nilai moral dalam novel perempuan poppo karya dul …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
MUH SURYA PRATAMA
10533 6985 12
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2016
NILAI MORAL DALAM NOVEL PEREMPUAN POPPO KARYA
DUL ABDUL RAHMAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Lakukan jalanmu maka kamu akan mengerti dirimu, setiap hidup selalu menempuh hal yang tak terduga. Jadi tak ada alasan untuk tidak melakukannya.
Tidak ada satupun di dunia ini Yang bias disapat dengan mudah,
Kerja keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya.
Jangan menunggu tangan orang lain untuk memulai Karena kehidupan tidak akan menunggu Kamu untuk siap.
Karya ini kupersembahkan buat kedua orang tuaku
Yang selalu memberikan “cinta dan kasih sayangnya” kepada penulis,
Saudara-saudaraku, sahabat dan orang special yang selalu ada di sampingku, terima kasih untuk motivasinya.
ABSTRAK
Muh Surya Pratama, 2016. Nilai Moral dalam Novel Perempuan Poppo Karya
Dul Abdul Rahman. Skripsi. Dibimbing oleh Wahyuddin Hakim dan Syekh
Adiwijaya Latief. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat
dalam novel Perempuan Poppo Karya Dul Abdul Rahman. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode kajian pustaka. Data
yang diolah dari penelitian ini menghasilkan lima bagian yang memiliki nilai
moral dalam novel Perempuan Poppo Karya Dul Abdul Rahman, yaitu nilai
susila, nilai kesopanan, nilai sosial, nilai ketabahan dan nilai tanggung jawab. Dari
kelima bagian tersebut, penulis memilah-milah untuk memudahkan peneliti
mengetahui pembagian kelima bagian tersebut di atas.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa novel
Perempuan Poppo Karya Dul Abdul Rahman mengandung nilai moral yang terdiri
atas nilai susila membahas tentang perilaku dan tindak tutur bahasa kepada orang
lain. Nilai kesopanan membahas tentang budi bahasa, tegur sapa yang baik dan
perilaku yang baik serta adab yang baik akan terlihat dalam aktivitas seseorang
dalam kehidupannya sehari-hari. Nilai sosial membahas tentang perilaku
seseorang yang peduli kepada mereka yang membutuhkan dan peduli kepada
kelangsungan hidup alam, jiwa sosial atau kepekaan sosial menjadi hal yang patut
dijaga agar tidak menjadi langkah dalam kehidupan budaya kita. Nilai ketabahan
membahas tentang seberapa kuat kita tabah menghadapi ujian dari Tuhan. Nilai
tanggung jawab membahas tentang sejauh mana tanggung jawabnya terhadap
setiap ucapan, perilaku dan janjinya. Tanggung jawab sebagai nilai memang
menjadi sangat penting akan pribadi seseorang
Kata kunci : Nilai Moral, Novel
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt
yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Serta tidak lupa pula
salawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Begitu banyak pengalaman-pengalaman yang menjadi sebuah pelajaran
bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Tidak sedikit kendala dan hambatan
yang penulis hadapi, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan serta
kemauan dan kerja keras disertai bantuan dan do’a dari berbagai pihak yang
memberikan dukungan baik moril maupun material sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua yang sangat berjasa dalam hidup penulis, mereka
yang selalu memberi apapun yang anaknya mau tak terkecuali
dukungan dan moril. Dalam hal ini Ayahanda Ir. Sukwan Kuddus, MP
dan Ibunda Hj. Darmawati, S.Pd., M.Pd.
2. Dr. H. Wahyuddin Hakim, M. Hum. Selaku pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk
memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk
memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Munirah, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.
6. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
7. Dul Abdul Rahman, SS., S.Pd., M.Hum. selaku penulis novel
Perempuan Poppo yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian dengan dengan memberikan novelnya untuk bahan kajian.
Akhirnya, dengan segala ketulusan hati kupersembahkan pula terima kasih
yang tak ternilai kepada orang-orang terdekat penulis, yaitu Nur’ Afiah yang
senantiasa ada untuk membantu penulis.
Tak henti-hentinya penulis haturkan sembah sujud yang sedalam-
dalamnya buat Ibunda tercinta Hj. Darmawati, S.Pd., M.Pd. dan juga kepada
Ayahanda tercinta Ir. Sukwan Kuddus, MP., yang tak pernah lelah memberi
semangat. Demikian juga kepada sahabat-sahabat saya tercinta AAGKD yang dari
awal kuliah sampai akhir selalu ada dan sama-sama berjuang demi sebuah gelar,
serta teman-teman almamaterku yang selalu memberi semangat, do’a dan
dukungan kasih sayang dan motivasi selama penulis melaksanakan studi.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga saran dan kritik pembaca tetap kami butuhkan. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penulis
secara pribadi.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, September 2016
Penulis,
Muh Surya Pratama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tulisan atau karangan.
Teeuw (dalam Yohanes Sehendi, 2014: 4) secara ringkas dan padat menyatakan
bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk
tulis, meskipun tidak semua bahasa tulis adalah sastra. Rene Wellek dan Austin
Warren (1993: 37) sastra adalah suatu kegiatan kreatif sederetan karya seni. Isi
yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Karya sastra sebagai
hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai-nilai
kehidupan seperti mitos, moral dan budaya melalui perspektif masyarakat dengan
karya sastra.
Karya sastra adalah pengungkapan ideologi pelaku baik berupa prosa,
puisi dan drama. Munculnya sebuah ide didasari oleh sebuah konsep bersumber
dari sederatan pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berbentk fisik, pengalaman
batin dan pengalaman budaya. Dari ketiga unsur karya sastra tersebut novel yang
paling mendapat tempat dan hati di masayarakat. Zaman yang dimanjakan dengan
teknologi dan komunikasi semakin mempermudah membantu untuk menghasilkan
karya.
Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial yang saling
melengkapi dalam kedirian mereka sebagai suatu yang eksistensial. Sebagai
bentuk seni, kelahiran sastra bersumber dari tata nilai, dan pada gilirannya sastra
juga akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Itu terjadi karena
setiap cipta sastra yang dibuat dengan kesungguhan tentu mengandung keterikatan
yang kuat dengan kehidupan, dan sastrawan sebagai pencipta sastra tersebut
adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.
Dalam perspektif proses kreatif penciptaan, keterkaitan sastra dengan tata
nilai kehidupan dapat disejajarkan dengan konsep mimesis dan creatio. Hubungan
antara cipta sastra dan kenyataan bukanlah hubungan yang bersifat searah dan
sederhana. Hubungan tersebut selalu merupakan interaksi yang kompleks dan tak
langsung. Berhadapan dengan karya sastra, seorang pembaca akan senantiasa
berada pada dua wilayah yakni wilayah kenyataan dan wilayah rekaan atau berada
pada dua dunia, yakni mimesis dan dunia creatio. Membaca teks sebagai
pencerminan kenyataan belaka pasti sangat menyesatkan, sebaliknya membaca
teks sebagai rekaan murni tak kurang menyesatkannya (Teeuw, 1988: 231).
Karya sastra itu sendiri menceritakan berbagai masalah dalam kehidupan
manusia yang dialami oleh pengarang dan apa yang dilihat pengarang.
Nurgiyantoro (2001: 3) menyatakan sebagai karya sastra imajiner, fiksi
menawarkan pelbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan
kehidupan. Penelitian terhadap karya sastra sangat penting dilakukan untuk
mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra pada dasarnya mencerminkan
realitas sosial masyarakat. Karya sastra dapat dijadikan medium untuk mnegtahui
realitas sosial yang diolah secara kreatif oleh pengarang.
Karya sastra memilki keanekaragaman bentuk dan jenis. Salah satu bentuk
karya sastra tersebut adalah novel. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun
berbagai unsur, yaitu intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut sengaja
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata. Dihadirkan peristiwa-
peristiwa didalamnya, sehingga nampak seperti sungguh terjadi. Unsur yang
seperi inilah menjadi kesan dan nilai seni bagi novel.
Novel adalah karangan prosa yang panjang, yang mengandung suatu
rangkaian cerita kehidupan seorang dengan orang sekelilinganya. Menonjolkan
watak dan sifat setiap pelakunya. Oleh karena itu novel dapat menemukan
seseuatu cerita secara bebas. Tersaji cerita lebih banyak, lebih rinci, lebih detail
dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.
Novel merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting bagi
pembinaan masyarakat. Novel adalah sarana yang efektif untuk menyampaikan
pesan dan amanat dari yang hidup di masa lalu ke masa sekarang. Hal ini
dimungkinkan, karena berbagai pesan dan amanat yang disampaikan kepada
masyarakat dilakukan secara tidak langsung serta diselipkan berbagai hal yang
menjadi klimaks dengan kata lain tanda tanya sehingga pembaca dapat
memahami. Karya sastra seperti novel merupakan pancaran kehidupan sosial dan
gejolak kejiwaan pengarang. Pengarang berhadapan langsung dengan kenyataan
yang ditemukannya dalam masyarakat (realitas objektif) yang dapat berbentuk
peristiwa, norma, ajaran-ajaran agama, dan pandangan hidup yang ada di
masyarakat.
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya sifat dan kualitas
yang melekat pada suatu objek. Moral adalah ajaran tentang hal baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dan perwujudannya
dapat berupa peraturan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia.
Penelitian yang menggunakan novel sebagai data merupakan penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan kajian pustaka. Alasan peneliti mengangkat
novel karya Dul Abdul Rahman sebagai bahan kajian karena sebagaimana
diketahui bersama bahwa Dul Abdul Rahman merupakan serang penulis lokal asal
Sulawesi Selatan yang telah banyak melahirkan tulisan-tulisan khususnya tulisan-
tulisan berbau sosial budaya, salah satunya adalah novel Perempuan Poppo yang
ingin penulis teliti dari segi nilai moral. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengangkat judul “Nilai Moral dalam Novel Perempuan Poppo Karya Dul
Abdul Rahman”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Nilai Moral dalam Novel
Perempuan Poppo Karya Dul Abdul Rahman?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah memberikan gambaran tentang Nilai Moral dalam Novel Perempuan
Poppo Karya Dul Abdul Rahman yang merupakan cerita rakyat (urban legend),
khususnya di daerah Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menberikan informasi yang lebih
rinci dan mendalam tentang nilai moral dalam novel Perempuan Poppo Karya
Dul Abdul Rahman.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini adalah jawaban dari masalah yang dirumuskan
sebelumnya. Dengan selesainya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi
bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi
dunia sastra dan pendidikan bagi penulis pribadi, karya tulis khususnya karya
tulis skripsi tidak hanya berpatokan pada PTK dan penelitian sejenis seperti
eksperimen, korelasi, dan lain sebgainya, karya tulis skripsi bisa mengkaji
apapun, tak terkecuali sastra dalam hal nilai moral. Penelitian novel
Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman dapat digunakan sebagai bahan
bacaan perbandingan penelitian tentag nilai moral pada penelitian-penelitian
sebelumnya.
b. Bagi Guru dan Dosen
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru dan dosen
tentang metode pendekatan individu kepada siswa dan mahasiswa mengenai
materi pembelajaran sekaligus pedoman pembelajaran karya sastra yang
menarik, kreatif, dan inovatif. Selain itu lebih mudah mengklasifikasikan
nilai-nilai moral yang terdapat pada karya sastra.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat lebih memahami isi novel Perempuan Poppo
dan memetik hikmah dari fiksi tersebut. Selain itu, diharapkan pembaca
semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (novel) dengan memilih novel
yang sarat akan makna pendidikan yang bermoral dengan menelaah dari segi
unsur keunikannya sekaligus sarana pembinaan kepribadiaan dan tidak
melupakan sejarah, khususnya cerita rakyat (Urban Legend) yang menjadi
ciri khas masyarakat Indonesia.
d. Bagi penelitian lain
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan inspirasi maupun bahan
pijakan penelitian untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam guna
kelangsungan karya sastra kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Keberhasilan sebuah penelitian bergantung pada teori yang mendasarinya.
Karena teori merupakan landasan. Suatu penelitian yang berkaitan dengan kajian
pustaka yang mempunyai korelasi dengan masalah yang dibahas yaitu mengenai
nilai moral.
Moral berasal dari kata mores yang berarti dalam kehidupan adat-istiadat
atau kebiasaan menurut Suseno (1987: 18). Suseno mengatakan (1987:19) bahwa
kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Norma-
norma moral adalah tolak ukur untuk menetukan betul salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap,
kelakuan yang dapat dilihat melaui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat
terpuji dan baik secara lahiriyah akan dinilai memiliki niai moral yang baik.
Suseno (1987: 57) mengatakan bahwa penilaian dipengaruhi oleh pandangan
hidup bangsa yang bersangkutan.
Menurut Hadiwardoyo (1990:13) Moral menyangkut kebiayasaan. Orang
yang tidak baik juga disebut orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya
sebagai orang yang kurang moral. Maka secara sederhana kita mungkin dapat
menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi.
Hadiwardoyo (1990:13) mengemukakan bahwa moral sesungguhnya memuat dua
segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriyah. Orang yang baik adalah
orang yang memiliki sikap batin yang baik dalam dan melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik pula. Sikap batin ini juga sering kali disebut hati. Ukuran
moral berkaitan dengan hati nurani dan norma.
Hati nurani menyediakan ukuran subjek, norma pada ukuran objek, dengan
kata lain; hati nurani memberitahukan kepada mana yang benar, norma diberikan
untuk menunjukkan kepada semua orang mana yang benar itu. Jadi, hubungan hati
nurani dan norma dapat dijelaskan sebagai berikut: norma diberitahukan
kepadaku, supaya kau memahami kebaikan dan hidup sesuai dengan kebaikan itu,
tetapi hati nuraniku itulah yang akan mengatakan dengan lebih tegas kepadaku
tentang kebaikan yang harus kukejar Hadiwardoyo (1990:15).
Orang yang berusaha hidup secara tekun dalam waktu yang lama dapat
mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan. Keutamaan adalah
kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat
secara benar. Seperti: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain,
keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh
harap, penuh kasih Hadiwardoyo (1990:15).
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini telah dilakukan oleh Astuti Ahid (2011) dengan judul “Nilai
Moral dalam Novel Jangan Salahkan Cinta Karya Hasif Palajati”. Adapula
penelitian lain yang dilakukan oleh Iin Handayani (2011) dengan judul “Analisis
Nilai Moral dalam Novel Ratu Kecantikan Karya Langit Kresna Hariadi”
Novel dengan judul Perempuan Poppo Karya Dul Abdul Rahman adalah
novel yang mengkaji tentang perempuan poppo, dengan dedahan fiksi dan uraian
fakta, Dul Abdul Rahman berhasil menghadirkan sosok perempuan poppo yang
terus menjadi perdebatan masyarakat yang percaya dan tidak percaya. Untuk
dapat mengapresiasi karya sastra utamanya prosa dengan baik mesti memiliki
pengetahuan tentang sastra yang mendalam. Sastra memiliki kaidah-kaidah,
seperti halnya dalam pembelajaran sastra yang pokok adalah apresiasi terhadap
sastra itu sendiri.
a. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mengaitkan antara karya
sastra dengan pengarang. Pendekatan ini didasarkan atas tiga pandangan, yaitu:
1) Sebuah karangan atau cerita terwujud karena ada orang yang menulis atau
mengisahkannya.
2) Setiap karya merupakan refleksi sikap. Pandangan atau cita dan perasaan
penulisnya terdapat di alam sekitarnya.
3) Sebuah karya dapat merupakan gambaran kondisi sosial budaya
pengarangnya ketika karya itu ditulis.
b. Pendekatan Objektif
Pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra. Karya sastra
dijadikan objek penelitian. Analisisnya hanya tertuju pada karya tersebut, tidak
dihubungkan dengan penulis, alam semesta atau pembaca. Bila ada kesulitan,
penilitian tidak perlu menghubungi pengarangnya untuk diminta karyanya.
c. Pendekatan Mimetik
Pendekatan ini lebih menekankan pada peneladanan sesuai dengan
kenyataan, kejujuran, atau hal yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya kemuliaan akhlak, tetapi suatu hal yang perlu dipahami, bahwa
kebenaran dalam karya sastra bukan sebuah kemutlakan.
d. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mengaitkan antara karya
sastra dengan pemakaian bahasa dalam konteks situasi. Berkaitan dengan hal ini
perlu diperhatikan hal-hal seperti pembicara, pendengaran, konteks pembicaraan,
tujuan pembicaraan, tindak ujar atau produksi tindak tutur, serta waktu dan
tempat. Suatu percakapan dianggap komunikatif apabila suatu yang dinginkan
oleh pembicara dipahami sebelumnya oleh pendengar.
e. Pendekatan Reseptif
Pendekatan reseptif adalah pendekatan yang mengaitkan karya sastra
dengan tanggapan atau reaksi pembaca terhadap karya sastra yang dibacanya.
Tanggapan aktif yaitu bagaimana merealisasikan tanggapan dalam sebuah tulisan
baik berupa karya sastra maupun bentuk lain, sedangkan tanggapan pasif yaitu
bagaimana pembaca dapat memahami karya itu dengan melihat nilai estetika.
Berdasarkan beberapa penjelasan pendekatan, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan Objektif. Menitikberatkan pada karya sastra baik
berupa berupa puisi, prosa dan drama yang dijadikan objek penelitian.
2. Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa Italia, Novella artinya sebuah barang baru kecil,
kemudian diartikan sebagai sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa oleh
Nurgiyantoro, (2000: 9).
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang dapat dijadikan sebagai
sarana untuk menyampaikan ide dan gagasan pengarang. Novel adalah gambaran
dari kehidupan dan perilakunya sehingga terjadi perubahan jalan hidup baru
baginya Wellek dan Austin (1990: 182-183). Secara terminologi, novel sebagai
salah satu jenis karya sastra dapat didefinisikan sebagai pemakaian bahasa yang
indah dan menimbulkan rasa seni pada pembaca.
Secara sederhana, pengertian novel dikemukakan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat-sifat pelaku. Novel adalah suatu jenis karya sastra
yang berbentuk naratif dan berkesinambungan ditandai oleh adanya aksi dan
reaksi antar tokoh, khususnya antara antagonis dan protagonis seperti yang
diungkapkan oleh Semi (1988: 36).
Di Indonesia roman dan novel sering diberi arti yang berbeda walaupun
hampir sama. Roman sering diartikan sebagai cerita bentuk prosa yang panjang.
Dalam pengertian roman seperti cerita dimulai sejak kecil sampai wafat. Jadi,
melengkapi masa kehidupan yang panjang. Sedangkan novel sering diartikan
sebagai bagian kehidupan seseorang. Seperti masa menjelang perkawinannya
setelah mengalami masa percintaan atau bagian kehidupan waktu seseorang
mengalami krisis dalam jiwa. Secara umum karya sastra prosa dalam bentuk novel
adalah ungkapan pribadi manusia pengalaman, pemikiran, semangat, keyakinan,
ide dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang membangkitkan pesona
gaya bahasa. Novel juga adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk naratif
dan berkesinambungan ditandai adanya aksi atau konflik reaksi antar tokoh.
3. Unsur yang Membangun Novel
Ibaratkan membangun rumah mesti membangun pondasi dan rangka
bangunan. Begitupun berlaku pada karya sastra novel. Unsur-unsur yang
membanguan novel ialah:
a) Unsur intrinsik yaitu unsur yang membentuk karya sastra dari dalam seperti
perwatakan, tema, alur/plot, latar, gaya bahasa dan amanat.
b) Unsur ekstrinsik yaitu unsur yang membangun karya sastra dari luar atau
ketertarikan antara karya sastra dengan disiplin ilmu yang lain seperti ilmu
sosial, ilmu politik, ilmu kebudayaan, ilmu ekonomi, ilmu agama, dan
disiplin-disiplin ilmu yang lain. Membicarakan unsur yang membangun
sebuah karya sastra termasuk novel berarti menjelaskan satu persatu tahap
membangun novel. Unsur yang membangun novel yang telah diterangkan di
atas yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur –Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema adalah pokok pembahasan dalam sebuah karya sastra atau inti
dalam pembahasan karya. Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (1985: 125)
tema merupakan pandangan-pandangan hidup yang tertentu atau perasaan
mengenai yang menbentuk gagasan utama dari suatu karya sastra. Brooks dan
Warren (dalam Tarigan 1985: 56) mengemukakan tema adalah dasar atau makna
suatu cerita (novel). Tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan
yang membentuk dan membangun dasar atau gagasan utama dari karya fiksi.
Cerita yang disodorkan dalam suatu novel harus bergantung pada tema.
Tema merupakan gagasan utama yang menjadi dasar tujuan yang akan dicapai
pengarang dalam menulis cerita, bukan sekadar mau bercerita tetapi menyatakan
sesuatu kepada pembaca. Sesuatu yang diungkapkan bisa hanya masalah
kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini ataupun komentar terhadap
kehidupan.
b. Alur atau Plot
Alur atau plot pada hakikatnya adalah jalan cerita atau rangkaian kejadian.
Plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu
dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.
Alur adalah struktur gerak yang terdapat dalam cerita fiksi dan drama. Sedangkan
Tarigan (1985: 126) alur plot adalah stuktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau
drama.
Alur cerita dalam suatu novel pada umumnya terdiri atas beberapa tahap
diantaranya:
1. Pengenalan tokoh yaitu pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh dalam novel.
Ada sebagai pengarang novel yang memperkenalkan tokoh-tokohnya secara
eksplisit sebelum masuk pada inti cerita dan ada juga yang memperkenalkan
tokoh seiring dengan berjalannya cerita novel. Contohnya saja kutipan dalam
novel Perempuan Poppo “Akhirnya Lam bisa mempersunting anak kepala
desa yang baik budi bahasanya, cantik pula. Mata bening Tenriadjeng, serta
wajah yang ayu, senyum yang menawan plus seceruk lesung pipi bila
tersenyum selaksa sketsa wajah Siti Nurhaliza, penyanyi dari negeri seberang
yang memang idola Lam”. (Abdul Rahman, 2010: 6).
2. Pengenalan konflik yaitu pengarang mengantarkan cerita pada awal
munculnya konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita atau pengantar
kepada terjadinya konflik.
3. Konflik yaitu kondisi di mana para tokoh pada kesenjangan dan pertentangan
baik fisik, argumentasi maupun batin. Konflik ini tidak hanya terjadi pada
peraduan fisik. Konflik juga bisa diartikan dengan beradu argumen antara
tokoh dalam cerita yang berbeda pemahaman, bisa juga diartikan dengan
pertentangan batin yang dialami oleh salah satu tokoh (konflik batin).
4. Klimaks adalah kondisi di mana puncak dari konflik yag terjadi yang dialami
oleh tokoh.
5. Anti klimaks adalah keadan konflik yang hampir mereda atau berakhir.
6. Solusi yaitu berakhirnya konflik yang dialami para tokoh dan ditemukannya
jalan keluar dari penyelesaian masalah.
c. Latar/Setting
Latar atau setting. Latar adalah gambaran tentang tempat dan waktu serta
segala situasi di tempat terjadinya peristiwa Yunika (2011: 23). Latar juga biasa
diartikan tempat kejadian dalam cerita novel dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan dengan karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah
dunia, dunia yang dimaksut ialah dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang
dilengakapi dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun tentu saja, hal itu
kurang lengkap, sebab tokoh dalam berbagai pengalaman hidupnya itu
memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana halnya dengan
kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, fiksi sebagai dunia,
disamping membutuhkan tokoh, alur, dan plot juga perlu namanya latar.
Latar juga disebut sebagai landas lampu, mengarah kepada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan. Menurut Tarigan (1985: 136) latar adalah latar
belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam cerita.
Melalui analisis terhadap latar, seseorang dapat mengetahui bagaimana
keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh sering kali juga berhubung erat
dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya lingkungan sekitar kerap
efek secara langsung terhadap apa yang dikerjakan seorang pelaku. Secara umum
latar dibagi dalam :
1. Latar tempat adalah tempat atau daerah terjadinya suatu peristiwa dalam
cerita. Latar tempat sebuah karya fiksi terdapat di dalam ruangan dan tidak
menutup kemungkinan terjadi di ruang lingkungan. Contoh bisa di jalan atau
disebuah kota. “Lam tinggal di rumah kos Padaidi yang penghuninya rata-
rata sudah berumah tangga.” (Abdul Rahman, 2010: 18). Kutipan tersebut
menentukan latar tempat atau dengan kata lain tempat terjadinya peristiwa
tokoh.
2. Latar waktu ialah waktu terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu
bisa dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, malam, bulan, tahun dan
seterusnya. Tetapi juga sangat mungkin pengarang tidak menentukan secara
persis tahun, tanggal ataupun hari terjadinya peristiwa. Namun hanya
menyebutkan suatu hari raya yang mengacu pada latar tempat dalam peristiwa
seseuai kemauan pengarang.
3. Latar sosial yaitu lingkungan hidup dan sistem kehidupan yang ada di tengah-
tengah para tokoh dalam sebuah cerita. Pada umumnya latar sosial berhubung
erat dengan tiga latar lainnya. Misalkan seorang mahasiswa yang biasanya
tinggal kost dan hanya memilih dua buah gelas di kamarnya dan seseorang
bisa dipastikan berada pada kelas sosial tinggi dalam sistem kehidupan bila ia
memilki sopir dan bepergian dengan alat transportasi mobil.
4. Latar alat adalah benda yang digunkan tokoh dalam sebuah cerita dan
berhubungan dengan suatu lingkungan tertentu. Misalkan memiliki laptop,
pena, buku catatan, KTM merupakan alat yang khas yang dimiiki mahasiswa.
d . Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan memiliki peranan penting dalam sebuah karya
sastra baik itu karya sastra dalam bentuk prosa, drama, maupun dalam bentuk
puisi.
1). Tokoh
Tokoh dalam karya sastra khususnya prosa cerita (novel, cerpen, hikayat,
dongeng). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang namanya tokoh dalam
karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita
tersebut. Jika kita buat suatu perbandingan. Naskah tersebut akan dimainkan atau
di filmkan. Sosok tersebut membutuhkan yang disebut aktor ataupun aktris
(pemain). Secara umum ada beberapa macam tokoh dilihat dari perwatakkannya.
Menurut Aminuddin (1987: 80) pada dasarnya ada dua kategori berdasarkan
peranan dalam cerita yaitu tokoh utama, tokoh tambahan dan tokoh pembantu.
Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam suatu cerita.
Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak terlalu penting peranannya,
karena hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama. Berdasarakan
fungsi penampilannya atau dari perwatakan yang diperankan oleh tokoh dalam
cerita terdapat beberapa tokoh diantaranya :
1. Tokoh protagonis yakni tokoh yang menarik simpati dan empati pembaca atau
penonton, ialah tokoh memegang pimpinan tokoh sentral.
2. Tokoh antagonis yakni pelaku yang tidak disenangi pemabaca atau pelaku
yang mengimbangi atau membayang-bayangi bahkan menjadi pelaku dari
tokoh utama.
3. Tokoh tritagonis ialah tokoh yang perpihak pada tokoh antagonis atau
berfungsi sebagai penengah dari pertentangan-pertentangan tokoh-tokoh
dalam cerita.
2). Sudut Pandang
Sudut pandang biasa juga disebuttitik pengisahan. Sudut pandang adalah
letak posisi pengarang dalam menceritakan kisah dalam sebuah karya. Apakah
pengarang berada dalam posisi menceritakan tentang dirinya sendiri dan biasa
dibahasakan dengan kata “Aku” atau “saya” ataulah pengarang menceritakan
tentang kisah orang lain dengan kata ganti “dia” seperti yang dikemukakan.
Apakah ia terlihat langsung dalam ceriat itu atau hanya sebagai pengamat yang
berdiri di luar cerita.
Lebih lanjut Suroto (1989: 96) menguraikan pendapatan diri pengarang
dalam suatu cerita dapat dikategorikan bermacam-macam (1) pengarang sebagai
tokoh utama, (2) pengarang sebagai tokoh bawahan dan (3) pengarang hanya
sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Hampir sama yang diutarakan
Tarigan (1985: 138) mengemukakan cara pengisahan atau sudut pandang
diantaranya :
1. Tokoh utama menceritakan diri sendiri. Hal ini biasa dikatakan “Aku”
2. Cerita dapat disalurkan oleh peninjauan yang merupakan seorang partisipasi
dalam cerita itu.
3. Pengarang bertindak sebagai peninjau saja.
4. Cerita dapat dituturkan oleh pengarang sebagai orang ketiga.
3). Gaya Bahasa
Gaya bahasa juga disebut dengan majas, gaya bahasa dalam suatu karya
sangat penting, karena penggunaan bahasa yang indah oleh pengarang sangat
mempengaruhi pembaca, sehingga pembaca tidak mengakhiri pembacanya
sampai cerita yang disampaikan oleh pengarang juga berakhir. Pembacanya
sampai cerita yang disampaikan oleh pengarang juga berakhir. Menurut Tarigan
(1985: 154) berhasil tidaknya seorang pengarang fiksi justru tergantung dari
percakapannya mempergunakan gaya bahasa yang serasi dalam karyanya. Selain
itu Tarigan (1985: 154) mengemukakan, penggunaan gaya bahasa bukan harus
berdiri sendiri melainkan harus berkaitan erat dengan strukturnya”.
4). Amanat
Amanat ialah pesan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun
tersirat yang disampaikan kepada pembaca melalui karya sastra menjadi bahan
pembelajaran dan intropeksi diri.
Unsur - Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah pendekatan yang menganalisis karya sastra dari
aspek luar atau unsur yang membangun novel dari luar atau unsur yang
membangun novel dari luar yang di dalamnya, yang termasuk nilai ekstrinsik
adalah nilai psikologi, sosial, budaya, filsafat, lingkungan, pendidikan, sejarah,
estetika, dan agama.
Unsur ekstrinsik dalam penelitian ini dikhususkan pada unsur nilai nilai
moral yang terkandung dalam Novel Perempuan PoAbdul Rahmano karya Dul
Abdul Rahman, karen apenulis beranggapan setiap karya sastra tidak bisa lepas
dari unsur ekstrinsik yang membangun dari luar karya sastra tersebut. Membahas
tentang nilai moral, kita tidak bisa lepas dari nilai sosial karena implementasi dari
nilia moral digunakan dalam kehidupan sosial. Contoh, nilai sosial yag erat
kaitannya adalah kasih sayang, ketaatan, kemanusiaan, atau mempuanyai sifat
yang baik, memliki budi luhur atau pekerti yang baik, serta kemauan keras dan
tanggung jawab yang berupa perwujuduan kesadaran dan kewajiban.
Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang
dihasilkannya. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya sastra, bagaimanpun akan
membantu dalam pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak
muncul dari situasi kekosongan budaya. Bentuk penyampaian moral dalam karya
fiksi mungkin bersifat langsung atau tidak langsung. Akan tetapi, sebenarnya
pemilahan itu hanya demi praktisnya sebab mungkin saja ada pesan yang bersifat
agak langsung. Dalam karya sastra mungkin ditemukan adanya pesan yang betul-
betul tersembunyi sehingga sulit untuk dijabarkan. Nilai-nilai inilah yang
menjiwai karya sastra dan memberikan warna tersendiri bagi makna karya sastra
yang dihasilkannya.
4. Pengertian Nilai Moral
Pengertian nilai menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori,
sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai
dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra
(1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap
memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga.
Pengertian nilai yang lain adalah kemampuan yang dipercayai ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah
sifat dan kualitas yang melekat pada suatu objeknya.
Moral secara logawi berasal dari Bahasa Latin “Mores” kata jamak dari kata
“Mas” yang berarti adat kebiasaan susila. Adat kebiasaan dalam hal ini adalah
tindakan yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima oleh masyarakat mana
yang baik dan mana yang wajar. (Suprojo, 2003: 26).
Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti,
dan sebagainya. Menurut KBBI bahwa moral merujuk pada pengertian tentang
akhlak, budi pekerti, dan susila KBBI, (1994: 969). Moral adalah nilai-nilai atau
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
moral adalah ajaran baik buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Jadi
moral membicarakan tentang tingkah laku manusia atau masyarakat yang
dilakukan dengan sadar dipandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu
penilaian.
Dengan demikian, aspek moral yang dimaksud adalah segala aspek yang
menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Novel Perempuan PoAbdul Rahmano karya Dul Abdul Rahman
memberikan ajaran kepada kita, hal ini dapat kita lihat pada kutipan setiap moral
yang diteliti, masing-masing aspek mengandung ajaran yang mempunyai maksud
tersendiri.
a. Internalisasi nilai susila dalam setiap individu dapat dilihat dalam
perilaku dengan melihat tata krama, tutur kata, serta kebiasaan tiap
individu baik ketika ia dalam keluarga maupun dalam komunitas
yang lebih besar, yaitu masyarakat. Seperti kutipan percakapan
antara Tenriadjeng dengan suaminya Lampugu
“Istirahatlah dulu Daeng!”.
Kali ini suara istrinya yang begitu lembut membuyarkan pikiran
Lam. (Abdul Rahman, 2010: 12). Kutipan novel di atas
menggambarkan tutur kata lembut Tenriadjeng kepada Suaminya.
b. Kesopanan yang tergambarkan dalam budi bahasa, tegur sapa yang
baik dan perilaku yang baik serta adab yang baik akan terlibat
dalam aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
c. Sosial merupakan petunjuk lama yang dianut oleh masyarakat yang
telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang dianut oleh masyarakat.
d. Tanggung jawab seseorang akan dinilai dengan sejauh mana
tanggung jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan janjinya.
e. Ketabahan yang dimiliki setiap orang pada tingkat yang berbeda-
beda, tingkat ketabahan atau tingkat kesabaran biasanya diukur
dengan seberapa kuat ia menerima cobaan dari tuhan yang mncul
dalam bentuk masalah-masalah dalam kehidupannya.
Berhubungan dengan hal di atas, maka dasar dari pendidikan moral atau
kesusilaan adalah hakikat manusia sebagai makhluk etis, yaitu makhluk yang
dapat mengerti atau menyadari norma moral dan mampu berbuat sesuai dengan
norma yang disadarinya. Tujuannya adalah membentuk seseorang menjadi
manusia yang bermoral.
Dalam penelitian ini dibahas bentuk-bentuk moral sebagai berikut :
1. Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berkenaan dengan
masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia yang berhubungan
secara timbal balik dengan manusia lain. Hidup bermasyarakat dengan orang lain.
Al Ghazali (dalam Zainuddin 1991: 122) mengatakan bahwa manusia dijadikan
Allah Swt dalam bentuk yang tidak hidup sendirian, karena tidak dapat
mengusahakan sendiri seluruh keperluan hidupnya bak untuk memperoleh roti dan
nasi, memperoleh makanan dengan bertani dan berladang, memperoleh pakaian.
Dengan demikian, manusia memerlukan pergaulan dan saling membantu.
Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkkan harapan
sesuai dengan perannya. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di
kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu, anggota kelompok
akan merasa sebagai suatu kesatuan. Nilai sosial berfungis sebagai alat pengawas
(control) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar
orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianut.
2. Kesusilaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , kesusilaan adalah perihal susila,
yang berkaitan dengan adab dan sopan santun. Susial berasal dari kata “su” dan
“sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan
indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan. Jadi susila berarti
tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman
hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial.
Sebagai individu, manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong
ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (susila) yang selaras dengan
ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang susila. Manusia susila
adalah manusia yang memiliki budi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh
lingkungan di mana orang itu berada.
3. Kesopanan
Kesopanan yang tergambarkan dalam budi bahasa, tegur sapayang baik
dan perilaku yang baik serta adab yang baik akan terlihat dalam aktivitas
seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
Norma kesopanan merupakan norma yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat tertentu. Oleh karena itu, norma kesopanan bersifat lokal dan
bergantung kepada adat istiadat atau kebiasaan masyarakat tertentu.
4. Ketabahan
Ketabahan hati adalah konstruksi kepribsdian yang merefleksikan yang
lebih optimis terhadap hal-hal yang menyebabkan stress. Ini sesuai dengan
pendapat Kobasa yang melihat ketabahan hati sebagai kecenderungan untuk
mepersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang potensial
mendatangkan stres.
Lebih jelas lagi mengartikan ketabahan hati sebagai komitmen yang kuaat
terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap
lingkungan dan perasaan bermakna yang kepribadian yang merefleksikan sebuah
orientasi yang lebih optimis terhadap hal-hal yang menyebabkan stres.
5. Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk
menerangkannya dengan tepat. Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan
keharusan untuk berbuat sesuatu. Atau kadang-kadang dihubungkan dengan
kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu perbuatan. Banyaknya bentuk
tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-
kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh,
pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan
kesediaan untuk melakukan dan kemampuan untuk melakukan. Dalam
kebudayaan kita, umunya “tanggung jawab” diartikan sebagai keharusan untuk
“menanggung” dan “menjawab” dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan
untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka
menjawab suatu persoalan.
B. Kerangka Pikir
Novel Perempuan Poppo dibangun oleh unsur ekstrinsik yang terdiri atas
aspek nilai moral yang berkaitan erat dengan aspek sosial seperti kasih sayang,
ketaatan, kemanusiaan, budi luhur, serta kemauan dan tanggung jawab.
Peneliti ini menganalisis nilai moral dalam novel Perempuan Poppo, nilai
moral yang ingin disampaikan pada penelitian ini adalah mengenai nilai susila,
kesopanan, berjiwa sosial, ketabahan dan tanggung jawab para tokoh yang
berperan dalam novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman, sehingga
dapat dijadikan acuan pembelajaran tingkah laku yang bermoral, sikap yang
ditunjukkan sebagai makhluk sosial. Novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul
Rahman yang dijadikan sebagai sumber data. Menganalisis nilai moral yang
terdapat dalam novel Perempuan Poppo dengan bagian-bagian nilainya ialah nilai
susilayang berpedoman pada budi bahasanya, beradab, sopan dan adat istiadat
yang baik. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur katanya)
yang baik dan tata karma. Berjiwa sosial ialah berkenaan dengan masyarakat, suka
memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma). Ketabahan
merupakan perihal tabah, keadaan tabah, ketetapan hati, kekuatan hati. Tanggung
jawab ialah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, berkewajiban memikul
tanggung jawab atas perbuatan yang telah diperbuat. Berikut dipaparkan bagan
kerangka piker penelitian.
Bagan kerangka Pikir
Novel Perempuan
Poppo
Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral
Susila
Analisis
Temuan
Kesopanan Sosial Ketabahan Tanggung
Jawab
Budaya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang dimana dalam
penelitian ini peneliti hanya menggunakan teknik kajian pustaka atau library
research sebagai teknik pengumpulan data, untuk menggambarkan apa isi dari
penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek-aspek moral yang
dimana dalam penelitian ini menjadi fokus penelitian peneliti.
Menurut jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Pengertian deskriptif yaitu yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk
deskripsi, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan variable.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan atau
gejala dari kelompok tertentu yang diamati. Oleh karena itu, penyusunan desain
harus dirancang berdasarkan prinsip metode kualitatif yang mengumpulkan,
mengolah, mereduksi, menganalisis dan menyajikan data secara objektif atau
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang, fokus dalam penelitian ini adalah nilai moral
yang terdapat dalam novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman, yang
terdiri atas susila, kesopanan, berjiwa sosial, ketabahan dan tanggung jawab.
28
C. Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksud dalam penilitian ini adalah kajian terhadap nilai
moral seperti kesusilaan, kesopanan, berjiwa sosial, bertanggung jawab,
ketabahan, dan kejujuran.
Adapun definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam judul
penelitian ini adalah:
1. Nilai moral adalah tatanan nilai yang membicarakan tentang baik dan
buruknya suatu perbuatan dan tingkah laku dimana masyarakat dan
lingkungannya merupakan tolak ukur tentang kebaikan dan buruknya tingkah
laku tersebut.
2. Nilai kesusilaan adalah perilaku dengan melihat tata krama, tutur kata serta
kebiasaan tiap individu baik ketika ia dalam keluarga maupun dalam
komunitas yang lebih besar yaitu masyarakat.
3. Internalisasi nilai susila dalam setiap individu dapat dilihat dalam perilaku
dengan melihat tata krama, tutur kata, serta kebiasaan tiap individu baik
ketika ia dalam keluarga maupun dalam komunitas yang lebih besar, yaitu
masyarakat. Seperti kutipan percakapan antara Tenriadjeng dengan suaminya
Lampugu
“Istirahatlah dulu Daeng!”.
Kali ini suara istrinya yang begitu lembut membuyarkan pikiran Lam. (Abdul
Rahman, 2010: 12). Kutipan novel di atas menggambarkan tutur kata lembut
Tenriadjeng kepada Suaminya.
4. Kesopanan yang tergambarkan dalam budi bahasa, tegur sapa yang baik dan
perilaku yang baik serta adab yang baik akan terlibat dalam aktivitas
seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sosial merupakan petunjuk lama yang dianut oleh masyarakat yang telah
berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang
dianut oleh masyarakat.
6. Tanggung jawab seseorang akan dinilai dengan sejauh mana tanggung
jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan janjinya.
7. Ketabahan yang dimiliki setiap orang pada tingkat yang berbeda-beda, tingkat
ketabahan atau tingkat kesabaran biasanya diukur dengan seberapa kuat ia
menerima cobaan dari Tuhan yang muncul dalam bentuk masalah-masalah
dalam kehidupannya. Hal ini yang coba digugah dalam novel Perempuan
Poppo ini.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah keterangan yang dijadikan objek kajian
yakni setiap kata, kalimat atau ungkapan dalam bentuk percakapan yang
mengandung nilai moral para tokoh yang tedapat dalam novel Perempuan Poppo.
Penulis mengutip kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang dianggap sesuai
dengan judul yang diteliti dalam novel ini.
2. Sumber Data
Sumber data dalam peniltian ini dalah novel Perempuan poppo karya Dul
Abdul Rahman yang berjumlah 197 halaman dan diterbitkan oleh penerbit Ombak
pada tahun 2010, di perumahan Nogotirto III, Jl. Progo B-15, Yogyakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data diperoleh dengan
melakukan penelitian pustaka dengan sumber tertulis.
Dengan cara penelitian pustaka yaitu :
1. Mencari dan mengumpulkan data sebagai standar, acuan dan rujukan yang
dapat dijadikan pedoman dalam meneliti secara sistematis
2. Membaca secara berulang-ulang novel Perempuan Poppo karya Dul
Abdul Rahman sampai betul-betul mendapatkan data yang akurat.
3. Menentukan bagian-bagian yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti,
yaitu kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang dapat mendukung data.
4. Mengklasifikasikan data-data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai
moral.
F. Teknik Analisis Data
Data yang membangun masalah penelitian dianalisis sesuai perangkat teori
dan metode yang digunakan.
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan urutan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Membaca novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman secara
seksama dan berulang-ulang.
2. Mengidentifikasi kata, kalimat, atau ungkapan-ungkapan yang menunjukkan
nilai moral yang terkandung dalam novel.
3. Mengklasifikasikan nilai moral ke dalam aspek etika dan sosial.
4. Menganalisis bentuk nilai moral berdasrkan konteks
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat
dalam novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman sehingga penelitian ini
membutuhkan data yang memiliki keabsahan sebagai sarana pembahasan terhadap
masalah yang ada. Data yang disajikan dalam bagian ini adalah data yang memuat
nilai moral sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut. Untuk menentukan
nilai moral dalam novel Perempuan Poppo maka penulis mendeskripsikan nilai
moral mengenai sikap atau kepribadian tokoh.
Novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman merupakan novel
yang mengisahkan kehidupan seorang wanita poppo dengan suami dan kedua
anakny yang tidak mengetahui latar belakang dirinya. Peneliti menganalisis novel
ini berdasarkan nilai moral yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai moral yang
dibahas dalam analisis ini ada lima, yaitu nilai susila, nilai kesopanan, nilai sosial,
nilai ketabahan dan tanggung jawab. Untuk memperkuat analisis tersebut, maka
penulis mengutip beberapa isi dari novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul
Rahman itu sendiri.
1. Nilai Susila
Secara keabsahan susila merupakan istilah yang berasal dari bahasa
sansakerta su berarti baik dan bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip,
peraturan atau norma hidup yang baik atau bagus.
Sebagai makhluk yang diciptakan untuk senantiasa berbuat sesuai akal,
hati dan jiwa, perilaku sosial ini seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari baik itu dalam bentuk tindakan maupun dalam bentuk perkataan atau tutur
bahasa kita.
Berikut adalah kutipan tentang hal tersebut:
Akhirnya Lam bisa mempersunting anak Kepala Desa yang baik budi
bahasanya, cantik pula. (Abdul Rahman, 2010: 6). Kutipan ini mendeskripsikan
bahwa Tenriadjeng anak Kepala Desa itu merupakan wanita memiliki tutur kata
yang baik dan penuh pengertian, tutur bahasanya yang baik juga didukung oleh
parasnya yang cantik.
“Sudahlah teman-teman, bunyi poAbdul Rahmano sebenarnya hanyalah
halusinasi ketautan seseorang. Jangan diingat dan dibayangkan terus bunyi
itu karena hanya akan menciptakan ketakutan!” Nasihat Tenriadjeng
serupa Lam, Massarapi dan Pawenneri tadi. Mereka akhirnya bubar dan
melupakan kejadian itu. (Abdul Rahman, 2010: 23).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana tutur kata Tenriadjeng untuk
menenangkan penghuni asrama begitu baik dan berhasil meyakinkan mereka
semua bahwa apa yang didengarkan itu hanyalah halusinasi dari ketakutan mereka
semua. Tutur kata yang baik dan sopan membuat pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik pula.
Lam terdiam. Terasa ada bongkahan batu gunung yang mengganjal
dipikirannya. Sudah dua kali istrinya bertanya dengan nada yang sama.
Sebagai seorang penulis Lam sangatlah sensitif dengan kata-kata dan nada.
Pun Ia pandai menafsirkan kata-kata. Ia punya firasat bahwa istrinya tidak
begitu nyaman bila ia menulis tentang poAbdul Rahmano. Andai istrinya
seperti istri-istri yang lain pastilah ia berterus terang melarang suaminya.
Tapi Tenriadjeng adalah perempuan yang sangat lembut tutur katanya. Ia
pun sangat menjaga perasaan suaminya. (Abdul Rahman, 2010: 52).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana seorang Tenriadjeng memiliki
sifat tutur kata yang lembut dan sopan sehingga setiap kata yang dikeluarkan dari
mulutnya tak sedikitpun pernah menyisakan luka di hati orang-orang yang
mendengarnya. Tenriadjeng juga sangat menjaga tutur katanya kepada suami yang
Ia sangat cintai.
Berikut kutipan yang menyatakan nilai susila yang tidak baik.
Sejak kejadian bunyi poAbdul Rahmano pada malam Jumat sebelumnya,
Saribanong semakin ramai bercerita. Bahkan di Asrama Padaidi,
Saribanong kian menasbihkan dirinya sebagai tukang cerita. Teman-teman
satu asrama bahkan tak segan-segan lagi memanggilnya dengan sebutan
Saribanong Paccarita. Para tetangga dari asrama lain berdatangan ke
Asrama Padaidi hanya sekadar ingin mendengarkan ceritanya. Saribanong
memang pandai menarik ulur cerita yang membuat pendengar tertarik.
(Abdul Rahman, 2010: 31).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana tindakan tidak bermoral yang
dilakukan oleh Saribanong yang suka sekali bercerita, yang bahasa kekiniannya
ialah suka bergosip. Bahkan Saribanong sudah mendapat julukan paccarita
(tukang cerita) dari teman-temannya. Sifat ini merupakan salah satu tindakan tidak
terpuji.
“Wah! Kalau begitu poAbdul Rahmano bisa diangkat menjadi pengawas
pertanian,” ujar Saribanong yang memang suka ceplas-ceplos. Yang lain
terkekeh-kekeh dengan pernyataan Saribanong.
“Mungkin juga poppo cocok diangkat sebagai pengawas bank atau
pengawas pajak.” Pernyataan Halimah kian membuat riuh rendah.
“Mungkin saja, pengawas bank atau pengawas pajak sudah memiliki ilmu
poppo.” Seorang teman Halimah bernama Hasnah ikut nimbrung. (Abdul
Rahman, 2010: 34).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana tindakan tidak bermoral
Saribanong, Halimah dan Hasnah yang suka asal bicara tanpa mempertimbangkan
apa yang akan orang lain rasakan dengan sikap ceplas-ceplosnya, sikap yang
seperti ini cenderung membuatnya menjadi orang yang pandai mengadu domba.
2. Nilai Kesopanan
Kesopanan merupakan salah satu nilai moral yang dijunjung tinggi dalam
kehidupan menjadi standar baik buruk perilaku manusia dalam berintraksi dengan
sesamanya sehingga sesamanya menjadi prinsip moral yang adil dalam etika
sosial masyarakat. Aspek kesopanan merupakan hal yang terpenting dalam
melihat atau menganalisis nilai moral dalam novel Perempuan Poppo karya Dul
Abdul Rahman.
Nilai kesopanan yang diungkapkan penulis pada novel Perempuan Poppo
kepada pembaca ditunjukkan melalui tingkah laku tokoh dengan mengedepankan
adat kesopanan serta tutur kata yang baik. Berikut nilai kesopanan dalam kutipan
pembicaraan antara Lam dengan Tenriadjeng.
Lam terdiam. Terasa ada bongkahan batu gunung yang mengganjal
dipikirannya. Sudah dua kali istrinya bertanya dengan nada yang sama.
Sebagai seorang penulis Lam sangatlah sensitif dengan kata-kata dan nada.
Pun Ia pandai menafsirkan kata-kata. Ia punya firasat bahwa istrinya tidak
begitu nyaman bila ia menulis tentang poppo. Andai istrinya seperti istri-
istri yang lain pastilah ia berterus terang melarang suaminya. Tapi
Tenriadjeng adalah perempuan yang sangat lembut tutur katanya. Ia pun
sangat menjaga perasaan suaminya. (Abdul Rahman, 2010: 52).
Kutipan nilai kesopanan yang ditunjukkan Tenriadjeng kepada suaminya
Lam dengan tutur bahasa yang tidak langsung menimpalkan kekesalanya terhadap
Suaminya itu, dikarenakan dengan ketidaksukaannya terhadap novel yang akan
digarap Suaminya. Tenriadjeng hanya bertanya saja dan Lam juga paham dengan
maksud dari pertanyaan Istrinya. Inilah bagaimana tutur bahasa yang baik dapat
menyampaikan makna ucapan dengan baik tanpa harus melukai perasaan orang
yang mendengarnya. Tenriadjeng sangat menjaga perasaan Suaminya. Dengan
tidak menolaknya dengan tutur kata kasar karena Ia tidak ingin Suaminya
kehilangan semangat mengerjakan novel yang digarapnya.
“Ih! Jangan-jangan Tenriadjeng memang…”
“Memang keluarganya banyak yang…”
“Hush!” Saribanong memintas pembicaraan dua orang temannya karena Ia
melihat Tenriadjeng sedang menjemur pakaian di lantai dua yang juga tak
jauh dari tempat mereka. Bahkan sesekali Tenriadjeng terlihat menoleh ke
arah mereka. (Abdul Rahman, 2010: 60).
Nilai kesopanan yang ditunjukkan dalam kutipan novel di atas
menggambarkan bahwa tidak baik ketika menceritakan orang lain apalagi saat
orang itu ada berada di dekat kita. Meskipun perbuatan yang mereka lakukan
salah. Tapi, setidaknya Saribanong dapat dengan cepat menengaah pembicaraan
ke dua temannya agar Tenriadjeng tidak mendengar apa yang mereka bicarakan,
dan menjaga perasaan Tenriadjeng.
“Tolong jaga anak saya!” Lam meminta sebagian menjaga anak-anaknya
dan jangan turun ke bawah. (Abdul Rahman, 2010: 67). Kutipan ini
menggambarkan bahwa jika seseorang ingin meminta bantuan dengan cara yang
sopan, sebaiknya menggunakan kata tolong. Bagaimanapun keadaan yang kita
alami, mau itu tergesa-gesa ataupun sangat sibuk hendaknya mengucapkan kata
tolong agar orang yang kita mintai bantuan merasa lebih dihargai. Jika ditinjau
dalam tatanan kesopanan kata tolong sudah mewakilkan permintaan dengan
sopan.
“Tapi untungnya ada Tenriadjeng,” ujar Halimah sesaat kemudian. “Kita
harus berterima kasih pada Tenriadjeng,” celetuk Hasnah diamini yang lain.
(Abdul Rahman, 2010: 75). Kutipan ini menunjukkan kepedulian Hasnah kepada
Tenriadjeng yang telah membantu Saribanong saat kesurupan pada malam kamis
kemarin, memang pada malam itu Tenriadjeng datang dan langsung membantu
saat semua sudah bingung harus melakukan apa lagi untuk membuat Saribanong
kembali seperti semula. Dengan perintah Tenriadjeng kepada semua penghuni
asrama untuk menatap mata Saribanong yang akhirnya Saribanong dapat tenang
dan sadarkan diri dari pengaruh roh jahat. Inilah yang membuat Hasnah ingin
mengucapkan terima kasih kepada Tenriadjeng yang hadir bagai pahlawan malam
itu.
“Baiklah Nak! Rupanya kamu belum tahu banyak tentang Tamalanrea.
Saya akan ceritakan padamu.” Lelaki tua itu berhenti sejenak dan memperbaiki
letak duduknya. Lam menampakkan raut sungguh-sungguh kepada lelaki tua itu.
(Abdul Rahman, 2010: 90). Pada kutipan ini menunjukkan sikap Lam yang sopan
kepada Pak Haji, digambarkan melalui sikapnya yang memasang wajah sungguh-
sungguh saat hendak mendengar cerita Pak Haji. Ini menandakan bahwa sikap
Lam mencerminkan orang yang menghargai satu sama lain. Dimana ketika
seseorang bercerita hendaknya kita mendengarkan dengan saksama karena itu
adalah bentuk kesopanan seseorang.
Saribulang yang cantik dan seksi itu memang pernah menolak cinta
seorang laki-laki tanpa hati-hati. “Berendam dulu satu bulan pakai rinso sebelum
mendekati saya,” Ujar Saribulang pada lelaki yang berkulit hitam yang
mendekatinya itu. (Abdul Rahman, 2010: 97). Kutipan ini mendeskripsikan
bagaimana sikap ketidak sopanan Saribulang kepada seorang lelaki yang berkulit
hitam. Saribulang menghina lelaki tersebut denga menyuruhnya berendam di
dalam air yang berisi rinso selama satu bulan lamanya sebelum Ia mendekatinya.
Perkataan Saribulang memang sangat menyingung perasaan dan sangat tidak
sopan.
Ini juga bentuk pembelajaran untuk semua perempuan agar lebih hati-hati
dengan lisannya, karena dapat menyebabkan kerugian pada perempuan itu sendiri,
apalagi kejadian yang dialami Saribulang yang kena guna-guna akibat dari
lisannya sendiri.
3. Nilai Berjiwa Sosial
Berjiwa sosial merupakan manifestasi dari nilai otentik yang terdapat
dalam pribadi manusia, kepekaan, empati, tolong-menolong, serta memiliki
tanggung jawab sosial yang merupakan buah dari berjiwa sosial yang dimiliki
seseorang. Setiap manusia tidak bisa dilepaskan dari nilai sosial karena ia
merupakan perangkap kemanusiaan yang dibawa sejak lahir, sebagai sebagai
sebuah pandangan kemanusiaan berjiwa sosial merupakan alat ukur dalam
menentukan kadar perubahan sosial seseorang sehingga dalam pranata sosial
kemasyarakatan kerap dijumpai orang-orang yang memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap sesame serta rasa solidaritas kemasyarakatan dan bermartabat.
Dalam spectrum yang lain, berjiwa sosial merupakan persepsi seseorang
menilai kelangsungan hidupnya berada dalam sistem sosial yang melibatkan orang
lain di luar dirinya sehingga patutlah dikatakan bahwa berjiwa sosial merupakan
sikap hidup seseorang bersama lingkungan dimana dia berada.
Berikut akan diurai beberapa fakta-fakta dalam kapasitasnya sebegai data
primer yang menggambarkan adanya sikap berjiwa sosial yang terdapat dalam
novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman. Berikut kutipannya:
“Cobalah menulis tentang poppo dalam bentuk novel, Lam.” Mansur
memberi usul. (Abdul Rahman, 2010: 42). “Bagaimana Lam? Kalau kamu
bersedia menulisnya, saya lansung bayar naskahmu tiga kali cetakan sekaligus?”
(Abdul Rahman, 2010: 44). Pada kutipan di atas terlihat kepedulian Mansur
terhadap Lam, Mansur menawarkan proyek besar kepada Lam untuk mengerjakan
novel dengan tema poppo. Sikap Mansur di sini menjelaskan bahwa dirinya
berjiwa sosial karena membantu temannya dengan memberikan pekerjaan. Sikap
berjiwa sosial memang dapat ditunjukkan dengan perlakuan kita terhadap orang
lain, termasuk membantu sesama.
“Cepat Lam, tolong Saribanong, ia seperti sekarat,” ujar Massarapi cemas.
“Gawat!’
Lam mendekat. Tapi iya juga bingung. Ia mengingat ketika ada kejadian
kerasukan dulu di kampus. Lalu reflex Lam membaca ayat kursi. Semua
orang tahu kalau ayat itu mantera generic pengusir roh jahat. (Abdul
Rahman, 2010: 68). Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana sikap
semua penghuni asrama peduli kepada Saribanong, kutipan di atas juga
menggambarkan bahwa ketika ada teman yang mengalami kesulitan
sebaiknya kita bersegera membantunya agar beban mereka terasa lebih
ringan.
“Jangan dipegang kuat-kuat nanti Ia tambah kesakitan,” ujar Tenriadjeng
yang tiba-tiba muncul. Sudah jam sepuluh memang. Disaat
kedatanganTenriadjeng, Saribanong kian meronta-ronta dan berteriak
histeris, “Ada poppo!” Orang-orang semakin memegangnya erat.
“Tatap terus matanya! Untuk melawan roh jahat, yang pertama harus
ditaklukkan adalah matanya,” perintah Tenriadjeng selanjutnya. Semua
yang ada menatap mata Saribanong. Termasuk Tenriadjeng dan Lam.
Setelah ditatap secara berjamaah, pandangan Saribanong perlahan-lahan
meredup. Lama kelamaan pandangan Saribanong yang galak mendadak
lemah dan lelah. Lalu akhirnya rebah. (Abdul Rahman, 2010: 70).
Kutipan di atas mendeskripsikan sikap berjiwa sosial Tenriadjeng yang
membantu menyembuhkan Saribanong dari kerasukan roh jahat,Tenriadjeng tiba-
tiba datang yang memang di baru pulang dari mengerjakan tugasnya. Dengan
sigap Tenriadjeng mengingatkan agar yang laki-laki tidak memegangi Saribanong
denga kuat, karena Tenriadjeng takut kalau Saribanong kesakitan oleh genggaman
kuat dari teman laki-laki yang ada di tempat itu.
Sikap peduli Tenriadjeng terhadap Saribanong memang menunjukkan
betapa Istri Lam tersebut memang berjiwa sosial yang tinggi. Dan tak hanya itu,
pada kutipan di atas menggambarkan bahwa Tenriadjeng juga sigap dan cekatan
dalam memberikan perintah kepada temannya agar mempercepat kesembuhan
Saribanong. Yang akhirnya sudah dapat sadarkan diri.
Atas saran Lam dan Tenriadjeng, semua membubarkan diri kecuali
Halimah dan Hasnah yang malam itu menemani Saribanong yang sakit.
Tapi mereka tidak khawatir karena Massarappi dan teman-temannya yang
kebetulan taka da jadwal kuliah dipagihari berencana begadang malam itu
untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. (Abdul Rahman,
2010: 72).
Penggalan kutipan novel di atas mendeskripsikan sikap peduli Halimah
dan Hasnah kepada Saribanong yang masih lemas karena baru tersadar dari
sekaratnya saat digerayangi makhluk halus. Halimah dan Hasnah menemani
Saribanong sekaligus menghiburnya agar tidak larut dalam ketakutan. Sikap jiwa
sosial mereka berdua yang peduli sesame sangat memberikan pembelajaran baik
orang-orang agar mau ikut turut memberi motivasi kepada teman yang sedang
kesusahan.
Untungnya seorang penjaga laboratorium yang bernama Pak Lahabe yang
berumur sekitar lima puluhan datang menolong. Dengan jampi-jampinya, Pak
Lahabe berhasil mengusir roh jahat yang bersemayam di tubuh Tenriadjen. (Abdul
Rahman, 2010: 99). Kutipan novel di atas mendeskripsikan bagaimana Pak
Lahabe menampakkan jiwa sosialnya dengan cara membantu mahasiswa
menenangkan Tenriadjeng yang sedang kerasukan roh jahat, Pak Lahabe paham
betul bagaimana cara menyingkirkan roh jahat maka dari itu Beliau yang turun
tangan membantu. Sikap Pak Lahabe ini menyadarkan Tenriadjeng yang
terpengaruh roh jahat tadi.
Benar Banong, saat itu saya lewat bersama Imah, kami mendengar
Tenriadjeng berbicara bersama tetangga kamarnya. “Hati-hati! Hanyalah poppo
yang setiap saat bicara tentang poppo. Begitu katanya” (Abdul Rahman, 2010:
103). Berdasarkan kutipan novel di atas mendeskriosikan bagaimana sikap
provokatif yang ditunjukkan Hasnah agar Saribanong terpancing emosinya, sikap
yang diambil Hasnah ini dapat mengakibatkan perpecahan sosial antara
Tenriadjeng dan Saribanong.
“Kurang ajar!” Gigi-gigi Saribanong gemerutuk. Ia sudah terhasut.
Andaikan Tenriadjeng masih single dan bukan keluarga pemilik asrama, Ia pasti
sudah mendampratnya berkali-kali (Abdul Rahman, 2010: 103). Kutipan di atas
menggambarkan bagaimana perilaku sosial yang yang ditunjukkan Saribanong
mencerminkan bahwa dirinya adalah orang yang mudah terprovokasi oleh
keadaan lingkungan sekitarnya tanpa menganalisa kebenerannya terlebih dulu.
Sikap yang ditunjukkan mampu merenggengkan hubungan anatara dirinya dan
Tenriadjeng.
Lam selalu berkampanye bahwa hutan harus dijaga dengan perspektif
budaya lokal seperti di tanah Kajang, Bulukumba. Di daerah Kajang, masyarakat
dilarang menebang pohon tanpa seizin kepala adat setempat yang disebut
Ammatoa. (Abdul Rahman, 2010: 112). Kutipan novel di atas mendeskripsikan
bagaimana jiwa sosial Lam tak hanya kepada sesamanya manusia. Tapi, juga
kepada Tumbuhan yang juga ciptaan Allah Swt. Lam mengajarkan kita agar selalu
memelihara tumbuhan karena tumbuhan merupakan salah satu sumber kehidupan
manusia, karena jika tidak ada tumbuhan maka sumber pernapasan manusia juga
akan menghilang. Jiwa sosial yang ditunjukkan Lam sangat besar pengaruhnya
terhadap kelangsungan hidup umat manusia.
4. Nilai Bertanggung Jawab
Manusia diciptakan sebagai kesatuan konsekuensi proses penciptaa,
memiliki akal, lahiriah yang memuat nilai-nilai moral dalam konteks sosial
masyarakat. Bekal yang dimaksud ialah pembawaan sejak lahir sebagai individu
sekaligus makhluk sosial yang berinteraksi dengan limngkungan dimana ia
berada. Nilai tersebut merupakan kesadaran akan peran dan tanggung jawab
dalam memperoleh eksistensinya sebagai manusia.
Sebagai makhluk sosial manusia memiliki tanggung jawab hubungannya
dengan manusia lainnya. Tanggung jawab merupakan sikap menyadari,
mempertahankan, melakukan hak dan kewajiban pribadimaupun sosial sebagai
manivestor dalam berinteraksi. Dalam novel Perempuan Poppo akan dikaji urai
melalui analisis data tentang sikap bertanggungjawab, sikap bertanggungjawab
sebagai sebuah pandangan moral yang tersajikan dalam kutipan novel Perempuan
poppo. Berikut adalah beberapa kutipan-kutipan sosial yang terdapat dalam novel
Perempuan Poppo.
“Meski saya hanya seorang penulis, tapi saya berjanji dan bersumpah
untuk menafkahi istri dan anak-anak saya kelak. Bahkan ketika sudah
menikah, saya akan menanggung seluruh biaya kuliah istri saya. Saya tak
akan bergantung pada Bapak dan orang lain,” ujar Lam berapi-api serupa
Sawerigading meyakinkan ayahanda We Cudai. (Abdul Rahman, 2010:
5).
Dalam kutipan tersebut terdapat sikap bertanggung jawab yang
ditunjukkan Lam kepada calon mertuanya, Ia berjanji akan bertanggung jawab
atas segala sesuatu kebutuhan istri dan anak-anaknya. Meskipun hanya berupa
penyampaian lisan, akan tetapi itu sudah menunjukkan bahwa Lam memang
seorang Laki-laki yang mampu melakukan hal apa yang Ia katakana,
penyampaiannya tak hanya sebatas retorika belaka.
Orang tua Tenriadjeng sungguh terpikat dan terpesona dengan lelaki
bersemangat api dan berjiwa pemimpin macam Lam. (Abdul Rahman, 2010: 5).
Kutipan di atas menjelaskan sikap tanggung jawab Lam kepada calon mertuanya
yang berhasil diyakinkannya, dengan pendapat berjiwa pemimpin, itu sudah
menafsirkan sikap tanggung jawab, karena pada hakikatnya pemimpin adalah
memiliki sifat tanggung jawab, pengorbanan, kerja keras, kewenangan melayani,
keteladanan dan kepeloporan.
“Sabarlah sayang! Demi cintaku padamu, saya akan menanam beribu-ribu
pohon di kemudian hari, termasuk pohon kesayangan kita, pohon manga.
Semoga.” (Abdul Rahman, 2010: 86). Kutipan di atas mendeskripsikan sikap
tanggung jawab Lam terhadap Istrinya, sikap bertanggungjawab membahagiakan
wanita yang dipersuntingnya itu, Lam memang dikenal sangat perhatian dan
sayang kepada Istri dan anak-anaknya, karena Ia penulis sehingga mendukung
sikap romantismenya. Jadi semua kata-kata yang terlontar dari lisannya sewaktu
datang melamar tidak menjadi cerita fiktif belaka.
“Maaf Daeng! Saya terlambat pulang karena praktikum di kampus agak
lama. Saya juga tidak sempat SMS,” ujar Tenriadjeng ketika sampai di rumah. Ia
malu menyampaikan pada Suaminya tentang peristiwa yang ia alami tadi di
kampus. (Abdul Rahman, 2010: 100). Kutipan di atas mendeskripsikan sikap
tidak bertanggung jawab Tenriadjeng terhadap janjinya yang akan pulang tepat
waktu, meskipun keterlambatannya tidak Ia sengaja, seharusnya Tenriadjeng tak
lupa memberi kabar. Kelalaian yang Tenriadjeng lakukan membuat pembelajaran
bahwa suatu saat kita akan kehilangan kepercayaan dari orang yang telah memberi
kepercayaan kepada kita. Meskipun Lam tidak mempermaslahkannya.
Tapi Lam sebagai orang yang paling tua dari rombongan berusaha
menguatkan anggota rombongan. Lam yakin mereka hanya salah jalur dan
kemungkinan akan tembus di wilayah Poso di Provinsi Sulawesi Tengah.
Prediksi Lam akhirnya benar ketika menemukan sebuah arah petunjuk
jalan: Jalur Gunung Baliase - Poso. (Abdul Rahman, 2010: 137).
Kutipan di atas mendekripsikansikap tanggung jawab Lam sebagai orang
yang paling tua dalam rombongan. Lam berusaha menenangkan situasi tegang
dengan cara menghibur teman-temannya yang sudah merasa panic karena mereka
sudah lama berjalan namun hanya berputar-putar saja di tempat itu. Sikap yang
ditunjukkan Lam merupakan sikap seorang pemimpin yang mampu mencairkan
sesuatu ketegangan di sekitarnya.
5. Nilai Ketabahan
Ketabahan merupakan satu sikap manusia dalam menerima kenyataan
hidup, kegetiran, musibah, berkelahi masalah menjadi sinonim terdekat, dalam
menunjukkan sikap ketabahan biasanya dimiliki pada tingkat berbeda-beda dalam
menerima realitas kehidupan yang sedang dijalani.
Ketabahan dapat diukur dalam sikap sabar menerima cobaan ataukah sikap
syukur dalam menerima nikmat yang dirasakannya. Sebagai pandangan nilai-nilai
moral ketabahan penulis akan mengutip nilai ketabahan dalam novel Perempuan
Poppo. Berikut beberapa uraian kutipannya:
Komputer tua miliknya tidak bias lagi mengamankan data-data bila mati
seketika.
Lam gusar. Tapi ia mencoba bersabar. Ia lalu beranjak. Ia masuk kamar.
Mengecup kening Istri dan anak-anaknya. Lalu tidur di sampingnya. Ia
berjanji, besok ia akan mengetik ulang lagi naskah cerpennya. Ada
senyum mengembang di wajahnya. Karena Ia sudah menemukan judul
yang cocok buat cerpennya kali ini. Seorang penulis dan komputer tuanya.
(Abdul Rahman, 2010: 15).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana ketabahan Lam dalam
menghadapi masalah saat laptopnya tiba-tiba mati. Perasaan yang campur aduk
menjadi satu, bagaimana tidak bagi Lam laptop merupakan kantornya, layaknya
banyak orang jika kantor kita mengalami masalah maka otomatis pekerjaan akan
terbengkalai bahkan kehilangan pekerjaan. Tapi ketabahan Lam berbuah manis,
dengan peristiwa laptopnya mati, ia mendapat pekerjaan baru lagi, cerpen dengan
judul Penulis dan laptop tuanya siap Ia tulis berkat ketabahannya.
“Daeng kita tidak boleh egois, saya hanya bercanda tadi. Lagi pula kalau
kita melarang pohon manga itu ditebang, nanti warga dan penghuni asrama
di sekitar sini menuduh kita memelihara poppo,” ujar Tenriadjeng sambil
berdiri di dekat jendela. Ia menatap pohon manga itu. Pandangannya
seolah tidak rela kalau pohon manga itu ditebang. Tapi apa boleh buat, ia
harus mufakat dengan warga. (Abdul Rahman, 2010: 86).
Kutipan di atas mendeskripsikan bagaimana ketabahan pasangan suami
istri itu tabah menghadapi permintaan semua penghuni asrama untuk menebang
pohon manga yang berbau mistis itu, bukannya mereka egois tapi alas an mereka
ingin mempertahankan pohon manga itu, karena pohon manga itulah saksi bisu
pertemuan mereka berdua yang mereka juluki sebagai pohon cinta. Pohon yang
memiliki makna besar bagi kehidupan mereka berdua. Tapi apa boleh buat,
mereka harus menerima hasil keputusan bersama.
“Sabar sajalah, sayang! Waktu yang akan membuktikannya.” Lam
memeluk istrinya. Ia tak mau istrinya terus bersedih karena dituduh poAbdul
Rahmano oleh Saribanong. (Abdul Rahman, 2010: 106). Kutipan di atas
mendeskripsikan bagaimana tuduhan Saribanong terhadap Tenriadjeng yang
diduga jelmaan poppo. Lam sebagai suami yang sangat sayang kepada istrinya
terus memberi dukungan moril agar Tenriadjeng sabar dan tabah menghadapi
gunjingan tentang dirinya. Ketabahan ekstra memang sangat dibutuhkan jika kita
dihadapkan dengan masalah seperti ini.
Sementara itu, Lam berlari menuju asrama Tosinjai. Agar tidak ada yang
bertanya dan curiga padanya, kali ini ia melewati jalur lain, bukan lewat
pematang yang ia lewati tadi. Sesampai di asrama Tosinjai, jantungnya
kian berdebar-debar. Ia mendengar suara, “Po…po…po…ooo…!”
Ditingkahi dengan suara burung hantu yang seolah meringis, serupa orang
ngos-ngosan.
Lam cepat masuk kamar temannya dan langsung mengambil teko yang ia
pakai tadi. Ia menuangkan air dari dispenser sambil mulutnya komat-kamit
membaca doa, “Ya Tuhan! Mudah-mudahan ia selamat.” Kali ini ia
menuangkan air dingin.
Lalu, serupa penyedap enau di kampungnya yang jago memnajat pohon
aren, sekali menginjak tangga Lam sudah berada di atas rangkiang.
“Adjeng, Sayang!” Teriaknya ketika ia melihat istrinya tergeletak di
samping baskom dengan mulut berbusa. Pakaian yang tadi dilihatnya
teronggok di samping baskom hitam, Nampak sudah melilit tubuh istrinya
tetapi dengan lilitan yang tak sempurna. Bibir istrinya terus bergerak-gerak
mengucap, “Po…po…po…” Lam cepat menuangkan air dingin ke dalam
baskom. Tapi yang terjadi hanyalah bunyi gelebur. Baskom itu sudah
penuh dengan gelembung rectum. Rupanya air panas yang ditumpahkan
Lam sebelumnya membuat rektum itu membengkak dan masak. Bahkan
mulai membusuk.
Seketika Lam histeris sambil memeriksa tubuh istrinya. Meski wajah
istrinya sedikit Nampak aneh, bahkan terkesan mengerikan bagi orang lain
yang melihatnya, tapi Lam sama sekali tidak takut. Bagaimanapun wajah
aneh di depannya adalah sosok istrinya yang ia sangat cintai. (Abdul
Rahman, 2010: 168).
Kutipan novel di atas menggambarkan bagaimana perasaan Lam yang
sangat terluka ketika menemukan tubuh istrinya sudah dalam keadaan sekarat
dikarenakan air panas yang tuangkan ke dalam baskom yang berisikan rektum
istrinya, pukulan mendalam yang dirasakan Lam begitu besar layaknya diterpa
berbagai macam musibah yang tak hentinya menghampiri dirinya. Pukulan
kehidupan yang harus membuatnya tabah.
Bau amis yang sangat menyengat tak dihiraukannya lagi, karena rasa
sakitnya lebih besar dari pada bau amis itu, penyesalan yang memuncak kian
menggerayangi tubuh Lam yang melihat istrinya terbujur seperti itu karena
ulahnya sendiri. Kematian istrinya membuatnya harus tabah menghadapi hari-hari
yang akan dia anak-anaknya lalui tanpa Tenriadjeng yang akan mendampinginya
lagi.
Setelah membaca catatan harian almarhumah istrinya, gerimis malam terus
rintik-rintik di kelopak mata Lam. Mematik rindu yang terus
membumbung di bumbungan hatinya. Hati yang terus bergelora akan
kerinduan.
“Tenriadjeng-ku sayang, maafkan suamimu yang tak pandai bersabar di
malam terakhir kebebasanmu.” (Abdul Rahman, 2010: 194).
Kutipan menyedihkan di atas menggambarkan betapa Lam haris sabar dan
tabah menahan sesak dalam dadanya bagai tertusuk ombak derita yang menerjang
biduk kehidupannya teramat galak. Setiap goresan pena dari buku harian
almarhumah istrinya yang ia baca, maka setiap katapun memaksanya tabah
menahan pedih yang teramat kejam padanya.
B. Pembahasan
Novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman mengandung nilai
moral yang terdiri atas tiga bagian yaitu, nilai susila, kesopanan, berjiwa sosial,
bertanggung jawab dan ketabahan. Nilai-nilai moral tersebut didapatkan dengan
cara membaca secara cermat percakapan dalam novel tersebut.
Nilai susila yang terdapat dalam novel ini mengajarkan kita agar
senantiasa menggunakan tindak tutur bahasa yang baik, dengan tindak tutur
bahasa yang baik akan membuat lawan bicara kita merasa dihargai dan tidak
melukai perasaan orang lain. Tak hanya itu, pengajaran yang kita dapatkan dari
nilai susila yang terdapat dalam novel ini juga memeberikan kita ruang
kepercayaan diri menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang berada
di sekitar kita.
Situasi nyaman akan tercipta ketika segala sesuatu yang kita kerjakan
sesuai dengan susila yang ada, ini dikarena orang yang hidup di sekitar kita juga
meras nyaman. Betapa tindak tutur bahasa begitu memberi implikasi yang besar
bagi hubungan sesame manusia.
Nilai kesopanan yang terdapat dalam novel Perempuan Poppo,
mengahjarkan kita tentang banyak hal yang patut diimplementasikan ke
kehidupan sehari-hari, seperti saling membantu ketika ada teman atau seseorang
yang kita jumpai dalam keadaan apa lagi mereka meminta tolong dengan cara
yang sopan. Dalam novel ini juga diajarkan bagaimana kita bersiakap sopan
kepada sesama, apa lagi tetangga kita yang hakikatnya adalah keluarga terdekat
bagi kita saat keluarga sebenarnya jauh dari kita.
Sikap sopan santun yang kita tunjukkan akan berdampak positif bagi diri
kita sendiri dan begitupun sebaliknya, jika kita tidak sopan terhadap orang lain
maka sebenarnya kita telah melakukan kesalahan untuk diri kita sendiri. seperti
yang dialami tokoh Saribulang dalam novel Perempuan Poppo yang terkena
guna-guna akibat lisan ketidaksopanan yang ia lontarkan kepada seorang pemuda
yang pernah mendekati dirinya. Pelajaran yang begitu berharga dapat kita ambil
dari sikap sederhana yang kita lakukan.
Nilai berjiwa sosial yang terdapat dalam novel ini, mengajarkan kita sikap
peduli dan rela tolong menolong dengan orang lain yang membutuhkan bantuan
kita. Rela berkorban demi sesama akan melahirkan keharmonisan dalam
lingkungan yang kita tempati terutama di tengah-tengah masyarakat, karena
mereka juga turut merasakan dampak dari jiwa sosial yang kita tunjukkan.
Novel Perempuan Poppo juga tidak hanya mengajarkan bagaimana bentuk
berjiwa sosial kepada sesame manusia. Akan tetapi, novel ini mengajarkan kita
kepedulian kepada makhluk ciptaan Tuhan yang lain, slah satunya ialah
pepohonan, dengan cara melestarikan pohon. Dampak positif yang timbul dari
sikap berjiwa sosial terhadap lingkungan, dalam hal ini alam, yaitu memberikan
kesejukan bagi lingkungan kita dan terhindar dari bencana banjir bandang.
Adapun dampak negatif yang bisa bahkan akan terjadi jika kita tidak
peduli dengan alam ialah terjadinya banjir bandang, seperti yang banjir yang
menimpa Sinjai menurut cerita dalam novel ini. Banjir bandang yang terjadi di
Sinjai diakibatkan karena sikap tidak peduli masyarakat Gowa dan Sinjai dengan
alam yang menebang pohon di Gunung Bawakaraeng.
Nilai sikap bertanggung jawab yang terdapat dalam novel ini mengajarkan
kita bagaimana kita harusnya bertanggung jawab kepada istri, dalam halini
bertanggung jawab menghidupi dan membuat pasangan bahagia. Bertanggung
jawab terhadap ana-anak juga disajikan dalam novel berbau mistis ini, bagaimana
kita mampu bertanggung jawab merawatnya dan memberikan pembelajaran moral
kepada anak-anak kita.
Novel karya Dul Abdul Rahman ini juga mengajarkan kita bagaimana cara
agar memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang di sekitar kita dan
bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang kita ambil. Sikap ini akan
menambahkan rasa penghargaan seseorang juga terhadap diri kita sendiri. itulah
pembelajaran yang disajikan dalam novel Perempuan Poppo.
Nilai ketabahan yang terdapat dalam novel karya penulis asal Sulawesi
Selatan ini mengajarkan kita untuk selalu tabah menghadapi problema hidup,
walaupun hati yang sangat teriris karena harus kehilangan pasangan hidup kita
yang tak akan pernah kita jumpai lagi di dunia. Tabah dalam menahan sesak
dalam dadan bagai tertusuk ombak derita yang menerjang biduk kehidupan yang
teramat galak. Novel ini sangat mengajarkan kita tabah menerima keadaan yang
terjadi.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari novel Perempuan Poppo, mengandung
nilai-nilai moral sebagai sebuah novel yang ditulis oleh tokoh penulis lokal
Sulawesi Selatan, yang banyak meluncurkan karya-karya berbau budaya, memuat
gambaran pandangan dalam akurasi data dalam novel Perempuan Poppo.
Nilai moral merupakan sebuah bentuk atau wujud tingkah laku yang
menuju kepada kepribadian yang mencakup etika baik dan buruk. Setelah
memerhatikan uraian di depan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pesan moral
yang terdapat dalam novel Perempuan Poppo karya Dul Abdul Rahman
berdasarkan tinjauan susila, kesopanan, berjiwa sosial, bertanggungjawab dan
ketabahan.
Novel Perempuan Poppo memberikan pandangan bagi kita. Hal ini dapat
dilihat pada setiap kutipan aspek moral yang diteliti dalam skripsi ini mengandung
aspek ajaran yang dimaksud.
1. Nilai susila dalam setiap individu dapat dilihat dalam perilaku dengan
melihat tatakrama, tutur kata, serta kebiasaan setiap individu baik ketika ia
dalam keluarga maupun dalam komunitas yang lebih besar yaitu
masyarakat.
2. Kesopanan yang tergambar dari budi bahasa, tegur sapa yang baik dan
perilaku yang baik serta adab yang baik akan terlihat dalam aktivitas
seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Berjiwa sosial atau kepekaan sosial / sense of social, dapat dilihat dalam
perilaku seseorang yang peduli kepada mereka yang membutuhkan dan
peduli kepada kelangsungan hidup alam. Jiwa sosial atau kepekaan sosial
menjadi hal yang patut dijaga agar tidak menjadi langkah dalam kehidupan
budaya kita.
4. Tanggung jawab seseorang akan dinilai sesuai dengan sejauh mana
tanggung jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan janjinya.
Tanggung jawab sebagai nilai memang menjadi sangat penting akan
pribadi seseorang.
5. Ketabahan yang dimiliki tiap orang berbeda-beda, tingkat ketabahan atau
tingkat kesabaran biasanya diukur dalam seberapa kuat ia menerima
cobaan dari Tuhan yang muncul dalam bentuk masalah-maslah dalam
kehidupan. Dalam kehidupan Lam dan Tenriadjeng ini, ketabahan seorang
Lam menjalani hidup.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dicapai dalam penelitian ini maka
penulis menyarankan:
1. Bagi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia hendaknya
melestarikan sastra dan mengembangkannya dengan melalui pendekatan
moral maupun pendekatan lainnya.
2. Bagi penikmat sastra, bacalah sastra dengan menghayati dan memahami
apa yang ingin disampaikan pengarang dalam karyanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Astuti. 2011. Nilai Moral dalam Novel Jangan Salahkan Cinta Karya Hasif
Palajati. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV. Sinar Baru.
Depdiknas. 2008 . Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: PT.Gramedia.
Djahiri, A. K. 1996. Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral.
Bandung: Laboratorium PMP IKIP Bandung.
Djahiri, A. K. 1999. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Emzir, Rohman Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra . Jakarta: Rajawali
Pers.
Hadiwardoyo, Al Purwa.1990. Moral dan masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.
Handayani, Iin. 2011. Analisis Nilai Moral dalam Novel Ratu Kecantikan Karya
Langit Kresna Hariadi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ismiwati, Esti. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogjakarta: Ombak.
Nasir, Muhammad. 2014. Analisis Nilai Moral dalam Novel Kereta di Awal
Syawwal Karya Riyanto El Harits. FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: University
Press.
Nurgiyantoro. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran. "Bahasa dan Sastra
Indonesia.”. Yogyakarta: PT BPFE.
Pujiharto. 2012. Pengantar Teori Fiksi . Yogyakarta: Ombak.
Poerwadarminta, W. J. S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rahman, Dul Abdul. 2010. Perempuan Poppo. Yogyakarta: Ombak.
Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Suprojo. 2003. Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan dan
Kepribadian. Jakarta: Depdiknas.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.
Suseno. 1987. Etika dasar: Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta:
Kanisius.
Syamsuri, Andi Sukri. 2012. Pembelajaran Sastra. Makassar: Pustaka Lontara.
Tarigan, Henry. Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Erlangga.
Teeuw. A. 1988. Semangat Profetik dalam Sastra Sufi dan Jejaknya dalam Sastra
Modern. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene, dkk. 2013. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Winataputra, U. S. 1989. Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah
Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yunika, F., & Anggraeni, S. S. 2011. Analisis Unsur Instrinsik Dalam Novel
Daerah Salju Karya Kawabata Yasunari. Universitas Brawijaya. Malang.
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
SINOPSIS
Profil Buku
Judul Novel : Perempuan Poppo
Penulis : Dul Abdul Rahman
Penerbit : Ombak, Yogyakarta
Cetakan : 2010
Tebal : 197 halaman; 13 x 19 cm
Lam adalah seorang penulis, Ia memiliki istri bernama Tenriadjeng yang
masih berstatus mahasiswa pada salah satu jurusan ilmu keperawatan pada sebuah
perguruan tinggi swasta di Makassar. Tenriadjeng yang berbudi bahasa yang baik,
bermata bening, berwajah ayu dan lesung pipi yang menceruk pada kedua pipinya
membuat Dia disepadankan dengan penyanyi dari Malaysia, Siti Nurhalizah.
Bersama putra sulungnya Tenribulaeng dan putri bungsunya Tenriayu, mereka
mengarungi samudera rumah tangga dan menyewa kamar kost di asrama Padaidi.
Selain mereka, ada juga beberapa penghuni, diantaranya Saribanong, Hasnah dan
Halimah.
Pada awalnya kerukunan terjalin erat antara sesama penghuni asrama
Padaidi tapi setelah malam jumat itu berlalu, kerukunan itu perlahan melonggar.
Pada malam jumat itu terdengar bunyi poppo dari pohon mangga yang terletak di
depan kamar pasangan Lam dan Tenriadjeng. Malam-malam berikutnya bunyi
poppo itu kian kerap terdengar menebar teror di asrama Padaidi. Tiap kali bunyi
poppo itu terdengar, Tenriadjeng selalu tak berada di asrama Padaidi. Kenyataan
inilah yang membuat Hasnah dan Halimah sengaja mengadu domba saribanong
yang seorang tukang gosip bahwa Tenriadjeng adalah perempuan poppo. Namun
beberapa penghuni asrama Padaidi yang lain justru menduga Halimah dan
Hasnalah perempuan poppo sebenarnya. Karena konon perempuan poppo gemar
mengadu domba. Jadi siapa perempuan poppo sebenarnya?.
Mungkin telah bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun cerita tentang
poppo begitu kerap hadir dalam tiap percakapan kita sehari-hari. Dan tak dapat
dipungkiri mahluk yang konon berjenis kelamin perempuan dengan rambut
panjang terurai ini kadang menteror nyali kita. Apalagi kita adalah orang-orang
yang lahir di Kabupaten dimana cerita tentang mahluk ini berhulu lalu
berdiaspora, hingga seolah mengidentikkan Kabupaten Pinrang dengan cerita
poppo. Apakah mahluk ini hanya cerita atau fakta?.
Dul Abdul Rahman, salah seorang penulis dan peneliti sastra, budaya dan
lingkungan yang pernah mengecap perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya Unhas
ini berhasil menghadirkan cerita tentang poppo dalam bentuk novel. Cerita yang
ia sajikan berdasarkan fakta yang ia gali dari beberapa Kabupaten diantaranya
Pinrang dan Gowa. Maka dalam novel ini anda akan mengetahui bahwa ternyata
jika seorang istri adalah poppo maka suaminya mutlak adalah parakang. Dan
masih banyak hal mengejutkan yang lain. Jadi jika anda ingin mengetahui lebih
banyak silahkan membaca novelnya.
BIOGRAFI PENGARANG
DUL ABDUL RAHMAN mengaku telah menyukai dunia tulis-menulis
sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Bukudatu, Sinjai, Tellulimpoe.
Cerpen dan puisinya mulai dipublikasikan di berbagai media massa sejak ia duduk
di bangku SMA Negeri Bikeru, Sinjai Selatan. Selepas menamatkan pendidikan
menengahnya, lelaki dengan nama asli Abdul Rahman R. ini melanjutkan
pendidikan sarjana dan pascasarjana di Jurusan Sastra Inggris, Universitas
Hasanuddin. Kini ia bekerja sebagai PNS. Ia juga aktif menulis.
Karya-karyanya berupa cerpen, artikel budaya, kritik sastra, dan esai
dimuat dibeberapa media cetak diantaranya Harian Fajar, Pedoman Rakyat
(Makassar), Journal of Linguistics and Literature (Medan), Serambi Indonesia
(Aceh), Harian Singgalang (Padang), Jawa Pos (Surabaya), Seputar Indonesia
(Jakarta), dan Kompas (Jakarta). Selain itu dimuat di beberapa media online di
antaranya Sriti.com dan Lentera Susastra.com.
Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit adalah Lebaran Kali Ini
Hujan Turun, sedangkan novel perdananya yang direncanakan terbit dalam bentuk
trilogi adalah Pohon-Pohon Rindu (DIVA Press, 2009), Daun - Daun Rindu
(DIVA Press, 2010), Sabda Laut (Ombak, 2010), yang disusul dengan novel yang
ada di tangan pembaca ini Perempuan Poppo (Ombak, 2010).
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Muh Surya Pratama, dilahirkan di Ujung Pandang, ibu
kota Sulawesi Selatan yang sekarang bernama Kota
Makassar pada tanggal 19 Juni 1993, anak pertama dari
lima bersaudara dari pasangan Ir. Sukwan Kuddus, MP, dan
Hj. Darmawati, S.Pd., M.Pd.
Penulis mulai mengenal pendidikan di Taman Kanak-kanak Bustanul
Athfal Aisyiah Tamalate Kota Makassar pada tahun 1998. Membina ilmu di
bangku dasar SD Inp. Perumnas II Makassar pada tahun 2000 dan tamat pada
tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis mulai melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 33 Makassar sampai tahun 2008, kemudian pindah ke SMP Negeri 3
Makassar dan tamat tahun 2009. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke
SMA Negeri 1 Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar pada tahun 2009 dan
menyelesaikan studi pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis tercatat sebagai
mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diterima di Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Strata Satu (S1).
Berkat rahmat Allah Swt dan iringan doa dari kedua orang tua dan semua
yang turut membantu, pada tahun 2016 penulis menyelesaikan studi dengan
menyusun karya ilmiah yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Perempuan
Poppo Karya Dul Abdul Rahman”