bab i pendahuluan · keterangan ahli misalnya visum et repertum, disitulah dapat ditemukan...

63
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya surat dakwaan sangat penting dalam hukum acara pidana, karena merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara pidana di persidangan. Pada Pasal 141 KUHAP yang menyangkut bentuk surat dakwaan kumulasi, undang- undang dan praktek hukum memberi kemungkinan menggabungkan beberapa perkara atau beberapa orang dalam satu surat dakwaan. Dengan jalan penggabungan tindak pidana dan pelaku-pelaku tindak pidana dalam suatu surat dakwaan perkara atau pelaku-pelakunya dapat diperiksa dalam suatu persidangan pengadilan yang sama. Dalam dakwaan ini harus dengan tegas dan jelas dirumuskan penggabungan/pengumpulan para terdakwa kedalam satu dakwaan sebagaimana dimaksud Pasal 141 KUHAP perumusan secara cermat, jelas dan lengkap unsur- unsur tindak pidana yang didakwakan dikaitkan dengan fakta perbuatan para terdakwa yang dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan harus dirumuskan secara terperinci peran para terdakwa masing-masing atau secara bersama-sama dalam mewujudkan tindak pidana tersebut. Mencermati perkara dengan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl dengan para terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman; Sukisno Alias Ciu; Sri Wahyuni Alias Leni, yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP. Terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman bersama teman- temannya pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014 sekira jam 15.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014 bertempat di pinggir jalan raya Andong Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya surat dakwaan sangat penting dalam hukum acara pidana,

karena merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara pidana di persidangan. Pada

Pasal 141 KUHAP yang menyangkut bentuk surat dakwaan kumulasi, undang-

undang dan praktek hukum memberi kemungkinan menggabungkan beberapa

perkara atau beberapa orang dalam satu surat dakwaan. Dengan jalan

penggabungan tindak pidana dan pelaku-pelaku tindak pidana dalam suatu surat

dakwaan perkara atau pelaku-pelakunya dapat diperiksa dalam suatu persidangan

pengadilan yang sama.

Dalam dakwaan ini harus dengan tegas dan jelas dirumuskan

penggabungan/pengumpulan para terdakwa kedalam satu dakwaan sebagaimana

dimaksud Pasal 141 KUHAP perumusan secara cermat, jelas dan lengkap unsur-

unsur tindak pidana yang didakwakan dikaitkan dengan fakta perbuatan para

terdakwa yang dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya

tindak pidana dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan harus

dirumuskan secara terperinci peran para terdakwa masing-masing atau secara

bersama-sama dalam mewujudkan tindak pidana tersebut.

Mencermati perkara dengan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl dengan para

terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman; Sukisno Alias Ciu; Sri Wahyuni Alias

Leni, yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan”

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal

365 ayat 2 ke-2 KUHP. Terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman bersama teman-

temannya pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014 sekira jam 15.00 WIB atau

setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014 bertempat di pinggir jalan

raya Andong – Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

2

tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali,

telah melakukan perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat

hutang maupun menghapuskan piutang, perbuatan tersebut dilakukan oleh dua

orang atau lebih dengan bersekutu.

Pada pelaksanaan terhadap perumusan dakwaan tetap harus didasarkan

pada hasil pemeriksaan pendahuluan dimana dapat diketemukan baik berupa

keterangan terdakwa maupun keterangan saksi dan alat bukti yang lain termasuk

keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan

perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana

dilakukannya (Hamzah, 2008:170).

Terkait penyatuan dari beberapa terdakwa yang telah melakukan tindak

pidana pemerasan sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Boyolali tersebut,

hal ini dilakukan oleh Penuntut Umum dengan pertimbangan efektifitas dalam

penuntutan perkara.

Demi alasan persidangan yang cepat, sederhana dan berbiaya murah,

penggabungan beberapa berkas dakwaan dengan beberapa terdakwa, sangat

mungkin dilakukan. Apalagi Pasal 141 KUHAP mengatur masalah

penggabungan dakwaan itu. Selain itu penuntut umum diberi kewenangan untuk

mengajukan dakwaan yang berbentuk gabungan atau kumulasi. Baik „kumulasi

perkara tindak pidana‟ maupun sekaligus „kumulasi terdakwa‟ dengan kumulasi

dakwaannya.

Berdasarkan paparan singkat di atas, penulis tertarik untuk menindaklanjuti

apa yang dilakukan oleh Penuntut Umum dengan menyatukan beberapa terdakwa

dalam satu berkas penuntutan dari sudut implikasi yuridisnya terkait proses

hukum dalam penuntutan perkara pemerasan di Pengadilan Negeri Boyolali,

dengan mengajukan judul skripsi : “TINJAUAN PENYATUAN BEBERAPA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

3

TERDAKWA DALAM SATU BERKAS DAKWAAN OLEH PENUNTUT

UMUM DAN IMPLIKASI YURIDISNYA PADA PENUNTUTAN PERKARA

PEMERASAN DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI (Studi Putusan Nomor

: 89/Pid.B/2014/PN.Byl.)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang ingin

penulis kemukakan yaitu :

1. Apakah penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan yang dilakukan

oleh Penuntut Umum pada putusan perkara pemerasan Nomor :

89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali sudah sesuai dengan ketentuan

dalam KUHAP?

2. Bagaimanakah implikasi yuridis terkait penyatuan beberapa terdakwa dalam satu

berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara

pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin penulis capai dalam penelitian hukum ini adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui ketentuan hukum dalam penyatuan beberapa terdakwa dalam

satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara

pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali.

b. Untuk mengetahui implikasi yuridis dari penyatuan beberapa terdakwa dalam satu

berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara

pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali.

2. Tujuan Subyektif

Page 4: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

4

a. Menambah wawasan/pengetahuan penulis dibidang hukum acara pidana

khususnya terkait ketentuan hukum tentang penyatuan beberapa terdakwa dalam

satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum dengan alasan untuk

mempersingkat waktu dan biaya yang lebih murah.

b. Untuk memperoleh sumber bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama

dalam menyusun karya ilmiah guna memenuhi persyaratan yang diwajibkan

dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang

dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberi sumbangan pikiran dan manfaat dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan hukum acara pidana pada khususnya.

b. Hasil Penelitian ini dapat memberikan jawaban yang jelas mengenai benar-

tidaknya strategi penyatuan terdakwa dalam proses beracara pidana.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi, masukan

data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya yang berguna bagi para

pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diteliti oleh

penulis yaitu mengetahui dasar hukum Penuntut Umum menyusun penyatuan

terdakwa dalam satu berkas tuntutan pada putusan perkara pemerasan Nomor :

89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

5

b. Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam

bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan dan

sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Menurut H.J. van Eikema Hommers sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki

menyatakan bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki metodenya sendiri. Apa yang

dikemukakan mengindikasikan bahwa tidak dimungkinkannya penyeragaman metode

untuk semua bidang (H.J. van Eikema Hommers dalam Peter Mahmud Marzuki, 2007 :

11).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti dalam penelitian ini mengguna kan metode

penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum yang merupakan suatu proses untuk

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 35). Penelitian

hukum ini merupakan penelitian doktrinal karena keilmuan hukum bersifat

preskriptif (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 33).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

6

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum yang

bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, maka

penelitian ini mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,

konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 :

22).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dapat digunakan di dalam penelitian hukum adalah

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative

approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud

Marzuki, 2006 : 93). Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan

dengan penelitian hukum yang penulis gunakan adalah pendekatan kasus (case

approach).

4. Sumber Penelitian Hukum

Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan dan putusan-putusan hakim. Penelitian hukum ini menggunakan bahan

hukum dari Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor Putusan Nomor :

89/Pid.B/2014/PN.Byl, dan Undang-undang atau putusan hukum lain yang

mendukungnya.

b. Bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-

buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan. Peneliti menggunakan buku-buku teks, kamus-kamus

hukum serta jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 141).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

7

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan- bahan hukum yang

relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Peneliti menggunakan teknik studi pustaka

dengan mengumpulkan putusan pengadilan mengenai isu hukum yang dihadapi yakni

Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl,

merupakan tindak pidana pemerasan yang dilakukan bersama-sama dan telah

direncanakan sebelumnya. Peneliti juga mendokumentasikan bahan-bahan hukum

sekunder yang berupa buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

6. Teknik Analisis

Penelitian ini mempergunakan teknis analisis data dengan metode deduksi.

Sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi

ini berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor. Dari

kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud

Marzuki, 2006 : 47).

Pada logika silogistik untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor

adalah aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum. Sedangakan

menurut Jhonny Ibrahim, yang mengutip pendapat Bernard Arief Shiharta, logika

deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat

umum menjadi kasus yang bersifat individual Teori dan Metodologi Penelitian

Hukum Normatif. Malang: Bayumedia (Jhonny Ibrahim, 2008). Dalam hal ini, data

yang diperoleh dalam penelitian ini dengan melakukan inventarisasi sekaligus

mengkaji dari penelitian studi kepustakaan aturan perundang-undangan beserta

dokumen-dokumen yang dapat membantu menafsirkan norma terkait, kemudian data

tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap

terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang diolah, sehingga pada akhirnya

dapat diketahui seberapa jauh Pengadilan Negeri Boyolali dalam hal ini adalah

Hakim yang memimpin persidangan dalam perkara pemerasan seperti tercantum

dalam Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

8

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai penulisan hukum yang

disusun, maka penulis menguraikan dalam suatu sistematika penulisan hukum. Adapun

sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang

penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan hukum yang digunakan untuk memberikan

pemahaman terhadap isi penelitian ini secara garis besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.

Kerangka teori meliputi tinjauan tentang surat dakwaan, tinjauan

tentang penuntut umum, tinjauan tentang tindak pidana pemerasan,

tinjauan tentang perbuatan perbarengan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan tentang hasil penelitian beserta

pembahasan yang meliputi :

a. Apakah Penyatuan Beberapa Terdakwa Dalam Satu Berkas Dakwaan

Pada Putusan Perkara Pemerasan Nomor: 89/Pid.B/2014/ PN.Byl sudah

sesuai dengan KUHAP

b. Apakah Implikasi yuridis penyatuan beberapa terdakwa oleh Penuntut

Umum dalam satu berkas dakwaan pada perkara Nomor:

89/Pid.B/2014/PN.Byl

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisi simpulan dan saran yang berdasarkan pembahasan

dan jawaban atas rumusan masalah yang telah diuraikan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

9

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum

baik langsung maupun tidak langsung.

LAMPIRAN

Berisi instrumen-instrumen penelitian.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teori

a. Tinjauan Tentang Surat Dakwaan

1. Pengertian Surat Dakwaan

Di dalam Abdul Karim Nasution surat dakwaan adalah suatu surat atau

akte yang memuat suatu rumusan dari tindak pidana yang didakwakan, yang

sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang

merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan, yang bila ternyata

cukup terbukti, terdakwa dapat dijatuhi hukuman (Martiman P, 2002 : 31).

M. Yahya Harahap, mengemukakan :

Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil

pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam

pemeriksaan di muka sidang pengadilan (M. Yahya Harahap, 2002:386)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut yang dimaksud dengan surat

dakwaan, yaitu :

a. Surat dakwaan merupakan suatu akte, sebagai suatu akte tentunya surat

dakwaan harus mencantumkan tanggal pembuatannya dan tandatangan

pembuatannya. Suatu akte yang tidak mencantumkan tanggal dan tanda tangan

pembuatnya tidak memiliki kekuatan sebagai akte, meskipun mungkin secara

umum dapat dikatakan sebagai surat.

b. Surat dakwaan tersebut selalu mengandung element yang sama yaitu adanya

perumusan tentang tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat

dilakukannya tindak pidana.

c. Dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, haruslah

dilakukan secara cermat, jelas dan lengkap, sebagaimana diisyaratkan dalam

ketentuan perundang-undangan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

11

d. Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan perkara di sidang pengadilan.

2. Fungsi Surat Dakwaan

Rumusan surat dakwaan harus sesuai dengan hasil pemeriksaan

penyidikan. Rumusan surat dakwaan yang menyimpang dari hasil pemeriksaan

penyidikan merupakan surat dakwaan yang palsu dan tidak benar. Surat dakwaan

yang demikian tidak dapat dipergunakan jaksa menuntut terdakwa (Yahya

Harahap, 2000 : 376).

Fungsi surat dakwaan dalam sidang pengadilan merupakan landasan dan

titik tolak pemeriksaan terdakwa. Berdasarkan rumusan surat dakwaan dibuktikan

kesalahan terdakwa. Pemeriksaan sidang tidak boleh menyimpang dari apa yang

dirumuskan dalam surat dakwaan (Yahya Harahap, 2000 : 378).

Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan

perkara pidana, maka fungsi Surat Dakwaan dapat dikategorikan :

a. Bagi Pengadilan atau Hakim, Surat Dakwaan merupakan dasar dan

sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam

penjatuhan keputusan;

b. Bagi Penuntut Umum, Surat Dakwaan merupakan dasar pembuktian atau

analisis yuridis, tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum;

c. Bagi terdakwa atau Penasehat Hukum, Surat Dakwaan merupakan dasar

untuk mempersiapkan pembelaan (http: peraturan kejaksaan : pembuatan-

surat-dakwaan.html, diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul

11.53WIB).

Mr. B.M Teverne mengemukakan, bahwa “kekuasaan lalim” dari surat

dakwaan itu, adalah sebagai berikut :

a. Dimensi Positif, bahwa keseluruhan isi surat dakwaan yang terbukti pada

persidangan harus dijadikan dasar oleh hakim pada putusannya.

b. Dimensi Negatif, bahwa apa yang dapat dibuktikan dalam persidangan harus

dapat tercantum pada surat dakwaan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

12

Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum haruslah

memenuhi ketentuan/syarat-syarat baik syarat formil maupun syarat materiil,

dimana surat dakwaan itu harus berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan karena

berdasarkan surat dakwaan itulah yang akan menjadi pedoman proses

pemeriksaan yang dilakukan di persidangan untuk mencari dan menemukan

kebenaran materiil (de matriele waarheid) dan pada akhirnya menjadi dasar hakim

untuk menjatuhkan putusan terhadap perkara tersebut (Litis Contestatio). Oleh

karena itu, arti pentingnya surat dakwaan adalah :

a. Sebagai dasar bagi pemeriksaan di persidangan

b. Sebagai dasar bagi penuntut umum dalam mengajukan tuntutan

c. Sebagai dasar bagi terdakwa untuk membela dirinya

d. Sebagai dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusannya

Surat dakwaan memiliki fungsi sentral dalam pemeriksaan persidangan,

karena surat dakwaan merupakan suatu rumusan dari proses penyidikan yang

dibuat dalam bentuk suatu akta guna membawa hasil penyidikan tersebut ke

dalam pemeriksaan pengadilan untuk memperoleh putusan hakim tentang

perbuatan terdakwa yang didakwakan.

Hakim pada prinsipnya tidak dapat memeriksa dan mengadili keluar dari

lingkup yang didakwakan artinya hakim harus memeriksa, mengadili dan

memutus suatu perkara pidana berdasarkan delik yang tercantum dalam surat

dakwaan.

3. Syarat-syarat surat dakwaan

Mengenai surat dakwaan telah diatur dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP,

dimana surat dakwaan haruslah diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi :

a. Syarat formil :

1) Nama lengkap,

2) tempat lahir,

3) umur atau tanggal lahir,

4) jenis kelamin,

5) kebangsaan,

6) tempat tinggal,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

13

7) agama, dan

8) pekerjaan tersangka.

b. Syarat materiil ;

1) Uraian secara cermat

Artinya surat dakwaan harus didasarkan kepada Undang-Undang yang

berlaku bagi terdakwa, dan harus memperhatikan :

a) Apakah ada pengaduan dalam hal delik khusus

b) Apakah penerapan hukumnya sudah tepat

c) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan

d) Apakah tindak pidana itu belum atau sudah daluarsa

e) Apakah nebis in idem atau tidak

2) Jelas

Artinya surat dakwaan harus merumuskan unsur-unsur dari tindak

pidana yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan

materiil/fakta yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan.

Sehingga uraian unsur delik tersebut harus dirumuskan dalam pasal yang

didakwakan dan dapat dijelaskan dalam bentuk fakta perbuatan yang

dilakukan oleh terdakwa guna dapat diketahui secara jelas apakah

terdakwa dalam melakukan tindak pidana yang didakwakan tersebut

sebagai Pelaku (dader/pleger), pelaku peserta (mededader/pleger),

penggerak (uitlokker), penyuruh (doen pleger), pembantu

(medeplichting).

3) Lengkap mengenai rumusan unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu

dilakukan

Artinya uraian surat dakwaan harus mencukupi semua unsur-

unsur yang ditentukan secara lengkap yaitu apabila perbuatan

materiilnya tidak diuraikan secara tegas dalam surat dakwaan, maka

perbuatan tersebut akan berakibat bukan merupakan tindak pidana

sebagaimana yang ditentukan di dalam Undang-Undang.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

14

4. Syarat Surat Dakwaan

Pasal 143 ayat (2) KUHAP menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi

dalam menyusun surat dakwaan, Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang

ditandatangani dan diberi tanggal. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Syarat Formal, yaitu mencakup: nama lengkap, tempat lahir, umur atau

tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan

pekerjaan tersangka (terdakwa).

b. Syarat Materiil, yaitu mencakup: uraian secara cermat, jelas dan lengakap

seksama maka dalam perbedaan itu terkandung pula persamaan.

Dengan adanya syarat pembuatan dakwaan yaitu syarat formal dan materiil,

maka kedua syarat ini harus dipenuhi dalam menyusun surat dakwaan. Akan

tetapi undang-undang sendiri membedakan kedua syarat ini berdasarkan ketentuan

Pasal 143 ayat (3), yang menegaskan surat dakwaan yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, “batal demi hukum”.

5. Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat surat dakwaan

Berbagai akibat hukum yang muncul terkait tidak terpenuhinya syarat surat

dakwaan apabila dalam surat dakwaan terdapat adanya pencampuran adukan

unsur suatu pasal tertentu dengan pasal yang lain dalam suatu surat dakwaan maka

dakwaan tersebut dinyatakan kabur atau tidak jelas (obscuur libel), contoh :

penggabungan unsur Pasal 55 KUHP dan Pasal 56 KUHP, Pasal 372 KUHP dan

Pasal 378 KUHP, Pasal 362 KUHP dan Pasal 480 KUHP.

Apabila syarat formilnya tidak terpenuhi maka surat dakwaan DAPAT

DIBATALKAN (vernietigbaar). apabila syarat materiilnya tidak terpenuhi maka

dakwaan tersebut adalah BATAL DEMI HUKUM (rechtswege nietig) (Pasal 143

ayat (3) KUHAP), dimana dianggap tidak terpenuhinya syarat materiil apabila :

a. Dakwaan kabur (obscuur libelen) yaitu karena susunannya tidak jelas atau

unsur-unsur tindak pidana yag didakwakan tidak diuraikan secara jelas atau

terjadinya pencampuran unsur-unsur tindak pidana atau tidak memuat fakta

dan keadaan secara lengkap

b. Dalam dakwaan berisi pertentangan antara satu dengan yang lainnya

c. Tidak berdasarkan rumusan atau kesimpulan dari hasil penyidikan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

15

Sehingga materi yang ada di dalam surat dakwaan harus memuat atau dapat

diketahuinya siapa yang melakukan tindak pidana (orang), kapan perbuatan

tersebut dilakukan (waktu), dimana terjadinya perbuatan tersebut (tempat), cara

bagaimana perbuatan itu dilakukan dan dengan alat apa perbuatan itu dilakukan,

apa akibat dari perbuatan tersebut dalam artian siapa yang menjadi korban atau

siapa yang dirugikan. Kesemuanya itu harus di dukung oleh bukti-bukti yang

cukup seseuai dengan ketentuang Undang-Undang.

Sedang akibat hukum tidak dipenuhinya syarat surat dakwaan menurut

ketentuan Pasal 143 ayat (3) adalah sebagai berikut:

1) Kekurangan syarat formal, tidak menyebabkan surat dakwaan batal demi

hukum.

a) Tidak dengan sendirinya batal menurut hukum, pembatalan surat dakwaan

yang diakibatkan kekurang sempurnaan syarat formal maka dapat dibatalkan,

jadi tidak batal demi hukum (van rechtswege nietig atau null and void) tapi

dapat dibatalkan atau vernietigbaar (voidable) karena sifat

kekurangsempurnaan pencantuman syarat formal dianggap bernilai imperfect

(kurang sempurna)

b) Kesalahan syarat formal tidak prinsipil sekali. Misalnya kesalahan

penyebutan umur tidak dapat dijadikan alasan untuk membatalkan surat

dakwaan. Kesalahan atau ketidak sempurnaan syarat formal dapat dibetulkan

hakim dalam putusan, sebab pembetulan syarat formal surat dakwaan, pada

pokoknya tidak menimbulkan seuatu akibat hukum yang dapat merugikan

terdakwa.

2) Kekurangan syarat materiil, mengakibatkan surat dakwaan batal demi hukum.

Jelas dilihat perbedaan diantara kedua syarat tersebut. Pada syarat formal,

kekurangan memenuhi syarat tersebut tidak mengakibatkan batalnya surat

dakwaan demi hukum, akan tetapi masih dapat dibetulkan. Sedang pada syarat

materiil, apabila syarat tersebut tidak dipenuhi surat dakwaan batal demi hukum.

Pencantuman syarat formal dan material dalam penyusunan surat

dakwaan sangat erat kaitannya dengan tujuan daripada surat dakwaan itu sendiri.

Tujuan surat dakwaan tiada lain ialah dalam proses pidana surat dakwaan itu

adalah sebagai dasar pemeriksaan sidang pengadilan, dasar pembuktian dan

tuntutan pidana dasar pembelaan diri bagi terdakwa dan merupakan dasar

Page 16: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

16

penilaian serta dasar putusan pengadilan. Kesemuanya itu guna menentukan

perbuatan apa yang telah terbukti, apakah perbuatan yang terbukti tersebut

dirumuskan dalam surat dakwaan, siapa yang terbukti bersalah melakukan

pebuatan yang di dakwakan itu.

6. Wewenang Penyusunan Surat Dakwaan

Pada prinsinya, hanya Jaksa Penuntut Umum yang berhak dan berwenang

dalam menyusun surat dakwaan, mendakwa serta menghadapkan seseorang

terdakwa kepada hakim di muka sidang pengadilan. Akan tetapi tentu terhadap

prinsip umum ini terdapat pengecualian, pada tindak pidana acara ringan dan

acara pelanggaran lalulintas jalan (Pasal 205 ayat (2) dan Pasal 212). Dalam acara

pemeriksaan tindak pidana ringan seperti yang sudah pernah dijelaskan, penyidik

atas kuasa penuntut umum menghadapkan dan mendakwa terdakwa kepada hakim

dalam sidang pengadilan (Pasal 205 ayat (2)). Demikian juga pada acara

pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan, penyidik langsung menghadapkan

terdakwa kepada hakim dalam sidang pengadilan. Namun demikian kedua

pengecualian diatas, tidak mengurangi arti prinsip bahwa hanya jaksa yang berhak

mendakwakan seseorang terdakwa yang melakukan tindak pidana kepada hakim

di muka sidang pengadilan.

7. Bentuk Dakwaan

Penyusunan surat dakwaan, kecuali harus memenuhi syarat formal (Pasal

143 ayat (3) huruf a) dan syarat materiil (Pasal 143 ayat (2) huruf b) juga terikat

dengan bentuk-bentuk surat dakwaan. Penyusunan surat dakwaan dikenal ada 5

(lima) bentuk (Anonim, 1985:24-28).

1) Tunggal

Bentuk surat dakwaan yang disusun dalam rumusan tunggal.

Surat dakwaan hanya berisi satu saja dakwaan. Umumnya perumusan

dakwaan tunggal dijumpai dalam tindak pidana yang jelas serta tidak

mengandung faktor penyertaan (mededaderschap) atau faktor

concursus maupun faktor alternatif atau faktor subsidair. Baik

pelakunya maupun tindak pidana yang dilanggar sedemikian rupa jelas

Page 17: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

17

dan sederhana, sehingga surat dakwaan cukup dirumuskan dalam

bentuk tunggal. Bentuk surat dakwaan tunggal cukup merumuskan

dakwaan dalam bentuk surat dakwaan bersifat tunggal, yakni berupa

uraian yang jelas memenuhi syarat formal dan materiil yang diatur

Pasal 143 ayat (2) KUHAP (Yahya Harahap, 2000 : 399).

Dakwaan tunggal, apabila Jaksa Penuntut Umum berpendapat dan

yakin benar bahwa:

a) Perbuatan yang dilakukan terdakwa hanya merupakan satu tindak

pidana saja;

b) Terdakwa melakukan satu perbuatan, tetapi dalam beberapa ketentuan

pidana (eendaadsche semenloop=Concursus idealis), sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) KUHP;

c) Terdakwa melakukan perbuatan yang berlanjut (voorgezette

handeling), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) KUHP.

2) Surat Dakwaan Komulatif (Bersusun)

Surat dakwaan ini dibuat apabila ada beberapa tindakan pidana yang

tidak ada hubungan antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana

yang lain (berdiri sendirisendiri) atau dianggap berdiri sendiri, yang akan

didakwakan kepada seorang terdakwa atau beberapa orang terdakwa.

Pada pokoknya surat dakwaan komulatif ini dipergunakan dalam hal

kita menghadapi seseorang yang melakukan beberapa tindak pidana atau

beberapa orang yang melakukan satu tindak pidana. Jadi surat dakwaan ini

dipergunakan dalam hal terjadinya kumulasi, baik kumulasi perbuatan

maupun kumulasi pelakunya, misalnya:

Seseorang yang melakukan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan (perampokan) dengan membawa senjata tajam dapat didakwa 2

(dua) perbuatan pidana yaitu melanggar Pasal 365 KUHP dan Pasal 2 ayat (1)

Undangundang Nomor 12/Drt/1955. Konsekuensi dari surat dakwaan dengan

bentuk kumulatif dalam persidangan harus dibuktikan semuanya satu persatu.

Apabila penuntut umum menganggap terbukti semuanya maka didalam

Page 18: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

18

membuat tuntutan pidana harus diingat Pasal 63 sampai 71 KUHP yakni

permintaan lamanya pidana paling berat adalah lamanya ancaman pidana

terberat ditambah 1/3nya (H. Sasongko dan Tjuk Suharjanto, dalam buku M.

Yahya 2000 : 393).

Dakwaan kumulasi ini dapat dibedakan atas dakwaan kumulasi

dalam penyertaan melakukan tindak pidana dan dakwaan kumulasi dalam hal

dilakukannya beberapa tindak pidana.

3) Surat Dakwaan Alternatif

Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana yang akan

didakwakan pada terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi penuntut umum

raguragu tentang pidana apa yang paling tepat untuk didakwakan sehingga

surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif bagi hakim untuk

memilikinya.

Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan dalam hal antara

kualifikasi tindak pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain

menunjukan corak atau ciri yang sama atau hampir sama, misalnya :

Pencurian atau penadahan, penipuan atau penggelapan, pembunuhan atau

penganiayaan yang mengakibatkan mati, dan lain sebagainya.

Surat dakwaan alternatif ini disebut dakwaan yang memberi

kesempatan kepada hakim memilih salah satu diantara dakwaan yang

diajukan dalam surat dakwaan, jadi bersifat dan membentuk alternative

accusation atau alternative ten las te leggeng.

Penggunaan surat dakwaan alternatif menggunakan segisegi positif

maupun segisegi negatif. Segi positifnya dengan bentuk dakwaan ini

terdakwa tidak mudah untuk lolos dari dakwaan dan pembuktiaannya lebih

sederhana karena dakwaan yang dipandang terbukti. Dakwaan ini

memberikan kelonggaran bagi hakim untuk memilih dakwaan mana yang

menurut penilaian dan keyakinannya yang dipandang telah terbukti,

sedangkan dari segi negatifnya yaitu dapat menimbulkan keraguan bagi

terdakwa untuk membela diri. Disamping itu seolaholah penuntut umum

tidak menguasai dengan pasti meteri perkara yang bersangkutan. Kadang-

kadang dengan alasan itu terdakwa/penasehat hukum mengajukan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

19

keberatannya dengan alasan dakwaan alternatif, pada dasarnya bertitik tolak

dari pemikiran atau perkiraan, maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

adalah sebagai berikut:

a) Untuk menghindari pelaku terlepas dari pertanggungjawaban Hukum

Pidana (crime liabiality).

b) Memberi pilihan kepada hakim menerapkan hukum yang lebih tepat.

Dengan bentuk dakwaan alternatif.

c) Hakim tidak terkait secara mutlak kepada salah satu dakwaan saja.

Apabila terdakwa terlepas dari dakwaan yang satu, hakim masih bisa

beralih memeriksa dan mempertimbangkan dakwaan berikutnya.

Konsekuensi dari surat dakwaan alternatif adalah jika salah satu tindak

pidana sudah terbukti maka tindak pidana lainnya dikesampingkan

(M.Yahya Harahap, 2000:389390).

4) Surat Dakwaan Gabungan (Kombinasi)

Bentuk surat dakwaan kombinasi atau gabungan merupakan

perkembangan praktek dalam penyusunan surat dakwaan.“Surat dakwaan ini

dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam praktek penuntutan agar terdakwa

tidak lepas atau bebas dari dakwaan, yakni karena kompleknya masalah yang

dihadapi penuntut umum”. Dalam menyusun surat dakwaan ini haruslah yang

dihadapi penuntut umum. Dalam penyusunan surat dakwaan ini haruslah

diperhitungkan dengan masakmasak oleh penuntut umum tentang tindak

pidana yang akan didakwakan serta harus diketahui konsekuensi di dalam

pembuktian dan penyusunan tuntutan pidana berdasarkan surat dakwaan yang

dibuat. (Hari Sansongko dan Tjuk Suharjanto, dalam buku M. Yahya, 2000 :

392).

Dakwaan kombinasi ini sering juga disebut sebagai dakwaan

gabungan, ini disebabkan karena dalam dakwaan ini terdapat beberapa

dakwaan yang merupakan gabungan dari dakwaan yang bersifat alternatif

maupun dakwaan yang bersifat subsidiair. Dakwaan bentuk ini dipergunakan

dalam hal terjadinya kumulasi dari pada tindak pidana yang didakwakan.

Contoh bentuk susunan surat dakwaan kombinasi adalah sebagai berikut:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

20

Kesatu : Melanggar Pasal 340 KUHP, subsidiar melanggar Pasal

355 KUHP, lebih subsidiar melanggar Pasal 353 KUHP

Kedua : Primer melangar Pasal 363 KUHP, atau subsidiar

melanggar Pasal 362 KUHP.

Ketiga : Melanggar Pasal 285 KUHP

Pembuktian dakwaan kombinasi ini dilakukan terhadap setiap lapisan

dakwaan. Jadi setiap lapisan dakwaan harus ada tindak pidana yang

dibuktikan. Pembuktian pada setiap lapisan dakwaan tersebut dilaksanakan

sesuai dengan bentuk lapisannya, apabila lapisannya bersifat subsidiar, maka

pembuktian dilakukan secara berurut mulai dari lapisan teratas sampai

kepada lapisan yang dipandang terbukti. Apabila lapisannya terdiri dari

lapisan-lapisan yang bersifat alternatif, maka pembuktian dakwaan pada

lapisan yang bersangkutan langsung dilakukan terhadap dakwaan yang

dipandang terbukti

5) Surat Dakwaan Subsidiair

Bentuk surat dakwaan subsidiair bentuk dakwaan yang terdiri dari

dua atau beberapa dakwaan yang disusun secara berurutan, mulai dari

dakwaandakwaan tindak pidana yang terberat sampai kepada tindak pidana

yang teringan. Pembuatan surat dakwaan subsidiair dalam praktek sering

dikacaukan dengan pembuatan surat dakwaan alternatif. Dalam pembuatan

surat dakwaan alternatif, penuntut umum raguragu tentang jenis tindak

pidana yang akan didakwakan terhadap terdakwa, karena faktafakta dari

berita acara pemeriksaan penyidikan kurang jelas terungkap jenis tindak

pidananya. Sedangkan dalam dakwaan subsidiair penuntut umum tidak ragu

tentang jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah

kualifikasi dari tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat atau

kualifikasi ringan. Contoh penyusunan dakwaan subsidiair adalah sebagai

berikut:

Primer : Melanggar Pasal 340 KUHP (pembunuhan

berencana).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

21

Subsidiair : Melanggar Pasal 338 KUHP (pembunuhan

biasa)

Lebih Subsidiair : Melanggar Pasal 355 KUHP (penganiayaan

berat yang mengakibatkan mati)

Lebih Subsidiair lagi : Melanggar Pasal 353 KUHP

(penganiayaan berencana yang mengakibatkan

mati)

Lebih-lebih Subsidiar lagi : Melanggar Pasal 351 ayat 3

KUHP (penganiayaan biasa yang

mengakibatkan mati).

Sebagai konsekuensi bila dakwaan dibuat secara subsidiair, maka

dakwaan primair. Bila tidak terbukti diteruskan dengan dakwaan

penggantinya (Subsidiair) dan seterusnya. Bila dakwaan utamanya tidak

terbukti maka harus dikesampingkan dan dakwaan pengganti dibuktikan.

Begitu pula sebaliknya bila dakwaan utama sudah terbukti maka dakwaan

penggantinya harus dikesampingkan. Pada lazimnya ditinjau dari teori dan

praktek bentuk dakwaan subsidiair diajukan apabila peristiwa tindak pidana

yang terjadi menimbulkan suatu akibat, dan akibat yang timbul itu meliputi

atau bertitik singgung dengan beberapa ketentuan pasal pidana yang saling

berdekatan cara melakukan tindak pidana tersebut (M.Yahya Harahap,

2000:391)

b. Tinjauan Penuntut Umum

1. Pengertian Penuntut Umum

Pengertian tentang Penuntut Umum tertuang dalam Pasal 1 angka 6

KUHAP yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini

untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

22

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Undang-undang Nomor 16

Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) yang disebut Penuntut Umum adalah jaksa

yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan

dan melaksanakan penetapan hakim.

2. Tugas dan Kewenangan Penuntut Umum

Penuntut umum mempunyai tugas dan kewenangan yang sangat penting

dalam suatu perkara pidana, mulai perkara diungkap sampai akhir pemeriksaan

selesai dan demi kepentingan hukum pihak-pihak yang bersangkutan. Di mana

tugas dan kewenangannya adalah sebagai berikut:

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau

penyidik pembantu.

b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan

memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP, dengan

memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.

c. Membuat surat dakwaan.

d. Melimpahkan perkara pidana ke pengadilan.

e. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan

waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada

terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah

ditentukan.

f. Melakukan penuntutan.

g. Menutup perkara demi kepentingan hukum. Mengadakan tindakan lain dalam

lingkup dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan

undang-undang ini.

h. Melaksanakan penetapan hakim (Pasal 14 KUHAP).

c. Tindak Pidana Pemerasan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

23

1. Pengertian Tindak Pidana

Menurut Adami Chazawi, (2002:67) Tindak Pidana dapat dikatakan

berupa istilah resmi dalamperundang-undangan negara kita. Dalam hampir

seluruh perundangundangan kita menggunakan istilah tindak pidana untuk

merumuskasuatu tindakan yang dapat diancam dengan suatu pidana tertentu.

Menurut Wirjono Projodikoro (1986:55) bahwa istilah tindak pidana

berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu

strafbaarfeit. Oleh pakar hukum pidana bahwa tindak pidana dalam

penggunanya yaitu delik, sedangkan oleh para pembuat undang-undang

menggunakan istilah perbuatan tindak pidana.

Terhadap perbuatan tindak pidana dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

bentuk yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan menunjuk suatu perbuatan

yang menurut nilai-nilai kemasyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela,

meskipun tidak diatur secara tertulis dalam ketentuan undang-undang sedangkan

pelanggaran mengarah pada perbuatan yang oleh masyarakat bukan sebagai

perbuatan tercela dan sifatnya terlarang setelah perbuatan itu dinyatakan dalam

undang-undang (Moelyatno, 2002: 18)

2. Tindak Pidana Pemerasan

Tindak pidana pemerasan biasa pula disebut sebagai tindak pidana

pengancaman. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 368 KUHP:

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau

sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun

menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling

lama 9 tahun.

Menurut R. Soesilo (1995:256) unsur-unsur yang ada dalam pasal ini

adalah sebagai berikut:

a. Memaksa orang lain;

Page 24: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

24

b. Untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk

kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau membuat utang

atau menghapuskan piutang;

c. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

melawan hak;

d. Memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman kekerasan.

Memaksa yang dimaksud disini adalah melakukan tekanan kepada

orang, sehingga orang tersebut mellakukan sesuatu yang berlawanan dengan

kehendak sendiri. Memaska disini juga termasuk jika orang yang berada dalam

tekanan menyerahkan barangnya sendiri.

Definisi memaksa dapat dilihat dalam Pasal 89 yang berbunyi : “ yang

disamakan melalui kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak

berdaya lagi (lemah) ”.

Menurut Soesilo (1995;98) yang dimaksud dengan kekerasan disni

adalah menggunakan kekuatan jasmani dan kekuatan jasmani ini penggunaannya

tidak kecil. Kekerasan dalam pasal ini termasuk didalamnya adalah memukul

dengan tangan, menendang dan sebagainya.

Unsur ini mensyaratkan bahwa dengan adanya kekerasan atau ancaman

kekerasan ini, pemilik barang menyerahkan barang tersebut kepada pelaku.

Penggunaan kekerasan ini harus berdasarkan niat agar pemilik barang

menyerahkan barangnya.

Menurut Andi Hamzah (2009;89) maksud untuk menggunakan

kekerasan atau ancaman kekerasan ini adalah menguntungkan diri sendiri atau

orang lain merupakan tujuan terdekat dari penggunaan kekerasan tersebut.

Adapun beberapa pendapat para pakar dalam memberiikan pandangan

mengenai pengertian dari melawan hukum itu sendiri sebagaimana yang

dikemukakan oleh Simons dalam E.Y. Kanter dan S.R.

Sianturi (2002:143) bahwa sebagai pengertian dari bersifat melawan

hukum adalah bertentangan dengan hukum pada umumnya. Pandangan Pompe

Page 25: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

25

terkait dengan pengertian melawan hukum dalam E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi

(2002:143) mempersamakan “ tindakan yang tidak sesuai dengan hukum ”

dengan “ bersifat melawan hukum “. Pendapat lain dari pakar yakni

sebagaimana yang dikemukakan Moeljatno dan Roeslan Saleh dalam E.Y.

Kanter dan S.R. Sianturi (2002:143) mengemukakan bahwa lebih cenderung

pada pendapat bahwa bersifat melawan hukum harus diartikan dengan

bertentangan dengan hukum.

Dari beberbagai pandangan para pakar dalam memberikan pengertian

terhadap melawan hukum maka dapat disimpulkan bahwa bersifat melawan

hukum, berarti bertentangan dengan hukum, atau tidak sesuai dengan larangan

atau keharusan hukum, atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh

hukum (hukum positif yang berlaku).

d. Tinjauan Umum Terhadap Penyertaan

1. Pengertian Penyertaan (Deelneming)

Kata deelneming berasal dari bahasa Belanda dari kata deenemen yang

berarti menyertai dan deelneming diartikan sebagai penyertaan, dalam hukum

pidana sering terjadi suatu tindak pidana dilakukan lebih dari satu orang.

Menurut Satochid Kartanegara (Leden Marpaung 2008:77) deelneming

berarti apabila satu tindak pidana tersangkut beberapa orang atau lebih dari satu

orang. Pengertian ini dibantah oleh Leden Marpaung (2008:77) yang

mengatakan bahwa orang-oarang tersebut haruslah mampu bertanggung jawab.

Menurut Leden Marpaung (2008:77) deelneming memiliki dua sifat

yaitu deelneming yang bersifat berdiri sendiri yaitu pertanggungjawaban dari

setiap pelaku dihargai sendiri-sendiri dan deelneming yang yang tidak beridiri

sendiri yaitu pertanggungjwaban dari pelaku digantungkan pada perbuatan

pelaku lainnya.

Didalam KUHP deelneming diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP

berikut :

Page 26: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

26

Pasal 55 KUHP

a. Dihukum sebagai pelaku tindak pidana

1) Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan

perbuatan itu;

2) Mereka yang memberi, menjanjikan sesuatu, salah memakai kekuasaan

atau martabat dengan kekerasan, paksaan atau ancaman atau penyesatan

atau memberikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan, sengaja membujuk

supaya perbuatan itu dilakukan.

b. Tentang orang-orang yang disebutkan belakangan, hanyalah perbuatan yang

dibujuk dengan sengaja yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Pasal 56 KUHP:

Sebagai pembantu melakukan kejahatan dihukum :

a. Mereka dengan sengaja membantu waktu kejahatan dilakukan

b. Mereka dengan sengaja memberiikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan

untuk melakukan kejahatan.

Pada Pasal 55 dan 56 KUHP tersebut diatas dapat dijumpai lima peran

pelaku yaitu :

a. Orang yang melakukan (dader)

b. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)

c. Orang yang turut melakukan (medepleger)

d. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)

e. Orang yang membantu melakukan (medeplichtige)

2. Bentuk-bentuk Penyertaan

1) Orang yang melakukan (dader)

Page 27: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

27

Dader dalam bahasa Belanda berarti pembuat. Kata dader berasal dari

kata daad yang berarti membuat. Sedangkan dalam bahasa Inggris pelaku

disebut dengan doer.

Menurut Leden Marpaung (2008:78) yang dimaksud dengan pelaku

adalah orang yang memenuhi semua unsur tindak pidana yang diatur dalam

undang-undang. Pelaku dapat diketahui dari jenis tindak pidana yaitu :

a) Tindak pidana formil, pelakunya adalah orang yang memenuhi perumusan

tindak pidana dalam undang-undang;

b) Tindak pidana materiil, pelaku yaitu orang yang menimbulkan akibat yang

dilarang dalam perumusan tindak pidana;

c) Tindak pidana yang memuat unsur kualitas atau kedudukan, pelakunya

adalah orang yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas sebagaimana

yang dirumuskan.

Secara umum orang yang melakukan dapat didefinisikan sebagai orang

yang memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang dirumuskan didalam undang-

undang.

2) Orang yang menyuruh melakukan (Doenpleger)

Orang yang menyuruh melakukan berarti orang yang berniat atau

berkehendak untuk melakukan suatu tindak pidana namun tidak melakukannya

sendiri, tetapi melaksanakan niatnya dengan menyuruh orang yang tidak mampu

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Orang yang disuruh melakukan

disebut manus manistra.

Orang yang disuruh melakukan perbuatan tersebut atau manus manistra

tidak dapat dimintai pertanggungjwaban atas perbuatan yang disuruhkan tersebut

sehingga tidak dapat dihukum. Hal ini sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah

Agung Putusan Nomor 137 K/ Kr/ 1956 tanggal 1 Desember 1956.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang hanya dapat

dikatakan sebagai orang yang menyuruh melakukan apabila orang yang disuruh

adalah orang yang tidak dapat bertanggungjwab atas perbuatan yang disuruhkan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

28

3) Orang yang turut melakukan (medeplager)

Orang yang turut melakukan atau orang yang secara bersama-sama

melakukan suatu tindak pidana haruslah memenuhi dua unsur berikut :

a) Harus ada kerjasama;

b) Harus ada kesadaran kerjasama.

Setiap orang yang sadar untuk melakukan suatu tindak pidana atau

kejahatan secara bersama-sama, bertanggung jawab atas segala akibat yang

timbul dari ruang lingkup kerjasamanya. Artinya jika salah seorang pelaku

melakukan tindak pidana yang berada diluar ruang lingkup tindak pidana maka

pelaku tersebut mempertanggung-jwabkan perbuatannya sendiri.

4) Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)

Menurut Laden Marpaung (2008;85) unsur-unsur yang ada didalam

uitlokker yaitu :

a) Kesengajaan pembujuk ditujukan kepada dilakukannya delik atau

tindak pidana tertentu oleh yang dibujuk.

b) Membujuk dengan cara yang ditentukan dalam Pasal 55 ayat (1) sub

dua KUHP yaitu dengan pemberian, perjanjian, salah memakai

kekuasaan, menyalah gunakan kekuasaan, kekerasan, ancaman, tipu

daya, dan memberiikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan.

c) Orang yang dibujuk sungguh-sungguh telah terbujuk untuk melakukan

tindak pidana tertentu

d) Orang yang terbujuk benar-benar melakukan tindak pidana, atau

setidak-tidaknya percobaan atau poging.

5) Membantu (Medeplichtgheid)

Membantu bersifat memberikan bantuan atau memberiikan sokongan

kepada pelaku. Berarti orang yang membantu tidak melakukan tindak pidana

hanya memberiikan kemudahan bagi pelaku.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

29

Unsur membantu dalam hal ini memiliki dua unsur yaitu unsur objektif

yang terpenuhi apabila perbuatannya tersebut memang dimaksudkan untuk

memudahkan terjadinya suatu tindak pidana. Kemudian unsur subjektif

terpenuhi apabila pelaku mengetahui dengan pasti bahwa perbuatannya tersebut

dapat mempermudah terjadinya tindak pidana.

2. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Kerangka di atas menjelaskan alur penulis dalam memberikan jawaban

atas permasalahan dalam penulisan hukum. Alur berpikir dimulai dari adanya

Tindak Pidana

Pemerasan

Penyusunan

Surat Dakwaan

Penyatuan Para

Terdakwa

Putusan

Sidang

Implikasi

Yuridis

Efektifitas Waktu

dan Biaya

Efektifitas Proses

Penyidangan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

30

tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh beberapa orang yang telah diputus

oleh Pengadilan Negeri Boyolali pada Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl.

Proses penyusunan surat dakwaan oleh Penuntut Umum dilakukan

dengan menggabungkan para terdakwa dengan pertimbangan bahwa para

terdakwa telah melakukan satu tindak pidana pemerasan secara bersama. Terkait

dasar pertimbangan yang penuntut umum gunakan adalah agar efektif dan

efisien dalam pembuatan surat tuntutan.

Penggabungan para terdakwa dalam satu surat dakwaan tersebut

oleh penuntut umum dilakukan karena biaya yang digunakan lebih murah.

Dalam proses persidangan kasus tersebut berjalan tanpa adanya suatu

permasalahan terkait adanya penggabungan para terdakwa dalam satu

surat dakwaan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

34

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Penyatuan Beberapa Terdakwa Dalam Satu Berkas Dakwaan Pada

Putusan Perkara Pemerasan Nomor: 89/Pid.B/2014/ PN.Byl Berdasarkan KUHAP

1. Identitas Terdakwa

Identitas para terdakwa tindak pidana pemerasan, seperti yang tercantum dalam

Putusan perkara Nomor 89/Pid.B/2014/ PN.Byl adalah sebagai berikut :

b. Terdakwa I

Nama lengkap : Wachyu Nugroho Bin Aliman;

Tempat lahir : Cimahi;

Umur/tanggal lahir : 33 Tahun/03 Oktober 1981;

Jenis kelamin : laki-laki

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Dukuh Blulukan II RT.001/006 Blulukan

Colomadu, Kabupaten Karanganyar;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Swasta;

c. Terdakwa II

Nama lengkap : Sukisno Alias Ciu ;

Tempat lahir : Boyolali;

Umur/tanggal lahir : 27 Tahun /26 Desember 1987

Jenis kelamin : Laki-laki

Page 32: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

35

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Dukuh Kemel RT.03/09 Kedunglengkong,

Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Swasta;

d. Terdakwa III

Nama lengkap : Sri Wahyuni Alias Leni;

Tempat lahir : Kediri;

Umur/tanggal lahir : 25 Tahun/01 Pebuari 01 Pebuari 1989;

Jenis kelamin : Perempuan;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Kampung Gandekan RT. 04/01 Gendekan,

Kecamatan Jebres, Kota Surakarta;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Swasta;

2. Posisi Kasus

Bahwa para terdakwa I Wachyu Nugroho bin Aliman, terdakwa II. Sukisno

alias Ciu, terdakwa III. Sri Wahyuni alias Leni bersama-sama dengan sdr. Totok

Wahyudianto (melarikan diri dan belum tertangkap) pada hari Selasa tanggal 28

Januari 2014 sekira jam 15.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam

tahun 2014 bertempat di pinggir jalan raya Andong – Klego, Kec. Klego, Kab.

Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Boyolali, telah melakukan perbuatan dengan maksud

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa

seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang

Page 33: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

36

sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain

atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, perbuatan tersebut

dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, yakni dilakukan dengan

perbuatan atau cara – cara antara lain sebagai berikut :

Page 34: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

37

a. Terdakwa I Wachyu Nugroho Bin Aliman;

Bahwa pada Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2014, sekira Pukul 15 .00

WIB, di tepi jalan raya Andong-Klego Boyolali. Awal mula kejadian ketika

terdakwa diajak oleh Wahyu (melarikan diri) untuk mengendarai sepeda motor,

dari Solo Terdakwa Membonceng tardakwa Sri, dan Wahyu (melarikan diri)

berboncengan dengan Terdakwa Sukisno. Sesampai di Jl. Andong-Kelego para

terdakwa melihat anak kecil menggendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z yang

tidak ada plat nomornya. Kemudian penggendara sepeda motor tersebut terdakwa

minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta agar pengendara sepeda

motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata pengendara sepeda motor

tersebut tidak membawa STNK kendaraanya. Terdakwa menggaku sebagai

petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor yang bermasalah, dan

kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan saksi korban dibonceng

oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa Bade. Ketika para

terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para terdakwa menggunakan

Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK). Para terdakwa tidak

merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya, terdakwa melakukan perbuatan

ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak menarik motor. Ketika

Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap melakukan penarikan

motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat perintah. Bahwa sepeda

motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan dijual dengan

harga Rp.1.900.000,- masing masing terdakwa mendapat bagian Rp.400.000,-

dan sisanya untuk oprasional. Bahwa terdakwa sudah menikmati hasil perbuatan

terdakwa.

b. Terdakwa II Sukisno Alias Ciu;

Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Hari Selasa Tanggal 28 Februari

2014, sekira Pukul 15 .00 WIB, di tepi jalan raya Andong-Klego Boyolali. Awal

mula kejadian ketika terdakwa diajak oleh Wahyu (melarikan diri) untuk

mengendarai sepeda motor, dari Solo Terdakwa Membonceng tardakwa Sri, dan

Wahyu (melarikan diri) berboncengan denggan Terdakwa Sukisno. Sesampai di

Jl. Andong-Kelego para terdakwa melihat anak kecil menggendarai sepeda motor

Yamaha Jupiter Z yang tidak ada plat nomornya. Kemudian penggendara sepeda

Page 35: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

38

motor tersebut terdakwa minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta

agar pengendara sepeda motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata

pengendara sepeda motor tersebut tidak membawa STNK kendaraanya.

Terdakwa menggaku sebagai petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor

yang bermasalah, dan kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan

saksi korban dibonceng oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa

Bade. Ketika para terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para

terdakwa menggunakan Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan

(BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya,

terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak

menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap

melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat

perintah. Sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan

dijual dengan harga Rp.1.900.000, masing masing terdakwa mendapat bagian

Rp.400.000,- dan sisanya untuk oprasional dan ahwa terdakwa sudah menikmati

hasil perbuatan terdakwa.

c. Terdakwa III Sri Wahyuni Alias Leni

Peristiwa tersebut terjadi pada Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2014,

sekira Pukul 15 .00 WIB, di tepi jalan raya Andong-Klego Boyolali. Awal mula

kejadian ketika terdakwa diajak oleh Wahyu (melarikan diri) untuk mengendarai

sepeda motor, dari Solo Terdakwa Membonceng tardakwa Sri, dan Wahyu

(melarikan diri) berboncengan denggan Terdakwa Sukisno, kemudian sesampai

di Jl. Andong-Kelego para terdakwa melihat anak kecil menggendarai sepeda

motor Yamaha Jupiter Z yang tidak ada plat nomornya. Penggendara sepeda

motor tersebut terdakwa minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta

agar pengendara sepeda motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata

pengendara sepeda motor tersebut tidak membawa STNK kendaraanya.

Terdakwa menggaku sebagai petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor

yang bermasalah, dan kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan

saksi korban dibonceng oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa

Bade, Ketika para terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para

terdakwa menggunakan Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

39

(BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya,

terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak

menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap

melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat

perintah. Sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan

dijual dengan harga Rp.1.900.000,- dan masing masing terdakwa mendapat

bagian Rp.400.000,- sisanya untuk oprasional dan terdakwa sudah menikmati

hasil perbuatan terdakwa.

3. Dakwaan Penuntut Umum

Hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai dakwaan penuntut

umum adalah dakwaan tunggal. Dakwaan tunggal, yaitu dakwaan-nya hanya

satu/tunggal dan tindak pidana yang digunakan apabila berdasarkan hasil penelitian

terhadap materi perkara hanya satu tindak pidana saja yang dapat didakwakan. Dalam

dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan saja, tanpa diikuti dengan

dakwaan-dakwaan lain. Dalam menyusun surat dakwaan tersebut tidak terdapat

kemungkinan-kemungkinan alternatif, atau kemungkinan untuk merumuskan tindak

pidana lain sebagai penggantinya, maupun kemungkinan untuk mengkumulasikan

atau mengkombinasikan tindak pidana dalam surat dakwaan. Penyusunan surat

dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu sederhana dalam perumusannya dan

sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan hukumnya.

Terkait dakwaan tunggal yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum

didasarkan pada pertimbangan :

a. Bahwa awalnya para terdakwa dan sdr. Totok Wahyudianto berembug untuk

melakukan kejahatan, setelah mereka berempat sepakat untuk melakukan

kejahatan mereka selanjutnya para terdakwa dan sdr. Totok Wahyudianto

berboncengan menuju ke tempat kejahatan yang sudah disepakati yaitu terdakwa

I. Wachyu Nugroho Bin Aliman berboncengan dengan terdakwa III. Sri Wahyuni

alias Leni dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Soul GT milik

terdakwa Sukisno alias Ciu Bin Suwarno sedangkan terdakwa II. Sukisno alias

Ciu bin Suwarno berboncengan dengan sdr. Totok Wahyudianto dengan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

40

menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Sporty warna hitam menuju ke daerah

jalan raya Andong-Klego Kab. Boyolali;

d. Bahwa sesampainya di pinggir jalan raya Andong-Klego Kab. Boyolali para

terdakwa dan sdr. Totok Wahyudianto menunggu orang yang akan dijadikan

sebagai sasaran yaitu orang yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan

plat nomor;

e. Bahwa tidak berapa lama kemudian saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya lewat

di tempat para terdakwa dan saksi Totok Wahyudianto, dengan menggunakan

sepeda motor Yamaha Jupiter Z tahun 2004, warna orange Nopol: AD-5275-EA ,

yang pada waktu itu kendaraan yang dikendarai oleh saksi korban Muh. Irfan

Bayu Prasetya tidak menggunakan plat nomor;

f. Bahwa mengetahui sepeda motor yang dikendarai oleh saksi korban Muh. Irfan

Bayu Prasetya tidak menggunakan plat nomor, lalu terdakwa I. Wachyu Nugroho

Bin Aliman dan terdakwa II. Sukisno alias Ciu Bin Suwarno langsung

menghadang saksi korban, sedangkan terdakwa III. Sri Wahyuni alias Leni dan

sdr. Totok Wahyudianto mengawasi dari kejauhan, kemudian terdakwa I.

Wachyu Nugroho Bin Aliman dan terdakwa III. Sukisno alias Ciu Bin Suwarno

langsung menghentikan secara mendadak sepeda motor saksi korban dengan cara

terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Aliman dan terdakwa II. Sukisno alias Ciu Bin

Suwarno langsung berhenti di depan sepeda motor saksi korban kemudian

thothok lampu sepeda motor saksi korban ditahan dengan tangan terdakwa

kemudian saksi korban ditakut-takuti oleh para terdakwa dengan cara mengaku

sebagai anggota Polisi gabungan dari Boyolali dan para terdakwa mengatakan

kalau sepeda motor saksi korban sedang bermasalah, kemudian saksi korban juga

diberi selembar surat yang kata para terdakwa sebagai bukti untuk meyakinkan

saksi korban kalau sepeda motornya bermasalah ;

g. Bahwa karena saksi korban merasa takut kepada para terdakwa, kemudian saksi

korban menyerahkan sepeda motornya kepada para terdakwa, selanjutnya saksi

korban diantar oleh para terdakwa untuk ke pos ojek sedangkan sepeda motor

hasil kejahatan mereka dibawa oleh terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman

Page 38: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

41

untuk dijual kepada sdr. Sentot (DPO) dan laku sebesar Rp. 1.900.000,- (satu juta

Sembilan ratus ribu rupiah);

h. Bahwa uang hasil penjualan tersebut selanjutnya dibagi rata masing-masing

mendapat bagian Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) sedangkan sisanya yang

Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) digunakan untuk biaya operasional;

Berdasarkan hasil penelitian terhadap materi perkara ini, bentuk dakwaan

yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini adalah dakwaan tunggal.

Dalam dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan saja, tanpa diikuti dengan

dakwaan-dakwaan lain. Yaitu terdakwa didakwa melanggar pasal 368 KUHP ayat (1)

KUHP jo Pasal 365 ayat (2) ke-2. Dengan dakwaan Penuntut Umum, hukuman

pidana penjara 9 bulan. Fakta-fakta tersebut adalah, para terdakwa telah terbukti

melakukan tindak pidana pemerasan, yaitu Muh. Irfan Bayu Prasetya, dalam hal ini

ialah 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange

tahun 2004;- Dikembalikan kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya dan 1

(satu) Sepeda Motor Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;- Dikembalikan

kepada saksi Eni Puji Lestari;

Namun sebenarnya dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dapat

juga dilakukan dengan dakwaan kumulatif. Hal ini mengingat bahwa penyatuan

beberapa terdakwa dalam Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl melibatkan

beberapa terdakwa seperti yang dimaksud dalam Pasal 141 KUHAP. Selain itu

tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum sudah dilakukan secara cermat,

jelas dan lengkap dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan dan

dapatdikaitkan dengan fakta perbuatan para terdakwa yang dilengkapi dengan uraian

tentang waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana.

Selain itu rumusan tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut

Umum sudah dirumuskan secara terperinci peran para terdakwa masing-masing atau

secara bersama-sama dalam mewujudkan tindak pidana tersebut. Pada bagian akhir

surat dakwaan, Jaksa Penuntut Umum juga telah menguraikan secara rinci pasal-

pasal yang mengatur tindak pidana dan kualifikasi peran para terdakwa.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

42

Page 40: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

43

4. Tuntutan Penuntut Umum

Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana yang dibacakan di persidangan

yang pada pokoknya supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Boyolali yang

memeriksa dan mengadili perkara ini menjatuhkan putusan sebagai berikut :

a. Menyatakan para terdakwa masing-masing terbukti bersalah melakukan tindak

pidana “Pemerasan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368

ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP;

b. Menjatuhkan pidana kepada para terdakwa masing-masing dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi selama para terdakwa ditahan dengan

perintah tetap ditahan;

c. Menyatakan barang bukti berupa :

1) 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange

tahun 2004;- Dikembalikan kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya;

2) 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;-

Dikembalikan kepada saksi Eni Puji Lestari;

3) Fotokopi BASTK ( Berita Acara Serah Terima Kendaraan)

d. Menetapkan supaya para terdakwa masing-masing dibebani membayar biaya

perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

5. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Hakim terkait tuntutan Jaksa terhadap para terdakwa pelaku

tindak pemerasan di atas adalah sebagai berikut :

Menimbang, bahwa para terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum

dengan dakwaan Tunggal, maka Majelis Hakim akan langgsung mempertimbangkan

dakwaan Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365

ayat 2 Ke (2) KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

a. Unsur Barang Siapa;

b. Dengan Maksud Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Secara Melawan

Hukum;

Page 41: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

44

c. Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk

Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang

Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang;-

d. Perbuatan Tersebut Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu;

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut:

a. Unsur “Barang Siapa”;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “Barang siapa” adalah unsur

yang menunjuk pada subyek hukum atau pelaku dari suatu tindak pidana yang

mampu bertanggung jawab dan/dapat mempertanggung-jawabkan perbuatannya

karena pada hakekatnya subyek hukum mempunyai hak dan kewajiban yang

dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya;

Menimbang, bahwa apakah orang sebagai subyek hukum tersebut adalah

Para Terdakwa haruslah dibuktikan terlebih dahulu mengenai adanya perbuatan

akibat dari tindak pidana yang terjadi;

Menimbang, dalam perkara ini Para Terdakwa “Wachyu Nugroho Bin

Aliman, Sukisno Alias Ciu, Sri Wahyuni alias Leni” sebagai subyek hukum

selama persidangan dapat menjawab dengan baik segala sesuatu yang berkaitan

dengan Dakwaan yang diajukan kepadanya, dengan demikian para Terdakwa

adalah Subyek Hukum yang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya ;

Bahwa dengan demikian Hakim mempertimbangkan dan memutuskan

bahwa unsur “Barang siapa” telah terpenuhi;

b. Unsur ”Dengan Maksud Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Secara

Melawan Hukum”;

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan Menguntungkan Diri Sendiri

Atau Orang Lain adalah dengan dilakukanya perbuatan tersebut maka si pelaku

akan memperoleh manfaat dari perbuatanya tersebut, baik untuk diri pelaku

ataupun orang lain ;

Page 42: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

45

Menimbang bahwa makna kata secara melawan hukum artinya adalah

melawan hak atau tidak berhak atau bertentangan dengan hukum; Menimbang,

bahwa perbuatan secara melawan hukum harus dengan tegas dibuktikan. Pelaku

melakukan perbuatan itu tanpa hak/kekuasaan. Jika digabung dari perbuatan

pelaku tidak dapat menunjukan suatu ketentuan hukum yang berlaku bagi

dasarnya bahwa ia sah memiliki barang tersebut;

Menimbang bahwa dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa

Baik itu terdakwa I, Terdakwa II, Terdakwa III masing masing tidak ada yang

memiliki alasan yang sah menurut hukum untuk memiliki atau menguasai sepeda

motor saksi korban, perbuatan para terdakwa selaku pihak yang tidak memiliki

hak untuk menguasai sepeda motor saksi korban, mengambil dengan cara

melawan hak yakni dengan cara melakukan tipu muslihat seolah olah sepeda

motor saksi korban adalah sepeda motor yang akan ditarik oleh dealer karena

tidak membayar angsuran kredit, dan para terdakwa juga mengaku ngaku sebagai

petugas polisi pada saat menggambil sepeda motor saksi korban;

c. Unsur ”Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan

Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan

Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ”;

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan memaksa disini adalah

melakukan tekanan pada seseorang sedemikian rupa, sehingga orang itu mau

melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri. Sedangkan

pengertian barang adalah semua benda yang berwujud , baik begerak maupun

tidak begerak, selain itu benda benda yang bernilai uang pada benda benda yang

tidak bernilai uang, asal bertentangan dengan pemiliknya (melawan hukum), juga

dapat dimaknai yang sama;

Menimbang bahwa barang tersebut haruslah sebagian atau seluruhnya

harus milik orang lain. Mengambil barang yang tidak dimiliki seeorang tidak

dapat dikenakan dengan pasal ini;

Menimbang bahwa dalam persidangan terungakap Para terdakwa secara

terarah telah memilih saksi korban yang dengan sadar mereka ketahui adalah

anak yang masih dibawah umur, adapun tujuan para terdakwa tersebut memilih

Page 43: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

46

saksi korban dalam perbuatan merampas barang yang berupa sepeda motor yang

saat kejadian dikendarai oleh saksi korban tanpa plat nomor. Dengan alasan

bahwa para terdakwa adalah petugas polisi para terdakwa berhasil menakut

nakuti saksi korban dan menggambil motor yang dikendarai saksi korban, hingga

berada dalam kekuasaan para terdakwa. Setelah motor milik saksi korban berada

dalam pengguasaan para terdakwa, para terdakwa menyerahkan selembar kertas

dan meminta saksi korban untuk mengambil motornya tersebut di kantor polisi;

Menimbang bahwa berdasarkan urayan di atas Unsur ” Memaksa

Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan

Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau

Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ” telah terpenuhi;

d. Unsur ”Perbuatan Tersebut Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan

Bersekutu”; -

Menimbang bahwa uraian dari unsur Pencurian Dilakukan Oleh Dua

Orang Atau Lebih, dalam hal ini kedua orang atau lebih tersebut harus bertindak

sedagai pembuat atau turut melakukan;

Menimbang bahwa dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa

dalam melakukan aksinya mengambil sepeda motor milik saksi korban, sangatlah

tertata masing masing Terdakwa telah memiliki tugas yang jelas, sehingga

perbuatan terdakwa tersebut dapat terlaksana dengan baik; Bahwa para terdakwa

ada yang bertugas menyediakan motor sebagai fasilitas untuk melaksanakan

aksinya, ada yang bertugas menghentikan korban, ada yang bertugas

menyediakan kertas Foto Copy BASTKB, dan ada juga yang bertugas

mengawasi keadaan atau situasi;

Menimbang bahwa degan demikian Unsur Unsur Pencurian Dilakukan

Oleh Dua Orang Atau Lebih telah terpenuhi; Menimbang, bahwa oleh karena

semua unsur dari Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365 ayat 2 Ke (2) KUHP,

telah terpenuhi, maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana di dakwakan dalam dakwaan

tunggal Penuntut Umum;- Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis

Page 44: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

47

Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban

pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa

harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab,

maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap terdakwa telah dikenakan

penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan

tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan

terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar

terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan

untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut;

1) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol AD 5275 EA Hitam

Orange Tahun 2004, barang bukti tersebut yang telah disita dari saksi Muh

Irfan Bayu Prasetya maka akan dikembalikan dari mana bukti tersebut disita

;

2) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul GT Nopol AD 6717 VW

barang bukti tersebut adalah milik Saksi Eni Puji Lestari maka barang bukti

tersebut akan dikembalikan kepada pemiliknya;

3) Fotokopi BASTK ( berita acara serah terima kendaran), tetap terlampir

dalam berkas perkara; Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana

terhadap Terdakwa maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan

yang memberatkan dan yang meringankan;

Selain berbagai pertimbangan di atas, dalam memutuskan hukuman bagi para

terdakwa Hakim juga menyampaikan beberapa pertimbangan baik yang meringankan

maupun yang memberatkan, yaitu :

a. Keadaan yang memberatkan:

Page 45: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

48

Terkait hal ini, hakim menyampaikan beberapa hal yang memberatkan para

terdakwa, bahwa :

1) Perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat;

2) Perbuatan terdakwa bisa membuat trauma saksi korban;

b. Keadaan yang meringankan:

Disamping menyampaikan beberapa pertimbangan terkait hal-hal yang

memberatkan, hakim juga menyampaikan beberapa faktor yang meringankan

bagi para terdakwa, yaitu :

1) Para Terdakwa berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatanya ;

2) Terdakwa bersifat sopan didalam persidangan;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah

dibebani pula untuk membayar ongkos perkara;

6. Putusan Hakim

Dari berbagai pertimbangan di atas, maka Hakim menyampaikan putusan

terkait tindak pidana yang dilakukan oleh para terdakwa seperti yang tercantum

dalam Perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Byl, sebagai berikut :

MenyatakanTerdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias

Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan”;

Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II.

Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan pidana penjara

masing masing selama 6 (enam) bulan.

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani para

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;

a. Menetapkan para terdakwa tetap ditahan

b. Menetapkan barang bukti berupa:

Page 46: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

49

1) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol AD 5275 EA Hitam

Orange Tahun 2004, dikembalikan kepada Muh Irfan Bayu Prasetya ;

2) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul GT Nopol AD 6717 VW

dikembalikan kepada Saksi Eni Puji Lestari;

3) Fotokopi BASTK (berita acara serah terima kendaran), tetap terlampir dalam

berkas perkara;

c. Membebankan kepada para terdakwa membayar biaya perkara masing- masing

sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

B. Implikasi Yuridis Penyatuan Beberapa Terdakwa Oleh Penuntut Umum Dalam

Satu Berkas Dakwaan Pada Perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Byl

1. Hasil Penelitian

Mengkaji mengenai implikasi yuridis konstruksi hukum terhadap

penjatuhan vonis, harus dilihat ancaman pasal yang didakwakan, tuntutan

maupun putusan yang dijatuhkan. Implikasi yuridis akan diketahui ketika

membandingkan ketiga dokumen yakni dakwaan, tuntutan dan putusan

tersebut. Sebelum membahas lebih jauh, berikut ini adalah hasil pencermatan

terhadap ketiga dokumen yang dimaksud.

Bahwa terkait pelanggaran hukum yang dilakukan oleh para terdakwa

dalam kasus pemerasan seperti yang tercantum dalam Perkara Nomor:

89/Pid.B/2014/PN.Byl, Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan dakwaan tunggal

yaitu para terdakwa telah melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat

2 ke-2 KUHP.

Dengan dakwaan tersebut, maka Jaksa mengajukan tuntutan yaitu para

terdakwa masing-masing terbukti bersalah melakukan tindak pidana

“Pemerasan” sebagai mana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1

KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP. Menjatuhkan pidana kepada para

Page 47: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

50

terdakwa masing-masing dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan

dikurangi selama para terdakwa ditahan dengan perintah tetap ditahan;

Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha

Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange tahun 2004;- Dikembalikan

kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya; 1 (satu) Sepeda Motor

Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;- Dikembalikan kepada saksi

Eni Puji Lestari; Fotokopi BASTK ( Berita Acara Serah Terima Kendaraan).

Menetapkan supaya para terdakwa masing-masing dibebani memba yar biaya

perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

Berdasarkan tuntutan tersebut, Hakim menyampaikan putusannya

yaitu menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin,

II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan

pidana penjara masing masing selama 6 (enam) bulan dan menetapkan para

terdak wa tetap ditahan serta membebankan kepada para terdakwa membayar

biaya perkara masing- masing sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

Berdasarkan dakwaan Penuntut Umum menuntut pidana terdakwa

dengan dakwaan tunggal dengan ancaman pidana penjara yang dimulai dari

dakwaan tindak pidana yang terberat sampai kepada dakwaan tindak pidana

yang teringan.

Dokumen tuntutan penuntut umum di atas penuntut umum menuntut

terdakwa Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu,

III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan pidana penjara masing

masing selama 6 (enam) bulan. Tuntutan tersebut dikarenakan terdakwa telah

terbukti bersalah melakukan tindak pidana pemerasan.

Amar putusan tersebut menyatakan putusan bahwa terdakwa I.

Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias

Leni telah terbukti secara sah dan menyakinkan terbukti secara sah dan

menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pemerasan”. Terdakwa

Page 48: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

51

dijatuhi pidana penjara selama 8 (delapan) bulan oleh Majelis Hakim.

Dakwaan yang diajukan Penuntut Umum yang terbukti adalah dakwaan

tunggal.

Ancaman untuk tindak pidana pencurian dalam dakwaan tersebut

dengan ancaman pidana penjara pada dakwaan primer maksimal 12 tahun

pidana penjara dan dakwaan subsidair maksimal maksimal 7 tahun pidana

penjara. Namun Penuntut Umum menuntut terdakwa hanya pidana penjara

vonis 8 bulan pidana penjara.

2. Pertimbangan Hakim

Berdasarkan dakwaan, tuntutan dan putusan, dapat dinyatakan bahwa

terkait penyatuan terdakwa oleh Jaksa Penuntut Hakim dalam kasus

pemerasan yang dilakukan para terdakwa, Hakim menyatakan bahwa hal

tersebut dapat dilaksanakan dalam upayanya untuk menyingkat waktu

pelaksanaan sidang dan penghematan biaya. Selain itu Hakim juga

menyatakan bahwa pelaksanaan penyatuan terdakwa dalam sidang perkara

pemerasan juga telah disetujui oleh para terdakwa. Dengan demikian secara

hukum hal ini tidak bertentangan atau melanggar ketentuan hukum yang

berlaku.

Bentuk dakwaan yang dibuat Penuntut Umum adalah bentuk dakwaan

tunggal dengan dakwaan melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat

2 ke-2 KUHP.

Penuntut umum mengajukan tuntutan pidana yang menyatakan

terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri

Wahyuni Alias Leni telah terbukti bersalah melakukan “Tindak Pidana

Pemerasan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1

KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP. Menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) dengan dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

52

Bentuk dakwaan penuntut umum merupakan dakwaan tunggal di mana

pembuktian dakwaan dilakukan secara berurut dengan dimulai pada

dakwaan tindak pidana yang diancam dengan pidana terberat sampai kepada

dakwaan tindak pidana yang diancam dengan pidana ringan hingga dakwaan

yang dipandang terbukti.

Proses pembuktian yang dilakukan Majelis Hakim berkaitan dengan

dakwaan Penuntut Umum yakni dipertimbangkan terlebih dahulu dakwaan

primernya, apabila dakwaan primer terbukti, maka dakwaan subsider

selanjutnya tidak perlu dibuktikan, namun apabila dakwaan primer tidak

terbukti, maka dakwaan selanjutnya barulah akan dipertimbangkan dan

seterusnya.

Dakwaan tunggal yang melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal

365 ayat 2 ke-2 KUHP yang memiliki unsur – unsur :

1. Unsur “Barang Siapa”

Bahwa yang dimaksud dengan “Barang siapa” adalah unsur yang

menunjuk pada subyek hukum atau pelaku dari suatu tindak pidana yang mampu

bertanggung jawab dan/dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya karena

pada hakekatnya subyek hukum mempunyai hak dan kewajiban yang dapat

dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.

Apakah orang sebagai subyek hukum tersebut adalah Para Terdakwa

haruslah dibuktikan terlebih dahulu mengenai adanya perbuatan akibat dari

tindak pidana yang terjadi;. Menimbang, dalam perkara ini Para Terdakwa

“Wachyu Nugroho Bin Aliman, Sukisno Alias Ciu, Sri Wahyuni alias Leni”

sebagai subyek hukum selama persidangan dapat menjawab dengan baik segala

sesuatu yang berkaitan dengan Dakwaan yang diajukan kepadanya, dengan

demikian para Terdakwa adalah Subyek Hukum yang mampu bertanggung jawab

atas perbuatannya. Dengan demikian unsur “Barang siapa” telah terpenuhi;

2. Unsur ”Dengan Maksud Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Secara

Melawan Hukum”

Page 50: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

53

Bahwa yang dimaksud dengan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang

Lain adalah dengan dilakukanya perbuatan tersebut maka si pelaku akan

memperoleh manfaat dari perbuatanya tersebut, baik untuk diri pelaku ataupun

orang lain ;

Bahwa makna kata secara melawan hukum artinya adalah melawan hak

atau tidak berhak atau bertentangan dengan hukum; Menimbang, bahwa

perbuatan secara melawan hukum harus dengan tegas dibuktikan. Pelaku

melakukan perbuatan itu tanpa hak/kekuasaan. Jika digabung dari perbuatan

pelaku tidak dapat menunjukan suatu ketentuan hukum yang berlaku bagi

dasarnya bahwa ia sah memiliki barang tersebut.

Dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa Baik itu terdakwa I,

Terdakwa II, Terdakwa III masing masing tidak ada yang memiliki alasan yang

sah menurut hukum untuk memiliki atau menguasai sepeda motor saksi korban,

perbuatan para terdakwa selaku pihak yang tidak memiliki hak untuk menguasai

sepeda motor saksi korban, mengambil dengan cara melawan hak yakni dengan

cara melakukan tipu muslihat seolah olah sepeda motor saksi korban adalah

sepeda motor yang akan ditarik oleh dealer karena tidak membayar angsuran

kredit, dan para terdakwa juga mengaku ngaku sebagai petugas polisi pada saat

menggambil sepeda motor saksi korban;

3. Unsur ”Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan

Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan

Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ”

Bahwa yang dimaksud dengan memaksa disini adalah melakukan

tekanan pada seseorang sedemikian rupa, sehingga orang itu mau melakukan

sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri. Sedangkan pengertian

barang adalah semua benda yang berwujud , baik begerak maupun tidak begerak,

selain itu benda benda yang bernilai uang pada benda benda yang tidak bernilai

uang, asal bertentangan dengan pemiliknya (melawan hukum), juga dapat

dimaknai yang sama.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

54

Barang tersebut haruslah sebagian atau seluruhnya harus milik orang

lain. Mengambil barang yang tidak dimiliki seeorang tidak dapat dikenakan

dengan pasal ini.

Dalam persidangan terungakap Para terdakwa secara terarah telah

memilih saksi korban yang dengan sadar mereka ketahui adalah anak yang masih

dibawah umur, adapun tujuan para terdakwa tersebut memilih saksi korban

dalam perbuatan merampas barang yang berupa sepeda motor yang saat kejadian

dikendarai oleh saksi korban tanpa plat nomor. Dengan alasan bahwa para

terdakwa adalah petugas polisi para terdakwa berhasil menakut nakuti saksi

korban dan menggambil motor yang dikendarai saksi korban, hingga berada

dalam kekuasaan para terdakwa. Setelah motor milik saksi korban berada dalam

pengguasaan para terdakwa, para terdakwa menyerahkan selembar kertas dan

meminta saksi korban untuk mengambil motornya tersebut di kantor polisi.

Berdasarkan uraian di atas Unsur ” Memaksa Seseorang Dengan

Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang

Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau Supaya Membuat

Hutang Maupun Menghapus Piutang ” telah terpenuhi;

4. Unsur ”Perbuatan Tersebut Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan

Bersekutu”; -

Bahwa uraian dari unsur Pencurian Dilakukan Oleh Dua Orang Atau

Lebih, dalam hal ini kedua orang atau lebih tersebut harus bertindak sedagai

pembuat atau turut melakukan.

Dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa dalam melakukan

aksinya mengambil sepeda motor milik saksi korban, sangatlah tertata masing

masing Terdakwa telah memiliki tugas yang jelas, sehingga perbuatan terdakwa

tersebut dapat terlaksana dengan baik; Bahwa para terdakwa ada yang bertugas

menyediakan motor sebagai fasilitas untuk melaksanakan aksinya, ada yang

bertugas menghentikan korban, ada yang bertugas menyediakan kertas Foto

Copy BASTKB, dan ada juga yang bertugas mengawasi keadaan atau situasi.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

55

Dengan demikian Unsur Unsur Pencurian Dilakukan Oleh Dua Orang

Atau Lebih telah terpenuhi; Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari

Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365 ayat 2 Ke (2) KUHP, telah terpenuhi,

maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana sebagaimana di dakwakan dalam dakwaan tunggal

Penuntut Umum;- Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak

menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik

sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Oleh karena terdakwa mampu

bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Terhadap unsur – unsur barang siapa, mengambil barang sesuatu,

yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, dengan maksud dimiliki

secara melawan hukum, telah dipertimbangkan dalam

mempertimbangkan dakwaan primer dan telah dinyatakan terpenuhi, oleh

karenanya majelis mengambil alih seluruh pertimbangan dakwaan

tersebut sehingga dengan demikian menyatakan usnur – unsur tersebut

telah terpenuhi.

Terpenuhinya semua unsur dakwaan subsidair tersebut di atas,

terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan

Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365 ayat 2 Ke (2) KUHP tentang

pemerasan, maka majelis hakim berketetapan untuk menjatuhkan putusan

pidana berupa pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi masa

penahanan.

Perkara di atas terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana

yaitu Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365 ayat 2 Ke (2) KUHP, dengan

unsur-unsur :

a. Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagaian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat

Page 53: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

56

hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan

pidana penjara maksimum 9 tahun.

b. Ketentuan Pasal 365 ayat kedua, ketiga dan keempat berlaku bagi kejahatan

ini.

Terkait Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku

dalam tindak pidana ini.

1. Unsur obyektif, yang meliputi unsur-unsur :

a. Memaksa

b. Orang lain.

c. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

d. Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya

atau sebagian kepunyaan orang lain).

e. Supaya memberi hutang.

f. Untuk menghapus piutang.

2. Unsur subyektif, yang meliputi unsur - unsur :

a. Dengan maksud.

b. Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

3. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Unsur "memaksa". Dengan istilah "memaksa" dimaksudkan adalah

melakukan tekanan pada orang, sehingga orang itu melakukan sesuatu

yang berlawanan dengan kehenda kn ya sendiri

b. Unsur "untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang". Berkaitan

dengan unsur itu, persoalan yang muncul adalah, kapan dikatakan ada

penyerahan suatu barang? Penyerahan suau barang dianggap telah ada

apabila barang yang diminta oleh pemeras tersebut telah dilepaskan dari

kekuasaan orang yang diperas, tanpa melihat apakah barang tersebut

Page 54: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

57

sudah benar - benar dikuasai oleh orang yang memeras atau belum.

Pemerasan dianggap telah terjadi, apabila orang yang diperas itu telah

menyerahkan barang/benda yang dimaksudkan si pemeras sebagai akibat

pemerasan terhadap dirinya. Penyerahan barang tersebut tidak harus

dilakukan sendiri oleh orang yang diperas kepada pemeras. Penyerahan

barang tersebut dapat saja terjadi dan dilakukan oleh orang lain selain dari

orang yang diperas.

c. Unsur "supaya memberi hutang". Berkaitan dengan pengertian "memberi

hutang" dalam rumusan Pasal ini perlu kiranya mendapatkan pemahaman

yanag benar. Memberi hutang di sini mempunyai pengertian, bahwa si

pemeras memaksa orang yang diperas untuk membuat suatu perikatan

atau suatu perjanjian yang menyebabkan orang yang diperas harus

membayar sejumlah uang tertentu. Jadi, yang dimaksud dengan memberi

hutang dalam hal ini bukanlah berarti dimaksudkan untuk mendapatkan

uang (pinjaman) dari orang yang diperas, tetapi untuk membuat suatu

perikatan yang berakibat timbulnya kewajiban bagi orang yang diperas

untuk membayar sejumlah uang kepada pemeras atau orang lain yang

dikehendaki.

d. Unsur "untuk menghapus hutang". Dengan menghapusnya piutang yang

dimaksudkan adalah menghapus atau meniadakan perikatan yang sudah

ada dari orang yang diperas kepada pemeras atau orang tertentu yang

dikehendaki oleh pemeras.

Unsur "untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain". Yang

dimaksud dengan "menguntungkan diri sendiri atau orang lain" adalah

menambah baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dari

kekayaan semula. Menambah kekayaan disini tidak perlu benar-benar

telah terjadi, tetapi cukup apabila dapat dibuktikan, bahwa maksud pelaku

adalah untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

4. Unsur-unsur dalam ketentuan ayat (2) Pasal 368 KUHP :

Tindak pidana pemerasan, dimana untuk masuk ketempat melakukan

kejahatan dilakukan dengan cara membongkar, merusak atau memanjat,

Page 55: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

58

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan (seragam) palsu.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 368 ayat (2) jo Pasal 365 ayat (2) ke-3 KUHP

dengan pidana penjara dua belas tahun.

Tindak pidana pemerasan itu mengakibatkan terjadinya luka berat,

sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat (2) jo Pasal 365 ayat (2) ke-4

KUHP ancaman pidananya sama dengan yang diatas, yaitu dua belas tahun

penjara.

Tindak pidana pemerasan itu mengakibatkan matinya orang. Diatur

dalam ketentuan Pasal 368 ayat (2) jo Pasal 365 ayat (3) KUHP dengan

ancaman pidana yang lebih berat, yaitu lima belas tahun penjara.

Tindak pidana pemerasan tersebut telah menimbulkan luka berat atau

kematian serta dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

dengan disertai hal-hal yang memberatkan sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 365 ayat (1) dan ayat (2) KUHP. Berdasarkan Pasal 368 ayat (2) jo

Pasal 365 ayat (4) KUHP tindak pidana pemerasan ini diancam dengan

pidana yang lebih berat lagi, yaitu dengan pidana mati, pidana seumur hidup

atau pidana selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun penjara.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka terdapat enam bentuk tindak

pidana pemerasan dengan pemberatan dengan ancaman pidana yang

diperberat.

Terdakwa telah melakukan tindak pidana pemerasan terhadap 1

(satu) unit sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol AD 5275 EA Hitam

Orange Tahun 2004 Irfan Bayu Prasetya, pada hari Selasa tanggal 28

Januari 2014 sekira jam 15.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu

waktu dalam tahun 2014 bertempat di pinggir jalan raya Andong –

Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali

Terdakwa dituntut Penuntut Umum dengan bentuk dakwaan

dakwaan tunggal Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2

KUHP; menjatuhkan pidana kepada para terdakwa masing-masing

Page 56: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

59

dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi selama para

terdakwa ditahan dengan perintah tetap ditahan;

Terkait penyatuan dari beberapa terdakwa yang telah melakukan

tindak pidana pemerasan sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri

Boyolali tersebut, hal ini dilakukan oleh Penuntut Umum dengan

pertimbangan efektifitas dalam penuntutan perkara.

Demi alasan persidangan yang cepat, sederhana dan berbiaya

murah, penggabungan beberapa berkas dakwaan dengan beberapa

terdakwa, sangat mungkin dilakukan. Apalagi Pasal 141 KUHAP

mengatur masalah penggabungan dakwaan itu. Selain itu penuntut

umum diberi kewenangan untuk mengajukan dakwaan yang berbentuk

gabungan atau kumulasi. Baik „kumulasi perkara tindak pidana‟

maupun sekaligus „kumulasi terdakwa‟ dengan kumulasi dakwaannya.

Selain dakwaan tunggal, seharusnya Hakim juga mempertimbangkan

dakwaan lain yaitu dakwaan kumulatif seperti yang tercantum dalam pasal 55

ayat (1) KUHP.

Majelis Hakim dalam berkesimpulan bahwa unsur ini telah terpenuhi,

dengan pertimbangan bahwa:

Bahwa para terdakwa I Wachyu Nugroho bin Aliman, terdakwa II.

Sukisno alias Ciu, terdakwa III. Sri Wahyuni alias Leni bersama-sama

dengan sdr. Totok Wahyudianto pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014

sekira jam 15.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun

2014 bertempat di pinggir jalan raya Andong – Klego, Kec. Klego, Kab.

Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, telah melakukan perbuatan

dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat hutang

Page 57: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

60

maupun menghapuskan piutang, perbuatan tersebut dilakukan oleh dua orang

atau lebih dengan bersekutu.

a. Terdakwa I Wachyu Nugroho Bin Aliman;

b. Terdakwa II Sukisno Alias Ciu;

c. Terdakwa III Sri Wahyuni Alias Leni

Peristiwa tersebut terjadi pada Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2014,

sekira Pukul 15 .00 WIB, di tepi jalan raya Andong-Klego Boyolali. Awal mula

kejadian ketika terdakwa diajak oleh Wahyu (melarikan diri) untuk mengendarai

sepeda motor, dari Solo Terdakwa Membonceng tardakwa Sri, dan Wahyu

(melarikan diri) berboncengan denggan Terdakwa Sukisno, kemudian sesampai

di Jl. Andong-Kelego para terdakwa melihat anak kecil menggendarai sepeda

motor Yamaha Jupiter Z yang tidak ada plat nomornya. Penggendara sepeda

motor tersebut terdakwa minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta

agar pengendara sepeda motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata

pengendara sepeda motor tersebut tidak membawa STNK kendaraanya.

Terdakwa menggaku sebagai petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor

yang bermasalah, dan kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan

saksi korban dibonceng oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa

Bade, Ketika para terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para

terdakwa menggunakan Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan

(BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya,

terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak

menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro

setiap melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau

surat perintah. Sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah

Sentot dan dijual dengan harga Rp.1.900.000,- dan masing masing terdakwa

mendapat bagian Rp.400.000,- sisanya untuk oprasional dan terdakwa sudah

menikmati hasil perbuatan terdakwa.

Dari paparan kasus di atas, menurut penulis, pertimbangan Majelis

Hakim tidak lengkap. Memang pada bagian awal pertimbangannya mengenai

unsur „bersama-sama‟ ini, Majelis Hakim menyebutkan bahwa dalam Pasal 55

Page 58: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

61

ayat (1) ke-1 KUHP unsur „bersama-sama‟ sifatnya adalah alternatif, dimana

KUHP mengartikannya sebagai pelaku (dader) adalah mereka yang melakukan

sendiri suatu perbuatan pidana (plegen), mereka yang menyuruh orang lain

melakukan suatu perbuatan pidana (doen plegen), mereka yang turut serta/

bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana (medeplegen) dan mereka

yang dengan sengaja menganjurkan/ menggerakkan orang lain untuk melakukan

perbuatan pidana (uitloking).

Majelis Hakim tidak menentukan apakah terdakwa merupakan pelaku

(dader) yaitu seseorang yang melakukan sendiri suatu perbuatan pidana (plegen),

atau terdakwa merupakan seseorang yang menyuruh orang lain melakukan suatu

perbuatan pidana (doen plegen), atau terdakwa merupakan orang yang turut

serta/ bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana (medeplegen) dan atau

terdakwa merupakan orang yang dengan sengaja menganjurkan/ menggerakkan

orang lain untuk melakukan perbuatan pidana (uitloking).

Terkait putusan hakim yang memberikan hukuman terhadap para

pidana Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu,

III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan pidana penjara masing

masing selama 6 (enam) bulan, hal ini menunjukkan bahwa hakim kurang

memperhatikan terkait peran masing-masing terdakwa, apakah mereka itu

yang melakukan, yang menyuruh, atau turut melakukan perbuatan

tersebut. Hak ini memang tidak dijabarkan dalam dakwaan Jaksa

Penuntut Umum, namun demikian Majelis Hakim hendaknya dapat

menyampaikan berbagai pertanyaan terkait peran masing-masing

terdakwa, sehingga dalam putusannya hakim dapat menyesuaikan putusan

dengan seadilnya.

Apabila penulis mengamati kasus di atas, terhadap ketiga

terdakwa memang ketiga-tiganya memiliki peran yang sama dalam tindak

pidana tersebut, namun demikian apabila dicermati dapat diketahui bahwa

Terdakwa I merupakan otak sekaligus pelaku tindak pidana tersebut,

sehingga dengan demikian Hakim seharusnya memberikan putusan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

62

hukuman yang lebih berat dibanding dengan terdakwa II dan terdakwa III.

Sedang untuk Terdakwa II mempunyai peran sebagai pelaksana tindak

pemerasaan bersama dengan Terdakwa I, sehingga hukuman yang

dijatuhkan seharusnya berbeda dengan Terdakwa I, sementara Terdakwa

III mendapat hukuman paling ringan mengingat peran yang paling kecil.

Oleh karena itu tindak pidana pemerasan di atas, peran dari Pasal

55 KUHP tentang penyertaan sangat diperlukan dalam hal menjerat

orang-orang yang terlihat dalam tindak pidana pemerasan sesuai dengan

tanggungjawab masing-masing pelaku.

Terdapat putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa, penulis

memandang bahwa perbuatan terdakwa tidak pantas mendapat hukuman

yang sama sesuai putusan Majelis Hakim. Karena penulis berperndapat

bahwa peranan ketiga Terdakwa dalam mewujudkan tindak pidana

pemerasan masing-masing berbeda.

Untuk itu kedepannya penulis berharap bahwa pelaku tindak

pidana pemerasan baik sebagai pelaku utama maupun yang turut serta

melakukan supaya ditindak diberi sanksi yang tegas supaya tindak

pemerasan tersebut dsapat diminimalisir.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

64

BAB IV

P E N U T U P

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan penyatuan beberapa terdakwa

dalam satu berkas dakwaan oleh penuntut umum dan implikasi yuridisnya pada

penuntutan perkara pemerasan di pengadilan negeri boyolali (studi putusan

nomor : 89/pid.b/2014/pn.byl.), penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terkait adanya penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas perkara yang

dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum, menurut Majelis hakim, hal tersebut dapat

dilaksanakan, karena para terdakwa sudah menyetujuinya. Penggabungan beberapa

berkas dakwaan dengan beberapa terdakwa, sangat mungkin dilakukan dengan dasar

Pasal 141 KUHAP mengatur masalah penggabungan dakwaan itu. Selain itu penuntut

umum diberi kewenangan untuk mengajukan dakwaan yang berbentuk gabungan atau

kumulasi. Baik „kumulasi perkara tindak pidana‟ maupun sekaligus „kumulasi

terdakwa‟ dengan kumulasi dakwaannya. Selain itu dengan adanya penyatuan

beberapa terdakwa dalam satu dakwaan tersebut selain memberikan efek yang positif

yaitu waktu persidangan yang lebih singkat dan juga biaya sidang yang lebih murah.

2. Implikasi yuridis penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan pada

putusan perkara pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. adalah para terdakwa di

tuntut dengan ancaman pidana yang sama. Seharusnya juga disampaikan dakwaan

kumulatif seperti terdakwa melakukan pemerasan dengan pemaksanaan dan

kekerasan. Hal ini sudah disampaikan dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang

sudah dilakukan secara cermat, jelas dan lengkap dengan unsur-unsur tindak pidana

yang didakwakan dan dapat dikaitkan dengan fakta perbuatan para terdakwa yang

dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana.

Selain itu pertimbangan Majelis Hakim juga mengesampingkan adanya peran

masing-masing terdakwa dengan memutuskan masing-masing terdakwa dengan

hukuman yang sama.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

65

B. Saran

1. Memperhatikan prinsip kehati-hatian dan kecermatan Penuntut Umum dalam

merumuskan bentuk surat dakwaan. Peristiwa pidana pemerasan yang dilakukan oleh

beberapa terdakwa diperlukan kecermatan menyusun rumusan dan bentuk surat

dakwaan kaitannya dengan sistem penjatuhan hukuman yang ditentukan dalam pasal-

pasal pidana yang bersangkutan. Kekeliruan penyusunan rumusan dan bentuk surat

dakwaan dalam tindak pidana concursus, bisa mengakibatkan penerapan hukum yang

fatal bagi pengadilan dalam menjatuhkan hukuman yang hendak dikenakan kepada

terdakwa

2. Penerapan tuntutan pidana Penuntut Umum seharusnya mengacu pada jenis

concursus dan sistem pemidanaan yang harus digunakan dalam penentuan pidana

yang dijatuhkan kepada terdakwa. Majelis Hakim seharusnya lebih mencermati dan

tidak mengesampingkan adanya peran masing-masing terdakwa dengan memutuskan

masing-masing terdakwa dengan hukuman yang sama.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi. 2002. PELAJARAN HUKUM PIDANA Penafsiran Hukum Pidana,

Dasar Peniadaan, Pemberatan & Peringan Pidana, Kejahatan Aduan,

Perbarengan & Ajaran Kausalitas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Yahya Harahap. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,

Edisi Kedua. Jakarta : Sinar Grafika.

Andi Hamzah, 2008. Asas-asas hukum pidana, PT.Rineka Cipta, Jakarta

Anonim. 1985. KUHAP. Surabaya : Karya Anda

Hamrat, Hamid, M.Husein, Harun, 1992 "Pembahasan Permasalahan KUHAP

Bidang Penuntutan dan Eksekusi", Edisi Pertama, Cetakan Pertama,

Penerbit:Sinar Grafika, Jakarta

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Karim Nasution, Abdul, 1972, Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana,.

Jakarta.

Leden Marpaung, 2008, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika

Moeljatno. 2002. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta

P, Martiman, 2002, Hukum Perkawinan Indonesia, Center Publishing, Jakarta.

P.A.F Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra

Aditya Bakti

Peter Mahmud Marzuki, 2007. Penelitian Hukum, Kencana Predana Media Group,.

Jakarta

Page 63: BAB I PENDAHULUAN · keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana dilakukannya (Hamzah,

R. Soesilo, 1995. KUHP Serta Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Policia,

Bogor.

S.R Sianturi, 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan. Penerapannya.

Jakarta: Storia Grafika.

Wirjono Prodjodikoro, SH, Dr, Prof, 1986.Hukum Perdata tentang hak atas benda,

Cetakan ke 5, Intermasa

Putusan perkara Nomor 89/Pid.B/2014/ PN.Byl

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).