nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al...

93
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’AN SURAH AL BAQARAH AYAT 67 73 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: SETYO UTOMO NIM : 073111033 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Upload: phamkhanh

Post on 09-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM AL QUR’AN

SURAH AL BAQARAH AYAT 67 – 73

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

pp

Oleh:

SETYO UTOMO

NIM : 073111033

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Setyo Utomo

NIM : 073111033

Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa tulisan ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 21 Februari 2012

Saya yang menyatakan,

Setyo Utomo

NIM : 073111033

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

iii

PENGESAHAN

Naskah tulisan dengan:

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al Qur’an Surah Al

Baqarah Ayat 67-73

Nama : Setyo Utomo

NIM : 073111033

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang Munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 7 Juni 2012

DEWAN PENGUJI

Ketua Sekretaris

Nasirudin, M.Ag Fakrur Rozi, M.Ag

NIP. 19691012 1996 1 002 NIP. 19691220 199503 1 003

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Erfan Soebahar, M.Ag Drs. Karnadi, M.Pd

NIP. 19560624 198703 1 002 NIP. 19680317 199403 1 003

Pembimbing I Pembimbing II

Nasirudin, M.Ag H. Mursid, M.Ag

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 21 Februari 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalāmu’alaikumwr. wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah tulisan dengan:

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL

QUR’AN SURAH AL BAQARAH AYAT 67-73

Nama : Setyo Utomo

NIM : 073111033

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah tulisan tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalāmu’alaikumwr.wb.

Pembimbing I,

Nasirudin, M.Ag

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 21 Februari 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalāmu’alaikumwr. wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah tulisan dengan:

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL

QUR’AN SURAH AL BAQARAH AYAT 67-73

Nama : Setyo Utomo

NIM : 073111033

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah tulisan tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalāmu’alaikumwr.wb.

Pembimbing II,

H. Mursid, M.Ag

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

vi

ABSTRAK

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam QS. Al

Baqarah Ayat 67-73

Penulis : Setyo Utomo

NIM : 073111033

Tulisan ini membahas kandungan yang ada dalam QS. Al Baqarah

ayat 67-73. Data yang digunakan dalam penyusunan tulisan ini adalah

data yang bersifat primer maupun sekunder. Sumber primer adalah data

yang diperoleh dari sumber inti. Dalam melakukan kajian mengenai

suatu ayat, maka jelaslah kalau yang menjadi sumber data primer adalah

berasal dari Al Qur’an, tepatnya pada QS. Al Baqarah ayat 67-73. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih

berkaitan dengan masalah penelitian, dan memberi interpretasi terhadap

sumber primer. Sumber data sekunder dapat berupa kitab-kitab tafsir

maupun buku-buku bacaan yang masih relevan dengan pembahasan

tulisan ini.

Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan metode

library research. Library research adalah penelitian yang dilaksanakan

dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan,

maupun laporan hasil penelitian terdahulu. Setelah data yang dibutuhkan

terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis dengan metode yang

diinginkan. Metode yang digunakan dalam menganalisis tulisan ini

adalah metode tahlili. Metode ini menguraikan makna yang dikandung

oleh Al Qur’an, ayat demi ayat, dan surat demi surat sesuai dengan

urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut mencakup berbagai aspek

yang dikandung ayat yang ditafsirkan, seperti pengertian kosakata,

konotasi kalimatnya, latar belakang turun ayat, kaitannya dengan ayat-

ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya. Dan tidak ketinggalan pula

pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat

tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, para tabi’in, maupun

ahli tafsir lainnya.

Kajian ini menunjukan bahwa dalam QS. Al Baqarah ayat 67-73

terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak yang meliputi : (1) Akhlak dalam

bertanya. Dalam tulisan ini dibahas mengenai kejelekan Bani Israil yang

tidak memiliki etika dalam bertanya, dimana mereka menanyakan

sesuatu hal yang membuat mereka berada pada permasalahan yang lebih

sulit. (2) Akhlak kepada orang tua. (3) Kesabaran pendidik. (4) Kejujuran

pendidik. (5) Ketaatan peserta didik.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

vii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam tulisan ini

berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata

sandang [al-] disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.

t ط a ا

z ظ b ب

‘ ع t ت

g غ s ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م ż ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

’ ء s ش

y ي s ص

d ض

Bacaan Mad: Bacaan Diftong:

aa = a panjang او = au

ii = I panjang اي = a

uu = u panjang

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tulisan yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah Ayat 67-73. Tulisan ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana

pendidikan jurusan pendidikan agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

Penulis mengakui bahwa tersusunnya tulisan ini berkat bantuan, dorongan,

dan kerja sama dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Sudja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah memberikan ijin penulis untuk menyusun tulisan.

2. Nasirudin, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Nasirudin, M.Ag. dan H.Mursid, M.Ag. selaku Pembimbing yang telah

dengan sabar dan tekun serta meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dalam pembuatan tulisan ini.

4. Bapak / Ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang

telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat.

5. Dewan penguji ujian Munaqosyah, Prof. Dr. Erfan Soebahar, M.Ag. dan

Drs. Karnadi, M.Pd, Nasirudin, M.Ag, Fakrur Rozi, M.Ag.

6. Ayahanda Misdi dan Ibunda Wagiyah, atas do’a, kasih sayang, perhatian,

dan segala yang telah diberikan untukku.

7. Abah KH. Ali Masykur, atas kesabaran dan bimbingan yang diberikan

untuk menempa diriku di pesantren Al Mabrur yang akan selalu kurindu.

Dan semua dewan assatidz yang telah mengajariku di Pesantren Al

Mabrur.

8. Sahabat-sahabat IKSAMA, Misbachul Munir, Teguh, AniQul, Mas

Recina, Mbak Kholifah, Genk Keluarga Sakinah, dan teman yang lainnya

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

ix

yang tak bisa kusebut satu persatu, yang telah menjadi bagian dari cerita

hidupku.

9. Rekan-rekan Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, Mukhlisin, Ahmad

Zaeni, Khanif, pak Dhe (Multazam), Gus Basith, Dayat, Si Kembar (Ridho

dan Rodhi), Mas Agus Prasetyo Handoko, Chocky (Azkar Muzakki), Gus

Acank (Ahksan Zamzami), dan teman-teman seperjuangan yang tidak

mungkin disebutkan satu per satu. Atas segala bantuan dari semua pihak,

penulis hanya dapat memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih,

semoga kebaikannya mendapat balasan yang sebaik-baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tulisan ini masih jauh

dari sempurna, meskipun penulis telah mencurahkan seluruh kemampuan penulis.

Apa-apa yang benar dalam tulisan ini adalah datangnya dari Allah SWT,

sedangkan apa yang salah berasal dari diri yang lemah ini. Untuk itu segala kritik

dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Semarang, 19 Juni 2012

Penulis,

Setyo Utomo

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

x

DAFTAR ISI

hlm

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................

PENGESAHAN ...........................................................................................

NOTA PEMBIMBING ................................................................................

ABSTRAK ...................................................................................................

TRANSLITERASI ......................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

B. Penegasan Istilah ....................................................................

C. Rumusan Masalah ..................................................................

D. Tujuan Penelitian ...................................................................

E. Kajian Pustaka ........................................................................

F. Metode Penelitian .................................................................

BAB II : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL

QUR’AN SURAH AL BAQARAH AYAT 67-73

A. Nilai .......................................................................................

1. Pengertian Nilai…………………………………………

2. Macam-macam Nilai …………………………………...

3. Metode Pendidikan Nilai ………………………………

B. Pendidikan…………………………………………………..

1. Pengertian Pendidikan ………………………………….

2. Faktor-faktor Pendidikan ……………………………..

C. Akhlak ……………………………………………………...

1. Pengertian Akhlak ……………………………………

2. Proses Pembentukan Akhlak …………………………

I

ii

iii

iv

vi

vii

ix

xi

1

9

12

12

13

15

18

18

19

20

22

22

24

29

29

31

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

xi

D. QS. Al Baqarah ayat 67-73…………………………………

BAB III : ASBABUN NUZUL, MUNASABAH, DAN TAFSIR

AYAT

A. Asbabun Nuzul QS. Al Baqarah Ayat 67-73 ........................

B. Munasabah QS. Al Baqarah Ayat 67-73 ...............................

C. Pendapat Mufasir Mengenai QS. Al Baqarah Ayat 67-73.....

BAB IV : ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM QS. AL BAQARAH AYAT 67-73

A. Akhlak Dalam Bertanya ……………………………………

B. Akhlak Kepada Orang Tua ...................................................

C. Nilai Kesabaran Pendidik …………………………………..

D. Nilai Kejujuran Pendidik …………………………………..

E. Nilai Ketaatan Peserta Didik ……………………………….

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................

B. Saran-saran .............................................................................

C. Penutup ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

33

37

39

45

61

63

69

71

73

75

76

77

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalani kehidupan orang-orang Islam, Allah SWT telah

memberikan pegangan dan tuntunan kepada setiap hambanya agar

nantinya dapat menjalankan kehidupannya dengan baik, serta tidak

keluar dari tatanan koridor syari‟ah yang telah ditentukan. Pegangan

tersebut adalah kitab suci Al Qur‟an. Al Qur‟an merupakan sumber

hukum yang pertama dan utama bagi setiap orang Islam. Di dalam Al

Qur‟an terdapat banyak sekali pembahasan mengenai aturan kehidupan

bagi manusia. Al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar bagi kerasulan Nabi

Muhammad SAW yang merupakan sumber dari seluruh ajaran Islam,

dan juga sebagai wahyu Allah SWT terakhir yang menjadi rahmat,

hidayah dan syifa‟ bagi seluruh manusia. Oleh sebab itu Al-Qur'an

menegaskan bahwa ajarannya selalu sesuai dengan kepentingan dan

kebutuhan serta petunjuk bagi manusia dalam kancah kehidupannya.

Al Qur‟an juga merupakan kitab suci yang sangat komprehensif,

selain berisi tentang perintah dan larangan, Al Qur‟an berisi juga tentang

fakta ilmiah yang bermanfaat bagi manusia. Selain itu, di dalam Al

Qur‟an terdapat pula cerita sejarah mengenai umat sebelum Nabi

Muhammad SAW, dimana dengan adanya cerita tersebut kita dapat

mengambil banyak pelajaran agar kita tidak mengulangi kesalahan-

kesalahan yang dilakukan umat terdahulu.

Al Qur‟an adalah kitab suci yang menjadi sumber dalam ajaran

Islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan

Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmad yang tak

ada taranya bagi alam semesta.

Setiap mu‟min yakin bahwa membaca Al Qur‟an termasuk amal

yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

2

yang dibacanya adalah kitab suci. Al Qur‟an adalah sebaik-baik bacaan

bagi orang mu‟min, baik dikala senang ataupun susah. Malahan

membaca Al Qur‟an bukan sekedar pahala saja, namun juga menjadi

obat dan penawar bagi orang yang sedang gelisah jiwanya.

Pada suatu ketika datanglah seorang seseorang kepada sahabat

Nabi yang bernama Ibnu Mas‟ud, seseorang tersebut meminta sebuah

nasehat kepada Ibnu Mas‟ud. Orang tersebut berkata : ”wahai Ibnu

Mas‟ud, berilah padaku nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku

yang sedang gelisah, dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram,

jiwaku gelisah, fikiranku kusut, makan tidak enak, tidurpun tak

nyenyak”.

Maka Ibnu Mas‟ud menasehatinya, ia berkata : “kalau penyakit itu

menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke

tempat engkau dapat membaca Al Qur‟an, atau engkau dengar baik-baik

orang yang sedang membaca Al Qur‟an, atau yang kedua, engkau

mengunjungi majlis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah

SWT, atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi agar engkau dapat

berkhalwat dengan Allah SWT, seperti di waktu malam buta. Disaat

orang sedang nyenyak dalam tidurnya, bangunlah untuk mengerjakan

shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah SWT ketenangan

jiwa, ketenteraman fikiran, dan ketenangan hati. Seandainya dengan

cara ini jiwamu belum juga terobati, maka mintalah kepada Allah agar

engkau diberi hati yang lain, sebab hati yang engkau pakai bukan lagi

hatimu ”.

Setelah itu orang tersebut kembali ke rumahnya, dan mengamalkan

semua yang dinasehatikan oleh Ibnu Mas‟ud r.a., dia mengambil air

wudlu dan membaca Al Qur‟an dengan khusyu‟. Selesai membaca Al

Qur‟an orang tersebut berubah kembali lagi jiwanya menjadi jiwa yang

tenteram, fikirannya jenih, dan kegelisahnnya hilang sama sekali.1

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm.102

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

3

Tentang keutamaan dan kelebihan Al Qur‟an, Rasulullah SAW.

Menyatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

dan Muslim yang artinya : ada dua golongan manusia yang sungguh

sungguh dengki kepadanya, yaitu orang yang diberi oleh Allah Al

Qur‟an yang kemudian ia baca di siang dan malam, dan orang yang

diberi kekayaan harta yang ia gunakan untuk segala hal yang diridhai

oleh Allah SWT.

Dalam versi yang berbeda Nabi Muhammad bersabda :

Dari Ibnu Mas‟ud r.a., dari Nabi SAW, beliau bersabda : Tidak

diperbolehkan hasud (iri hati), kecuali dalam dua hal, yaitu

seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian dibelanjakan

dalam kebenaran dan seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah

kemudian diamalkan dan diajarkannya. (HR. Al Bukhari)2

Di dalam Islam, bukan hanya membaca saja yang dijanjikan akan

mendapatkan pahala dan rahmad, tetapi orang yang mendengarkan Al

Qur‟an ketika dibacapun juga mendapat pahala. Para ulama‟ sepakat

bahwa mendengarkan Al Qur‟an sama halnya dengan membacanya. Dasar

naqlinya adalah sebagai berikut :

Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik,

dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat

(QS Al A‟raf :204)3.

2Imam Abi Abdillah Muhammad, Shahih Bukhari Juz 1, (Beirut : Darul Kitab Al Alamiyyah,

1992), hlm.. 44 3Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm.238

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

4

Dari hadis riwayat Imam Bukhari di atas, dapat kita simpulkan

bahwa jika ada seseorang membaca Al Quran kita diwajibkan

mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam

sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat

berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam

membaca ayat-ayat Al Quran.

Dalam uraian diatas, tentunya adalah wajar jika Al Qur‟an

dikatakan sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dan

itulah sebabnya Al Qur‟an dijadikan sebagai petunjuk untuk kita selaku

orang Islam. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 2 dan

An Nahl ayat 89:

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa.(QS Al Baqarah:2 )4

Dan ingatlah akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap

umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami

datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat

manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri. ( QS An Nahl : 89)5

Sebagai pedoman hidup, mempelajari dan mengkaji Al Qur‟an

hukumnya adalah wajib. Sebagai perumpamaan, katakanlah Al Qur‟an

adalah sebagai lampu yang digunakan penerangan seseorang ketika

4Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung : J-ART, t.t. ),

hlm. 2 5Departemen agana RI, Al Aliyy, (Bandung : CV Penerbit Dionegoro, 2008), hlm. 221

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

5

berjalan dalam kegelapan . Dapat kita simpulkan bahwa lampu adalah

sesuatu hal yang wajib dibawa ketika seseorang akan berjalan dalam

kegelapan. Al Qur‟an adalah lampu, dan jalan yang gelap adalah ibarat

kehidupan di dunia yang tidak kita ketahui kelanjutannya. Jika ada

orang mengarungi kehidupan di dunia, dan ia tidak memiliki bekal

berupa pengetahuan tentang Al Qur‟an, maka hidup orang tersebut akan

jauh dari jalan yang lurus (kebenaran).

Pentingnya belajar Al Qur‟an juga pernah disabdakan oleh Nabi

Muhammad SAW. Dalam sabdanya, Nabi menjelaskan keutamaan

orang yang mau belajar Al Qur‟an dan mengamalkannya. Nabi

Muhammad SAW. Bersabda :

صلى اهلل عليو وسلم قا ل خير كم اهلل عنو عه النب عه عثمان رض

مه تعلم القرآن وعلمو )رواه البخاري(

Dari Utsman r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : sebaik-baik

diantaramu yaitu yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya.

(HR Al Bukhari)6

Sebagai agama yang senantiasa memberi pedoman kepada

pemeluknya di segala aspek, Islam mengatur manusia untuk

menyembah Tuhan. Namun terkadang masih kita temui diantara saudara

kita yang masih belum tepat dalam menjalankan ritual penyembahan

kepada Tuhan YME (Allah SWT). Banyak dari mereka yang belum

mampu meninggalkan tradisi-tradisi yang sebenarnya merupakan

larangan dalam agama islam itu sendiri. Contohnya adalah : ada saudara

kita yang tinggal di sekitar pantai masih sering melakukan upacara

pemberian sesaji kepada sang penguasa laut (Nyi Roro kidul). Atau

mereka yang kesehariannya adalah sebagai petani, mereka juga masih

melakukan upacara pemberian sesaji kepada dzat yang mereka yakini

mampu memberi keberkahan terhadap hasil panen mereka (Dewi Sri).

6Imam Abi Abdillah Muhammad, Shahih Bukhar Juz 5, (Beirut : Darul Kitab Al Alamiyyah,

1992), hlm. 427

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

6

Dengan mendalami Al Qur‟an secara baik, diharapkan kita mampu

menjalankan ibadah dengan benar tanpa tercampuri hal-hal yang

mendatangkan kemusyrikan dalam diri kita.

Hidup di dunia tak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang kita

harapkan, terkadang banyak masalah yang datang tak terduga. Perintah

sabar juga telah ada dalam Al Qur‟an, seperti firman Allah SWT :

Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan

sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran

ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu(QS Ar Rum : 60)7

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya

yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkanoleh Allah.

(QS Luqman : 17)8

Ayat-ayat diatas merupakan perintah untuk kita bersabar dalam

menjalani kehidupan di dunia ini. Tulisan ini merupakan telaah ayat

dalam dunia pendidikan, jadi kesabaran juga diperlukan oleh orang-

orang terlibat dalam dunia pendidikan (termasuk di dalamnya pengajar

dan peserta didik). Seorang pengajar butuh kesabaran dalam

menghadapi segala masalah dalam prosesnya mendidik peserta

didiknya. Begitupun dengan peserta didik, mereka harus memiliki

kesabaran dalam menimba ilmu di sekolahan. Mencari ilmu ibarat

memasukan air kedalam kendi, jadi kita harus bersabar dalam

7Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm 579 8Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm 582

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

7

memasukan air tersebut kedalam kendi harus sedikit demi sedikit, tidak

serta merta dituangkan begitu saja.

Dalam masalah di atas, penulis mengkhususkan kajian Al Qur‟an

pada surat Al Baqarah ayat 67-73 yang berbunyi sebagai berikut9 :

67.Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi

betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami

buah ejekan?".Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar

tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".

68. Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami,

agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa

menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu

9Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm 13

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

8

adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara

itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami

agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa

menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu

adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi

menyenangkan orang-orang yang memandangnya."

70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami

agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina

itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan

Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk

memperoleh sapi itu)."

71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina

itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak

tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak

ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu

menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka

menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan

perintah itu

72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu

kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak

menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.

73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian

anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali

orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-

tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (QS. Al Baqarah : 67-73)

Kemudian yang menjadi latar belakang pada tulisan ini adalah

mengenai aplikasi isi kandungan ayat tersebut dalam kehidupan sehari-

hari, apakah masih relevan atau sudah diabaikan oleh sebagian dari

saudara kita.

Di zaman yang semakin maju ini, kita tidak memungkiri bahwa

kualitas akhlak dalam diri anak semakin mengalami kemerosotan, atau

bahkan sama sekali tidak memiliki tata krama dalam pergaulan. Di

media cetak maupun berita dari televisi sering kita jumpai berita

mengenai pembunuhan oleh anak kandung terhadap orang tuanya

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

9

sendiri. Baik karena masalah yang sederhana maupun masalah yang

berkaitan dengan harta benda.

Kaitannya dalam dunia pendidikan, ada beberapa hal yang juga

perlu kita perhatikan. Diantaranya yaitu kesabaran seorang pendidik

maupun peserta didik. Dalam menjalankan proses belajar mengajar

diperlukan rasa sabar diantara mereka, guru harus terus bersemangat

dalam mencerdaskan peserta didiknya, dan peserta juga jangan sampai

putus asa dalam menyerap ilmu yang diberikan oleh gurunya. Selain

nilai pendidikan akhlak diatas, dalam skripsi ini juga akan penulis

jelaskan pula mengenai kejujuran pendidik dan ketaatan peserta didik.

Atas dasar beberapa realita yang penulis temukan di atas, adalah

alasan penulis mengapa isi kandungan dari QS. Al Baqarah ayat 67-63

perlu dikaji lebih mendalam lagi. Dan selanjutnya pembahasan masalah

tersebut akan penulis kaji dalam tulisan yang berjudul : “NILAI-

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM Al QUR’AN SURAH

AL BAQARAH AYAT 67-73”.

B. Penegasan Istilah

Sebelum membahas lebih mendalam mengenai isi dari QS Al

Baqarah ayat 67-73, akan penulis kemukakan lebih dahulu apa arti nilai

dan pendidikan. Nilai yaitu esensi yang melekat pada sesuatu yang

sangat berarti bagi kehidupan. Kata majemuk "nilai-nilai" menurut

Muhaimin berasal dari kata dasar "nilai" diartikan sebagai asumsi-

asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar

dan penting10

. Dalam hal ini, nilai yang dimaksudkan adalah mengenai

surat Al Baqarah ayat 67-73.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan

10

Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 110.

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

10

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Pengertian yang pertama mengacu kepada pendidikan pada

umumnya, yaitu pendididkan yang dilakukan oleh masyarakat umum.

Dan pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang

dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan,

kemandirian, serta kematangan mentalnya. Pekerjaan mendidik

mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan

perkembangan manusia.11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan

sebagai proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara

pengajaran12

. Jalaludin mengartikan pendidikan sebagai proses usaha

dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam

membimbing melatih, dan menanamkan nilai dan dasar pandangan

hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar

dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia yang

sesuai dengan sifat hakiki dan ciri kemanusiaannya.13

Akhlak adalah jamak dari tunggal khuluq, sedangkan khuluq itu

sendiri merupakan lawan dari khalq. Khuluq itu dapat dilihat dengan

mata batin, sedangkan khalq dapat dilihat dengan mata lahir. Kedua kata

tersebut berasal dari akar yang sama, yaitu berasal dari kata khalaqa.

Kemudian kata khuluq diartikan sebagai sesuatu yang telah tercipta

atau terbentuk dari suatu proses. Kebiasaaan merupakan tindakan yang

tidak memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan. Dari definisi diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa akhlaq adalah kehendak dan tindakan

yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya,

11

Made Pidarta, landasan kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007) ,hlm.2 12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka.

2003), hlm. 263 13

Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2009), hlm. 21

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

11

sehingga tidak dapat dipisahkan dan tidak lagi memerlukan

pertimbangan atau pemikiran untuk menjalankannya.14

Secara etimologi, lafadz Al Qur‟an bersal dari kata alquru’ , yang

berarti mengumpulkan. Dan secara istilah, Al Qur‟an dapat diartikan

firman (perkataan) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang memiliki mu‟jizat dengan surat. Namun ada pula yang

berpendapat jika Al Qur‟an adalah berasal dari kata “qara’a” yang

brarti bacaan.

Dalam buku Mahabis fi ulumil Qur‟an Al Qur‟an juga biasa diartikan

sebagai berikut :

Kalam Allah atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang membacanya merupakan ibadah. Definisi

kalam adalah kelompok atau jenis yang meliputi segala kalam, dan

dengan menghubungkannya kepada Allah, berarti tidak termasuk

kalam manusia, jin, dan malaikat. Dan Al Qur‟an adalah wahyu

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, jadi kalam Allah

yang dirunkan kepada Nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi

Muhammad bukanlah dinamakan Al Qur‟an, seperti Injil yang

diturunkan kepada Nabi Isa AS, Taurat kepada Nabi Musa AS, dan

Zabur kepada Nabi Dawud AS.15

Sedangkan yang diteliti dalam tulisan ini adalah mengenai QS. Al

Baqarah 67-73”. QS. Al Baqarah adalah surat ke dua dari urutan

susunan surat dalam Al Qur‟an, meskipun demikian surat Al Baqarah

adalah surat yang diturunkan ke 87 setelah surat Al Muthaffifin16

. Dan

QS. Al Baqarah terdiri dari 286 ayat dan tergolong surat Madaniyyah

yang sebagian besar turun pada permulaan tahun Hijriyyah (kecuali

pada ayat ke 281 yang turun di Mina ketika nabi Muhammad SAW.

Melakukan haji wada’). QS. Al Baqarah dinamakan juga dengan

sebutan Fustatul Qur’an , artinya puncaknya Al Qur‟an, hal itu

dikarenakan memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam

14

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang : Rasail, 2010), hlm.31 15

Manna Khalil Al Qattan, Mahabis fi ulumil Qur’an, terjemah Mudzakir, (Bogor : Pustaka Litera

Antar Nusa, 2001), hlm. 17 16

Abdullah Umar, MushthalichulAttajwid, (Semarang : Karya Toha Putra, t.t.),hlm. 10

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

12

surat lain. Al Baqarah juga dikenal dengan nama surat “alif-lam-

mim”,karena surat ini dimulai dengan lafadz Alif-laam-miim.

Dinamakan surat Al Baqarah karena didalam surat ini memuat

cerita mengenai penyembelihan sapi betina yang diperintahkan kepada

orang-orang Bani Israil. Dalam cerita tersebut juga digambarkan

mengenai sifat dan watak orang Yahudi pada umumnya.

C. Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini, yang penulis jadikan sebagai rumusan masalah

adalah : Nilai-nilai pendidikan akhlak apakah yang terkandung dalam

QS. Al Baqarah 67-73 ?.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, tujuan dilakukan

penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung pada

QS Al Baqarah ayat 67 sampai 73.

Sedangkan manfaat yang dapat kita ambil dari penelitian telaah Al

Qur‟an ini adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan wawasan yang lebih komprehensif terhadap

pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam QS Al Baqarah

ayat 67-73.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam

usaha penghayatan dan pengamalan terhadap isi kandungan dan

nilai-nilai yang ada pada Al Qur‟an baik yang tersirat ataupun

yang tersurat, lebih khususs lagi pada QS Al Baqarah ayat 67-

73.

c. Penelitian ini dapat memberikan sedikit sumbangan bagi

literatur ilmu pendidikan akhlak dalam beberapa aspek, yaitu

akhlak dalam bertanya, akhlak seorang anak kepada orang tua,

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

13

kesabaran pendidik, kejujuran pendidik, ketaatan peserta didik

pada gurunya.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan kajian penting dalam sebuah penelitian

yang akan kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literal.

Kajian pustaka merupakan sebuah uraian tetntang literatur yang relevan

dengan bidang atau topik tertentu.17

Penelitian pustaka ini pada dasarnya bukan penelitian yang benar-

benar baru. Sebelum ini banyak yang sudah mengkaji objek penelitian

tentang nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu, penulisan dan penekanan

skripsi ini harus berbeda dengan skripsi yang telah dibuat sebelumnya.

Adapun telaah yang digunakan pada penulisan skripsi ini ialah

menggunakan prior research (penelitian terdahulu). Prior research

yaitu penelitian terdahulu yang telah membahas nilai-nilai pendidikan.

Namun prior research yang digunakan penulis dalam pembuatan

skripsi ini, adalah nilai-nilai pendidikan yang telah dikhususkan objek

kajiannya, seperti nilai-nilai pendidikan akhlak, sosial, dan lain

sebagainya. Diantara prior research yang dimaksudkan diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak menurut Al Qur’an surat At

Taghabun ayat 14. Skripsi tersebut disusun oleh FaiqJauharotul

Huda (NIM : 3101332), isi skripsi tersebut memaparkan nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam surat At Taghabun ayat 14. Nilai-nilai

yang ada didalam skripsi tersebut antara lain sikap mau

memaafkan, menahan amarah, dan mau mengampuni. Dengan

demikian skripsi tersebut hanya terfokus pada QS At Taghabun

ayat 14.18

17

Punaji Setyosari, Metode penelitian pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 72 18

Faiq Jauharotul Huda (3101332), Nilai-nilai pendidikan akhlak menurut Al Qur’an surat At

Taghabun ayat 14, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), td

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

14

2. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Al A’raf ayat 199.

Disusun oleh Zaenal Abidin (NIM 3102044), skripsi tersebut berisi

tentang pendidikan akhlak yang meliputi sikap pemaaf, amar

ma‟ruf nahi munkar, dan berpaling dari sifat yang bodoh.19

3. Nilai-nilai pendidikan kesehatan mental dalam qiyamullail.

Disusun oleh Abdul Jalil (NIM 3102307). Skripsi ini berisi

mengenai kesehatan fisik dan mental, ketanangan jiwa, dan upaya

untuk menjauhkan diri dari penyakit hati.20

4. Nilai-nilai pendidikan dalam film children of heaven.Disusun oleh

Solikhul Munthaha (NIM 3100354), berisi tentang berbakti pada

orang tua, sesama, tetangga, dan juga brisi tentang kesehatan

jasmani.21

5. Nilai pendidikan akhlak dalam syairan kitab ta’limul muta’alim.

Disusun oleh Mohamad Mahfudz (NIM 3103246). Skripsi ini

berisi tentang taqwa, zuhud, sabar, takut dosa, cara mencari ilmu

yang bermanfaat, menjaga lisan, serta sikap pemaaf.22

Dari beberapa kajian pustaka diatas, maka jelaslah bahwa

tulisan skripsi yang membahas tentang nilai-nilai pendidikan akhlak

dalam QS Al Baqarah ayat 67-73 belumlah ada yang membahasnya.

Dari hal inilah, penulis akan mencoba memaparkan dan menganalisis

tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada QS Al Baqarah ayat

67-73.

19

Zaenal Abidin (3102044), Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Al A’raf ayat 199,

(Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2007), td 20

Abdul Jalil (3102307), Nilai-nilai pendidikan kesehatan mental dalam qiyamullail, (Semarang :

Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), td 21

Solikhul Munthaha (3100354), Nilai-nilai pendidikan dalam film children of heaven, (Semarang

: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2007), td 22

Mohamad Mahfudz (3103246), Nilai pendidikan akhlak dalam syairan kitab ta’limulmuta’alim, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), td

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

15

F. Methode Penelitian

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan fokus

penelitian sebagai berikut : nilai-nilai pendidikan akhlak pada QS.

Al Baqarah ayat 67-73 yang meliputi akhlak kepada orang tua,

akhlak dalam mengajukan pertanyaan, kesabaran pendidik dalam

menempa peserta didiknya, kejujuran pendidik dalam

menyampaikan ilmu yang dimilikinya, dan ketaatan peserta didik

kepada pendidiknya.

Penelitian ini secara tidak langsung juga merupakan studi

sejarah mengenai cerita sapi betina dan watak orang Bani Israil,

karena hal tersebut juga terdapat pada QS Al Baqarah ayat 67-63,

dan yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai isi dari QS

Al Baqarah ayat 67-63.

2. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari kitab suci Al Qur‟an yang

menjadi pedoman hidup orang islam. Selain itu, sumber data

penulisan ini juga diambil dari buku-buku atau bahan bacaan yang

relevan dengan pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini.

Sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok,

yang pertama adalah sumber primer, dan yang kedua adalah sumber

sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti.

Dalam melakukan kajian mengenai suatu ayat, maka jelaslah

kalau yang menjadi sumber data primer adalah berasal dari Al

Qur‟an.

b. Sumber Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-

sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian,

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

16

dan memberi interpretasi terhadap sumber primer. Sumber data

sekunder dapat berupa kitab-kitab tafsir maupun buku-buku

bacaan yang masih relevan dengan pembahasan skripsi ini.

Kitab-kitab tafsir yang penulis jadikan sebagai referensi

penulisan skrisi adalah sebagai berikut :

Tafsir Al Maraghi, karya Ahmad Musthafa Al Maraghi.

Tafsir Al Mishbah, karya M.Quraish Shihab.

Tafsir Fi Dzilalil Qur‟an, karya Sayyid Quthb

Kitab Al „Aliyy, terbitan dari Departemen Agama Republik

Indonesia.

Tafsir Al Qur‟an Majid Annur karya Tengku Muhammad

Hasbi Ash Shiddieqy.

Tafsir „Aidh Al Qarni, karya Qisthi Press

Tafsir Hasiyat Al Sawi „Ala Tafsir Al Jalalayn, karya Al

Sayh Ahmad ben Muhammad Al Sawi.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka membahas dan memecahkan masalah yang

ada dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library

research. Library research adalah penelitian yang dilaksanakan

dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku,

catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.

Menjadikan perpustakaan sebagai sumber data utama, yang

dimaksud adalah untuk menggali teori dan konsep yang telah

ditentukan oleh para ahli terdahulu, mengikuti perkembangan

penelitian di bidang yang akan diteliti, memperoleh orientasi yang

luas mengenai topik yang dipilih, dan memanfaatkan data sekunder,

serta menghindari duplikasi penelitian.Kemudian ditelaah dan

dikritisi, serta mengadakan interpretasi secara cermat dan mendalam.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

17

4. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya

adalah menganalisis dengan metode yang diinginkan. Metode yang

digunakan dalam menganalisis tulisan ini adalah metode tahlili.

Metode Tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat Al Qur‟an

dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-

ayat yang ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang

mencakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan

mufasir yang mentafsirkan ayat tersebut23

.

Dalam metode ini, biasanya mufasir menguraikan makna

yang dikandung oleh Al Qur‟an, ayat demi ayat, dan surat demi surat

sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut mencakup

berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan, seperti

pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turun ayat,

kaitannya dengan ayat-ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya.

Dan tidak ketinggalan pula pendapat yang telah diberikan berkenaan

dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi,

sahabat, para tabi‟in, maupun ahli tafsir lainnya.

23

Nashrudin Baidan, Methodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),

hlm. 31

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

18

BAB II

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM QS. AL BAQARAH AYAT 67-73

A. Nilai

1. Pengertian Nilai

Nilai disamping juga sebagai produk dari masyarakat, juga merupakan alat atau

media untuk menyelaraskan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan

bermasyarakat (dalam arti berhubungandengan orang lain). Menanamkan nilai yang

baik juga merupakan fungsi utama pendidikan. Ada banyak tokoh pendidikan yang

mengartikan apa itu nilai. Nilai menurut Milton Rokeach dan James Bank yang

dikutip oleh Chabib Thoha dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam adalah

sebagai suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan

dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai

sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.1

Masih dalam buku yang sama Chabib Thoha juga mengutip pendapat J.R.

Fraenkel yang mendefinisikan nilai sebagai berikut: A value is an idea a concept

about what some one thinks isimportant in life 2 . Dari pengertian yag dikemukakan

oleh J.R. Fraenkel, ini menunjukkan bahwa nilai bersifat subyektif, artinya tata nilai

pada masyarakat satu belum tentu tepat diterapkan untuk masyarakat yang lain, hal

tersebut dikarenakan nilai diambil dari suatu hal yang penting bagi masyarakat

tertentu.

Sebagai contoh untuk memahami devinisi nilai dari JR. Fraenkel adalah sebagai

berikut :

1ChabibThoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm. 60.

2ChabibThoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm. 60.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

19

Segenggam garam lebih berarti bagi masyarakat Dayak di daerah

pedalaman dari pada segenggam emas. Hal tersebut dikarenakan

segenggam garam lebih berarti untuk mempertahankan kehidupan.

Sedangkan segenggam emas hanya sebagai perhiasan.

Segenggam emas lebih berarti dari pada sekarung garam bagi

masyarakat perkotaan.

Adanya perbedaan tersebut adalah dikarenakan segi manfaat dari suatu hal.

Nilai sesuatu akan selalu berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lain.

Pengertian ketiga yang dikutip oleh Chabib Thoha dalam buku yang sama mengenai

pengertian nilai, dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Menurut Sidi Gazalba pengertian

nilai adalah sebagai berikut :

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit,

bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah yang menuntut pembuktian

empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki,

disenangi atatu tidak disenangi3.

Pengertian diatas menunjukan adanya hubungan antara subjek penilaian dengan

objek. Seperti halnya garam dikatakan bernilai karena ada subjek yang

menganggapnya penting, jika garam tidak ada yang membutuhkan, maka garam dapat

dikatakan tidak memiliki nilai. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil satu

kesimpulan tentang definisi nilai yaitu hasil dari pendapat seseorang mengenai suatu

hal.

2. Macam-macam Nilai

Menurut Noeng Muhadjir nilai dibedakan menjadi dua macam, yaitu nilai

Ilahiyahdan nilai Insaniyah4. Nilai Ilahiyah merupakan nilai yang bersumber dari

3ChabibThoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm. 61.

4ChabibThoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)., hlm. 64.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

20

agama (wahyu Allah), sedangkan nilai Insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh

manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh manusia pula.

Nilai Ilahiyah dapat dibagi menjadi dua, pertama nilai ubudiyah yaitu nilai

tentang bagaimana seseorang seharusnya berlaku dan beribadah terhadap Tuhannya.

Nilai uluhiyah sering kita sebut dengan istilah “hablum minallah”. Kedua, nilai

muammalah yaitu nilai yang ditentukan oleh Tuhan bagi manusia untuk dijadikan

pedoman dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Nilai Insaniyah terdiri

dari nilai rasional, nilai sosial, nilai indiviual, nilai biofisik, nilai ekonomik, nilai

poltik dan nilai estetik. Nilai ini juga dapat kita sebut dengan “hablum minannnas”.

Dari kedua jenis nilai di atas maka nilai Ilahiyah merupakan nilai yang tidak

lagi bersifat subyektif melainkan menjadi obyektifpada kalangan agama tertentu. Hal

ini dikarenakan nilai Ilahiyah tentunya didasarkan pada firman Tuhan yang terdapat

dalam kitab suci agama tertentu. Meski nilai pada masyarakat berbeda namun

beragama sama,tentu saja aplikasi beragama pada masyarakat tersebut tetaplah sama.

Begitu juga nilai-nilai Ilahiyah dalam agama Islam tentulah sama walau berada dalam

masyarakat yang memiliki budaya berbeda.

Berdasarkan adanya dua macam nilai di atas, maka penelitian ini diharapkan

dapat menemukan nilai-nilai Ilahiyah maupun Insaniyyah yang ada dalam QS. Al

Baqarah ayat 67-73.

3. Metode Pendidikan Nilai

Menurut Noeng Muhajir yang dikutip oleh Chabib Thoha, setidaknya terdapat

empat macam metode pendidikan nilai, yaitu : nilai dogmatik, nilai deduktif, nilai

induktif, dan nilai reflektif5. Adapun mengenai penjelasannya adalah sebagai berikut :

5ChabibThoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)., hlm. 85

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

21

1. Metode Dogmatik

Metode dogmatik yaitu metode yang mengajarkan nilai-nilai kepada siswa

dengan jalan menyajikan kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa

adanya dan tidak boleh mempersoalkan hakekat kebenaran tersebut.

Kelemahan dari metode ini yaitu siswa kurang mampu untuk mengembangkan

daya pikir dan rasionalitas dalam menghayati nilai-nilai kebenaran. Dampak

dari penerapan ini sering terjadi adanya penerapan ibadah dengan jalan taqlid

buta tanpa mengetahu dasarnya.

2. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah cara menyajikan kebenaran nilai-nilai dengan jalan

menguraikan konsepsi tentang kebenaran itu untuk dipahami oleh siswa.

Metode ini berangkat dari kebenaran sebagai teori yang memiliki nilai-nilai

baik, kemudian ditarik beberapa contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari

atau diterik ke dalam nilai-nilai yang lebih sempit ruang lingkupnya.

Kelebihan metode ini bagi anak-anak yang masih belajar pada tahap pemula

akan lebih baik, sebab mereka dikenalkan beberapa teori nilai kemudian

ditarik beberapa rincian yang lebihsempit yang disertakan kasus dalam

masyarakat.

3. Metode Induktif

Metoode ini merupakan kebalikan dari metode deduktif, artinya siswa

dikenalkan beberapa kasus dalam kehidupan sehari-hari, baru kemudian

diajak untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan tentang nilai-nilai yang

baik dan benar. Metode ini cocok bagi peserta didik yang sudah mampu

berfikir abstrak. Sehingga mereka mampu melakukan kajian dan analisis dari

kasus konkrit kemudian dibuat kesimpulan yangberisfat abstrak.

4. Metode Reflektif

Metode ini merupakan gabungan dari metode induktif dan metode deduktif.

Yaitu mengajarkan nilai dengan jalan memberikan konsep secara umum

kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, atau melihat kasus

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

22

kemudian mempelajari sistemnya. Metode ini baik digunakan untuk peserta

didik yang telah memiliki kemampuan berfikir abstrak, sekaligus memiliki

bekal teori tentang nilai yang cukup. Sebagai konsekuensinya, pendidik harus

benar-benar menguasai teori-teori secara umum tentang nilai sekaligus

dituntut memiliki daya penalaran yang tinggi untuk mengembalikan setiap

kasus dalam jajaran konsepsi sistem nilai.

B. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara dan

memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran. Kata didik merupakan kata kerja, ketika mendapat awalan

pe dan akhiran an, maka berubah menjadi pendidikan yang merupakan kata

benda. Jika diartikan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah

laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan6.

Jika kita mengutip dari pendapat Jalaludin dan Abdullah dalam bukunya

yang berjudul Filsafat Pendidikan, maka pendidikan diartikan sebagai proses

usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam

membimbing melatih, dan menanamkan nilai dan dasar pandangan hidup

kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan

bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia yang sesuai

dengan sifat hakiki dan ciri kemanusiaannya.7

Untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai pengertian pendidikan,

penulis akan menyebutkan devinisi pendidikan dari beberapa ahli yang

6Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka. 2003),

hlm. 263 7Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2009), hlm. 21

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

23

penulis kutip dari buku Dasar-dasar Kependidikan karya Fuad Ihsan. Diantara

tokoh yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut8 :

a. Driyarkara mengartikan pendidikan sebagai upaya

memanusiakan manusia muda. Pengertian ini sangat sulit kita

fahami karena devininsi yang diberikan sangatlah sederhana

dan singkat. Namun hemat penulis dalam menanggapi

pendidikan yang diartikan oleh Driyarkara adalah sebagai

pembinaan yang diberikan oleh oleh orang yang lebih tua

kepada yang lebih muda. Dalam konsep Islam, jika berbicara

tentang pendidikan, maka orang dikatakan tua tidak hanya

dilihat dari faktor usianya, namun lebih tertuju pada

pendalaman pengetahuan yang dimilki.

b. Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan

adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan

sikap dan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.

c. Ki Hadjar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya

upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti, fikiran,

dan tubuh anak.

Dalam undang-undang tersebut No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1

disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai berikut :

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Dari beberapa devinisi yang ada, maka dapat kita simpulkan bahwa

pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah usaha manusia untuk dalam

menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang lebih bermakna. Adanya

8Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 4

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

24

pendidikan sendiri adalah agar terwujudnya manusia yang memiliki kekuatan

spiritual kegamaan, kecerdasan, dan akhlak yang mulia.Hal tersebut sesuai

dengan apa yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Dalam pendidikan setidaknya ada enam faktor yang dapat membentuk

pola interaksi dalam pendidikan itu sendiri. Enam faktor tersebut adalah :

tujuan, pendidik, peserta didik, materi pendidikan, method pendidikan, dan

situasi lingkungan9.

a. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan kegiatan10

. Tujuan sangat penting

untuk mengetahui sampai sejauh mana pendidikan yang dilaksanakan

dikatakan berhasil. Hal tersebut dikarenakan, jika pendidikan tidak

memiliki tujuan yang jelas, maka proses pendidikan akan berjalan

tidak beraturan dan terkesan semrawut.

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1

disebutkan beberapa tujuan pendidikan, diantaranya adalah agar

peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya

agar ia memilki memliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

b. Pendidik

Pada hakikatnya pendidika tidak akan lepas dari faktor

pendidik. Pendidik merupakan faktor sentral dalam pndidikan.

9 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 7

10 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.41

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

25

Pendidik sendiri dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu

pendidik berdasarkan kodrat dan berdasarkan jabatan11

.

Pendidik menurut kodrat adalah orang tua itu sendiri. Orang

tua sebagai pendidik merupakan pendidik yang pertama dan utama,

karena secara kodrati semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang

tiada memiliki daya untuk berbuat apa-apa dan tiada memiliki

pengetahuan apa-apa. Dengan pertolongan orang tualah, bayi mampu

tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.

Sebagai pendidik, orang tua juga melakukan proses pendidikan

bahkan ketika si bayi masih berada dalam kandungan. Pendidikan

semacam ini dikenal dengan pendidikan prenatal. Dalam tahap ini

perbuatan yang dilakukan ibu ketika mengandung anaknya akan

berdampak kepada pertumbuhan anaknya.

Pendidik yang menurut jabatan adalah seorang guru. Guru

sebagai pendidik menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu :

orang tua, masyarakat, dan negara. Namun jika dalam hal ini adalah

guru agama islam, maka pertanggung jawaban guru juga akan

dihadapkan atas nama agama, yaitu kepada Allah SWT.

Ada beberapa syarat untuk menjadi pendidik dalam pendidikan

Islam, diantaranya yaitu : sudah berumur dewasa, sehat jasmani dan

rohani, ahli dalam bidang pelajaran yang diampu, harus berkesusilaan

dan berdedikasi tinggi12

.

c. Peserta Didik

Peserta didik merupakan subjek dari pendidikan yang ada.

Dalam pendidikan yang masih tradisional, peserta didik dipandang

11

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 8 12

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010),

hlm. 80

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

26

sebagai organisme yang pasif yang hanya menerima informasi dari

orang dewasa.

Seorang peserta didik harus menghormati pendidiknya agar ia

mendapat keberkahan dari ilmu yang ia pelajari. Bahkan dalam

terjemah kitab Ta’limul Muta’alim diterangkan demikian :

Menurutku, hak yang paling utama adalah hak seorang guru.

Dan hak itu wajib bagi setiap orang Islam. Sungguh ia berhak

diberi kemuliaan. Setiap ia mengajar satu huruf, tak cukup

memberinya seribu uang dirham13

.

Ada banyak cara yang harus dilakukan peserta didik untuk

menghormati gurunya. Yang pada intinya seorang peserta didik harus

mendapat ridho seorang guru dan jangan sampai membuat guru marah

dan sakit hati. Menurut Al Zanurji ada beberapa cara yang dapat

dilakukan peserta didik untuk menghormati seorang guru, diantaranya

yaitu:

1. Tidak berjalan di depan guru

2. Tidak duduk ditempat duduk guru

3. Tidak memperbanyak omongan ketika bersama guru

4. Tidak mengetuk pintu rumah atau kamar seorang guru

5. Menghormati pula anak beserta keluarga guru14

Istilah peserta didik dalam dunia pesantren dikenal dengan

istilah santri. Kata santri dalam ejaan arab ditulis dengan huruf sin,

nun, ta’, dan ra. Dimana masing-masing huruf tersebut memiliki arti

tersendiri. Yang pertama yaitu huruf sin, sin berasal dari kata satirul

anil uyub yang berarti orang yang mampu menutup aib. Maksud dari

13

Syekh Al Zanurji, Ta’limul Muta’alim Terjemah Ma’ruf Asrori, (Surabaya : Pelita Dunia, 1996),

hlm. 35 14

Syekh Al Zanurji, Ta’limul Muta’alim Terjemah Ma’ruf Asrori, (Surabaya : Pelita Dunia, 1996),

hlm. 35

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

27

kata tersebut adalah agar peserta didik itu mampu menjaga dirinya dari

perbuatan yang menyebabkan orang lain malu karena perbuatannya.

Oleh karena itu peserta didik harus bisa menutupi kekurangan yang

dimiliki temannya ataupun siapa saja.

Huruf yang kedua adalah nun, nun berasal dari kata nahyun

anil munkar yang berarti mencegah dari perbuatan munkar.

Maksudnya adalah peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang

baik dan bisa mencegah adanya perbuatan buruk, baik dari dirinya

sendiri ataupun perbuatan buruk dari orang lain.

Ta’ berasal dari kata taibun anil dzunub yang berarti bertaubat atas

semua dosa-dosa. Pengertian bertaubat dari dosa kita artikan taubat

kepada Allah SWT. atas dosa yang diperbuat. Namun devinisi taubat

dari dosa bisa kita tafsir sebagai mengetahui kesalahan yang diperbuat.

Dengan adanya kesadaran tersebut, peserta didik diharapkan bisa

memperbaiki kesalahannyadan tidak mengulanginya kembali.

Huruf yang terakhir yaitu ra’. Huruf ra’ merupakan

kepanjangan dari rahmatal lil alamin yang berarti sayang terhadap

semua orang. Sebagai peserta didik diharapkan pula memiliki sifat

mau menyayangi sesama tanpa memikirkan perbedaan yang ada.

d. Materi Pendidikan

Materi yang dimaksudkan disini adalah segala hal yang

diberikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan yang diinginkan. Dalam memberikan materi kepada

peserta didik harus memenuhi syarat utama, yaitu :

1. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Materi harus sesuai dengan peserta didik15

.

15

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 9

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

28

Dua hal tersebut setidaknya harus ada dalam pemilihan materi

yang ditawarkan kepada peserta didik. Dapat dikatakan bahwa materi

pendidikan yang berbasis umum akan berbeda dengan yang berbasis

kejuruan. Dan kemudian materi juga harus disesuaikan dengan peserta

didik berdasarkan jenjang tingkat pendidikannya. Hal ini agar peserta

didik mampu berfikir sesuai dengan tingkatannya, jangan sampai

malah terbebani dengan materi yang terlalu berat.

e. Metode Pendidikan

Secara bahasa metodhe berasal dari dua kata, yaitu : meta dan

hodos. Meta berarti ”melalui.” dan hodos berarti ”jalan atau cara”.

Metodhe adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan16

. Penerapan metode harus tepat agar interaksi

antara pendidik dan peserta didik dapat berjalan dengan baik.

Dalam mengajar, seorang guru tidak harus terpaku pada satu

metode saja, namun sebaliknya penggunaan metode haruslah

bervariasi agar proses belajar mengajar tidak berjalan membosankan.

f. Situasi Lingkungan

Situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil

pendidikan. Lingkungan yang ada pada peserta didik yang palng

berpengaruh adalah lingkungan keluarga, hal tersebut dikarenakan

sebagian besar kegiatan peserta didik berada di rumah. Perhatian dan

motivasi dari keluarga harus selalu diberikan kepada peserta didik agar

tercipa suasana yang kondusif dalam belajar.

Jika perhatian tidak ada dari keluarga, maka peserta didik akan

cenderung menghabiskan kegiatannya dilingkungan tempat ia bermain.

16

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.46

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

29

Keadaan seperti ini sangant tidak baik untuk pendidikan peserta didik,

karena aktifitas yang ada pada lingkungan ini biasanya hanya sebatas

bermain-main dan mencari kesenangan semata. Dikhawatirkan pada

lingkungan ini akan membawa peerta didik ke dalam kenakalan remaja

yang tidak terkontrol lagi.

Lingkungan yang terakhir adalah lingkungan sekolahan di

mana peerta didik belajar. Kualitas dan mutu sebuah lembaga

pendidikan tentunya juga berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan peerta didik.

Dapat diambil kesimpulan bahwasanya lingkungan keluarga,

teman, dan sekolahan harus semuanya mndukung keadaan belajar pada

peserta didik. Jika ada satu lingkungan yang bermasalah, maka akan

berdampak pula pada keadaan lingkunagn yang lain. Namun yang

perlu lebih mendapat perhatian adalah ligkungan keluarga yang

merupakan pondasi dasar pendidikan seorang anak.

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqun yang

berarti budi pekerti, tingkah laku, tabiat. Menurut istilah, mengutip dari

pendapat Nasirudin, akhlak adalah kehendak yang sudah menyatu dengan

pribadi seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan17

.

Banyak ulama’ yang mencoba mendefisinikan mengenai akhlak,

diantara mereka yang mengartikan akhlak adalah sebagai berikut :

Imam Ghazali mengartikan akhlak sebagai suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-

17

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang : Rasail, 2010), hlm. 32

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

30

perbuatan dengan mudah dan gampang dan tanpa memerlukan

pemikiraan dan pertimbangan. Jika sifat itu tertanam dalam

jiwa maka menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik dan

terpuji menurut akal dan syari'at .

Ibnu Miskawaaih, akhlak suatu sikap mental atau keadaan jiwa

yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan

pertimbangan18

.

Abuddin Nata, ahklak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan tersebut

telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat

melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan

pemikiran19

.

Ahmad Amin ahklak adalah kebiasaan kehendak, ini berarti

bahwa kehendak itu apabila telah melalui proses membiasakan

sesuatu, maka kebiasaan itu disebut ahklak20

.

Dari beberapa pengertian akhlak diatas, maka secara sederhana akhlak

dapat diartikan sebagai sesuatu perbuatan yang telah menjadi kebiasaan

seseorang, dan dalam mewujudkan perbuatan tersebut tidak perlu lagi

memerlukan sebuah pertimbangan. Menurut Nasirudin akhlak dibangun

atas empat unsur, yaitu : tindakan baik dan buruk, kemampuan

melaksanakan, pengetahuan terhadap perbuatan baik dan buruk, adanya

kecenderungan jiwa terhadap salah satu perbuatan baik atau buruk21

.

Sebagai mana kita ketahui akhlak dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak

yang terpuji dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji sering kita

18 Sirajuddin Zar, Filsfat Islam Filosof dan filsafatnya, (Jakarta Rja Grafindo Persada, 2004, hlm. 135. 19 Abuddin Nata, Ahlak Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo, 1997), hlm. 5. 20 Ahmad Syadzali, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoove, 1993), hlm. 102. 21

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang : Rasail, 2010), hlm. 32

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

31

sebut dengan istilah akhlakul karimah ataupun akhlakul mahmudah.

Sedangkan akhlak yang tercela sering dikenal dengan istilah akhlakus

sayyiah ataupun akhlakul madzmumah.

Akhlak sendiri memiliki fungsi bagi kehidupan kita. Dengan

mempelajari akhlak, kita dapat membedakan mana perbuatan yang baik,

dan mana perbuatan yang buruk, sehingga kita dapat menjalani kehidupan

sesuai dengan ajaran Islam dengan baik.

2. Proses Pembentukan Akhlak

Mengenai pembentukan akhlak, ada perbedaan pendapat. Ada yang

berpendapat bahwa akhlak tidak dapat dirubah karena sudah merupakan

hal yang melekat pada diri seseorang. Dan adapula yang berpendapat

bahwa akhlak masih dapat dirubah dengan beberapa gemblengan.

Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Tasawuf, Nasirudin

menjelaskan beberapa cara untuk merubah akhlak, diantaranya yaitu :

a) Melalui pemahaman

b) Melalui pembiasaan

c) Melalui teladan yang baik22

Pemahaman seseorang mengenai akhlak dapat diperoleh dari mana

saja, bisa dari teman, guru di sekolah, ataupun ustadz. Pemahaman

tersebut diperoleh dengan proses belajar, sehingga seseorang mampu

mendapat sebuah informasi mengenai dampak akibat akhlak baik maupun

buruk. Akhlak yang baik akan memiliki dampak yang baik pula, entah itu

dari sudut pandang agama maupun masyarakat. Sedangkan akhlak yang

buruk akan berdampak buruk pula.

22

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang : Rasail, 2010), hlm. 36

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

32

Dengan mengetahui dampak dari akhlak baik dan akhlak yang jelek,

tentunya seseorang akan lebih berhati-hati dalam melakukan aktifitasnya,

sehingga ia akan lebih cenderung melakukan perbuatan yang baik.

Pembentukan yang kedua yaitu dengan cara pembiasaan. Cara ini biasa

dilakukan di lembaga pendidikan dari PAUD sampai jenjang kuliah.

Dalam lembaga pendidikan, siswa selalu dituntut untuk melakukan

aktifitas yang mencerminkan akhlak terpuji, agar nantinya pembiasaan

yang dilakukan di sekolah akan selalu dilakukan peserta didik ketika ia

tidak berada di sekolah.

Pembiasaan yang tidak kalah pentingnya adalah pembiasaan yang

dilakukan di lingkungan keluarga. Dalam hal ini orang tua memegang

peranan penting dalam pembentukan pembiasaan yang baik bagi anak.

Pembiasaan akhlak terpuji bisa dimulai dari membaca doa sebelum

melakukan kegiatan maupun setelah selesai, melakukan kegiatan ibadah,

bertutur kata yang sopan, dan lain sebagainya.

Yang terakhir yaitu pembentukan melalui teladan yang baik. Akhlak

seseorang akan terbentuk dari teladan orang yang ada di dekatnya, seperti

orang tua, kakak, guru. Jika seseorang ketika di rumah ia selalu

dihadapkan pada perbuatan orang tua yang selalu melakukan perbuatan

baik, maka secara tidak langsung itu merupakan proses pendidikan yang

mampu membentuk kepribadian seorang anak. Hal tersebut juga berlaku

sebaliknya, jika anak ketika di rumah selalu dihadapkan dengan keadaan

orang tua yang suka bertengkar, berkata kotor, maka itu akan menjadi

teladan yang berpotensi akan diikuti oleh anak.

Pembiasan dari seorang guru juga sangat penting. Dalam peribahasa

disebutkan “guru makan berdiri, murid kencing berlari”. Peribahasa

tersebut merupakan gambaran betapa penting guru untuk menjaga

perbuataanya, karena perbuatan guru juga merupakan teladan bagi peserta

didiknya.

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

33

Semua cara diatas, mulai dari pembentukan melalui pemahaman,

pembiasaan, dan teladan, haruslah dijalankan secara bersamaan. Jangan

sampai dilakukan secara terpisah, karena akan menyebabkan

pembentukan akhlak yang baik tidak akan berjalan maksimal. Sebagai

contoh, seorang anak telah mengetahui bahwasanya sholat adalah

kewajiban bagi setiap muslim, dan di sekolah ia belajar telah dilakukan

kegiatan sholat berjamaah sebagai langkah pembiasaan, namun ketika ia

di rumah, ia dihadapkan dengan keadaan orang tua yang menjadi teladan

di rumah malah tidak melakukan sholat, maka si anak ketika di rumah

juga akan terbiasa untuk tidak sholat.

D. Qs. Al Baqarah Ayat 67-73

Al Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi sumber dalam ajaran

Islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah

SWT kepada nabi Muhammad SAW , sebagai rahmad yang tak ada taranya

bagi alam semesta.Dalam buku Mahabis Fi Ulumil Qur’an Al Qur’an juga biasa

diartikan sebagai berikut :

Kalam Allah atau firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang membacanya merupakan ibadah. Definisi

kalam adalah kelompok atau jenis yang meliputi segala kalam, dan

dengan menghubungkannya kepada Allah, berarti tidak termasuk

kalam manusia, jin, dan malaikat. Dan Al Qur’an adalah wahyu yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, jadi kalam Allah SWT

yang dirunkan kepada Nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad

bukanlah dinamakan Al Qur’an, seperti Injil yang diturunkan kepada

Nabi Isa AS, Taurat kepada Nabi Musa AS, dan Zabur kepada Nabi

Dawud AS.23

Sedangkan yang diteliti dalam tulisan ini adalah mengenai QS. Al

Baqarah 67-73. Adapun bunyi dari ayat tersebut adalah sebagai berikut :

23

Manna Khalil Al Qattan, Mahabis fi ulumil Qur’an, terjemah Mudzakir, (Bogor : Pustaka Litera

Antar Nusa, 2001), hlm. 17

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

34

67.Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya

Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata:

"Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?".Musa menjawab:

"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari

orang-orang yang jahil".

68. Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami,

agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa

menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah

sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka

kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar

Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab:

"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

35

yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang

yang memandangnya."

70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar

Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena

Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya

Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."

71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu

adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan

tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya."

mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi

betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir

saja mereka tidak melaksanakan perintah itu

72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu

saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa

yang selama ini kamu sembunyikan.

73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian

anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali

orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda

kekuasaanNya agar kamu mengerti.

QS. Al Baqarah adalah surat ke dua dari urutan susunan surat dalam Al

Qur’an, meskipun demikian surat Al Baqarah adalah surat yang diturunkan ke

87 setelah surat Al Muthaffifin24

. Dan QS. Al Baqarah terdiri dari 286 ayat

dan tergolong surat Madaniyyah yang sebagian besar turun pada permulaan

tahun Hijriyyah (kecuali pada ayat ke 281 yang turun di Mina ketika nabi

Muhammad SAW Melakukan haji wada’).

QS. Al Baqarah dinamakan juga dengan sebutan Fustatul Qur’an ,

artinya puncaknya Al Qur’an, hal itu dikarenakan memuat beberapa hukum

yang tidak disebutkan dalam surat lain25

. Al Baqarah juga dikenal dengan

24

Abdullah Umar, MushthalichulAttajwid, (Semarang : Karya Toha Putra, t.th.),hlm. 10 25

Wikipedia , Surat Al Baqarah, dalam : http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah. diunduh pada

tanggal 12 Desember 2011

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

36

nama surat “alif-lam-mim”,karena surat ini dimulai dengan lafadz Alif-laam-

miim.

Dinamakan surat Al Baqarah, juga karena didalam surat ini memuat

cerita mengenai penyembelihan sapi betina yang diperintahkan kepada orang-

orang Bani Israil. Cerita tersebut ada dalam QS. Al Baqarah ayat 67-73, dalam

cerita tersebut juga digambarkan mengenai sifat dan watak orang Yahudi pada

umumnya.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

37

BAB III

ASBABUN NUZUL, MUNASABAH, DAN TAFSIR

QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 67-73

A. Asbabun Nuzul QS. Al Baqarah Ayat 67-73

Secara bahasa, asbabun nuzul dapat diartikan dengan sebab

turunnya Al Qur’an. Kita tahu bahwa Al Qur’an diturunkan selama 23

tahun secara mutawatir (berangsur-angsur), dan bertujuan untuk

memperbaiki tata cara kehidupan orang yang hidup pada masa zaman

jahiliyyah.

Namun pembahasan sebab diturunkannya Al Qur’an di atas,

bukanlah maksud dari asbabun nuzul dalam tulisan ini.Secara bahasa,

kata asbabun nuzul berasal dari kata asbab dan nuzul. Kata asbab sendiri

merupakan mufrod (bentuk tunggal) dari kata sabab yang artinya alasan

atau sebab. Sebab adalah kejadian atau sesuatu hal yang melatar

belakangi suatu wahyu Al Qur’an diturunkan1.

Sedangkan kata nuzul secara bahasa berarti turun. Jadi, kata

asbabun nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab turunnya Al Qur’an.

Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diberikan oleh para

ulama’. Menurut Dr. Shubhi al-Shalih definisi dari asbabun nuzul adalah

Sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang

memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada

masa terjadinya sebab itu2

Mohammad Ali Ash Shabuny mengartikan asbabun nuzul sebagai

sebab atau masalah yang menyebabkan diturunkannya ayat-ayat al-

Qur'an.3

1Idhoh Anas, Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an, (Pekalongan : Al Asri, 2008), hlm. 9

2Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm. 90

3Mohammad Ali Ash Shabuny, Pengantar Study Al Qur’an Terjemah Moch. Chudlori Umar,

(Bandung : Al Ma’arif, 1987), hlm. 45

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

38

Dari penjelasan itu dapat diambil pengertian bahwa sebab turunnya

al-Qur'an (turunnya suatu ayat) ada kalanya berbentuk pertanyaan suatu

ayat atau beberapa ayat turun guna menerangkan hal yang berhubungan

denganperistiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan

tertentu.

Anggapan mempelajari asbabun nuzul tidak bermanfaat dan

membuang-buang waktu adalah tidak benar. Karena dengan mempelajari

asbabun nuzul itu sendiri, ada beberapa faedah yang dapat kita ambil,

diantaranya yaitu4 :

a. Mengerti segi rahasia yang mendorong disyariatkannya beberapa

hukum.

b. Jalan yang kuat untuk memahami arti dan makna Al Qur’an, karena

dengan mengetahui sebabnya maka akan tahu pula perkara yang

diakibatkan.

Dilihat dari segi turunnya, Al Qur’an dibedakan ke dalam dua

kelompok, yang pertama adalah ayat yang tidak memiliki sebab dan

hubungan dengan suatu kejadian. Bagian yang kedua adalah ayat yang

memiliki sebab dengan suatu peristiwa5.

QS. Al Baqarah yang menjadi bahan pembuatan skripsi ini, juga

ada ayat yang memiliki asbabun nuzul dan ada juga yang tidak memiliki

asbabun nuzulnya. Ayat dari surat Al Baqarah yang memiliki asbabun

nuzul adalah sebagai berikut :

Ayat 6-7, 19, 26-27, 44, 62, 76, 79, 80-81, 89, 94, 97, 99, 100, 102,

104, 106, 108, 109, 114, 115, 119, 120, 125, 130, 135, 142, 143,

150, 154, 158, 159, 164, 170, 174, 177, 178, 184, 186, 187, 188,

189, 190, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 2001, 204, 207, 208,

4Idhoh Anas, Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an, (Pekalongan : Al Asri, 2008), hlm. 10

5Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu l-Qur’an, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm.74

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

39

214, 215, 217, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 228, 229, 230, 231,

232, 238, 240, 241, 245, 256, 257, 267, 272, 274, 278, 285, 2866

Berdasarkan keterangan mengenai mana-mana ayat dari QS. Al

Baqarah yang memiliki sebab diturunkannya secara khusus, maka QS. Al

Baqarah ayat 67-73 yang menjadi bahan kajian skripsi ini, adalah tidak

memiliki asbabun nuzul. Dengan kata lain, QS. Al Baqarah ayat 67-73

tidak memiliki sebab yang khusus ketika ayat tersebut diturunkan.

B. Munasabah QS. Al Baqarah 67-73

Secara etimologi munasabah berarti al mugharabah yang berarti

mendekati atau menyerupai7. Secara terminologi, Imam Zarkasyi sendiri

memaknai munâsabah sebagai berikut :

Ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan

akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau

hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan

ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’arudh) dan sebagainya.

Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa keguanaan ilmu ini adalah

“menjadikan bagian-bagian kalam saling berkait sehingga

penyusunannya menjadi seperti bangunan yang kokoh yang bagian-

bagiannya tersusun harmonis8.

Selain pengertian di atas, munasabah juga diartikan sebagai sesuatu

yang menerangkan korelasi (hubungan) antara suatu ayat dengan ayat

yang lain, baik yang ada di belakangnya atau yang ada di mukanya. Dari

definisi tersebut, maka ketika kita mencoba mengkaji suatu ayat, maka

tidak dibenarkna jika hanya memperhatikan bagian dari satu

pembicaraan, kecuali jika hanya ingin tahu arti secara mufrodat saja.

6Islam wikipedia, Asbabun Nuzul, dalam http://islamwiki.blogspot.com. diakses pada tanggal 12

septembar 2011 7Kadar M. Yusuf, Studi Al Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2009), hlm. 101

7Kadar M. Yusuf, Studi Al Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2009), hlm. 101

8Anjar Nugroho Sb, Pengertian munâsabah dalam http://pemikiranislam.wordpress.com, diakses pada

tanggal 12 septembar 2011

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

40

Munasabah antar ayat dan antar surat dalam al-Qur’an didasarkan

pada teori bahwa teks merupakan kesatuan struktural yang bagian-

bagiannya saling terkait. Sehingga ilmu munasabah

dioperasionalisasikan untuk menemukan hubungan-hubungan yang

mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang lain9.

QS. Al Baqarah ayar 67-73 adalah menceritakan tentang sapi

betina, namun secara tidak langsung cerita ini menggambarkan beberapa

sifat-sifat yang jelek maupun kedurhakaan yang dimiliki oleh orang Bani

Israil. Dalam ayat ini, kejelekan yang dimilki oleh orang Bani Israil

adalah sifat ngeyel yang ada dalam diri mereka. Sehingga ketika disuruh

untuk menyembelih seekor sapi betina apa saja, mereka malah

mengajukan pertanyaan yang nantinya membuat mereka rerjebak dalam

kesulitan.

Mengenai munasabah QS. Al Baqarah ayat 67-73, ayat ini

memiliki hubungan dengan ayat sebelumnya. Dimana dalam ayat

sebelumnya juga disebutkan beberapa kedurhakaan orang-orang Bani

Israil. Diantara kedurhakaan mereka antara lain:

1. Mengingkari janji

2. Berlebihan / melampaui batas pada hari sabtu

3. Merubah dan menyembunyikan isi yang ada dalam kitab

Taurat

4. Melakukan permusuhan terhadap nabi dan rasul utusan Allah,

dan bahkan sampai membunuh mereka10

.

Dari hubungan diatas, maka munasabah dari QS. Al Baqarah ayat

67-73 adalah sebagai berikut :

9Anjar Nugroho Sb, Pengertian Munâsabah, dalam http://pemikiranislam.wordpress.com, diakses

pada tanggal 12 septembar 2011 10

Wahibah Zuhaili, Tafsir Munir, (Beirut : Darul Fikri, 2003), hlm. 203

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

41

1. Munasabah sebelum ayat

a. QS. Al Baqarah ayat 65

Dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar

diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka:

"Jadilah kamu kera yang hina".(QS. Al Baqarah : 65)11

Dalam ayat ini dijelaskan bagaiman perilaku yang juga dimilki

oleh orang Bani Israil. Pada masa Nabi Daud, orang-orang Bani

Israil dilarang keras untuk menangkap ikan di sungai. Hari sabtu

merupakan hari yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk bebas dari

segala macam urusan duniawi.

Adanya larangan tersebut ternyata banyak dari mereka yang

tidak mematuhinya, sebagian dari mereka memakai cara licik untuk

melanggar perintah dari Allah. Mereka tidak mengail ikan pada hari

sabtu, namun mereka membendung ikan dengan menggali kolam

sehingga air bersama ikan masuk ke kolam yang mereka buat.Atas

tindakan mereka itu, Allah mengutuk mereka menjadi kera12

.

Sebagian ahli tafsir memandang bahwa ini sebagai suatu

perumpamaan , artinya hati mereka menyerupai hati kera, karena

sama-sama tidak menerima nasehat dan peringatan. Pendapat jumhur

mufassir ialah mereka betul-betul berubah menjadi kera, hanya tidak

beranak, tidak Makan dan minum, dan hidup tidak lebih dari tiga

hari.

11

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 20 12

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2010), hlm. 265

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

42

b. QS. Al Baqarah ayat 63 dan 64

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan

Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami

berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan

kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar

kamu bertakwa". (QS. Al Baqarah : 63)13

Ketika datang wahyu berupa kitab Taurat, banyak orang Bani

Israil yang enggan untuk melaksanakan apa yang ada di dalamnya.

Allah SWT. memerintahkan Malaikat untuk mengangkat gunung

Turisin ke atas kepala orang-orang Bani Israil, karena merasa takut

pada akhirnya orang Bani Israil mau bersujud dan bersedia

menjalankan apa yang ada di dalam kitab Taurat.

Namun orang Bani Israil untuk kesekian kalinya mengingkari

janji yang mereka buat, hat tersebut telah dijelaskan pada QS. Al

Baqarah ayat 64, yang berbunyi :

Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu,

Maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu,

niscaya kamu tergolong orang yang rugi.(QS. Al Baqarah :

64)14

Itulah salah satu sifat buruk Bani Israil, dengan mudah

mengingkari janji yang telah mereka buat. Mereka tidak lagi

13

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 20 14

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 20

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

43

melaksanakan kitab Taurat yang menjadi tuntunan bagi mereka.

Ketika ditinggal Nabi Musa untuk bermunajat di gunung Turisin,

mereka malah menyembah patung berbentuk sapi.15

c. QS. Al Baqarah ayat 61

Serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi)

karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan

membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan.

demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka

dan melampaui batas. (QS. Al Baqarah : 61)16

Ayat ini menerangkan juga salah satu bentuk kedurhakaan

mereka, orang Bani Israil adalah orang yang berani membunuh

utusan Allah SWT tanpa alasan yang benar. Karena tindakan mereka

tersebut, mereka semakin mendapat murka dari Allah. Selain

membunuh nabi, mereka berani merubah ataupun mengurangi isi

kandungan yang ada dalam kiat Taurat. Penjelasan dan ayat

mengenai merubah isi taurat akan dipaparkan pada bab setelah ini.

d. QS. Al Baqarah ayat 42

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang

bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang

kamu mengetahui.(QS Al Baqarah : 42)17

15

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2010), hlm. 263 16

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 19 17

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 16

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

44

Kedurhakan yang tampak pada orang Bani Israil pada ayat ini

adalah keberanian mereka menyembunyikan isi kandungan yang ada

dalam kitab Taurat. Sesuatu yang disembunyikan di sini adalah

menyembunyikan keterangan mengenai nabi akhir zaman yang ada

pada kitab Taurat.

Dalam kitan Al Barzanji diterangkan, ada seorang bernama

Ka’ab Al Achbar. Dia menceritakan bahwa ayahnya telah

mengajarinya mengenai kitab Taurat. Namun ternyata ada satu

lampiran yang belum diterangkan oleh ayahnya. Hal itu ia ketahui

setelah ayahnya wafat, ia membuka sebuah kotak yang ternyata di

dalalmnya terdapat satu lembar isi dari Taurat.

Lampiran tersebut menerangkan mengenai nabi akhir zaman.

Ciri nabi yang dimaksudkan dalam lampiran tersebut adalah : nabi

yang lahir di Makkah, hijrah ke Madinah, kerajaannya di kota Syam,

dan lain sebagainya18

. Namun keterangan mengenai Nabi tersebut

sengaja mereka sembunnyikan, dan hal ini merupakan kedurhakaan

yang besar bagi mereka.

2. Munasabah Setelah Ayat

Munasabah ayat pada QS. Al Baqarah 67-73 yang terletak

setelahnya adalah pada QS. Al Baqarah ayat 74. Pada keterangan di atas,

munasabah ayat adalah tertuju pada sifat-sifat yang dimiliki oleh orang

Bani Israil.

Pada ayat QS. Al Baqarah ayat 74 dijelaskan mengenai keadaan

bani Israil secara keseluruhan. Meski memiliki sifat yang jelek, Allah

selalu memberi kemudahan bagi mereka agar hati mereka luluh dan mau

menjalankan segala perintah yang ada. Namun apa yang terjadi, segala

kebaikan yang diberikan Allah SWT tidaklah membuat mereka luluh,

namun hati mereka malah semakin menjadi keras. Allah SWT berfirman

dalam QS. Al Baqarah ayat 74 :

18

Al Barzanji, Majmu’, (Semarang : Pustaka Al Alawiyah, t.th.), hlm. 12

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

45

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan

lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang

mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada

yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya

sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan

Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(QS.

Al Baqarah : 74)19

Ayat di atas adalah bukti kedurhakan Bani Israil yang semakin

parah, meski telah diberi begitu banyak kemudahan, hati mereka malah

bertambah keras. Dalam ayat di atas malah digambarkan hati mereka

lebih keras dari pada sebilah batu. Batu yang begitu keras saja, jika

terkena air secara terus menerus akan menjadi berlubang, atau bahkan

akan hancur. Namun hati bain Israil yang telah begitu banyak diberi

kenikmatan malah tidak tahu diri dan semakin durhaka.

C. Pendapat Mufasir Mengenai QS. Al Baqarah ayat 67-73

1. Ayat 67

Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi

betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami

buah ejekan?". Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah

agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". (QS.

Al Baqarah : 67)

19

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : DEPAG, 1971),

hlm. 22

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

46

Nabi Musa berkata kepada orang-orang Bani Israil : sesungguhnya

Allah SWT memerintahkan kalian untuk menyembelih seekor sapi

betina. Alasan penyembelihan ini tidak lain karena ada masalah

pembunuhan yang tak kunjung diketahui siapa pelakunya. Orang Bani

Israil saling menuduh satu sama lain, sehingga terjadi kributan diantara

mereka.

Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa orang yang terbunuh

adalah orang tua yang kaya raya. Pembunuhnya sendiri tidak lain adalah

anak-anak pamannya sendiri yang menginginkan warisan dari orang tua

tersebut. Setelah dibunuh, mayat lelaki tua tersebut dibuang ke kampung

lain. Selang beberapa waktu, para pembunuh tadi kembali ke kampung

tersebut dan melakukan tuduhan bahwa pelaku pembunuhan adalah

berasal dari kampung tersebut.

Hasbi ash-Shiddiqiey berpendapat bahwa mayat tersebut memang

dibuang dikampung yang lain, namun dijelaskan pula bahwa tempat

pembuangan mayat adalah di sebuah tanah lapang yang terletak di dusun

lain tersebut.

Pembunuh tadi datang ke kampung lain tersebut juga bermaksud

untuk meminta uang tebusan atas kematian saudaranya. Akhirnya terjadi

pertengkaran diantara mereka, dan pada akhirnya masalah ini dihadapkan

kepada Nabi Musa. Nabi Musa langsung bertanya kepada si tertuduh

tadi, dan tentunya tuduhan tersebut ditolak karena mereka bukanlah

pelaku pembunuhan. Masalah ini akhirnya bertambah sulit karena belum

ada pihak yang mengakui pembunuhan tersebut.

Sebagai solusi paling akhir, orang Bani Israil meminta Nabi Musa

untuk berdoa kepada Allah AWT agar diberi petunjuk siapa sebenarnya

pelaku pembunuhannya. Tidak lama setelah itu turunlah wahyu dari

Allah SWT untuk menyembelih sapi betina.

Dalam Al Qur’an disebutkan kata baqarun, yangsecara bahasa

berarti sapi betina, sementara jantannya disebaut saur yang berarti

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

47

banteng20

. Perintah penyembelihan terhadap sapi betina sendiri

sebenarnya memiliki alasan, yaitu untuk meremehkan binatang tersebut

(sapi betina), karena sapi betina adalah jenis binatang yang diagung-

agungkan dan disembah oleh orang-orang Bani Israil. Pada bab lain

pemakalah akan menjelaskan sebab-sebab orang Bani Israil menyembah

binatang sapi betina.

Tabiat yang tampak pada diri orang Bani Israil dalam cerita sapi

betina ini adalah terputusnya hati diantara mereka21

. Hal tersebut

disebabkan oleh dangkalnya keimanan mereka. Tidak hanya itu, orang

Bani Israil juga sering enggan untuk melaksanakan printah rasul kepada

mereka dengan mencari berbagai macam alasan.

Dampak yang jelas pada sifat orang Bani Israil juga terlihat pada

cerita ini. Dalam kasus diatas disebutkan bahwa untuk mengungkap

pelaku pembunuhan tersebut, mereka diperintah untuk menyembelih sapi

betina. Namun karena kejelekan yang dimiliki orang bani Israil, mereka

tidak langsung melaksanakan perintah yang diberikan Nabi Musa.

Kemudian pada ayat , perintah dari Nabi Musa

mereka anggap sebagai olokan terhadap mereka, sehingga mereka

meragukan perintah yang diberikan oleh nabi Musa. Dari perbuatan Bani

Israil ini, dapat kita ketahui bagaimana sifat yang mereka miliki. Dengan

kesabaran yang dimiliki Nabi Musa, beliau memberikan jawaban yang

begitu sopan atas apa yang dikatakan oleh orang Bani Israil, Nabi Musa

menjelaskan bahwa tidaklah mungkin seorang utusan menyuruh untuk

melakukan hal yang bodoh. Dan Nabi Musa berkata : “ aku berlindung

kepada Allah SWT agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang

yang bodoh.22

20

Ahmad Musthafa Al Maraghi,Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 250 21

Sayyid Quttub, Fi Zhilalil Qur’an terjemah As’ad yasin dkk, (Depok : Gema Insani, 2008), hlm. 93 22

Sayyid Quttub, Fi Zhilalil Qur’an terjemah As’ad yasin dkk, (Depok : Gema Insani, 2008), hlm. 94

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

48

Sebagaimana yang kita pelajari di tingkat dasar tentang Aqoid yang

berjumlah 50, empat diantaranya adalah membahas mengenai sifat wajib

bagi rasul, yaitu : sidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig

(menyampaikan wahyu), fatonah (cerdas). Dan empat membahas tentang

sifat muhal bagi para rosul, yaitu : kidzib (berbohong), kiyanah

(ingkarjanji), kitman (menyembunyikan wahyu), baladah (bodoh)23

,

harus dapat kita fahami bahwa sebagai salah satu rasul, tidaklah mungkin

Nabi Musa melakukan tindakan bodoh, karena sifat bodoh itu tidak

mungkin ada pada diri rosul yang memilki sifat cerdas (pandai).

Dalam tafsir Aidh diterangkan bahwa orang Bani Israil ketika

diperintah untuk menyembelih sapi betina, mereka malah mengajukan

pertanyaan kepada nabi Musa, dan mereka berkata, “ Kami bertanya

kepadamu tentang si pembunuh mayat ini, tetapi kamu malah menyuruh

kami menyembelih sapi betina !”.24

Dan ketika mereka mau melaksanakan printah nabi Musa, mereka

malah mempersulit diri mereka sendiri dengan berbagai pertanyaan.

Padahal perintah yang diberikan oleh Nabi Musa adalah perintah untuk

menyembelih sapi betina yang mereka kehendaki seperti apa. Adapun

pertanyaan yang diberikan Bani Israil akan penulis bahas dalam

pembahasan tafsir ayat berikutnya.

2. Ayat 68

Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami,

agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu." Musa

menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu

adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan

23

Ahmad Almarzuqi, Aqidatul Awam, (Kudus : Menara Kudus, t.th.), hlm. 15 24

Qisthi Press, ‘Aidh Al Qarni, (Jawa Timur : Qisthi Press, 2008), hlm. 53

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

49

antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". ".

(QS. Al Baqarah : 68)

Seperti yang penulis jelaskan diatas, ketika mereka sudah akan

melakukan perintah nabi Musa, mereka malah menyulitkan diri mereka

sendiri dengan berbagai pertanyaan.

Dengan dalih meminta petunjuk kepada Allah, Bani Israil meminta

Nabi Musa agar berkenan berdoa kepada Allah agar diberi petunjuk

seperti apa sapi yang harus disembelih agar kasus pembunuhan cepat

terselesaikan.

Pada ayat yang berbunyi qoolud’ulana...........dst, Ahmad Mustafa

Al-Maragi berpendapat bahwa setelah orang Bani Israil mendengar

keterangan yang sangat menakjubkan, mereka memohon kepada Nabi

Musa agar diterangkan ciri sapi yang harus disembelih tersebut. Hal

menakjubkan yang dimaksudkan di sini adalah mengenai keajaiban

setelah sapi disembelih dapat menghidupkan orang yang telah meniggal

dunia. Adapun cara menghidupkannnya adalah dengan cara sebagian

anggota badan dari sapi dipukulkan kepada orang yang meninggal

tersebut25

.

Banyak dari mereka yang bertanya mengenai ciri khas sari sapi

betina tersebut, kemudian oleh Allah SWT mereka diperintah untuk

mencari sapi yang sulit dicari. Padahal jika mereka langsung

melaksanakan perintah Nabi Musa, tanpa bertanya banyak mengenai ciri

sapi tersebut, mereka tidak perlu susah-susah mencari sapi yang memiliki

ciri-ciri yang sangat rumit.

Pertanyaaan pertama dari Bani Israil yang mengenai ciri sapi betina

tersebut dijawab oleh Allah bahwa sapi tersebut tidak tua dan tidak

muda. Kemudian orang Bani Israil langsung disuruh untuk melaksankan

perintah yang diberikan, yaitu mencari sapi betina yang tidak tua dan

tidak muda.

25

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 254

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

50

Dalam tafsir Aidh al-Qarni disebutkan bahwa alasan mencari sapi

yang tidak tua dan tidak muda adalah karena pada usia tersebut seekor

sapi sedang berada pada masa pertumbuhan yang baik. Kemudian orang

Bni Israil di ingatkan agar tidak bertanya tentang pertanyaan sepele yang

akan membuat mereka menyulitkan diri merekan sendiri, karena barang

siapa yang mengajukan pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan, maka

jawaban yang akan diberikan akan menyulitkan orang yang bertanya.26

3. Ayat 69

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar

Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab:

"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi

betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan

orang-orang yang memandangnya."(QS. Al Baqarah : 69)

Jawaban dari Allah SWT ternyata belum membuat orang Bani Israil

melaksanakan perintah yang diberikan kepada mereka. Orang Bani Israil

masih saja bertanya lagi tentang ciri-ciri yang lebih mendetail lagi

mengenai sapi tersebut.

Mereka berkata : “mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar

Dia menerangkan kepada kami apa warnanya sapi itu ?” Dari apa yang

mereka tanyakan ini, sudah tentu mereka mempersulit diri mereka sendiri

dengan menunutut jawaban yang lebih terperinci. Nabi Musa menjawab :

“sesungguhnya Allah berfirman, bahwasanya sapi betina itu adalah sapi

yang kuning, yang tua warnanya, dan menyenangkan orang-orang yang

memandangnya”.

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an diterangkan bahwa pertanyaan yang

diajukan bani Israil adalah perbuatan yang mempersempit daerah

26

Qisthi Press, ‘Aidh Al Qarni, (Jawa Timur : Qisthi Press, 2008), hlm.53

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

51

pemilihannya (memilih sapi betina), pada awalnya masalah ini adalah

lapang, mereka diperintah mencari sapi yang bersifat umum. Namun

karena kebodohan mereka sendiri, mereka terbebani dengan mencari sapi

betina yang lebih spesifik. Dalam ayat 68 telah dijelaskan bahwa mereka

dibebani dengan mencari sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, dan

sekarang pada ayat 69 mereka lebih terbebani lagi dengan sapi yang

berwarna kuning dan dapaat membuat senang orang-orang yang

memandangnya.

Menyenangkan orang yang memandang tidak bisa terjadi kcuali jika

tidak terdapat keindahan, vitalitas, kegesitan, dan warna yang indah.

Sikap mereka ini menunujukan bahwa mereka adalah orang-orang yang

rewel, namun mereka malah bertindak lebih dari itu dengan cara

mempersulit diri sendiri, sehingga Allah SWT mempersulit mereka27

.

Dalam tafsir Aidh al-Qarni dijelaskan pula bahwa warna kuning

merupakan warna terbaik pada binatang, karena membuat terpesona bagi

orang-orang yang memandangnya. Ada yang berpendapat mengenai

warna sapi tersebut adalah warna hitam pekat, namun pendapat yang

paling kuat adalah sesuai dengan makna lahir dalam Al Qur’an, yang

menyebutkan sapi tersebut berwarna kuning tua28

.

4. Ayat 70

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar

Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu,

karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan

Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk

memperoleh sapi itu)."(QS. Al Baqarah :70)

27

Sayyid Quttub, Fi Zhilalil Qur’an terjemah As’ad yasin dkk,(Depok : Gema Insani, 2008), hlm. 95 28

Qisthi Press, ‘Aidh Al Qarni, (Jawa Timur : Qisthi Press, 2008), hlm. 53

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

52

Mereka (orang-orang Bani Israil) berkata : “mohonkanlah kepada

Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami hakikat sapi

betina itu, karena sesungguhnya sapi itu masih samar bagi kami dan

sesungguhnya insya Allah kami akan mendapat petunjuk ”. Pertanyaan

ini menunjukan permintaan tambahan keterangan dari keterangan yang

telah diberikan sebelumnya, dan kemudian mereka menjelaskan sebab

dari terulangnya mereka. Mereka beralasan bahwa ciri-ciri sapi betina

masih membingungkan bagi mereka.29

Dalam tafsir Aidh al-Qarni dijelaskan, setelah bertanya yang

kesekian kali untung orang Bani Israil mengucapkan lafadz insya Allah,

karena kalau seandainya mereka tidak mengucapkan kalimat itu mereka

tidak akan mendapat hidayah/petunjuk dari Allah SWT.

Dikutip dari tafsir Al Maraghi, keterangan mengenai penggunaan

kata insya Allah juga seperti apa yang Nabi Muhammad sabdakan, yaitu :

Seandainya mereka masih tetap bertanya tanpa henti, dan tidak

mengatakan insya Allah, tentulah tidak dijelaskan kepada mereka

(sapi bretina tersebut) untuk selama-lamanya. Insya Allah selama-

lamanya mereka tidak akan bisa mendapatkan penjelasan tentang

sapi tersebut30

.

Ketidak tahuan ataupun ketidak pahaman mereka mengenai ciri

sapi betina tidak lain adalah karena kebodohan mereka sendiri, mereka

bertanya tentang hal yang membuat mereka bertambah sulit.

5. Ayat 71

Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina

itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak

29

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’an Majid Annur, (Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 2000), hal 132 30

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 256

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

53

tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak

ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu

menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian

mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak

melaksanakan perintah itu. (QS. Al Baqarah : 71)

Jawaban yang diberikan oleh Nabi Musa-pun bertambah sulit, Nabi

Musa menjawab : “sapi tersebut belum pernah dipekerjakan untuk

membajak sawah atau mengairi ladang, tidak ada cacatnya dan tidak ada

warna lain pada tubuhnya kecuali kuning”.

Dari ciri yang diberikan tersebut dapat kita bayangkan betapa sulit

untuk mencari sapi yang sedemikian rupa itu. Sapi yang belum pernah

untuk digunakan untuk membajak sawah ataupun mengairi ladang sangat

sulit dicari, karena pada umumnya sapi yang telah menginjak usia sedang

(tidak tua tidak pula muda) telah digunakan untuk pekerjaan di ladang.

Dan ciri yang belum ada cacatnya, juga membuat pencarian sapi yang

diperintahkan bertambah sulit.

Dalam keterangan diatas disebutkan bahwasanya sapi tersebut

tidaklah memiliki cacat dalam tubuhnya, dalam tafsir Aidh al-Qarni

dijelaskan bahwa maksud dari sapi yang tidak cacat adalah sapi yang

tidah puncang, buta, dan sakit. Sapi dengan keadaan tidak cacat sangat

dimungkinkan adalah sapi yang belum pernah dipekerjakan. Dan sapi

tersebut cuma memiliki satu warna dalam tubuhnya yaitu kuning31

.

Orang-orang bani Israil berkata kepada nabi Musa : sekarang engkau

telah menjelaskan sapi betina yang sebenarnya. Kata “sekarang” yang

mereka gunakan dalam perkataan mereka, adalah bentuk penghinaan

mereka kepada Nabi Musa, mereka menganggap Nabi Musa sangat

lamban untuk memberikan keterangan yang terakhir tadi (sapi tersebut

belum pernah dipekerjakan untuk membajak sawah atau mengairi ladang,

31

Qisthi Press, ‘Aidh Al Qarni, (Jawa Timur : Qisthi Press, 2008), hlm.54

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

54

tidak ada cacatnya dan tidak ada warna lain pada tubuhnya kecuali

kuning) .

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an diterangkan bahwa ciri yang

sedemikian banyak tersebut menjadikan persoalan yang dimiliki Bani

Israil bertambah sulit, namun orang Bani Israil malah berkata : “sekarang

barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sesungguhnya”.

Dalam perkataan orang Bani Israil tadi, mereka menggunakan kata

“barulah sekarang”, dari kata-kata tersebut seolah-olah mereka

menganggap apa yang dikatakan oleh Nabi Musa tidaklah benar, atau

juga berarti apa yang disampaikan Nabi Musa pada awalnya adalah salah,

kecuali keterangan yang terakhir32

.

Al Maraghi menafsirkan lebih sederhana mengenai ayat ini, beliau

dengan singkat menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan jawaban

dari Bani Israil yang telah merasa cukup dengan apa yang mereka

dapatkan dari Nabi Musa33

.

Setelah mendapat keterangan dari Nabi Musa, mereka lalu mencari

sapi yang telah ditentukan ciri-cirinya. Dengan susah payah akhirnya

mereka berhasil mendapatkan sapi yang dimaksudkan dan kemudian

mereka langsung menyembelihnya.

Ayat tersebut ditafsirkan bahwa mereka (orang-orang Bani Israil)

hampir saja tidak mampu melaksanakan perintah yang diberikan Nabi

Musa untuk menyembelih seekor sapi betina, hal tersebut dikarenakan

mereka mengalami kesulitan dalam mencari sapi yang telah disebutkan

32

Sayyid Quttub, Fi Zhilalil Qur’an terjemah As’ad yasin dkk, (Depok : Gema Insani, 2008) hlm. 95 33

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 257

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

55

ciri-cirinya. Ayat ini dapat diartikan pula orang-orang Bani Israil enggan

untuk melaksanakan perintah yang diberikan34

.

Kesulitan Bani Israil dalam mencari sapi betina tidak akan terjadi

andai saja mereka langsung melaksanakan perintah untuk menyembelih

sapi betina pada saat pertama kali diperintah, namun mereka malah

mengajukan pertanyaan yang malah membuat diri mereka menjadi sulit.

Padahal jika mereka menyembelih sapi apa saja, barang tentu sudah

diterima oleh Nabi Musa.

6. Ayat 72

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu

saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan

apa yang selama ini kamu sembunyikan. (QS. Al Baqarah : 72)

Dan ketika seseorang diantara kalian membunuh jiwa yang tidak

berdosa, kemudian kalian saling menuduh tentang siapa pembunuhnya,

karena si pembunuh tidak mengakui perbuatannya. Kemudian Allah

SWT berkehendak memperlihatkan tanda kebenaran rasul-Nya. Allah

SWT memerintahkan kalian untuk menyembelih seekor sapi betina, dan

Allah SWT akan menghidupkan kembali mayat yang telah dibunuh tadi

untuk memberi tahu siapa pelaku yang sebenarnya. Melalui mukjizar

tersebut Allah SWT menyingkapkan bukti yang telah disamarkan oleh si

pembunuh dan disembunyikan oleh saksi.

Ayat ini diakhirkan penyebutannya, padahal ayat ini merupakan

sebab adanya perintah menyembelih sapi betina. Ayat ini sengaja tidak

disebutkan pada awal cerita, karena tujuan yang paling utama dalam ayat

34

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’an Majid Annur, (Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 2000), hlm.133

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

56

tersebut adalah menyembelih sapi betina untuk menyingkap misteri

pembunuhan yang terjadi35

.

7. Ayat 73

Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian

anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali

orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-

tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (Al Baqarah : 73)

Pukullah oleh kalian orang yang terbunuh dengan sebagian anggota

sapi yang telah kalian sembelih, anggota tubuh yang dimaksudkan adalah

anggota mana saja yang ada dalam sapi tersebut.

Dalam tafsir Al Maraghi, bagian tubuh yang dimaksud adalah lidah

sapi tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa anggota tubuh

yang dimaksudkan adalah pahanya. Dalam tafsir An Nur diterangkan

paha yang dmaksud adalah paha bagian kanan.

Dalam tafsir Al Maraghi diterangkan bahwa setelah si mayyit

dipukul dengan bagian tubuh sapi betina yang disembelih tadi, mayyit

tersebut hidup kembali dan kepalanya masih berlumuran darah segar.

Nabi Musa tidak melakukan pemukulan terhadap si mayit, namun

sebaliknya dilakukan sendiri oleh seorang dari Bani Israil. Hal ini

dikarenakan Nabi Musa kawatir kalau-kalau orang Bani Israil

35

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 258

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

57

menganggap ini sebagai sihir belaka. Dengan cara seperti itulah Allah

SWT menghidupkan si mayyit36

.

Si mayyit pada akhirnya menceritakan siapa yang sebenarnya telah

membunuhnya, dan pelakunya tidak lain adalah anak paman si mayyit

sendiri. Setelah diketahui siapa pelakunya, maka si pelaku dikenai

hukuman mati.

Adapun sapi tersebut dimiliki oleh orang Bani Israil yang salih dan

taat kepada Allah SWT. Dalam kitab tafsir Hasiyat al Sawi ‘ala Tafsir al

Jalalayn diceritakan secara mendetail mengenai siapa pemilik sapi

tersebut.

Terdapatlah seorang dari Bani Israil memiliki sapi yang masih kecil.

Sebelum ia wafat, ia meletakkan sapi tersebut di tengah hutan dan

berpesan kepada istrinya untuk memberikan sapi tersebut kepada

putranya saat dewasa kelak.

Sang anak dari orang Bani Israil yang salih tadi, tumbuh menjadi

anak yang berbakti kepada ibunya. Setiap hari ia pergi ke hutan untuk

mencari kayu bakar dan menjualnya. Hasil penjualan dari kayu bakar

tersebut ia bagi kepada 3 bagian, sepertiga untuk dirinya sendiri,

sepertiga untuk ibunya, dan sepertiga yang terahir ia gunakan untuk

bersedekah.

Sang anak dalam kehidupan kesehariannya, juga membagi waktunya

ke dalam tiga kegiatan. Sepertiga sang anak gunakan waktunya untuk

bekerja dan istirahat, seperiga lagi ia gunakan untuk melayani dan

membantu ibunya, dan sepertiganya lagi, ia gunakan untuk beribadah

kepada Allah SWT.

Pada suatu hari, sang ibu memerintahkan anak untuk pergi ke hutan.

Di hutan tersebut, si ibu berpesan agar si anak mengambil seekor sapi

yang telah ditingglkan ayahnya, karena sang ayah sudah berwasiat agar

ketika si anak sudah besar, sapi tersebut herus diberikan kepadanya.

36

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 259

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

58

Sebelum mengambil sapi, sang ibu menasihati anaknya agar berdoa

mohon perlindungan kepada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan

Ya’qub37

.

Ketika sapi sudah ditemukan, sang anak bergegas pulang, namun

tiba-tiba ada hal yang sangat menkjubkan. Si sapi tadi meminta anak

untuk menaiki punggungnya, karena perjalanan menuju pulang amatlah

jauh. Ketika diminta untuk menaiki punggung si sapi, sang anak berkata

:” sesungguhnya ibuku tidak menyuruhku unuk melakukan hal yang

sedemikian rupa”, dan sapi tersebut berkata : “seandainya kamu ikuti apa

yang aku pinta, maka engkau tak akan kuasa untuk membawaku selama-

lamanya”.

Ketika sampai dirumah, si ibu meminta anaknya untuk membawa

sapi tersebut kepasar dan dijual dengan harga 3 Dinar. Ketika hendak

kepasar, sang anak didatangi seorang malaikat, namun sang anak tidak

tahu kalau yang ia temui adalah malaikat. Malaikat tadi berkata : “berapa

engkau jual sapimu tersebut ?”, sang anak menjawab : “aku menjual sapi

tersebut denagn harga 3 Dinar atas pesan ibuku”. Malaikat tadi menjawab

: “juallah sapi tersebut dengan harga 6 Dinar tanpa sepengetahuan ibumu

”. mendapat tawaran tersebut, sang anak tidak tergiur, ia menolak harga

tersebut karena ibunya tidak menyuruhnya menjual sapi itu dengan harga

6 Dinar.

Sang anak pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada

ibunya. Dan ibunya pun berkata : “jualah sapi tersebut dengan harga 6

Dinar”. Akhirnya sang anak kembali dengan sapinya untuk dijual kepasar

dengan harga 6 Dinar. Namun lagi-lagi malaikat mendatanginya untuk

membeli sapinya dengan harga 12 Dinar dengan syarat sang ibu tidak

tahu. Namum lagi-lagi anak tersebut menolaknya karena harga tersebut

tidak diperintah oleh ibunya dan akhirnya anak tersebut kembali pulang

untuk menceritakan hal yang aneh yang terjadi padanya.

37

Syaih Zainuddin bin Abdul Azizi, Irsyadul Ibad, (Indonesia : Alharamain, t.th.), hlm. 92

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

59

Mengetahui kejadian yang aneh yang meninpa anaknya tersebut,

sang ibu tahu kalau orang ingin membeli sapi anaknya tersebut adalah

malaikat. Dan sang ibu berkata : “wahai anakku sesungguhnya, orang

tadi adalah malaikat, temui dia dan katakan apakah sapi ini harus dijual

apa tidak”. Setelah anak tadi bertemu dengan Malaikat, Malaikat berkata

: “sesungguhnya ada kasus pembunuhan dikalangan kaum Bani Israil,

juallah sapimu kepada mereka dengan emas yang besarnya sama dengan

sapi yang engkau miliki”.38

Cerita diatas merupakan bagian dari skripsi ini yang menjelaskan

dari mana orang Bani Israil mendapatkan sapi untuk mengetahui kasus

pembunuhan yang terjadi.

Allah SWT memperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya, serta

membuktikan kebenaran Al Qur’an dan Muhammad melalui cara mampu

menginformasikan hal-hal ghaib, dalam hal ini berupa cerita umat di

masa yang telah lampau.

Tanda-tanda yang dimaksudkan adalah menghidupkan orang yang

telah meninggal dengan cara yang menakjubkan, yaitu dengan cara

memukul orang yang telah mati dengan sebagian anggota tubuh hewan

yang telah mati pula. Dan kemudian mayyit yang hidup kembali mampu

menceritakan perihal mengenai kematiannya, sehingga hilanglah saling

tuduh menuduh diantara kaum Bani Israil39

.

Tafsir Al Maragi juga mengutarakan hal yang sama pada tafsir An

Nur, dimana tanda-tanda yang dimaksudkan adalah menghidupkan orang

yang telah mati dan orang tersebut mampu menjelaskan penyebab

kematiannya sehingga jelas siapa pelaku pembunuhan atas dirinya.40

38

Al Sayh Ahmad ben Muhammad Al Sawi, Hasiyat Al Sawi ‘Ala Tafsir Al Jalalayn, (Beirut : Dar Al

Kotob Al Ilmiyyah, 2009), hlm. 51 39

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’an Majid Annur, (Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 2000), hal 134 40

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaragh Terjemah Anshari dkk, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1992), hlm. 259

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

60

Arti secara sederhana yaitu : supaya kamu memahami. Dalam

pembahasan ini, hal-hal yang perlu dipahani adalah mengenai rahasia-

rahasia agama, peraturan agama, hukum agama, serta manfaat tunduk

dan patuh pada agama. Selain itu, supaya dapat menjauhkan diri dari

hawa nafsu dan menjalankan perintah Allah SWT41

.

41

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’an Majid Annur, (Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 2000), hlm. 135

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

61

BAB IV

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM QS. AL BAQARAH AYAT 67-73

A. Akhlak Dalam Bertanya

Dapat kita lihat bagaimana Bani Israil datang kepada Nabi Musa dan

bertanya tentang masalah yang mereka hadapi. Tindakan Bani Israil

tersebut harus dapat kita jadikan pelajaran agar kita mengerti adab

bagaimana mengajukan sebuah pertanyaan.

Orang Bani Israil datang kepada Nabi Musa dan bertanya kepada Nabi

Musa mengenai masalah pembunuhan yang terjadi. Setelah memohon

kepada Allah SWT akhirnya Nabi Musa mendapat petunjuk agar orang

Bani Israil menyembelih sapi untuk menghidupkan orang yang telah mati.

Pada awalnya, perintah penyembelihan adalah untuk sapi macam apa

saja yang orang Bani Israil kehendaki, namun pada kenyataanya mereka

malah bertanya tentang pertanyaan yang membuat diri mereka menjadi

bertambah sulit. Disuruh menyembelih apa saja, orang Bani Israil malah

bertanya mengenai jenis kelamin dan usia sapi yang dimaksudkan. Setelah

diberi jawaban, mereka malah kembali bertanya lagi mengenai warna sapi

tersebut. Meski pada akhirnya Nabi Musa memberikan jawaban mengenai

warna sapi yang dimaksudkan, orang Bani Israil masih saja bertanya

tentang hal yang semakin membuat mereka berada dalam kesulitan yang

semestinya tidak terjadi.

Islam sangat melarang pemeluknya untuk bertanya dengan cara yang

dilakukan orang Bani Israil, Islam melarang kita untuk bertanya tentang

hal yang membuat diri kita sendiri bertambah kesulitan karena pertanyaan

yang kita ajukan. Maka dari itu, sebagai orang muslim kita jangan banyak

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

62

bicara. Karena hal tersebut dilarang oleh Allah SWT. Allah berfirman

dalam QS. Al-Maaidah ayat 101 :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada

Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan

kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan,

niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah SWT. memaafkan (kamu)

tentang hal-hal itu. Allah SWT. Maha Pengampun lagi Maha

Penyantun” (QS. Al-Maaidah : 101)1

Ayat di atas sangatlah jelas, kita sebagai orang Islam dilarang untuk

bertanya yang dengan pertanyaan tersebut membuat diri kita terjerumus ke

dalam hal yang bertambah sulit. Dengan memahami ayat ini, kita

hendaknya tidak melakukan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang

Bani Israil yang terjebak ke dalam permasalahan yang lebih rumit karena

pertanyaan-pertanyaan mereka yang diajukan kepada Nabi Musa.

Selain hal di atas, sebagai peserta didik perlu diketahui pula ketika di

dalam kelas ada juga etika untuk mengajukan petanyaan kepada seorang

guru. Pertama, jangan bertanya kepada guru ketika guru belum

memberikan kesempatan bertanya. Seandainya kesempatan tersebut tidak

diberikan, maka carilah waktu yang tepat untuk bertanya, jangan sampai

kita memotong pembicaraan dari guru. Karena kita tahu, memotong

pembicaraan adalah akhlak yang tercela. Kedua, ketika hendak

mengajukan pertanyaan, mulailah dengan mengacungkan jari terlebih

dahulu.

1Departemen Agana RI, Al Aliyy, (Bandung : CV Penerbit Dionegoro, 2008), hlm. 66

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

63

B. Akhlak Anak Kepada Orang Tua

Salah satu karakteristik seorang muslim adalah memperlakukan kedua

orang tuanya dengan baik. Memperlakukan orang tua dengan baik

merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat agung, Al Qur’an dan

Hadis sudah begitu jelas memaparkannya.

Allah SWT mewahyukan banyak ayat yang memperkuat pesan tentang

penegasan bahwa ridha Allah SWT tergantung pada ridha orang tua.

Perintah untuk menghormati orang tua dengan jelas diterangkan dalam Al

Qur’an, salah satunya adalah pada QS. An Nisa ayat 36.

Sembahlah Allah SWT. dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,

karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang

dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan

hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang-

orang yang sombong dan membangga-banggakan diri

( QS. An Nisa : 36)2

Dalam ayat diatas dapat kita ketahui bersama, bahwa menghormati

orang tua merupakan perintah agama yang harus kita patuhi. Terlepas dari

2Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm 109

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

64

ayat di atas, QS. Al Baqarah yang menjadi bahan skripsi ini juga penulis

temukan tentang nilai pendidikan akhlak terhadap orang tua.

Mungkin jika kita artikan secara bahasa QS. Al Baqarah ayat 67-73,

kita tidak akan menemukan nilai pendidikan akhlak terhadap orang tua.

Nilai pendidikan akhlak terhadap orang tua, penulis temukan pada cerita

pembunuhan yang terjadi pada orang Bani Israil di zaman Nabi Musa.

Ketika terjadi pembunuhan orang-orang Bani Israil berbondong-bondong

mendatangi Nabi Musa untuk meminta petunjuk mengenai siapa pelaku

pembunuhan tersebut.

Ketika ditanya demikian, Nabi Musa meminta orang Bani Israil untuk

menyembelih seekor sapi apapun jenisnya sesuai keinginan mereka.

Namun kenyataannya, orang-orang Bani Israil malah mengajukan

pertanyaan mengenai ciri-ciri sapi yang dimaksudkan. Karena banyak

bertanya, pada akhirnya mereka mendapati kesulitan dalam menemukan

ciri sapi tersebut. Telah kita ketahui bersama, kesulitan yang dialami orang

Bani Israil adalah karena ulah mereka sendiri.

Sapi yang sulit tersebut, ternyata dimiliki seorang dari Bani Israil yang

salih dan taat kepada Allah SWT. Ketika masih hidup, orang Bani Israil

yang salih tersebut meletakkan sapinya ditengah hutan, dan ia berdoa

kepada Allah SWT agar sapinya dijaga dan dapat diberikan kepada

anaknya kelak.

Pada akhirnya Orang Bani Israil yang salih tadi meninggal dunia, dan

singkat cerita anakya telah tumbuh dewasa menjadi anak yang taat

beribadah dan selalu berbakti kepada ibunya. Meski hidup dalam

kekurangan si anak tidak pernah mengeluh, bahkan hasil kerjanya yang

sedikit selalu tak lupa ia sisihkan untuk ibunya.

Pada suatu hari si ibu menceritakan kepada si anak kalau ayahnya dulu

telah mewarisinya seekor sapi yang telah di tinggal ditengah hutan. Ibunya

meminta agar si anak mengambilnya. Perjalanan mengambil sapi

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

65

merupakan ujian bagi anak, seberapa besar rasa hormat yang dimiliki anak

kepada si ibu. Dalam sebuah riwayat mengatakan bahwa sebelum

mengambil sapi tersebut, anak tersebut diajarkan doa oleh ibunya. Doa

tersebut berisi tentang permohonan perlindungan kepda Tuhannya Nabi

Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya’qub3.

Ujian yang diterima anak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sapi tersebut bukanlah sapi sembarangan dan bisa bicara. Sapi

tersebut meminta anak untuk menaikinya karena perjalanan sangat

jauh. Namun si anak menolak dengan alasan ibunya tidak

memerintahkannya untuk berbuat demikian. Dan si sapi pun berkata

: “seandainya engkau melakukan hal tadi (menaiki punggung sapi),

maka selamanya engkau tak akan mampu untuk membawaku

bersamamu, dan seandainya engkau memerintahkan gunung untuk

lepas dari tempat asalnya, maka gunung tersebut akan mengikuti apa

yang engkau perintahkan, hal tersebut adalah karena kebaikan dan

ketaatanmu kepada ibumu.”

2. Setelah sapi tersebut sampai di rumah, sang ibu memerintahkan anak

untuk menjual sapi dengan harga 3 Dinar dan dilarang menjual sapi

tersebut selain dengan harga itu. Maka beranglatlah anak tersebut ke

pasar untuk menjual sapi. Ketika dalam perjalanan menuju pasar,

Allah SWT. mengirim satu malaikat untuk menguji kebaktian anak

kepada ibunya. Meski ada yang menawar harga yang tinggi, si anak

tidak mau menjualnya karena ibunya tidak menyuruh menjual sapi

dengan harga yang ditawarkan meski lebih tinggi harganya.

Dari cerita di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa si anak

memiliki rasa bakti yang luar biasa terhadap ibunya. Hal ini haruslah kita

3Syaih Zainuddin bin Abdul Azizi, Irsyadul Ibad, (Indonesia : Alharamain, t.th.), hlm. 92

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

66

jadikan sebuah pelajaran, dengan lebih mengkaji QS. Al Baqarah ayat 67-

73 dapat memotivasi diri kita untuk birrul walidain (berbuat baik kepada

kedua orang tua).

Rachmat Djatnika dalam bukunya menerangkan ada beberapa

kewajiban seorang anak kepada orang tuanya ketika masih hidup,

diantaranya yaitu 4:

1. Berbuat baik kepada ayah dan ibu meskipun mereka berbuat

lalim.

2. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah.

3. Berkata lemah lembut kepada ibu dan ayah.

Seorang anak menurut Islam dituntut untuk berbuat baik kepada kedua

orang tuanya bagaimanapun keadaannya. Artinya, sebagai seorang muslim

jangan sampai kita menyakiti orang tua, bagaimanapun juga mereka yang

telah membesarkan dan mendidik kita. Terlalu banyak kebaikan yang

orang tua berikan kepada kita, sampai-sampai ada pepatah mengatakan

bahwa kasih anak kepada orang tua adalah sepanjang galah, sedangkan

kasih orang tua kepada anak adalah sepanjang jalan. Apapun yang kita

lakukan terhadap orang tua, tidaklah akan cukup untuk membayar semua

jasa-jasa mereka. Untuk itulah Islam mewajibkan pemeluknya untuk selalu

berbuat baik kepada orang tuanya apapun dan bagaimana keadaan mereka.

Berkata yang baik kepada orang tua telah ditegaskan dalam QS. Al

Isra’ ayat 23-24 :

4Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 204

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

67

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil".(QS. Al Isra’ : 23-24)5

Mengucapkan kata “Ah” kepada orang tua saja tidak diperbolehkan

oleh agama, apalagi jika kita mengucapkan kata-kata yang menyakitkan

atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada kata “Ah”.

Untuk itu hendaklah kita selalu menjaga setiap ucapan yang kita

keluarkan, jangan sampai kita menyinggung perasaan mereka.

Murka Allah SWT tergantung murka orang tua, itulah gambaran

betapa penting kedudukan orang tua dalam agama Islam. Menghormati

orang tua merupakan keharusan bagi setiap muslim. Untuk meningkatkan

rasa bakti kita, penulis akan mencoba menceritakan juga mengenai

seorang ahli ibadah dengan orang tuanya.

Tersebutlah ada seorang ahli ibadah bernama Juraij, pada suatu hari

ketika ia sedang shalat, ibunya memanggilnya sampai tiga kali. Mendapati

tidak ada jawaban dari anaknya, si ibu langsung marah dan berdoa pada

5Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm. 366

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

68

Allah SWT. agar tidak dicabut nyawa sang anak sebelum ia melihat wajah

seorang pelacur.

Pada saat yang sama ada seorang pelacur yang melakukan zina dengan

seorang penggembala. Ketika hamil, pelacur tersebut berkata jika yang

menghamilinya adalah seorang ahli ibadah bernama Juraij. Mengetahui

kabar tersebut, masyarakat sekitar marah dan merusak tempat ibadah

Juraij. Ketika akan dihukum oleh penguasa setempat, Juraij teringat akan

doa ibunya, dan ia meminta ijin untuk melakukan shalat sunnah dua rakaat

sebelum ia dihukum.

Setelah selesai melakukan shalat, Juraij menghampiri pelacur tersebut

dan bertanya kepada bayi yang ada dalam kandungan tentang siapa

ayahnya yang sebenarnya. Keajaiban terjadi, si bayi yang ada dalam

kandungan menjawab bahwa ayah yang sebenarnya adalah seorang

penggembala. Mengetahui hal tersebut, orang yang hadir

mengumandangkan lafadz tahlil dan takbir, dan mereka berjanji akan

membangun kembali tempat ibadah yang dulu pernah mereka rusak.6

Contoh-contoh diatas merupakan kewajban kita terhadap orang tua

ketika mereka masih hidup. Meskipun kedua orang tua kita telah tiada, kita

tetap memiliki kewajiban terhadap mereka. Adapun bentuk bakti kita

terhadap orang tua ketika mereka telah tiada adalah :

1. Mendoakan orang tua dan memintakan ampunan kepada Allah

SWT.

2. Menepati janji yang pernah dibuat oleh kedua orang tua kita

3. Memuliakan teman-teman kedua orang tua kita

4. Bersilaturrahim kepada kerabat-kerabat orang tua7

6Muhammad Ali Al Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal terjemah Ahmad Baidowi, ( Yogyakarta : Mitra

Pustaka, 2001), hlm. 77 7Umar bin Ahmad Baraja’, Akhlak Al Banin juz 2, (Surabaya : Maktabah Muhammad bin Ahmad

Nabahan, t.th.), hlm. 19

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

69

C. Kesabaran Pendidik

Dalam kajian mengenai QS. Al Baqarah ayat 67-73, ada nilai tentang

kesabaran yang dapat kita ambil sebagai pelajaran. Dalam kaitannya

dengan dunia pendidikan, kesabaran yang penulis maksudkan adalah

kesabaran yang terfokus terhadap pendidik dan juga peserta didik. Dalam

cerita mengenai sapi betina dalam QS. Al Baqarah tersebut, Nabi Musa

penulis ibaratkan sebagai seorang pendidik, dan orang Bani Israil adalah

sebagai peserta didik.

Kita dapat melihat bagaimana kesabaran yang dimiliki Nabi Musa

ketika menghadapi segala macam hal yang dilakukan oleh orang-orang

Bani Israil. Ketika Nabi Musa memberikan petunjuk mengenai masalah

pembunuhan yang terjadi, orang-orang Bani Israil malah mencemooh Nabi

Musa, mereka menganggap Nabi Musa sebagai pembohong. Meskipun

diperlakukan demikian, Nabi Musa tetap bersabar menghadapi mereka,

ketika dicemooh Nabi Musa tetap memberikan jawaban dengan sopan dan

halus.

Ketika jawaban yang Nabi Musa berikan kepada Bani Israil selalu

dirasa kurang cukup, Nabi Musa tetap sabar dalam memberikan jawaban

yang diperlukan. Semua kesabaran yang dilakukan Nabi Musa adalah

sebuah contoh kepada para tenaga pendidik untuk selalu bersabar dalam

menghadapi peserta didiknya.

Dengan adanya kesabaran yang ada dalam diri tenaga pendidik,

tentunya segala tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah tindak akan

terjadi, namun sangat kita sayangkan sampai saat ini masih kita jumpai

beberapa tindak kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya.

Tindakan ini amatlah sangat disayangkan, mengingat guru merupakan

figur sentral dalam membentuk perkembangan peserta didik.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

70

Sikap sabarpun tidak hanya harus dimiliki pendidik saja, namun

sikap sabar juga harus ada dalam diri peserta didik. Mencari ilmu bukanlah

hal yang sifatnya instan, butuh proses yang begitu panjang. Mencari ilmu

diibaratkan dengan menuangkan air ke dalam kendi, harus sabar dan tidak

tergesa-gesa. Jika kita memasukkan air kedalam kendi secara tergesa-gesa,

maka air yang masukpun tidak akan banyak.

Sabar sendiri merupakan sikap yang utama dari perangai kejiwaan

yang dapat menahan perilaku tidak baik dan tidak simpati. Pendapat lain

mengatakan bahwa sabar adalah menjauhi larangan, bersikap tenag saat

mendapat cobaan, dan menampakkan sikap tidak membutuhkan walaupun

kemelaratan menimpa kehidupannya.8

Abdul Wahhab Sya’rani membagi sabar ke dalam tiga alamat, yaitu

sabar untuk taat pada Allah SWT, sabar menghadapi musibah, dan sabar

atas segala ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT9.

Sabar dalam taat kepada Allah SWT maksudnya adalah kita tidak

hanya menjalankan perintah Allah SWT saja, namun kita juga harus

menjauhi segala yang menjadi larangannya. Terkadang sebagian dari kita

ada yang sudah menjalankan perintah Allah SWT, seperti shalat, zakat,

puasa, dll., namun terkadang mereka belum mampu untuk meninggalkan

larangan Allah SWT. Atau sebaliknya, ada orang yang tidak melakukan

hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, seperti tidak mencuri, tidak

meminum minuman keras, tidak berzina, namun disisi lain ia juga enggan

untuk menjalankan sesuatu hal ynag menjadi perintah Allah SWT.

Musibah adalah bentuk rasa sayang Allah SWT kepada hambanya.

Dengan adanya musibah, berarti Allah SWT tengah mengukur seberapa

dalam iman dan taqwa dalam diri kita. Untuk itu Allah SWT meminta kita

8Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah, Sabar Dan Syukur, (Semarang : Pustaka Nun, 2010), hlm. 15

9Abdul Wahhab Sya’roni, Al Minah Al Saniyah, (Indonesia :Dar Al Hya’ Al Kutun Al Arabiyyah, t.th.),

hlm. 16

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

71

agar kita bersabar dalam menghadapi segala ujian. Kita sebagai orang

Islam harus yakin jika Allah SWT tidak akan menguji kita melebihi batas

kemampuan kita. Allah SWT berfirman :

Allah SWT. tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya(QS. Al Baqarah : 286)10

Ayat diatas haruslah menjadikan motivasi kepada kita jika Allah SWT

tidak akan menguji kita melebihi batas kemampuan kita. Begitu besar rasa

sayang Allah SWT kepada semua hamba-hambanya, maka untuk itu,

bersabar atas ujian yang diberikan oleh Allah SWT adalah merupakan

sebuah keharusan bagi kita. Jangan sampai kita berputus asa dari segala

ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita.

D. Kejujuran Pendidik

Dasar dari pengambilan nilai kejujuran pendidik adalah kejujuran

Nabi Musa dalam menyampaikan wahyu yang ia dapat dari Allah SWT

kepada orang-orang Bani Israil. Ketika Nabi Musa didatangi orang-orang

Bani Israil untuk menyelesaikan masalah pembunuhan yang terjadi, Nabi

Musa berdoa kepada Allah SWT untuk diberi petunjuk. Ketika petunjuk

telah diberikan, Nabi Musa menyampaikan petunjuk dari Allah kepada

Bani Israil dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran. Tak ada wahyu

yang dikurangi ataupun ditambahi.

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.

Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan

10

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang :CV Al Waah,

2004), hlm. 61

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

72

benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada

pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang

melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah SWT menyanjung orang-

orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah

untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah kejujuran seorang pendidik

dalam menyampaikan ilmu yang ia miliki kepada peserta didiknya.

Sebagai pendidik, guru dituntut untuk menyampaikan pelajaran

kepada peserta didiknya dengan penuh kejujuran. Apalagi kaitannya

dengan pelajaran tentang Islam, tanggung jawab yang dipikul sangantlah

besar. Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungannya dengan keimanan

kepada Allah SWT. Pelajaran Agama Islam harus disajikan dengan pas,

tidak boleh menambah materi ataupun mengurangi yang ada.

Menambah sesuatu yang tidak ada pada pelajaran Agama Islam, akan

berpotensi menimbulkan bid’ah. Begitupun sebaliknya, mengurangi

sesuatu yang telah ada pada Islam akan membuat peserta didik menerima

Islam tidak secara kaffah (menyeluruh).

Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 42 :

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil

dan janganlah kamu sembunyikan yang hak sedangkan kamu

Mengetahui. ( QS. Al Baqarah : 42)

Ayat di atas sebenarnya mengandung arti bahwa maksud dari sesuatu

yang disembunyikan adalah adanya Nabi akhir zaman. Namun, Al Qur’an

adalah wahyu yang sangat kompleks, sehingga ayat tersebut penulis jadikan

dasar larangan seseorang terlebih lagi guru untuk menyembunyikan ilmu

yang ia miliki.

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

73

E. Ketaatan Peserta Didik

Dalam QS. Al Baqarah ayat 67-73, terdapat cerita yang menerangkan

sifat ngeyel yang dimiliki oleh orang Bani Israil. Ketika mereka meminta

petunjuk kepada Nabi Musa tentang sebuah masalah, mereka malah

membangkang dan tidak mau mentaati apa yang diperintahkan oleh Nabi

Musa. Sehingga pada akhirnya mereka malah terjebak kedalam

permasalahan yang lebih besar.

Cerita di atas seharusnya menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu

mentaati apa yang diperintahkan oleh guru. Dalam kitab ta’limul

muta’alim diterangkan ada dua orang yang jika memberi nasehat kita tidak

mentaatinya, maka hidup kita akan hancur. Dua orang tersebut adalah guru

dan dokter.

Sebagai seorang murid sudah seharusnya kita mentaati apa yang

diperintahkan oleh guru kita. Seorang guru selalu mengarahkan peserta

didiknya ke arah yang lurus, tidak mungkin guru menyesatkan muridnya.

Dalam kitab ta’limul muta’alim sahabat Ali berkata : “aku adalah budak

dari seseorang yang telah mengajariku sebuah ilmu walaupun hanya

sekedar satu huruf”. Perkataan sahabat Ali tersebut merupakan sebuah

pelajaran bahwa guru merupakan seseorang yang harus kita taati.

Dalam pesantren, seorang santri tidak hanya dituntut untuk mentaati

gurunya, namun juga dituntut untuk menanamkan rasa ta’dzim di hatinya

kepada seorang guru. Ta’dzim disini berarti bahwa murid itu harus selalu

taat pada gurunya kapan saja dan di mana saja.

Ada banyak cara yang harus dilakukan peserta didik untuk

menghormati gurunya. Yang pada intinya seorang peserta didik harus

mendapat ridha seorang guru dan jangan sampai membuat guru marah dan

sakit hati. Menurut Al Zanurji ada beberapa cara yang dapat dilakukan

peserta didik untuk menghormati seorang guru, diantaranya yaitu : tidak

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

74

berjalan di depan guru, tidak duduk ditempat duduk guru, tidak

memperbanyak omongan ketika bersama guru, tidak mengetuk pintu

rumah atau kamar seorang guru, menghormati pula anak beserta keluarga

guru11

.

Belajar dari kejadian yang dialami oleh orang Bani Israil, tentunya

kita jangan sampai melanggar apa yang guru perintahkan kepada kita.

Dengan harapan, kita mendapat ridha dari Allah SWT karena kita telah

mendapat ridha dari guru. Bagaimanapun juga guru adalah orang tua yang

member kehidupan untuk hati kita.

Ingatlah kata-kata yang disampaikan oleh nenek moyang kita, guru itu

berarti digugu lan ditiru. Digugu lan ditiru adalah berasal dari bahasa

jawa, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah dipatuhi dan

dijadikan sebagai panutan. Jadi sebagai murid, kita harus selalu taat pada

guru kita. Jangan sampai kita melukai hati dan perasaan guru, karena hal

tersebut dapat menjadikan ilmu kita tidak barakah dan manfaat. Ditiru

bermakna bahwasanya guru haruslah menjadi teladan yang baik bagi

peserta didiknya.

11

Syekh Al Zanurji, Ta’limul Muta’alim Terjemah Ma’ruf Asrori, (Surabaya : Pelita Dunia, 1996), hlm.

35

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

75

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari kajian yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya, dapat diambil

beberapa kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam QS. Al

Baqarah ayat 67-73 adalah sebagai berikut :

1. Akhlak dalam bertanya

Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk mengajukan

pertanyaan yang penting saja. Selain itu kita juga dilarang

bertanya tentang hal yang menyebabkan kita berada permasalahan

yang lebih rumit.

2. Akhlak kepada orang tua

Menghormati dan berbuat baik kepada orang tua adalah sebuah

kewajiban. Karena ridha Allah SWT itu tergantung pada ridha

orang tua. Dan sebaliknya, murka Allah SWT juga tergantung

pada murka orang tua.

3. Nilai kesabaran seorang pendidik

Seorang pendidik harus memiliki kesabaran dalam mengajarkan

ilmu yang dimilikinya. Lihatlah bagaimana Nabi Musa tetap

bersabar dan tenang ketika mendapat berbagai macam pertanyaan

dari orang Bani Israil, padahal sebelumnya Nabi Musa sudah

memberikan keterangan kepada mereka mengenai permasalahan

yang mereka hadapi.

4. Nilai kejujuran seorang pendidik

Dalam menyampaikan sebuah ilmu, seorang pendidik harus

memiliki kejujuran atas ilmu yang ia sampaikan kepada peserta

didiknya. Berkaca pada apa yang ada dalam QS. Al Baqarah ayat

67-73, kejujuran Nabi Musa dalam menyampaikan berita ataupun

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

76

informasi dari Allah SWT kepada Bani Israil, haruslah menjadi

pelajaran bagi kita.

5. Nilai ketaatan seorang peserta didik

Kaitannya dengan apa yang ada dalam QS. Al Baqarah ayat 67-

73, peserta didik harus mau dan patuh terhadap apa saja yang

disampaikan guru mereka. Bagaimanapun juga, apa yang

disampaikan guru kepada peserta didiknya adalah untuk kebaikan

peserta didiknya sendiri. Akibat dari ketidak mauan untuk

mendengarkan perkataan seorang guru dapat kita lihat pada apa

yang dialami oleh orang Bani Israil yang terjebak ke dalam

permasalahan yang lebih rumit karena tidak langsung mematuhi

apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa.

B. SARAN-SARAN

1. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk pribadi yang cerdas,

ulet, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, namun hal yang lebih penting

saat ini adalah pendidikan budi pekerti. Pendidikan akhlak/budi pekerti

hendaknya juga ditekankan dalam proses belajar mengajar, bagaimanapun

pintarnya seseorang, cerdas dan cerdiknya seseorang tapi tanpa dilandasi

akhlak yang baik, maka akan sia-sialah ilmu yang didapat. Justru ilmu yang

didapat akan dimanfaatkan untuk kepentingan terhadap hal-hal negatif. Tanpa

budi pekerti yang baik, niscaya dunia ini akan rusak.

2. Untuk memajukan dunia pendidikan Islam, penggalian terhadap nilai-nilai

dalam Al-Qur'an harus terus dilakukan. Karena pada dasarnya semua ilmu itu

bersumber dari Al-Qur'an, selain itu hal ini juga bertujuan untuk memberi

keseimbangan (balance) terhadap kemajuan IPTEK di dunia barat yang telah

berkembang pesat dengan berbagai dampak positif dan negatif di dalamnya.

3. Penanaman nilai yang ada QS. Al Baqarah ayat 67-73 dalam pendidikan

Islam adalah hal yang sangat penting, hal ini dikarenakan banyak generasi

muda yang sudah tidak lagi memiliki adab sopan santun terhadap orang

tuanya sendiri. Selain itu juga banyak di antara mereka yang tidak memiliki

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

77

kesopanan dalam bertutur kata dan bertanya, seperti orang Bani Israil saja.

Penanaman QS. Al Baqarah pada ayat 67-73 juga perlu ditekankan untuk

mendongkrak dan meningkatkan iman kita kepada Allah SWT.

4. Penanaman nilai-nilai akhlak dalam QS. Al Baqarah ayat 67-73 haruslah

dilakukan sedini mungkin, karena kerusakan aqidah dan moral bangsa sudah

sedemikian parah, diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut, moral

bangsa khususnya generasi muda dapat semakin baik. Karena generasi muda

merupakan kunci bagi kehidupan bangsa. Baiknya moral generasi muda suatu

bangsa maka selamatlah bangsa itu dan hancurnya moral generasi muda suatu

bangsa maka hancurlah bangsa itu.

C. PENUTUP

Demikianlah serangkaian uraian singkat dalam penjabaran tulisan

ini.Dengan penuh semangat akhirnya skripsi ini telah selesai ditulis. Semua

kata yang tertuang dan ditulis dalam skripsi ini dikerjakan secara serius dan

bertanggung jawab, namun harus diakui semua yang di dunia ini tidak ada

yang sempurna termasuk dalam hal ini tulisan ini. Sudah semestinya tulisan

ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang melekat dari awal sampai

akhir penulisan. Untuk itu tidak ada usaha yang lebih berharga kecuali

melakukan kritik terhadap apa yang ada dalam tulisan ini, baik dari segi isi

maupun pemilihan kosakata.

Kritik konstruktif sangat diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini.

Namun penulis berharap, walaupun masih terdapat kekurangan dan

kesalahan, skripsi ini dapat memberikan manfaat (walaupun sedikit)

pengetahuan yang telah dikaji di dalamnya dan memberikan sumbangsih

dalam pendidikan Islam, serta pengayaan khasanah Islam pada umumnya,

atau paling tidak dapat memenuhi standar minimal dari criteria kegunaan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Amin.

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Abi Muhammad, Shahih Bukhari Juz 1, Beirut : Darul Kitab Al

Alamiyyah, 1992

Abdillah, Abi Muhammad, Shahih Bukhari Juz 5, Beirut : Darul Kitab Al

Alamiyyah, 1992

Abidin, Munirul, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, Jakarta : Darul

Falah, 2005

Ahmad, Al Sayh ben Muhammad Al Sawi, Hasiyat Al Sawi ‘Ala Tafsir Al

Jalalayn, Beirut : Dar Al Kotob Al Ilmiyyah, 2009

Anas, Idhoh, Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an, Pekalongan : Al Asri, 2008

Anjar Nugroho Sb, Pengertian munâsabah dalam

http://pemikiranislam.wordpress.com diakses pada tanggal 12 septembar

2011

Baidan, Nashrudin, Methodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2005

Bahri, Syaiful Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2006

Barzanji, Al Majmu’, Semarang : Pustaka Al Alawiyah, t.th

Baidowi, Ahmad, Menjadi Muslim Ideal terjemah, Yogyakarta : Mitra Pustaka,

2001

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta :

DEPAG, 1971

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Semarang:

CV Al Waah, 2004

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung :

J-ART, t.t.

Departemen Agana RI, Al Aliyy, Bandung : CV Penerbit Dionegoro, 2008

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka 2003

Djatnika, Rachmat, Sistem Ethika Islami, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

Hasan, Iqbal, pokok-pokok materi methodology penelitian & aplikasinya, Jakarta :

Graha Indonesia, 2002

Ichwan, Nor Mohammad, Studi Ilmu-Ilmu l-Qur’an, Semarang: Rasail Media

Group, 2008

Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2008

Islam wikipedia, asbabun nuzul, dalam http://islamwiki.blogspot.com. diakses

pada tanggal 12 septembar 2011

Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : Ar Ruzz, 2009

Khalil, Manna Al Qattan, Mahabis fi ulumil Qur’an, terjemah Mudzakir, Bogor :

Pustaka Litera Antar Nusa, 2001

Mahsun, Taha, Qishah Al Anbiya’, Surayabaya : Maktabah ahmad Nabahan, t.th.

Marzuqi, Ahmad, Aqidatul Awam, Kudus : Menara Kudus, t.th.

Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Muhammad, Tengku Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’an Majid Annur,

Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000

Musthafa, Ahmad Al Maraghi,Tafsir Almaragh TerjemahAnshari dkk, Semarang :

Karya Toha Putra, 1992

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, Semarang : Rasail, 2010

Nata, Abuddin, Ahlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo, 1997

Pidarta, Made, landasan kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2007

Press, Qisthi, ‘Aidh Al Qarni, Jawa Timur : Qisthi Press, 2008

Quttub, Sayyid, Fi Zhilalil Qur’anAs’ad yasin dkk, Depok : Gema Insani, 2008

Quraish, M. Shihab, Tafsir Al Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2010

Setyosari, Punaji, Metode penelitian pendidikan, Jakarta : Kencana, 2010

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2010

Sunarto, Ahmad, Sabar Dan Syukur, Semarang : Pustaka Nun, 2010

Syadali, Ahmad, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoove, 1993

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja

Rosda Karya, 2010

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996

Umar, Abdullah, MushthalichulAttajwid, Semarang : Karya Toha Putra, t.th.

Umar, bin Ahmad Baraja’, Akhlak Al Banin juz 2, Surabaya : Maktabah

Muhammad bin Ahmad Nabahan, t.th.

Wahhab, Abdul Sya’roni, Al Minah Al Saniyah, Indonesia : Dar Al Hya’ Al Kutun

Al Arabiyyah, t.th.

Wikipedia , Surat Al Baqarah, dalam : http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-

Baqarah. diunduh pada tanggal 12 Desember 2011

Yusuf, Kadar, Study Ak Qur’an, Jakarta : Amzah, 2009

Zainuddin, Syaih bin Abdul Azizi, Irsyadul Ibad, Indonesia : Alharamain, t.th.

Zanurji, Ta’limul Muta’alim Terjemah Ma’ruf Asrori, Surabaya : Pelita Dunia,

1996

Zar, Sirajuddin, Filsfat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta Rja Grafindo

Persada, 2004

Zuhaili, Wahbah, Tafsir Munir, Damasyik : Darul Fikri, 2003

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua
Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’ANlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · pendidik. (5) Ketaatan peserta didik. vii ... 2. Nasirudin, M.Ag. Ketua

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama lengkap : Setyo Utomo

2. Tempat & Tgl. Lahir : Wonogiri, 21 Februari 1989

3. NIM : 073111033

4. Alamat Rumah : Desa Singorojo, RT.07 RW.01, Kecamatan

Singorojo, Kabupaten Kendal

5. HP : 081 90 18 17 17 5

6. E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SDN 01 SINGOROJO, Lulus Tahun 2001

b. SMPN 02 SINGOROJO , Lulus Tahun 2004

c. MA NU 04 AL MA’ARIF BOJA, Lulus Tahun 2007

d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Lulus Tahun

2012

2. Pendidikan Non-Formal

a. MDA 01Tarbiyatul Athfal Singorojo

b. Pondok Pesantren Al Islah Al Mardhiyah, Singorojo

c. Pondok Pesantren Al-Mabrur, Jl. Seroja No. 39, Sapen, Boja,

Kendal

Semarang, 21 Februari 2012

Setyo Utomo

NIM: 073111033