. Menanamkan disiplin adalah

proses mengajar bagi diri guru atau orang tua dan suatu proses

14

Shihab, Op.Cit., h. 183-184. 15

Shihab, Op.Cit., h. 193-194.

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

41

belajar bagi anak/siswa. Pembinaan disiplin dan perilaku

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam

kehidupan siswa sehari-hari di sekolah, sehingga diharapkan

menjadi kebiasaan yang baik.16

Dari penjelasan tersebut Shihab menyebutkan bahwa cara

menanamkan disiplin untuk peserta didik yaitu dibuatnya suatu

perintah, peraturan dan hukuman agar peserta didik mempunyai

sikap disiplin.

3. Al-Haya/Malu

Malu berarti suatu akhlak yang bisa mendorong seseorang

untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Seseorang

yang memiliki rasa malu akan memiliki batasan antara dirinya

dengan perbuatan yang tercela. Selain itu dengan rasa malu pula

manusia dapat dibedakan dari makhluk lain seperti hewan.17

Menurut Shihab dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak

kata al-Haya‟ atau malu biasa dipahami dalam arti perasaan

tidak senang atau tidak enak hati, hina, rendah diri karena suatu

sikap atau perbuatan yang tidak/kurang benar atau berbeda

dengan kebiasaan suatu masyarakat. Malu dalam pengertian

tersebut dapat dirasakan oleh manusia, baik dewasa maupun

anak-anak. Adapun pengertian malu menurut agamawan, rasa

malu bersumber dari kesadaran manusia akan terjangkaunya

seluruh kegiatannya oleh Allah dan inilah yang melahirkan rasa

malu yang dimaksud oleh agama. Dari sini sementara pakar

mendefinisikan rasa malu sebagai perangai yang mendorong

pemiliknya melakukan segala yang baik dan menghindari segala

yang buruk, baik dalam pandangan agama maupun budaya

masyarakat yang baik.18

16

Syaeful Maman, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan”,

Jurnal Pendidikan Agama Islam- Ta‟lim, Vol.15 No. 1 2017. 17

Ibid., h. 104-105. 18

Shihab, Op.Cit., h. 203-204.

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

42

Shihab juga menjelaskan dalam bukunya bagaimana cara

menanamkan rasa malu yaitu dengan menanamkan sifat-sifat

Allah di dalam diri setiap peserta didik. Sehingga mereka

menyandang kebajikan, kebenaran dan keindahan. Agar peserta

didik percaya bahwa semua perintah Allah mengarah pada ketiga

hal tersebut, dan larangan-Nya bertujuan mencegah lahirnya

lawan dari ketiga hal itu. Lalu karena seorang yang beriman

selalu mendambakan ketiga hal itu, maka tentu saja ia akan malu

melanggar, bahkan malu untuk tidak melakukan hal-hal yang

mengantarnya pada kebajikan, kebenaran dan keindahan.19

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa

menanamkan rasa malu dalam diri peserta didik harus

mendambakan tiga hal, yaitu kebajikan, kebenaran dan

keindahan. Dari hal tersebut, peserta didik bisa disebut sebagai

orang yang beriman dan orang yang memiliki rasa malu.

Selain toleransi, kedisiplinan dan al-Haya‟, Sopan santun

juga perlu dimiliki oleh seorang peserta didik. karena sopan

santun termasuk pada peraturan hidup yang mana peraturan

tersebut timbul dari hasil pergaulan ataupun kelompok sosial.

Sebelum mengetahui apa saja sopan santun yang harus dimiliki

oleh peserta didik, kita harus mengetahui apa yang dimaksud

dengan sopan santun itu sendiri. Sopan santun yaitu sikap jiwa

yang lemah lembut terhadap orang lain, sehingga dalam

perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan

yang mulia. Adab kesopanan itu merupakan sifat Tuhan yang

harus dipraktekkan oleh manusia dalam hubungan sosialnya.

Sifat Tuhan tersebut, dapat dilihat di beberapa ayat Al-Qur‟an,

antara lain pada surah Al-Baqarah ayat 225:

ي ؤاخذكم اللو باللغو ف أيانكم ولكن ي ؤاخذكم با كسبت ق لوبكم ال

19 Ibid., h. 204.

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

43

.واللو غفور حليم

Artinya: “Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang

tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukum kamu karena niat yang

terkandung dalam hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha

Penyantun”.

Al-Hajj ayat 59:

دخال ي رضونو وإن اللو لعليم حليم هم م .ليدخلن

Artinya: “Sungguh. Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke

tempat masuk (surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui, Maha Penyantun”.20

Adapun sopan santun untuk peserta didik yang terdapat di

dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Diantaranya:

1. Sopan Santun terhadap Allah Swt.

a. Beribadah kepada Allah Swt. Hubungan manusia dengan

Allah Swt diwujudkan dalam bentuk ritualitas peribadatan

seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Beribadah kepada

Allah Swt harus dilakukan dengan niat semata-mata karena

Allah Swt. tidak menduakan-Nya baik dalam hati, melalui

perkataan dan perbuatan.

b. Mencintai Allah Swt di atas segalanya. Mencintai Allah Swt

melebihi cintanya kepada apa dan siapapun dengan jalan

melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan-

Nya, mengharapkan ridha-Nya, mensyukuri nikmat dan

karunia-Nya, menerima dengan ikhlas semua qadha dan

qadar-Nya setelah berikhtiar, meminta pertolongan,

memohon ampun, bertawakal, dan berserah diri hanya

20

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 26-27.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

44

kepada-Nya merupakan salah satu bentuk mencintai Allah

SWT.

c. Berdzikir kepada Allah Swt. Mengingat Allah Swt dalam

berbagai situasi (lapang, sempit, senang, susah) merupakan

salah satu wujud akhlak manusia kepada-Nya. Berdzikir

kepada-Nya dianjurkan dalam kitab-Nya. Dia menyuruh

orang mukmin untuk berdzikir kepada-Nya dengan

sebanyak-banyaknya. Dengan berdzikir manusia akan

mendapat ketenangan.

d. Berdoa, tawaddu‟, dan tawakal. Berdoa atau memohon

kepada Allah Swt sesuai hajat harus dilakukan dengan cara

sebaik mungkin, penuh keikhlasan, penuh keyakinan bahwa

doanya akan dikabulkan Allah Swt. Dalam berdoa, manusia

dianjurkan untuk bersikap tawaddu‟ yaitu sikap rendah hati

dihadapan-Nya, bersimpuh mengakui kelemahan dan

keterbatasan diri serta memohon pertolongan dan

perlindungannya dengan penuh harap.21

Dalam konteks berinteraksi dengan Allah, hal utama yang

ditekankan-Nya adalah keikhlasan dalam kepatuhan kepada-Nya.

Karena itu, harus diyakini dan disadari bahwa Dia bersama

semua makhluk kapan dan di mana pun. Dia mengetahui yang

nyata dan yang tersembunyi, bahkan mengetahui apa yang lebih

rahasia dari segala yang dirahasiakan. Jangan bersangka

buruk/menisbahkan yang buruk kepada Allah. Dosa pertama

manusia yang dibisikan setan kepada Adam dan pasangannya

adalah sangka buruk kepada Allah.

هما من سوءاتما يطان ليبدي لما ما ووري عن ف وسوس لما الش

جرة إال أن تكونا ملكي أو تكونا وقال ما ن هاكما ربكما عن ى ذه الش

21 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 99-100.

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

45

.من الالدين Artinya: “Tuhan kamu berdua, tidak melarang kamu

berdua (mendekati) pohon ini, kecuali karena Dia enggan kamu

berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk mereka

yang kekal hidup (QS. Al-A‟raf: 20). 22

Dari penjelasan Shihab, penulis menyimpulkan bahwa cara

menanamkan sopan santun terhadap Allah Swt. pada peserta

didik yakni dengan menanamkan rasa ikhlas dalam kepatuhan,

seperti tidak berburuk sangka kepada Allah, mengagungkan

Allah, tidak sering-sering menyebut nama Allah dengan

bersumpah, membenarkan selalu informasi-Nya, melaksanakan

perintah-Nya dengan tulus, dan menerima takdir-Nya dengan

syukur, sabar, bahkan ridha.

2. Sopan Santun terhadap Ibu-Bapak

Peran orang tua sebagai pendidik dalam keluarga sangat

penting, karena anak dalam perhitungan waktu lebih lama berada

di rumah dari pada di sekolah. Ki hajar dewantara menyatakan

bahwa keluarga merupakan “pusat pendidikan“ terutama

bertanggung jawab tentang pendidikan budi pekerti.23

Adapun sopan santun terhadap ibu bapak adalah:

a. Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun Keduanya

Zalim

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik

kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun.

Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang

tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat zalim kepada

anaknya. Seandainya orang tua berbuat zalim kepada

22

Shihab, Op.Cit., h. 220. 23

Didik Wahyudi dan I Made Arsana, “Peran Keluarga Dalam Membina Sopan Santun

Anak Di Desa Galis Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan”, Jurnal Moral dan

Kewarganegaraan, Vol. 2 No. 1 2014.

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

46

anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka

jangan sekali-kali si anak berbuat yang tidak baik, atau

membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada

anaknya. Allah tidak meridhainya sehingga orang tua itu

meridhainya. Sebagaimana diterangkan dalam suatu hadist

yang diriwayatkan oleh Hajjaj dan Ibnu Abbas, beliau

bersabda: Artinya : “Tidak ada seorang muslim yang

mempunyai ayah dan ibu yang keduanya muslim, dia

mengharap kebaikan kedua orang tuanya, kecuali dibukakan

baginya dua pintu surga. Kalau hanya seorang maka satu

pintu surge. Kalau salah seorang kedua ibu bapaknya marah

kepada anaknya, Allah tidak ridha kepada si anak tersebut,

sampai orang tuanya meridhainya. Kemudian ditanyakan:

Bagaimana kalau kedua orang itu zalim. Dijawab oleh Ibnu

Abbas: Walaupun keduanya menganiayanya!24

Perkataan Ibnu Abbas itu memberikan pengertian bahwa

bagaimanapun keadaan si orang tua terhadap anaknya akan

dijadikan ukuran bagaimana keridaan Allah kepadanya.

b. Berkata halus dan Mulia Kepada Ibu dan Ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi

yang kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkatapun

demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus

kepada anaknya, sianakpun akan berkata halus, begitupun

sebaliknya. Sebab si anak mempunyai insting meniru, yang

lebih mudah ditiru adalah yang paling dekat dengannya, yaitu

orang tuanya, terutama ibunya. Agar si anak lemah lembut

dan sopan santun kepada orang tuanya haruslah dididik dan

diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana si

anak harus bersikap, berbuat, dan berbicara. Kewajiban anak

kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran Islam harus

24

Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 168-169.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

47

berbicara sopan, lemah, lembut, dan mempergunakan kata-

kata mulia. Firman Allah: Artinya: “dan Tuhanmu telah

memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu

bapak kamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu dari

keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah

membentak mereka dn ucapkanlah kepada mereka perkataan

mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan

penuh kesayangan dan ucapkan (doa): “Wahai Tuhanku,

kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua

telah mendidik aku di waktu kecil. (QS. Al-Isra: 21-24).25

Dari ayat-ayat tersebut, si anak berkewajiban berbuat baik

kepada ibu dan ayahnya, yaitu dengan menggaulinya dengan

sebaik-baiknya, dan berkata kepadanya tidak boleh dengan

perkataan yang menyinggung hati ibu dan ayah. Jangan

sampai membentak, bahkan jangan menggunakan kata-kata

yang menyinggung perasaannya.

c. Berkata Lemah Lembut Kepada Ibu dan Ayah

Dalam ayat 23 dan 24, surat Al-Isra‟Allah memerintahkan

setiap manusia untuk berkata mulia dan merendahkan diri

terhadap ibu dan ayah, dalam hadist diperjelas lagi oleh

Rasulullah bahwa juga harus berkata lemah lembut kepada

keduanya. Berkata yang menyinggung hati dan melukai ibu

atau ayah adalah perbuatan durhaka kepadanya disebut

“Uquuqul-Qalidain”, durhaka kepada kedua orang tua.

Durhaka kepada ibu dan ayah itu termasuk dosa besar. Dosa

besar dengan Uquuqul Walidain ini dapat dihapuskan dengan

minta maaf kepada ibu dan bapak serta dimaafkan oleh ibu

25

Ibid., h. 170-171.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

48

dan bapaknya. Dengan berkata halus dan lemah lembut serta

menanggung makan kepadanya selama tidak berbuat dosa-

dosa besar lainnya, akan masuk surga. Dosa-dosa besar itu

ada Sembilan, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari dari Ibnu Umar yaitu “Dosa besar itu ialah: Berbuat

syirik kepada Allah, membunuh orang, lari dari pertempuran

membela agama Allah, menuduh orang berzina, memakan

riba, memakan harta anak yatim, melanggar kehormatan di

masjid, dan orang yang memaksa orang kerja tanpa

mengupah (menghinakan orang), dan durhaka kepada orang

tua (ibu dan ayah, orang tua menangis karena pendurhakaan

anaknya kepadanya), Ibnu Umar berkata pula: “Apakah

anda ingin lepas dari mereka dan masuk surge?” Jawabku:

“Tentu, demi Allah!”

Ibnu Umar berkata pula:”Apakah anda ingin lepas dari

neraka dan masuk surge?” Jawabku: “Tentu demi Allah!”

Ibnu berkata “Apakah ibumu masih hidup?Jawabku: “betul,

saya masih mempunyai ibu”. Ibnu Umar berkata: “Demi

Allah, kalau anda berbuat lemh lembut kepada ibumu, dan

anda menanggung makannya (memberikan makanan kepada

ibu anda), niscaya anda akan masuk surga selama anda idak

mendekati perbuatan-perbuatan yang menyebabkan dosa

besar”.26

Dalam buku Yang Hilang dari Kita, Akhlak

menjelaskan bahwa tidak ada manusia yang lebih wajib

diperlakukan sebaik mungkin setelah Rasul Saw. melebihi

ibu-bapak. Betapapun Anda mengabdi dan

mempersembahkan aneka kebajikan kepada keduanya, lebih-

lebih ibu, apa yang Anda persembahkan itu belum cukup

membalas budi mereka. Anak tidak hanya dituntut untuk

26

Ibid., h. 172-174.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

49

tidak durhaka pada ibu-bapaknya, tetapi ia dituntut untuk

berbakti kepada keduanya.

Ukuran kedurhakaan/ketidaksopanan terhadap

keduanya berbeda dengan ukuran terhadap manusia lain.

Sekedar berkata cis atau menampakkan ketidaksukaan di

hadapan mereka telah nilai pelanggaran, begitu pesan QS. Al-

Isra‟ ayat 23:

لغن ا ي ب وقضى ربك أال ت عبدوا إال إياه وبالوالدين إحسانا إم

هره ما أف وال ت ن اعندك الكب ر أحدها أو كالها فال ت قل ل

ما ق وال كريا .وقل ل

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar

kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat

baik kepada Ibu Bapak. Jika salah seorang diantara

keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau

mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah

engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada

keduanya perkataan yang baik.” Karena itu, sekedar tidak durhaka belum cukup!!

Yang dituntut adalah bakti kepada keduanya atau dalam

bahasa al-Qur‟an disebut ihsan.27

Dari penjelasan di atas Shihab menyebutkan bahwa

cara menanamkan sopan santun terhadap Ibu-Bapak untuk

peserta didik yaitu, dengan bersikap sopan santun kepada

keduanya dalam ucapan maupun perbuatan juga hendaknya

mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka sesuai dengan

kemampuannya. Selain itu, sikap anak terhadap orang harus

dapat berdiskusi, apapun hasil diskusi penghormatan kepada

27

Shihab, Op.Cit., h. 234-235.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

50

mereka tidak boleh diabaikan karena pada prinsipinya semua

harus sadar bahwa tidak ada orang tua yang tidak

menghendaki kebaikan untuk anak-anaknya.

3. Sopan Santun Murid dan Guru

Hormat dan patuh kepada guru sangatlah ditekankan dalam

agama Islam. Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga

menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau bagaimanapun

tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas

seorang pelajar yang tetap berhutang budi kepada gurunya yang

pernah mendidik pada masa dahulu. Guru adalah orang yang

mengetahui ilmu („alim/ulama), guru („alim/ulama) adalah orang

yang takut kepada Allah Swt. Firman Allah swt:

واب والن عام متلف ألوانو ا ومن الناس والد يشى اللو كذلك إن

.من عباده العلماء إن اللو عزيز غفور

“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk

bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang

bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-

hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.

Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S.

Fathir/35: 28).

Guru adalah pewaris para nabi. Karena lewat seorang guru,

wahyu atau ilmu para nabi diteruskan kepada umat manusia.

Imam Al-Gazali mengkhususkan seorang guru dengan sifat-sifat

kesucian, kehormatan, dan penempatan guru langsung sesudah

kedudukan para nabi. Beliau juga menegaskan bahwa: “Seorang

yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka

dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit ini, dia

ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

51

dirinya sendiri, ibarat minyak kesturi yang baunya dinikmati

orang lain dan dia sendiri pun harum. Siapa yang berkerja di

bidang pendidikan, maka sesungguhnya dia telah memilih

pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, maka

hendaknya dia memelihara adab dan sopan satun dalam tugasnya

ini.” Penyair Syauki juga mengakui nilainya seorang guru dengan

kata-kata sebagai berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan

berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan

seorang rasul.”28

Sebagai seorang murid kita harus mempunyai sikap atau

rasa tawadlu` terhadap guru kita. Harus bisa menempatkan

seorang guru pada tempatnya. Karena guru adalah pahlawan tanpa

tanda jasa. Setidaknya kita harus belajar sedikit untuk lebih

menghargai guru kita. Guru juga merupakan orang tua kita

disekolah. Percuma saja jika seorang murid itu sangat pandai

tetapi tidak bisa bersikap sopan terhadap guru kita.

Lalu bagaimana cara kita untuk menghormati atau bersikap

sopan kepada seorang guru, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Selalu senyum, salam dan sapa ketika bertemu guru

Sikap ini merupakan sikap yang sederhana dan mudah

dilakukan, akan tetapi mempunyai manfaat yang sangat

banyak.

b. Tidak berjalan didepannya

Maka tidaklah pantas bagi seorang murid berjalan didepan

seorang guru. Jika ingin berjalan didepan seorang guru, maka

kita harus meminta ijin terlebih dahulu. Itu menunkkan

ketawadlu`an seorang murid terhadap guru.

c. Tidak menempati tempat duduk seorang guru

28

http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/09/hormat-dan-patuh-kepada-guru.html,

diakses pada tanggal 21 Agustus 2019 pada pukul 22:50.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

52

Jika didalam ruang kelas maka tidak sopan pula kita duduk

ditempat duduk guru kita. Hal ini kental dengan sikap orang

jawa yang sangat menjunjung tinggi untuk tidak duduk

ditempat duduk guru.

d. Mentaati perintahnya

Jika diperintah guru harus segera melaksanakannya tanpa

harus menunda-nunda apalagi sampai menolaknya. Demikian

juga ketika kita dipanggil, juga harus segera memenuhi

panggilannya.

e. Menghormati segala sesuatu yang berhubungan dengan guru

Seperti keluarganya, anak-anaknya dan istrinya. Karena itu

termasuk bagian dari diri seorang guru.

f. Tidak banyak bicara ketika bersamanya. Bicaralah yang

penting saja dan jangan berbicara suatu hal tidak disukai oleh

seorang guru.

g. Memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru ketika didalm

kelas. Usahakan fokus ketika guru menerangkan dan tidak

berbicara sendiri

h. Meminta izin ketika akan melakukan sesuatu

Misalnya bila kita ingin ketoilet, maka hendaknya kita

harus meminta izin terlebih dahulu. Jika guru kita tidak

mengizinkan maka terimalah dengan tidak menguirangi rasa

hormat kita.

i. Meminta maaf jika berkata atau bertindak salah kepada guru

Segeralah meminta maaf apabila kita melakukan salah kepada

guru kita.

j. Berupaya menyenangkan hatinya dengan baik. Buatlah guru

kita merasa nyaman ketika didalam kelas maupun dimana saja.

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

53

k. Berkatalah dengan lembut. Janganlah berbicara dengan suara

yang keras, hingga membuatnya kaget.29

Ilmu adalah milik Allah. Dia yang mengajar manusia dengan

pena, yakni hasil kerja pena (tulisan), yaitu bahan bacaan/pelajaran,

dan Dia juga yang mengajar manusia tanpa alat, tetapi melalui wahyu,

ilham, inspirasi, bahkan mimpi. “Aku adalah hamba bagi yang

mengajarku walau satu huruf,” demikian ungkapan Sayyidina Ali

kw. Adapun guru, maka ia hendaknya memiliki juga budi pekerti

yang mestinya lebih luhur daripada budi pekerti muridnya. Itu bukan

hanya menjadi kewajiban untuk diperagakannya ketika mengajar di

kelas atau lingkungan sekolah, tetapi juga di luar sekolah/di tengah

masyarakat. Ini bukan saja digugu dan ditiru, tetapi juga agar

penghormatan murid yang merupakan kewajiban mutlak terhadap

gurunya dapat diwujudkan.30

Shihab juga menyebutkan bahwa cara

menanamkam sopan santun peserta didik terhadap guru yaitu

menyingkirkan akhlak buruk/ menghiasi diri dengan budi pekerti,

jangan angkuh baik terhadap guru maupun ilmu, mengurangi sedapat

mungkin hal-hal yang dapat menghambat perolehan ilmu agar waktu

dapat lebih banyak digunakan untuk belajar. Selain menanamkan

sopan santun peserta didik terhadap guru, Shihab juga menyebutkan

sopan santun guru terhadap peserta didik bahwa guru berkewajiban

memperlakukan muridnya sebagai anak-anaknya,

menyayangi/menghormati demi melahirkan interaksi positif antar

mereka.

4. Sopan Santun terhadap Sahabat / Teman

Yang dimaksud dengan teman yaitu salah satu dari hidup

kita, dengan ada teman kita bisa saling berinteraksi, berteman dan

saling berbagi. Coba bayangkan bila kalian tidak mempunyai

29

Hayat, https://aladinalhafidz.blogspot.com/2017/07/makalah-sikap-sopan-terhadap-

guru.html, diakses pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 22:00. 30

Shihab, Op.Cit., h. 246-247.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

54

teman, apa yang akan kamu lakukan? Mungkin akan mengurung

diri dirumah bukan. Tapi memang benar bila kita memiliki teman

kita harus senantiasa bersikap sopan dan baik terhadap teman,

sehingga dengan kita memberikan sikap sopan terhadap teman,

teman kita pasti akan semakin senang terhadap kita. Berikut 13

cara sopan santun terhadap teman:

a. Bersikap baik terhadap teman dan tidak boleh memilih

teman antara kaya dan miskin, tidak menyombongkan diri.

b. Bersikap jujur dan sopan terhadap teman.

c. Menyapa jika bertemu, baik disekolah maupun diluar

sekolah.

d. Pandai-pandai bergaul dan tidak mengejek sesama teman.

e. Tutur kata yang baik, tidak mudah melampiaskan amarah

dan saling mengerti.

f. Saling menghormati sesama teman.

g. Menjenguk teman yang sakit.

h. Bersikap dan suka menolong terhadap teman serta murah

senyum

i. Ramah tamah terhadap teman.

j. Kita harus bersikap terhadap orang, biar orang tersebut

mau menjadi teman.

k. Menjaga hubungan baik dengan teman.

l. Saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran.

m. Menjauhi dengki, dendam dan iri hati kepada teman.31

Adapun sopan santun terhadap sahabat/temen menurut

Shihab yaitu memelihara akhlak persahabatan, antara lain

memberi perhatian kepadanya, menanyakan beritanya jika ia

tidak bertemu, tidak masa bodoh atau menganggap enteng apa

yang terjadi atasnya. Jika sesekali terjadi

31

Panji Ploembond, https://panjiploembond.blogspot.com/2011/12/13-cara-sopan-santun-

terhadap-teman.html, diakses pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 23:00.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

55

kesalahpahaman/ketidaksepakatan, bahkan kesalahan dari

sahabat, jangan jadikan itu alasan menjauh. Bukankah

andapun bisa salah? Kalau demikian, mengapa menurut orang

lain kendati sahabatmu untuk selalu benar? Lalu kalau

terpaksa harus menjauh, jangan terlalu jauh, berilah peluang

untuk dirimu dan sahabatmu kembali. Tanpa mengorbankan

air mukanya.32

5. Sopan Santun terhadap Berbicara

Salah satu nikmat Allah yang dinyatakan secara khusus

dalam al-Qur‟an adalah nikmat pengajaran dalam berekspresi. QS.

Ar-Rahman mendampingkan nikmat ini dengan nikmat pengajaran

al-Qur‟an. Memang melalui al-Qur‟an, Allah mengekspresikan

dalam bentuk bahasa yang sangat memesona petunjuk-petunjuk –

Nya. Cara berekspresi paling umum adalah berbicara. Semua

manusia, kecuali yang cacat, dapat menggunakan lidahnya untuk

bercakap-cakap. Sungguh menakjubkan lidah itu dan sungguh

Mahabesar dan Maha agung Allah yang menganugerahkannya dan

mengilhami manusia sekian banyak bahasa guna digunakannya

untuk berkomunikasi dan berekspresi. Adapun pribahasa atau

ungkapan orang bijank menyangkut lidah/pembicaraan. Misalnya :

Anggota tubuh berpesan kepada lidah: “Berhati-hatilah dalam

berucap karena engkau menentukan nasib kami.”33

Berkali-kali al-Qur‟an memberi tuntunan menyangkut cara

dan kandungan pembicaraan, antara lain QS. Al-Isra‟ ayat 53 yang

menyatakan:

ن هم يطان ينزغ ب ي وقل لعبادي ي قولوا الت ىي أحسن إن الش

بينا يطان كان لإلنسان عدوا م .إن الش

32 Shihab, Op.Cit., h. 257-258.

33 Ibid., h. 281.

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

56

Sampaikanlah kepada hamba-hamba-Ku agar mereka

berbicara yang terbaik. Banyak aspek dari kandungan berbicara

yang baik dalam memilih kata-kata, yakni yang mudah dimengerti

oleh mitra bicara, tidak berat diucapkan lidah dan didengar oleh

telinga, sesuai dengan kaidah kebahasaan dan dengan kondisi

objektif mitra bicara, termasuk statusnya karena ada bahasa kasar

dan halus, apakah sesuai untuk teman sejawat dan orang terhormat

serta ada lagi untuk yang sangat dihormati.

Di samping itu, agama berpesan agar dalam berbicara

jangan bertele-tele sehingga membosankan, tetapi tidak juga sangat

singkat sehingga tidak dipahami.

ر الكالم ما قل ودل خي

“Sebaik-baik pembicara adalah yang sedikit, tetapi yang

mencakup maksud.”34

Adapun etika berbicara dalam Islam, di antaranya:

1. Berkata baik atau diam

Etika berbicara yang pertama adalah bagaimana kita harus

memilih perkataan yang baik atau lebih baik diam ketika kita

tidak menemukan kata – kata yang baik untuk diberikan kepada

lawan bicara. Pemilihan kata bertujuan untuk tidak menyakiti

hati lawan bicara dengan lisan kita.

2. Berbicara yang penting saja

Sering kita temukan sekumpulan teman – teman yang

menghabiskan waktunya dengan saling bercakap – cakap.

Namun, ternyata terkadang pembicaraan menjadi ngelantur dan

tidak bisa kita bedakan baik atau pun buruk. Oleh karena itu

Rasulullah SAW melarang kita banyak bicara.

34

Ibid., h. 285.

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

57

Di samping itu, agama berpesan agar dalam berbicara

jangan bertele-tele sehingga membosankan, tetapi tidak juga

sangat singkat sehingga tidak dipahami.

ر الكالم ما قل ودل خي

“Sebaik-baik pembicaraan adalah yang sedikit, tetapi

mencakup maksud.”

3. Dilarang membicarakan setiap yang didengar

Banyak sekali informasi yang bertebaran setiap harinya di

dalam kehidupan kita. Dan beberapa informasi tersebut tidak

semua berisi kebenaran dan membawa kebaikan bagi kita. Oleh

karena itu kita harus berhati – hati dalam membicarakn setiap

yang kita dengar dari orang lain. Bahkan Rasulullah SAW

bersabda: „Siapa yang membicarakan setiap apa yang

didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta‟.

4. Jangan berbicara hal – hal kotor

Mengatakan sumpah serapah, sindiran, kritikan tanpa ada

dasar yang jelas merupakan larangan bagi mereka yang ingin

berbicara dengan baik kepada lawan bicara kita. Karena

berbicara seperti itu seperti kita memandang rendah lawan

bicara kita.

5. Jangan memulai debat meskipun kita benar

Debat merupakan pintu terbukanya kesalah pahaman yang

terbuka lebar. Karena satu sama lain saling mempertahankan

pendapat dan argumennya masing – masing. Apalagi ketika

debat di dasari dengan ketidak tahuan dari informasi yang kita

dapat tersebut. Hal ini juga membuat kita membuang – buang

waktu hingga bisa memutuskan silaturahmi dan menciptakan

permusuhan

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

58

6. Berbicara dengan intonasi rendah namun jelas

Kita dianjurkan untuk berbicara dengan tutur kata yang

lembut, namun tetap terdengar oleh lawan bicara kita. Tulus

dari hati tanpa terkesan dibuat – buat atau dipaksakan.

Sementara itu, perkataan hendaknya berisikan materi yang jujur

dan bermanfaat.

7. tenang dalam berbicara

Aisyah ra telah menuturkan, “Sesungguhnya Nabi apabila

membicarakan sesuatu pembicaraan, sekiranya ada orang

yang menghitungnya, niscaya ia dapat

mengihitungnya.”(Muttafaq „alaih).

8. Jangan berkata Ghibah dan Fitnah

Ghibah atau menggunjingkan orang lain, atau pun mengadu

domba tidak diperkenankan dalam etika berbicara dalam islam.

Allah SWT berfirman:

سواوالي غتبب عضكمب عضا والتس

Artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing

sebagian yang lain.”(QS. Al-Hujarat: 12).35

Dari penjelasan di atas, adapun sopan santun peserta didik terhadap

berbicara menurut Shihab yaitu memilih kata-kata jika hendak berbicara,

mudah dimengerti oleh mitra bicara, tidak berat diucapkan lidah dan

didengar oleh telinga, sesuai dengan kaidah kebahasaan dan dengan

kondisi objektif mitra bicara, termasuk statusnya karena ada bahasa kasar

dan halus, apakah sesuai dengan teman sejawat dan orang terhormat serta

ada lagi untuk dihormati.

35

Khanza Safitra, https://dalamislam.com/dasar-islam/etika-berbicara-dalam-islam.

Diakses pada tanggal 9 Oktober 2019 Pukul 07.00.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

59

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulam

Berdasarkan pemaparan dan uraian yang telah disebutkan pada bab-

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan

akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish Shihab dalam buku Yang

Hilang dari Kita: Akhlak adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak untuk peserta didik menurut M. Quraish

Shihab terdapat 8 poin, yaitu : toleransi, kedisiplinan, Al-Haya’/malu,

sopan santun terhadap Allah Swt, sopan santun terhadap ibu-bapak,

sopan santun terhadap murid dan guru, sopan santun terhadap sahabat

dan sopan santun berbicara. Akan tetapi nilai-nilai pendidikan akhlak

belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk akhlak mulia (luhur).

Akhlak dinyatakan telah hilang dari individu secara umum umat Islam,

dibuktikan banyaknya perilaku yang jauh dari nilai-nilai Islami.

Kegagalan ilmu akhlak dalam mewujudkan akhlak luhur, ada dua

kemungkinan yaitu dikarenakan kesalahan cara mengajarkannya

ataupun karena mereka tidak memahaminya dengan baik, serta apabila

sudah memahaminya mereka tidak mengunakannya sebagai sebuah

kebiasaan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi,

yaitu implikasi terhadap peserta didik, nilai-nilai pendidikan akhlak sangat

diperlukan bagi peserta didik karena dengan ditanamkannya nilai

pendidikan akhlak dalam diri peserta didik sejak dini akan mempengaruhi

bagaimana akhlaknya ketika dewasa nanti.

Hasil penelitian ini juga digunakan sebagai masukan para peserta

didik agar dapat membenahi diri dengan membiasakan memiliki akhlak

yang baik.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

60

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan, maka

dengan itu ada beberapa harapan dan saran, diantaranya sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia khususnya umat muslim agar lebih mengenal

sosok M. Quraish Shihab yang memiliki butir hikmah dan kekuasaan

ilmu.

2. Untuk generasi intelektual muslim dan civitas akademika diharapkan

dapat melanjutkan dan mengkaji karya-karya M. Quraish Shihab

khususnya buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak, sehingga turut

memberikan sumbangsih peran dalam pendidikan Islam di Indonesia.

3. Bagi para peserta didik agar memiliki akhlak yang baik dengan

menggunakan referensi buku-buku Islami sehingga dapat membenahi

penyimpangan dalam kehidupan masyarakat.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Amzah.

2007.

Abdurrahman, Muhammad. Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia.

Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Al-Abrasyi, M. Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan

Bintang. 1984.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah. 2016.

Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta: Al-Huda. 2006.

Anwar, Firdaus. “SIswa Berani Aniaya Guru”, https://health.detik.com/berita-

detikhealth/d-4438455/alasan-kenapa-siswa-yang-berani-aniaya-guru-

harus-dihukum-rehabilitatif?_ga=2.51697450.2014665742.1563031812-

1659631055.1563031812.

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat &

Tasawuf. Jakarta: Cv. Karya Mulia. 2005.

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2000.

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.

Asma’ Umar Hasan Fad’aq, Mengungkap Makna & Hikmah Sabar. Jakarta:

Lentera. 1999.

Basalamah, Rima Nasir. “Al-Hayâ’ Sebagai Solusi Bagi Permasalahan Moral

Bangsa”. Raushan Fikr. Vol. 3 No. 2 2014.

Casram. “Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural”.

Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Vol. 1 No. 2 2016.

Daradjat, Dzakiah. Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia. Jakarta: Bulan

Bintang. 1976.

Darmiyati, Zuchdi. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif .

Yogyakarta : UNY Press. 2010.

Didik Wahyudi dan I Made Arsana. “Peran Keluarga Dalam Membina Sopan

Santun Anak Di Desa Galis Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan”.

Jurnal Moral dan Kewarganegaraan. Vol. 2 No. 1 2014.

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

66

Djumransjah. Abdul Malik Karim Amrullah. Pendidikan Islam Menggali

“Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN-Malang Press. 2007.

Djuwita, Puspa. “Pembinaan Etika Sopan Santun Peserta Didik Kelas V Melalui

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Nomor 45

Kota Bengkulu”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 10

No 1 2017.

Gholib, Achmad. Pendidikan Akhlak dalam Tatanan Masyarakat Islami.

Tangerang: Berkah FC. 2017.

Gunawan, Heri. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014.

Hayat. https://aladinalhafidz.blogspot.com/2017/07/makalah-sikap-sopan-

terhadap-guru.html.

http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/09/hormat-dan-patuh-kepada-guru.html.

https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab .

Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press. 2009.

Mahfud, Rois. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga. 2011.

Mahjuddin. Akhlak Tasawuf 1. Jakarta: Kalam Mulia. 2009.

Maman, Syaeful. “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan

Pembiasaan”. Jurnal Pendidikan Agama Islam- Ta’lim. Vol.15 No. 1 2017.

Mappasiara. “Pendidikan Islam (Pengertian, Ruang Lingkup dan

Epistemologinya)”. Jurnal Pendidikan. Vol. 7 No. 1 2018.

Marhamah. “Krisis Moral, Jadi Degradasi Pendidikan”.

https://layarberita.com/2019/04/19/krisis-moral-jadi-degradasi-pendidikan/.

Marzuki. Pendidikan Karekter Islam. Jakarta: Amzah. 2015.

Muhammad Fajar Anwar dan Muhammad A. Salam. Membumikan Pendidikan

Karakter: implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta:

CV. Suri Tatu’w. 2015.

Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015.

Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2014.

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

65

Nata, Abuddin Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2015.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam

di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2003.

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: Rajawali Pers.

2012.

Nata, Abuddin. Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

PT RajaGrafindo. 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002.

Ploembond, Panji. https://panjiploembond.blogspot.com/2011/12/13-cara-sopan-

santun-terhadap-teman.html.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif: Dalam perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2014.

Puspita, Ratna. “Guru DIaniaya Siswa Karena Runtuhnya Moral”,

https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/p3mk3z428/mahfud-

md-guru-dianiaya-siswa-karena-runtuhnya-moral.

Ridhani. Transformasi Nilai-nilai Karakter/Akhlak dalam Proses Pembelajaran.

Yogyakarta: Lkis. 2013.

Safitra, Khanza. https://dalamislam.com/dasar-islam/etika-berbicara-dalam-islam.

Sahriansyah. Ibadah dan Akhlak. Banjarmasin: IAIN Antasari Press. 2014.

Shihab, M. Quraish. Lentera al-Qur’an Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung:

PT Mizan Pustaka. 2008.

Shihab, M. Quraish. Membuka al-Qur’an, Fungsi dan Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat. Bandung: Mirzan. 1994.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak

66

Shihab, M. Quraish. yang Hilang dari Kita Akhlak. Tangerang Selatan: Lentera

Hati. 2016.

Sudja’i, Achmad. “Pemikiran Pendidikan Prof. Dr. Hasan Langgulung”, dalam

Ruswan Thoyib (ed.). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik

dan Kontemporer. Semarang: Pustaka Fajar. 1999.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.

Alfabeta. 2015.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008.

Trim, Bambang. Meng-instal Akhlak Anak. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama.

2008.

Umar Ibnu Ahmad Baraja’ . Akhlaq Li Al-Banin. Surabaya: Ahmad Nabhan.

Wiyani, Novan Ardy. Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Alfabeta. 2013.

Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press.

2008.

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak
Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PESERTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48855...disitulah dia juga sudah mempelajari apa-apa saja yang termasuk kedalam akhlak