nilai moral dalam novel ibuku tidak gila

104
NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA KARYA ANGGIE D. WIDOWATI MORAL VALUES IN NOVEL “IBUKU TIDAK GILA” WRITTEN BY ANGGIE D WIDOWATI TESIS WAHYUNI HASBUL 04.08.889.2013 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA KARYA ANGGIE D. WIDOWATI

MORAL VALUES IN NOVEL “IBUKU TIDAK GILA” WRITTEN BY

ANGGIE D WIDOWATI

TESIS

WAHYUNI HASBUL 04.08.889.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA KARYA ANGGIE D WIDIWATI

TESIS

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Yang disusun oleh

WAHYUNI HASBUL NIM.04.08.886.2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Page 3: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Allah atas berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang

berjudul “Ibuku Tidak Gila karya Anggie D widawati” Tesis ini diajukan guna

memenuhi salah satu persyaratan akademi untuk memperoleh gelar Megister

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, saran, dan

dorongan dari berbagai pihak. Hal ini yang mendukung terwujudnya tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang telah

membantu penulis terutama kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.

pembimbing I dan Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd. Pembimbing II. yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas

muhammadiyah Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. dan Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar,

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. beserta semua dosen dan staf administrasi

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

member kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada penguji yang memberi

banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

Page 4: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada orang tua

penulis. Ayahanda Bullah dan Ibunda Sitti Hawiyah tercinta yang senantiasa

mendoakan dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis. serta keluarga dan

teman-teman yang senantiasa setia mendoakan penulis agar dapat meraih

kesuksesan.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap

pengembangan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Semoga bantuan

yang penulis terima dari berbagai pihak mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Makassar, Mei 2015

Penulis

Page 5: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ............................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................. iv

MOTO .............. ............................................................................ v

KATA PENGANTAR....................................................................... vi

ABSTRAK ........ ............................................................................ x

ABSTRACT ....... ............................................................................ xi

DAFTAR ISI ...... ............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

E. Definisi Istilah .................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ................... 9

A. Kajian Pustaka ..................................................................... 9

B. Penelitian yang Relevan ...................................................... 38

C. Kerangka Pikir ..................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 43

A. Jenis Penelitian.................................................................... 43

B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 43

Page 6: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

C. Data dan Sumber................................................................. 44

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 45

E. Teknik Analisis Data ............................................................ 45

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................... 47

A. Hasil penelitian ............................................................... 47

1. Nilai Moral Baik .................................................... 47

2. Nilai Moral Buruk ................................................. 69

B. Pembahasan………………………………………………… 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................... 87

A. Simpulan .............................................................................. 87

B. Saran ................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

MOTO

Berjuang dengan penuh

Kesabaran dan keikhlasan

Adalah salah satu kunci keberhasilan.

Tiada kata henti dalam belajar

kecuali saat nafas telah berhenti

Page 8: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA
Page 9: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

ABSTRAK

WAHYUNI HASBUL, 2013. Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila karya Anggie D Widowati, Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program pascasarjana Universitas Muhammadiayah Makassar, di bombing oleh H. M. ide Said, D.M. dan Sitti Aida Azis,

Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji 1). Nilai Moral baik, 2) Nilai Moral Buruk. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan sumber data yang berupa dokumen, yaitu novel Ibuku Tidak Gila karya Anggie D Widowati.

Hasil analisis data adalah dapat diketahui bahwa novel Ibuku Tidak Gila mengandung nilai moral yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu moral baik yakni kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetian, pengendalian diri, dan penyesalan. moral tidak baik/buruk yakni bohong, fitnah, dan dendam.

Berdasarkan simpulan diketahui bahwa moral adalah suatu bagian dari nilai yang menangani kelakuan baik dan buruk dari manusia. Nilai moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus di kerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat.

Page 10: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya suatu karya sastra tidak bisa lepas dari keadaan lingkungan

sosial pengarangnya. Selebihnya suatu karya selalu ditempatkan pada posisi

seimbang antara teks dan penciptanya. Karya sastra diciptakan oleh

sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan

sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial

tertentu (Damono, 1984: 01).

Karya sastra pada dasarnya merupakan cerminan perasaan,

pengalaman dan pemikiran dalam hubungannya dengan kehidupan. Melalui

karya sastra dapat disampaikan berbagai kemungkinan pengajaran moral,

sosial, dan psikologi. (Sayuti, 1993: 119-121). Adapun menurut Soemardjo

(1982: 12) karya sastra adalah produk masyarakat, sebab karya sastra lahir

dan berkembang dalam masyarakat serta dibentuk oleh masyarakat

berdasarkan desakan emosional atau rasional dari masyarakat. Berarti karya

sastra bukan kenyataan hidup sosial, tetapi merupakan gambaran sosial

suatu masyarakat yang dituangkan dalam cerita.

Pradopo (1994: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang

baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi

pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari

hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra

sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau

1

Page 11: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

2

dijatuhkan nomor dua. Begitulah paham pertama dalam penilaian karya sastra

yang secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia

yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca.

Menurut Ratna (2004: 336) di antara genre karya sastra yaitu prosa,

puisi, dan drama, genre prosalah khususnya novel yang dianggap paling

dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Karena novel menampilkan

unsur cerita paling lengkap, memiliki media paling luas, menyajikan masalah-

masalah kemasyarakatan pun paling luas dan bahasa novel cenderung

bahasa sehari-hari yang paling umum digunakan dalam masyarakat.

Selain itu menurut Soemardjo (1982:250) di dalam novel juga memiliki

struktur atau unsur-unsur pembangun cerita seperti alur, tema, tokoh, setting,

dan gaya bahasa. Melalui.

Unsur pembangun tersebut peristiwa-peristiwa kemasyarakatan

dihadirkan oleh pengarang dengan gaya berbeda. Perbedaan tersebut berasal

dari budaya suatu masyarakat yang sangat mungkin mepengaruhi terciptanya

karya sastra (Soemardjo, 1982:12).

Ajaran moral dalam karya sastra seringkali tidak secara langsung

disampaikan, tetapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral dulu. Hal ini sesuai

apa yang dikenal dengan tahap katarsis pada pembaca karya sastra.

Meskipun sebelum mengalami katartis, pembaca atau penonton dipersilahkan

untuk menikmati dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sebetulnya tidak

dibenarkan secara moral, yaitu adegan semacam pembunuhan atau banjir

darah yang menyebabkan penonton atau pembaca senang tetapi juga muak.

Jadi untuk menuju moral, seringkali penonton harus melalui proses

Page 12: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

3

menyaksikan adegan yang tidak sejalan dengan kepentingan moral (Azis,

2011: 143).

Moral menurut Salam (2000):12) “adalah ilmu yang mencari

keselerasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-

dasar yang sedalam-dalamnya yang di peroleh dengan akal budi manusia”.

Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral

disebut moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan ,

Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang

baik buruknya yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

budi pekerti dan sebagainya. Menurut KBBI Bahwa moral merujuk pada

pengertian tentang akhlak, budi pekerti, dan susila (Alwi, 1994:969).

Nilai moral yang terdapat dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D

Widowati yaitu moral baik dan moral tidak, didalam novel tersebut terdapat

beberapa moral seperti moral baik yaitu kejujuran, kejujuran yang selalu

ditanamkan dalam diri. sedangkan moral buruknya adalah bohong. keb

ohongan tidak membuat hidup bahagia malah dari kebohongan tersebut

banyak masalah yang akan kita dapat.

Seirama dengan uraian tersebut, diketahui bahwa semakin banyak

fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di tengah masyarakat yang

terkadang tidak mengindahkan tentang perilaku-perilaku menyimpang.

Ambillah misalnya novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati kisah di

dalam novel ini merupakan potret hidup manusia dimana seorang ibu memiliki

ikatan batin yang abstrak dengan putra putrinya. Biarpun ada pisau yang

menyakitkan mengiris temali itu, tetapi ikatan itu tak akan pernah terputus,

Selamanya. Tokoh utama dalam novel itu adalah Dewa.

Page 13: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

4

Tokoh Dewa, seorang anak laki yang kuliah diperguruan tinggi Fakultas

Ekonomi Manajemen. Dewa adalah anak dari pasangan Gandi dan Ginawati

tetapi pada usia Dewa yang empat tahun orang tuanya tidak tinggal bersama

lagi karena ibunya defresi suka mengamuk, sampai-sampai Dewa pernah

dicekik oleh ibunya sendiri. Ayah semakin khewatir dengan kondisi ibu dan

keselamatan saya, akhirnya ayah memutuskan untuk pindah dirumah baru

dan ibu di tinggal di rumah lama dengan seorang pembantu bernama Marni

yang biasa dipanggil dengan Yuk Sum.

Kepindahan di rumah baru itu didahului dengan pesta. Ayah duduk

berdampingan dengan seorang perempuan cantik yang tak lain adalah

sekretaris di kantor ayah yang berstatus janda dengan seorang anak yang

bernama Danu. Beberapa tahun kemudian mama panggilan untuk ibu tiri

hamil dan memiliki anak kembar, yang diberi nama Fauzy dan Fauzan. Maka

jadilah kami keluarga besar, Ayah, Mama yang baik dan cantik, aku, Danu,

Fauzan dan Fauzy. kami hidup bahagia.

Dewa baru mengetahui ibu kandungnya dirawat di rumah sakit jiwa

pada saat dia sudah duduk di bangku perkuliahan. Hati Dewa jadi gelisa

karena malu mempunyai ibu yang di rawat di rumah sakit jiwa. Dan di rumah

sakit itu pun Dewa ketemu dengan seorang gadis yang sederhana dan cantik.

Gadis itu bernama Maharani yang biasa di panggil Arra, di rumah sakit itu

awal pertemuan Dewa dengan Arra. Beberapa hari kemudian Dewa dan Arra

selalu ketemu dan Dewa pun tidak pernah malu untuk menceritakan kondisi

ibunya kepada Arra, padahal Arra ini gadis baru yang dia kenal tetapi Dewa

merasa nyaman bersama Arra sampai-sampai cerita tentang ibunya pun yang

di anggap aib langsung saja dia ceritakan. Mereka pun semakin akrab,

Page 14: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

5

sampai-sampai Arra menjadi tempat curhat Dewa tentang kendisi ibunya,

suatu hari Dewa penasaran dengan sikap ibunya yang selalu kasar pada saat

ketemu.

Dewa pun mengajak Arra untuk memecahkan teka-teki kehidupan

ibunya di masa lalu. Mereka berdua tidak pernah menyerah untuk

menyelesaikan masalah ini, sampai-sampai mereka berdua pergi kerumah tua

yang sudah lama tidak ditinggali dan juga mendatangi keluarga ibunya di

jogya. Dengan perjuangan Arra dan Dewa, mereka akhirnya menemukan titik

terang dari apa yang dia cari selama ini. Dengan mimpi-mimpi dan bukti-bukti

yang dia dapat akhirnya Dewa mengetahui rahasia semuanya yang telah di

sembunyikan ayahnya selama puluhan tahun.

Novel Ibuku Tidak Gila merupakan salah satu karya satra yang

dihasilkan oleh Anggie D. Widowati, lahir di kota Ambarawa, 14 juli. Lulusan

fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Memulai kariernya

sebagai penulis ketika masih usia delapan tahun dengan karya-karya puisi.

Menginjak usia remaja, Anggie, memulai menulis cerita pendek dan novelette.

Kesukaannya menulis terus membawanya pada dunia penulis, dengan

membuat novel.

Novel pertamanya Langit Merah Jakarta telah terbit ditahun 2003.

Disusul novel keduanya yang ber judul Laras yang menceritakan tentang

birokrasi pemerintah yang sarat dengan korupsi dan konpirasi politik, di tahun

2004. Berbeda dengan novel sebelumnya yang lebih banyak berbicara

mengenai masalah social dan politik, kali ini, Anggie menampilkan kisah yang

sifatnya psikologi, kisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Didalam tulisannya ini,

Anggie berharap agar karyanya bias menjadi pandangan baru masyarakat,

Page 15: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

6

betapa seorang ibu memiliki ikatan batin yang abstrak dengan putra putrinya.

Biarpun ada pisau yang menyakitkan yang mengiris temali itu, tetapi ikatan itu

tak akan pernah terputus, selamanya.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji nilai

moral dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.Widowati. sebagai

anterapan judul Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.

Widowati. Alasan peneliti mengangkat novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D

Widowati sebagai bahan kajian karena sebagaimana kita ketahui bersama

bahwa semakin banyaknya fenomena yang terjadi sekarang ini ditengah

lapisan masyarakat itu terkadang tidak mengindahkan yang namanya perilaku

yang sifatnya menyimpan sehingga nilai moral itu tidak dapat dijadikan

sebagai landasan utama dalam hidup bermasyarakat.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Moral baik yakni (a) kejujuran, (b) kesabaran, (c) kepercayaan, (d)

kesetian, (f) pengendalian diri, (g) penyesalan.

2. Moral buruk yakni (a) bohong, (b) fitnah, (c) dendam.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai moral yang

terdapat dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, yang terdiri

atas moral baik dan moral buruk.

a. Mendeskripsikan moral baik yang terdapat dalam novel Ibuku Tidak Gila

Karya Anggie D. Widowati seperti (a) kejujuran, (b) kesabaran, (c)

kepercayaan, (d) kesetian, (f) pengendalian diri, (g) penyesalan.

Page 16: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

7

b. Mendeskripsikan moral buruk/tidak baik seperti: (a) bohong, (b) fitnah, (c)

dendam.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal,

menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.

Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan terutama

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di samping itu,

bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca

Penelitian novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati ini

dapat digunakan sebagai bahan bacaan perbandingan dengan

penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya dalam

menganalisis nilai moral.

b. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan mahasiswa untuk

memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di

masa yang akan datang, demi kemajuan diri dan mahasiswa.

c. Bagi peneliti

Diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

manganalisis sebuah karya sastra dan memberi dorongan kepada

peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis.

Page 17: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

8

E. Definisi Istilah

Definisi istilah dimaksudkan untuk merumuskan, mengenal, dan

memahami suatu objek yang dapat dirumuskan lebih dari satu definisi istilah.

Hal tersebut perlu didefinisikan secara operasional agar tidak menimbulkan

penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

maka penulis perlu mengemukakan definisi istilah tersebut.

1. Moral yang baik adalah tingkah yang baik dimiliki tokoh dalam novel Ibuku

Tidak Gila Karya Anggie D Widowati seperti kejujuran adalah sikap

dimana orang tersebut berkata benar, kesabaran merupakan

pengendalian diri dalam mengahadapi semua masalah-masalah,

kepercayaan adalah orang di berikan tanggung jawab atau orang yang

sudah diyakini dapat melaksanakan semuanya, kesetian merupakan

sebuah persaan yang tetap mencintai sesosok wanita yang disayangi,

pengendalian diri merupakan sikap dalam mengendalikan perasaan yang

bersifat negatif, penyesalan merupakan suatu perasaan diamana

seseorang merasa bersalah atau melakukan kesalahan akan sesuatu dan

ingin kembali kemasa saat melakukan kesalahan tersebut untuk

memperbaikinya,

2. Moral tidak baik adalah tingkah yang buruk tokoh dari novel Ibuku Tidak

Gila Karya Anggie D Widowati yang dianggap menyimpan dari etika/

perilaku yang menyimpan seperti bohong adalah mengatakan sesuatu

yang tidak benar kepada orang lain, fitnah adalah perkataan bohong atau

tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan, dendam yaitu keinginan

keras untuk membalas.

Page 18: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Karya Sastra

Sastra merupakan bagian dari karya seni, yang keduanya

merupakan unsur integral dari kebudayaan, dan usianya sudah sangat tua.

Kehadiran dari kedua unsur tersebut hamper bersamaan dengan kehadiran

manusia. Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia dari

segi aspek penciptanya yang mengepresikan pengalaman batinnya ke

dalam karya sastra (Zulfahnur dkk., 1996: 64). Dan Sastra adalah suatu

hasil karya seni yang muncul dari imajinatif atau rekaan para sastrawan.

Sastra bersifat otonom. Di katakan otonom, karena karya sastra memiliki

dunia tersendiri dengan di bandingkan dengan bidang-bidang kehidupan

lainnya.

Karya sastra dapat di definisikan berdasarkan berbagai pandangan,

misalnya Semi (1988: 23) menyatakan bahwa sastra merupakan suatu

bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan

kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Berdasarkan definisi tersebut sastra adalah seni, bukan ilmu pengetahuan.

Sastra memiliki jiwa dan badan, jiwa satra berupa pikiran, persaan, dan

pengalaman manusia, sedangkan badannya adalah ungkapan bahasa yang

indah sehingga mampu memberikan hiburan bagi pembacanya.

Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah

diwarnai dengan sikap penulisnya. Latar belakang moral, keyakinan dan

10

Page 19: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

10

sebagainya. Sedangkan di dalam karya sastra terkandung suatu kebenaran

yang membentuk keyakinan dan kebenaran indrawi seperti yang telah

terbukti dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra seperti halnya karya seni lainnya, hampir setiap zaman

memegang peranan penting, karena sastra dapat mengepresikan nilai-nilai

kemanusian yang berfungsi sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu

bangsa dalam arti positif, baik masa sekarang maupun masa yang akan

dating (Burnet dalam Semi 1988:20).

Menurut Bharata Kalbuaji(2009). Bentuk dan isi sastra harus saling

mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di para

pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Sedangkan menurut

Sudjiman (1984: 14) mengemukakan bahwa sastra adalah refleksitas

persoalan manusia sebagai hasil renungan pengarang terhadap kehidupan

alam sekitarnya. Sastra adalah alat untuk menyampaikan ajaran, nasehat

atau agama.

Realitas bagi sastrawan hanyalah bahan mentah. Ia hanyalah

sumber pengambilan ilham. Untuk menjadi karya sastra masih di perlukan

pengolahan dalam angan sastrawan. Bukan hanya sekedar pengolahan

dalam arti cara penyampaiannya, melainkan menyangkut pada pemberian

nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung.

Oleh karena itu seorang pengarang jika menciptakan karya sastra

bukan hanya sekedar memindahkan apa yang disaksikan dalam kehidupan

dalam karyanya melainkan pengarang mempunyai tugas yang lebih berat.

Pengarang harus memberi kontribusi dan tujuan, serta penafsiran tentang

alam dan kehidupan itu.

Page 20: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

11

Di tinjau dari segi dari segi penciptanya, karya sastra merupakan

pengalaman batin penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam

suatu kurun waktu dan situasi budaya tertentu. Di dalam suatu karya sastra

dilukiskan keadaan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa, ide, dan

gagasan serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh cerita.

Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan,

serta zamannya ( Aminuddin: 1910: 90).

Dari uraian tersebut dapat dirumuskan pengertian sastra sebagai

berikut:

1. Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni yang bentuk dan

ekspresinya imajinatif.

2. Sastra adalah tulisan bernilai seni mengenai subjek khusus

kehidupan manusia dalam suatu negeri pada suatu masa.

3. Sastra adalah ekspresi kehidupan dengan media bahasa yang khas.

4. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi yang berunsur

fiksionalitas yang merupakan luapan emosi spontan.

5. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa

pengalaman pikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam

suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona

dengan alat bahasa.

2. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah

berarti „sebuah barang baru yang kecil , dan kemudian diartikan sebagai

„cerita pendek dalam bentuk prosa . Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

Page 21: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

12

9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula

dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan

dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995:

164).

Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Semi (1993: 32)

bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek

kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel

yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih

tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas

mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa

fragmen dan patut ditinjau kembali.

Sudjiman (1998: 53) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan

yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta

latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan

aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara

halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai

bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-

nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada

pembaca tentang budi pekerti yang luhur.

Saad (dalam Badudu, 1984 :51) menyatakan nama cerita

rekaan untuk cerita-cerita dalam bentuk prosa seperti: roman, novel, dan

cerpen. Ketiganya dibedakan bukan pada panjang pendeknya cerita, yaitu

dalam arti jumlah halaman karangan, melainkan yang paling utama

ialah digresi, yaitu sebuah peristiwa-peristiwa yang secara tidak langsung

berhubungan dengan cerita peristiwa yang secara tidak langsung

Page 22: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

13

berhubungan dengan cerita yang dimasukkan ke dalam cerita ini. Makin

banyak digresi, makin menjadi luas ceritanya.

Batos (dalam Tarigan, 1995: 164) menyatakan bahwa novel

merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda,

menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke

tempat yang lain.

Nurgiyantoro (2005: 15) menyatakan, novel merupakan karya yang

bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga

novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi

atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat

puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan

romansa berada dalam kedudukan yang berbeda.

Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005: 16) membatasi novel sebagai

suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar

kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan

seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan

tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap

secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.

Sejalan dengan Nurgiyantoro, Hendy (1993: 225) mengemukakan

bahwa novel merupakan prosa yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan

latar. Ia juga menyatakan, novel tidaklah sama dengan roman. Sebagai

karya sastra yang termasuk ke dalam karya sastra modern, penyajian

cerita dalam novel dirasa lebih baik.

Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas

(expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak

Page 23: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

14

mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu

menjadi topik utama (Sayuti, 1993: 6-7).

Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau

tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi

waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh

suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan

tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang

lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak

hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan

detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.

Novel oleh Sayuti (1993: 7) dikategorikan dalam bentuk karya fiksi

yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengategorian ini dapat

menyadarka bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan

tujuan tertentu.

Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih

baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit

dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca

tidak mungkin meminta penulis untuk menulis novel dengan gaya yang

menurut anggapan pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah,

karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai

tujuan tertentu pula. Penciptaan karya sastra memerlukan daya

imajinasi yang tinggi.

Menurut Yunus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru

”dunia kemungkinan”. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia

sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi

Page 24: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

15

dapat diperkirakan bisa diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra arus

ada dalam dunia nyata , namun harus dapat juga diterima oleh nalar.

Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk

mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan

melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut Sebagian besar orang

membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita yang disajikan oleh

pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan

bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu

panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap

kali membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode akan

memaksa pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca

sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemahaman keseluruhan cerita dari

episode ke episode berikutnya akan terputus.

Novel sebagai karya sastra prosa merupakan sastra yang berbentuk

penceritaan terhadap sebuah masalah yang dihadapi oleh pelaku dalam

cerita. Prosa sebagai hasil karya sastra menitik beratkan metodenya pada

penceritaannya. Prosa yang unsure dasarnya menyampaikan isi karangan

dengan jalan penceritaan membeberkan secara terang-terang sesuatu hal

yang hendak disampaikan pengarang yakni mengungkapkan secara bebas

sesuatu yang dirasakan. Dipikirkan atau dialami(Nensilianti, 2004: 87).

Seperti yang telah disebut diatas bahwa salah satu jenis prosa

adalah novel. Sebagai sastra yang berbentuk prosa bila dilihat berdasarkan

isinya merupakan cerita rekaan atau prosa rekaan yang bersifat sastra dan

merupakan hasil ciptaan imajinasi rekaan dan pengarangnya (Firdaus,

1885: 12).

Page 25: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

16

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel

adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan

kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak

hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang

dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan

dirasakan.

a. Ciri-ciri Novel

Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut:

a) Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari

roman.Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.

b) Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat

dengan ramuan fiksi pengarang.

c) Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang

batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang

yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).

d) Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema

bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.

e) Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian

juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula

tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang

digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh

dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang

berbeda atau tidak tetap.

Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel

adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita

Page 26: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

17

masyarakat yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik

dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau

penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya akan

menjadikan lebih hidup.

b. Macam-macam Novel

Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel

mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak

lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan

novel menjadi novel serius dan novel popular.

1) Novel Populer

Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak

memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan.

Sastra popular menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan

dengan tujuan. pembaca akan mengenali kembali pengalamannya.

Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang

pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya Kayam (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 18).

Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro

(2005: 18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam

kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan

dalam serba kemungkinan . ia menyajikan kembali rekaan-rekaan

kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali

pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena

seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran

tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang

Page 27: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

18

baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan

dirinya.

Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada

novel Cintapucino karya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat

diliris ke dalam bentuk film. Banyak remaja khsusnya remaja puti

yang mengungkapkan kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip

dengan yang digambarkan oleh Icha Rahmanti dalam novelnya.

Adapun pengkategorian novel sebagai novel serius atau novel

populer bukanlah menjadi hal baru dalam dunia sastra. Usaha

ini tidak mudah dilakukan karena bersifat riskan. Selain dipengaruhi

oleh hal subjektif yang muncul dari pengamat, juga banyak faktor

dari luar yang menentukan. Misalnya, sebuah novel yang diterbitkan

oleh penerbit yang biasa menerbitkan karya sastra yang telah mapan,

karya tersebut akan dikategorikan sebagai karya yang serius, karya

yang bernilai tinggi, padahal pengamat belum membaca isi novel.

Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 17) menyebutkan kata

”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena

novel-novel itu sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang

kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah pop

sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita.

Nurgiyantoro juga menjelaskan bahwa novel populer

adalah novel yang populer pada masanya dan banyak

penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis

Page 28: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

19

ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul.

Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat

sementara, cepet ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang

untuk membacanyasekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel

baru yang lebih populer pada masa sesudahnya (2005: 18). Di sisi

lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati

karena semata-mata menyampaikan cerita Stanton (dalam

Nurgiyantoro 2005: 19). Novel populer tidak mengejar efek estetis

seperti yang terdapat dalam novel serius.

Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah

simpulan bahwa novel popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak

terlalu rumit. Alur cerita yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang

sangat mengena, fenomena yang diangkat terkesan sangat dekat.

Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan remaja sebagai

kalangan yang paling menggemari novel populer. Novel populer juga

mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti

selera pembaca. Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal

yang berkaitan dengan kegemaran naluriah pembaca, seperti

motif-motif humor dan heroisme sehingga pembaca merasa tertarik

untuk selalu mengikuti kisah ceritanya.

2) Novel Serius

Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel

sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas

dibicarakan dalam sejarah sastra yang bermunculan cenderung

mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan

Page 29: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

20

segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut makna

sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan

hiburan kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan

pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi

lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.

Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera

pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel

sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks

sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini

bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2005: 18)

mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin

memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi

disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping

memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman

yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak

pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-

sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu

sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun

demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius

menurun. Justru novel ini mampu bertahan dari waktu ke waktu.

Misalnya, roman Romeo Juliet Karya William Shakespeare atau karya

Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik

yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih

dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman

Page 30: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

21

(Nurgiyantoro,2005:21).

Berdasarkan strukturnya novel dapat dibagi menjadi :

a. Novel plot atau novel kejadian

Novel plot, struktur ceritanya amat dipentingkan pengarang.

Novel ini menitikberatkan pada perkembangan kejadian yang

biasanya penuh ketegasan dan kejutan. Contoh : Hulubalang Raja

Karya Nur Sutan Iskandar.

b. Novel tematis

Novel yang menekankan pada unsur tema atau persoalan.

Karena tema begitu banyak, maka muncullah beberapa kategori

novel dari jenis ini, misalnya novel politik, novel sosial, dan novel

pendidikan. Contoh : Negeri di Uujung Tanduk. Karya Tere-Liye

c. Watak novel

Novel janis ini menekankan unsur karakter atau watak

pelakunya. Pengarang menggambarkan watak seseorang atau

tokoh, sehingga seluruh kejadian, atau cerita dalam novel sangat

ditentukan oleh watak tokohnya.

d. Novel romantis

Novel ini menekankan kisah percintaan antara para remaja,

penuh intrik cinta yang manis. Tema-tema lebih mengedepankan

romantisme. Contoh : Percobaan Seta Karya Suman Hasibuan

e. Novel detektif/ Novel kriminal

Novel yang isinya menceritakan tokoh yang berusaha untuk

mengungkapkan rahasia kejahatan. Biasanya mengungkapkan teka-

Page 31: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

22

teki sebuah kasus hingga pengungkapan apa dan siapa yang ada

dibalik semuanya. Contoh : Cincin Stempel Karya Ardi Soma.

Sedangkan jenis novel menurut Sumardjo (dalam, Reskiawati

2010: 29) dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu novel percintaan,

novel petualangan, dan novel fantasi. Uraian ketiga golongan tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Novel percintaan

Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria

secara berimbang, bahkan kadang peranan wanita lebih dominan.

Dalam golongan novel ini digarap hampir semua tema dan sebagian

besar novel termasuk jenis novel percintaan.

b. Novel petualangan

Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita.

Golongan jenis petualangan adalah bacaan kaum pria karena tokoh

didalamnya pria dan banyak masalah pria yang tidak ada

hubungannya dengan wanita. Meskipun golongan novel ini sering

ada percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka.

Artinya, novel ini tidak semata-mata berbicara persoalan cinta.

c. Novel fantasi

Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan

serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Jenis novel

ini mementingkan ide, konsep, dan gagasan sastrawan yang hanya

dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantasik. Artinya

menyalahi hukum empiris.

Sedangkan ahli lain yang bernama Goldmann (Faruk, 2010: 92)

Page 32: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

23

membedakan novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak,

novel psikologis, dan novel pendidikan.

Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa

novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru

dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan

bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di

dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini

penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru

dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap

biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam

kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini. sangat diutamakan

dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan

cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan

sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel

yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan

yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.

c. Unsur-unsur Novel

Unsur-unsur yang ada dalam novel yaitu :

a. Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya

sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya satra

hadir sebagi karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan

dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah

novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta

membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah

Page 33: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

24

yang membuat sebuah novel berwujud atau sebaliknya, jika dilihat

dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (Cerita) inilah yang akan

dijumpai jika kita membaca sebuah novel.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan

atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia

dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun

cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian

didalamnya. Walau demikian, unsur ektrinsik cukup berpengaruh

(untuk tidak dikatakan : Cukup menentukan) terhadap totalitas

bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur Ekstrinsik

sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang

penting.

d. Penokohan

Menurut Abrams (dalam siswantoro, 2010:165) tokoh certa

(character) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif,atau

drama, yang oleh pembaca di tafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan yang

dilakukan dalam tindakan.

Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam kehidupan sehari-

hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku tertentu. Pelaku yang

menggambrkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan pengarang

Page 34: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

25

menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan (Aminuddin,

2010:79).

Aminuddin (2010:79) juga membedakan tokoh dari segi peranan dan

tingkat pentingnya menjadi dua, yaitu (1) tokoh utama atau tokoh inti, tokoh

yang memiliki peranan penting, dan (2) tokoh tambahan atau tokoh

pembantu, tokoh yang mempunyai peranan kurang penting karena

kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung tokoh

utama.

Siswantoro (2010:194-198) juga membedakan teknik pelukisan

tokoh mejadi dua bagian yaitu, (1) teknik ekspositori atau teknik analitik

adalah teknik pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan

deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung tentang tokoh yang

mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan juga ciri fisiknya,

sedangkan, (2) teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh yang

dilakukan secara tidak langsung. Artinya pengarang tidak mendeskripsikan

secara eksplisit,sifat, sikap dan tingkah laku tokoh melainkan memberikan

tokoh cerita menunjukkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas yang

dilakukannya, baik secara verbal lewat kata maupun non-verbal lewat

tindakan dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

Watak, perwatakan dan karakter menunjukkan pada sifat dan sikap

para tokoh yang ditapsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas

pribadi seorang tokoh. Sehubungan dengan watak ini pelaku dibagi menjadi

pelaku protagonis dan pelaku antagonis. Pelaku protagonis adalah pelaku

yang mempunyai watak yang baik sehingga disenangi oleh pembaca,

Page 35: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

26

sedangkan pelaku antagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang tidak

sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca (Aminuddin, 2010:80).

Selanjutnya ia menerangkan bahwa upaya memahami watak pelaku,

pembaca bisa menelusuri lewat (1) tuturan pengarang terhadap

kerakteristik pelaku, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat

gambaran lingkungan kehidupan maupun caranya berpakaian, (3)

menunjukkan bagaimana pelakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu

berbicara tentang dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana jalan

pikirannya, (6) melihat bagaiman tokoh lain berbicara tentang dirinya, (7)

melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya, (8) bagaimana tokoh-

tokoh lain memberi reaksi terhadapnya, dan (9) melihat tokoh itu dalam

tokoh lain (Aminuddin, 2010:80-81).

Berdasarkan keterangan di atas peneliti mengambil kesimpulan

bahwa penokohan adalah penciptaan sebuah karakter atau tokoh dalam

sebuah cerita. Pengarang akan menciptakan sebuah karakter atau tokoh

dengan sangat nyata, hal ini bertujuan agar para pembaca merasa bahwa

tokoh karakter itu benar-benar ada dan tokoh fiksi semata.

3. Pengertian Nilai

Nilai adalah gambaran mengenai apapun yang diinginkan, yang

pantas yang berharga yang mempengaruhi perilaku social dari pengarang

yang memiliki nilai itu. Purwandarminta (1992: 65) berpendapat bahwa “nilai

adalah banyak sedikitnya mutu atau sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau

berguna bagi kemanusian”. Nilai erat hubungannya dengan kebudayaan

dan masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayan memiliki nilai-

Page 36: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

27

nilai tertentu. Antara kebudayaan dan masyarakat itu sendiri merupakan

nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya.

Dapat diartikan bahwa nilai adalah suatu yang merupakan ukuran

masyarakat untuk menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang

dianggap baik dan benar. Nilai yang dijunjung tinggi di jadikan norma untuk

menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai dalam praktik pendidikan.

Nilai dapat di peroleh secara nnormative bersumber dari norma

masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari

keyakinan keagamaan yang di anut oleh seseorang ( Munib, 2004:34).

Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling

melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial.

Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial, filsafat,

religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali

maupun yang mempeunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3).

Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal,

tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.

Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan sebagai kegiatan

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh

menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak

berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak

manusiawi, religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai

ada. Lasyo (Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan

landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.

Sejalan dengan Lasyo, Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117)

mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik

Page 37: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

28

jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983: 161) menyatakan,

nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi

seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu

berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu

menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakki. Dari beberapa pendapat

tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu

yang bernilai, berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas

dan akan berguna bagi kehidupan manusia.

Menyangkut masalah seleksi dan preferensi diantara banyak pilihan

yang ada. Nilai adalah hal-hal yang dianggap benar dan di junjung tinggi

oleh masyarakat, serta secara sadar ataupun tidak sadar dijadikan

pedoman, tolak ukur dan orientasi oleh anggota-anggota masyarakat dalam

bersikap dan berprilaku.

4. Pengertian Moral

Moral secara logawi berasal dari bahasa latin “mares” kata jamak

darai kata “mos” yang berarti adat kebiasaan susila. Yang dimaksud adat

kebiasaan dalam hal ini adalah tindakan yang sesuai dengan ide-ide umum

yang di terima oleh masyarakat mana yang baik dan mana yang

wajar.(Suprojo:2003:26). Sedangkan moral menurut istilah adalah

perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau

pendapat-pendapat yang umum diterima yang meliputi kesatuan social

atau lingkungan- lingkungan tertentu (Amien, 1996:193).

Moral menurut Salam (2000:12) “adalah ilmu yang mencari

keselerasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan Insani) dengan dasar-

dasar yang sedalam-dalamnya yang di peroleh dengan akal budi manusia”.

Page 38: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

29

Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang

kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra,

makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema

dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral

(Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320).

Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai

kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada

pembaca.

Hasbullah (2005:194). menyatakan bahwa, moral merupakan

kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik

buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang

harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia

dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi

orang itu , masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.

Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian

dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari

manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai

adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan

manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku

kehidupan kita sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa nilai moral menunjukkan peraturan-

peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu

kelompok yang meliputi perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi

Page 39: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

30

pekerti dan nilai susila.

Demoralisasi kerusakan moral. Meral juga dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Moral murni yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia,

sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni

disebut juga hati murni.

b. Moral terapan adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai

ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran

manusia (Agus, 2011).

Kata moral selalu mengacu kepada baik buruknya manusia.

Sikap moral tersebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang

terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan

perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya

moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.

Menurut Kohlberg (1977: 5) “penalaran atau pemikiran moral

merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh

karena itu untuk menentukan perilaku moral yang sebanarnya dapat

ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang

benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi

harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan

perilaku tersebut.

Dengan demikian aspek moral yang dimaksud adalah segala

aspek yang menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal

ini mengenai sikap kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila

(sugirah, 1997: 147).

Page 40: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

31

Dalam penelitian ini dibahas bentuk moral sebagai berikut:

1. Sosial

Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat perlu adanya

komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan ini, suka

memperhatikan kepentingan umum, suka menolong dan sebagainya

(Alwi, 1990: 885).

Al-Ghazalih ( dalam Zainuddin, 1991, 122) mengatakan

bahwa manusia dijadikan Allah Swt dalam bentuk yang tidak hidup

sendirian, karena tidak dapat mengusahakan sendiri seluruh

keperluan hidupnya baik untuk memperoleh makan dan bertani

diladang, memperoleh roti dan nasi, memperoleh pakaian

semuanya. Dengan demikian manusia memerlukan pergaulan dan

saling membantu.

Manusia hidup bermasyarakat artinya ia tidak lepas dari

bantuan dan pertolongan orang lain. Hidup menyendiri

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Hidup

bermasyarakat membagi suka dan duka dengan teman sejawat

adalah kemajuan dan kebahagian. Pergaulan baik dapat dibina

dengan berbagai cara:

1) Dengan Ramah Tama

Ramah tama menimbulkan rasa simpati orang lain yang

dapat mempererat tali persaudaraan.

2) Keadilan

Keadilan berarti yang salah dikatakan salah, yang

benar dikatakan benar.

Page 41: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

32

3) Bertanggung Jawab kepada Masyarakat

Setiap orang bertanggung jawab untuk menciptakan

masyarakat yang baik

Tanggung jawab seseorang akan dinilai sesuai dengan sejauh

mana tanggung jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan

janjinya. Tanggung jawab sebagai nilai memeng menjadi sangat

penting akan pribadi seseorang.

Berjiwa sosial atau kepekaan sosial( sense of social) dapat

dilihat dalam perilaku seseorang yang dermawan, peduli kepada

mereka yang kecil dan mau menerima orang-orang lemah. Jiwa

social atau kepekaan social menjadi hal yang sangat langkah dalam

kehidupan dan budaya kita sekarng.

2. Agama

Dalam kamus besar Besar Bahasa Indonesia, agama

adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan segala kebaktian

dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercyaan

diri. Dalam istilah arab dan Al-quran, kata agama berasal dari

kata addin. Apabila kata addin dirangkai dengan Allah dinullah

atau dinulhaq yaitu agama yang dating dari Allah atau agama

yang hak.

Dalam agama terdapat aturan-aturan yaitu:

1) Mangatur hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi

kepercayaan dan penyembahan.

2) Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya

dan hubungannya dengan dengan alam.

Page 42: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

33

Model penciptaan manusia yang beraneka ragam oleh

tuhan, jelas sekali tidak dimaksudkan untuk memecah belah

manusia atau menjadikan mereka saling bermusuhan satu sama

lain. Sebaliknya, berdasarkan pernedaan-perbedaan yang ada

manusia didorong untuk saling bekerja sama berlandaskan

kesadaran bahwa sesungguhnya mereka adalah umat yang

satu.

Manusia, apapun tradisi dan agamanya, apapun bahasa

dan warna kulitnya , adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa.

3. Kesusilaan

Dalam kamus besar Bahsa Indonesia kesusilaan adalah

perilaku susila, yang berkaitan dengan adab dan sopan santun.

(Alwi, 1990: 854).

Dalam ajaran susila, berbuat baik adalah memberikan

pengorbanan untuk keselamatan umat manusia. Pengorbanan

dapat berupa: menyumbang harta benda, memelihara yatin

piatu atau sebagainya.

Secara kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang

berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus,

sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.

Jadi, susila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang

baik atau bagus.

Selain itu, istilah susila pun mengandung pengertian peraturan

hidup yang lebih baik. Istilah susila dapat pula berarti sopan, beradab,

Page 43: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

34

dan baik budi bahasanya. Dengan demikian, kesusilaan dengan

penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan

kesopanan.

5. Bentuk-bentuk Moral Baik dan Moral Tidak baik dalam Novel Ibuku

Tidak Gila karya Anggie D Widowati

Bentuk-bentuk moral baik dalam Novel Ibuku Tidak Gila adalah

sebagai berikut:

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang di

lakukan oleh umat manusia, jujur memang susah untuk di jalankan

tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian

berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun. Jujur

merupakan hal yang mempunyai banyak pahala tetapi susah kalau kita

hanya memikirkannya tetapi kita bisa mencobanya untuk tidak

berbohong dan tidak mementingkan perkataan yang baik tapi tidak

menepatinya.

Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak

seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila

ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak

lagi menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan

maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya

lagi adalah ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka

belum sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori

jujur.(Dede: 2014).

Page 44: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

35

b. Kesabaran

Sabar menahan cobaan memang bukan hal yang mudah, tapi

itu juga bukan sebuah hal yang mustahil. Kedudukan orang-orang

yang sabar di mata Allah SWT sangat tinggi.

sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya

sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan

anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian

sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak

identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak

bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi

yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita

terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita

dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan

juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan

kita. (Brief: 2014).

Macam-macam sabar

Sabar itu ada berbagai macam, antara lain :

a) Sabar dalam menjalankan perintah Allah.

b) Sabar dari apa yang dilarang Allah.

c) Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah.

c. kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat

seseorang menganggap suatu premis yang benar.

Page 45: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

36

d. Kesetian

kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau

berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta

dan menjaga janji bersama.

Kesetiaan berarti perjuangan, anugerah, pengorbanan, dan

kesabaran. Caranya adalah dengan :

a) memberinya perhatian

b) menjaganya, dan tidak meniggalkannya sendiri.

c) mengkhawatirkannya dari segala hal yang mungkin bisa

menyakitinya.

d) menjaga perasaannya, menghargai perjuangannya,

e) mengucapkan terima kasih atas apa yang dia kerjakan.

f) tidak mengumbar kekurangan, dan menjaga rahasia-rahasianya.

g) berusaha untuk membahagiakan,dan memuji kelebihan.

h) mengingat kebaikan, dan melupakan kesalahannya.

i) setelah berpisah, mengingat kenangan-kenangan dan saat-saat

bersamanya yang penuh keindahan.

Sifat setia tidak akan berkumpul dengan perasaan curiga,

cemburu, merendahkan, mendzalimi, mengingkari, menyakiti,

menuduh dan lain sebagainya. Bila ada pasangan berbuat salah,

maka tak ada yang dilakukan oleh seorang yang setia melainkan

segera melupakannya, memaafkan, dan tidak mengumbarnya

kepada orang lain, sembari mengingat kembali kebaikan dan

kelebihannya.

Page 46: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

37

e. Pengendalian diri

Di dalam kehidupan bermasyarakat. Sehari-hari terdapat nilai

norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan

dijalankan sebagai warha masyarakat yang baik. Hokum pun ada

untuk mengatur warga masyarakat secara paksa untuk

mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.

Dengan pengendalian diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat

diraih. Pengendalian diri membuat seseorang terbiasa menikmati

keteraturan hidup, terbiasa taat, dan meradsa bahagia ketika mampu

menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subuhana

wataala (Abatasa:2011)

f. Penyesalan

Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang

merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin

kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan

memperbaikinya pada masa yang telah lalu (Wulandari, 2011).

Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup.

Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan

berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan

dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan

seseorang perbuat, setelah merasa menyesal.

Menyesal juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan

kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji

kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi. Seseorang akan

berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad

Page 47: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

38

untuk menjadi lebih baik lagi. Insya Allah, jika tekad dan usaha itu

baik, maka orang tersebut akan bisa mendapatkan kebaikan

yang haqiqi.

g. Bohong

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada

orang lain atau tidak cocok dengan keadaan yang sebenarnya,

seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 92).

Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu

dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian

yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang

dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh

lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan

anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.

h. Fitnah

Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan

kebenaran yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang (spt

menodai nama baik, merugikan kehormatan orang): -- adalah

perbuatan yg tidak terpuji; mem·fit·nah yaitu menjelekkan nama

orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dsb)

Fitnah adalah menghalang-halangi dari jalan Allah.

Dalam islam Fitnah artinya diantaranya :

a) Fitnah adalah kekufuran.

b) Fitnah adalah menyesatkan.

c) Fitnah adalah wanita, harta dan anak.

d) Fitnah adalah ujian.

Page 48: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

39

e) Fitnah adalah azab.

f) Fitnah adalah dibakar dengan api.

g) Fitnah adalah alasan.

h) Fitnah adalah perubahan keadaan menjadi semakin buruk.

i) Fitnah adalah pembunuhan atau peperangan

i. Dendam

Dendam adalah sifat marah yang tidak terlampiaskan atau

tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu berkeinginan untuk

membalas perbuatan orang lain tersebut. Sifat pendendam sangat

dibenci oleh Allah. Dendam juga bisa diartikan Dendam berarti

berkeinginan keras untuk membalas kesalahan atau kejahatan.

Orang yang berkeinginan untuk membalas kesalahan atau kejahatan

orang lain terhadap dirinya disebut pendendam. Dendam merupakan

sifat yang berbahaya dan merugikan diri sendiri, keluarga maupun

orang lain (Alvina, 2012).

Ciri-ciri orang pendendam :

1. Bila bertemu menunjukkan sifat kurang simpatik.

2. Selalu mengadu domba.

3. Selalu membuat hal yang kurang baik

4. Selalu memojokkan dalam segala hal.

5. Tidak suka bila orang lain mendapatkan kebahaggiaan.

6. Selalu mendoakan pada kejelekan

Page 49: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

40

B. Penelitian yang relevan

a. Analisis Moral dalam penelitian sebelumnya

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai

titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan

terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui

relevansinya.

Penelitian Kamaruddin (2007) yang berjudul Analisis NIlai

Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M.

Dahlan, yaitu menggambarkan tenstang seorang muslimah yang

sedang frustasi akibat tidak tercapainya cita-cita yang di inginkan

yakni menegakkan syariah Islam di Indonesia, bahkan pelampiasan

frustasinya itu ke hal-hal yang sifatnya melanggar norma atau ajaran

agama.

Mengenai nilai moral juga pernah dilakukan oleh Baharuddin

(2008) yang berjudul Analisi Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak

Gila Karya Sujani, yaitu menggambarkan tentang hakikat hidup yang

sebenarnya. Tokoh fikri mencerminkan seorang Penelitian muslimah

yang sangat baik. Sederhana, dan bersahaja, baik nilai moral yang

dapat diambil oleh tokoh Fikri mau pun sebagai peristiwa dalam

novel ini. Kasih sayang terhadap istrinya maupun rekan-rekannya,

ketekunan bekerja dan belajar, kejujuran, tanggung jawab yang di

miliki serta nilai-nilainya.

Penelitian juga pernah dilakukan oleh (Biyantari:2011) yang

berjudul Aspek Moral dalam Novel Harimau! Harimau! Karya

Page 50: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

41

Mochtar Lubis. Novel ini menggambarkan petualangan di rimba raya

oleh sekolompok pengumpul dammar yang di buru oleh seekor

harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba

menyelamatkan diri mereka. Dan seorang demi seorang di antara

mereka jatuh korban terkaman harimau. Di sisi lain juga terjadi

petualang dalam diri masing-masing anggota kelompok

pengumpulkan dammar. Di bawah tekaman ancaman harimau yang

harus memburu mereka dalam diri masing-masing, terjadi pula

proses refleksi mengenai diri mereka yang mempertinggi kesadaran

mereka tentang kekuatan dan kelemahan anggota-anggota

kelompok mereka yang lain. Di antara mereka malahan sampai

kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau-harimau yang

memburu mereka, tak kalah pentingnya adalah untuk memburu

terlebih dahulu harimau-harimau yang berada dalam diri setiap anak

manusia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak

mengembangkan penelitian sebelumnya. Namun, penelitian

sebelumnya dengan penelitian ini ada persamaan yaitu sama-sama

mengkaji aspek moral. Sementara perbedaannya yaitu Novel yang dikaji

berberbeda.

C. Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka

pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis

sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang

dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data

Page 51: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

42

dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang

telah dipaparkan untuk itu akan menguraikan secara rinci landasan

berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini:

Karya prosa adalah karangan yang bersifat menerang jelaskan

secara terurai mengenai sesuatu masalah atau hal perostiwa dan lain-

lain. Dengan demikian, karangan bentuk ini jelas tidak bisa disingkat

dan pendek karena harus menerangkan secara panjang lebar dan

sejelas-jelasnya akan sesuatu. Itulah sebabnya ketetapan dan kejelasan

kalimat menjadi sangat penting.

Karya sastra bentuk prosa pada dasarnya dibangun oleh unsur

instinsik; yaitu tema, amanah, plot, perwatakan atau penokohan, latar,

dan karakter, titik pengisahan serta gaya bahasa. Selah satu bagian

unsur instrinsik adalah karakter perwatakan yang mempunyai peranan

sangat penting, karena tanpa karakter/perwatakan suatu cerita tidak

akan tercipta.

Page 52: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

43

Bagan Kerangka Pikir

Eksistensi tokoh

Moral Tidak Baik Bohong Fitnah Dendam

Moral Baik: Kejujuran Kesabaran Kepercayaan Kesetiaan pengendalian diri penyesalan

Kajian

Temuan

Novel Ibuku Tidak Gila

Karya Anggie D Widowati

Page 53: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskripsi kualitatif. Penelitian

kualitatif dipergunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai

moralitas dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong (2006 : 06)

B. Pendekatan Penelitian

Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif

tentang nilai-nilai moral dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.

Widowati, maka langkah yang ditempuh penulis adalah mengadakan studi

kepustakaan yang mengidentifkasi pemilihan dan perumusan masalah,

menyelidiki variabel-variabel yang relevan melalui telaah kepustakaan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau non-objek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).

Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Langkah

yang dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan

44

Page 54: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

45

permasalahan yang berhubungan dengan nilai moral yang terdapat dalam

novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam

novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, yaitu nilai moral yang

baik dan nilai moral yang buruk/tidak baik. Moral baik yaitu: (a)kejujuran,

(b)kesabaran, (c)kepercayaan, (d)kesetian, (f)pengendalian diri,

(g)penyesalan. Moral buruk yakni (a)bohong, (b)fitnah, (c)dendam.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah novel Ibuku

Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati Penerbit penerbit PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia 2014. dengan jumlah halaman 312, dan tempat

terbitnya di Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh

data dan informasi mengenai nilai-nilai moral yaitu dengan melakukan

penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh

penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Membaca novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati secara

keseluruhan.

b. Memahami isi novel yang telah dibaca dan berkaitan erat dengan

masalah moral.

c. Menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan

pengklasifikasian.

Page 55: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

46

d. Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan nilai moral

yang dijadikan acuan penelitian meliputi sebagai berikut:

a. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa nilai Moral dalam

Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati.

b. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa nilai moral, selanjutnya

dikutip untuk memperkuat analisis data.

c. Apabila hasil penelitian ini sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah

lengkap maka penelitian ini telah dianggap berakhir.

Page 56: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

47

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian terhadap

novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, dengan menggunakan

pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini akan dikemukakan

beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian. Data yang

akan disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat aspek-aspek

moral sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut. Berdasarkan

pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis novel Ibuku

Tidak Gila, maka diharapkan dapat mengungkapkan aspek moral secara

terperinci dan jelas. Aspek moral yang dimaksud yaitu aspek moral baik

yang terdiri dari kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetiaan,

pengendalian diri, penyesalan. Sedangkan moral buruk yang dikaji terdiri

dari bohong, fitnah, dendam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat

analisis, berikut akan dikutipkan beberapa isi novel.

1. Nilai Moral baik

Moral yang baik adalah sikap atau tingkah laku terpuji yang

merupakan tanda keimanan seseorang. Adapun moral baik dalam novel

Ibuku Tidak Gila yaitu kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetiaan,

pengendalian diri, penyesalan..

Page 57: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

48

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang di

lakukan oleh umat manusia, jujur memang susah untuk di jalankan

tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian

berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun.

Data I “Dewa, kamu sudah dewasa sekarng, saatnya Ayah ceritakan sesuatu yang menjadi rahasia kita,” pinta Ayah.

“Rahasia apa Yah, kupikir kita tak punya rahsia,” ucapku. “sebetulnya punya, dan maafkan Ayah sudah memotong cerita dibagian itu,” ujar Ayah. “baik, sekarng ceritakan padaku..” “ingat kamu tentang seseorang perempuan, yang tinggal dirumah lama kita?” kata ayah Perempuan?” “Ya, dia tinggal disebuah kamar, ingatkah kamu pada sumaiyah, pembantu kita dan dia biasa kamu panggil Yuk Sum?” jelas ayah. “sebentar, Yah, mungkin aku agak lupa, tetapi wajah perempuan itu…” “aku ingat sedikit ,Ayah” kataku. Yuk Sum itulah yang bertahun-tahun merawat ibumu,” ucap Ayah dengan nada berat. “Ibuku?” “Iya, Ibumu…” suara Ayah bergetar. “ibu kandungku?” “iya…” “lalu mama?” “Dia bukan Ibu kandungmu, Nak….” “Lalu ada apa dengan Ibuku?” “Terpaksa kita meninggalkannya disana…” “Kenapa kita meninggalkannya, dirumah lama kita?” tanyaku. “Ibumu….Ibumu….Ibumu hilang ingatan,” keluh Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 7-8) Data 2 “Dewa,…” “ibumu kenapa?” Tanya lembut. “aku nggak tahu, bertahun-tahun aku terpisah dengannya, dan baru beberapa bulan ini, aku bertemu dengannya. Ayahku sengaja

Page 58: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

49

memisahkanku darinya, karena sering bersikap agresif padaku.” Ceritaku. “baik,” jawabnya. “Tetapi kenapa aku ceritakan kekamu ya, kita ‘kan baru kenal,”kataku. (Ibuku Tidak Gila hal 17) Data 3 “Kalau begitu jawab dengan jujur, dari mana kamu barusan, kupikir, zaman sekarang, orang tak perlu ke bank untuk mengambil uang karena mesin ATM ada dimana-mana.” Tuturnya panjang lebar. “aku kerumah sakit jiwa,” jawabku kemudian. “ nagapain kerumah sakit jiwa?” Tanya agak kaget, matanya tajam kearahku. “Ibuku, Ibuku kandungku, dirawat disana,” kataku. “ooh…” “kaget?” tanyaku. “terus Mama?” “Dia Ibu tiriku,” kataku. (Ibuku Tidak Gila hal 83)

Pada data 1 dapat dilihat di penggalan dalam kalimat “Yuk Sum

itulah yang bertahun-tahun merawat ibumu,” ucap Ayah. dengan nada

berat. “Ibuku?” “Iya, Ibumu…” suara Ayah bergetar. “iya…”

“lalu mama?”

“Dia bukan Ibu kandungmu, Nak….”.

Pada data 2 dapat dilihat penggalan dalam kalimat ““ibumu kenapa?”

Tanya lembut.“aku nggak tahu, bertahun-tahun aku terpisah dengannya,

dan baru beberapa bulan ini, aku bertemu dengannya. Ayahku sengaja”.

Pada data 3 dapat diliahat penggalan dalam kalimat ““ nagapain kerumah

sakit jiwa?” Tanya agak kaget, matanya tajam kearahku. “Ibuku, Ibuku

kandungku, dirawat disana,” kataku. “ooh…” “kaget?” tanyaku. “terus

Mama?” “Dia Ibu tiriku,” kataku.

Data 1,2, dan 3 menggambarkan sebuah kejujuran. Di mana

semua cerita yang terjadi di kehidupan Dewa, Dewa yang sudah

beranjak dewasa baru mengetahui ternyata dia mempunyai ibu

Page 59: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

50

kandung. Dan yang membuat dia kanget pada saat dia mengetahui

ternyata ibu kandungnya mengalami kelainan jiwa sehingga harus di

rawat di rumah sakit jiwa. Kejujuran itu muncul pada saat Dewa

beranjak dewasa karena Ayah Dewa baru berani mengungkapkan

semua kejujuran itu pada saat Dewa dewasa. Kedewasaan Dewa

dianggap bahwa dengan sifat kedewasaan Dewa maka Dewa bisa

meneria semua apa yang telah terjadi di masa kecilnya.

Kejujuran di dalam kehidupan itu sulit, di kehidupan nyata banyak

yang menganggap kejujuran membuat hancur dan juga banyak yang

menganggap kalau kejujuran adalah modal untuk mendapatkan

kepercayaan. Jujur bukan hanya pada orang lain tapi jujur terhadap diri

sendiri. Contoh lain didalam kehidupan sehari-hari, banyak orang sulit

untuk jujur baik jujur dalam berbisnis atau pun didalam hubungan

berumah tangga. Banyak hal yang menganggap kalau berbisnis kita

terlalu jujur akan mendapat omset pemasukan berkurang, tetapi didalam

ajaran Allah bersikap jujur didalam berbisnis akan mendapatkan berkah

yang banyak.

Data 4 “setelah tahu, bahwa Mama bukan ibuku, pernah aku tanyakan, apakah mama pernah cemburu kepada Ibu. Mama bilang, dia cemburu seumur hidupnya, karena Ayah sanngat mencintai Ibu. Tetapi Ayah sama sekali tidak bisa mengubah situasi dan cintanya tak bisa bertumbuh dengan semestinya. (Ibuku Tidak Gila hal 91) Data 5 Mama sudah jujur mengatakan bahwa dia cemburu pada ibu. Mama juga perempuan yang ingin dicintai secara utuh. (Ibuku Tidak Gila hal 256)

Page 60: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

51

Pada data 4 dapat diliahat di penggalan pada kalimat “Mama bilang,

dia cemburu seumur hidupnya, karena Ayah sanngat mencintai Ibu”. Pada

data 5 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Mama sudah jujur

mengatakan bahwa dia cemburu pada ibu. Mama juga perempuan yang

ingin dicintai secara utuh”.

Data 4 dan 5 menggambarkan kejujuran yang mengatakan bahwa

dirinya cemburu karena Ayah sangat mencintai ibu kandung Dewa. Dan dia

ingin dicintai secara utuh tanpa ada perempuan lain lagi. Mama Gina

mengatakan jujur kepada Dewa karena tidak mau menyimpan dan

membohongi perasaannya sendiri. Perasaan cemburu seorang wanita yang

hidup didalam keluarga yang masih mencintai perempuan lain.

Perasaan cemburu adalah perasaan yang dirasakan ketika

mengalami rasa yang berbeda, sifat cemburu timbul pada saat kita

menyayangi seseorang. Sedangkan Ibu kandung dan ibu tiri mempunyai

persamaan dan perbedaan. Perbedaan Ibu kandung adalah orang yang

mengandung dan yang melahirkan. Sedangkan ibu tiri adalah ibu yang

tidak pernah mengandung kita tetapi dia yang merawat kita. Persamaannya

adalah sama-sama memiliki jiwa ke ibuan.

Data 6 “Dewinta adalah adik perempuanmu.” Kata Ayah “ Di mana sekarang dia?” tanyaku. “Dia sudah meninggal,” jawab Ayah. “Kenapa ayah tidak mengatakan itu padaku?” “Kupikir, kau tak akan mempedulikan itu, toh kamu adik-adik yang lain,” terang Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 296) Data 7 Aku melihat Ayah tak pernah setegang itu. Mama menggenggam tangannya untuk menenangkannya.

Page 61: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

52

“Apakah dia boleh yang sebenarnya?” Ayah berbisik kepada Mama. Mama tak menjawab. Air mata bergulir dipipinya. “Katakan saja , saying, biar beban pikiranmu berkurang…” “Aku takut kehilngan dia, Ma…” “Dia sudah dewasa, pasti dia kuat.” “Ada apa ini?!”aku setengah marah. Ayah mendekat kepadaku. Lalu dengan bergetar dia bicara. “karena kamu yang membuat Dewinta meninggal, Nak..” “Benarkah, Yah?” “Ya, tetapi Ayah tahu, kamu melakukan tidak sengaja, karena kamu masih kecil dan belum mengerti, karena itu, ibu tak berhenti menyalakan dirinya sendiri. (Ibuku Tidak Gila hal 302)

Pada data 6 dapat dilihat di penggalan pada kalimat ““Dewinta

adalah adik perempuanmu.” Kata Ayah”. Pada data 7 dapat di lihat di

penggalan pada kalimat ““karena kamu yang membuat Dewinta meninggal,

Nak..”.

Data 6 dan 7 menggambarkan bahwa dewa mempunyai seorang

adik perempuan, adiknya bernama Dewinta, dewinta adalah anak yang

cantik dan lucu. Tetapi dewinta meninggal pada usia 2 tahun penyebab

kematiannya adalah Dewa. Dewa menanam besi ketelinga adiknya

sehingga menyebabkan pendarahan yang berujung nyawa adiknya tidak

tertolong lagi. Dengan kejujuran ini maka Dewa sangat terpukul dan merasa

bersalah.

Semua yang Dewa lakukan dilakukan tidak sengaja. Dan pada saat

kejadian Dewa masih anak-anak belum tahu tentang mana yang benar dan

mana yang salah. Masa anak-anak belum banyak yang kita tahu apa

kegunaan barang yang ada disekitar kita yang dapat membahayakan atau

tidak. Dengan itu pengawasan seorang orang tua memang penting, anak-

anak harus di awasi setiap saat. Jangan lalai dalam mengawasi anak

Page 62: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

53

karena banyak kejadian gara-gara kelalaian orang tua maka akan

kehilangan anak yang disayangi.

b. Kesabaran

Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang

mukmin, di mana seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan

tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan

cobaan itu begitu dahsyat.

Data 1 Aku meikmati kopiku dengan perasaan serba tak menentu. Memang itu yang terjadi setiap harus menengok Ibu. Keadaan ini, seperti memaksaku untuk menelan kepahitan ini begitu saja. Siapa di dunia yang mau, ketika orang yang menjadi bagian hidup terdekatnya, harus dirawat dirumah sakit ini. Aku memandangi tanaman di jendela dengan perasaan sedih. (Ibuku Tidak Gila hal 11) Data 2 Aku melangkah dengan persaan seperti biasanya, sedih, takut, dan enggan. Aku duduk dikursi pertemuan, lalu seorang perawat menuntun Ibu padaku. Aku memandanginya, tersenyum. Tetapi sekali lagi sia-sia. Dia memandangku, tetapi itu tak focus kearahku. Jiwanya entah ke mana. Aku ingin menjerit… (Ibuku Tidak Gila hal 13) Data 3 “Aku sudah bertemu ibu, dia tidak mengenaliku.” “Mungkin dia lupa, sudah bertahun-tahun dia sakit.” Ujarnya. “Bahkan tak mau menatap mataku,” “Sabar nak, tidak ada Ibu yang melupakan anaknya sendiri, hanya saja ada pagar tembok kuat yangmemisahkanmu dengannya,” ungkapnya. “Aku sangat merindukannya, aku menemuinya dirumah sakit jiwa, tetapi tidak mengenaliku, mungkin kalau dulu Ayah tak memisahkan kami , mungkin tidak ada jeda seperti ini, antara aku dan dia.” (Ibuku Tidak Gila hal 50)

Pada data 1 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Keadaan ini,

seperti memaksaku untuk menelan kepahitan ini begitu saja. Siapa di dunia

Page 63: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

54

yang mau, ketika orang yang menjadi bagian hidup terdekatnya, harus

dirawat dirumah sakit ini”. Pada data 2 dapat dilihat di penggalan pada

kalimat “Dia memandangku, tetapi itu tak focus kearahku. Jiwanya entah ke

mana. Aku ingin menjerit…”. Pada data 3 dapat dilihat di penggalan pada

kalimat “Sabar nak, tidak ada Ibu yang melupakan anaknya sendiri, hanya

saja ada pagar tembok kuat yangmemisahkanmu dengannya,”

Data 1,2, dan 3 diatas menggambarkan sebuah perjuangan seorang

anak untuk kembali kepelukan ibu kandungnya. Perasaan gelisa pun di

alami Dewa pada saat bertemu dengan ibunya karena sikap ibunya yang

begitu dingin dan berubah-rubah pada saat bertemu dengan Dewa, kadang

dia mendapatkan perlakuan kasar terhadap ibu kandungnya sendiri tetapi

Dewa dengan sabarnya menerima semua perlakuan Ibu kandungnya

terhadapnya. Dewa sangat rindu dengan Ibunya dari kecil dia tidak

mengenal ibu kandungnya, dia di besarkan oleh Ibu tirinya.

Kasih sayang ibu tirinya hampir sepenuhnya dia miliki, beda halnya

dengan tanggapan orang kalau ibu tiri itu jahat. Ibu tiri selalu

memperlakukan anaknya dengan kejam, menyiksanya dan membuat anak

tirinya seperti babu. Anaknya disayang di kala ayahnya ada tapi kalau

ayahnya sudah pergi ibu tiri menyiksa anak tirinya. Dewa memiliki ibu tiri

yang begitu menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri, kesabaran

mama gina merawat Dewa padahal Dewa bukan anak kandungnya tetapi

mama Gina tidak pernah membedakan Dewa dan Danu.

Data 5 Aku memandangi Ayah mencium Mama dengan lembut. Laki-laki tua itu, tampaknya menyerahkan hidupnya pada perempuan ini. Seringkali aku melihat dia seperti laki-laki tertekan yang terbelit oleh suatu masalah yang tanpa ujung. Apakah itu karena kehilangan Ibu. Lalu muncul Mama yang menjadi sandaran hidupnya. Kalau memang

Page 64: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

55

begitu, bagaimana perasaan Mama dengan semua itu. Perempuan kan tidak mau diduakan, biarpun dengan orang yang sudah mati, atau hidup dengan terganggu jiwanya. (Ibuku Tidak Gila hal 90)

Data 6 “Mama tahu Ayah sangat mencintai Ibu. Mama sebagai manusia biasanya tentunya cemburu. Tetapi kita hidup direalistis. Toh kita tidak pernah tahu, apakah Ibu akan kembali sehat seperti dulu atau tidak. Ini sudah bertahun-tahun. Tahun-tahun awal, mama tahu bahwa Ayah masih berharap. Dan itu adalah masa-masa tersulit bagi Mama. Tetapi setelah bertahun-tahun berjalan, tidak ada lagi perasaan di hati selain pasrah.” (Ibuku Tidak Gila hal 91) Data 7 “Dewa melihat semua terus berjalan, dan ibu telah terkurung dalam kehidupan yang telah terputus dengan sekitarnya. Barang kali saja sudah tak tahu siapa dirinya sendiri, tak tahu punya keluarga, dan tak tahu punya anak laki-laki…” “Sabar, saying, pasti Ibumu akan sembuh, Mama yakin itu, dan aku akan berkumpul lagi dengannya,” bisik Mama. (Ibuku Tidak Gila hal 96)

Data 8 “Ayahmu sangat mencintai Ibu, bahkan sampai hampir satu tahun kami menikah. Mama sering cemburu pada Ibumu, tetapi mama pendam, toh Ibumu sudah seperti itu.” (Ibuku tidak gila hal 246) Data 9 Ayah hanya diam membisu. Sesekali mengeratkan pelukannya kepada Ibu. Ayah terlihat lebih tenang, tetapi sebetulnya dia hancur. Lelaki tidak bias menangis. Hanya bias menahan kesakitan di dalam dadanya. (Ibuku Tidak Gila hal 286)

Pada data 5 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku

memandangi Ayah mencium Mama dengan lembut. Laki-laki tua itu,

tampaknya menyerahkan hidupnya pada perempuan ini. Seringkali aku

melihat dia seperti laki-laki tertekan yang terbelit oleh suatu masalah yang

tanpa ujung”. Pada data 6 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “mama

tahu bahwa Ayah masih berharap. Dan itu adalah masa-masa tersulit bagi

Page 65: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

56

Mama. Tetapi setelah bertahun-tahun berjalan, tidak ada lagi perasaan di

hati selain pasrah.”. pada data 7 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat

““Sabar, saying, pasti Ibumu akan sembuh, Mama yakin itu, dan aku akan

berkumpul lagi dengannya,” bisik Mama”. Pada data 8 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Mama sering cemburu pada Ibumu, tetapi mama

pendam, toh Ibumu sudah seperti itu”. Pada data 9 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Ayah terlihat lebih tenang, tetapi sebetulnya dia

hancur. Lelaki tidak bias menangis. Hanya bias menahan kesakitan di

dalam dadanya”.

Data 5,6,7,8,9 diatas menggambarkan seorang perempuan dengan

sabar menjalani hidupnya dengan laki-laki yang masih mencintai

perempuan lain yang tidak lain adalah istri pertamanya. Walaupun persaan

cemburu selalu ada dalam hatinya, perempuan mana yang tidak cemburu

kalau orang yang disayangi masih mencintai orang lain. Tetapi mama Gina

selalu sabar menghadapi ini semua dan tetap setia mendampingi Gandi

dan merawat Dewa dengan kasih sayang. Sifat cemburu pasti selalu ada,

Mama Gina hanya pasrah dan ikhlas dalam menjalani kehidupannya.

Sifat sabar seseorang akan mendapatkan hikma yang baik, sabar

dalam menjalani semua cobaan dikalah cobaan itu datang. Allah tidak

pernah diam dan melihat, sabar danikhlas dalam menjalani semua coban

maka Allah selalu meridhoi orang-orang yang sabar dalam menjalani

semua permasalahan yang di berikan..

Data 10 Aku terus memeluk baju itu. Aku berharap dan membayangkan sedang memeluk Ibu. Lalu aku duduk bersandar disebuah kursi tua di salah satu ujung ruangan. Aku peluk baju-baju dan tanpa terasa air mata meleleh, jurang pemisah antara aku dan Ibu begitu dalam. Sangat dalam.

Page 66: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

57

(Ibuku Tidak Gila hal 102) Data 11 Dan sekarang, aku sudah meraskan langsung. Di perlakukan dengan tidak adil oleh masyarakat. Tetapi aku tidak boleh menyerah. Ibu masih ada, dia hidup dan dia ada didepan mataku. Aku akan semaksimal mungkin untuk menyembuhkannya. Meskipun aku harus kehilngan kekasih hati yang selalu kucintai selama ini. Baru terasa sekarang bagaimana sakitnya semua ini. Betapa sakitnya dicampakkan oleh seorang kekasih, setelah sekian lama bersama. (Ibuku Tidak Gila hal 113)

Pada data 10 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku peluk

baju-baju dan tanpa terasa air mata meleleh, jurang pemisah antara aku

dan Ibu begitu dalam. Sangat dalam”. Pada data 11 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Dan sekarang, aku sudah meraskan langsung.

Di perlakukan dengan tidak adil oleh masyarakat”.

Data 10 dan 11 menggambarkan seseorang anak yang rindu akan

pelukan Ibu kandungnya,. Walau pun masyarakat memperlakukan ibu

kandungnya tidak adil, dia tetap bersemangat untuk menyembuhkan

ibunya. Dengan kesabarannya dia tidak menyerah dan selalu berusaha

agar bisa berkumpul kembali. Dewa rela berkorban demi mendapatkan

kasih saying seorang ibu kandung. Dewa memng sudah mendapatkan

kasih sayang dari Gina seperti ibu kandung tetapi Dewa berharap kasih

sayang itu di berikan oleh ibu kandungnya. Cinta yangsudah dijalani sekian

lama harus Dewa korbankan. Kehilangan seorang kekasih yang sangat

dicintai memng sakit tapi yang Dewa paling harapkan sekarng adalah

berkumpul dengan ibu kandungnya. Tidak peduli apa yang terjadi dengan

kehidupan asmaranya yang sudah dijalani sekian lama. Dewa

mengorbankan smuanya hanya untuk mendapatkan kasih sayang seorang

ibu kandung.

Page 67: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

58

Orang tua adalah segalanya didunia ini. Tanpa orang tua kita tidak

akan seperti ini. Terutama ibu, ibu adalah surga seorang anak.

Data 12 Setelah kejadian, Nani meminta Rina untuk bersabar, Nani mengaku bahwa orang tua mereka memang bersikap tak adil kepada Rina. Rina menurut, Rina sekarang memilih untuk diam, dan memendam kesidihan itu. Dia juga tak pernah lagi melawan. Sri semakin naik daun di mata kedua orang tuanya. Prestasinya semakin menonjol. Semakin tidak peduli dengan dua adiknya, dan hanya memikirkan kesenangan dirinya. Dan hanya kepada Nanilah, Rina mengeluarkan penderitaan batinnya. (Ibuku Tidak Gila hal 197)

Pada data 12 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Rina sekarang

memilih untuk diam, dan memendam kesidihan itu”.

Data ini mengngambar sikap sabar seseorang dalam menghadapi

hidup persaudaraannya, orang tua membeda-bedakan anak kandungnya

sendiri. Didalam cerita ini Nani dan Rina sangat sabar menghadapi sikap

Sri dan orang tuanya. Sri yang selalu dimanja dan dipenuhi keinginanx,,

beda halnya dengan Rina dan Nani mereka diperlakukan seperti anak yang

tidak disayangi.

Anak adalah anugrah yang di berikan Allah, anak wajib untuk

disayang tanpa ada membedakan. Membeda-bedakan anak itu akan

menimbulkan masalah dan tidak pantas seorang orang tua membedakan

anaknya satu sama lain. Semua anak membutuhkan kasih sayang seorang

orang tua.

c. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat

seseorang menganggap suatu premis yang benar.

Page 68: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

59

Data 1 Aku gelagapan. Tak menyangka akan keluar pertanyaan seperti itu. Aku emang belum cerita tentang ibu dan rumah sakit jiwa kepada Bila. Belum saatnya. Melihat sifatnya yang keras dan rasional, membuat aku ragu untuk berterus terang kepadanya. (Ibuku Tidak Gila 21) Data 2 Aku mencari Arra. Jujur saja aku sangat memikirkannya semalaman. Seorang gadis yang polos. Biarpun tak mengenalku, dia bersikap baik, tanpa terlihat ada prasangka. Semua bicara terlihat tulus. Tidak curiga atau merasa terancam. Hanya orang tertentu yang begitu. (Ibuku Tidak Gila hal 25) Data 3 “apakah kamu selalu dekat dengan orang seperti ini, Arra?” Dia tidak menjawab. Menggeleng. “tentu tidak…” “Lalu kenapa langsung akrab denganku? Apakah kamu anggap aku ini pasien yang nanti akan jadi bahan percobaanmu?” “Jangan prasangka…” “Jawab pertanyaanku, kenapa dengan mudahnya kau percaya padaku, padahal kamu tahu ‘kan, ada gen orang gila di tubuhku…” “Aku tidak tahu jawabannya.” “Di dunia ini banyak orang jahat, kamu tidak takut?” “Aku hanya bias merasakan, kamu orang baik, Dewa,” katanya kemudian. “ooh.. jawaban itu sudah cukup, terima kasih untuk ketulusanmu,” ujarku. (Ibuku Tidak Gila hal 29) Data 4 Dia diam saja. Entah mengapa aku ingin menyembunyikan rahasia ini pada Bila. Padahal kami dekat, kami sudah pacaran sejak semester satu. Aku ragu, aku tak ingin dia tahu. Beda dengan Arra, gadis itu sangat tulus, sehingga tak ada sesuatu pun yang ingin aku tutupi darinya. Nabila, selalu memikirkan secara logika. (Ibuku Tidak Gila hal 54). Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Melihat sifatnya

yang keras dan rasional, membuat aku ragu untuk berterus terang

kepadanya”. Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Biarpun

tak mengenalku, dia bersikap baik, tanpa terlihat ada prasangka. Semua

bicara terlihat tulus. Tidak curiga atau merasa terancam. Hanya orang

tertentu yang begitu”. Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat

Page 69: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

60

““Di dunia ini banyak orang jahat, kamu tidak takut?” “Aku hanya bias

merasakan, kamu orang baik, Dewa,” katanya kemudian”. Pada data 4

dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Entah mengapa aku ingin

menyembunyikan rahasia ini pada Bila. Padahal kami dekat, kami sudah

pacaran sejak semester satu. Aku ragu, aku tak ingin dia tahu”.

Data 1,2,3, dan 4 menggambarkan kepercayaan terhadap seseorang

itu bukan saja dilihat dari berapa lama kita kenal tetapi dillihat juga dari

sikap kepribadiannya. Dewa masih ragu terhadap Bila padahal Bila adalah

gadis yang sudah dia kenal 2 tahun yang lalu. Tetapi Dewa masih kurang

percaya terhadap Bila di sebabkan sikapnya yang keras dan rasional.

Beda halnya dengan Arra, Arra adalah gadis yang dia kenal di rumah

sakit jiwa berapa hari yang lalu tetapi Dewa begitu percaya terhadapnya.

Kepercayaan seseorang juga diliat dari kepribadian seseorang

bukan hanya dilihat dari luar karena kepercayaan terhadap seseorang

hanya di berikan sekali. Kepercayaan adalah bagian dari amanah, apabila

orang telah memberikan kepercayaan terhadap kita dan di kemudian hari

kita mengecewakan kepercayaannya maka kepercayaan itu akan hilang.

Sampai kapan pun orang tersebut tidak akan mempecayai lagi. Dengan itu

jagalah kepercayaan yang telah orang berikan kerena kepercayaan hanya

datang sekali.

d. Kesetiaan

kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau

berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta

dan menjaga janji bersama.

Page 70: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

61

Kesetiaan berarti perjuangan, anugerah, pengorbanan, dan

kesabaran.

Data 1 Tidak ada yang menyangka, kalau perempuan secantik Bila, biasa berbicara panjang lebar mengenai karya seni. Bahkan saat dia berbicara, siapapun akan menatapnya tanpa berkedip, yang kadang kala membuatku cemburu. Tetapi Bila merupakan tipe perempuan setia. Selama menjadi pacarku, tidak pernah sedikit pun dia berpaling, meskipun banyak yang menaksir dirinya. Ketika kami sekelas ada seseorang yang sempat mendekati Bila, dan membuatku bersitegag dengannya. Tetapi bila bersikap tenang, dan menenangkan aku. (Ibuku Tidak Gila hal 116)

Pada data 1 dapat dilihat dipenggalang pada kalimat “tidak pernah

sedikit pun dia berpaling, meskipun banyak yang menaksir dirinya”.

Data tersebut menggambarka seorang gadis yang tetap setia

dengan kekasihnya walau pun banya pemuda yang mendekatinya.

Kesetian seoarng perempuan dilihat dari kelakuannya. Sifat perempuan

setia yaitu menghargai pasangannya, jujur, dan penyayang. Kesetian bukan

hanya didalam kehidupan percintaan tetapi dalam agama juga, kesetian

terhadap Allah, tidak menduakan Allah. Kehidupan sekarang bnyak

manusia yang memiliki agama tetapi masih percaya yang namax

sembahan-sembahan, itu menandakan menduakan Allah. Tidak setia

terhadap ajaran agama.

e. Pengendalian Diri

Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan

norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan

sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur

Page 71: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

62

warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia

yang ada di masyarakat tersebut.

Data 1 Ibu berdiri dan berjalan kearah Arra. Tanpa bisa dicegah, Ibu memeluk Arra,. Arra pucat ketakutan. Tetapi berusaha tenang. Begitu memeluk Arra, Ibu tanpak tersenyum senam. Seperti mengingat sesuatu dan membuat gembira. Di belainnya rambut Arra. Arra diam saja. Lalu, diciuminya Arra, Arra tetap menyerah saja. Kalau bukan Arra, pasti dia sudah berteriak histeris. (Ibuku Tidak Gila hal 31) Data 2 Ah jadi, abaikan saja cerita perempuan warung itu, tentang ibu, rumah berhantu, dan penghianatan Ayah. Aku lebih mempercayai Ayah dan Yuk Sum, mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi pada Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 77) Data 3 “Ibuuuu….!!!” Jerit dalam hati Lalu perawat membawanya masuk. Sia-sia sudah semuanya. Kupikir setelah beberapa kali pertemuan, Ibu sudah mengenaliku. Ternyata semua sia-sia. Terkadang tak sanggup menerima kenyataan semacam ini, alangkah menyedihkan, memiliki Ibu tetapi dia salah satu pasien rumah sakit jiwa. Tetapi dia Ibuku, yang selama ini mengandungku. Aku hanya Ibuku mengenaliku, tahu bahwa aku putra satu-satunya. (Ibuku Tidak Gila hal 81) Data 4 Aku ingin lepas dan bebas, bebas dari semuanya ini, tetapi masalh ini seperti mengikatku, dan membuat aku tak berkutik. Apa sebetulnya dibalik semua ini, kenapa Tuhan tak mengizinkan Ibu mengenalku, padahal aku anaknya. (Ibuku Tidak Gila hal 85) Data 5 Mengikatku pada perempuan-perempuan yang mencintai dan menyayangiku. Dan sekarang, ada Ibu, perempuan yang asing yang tak mengenalku, tetapi sebetulnya dialah yang mengenalku pada kehidupan. Beliulah yang mengandungku selama Sembilan bulan, menyusuiku, mengasuhku. Biar pun ibu tidak mengingatku, aku akan berusaha agar Ibu bias kembali mengenalku. (Ibuku Tidak Gila hal 89)

Page 72: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

63

Data 6 “Baiklah, Ma, Dewa ngerti…” Dan aku pun tak pernah berusaha membicarakannya lagi. Kami masih terus makan. Biarpun tidak ada nafsu makan, aku paksakan diri untuk makan. Aku kasihan Mama. Aku tidak mau membuat Mama cemas. Dia sudah terlalu baik dan Ayah. Merawat kami dengan sepenuh hatinya. Bahkan sampai meninggalkan kariernya sebagai sekretaris, untuk menikah dengan ayah dan merawat aku yang masih kecil. (Ibuku Tidak Gila hal 97) Data 7 Ibu tiriku ini, berusaha tetap tenang dan menunggu apa yang terjadi. Untungnya aku termasuk orang yang suka menjaga persaan orang lain. Biarpun perasaanku pada Mama sudah aggak karuan, kasarnya tidak percaya lagi, aku tak membuka font secara terbuka padanya. Aku memilih menghindar, pasti aku sudah memaki-maki bahkan mungkin menikamnya. (Ibuku Tidak Gila hal 172) Data 8 Aku biarkan apa pun yang di pikirkan Ayah. Sebenarnya aku hanya menganggap pendapat Bude Nani itu sebagai masukan saja. aku lebih percaya pada Yuk Sum, yang sudah merawat Ibu selama bertahun-tahun. Aku menjaga hati dan pikiran untuk tetap jernih, dalam menghadapi masalah ini. Anak perempuan kecil dari surge itu, juga kuanggap petunjuk dari Tuhan. Aku meyakini bahwa aku akan bias mengungkapkan misteri ini. Anak kecil itu, terbukti telah membawaku pada beberapa petunjuk. (Ibuku Tidak Gila hal 182)

Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Kalau bukan

Arra, pasti dia sudah berteriak histeris”. Pada data 2 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Aku lebih mempercayai Ayah dan Yuk Sum,

mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi pada Ayah”. Pada data 3 dapat

dilihat dipenggalan pada kalimat “alangkah menyedihkan, memiliki Ibu

tetapi dia salah satu pasien rumah sakit jiwa. Tetapi dia Ibuku, yang selama

ini mengandungku. Aku hanya Ibuku mengenaliku, tahu bahwa aku putra

satu-satunya”. Pada data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku

ingin lepas dan bebas, bebas dari semuanya ini, tetapi masalh ini seperti

Page 73: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

64

mengikatku, dan membuat aku tak berkutik”. Pada data 5 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Biar pun ibu tidak mengingatku, aku akan

berusaha agar Ibu bias kembali mengenalku”. Pada data 7 dapat dilihat

dipenggalan pada kalimat “Biarpun perasaanku pada Mama sudah aggak

karuan, kasarnya tidak percaya lagi, aku tak membuka font secara terbuka

padanya. Aku memilih menghindar, pasti aku sudah memaki-maki bahkan

mungkin menikamnya”. Pada data 8 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat

“Aku menjaga hati dan pikiran untuk tetap jernih, dalam menghadapi

masalah ini. Anak perempuan kecil dari surge itu, juga kuanggap petunjuk

dari Tuhan. Aku meyakini bahwa aku akan bias mengungkapkan misteri

ini.”

Dari beberapa data diatas, Data tersebut menggambarkan tentang

sikap pengendalian diri Dewa dalam keluarganya dan masyarakat. Perlu

adanya sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh setiap individu.

Dimaksudkan agar setiap masalah yang terjadi dapat terselesaikan dengan

baik. Seperti sikap yang dilakukan Dewa terhadap permasalahan yang

menimpa Ibu kandungnya. Walaupun hatinya ingin memberonta tetapi

Dewa tetap bisa menenangkan perasaannya.

Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dapat memberikan

jalan keluar dari permasalahan tersebut. Mengendalikan diri dalam

kehidupan memang sulit, apalagi permasalahan yang di hadapi sangat sulit.

Banyak orang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri sehingga merugikan

diri sendiri. Contohnya yaitu banyak kejadian bunuh diri, bunuh diri bukan

hal yang dapat menyelesaikan masalah tetapi akan menambah masalah

dengan memunculkan masalah baru. Keputusasaan seseorang akan

Page 74: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

65

memicu segalanya. Semua terjadi karena tidak adanya sikap pengendalian

diri yang ada di dirinya yang ada hanya keputus asaan . maka itu

pengendalian diri didalam menghadapi masalah itu sangat penting karena

apa bila tidak ada pengendalian diri maka akan terjadi di diri kita sendiri

yang dapa merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

f. Penyesalan

Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup.

Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha

menjadi lebh baik lagi dan meminimalisasi dalam hidupnya. Belajar dari

kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat setelah menyesal. Rasa

menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.

Menyesal juga jangan berlarut-larut. Jangan dijadikan kesalahan

itu beban yang sulit, tapi jadikanlah tantangan serta uji kesabaran agar

diri menjadi lebih baik lagi. seorang akan berfikir, lalu melakukan

perenungan, kemudian timbullah tekat untuk menjadi lebih baik lagi.

Insya Allah, jika tekat dan usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa

mendapatkan kebaikan yang haqiqi.

Data 1 “Itu kenyataan Ra, aku sedih liat kenyataan itu, rasanya aku sudah kehilangan muka dihadapan teman-temanku, bayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tahu, bahwa Ibuku, gila, dan dirawat di RSJ,” aku berkata sedih. “Tak ada kata menyesal, tak ada kata ,menyerah,masih ada nyawa di raga Ibumu, pasti masih ada harapan untuk sembuh dan kembali kepadamu,” ujar Arra. (Ibuku Tidak Gila hal 28)

Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Itu kenyataan

Ra, aku sedih liat kenyataan itu, rasanya aku sudah kehilangan muka

Page 75: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

66

dihadapan teman-temanku, bayangkan apa yang akan terjadi kalau

mereka tahu, bahwa Ibuku, gila, dan dirawat di RSJ,” aku berkata sedih”.

Data ini menggambarkan keputusasaan seorang Dewa terhadap

kondisi ibunya, Dewa merasa malu terhadap teman-temannya kalau

ibunya dirawat di rumah sakit jiwa.

Rumah sakit jiwa adalah tempat dimana orang-orang yang

mengalami gangguan jiwa di rawat. Perawat dan dokter memang harus

memiliki jiwa mental kuat dan cerdas. Karena pasien yang mereka rawat

bukan orang normal seperti rumah sakit umum lainnya, di rumah sakit

jiwa terdapat berbagai karakter yang berbeda yang harus dihadapi setiap

harinya.

Data 2 Sekarng aku merasakan bahwa sebenarnya aku mencintainya. Aku sadar bahwa cinta begitu terasa, setelah orang kita cintai pergi. Semua kesalahan dimasa lalu baru terungkap kembali oleh memori. Coba kalau aku tidak cerita tentang ibu. Coba kalau dia tak tahu kondisi yang sebenarnya pada Ibu, pasti situasinyya menjadi lain. (Ibuku Tidak Gila hal 117)

Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Coba kalau aku

tidak cerita tentang ibu. Coba kalau dia tak tahu kondisi yang sebenarnya

pada Ibu, pasti situasinyya menjadi lain”.

Data ini menggambarkan penyesalan telah mengunggkapkan

sebuah kejujuran tentang kondisi ibu kandungnya. Dewa merasa menyesal

telah berkata jujur terhadap kekasihhnya tentang kondisi Ibu kandungnya,

ternyata kejujuran Dewa membuat orang yang dia cintai menjauh darinya.

Menyesal atas kata-kata yang di ucapkan yang membuat kehilangan

seseorang yang di sayanginya selama ini. Tetapi penyesalan didalam hidup

Page 76: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

67

jangan sampai membuat pekerjaan berantakan karena banyak kejadian

kalau penyesalan banyak membuat seseorang semakin tidak bersemangat,

dan selalu merenung. Penyesalan jangan sampai berlarut-larut karena hal

seperti itu juga tidak baik.

Data 3 “Sebetulnya saya tak mampu mengatakan ini, tetapi harus diakui, paling kesal kalau masalah obat. Kalau orang sakit fisik, minum obat tinggal bilng, ambilkan air, diminum selesai. Tetapi Ibu, obat yang saya berikan kadang dibuang sampai marah-marah. Sering kali diterima tetapi hanya dimasukkan kedalam sakunya, lalu pergi. “jadi minum tak teratur ya?” tanyaku lagi “Maafkan saya, Nak Dewa, saya sudah berusaha.” “Anggak apa-apa, sudah terjadi kan, memang berat ya mengurus orang sakit jiwa,” Aku menenangkan Yuk Sum yang terlihat sedih dan menyesal. (Ibuku Tidak Gila hal 263)

Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Maafkan saya,

Nak Dewa, saya sudah berusaha.”

Data ini menggambarkan sikap menyesal Yuk Sum saat merawat ibu

kandung Dewa. Yuk Sum merasa menyesal karena tidak bisa mengatur

obat yang harus di minum Ibu Dewa selama di rawat di rumah. Obat yang

harus di minum betul-betul harus teratur karena obat yang disiapkan Yuk

Sum memang untuk menenangkan orang yang kelainan jiwa dan juga

mengobati. Merawat orang yang memiliki kelainan jiwa memang harus

memiliki hati yang sabar. Menyesali semua yang pernah dilakukan yang

tidak membuahkan hasil itu tidak baik, hal yang sudah di lakukan biarkan

saja menjadi pelajaran hidup.

Data 4 “Seandainya saja saya tidak meninggalkan mereka berdua dengan bunga kertas itu, tentu semua ini tak akan terjadi. Aku tak bias memaafkan diriku sendiri untuk semua kejadian ini.” (Ibuku Tidak Gila hal 289)

Page 77: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

68

Pada data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Seandainya

saja saya tidak meninggalkan mereka berdua dengan bunga kertas itu,

tentu semua ini tak akan terjadi”.

Data tersebut menggambarkan penyesalan seorang ibu yang telah

meninggalkan kedua anaknya dengan tumpukan bunga dan kawat yang

berbahaya. Disitulah Rina menyalahkan dirinya sendiri. Menyesali semua

yang telah terjadi, penyesalan memang datng dibelakangan karena

penyesalan memang selalu ada pada saat semua telah terjadi . menyesali

semua yang telah terjadi bukan hal yang dapat menyelesaikan masalah.

Dalam menyelesaikan masalah harus berfikir secara rasional.

Data 6 Aku dijatuhi batu besar yang kemudian membenamkanku sampai hancur. Jadi itulah sebabnya kenapa mereka menyumbunyikan semuanya. Akulah pemicu dari kegilaan Ibu. Akulah si pembunuh. Aku telah membunuh adikku sendiri. (Ibuku Tidak Gila hal 302) Data 7 “Aku juga membuat Ibuku sendiri gila.” “Jangan menyalakan dirimu, waktu itu kan masih kanak-kanak.” “Lalu siapa anak kecil yang dimimpiku itu?” Dia menggeleng. “Apakah dia adikku yang sudah beraada di surga, apakah dia keluar disurga untuk memberikan aku isyarat-isyarat?” Dia menggeleng lagi. “Aku tahu itu adikku.” “Anak kecil yang meninggal, semua masuk surge, karena belum berdosa.” “Ustaz, apa yang harus kulakukan?” “Jangan mennyalahkan dirimu, untuk sesuatu yang tidak sengaja kau lakukan, lanjutkan saja hidupmu, kamu masih muda.” (Ibuku Tidak Gila hal 305)

Pada data 6 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ” Akulah pemicu

dari kegilaan Ibu. Akulah si pembunuh. Aku telah membunuh adikku

Page 78: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

69

sendiri”. Pada data 7 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Aku juga

membuat Ibuku sendiri gila.”.

Data 6 dan 7 menggambarkan sifat menyesal Dewa terhadap

kejadian yang telah terjadi. Dewa merasa dirinya yang menyebabkan

semua yang terjadi di kehidupan keluarganya, dewa menyalahkan dirinya

sendiri dan selalu ingin mengulang kembali waktu. Menyalahkan diri sendiri

tidak akan menyelesaikan masalah. Semua yang telah terjadi sudah di atur

oleh sang maha kuasa. Kita semua hanya bisa menjalaninya. Sifat

menyesal tidak akan menyelesaikan semuanya. Sedangkan waktu tidak

bisa di putar kembali, semua manusia memiliki kesalahan, sama halnya

dengan kesalahan yang telah di perbuat Dewa. Semua yang terjadi tanpa

ketidak sengajaan. Penyesalan jangan sampai berlarut-larut.

2. Moral Tidak Baik

Moral buruk merupakan segala sikap atau tingkah laku tercela yang

dapat merusak iman seseorang serta menjatuhkan martabat manusia.

Adapun moral buruk dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu bohong, fitnah,

dendam.

a. Bohong

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada

orang lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang

itu dikatakan orang yang munafik.

Data 1 “Dari man?” bila mengulangi pertanyaannya. “Dari bank,” kataku bohong. “sabtu kan tutup,” katanya.

Page 79: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

70

“Ups….” “Maksudku ke ATM,” ralatku. “Lama sekali…,” ujar masih kesal. “Kan mesti ngantri,” kataku, ;lalu duduk teras depan kamar kost. (Ibuku Tidak Gila hal 20) Data 2 “kadang-kadang Ayah berimprovisasi,” jawabku kesal. Sialan, anak ini sudah hafal semua kebiasaanku. Biasanya aku ke ATM memang tanggal-tanggal muda. Maklum Ayah kan pegawai negeri. Biarpun punya jabatan, Ayah tidak punya Sembilan lain. Aku belum siap bercerita tetang Ibu pada Bila.masih ada sisi lain dankehidupan dan sifat Bila yang belum aku pahami, makanya aku kadang membohonginya. (Ibuku Tidak Gila hal 22) Data 3 “Dewa, ada apa?” Rupanya Bila mendengarkan aku bergumang. Dia mendekatiku, dan mengajakku bicara. “oh, anggak papa,” jawabku terkejut. Lalu aku mencoba memiringkan layar laptopku ke kanan, agar Bila tidak tahu apa yang sedang aku lihat. “Ada apa?” tanyanya lagi. “Enggak, nggak ada apa-apa,”jawabku. “Bohong, apa yang kamu sembunyikan di laptopmu?” Tanya Bila lagi. “Nggak ada,” kataku. “Aku melihat ada gambar anak-anak,” katanya. “oh, itu hanya gambar hasil browser, lalu aku paku untuk wallpaper-ku..” (Ibuku Tidak Gila hal 53) Data 4 “Ada apa dengan tanganmu?” Tanya Bila. “Entah, seperti tertusuk sesuatu, mungkin pas aku mencari sesuatu dilaci dan ada yang menusukku,” ujarku berbohong. “Laci mana?” Tanya Bila menoleh ke lemari. “Oh, kukira kau benar, Bila, tidak ada laci di sini, mungkin pas di warung makan tadi,” kataku tanbah berbohong. (Ibuku tidak Gila hal 69)

Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Dari bank,”

kataku bohong”. Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku

belum siap bercerita tetang Ibu pada Bila.masih ada sisi lain dankehidupan

dan sifat Bila yang belum aku pahami, makanya aku kadang

Page 80: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

71

membohonginya”. Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““oh,

itu hanya gambar hasil browser, lalu aku paku untuk wallpaper-ku”. Pada

data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Entah, seperti tertusuk

sesuatu, mungkin pas aku mencari sesuatu dilaci dan ada yang

menusukku,” ujarku berbohong”.

Data 1,2,3,dan 4 menggambarkan tentang Dewa yang selalu saja

berbohong terhadap Bila, Dewa takut kalau dirinya akan ditinggalkan oleh

Bila kalau dia jujur tentang kondisi Ibu kandungnya. Itulah alasan Dewa

selalu membohongi Bila saat dari menjenguk Ibu kandungnya di rumah

sakit jiwa. Menutupi kebohongan yang ini di sembunyikan membuat Bila

bertanya-tanya, dari tingkah laku seseorang dapat di perhatikan, apakah

dia berkata bohong atau jujur.

Orang yang berbohong selalu melakukan tingkah laku yang aneh

seperti mimik yang grogi, tidak mau bertatap mata. Ekspresi Mata tidak bisa

berbohong dan sepintar-pintarnya kebohongan di sembunyikan pasti akan

ketahuannya juga, seperti pribahasa berikut “sepintar-pintarnya kita

menyembunyikan yang namanya durian matang pasti baunya akan tercium

juga”.

b. Fitnah

Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran

yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang (spt menodai nama baik,

merugikan kehormatan orang): -- adalah perbuatan yg tidak terpuji;

Page 81: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

72

mem·fit·nah yaitu menjelekkan nama orang (menodai nama baik,

merugikan kehormatan, dsb).

Data 1 “Pasti perempuan itu copetnya, atau seeorang di dekatmu yang bersekongkol dengannya,” aku berteori. (Ibuku Tidak Gila hal 71)

Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ” “Pasti

perempuan itu copetnya, atau seeorang di dekatmu yang bersekongkol

dengannya”.

Data diatas menggambarkan seseorang yang langsung saja

menuduh seseorang tanpa melihat bukti. Jangan berprasangka buruk

terhadap sesama umat manusia karena memfitnah sesorang tanpa ada

bukti merupakan perbuatan dosa.

Data 2 “Lihat-lihat rumah, Mas, ditawarin berapa?” Tanya perempuan gemuk pemilik warung itu. “Selama ini ditawarin berapa, Bu?” jawabku malas. “Ditawarin, murah juga nggak ada yang mau, ada hantunya,” kata perempuan itu. “Hantu?” tanyaku. “Iyaa… dulu istri pemilik gila, apa lagi yang bikin gila kalau bukan hantu jin,” jelas perempuan itu. “kata orang kampung , suaminya kawin lagi, terus dia gila, orang sini, mana ada yang mau membelirumah itu, biar pun dijual dengan harga murah.” (Ibuku Tidak Gila hal 76)

Pada data 2 dapat dilihat dipengalang pada kalimat ““Iyaa… dulu istri

pemilik gila, apa lagi yang bikin gila kalau bukan hantu jin,” jelas perempuan

itu. “kata orang kampung , suaminya kawin lagi, terus dia gila, orang sini,

mana ada yang mau membelirumah itu, biar pun dijual dengan harga

murah”.

Page 82: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

73

Data diatas menggambarkan seseorang yang hanya melihat dari luar

permasalahan, ibu tersebut hanya bercerita tentang apa yang mereka

dengar dari tetangga tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Cerita

yang tidak benar pun terjadi terutama cerita tetang Jin dan perselingkuhan.

Hal ini banyak terjadi di kehidupan sekarang, banyak orang selalu

memfitnah seseorang tanpa tanpa melihat hal yang sebenarnya. Contoh

kecil ibu yang ada di sekitar lingkungan kita, banyak ibu-ibu memfitnah

tetangganya. Selalu bercerita tanpa ada bukti.

Data 3 “Maaf sebelumnya , Wa. Menurutku, semua masalah ini berkaitan dengan Mama. Ibu tahu kalau Ayah menjalin hubungan dekat dengan sekretarisnya, yaitu Mama. Pasti saat itu, saat yang amat menekan perasaannya, apalagi dia sedang mengandung anak perempuannya, dan kemudian kehilangan dia. Karena itulah Ibu sangat terikat dengan adikmu itu, dia muncul didunia saat hidupnya sedang tertekan dan penuh penderitaan batin. Sebetulnya pasti Ibu ingat kalau punya anak laki-laki, tetapi karena kamu lahir pada masa-masa penuh kebahagian, jadi tidak ada kesan istimewa terhadapmu.” (Ibuku Tidak Gila hal 130) Data 4 Ayah benar-benar bungkam. Pikiranku semakin liar. Atau mungkin kegilaan Ibu ini karena Ayah berselingkuh dengan Mama? Ibu tidak tahan dengan apa dilakukan Ayah sehingga stress berkepanjangan. Kalau memang demikian, ayalah yang harus dipersalahkan untuk semua kondisi ibu. Mungkin itu yang menjadi penyebab karena Ayah tidak mau menengok Ibu. Karena rasa bersalah Ayah terlalu besar. (Ibuku Tidak Gila hal 132). Data 5 “Semenjak Ayah menikah lagi, dan Ibu menjadi gila, pasti keluarga Ibu marah, dan menganggap Ayah berhianat…..” (Ibuku Tidak Gila hal 145) Data 6 “Kalau perempuan sundel itu tidak mmerebut Ayahmu, kejadiannya pasti tak akan seperti ini,” katanya lagi. Aku kanget. Dan berpandangan dengan Arra yang sejak tadi hanya diam saja. “Maksudnya?” “Ya Ibu tirimu itu…”

Page 83: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

74

“Mama Gina?” “iya siapa lagi…” “Apakah menurut Bude, Ibu seperti sekarang, karena Mama Gina?” tanyaku. “Apalagi, tak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang perempuan selain perselingkuhan,” gerutu Bude bercucuran air mata. (Ibuku Tidak Gila hal 155) Data 7 Aku segera masuk ke kamar dan mencoba menghindari Mama. Hatiku tidak karuan, dan aku terus kepikiran kalau mama adalah salah satu sumber yang membuat aku harus kehilangan Ibuku. Jadi buat apa dia merayuku lagi. Aku tak tahu apa yang sebenarnya di pikiran perempuan ini. Dia begitu bagus memerankan sebagai my step mom, tetapi dia sebetulnya tak lebih busuk dari sampah. (Ibuku Tidak Gila hal 161) Data 8 “Peernah Ibu bercerita tentang perempuan itu?” ulangku. “Pernah, hanya di telpon,” katanya pendek. “Apa yang dikatakan Ibu?” “Dia cemburu pada seorang perempuan yang dekat dengan Gandi…” “Siapa perempuan itu?” “Pastilah Mamamu,” “Oh… Bude betul, siapa lagi kalau bukan Mama Gina?1” (Ibuku Tidak Gila hal 214) Data 9 Aku memandangi wajah cantik yang mulai menua itu. Sesederhana itu dia menimpali nilai burukku. Apaka mereka tidak punya hati, di piker semua nilai buruk ini karena aku tak mampu. Semua ini karena perselingkuhan dengan Ayah, yang membuat Ibuku kehilngan pegangan. Dan sekarang setelah berhasil merebut hati Ayah, sudah bahagia bersama Ayah, seakan menutup mata pada kekecewaan yang menimpaku, karena keadaan Ibu. (Ibuku Tidak Gila hal 238).

Pada data 3 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Ibu tahu kalau

Ayah menjalin hubungan dekat dengan sekretarisnya, yaitu Mama”. Pada

data 4 dapat dilihat dari penggalan pada kalimat “Atau mungkin kegilaan

Ibu ini karena Ayah berselingkuh dengan Mama? Ibu tidak tahan dengan

apa dilakukan Ayah sehingga stress berkepanjangan”. Pada data 5 dapat

dilihat dipenggalan pada kalimat ““Semenjak Ayah menikah lagi, dan Ibu

Page 84: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

75

menjadi gila, pasti keluarga Ibu marah, dan menganggap Ayah berhianat”.

Pada data 6 dapat di lihat dipenggalan pada kalimat “Apalagi, tak ada yang

lebih menyakitkan bagi seorang perempuan selain perselingkuhan,” gerutu

Bude bercucuran air mata”. Pada data 7 dapat dilihat dari penggalan pada

kalimat “mama adalah salah satu sumber yang membuat aku harus

kehilangan Ibuku”. Pada data 8 dapat dilihat dari penggalan pada kalimat

““Dia cemburu pada seorang perempuan yang dekat dengan Gandi…”

“Siapa perempuan itu?” “Pastilah Mamamu,”. Pada data 9 dapat dilihat dari

penggalan pada kalimat “Dan sekarang setelah berhasil merebut hati Ayah,

sudah bahagia bersama Ayah, seakan menutup mata pada kekecewaan

yang menimpaku, karena keadaan Ibu”.

Data 3,4,5,6,7,8, dan 9 menggambarkan bahwa penyebab kegilaan

Ibu Dewa semua kesalahan mengarah kepada Gina yang sekarang

sebagai Ibu tiri Dewa. Gina yang dulunya bekerja dikantor Ayah sebagai

sekretaris. Dengan status janda dan menikah dengan Ayah Dewa , Gina

semakin disudutkan dengan tuduhan perebut suami orang dan juga

penyebab kegilaan ibu Dewa. Semua orang telah menganggap Gina

penyebab dari semua kejadian yang telah terjadi.

Di dalam rumah tangga terdapat berbagai cobaan, salah satu

cobaan yang biasa terjadi di dalam rumah tangga adalah hadirnya orang

ketiga, kedekatan seseorang belum tentu jadi selingkuhan seperti

kedekatan Gandi dengan Gina hanya sebatas rekan kerja. Gina adalah

sekretaris Gandi, tugas sekretaris adalah mengurus semua berkas yang

bersangkutan dengan pimpinan, kedekatan Gina dan Gandi hanya sekedar

rekan kerja tetapi kedekatan itu memunculkan fitnah diantara mereka.

Page 85: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

76

Dengan kedekatan itu tuduhan perselingkuhan pun antara Gandi dan Gina.

Orang-orang semakin menyudutkan Gina pada saat Gina dan Gandi

melangsungkan pernikahan, padahal cerita yang sebenarnya tidak seperti

itu, pernikahan mereka terlaksanakan karena rasa kasihan Gandi terhadap

Dewa.

c. Dendam

Dendam adalah sifat marah yang tidak terlampiaskan atau

tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu berkeinginan untuk

membalas perbuatan orang lain tersebut. Sifat pendendam sangat dibenci

oleh Allah. Dendam juga bisa diartikan Dendam berarti berkeinginan keras

untuk membalas kesalahan atau kejahatan. Orang yang berkeinginan

untuk membalas kesalahan atau kejahatan orang lain terhadap dirinya

disebut pendendam. Dendam merupakan sifat yang berbahaya dan

merugikan diri sendiri, keluarga maupun orang lain (Alvina, 2012).

Data 1 Sekarang pelukan itu melemah. Dan ibu berganti menatap dengan tajam. Aku menggeser dudukku. Dia kemudian beralih mengejarku dengan geram. Saat ibu bergerak kearahku, perwat itu menangkapnya. Lalu membekapnya, dan membawanya masuk kamar. Dalam seretan itu, Ibu tak berhenti memandangku dengan sorot mata amarah. (Ibuku Tidak Gila hal 32). Data 2 Tetapi kemudian diletakkannya sepasang sepatu itu diatas meja. Dan mengejarku dengan berani. Dia memukuli aku dan terus marah-marah meraung-raung tidak karuan. Aku meringkuk, dan berdiam

Page 86: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

77

ditempat. Menutupi kepalaku dengan dua tanganku. Ibu terus memukuli aku dengan liar. dan dua perawat itu segera menariknya dariku. Dia mundur dan memungut dua sepatu kecil itu lagi. (Ibuku TIdak Gila hal 108) Data 3 “Aku sangat membenci Dewa, karena Dewa telah membunuh Dewi, Dewi putriku yang sangat cantik seperti boneka” (Ibuku tidak Gila hal 279). Data 4 Setelah pemakaman usai, Ibu tak pernah berani bertemu Dewa. Setiap bertemu DEwa, hatinya terbakar dan ingin memalingkan diri darinya. Anak itu telah menghilangkan nyawa adiknya, anak perempuan kesayangannya. (Ibuku Tidak Gila hal 287). Data 5 “Ya, aku berusaha berfikir seperti itu, untuk menyenangkanku, tetapi tak sanggup untuk membunuh rasa kesedihan yang ada di dalam hatiku, aku benar-benar kehilngan, sedih, dan tak tahu harus bagaimana,” kata Ibu. “Lalu kenapa Ibu menyerangnya?” “Waktu itu hanya berfikir, kematian harus dib alas kematian”. (Ibuku Tidak Gila hal 288). Data 6 “Ibu membenciku?” “Ya, setelah kematian Dewinta, Ibu berubah sikapnya terhadapmu. Bila melihatmu, dia seperti menjadi monster yang menakutkan. Kayaknya tinggal menelanmu saja, mungkin karena persaan terlalu kehilangan. (Ibuku Tidak Gila hal 300). Data 7 “Ibu siuman dari pingsannya. Kamu sedang berceloteh sambil bemain dengan mobil-mobilmu. Tiba-tiba Ibu mendatangimu dan mendorongmu kuat-kuat. Semua diruangan itu kaget. Ayah langsung ke arahmu, mengangkat tubuhmu yang tergeletak dilantai. Lalu secepatnya Ayah keluar kamar bersamamu. Pak Roso dan Yuk Sum, menghalangi Ibumu ketika terus berusaha mengejarmu. Sejak saat itu, Ibu selalu menyerangmu dan menyakitimu. (Ibuku Tidak Gila hal301-302).

Pada data 1 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Dalam seretan

itu, Ibu tak berhenti memandangku dengan sorot mata amarah”. Data 2

dapat dilihat dari penggalan pada kalimat “Dia memukuli aku dan terus

marah-marah meraung-raung tidak karuan. Aku meringkuk, dan berdiam

Page 87: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

78

ditempat. Menutupi kepalaku dengan dua tanganku. Ibu terus memukuli aku

dengan liar”. pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Aku

sangat membenci Dewa, karena Dewa telah membunuh Dewi”. Pada data

4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Setiap bertemu DEwa, hatinya

terbakar dan ingin memalingkan diri darinya”. Pada data 5 dapat dilihat dari

penggalan pada kalimat “Waktu itu hanya berfikir, kematian harus dib alas

kematian”. Pada data 6 dapat di lihat dari penggalan pada kalimat “dia

seperti menjadi monster yang menakutkan. Kayaknya tinggal menelanmu

saja, mungkin karena persaan terlalu kehilangan”. Pada data 7 dapat dilihat

dari penggalan pada kalimat “Tiba-tiba Ibu mendatangimu dan

mendorongmu kuat-kuat”.

Data 1,2,3,4,5,6, dan 7 menggambarkan seorang ibu yang dendam

terhadap anak kandungnya sendiri. Dendam terhadap Dewa selalu timbul

setiap melihat muka Dewa. Dewa dianggap telah membunuh putri

kesyangannya. Dari kejadian itu, ibu Dewa selalu menyalahkan Dewa dan

menaruh dendam terhadap Dewa. Ibu Rina tidak menerima putri

kesayangannya di bunuh dan dia berfikir kalau nyawa harus dibalas dengan

nyawa. Rasa sakit hati dan kesal yang terpendam sehingga dendam itu

masih tersimpan didalam hati sampai bertahun-tahun. Dendanya terhadap

anaknya sendiri. Dendam itu muncul pada saat Dewa membunuh adiknya

sendiri.

Membunuh adalah menghilangkan nyawa seseorang, melakukan

pembunuhan baik yang tidak disengaja atau pun yang disengaja selalu

mendapatkan hukuman di mata hukum. Dendam tidak akan

menyelesaikan masalah, malah masalah akan selalu datang apa bila kita

Page 88: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

79

menaruh dendam, sifat dendam adalah sifat yang di miliki setan dengan itu

perasaan dendam tidak usah di tanamkan didiri kita karena sifat dendam

akan menimbulkan masalah baru. Semua kejadian harus kita petik

hikmanya saja dan harus ada rasa ikhlas agar perasaan dendam itu tidak

muncul didiri kita. semua kejadian sudah di atur oleh Allah. Umatnya hanya

bisa menjalankan.

Data 8 Rina disidang. Kemudian dihukum, tidak boleh keluar dari kamar mandi sampai beberapa jam. Entah mengapa ada semacam dendam Rina terhadap kakanya Sri. Bukan hanya karena telah mengadukan semua kesenangannya kepada bapak dan ibu, tetapi mereka memang tak saling cocok. (Ibuku Tidak Gila hal 192-193). Data 9 Rasanya tidak tahan berada di rumah Eyang Kakung, yang penuh dengan misteri dan hawa kurang enak. Suami istri yang sudah tua yang sudah pikun, dan merepotkan itu, mungkin sedang harus menerima karma-nya. Hanya bisa duduk dan memandangi sekitar, tanpa bisa apa-apa. Bahkan bicara pun sudah tidak mampu. (Ibuku Tidak Gila hal 214) . Data 10 Ibu menoleh padaku. Matanya tajam kearahku. Aku mundur ketakutan. Dua perawat yang menemani segera bersiaga. Tetapi kemudian dia menoleh kearah lain lagi. Aku melihat ada amarah. Mungkin karena mendengar nama-nama itu. Aku membuka tasku , dan mengeluarkan foto tiga bersaudara itu. Aku berdiri kearah Ibu memandang, dan menunjukkan foto itu kepadanya. Sekilas dia melihat, lalu menoleh kearah yang lain. Aku mengikutinya. Dan dia terus berpaling dari foto itu. “Ibu ingat mereka?” tanyaku. “Ini foto tiga serangkai, putri Eyang Harlan…” Dia tak bergeming. Lalu aku letakkan foto itu di atas meja. Tiba-tiba Ibu mengarahkan pandangannya ke meja. Lalu tanpa terduga, dia menuding salah satu gadis di foto itu dengan marah. Telunjuknya diacukan ke foto Bude Sri. “jahat…jahat…jahat…” (Ibuku Tidak Gila hal 223-224).

Page 89: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

80

Pada data 8 dapat dilihat penggalan pada kalimat “Entah mengapa

ada semacam dendam Rina terhadap kakaknya Sri”. Pada data 9 dapat di

lihat penggalan pada kalimat “Suami istri yang sudah tua yang sudah pikun,

dan merepotkan itu, mungkin sedang harus menerima karma-nya. Hanya

bisa duduk dan memandangi sekitar, tanpa bisa apa-apa. Bahkan bicara

pun sudah tidak mampu.”. pada data 10 dapat dilihat penggalan pada

kalimat “Ibu mengarahkan pandangannya ke meja. Lalu tanpa terduga, dia

menuding salah satu gadis di foto itu dengan marah. Telunjuknya diacukan

ke foto Bude Sri. “jahat…jahat…jahat…”.

Data 8,9, dan 10 menggambarkan Rina juga menaruh dendam

terhadap Sri, Sri adalah kaka kandung Rina. Rina sangat membenci Sri

karena Sri adalah gadis yang membuatnya di pukuli oleh Ayahnya. Dendam

terhadap Sri masih tersimpan di hatinya walaupun sudah berpuluh-puluh

tahun tidak bertemu. Dengan melihat foto Sri saja, Rina mencaci maki foto

tersebut dengan jari telunjuk mengarah kepada foto Sri.

Kebencian seseorang bisa menimbulkan perasaan dendam. Jangan

berlarut-larut dalam sifat seperti itu karena bisa menjerumuskan kejalan

sesat seperti melakukan apa saja agar perasaan dendamnya itu terbalas.

Kejadian seperti ini banyak terjadi, sehingga banyak terjadi pembunuhkan

di sebabkan sifat dendam.

B. Pembahasan

Sastra merupakan bagian dari karya seni. Keduanya merupakan

unsur integral dari kebudayaan, dan usianya sudah sangat tua. Kehadiran

kedua unsur tersebut hampir bersamaan dengan kehadiran manusia di

muka bumi ini, karena karya sastra diciptakan dan dinikmati oleh manusia.

Page 90: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

81

Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia dari segi

aspek penciptaannya yang mengekspresikan pengalaman batinnya ke

dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra seperti novel Ibuku tidak

Gila Karya Anggie D Widowati terkandung nilai moral.

Hasbullah (2005:194). menyatakan bahwa, moral merupakan

kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik

buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus

dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam

masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,

masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.

Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian

dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari

manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai

adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan

manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan

kita sehari-hari. Dalam menganalisis novel tersebut peneliti menggunakan

teori hermeneutik. Hermenetik menurut pandangan kritik sastra ialah

sebuah metode untuk memahami teks yang diuraikan dan diperuntukkan

bagi penelaah teks karya sastra. Hermenetik cocok untuk membaca karya

sastra karena dalam kajian sastra apa pun bentuknya berkaitan dengan

suatu aktivitas yakni interpretasi (penafsiran), kegiatan aspresiasi sastra

dan kritik sastra , pada awal dan akhir nya.bersangkutpaut dengan karya

sastra yang harus diinterpretasi dan dimaknai. Semua kegiatan kajian

Page 91: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

82

sastra-terutama dalam prosesnya pasti melibatkan peranan konsep

hermeneutic. Oleh karena itu, hermeunetik menjadi hal yang prinsip dan

tidak mungkin diabaikan. Atas dasar itulah hermeneutic perlu

diperbincangkan secara konprehensif guna memperoleh pemahaman yang

memadai.

Kajian sastra, apapun bentuknya, berkaitan dengan suatu aktivitas

yakni interpretasi (penafsiran). Kegiatan aspresiasi sastra dan kritik sastra,

pada awal dan akhirnya, bersangkutpaut dengan karya sastra yang harus

diinterpretasi dan dimaknai. Semua kegiatan kajian sastra terutama dalam

prosesnya pasti melibatkan peranankonsep hermeneutic. Oleh karena itu,

hermeneutik menjadi hal yang prinsip dan tidak mungkin diabaikan. Atas

dasar itulah hermeneutik perlu diperbincangkan secara konprehensif guna

memperoleh pemahaman yang memadai.

Berdasarkan hasil analisis pada novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie

D Widowati ditemukan penggambaran nilai moral seperti moral baik dan

moral buruk/tidak baik.

Nilai moral baik pertama dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu

kejujuran. Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak

seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada

yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak lagi

menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan maknanya,

tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah

ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka belum

sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori jujur.(Dede: 2014).

Jujur memng sulit karena banyak menyakitkan tetapi jujur adalah tiang dari

Page 92: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

83

sebuah kepercayaan, didalam cerita novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D

Widowati menceritakan kejujuran seorang ayah terhadap anaknya,

kejujuran itu di ungkapkan pada saat Dewa beranjak Dewasa. Orang tua

Dewa beranggapan kalau Dewa bisa menerima kenyataan yang telah

terjadi di masa lalunya.

Nilai moral baik kedua dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu kesabaran,

kesabaran dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati adalah

seorang anak yang selalu sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi di

keluarganya. Dengan kesabaran Dewa dalam menjalani kehidupan orang

tua kandungnya yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa. Walau pun ibu

kandung Dewa tidak pernah mengingat tentang dirinya tapi Dewa tetap

sabar menghadapi kenyataan hidupnya yang sudah terjadi. Seperti halnya

dengan menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, mahasiswa harus

berjuang dalam menempuh pendidikan karena sebagai Sarjana Strata Satu

memang harus-harus belajar untuk mendapatkan hasil yang baik.

Nilai moral baik ketiga dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu

kepercayan, Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat

seseorang menganggap suatu premis yang benar. Kepercayaan terhadap

seseorang bukan dilihat dari luar pribadinya tetapi kepercayaan juga dilihat

dari kepribadian seseorang, seseorang biasanya mempercayai karena

kedekatan seseorang. Tetapi itu semua bukan jaminan seseorang untuk

mempercayai karena banyak terjadi dikehidupan seseorang sudah dekat

tetapi kepercayaan itu belum tumbul dihatinya. Seperti cerita dalam novel

Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati, Dewa mempunyai kekasih yang

bernama Bila, tetapi Dewa tidak pernah percaya kepada Bila, Dewa tidak

Page 93: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

84

berani untuk menceritakan kondisi Ibu kandungnya. Walaupun Dewa sudah

mengenal Bila sudah lama tetapi Dewa belum mempercayai Bila

sepenuhnya. Beda halnya dengan Arra, Arra adalah gadis yang dia kenal

sewaktu di Rumah Sakit jiwa saat menjenguk Ibu kandungnya, Arrang

memng gadis baru yang Dewa kenal tetapi Dewa sudah menceritakan

tentang kondisi Ibu kandungnya, semua cerita tentang Ibu kandungnya

diceritakan ke Arra. Pertemuan Dewa dengan Arra memang baru tetapi

Dewa sudah mempercayai Arra sepenuhnya tanpa ada perasaan ragu.

Nilai moral baik ke empat yang terdapat dalam novel Ibuku tidak Gila

yaitu kesetian. kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau

berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta dan

menjaga janji bersama. Kesetian seseorang muncul pada saat seseorang

saling mencintai. Dewa mencintai seseorang yang bernama Bila, mereka

menjalani hubungan sudah lama. Bila adalah gadis yang cantik dan cerdas,

banyak laki-laki yang meliriknya dan mengodanya tetapi Bila hanya

mencintai Dewa dan selalu acuh terhadap lelaki lain. Kesetian Bila terlihat

pada saat Bila di goda oleh lelaki lain tetapi Bila selalu setia terhadap

Dewa. Sama halnya dengan Ayah Dewa, walau pun dia sudah menikah

tetai dia masih mencintai istrinya yang mempunyai kalainan jiwa.

Nilai moral baik yang kelima yang terdapat di dalam novel Ibuku

Tidak Gila yaitu pengendalian diri, Di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehari-hari terdapat nilai norma yang berlaku secara umum serta harus

dihormati dan dijalankan sebagai warha masyarakat yang baik. Hokum pun

ada untuk mengatur warga masyarakat secara paksa untuk mengendalikan

setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut. Dengan pengendalian

Page 94: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

85

diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat diraih. Pengendalian diri membuat

seseorang terbiasa menikmati keteraturan hidup, terbiasa taat, dan

meradsa bahagia ketika mampu menjalankan perintah dan menjauhi

larangan Allah subuhana wataala (Abatasa:2011). Dewa dapat

mengendalikan dirinya dalam menghadapi masalah yang terjadi di

keluarganya, walaupun Dewa harus kehilangan orang yang dia sayang

selama kuliah. Setiap permasalahn yang dihadapi selalu dia hadapi dengan

perasaan tenang. Permasalahn akan terselesaikan dengan baik kalau

permasalahan di selesaikan dengan pengendalian diri.

Nilai moral baik yang keenam yang terdapat dalam novel Ibuku Tidak

Gila yaitu penyesalan, Penyesalan adalah suatu perasaan di mana

seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin

kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan memperbaikinya

pada masa yang telah lalu (Wulandari, 2011). Penyesalan adalah perasaan

yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang

berfikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan

meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah

yang akan seseorang perbuat, setelah merasa menyesal.

Dalam novel Ibuku Tidak Gila, Dewa menyesali perbuatan yang telah

dilakukan sewaktu usianya masih anak-anak, Dewi adik dari Dewa

meninggal pada usia dua tahun. Penyebab kematiannya adalah Dewa.

Setelah Dewa mengetahui kejadian tersebut, Dewa merasa menyesal dan

selalu menyalahkan diri. Sama halnya dengan Ibu kandung Dewa, Ibu

selalu menyesali keadaan yang sudah terjadi dan selalu menyalahkan diri

sendiri. Menyesal juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan

Page 95: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

86

kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji

kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi.

Selain menggambarkan nilai moral baik terdapat pula gambaran nilai

moral buruk/tidak baik. Nilai moral buruk/tidak baik yang terdapat dalam

novel Ibuku Tidak Gila yaitu bohong, Bohong adalah mengatakan sesuatu

yang tidak benar kepada orang lain atau tidak cocok dengan keadaan yang

sebenarnya, seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009:

92). Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu

dikatakan orang yang munafik. Didalam novel Ibuku Tidak Gila, Dewa

selalu berbohong kepada Bila setiap habis menjenguk Ibunya di rumah

sakit.

Nilai moral buruk/tidak baik yang kedua yang terdapat dalam novel

Ibuku Tidak Gila yaitu fitnah. Perkataan bohong atau mnyebarkan cerita

tanpa melihat kebenaran yang terjadi. Mama Gina di tuduh menjadi

penyebab kegilaan Ibu kandung Dewa, semua orang menyudutkan Gina

dengan tuduhan perselingkuhan selama kerja, pernikahan Gina dengan

ayah Dewa awalnya hanya dasar kasihan kepada Dewa. Tidak seperti

cerita orang-orang selama ini. Gina hanya merasa kasihan kepada Gandi

dan Dewa makanya Mama Gina menerima lamaran Ayah.

Nilai moral buruk/tidak baik yang ketiga yang terdapat dalam novel

Ibuku Tidak Gila yaitu dendam, Dendam adalah sifat marah yang tidak

terlampiaskan atau tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu

berkeinginan untuk membalas perbuatan orang lain tersebut. Ibu kandung

Dewa selalu menaruh dendam terhadap Dewa, setiap melihat Dewa ibu

selalu memukulinya dan tatapan matanya yang tajam seperti ingin

Page 96: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

87

menerjam. Dendam terhadap Dewa terjadi saat Dewa melukai adik

kandungnya yang bernama Dewinta. Dewinta meninggal dengan telinga

yang pendarahan. Semenjak kejadian tersebut Ibu kandung Dewa selalu

menaruh dendam terhadap Dewa.

Page 97: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

88

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dalam pembahasan bahwa nilai moral meliputi

nilai moral baik yaitu:

a. Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang dilakukan

oleh umat manusia, jujur memang susah untuk dijalankan tetapi kita

hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian berbuat benar

dan tidak berbohong saat melakukan apa pun.

b. Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang

mukmin, karena seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan

tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan

cobaan itu begitu dahsyat.

c. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang

menganggap suatu premis yang benar.

d. Kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat,

perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta dan menjaga

janji bersama.

e. Pengendalian diri di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari

terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus

dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum

pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk

mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.

Page 98: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

89

f. Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. karena

dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha

menjadi lebh baik lagi dan meminimalisasi dalam hidupnya. Belajar dari

kesalahan, itulah yang akan diperbuat seseorang setelah menyesal.

Rasa menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.

Nilai moral buruk/tidak baik meliputi yaitu:

a. Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang

lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu

dikatakan orang yang munafik.

b. Fitnah adalah menuduh seseorang tanpa melihat bukti.

c. Dendam adalah perasaan amarah untuk membalas.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka

penulis menganggap perlu untuk menyampaikan beberapa saran. Saran

tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pembaca dalam

mengapresiasi novel pada masa yang akan datang. Adapun saran tersebut

sebagai berikut:

a. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama terhadap novel Ibuku

Tidak Gila Karya Anggie D Widowati. Oleh karena itu, Peneliti

mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji novel ini dari

pendekatan lain sehingga mampu menonjolkan keunggulan novel ini

dari segi yang lain.

b. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

hendaknya melestarikan sastra dan mengembangkannya melalui

pendekatan moral maupun pendekatan lainnya.

Page 99: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

90

c. Bagi penikmat sastra, bacalah sastra dengan menghayati dan

memahami apa yang ingin disampaikan pengarang dalam karyanya.

Page 100: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

91

DAFTAR PUSTAKA

Abatasa, 2011. “Tips Pengendalian Diri”. Http://com/pustaka/detail/tips/529/. Rabu 21 januari 2015.

Admin. 2014. “Kesetian dan Renungan”. Http://www.jasadesainwebsit.net. Rabu 21 Januari 2015.

Alvina, 2012. “Pengertian Dendam”. Http://www.abna24.com. Rabu 21 januari 2015.

Alwi, Hasan. dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Amin, Machamad. 1996. Dasar-dasar PAI. Semarang: IKIP Semarang Press.

Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Azis, S.A.2011. a. Apresiasi Sastra dan Kajian Prosa Fiksi.. Surabaya. Bintang

Azis, S.A. 2011. b. Kritik Sastra. Surabaya: Bintang.

Badudu, J. S. 1984. Sari Kasusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima

Baharuddin. 2008. Analisis Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati. Skripsi: FKIP: Unismuh.

Biyantari. A.L. 2011.” Aspek Moral dalam Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis”: http://etd.eprints.ums.ac.id. Rabu 21 Januari 2015.

Brief. 2014. “Pemaaf dan Sabar”. http://www.abna.facebook.com. Diakses tanggal 21 Januari 2015.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dede. 2014. Kejujuran. http://tentangpr.blogspot.com. Rabu 21 Januari 2015.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Struktur Genetik ke Post Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 101: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

92

Firdaus, Zulfahtur, Z. 1985. Analisis dan Rangkuman Bacaan Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.Bandung: Angkasa.

Kamaruddin. 2007. Analisi Nilai Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Skripsi. FKIP: Unismuh

Kalbuaji, Bharata. 2009. Catatan Sastra. http://www.catatan-sastra.110mb.com . Rabu 21 Januari 2015.

Kohlberg, L. 1977. The Cognitive-Developmental Approach to Moral Education. Dalam Hass Gilen (ed). Curiculum Planning: A New Approach (2 nd ed) Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Moleong, Lexy, J. 1984. Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Remaja karya.

Munib, Achmad., dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.

Nensilianti, 2004. Teori Sastra Sebuah Konsep Dasar dalam Mempelajari Sastra. Makassar: UNM FBS

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Oktava. 2011. “Bentuk-bentuk Moral”. http://re-searchenines.com. Rabu 21 Januari 2015.

Poerwadarminta, W. J. S. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pradopo, Rachmad Djoko. 1994. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramambay, 2011. “Pengertian Sabar dan Macam-macamnya”. Http://rumambay.com. Rabu 21 januari 2015.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra, Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Salam, B.2000. Etika Individual. Jakarta: Rineka Cipta

Sayuti, Sri. dkk. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.

Page 102: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

93

Semi, M .Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Semi, M Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Setiadi, M. Elly. 2006..Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Siswantoro. 2010. Analisis Pisikologis. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tujuan dan Sosilogis).Bandung: Alumni.

Soemardjo, Jakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya

Soemardjo, Jakob. dkk. 1988. Apresiasi Kesastraan. Jakarta: Gramedia.

Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sudjiman, Panuti. 1984. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: Anindita.

Suyuti, A Suminto. 1993. Dasar-dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3ES.

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa.

Uzey. 2009. “Macam-macam Nilai”. http://uzey.blogspot.com. Tanggal 21 Januari 2015.

Wulandari, Amira. 2011. “Pengertian Ibadah dalam Islam”. Http://abuafif.wordpress.com. Rabu 21 januari 2015.

Yunus, Umar. 1989. Stilistik: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.

Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Zulfahnur, Z.F. dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Page 103: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

94

Page 104: NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA

RIWAYAT HIDUP

WAHYUNI HASBUL, dilahirkan di Bone Sulawesi

Selatan, pada tanggal 04 Desember 1990. Penulis

merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara

dari pasangan Ayahanda Bullah dan Ibunda Sitti

Hawiyah.

Pada tahun 1996 penulis mulai menginjakkan kaki di dunia

persekolahan tepatnya di SD Inpres Tanapangkaya Kecamatan

Bontolempangan Kabupaten Gowa dan tamat tahun 2001, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa

Kabupaten Gowa dan tamat pada tahun 2004, kemudian melanjutkan

kejenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1

Sungguminasa Kabupaten Gowa dan tamat 2007. Tahun 2007 penulis

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana di

Universitas Muhammadiyah Makassar mengambil jurusan PGSD.

Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi

untuk meraih gelar Magister Pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Makassar.