analisis nilai moral pada novel ayah karya andrea …

152
ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Arif Setiawan NIM 122110052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL AYAH

KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO

PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arif Setiawan

NIM 122110052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Arif Setiawan;

NIM : 122110052;

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unversitas Muhammadiyah Purworejo;

Judul Skripsi : Analisis Nilai Moral

pada Novel Ayah karya Andrea Hirata

dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI;

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan plagiat dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya

bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 4 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

Arif Setiawan

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah

sebaik-baik pemberi tempat. (Q.S. Al-Mu’minuun:29)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Suparno dan Ibu Siti Mahmudah

selaku orang tua tercinta, lembah doa restu

untuk meraih ridaNya untukku.

2. Kakakku: Murni Fidyaningsih, Endah

Hidayati, Muhridin dan Rakhmat Irfangi

yang selalu dan senantiasa mendukung dan

memberikan motivasi.

3. Keluarga besar ponpes putra dan putri

Ma’hadil ‘Ulumis Syar’iyyah Purworejo,

teman-teman FKIP PBSI angkatan 2012,

terutama PBSI kelas B 2012, terkhusus:

sahabat anak saleh: Achmad Musyafa’,

Hendri Rifa’i, Fajar Andono, dan Ardian

Wiwid Saputra.

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Kesabaran dan

perjuangan yang telah penulis lalui merupakan tahap yang harus ditempuh untuk

mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat tersebut merupakan

pemberian Allah dengan tujuan memajukan dunia pendidikan yang penulis tuangkan

dalam skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Moral Pada Novel Ayah Karya Andrea

Hirata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI” guna memenuhi salah satu

syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo dan salah satu wasilah untuk

mendapatkan beribu berkah Allah Swt. baik dunia maupun akhirat.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, skripsi ini

tidak akan dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan

kesempatan belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas

Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan di Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

vii

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Drs. H. Bagiya,

M.Hum. sekaligus sebagai dosen pembimbing I dan Nurul Setyorini, M.Pd.

selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan motivasi, arahan,

bimbingan, dan bantuan dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kesungguhan

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan;

4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat baik bagi penulis;

5. Keluarga, teman, sahabat dan semua pihak yang telah membantu serta

memberikan semangat kepada penulis.

Mudah-mudahan segala amal baik dari berbagai pihak tersebut memperoleh

balasan yang selayaknya dari Allah Swt. Amin. Dengan segala keterbatasan dan

kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Besar harapan

penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pendidikan pada

umumnya dan pembaca yang budiman pada khususnya.

Purworejo, 4 Agustus 2016

Penulis,

Arif Setiawan

viii

ABSTRAK

Setiawan, Arif. “Analisis Nilai Moral pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan

Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel

Ayah karya Andrea Hirata; (2) nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata; (3)

skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai moral pada novel Ayah karya Andrea

Hirata di SMA Kelas XI.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Fokus penelitian ini

adalah nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata dan skenario

pembelajarannya di SMA kelas XI. Sumber data penelitian ini novel Ayah karya

Andrea Hirata. Teknik validasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik

triangulasi sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan

teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian

data dilakukan dengan menggunakan teknik informal.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik novel Ayah

terdiri dari (a) tema: cinta kasih; (b) tokoh utama: Sabari; (c) tokoh-tokoh; Marlena,

Ukun, Tamat, Zorro, Ibu Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel,

Larissa, Toharun dan Juru Antar; (d) latar tempat: rumah Sabari, SMA, MPB, stasiun

radio, pabrik batako, taman balai kota, pasar ikan dan pelabuhan; (e) latar waktu:

pagi, siang, sore dan malam hari; (f) latar sosial: kehidupan menengah ke bawah,

berjiwa sosial tinggi di Kampung Belantik; (g) alur: alur campuran; (h) amanat: selalu

bertawakal kepada Tuhan, selalu berperasangka baik terhadap semua keadaan hidup

yang telah digariskan Tuhan dan jangan mudah berputus asa dan harus selalu

berusaha; (2) nilai-nilai moral: (a) hubungan manusia dengan Tuhan: tawakkal; (b)

hubungan manusia dengan manusia: tolong-menolong, persahabatan, penyayang,

pemberi motivasi, berbudi pekerti baik, dan pemberi nasihat; (c) hubungan manusia

dengan dirinya sendiri: pantang menyerah; (d) hubungan manusia dengan alam

sekitar: memuji keindahan alam; (3) skenario pembelajaran novel Ayah di SMA kelas

XI; kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur intrinsik novel Indonesia; metode yang

digunakan adalah metode kuantum dengan model TANDUR; metode ini memiliki

enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai, demonstrasikan,

ulangi, dan rayakan; langkah-langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan penutup; evaluasi pembelajaran adalah teknik tes tertulis, dengan

bentuk instrumen soal uraian dan tugas proyek.

Kata kunci: Nilai moral, novel, skenario pembelajaran, SMA.

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii

PENGESAHAN ..................................................................................... iii

PERNYATAAN ..................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

PRAKATA ............................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Penegasan Istilah ................................................................... 8

C. Identifikasi Masalah ............................................................. 9

D. Batasan Masalah ................................................................... 9

E. Rumusan Masalah ................................................................. 10

F. Tujuan Penelitian .................................................................. 10

G. Manfaat Penelitian ............................................................... 10

H. Sistematika Skripsi ................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ........... 13

A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 13

B. Kajian Teoretis ..................................................................... 15

1. Struktur Karya Sastra ..................................................... 15

2. Nilai Pendidikan Moral dalam Karya Sastra .................. 20

3. Aspek-aspek Nilai Moral ............................................... 20

x

4. Pembelajaran Sastra di SMA ......................................... 22

5. Skenario Pemelajaran Sastra .......................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 40

A. Sumber Data ......................................................................... 40

B. Objek Penelitian ................................................................... 40

C. Fokus Penelitian .................................................................... 41

D. Instrumen Pnelitian .............................................................. 42

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 42

F. Teknik Validasi Data ............................................................ 43

G. Teknik Analisis Data ............................................................ 43

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis .......................................... 44

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA........................ 45

A. Penyajian Data ...................................................................... 45

1. Struktur Karya Sastra Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 45

2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya

Andrea Hirata ................................................................. 49

3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 50

B. Pembahasan Data .................................................................. 56

1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 58

2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya

Andrea Hirata .................................................................. 86

3. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah di SMA. 95

BAB V PENUTUP ................................................................................. 115

A. Simpulan ............................................................................... 115

B. Saran ...................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata ............................ 43

Tabel 2. Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata .................................. 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, penegasan istilah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan

sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Dunia sastra membentuk kesatuan yang erat hubungannya dengan

cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya

sastra, pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masya-

rakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Sastra tidak hanya memasuki

ruang dan seluk beluk serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga me-

masuki ruang dan seluk-beluk serta nilai-nilai kehidupan manusia. Sastra

bisa menelusup ke urat-urat nadi kehidupan sosial, budaya, politik, sejarah,

perekonomian, perjuangan hak-hak asasi manusia, hukum, aspirasi rakyat,

moral, dan agama (Rahmanto, 1988: 6).

Menurut Wellek dan Warren yang telah disarikan oleh Budianta

(1989:109), juga dibahas sastra adalah lembaga sosial yang memakai

medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu

sendiri adalah kehidupan sosial sastra sebagai karya fiksi memiliki pema-

haman yang lebih mendalam. Sastra bukan hanya sekadar cerita khayal atau

angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang

dalam menggalih dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

2

Karya sastra fiksi merupakan karya imajinasi yang menawarkan ber-

bagai permasalahan manusia dan kemanusiaan hidup dan kehidupan. Fiksi

dapat diartikan prosa naratif yang bersifat imajinatif, tetapi juga masuk akal

dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi hubungan-hubungan

antarmanusia berdasarkan pengalaman kehidupan manusia yang diseleksi

dan bersifat subjektif. Oleh karena itu, sastra begitu menusuk sampai ke

ranah pembaca secara global.

Karya sastra itu bersifat imajinatif, yaitu bahwa karya sastra terjadi

akibat penanganan dan hasil penanganan tersebut adalah penemuan baru,

kemudian penanganan baru itu diusun ke dalam suatu sistem dengan kekuat-

an imajinatif hingga terciptalah suatu dunia baru yang sebelumnya belum

ada. Berkaitan tentang sifat imajinatif, sastra dihadapkan dengan tiga jenis

(genre), yaitu prosa, puisi, drama, dan novel. Novel mengandung aspek

yang menarik untuk diteliti karena kehidupan yang ditampilkan dalam novel

pada dasarnya merupakan totalitas sikap dan pandangan masyarakat ter-

hadap realitas sosial. Hal ini disebabkan karena novel merupakan gabungan

antara realitas dengan rekaan kreatif dari pengarangnya dalam memotret

dunia nyata. Pembacanya juga dalam memahami novel sering menafsirkan

berdasarkan pengalaman yang mereka hadapi dalam kenyataan realitas

sosial.

Dalam dunia global ini, hasil karya sastra berupa novel sudah semakin

memasyarakat. Kenyataan ini dapat dilihat dari semakin merebaknya novel

di kalangan lapisan masyarakat, akan tetapi realitas dalam masyarakat novel

3

lebih banyak dimanfaatkan sebagai bacaan yang memberikan hiburan,

padahal kehadirannya membawa suatu pesan penulis yang tersirat dan ter-

surat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan yang disampaikan

dalam novel berupa realitas kehidupan dalam masyarakat. Kajian mengenai

realitas sosial budaya terutama nilai moral memberikan perhatian yang besar

terhadap fungsi-fungsi karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.

Timbal baliknya karya sastra harus memberikan masukan, manfaat terhadap

struktur sosial yang menghasilkannya.

Sebagai salah satu genre sastra, novel menampilkan dimensi manusia

dengan berbagai aspek kehidupannya. Novel dapat merefleksikan kenyataan

sekaligus gejalanya yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya pembaca

berusaha mencari petunjuk dan keteladanan melalui karakter tokoh-tokoh

yang memiliki nilai moral yang baik dan nilai moral yang buruk pada novel.

Novel dapat dijadikan sebagai salah satu pendidik yang memberi pelajaran

atau pengajaran kepada beberapa pembacanya.

Pendidikan moral mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah,

yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak, serta

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manu-

sia yang beriman dan bertaqwa. Melalui kegiatan membaca karya sastra

peserta didik dapat memperoleh pembinaan moral dan kemanusiaan dalam

kehidupan sehari-harinya. Selain itu, melalui membaca karya sastra peserta

didik dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang dihormati oleh manusia

4

dan akan menjaga keutuhan manusia seperti keadilan, keterbukaan, dan

kejujuran.

Karya sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang

kebenaran. Karya sastra pada hakikatnya merupakan penjelmaan angan serta

pengalaman pengarang dengan mengandalkan imajinasinya sebagai suatu

hal yang akan menjadi dasar kekuatan pada karya sastra tersebut. Karya

sastra menjadi sarana untuk menampilkan pesan-pesan kehidupan, misalnya

pesan moral dan religius serta pesan yang lainnya. Oleh karena itu, di dalam

sebuah karya sastra terdapat pesan yang sangat jelas. Pengajaran sastra di

bidang pendidikan bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan

berbahasa siswa, tetapi juga bermanfaat untuk memperkaya pandangan

hidup serta kepribadian siswa. Karya sastra hendaknya merupakan suatu alat

yang dapat memberikan hiburan sekaligus memberikan pendidikan yang

baik. Dengan menikmati dan membaca karya sastra, siswa menjadi manusia

yang ideal yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan

masyarakat.

Pembelajaran sastra tidak terlepas dari kegiatan pendidikan, karya

sastra khususnya novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam

pembentukan dan pengembangan karakter anak didik. Kedudukan sastra

dalam kehidupan manusia tidak dapat diragukan lagi karena dengan mem-

berikan pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam memahami dan

mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik.

5

Siswa diarahkan untuk mengenal nilai moral melalui karya sastra yang

dibacanya sehingga tujuannya tidak lain adalah agar para siswa dapat paham

tantang pesan-pesan sastrawan yang terkandung di dalam karya sastra. Jika

dikaitkan dengan pembelajaran sastra Indonesia, novel Ayah karya Andrea

Hirata yang di terbitkan pada tahun 2015 dapat dijadikan sebagai salah satu

objek karena novel ini terdapat unsur-unsur nilai-nilai moral terutama kasih

sayang seorang Ayah kepada anaknya. Ayah masih menggunakan Belitong

sebagai latar cerita utama. Ceritanya tentang tiga sahabat bernama Sabari,

Ukun, dan Tamat. Ketiganya bersekolah di sekolah yang sama. Andrea

membangun kisah dengan menceritakan keseharian keempat sahabat itu dan

latar belakang keluarganya masing-masing.

Novel Ayah berciri khas humor yang hampir mirip dengan karya-

karya Andrea Hirata sebelumnya. Beberapa humor, bahasa dan imajinasi

yang dapat menjadi salah satu daya tarik para pembaca karya-karya Andrea

Hirata. Sabari diceritakan jatuh cinta sejak SMA pada seorang gadis ber-

nama Lena. Walau gadis itu tak pernah memedulikannya, Sabari tak pernah

menyerah. Ia kerap memajang kertas berisi puisinya untuk Lena di majalah

dinding sekolahnya. Sesekali, gadis itu membalas, juga lewat mading.

Singkat cerita, ketika sudah dewasa pun, Sabari tetap tak bisa melupa-

kan Lena. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Lena hamil di luar nikah.

Saat itu Sabari bekerja di pabrik batako milik Markoni, ayah Lena. Sabari

pun mau saja ketika diminta menikahi Lena, demi menyelamatkan nama

baik Markoni yang kurang akur dengan Lena itu.

6

Anak lelaki yang kemudian lahir dari rahim Lena itu kemudian diberi

nama Zorro oleh Sabari. Pasalnya, bocah itu ketika diberi boneka Zorro tak

mau melepasnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Dia ingin memeluknya

sepanjang waktu, terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah itu dan

seluruh kebaikan yang terpancar darinya. Tiap malam, Sabari susah susah

tidur lantaran membayangkan bermacam rencana yang akan dia laku-

kan bersama anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai

17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan, meng-

gandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan mem-

boncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.

Dia juga Ikhlas ketika Lena bahkan tak mau tinggal bersama mereka.

Beberapa tahun kemudian Lena malah minta cerai dan menikah lagi hingga

tiga kali, bahkan akhirnya mengambil Zorro dari Sabari. Pelan-pelan, Sabari

mulai tampak seperti orang gila dalam penampilan dan tingkah laku. Dua

sahabatnya, Ukun dan Tamat, lama-lama tak tahan melihat Sabari seperti

itu, sehingga akhirnya mereka memutuskan menjelajahi Sumatra demi

menemukan Lena dan Zorro dan membawa mereka kembali.

Pembelajaran sastra adalah suatu pendidikan yang bertujuan mengem-

bangkan kepekaan terhadap nilai-nilai indrawi, nilai moral, akal, keagama-

an, budaya, nilai sosial baik secara individu atau gabungan dari seluruhnya

sebagaimana tercermin dalam karya sastra. Bentuknya yang sederhana,

pembinaan apresiasi sastra membekali siswa dengan keterampilan men-

dengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Sastra dapat berperan sebagai

7

media pendidikan moral, agama, budaya, dan menggugah perasaan untuk

lebih peka terhadap fenomena kehidupan di sekitarnya.

Dari urain yang telah dipaparkan, ada beberapa hal yang membuat

novel Ayah karya Andrea Hirata menarik untuk diteliti. Antara lain sebagai

brikut:

a. Ketertarikan pada nilai moral yang tampak dalam novel Ayah

karya Andrea Hirata;

b. Novel Ayah mempunyai nilai sastra yang tinggi karena mampu

memberikan pelajaran pada kehidupan nyata. Novel Ayah karya

Andrea Hirata yang di terbitkan pada tahun 2015 dapat dijadikan

sebagai salah satu objek karena novel ini terdapat unsur-unsur

nilai-nilai moral terutama kasih sayang seorang Ayah kepada

anaknya dan belum ditemukan penelitian nilai moral pada novel;

c. Andrea Hirata adalah seorang penulis yang lahir dan dibesarkan

didaerah asalnya yaitu Bangka Belitong. Andrea merupakan

sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, dan mendapat bea-

siswa Uni Eropa untuk studi master of science di universite de

Paris, Sorbonne, prancis dan Sheffield Hallam University,

United kingdom;

d. Novel Ayah karya Andrea Hirata relevan diajarkan pada siswa

SMA, dan diharapkan mampu memberikan apresiasi sastra yang

positif.

8

B. Penegasan Istilah

Agar judul skripsi ini mudah dipahami, istilah-istilah yang digunakan,

akan penulis jelaskan sebagai berikut ini.

1. Nilai Moral

Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah

laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meli-

puti perilaku, tata krama yang menunjang budi pekerti dan nilai susila.

2. Novel

Novel ialah sebuah prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu

panjang, namun juga tidak terlalu pendek.

3. Ayah

Judul novel karya Andrea Hirata diterbitkan oleh Bentang Putaka,

cetakan pertama Mei 2015 dan memiliki 412 halaman.

4. Skenario Pembelajaran

Merupakan rancangan program pembelajaran yang memuat sekurang-

kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber

belajar dan penilaian hasil belajar.

5. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar.

6. Kelas XI SMA

Kelas XI SMA adalah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.

9

Berdasarkan penegasan istilah, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

pendidikan moral novel Ayah karya Andrea Hirata dan pembelajarannya di

kelas XI SMA adalah suatu penelitian yang mendeskripsikan nilai-nilai pen-

didikan moral para tokoh dalam novel. tokoh utama yang berhubungan

dengan diri sendiri; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang

berhubungan dengan orang lain; dan nilai-nilai pendidikan moral tokoh

utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata dan pembelajarannya di kelas XI SMA.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang timbul berkaitan de-

ngan pentingnya nilai moral dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Belum ada satupun ditemukan penelitian nilai moral pada novel Ayah

sebelum penelitian ini.

2. Novel Ayah belum ada yang memilihnya untuk suatu pilihan sumber

pembelajaran di sekolah.

D. Batasan Masalah

Penulis berupaya membatasi masalah yang akan diteliti demi menjaga

agar penelitian ini lebih terarah dan fokus. Dengan pertimbangan tersebut,

penelitian ini dibatasi pada unsur intinsik, nilai moral yang terkandung

dalam novel novel Ayah karya Andrea Hirata dan skenario pembelajarannya

di kelas XI SMA.

10

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini difokuskan pada hal-hal berikut ini.

a) Bagaimana unsur intrisik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?

b) Bagaimana nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea

Hirata?

c) Bagaimana skenario pembelajaran nilai moral novel Ayah karya Andrea

Hirata di kelas XI SMA?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalahnya, tujuan peneitian ini adalah untuk men-

deskripsikan:

1) unsur-unsur intrinsik yang terkandung pada novel Ayah karya

Andrea Hirata;

2) nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata;

3) skenario pembelajaran nilai moral pada novel Ayah karya Andrea

Hirata.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan yang optimal,

menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti ada dua, yaitu dari segi teoretis

dan praktis.

11

1. Dilihat dari segi teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pilihan

bahan ajar. Selain sebagai pilihan bahan ajar, penelitian ini dapat menambah

wawasan pengetahuan dibidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

2. Dilihat dari segi praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

yang dapat digunakan sebagai bahan referensi sederhana bagi peneliti pe-

mula yang akan melakukan suatu penelitian. Misalnya tentang bagaimana

pendekatan penelitian dan metodologinya, kerangka teorinya, sampai

dengan penyusunan laporannya, meningkatkan pentingnya minat baca bagi

para pembaca, menambah pengetahuan tentang nilai moral pada sebuah kar-

ya sastra (novel), memasyarakatkan karya sastra terutama di lingkungan

pendidikan formal.

H. Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian ini disusun sesuai dengan format yang telah di-

tetapkan oleh universitas. Berikut ini dipaparkan sistematika penulisan

skripsi ini. Penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yakni bagian awal, bagian

isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal, penulis menyertakan halaman judul,

lembar persetujuan pembimbing, pengesahan penguji, surat pernyataan ke-

autentikan karya, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan

abstrak.

Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, penegasan istilah,

rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika hasil

12

penelitian. Bab II tinjauan pustaka dan kajian teoretis berisi teori yang di-

jadikan landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian. Dalam teori

ini nantinya akan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pem-

bahasan data hasil penelitian. Bab III metode penelitian, metode ini berisi

tentang objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi penyajian data

dan pembahasan data. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang data

penelitian yang diambil dari novel Ayah karya Andrea Hirata mengenai nilai

moral tokoh utama. Bab V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan,

dan saran, bagian terakhir penelitian terdapat lampiran serta daftar pustaka.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka

memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Kajian teoretis memaparkan teori-teori yang dijadikan sebagai acuan dalam

penelitian ini.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian

terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu

dengan kajian yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral yang

berbentuk penelitian antara yang dilakukan oleh Hotamah (2015) dan Sugiarti

(2015).

Dalam penelitian, Hotamah (2015), menulis penelitian yang berjudul

“Nilai Moral pada Novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere Liye dan skenario

pembelajarannya di SMA. Skripsi Hotamah memiliki tujuan penelitian yang

mendeskripsikan nilai moral pada novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere

Liye, mendeskripsikan cara pengarang menyampaikan wujud nilai moral

dalam karya sastra, dan mendeskripsikan novel Hafalan Sholat Delisa karya

Tere Liye sebagai bahan pembelajaran di SMA. Persamaan penelitian

Hotamah dengan yang penulis lakukan adalah sama-sama meneliti mengenai

nilai moral pada karya sastra khususnya novel. Perbedaannya adalah subjek

yang diteliti oleh penulis melakukan penelitian dengan novel Hafalan Sholat

14

Delisa karya Tere Liye, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis

adalah menggunakan novel Ayah karya Andrea Hirata. Penelitian yang dilaku-

kan penulis yaitu menganalisis : (1) nilai moral yang berhubungan antara

manusia dengan Tuhannya, (2) nilai moral yang berhubungan manusia dengan

dirinya sendiri, (3) nilai moral yang berhubungan manusia dan manusia, dan

(4) hubungan manusia dengan alam sekitar. Berdasarkan uraian di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa penelitan yang ditulis oleh Hotamah (2015),

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Selain Hotamah, juga dibahas penelitian, Sugiarti (2015), menulis skripsi

yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Tahajud Cinta di Kota New York

karya Arumi Ekowati sebagai bahan pembelajarannya di Kelas XI SMA.”

Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini meliputi pendeskripsian

nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang

dilakukan oleh Sugiarti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis. Persamaan keduanya membahas nilai moral

novel, mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik pada novel yang meliputi tema,

tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Perbedaannya terdapat pada subjek

penelitian, penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan novel Ayah

karya Andrea Hirata, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti

mengambil subjek novel Tahajud Cinta di Kota New York karya Arumi

Ekowati. Penulis menggunakan metode pembelajaran kuantum. Metode ini

memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai,

demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering disebut dengan model

15

TANDUR. Sedangkan Sugiarti menggunakan model pembelajaran group

investigation.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian mengenai

nilai moral yang dilakukan Hotamah dan Sugiarti memiliki perbedaan dan

persamaan dengan yang dilakukan penulis. Pada penelitian ini penulis hanya

mengkaji mengenai hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan

manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan

hubungan manusia dengan alam sekitar. Selain itu, penulis menggunakan

metode pembelajaran kuantum. Metode ini memiliki enam langkah atau fase

pokok, yakni tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan

yang sering disebut dengan teknik TANDUR.

B. Kajian Teoretis

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat

konsep, difinisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis (Sugiyono,

2011: 54). Kajian teoretis merupakan kerangka teoretis yang memuat

beberapa materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas

masalah yang diteliti. Teori yang dibahas dalam penelitian ini mencakup

unsur intrinsik, nilai moral dalam karya sastra, pembelajaran sastra di SMA,

dan skenario pembelajaran sastra.

1. Struktur Karya Sastra

Pada struktur karya sastra dalam penelitian ini dibahas mengenai

tema, tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Abrams menyatakan bahwa

struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan

16

gambaran semua bagian yang menjadi komponennya secara bersama

membentuk kebulatan yang indah (Nurgiyantoro, 2010: 36).

Dapat diketahui bahwa ada beberapa unsur-unsur struktur karya

sastra. Unsur-unsur karya sastra, meliputi: tema, tokoh dan penokohan,

alur, latar.

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi (Waluyo, 2011:

7). Tema merupakan keseluruhan yang didukung cerita, dengan

sendirinya ia ”tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya

(Nurgiyantoro, 2010: 68).

Tema pada hakikatnya merupakan makna yang terkandung

dalam cerita. Makna cerita dalam sebuah karya fiksi, mungkin saja

lebih dari satu. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya kita

untuk menemukan tema pokok cerita. Makna pokok cerita tersirat

dalam sebagian besar, untuk tidak dikatakan dalam keseluruhan,

cerita.

Dari beberapa uraian di atas, tema adalah gagasan pokok atau

ide pokok suatu karya sastra yang ingin disampaikan oleh penulis.

Tema merupakan unsur terpenting yang terkandung dalam karya

sastra.

b) Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur terpenting

dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk orangnya atau

17

pelaku cerita (Ginanjar 2012:15). Istilah penokohan untuk melukiskan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita. Abrams mengatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-

orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang

oleh pembaca ditafsirkn memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan, berdasarkan peranannya dibedakan menjadi dua,

yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2010: 165).

Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan di-

munculkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian

cerita, dan sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau

beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi pen-

ceritaan yang relatif pendek adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro,

2010: 176). Tokoh sebagai pelaku pada sebuah cerita sangat berkaitan

dengan jalannya cerita, tanpa adanya tokoh itu, cerita tidak akan

berkembang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh

adalah pelaku yang terdapat dalam karya sastra, sedangkan penokoh-

an adalah karakter atau sifat yang dimiliki oleh pelaku dalam karya

sastra. Tokoh dan penokohan dalam suatu karya sastra merupakan

unsur yang sangat penting.

18

c) Alur atau Plot

Menurut waluyo (2011:9), alur atau plot sering juga disebut

kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu

yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemung-

kinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang.

Stanton menyatakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang

berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan

secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebab-

kan terjadinya peristiwa lain (Nurgiyantoro, 2010: 113).

Kenny mengemukakan plot atau alur sebagai peristiwa-

peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat seder-

hana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasar-

kan kaitan sebab akibat (Nurgiyantoro, 2010: 113).

Berdasarkan kriteria urutan waktunya, ada tiga macam plot atau

alur, yaitu:

1. plot maju atau progresif;

Plot sebuah novel dikataka progesif jika peristiwa-peristiwa

yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang

pertama diikuti oleh penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa yang

kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal,

tengah, dan akhir;

19

2. plot sorot balik;

Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang

berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari

tahap awal cerita secara logika, melainkan mungkin dari tahapan

tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian awal cerita

dikisahkan.

3. plot campuran;

Peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot sorot balik.

Dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan rangkaian

cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk

oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.

d) Latar

Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa (Baribin,

1985: 63). Latar berkaitan dengan dimana, kapan, dan suasana

peristiwa itu berlangsung. Menurut Abrams, latar disebut juga landas

tumpu, menyaran pada pengertian tempat hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan

(Nurgiyantoro, 2010: 216).

Latar merupakan penggambaran lokasi, tempat atau waktu ter-

jadinya suatu peristiwa pada novel. Latar dianggap penting karena

latar merupakan salah satu penanda daya tarik para pembaca.

20

e) Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penulis

kepada pembaca. Setiap penyair bermaksud ikut meningkatkan

martabat manusia dan kemanusiaan. Amanat memang tidak ditulis

langsung, tetapi tersirat dibalik makna-makna karya yang ditulisnya

(Waluyo, 2010: 155).

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung

dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Pesan moral

sastra lebih memberat pada kodrati manusia yang hakiki, bukan pada

aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia (Nurgiyantoro,

2010: 321).

Dapat disimpulkan bahwa karya sastra (novel) menjadi penga-

ruh yang cukup besar bagi seseorang. Karya sastra (novel) semua

mengandung nilai moral, karena pendidikan moral itu suatu peristiwa

antarpribadi.

3. Aspek-Aspek Nilai Moral

Jenis moral dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak

terbatas jumlahnya, baik persoalan hidup maupun persoalan yang me-

nyangkut harkat dan martabat manusia dan dapat diangkat sebagai

ajaran moral dalam karya sastra. Secara garis besar, wujud pesan

moral dalam karya sastra dibagi menjadi (1) hubungan manusia

21

dengan dirinya sendiri; (2) hubungan manusia dengan manusia lain;

(3) hubungan manusia dengan lingkungan alam dan (4) hubungan

manusia dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2012: 323).

Persoalan hidup manusia dengan dirinya sendiri, merupakan

kondisi jiwa manusia itu sendiri. Tingkat masalahnya pun bermacam-

macam jenis intensitasnya. Masalah-masalah yang hubungannya

dengan sesama manusia itu antara lain dapat berwujud persahabatan,

kekeluargaan dan yang lainnya. Hubungan tersebut merupakan kegiat-

an yang berada pada lingkungan sosial masyarakat. Manusia hidup di

dunia ini menempati alam. Itulah sebabynya manusia tidak dapat

dilepaskan dari alam. Setelah manusia dapat melksanakan kegiatan

hidup, maka sudah semestinya manusia bersyukur kepada Tuhan.

Seseorang yang beragama adalah orang yang mencoba memahami dan

menghayati hidup lebih dari sekedar lahiriyah saja, tetapi juga

mementingkan kebutuhan rohaniyahnya (Nurgiyantoro, 2012: 327).

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa menemukan moral yang terdapat dalam karya

sastra bukanlah hal yang mudah, karena untuk memahami harusnya

diperlukan analisis terhadap karya sastra. Analisis diperlukan untuk

menemukan nilai-nilai moral yang terdapat pada karya sastra.

22

4. Pembelajaran Sastra di SMA

a. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

(Hamalik, 2011: 57). Pembelajaran sastra di SMA merupakan

penyajian karya situasi belajar di kelas yang bertujuan untuk mena-

nam sikap positif terhadap hasil karya dalam wujud pemahaman

transformasi dari tekstual ke faktual.

Kehadiran novel sebagai salah satu sastra sangat dimungkin-

kan untuk diajarkan di sekolah (SMA). Salah satu novel sebagai

bahan pembelajaran sastra adalah mudahnya karya sastra tersebut

sesuai dengan tingkat kemampuan siswa masing-masing dalam

memahami cerita secara perorangan. Oleh karena itu, guru diharap-

kan mampu menyajikan pembelajaran novel dengan strategi kerja

kelompok dengan baik.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra merupakan

suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasi. Dengan tujuan untuk

menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang me-

mungkinkan proses belajar pada diri siswa.

b. Metode Pembelajaran Sastra

Untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra, dalam pe-

laksanaan pembelajaran sastra, guru disarankan menggunakan cara

23

atau metode yang sesuai dengan tujuan, bahan, keadaan murid, dan

suasana kelas. Metode pembelajaran hendaknya sesuai dengan

silabus yang telah ditentukan sesuai kurikulum KTSP. Standar

kompetensi yang ditentukan, yaitu memahami berbagai hikayat,

novel Indonesia/terjemahan pada pembelajaran membaca.

Guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam menyam-

paikan materi pembelajaran (Rahmanto, 1988: 43). Variasi dalam

menyampaikan materi pembelajaran dimaksudkan agar siswa tidak

jenuh dan selalu siap menanggapi berbagai rangsangan.

c. Fungsi Pembelajaran Sastra

Jika dapat ditunjukkan bahwa sastra mempunyai relevansi

dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pembelajaran sastra

harus dipandang sebagai sesuatu yang penting (Rahmanto, 1988:

15). Dan jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat

maka pembelajaran sastra dapat memberikan sumbang-an yang

besar untuk mencegah masalah-masalah nyata yang cukup sulit

untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Pembelajaran novel

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diawali dengan

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

d. Model Pembelajaran

Berdasarkan konsep pembelajaran kuantum, Sukirno (2010: 13)

mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran kuantum sebagai

berikut.

24

“Asas utamanya adalah bersandar pada konsep bawalah dunia

mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.

Berdasarkan asas utama tersebut, ada lima prinsip yang mem-

pengaruhi pembelajaran kuantum, yaitu (a) segalanya berbicara, (b)

segalanya bertujuan, (c) pengalaman sebelum pemberian nama, (d)

akui setiap usaha, dan (e) jika layak diakui, layak pula dirayakan.”

Lebih lanjut, Sukirno (2010: 12) mengemukakan bahwa pem-

belajaran kuantum melalui bebarapa tahap yang dikenal dengan istilah

TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Berikut ini dijelaskan keenam

tahap tersebut.

Tahap pertama, “tumbuhkan”, berisi motivasi dan apersepsi.

Tahap selanjutnya, “alami”, berisi pemberian contoh nyata. Tahap

“namai” berisi kegiatan memberi istilah atau menandai suatu ciri-ciri

tertentu yang khusus dan penting. Tahap “demonstrasikan” berisi

kegiatan berkarya. Tahap “ulangi” berisi kegiatan mengulangi kembali

materi yang telah dipelajari. Tahap terakhir, yakni “rayakan”, berisi

penghargaan dan pujian terhadap pencapaian siswa.

Dalam pembelajaran sastra pada novel, menumbuhkan

pemahaman dapat menjelaskan pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur pem-

bangun, cara mengembangkan karakter, dan cara mengembangkan

unsur-unsur cerita lainnya. Menumbuhkan minat dilakukan dengan

25

cara menjelaskan nilai moral pada novel. Pada tahap ini, guru

berperan sebagai nara sumber dan motivator.

Alami sebagai langkah kedua adalah siswa mengalami secara

langsung melalui aktivitas menentukan nilai moral pada novel yang

dipelajari. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator.

Namai sebagai langkah ketiga adalah siswa menamai hasil

identifikasi unsur-unsur pembangun atau ciri-ciri, dan cara mengem-

bangkan unsur pembangun novel yang dikaji. Siswa melakukan

aktivitas diskusi kelompok untuk memantapkan hasil penjelajahan

awal saat membaca novel. Pada tahap ini, guru berperan sebagai

evaluator dan motivator.

Demonstrasi sebagai langkah keempat adalah siswa praktik

mencari nilai moral novel. Siswa mencari unsur instrinsik dan nilai

moral novel berdasarkan wawasan dan pemahaman tentang novel yang

telah dikaji oleh siswa, baik secara pribadi, maupun dalam diskusi

kelompok. Pada langkah ini, guru memberikan beberapa petunjuk

untuk membantu siswa agar tidak takut salah dalam mecari nilai moral.

Ulangi sebagai langkah kelima adalah aktivitas siswa untuk

mengulangi dan menyempurnakan hasil kerja mencari nilai moral

berdasarkan masukan dari teman kelompok dan saran serta catatan dari

guru. Pada tahap ini, guru berperan sebagai motivator.

26

Rayakan sebagai langkah keenam adalah merayakan hasil kerja

siswa secara keseluruhan dengan cara melalui kegiatan lomba atau

publikasi. Lomba dapat berupa lomba antarkelompok atau tiap

kelompok. Kegitan ini dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Yang

menilai juga sesama siswa dan guru. Pada tahap ini guru berperan

sebagai evaluator.

Jadi, metode kuantum dalam pembelajaran sastra khususnya

novel terlaksana dengan langkah TANDUR yang merupakan enam

langkah pokok pembelajaran yang memuat aktivitas menumbuhkan

pemahaman dan minat siswa, mengalami secara langsung melalui

kegiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan teman kelompok

dan saran serta catatan dari guru, dan merayakan hasil kerja daIam

bentuk lomba.

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan pengajar

untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali

pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar

dan lain-lain. Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan

metode berikut ini.

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penerangan atau penuturan

informasi secara lisan oleh guru kepada siswa. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan: a) tujuan pembicara harus dirumuskan dengan

27

jelas; b) bahan atau materi harus jelas; c) guru harus dapat menarik

perhatian siswa.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian bahan

pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

aktif dengan teman-temanya dengan cara mengumpulkan pen-

dapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif

pemecahan masalah.

3) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar

dimana guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari

sesuatu kepada murid, kemudian murid melaporkan hasilnya.

Pemberian tugas antara lain.

a) Carilah nilai moral pada novel!

b) Buatlah sinopsis novel!

c) Berdiskusilah dengan teman-teman mengenai nilai moral

novel!

e. Metode Pembelajaran

Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra

sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus me-

milih metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang

disajikan. Proses belajar mengajar sastra, guru menggunakan

metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas.

28

f. Tujuan Pembelajaran Sastra

Kurikulum KTSP pada dasarnya memiliki dua sasaran.

Pertama, siswa dituntut untuk menulis karangan fiksi dan nonfiksi

dengan menggunakan kosakata yang bervariasi dan efektif untuk

menimbulkan efek dan hasil tertentu. Kedua, pengajaran-

pengajaran sastra bertujuan memberikan kompetensi kepada siswa

untuk mengapresiasi sastra melalui kegiatan mendengarkan, me-

nonton, membaca, dan melisankan hasil sastra berupa puisi, cer-

pen, novel, drama. Selain itu, siswa mampu memahami dan meng-

gunakan pengertian teknis kesusastraan dan sejarah sastra untuk

menjelaskan, meresensi, menialai, dan menganalisis hasil sastra,

memerankan drama, menulis karya cipta sastra berupa puisi, novel.

Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk keterampilan

bahasa, peningkatan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa,

serta menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Tujuan pembelajaran sastra yang ingin dicapai sesuai dengan

silabus adalah (1) melatih siswa memahami tentang realitas sosial

budaya yang ada dalam novel, (2) mampu menyebutkan unsur-

unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel, (3) mampu menemu-

kan dan menjelaskan realitas sosial budaya dalam novel.

Tujuan pembelajaran sastra yang diungkapkan di atas adalah

tujuan pembelajaran secara umum. Tujuan pembelajaran sastra

yang bersifat operasional dalam KTSP.

29

Standar kompetensi adalah batas arah kemampuan yang

harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh subjek didik sekolah

setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu (Endraswara, 2006:

19). Standar kompetensi berguna untuk memandu guru atau

pengembang silabus dalam merancang kompetensi dasar (Sukirno,

2009: 104).

Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang

harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pem-

belajaran materi pokok mata pelajaran tertentu yang berguna untuk

meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai siswa

(Sukirno, 2009: 104). Kompetensi dasar menyatakan tingkah laku

yang harus diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan

pembelajaran.

Setelah kompetensi dasar diketahui, guru merumuskan

indikator pencapaian. Indikator merupakan subtujuan pembelajaran

(rincian kompetensi dasar yang penting untuk mencapai

kompetensi dasar).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menggunakan kompe-

tensi dasar (kemampuan dasar) dan indikator sebagai tujuan

pembelajaran yang umum dan khusus. Berikut ini disajikan data

mengenai Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan

Indikator sesuai dengan Silabus mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Pada kelas XI SMA.

30

1. Standar Kompetensi

Dalam silabus pembelajaran sastra di SMA tercantum standar

kompetensi memahami novel Indonesia.

2. Kompetensi dasar

Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel Indonesia

3. Indikator

Indikator pembelajaran sastra yang dicapai adalah:

(a) menyebutkan unsur intrinsik novel;

(b) menganalisis langkah-langkah nilai pendidikan novel;

(c) menjelaskan tentang nilai moral novel.

g. Bahan Pembelajaran Sastra

Bahan pembelajaran adalah bahan mengajar bagi guru.

Bahan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa harus sesuai

dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran

tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan ting-

kat perkembangan siswa.

Tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin

memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 2). Tiga aspek

itu meliputi:

1. bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan

oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain

seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya

31

sastra pada waktu penulisan karya sastra, dan kelompok pem-

baca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, pengajar-

an sastra perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk me-

milih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan

tingkat penguasaan bahasa siswanya.

2. psikologi

Perkembangan psikologi dari taraf anak menuju kede-

wasaan melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk

dipelajari. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap

psikologi hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat

besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik

dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologi juga sangat

besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan

tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman

situasi atau pemecahan problem yang dihadapi.

Seorang guru hendaknya mengetahui tahapan psikologi

seorang anak (siswa). Berikut ini urutan tahapan sebagai seorang

guru untuk lebih memahami tingkatan perkembangan psikologis

anak-anak sekolah dasar dan menengah.

a. Tahap pengkhayal (umur 8 sampai 9 tahun)

b. Tahap romantik (umur 10 sampai 12 tahun)

c. Tahap realistik (umur 13 sampai 16 tahun)

d. Generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)

32

3. Latar belakang budaya

Latar belakang menunjuk suatu istilah budaya yang meli-

puti hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya

yakni, geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda

pekerjaan, pekerjaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni,

olahraga, hiburan moral etika, dan sebagainya. Siswa mudah

tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat

hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Melalui

karya sastra yang dibacanya, asalkan para guru dapat memilih-

kan bahan bacaan dengan tepat, para siswa akan dapat mengenal

budaya sendiri dan budaya asing lainnya.

5. Skenario Pembelajaran Sastra

Skenario pembelajaran novel di sekolah meliputi: (a) standar

kompetensi, (b) kompetensi dasar, (c) indikator, (d) tujuan pem-

belajaran, (e) materi pembelajaran, (f) metode pembelajaran, (g)

langkah-langkah pembelajaran, (h) alokasi waktu, dan (i) evaluasi.

Berikut adalah penjabaran dari skenario pembelajaran novel.

a. Standar Kompetensi

Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di sekolah

khususnya novel adalah memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan. Standar kompetensi hendaknya

sesuai dengan silabus KTSP.

33

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang dikembangkan dari standar

kompetensi dalam pembelajaran sastra khususnya novel adalah

menganalisis unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan pe-

nokohan, alur dan latar dan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral

novel.

c. Indikator

Indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar

dalam pembelajaran sastra khususnya novel dipaparkan sebagai

berikut:

1) menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel;

2) menjelaskan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral dalam novel.

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra dikembangkan dari indikator

dalam pembelajaran sastra khususnya novel dipaparkan sebagai

berikut:

1) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;

2) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel.

e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran nilai moral pada novel disesuaikan

dengan indikator yang terdapat dalam RPP. Materi tersebut

disajikan sebagai berikut.

34

1) Novel Indonesia/terjemahan.

2) Unsur intrinsik novel.

a. Tema utama (menonjol) pada novel.

b. Tokoh utama.

c. Alur dalam novel.

d. Latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada novel

disajikan secara konkret sehingga mampu menimbulkan

imajinasi pembaca mengenai latar tersebut.

3) Nilai moral dalam novel dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. hubungan manusia dengan Tuhan;

Wujud hubungan manusia dengan Tuhan bersifat

religius. Dengan kata lain, setiap perkataan, dan tindakan

seseorang selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

b. hubungan manusia dengan manusia;

wujud hubungan manusia dengan manusia meliputi

tolong menolong, persahabatan, penyayang, pemberi moti-

vasi, berbudi pekerti baik, pemberi nasihat.

c. hubungan manusia dengan diri sendiri

wujud hubungan manusia dengan diri sendiri dalam

novel adalah pantang menyerah.

d. hubungan manusia dengan alam sekitar.

wujud dari hubungan manusia dengan alam sekitar

yaitu memuji keindahan alam.

35

f. Metode Pembelajaran

Dalam pembelajaran novel, metode pembelajaran yang

dapat digunakan sebagai pilihan adalah metode kuantum. Metode

ini memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan,

alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering

disebut dengan teknik TANDUR (Sukirno, 2010: 12)

g. Langkah-langkah Pembelajaran

Sebelum memasuki proses pembelajaran novel ini, terlebih

dahulu guru menugaskan siswa untuk membaca novel tersebut di

rumah secara berkelompok pada pertemuan sebelumnya. Secara

umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga tahap kegiatan,

yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut ini

diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.

Pertemuan Pertama

1) Kegiatan Awal (15 Menit)

Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyam-

paian tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan

kegiatan awal dalam pembelajaran novel.

a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang

akan dibahas;

b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pen-

capaian yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran

berakhir;

36

c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi

novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas

rumah pertemuan sebelumnya)

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum

teknik TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-

hal di bawah ini.

Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:

a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint

mengenai unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;

b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar

siswa memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam

mengenai unsur intrinsik dan nilai moral.

Fase “Alami”, berisi kegiatan:

a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap

kelompok terdiri dari 4-6 siswa;

b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-

beda untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud

adalah: unsur intrinsik dan nilai moral;

c) guru menjelaskan peraturan diskusi;

d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam

diskusi kelompok, setiap kelompok menyampaikan hasil

diskusinya yang diwakili oleh seorang juru bicara;

37

e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap

kelompok diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di

sini guru membantu dengan petunjuk umum yang bersifat

memancing penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan

dalam tanya jawab antarkelompok tersebut.

Fase “Namai”,

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antar-

kelompok dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik

dan nilai moral pada novel di buku tugas.

3) Kegiatan Akhir (15 Menit)

Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.

Bagian ini berisi kegiatan:

a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang

berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami

mengkaji nilai moral tokoh dalam novel;

b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar

unsur intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif

di rumah.

Pertemuan Kedua

1) Kegiatan Awal (20 Menit)

Kegiatan awal meliputi:

a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi

yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;

38

b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-

kekurangan yang masih ditemukan di dalam hasil

pembelajaran sebelumnya.

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Fase “Demonstrasikan”

Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa

menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur

intrinsik dan nilai moral novel kepada temannya secara acak

untuk diidentifikasi.

Fase “Ulangi”

Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah siswa

memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.

Fase “Rayakan”

Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai tertinggi

diberikan kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di

depan kelas dan hasil analisis tersebut dipajang di dinding kelas

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel meliputi:

a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;

guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani

sikap tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam

novel.

39

h. Alokasi Waktu

Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur

dan disesuaikan dengan keleluasan dan kedalaman materi. Dalam

pembelajaran sastra, terutama pada novel waktu yang dibutuhkan

lebih banyak. Sesuai dengan silabus, satu minggu pebelajaran

sastra terdapat dua kali pertemuan dengan sekali pertemuan 2 jam

pelajaran atau 2 x 45 menit.

i. Evaluasi

Dalam skenario pembelajaran nilai moral, pada penilaian

dilakukan dengan menggunakan tes subjektif dan tes objektif. Tes

juga diberikan untuk individu dan juga kelompok.

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari sumber data, objek penelitian, fokus penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, teknik

analisis data dan teknik penyajian analisis. Metode penelitian tersebut dipaparkan

dalam uraian berikut ini.

A. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,

2010: 172). Selanjutnya, data penelitian sastra adalah “bahan penelitian”,

atau lebih tepatnya “bahan jadi penelitian” yang terdapat dalam karya-karya

sastra yang akan diteliti atau disebut data primer. Sebagai bahan jadi

penelitian, data tidak sama dengan Gagenstand atau objek sasaran penlitian.

Adapun data penelitian yang berkaitan dan bersumber dengan resepsi

pembaca, data dan objek penelitiannya masih abstrak atau disebut data

sekunder (Sangidu, 2004:61). Sumber data penelitian ini adalah data primer

yaitu novel Ayah karya Andrea Hirata cetakan pertama Mei 2015.

B. Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian

(Arikunto, 2010: 38). Di lain pihak, objek penelitian sastra dibedakan

menjadi 2 (dua) macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek

(material) penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra,

sedangkan objek formalnya ditentukan oleh sudut pandang yang dilakukan

41

oleh masing-masing peneliti dalam penelitian sastra (Sangidu, 2004: 62).

Objek dalam penelitian ini adalah objek formal. Objek formal dalam

penelitian ini adalah nilai moral tokoh utama dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran pada Siswa Kelas XI SMA.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan titik pusat dari objek penelitian. Penelitian

ini difokuskan pada nilai pendidikan yang ada dalam novel dan skenario

pembelajarannya. Penelitian ini difokuskan padanilai-nilai pendidikan moral

tokoh utama novel Ayah karya Andrea Hirata yang mencakup tiga aspek,

yaitu: 1) aspek moral hubungan tokoh utama dengan diri sendiri; 2) aspek

moral hubungan tokoh utama dengan manusia lain; dan 3) aspek moral

hubungan tokoh utama dengan Tuhan; (4) aspek moral tokoh utama dengan

alam sekitar, dan pembelajarannya di kelas XI SMA, yang meliputi

pengertian pembelajaran sastra; fungsi pembelajaran sastra; tujuan

pembelajaran sastra; bahan pembelajaran sastra; metode pembelajaran

sastra, dan pembelajaran sastranovel Ayah di kelas XI SMA.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah. Peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara berkelanjutan, teknik pengumpulan

dengan teknik gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (sugiyono, 2009:

48).

42

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah,hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah (Arikunto, 2010: 160).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas pencatat

data beserta dengan alat tulisnya. Kertas pencatat digunakan untuk mencatat

seluruh data yang berupa kutipan–kutipan yang berkaitan dengan nilai moral

tokoh utama dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan

teknik catat. Teknik baca adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan

dengan membaca secara keseluruhan objek penelitian sedangkan teknik

catat adalah teknik pencatatan secara sistematis pada objek penelitian

(Sudaryanto, 2015: 132-133). Teknik baca dan catat merupakan pengamatan

atau pencatatan secara sistematis pada objek penelitian. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. mencari objek penelitian;

2. membaca novel Ayah karya Anrea Hirata dengan kritis dan teliti;

3. menentukan objek penelitian berupa novel Ayah;

4. mengelompokkan data-data nilai moral tokoh utama dalam novel Ayah

karya Andrea Hirata;

43

F. Teknik Validasi Data

Setelah objek penelitian didapatkan, peneliti segera memvalidasi data

dengan teknik triangulasi sumber yaitu, peneliti menggunakan pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunakan observasi partisipatif dan dokumentasi untuk sumber

data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2009: 83).

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis

isi (content analysis). Menurut Barelson (Titscher, 2009: 97) analisis isi

adalah suatu teknik penelitian untuk menguraikan isi komunikasi yang jelas

secara objektif, sistematis, dan kualitatif. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis isi novel Ayah karya Andrea Hirata. Teknik

analisis isi yang terdiri dari data yang digunakan penelitian ini dari bentuk-

bentuk bahasa, yakni teks dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

Data yang terkumpul kemudian peneliti analisis dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi data penelitian;

2. menelaah data-data nilai moral tokoh utama serta nilai-nilai pendidikan

yang terdapat dalam novel Ayah;

3. menganalisis data penelitian;

4. mendeskripsikan pembelajaran nilai moral tokoh utama serta nilai-nilai

pendidikan dalam novel tersebut;

5. menyimpulkan hasil analisis dan pembelajarannya.

44

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah peneliti mencatat

dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat,

wacana, gambar-gambar/foto, catatan harian, memorandum, dan video-tipe.

Teknik yang digunakan untuk penyajian hasil analisis data adalah

menggunakan metode informal. Metode informal adalah perumusan dengan

kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.

(Sudaryanto, 2015: 241).

Dalam penelitian ini digunakan teknik hasil analisis informal karena

hasil analisis nilai moral tokoh utama Novel Ayah karya Andrea Hirata dan

Skenario Pembelajaran pada Siswa Kelas XI SMA digunakan kata-kata

biasa yang lebih terperinci dan lebih mudah dipahami sehingga akan

diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak, sehingga

dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh

menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan sistematik.

45

BAB IV

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Dalam bab ini, disajikan dua hal paparan pokok, yakni (1) penyajian data

(2) pembahasan data. Penyajian data merupakan hasil penelitian yang disajikan

secara singkat mengenai hasil penelitian berupa tabel, sedangkan pembahasan

data merupakan penelitian yang terdiri dari unsur intinsik, nilai moral Ayah karya

Andrea Hirata, dan skenario pembelajaran di SMA.

A. Penyajian Data

Dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yang akan penulis teliti, (1)

unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan

amanat (2) nilai moral yang meliputi persolan hidup dan kehidupan manusia

yang dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri,

hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (3) skenario pembelajarannya di

SMA.

Sebelum penulis membahas data penelitian tentang novel Ayah karya

Andrea Hirata melalui kajian nilai moral sastra, terlebih dahulu penulis

menyajikan data. Penyajian data tersebut nampak pada penjabaran berikut ini.

1. Struktur Karya Sastra Novel Ayah Karya Andrea Hirata

Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi

tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat. Semua unsur intrinsik

tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.

46

Tabel 1.

Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata

No. Unsur pembentuk karya sastra Penyajian data

1. Tema: cinta kasih

2. Tokoh dan penokohan

a. Tokoh Utama

1. Tokoh Utama:

Sabari merupakan tokoh utama. Sabari memiliki

sifat lugu, selalu optimis, keras kepala namun

kurang berpikir positif.

121,122, 140,

191

b. Tokoh Tambahan

a. Marlena

Marlena memiliki sifat angkuh, tak acuh dan

berpendirian teguh

67, 119, 257

b. Ukun

Ukun memiliki sifat perhatian dan peduli kepada

tokoh utama

115, 125, 128

c. Tamat

Tamat memiliki sifat peduli dan pemberi ide

125, 286, 293

d. Zorro

Zorro memiliki sifat periang dan berbakti kepada

221, 258, 395

47

orang tua

e. Ibu Norma

Ibu Norma mempunyai sifat berhati tulus,

pemberi motivasi dan pendukung sikap setia

kawan

69, 295

f. Zuraida

Zuraida mempunyai sifat perhatian dan peduli

284, 285, 290

g. Markoni

Markoni memiliki sifat keras, tegas dan jujur.

145, 156

h. Jon Pijareli

Jon Pijareli memiliki sifat berjiwa sosial tinggi,

namun mudah putus asa

195, 307

i. Manikam

Manikam memiliki sifat pendiam, berwibawa

dan kaku

241, 194

j. Niel

Niel memiliki sifat kepahlawanan

332, 334

k. Larissa

Larissa memiliki sifat rasional dan acuh tak acuh

331, 334

l. Toharun

Toharun memiliki sifat setia kawan dan pemberi

motivasi

353, 355

m. Juru Antar 204, 356, 363

48

Juru Antar memiliki sifat jujur, peramah dan

berjiwa social

3. Alur

Alur yang digunakan adalah alur campuran:

a. Tahap penurunan konflik 1, 2

a. Tahap penyituasian 12, 13

b. Tahap pemunculan konflik 48, 49

c. Tahap peningkatan konflik 74, 120, 128

d. Tahap klimaks 171, 220

e. Tahap penurunan konflik 286, 287, 298,

299

f. Tahap penyelesaian 343, 381

4. Latar

a. Latar tempat:

rumah Sabari, Markas Pertemuan Buruh (MPB),

SMA, stasiun radio, pabrik batako, taman balai kota,

pasar ikan, pelabuhan.

1, 74, 69, 77,

11, 360, 97,

98, 149, 154,

228, 229, 283,

284, 397, 380,

381

b. Latar waktu:

pagi, siang, sore dan malam hari

67, 75, 162,

32, 170,

210,64, 180,

379, 1, 140

49

c. Latar sosial:

kehidupan menengah ke bawah, berjiwa sosial

tinggi di Kampung Belantik

11, 38, 153

5. Amanat

Selalu bertawakal kepada Tuhan, selalu berperasangka

baik terhadap semua kedaan hidup yang telah digariskan

Tuhan dan Jangan mudah berputus asa dan harus selalu

berusaha

44, 77

2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata

Nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata meliputi

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,

manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitar

akan disajikan dalam bentuk tabel. Berikut disajikan tabel analisis nilai

moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata.

Tabel 2.

Nilai moral novel Ayah Karya Andrea Hirata

No Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata Penyajian data

1. Hubungan manusia dengan Tuhan

Tawakal 33, 48

2. Hubungan manusia dengan manusia

a. Tolong menolong 64, 77, 154

b. Persahabatan 55, 112, 208, 286

50

c. Penyayang 174, 183, 226

d. Pemberi motivasi 108, 115

e. Berbudi pekerti baik 11, 141, 185

f. Pemberi nasihat 121, 125, 184

3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Pantang menyerah 77, 117, 120, 160, 281

4. Hubungan manusia dengan alam sekitar

Memuji keindahan alam 62, 64, 152, 385, 394

3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea Hirata

Skenario pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata di keas XI

SMA meliputi: (a) standar kompetensi, (b) kompetensi dasar, (c) indikator,

(d) tujuan pembelajaran, (e) materi pembelajaran, (f) metode pembelajaran,

(g) langkah-langkah pembelajaran, (h) alokasi waktu, dan (i) evaluasi.

Berikut adalah penjabaran dari skenario pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata di kelas XI SMA.

a. Standar Kompetensi

Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di kelas XI

SMA khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata adalah memahami

berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang dikembangkan dari standar kompetensi

dalam pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata

51

adalah menganalisis unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan

penokohan, alur dan latar dan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral novel

Ayah karya Andrea Hirata.

c. Indikator

Indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar dalam

pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata

dipaparkan sebagai berikut:

1) menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea

Hirata;

2) menjelaskan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral dalam novel Ayah

karya Andrea Hirata.

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra dikembangkan dari indikator dalam

pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata

dipaparkan sebagai berikut:

1) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata;

2) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata.

e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran nilai moral pada novel Ayah disesuaikan

dengan indikator yang terdapat dalam RPP. Materi tersebut disajikan

sebagai berikut.

52

1) Novel Ayah karya Andrea Hirata.

2) Unsur intrinsik Ayah karya Andrea Hirata.

a. Perjuangan sungguh-sungguh cinta kasih seorang lelaki yang

tak kenal putus asa.

b. Tokoh utama adalah Sabari, tokoh tambahan .

c. Alur dalam novel Ayah karya Andrea Hirata adalah alur

campuran.

d. Latar tempat, latar waktu dalam latar sosial dalam Ayah karya

Andrea Hirata disajikan secara konkret sehingga mampu

menimbulkan imajinasi pembaca mengenai latar tersebut.

3) Nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dapat

dipaparkan sebagai berikut:

a. hubungan manusia dengan Tuhan;

Wujud hubungan manusia dengan Tuhan bersifat religius.

Dengan kata lain, setiap perkataan, dan tindakan seseorang

selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

b. hubungan manusia dengan manusia;

wujud hubungan manusia dengan manusia meliputi tolong

menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi

pekerti baik, pemberi nasihat.

c. hubungan manusia dengan diri sendiri

wujud hubungan manusia dengan diri sendiri dalam novel Ayah

adalah pantang menyerah.

53

d. hubungan manusia dengan alam sekitar.

wujud dari hubungan manusia dengan alam sekitar yaitu

memuji keindahan alam.

f. Metode Pembelajaran

Dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata, metode

pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Metode ini

memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai,

demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering disebut dengan teknik

TANDUR.

g. Langkah-langkah Pembelajaran

Sebelum memasuki proses pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata ini, terlebih dahulu guru menugaskan siswa untuk

membaca novel tersebut di rumah secara berkelompok pada pertemuan

sebelumnya. Secara umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga

tahap kegiatan, yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Berikut ini diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.

Pertemuan Pertama

1) Kegiatan Awal (15 Menit)

Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyampaian

tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan kegiatan

awal dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata.

a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas;

54

b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;

c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi

novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah

pertemuan sebelumnya)

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum teknik

TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah

ini.

Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:

a) mempresentasikan materi dengan media yang dapat

disesuaikan mengenai unsur intrinsik novel dan ragam nilai

moral;

b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa

memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur

intrinsik dan nilai moral.

Fase “Alami”, berisi kegiatan:

a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok

terdiri dari 4-6 siswa;

b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda

untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur

intrinsik dan nilai moral;

c) guru menjelaskan peraturan diskusi;

55

d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi

kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan

hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang

juru bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang

sesuai dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya;

e) Guru membantu dengan petunjuk umum yang bersifat

memancing penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan dalam

tanya jawab antarkelompok tersebut.

Fase “Namai”, berisi kegiatan:

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok

dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai

moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata di buku tugas.

3) Kegiatan Akhir (15 Menit)

Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.

Bagian ini berisi kegiatan:

a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang

berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji

nilai moral tokoh dalam novel;

b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur

intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.

56

Pertemuan Kedua

1) Kegiatan Awal (20 Menit)

Kegiatan awal meliputi:

a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang

telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;

b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan

yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Fase “Demonstrasikan”

Fase keempat dari teknik TANDUR adalah “demonstrasi-

kan”. Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa

menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur intrinsik

dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata kepada temannya.

Fase “Ulangi”

Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang

dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan

saran teman.

Fase “Rayakan”

Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum

teknik TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang

memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk

membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis

tersebut dipajang di dinding kelas

57

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata meliputi:

a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;

guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap

tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.

h. Alokasi Waktu

Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur dan

disesuaikan dengan keleluasan dan kedalaman materi. Dalam

pembelajaran sastra, terutama pada novel waktu yang dibutuhkan lebih

banyak. Sesuai dengan silabus, satu minggu pebelajaran sastra terdapat

dua kali pertemuan dengan sekali pertemuan 2 jam pelajaran atau 2 x

45 menit.

i. Evaluasi

Dalam skenario pembelajaran nilai moral pada Ayah karya

Andrea Hirata, penilaian dilakukan dengan menggunakan tes subjektif

dan tes objektif.

58

B. Pembahasan Data

Pembahasan data dipaparkan unsur intrinsik novel dan unsur ekstrinsik

novel Ayah karya Andrea Hirata. Unsur-unsur novel dipaparkan berikut ini.

1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata

Dalam skripsi ini penulis manganalisis unsur intrinsik Ayah karya

Andrea Hirata yang meliputi: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, (c) alur,

(d) latar (e) amanat. Berikut paparan mengenai analisis tersebut.

a. Tema

Tema pada novel Ayah karya Andrea Hirata adalah cinta kasih.

Adapun masalah-masalah pembangun tema dapat dijelaskan pada

penjabaran berikut.

Masalah cinta kasih seorang laki-laki kepada seorang perempuan.

Seorang anak SMA yang baru pertama kali merasakan cinta

pertama dan terlalu ingin mendapatkan hati seorang perempuan yang

selau menghantuinya setiap waktu. Perasaan cinta itu ternyata bukan

sekadar perasaan suka anak ABG, tetapi perasaan terbawa hingga

dewasa.

Masalah cinta kasih itu dialami Sabari sejak SMA. Berbagai

cara telah Sabari lakukan demi mendapatkan hati Marlena. Berkali-

kali Sabari gagal. Sabari mencoba berbagai cara lain yang

menurutnya itu adalah beberapa cara yang dapat membuat Marlena

memperhatikannya. Sabari tidak pernah mengenal putus asa. Hal ini

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

59

Sabari patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaannya

kepada Lena sama seperti saat Lena merampas kertas

jawabannya pada hari keramat itu. Lagi pula, ayahnya

sering mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan

suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung.

(Ayah:48)

Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu

berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu

menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti

menghitung.

(Ayah:76-77)

Dari kutipan di atas, dapat dibuktikan bahwa Sabari bukanlah

lelaki yang mudah putus. Dia tidak pernah putus asa dan selalu

bertawakal kepada Tuhan. Dia akan selalu membuat berbagai cara

untuk mendapat perhatian dari wanita yang ia impikan.

Cinta kasih seorang ayah kepada anak. Hingga akhirnya hari

pernikahan yang ditunggu Sabari akhirnya tiba. Hari yang telah ia

impikan sejak SMA yaitu menikah dengan Marlena. Tak tau angin

dari mana yang membawa nasib itu. Tak lama Sabari dan Marlena

dikaruniai seorang anak lelaki yang dipanggilnya Zorro. Betapa

Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya sepanjang waktu.

Dia terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah dan seluruh

kebaikan yang terpancar darinya.

Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari-jemari

kakinya yang mungil. Kalau malam Sabari susah susah tidur lantaran

membayangkan bermacam rencana yang akan dia lalui dengan

anaknya jika besar nanti.

60

Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus,

mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan, mengganden-

gnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan mem-

boncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota. Tetapi,

pernikahan itu tidak lama. Marlena minta cerai dan akhirnya

membawa Zorro pergi. Mulai saat itu, Sabari seperti orang gila

karena telah ditinggal pergi oleh Marlena dan Zorro. Hal itu dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

Sabari bersanding dengan Marlena adalah pemandangan

paling mustahil yang pernah dilihat Ukun dan Tamat.

Semua yang hadir dalam perhelatan yang amat sederhana

itu kiranya sependapat dengan mereka.

(Ayah:171)

Betapa Sabari menyayangi Zorro. ingin dia memeluknya

sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil

yang sangat indah dan seluruh kebaikan terpancar darinya.

Diciumnya anak itu dari kepala sampai ke jari jemari

kakinya yang mungil.

(Ayah:183)

Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu Lena dan

Zorro telah berada di seberang jalan, lalu masuk mobil dan

langsung meluncur. Sabari tahu apa yang paling ditakutinya

telah terjadi. Dia berdiri memegang balon gas. Zorro, zorro,

panggilnya dalam hati. (Ayah:229)

Dari kutipan di atas terbukti bahwa Sabari begitu mencintai

Zorro. Sabari tidak mempermasalahkan Marlena yang minta dicerai.

Sabari hanya ingin selalu bersama Zorro. Tetapi hidup Sabari tak

karuan setelah Zorro di bawa Lena.

61

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh sebagai pelaku dalam sebuah cerita sangat berkaitan

dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang.

Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan dimunculkan

terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian cerita, dan

sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa

kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang

relatif pendek adalah tokoh tambahan. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku cerita yang hadir untuk

menampilkan suatu karakter tertentu.

1. Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel Ayah karya Andrea Hirata adalah

Sabari. Sabari adalah seorang laki-laki tangguh yang pantang

menyerah. Berbagai cara akan dilakukan. Walaupun telah gagal,

Sabari akan terus mencoba berbagai cara. Hal ini dapat terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“...jiwamu sudah dikecoh cinta. Waspada, Ri, bisa-bisa kau

kena gangguan jiwa, masuk Panti Amanah... Sabari pucat.

Itulah yang paling ditakutinya. “Mau?!” “Tidak mau, Kun.”

“Maka, perbaiki dirimu! Lihatlah, Lena telah membuatmu

opsedon!”... “Baiklah, Kun.” “...kalau masih kau sebut-

sebut nama perempuan itu, ku laporkan kau sama

Doktoranda Ida Nuraini!” “Jangan Kun.”

(Ayah:121)

“...akan kuhapus, Kun.” “Tekadkan niatmu!” “Aku

bertekad, Kun.” “Janji?” “Janji, Kun.”

(Ayah:122)

62

“Malam pertama Maret, Sabari tak bisa tidur. Semua upaya

untuk mendapatkan Lena telah gagal.” “...Marlena terlanjur

lekat dalam benaknya seperti nyawa lekat pada tubuhnya.”

“Dipertimbangkannya sebuah rencana terakhir, akankah

gagal lagi?” “...setelah menimbang segala hal, akhirnya

Sabari memutuskan untuk menempuh rencana terakhir itu.”

(Ayah: 140)

“Itulah maslah kau, Ri, teladanmu hal yang konyol, kisah

novel adalah fiksi, khayal, sama dengan dongeng!”

“Namun, bukankah fakta lebih aneh daripada fiksi?” Sabari

berkilah.

(Ayah:191)

2. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata

yaitu: Tokoh tambahan andalan antara lain: Marlena, Ukun, Tamat,

Zorro, Ibu Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel,

Larissa, Toharun, Juru Antar.. Adapun tokoh-tokoh itu dipaparkan

berikut ini.

1. Marlena

Marlena termasuk tokoh tambahan andalan karena

dapat memperkuat alur cerita. Marlena merupakan seorang

perempuan yang sangat dicintai Sabari. Marlena mempunyai

sifat tak acuh, keras kepala dan berpendirian teguh. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

“...sekilas mereka beradu pandang, semuanya seperti

dalam gerak lambat, tetapi Lena seakan melihat angin

saja. Seakan Sabari tak ada disitu. Sikapnyasama sekali

tak mencerminkan kata-kata romansa dalam suratnya.

Sabari terpana, Senyorita juga.”

(Ayah:67)

63

“tak tahukah kau? Sabari sudah jadi orang tenar! Orang

besar! Dia juara maraton!” “Apa peduliku!? Dia mau

jadi juar maraton, mau jadi juara menulis indah, tak

ada urusan denganku!”

(Ayah:119)

“Aku tak menyangka bahwa banyak peristiwa masa

lalu yang kusesali sekarang. Karena waktu itu aku

muda, bodoh, dan marah. Namun, bukankah kita tidak

benar-benar hidup jika kita hidup tanpa penyesalan?”

(Ayah:257)

2. Ukun

Ukun termasuk tokoh tambahan andalan karena dapat

memperkuat alur cerita. Ukun merupakan salah satu sahabat

Sabari yang memiliki Samad memiliki sifat perhatian dan

peduli kepada tokoh utama. Salah satu contoh sifat

perhatiannya terlihat ketika Ukun mengetahui bahwa Sabari

sangat tergila-gila pada Marlena. Ukun berusaha mengalihkan

pikirannya agar Sabari berhenti memikirkan Marlena. Ukun

mencoba menanyakan mengapa Sabari begitu tergila-gila

kepada Marlena. Hal ini dapat terlihat pada kutipan di bawah

ini.

“Ri, sebenarnya ada cara untuk melupakan perempuan,

kata Ukun.”

(Ayah: 115)

“Diam-diam, kau sudah kukenalkan dengan tukang

jamu gendong yang suka berjualan di muka bank BRI,

berminatkah kau, Ri?”...

(Ayah: 125)

“Mengapa, Ri? Mengapa Lena? Mengapa seakan tak

ada perempuan lain di dunia ini?”...

(Ayah:128)

64

3. Tamat

Tamat termasuk tokoh tambahan andalan karena dalam

cerita ini Tamat merupakan sahabat yang tak terpisahkan

antara Ukun, Tamat dan Sabari. Sama dengan Ukun, Tamat

juga memperdulikan Sabari yang malang karena berkali-kali

ditolak oleh Marlena. Hal itu dapat terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Terlalu sentimental.” Begitu pendapat Tamat tentang

Sabari.

(Ayah: 125)

“Banyak orang suka angka delapan. Karena kalau

untung, tak berkesudahan, tapi begitu juga kalau

senewen, senewennya takkan selesa-selesai. Sudah

saatnya kita berbuat sesuatu yang spektakuler untuk

Sabari,” kata Tamat kepada Ukun.

(Ayah:286)

Rencana perjalanan semakin matang. Di warung kopi

Solidr, Tamat berkata, “Delemot menjadi saksi, kau

kutunjuk sebagai juru bicara dalam perjalanan kita

nanti. Aku sendiri adalah pemimpin ekspedisi.”

(Ayah:293)

4. Zorro

Zorro termasuk tokoh tambahan andalan karena dapat

memperkuat alur cerita. Zorro merupakan anak kandung

Marlena. Dengan senang hati, Sabari menjadikan dirinya

sebagai “Bapak sambung” bagi Zorro. Kebahagiaan segera

datang bagi Sabari sejak lahirnya Zorro. Sifat terpuji, periang,

berjiwa sosial tinggi dan taat kepada oranng tua menjadikan

65

Zorro sangat disayangi oleh Sabari. Hal ini dapat diketahui

pada kutipan di bawah ini.

“...Zorro duduk di keranjang rotan yang ditautkan di

setang. Sepanjang jalan mulut Zorro tak berhenti

berkicu. Dia melambai kepada siapa saja dan apa saja.”

“Alo, alo sapanya.”...

(Ayah:221)

“Kata Zorro dia sengaja menurunkan nilainya, sengaja

tak menjawab beberpa soal dalam ujian, sengaja

membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian karena

kasihan kepada Imelda yang sangat ingin menjadi juara

pertama.”

(Ayah:258)

“Zorro (Amiru) kerap mengunjungi tiga rang lain yang

pernah menjadi ayahnya, yang mencintainya dengan

cara mereka masing-masing, yaitu Manikam, Jon

Pijareli, dan Amirza. Dia pun selalu berkomunikasi

dengan kedua adik tirinya, Amirt dan Amirna.”

(Ayah:395)

5. Ibu Norma

Ibu Norma adalah salah seorang guru di SMA. Ibu

Norma begitu peduli kepada muridnya, terlebih murid yang

nakal. Namun, Ibu Norma sangat mendukung sikap setia

kawan yang dimiliki muridnya. Ibu Norma mempunyai sifat

pemberi motivasi dan pendukung sikap setia kawan. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

“Ri, kudengar kau mau keluar sekolah? Rencana

macam apa itu?! Kau aalah atlet yang tangguh

sekaligus pencipta puisi jempolan, satu kombinasi yang

langka. Jangan-jangan di dunia ini hanya kau yang

punya kombinasi itu...”

(Ayah:69)

66

“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari

tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan,

sungguh mulia!”

(Ayah: 295)

6. Zuraida

Zuraida adalah teman SMA dari Sabari, Ukun dan

Tamat. Zuraida memiliki sifat perhatian dan peduli. Suatu

ketika Zuraida melihat Sabari berkelebat di pasar ikan. Tanpa

ragu-ragu dia menegur Sabari dan mengingatkan Sabari untuk

menjadi sehat kembali. Kepedulian Zuaraida terlihat pada saat

Ukun dan Tamat meminta informasi mengenai Lena dan

Zorro. Zuraida memberikan semua surat-surat Lena yang

dikirim untuknya. Dengan harapan, untuk kebaikan Lena,

Zorro dan Sabari. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di

bawah ini.

“Boi! Apa-apaan kau ini?! Kalau mau sinting bilang-

bilang! Jangan raib begitu saja. Sabari meunduk

dalam.”

(Ayah:284)

“Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton layar

tancap, lihat pasar malam, goda-goda perempuan di

Pantai Tanjong Pendam, macam orang laki lainnya,

kembalikan hidupmu! Jangan sinting begini.”

(Ayah:285)

“Kupastikan surat-surat ini memang dari Lena.

Caranya menulis Masjid Baiturachman di beberapa

surat ini tetap, tak berubah. Artinya surat-surat ini

memang ditulis orang yang sama dan orang itu adlah

Marlena binti Markoni, tak lain tak bukan.”

(Ayah:290)

67

7. Markoni

Markoni adalah ayah dari Marlena. Markoni

mempunyai sifat tegas dan juga jujur. Hal itu dapat diketahui

pada kutipan di bawah ini.

“Nama saudara?!” “Sabari bin Insyafi.” “Kalau

menjawab, tegas! Jangan seprti orang kurang kurang

vitamin E begitu!” “Sabari bin Insyafi!” “Mencetak

batako butuh ketegasan! Sikap Pasti, tliti, cepat,

waspada, bijaksana, tidak ragu!”...

(Ayah:145)

“ketiga, juga seperti Sabari, jujur! Jangan kau kurangi

takaran semen jika mencetak batako. Batako kita harus

tahan gempa bumi minimal tujuh skala Richter. Kalau

kau curang, akibatnya bisa fatal sekolah bisa roboh,

murid-murid dan guru-guru yang mulia biasa celaka.

Biarlah orang-orang di luar sana makmur sentosa

karena mencuri, kita jangan! Meski susah, kta harus

jujur.”

(Ayah:156)

8. Jon Pijareli

Jon Pijareli adalah seorang musisi yang menjadi

pendamping hidup ketiga Marlena. Jon Pijareli mempunyai

sifat berjiwa sosial tinggi dan mudah putus asa. Hal itu dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

Boros Akinmusire berkata, “Repot sekali kalau ada

Bang Jon, ngomel saja kerjanya. Tapi, kalau tak ada,

kami rindu. Tak mantap rasanya kalau tak ada dia.”

(Ayah:195)

Melalui kaca pintu, Jon melihat dua orang berseragam

pemerintah. “Bolehkah kami masuk, untuk bertanya

dan mengisi formulir ini?” “Tidak boleh!” “Tapi,

Pak....” “Tidak ada tapi-tapi! Tolong tulis saja di

formulirmu itu, Jon Pijareli, sampah masyarakat!”

(Ayah:307)

68

9. Manikam

Manikam adalah seorang pegawai pemerintah. Dia

memiliki sifat pendiam dan kaku. Hal itu dapat terlihat pda

kutipan di bawah ini.

“Jadi, bukan kau yang membuat 37 syarat itu?”

“Bukan,” jawab Lena santai. Tiba-tiba Manikam

menjadi gugup. (Ayah:241)

“Di antara kawan-kawan kerjanya, Manikam selalu

mengatakan bahwa mereka adalah pegawai yang digaji

dengan uang rakyat, penerima amanah yang tak boleh

sembarangan saja bertabiat. Oleh karena itu, banyak

yang tak betah bekerja dengannya.”

(Ayah:194)

10. Niel

Niel merupakan penduduk asli Darwin. Tiba-tiba Niel

tak sengaja menemukan seekor penyu yang tertempel pelat

aluminium bertuliskan ratapan Sabari yang sangat kehilangan

Zorro dan Marlena. Melihat hal tersebut, Niel merasa

terpanggil untuk segera mencari Zorro dan Marlena dan

menanyakan di berbagai tempat di Australia. Hal itu dapat

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Bacalah ini baik-baik, Sbari ini benar-benar sedang

mencri anaknya.”

(Ayah:332)

“Kau tak percaya,” kata ayahnya (Niel)

(Ayah:334)

11. Larissa

Larissa merupakan anak dari Niel. Larissa memang

percaya tak percaya mengenai pelat yang ditemukan ayahnya

69

yang tertali di penyu itu. Larissa cemas karena tiba-tiba

ayahnya begitu sibuk mencari Lena dan Zorro. Larissa

memiliki sifat acuh tak acuh dan cara berpikir rasional. Hal itu

dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Ditepuk-tepuknya pundak ayahnya, diyakinkannya

bahwa penyu itu tak bisa dianggap serius. Bahwa di

laut adalah hal biasa para nelayan menemukan benda-

benda yang aneh.”

(Ayah: 331)

“ya, aku tak percaya, tapi masuklah.”

(Ayah:334)

12. Toharun

Tuharun merupakan teman lama SMA Sabari. Toharun

memiliki sifat baik, setiakawan dan pemberi motivasi. Suatu

ketika mereka bertemu di tempat Sabari biasa mencari

pekerjaan di pasar. Dan pada waktu itu juga Toharun merasa

senang bisa bertemu lagi dengan Sabari. Hal itu dapat

dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

“Toharun!” Senyum Toharun makin lebar. “Lama

sekali tak berjumpa, kawan.” Toharun memeluk

Sabari.

(Ayah: 353)

“Hebat! Kau lebih cepat daripada musang yang paling

sehat sekalipun!” kata Toharun menyemangati Sabari...

(Ayah:355)

13. Juru Antar

Juru antar adalah pengantar surat dari pengadilan yang

ditugaskan untuk mengantar surat panggilan sidang untuk

70

Sabari. Juru Antar memiliki sifat jujur, peramah dan berjiwa

sosial tinggi. Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

“Maaf, saya tidak bisa mnerima pemberian Saudara.

Saya ini aparat pemerintah. Apakah Saudara pernah

mendengar istilah gratifikasi?”

(Ayah:204)

“Tentu Bung masih ingat denganku,” sapa Juru Antar

sambil menjulurkan tangan.

(Ayah:356)

“Kutunggu Bung di garis finis!” ... “Doaku selalu

bersama Bung!”

(Ayah:363)

c. Alur

Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang

menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Alur atau plot sering disebut

kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu

yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan

agar pembaca menebak-nebak peritiwa yang akan datang. Dalam

membahas alur, ada beberapa tahap. Adapun tahapan-tahapan alur

tersebut dapat dijelaskan pada penjabaran berikut ini.

1. Tahap penurunan konflik

Tahap penurunan konflik terdapat di awal cerita pada novel.

Diketahui Sabari tengah duduk meratapi kehidupannya yang telah

di tinggal oleh Marlena dan Zorro. hal itu dapat diketahui pada

kutipan di Bawah ini.

71

Begitu terang sehingga Sabari yang duduk sendiri di

beranda, sedih, kesepian dan merana, dapat melihat gurat

nasib di telapak tangan kirinya.

(Ayah:1)

Sebatang pohon delima di pojok kanan pekarangan ikut-

ikutan kesepian. Mereka merindukan Marlena, Marleni,

dan terutama Zorro.

(Ayah:2)

Kutipan di atas terlihat pembuktian tahap penurunan konflik.

Terlihat bahwa Sabari tengah meratapi nasibnya. Dia merindukan

Marlena dan Zorro yang dicintainya.

2. Tahap penyituasian

Awal cerita pada novel ini didahului oleh pertemuan tidak

sengaja di waktu Sabari mengikuti ujian seleksi masuk SMA.

Pertemuan itu menjadi hari paling bahagia bagi Sabari karena baru

pertama kali Sabari melihat seorang anak perempuan yang membuat

hatinya tidak dapat melupakannya. Walaupun Sabari tidak

mengenalnya, tapi dia selalu penasaran siapa sesungguhy anak

perempuan itu. Terlebih lagi anak perempuan itu memberi Sabari

sebuah pensil, setelah anak itu selesai mennyontek jawaban Sabari.

Mungkin pensil itu adalah sebagai hadiah untuk kebaikannya.

Perempuan itu begitu lekat dihatinya walaupun sama sekali Sabari

tidak mengenalnya. Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

Anak perempuan itu membereskan tasnya. Sabari

terpana melihat bunga-bunga ilalang dalam tasnya.

Tanpa berkata-kata, anak itu terseyum kepada Sabari dan

72

menyerahkan pensilnya. Mungkin semacam hadiah

untuk kebaikan Sabari.

(Ayah:12)

Usai ujian itu, sepanjang sore dan malam, Sabari terus

menggenggam pensil pemberian anak perempuan yang

tak dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun

melepaskannya. Keesokannya dia terbangun, pensil itu

masih berada dalam genggamannya.

(Ayah: 13)

Kutipan di atas terlihat bahwa salah satu pembuktian tentang

tahap penyituasian yang ada dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

Tahap penyituasian ini, ditulisakan pada awal bagian novel oleh

pengarang.

3. Tahap pemunculan konflik

Pemunculan konflik ditunjukkan pada saat Sabari

menemukan puisi Lena untuknya. Puisi itu tertempel di

majalah dinding sekolah. Sejak saat itulah Sabari semakin

tergila-gila pada Lena. Perempuan yang membuatnya terpana

sejak pertama kali berjumpa saat ujian seleksi masuk SMA.

Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Sabari patah hati, tetapi dia tak patah harapan.

Perasaannya kepada Lena sama seperti saat Lena

merampas kertas jawabannya pada hari keramat irtu.

Lagu pula, ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan

selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan

berhenti mnghitung. Benar saja, hari itu, setelah dua

tahun terus menerus ditolak Lena, Tuhan berhenti

menghitung.“Kun! Ukun!” Ukun menoleh. “Marelna

membuat puisi untukku!” Wajah Sabari pucat. Ukun

tersenyum remeh.

(Ayah:48)

73

“Puisi penyumpah-nyumpah biar kau dicakar iblis atau

dilinds truk timah atau puisi baik-baik?” “Boleh

disebut puisi cinta.” “Serius?” Ternganga mulut Ukun.

... Bergegas ukun menuju majalah dinding... Namun,

disana dia tertegun. Tak percaya dia melihat puisi

diketik rapi itu.

(Ayah:49)

Kutipan di atas terlihat bahwa adanya tahap

pemunculan konflik pada novel Ayah karya Andrea Hirata.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa adanya puisi Lena

untuk Sabari yang membuat Sabari tambah tak karuan. Hal itu

terjadi karena selama ini baru pertama kali dia bahagia karena

seorang perempuan yang dipujanya itu.

4. Tahap peningkatan konflik

Pada tahap peningkatan konflik, Sabari diberitahu oleh

Ukun bahwa ada surat Lena untuk Sabari. Hal itu dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

“Boi, cepat ke sekolah! Ada lagi surat lena untukmu!”

Sabari yang tergeletak lemah tak berdaya di atas

tempat tidur sontak melompat. ... Di depan majalah

dinding, Sabari berdiri terpaku dengan wajah haru.

Matanya berkaca-kaca. Berulang-ulang dibacanya surat

itu.

(Ayah:74)

Semual Ukun mendga apa yang terjadi dengan Sabari

dulu hanyalah eufiria anak SMA, tetapi seiring waktu,

Sabari semakin terpaku kepada Lena. Inikah yang

disebut orang cinta sejati?

(Ayah:120)

“Mengapa, Ri?” Mengapa Lena?” mengapa seakan tak

ada perempuan lain di dunia ini?” “Aku pun tak tahu,

Boi. Kalau melihat Lena, aku merasa seakan sayap-

sayap tumbuh di bawah ketiaku.” (Ayah:128)

74

Kutipan di atas terlihat adanya tahap peningkatan

konflik yang terjadi dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

Peningkatan konflik dimulai saat Sabari sudah putus asa dan

memutuskan akan keluar dari sekolah. Tetapi, Sabari

menyaksikan majalah dinding terpampang surat Lena

untuknya. Sejak itu Sabari semakin menggilai Lena.

Peningkatan konflik juga terjadi saat lulus SMA dan Sabari

sudah bekerja di Tanjong Pandan. Selama itu pula Sabari tak

dapat berhenti mencintai Lena. Entah apa yang terjadi pada

diri Sabari. Padahal, sahabatnya sudah sering mengingatkan

bahwa masih banyak perempuan di dunia ini selain Lena.

Akan tetapi, Sabari tak bisa melupakan Lena.

5. Tahap klimaks

Tahap puncak pada novel ini adalah ada saat Sabari

menikah dengan Lena hingga Marlena melahirkan seorang

anak laki-laki yang diberi nama Zorro. Sabari sangat

menyayangi Zorro. Suatu hari mereka bercerai dan Marlena

mengambil Zorro darinya. Sejak itu Sabari merasa sangat

kehilangan Marlena, terutma Zorro. Hal ini dapat terlihat pada

kutipan di bawah ini.

75

Waktu penghulu membimbing Sabari untuk akad

nikah, baru satu-dua kata penghulu bersabda langsung

disambar Sabari. Cepat sekali, macam tukang dadu

cangkir menyambar duit seribu. Sabari mengucap akad

sekali saja, cerdas, fasih, lancar bahkan lebih lancar

daripada penghulu. Ukun terpana dan bertanya

bagaimana Sabari bia begitu hebat. “Aku sudah hafal

ucapan nikahku pada Lena sejak kelas tiga SMP,”

jawab Sabari dengan tenang.

(Ayah:171)

“Bilang pada sama Lena, Kun,” pesan lelaki lugu itu.

“Dia boleh kawin dengan dealer Ivespa, dengan

penggemar vespa, dengan pemilik bengkel vespa,

dengan pembalap vespa, dengan pencuri vespa, dengan

orang yang pernah ditabrak vespa, bahkan dengan

penemu vespa. Dia juga boleh mengambil tanahku,

rumahku, warungku, sepedaku, kambing-kambingku,

radioku, baju-bajuku, sarungku, sepatuku, semuanya,

asal dia tidak mengambil zorro.” (Ayah:220)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tahap klimaks

terjadi saat Sabari menikahi Lena. Memang selama Lena

mengenal Sabari tak pernah menyukai Sabari. Pernikahan itu

harus terjadi karena suatu hal dan laki-laki yang cocok untuk

dinikahkan adalah Sabari. Karena menikah dengan Lena

adalah impian terbesar Sabari. Setelah menikah, Lena segera

melahirkan, ternyata kebahagiaan Sabari meningkat lebih dari

apa yang dibayangkannya selam ini. Pernikahan itu tidak

berlangsung lama hingga akhirnya Lena menceraikan Sabari.

Perceraian bukanlah penurun semangat Sabari, tapi hal yang

paling ditakuti Sabari adalah Zorro dibawa Lena. Semua

ketakutan Sabari terjadi tak lama setelah perceraian itu. Sabari

76

tak tahu apa yang harus dilakukan setelah perginya Lena yang

membawa Zorro.

6. Tahap penurunan konflik

Tahap penurunan konflik pada novel Ayah terjadi pada

saat Ukun dan Tamat menyadari bahwa Sabari sangat terpukul

atas perginya Lena dan Zorro. Setelah mempertimbangkan

berbgai aspek, mereka memutuskan untuk mencari Lena dan

Zorro ke Sumatera dan membawa keduanya pulang ke

Belitong. Masalahnya tak ada yang tahu di mana Lena berada.

Namun, tamat sudah punya akal. Ukun dan Tamat akan

menemui Zuraida dan menanyakan segala hal tentang

keberadaan Lena dan Zorro. Mereka mengetahui Zuraida dan

Lena sering berkomunikasi melalui surat. Karena salah satu

saudara Tamat ada yang magang di kantor Pos dan bercerita

bahwa saudaranya itu melihat surat yang ditujukan untuk

Zuraida. Dengan alasan itulah mereka meyakini bahwa

Zuraida mengetahui banyak mengenai Lena. Zuraida juga

setuju jika Ukun dan Tamat akan mencari Lena dan Zorro

kemudian diserahkanlah surat-surat Lena kepada Ukun dan

Tamat. Mereka bertiga menelaah dan mengamati surat-surat

dari Lena dan akhirnya Ukun dan Tamat memutuskan untuk

mencari Lena dan Zorro ke Sumatera. Hal itu dapat diketahui

pada kutipan di bawah ini.

77

“Banyak orang suka angka delapan. Karena kalau

untung, tak berkesudahan, tapi begitu juga kalau

senewen, senewennya takkan selesai-selesai. Sudah

saatnya kita berbuat sesuatu yang spektakuler untuk

Sabari,” kata Tamat kepada Ukun.

(Ayah:286)

“Tunggu, tunggu, janganlah menghitung dulu, macam

granat mau meletus saja.” “Kataka!” “Ojeh.” Tamat

menegakkan tubuhnya. “Dimana Lena dan Zorro?”

Terperanjat buan main Zurai.

(Ayah:287)

“Boi, kemarilah. Aku dan Tamat mau pamit.”

(Ayah:298)

Tamat mengatakn bahwa esok sore mereka akan ke

Sumatera untuk mencari Lena dan Zorro. jika

berjumpa, mereka akan membuujuknya agar pulang ke

Belitong, Sabari tak berkata-kata.” “Karena itu, Boi,”

kata Ukun, “tolong jangan gila dulu. Biaralah kami

mencari Lena dan Zorro. Kalau kami gagal, silakan

nanti kalau kau mau menjadi gila, tak ada keberatan

dariku dan Tamat sebagai kawan-kawanmu. Untuk

sementara ini, tahan dulu.”

(Ayah:299)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tahap penurunan

konflik ditandai dengan kepergian Ukun dan Tamat ke

Sumatera untuk Mencari Lena dan Zorro. Mereka berpamitan

kepada Sabari. Ukun dan Tamat juga berpesan jangan gila

dulu sebelum mereka gagal mencari Lena dan Zorro ke

Sumatera.

7. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian pada novel Ayah ditandai dengan

pulangnya Zorro dan Lena ke Belitong. Sebelum pulang,

Sabari telah menerima surat dari Ukun dan Tamat yang berisi

78

pemberitahuan bahwa mereka telah bertemu Lena dan Zorro.

Tanggal kepulangan mereka juga dicantumkan dalam surat itu.

Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Ri, kami sudah menemukan Lena dan Zorro. Kami

akan membawa Zorro pulang naik kapal kayu dari

Pelabuhan Dabo dan akan merapat di Tanjong Pandan,

sore, 7 September 1997.

(Ayah:343)

Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu

per satu mealui pintu itu. Umumnya mereka orang-

orang dewasa, lelaki dan perempuan. Tak lama

kemudian dilihatnya seorang anak melangkah keluar.

Dia terpana karena langsung mengenali kemeja yang

dikenakan anak itu. Sabari merasa kakinya tak

menginjak bumi. Amiru (Zorro) pun langsung

mengenali laki-laki yang berdiri disamping sepeda

sambil memegang piala itu. Dia berlari

menyongsongnya, “Aya! Aya!” panggilnya... Amiru

memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang

selalu menjadi miteri baginya, bau yang selalu

menyayagi dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu

adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat.

Air mata anak itu berlinang-linang.

(Ayah:381)

Dari kutipan di atas terlihat adanya tahap penyelesaian

pada novel Ayah karya Andrea Hirata. Tahap penyelesaian

terjadi saat Zorro keluar dari pintu kapal. Tanpa ragu Sabari

mengenali Zorro, karena saat itu Zorro mengenakan kemeja

yag dulu pernah terbaawa di dalam tas saat Zorro dibawa oleh

Marlena. Zorro memeluk erat bau yang selama ini menjadi

misteri. Bau yang menyayangi dan melindunginya ternyata

ayah Zorro.

79

d. Latar/Setting

Latar atau Setting yang disebut juga sebagai landasan yang

berhubungan dengan keadaan dimana cerita dalam novel tersebut

berada. Latar atau Setting di bagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu: 1)

latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah,

dan sebagainya; 2) latar waktu mengacu pada kapan terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun,

siang, malam, dan jam; 3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.

Menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan. Untuk mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai

latar tempat, latar waktu, latar soaial pada novel Ayah dipaparkan

sebagai berikut:

1. Latar Tempat

Latar tempat pada novel Ayah karya Andrea Hirata antara

lain: Rumah Sabari, Markas Pertemuan Buruh (MPB), Stasiun

radio, pabrik batako, Taman Balai Kota, Pasar Ikan, Pelabuhan.

80

a. Rumah Sabari

Rumah Sabari adalah tempat Sabari tingal, melamun

dan menghabiskan waktu Sabari. Ada beberapa kejadian yang

menggambarkan latar tempat rumah Sabari.

Meski tersembul di antara gumpal awan April, purnama

kedua belas terag benderang. Begitu terang sehingga

Sabari yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian,

dan merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan

kirinya. Tangan kanannya erat menggenggam pensil.

(Ayah:1)

Sabari yang tergeletak lemah tak berdaya di atas tempat

tidur sontak melompat.

(Ayah:74)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat pada

novel berada di rumah Sabari. Rumah adalah tempat Sabari

melamun dan beristirahat.

b. Lingkungan Sekolah SMA

Lingkungan sekolah adalah latar tempat pada novel.

Ada beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa latar tempat

berada di lingkungan sekolah SMA. Hal itu dapat dibuktikan

pada kutipan di bawah ini.

Mereka dipanggil Bu Norma. Di bangku panjang ruang

guru mereka duduk berjajar. “Raskal 1, Raskal 2,

Raskal 3, Raskal 4, Raskal 5,” kata Bu Norma

menunjuk mereka satu per satu.

(Ayah:69)

“Kalimat majemuk!” teriak Sabari. “Cerdas!” kata Bu

Norma, tanpa menyadari bahwa jawaban berasal dari

kelas sebelah yang tengah belajar Biologi.

(Ayah:77)

81

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat

merupakan lingkungan sekolah. Diketahui juga bahwa sedang

ada siswa yang dipanggil ke ruang guru. Pelajaran Biologi juga

sedang berlangsung salah satu kelas.

c. Markas Pertemuan Buruh (MPB)

Markas Pertemuan Buruh (MPB) merupakan gedung

untuk tempat berbagai macam kegitan, seperti ujian seleksi

masuk SMA dan lomba maraton. Latar tempat MPB dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

Demikian banyak lulusan SMP dari berbagai SMP di

puluhan kecmatan, tetapi bangku SMA terbatas. Maka,

diadakan ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di

MPB.

(Ayah:11)

Akhirnya, perlombaan maraton yang ditunggu-tunggu

itu tiba. Ramai orang di halaman MPB, disanalah garis

start.

(Ayah:360)

Dari kutipan di atas terlihat latar tempat berada di

Marakas Pertemuan Buruh (MPB). Diceritakan pada novel,

sedang diadakan ujian seleksi masuk SMA dan lomba maraton.

d. Stasiun Radio

Stasiun Radio merupakan latar tempat pada novel. Pada

latar tempat Stasiun Radio, Sabari mempersembahkan sebuah

lagu dan meminta maaf untuk Lena dan Bogel. Latar tempat

Stasiun Radio dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

82

Tak mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan

seronok. Dia mengantre di Stasiun Radio sejak pukul

19.30.

(Ayah:97)

“kepada siapa lagu Bung kan dikirimkan kalau boleh

tahu.” “Terkhusus untuk saudari Marlena di Kelumbi

dan saudara Bogel Leboi disertai satu permintaan

maaf.”

(Ayah:98)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sabari berada di

Stasiun Radio. Pada kesempatan itu, Sabari mempersembahkan

sebuah lagu dan permintaan maaf untuk Lena dan Bogel karena

Sabari telah membetulkan suatu rumus, tapi setelah dibetulkan

malah menjadi salah.

e. Pabrik batako

Pabrik batako merupakan latar tempat pada novel.

Pabrik batako milik Markoni. Pada latar pabrik batako,

merupakan tempat Sabari bekerja.

Adapun Sabari sendiri riang sentosa di pabrik batako

Markoni. Dia bekerja sambil bersiul-siul dan bersisir

setiap ada kesempatan.

(Ayah:149)

Acara digelar di dalam pabrik. Telah disediakan

podium di situ. (Ayah:154)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada

di pabrik batako milik Markoni. Di pabrik itu Sabari bekerja.

Sabari merupakan pekerja teladan dan di pabrik itu Sabari

mendapat penghargaan dari pemilik pabrik.

83

f. Taman Balai Kota

Taman Balai Kota merupakan latar tempat pada novel.

Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Samapai di taman balai kota, kedua anak beranak itu

duduk di bangku taman.

(Ayah:228)

Ramai orang di taman balai kota, hiruk pikuk anak-

anak. ... Sabari tak mendengar suara-suara itu. Dia

merasa beridiri sendiridi tengah padang padang pasir.

(Ayah:229)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada

di Taman Balai Kota. Tempat untuk bersantai. Daiketahui juga

di Taman Balai Kota Zorro di bawa pergi oleh Lena entah

kemana.

g. Pasar Ikan

Pasar Ikan adalah latar tempat tempat pada novel.

Beberapa cerita menyebutkan bahwa latar tempat berada di

Pasar Ikan. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Rupanya Sabari sudah meminggatkan diri sendiri dari

rumah. Dia hidup menggelandang di platform pasar

Ikan bersama Abu Meong dan puluhan kucing pasar dn

anjing kurap di sana.

(Ayah:283)

Suatu ketika Zuraida melihat Sabari berkelbat di pasar

ikan, langsung jalannya dipotong Zurai. “Boi! Apa-

apaan kau ini?! Kalau mau sinting bilang-bilang!

Jangan raib begitu saja!”

(Ayah:284)

84

h. Pelabuhan

Pelabuhan adalah latar tempat pada novel. Beberapa

cerita pada menunjukkan latar tempat berada di Pelabuhan. Hal

itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Sabari sampai di pelabuhan. Masih pukul 3.00 sore dan

masih sangat panas.

(Ayah:379)

Dada Sabari berdegup melihat sebuah kapal berbelok di

semenanjung sana. Dia terpana sehingga tak menyadari

kapal itu memasuki pelabuhan dan tahu-tahu sudah

dekat sekali dengannya.

(Ayah:380-381)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada

di Pelabuhan. Diceritakn Sabari sedang menunggu kepulangan

Zorro yang menaiki kapal kayu.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan “kapan” peristiwa itu

terjadi. Latar waktu yang terjadi pada novel Ayah adalah pagi,

siang, sore dan malam. Berikut adalah paparan mengenai latar

waktu yang terdapat pada novel Ayah.

a. Pagi Hari

Pagi hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Sabari telah berdiri tegak menunggu Lena di bawah

pohon akasia, dekat gerbang sekolah. Sejak masih

gelap. Bahkan, penjaga sekolah belum bangun. Dia

melihat matahari terbit, mendengar anjing

menggonggong dan ayam berkokok menjelang pagi.

(Ayah:67)

85

Keesokannya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain

datang, tampak Sabari menyapu ruang olahraga dengan

gesit, meski hari itu bukan jadwal piketnya.

(Ayah:75)

“Ri, apakah kau tahu maksduku memanggilmu?!” kena

labrak pagi-pagi, bahkan belum sempat ngopi, Sabari

kalang kabut.

(Ayah:162)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pagi.

Latar tersebut pagi yang pada saat itu pagi-pagi Sabari sedang

menyapu ruang olahraga. Kemudian diketahui juga pagi-pagi

Sabari sudah dipanggil untuk menghadap Markoni.

b. Siang Hari

Siang hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Sejak siang siang sabari sudah bercokol di pekarangan

Gedung MPB. Belum pernah dia merasa waktu berjalan

begitu lambat sekaligus cepat. Cepat sekaligus lambat.

Membingungkan.

(Ayah:32)

Siang itu Markoni memanggil Sabari dan menawarinya

untuk menikahi Lena.

(Ayah:170)

Semakin siang, suara panggilan untuk pasangan-

pasangan yang berperkara semakin gencar. Akhirnya,

terdengar ... “Sabari bin Insyafi, Marlena binti Markoni,

ruang sidang tiga.”

(Ayah:210)

Dari kutipan di atas terlihat latar waktu pada novel

menujukkan waktu siang hari. Adanya bentuk komunikasi dan

bersosial di waktu siang hari.

c. Sore Hari

Sore hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

86

Sore itu, Sabari mendorong kursi roda ayahnya

melintasi padang ilalang.

(Ayah:64)

Di tengah kegembiraan itulah, sore Minggu itu Sabari

terperanjat melihat Ibu mertuanya tergopoh-gopoh

mendatanginya.

(Ayah:180)

Sabari sampai di pelabuhan. Masih pukul 3.00 sore dan

masih sangat panas. Tegak dia berdiri di samping

sepedanya.

(Ayah:379)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pada

sore hari. Latar waktu dapat ditunjukkan dengan menggunakan

jam ataupun kata sore. Tidak harus berpatokan pada jam atau

kata sore saja.

d. Malam Hari

Malam hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Malam senyap, tak ada suara kecuali bunyi kafilah-

kafilah angin berembus dari selatan, menampar-nampar

atap rumbia, menyelisisk daun delima, menjatuhkan

buah kenari, menepis permukaan Danau Merantik,

menyapu padang, lalu terlontar jauh, jauh ke utara.

(Ayah:1)

Malam pertama Maret, Sabari tak bisa tidur. Semua

upaya untuk mendapatkan Lena telah gagal.

(Ayah:140)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pada

novel adalah malam hari. Waktu malam merupakan waktu

untuk beristirahat, merenungkan kejadian siang yang telah

dilalui dan merencenakan untuk keesokan hari.

3. Latar Sosial

Latar sosial dalam novel merupakan kehidupan masyarakat

menengah ke bawah. Hidup sederhana hingga dapat dikatakan

87

memperihatinkan. Di kondisi seperti itu, banyak masyarakat yang

tidak putus asa. Mereka mau memperjuangkan kehidupan

walaupun keadaan sulit. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di

bawah ini.

Alkisah, tamatlah Sabari, Ukun, dan Tamat dari SMP.

Impian mereka berikutnya sama sama dengan impian

lulusan SMP lainnya, yaitu masuk SMA negeri. Demikian

banyak lulusan SMP dari berbagai SMP dari puluhan

kecamatan, tetapibangku SMA terbatas. Maka diadakan

ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di MPB.

(Ayah:11)

Selama lima belas tahun mengajar, sejak tamat SPG

(sekolah pendidikan guru), belum pernah dia menemukan

murid SMA yang dipenuhi anak-anak kuli timah, menulis

puisi seperti itu. Apalagi, siswa itu berasal dari Belantik,

kampung tambang yang hidup segan mati tak mau itu.

Maaf, Kampung Belantik yang dikenalnya disesaki orang-

orang udik yang berkeringat kalau makan, tetapi kalau

bekerja tidak.

(Ayah: 38)

Sabari menambah kesibukan dengan memelihara kambing.

Kambing-kambing itu adalah bantuan pemerintah untuk

orang melarat. Jadilah dia peternak kecil.

(Ayah:153)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar sosial Sabari

memang berada di kalangan menengah ke bawah. Berada di

kampung Belantik di daerah Sumatera tidak membuat Sabari

berkecil hati. Dia terus berjuang demi memaknai kehidupan.

e. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingindisampaikan

penuliskepada pembaca. Pesan itu tentu disampaikan secara

langsung lewat tokoh yang ada di dalam novel. Pesan yang

88

disampaikan oleh penulis kepada pembaca adalah sikap tawakal,

berperasangka baik, dan sikap pantang menyerah untuk mencapai

sebuah cita-cita. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

Adakah kemudian Sabari membenturkan kepalanya ke

pohon nangka? Tidak. Adakah dia mengumpankan

lehernya ke gergaji mesin? Tidak. Adakah dia mengikat

tangan dan kakinya sendiri lalu memplestermulutnya?

Taka tahu bagaiman caranya, sebab bukankah tadi

tangannya terikat? Lalu, menceburkan diri ke Suangai

Lenggang agar ditelan buaya muara bulat-bulat? Tidak.

Ataukah dia menggunakan cara-cara yang picik, bahkan

anarkis,untuk menarik perhatian Lena? Maaf, Sabari tak

punya sifat-sifat obsesif semacam itu. Halo? (Ayah:44)

Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu

berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu

menhitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti

menghitung.

(Ayah:77)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa amanat yang ingin

disampaikan penulis adalah berperasangka baik dan berusaha

sekuat mungkin kemudian bertawakal merupakan hal yang bijak.

Berbuat baik untuk diri sendiri merupakan hal bijak untuk

memaknai kehidupan.

2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata

Nilai moral pada novel terdapat wujud nilai yaitu: hubungan

manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,

hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan

alam sekitar.

89

a. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan adalah perasaan yang

menghubungkan perasaan manusia dengan Tuhan. Wujud nilai moral

yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan pada novel Ayah

karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh dengan Tuhan-Nya.

Wujud nilai moral yaitu tawakkal.

1. Tawakal

Tawakal merupakan nilai moral hubungan manusia dengan

Tuhan pada novel. Tawakal adalah membebaskan hati dari segala

ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusannya

kepada Allah. Berikut kutipan mengenai sifat tawakal tokoh pada

novel Ayah karya Andrea Hirata.

Dipanjatkannya doa agar nilai rata-ratanya paling tidak 6,5.

Itu batas minimum kelulusan. (Ayah:33)

Lagi pula, ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan selalu

menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti

menghitung.

(Ayah:48)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa hubungan manusia

dengan Tuhan merupakan nilai moral pada novel. Tawakal

merupakan suatu bentuk pasrah kepada selain Tuhan, setelah segala

usaha dilakukan manusia.

b. Hubungan Manusia dengan Manusia

Hubungan manusia dengan manusia adalah perasaan yang

menghubungkan perasaan manusia dengan manusia di

lingkungannya. Wujud nilai moral yang menghubungkan antara

90

manusia dengan manusia pada novel Ayah karya Andrea Hirata

adalah hubungan tokoh dengan manusia di lingkungannya. Wujud

nilai moral hubungan manusia dengan manusia antara lain: tolong

menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi

pekerti baik, dan pemberi nasihat.

1) Tolong menolong

Tolong menolong merupakan nilai moral pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Sabari senang mengajak ayahnya jalan-jalan. Dia senang

mendorong kursi roda ayahnya keliling kampung, ke pinngir

padang bahkan sampai pasar, bntaran sungai Lenggang, dan

dermaga. Ayahnya gembira, daripada sepanjang hari hanya

diam di rumah.

(Ayah:64)

Tanpa diminta, bahkan guru belum begiu selesai menctat,

dan bukan giliran piketnya, melihat papan tulis penuh, Sabari

serta-merta bangkit untuk menghapusnya. (Ayah:77)

Rela dia mendatangi kampung yang jauh demi membantu

seorang peternak. Kanyataannya, setelah didatanginya, dia

menyebutnya terapi puisi kambing, embek-embek itu pada

hamil.

(Ayah:154)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai moral

hubungan manusia dengan manusia. Nilai moral hubungan

manusia dengan manusia dilakukan para tokoh pada novel Ayah

karya Andrea Hirata.

2) Persahabatan

Persahabatan merupakan nilai moral pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

91

Menyesal aku gara-gara harus bertengkar dengan kalian

gara-gara Lena, gara-gara huruf S dan L. Maafkan aku, Boi.”

Keempat sahabt itu bersalaman dengan takzim. Sabari

terharu.

(Ayah:55)

“Kau akan tinggal di mana?” “Banyak kamar kontrakan.

Aku akan tinggal dengan Ukun dan Tamat. Semuanya Ayah

kenal.”

(Ayah:112)

Ukun dan Tamat mendampingi Sabari. Ketiga sahabat itu ke

pengadilan agama macam orang mau kondangan.

(Ayah:208)

Tentu saja Ukun dan Tamat tahu keadaan Sabari. Mereka

mencari-carinya, tetapi dia sudah hilang. sabari sendiri tahu

dia diacri kawan-kawannya. Dia merasa malu, dia tak mau

bertemu dengan siapa pun. (Ayah:286)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai moral

persahabatan. Persahabatan merupakan keakraban seorang teman

yang dapat mengerti kehidupan teman satu sama lain.

3) Penyayang

Penyayang merupakan nilai moral pada novel. Hal itu dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

Biasanya Sabari menyitir puisi, sekadar menghibur kawan-

kawannya, para kuli tambang, usai seharian membanting

tulang.

(Ayah:174)

Betapa Sabari menyayangi Zorro. ingin dia memeluknya

sepanjang waktu.

(Ayah:183)

“Aku memerlukan daftar menunya.” “Untuk apa?” sabari

berkisah apa adanya. Bahwa dia memerlukan daftar menu itu

untuk meninabobokan anaknya. Ternganga lebar mulut

kakak itu. Lama diamatinya Sabari. (Ayah:226)

92

Pada beberapa kutipan di atas terlihat bahwa nilai moral

penyayang terdapat pada novel. Nilai moral penyayang

merupakan nilai moral hubungan manusia dengan manusia yang

dilakukan para tokoh kepada sesama secara tulus.

4) Pemberi motivasi

Pemberi motivasi merupakan nilai moral pada novel. Hal itu

dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

“Adakah yang ingin kau sampaikan?” Bu Norma menunjuk

mik di podium. Izmi menggeleng. Sebenarnya, dia ingin

sekali mengatakan pada setiap orang bahwa Sabari adalah

pahlawannya, inspirasi terbesarnya.

(Ayah:108)

“Ri, sebenarnya ada cara untuk melupakan perempuan,” kata

Ukun.” “Yaitu?” “Melalui gerak badan, olahraga.”

“benarkah?” “Nah, sebentar lagi ada lomba maraton Piala

Kemerdekaan, ikuti.”

(Ayah:115)

Pada kutipan di atas terlihat adanya nilai moral pemberi

motivasi pada novel. Motivasi diberikan kepada seseorang

dengan tujuan seseorang itu dapat bersemangat dalam berbagai

hal yang dia lakukan. Menyemangati agar seseorang dapat lebih

memaknai hidup.

5) Berbudi pekerti baik

Nilai moral berbudi pekerti baik merupakan nilai moral pada

novel. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.

Ditunggunya dengan sabar sampai wktu mau habis. Jika

menyerahkan jawanaban secara mendadak, peserta lain bisa

terintimidasi, lalu grogi, pecah konsentrasi lalu berantakan.

Betapa tampan budi pekerti anak itu.

(Ayah:11)

93

Sabari senang bekerja di pabrik es,. Juragan dan kawan-

kawan sesama kuli sudah seperti saudara baginya. Maka,

secara bersungguh-sungguh, sebagai satu sikap hormat dan

sayang kepada mereka, dia membuat tiga lembar surat

pengunduran diri, yang bolehlah dikatakan amat puitis.

(Ayah:141)

Sebagai pemimpin pabrik, merasa terhormat dia membaca

bahwa Sabari sangat mencintai pekerjaan dan rekan-rekan

kerjanya, dan bahwa dia telah bertekad untuk menjadi

pegawai teladan paling tidak tujuh kali berturut-turut.

(Ayah:185)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pada novel terdapat nilai

moral berbudi pekerti baik. Seseorang yang bekerja selayaknya

ada komunikasi antara pekerja dengan pemilik ataupun pengelola

pabrik. Sikap sopan santun juga perlu diutamakan oleh seorang

pekerja.

6) Pemeberi nasihat

Pemeberi nasihat merupakan nilai moral hubungan manusisa

dengn manusia pada novel. Hal itu dapat diketahui pada kutipan

di bawah ini.

Adaklanya Ukun mengancam, “jiwamu sudah dikecoh cinta.

Waspada Ri, bisa-bisa kau kena gangguan jiwa, masuk Panti

Amanah pimpinan Doktoranda Ida Nuraini!”

(Ayah:121)

“Sikapmu itu merupakan kombinasi antara gizi buruk dan

terlalu banyak membaca novel, berbahaya, bisa berlarut-

larut. Untuk menyelesaikannya harus ditempuh satu cara

yang ekstrem, yaitu berkenalan dengan perempuan lain.”

(Ayah:125)

Dia tahu perkara gizi balita, vaksin, dan obat anak-anak.

Bahkan, dia sering memberi tahu ibu-ibu lainnya soal itu.

Pesan Sabari, bayi jangan terlalu sering diminumi air tajin,

kalau terlalu sering, nanti jika besar tak bisa matematika

macam Toharun, Ukun, dan Tamat. (Ayah:184)

94

Dari beberapa ktuipan di atas terlihat bahwa pada novel

terdapat nilai moral pemberi nasihat. Nilai moral pemberi nasihat

merupakan nilai moral hubungan manusia dengan manusia.

Memberi nasihat dianggap penting karena pengalaman seseorang

mengenai satu hal akan dapat memberi pertimbangan bagi orang

lain.

c. Hubungan Manusia Dengan Dirinya Sendiri

Hubungan manusia dengan manusia adalah perasaan yang

menghubungkan perasaan manusia dengan dirinya sendiri di

lingkungannya sendiri. Wujud nilai moral hubungan manusia

dengan dirinya sendiri pada novel Ayah karya Andrea Hirata adalah

pantang menyerah.

1. Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan nilai moral hubungan manusia

dengan manusia yang terdapat pada novel. Hal itu dapat

diketahui pada kutipan di bawah ini.

Akan tetapi, Sabari tak patah semangat sebab dia selalu

berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu

menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti

menghitung.

(Ayah:77)

Akhirnya, dia sampai di dermaga. Laut, hanya laut yang

dapat menghentikannya. Demikian saban pagi dia latihan.

Meski hujan lebat, meski ngin ribut, dia tak pernah berhenti

berlari. Karena Lena dan rencana manis dengan hadiah-

hadiah itu, Sabari merasa tenaganya tak terbatas.

(Ayah:117)

95

Tanpa dia benar-benar sempa menyelami spiritualitas lari

jarak jauh itu. Namun, tak sedikit pun surut semangatnya

untuk melupakan Lena, sekuat semngatnya untuk

mendapatkannya. Cinta memang sangat membingungkan.

(Ayah:120)

Berbagai upaya untuk menarik perhatian Lena soal medali

itu telah gagal. Namun, Sabari tak berkecil hati. Tahun depan

dia ingin menjadi karyawan teladan lagi, begitu pula tahun

depannya, dan tahun depannya lagi. Kalau dia bisa menjadi

karyawan teladan selama tujuh tahun berturut-turut, tak

mungkin Lena tak tahu.

(Ayah:160)

Dengan ujumg paku yang tajam, ditulisnya pesan bahasa

Inggris semampunya di sekeping aluminium seukuran

telapak tangan. Dilubanginya lempeng aluminium itu, lalu

diikatkannya ke kaki penyu dengan akar bahar yang tahan

air laut. Penyu itu dilepaskannya kembali ke laut. Dalam

pikirannya yang sudah tak beres, seseorang tak tahu di negeri

mana akan menemukan penyu itu, menerima pesannya, lalu

menyampaikannya kepada Lena dan Zorro.

(Ayah:281)

Dari beberapa kutipan di atas terlihat bahwa terdapat nilai

moral pantang menyerah. Dilakukannya beberapa usaha yang

dianggapnya dapat menarik perhatian. Bila gagal dia akan mencoba

hal lain lagi sampai benar-benar dia kehilangan akal sehatnya.

d. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

a. Memuji keindahan alam

Memuji keindahan alam merupakan sanjungan terhadap

sesuatu yang dilihat, yang ada di alam sekitar. Kekaguman yang

disampaikan melalui pujian sebagai rasa takjub dengan apa yang

dilihatnya. Berikut kutipan mengenai hubungan manusia dengan

96

alam sekitar yang dilakukan oleh tokoh dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata yaitu memuji keindahan alam.

“Tahukah kau, Boi, langit adalah sebuah keluarga. Lihat

awan yang berarak-arak itu, tak terpisahkan dari angin.

Coba, bagaimana kau dapat memisahkan awan dari

angin?” Sabari terpesona pada pertanyaan itu.

(Ayah:62)

Sore itu Sabari mendorong kursi roda ayahnya melintasi

padang ilalang. Dia berhenti dan memandangi ilalang yang

meliuk-liuk ditiup angin. Sabari tersenyum.

(Ayah:64)

Pulang kerja, dia senang karena kembali ke kebiasaan

lama, yaitu mendorong kursi roda ayahnya, keliling

kampung, saling berkisah, menyitir puisi sambil

memandangi matahari terbenam di muara Sungai

Lenggang.

(Ayah:152)

Sepeda melewati jembatan, Sabari memandangi

permukaan sungai yang tenang. Dalam diam, riakmu

tertawan, katanya pelan.

(Ayah:385)

Setiaptahun, jika kemarau datang dan ilalang berbunga,

Sabari selalu pergi ke padang di pinggir kampung. Lama

dipandanginya ilalang yang meliuk-liuk ditiup angin

selatan.

(Ayah:394)

Dari beberapa kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai

moral memuji keindahan alam. Banya hal yang alam berikan untuk

kita. Sedikit goresan alam saja, sudah dapat membuat kita

bersyukur kepada Tuhan atas alam yang telah diberikan untuk kita.

97

3. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah di SMA

Hasil analisis berupa unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah

karya Andrea Hirata dapat digunakan sebagai bahan/materi ajar dalam

pembelajaran apresiasi sastra untuk kelas XI. Berikut ini diuraikan

skenario pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata pada kelas XI

SMA.

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajrana merupakan suatu kegiatan

menyusun RPP. Adapun komponen daam penyusunan RPP meliputi

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, metode pembelajaran, alokasi waktu, dan

evaluasi. Di bawah ini adalah sajian komponen-komponen tersebut.

1. Standar Kompetensi

Standar kompetensi disesuaikan dengan standar isi yang

telah diterapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di kelas XI SMA

khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata adalah: Membaca

7. (Membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel

terjemah.

2. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan hasil

belajar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu yang

98

berguna untuk meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai

siswa. Dari kompetensi dasar di atas, diambil salah satu

kompetensi dasar sebagai acuan pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata. Kompetensi yang ditunjukkan adalah:

7.2 Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia.

3. Indikator

Setelah SK dan KD telah diketahui, guru merumuskan

indikator pencapaian. KD menyatakan sikap dan tingkah laku yang

harus diperlihatkan oleh siswa pada akhir suatu kegiatan

pembelajaran, dan indikator merupakan subtujuan.

Berdasarkan KD di atas, indikator yang dapat

menggambarkan tingkah laku keberhasilan pembelajaran novel

Ayah karya Andrea Hirata adalah:

a. mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata;

b. mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata.

4. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata adalah:

a. siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang

terkandung dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;

99

b. siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri

mengenai unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya

Andrea Hirata.

5. Bahan/Materi Ajar

Bahan/materi ajar yang digunakan, antara lain:

1) novel Ayah karya Andrea Hirata;

2) teori struktural karya sastra; dan

3) macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.

Novel Ayah karya Andrea Hirata selain merupakan novel

yang dapat dibaca oleh pembaca luas, ternyata juga dapat dijadikan

alternatif materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

SMA. Hal ini mengingat sastra sendiri dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di SMA memiliki tempat dalam proses

pembelajaran kelas XI serta mencakup berbagai kemampuan, baik

mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.

Dari segi isi, novel Ayah karya Andrea Hirata termasuk

novel yang ringan, dengan kata lain novel tersebut bisa menjadi

alternatif materi pembelajaran novel di sekolah. Hal tersebut

disebabkan novel Ayah karya Andrea Hirata memfokuskan cerita

pada dunia remaja dan dunia sekolah. Selain itu, novel tersebut

mengandung banyak nilai moral yang dapat dijadikan sebagai

pegangan peserta didik dalam bersikap, bertindak, dan berpikir.

Salah satu nilai moral yang menonjol adalah kerja keras. Nilai-

100

nilai tersebut dapat diaplikasikan peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari dan tentunya bermanfaat bagi peserta didik. Hal ini,

sesuai dengan tujuan pembelajaran sastra di sekolah, yaitu peserta

didik tidak hanya mengerti, memahami isi sastra saja tetapi juga

mengambil nilai-nilai positif yang digambarkan oleh tokoh.

Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh di

dalam sebuah novel, pembaca diharapkan dapat mengambil

hikmah dari pesan yang disampaikan. Nilai moral bisa diperoleh

melalui pengetahuan dan pemahaman dalam materi. Penanaman

nilai moral juga bisa diberikan selama proses apresiasi novel.

Novel Ayah karya Andrea Hirata bisa dikatakan berkualitas dan

bermuatkan moral karena novel ini mampu memotivasi dan

menginspirasi pembaca lewat tokoh dalam cerita yang begitu

semangat dalam menjalani hidup. Guru memberikan arahan akan

pentingnya nilai moral sesuai dengan cerita dan diimplentasikan

oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, seperti

penanaman rasa percaya diri dalam menganalisis unsur intrinsik

dan nilai moral, kerja sama dalam diskusi kelompok, dan lainnya.

Kelayakan atau tidaknya sebagai alternatif materi

pembelajaran juga didasarkan pada pertimbangkan dari sudut

bahasa, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan dari sudut latar

belakang kebudayaan para siswa. Dari segi bahasa, novel Ayah

karya Andrea Hirata menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

101

Dengan demikian, peserta didik yang membaca novel tersebut

dapat menikmati, memahami, dan dengan mudah memaknai isi

novel karena penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia mereka

(sehingga mudah dipahami).

Sesuai dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel Ayah karya Andrea Hirata merupakan novel yang

berkualitas karena tidak hanya bersifat menghibur saja, tetapi juga

memiliki nilai moral yang lengkap dan banyak karakter positif

tokoh yang dapat diteladani.

6. Metode Pembelajaran

Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru

dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan yang

sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat

memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar

dengan menyesuaikan materi pelajaran dan keadaan siswa. Metode

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra di sekolah

yaitu ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam pembelajaran

novel Ayah karya Andrea Hirata, metode pembelajaran yang

digunakan adalah metode kuantum.

b. Alokasi Waktu

Alokasi waktu dapat disesuaikan dengan keluasan materi dan

ketersediaan waktu untuk menuntaskan materi. Sesuai silabus, satu

102

minggunya pembelajaran sastra terdapat dua kali pertemuan dengan

sekali pertemuan 2 jam (2x45 menit).

c. Langkah-Langkah Pembelajaran

Sebelum memasuki proses pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata ini, terlebih dahulu guru menugaskan siswa untuk

membaca novel tersebut di rumah secara berkelompok pada pertemuan

sebelumnya. Secara umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga

tahap kegiatan, yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Berikut ini diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.

Pertemuan Pertama

a) Kegiatan Awal (15 Menit)

Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyampaian

tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan kegiatan

awal dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata.

a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas;

b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;

c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi

novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah

pertemuan sebelumnya)

103

b) Kegiatan Inti (60 Menit)

Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum teknik

TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah

ini.

Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:

a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai

unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;

b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa

memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur

intrinsik dan nilai moral.

Fase “Alami”, berisi kegiatan:

a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok

terdiri dari 4-6 siswa;

b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda

untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur

intrinsik dan nilai moral;

c) guru menjelaskan peraturan diskusi;

d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi

kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan

hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang

juru bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang

sesuai dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya;

104

e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok

diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru

membantu dengan petunjuk umum yang bersifat memancing

penafsiran dari siswa.

Fase “Namai”, berisi kegiatan:

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok

dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai

moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata di buku tugas.

c) Kegiatan Akhir (15 Menit)

Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.

Bagian ini berisi kegiatan:

a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang

berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji

nilai moral tokoh dalam novel;

b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur

intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.

Pertemuan Kedua

1) Kegiatan Awal (20 Menit)

Kegiatan awal meliputi:

a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang

telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;

b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan

yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

105

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Fase “Demonstrasikan”

Fase keempat dari teknik TANDUR adalah “demonstrasi-

kan”. Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa

menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur intrinsik

dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata kepada temannya

secara acak untuk diidentifikasi.

Fase “Ulangi”

Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang

dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan

saran teman.

Fase “Rayakan”

Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai tertinggi

diberikan kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di

depan kelas dan hasil analisis tersebut dipajang di dinding kelas

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah karya

Andrea Hirata meliputi:

b) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;

c) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap

tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.

106

d. Media Pembelajaran

Media pembelajaran menggunakan novel. Diharapkan

seluruh mempunyai novel yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan

belajar siswa. Media alternatif yang dapat digunakan adalah fotokopi

materi mengenai teori struktural dan nilai moral karya sastra yang

dalamnya memuat langkah-langkah analisis.

e. Evaluasi

Sistem penilaian (evaluasi) terdiri dari tiga hal: teknik

penilaian, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Teknik yang

digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran adalah teknik tes tertulis,

dengan bentuk instrumen soal uraian dan tugas proyek. Contoh

instrumennya adalah sebagai berikut.

1) Aspek Kognitif

a) Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya Andrea Hirata?

Jawab disertai alasan yang logis dan kutipan novel!

b) Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur novel Ayah

karya Andrea Hirata?

c) Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik penokohan

yang digunakan pengarang dalam novel Ayah karya Andrea

Hirata?

d) Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh dalam novel

Ayah karya Andrea Hirata?

107

2) Aspek Afektif

Penilaian aspek afektif diperoleh dari perilaku siswa

dalam proses pembelajaran, seperti sikap saat mengikuti diskusi

kelompok, sikap bertanya, dan aktivitas lainnya. Penilaian ini

diperoleh melalui observasi selama pembelajaran berlangsung.

3) Aspek Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik dikaitkan dengan keteram-

pilan kebahasaan, yakni menulis, yang diperoleh dengan tugas

proyek untuk membuat tulisan analisis sastra terkait dengan

materi pembelajaran yang telah dilakukan. Contoh instrumennya

adalah: “Analisislah novel Ayah karya Andrea Hirata dari segi

unsur intrinsik dan nilai moral sesuai dengan pemahamanmu!

Jangan lupa sertakan kutipan yang mendukung argumenmu.”

Skor Penilaian

a. Penilaian Kognitif

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya

Andrea Hirata?

2. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur

novel Ayah karya Andrea Hirata?

3. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik

penokohan yang digunakan pengarang dalam

novel Ayah karya Andrea Hirata?

108

4. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh

dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?

Kriteria Skor:

Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50

Jawaban kurang lengkap = 40

Tidak ada jawaban = 0

b. Penilaian Psikomotorik

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik?

Kriteria Skor: Sangat baik= 5, Baik = 4, Cukup= 3, Kurang= 2,

Sangat kurang = 1.

c. Penilaian Afektif

No. Nama

Siswa

Indikator proses

Ketekunan Kerajinan Keaktifan

dalam

kelompok

kerjasama Tanggung

jawab

Kriteria Skor:

Sangat baik = 5

Baik = 4

Cukup = 3

Kurang = 2 Sangat kurang = 1

109

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/1

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)

1. STANAR KOMPETESI

Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

2. KOMPETENSI DASAR

7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan

kehidupan sehari-hari.

B. INDIKATOR

c. mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea

Hirata;

d. mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

c. siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam

novel Ayah karya Andrea Hirata;

110

d. siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri mengenai

unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata.

D. MATERI POKOK

4) novel Ayah karya Andrea Hirata;

5) teori struktural karya sastra; dan

6) macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan I

1) Pendahuluan

guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas;

guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;

guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi novel

yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah pertemuan

sebelumnya)

2) Kegiatan Inti

(1) Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:

c) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai

unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;

d) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa

memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur

intrinsik dan nilai moral.

111

(2) Fase “Alami”, berisi kegiatan:

f) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok

terdiri dari 4-6 siswa;

g) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda

untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur

intrinsik dan nilai moral;

h) guru menjelaskan peraturan diskusi;

i) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi

kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan

hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang juru

bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang sesuai

dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya;

j) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok

diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru

membantu dengan petunjuk umum yang bersifat memancing

penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan dalam tanya jawab

antarkelompok tersebut.

(3) Fase “Namai”, berisi kegiatan:

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok

dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai moral

dalam novel Ayah di buku tugas.

112

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas. Bagian

ini berisi kegiatan:

c) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang berkaitan

dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji nilai moral

tokoh dalam novel;

d) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur

intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.

Pertemuan Kedua

1. Pendahuluan

a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang

telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;

b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan

yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

1. Kegiatan Inti

a. Fase “Demonstrasikan”

Setiap siswa menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis

unsur intrinsik dan nilai moral secara acak untuk diidentifikasi.

b. Fase “Ulangi”

Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.

113

c. Fase “Rayakan”

Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum teknik

TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang

memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk

membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis

tersebut dipajang di dinding kelas.

2. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah meliputi:

d) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;

e) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap

tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.

G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN

Buku LKS

Naskah dan sinopsis novel Ayah karya Andrea Hirata

LCD

H. PENILAIAN

Prosedur Penilaian

Penilaian Kognitif

Jenis : Pertanyaan lisan

114

Bentuk : Tanya jawab

Penilaian Psikomotorik

Kriteria skor penilaian :

4 : Sangat Bagus/Tepat (sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan

Bahasa)

3 : Bagus/Tepat (Sesuai dengan EYD dan penempatan kalimat)

2 : Sedang (kurang sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan Bahasa)

1 : Kurang Bagus/Tidak Tepat (tidak sesuai dengan EYD, Kalimat dan

Bahasa)

Penilaian Afektif

No Indikator Sikap

Nama Siswa

Ketekunan Kerajinan Kedisiplinan Kerja

sama

Tanggung

jawab

Keterangan :

1. Sangat Kurang (Tidak memenuhi K4T)

2. Kurang (Kurang memenuhi K4T)

3. Cukup (Hanya memenuhi beberapa dari K4T)

4. Baik (Hampir memenuhi dari K4T)

5. Amat Baik (Memenuhi keseluruhan dari K4T)

No Nama Siswa Skor

Bahasa Isi Ekspresi Keterangan

115

Skor Penilaian

d. Penilaian Kognitif

No. Aspek yang dinilai Skor

5. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya

Andrea Hirata?

6. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur

novel Ayah karya Andrea Hirata?

7. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik

penokohan yang digunakan pengarang dalam

novel Ayah karya Andrea Hirata?

8. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh

dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?

Kriteria Skor:

Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50

Jawaban kurang lengkap = 40

Tidak ada jawaban = 0

e. Penilaian Psikomotorik

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik?

Kriteria Skor:

Sangat baik = 5, Baik = 4, Cukup = 3, Kurang = 2,

Sangat kurang = 1

116

f. Penilaian Afektif

No. Nama

Siswa

Indikator proses

Ketekunan Kerajinan Keaktifan

dalam

kelompok

kerjasama Tanggung

jawab

Kriteria Skor:

Sangat baik = 5

Baik = 4

Cukup = 3

Kurang = 2

Sangat kurang = 1

Kebumen, Agustus 2016

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah,

115

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi ringkasan hasil penelitian

dan saran berisi anjuran peneliti kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil

penelitian ini.

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa simpulan

hasil penelitian sebagai berikut.

1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata terdiri dari; (a) tema: kisah

perjuangan keras cinta kasih seorang lelaki yang tidak pernah putus asa; (b)

tokoh utama: Sabari; tokoh tambahan: Marlena, Ukun, Tamat, Zorro, Ibu

Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel, Larissa, Toharun dan

Juru Antar; (c) penokohan menggunakan teknik analitik dan dramatik: teknik

cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, teknik reaksi

tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan

fisik; (d) latar novel terdiri dari latar tempat: Rumah Sabari, Markas Pertemuan

Buruh (MPB), SMA, stasiun radio, pabrik batako, taman balai kota, pasar ikan,

pelabuhan; latar waktu: pagi, siang, sore dan malam hari. Latar social:

kehidupan menengah ke bawah, berjiwa sosial tinggi di kampung Belantik; (e)

alur: alur campuran; (f) amanat: Selalu bertawakal kepada Tuhan, selalu

118

berperasangka baik terhadap semua kedaan hidup yang telah digariskan Tuhan

dan Jangan mudah berputus asa dan harus selalu berusaha.

2. Nilai-nilai moral yang ada dalam novel Ayah karya Andrea Hirata antara lain:

(a) hubungan manusia dengan Tuhan: tawakkal; (b) hubungan manusia dengan

dirinya sendiri: pantang menyerah (c) hubungan manusia dengan manusia:

tolong menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi pekerti

baik, pemberi nasihat; (d) hubungan manusia dengan alam sekitar: memuji

keindahan alam.

3. Nilai-nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dapat dimanfaatkan

sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra untuk kelas XI SMA, yakni dalam

pembelajaran Kompetensi Dasar menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun,

dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami

dan menyajikan novel. Indikator pembelajaran novel ini adalah: memahami

tema, amanat, latar, tokoh dan penokohan, alur, dan amanat pada novel Ayah

karya Andrea Hirata, memahami nilai moral di dalam novel Ayah karya

Andrea Hirata, dan menyajikan hasil analisis mengenai unsur intrinsik dan

nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata; nilai-nilai moral novel ini layak

untuk diteladani oleh generasi muda usia remaja, khususnya siswa SMA.

Secara psikologis, siswa SMA membutuhkan internalisasi nilai-nilai kehidupan

untuk merangsang dan memotivasi pembentukkan konsep diri yang

berkarakter. Sementara itu, metode yang efektif digunakan dalam penanaman

119

nilai moral melalui novel Ayah karya Andrea Hirata adalah metode kuatum

dengan teknik TANDUR.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sederhana dalam

mengembangkan penelitian selajutnya yang masih dalam ruang lingkup yang

sama. Selain menjadi referensi, pada skripsi ini belum adanya analisis nilai

moralmyang mencakup tema mayor dan minor alangkah lebih baiknya bila

peneliti selanjutnya berkenan menambah analisis nilai moral mencakup tema

mayor dan minor.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan pengajaran

di sekolah SMA. Penelitian ini juga dapat menjadi pembanding dengan

penelitian-penelitian yang pernah dijadikan referensi oleh guru.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami

unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik dalam novel. Selain itu, dapat memberi-

kan pelajaran mengenai nilai moral untuk diterapkan pada kepribadian siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri

Semarang.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta:

Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Buana

Pustaka.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Diktat.

Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara.

Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakarta: Bentang.

Herman, J Waluyo. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS

Press.

Herman, J Waluyo. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS

Press.

Hotamah, 2015. “Ananlisis Nilai Moral Pada Novel Hafalan Sholat Delisa Karya

Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.

University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Sinar Harapan.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sangidu. 2004. Penelitian sastra, pendekatan teori, metode, dan kiat. Yogyakarta:

UGM.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa; Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan secara LInguistik. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

Sugiarti. 2015. “Nilai Moral dalam Novel Tahajud Cinta di Kota New York karya

Arumi Ekowati sebagai bahan pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendektan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP

Press.

Sukirno. 2010. Belajar CepatMenulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2015. Pedoman Penyusunan Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani

Budianta. Jakarta: Gramedia.

119

Lampiran 1

SINOPSIS

NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

Ayah – Karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka akhir

Mei 2015 ini merupakan novel Fiksi Indonesia. Namun semua cerita yang ditulis

adalah kisah yang nyata yang diceritakan seorang sahabat Andrea kepadanya.

Novel yang menceritakan sosok ayah dalam suatu keluarga. Cerita yang masih

berlatar belakang di Belitung.

Sabari, Tamat, dan Ukun adalah sahabat yang tidak terpisahkan. Tetap saja

dalam persahabatan ada perbedaan-perbedaan yang membuat mereka menjadi

semakin akrab dan seperti keluarga. Seperti halnya dalam masalah pelajaran,

Tamat dan Ukun selalu bersaing untuk menghindari rangking terbawah, sementara

Sabari melenggang mulus diperingkat atas. Ibarat langit dengan bumi. Namun

dalam hal cinta, Tamat dan Ukun (kecil) mempunyai selera yang sama. Sudah

banyak gadis disukainya, hanya sebatas suka. Sedangkan Sabari tidak pernah

sekalipun ingin merasakan apa itu cinta. Dia selalu menganggap orang yang jatuh

cinta itu sudah gila.

Alur cerita menjadi lebih menarik tatkala Sabari mulai merasakan cinta

kepada salah satu gadis tercantik Marlena. Hanya saja, semakin dia mengejar;

semakin menjauhlah cintanya tersebut. Perjuangan untuk mengejar cinta sejatinya

tidak pernah sedikitpun goyah. Walau dia tahu semakin dia mencintai, selama itu

juga dia akan tersakiti. Sebuah romantisme cinta yang tidak kalah hebat dengan

cerita Romeo dan Juliet.

120

Sudut pandang cinta membuat cerita di novel ini bergairah. Perjuangan

Sabari untuk mendapatkan Marlena akhirnya terbayar sudah. Mereka menikah dan

dikaruniai seorang anak. Zorro, itulah panggilan bayi mungil nan mempesona.

Tidak berhenti di sana, Sabari akhirnya merasakan getirnya hidup. Ditinggal

seorang istri yang menikah dengan orang lain, kemudian mengasuh anak dari

kecil hingga berumur hampir tiga tahun. Dan mendengar ucapan pertama dari si

kecil dengan sebutan “aya”. Setelah beranjak umur tiga tahun, Zorro kecil diambil

paksa sang istri (Lena) untuk hidup dengannya. Kehidupan Lena tak jauh beda,

jika Sabari menderita dan depresi karena ditinggal Lena dan Zorro. Lena sendiri

melalui hidup dengan getir karena menikah beberapa kali, dan selalu kandas

karena suaminya berselingkuh.

Pesan lain di novel ini adalah tentang sebuah persahabatan dan

kekonyolan. Tentu tali persahabatan ini tidak lepas dari Sabari, Tamat, dan Ukun.

Sewaktu masih SMA, mereka bertingkah aneh, berbuat onar bersama. Dan

menjadikan hidup mereka penuh dengan dramatic tersendiri. Persahabatan yang

paada akhrinya membuat Tamat dan Ukun reka mengelilingi Sumatera untuk

mencari Zorro dan Lena agar temannya (Sabari) tidak menjadi gila. Bermodalkan

tekad, dan surat-surat dari temannya serta sahabat pena Lena, kedua sabahat itu

menginjakkan kaki dari Aceh sampai ujung terjauh Sumatera. Harapan mereka

adalah ingin sahabatnya kebali seperti waktu masih muda. kembali cerita seperti

dulu lagi.

Ada juga sebuah semangat yang tidak terlupakan. Semangat perjuangan

Izmi yang selalu terinsiprasi dari Sabari. Dia terinspirasi dengan semangat

121

sahabatnya yang tidak kenal lelah. Walau sudah puluhan kali cintanya ditolak

Lena, namun Sabari terus mengejar dan mengungkapkan cintanya di manapun dia

berada. Izmi mencoba berjuang seperti Sabari, namun dia berjuang untuk bisa

naik kelas dan rapor-nya tidak ada nilai yang berwarna merah.

Di antara semua itu, pesan yang paling mencolok adalah tentang arti

sebuah keluarga. Di mana Sabari yang selalu mendambakan Zorro agar datang

dipelukannya. Berkumpul dengannya, dan melalui hidup seperti orang lainnya.

Menjadi ayah dan anaknya, dan mengajari anaknya untuk menjadi sosok yang

bisa dibanggakan. Segala pengorbanan sudah dia lakukan untuk cintanya kepada

istri, dan juga cintanya kepada anak. Sosok yang tidak ingin melihat anaknya

menangis dan sengsara.

Tulisan novel ini benar-benar mengagumkan. Bahasa yang mendayu-dayu

dan membuat kadang kita tersenyum, terbahak, sedih, geram, dan meneteskan air

mata. Bahasa penuh sastra disajikan oleh penulis di dalam novel ini. Hampir

setiap bab terdapat puisi-puisi yang mendayu-dayu penuh makna. Beberapa

kutipan puisi ataupun kalimat yang ada di dalam novel ini;

Cinta adalah mahkota puisi

Musim adalah giwang puisi

Hujan adalah kalung puisi

Bulan adalah gelang puisi

Cincin adalah perhiasan

(Novel Ayah – Halaman 37)

122

Datangkan seribu serdadu untuk membekukku!

Bidikkan seribu senapan, tepat ke ulu hatiku!

Langit menjadi saksi bahwa aku di sini, untuk mencintaimu!

Dan biarkan aku mati dalam keharuman cintamu….

(Novel Ayah – Halaman 110)

Kulalui sungai yang berliku

Jalan panjang sejauh pandang

Debur ombak yang menerjang

Kukejar bayangan sayap elang

Di situlah kutemukan jejak-jejak untuk pulang

Ayahku, kini aku telah datang

Ayahku, lihatlah, aku sudah pulang

(Novel Ayah – Halaman 384)

“Ingat, Boi, dalam hidup ini sumua terjadi tiga kali. Pertama aku mencintai

ibumu, kedua aku mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu – halaman 394”

Lampiran 2

Biografi pengarang

Andrea Hirata. Telah menerbitkan 9 novel edisi bahasa Indonesia (Laskar

Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karprov, Padang Bulan, Cinta di Dalam

Gelas, Sebelas Patriot,Laskar pelangi Song Book, dan Ayah) dan 2 edisi internasional

(The Rainbow Troops dan Der Traumer-Maret, 2015, penerbit Hanser Berlin). Dia

adalah pemenng New York Book festival 2013, kategori General Fiction, untuk The

Rainbow Troops (Laskar Pelangi edisi Amerika), dan pemenang Buchawards 2013,

Jerman, untuk Die Regenbogen Truppe (Laskar Pelangi edisi Jerman).

Andrea lulus dari Sheffield University, UK, post graduate, beasiswa. Dia juga

mendapat beasiswa studi sastra di University of lowa, USA. Cerpen pertamanya,

“Dry Season”, dimuat dimajalah sastra ternama, Washington Square Review, New

York University. Andrea menjadi panelis “Das Blaue Sofa”, Leipzeig Book Fair 2013

dan terpilih dalam project Windows on The World, 50 Writers, 50 views, Matteo

Pericoli, Penguin Random House bersama pemenang Nobel Sastra, Orhan Pamuk dan

Nadine Gordimer.

Pada 2015, Media Indonesia memilih Laskar Pelangi sebagai salah satu dari

45 buku paling mempengaruhi Indonesia sepanjang sejarah. Untuk mendorong minat

baca, mengembangkan sastra dan melestarikan bahasa Belitong, pada 2010 Andrea

membangun Museum Kata, museum sastra pertama di Indonesia yang telah berhasil

memulai literary tourism di Tanah air.

Lampiran 3

SILABUS

Nama Sekolah: SMA

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia

Kelas: XI

Semester: 1

Standar Kompetensi: Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasai

Waktu

Sumber/Bahan

/alat

7.2

Menganalisis

unsur-unsur

instrinsik dan

ekstrinsik

novel

Indonesia/no-

vel

terjemahan

Novel Indonesia

dan Novel

Terjemahan.

- Unsur-unsur instrinsik

(alur, tema,

penokohan,

sudut

pandang, latar,

dan amanat).

- Unsur

ekstrinsik

(nilai moral,

sosial, budaya,

dll)

- Membaca Novel Indonesia dan

- Menganalisis unsur-

unsur instrisink dan

ekstrinsik (alur,

tema, penokohan,

sudut pandang, latar,

dan amanat) novel

Indonesia dan Novel

Terjemahan.

- Membandingkan unsur instrinsik dan

eksrinsik novel

Indonesia dengan

novel Terjemahan.

- Menganalisis unsur-unsur ektrinsik (n

ilai religius) dan

instrinsik (tema,

alur, tokoh dan

penokohan, latar,

dan amanat)

- Menganalisis unsur-

unsur ekstrinsik dan

instrinsik novel

terjemahan

- Membandingkan unsur ekstrinsik dan

instrinsik novel

Indonesia dan novel

Terjemahan

Jenis Tagihan

- Tugas

individu

- Tugas

kelompok

- Ulangan

Bentuk Instrumen

- Uraian bebas

- Pilihan

ganda

- Jawaban singkat

4 Novel

Indonesia

Novel

terjemahan

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester : XI/ 1

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)

1. STANAR KOMPETESI

Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

2. KOMPETENSI DASAR

7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan

kehidupan sehari-hari.

B. INDIKATOR

mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea

Hirata;

mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam

novel Ayah karya Andrea Hirata;

siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri mengenai

unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata.

D. MATERI POKOK

novel Ayah karya Andrea Hirata;

teori struktural karya sastra; dan

macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan I

1) Pendahuluan

guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas;

guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

yang harus diku-asai siswa setelah pembelajaran berakhir;

guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi novel

yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah pertemuan

sebelumnya)

2) Kegiatan Inti

(1) Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:

a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai

unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;

b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa

memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur

intrinsik dan nilai moral.

(2) Fase “Alami”, berisi kegiatan:

a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelom-pok. Tiap kelompok

terdiri dari 4-6 siswa;

b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda untuk

dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur intrinsik

dan nilai moral;

c) guru menjelaskan peraturan diskusi;

d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi

kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan hasil

diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang juru bicara

sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang sesuai dengan

jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya;

e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok

diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru membantu

dengan petunjuk umum yang bersifat memancing penafsiran dari

siswa jika terjadi kebuntuan dalam tanya jawab antarkelompok

tersebut.

(3) Fase “Namai”, berisi kegiatan:

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok

dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai moral

dalam novel Ayah di buku tugas.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas. Bagian

ini berisi kegiatan:

a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang berkaitan

dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji citra tokoh

utama wanita dalam novel;

b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur

intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.

Pertemuan Kedua

1. Pendahuluan

a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang

telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;

b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan

yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

1. Kegiatan Inti

a. Fase “Demonstrasikan”

Setiap siswa menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis

unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah kepada temannya

secara acak untuk diidentifikasi.

b. Fase “Ulangi”

Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.

c. Fase “Rayakan”

Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum teknik

TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang

memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk

membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis

tersebut dipajang di dinding kelas.

2. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah meliputi:

a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;

b) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap

tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.

G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN

Buku LKS

Naskah dan sinopsis novel Ayah karya Andrea Hirata

LCD

H. PENILAIAN

Prosedur Penilaian

Penilaian Kognitif

Jenis : Pertanyaan lisan

No Nama Siswa Skor

Bahasa Isi Ekspresi Keterangan

Bentuk : Tanya jawab

Penilaian Psikomotorik

Kriteria skor penilaian :

4 : Sangat Bagus/Tepat (sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan

Bahasa)

3 : Bagus/Tepat (Sesuai dengan EYD dan penempatan kalimat)

2 : Sedang (kurang sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan Bahasa)

1 : Kurang Bagus/Tidak Tepat (tidak sesuai dengan EYD, Kalimat dan

Bahasa)

Penilaian Afektif

No Indikator Sikap

Nama Siswa

Ketekunan Kerajinan Kedisiplinan Kerja

sama

Tanggung

jawab

Keterangan :

1. Sangat Kurang (Tidak memenuhi K4T)

2. Kurang (Kurang memenuhi K4T)

3. Cukup (Hanya memenuhi beberapa dari K4T)

4. Baik (Hampir memenuhi dari K4T)

5. Amat Baik (Memenuhi keseluruhan dari K4T)

Skor Penilaian

a. Penilaian Kognitif

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya

Andrea Hirata?

2. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur

novel Ayah karya Andrea Hirata?

3. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik

penokohan yang digunakan pengarang dalam

novel Ayah karya Andrea Hirata?

4. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh

dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?

Kriteria Skor:

Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50

Jawaban kurang lengkap = 40

Tidak ada jawaban = 0

b. Penilaian Psikomotorik

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik?

Kriteria Skor:

Sangat baik = 5

Baik = 4

Cukup = 3

Kurang = 2

Sangat kurang = 1

c. Penilaian Afektif

No. Nama

Siswa

Indikator proses

Ketekunan Kerajinan Keaktifan

dalam

kelompok

kerjasama Tanggung

jawab

Kriteria Skor:

Sangat baik = 5

Baik = 4

Cukup = 3

Kurang = 2

Sangat kurang = 1

Kebumen, Agustus 2016

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah,