newsletter pariwisata no.36

36
Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012 ISI NOMOR INI 6 14 27 30 Perhatikan Gerak Penerbangan Gelombang ‘Besar’ Membangun Hotel Promosi yang Gegap Gempita Produk dan Destinasi Agar ‘Layak Jual’ Babel Sadar Memulai dari Wisnus Padang, Sumbar, dan Penggarapan Pasar Utama Singapura www.newsletter-pariwisataindonesia.com 17 22 Terobosan Pemasaran Tanjung Balai Danau Toba Halm. 9 T epat pada momen dua punggung mereka berhadapan, rapat tapi belum bersentuhan, salah satu melibaskan cambuknya. Cieet! Kelebat cemeti itu ditangkis lawan- nya dengan perisai sambil gerak kilat tubuh mengelak. Beberapa detik bergantian melibaskan cemeti, dan ‘pasangan lawan’ mengelak lagi seraya menangkis dengan tongkat. Akhirnya skor dinilai. Siapa yang paling banyak mengenai bagian tubuh lawan, dialah pemenangnya. Memacu Kawasan Tengah & Timur Negeri Itu permainan caci di Labuan Bajo. Ca artinya satu, ci artinya la- wan. Jadi, satu lawan satu. Per- formance tradi- sional warisan ratusan tahun itu kini dijadikan show di saat-saat tertentu upacara adat oleh penduduk di Kabu- paten Manggarai Barat, Flores.

Upload: muhammad-muslih

Post on 27-Mar-2016

276 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Newsletter Pariwisata No.36, Edisi Desember 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter Pariwisata No.36

Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Vol. 3 lNo. 36 lDesember 2012

ISI NOMOR INI

614

2730

Perhatikan GerakPenerbangan Gelombang ‘Besar’Membangun Hotel

Promosi yangGegap Gempita

Produk dan Destinasi Agar ‘Layak Jual’

Babel SadarMemulai dari Wisnus

Padang, Sumbar, dan Penggarapan Pasar Utama Singapura

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

1722

TerobosanPemasaran

Tanjung Balai

Danau TobaHalm. 9

Tepat pada momen dua punggung mereka ber hadapan, rapat tapi belum bersentuhan, salah satu melibaskan cambuknya. Cieet! Kelebat cemeti itu ditangkis lawan­nya dengan perisai sambil gerak kilat tubuh mengelak.

Beberapa detik bergantian melibaskan cemeti, dan ‘ pasangan lawan’ mengelak lagi seraya menangkis dengan tongkat.

Akhirnya skor dinilai. Siapa yang paling banyak mengenai bagian tubuh lawan, dialah pemenangnya.

MemacuKawasanTengah &Timur Negeri

Itu permainan caci di Labuan Bajo. Ca artinya

satu, ci arti nya la­wan. Jadi, satu lawan satu. Per-

formance tradi­sio nal warisan ratusan tahun

itu kini dijadikan show di saat­saat

tertentu upacara adat oleh penduduk di Kabu­paten Manggarai Barat, Flores.

Page 2: Newsletter Pariwisata No.36

2 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Penanggung jawab :Sapta NirwandarPenerbit/Pemimpin Redaksi :Arifin HutabaratDewan Redaksi :Sadar Pakarti BudiFaried Moertolo T. BurhanuddinWisnu B. SulaemanReporter : Benito LopulalanAlamat :Direktorat Jenderal Pemasaran PariwisataKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifJl. Medan Merdeka Barat No.17Lantai 3 Jakarta 10110Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Jika Anda mempunyai informasi danpendapat untuk Newsletter ini, silakankirim ke alamat tersebut di atas.

Utama

Sekarang caci mulai diangkat sebagai ‘atraksi’ untuk wisatawan yang berkunjung, utamanya di kawasan Manggarai Barat. Kendati tradisi ini hidup hingga ke Flores tengah, dan seakan setiap lelaki pandai me­narikan caci. Bagaikan setiap orang di Bali bisa menari.

Di lepas pantai kabupaten ini berlokasi Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Di situ bina­tang purba Komodo dikonservasi. Dunia kini menitipkan pada Indonesia agar hidupnya terpelihara. Maknanya, kemampuan Indone­sia melestarikan kehidupan warisan bumi ini, berarti meng angkat citra dan simpati dunia terhadap bangsa. Itu tergolong citra nasio­nal. Dan kita tahu rasa simpati akan menarik orang ingin melihat negeri Indonesia.

Datang ke Manggarai Barat berarti orang hendak melihat Komodo. Matahari belum ter­bit, di keremangan cahaya alam, wisatawan sudah berkumpul di pelabuh an Labuan Bajo. Ada yang langsung menaiki kapal dari atas dermaga, ada pula yang harus ‘melompat’ dari dermaga ke perahu motor kecil, untuk menyeberang menaiki kapal yang berlabuh agak ke te ngah. Itu lantaran dermaga sudah dipenuhi oleh kapal­kapal lain.

Berangkat pagi subuh merupakan satu kelaziman agar pelayaran mengikuti arus laut yang sedang surut. Tujuan terdekat pu­lau Rinca, yang terjauh ke Pulau Komodo. Di kedua pulau ini wisatawan berkeliling ber­jumpa dengan sang komodo di habitatnya. Ke Pulau Rinca saja, kecepatan kapal berla­yar rata­rata 6,5 knot membawa penumpang sekitar dua jam mencapainya. Ketika kem­bali menuju daratan Flores di waktu setelah jam makan siang, mengikuti arus laut pula untuk ketenangan berlayar.

Berkeliling jalan kaki di Rinca atau di Ko­

modo, bisa dengan durasi satu jam, sampai dua jam, lantaran memang salah satu rutenya bisa dipilih oleh wisatawan.

Para guide di pulau ini disebut Ranger, akan membim bing, menga­wal, menceritakan segala sesuatu selama berjalan mencari dan menyak­sikan cicit dinosaurus, yang di bumi sekarang hidupnya hanya di negeri ini.

Nah seperti Menteri Parekraf, Mari Elka Pangestu, mengingatkan, bahwa kunjung an wisata ke Komodo bisa selesai dalam sete­ngah hari. Setelah itu, kegiatan wisata atau daya tarik apakah yang bisa ditawarkan ke­pada para wisatawan?

Bukankah, semakin bertambah durasi wisatawan berada di destinasi, akan semakin banyak dampak ganda dan penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat setempat?

Nama “Komodo” sudah mendunia, dan untuk memantapkannya dari perspektif pe­masaran, Wameparekraf Sapta Nirwandar bersama pemasar tersohor Hermawan Kartajaya meluncurkan slogan yang lebih tajam “The real WOW“, kepanjangannya, The real Wonder of the World.

Menurut Djunius, petugas dari penge lola Taman Nasional Komodo (TNK), tahun 2012 ini diperkirakan mencapai 50.000 wisatawan pengunjung ke kawasan ini. Sebagian besar adalah wisman.

Wamenparekraf mengingatkan, desti nasi seperti Komodo, tentu saja bukan bersifat destinasi untuk turis massal. Bagaimanapun, karakter destinasi yang ‘mahal’ ini memer­lukan pembatasan, lebih tepat rasanya me­ngatakan, pengelolaan jumlah pengunjung. Sebab statusnya berada di bawah konserva­si, bukan saja oleh Indonesia sebagai pemi­liknya, tetapi masyarakat dunia pun meng­hendakinya. Tapi di situ terletak logikanya.

Ketika orang menyebut Amerika, asosiasi dan imaji niscaya melayang pada hebatnya citra Grand Canyon, New York, Hollywood. Padahal tidak setiap turis ke negeri paman Sam itu akan pasti mengunjungi semua tem­pat tersebut. Tapi itulah guna dan effeknya ‘ikon pariwisata’.

Labuan Bajo, kota mini, namanya telah mendunia dibawa oleh tersohornya nama

Komodo, belakangan mungkin saja menyaingi popularitas nama film Jurrasic Park. Kedatangan kapal­kapal pesiar me­wah mengangkut 2.000 wisman kian bertambah, mendaratkan penumpang­nya di Pulau Komodo dan Pulau Rinca.

Sama rasanya seperti popularitas Raja Ampat, di Papua, menjadi simbol yang meng angkat citra pari­wisata Indonesia khususnya

wisata bahari katulistiwa. Kesohoran nya me nyumbang gengsi destinasi Indonesia ke dunia, kendati tak selalu semua turis ke Indonesia harus mengunjungi Raja Ampat.

Tapi citra kemampuan Indonesia memeli­hara alamnya yang indah dengan ekosistem yang terpelihara, mau tak mau, bagian­bagian destinasi tersebut akan dikunjungi turis andaikan pun dengan biaya yang relatif ‘mahal’. Pembatasan­pembatas an jumlah di­perlukan, mengelolanya, ya karena kita dan dunia berkepentingan akan terpiliharanya ecosystem, terumbu karang, laut jernih bersih.

Lalu, khalayak di dunia pun meng­apresiasi budaya, seni dan warisan heritage di situ agar pelestarian, pengembang an dan pemanfaatannya juga dijaga oleh Indonesia. Maka, situasi dan kondisi objektif dari desti­nasi Indonesia serta pasar pariwisata dunia kini membawa perhatian pada pengembang­an dan kemajuan­kemajuan pariwisata di bagian tengah dan timur negeri ini.

Di bagian barat, kinerja pariwisata sudah ‘relative’ lebih mapan, kuantitatif maupun kualitatif. Sejalan itu telah banyak diberita­kan, investasi membangun akomodasi hotel pun mulai mengarah ke tengah dan timur negeri Indonesia, sama seperti derasnya peningkatan jumlah armada pe nerbangan nasional yang juga semakin menambah rute dan frekuensi ke sana.

Kenyataan menunjukkan kawasan te ngah Indonesia di bidang pariwisata sudah selang­kah ‘di depan’ dibandingkan kawasan timur. Artinya semakin ke timur hingga Papua, selain pariwisata akan mulai berkembang, para operator penerbangan nasional juga se­dang berancang­ancang menambah rute dan frekuensi terbang ke sana, setelah dewasa ini penambahan rute dan frekuensi layanan terbang di kawasan tengah Indonesia sedang berlangsung.

Salah satu hotel jejaring internasional, Swiss-Bell telah merintis mengoperasikan satu propertinya nun di ujung, di kota Me­rauke. Itu cukup mengindikasikan bisnis bagus sedang disongsong oleh para investor bidang akomodasi.

Tur Komodo sebagai modelKembali pada kegiatan tur ke Pulau Rinca

dan Pulau Komodo tadi. Untuk wisa tawan tur sehari—one full day tour—berarti men­charter kapal/boat.

Kapal boat bermesin diesel kapasitas 3.000 watt mampu mengangkut hingga 30 orang.

Penari Caci ketika beraksi.

Page 3: Newsletter Pariwisata No.36

3Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Utama

Umumnya kapal di sini sudah memenuhi salah satu persyaratan utama, satu contoh kapal ini menyediakan 80 pelampung yang terdiri dari ukuran kanak­kanak, remaja, hingga orang dewasa berbagai ukuran.

Jarak tempuh sekali jalan ke Pulau Rinca sekitar dua jam, dengan kecepatan rata­rata 6,5 knot. Ke Pulau Komodo, diperlukan waktu empat jam. Di Rinca atau di Komodo, berkeliling satu jam sudah amat memadai untuk bertemu dengan sang Komodo. Bisa bertemu anak­anaknya, induk atau pejantan­nya, dan seterusnya.

Rombongan delapan orang, misalnya, cu­kup dengan menyewa perahu motor tempel, sebagian merupakan perahu phinisi. Kapal bermesin 250 PK akan membawa kita ke Pulau Rinca dalam 30 menit, yang bermesin dua kali 250 PK bisa mencapainya dalam waktu sekitar 20 menit.

Tersedia puluhan kapal boat untuk wisatawan yang ‘bermalam’ di kabin kapal, di dekat Rinca atau Komodo. Ada yang di­lengkapi AC. Mengapa bermalam? Umum­nya mereka adalah para penyelam fanatik—katakanlah fanatic divers—yang datang dari bermacam­macam negeri. Mereka tampak puas memilih 40 diving spots, yang konon memang membuat me reka fanatik, menye­lam sedikitnya dua kali dalam sehari.

Sekembalinya di Labuan Bajo, usai tur pulau, wisatawan bisa dibawa memasuki gua bernama Batu Cermin, hanya bebe rapa menit berkendara dari Labuan Bajo. Sete­lah itulah timbul pertanyaan kemana lagi? Jawabannya datang ketika belum lama ini diselenggarakan beberapa even, termasuk Karnaval Komodo yang diseleng garakan Salah satu kapal untuk tur.

oleh Kemenparekraf.Di lokasi bernama Pantai Pede, (sebagai

ukuran jaraknya sekitar 200 meter dari Ho­tel Bintang Flores), ditampilkan tari­tari tra­disional lokal, dan, pertunjukan ‘caci’ tadi. Hampir sehari penuh, demonstrasi kema­hiran ‘caci’ telah menahan publik penonton tak beranjak dan lapangan sekeli ling arena pertunjukan dipenuhi terus.

Beberapa anak muda di situ meng akui, merasakan, bahwa pertunjukan ‘caci’ ber­potensi,—dengan beberapa mo difikasi pe­nampilan dan waktu yang ‘diperpendek’,—demonstrasi kemahiran itu bisa dijadikan menjadi half-day show untuk dinikmati oleh wisatawan.

Alhasil, wisatawan akan perlu dan senang tinggal setidaknya dua malam di Labuan Bajo. Sebelum meneruskan ke bagian tengah Pulau Flores, ke Danau Kelimutu, ke Ende, ke Maumere, hingga ke Alor atau Kupang di Pulau Timor. nEmpat wisatawan Rusia dan sang Ranger.

Menparekraf Mari Elka Pangestu telah melantik pejabat eselon I Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada Selasa 4 Desember 2012 di Balairung gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf,

Jakarta. Menteri dan Wakil Menteri, Sapta Nirwandar, berfoto bersama pejabat yang baru dilantik, usai pelantikan, yaitu (kiri ke kanan): Firmansyah Rahim, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata; I Gde Pitana, Kepala Badan Pengembang an Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; I Gusti Putu Laksaguna, Inspektur Jenderal Kementerian Parekraf; Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf; Menteri Mari Elka Pangestu; Wakil Menteri Sapta Nirwandar; Esthy Reko Astuti; Dirjen Pemasaran Pariwisata; H.M. Ahman Sya, Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; Harry Waluyo, Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Syamsul Lussa, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga. Pengangkatan para pejabat eselon I tersebut ditetapkan pada 30 Oktober 2012 dengan surat Keputusan Presiden No. 88/M Tahun 2012.

Menteri Melantik Pejabat Eselon I

Page 4: Newsletter Pariwisata No.36

4 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Pro-aktif dari Danau Toba

Utama

Akan halnya memacu pengembangan pariwisata di daerah, ketika berkun­jung di Taman Nasional Komodo,

Menparekraf Mari Pangestu mengatakan: ”Sebagai rencana jangka pendek, kami te­lah memilih 16 dari 80 lokasi sebagai proyek percontohan tentang bagaimana mengelola sektor pariwisata secara komprehensif dan berkoordinasi dengan sektor­sektor lain se­perti Kementerian Pekerjaan Umum, Ke­menterian Perhubungan, dan pemerintah daerah. Tantangan terbesar adalah bekerja sama dengan pemerintah daerah.”

Ya, diingatkannya: Danau Toba di Suma tera Utara ‘dimiliki’ oleh 10 kabupaten dan kota. Di Flores, delapan kabupaten harus bekerjasama untuk mengembangkan pulau, termasuk Ko­modo. Meningkatkan lokasi wisata sangat su­lit jika tidak ada kerjasama dengan penduduk setempat. Ini adalah tantangan nyata. “Target kami tidak hanya untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara kita,” ujar Menteri, “tetapi untuk meng inspirasi pariwisata yang berkualitas baik dan mem­buat mereka tinggal di sini lagi.”

Keenambelas destinasi dimaksudkan, se bagian merupakan tourist spots, termasuk Danau Toba di Sumatera Utara, Pangandar­an di Jawa Barat, Borobudur­Prambanan di Jawa Tengah dan Yogya­Sleman di Yogya­karta, Bromo­Tengger­Semeru di Jawa Timur, Lombok dan gunung berapi Rinjani, Flores Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Toraja di Sulawesi Sela­tan, Dera wan pulau di Kalimantan Timur,

selain Pulau Weh di Aceh, Kepulauan Togean di Sulawesi Tengah, Kepulauan Seribu dan Old Batavia di Jakarta, dan pantai Bali sela­tan dan utara, serta di sekitar Gunung Batur. Jadi, di antaranya Sembilan geografis berada di kawasan tengah negeri ini.

Di antara ratusan atraksi di Indonesia, pe­merintah telah mengidentifikasi 16 prioritas tujuan untuk dikembangkan di tahun­tahun mendatang, kata Menteri. n

Daerah per Daerah Di Labuan Bajo, Menteri Parekraf menyaksikan MoU antara TMO Labuan Bajo de­ngan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mengenai komitmen untuk bersama­ sama mengembangkan Labuan Bajo sebagai desti­nasi wisata yang berkelas du nia. Secara teknis pengem­bangan wisata Labuan Bajo dan Flores ditangani oleh DMO (Destination Manage­ment Organization), ini dijalankan untuk meningkat­kan kualitas dan daya saing. DMO Flores dibagi ke dalam 8 TMO (Tou rism Management Organization).

Living Culture dan Menduniakannya

Nusa Tenggara Barat dan Timur (NTB dan NTT) diberikan perhatian ba­nyak oleh Kemenparekraf. Bersama­an dengan kawasan­kawasan di Ka­

limantan dan Sulawesi, geografis termasuk kawasan tengah negeri ini. Terpacunya pari­wisata di kawasan tengah niscaya segera dibarengi dengan tahap melajunya nanti pari­wisata di kawasan lebih ke timur, ke Papua.

Menparekraf Mari Elka Pangestu dan Wa­men Sapta Nirwandar, beberapa kali secara langsung menyemangati para pelaku industri pariwisata di daerah­daerah tersebut, mulai dari Derawan di Kalimantan Timur, hingga ke Komodo, dan Kupang di Pulau Timor.

Sapta Nirwandar selaku Dirjen Pemasar­an Pariwisata mendorong dan langsung mengikuti beberapa kegiatan even promosi yang dilaksanakan oleh Kemenparekraf, mu­lai dari di Alor di ujung timur NTT hingga Kupang di pulau Timor, selain Lombok. Be­berapa festival budaya itu diinisiasi oleh Ke­menparekraf. Salah satunya melalui Konser Musik Sasando. Lebih 100 musisi ‘asli’ di­datangkan langsung dari Pulau Rote ke Ku­pang, menghadirkan tontonan unik, mistis, sekaligus megah.

Ini mengingatkan festival Teluk Ambon (yang masuk kawasan timur Indonesia) di bu­lan Oktober 2012 ketika 181 orang musisi su­ling bambu tradisional mendemonstrasikan kepiawaian konser suling. Sapta Nirwandar tampak terkesima. Diperhatikannya serius.

Didengarkannya dengan menikmati. Tak lama dipanggilnya Faried Moertolo, Direktur Promosi Dalam Negeri, mengatakan, menu­rut pendapatnya, “Bawalah konser ini ke Jakarta.” Faried bertanya: ”Seluruh anggota 180 Pak?” Jawaban: “Ya.” Mereka terdiri dari 150­an pesuling dan 28 kelompok Choirs.

Adapun konser Sasando tadi, bertema From ancient to the future itu melibatkan artis­artis nasional, Ita Purnama Sari, Putri Ayu dan Dwiki Darmawan.“Sasando, merupa­kan alat musik yang sangat unik, terbuat dari daun lontar dan hanya terdapat di Kabupaten Rote Ndao. Saya berani bertaruh, tidak ada Sasando di tempat lain, selain di NTT,” ujar Sapta Nirwandar. Selain Sasando, NTT masih memiliki banyak objek wisata yang perlu dipromosikan, di antaranya Kelimutu yang di­anggapnya sebagai lokasi wisata kelas dunia. Pantai Nembrala, Taman Laut Mbay, Komodo, Kampung Bena yang dipenuhi megalitik.

Ketika itu tampillah tujuh maestro sasan­donya, Edon Sasando, John Tedens, Herman

Landong Esa Niti Sasando, David Mesakh, Yeremias Pah, dan Hendrik Pah, berpakaian kebesaran masing­masing, pepak dengan topi Ti’ilangga dan selempang Tais khas te­nun Timor, plus alat musik Sasando, telah menjadi tontonan khas etnik yang memikat. Konon sasando digunakan masyarakat Rote sejak abad ke­7.

Diharapkan nantinya menjadi alat musik nasional, tetapi di kalangan masyarakat NTT sendiri, sasando harus merakyat. Sasando tidak hanya dikenal sekelompok etnis terten­tu yakni Rote ‘Ndao, tetapi juga masyarakat NTT secara keseluruhan. Maka, di setiap sekolah dasar dan mene ngah perlu diajarkan alat musik ini. Sasando harus memberi nilai tambah bagi perekono mian di NTT.

Jadi, dengan pembuatan sasando saja orang sudah mendapat untung, apalagi menggelar konser atau festival, dan kegiatan kepariwisataan. Itulah antara lain gagasan yang sedang berkembang di sana. Sasando hendak jadi a living culture even nowadays. n

Sasando menjulang di bandara Kupang yang tampak asri. Itu mengandung konsekuensi. Sasando mestinya mudah ditemukan, alat musiknya maupun performance setiap saat wisatawan hendak menyaksikannya.

Page 5: Newsletter Pariwisata No.36

5Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Utama

Membawa ‘Zamrud’ke Panggung Nasional dan Internasional

Jadi, keadaan obyektif mengindikasi­kan begini: Dari sudut pariwisata, wilayah Barat Indonesia umumnya berada di tahap ‘mapan’ atau, ibarat

pesawat terbang, telah berada di tahap cruising altitude. Wilayah Tengah, sedang berada dalam tahap ‘upaya melajukan’ pengembangan produk dan pemasaran pariwisatanya. Wilayah Timur, sedang be­rada pada situasi ‘conditioning’, mencipta­kan kondisi­kondisi dasar untuk memper­cepat pengembangan.

Strategi Pemasaran sekaligus pengem­bangan pasar dan produk, oleh Wamen­parekraf Sapta Nirwandar, dipertegasnya salah satu jalannya ialah dengan mencip­takan even, baik even budaya maupun olah raga.

Kawasan tengah Indonesia memiliki beragam kekuatan, di sektor seni budaya yang etnik pada hampir semua destinasi, alam laut di NTB, NTT dan Kaltim. Sedang kan alam pedalaman dengan su­ngai­sungai yang sesungguhnya eksotik, di Pulau Kalimantan.

Kemenparekraf bersama Pemprov NTT tentunya, menginisiasi konser bertema Sasando in Concert; From Ancient to Future, di Kupang, NTT, pada 13 November 2012.

Pemerhati musik Bens Leo, Dwiki Dhar-mawan, dan Ivan Nestorman membagi wa­wasan ihwal musik unik ini. Dengan ada­nya kini Sasando elektrik, instrumen yang tadinya hanya memainkan musik pentato­nis, bisa memainkan lagu­lagu diatonis.

Dwiki menambahkan, perlu kerja ke ras memunculkan Sasando di pelataran musik nasional, apalagi internasional. Di Perancis, keunikan dan kekhasan suara alat musik sasando memikat penonton di kota Gan­nat, Auvergne, yang berjarak 387 km dari Paris. Musisi Sasando tampil di Festival de Gannat ke­39 atas dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selain lagu Indonesia Pusaka, kata Minister Conseiller KBRI Paris, Arifin Saiman kepada Antara London, sasando juga mempersembahkan lagu tradisional dan lagu­lagu pop, di antaranya Mai Failie dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur dan lagu pop Barat Can`t help falling in love de ngan sasando.

Festival yang diselenggarakan Associa-tion Nationale Cultures et Traditions (ANCT) pimpinan Jean Roucher ini menampilkan aneka pertunjukan budaya, adat istiadat, dan tradisi dari negara­negara di dunia.

Selain Indonesia, festival ini juga diikuti Mesir, Jerman, Amerika Serikat, Namibia, Guade­loupe, Puerto Rico, India, dan Irlandia. Dengan kata lain, sudah cukup banyak cerita tentang ‘perantauan’ sasan­do termasuk ke ibukota Jakarta.

“Harus inovasi dan estafet skill pengua­saan kepada generasi muda, mengarahkan Sasando dapat menjadi ikon pariwisata setempat, ke dunia.”

Kemenparekraf pun telah konsisten memberi dukungan terhadap even­even yang menampilkan tradisi di masyakarat

NTT: Even­Pasola dan Nyale di Sumba, Caci di Flores, Baleo di Lembata dan Alor, dan Reba di Ngada.

Di sebelah baratnya, NTB menyatakan berhasil mencapai target 1 juta wisatawan selama 11 bulan 2012, kegiatan MICE menyumbang besar, dan sebagian besar kunjungan itu dari wisnus. Dispardanya memproyeksikan wisman tahun 2012 se­kitar 25%. Dinas itu tahun depan akan mengirim sales mission ke Malaysia, Saudi Arabia, China, Hong Kong, Singa pura dan Australia.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar membuka konser bertema From Ancient to Future (atas). Ini di Kupang merupakan konser sasando dengan pemusik yang tampil elegan, tak kurang dari 100 orang, tua dan muda (kiri).

Page 6: Newsletter Pariwisata No.36

6 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Garuda sudah memulai layanan penerbangan langsung Makas­sar–Lombok. Ada satu langkah kemajuan baru. AirAsia membu­

ka penerbangan langsung Lombok–Kuala Lumpur sejak Oktober yang lalu, menu­rut Disparda NTB, diberikan Rp 500 juta dukungan untuk promosi. Ini setidaknya menunjukkan kesungguhan NTB mem­pertahankan rute akses yang diinisiasi oleh maskapai penerbangan, seraya ber­makna agar wisman sungguh ditarik oleh operator penerbangan untuk berkunjung.

Sementara itu sudah melakukan ‘pdkt’ alias pendekatan pada Tiger Airways dari Australia agar membuka penerbangan Lombok–Perth.

Dioperasikannya pesawat jet Bombardier tipe CRJ-1000 Next Generation oleh Garuda Indonesia, “Pesawat ini diharapkan dapat semakin meningkatkan konektivitas antar kota di Kawasan Timur Indonesia (KTI),” ujar Menteri Perhubungan saat penerbang­an perdana di Bandara Sultan Hassanudin, Makassar, Jumat (12/10).

Sejak 16 Oktober yang lalu, Garuda membuka rute penerbangan Makassar–Mataram. Pesawat berkapasitas dibawah 100 seat ini, hingga akhir tahun 2012 akan dimilikinya lima unit, semua akan ditem­patkan di Bandara Sultan Hassanudin, Makassar, untuk pengembangan armada di Indonesia bagian timur.

Dewasa ini berbagai pihak di NTT se­dang mengancang­ancang pembukaan rute penerbangan Labuan Bajo–Makassar, Kupang–Darwin, selain persiapan menam­bah frekuensi penerbangan Labuan Bajo­Denpasar, dan inernal di kepulauan NTT, Labuan Bajo, Kupang, Maumere, Ende.

Di Kalimantan, Garuda Indonesia mem­buka rute baru Balikpapan–Singapura sejak akhir Juli 2012. Itu merupakan per­panjangan dari rute Makassar–Singapura pp. Empat kali seminggu dioperasikan­nya penerbangan Makassar–Balikpapan– Singa pura pp.

Di situ digunakannya pesawat Boeing 737-500 dengan kapasitas angkut 96 pe­numpang Kelas Eksekutif dan Ekonomi. Strategi Garuda itu tampak sejalan de ngan pariwisata, konsumen dari Singapura kini punya alternative untuk mengunjungi Indonesia selain melalui Jakarta, Denpasar dan Makassar.

Dan, Balikpapan menjadi salah satu pintu gerbang di Indonesia Timur dengan pertumbuhan bisnis yang kian pesat. “Kami melihat ada 11 kota yang bisa di­hubungkan pintu Makassar. Saat ini kita baru buka rute di Jakarta dan Surabaya,” kata Dirut Citilink, Arif Wibowo, dikutip media. Secara bertahap Citilink sedang menambah rute penerbangan di Balikpa­

Kalimantan dan PapuaMaju lagi pada langkah lain, Wamen­

parekraf mengingatkan kekayaan alam sungai­sungai di Kalimantan. Pulau ini agaknya akan menjadi destinasi yang kuat manakala Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Mahakam, kelak menerima investasi yang membangun kapal­kapal susur sungai. Di situ wisata menyusur sungai memasuki kehidupan penduduk pedalaman yang niscaya akan menarik perhatian, dan satwa serta hutan perawan yang menakjubkan.

Utama

Perhatikan Gerak Penerbangan

Kemenparekraf menunjukkan salah satu cara mengenalkan ke dunia dengan aksele­rasi program, yakni menciptakan even be sar yang pertama dan langsung dibuat bergaung internasional, yakni sport tourism Musi Triboatton Race di Sumatra Selatan.

Peluang mengembangkan river cruise melalui even­even sungai besar dan pan­jang, terbuka pula di tanah Papua. Di Ka­limantan bahkan juga dipromosikan keah­lian menggunakana sumpit, melalui even setiap tahun yang telah dijadikan Interna-tional Borneo Sumpit Tournament.

Boleh dikatakan, masyarakat pariwisa­ta di kawasan tengah ini tertantang untuk ‘melakukan assembling’ atas semua unsur­unsur produk wisata, sehingga merupa­kan suatu mata rantai destinasi yang ber­variasi, untuk mana wisnus dan wisman ditangsang memilih di antara pilihan­ pilihan yang ‘eksotik’.

Di mana mereka juga bisa ‘terlibat’ dan ‘bersentuhan’ dengan aktifitas tradisional masyarakat setempat. Di situ pula teringat kembali Indonesia ibarat zamrud di katu­listiwa, emerald on the equator. n

pan, Banjarmasin, Denpasar, Jogja, Ban­dung dan Medan hingga mencapai 11 kota yang akan dihubungkan langsung dengan Makassar.

AirAsia Indonesia makin agresif mengga­rap pasar domestik dan global dengan me­rencanakan penambahan armada pesawat Airbus sebanyak 10 unit pada tahun depan dari jumlah saat ini sebanyak 19 unit.

Chief Operations Officer (COO) AirAsia Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengata­kan, penambahan armada itu untuk me­menuhi tingginya permintaan baik untuk rute­rute domestik maupun global.

Alhasil, dilihat perbedaan nyata pada momen kekinian antara kawasan tengah dan timur Indo­nesia, ialah terutama pada

Potensial pintu masuk wisman di wilayah tengah Indonesia tampaklah kemungkinan ke Kupang, Labuan Bajo, dan di Papua, Jayapura dan Merauke. Bagi airlines pertimbangan utama tentulah memadai atau tidak jumlah penumpang sehingga mencapai tingkat passenger load factor yang diharapkan secara komersial.

Inilah pintu masuk wisman dengan penerbangan langsung dari luar negeri dewasa ini.

Page 7: Newsletter Pariwisata No.36

7Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

aksesibilitas udara, baik dalam negeri maupun internasional. Demikian pula di sektor akomodasi.

Di kawasan tengah sedang berlangsung penambahan rute dan frekuensi penerba­ngan nasional, untuk dalam negeri dan luar negeri. Operator penerbang an nasio­nal setiap bulan rata­ rata mendatangkan tiga pesawat baru ke jajaran armada. Mereka membutuhkan rute dan jumlah penum pang. Kendati ke kawas an regional dekat di ASEAN, penambahan rute pe­nerbangan itu pun merupakan imperative alias tak bisa dihindarkan.

Menariknya, pelaku bisnis perhotelan dewasa ini sudah memasuki pelaksanaan fisik hotel baru yang di bangun, dan akan didirikan di beberapa destinasi di wilayah bagian tengah, dari NTB, NTT hingga Ka­limantan dan Sulawesi.

Di dalam wilayah NTT sendiri sedang tumbuh semakin kuat operator berbasis lokal, Trans Nusa Airlines, yang sudah dan

sedang memperkuat penerbangan ‘lom­pat antar kota’ di dalam wilayah NTT.

Artinya, penerbangan jarak pendek dengan pesawat ‘baling­baling’ dan cu­kup dengan kapasitas di bawah 50 tempat duduk. Ini akan ekonomis bagi penggu­naan program wisata di dalam wilayah destinasi NTT.

Namun sudah dibukanya juga pener­bangan Labuan Bajo–Makassar, dan di­kabarkan bersiap hendak membuka pe­nerbangan ke Australia dan Timor Leste.

Alhasil, dilihat perbedaan nyata pada momen kekinian antara kawasan tengah dan timur Indonesia, ialah terutama pada aksesibilitas udara, baik dalam negeri mau pun internasional. Demikian pula di sektor akomodasi.

Garuda saja, dengan dibukanya rute Balikpapan–Singapura, saat ini meng ope rasikan 70 penerbangan sem­inggu dari Negara kota itu ke Jakarta, Bali, Makassar. n

Perhatikan Gerak Penerbangan

Utama

Ke Malukudan Papua

Di awal Desember ini, 181 ke lompok konser musik su ling dari Ambon, me­mang diterbangkan ke

Jakarta. Disebut sebagai Konser Keajaiban Indonesia 2012, The Great Indonesian Songbook: Sound from The East, pertun jukan mereka dilaksa­nakan hari Ka mis (13/12/2012) di Ballroom The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. Namanya Molluca Bamboo wind Orchestra (MBO), ber ­kolaborasi dengan musisi dan pe­

nyanyi asal Indonesia Timur, Glenn Fredly, Barry Likumahua Project, Oele Pattiselano, Bob Tutupoli, dan musisi Indonesia lainnya.

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar tampak ‘happy’ meng­umumkan bagaimana kegiatan ini merupakan rea lisasi komitmen dari pelbagai pihak dalam mendu­kung pelestarian kekayaan budaya Indonesia khususnya musik dari Timur.

“Budaya Indonesia, khususnya musik tradi sional Indonesia, harus senantiasa dilestarikan dan di du­kung perkembangannya. Melalui pro gram ini, serta melalui dukung­an pe nuh berbagai pihak seperti yang dilakukan oleh Garuda Indo-nesia, maka kami yakin hal tersebut akan memberikan nilai tambah bagi pelestarian dan pengembangan bu­daya Indonesia,” ujar Sapta.

Dan tentulah musik tradisional ketika diangkat ke pagelaran akan kental dengan kreatifitas hingga akhirnya memasuki pula ranah in­dustri kreatif.

“Secara konsisten, Garuda terus melakukan berbagai inisiatif dan upaya­upaya untuk melestarikan bu daya bangsa. Melalui konsep Garuda Indonesia Experience, Garuda mengangkat berbagai kekayaan bu­daya Indonesia. pada setiap sentuh­an layanan kami. Garuda juga secara konsisten memberikan dukungan ke pada program­program, dan acara yang mengedepankan keka­yaan seni maupun budaya Indone­sia,” ujar Emirsyah Satar, Direktur Utama Ga ruda Indonesia.

Bulan Agustus 2009, Garuda In-donesia meluncurkan konsep layan­an Garuda Indonesia Experience, yaitu

Rute penerbangan sudah operasi

Potensi rute untuk dibukaBALI

MAKASSAR

Festival di Lembah Baliem.

Page 8: Newsletter Pariwisata No.36

8 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

konsep layanan yang menghadirkan semua hal terbaik dari Indonesia dengan konsep lima senses (panca indera) yaitu: sight, sound, taste, scent, touch.

Kampanye itu rasanya tepat benar diinten­sifkan dewasa ini, khususnya dalam melaju­kan pariwisata di kawasan tengah dan timur Indonesia. Para stakeholders di dae rah­daerah sungguh perlu memerhatikan dan meman­faatkan fenomena ini ke pengembang an pro­duk dan pemasaran pariwisata.

Di provinsi Papua dan Papua Barat, Ke­menparekraf telah konsisten menginisiasi dan mendukung terus beberapa even budaya: Festival Danau Sentani, Festival Budaya Fak­fak, Festival Budaya Merauke, Festival Asmat, dan seterusnya.

Menengok ke Papua, Lembaga PBB UNESCO baru saja menetapkan Tas Rajutan atau Anyaman Multifungsi Noken Kerajinan Tangan Rakyat Papua masuk dalam Daftar UNESCO Warisan Budaya Tak Benda yang memerlukan perlindungan mendesak.

Ketua Sidang Komite Antar­Pemerintah ke­7 untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak benda, Arley Gill dari Grenada, diberitakan mengetok palu menandai secara resmi momen penetap an yang disambut tepuk tangan dan sorak sorai 640 wakil dari 148 negara yang me­madati Ruang XII di Markas UNESCO.

Ini jadinya menambah satu lagi warisan budaya takbenda Indonesia yang telah di­tetapkan PBB, menyusul Wayang, Keris, Ba­tik, Diklat Warisan Budaya Batik untuk Siswa Sekolah, Angklung dan Saman.

Titus Pekei, Putra Papua, Ketua Lembaga Ekologi Papua dan pencetus gagasan menomi­nasi Noken, Ahli hukum dan lingkungan hidup lulusan UI ini tampil bangga dan ber­wibawa di ruang sidang Markas UNESCO, —­ berbusana adat lengkap dengan menyan­dang ‘Noken Anggrek’, tanda kebesaran bagi masyarakat Papua. “Mama­mama Papua pengrajin Noken pasti bahagia pada hari ini” ungkap Titus.

Sementara itu, “Saat ini Sasando sedang da­lam proses dan diharapkan segera rampung terutama pemenuhan dan kriteria agar layak masuk dalam kategori UNESCO, se hinggga dapat meraih penghargaan tersebut,” kata Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Faried Moertolo, ketika di Kupang.

Jika saja para maskapai penerbangan nasional sama gerak langkahnya dengan dukungan­dukungan seperti Garuda Indonesia tersebut, ke bidang pariwisata, maka ‘Indo-nesia Incorporated’ di industri pariwisata pun akan semakin terbentuk dan berperan. Tentu saja pro­aktif pun diperlukan dari sektor usaha akomodasi dan biro perjalanan serta operator tur. Mereka yang akan memasuki pasar dengan menjual paket­paket wisata yang ‘mengundang selera’. n

Promosikan Golf!

Kalau di Batam wisman dari Singapura dan Malaysia datang menyaksikan per­temuan dan pertunjukan

artis­artis seperti Rhoma Irama dan pemain sinetron Tukang Bubur Naik Haji, yang didatangkan Ke men­parekraf dalam rangka program End Year Festive Seasons di ujung 2012 ini, di Bogor digelar Wonderful Indonesia Friendship Golf Tournament pada 5 Desember 2012.

Sejumlah 130 golfers dari 11 negara ikut serta pada hari promosi terse­but. Termasuk dari Korea, Malaysia, Singa pura, Taiwan, Inggris, Kanada, Switzerland, India, Thailand dan Brunei.

Pelaksana even, Dian Kelly mene ­rangkan, umumnya para peserta sete­lah sehari mengikuti pertandiangan

persahabatan itu, memper­panjang sendiri masa ting­gal di Indonesia rata­rata tujuh hari. Mereka melaku­kan aktivitas termasuk tur sendiri.

Beberapa Dubes di Jakar­ta ikut bermain, dari Finlan­dia, Dubes Kai Saver, Dubes Spanyol, Rafael Conde de Saro, Dubes Switzerland, Heinz Walker Nederkoorn dan dari Chile, Dubes Ed-wardo Ruiz.

I Gde Pitana, Kepala Ba­dan Pe ngembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekono­mi Kreatif, Kemenparekraf, membuka pertandingan de ngan shot gun pada tee off pertama pukul tujuh pagi. Itu di lapangan Bogor Raya Golf Club.

Usai pukul tiga siang, menurut Dian, selama mereka memperpanjang masa kunjung di Indonesia, masing­masing melakukan tur main golf men­coba lapangan­lapangan yang ber­beda. Dan tentu saja, acara shopping!

Wisata golf ke Indonesia dipromo­sikan terus oleh Kemenparekraf seba­gai salah satu special interest tours yang dikampanyekan. Lapangan golf yang tersebar di hampir semua destinasi pariwisata utama, selain indah dan challenging bagi pegolf, biaya yang mereka keluarkan pun relatif lebih murah ketimbang bermain di desti­nasilain, di Korea, Jepang, Taiwan, hingga Malaysia dan Singapura.

Selain Bali, Bandung termasuk telah sukses menarik wisman golfers berkunjung dan menikmati hari­hari akhir pekan di lapangan golf. n

Utama

Gde Pitana memulai tee off pertama.

Event

Page 9: Newsletter Pariwisata No.36

9Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Event

Terobosan Baru Memasarkan Danau Toba via Tanjung Balai

Terobosan ini tentulah akan meng­akselerasi peningkatan jumlah kun jungan wisman ke destinasi Danau Toba khususnya, Sumatera

Utara umumnya, bersamaan itu, mening­katkan kegiatan pariwisata kota Tanjung Balai. Untuk gagasan itu Kemenparekraf mengambil inisiatif, bekerja sama dengan Pemkot Tanjung Balai menyelenggarakan Wonderful Tanjung Balai and Toba Culture Festival 2012 di kota Tanjung Balai.

Wamen Sapta Nirwandar berangkat pukul enam pagi dari terminal 3 bandara Soekarno­Hatta menuju Kuala Lumpur. Dari KL itu berkendara mobil langsung menuju Port Klang, pelabuhan laut di pantai Barat Malaysia. Dari pelabuhan ini naik ferry, per­jalanan menyeberang perbatasan antara Ma­laysia–RI ini empat jam kemudian, sore hari, tiba di pelabuhan Teluk Nibung, ini jaraknya 10 kilometer ke kota Tanjung Balai. Wamen disertai beberapa wartawan Indonesia.

Perjalanan ferry ini membuktikan rute tersebut berpotensi besar dijadikan gate-way alias pintu masuk wisman. Di Tan­jung Balai, ditemukan potensi seni buda­ya, alam, kuliner yang jika diolah, niscaya menjadi daya tarik wisata.

Sebaliknya, di kawasan ‘halaman bela­kang’ kota pelabuhan Port Klang, negara­negara bagian Malaysia, berdiam sedikit­nya 500 ribu warga yang berasal­usul dari Indonesia, dari Tapanuli Selatan yang bia­sa dikenal dengan masyarakat Mandailing, sehingga masyarakat ini telah lama mem­bentuk perhimpunan Mandailing.

Lebih dari itu, ketika meresmikan pem­bukaan Festival, Wamen Sapta Nirwandar mengatakan: “Wisman warga Malaysia dan wisman dari negara lain pun akan tertarik mengunjungi Indonesia dengan mendapatkan pengalaman perjalanan di laut, lalu di Tanjung Balai menikmati pari­wisata kota ini antara lain wisata di air

Walikota Tanjung Balai H. Thamrin Munthe yang berpakaian adat Melayu dan Wamenparekraf Sapta Nirwandar yang sedang mengenakan batik, di­ulosi lalu me­nortor tari tradisional Batak.Sementara tari tradisional Melayu kemudian digelar kolosal oleh muda mudi Tanjung Balai. Siang itu Sabtu (15/12/2012) baru saja diresmikan Wonderful Tanjung Balai and Toba Culture Festival 2012, yang berlangsung 14–16 Desember 2012. Kegiatannya diisi dengan Pentas Budaya dan Tari, yang intinya terdiri dari Gondang Sambilan, Tor­tor dan Tari Melayu; Pameran Pariwisata dan Kerajinan, serta Asahan River Tour. Pada momentum Festival Wamenparekraf mempertegas gagasan dan pandangan bagaimana Tanjung Balai bisa menjadi pintu gerbang bagi kunjungan wisman, sebagai satu strategi merevitalisasi pemasaran destinasi Danau Toba yang namanya sungguh telah mendunia. Walikota lalu mengekspose rencana membangun Tanjung Balai untuk mampu menjadi pintu masuk wisman dengan menyeberang meng­gunakan kapal ferry dari Port Klang, di pantai Barat Malaysia, dan mendarat di pelabuhan Teluk Nibung, 10 KM dari Tanjung Balai.

Rute Ferry Port Klang, Malaysia–Teluk Nibung, Tanjung Balai, Indonesia.

Rute jalan darat yang akan dapat ditempuh sekitar 2,5 jam jikalau jalan rayanya telah ditingkatkan kualitasnya.

Rute jalan darat yang selama ini ditempuh untuk wisman menuju Danau Toba.

PoRT KLAng

KUALALUMPUR

MALAYSIA

Page 10: Newsletter Pariwisata No.36

10 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

sungai, dan kemudian pengalaman jalan darat dengan pemandangan yang indah antara Tanjung Balai–Danau Toba.” Itulah tampak sebagai latar dari konsep menero­bos jalur pemasaran baru.

Ke Danau Toba wisman belakangan ini mulai berkunjung kembali, kendati pertumbuhannya landai sekali, setelah lebih satu dasawarsa belakangan ini jumlah kunjungan wisman ke destinasi danau terbesar di Asia itu, terasa sungguh berkurang.

Kebanyakan dari Malaysia, kini biasa­nya berdurasi 3 malam 4 hari: sehari di kota Medan, sehari di kota Brastagi se­bagai transit dalam perjalanan ke Danau Toba. (Perjalanan bus langsung antara Medan–Danau Toba memerlukan sekitar lima sampai enam jam.) Di Danau Toba menginap sehari, dan esoknya setelah tur lokal, menuju langsung ke bandara di Medan untuk kembali ke Malaysia.

Pemkot Tanjung Balai menampakkan semangat yang ‘bangkit’ untuk menyadari dan hendak menggali, mengangkat, untuk mengelola sumber kepariwisataan kawasan ini.

Walikota H. Thamrin Munthe melaku­kan pendalaman hingga tersusun rencana komprehensif, yang—­ selain rasional, menjadi gayung bersambut terhadap kon­sep terobosan pemasaran dari Kemen­parekraf tadi.

Di hari Sabtu (15/12/2012) Walikota menyampaikan proposal kepada Wamen

Parekraf, usai Walikota menyajikan pre­sentasi dan penjelasannya termasuk ke­pada pers.

Dari Dermaga dan Waterfront Kota

Maka terungkaplah suatu proyeksi ke­pariwisataan Tanjung Balai yang menjanji­kan. Salah satu bagian pantai sungai Asa­han, populer disebut penduduk pantai amor, kini dinamakan Waterfront Tanjung Balai. Di situ akan dibangun satu dermaga ‘modern’. Di sepanjang sekitar enam ratus meter pantai itu, akan terbangun suatu kompleks pertokoan, rumah, taman, dan fasilitas lainnya untuk kegiatan masya­rakat, tentu juga tampil modern.

Dari dermaga itu akan beraktivitas wisata air, ya olah raga, rekreasi, hingga ke wisata susur sungai.

Adalah salah satu Pulau Besusen, lima kilometer ke arah hilir sungai dari lokasi Waterfront tadi, untuk pulau itu telah dirancang layout –nya hingga tahap tam­pak artsitekturalnya, menjadi pusat ka­wasan wisata alam dan wisata air. Lihatlah gambar desain dan layout yang tampak berdaya ‘mengundang’ pengunjung alias wisatawan, tentu saja di samping mereka yang berasal dari seberang perbatasan di Malaysia, termasuk wisman dari berbagai negeri, tentulah juga akan mengundang wisnus dari kabupaten­kabupaten dan provinsi lain di Sumatra.

Dari kota Tanjung Balai sendiri pulau itu bisa dicapai dalam 15 menit dengan—

wisata susur sungai di atas boat. Indahnya keaslian alam. Tiada polusi. Pemandangan tepian sungai yang menarik.

Justru lebih dari itu, sekali jalan raya penghubung langsung antara Tanjung Balai sampai kota Parapat di tepian Danau Toba,—berhasil diperbaiki dan memberi­kan laju kendaraan wisata yang smooth—maka sekitar dua setengah jam saja wisatawan akan tiba di Danau Toba.

Di pertengahan rute perjalanan ini, ber­lokasi air terjun Sigura­gura yang menga­gumkan. Di situ berdiri PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Air. Di sekitar situ pula ada bagian Sungai Asahan yang telah men­datangkan para penggemar wisata arung jeram, di mana mereka menemukan arus sungai yang ‘mengasyikkan’ bagi peng­gemar arus jeram. Atau, wisata susur su­ngai lagi.

Jalan raya penghubung kota Tanjung Balai–kota Parapat di Danau Toba pan­jangnya sekitar 80 kilometer, namun masih memerlukan sekitar 4–5 jam untuk menjalaninya. Kondisi jalan raya itu de­wasa ini memang masih memprihatink­an, membuat mobil harus menghabiskan waktu selama itu. Jadi, berkisar sama se­perti perjalanan bus langsung dari Medan ke Danau Toba melalui kota Brastagi.

Kapankah? Kita lalu bertanya kepada Walikota,

kapankah ‘proyeksi’ itu akan menjadi ke­nyataan, berdasarkan pemikiran dan pe­

Event

Situasi Water Front Tanjung Balai dewasa ini (Desember 2012) yang akan ditransformasi.

Dermaga di kawasan Water Front Tanjung Balai saat ini (Desember 2012).

Page 11: Newsletter Pariwisata No.36

11Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

rencanaan jajaran Pemkot Tanjung Balai?“Insya Allah tahun 2013 akan bisa

mulai pelaksanaan. Dan,” kata Walikota Thamrin Munthe,“ tentunya dengan du­kungan dari provinsi hingga pemerintah pusat, tahun 2015–2016 semua rencana di atas kertas itu sudah akan hidup, dalam kehidupan sehari­hari masyarakat sini.”

Sang Walikota bertambah yakin, bebe­rapa calon investor dari Malaysia telah menunjukkan minat serius. Usai berlang­sungnya even Tanjung Balai and Toba Culture Festival itu, calon investor dari Malaysia akan segera memulai ‘kegiatan lapangan’ alias survey final bagi penyiapan langkah­langkah kongkrit.

Masyarakat di kota Tanjung Balai sen diri berpenduduk sekitar 155 ribu, multi etnis yang kaya seni budaya: 43% suku Batak (Simalungun, Toba, Mandai ling, Pakpak, Karo), 17% Jawa, 15% Melayu, Minang, Aceh dan suku bangsa lain sekitar 22%.

Andaikan tiap suku bangsa itu bergan­tian dapat menyajikan pertunjukan seni

budaya mereka pada wisatawan yang sedang berkunjung; dan kegiatan susur sungai serta aktivitas air di Sungai Asahan itu terkelola rapih memudahkan dan me­nyenangkan, oooo, bisnis pariwisata di sini tentulah membuka kegiatan usaha, kesempatan kerja, dan itu akan berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, dan, kreativitas yang kian dinamis.

Kuatnya sumber daya alam, dan padu­nya sumber daya seni budaya di kota itu, memang, tercermin dalam pendekatan bu­daya alias cultural approach dalam konsep penyelenggaraan even bertajuk kombinasi kota Tanjung Balai (praktis sebagai kota di perbatasan Negara) dengan Danau Toba (yang dikelilingi oleh 7 kabupaten),—Tan-jung Balai and Toba Culture Festival.

Wakil Menteri Parwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota, dan Datuk,—salah satu calon investor besar dari Malaysia yang telah menunjukkan kesungguhan hendak berinvestasi,—diulosi, dihormati dengan cara adat Batak. Dan semua menarikan tari

Event

tortor Batak. Tortor itu dapat dipastikan akan ditarikan oleh para wisatawan ketika mereka berkunjung ke Danau Toba dan dijamu oleh masyarakat, ketika menik mati lagu­lagu khas Batak yang ‘senantiasa’ disajikan oleh vocal group, kemudian me­narik tamunya untuk bersama bergembira menari. Itu kegembiraan dan keramah an bangsa ini, dilatar belakang terhampar Danau Toba na uli, artinya: Wonderful Toba Lake. n

Rencana Dermaga (Pariwisata) Tanjung Balai.

Rencana Pengembangan Pantai Water Front, Tanjung Balai. Rencana Taman dan Pedestrian.

Rencana Pengembangan Pulau Besusen Sebagai Objek Wisata

Page 12: Newsletter Pariwisata No.36

12 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Mari menengok wisata sungai yang di­jual di Singapura. Ini merupakan salah satu dari dua operator di sana, yang kabarnya, mulai tahun depan 2013

akan dijadikan satu operator saja.Singapore River Cruise (SRC) memulai meng­

operasikan wisata Su­ngai Singapura sejak 1987, menjadi atraksi wisata dan opera tor pertama. General Mana-ger­nya See Toh Yew Long mengatakan, “So, we are the pioneer com-pany who starting river cruise for tourism.”

Kini, dioperasikan­nya 25 boat, dua di antaranya buatan Ame­rika Serikat, tetapi 23 lainnya adalah bumboat, jenis kapal tongkang dari kayu, biasanya sebagai kapal kargo untuk memindahkan barang dari kapal­kapal besar ke pergudangan di sepan jang sungai, sudah ada sejak 150 tahun lalu. Satu di an­taranya dilengkapi meja makan, yang 22 lainnya hanya untuk sight seeing. Yang dileng­kapi meja biasanya digunakan untuk pesta kecil sehingga memungkinkan penum pang memba­wa makanan ke atas kapal.

Kenapa bumboat? See Toh menjelaskanya, “It has character. We want to use it to show to tourists what it used to be along the Singapore river, to show the transformation of Singapore, lot of changes, so to bring the tourist closer to reality to see the bay, river pier, so they can see the changes.”

Dua rute menyusuri sungai ditawarkan SRC: pertama, menyusuri sungai selama 40 menit, mengitari rute utama yakni Clarke Quay (baca: klak kii)–Boat Quay–(baca: bot kii)–Marina bay. Rute singkat ini dihargai S$18 per orang dewa­sa. Rute yang lebih lama yakni 60 menit, selain mengitari rute utama, menyusuri sungai hingga ke bagian atas atau sampai dengan area Rob­ertson Quay (baca: robetson kii) yang dihargai S$ 22 per orang dewasa. Selama perjalanan ini penumpang duduk di atas kapal menikmati pe­mandangan kota dari atas sungai.

Tidak dipatok jadwal tur cruise SRC. Jika dalam waktu 20 menit ada yang membeli tiket maka cruise akan dilayarkan meskipun han­ya satu orang penumpangnya. Jika tampak wisatawan di salah satu jetty sedang menunggu, kapal akan mengambil penum pang tersebut. Bi­asanya publik berhenti di tempat start, tapi bisa juga berhenti di jetty lain. Namun, kalau mau naik kapal lagi harus membeli tiket baru. SRC tidak menawarkan tur hop-on hop-off. n

Bisnis

Melihat di Tetangga

Peluang Usaha di Tiga Pulau Besar

Gaye Thavisin sudah berbisnis di Kalimantan sejak lima tahun yang lalu. Pada seminar Meng-optimalkan Wisata Su ngai dan

Danau Agar Layak Jual di Jakarta, dia di­undang untuk sharing pengalamannya. Bila Wamenparekraf Sapta Nirwandar memberi uraian secara holistic mengenai pengembangan wisata sungai dan da­nau, maka bisnis approach­nya dapat di­ambil dari praktik river cruise ini. Sesi itu mendekati bisnisnya pemasaran wisata sungai dan danau yang merupakan ba­gian dari strategi pemasaran yang menyeluruh.

“Saya ingin mendeskripsi­kan usaha ini dari awal, yakni berupaya membangun susur sungai bertanggung jawab di Kalimantan Tengah,” ujar Gaye.

Perusahaannya Kalimantan Tour Desti nations didirikan oleh Lorna dan Gaye yang sebelumnya berpengalaman 14 ta hun di Kalimantan Te­ngah di bidang pengembang­an swadaya masyarakat, organisasi ke­masyarakatan dan industri pariwisata. KTD tujuannya membangun industri ekowisata di Kalimantan Tengah yang mengangkat keunikan alam, sejarah dan budaya masyarakat Dayak.

“Awalnya kami hanya punya ide un­tuk pasar kelas atas dengan mengope­rasikan river cruise di Palangkaraya” ujarnya. Tahun 2005 mencari program, lalu mencoba mempercantik sebuah ka­pal dan mengoperasikannya.

Sebuah perahu kayu (disebut kemu­dian kapal) pengangkut tradisional, pan­jangnya 20 meter, di bulan November 2005 dibangunnya kembali bersama de­ngan ahli kapal lokal dan arsitek ahli.

Saat ini beroperasi dengan tiga kapal, mempekerjakan 20 orang staf. Lingkung­an yang alami, indah, di sana hidup desa tradisional dan orang utan. Upaya mem­berikan kesempatan pada masyarakat lokal memberikan impact yang baik se­hingga lebih banyak orang berkunjung untuk melihat orang utan. “Bukankah

kita memiliki kebanggaan yakni orang utan dan komodo yang membuat turis datang?” ucapnya.

Dia mengaku mengoperasikan eko­wisata dalam skala kecil di desa terpencil, di mana ada habitat monyet dan orang utan. “Kami sungguh rekomendasikan ini dilestarikan agar langgeng, “ kata dia lagi.

Di salah satu sungai Kalimantan ada pasar terapung terapung, di Banjarmasin. Pada aktivitas itu, keterlibatan masyarakat antara lain dengan memba ngun usaha

kecil yang memberikan tambahan penghasilan, con­tohnya menjadi pemandu tra disional, servis perahu ke­cil, sanggar budaya.

Riset menunjukan bahwa ada tren yang meningkat untuk wisata susur su ngai di negara­negara Asia. Per­tumbuhan wisata ke daerah­daerah yang masih alami serta untuk melihat hewan­hewan khas yang sudah langka. Jadi, pengelolaan

pariwisata dengan pemaham an filosofi ekowisata sangat penting.

Gaye mengatakan, memahami pen­tingnya lingkungan di sepanjang sungai manapun yang dijadikan tempat eko­wisata untuk dilindungi oleh pemerintah agar bisa menjaga kelangsungan wisata sungai. Aset sungai di Kalimantan telah tercatat dalam sejarah sebagai tujuan wisata sungai yang sukses.

Aset sungai di Indonesia (meskipun belum dilakukan survey komprehensif namun dengan menggunakan model kami untuk memilih sungai dan kapal, akan mungkin untuk berhasil).

Jadi sejak lima tahun mengawali ope­rasi ini terbukti bisa langgeng. Pada prakteknya tentu dijelaskan kepada pe­ngunjung bahwa mereka masuk ke da­lam hutan, menyadari kondisi­kondisi yang hendak dijalani.

Kami yakin bisnis yang berhasil didu­kung oleh perencanaan yang komprehen­sif. Kami telah memiliki exelent web, busi-ness card, film dan lain­lain sebagai ujung

See Toh Yew Long

The bumboat.

Gaye

Page 13: Newsletter Pariwisata No.36

13Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Peluang Usaha di Tiga Pulau Besar

tombak promosi, dia mengungkapkan.Untuk meningkatkan kualitas produk,

mereka juga aktif turut membangun ma­syarakat lokal sebagai prioritas untuk me­ngembangkan tour yang baru.

Menurut dia, yang perlu dilakukan se­lanjutnya adalah melanjutkan kerja sama dan membina hubungan yang baik dengan pemerintah, masyarakat, LSM untuk mem­promosikan Kalimantan Tengah. Mengem­bangkan destinasi baru. Kekuatan usaha se­lanjutnya adalah dengan survey: kecocokan lokasi, keadaan lingkungan, dukungan dari masyarakat, akses terhadap berbagai akti­vitas yang berbeda. Ketersediaan teknologi pembuatan kapal dan pemeliharaan. Staf dan kru lokal yang handal. Wisatawana den­gan cruise-nya akan menyaksikan kegiatan masyarakat menggunakan perahu kecil; me­nyaksikan produk hutan, seperti madu, ro­tan. Memancing. Obat tradisional dari hutan, kegiatan menganyam rotan, menari, upacara

penyambutan wisatawan, tradisi memahat patung, sampai pun pada pembuatan ka­pal, ukiran, dan mendengarkan cerita­cerita ‘kearifan lokal’.

“Usaha kami pun menghadapi tantang­an,” akunya. Antara lain belum ada pera­turan tepat kepada operator wisata untuk menjaga lingkungan dan hewan setempat. Terlalu populernya sebuah lokasi wisata, sehingga pemerintah perlu mengeluarkan peraturan untuk ‘pengelolaannya’. Kegiatan ilegal pemotongan kayu, tambang emas, pencarian ikan secara besar­besaran, polusi. Ancaman api pada musim kemarau panjang, dan memang, infrastruktur sebenarnya be­lum memadai.

Begitulah, dia telah menerima penghar­gaan antara lain Responsible Cruise Operator in 2010 dan Nominasi untuk Responsible Tour Operator dari Yayasan Wild Asia. Penambah­an penghasilan yang diterima masyarakat telah membawa perubahan lebih baik pada

standar pelayanan masyarakatnya. KTD be­kerja sama dengan pemerintah lokal mem­bangun kamar mandi dan toilet yang baik untuk rumah penduduk di sebuah desa Be­tang Tumbang Malahoi.

Dia masih terus berupaya melakukan pengembangan dengan mencari destinasi yang terbaik. Saat ini biaya untuk tournya mulai dengan harga Rp. 2,5 juta. Di awal pengoperasian tamunya 100 wisatawan per tahun, kini menjadi 600 dan mereka tinggal over night. Pasarnya dari Australia, Eropa, Inggris, Prancis, Belanda, Swedia, Swiss, Jer­man, Rusia, Amerika, Asia, termasuk dari Jepang. Saat ini baru dua sungai saja yaitu Kahayan dan Rungan yang baru dimanfaat­kan untuk mengoperasikan tour­nya.

Sungguh terbuka lapangan usaha ini di sungai­sungai lain di Kalimantan, Suma­tra, Papua. Dan dimaklumi, usaha kegiatan pariwisata ini pun biasa membawa dampak ganda, mata rantai kegiatan usaha lain yang akan terkait. n

Bisnis

Social-Preneur Online Mendukung Pencitraan Nasional

Pernahkah anda membuka blog atau web good-newsfromindonesia? Kini lumayan popularitas blog itu dengan singkatan GNFI. Akhyari

Hananto, yang membuat dan memelihara­nya hingga sekarang.

Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenpare­kraf (waktu itu Direktur Pencitraan Indone­sia), Esthy Reko Astuti, begitu mendarat di kota Malang dari Jakarta, bertemu bincang­bincang dengannya, sambil makan siang di sebuah restoran yang tak besar, namun mengesankan, di tengah kota itu, lantaran gaya dekorasi yang dibuat bernuansa mu­seum sejarah.

Achyari sendiri tinggal di Surabaya, juga partner-nya pengasuh web GNFI. Waktu itu tanggal 1–2 November 2012 Kemenparekraf menyelenaggarakan program Sosialisasi dan Pelatihan Promosi Online Pariwisata Melalui Blog. Untuk menjalankan blog­nya, dia su­karela menyediakan waktu memelihara dan meng up date jejaring internet itu. Blog­nya pun sudah menjadi media sosial atau bisa dibilang jurnalistik komunitas, untuk mana pembaca pun mengirimkan berita, bahkan hasil interview, hingga artikel artikel per­jalanan, lalu dimuatnya, termasuk perjalanan dan penga laman pribadinya sendiri. Blog itu dalam Bahasa Indonesia, tapi adakalanya di­tulisnya artikel bahasa Inggris. Tidak komer­sial, tiada iklan.

“Jadi, dari mana untuk biaya Anda?” “Ya biaya sendiri, masih bisa, masih hobby, tapi semoga bermanfaat bukan?” kata dia.

Success story membangun web sosial ter­cermin dalam pengantar di web­nya. Inilah pengantarnya:

Good News From Indonesia is offering our-selves to become your media partner in echoing all the good stuff from and about Indonesia. Our

website is targeting optimistic and positive minds throughout the nation and those who’d like to see Indonesia from a brighter side. With high daily traffic (average of 1.500 readers) from all across the world in addition to our strong presence on Twitter (more than 45000 followers) and Face­book (more than 3000 fans), GNFI would be a good choice to help deliver your messages to na-tional and international readers.

Please feel free to send us your questions, con-cerns, or invitations anytime to goodnewsfrom­[email protected] or shout to @GNFI on Twitter. We’re looking forward to working with you to spread even more good news from Indonesia!

Ketika ke Malang itu, dia diundang Ke­menparekraf menjadi salah satu pembicara. Penjelasannya bagaimana memulai dan me­

rasakan sukses mengembangkan dan me­melihara media sosialnya, tentulah menarik diikuti oleh para peserta pelatihan. Maklum, pengalaman suka duka yang dialami sen­diri dan menceritakannya kembali se perti menuliskan cerita sebagai kebiasaannya, su­dah barang tentu menghasilkan keasyikan tersendiri bagi pendengarnya. Ya itu, peserta pelatihan tersebut, yang saat itu berjumlah sekitar 60 orang.

Dia sendiri punya bisnis lain, yang tentu saja usaha komersial dan menghasilkan. Jadi, dengan blog dan jurnalistik komunitas­nya itu, selain jelas telah ikut mempromosi­kan pariwisata Indonesia, bukankah dia juga berprofesi ‘social-preneur’ yang menjalankan ‘social-preneurship’? n

Di resto berdekorasi museum sejarah di kota Malang, Achyari (kiri) dan partner blogger­nya berpose bersama Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astu (tengah, waktu itu Direktur Pencitraan Indonesia).

Page 14: Newsletter Pariwisata No.36

14 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Akomodasi

Gelombang ‘Besar’ Membangun HotelIndonesia tetap menjadi salah

satu tujuan populer wisata di Asia dan menyediakan pe­luang signifikan bagi pertum­

buhan hotel berjaringan. Sebagian besar operator hotel internasio nal berfokus pada pengembangan ho­tel kelas atas atau mewah.

Namun, ada peluang untuk ja­ringan hotel ekonomi yang terbatas di Indonesia yang menyediakan akomodasi bermerek yang bersih, aman, ke pasar budget travel yang booming dengan cepat dan dicipta­kan oleh masuknya maskapai pe­nerbang an murah di Asia dalam beberapa tahun terakhir. Itu me­ningkatkan konektivitas dan keter­jangkauan serta menghasilkan per­jalanan yang lebih intra­daerah.

Begitulah gambaran situasi bisnis akomo­dasi atau perhotelan di Indonesia dari kaca­mata internasional, dewasa ini tampak amat sangat menggairahkan. Artinya, peluang sedang terbuka, dan ‘dibuka’ oleh kalangan investor bidang ini, dari luar negeri dan dari dalam negeri.

Perusahaan konsultan yang telah ber ge­rak mancakup kawasan Asia, bernama HVS (Hospitality Services), mengirimkan ke News-letter Pariwisata Indonesia ini hasil analisis mutakhirnya.

Menurut HVS, dengan demikian, ja­ringan hotel domestik dan internasional sama­sama menargetkan segmen tersebut untuk lebih mengembangkan keberadaan

mereka di Indonesia. Misalnya, ada 20 me­rek Aston untuk properti menengah dan 24 properti FaveHotel oleh Aston Internasional; 23 properti Harris dan 23 properti POP! oleh Manajemen Hotel Tauzia; dan 13 properti Best Western oleh Best Western International; dan direncanakan 7 properti Zest oleh Swiss Bel-Hotel dalam jaringannya. Antara lain da­tanya sebagai berikut:

Dengan kedatangan pengunjung yang jumlahnya ‘sehat’ dan ekonomi yang kuat, hotel dan pasar pariwisata Indonesia cen­de rung menyaksikan kinerja operasi yang sehat pada tahun 2012, yang berarti ‘mem­batasi’ dampak guncangan lebih lanjut dari perekonomian regional dan global.

Digunakannya data kedatangan pe ngun­

jung ke Indonesia dalam lima bulan pertama 2012 yang menjadi 3.180.779 pe ngunjung, naik 9% dari 2.923.230 pengunjung selama periode yang sama tahun 2011.

Pertumbuhan itu, di tengah ketidakpas­tian perekonomian dunia, menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi salah satu tujuan wisata populer di Asia. Berdasar itu dinyatakan membuka peluang pertumbuh­an bagi hotel jaringan.

Menurut penelitian HVS, kelompok hotel domestik terkemuka menyediakan total seki­tar 20.250 kamar di Indonesia pada semester pertama tahun 2012, sementara kelompok hotel internasional menyediakan total 23.800 kamar.

Mengingat Indonesia mencatat pertum­

LEADIng hoTEL gRoUPS In InDonESIA, AS oF 1h 2012

Page 15: Newsletter Pariwisata No.36

15Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Akomodasi

Gelombang ‘Besar’ Membangun Hotelbuhan PDB yang kuat dalam beberapa tahun terakhir, yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata jang­ka panjang, kelompok hotel internasional dan kelompok hotel domestik sama­sama memfokus upaya pengem­bangan bisnis di Indonesia.

Di antara sepuluh kelom­pok atas hotel terkemuka yang berdasarkan pada perse­diaan kamar mereka saat ini di Indonesia, terbuka keseim­bangan yang baik bagi ke­lompok hotel domestik dan kelompok hotel internasional.

Di posisi teratas adalah ke­lompok hotel Perancis, Accor, dengan persediaan saat ini 10.837 kamar di seluruh Indo­nesia, yang bahkan lebih ting­gi dari persediaan kamar dari pemimpin kelompok ho tel domestik, Aston International.

Sebagai salah satu opera­tor hotel terbesar di dunia di Asia Pasifik, Accor memiliki 51 hotel di Indonesia di bawah berbagai merek mulai dari merek ekonomi Ibis, All Sea-sons (segera akan menjadi Ibis Styles) dan Hotel Formula 1 (segera akan menjadi Ibis Bud-get), untuk merek mene ngah ada Mercure dan merek kelas atas ada Pullman dan Novotel. Kelompok ini makin mem­perkuat niat untuk menguasai pasar perhotelan Indonesia, dengan jaringan 19 hotel.

Setelah Accor adalah As-ton International, sebuah pe­rusahaan manajemen hotel domestik yang didirikan pada tahun 1997. Dalam waktu kurang dari dua dekade, Aston International kini pemimpin teratas dalam hal penyediaan kamar oleh perusahaan domestik, dengan 6.087 kamar yang saat ini beroperasi.

Aston International menawarkan total 12 merek untuk menargetkan semua segmen pasar, seperti merek pasar kelas atas dari Grand Aston, Alana dan Royal Alana, merek deluxe villa Royal Kamuela dan Kamuela, untuk pasar menengahnya Aston, merek ekonomi­nya ada Aston, Aston City, Aston Inn dan

Quest, hotel butik Neo dan hotel ‘pilih layan­an’ dinamakan Favehotel.

Kehadiran yang kuat dari Aston Inter-national di Indonesia hanya disaingi oleh pemain domestik besar berikutnya, Santika Indonesia Hotels and Resorts, yang memiliki inventaris 5.653 kamar. Pembukaan pertama kelompok itu adalah Hotel Santika Bandung, dan kehadiran mereka sejak itu terus ber­lanjut ke kota­kota strategis lainnya di selu­ruh Indonesia.

Pemasaran mereknya meliputi sasaran kelas menengah hingga pasar kelas atas,

Hotel Santika Premiere, Hotel Santika dan Amaris, dan merek butik Villa Royal Collection The Samaya dan The Kayana.

Di posisi keempat adalah Swiss Bel-Hotel, operator hotel internasional yang berkantor pusat di Hong Kong.

Kelom pok ini memiliki kehadiran besar di Indone­sia dengan perkiraan 4.200 kamar. Seti daknya grup ini sedang membangun 32 hotel dalam jari ngannya. Mereknya meliputi merek kelas atas Grand Swiss, merek mene­ngah Swiss Bel-Hotel, merek ekonomi Swiss Belinn dan baru­baru ini meng umumkan budget hotel, Zest.

Berada di lima besar ada­lah Hotel Starwood and Resorts. Operator internasional ini di perkiraan memiliki 2.700 kamar di Indonesia saat ini, tersebar di seluruh merek­nya: W, St. Regis, The Luxury Collection, Westin, Sheraton, dan Le Meridien. Merek pilih layanannya, Aloft, akan diper­kenalkan ke Indonesia mulai tahun 2016.

Tepat di belakangnya ada­lah Tauzia Hotel Management yang mengelola merek Har-ris, Preference, Worldhotels dan POP! Hotel. Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun sejak pembukaan pertama Harris Hotel di Batam, merek Harris telah berkembang men­jadi merek hotel yang populer di Indonesia, mengembalikan

konsep hotel yang terjangkau dan ramah bagi pelancong bisnis maupun rekreasi di pasar kelas menengah.

Ada 11 Hotel Harris di Indonesia saat ini, yang mewakili 1.997 kamar, dengan perkiraan 4.200 kamar lain berada dalam ja ringannya. Persediaan kamar keseluruhan di bawah Tauzia Hotel Management menem­patkannya di peringkat ke­6.

Mengikuti di belakangnya, jaringan Sa-hid Hotel, IHG, Hyatt dan kelompok Hotel Aryaduta dengan persediaan kamar mulai dari 1.700 hingga 2.000 kamar.

hoTEL gRoUPS In InDonESIA, AS oF 1h 2012

Page 16: Newsletter Pariwisata No.36

16 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Akomodasi

Dalam tahun­tahun mendatang, akan ada gelombang besar pa­sokan dari sepuluh kelompok atas hotel ter­kemuka di Indonesia.

Menurut Penelitian HVS, tercatat 216 pem­bangunan hotel di dalam jaringan. Dari pasokan besar yang akan datang, 158 pem­bangunan hotel yang dirancang ber asal dari kelompok hotel do­mestik. Aston Interna­tional menyumbang lebih dari se tengah dari pembangunan yang di­rencanakan, dengan 82 hotel dalam jaringan­nya. Sete ngahnya lagi dalam ja ringan hotel domestik terdiri dari Santika International Hotel and Resorts, Tauzia Hotel Management dan Aryaduta Hotel Group.

Dari lima kelom­pok hotel internasional yang disebutkan dalam tabel di atas, Swiss Bel-Hotel mengirimkan sin­yal yang jelas kepada pasar tentang niat mer­eka untuk lebih mem­perkuat kehadiran nya di Indonesia dengan 32 hotel di dalam ja­ringannya. Berikutnya adalah Accor dengan 19 pro perti yang di­rencanakan, mewakili sekitar 3.600 kamar, se­mentara Starwood me­miliki 7 properti yang direncanakan, atau se­kiar 750 kamar.

Jadi, di satu sisi ne­geri kita bagaikan satu lahan luas di mana se­dang terbuka kesempat­an bisnis bagi pemba­ngunan hotel­hotel, di sisi lain mencerminkan pasar pariwisata Indo­nesia, untuk domestik dan internasional, di­percaya tengah semakin terdorong untuk siap bertumbuh kembang.

Dengan ketersediaan akomodasi itu, plus ak­sesibilitas penerbangan yang juga bertambah, segmentasi konsumen pariwisata sedang mel­uas, destinasi geografis sedang merata, dari ba­rat hingga ke timur. n

Page 17: Newsletter Pariwisata No.36

17Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Event

Desa Tanjung Raya itu mendadak gegap gempita. Penduduk ber­bondong ke satu sudut belok­an Sungai Musi. Tak jauh dari

kantor Kepala Desa, di situlah dimulainya etape pertama Musi Triboatton. Anak seko­lah hingga warga dewasa tampak riang gembira, sebagian berebut berkenalan se­raya berfoto dengan ‘bule’, ada pula atlet peserta Singapura yang dipanggil­panggil jenaka oleh anak muda, sebagai Syah­rukhan, ada dipanggil Andy Lau, wajah mereka dipandang tampak mirip.

Suasana ria itu tampak dinikmati be­nar oleh masyarakat dari satu pedesaan ke desa lainnya, dalam sehari pikiran dan pergaulan mereka serasa terbuka lebar dengan hadirnya ‘wisnus’ dan ‘wisman’.

Dari desa ini di Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumsel, terlaksanalah even besar Musi Triboatton tanggal 26 No­vember–1 Desember 2012.

Hari­hari selanjutnya, para pebalap perahu sungai itu disambut luas dengan antusiasme masyarakat yang bergelora di setiap lokasi start dan lokasi finish. Lokasi­lokasi tersebut berada di desa dan kota pada sisi Sungai Musi di empat kabupaten dan di kota Palembang.

Lima tim dari dalam negeri dan lima tim internasional memeriahkan dan meman­cing kegembiraan masyarakat tua muda, dari petani, pedagang hingga guru­guru dan anak­anak sekolah.

yangGempita

PromosiGegap

Pemandangan saat salah satu persiapan hendak start.

Para atlet lomba arung jeram, rafting, bersiap untuk turun ke perahu karet masing­masing, di start pertama di Kabupaten Empat Lawang.

Page 18: Newsletter Pariwisata No.36

18 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Event

Pelaksanaan Musi Triboatton pertama ini telah melibatkan sedikitnya 200 orang te naga pelaksana, mulai dari tahap persiap an, selama pertandingan, yang bertugas di atas sungai mau­pun di darat, hingga selesainya kegiatan, didukung oleh ratusan orang bidang pengamanan, keter­tiban, kebersihan; telah dipergu­nakan sekitar 50 perahu milik

masyarakat yang antara lain terdiri dari jenis perahu pon­ton, motor tempel, perahu karet, perahu tradisional dan lain­lain. Jumlah peserta lomba 150 orang lebih termasuk atlet dan para official dan pelatih.

Di setiap saat start dan finish pada setiap kabupaten, ribuan orang anggota masyarakat da­tang menyaksikan, sementara keseluruhan lomba ini terdiri dari enam etape.

Selama keseluruhan lintas lomba sepan jang 500 kilometer di Sungai Musi itu dilaksanakan, setiap bu­

pati mengeluarkan peryataan keinginan dan kesiapan untuk menjadi tempat start (awal) penyelenggaraan Musi Triboatton kedua tahun 2013.

Para bupati dan didukung suara­suara dari masyarakat setempat menghargai pe­nyelenggaraan even yang spektakuler ini, dan menyatakan keinginan untuk mening­

katkan lagi berbagai aspek penyelengga­raan Musi Triboatton di tahun mendatang.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekono­mi Kreatif, Sapta Nirwandar, telah me­mastikan rencana Kemenparekraf untuk menjadikan Musi Triboatton sebagai pro­gram nasional setiap tahun. Even jenis Musi Triboatton tampak efektif membawa dampak positif untuk pemasaran potensi pariwisata Sungai Musi, ke dalam negeri dan luar negeri.

Di antara pelomba, satu tim mahasiswa internasional ikut serta, campuran dari Polandia, Amerika, Jepang, Jerman, Denmark, Lithuania dan Australia. Tim luar negeri lainnya dari Singapura, Malaysia, Kambodia, Thailand.

Dan mereka dieluk­elukan oleh sambutan meriah

dari masyarakat. Yang bertanding dan yang menyambut

serasa tengah sama­sama berpesta, ya, masyarakat

desa bersentuhan langsung dengan pariwisata.

Page 19: Newsletter Pariwisata No.36

19Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Event

Desa dan sungai itu disulap menjadi spot wisata olahraga dan even budaya sehari.

Tim Indonesia dari Yogyakarta, Jawa Barat,Jakarta, dan 2 tim dari Sumsel.

Sejumlah 14 perahu tipe ini, dimodifikasi dari penggunaannya sehari­hari oleh masyarakat sebagai pengangkut barang dagangan di Sungai Musi, menjadi ‘kapal induk’ satu untuk setiap kontingen selama berlangsungnya perlombaan. Kapal induk itu melayarkan para atlet menyusuri sungai pada jadwal tanpa pertandingan. Keselu­ruhan panjang sungai rute pertandingan dan non­pertandingan yang dilayari tak kurang dari 500 kilometer.

Raseno memimpin pelaksanaan di lapangan bersama event organizer, didukung oleh ahli teknis perlombaan, Effendi Soen bersama timnya sekitar 50 orang dan Persatuan Olahraga Dayung Indonesia. Ini baru pertama kali. Yang kedua tentu semakin meningkat di semua aspek, katanya.

Page 20: Newsletter Pariwisata No.36

20 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

diterangkan oleh pencetus Musi Triboatton, Sapta Nirwandar.

Kepada Wamenparekraf dan pejabat­pejabat Kemenparekraf yang aktif di lapangan selama hari­hari pelaksanaan Musi Triboatton 2012 (tanggal 25 Novem­ber hingga 1 Desember 2012), para Bupati yang kawasannya di lintasi oleh Triboatton 2012 menyatakan ke yakinan skala even ini bisa membesar, demi kian pula manfaat ekonomi dan sosial akan semakin membe­sar berkat realisasi pengembangan pari­wisata daerah yang akan dibawanya.

Diproyeksikan akan tumbuh kegiatan yang semakin meluas di sepanjang sungai sebagai faktor atraksi dalam pariwisata, mulai dari pertumbuhan prasarana dan sarana aksesibilitas dan akomodasi, baik sebagai kegiatan usaha pariwisata mau­pun kegiatan industri kreatif termasuk seni budaya, kuliner dan lain­lain.

Mata rantai itu akan membuka ke­sempatan kerja dan penambahan peng­

hasilan masyarakat. Terlebih lagi Provinsi Sumatera Selatan memiliki jaringan sungai­sungai, diantara kabupaten terse­but ada yang lebih dari 50 persen luas daerahnya berupa kawasan sungai, per­airan dan hutan.

Kasubdit Wilayah Su matera Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Arya Raseno, memimpin pelaksanaan di lapangan sejak mulai survey pertama hingga selesainya perhelatan itu. “Sungai Musi itu induknya. Beberapa anak­anak sungainya melintasi kawasan lain dan kabupaten lain. Sangat terbuka kemungkinan kabupaten lain pun akan berminat memperbesar even ini,” kata Raseno.

Kemenparekraf, menurut Sapta Nirwandar, sedang mendorong kegiatan industri pariwisata dalam mengembang­kan wisata sungai untuk pemasaran pari­wisata ke luar dan dalam negeri.

Program itu merupakan bagian dalam strategi pengembangan wisata minat

Event

Membidani kelahiran even internasional ke desa­ desa dan sungai itu, Kemenparekraf memproyeksi­nya akan menjadi besar. Even seperti Tour de France sudah berusia 107 tahun, kata Wamenparekraf Sapta Nirwandar. Rasanya seperti itulah Musi Triboatton pun diharapkan. Kep ada Gubernur Sumsel Alex Nurdin (ke­2 dari kiri, depan) Wamenparekraf (ketiga dari kiri, depan) mengatakan: Tiga direktur kami didatangkan memberi perhatian pada even ini, Direktur Promosi Luar Negeri, Nia Niscaya (paling kiri depan), Direk­tur Pencitraan Indonesia, Esthy Astuti (kelima dari kiri, depan, sekarang Dirjen Pemasaran Pariwisata) dan Direktur Promosi Dalam Negeri, Faried Moertolo (baris belakang, kanan).

Pemda di empat kabupaten, Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan kota Palembang meng­akui bahwa kerja besar mengekspos Musi Triboatton membawa dampak mem bangun semangat untuk selanjutnya memelihara lingkungan khususnya kebersihan, keter­tiban dan keamanan alam sepanjang Su­ngai Musi, di samping antusiasme yang menambah kegiatan ekonomi masyarakat.

Wamenparekraf menegaskan, ajang se macam Musi Triboatton itu sendiri pada akhirnya akan mementingkan kualitas dalam berbagai aspeknya, sehingga tidak akan menekankan semata­mata pada segi kuantitas atau jumlah peserta.

Jika kualitas Musi Triboatton dengan peserta berbagai negara meraih populari­tas ke tengah masyarakat di dunia, maka pencitraan positif akan kualitas kawasan­kawasan Sungai Musi sebagai destinasi pariwisata dunia akan kian meningkat, sehingga hasilnya secara ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat pun akan me­ningkat.

Ajang Musi Triboatton diyakini akan membesar dan terkenal ke seluruh dunia, berpotensi sekelas seperti nama even Tour de France, yang telah berlangsung setiap ta­hun selama 100 tahun lebih, sebagaimana

Sekitar 50 orang tenaga tekhnis pertandingan berada dibalik kesuksesan pelaksanaan Musi Triboatton. Di pimpin oleh Effendi Soen, jalannya pertandingan seluruhnya dikelola oleh para juri, pengawas lapangan, pengawalan atlit, hingga akhirnya dia mengumumkan: “Alhamdulillah, zero accident”, kata dia. Lancarnya suatu perlombaan dari ukuran profesionalitas, akan membangun kepercayaan terhadap even, para peserta tentu akan mau kembali datang. Peserta pendatang baru pun nanti akan tertarik. Tiada terjadi protes. Dan, itu tadi, nihil kecelakaan.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar (ujung kiri) memperkenalkan Effendy Soen (kedua dari kiri) bersama timnya di momen penutupan even, siang hari di pelataran di mana garis finish yang final berada, di kawasan sekitar jembatan Ampera Musi, Palembang.

Page 21: Newsletter Pariwisata No.36

21Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Event

khusus (special interest tourism) di Indo­nesia. Di negeri kepulauan ini demikian banyak terdapat sungai­sungai besar dan panjang, tersebar di pulau­pulau besar Sumatra, Kalimantan sampai Papua.

Di sepanjang sungai­sungai itu hidup kebudayaan masyarakat yang khas, yang merupakan daya tarik karena keinginan wisatawan di dunia memang semakin kuat ingin mengunjungi dan menyaksikan

‘kearifan­kearifan lokal’.Wamenparekraf Sapta Nirwandar me ­

nyatakan: “Terpenting dari telah diseleng­garakannya even besar seperti Musi Trboatton adalah kelanjutannya yang har­us diikuti oleh bergeraknya unsur­unsur industri pa riwisata dalam menciptakan paket­paket wisata yang kreatifdan layak jual dengan memanfaatkan sumber daya sungai tersebut. Even ini berfungsi me­

masarkan citra dan daya tarik yang ter­sedia.”

Dengan kata lain cara­cara mencipta­kan dan mengembangkan even olahraga maupun seni budaya, pada dirinya ber­fungsi mengembangkan pasar pariwisata. Pengembangan pasar bisa memasuki seg­men baru, yaitu peminat ekowisata ling­kungan sungai dan desa. Dan geografi pasar baru bisa menyebar ke negara­negara di Amerika, Eropa, Asia sampai Australia.

Daerah pun terpicu memperhatikan sampai membangun dermaga­dermaga di sungai, jalan­jalan diperbaiki menuju ke dermaga, fasilitas umum yang berkaitan, dan ahkirnya menambah fasilitas akomo­dasi, perahu­perahu sungai untuk kegiat­an even dan wisata. Itulah yang akan meng undang investor.

Even Musi Triboatton I dibuka resmi oleh Wamenparekraf bersama Gubernur Sumsel, telah selesai dan resmi ditutup pada Sabtu (1/12/2012) siang di sisi Sungai Musi Jembatan Ampera, Palembang.

Ajang tersebut dinyatakan telah berha­sil baik sebagai satu even pertama di du nia yang mengkombinasikan sekaligus olah raga lomba rafting, canoeing dan traditional dragon boat, berskala internasional, yang berorientasi pengembangan pariwisata.

Pertandingan final dilaksanakan Sabtu pagi dengan lomba dragon boat, upacara pemenangnya merupakan penutup kese­luruhan lomba yang telah berlangsung selama enam hari. n

Pada finish setiap etape, upacara pemenang di­laksanakan. Salah satu giliran Faried Moertolo mengalungkan medali pada pemenang (kiri). Semen­tara itu, setiap kabupaten menampilkan tarian seni budayanya di kawasan start/­finish tempat upacara berlangsung (bawah). Atlit luar ne geri ada yang me­nyempatkan diri memotret dan merekam dengan video HP.

Page 22: Newsletter Pariwisata No.36

22 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

ASEANJazz

Festival

Wisata Sungai & Danau

Kali ini para wartawan me ng­ambil inisiatif. Forum Wartawan Parekraf menyelenggarakan se minar Meng optimalkan Su ­ngai dan Danau Menjadi Des­tinasi Wisata Layak Jual, di Ja­karta. Ketua Forum, Tri Wibowo (kiri) menyerahkan plakat peng hargaan kepada Wamen­parekraf Sapta Nirwandar usai memberikan paparan utama. Peran media mendukung ke ­pariwisataan kita selama ini tergolong luar biasa, kata Wa­men Parekraf.

Ini seminar diberi warna pariwisata dan kreatif. Ketika peserta baru tiba di pagi hari 4 Desember 2012 di ru­ang Singosari, Grand Sahid Jaya

Hotel, menikmati coffee morning seraya berceng kerama menunggu pukul 9 tepat dimulai nya forum, sekitar 60 peserta itu disejukkan dulu dengan lantunan lagu­lagu merdu dari penyanyi dengan musik keyboard­nya. Dan ketika seminar usai pu­kul 12.30 langsung lunch, lantunan lagu­lagu itu kembali menyelingi. Isi seminar pun disusun tiga rangkai pendekatan.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar mem­buka pembahasan sebagai pembicara uta­ma, menguraikan ‘strategi’ yang tepat untuk memasarkan wisata sungai dan danau, dan, upaya membangunnya sehingga berposisi ‘layak jual’ sebagai produk wisata.

Pendekatan uraiannya bersifat holistik dan kebijakan nasional, maka, ditekankan­nya kemudian, bahwa pada tahap seka­rang ini pemerintah daerah pun harus me­nangkap peluang­peluang yang terbuka, dan peran kalangan di daerah menjadi menentukan agar strategi dan kebijakan­kebijakan yang diinisiasi oleh Kementeri­an bukan hanya berdampak menggaung­nya promosi destinasi daerah, ke dalam dan luar negeri, tetapi juga melahirkan inisiatif­inisiatif baru di daerah. Baik un­tuk menciptakan even­even, maupun mem­bangun dan meningkatkan kualitas sarana serta prasarana di daerah.

Sapta Nirwandar mengingatkan lagi mengapa diciptakan misalnya even Tour de Singkarak di Sumatera Barat. Sudah menjalani tahun keempat, dan hampir se­luruh kabupaten di provinsi itu berminat terlibat untuk menyelenggarakan bersa­ma. Demikian pula even­even lain, den­gan dua jenis utama: even olahraga dan festival budaya.

Dapat dimaknai, dua peristiwa ‘ konkret’ jenis itu membuat gagasan produk pari­wisata menjadi ‘tangible’. Dengan produk even itu bisa menggerakan wisatawan un­tuk datang menyaksikannya. Tetapi lebih dari itu, sebuah peristiwa yang kasat mata, dan digemari oleh masyarakat, menjadi ‘news value’ bagi media, maka produk wisata dan potensi destinasi pun disiar­kan oleh berbagai media.

Wamen mencontohkan even budaya di Festival Sentani, di Raja Ampat di Papua, hingga akhirnya yang paling mutakhir adalah pengenalan even Musi Triboatton di Sumatera Selatan.

Kebijakan dan strategi pemasaran yang diuraikan itu mengingatkan salah satu kiat dalam PR-ing (public ralations) yang men­gatakan: “Better to show rather than to say.” Kita tidak cukup dengan hanya mengata­kan daerah kita berpotensi, indah, cantik. Tetapi laksanakanlah sesuatu yang mem­perlihatkannya, dan orang akan datang untuk menyaksikan dan mengalaminya. Dan dalam phrase manajemen, success will breed success.

Pada salah satu bagian uraiannya, Wamen Parekraf mengatakan, di sungai­

sungai dan danau­danau yang demikian banyak kita miliki: “Diperlukan di sana dibuat sesuatu success story, itu penting.“

Pendekatan BisnisSeminar itu mendatangkan seorang

pengusaha yang sudah lima tahun men­jalankan bisnis river cruise di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ms Gaye Thavisin, direksi Kalimantan Tour Destination (KTD) menceritakan venture yang dirintisnya ber sama Ms Lorna Collins.

Sebelum memulai usaha itu, mereka lakukan market research. Tahap­tahapnya dia ringkaskan: Pertama, mempelajari ke­hidupan dan melakukan pendekatan pada local community.

Kedua, mempelajari dan memilih ling­kungan di sekitar Palangkaraya yang mem bawa pada keputusan Palangkaraya dijadikan pusat kegiatan.

Ketiga, ditemukannya Sungai Kahayan dan Sungai Rungan cocok untuk kegiatan wisata sungai ini, dan menentukan tiga desa tradisional sebagai spot yang dising­gahi dalam wisata sungai.

Pemasarannya kemudian?Diceritakannya ‘murahnya’ pemasaran

dengan menggunakan website, tapi berisi informasi yang dipercaya, dan tentu saja penjualan paket dan transaksi pembayaran yang juga ‘dipercaya’ oleh konsumen.

Dengan salah satu perahu alias river cruiser yang dioperasikan, tahun 2012 ini lebih 600 wisatawan membeli paket tur sungainya. Wisatawannya selain kalangan expatriates dari Jakarta, juga dari negeri Belanda, Perancis, Rusia, Australia, Jepang, Amerika, dan lain­lain.

Sebuah kapal akan selesai dibangun di tahun 2013 dan mereka akan meng­operasikan tiga perahu wisata sungai.

“Secara bisnis sungguh menjanjikan,” kata dia. Dan di banyak sungai­sungai di Indonesia, cara bisnis itu pun bisa diper­luas, kata Ms Gaye.

Pendekatan IlmiahPendekatan ini ditampilkan oleh Dr

Ir Firdaus Ali MSc. Dia anggota Dewan Peng arah Kemitraan Air Indonesia Bi­dang Inovasi Teknologi dan Infrastruktur Sumber Daya Air, Ketua Asosiasi Dosen dan Peneliti Program Studi Teknik Ling­kungan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Para peserta mendapatkan sisi lain dari upaya pengembangan pariwisata ke­tika hendak memanfaatkan sumber daya air, khususnya sungai­sungai. Antara lain digambarkannya bagaimana secara teknologi air sungai yang ‘keruh’ oleh ber­bagai sebab, dapat dijernihkan, sehingga

Produk dan Destinasi Agar ‘Layak Jual’

Page 23: Newsletter Pariwisata No.36

23Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Wisata Sungai & Danau

sungai pun memberikan pemandangan dan kesan yang enak di mata.

Diingatkannya, kandungan filosofis yang ada didalam sumber daya air, yang merupakan salah satu dari tiga sumber daya dalam kelanjutan kehidupan manu­sia dan alam.

Manusia sungguh harus memelihara menjaga awetnya sumber daya air, ketika sungai dan danau juga bisa dimanfaatkan untuk kepariwisataan. Ditunjukkannya contoh­contoh di berbagai negara yang te­lah melaksanakannya, termasuk di Singa­pura dan di China.

Sebelumnya, dalam kaitan itu, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar pun meng­ingatkan: “Sungai dimana­mana pasti merupakan pusat­pusat peradaban.”

Uraian Wamen: “Negara kita seperti kata orang Betawi ‘Palugada’ (apa lu mau gua ada), atau Rahmatan Lil Alamin.”

Berbicara wisata laut sudah sering kali dibahas. Negara ini pantainya saja salah satu terpanjang di dunia, pulaunya ter­banyak pula. Bahkan ada pulau di tengah sungai.

Demikian pula gunung mulai Ijen, Bromo dan seterusnya. Budaya yang terse­bar, 300 lebih etnis, bayangkan di Sumsel antara Oku (Ogan Komering Ulu) berbeda dengan Ogan Komering Ilir, di Bengkulu dan Lampung lain lagi, berbeda­beda.

Kita punya danau indah, beragam pula keindahan laut dan danaunya. Danau ba­gus banget bila diolah dan diatur dengan baik. Tapi, diingatkan oleh Wamen, berbi­cara tentang danau dari Danau Toba sam­pai Sentani, ketika kita mencoba cara dan gaya ‘indoktrinasi’ untuk membangun, ternyata memang susah.

Maka karena itulah melalui mencipta­kan dan menyelenggarakan event, men­jadi media dan alat mengefektifkan terlak­sananya koordinasi dan hingga kegiatan promosi. Jadi, even itu praktis langsung menggerakkan ekonomi instan, mengge­rakkan koordinasi di daerah.

Di Indonesia danau yang seakan ber­tingkat pun terdapat di Sumatera Barat, kata Sapta Nirwandar. Danau Ranau di Lampung indah tapi belum terjamah. Di Jabar banyak danau yang disebut situ yang juga potensial. Jatiluhur bagian obyek yang tidak kalah menarik. Di Danau Poso hidup ikan yang enak, seperti belut terbe­sar, di Danau Tondano kekayaan asetnya berciri lain lagi. Di danau­danau tadi telah pernah dilakukan even besar untuk mem­promosikan danau.

Kabupaten Sentani di Papua malah di­nyatakan cerdik, menyelenggarakan dan menganggap Festival Sentani sebagai pes­ta rakyat, tidak perduli wisman datang atau tidak.

Setiap mendekati jadwal Festival Sen­tani tiba, masyarakat sudah dengan sendi­rinya bersiap­siap. Mempersiapkan keter­libatan dalam menyajikan atraksi seni budaya mereka. Mereka juga ‘menjual’ hal sederhana, misalnya ikan pinang. Omzet di Festival itu bisa mencapai 2,1 miliar rupiah. Pertunjukan spektakuler juga me­mukau, misalnya menari di atas buaya, “ini sungguh ditempat lain tidak ada,” ujar Sapta Nirwandar.

Ada yang disebut ‘danau di atas’, sa­ngat indah, jadi, kalau tidak mengolah danau itu namanya tidak mengoptimal­kan untuk pariwisata. Kalau kita lihat di Swiss. Lebih mahalnya tarif kamar hotel yang lake view sama dengan di hotel pantai yang sea view.

Keindahan itu mahal, itulah pariwisa­ta. Danau Singakarak airnya seperti laut biru, bagus, that is wonderful. Olahraga air seperti, jet ski, sailing, booting, fishing, dan ikannya enak lagi. Tentunya itulah yang menjadi bagian isi yang penting.

Di sekitar danau hawa tidak terlalu pa­nas. Bahkan dingin, sejuk pemandangan­nya, mestinya kita punya strategi mem­benahi, melalui sport tourism, dan culture tourism. Aksesibilitas belum memadai maka nya kita geber melalui penyeleng­garaan even. Para wartawan diharapkan menceritakan yang bagus dan mengeritik sehingga akan ada perbaikan. Dengan be­gitu masyarakat sangat senang , jalan akan menjadi kian bersih dan semakin bagus.

Sungai dimana­mana pasti merupakan pusat peradaban. Di Inggris sungai Thames ketika kita berlayar dapat view bagus banget, London Bridge, lalu Sungai Seine di Perancis, apalagi lagi saat masuk ke hulu. Sungai Rein di Jerman bahkan su­dah dilayari sampai Budapest.

Sungai itu selain pemandangannya in­dah dan merupakan green heritage, juga menyenangkan dengan suara kicauan burung­burung.

Nah, dengan sungai­sungai kita pada umumnya, kita mendapati pemandangan di sisi­sisi sungai yang menampakkan bagian­bagian belakang dari rumah pen­duduk.

“Saya pernah ke Kalsel, diajak jalan via darat, saya keukeuh maunya jalan sungai. Dan memang, pemandangan yang terlihat umumnya yang berkait dengan urusan ‘belakang rumah’, katanya.

Adalah sebuah kampung di RRC, tem­pat asal para tokoh dunia seperti Lee Kwan Yew, dulu sungainya hitam pekat sekarang coklat, dan mulai membuat jogging track di pinggirnya. Di sungai Hin dan Han, pela­yaran melalui sungai ini menarik dan me­nyenangkan, sungai di Bangkok juga.

Ketika menerapkan wawasan­wawasan itu di Indonesia, di Palembang misalnya, sayangnya, belum muncul pengusaha yang berani membangun hotel mengha­dap river view. Belum berani menghadap sungai. Sungai masih terbatas digunakan tempat membuang barang­barang yang, maaf, statusnya ‘kotor’.

Produk dan Destinasi Agar ‘Layak Jual’

Danau Tondano di Sulut, akomodasi sudah tersedia, memerlukan pengembangan bisnis untuk mempertahan­kan dan pemeliharaannya.

Page 24: Newsletter Pariwisata No.36

24 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

PenetrasiPasarke Konsumendi London

Sejumlah 250 taksi di antara sekian ribu yang bersileweran di kota besar London, Inggris, antara lain dikenal dengan

sebutan ‘black cab’, kini ikut mempro­mosikan destinasi pariwisata Indo­nesia. Logo Wonderful Indonesia yang warnanya mengesankan keramahan, terpasang di pintu depan taksi, dan di pintu belakangnya gambar obyek dan daya tarik wisata Indonesia yang mempesona.

Jumlah wisman berkewarganega­raan Inggris ke Indonesia sebenarnya meningkat terus setiap tahun, bahkan di tengah krisis ekonomi sedang melanda Eropa. Tapi, ya, penetrasi ter hadap pasar wisatawan Inggris karena nya justru perlu diperdalam.

Direktur Pencitraan Indonesia Ke­menparekraf, Esthy Reko Astuty, memperlihatkannya seraya mengata­kan promosi melalui media taxi di ­lakukan sebagai salah satu upaya pe nguatan citra Indonesia di pasar utama, khususnya di Inggris.

Kemenparekraf selama ini selalu

Promosi Luar Negeri

Contoh sukses yang nyata dari upaya pengembangan danau untuk pariwisata adalah Tour de Singkarak. Tahun depan para kabupaten berebut menjadi host. Jika diringkaskan success story­nya, tahun 2009 dimulai dengan 4 etape yang dikuti oleh 4 kabupaten, tahun 2010 meningkat menjadi 10 kabupaten, tahun 2011–2012 menjadi 14 kabupaten. Bisa menjadi 16 karena di provinsi ini hanya ada 17 ka­bupaten di mana satu kabupaten yang tersisa adalah Kabupaten Mentawai yang letaknya di lepas pantai.

Saat ini untuk menjadi host start harus membayar 1,5 miliar, jadi lumayan go­tong royong. In term of crowd TDS me­nempati urutan kelima di dunia pada tahun ke­4 penyelenggaraannya.

Karena even ini, impact­nya pener­bang an ke Sumbar meningkat, terjadi peningkatan jumlah wisatawan setiap tahun.

Untuk even Musi Triboatton di Sungai Musi pertama kali tahun 2012 ini peserta nya 10 negara, jumlah seluruh­nya 150­an orang. Ini salah satu cara, pengganti cara ‘indoktrinasi’ dalam hal niat untuk membangun pariwisata.

Salah satu strategi membangun pari­wisata, yakni membuat even. Maka salah satu cara promosi sungai yaitu melalui even. Dengan mengadakan even, rapat koordinasi paling sedikit diikuti oleh wa kil bupati, bupati datang tampil, jadi cara ini lebih efektif.

Mempromosikan sungai lebih baik me lalui even langsung, yang penting attitute masyarakat terhadap sungai dan danau perlu diubah. Maka di situ pen­ting sekali peran pimpinan daerah. Peran media juga tidak bisa diabaikan, pem­beritaannya men ciptakan ‘heboh’ yang

menggairahkan terhadap masyarakat.Muspida, Kejati, Polisi muncul ke te­

ngah masyarakat waktu itu karena me­mang mengandung news value. Melalui sport, or culture tourism, pengembangan pemasaran destinasi bisa efektif.

Contoh lain di Malaysia, Sepang baru dikenal setelah dibangun sirkuit, begitu juga Langkawi, masyarakat dunia jadi mengenalnya. Portugal paling miskin di Eropa, setelah World Cup, mereka berubah dan banyak wisatawan datang.

Contoh di Sungai Musi itu, begitu di sungai digelar even, wali kota tampil meng adakan acara tambahan, lomba memancing internasional, dan cultural performance, dan lain­lain.

Tiba­tiba peserta seminar dari Pa­lembang, Moehammad Jhonson, staf ahli Guber­nur Sumsel, mengajukan usul: Tahun 2013 mohon dipercepat launching, agar diketahui sejak dini apa yang diperlukan di dae­rah? Sungai Musi dalam kaca mata kami sudah layak jual, kata dia.

Pembenah an sudah ber jalan empat tahun ter­akhir ini. Lebih kurang plaza sepanjang Sungai Musi sudah dibenahi demikian juga plaza se­berang hilir.

Kami harapkan pema­haman lebih jauh apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah provinsi, PU, untuk percepatan

infra struktur yang dijadikan priotritas, dan seterusnya.

Wamen Parekraf lalu menyimpulkan: Ini salah satu contoh, sesuatu even pada awalnya dilaksanakan seadanya. De­ngan begini menjadi entry point, di mana even mendorong memajukan semua aspek­ aspek yang berkaitan.

Berbicara danau, kita prioritaskan Toba, Singkarak, Poso, Sentani, Tondano. Jadi prioritasnya ke arah mulai mencip­takan sesuatu yang layak jual. Kalaulah yang lain belum menjadi wisata sungai yang oke, seperti Sungai Batanghari yang melintas sampai ke kota Muara Jambi, karena perkembangannya be­lum sepopuler Su ngai Musi. Diperlukan di sana dibuat sesuatu success story, itu penting.

Summary: kita sudah mempunyai data ilmiah dari berbagai sungai­ sungai, untuk mengoptimalkannya adalah me­lalui penyelenggaraan even baik even olahraga maupun even budaya. n

Kalau sudah lebih maju, beginilah tampak wisata sungai di kota Frankfurt, Jerman.

Esthy Reko Astuty (berdiri) dan Agustini Rahayu memperlihatkan si Black Cab.

Wisata Sungai & Danau

Page 25: Newsletter Pariwisata No.36

25Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Di Asia, bukan hanya Indonesia, me­mang, berbagai destinasi pesaing belakangan ini melangkah lebih dalam ke pasar­pasar wisa tawan,

yang la zimnya mengutamakan pusat­pusat pasar di kota­kota besar. Yang pasti tentulah ibukota negara, di mana biasa nya aksesibilitas uda ra pas ti pertama­tama dioperasikan. Kecende rungan me ngembangkan pasar kini ialah de ngan pro mosi mema suki pasar­pasar di kota­kota yang lebih ke pedalaman, atau la zim disebut secon dary and tertiary cities.

Kota Suzhou di distrik Wuzhong, Provinsi Zhejiang, China merupakan pasar yang segera akan dipenetrasi oleh Indonesia da­lam rangka memasuki kota­kota yang di­maksudkan itu. Yang sudah berjalan lancar dan menunjukkan pertumbuhan pesat, ada­lah pasar di kota­kota utama yang telah di­layani penerbangan berjadwal tetap ke dari Indonesia, yakni Beijing, Shanghai, Guang­zhouw, dan Hong Kong.

Penjajakan telah dilakukan dipimpin oleh Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri Kemenparekraf, Nia Niscaya, ketika berkun­jung ke China bulan November 2012 dan sudah bertemu pejabat dari Distrik Suzhou Wuzhong.

Menurut Kasubdit Promosi Wilayah Asia Kemenparekraf, Jordi Paliaman, pihak China pada 8 Desember 2012 berencana ke Indonesia untuk juga mempromosikan wisa­ta daerahnya.

Ketika bertemu di Shanghai dengan pe­jabat dari Suzhou Wuzhong sebanyak 12 orang, dipimpin Deputi Direktur Distrik, Ba Sheng dan Deputi Promosi, Do Yang. Adapun delegasi Indonesia dipimpin Direk­tur Promosi Pariwisata Luar Negeri Kemen­parekraf, Nia Niscaya.

Dikatakan, potensi ekonomi daerahnya bagus dan ada banyak orang asal Indonesia tinggal di daerah tersebut. Wilayah Suzhou Wuzhong berjarak sekitar satu jam perjalan­an ke arah selatan dari kota Shanghai.

“Kota tersebut merupakan salah satu penghasil sutera di China dan merupakan kota pelajar,” kata dia. n

Sungai Wuzhen, di Zhejiang, China.

hadir aktif di World Tourism Market (WTM), even sekali setahun untuk pemasaran pariwisata terbesar kedua di dunia setelah ITB Berlin. Hasilnya selama ini sungguh positif.

Tahun 2012 ini, WTM berlangsung tang gal 5–8 November di gedung Excel Lon­don. Selain mengikuti pameran, Kemenpa­rekraf bekerja sama dengan KBRI London, menempuh kembali langkah consumers pro motion itu dengan melancarkan promosi melalui media taxi.

Bentuknya yang unik membuat taksi hitam itu menarik perhatian, dan di pintu dan badannya itulah di­pasang berbagai gambar obyek wisata Indonesia.

Banyak beroperasi di daerah ­ dae­rah yang menjadi landmark kota Lon­

Penetrasike Kota Kecildi Wuzhong

don, di pusat­pusat keramaian antara lain di kawasan Oxford Street. Warga Inggris menjulukinya black cab, si taksi hitam ini memang disukai para turis untuk bepergian berkeliling kota Lon­don, dan biasanya wisatawan juga ber­foto ria bersama taksinya.

Indonesia mentargetkan kunjungan 200.000 wisatawan Inggris tahun 2012 ini; tahun 2013 ditingkatkan menjadi 225.000.

Dikatakannya promosi dengan me­dia taksi untuk kedua kalinya dilaku­kan di London. Ini sekaligus sebagai langkah mengawali mempromosikan peran Indonesia sebagai Official Part-ner Country untuk even besar ITB Ber­lin tahun 2013.

Menurut Kasubdit Strategi Penci­traan Indonesia, Agustini Rahayu, visualisasi pencitraan yang dipilih pada iklan di ratusan taksi tersebut adalah obyek wisata di Indonesia yang mena­warkan janji tempat yang ha ngat sekaligus penuh aktifitas, disesuaikan dengan minat dan karakter pasar masyarakat Inggris yang cenderung mencari liburan ke daerah yang lebih hangat saat libur musim dingin. n

Esthy Reko Astuty (berdiri) dan Agustini Rahayu memperlihatkan si Black Cab.

Dan Miss Tourism Indonesia pun berpose bersama si Black Cab yang unik itu.

Page 26: Newsletter Pariwisata No.36

26 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Bisnis

Suksesnya di Belitung Melalui Online

Berawal dari google map di tahun 1999, dilanjutkan dengan mem­buat sebuah web blog pribadi ta­hun 2000 dengan menggunakan

domain www.belitungisland.com untuk me­muat foto­foto keindahan pantai di Beli­tung yang dibidik olehnya dan dilengkapi dengan teks bahasa Inggris.

Tahun 2005, Lor In membangun hotel pertama di Belitung dan di tahun yang sama pertama kalinya dia mengajak te­man­teman outing dari Jakarta ke Pulau Belitung, tempat kelahirannya. Itu per­tama kali memperkenalkan island hopping di Belitung. Ternyata ditanggapi dengan sangat baik.

Sejak itu, bersama dengan Kusumah Ko­sasih mencoba menjual paket wisata mela­lui website. Dengan target awal komu nitas penggemar fotografi, mulailah bisnis per­jalanan pertama di pulau ini tahun 2006.

Rustam Effendi, Pendiri dan Direktur www.belitungisland.com, mengawali per­cakapan ini beberapa waktu lalu. Dia membuat paket Laskar Pelangi sebelum film itu dibuat.

Semenjak 2008, selain Laskar Pelangi, yang paling menarik bagi orang datang adalah pantai­pantai dengan bebatuan tinggi. Dari sana diperkenalkan wisata is-land hopping, atraksi paling menarik di Be­litung. Ada tujuh pulau, tidak sebesar yang di Lombok, yang terdiri dari tumpuk an batu­batu granit dengan pantai pasir yang lebih bagus.

Sedangkan lokasi syuting film Laskar Pelangi berada di Gantong, Belitung timur (Beltim). Panjang Pulau Belitung dari barat­timur sekitar 80 kilometer dan memberikan pemandangan pantai yang berbeda di kedua bagian pulau. Gantong tidak berada di pantai, tapi di sana lahir ide untuk membuat sebuah museum sas­tra yang kemudian diberi nama Museum Kata Andrea Hirata.

Di hari­hari biasa atau akhir minggu, Belitung island banyak menangani private trip. Sedangkan public trip lebih banyak saat liburan di long weekend.

Dia mengaku sejak awal berkomitmen mengembangkan kegiatan pariwisata. Ka­rena itu e-travel agent nya sudah berbadan hukum dan berstatus BPW (biro perjalanan wisata). Dalam setahun kini menangani 4.000­an orang wisatawan. Tahun 2011,

mencapai sekitar 4.500 wisatawan. Target tahun 2012 ini bisa mencapai 5.000 orang.

Di antara jumlah itu ada wisman meski­pun belum banyak, sekitar 10% saja. Tar­get pasarnya kelas middle-up. Harga pak­etnya lebih mahal, tapi tidak bisa menjual paket semurah mungkin, dengan harga yang bisa semua orang jangkau, agar bisa memberikan pelayanan maksimal kepada wisatawan. Karenanya yang diambil kelas middle-up atau corporate. Konsekuensinya, “harus bekerja lebih profesional dan sem­purna” ujarnya.

Jadi, klien yang dicarinya adalah kelu­arga, corporate outing untuk team building dan sebagainya, serta komunitas foto­grafer. Komunitas fotografer yang ingin hunting di Belitung dia bersedia memfasil­itasi. Para tour guide­nya sudah dilatih ba­gaimana melayani passion para fotografer yang agak berbeda daripada wisatawan biasa. Lumayan banyak menemukan tem­pat­tempat yang menjadi surga bagi foto­grafer, dan terkadang tempatnya bukan tempat wisata tapi bisa menjadi tujuan wisata juga akhirnya.

Pada awalnya hanya mengadakan public tour yang sudah ditentukan jadwalnya se­hingga bagi yang tertarik bisa mereservasi melalui web. Durasi public tour biasanya 3 hari 2 malam. Harganya tergantung dari jumlah peserta. Jika pesertanya hanya 2 orang untuk paket public tour 3 hari 2 malam sekitar Rp 2 juta per orang. Jika pesertanya

bertambah, harganya akan berkurang. Misalnya empat orang peserta, harga­

nya akan turun menjadi Rp 1,4 juta per orang. Kalau sudah terkumpul sampai 24 orang peserta harganya bisa menjadi ha­nya Rp 1 juta per orang, atau setengahnya. Semakin banyak peserta harga paket pub­lik akan lebih murah dan itu juga berlaku bagi pendaftar pertama.

Untuk public tour minimal peserta dua orang dan maksimal 40 orang. Yang mem­batasinya adalah hotel karena jika grup tur tidak berada di hotel yang sama akan su­sah mengaturnya. Banyak orang berpikir tidak akan merasa nyaman dengan mengi­kuti program public tour karena akan pergi bersama dengan orang­orang yang tidak dikenal, tapi setelah mengikutinya, me­reka malah merasa lebih kompak.

Paket yang paling banyak diminati ada­lah paket lighthouse di Pulau Lengkuas. Sebenarnya paket ini, dan paket fotografer dan paket Laskar Pelangi itu hampir sama. Durasinya 4 hari 3 malam. Paket itu pun merupakan paket dasar.

Itinerarynya dimulai dari mengunjungi obyek wisata di daratan seperti pantai tempat syuting Laskar Pelangi di Tanjung Tinggi dan Tanjung Kelayang.

Hari kedua khusus ke pulau (island hopping) hingga menjelang sunset. Stan­darnya ada lima tempat pemberhentian. Khusus untuk paket fotografer, bisa sampai tujuh tempat pemberhentian. Di antaranya wisatawan bisa snorkeling, me­mancing dan sebagainya.

Hari ketiga sebelum pulang bisa jalan­jalan di sekitar kota. Jika penerbangan pu­lang di sore hari masih sempat ke Belitung timur yang berjarak 1,5–2 jam perjalanan.

Paket honeymoon juga cukup diminati. Biasanya sebagai bonus diberikan candle light dinner. Sekarang ini 85% wisatawan ditanganinya adalah wisnus dan 15% wis­man. Kebanyakannya orang asing yang tinggal di Indonesia.

Rustam melihat para investor masih merasa berat untuk membangun hotel di sini. Karena tingkat okupansi ramai hanya di akhir minggu saja. Lebih jauh dia op­timis mengingat sudah ada hotel bintang 4, dan sedang dibangun hotel lainnya oleh grup Aston.

Performa kebudayaan di Belitung masih harus diolah agar enak ditonton dan men­jadi pengisi waktu luang wisatawan di sore­malam hari. Pertunjukan yang enak ditonton akan dikejar oleh wisatawan, terutama wisman.

Saran dari Rustam dan timnya, waktu terbaik untuk berkunjung ke Belitung ada­lah di bulan April hingga Juni atau sebe­lum masuk musim hujan, karena curah hujan di Belitung lumayan tinggi. n

Rustam Effendi

Waktu terbaik untuk berkunjung ke Belitung adalah di bulan April hingga Juni, atau sebelum masuk musim hujan”.

Page 27: Newsletter Pariwisata No.36

27Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Pemasaran Destinasi

Babel SadarMemulai dari Wisnus

Sejak tahun 2008 dan peluncuran Visit Bangka Belitung (Babel) 2010, terasa sekali pertumbuhan pariwisata dan tingkat kunjungan wisatawan di­

daerah ini. Arus kunjungan meningkat, pertumbuhan hotel dan fasi litas pariwi­sata lain meningkat, hotel berbintang dan berjaringan sudah mulai masuk.

“Kita melihat perkembangannya cukup menggembirakan tapi belum memuaskan,” kata Yan Megawandi, Kepala Dinas Ke­budayaan dan Pariwisata Provinsi Kepu­lauan Bangka Belitung.

Memang, sebelum ‘branding instan’ yang diciptakan oleh film Laskar Pelangi” meledak, sebenarnya sudah mengalir wisatawan datang ke provinsi ini, utama nya Bangka. Parai Beach Resort di Pantai Parai Tenggiri, Bangka, sudah beroperasi sejak tahun 1993. Resor tersebut merupakan salah satu tong­gak pembangunan pariwisata dan menjadi resor pertama di Babel.

Adapun Pulau Belitung, potensi alam pantainya telah diakui ‘kuat’ untuk kelak menjadi destina­si pariwisata, ketika Garuda Indonesia di ujung dasawarsa 1980 hendak membangun di sana untuk dijadikan desti­nasi ‘Bali Two’, sebutan yang dimiripkan dari pengucapan Belitung.

Dampak dari booming no-vel dan film Laskar Pelangi membawa berkah baik bagi Bangka maupun Belitung. Pemda me minta kepada pe­nu lis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, Laskar Pelangi menjadi tagline Babel, Negeri Laskar Pelangi Bumi Serum-pun Sebalai.

Peluncuran tahun kunju­ng an Babel, meledaknya novel dan film Laskar Pela ngi menjadi sinergi bagi pemda dalam percepatan sektor pa­riwisata. Dan pada akhirnya Laskar Pelangi menjadi brand pariwisata, khususnya di Pulau Belitung. Mengapa? Karena isinya bersifat universal. Di sana ada semangat, kreativitas, kejujuran, dan tidak kalah penting adalah menggambarkan keadaan masyarakat di Babel sebenarnya yang be­gitu heterogen.

Babel tidak ingin hanya dikenal sebagai tempat yang indah, tetapi juga ingin dike­nal sebagai tempat persemaian asimilasi yang berjalan alami tanpa hambatan.

Pengembangan pariwisata di Kepulau an

Babel kemudian digariskan dalam RIPPDA (Rencana Induk Pembngunan Pariwisata Daerah) yang terbagi dalam tujuh cluster.

Cluster pertama di Bangka Barat de­ngan ibukota Mentok, sebagai kawasan wisata sejarah. Di sana terdapat rumah tempat pembuangan Bung Karno dan kawan­kawan.

Kota modern pertama di Pulau Bangka, dimana terdapat pelabuhan yang meng­angkut semua hasil bumi keluar dari pu­lau ini pada masa kolonial Belanda.

Cluster kedua, Kabupaten Bangka, ibu­kotanya Sungailiat, hendak diarahkan menjadi area wisata pantai.

Cluster ketiga, Kota Pangkalpinang sebagai wisata kota (city tour). Kemu­dian yang keempat, Kabupaten Bangka Tengah, diarahkan pada agrowisata, ibu­kotanya Koba. Kelima, Bangka Selatan, di sini banyak pulau­pulau dan akan diarah­kan menjadi wisata bahari di Selat Lepar, selat yang memisahkan Pulau Bangka dengan Pulau Lepar. Keenam, Kabupaten Belitung yang diara­hkan pada wisata pe­sisir. Pusatnya di Tanjung Binga dimana terdapat perkam­pungan nelayan Melayu dan Bugis.

Cluster ketujuh, Kabupaten Belitung Timur untuk wisata bahari minat khusus, di sana terdapat Kepulauan Memperak. Wisa­ta minat khusus yang akan dikembangkan termasuk snorkeling dan diving. Karangnya masih dalam kondisi baik karena laut di sekitar Belitung sudah tidak ditambang lagi, berbeda dengan di Pulau Bangka.

Saat ini Provinsi Kepulauan Babel masih berkonsentrasi pada wisatawan nu­santara sesuai dengan ketersediaan akses udara. Dua bandaranya bukan bandara

internasional.Kendati demikian, Dis­

budpar Provinsi sedang men­coba memasuki pasar Eropa. Ketika tahun lalu mengikuti pameran di Belanda hasilnya dua bulan kemudian 15 agen perjalanan dari Belanda da­tang untuk melihat kondisi di Babel.

“Kami setiap tahun me­laksanakan famtrip. Memang masih terbatas pada travel agent dan pasar dalam ne­geri. Travel agent paling banyak berasal dari Jakarta. Kita tidak mengeluarkan uang untuk famtrip lokal ini. Untuk sementara ini, travel agent dari Bali belum ada yang ikut,” kata Yan Mega-wandi.

Lanjutnya, pada tahun 2012 membuat NESPARDA

(Neraca Satelit Pariwisata Daerah) yang akan dihitung oleh Badan Pusat Statistik, membentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) di tingkat provinsi, dan meninjau ulang RIPPDA.

Tahun 2011 Babel menerima 188.820 wisman dan wisnus. Saat ini sedang meng usahakan menggali potensi agar bisa

Yan Megawandi

Jumlah Penumpang Penerbangan di BABEL 2006–2011

Jumlah Usaha Akomodasi di BABEL 2009–2012

(sumber: Disparda Prov. Babel)

(sumber: Disparda Prov. Babel)

Page 28: Newsletter Pariwisata No.36

28 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Pemasaran Destinasi

membuat even yang bersifat nasional. Di Sumbar telah terkenal TDS, di Sum­

sel baru saja dipopulerkan Musi Triboatton. Di Belitung Timur sudah diselenggarakan even kejuaraan barongsai internasional tahun 2012 ini, diikuti tujuh negara: Singapura, Malaysia, Hongkong, Macau, Taiwan, RRC dan Indonesia. Sudah ber­jalan dua tahun setiap bulan Oktober. Jadi, apapun evennya dirasa bisa dilaksanakan di sini. Contoh, even Jazz on the Beach yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf di tepi pantai di Pulau Bangka peminatnya cukup banyak dan tahun 2012 penyeleng­garaannya menjadi tahun ketiga.

Masalah­masalah utama yang dihadapi pariwisata di Babel adalah konektivitas dan sumber daya manusia (SDM). Kele­mahan dalam SDM disadari oleh pemda karena membangun pariwisata di Kepu­lauan Babel berarti bagaimana mengubah

masyarakat penambang menjadi masya­rakat pariwisata yang memerlukan pe­rubahan sikap dan itu tidak mudah serta membutuhkan proses. Di kalangan pe­bisnis pariwisata yang boleh dikatakan masih baru, kultur pelayanan harus benar­benar ditanamkan supaya ‘melembaga’.

Maka, salah satu targetnya ialah mem­bentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) pariwisata sehing ga agar biayanya lebih murah untuk mendapatkan sertifikasi, masyarakat lokal tidak perlu lagi me­manggil aksesor dari luar dan biayanya pun bisa ditekan.

Selain itu Disbudpar Provinisi Kepu­lauan Babel juga mengadakan diklat dan kodarwis (kelompok sadar wisata). Diklat diperuntukkan bagi para pelaku terdepan pariwisata seperti staf hotel, pramuwisata dan sebagainya.

Dalam dua hingga tiga tahun ke de­

pan diharapkan bisa mensertifikasi semua pekerja pariwisata di sini. Sosialisasi sadar wisata di masyarakat setiap tahun dilaku­kan di seluruh kabupaten/kota di Babel. Kelompok sadar wisata yang sudah ber­jalan baru di Pangkalpinang dan Belitung.

Masyarakat seolah berkejaran dengan waktu karena sumber komoditi timah pasti akan habis. Harapannya, sebelum timah habis pariwisata sudah bisa menjadi kekuatan yang menggantikan sektor yang telah menghidupi kepulauan ini selama 350 tahun.

Misalnya,MembangunBangka Tengah

Erzaldi Rosman, Bupati Kabupaten Bangka Tengah, salah satu bupati yang peduli untuk menggerakkan ekonomi pari­wisata demi menggantikan pertambangan.

Ketika ditemui di Namang, Bangka Te­ngah beberapa waktu lalu, dia memaparkan pariwisata di Bangka Tengah. Bupati sadar keterbatasan anggaran belanja daerahnya. Karena itu dia mengandalkan kreativitas masyarakat dan kreativitas staf pemda un­tuk mengembangkan pariwisata.

Dia ngin menjual sikap kebersihan

Erzaldi Rosman

Jalan menuju hutan Pelawan.Bunga pohon pelawan sumber madu pelawan.

Page 29: Newsletter Pariwisata No.36

29Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

yang sekarang ini dipromosikan ke tengah masyarakat. Dengan bersih, yakin orang akan datang. Dia berusaha menciptakan tempat­tempat wisata yang murah. Salah satu contohnya adalah kawasan wisata hutan Kalung/Pelawan

Erzaldi mengatakan di kawasan hutan itu harta timah di dalamnya sangat ba nyak. Namun masyarakat dan kepala desa mam­pu mempertahankan hutan alam ini. Sedikit demi sedikit, sesuai dengan kebijakan, mu­lai bisa mengalihkan kebiasaan masyarakat dari yang mengandalkan eko nominya dari pertambangan kepada pariwisata.

Agar tetap memperlihatkan keaslian dari sebuah hutan, jalan menuju hutan tidak akan diaspal dan sebagai gantinya sedang dipersiapkan istal (kandang kuda) di ujung awal jalan menuju hutan sehing ga pengunjung bisa naik kuda atau andong menuju tengah hutan, melewati perkebun­an lada, sawit dan karet yang semuanya milik warga setempat.

Adapun pondok di tepi sawah, nanti­nya menyajikan makanan­makanan yang dibuat dari bahan­bahan yang berasal dari lingkungan di sekitarnya, seperti ikan, ja­mur, lalapan, sayur keladi (alar keladi).

Penyajian makanan diadaptasi dari tra­disi yang hidup di Bangka Tengah. Makan­an disajikan dalam dulang yang bermakna kebersamaan. Jadi mengembangkan pari­wisata di sini dengan cara sederhana saja dan tidak memerlukan ongkos yang mahal.

Modal awalnya, mencintai kebersihan daerah terlebih dulu. Warga diminta me­mungut berbagai sampah plastik dan semacamnya, plastiknya dibeli dan men­jadi bank sampah, lalu dicacah dan di­jual lagi dalam bentuk butiran plastik. Masyarakat di sekitar hutan Pelawan su­dah terbiasa dengan pupuk organik dari kotoran sapi, termasuk tanaman padi yang sudah mulai ditanam di sini. Salah satu produknya adalah beras merah organik yang dijual Rp 15 ribu per kilogram.

Kebijakan lain yang sedang dilaksana­kan adalah mengembangkan ruang terbuka hijau (RTH) di pinggir pantai di tepi jalan sepanjang sekitar 28 kilometer, dari Penyak ke Koba. Sudah tergarap sepanjang 3 kilo­meter. Investor akan datang di tahun depan untuk memulai water sport center. Nanti akan ada parasailing, banana boat, jet ski.

Kabupaten Bangka Tengah memiliki gugusan pulau yang terdiri dari empat pulau, Ketawai, Sembujur, Panjang dan Berbua. Gugusan pulau ini bisa dijalani

dalam paket wisata sehari. Ke depan­nya akan menjadi sebuah konsep island hopping, wisata loncat dari satu pulau ke pulau lainnya.

Di Pulau Ketawai direncanakan men­jadi tempat wisata bahari dan resor. Seka­rang ini sedang diurus perizinan dan sertifikasi oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional) pusat atas nama pemda. Lalu akan di­HGB­kan ke pihak swasta yang akan mengelola resor tersebut.

Di pulau itu konsepnya adalah kon­servasi, budidaya dan wisata. Konservasi penyu, budidaya keramba apung di keem­pat gugusan pulau itu. Jenis ikan kerapu dan jenis ikan karang lainnya akan dibu­didayakan. Dan wisatanya adalah resor. Atraksinya pastilah water sport. Di sana juga terdapat karang­karang yang bisa menjadi lokasi diving.

Resor direncanakan akan mulai diba­ngun Juli 2013 dengan meminimalkan ba­han masuk ke pulau. Dia akan mengguna­kan bahan yang ada di pulau, contohnya, akan menggunakan pohon kelapa tua se­bagai salah satu material.

“Saya selalu mengembangkan peran ser­ta masyarakat untuk mengembangkan pari­wisata. Alhamdulilah, masyarakat terpan­cing dan mau,” kata Erzaldi Rosman. n

Di Pulau Ketawai (atas) dan Plaza Pulau Ketawai (bawah).

Pohon kayu pelawan.

Page 30: Newsletter Pariwisata No.36

30 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

JumlahJenis

Burung

Pemasaran Desnasi

Padang, Sumbar, dan Penggarapan Pasar Utama Singapura

Jurnalis dari Singapura antusias mengambil gambar pelayan dengan 23 piring hidangan bersusun di satu tangannya, di resto di kota Padang.

Ada dua potensi besar di kota Pa­dang, yakni alam dan budaya. Potensi alam mulai dari wisata pantai seperti di Air Manis,

wisata bahari di gugusan 19 pulau kecil yang termasuk dalam wilayah adminis­trasi Kota Padang, air terjun, hutan tropis di Taman Hutan Raya Bung Hatta yang memiliki koleksi bunga arnoldi.

Pulau Pagang dan Sikuai adalah dua di antara 19 pulau kecil yang banyak di­kunjungi wisman. Pulau Sikuai dikelola secara profesional sebagai sebuah resor. Pulau Pagang ramai meskipun dikelola oleh masyarakat secara tradisional.

Pemda Kota Padang merangkum po­tensi budaya dalam sebuah festival, Fes-tival Siti Nurbaya. Biasa dilaksanakan satu ming gu, diisi festival randai, permainan tradisio nal, festival kuliner yang menam­pilkan rendang, lemang, dan sebagainya. Pemprov Sumatera Barat (Sumbar) mem­buat kebijakan, setiap kabupaten/kota ha­rus memiliki ikon kegiatan atau festival.

Kota Padang mengambil legenda Siti Nurbaya, di sini sebuah makam dilegen­dakan oleh masyarakat sebagai makam Siti Nurbaya, di Taman Siti Nurbaya di Gunung Padang, dan sebuah jembatan dibangun menuju lokasi tersebut lalu diberi nama Jembatan Siti Nurbaya.

Di Bukittinggi, Festival Bendi diadakan selaras dengan bendi merupakan alat transportasi popular. Di Pariaman, Festi­val Tabuik. Festival Siti Nurbaya sudah dua kali dilaksanakan. Pertama di tahun 2011.

Sebenarnya tahun 2010 diciptakan Fes-tival Malamang, berdurasi se­hari, sebagai cikal bakalnya. Untuk menarik wisatawan dan supaya cukup waktu menampilkan beragam bu­daya yang hidup di Padang, akhirnya festival digelar se­lama satu ming gu penuh. Pemda melalui dinas pari­wisata mengundang biro perjalanan sebelum acara digelar.

Menutup akhir tahun 2012 kota ini mengadakan Festival Rendang, menampil­kan beragam jenis rendang. Tadinya peserta umumnya dari generasi tua, tahun ini partisipan datang dari generasi muda.

Ketika pertama kali menciptakan festi­val, bagusnya, pemda langsung dapat bek­erja sama dengan Balai Pustaka yang saat itu meluncurkan buku kumpulan folklor nusantara, Pelangi Nusantara. Salah satu ceritanya adalah Siti Nurbaya. Sedang di­usahakan bekerja sama lagi untuk festival tahun depan.

Sektor pariwisata kota Padang akan

menerima kenaikan anggaran di tahun 2013. DPRD Kota kini melihat sektor pari­wisata perlu dibantu. Salah satu yang hendak dilaksanakan adalah pembenahan situs batu Malinkundang, yang menjadi ikon pariwisata kota ini. Selain itu, kenaik­

an anggaran juga akan digu­nakan untuk persiapan Tour de Singkarak 2013.

Padang and beyondIan Hanafiah, Ketua

ASITA Sumbar, melihat tar­get pasar utama pariwisata di kota Padang dan Sumbar adalah wisnus dan wisman dari negara­negara ASEAN. Rute internasional yang ek­sis saat ini adalah Padang–Kuala Lumpur.

Mulai 1 Desember 2012, Mandala membuka dan me­layani kembali rute Jakarta–Padang, dan rute yang pasif

sekitar 4 tahun, Padang–Singapura.Singapura–Padang pernah dilayani

oleh Tiger, Silkair, Garuda, tapi tak bisa ber­tahan. Akibatnya orang Singapura mau ke Padang harus lewat Batam, begitu pun sebaliknya. Jadi, penerbangan Padang–Singapura baru dibuka kembali oleh Man-dala, terbang setiap hari.

Setiap hari pula kini penerbangan Padang–Kuala Lumpur oleh Airasia de­

ngan frekuensi 7 kali dalam seminggu di pagi hari dan 3 kali penerbangan di siang hari pada Selasa, Kamis dan Sabtu.

Ian melihat jadwal penerbangan Man-dala rute Singapura–Padang agak kurang menguntungkan bagi wisatawan Singapu­ra, karena mereka tiba di malam hari, arti­nya mereka tidak bisa langsung menuju obyek wisata seperti Bukittinggi dan lain­nya, mereka harus menginap semalam dulu di Padang.

Begitupun ketika hendak pulang, de­ngan jadwal penerbangan pagi. Jadi untuk tur ke sini paling tidak menghabiskan waktu 4 hari karena satu harinya habis di perjalanan.

Di Malaysia dan Singapura cukup po­puler nama pantai Air Manis dan legenda Malinkundang. Bisa dikatakan 95% wis­man yang datang pasti minta diantar ke sana. Namun saat ini tempat itu masih perlu pembenahan agar lebih menarik dan lebih nyaman bagi pengunjung.

Obyek­obyek wisata di kota perlu dibe­nahi, tata ruangnya perlu didesain dengan cermat sehingga pengunjung bisa mengi­tari obyek, lebih lama menghabiskan waktu di sana dan berbelanja di warung­warung milik masyarakat.

Masyarakat di sekitar obyek juga harus terus diberi pengertian, pengarahan dan pembinaan. Bagaimanapun masyarakat di sekitarnya juga yang akan merasakan dampak dari adanya obyek wisata di

Ian Hanafiah

Page 31: Newsletter Pariwisata No.36

31Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Pemasaran Desnasi

Padang, Sumbar, dan Penggarapan Pasar Utama Singapura

dae rah mereka.Ero tour, salah satu biro perjalanan yang

banyak membawa inbound tour, memi­liki paket yang mengkombinasikan tur ke beberapa kota dengan obyek utama Bukittinggi dan berakhir di kota Padang. Karena wisman dari Malaysia dan Singa­pura umumnya punya waktu singkat untuk berlibur, mereka akan langsung menuju Bukittinggi, lalu ke Pagaruyung dan sekitarnya, di hari terakhir baru ke Padang sam­bil makan siang, belanja oleh­oleh, setelah itu langsung menuju bandara sekitar pukul 6 sore.

Paket city tour­nya akan dimulai dari pantai Padang, melewati Sungai Batang Arau dan Jembatan Siti Nurbaya, me­ngunjungi Pasar Gadang ‘Padang Tempo Doeloe’, mampir melihat Teluk Bayur, diteruskan ke pantai Bungus dan diakhiri dengan belanja oleh­oleh.

Sekarang diciptakan program baru, yakni mengajak wisatawan membuat keripik sanjay. Sekitar 20 orang mengikuti program ini. Tour operator bekerja sama de­ngan salah satu pembuat keripik sanjay di kota Padang, Shirley. Tamu yang berminat akan mengikuti mulai dari proses memper­siapkan bahan hingga memasaknya. Yang ikut program juga bisa membawa pulang hasil pekerjaannya dengan membayar berapa kilogram yang dimasaknya. Rata­rata wisatawan tinggal di kota Padang 1–2 malam saja.

“Wisatawan akan harus berpindah­ pindah karena daerah kami ini luas. Kalau di Yogya, Bali dan Bandung bisa mengi­nap di satu tempat dan tur ke daerah sekitar nya. Tapi kalau di sini, tamu mengi­nap mengikuti rute tur. Bukan masalah jaraknya yang jauh tapi kita kan harus meng ikuti teori pariwisata, sebuah perjalan­an harus membentuk sebuah lingkaran,” ujarnya.

Wisatawan di Padang didominasi wisnus. Kalau grup wisatawan dari Malay­sia datang antara 20 dan 50 pax per grup, kebanyakan di musim liburan sekolah bu­lan Juni dan akhir tahun.

Diakui, target pasar un­tuk kota Padang tetap wis­nus dan ASEAN. Wisman dari Australia cenderung menganggap Padang seba­gai transit point karena tu­juan akhir mereka menuju Mentawai. Itu kepulauan untuk kegiatan surfing.

Pembenahan dan Strategi EvenPembenahan obyek wisata adalah hal

yang harus dilakukan segera di Padang agar bisa memanfaatkan rute interna­sional ke Singapura dan Kuala Lumpur, karena dari sisi akomodasi sudah cukup memadai.

Kegiatan semacam Festival Siti Nurbaya dipandang harus dipastikan jadwal penye­lenggaraannya sehingga itu akan menjadi agenda tetap dan pasti.

“Pada festival, selain menampilkan ke senian dan kebudayaan, juga festival kuli ner seperti bagaimana cara orang menggiling cabe, bagaimana cara menang­kap ikan dan sebagainya. Ini yang sales-able,” kata Ian.

Festival rendang yang dilaksanakan pada minggu kedua di bulan Desember 2012 juga bagus. Jika waktu pelaksanaan kegiatan­kegiatan tersebut sudah ditetap­

kan dan biro perjalanan diberitahukan jauh hari sebe­lumnya tentu itu akan sa­ngat mendukung pariwisata khususnya di kota Padang.

Pertimbangan AirlinesInilah pertimbangan

mengapa Mandala mem­buka dan melayani kem­bali rute Padang–Singapura pp. “Kami melihat ba nyak orang Padang ke Singapura melalui Batam. Bukan hanya itu, kami juga ingin mem­beri kesempatan kepada orang Singapura untuk melihat keindahan alam di

sini,” jelas Brata Rafly, Direktur Komer­sial Mandala.

Sebelumnya maskapai ini telah membu­ka rute Jakarta–Medan dan Medan–Singa­pura. Brata Rafly melihat prospek bisnis rute ini dengan optimis. Warga Padang maupun Singapura tak perlu lagi lewat Batam atau Jakarta untuk ke Padang dan Sumbar. Potensi pasar mancanegara datang ke sini cukup besar, sama kuatnya dengan

Rombongan famtrip media bersama kru Mandala Tiger dan VITO Singapura di Bukittinggi.

TAHUN MANCANEGARA NUSANTARA TOTAL(orang) 2008 42.028 1.593.725 1.635.753 2009 46.143 1.748.832 1.794.975 2010 47.002 1.823.401 1.870.403 2011 47.609 2.252.336 2.299.945

Jumlah Wisatawan ke Kota Padang 2008–2011

NEGARA

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang

Tiga Besar Jumlah Wisman ke Padang Berdasarkan Kebangsaan 2007–2011

MALAYSIA 23213 30171 31584 32184 32983AUSTRALIA 941 2984 3095 3872 4009SINGAPURA 1481 2841 2901 3001 3012

TAHUN2007 2008 2009 2010 2011

Brata Rafly

Page 32: Newsletter Pariwisata No.36

32 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Pemasaran Destinasi

potensi alam, budaya dan kulinernya.“Saya tidak melihat jadwal yang kami

dapatkan ini sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Kita lihat kesempatan­nya. Dari sisi Padang memang ini meng­untungkan. Karena ini LCC maka harga tiket jadi lebih murah,” katanya kemudian. Aset Sumbar itu banyak. Ini merupakan kesempatan emas bagi Sumbar. Jika rute ini kelak terpaksa ditutup akan susah lagi untuk memulainya dan mendapatkannya.

Sekarang ini harus dipikirkan bagaima­na menarik orang Singapura dan Malaysia mau datang ke sini.

Yang sekarang diperlukan adalah kerja sama tim ASITA, PHRI dan dinas pari­wisata untuk bisa mengambil kesempatan baik ini, untuk mempromosikannya, juga mempersiapkan infrastrukturnya—hard dan soft infrastructure.

Bandara mesti memenuhi standar ban­dara internasional, transportasi dari ban­dara ke kota perlu disediakan taksi de­ngan argometer. Soft infrastructure, sumber daya manusia yang bisa berbahasa Inggris dan profesional di bandara, pramuwisata, hotel, semua yang memudahkan wisman.

“Kita memang perlu saling membantu, antara airlines, pelaku pariwisata dan pem­da. Perus­ahaan kami tidak mungkin bisa meneruskan rute jika penumpang dari Padang maupun Singapura tidak banyak. Jika SLF­nya (seat load factor) rendah, kami pun akan membuat sebuah keputusan bis­nis yang tepat,” lanjutnya.

Bersamaan itu, Country Manager VITO Singapura, Sulaeman Shehdek menilai potensi pariwisata Sumbar tak diragukan, Sumatera sudah dikenal sebagai bumi Minang, bumi Melayu.

Terdapat beberapa faktor kuat untuk memperkuat awareness Sumbar di Si nga­pura. Pertama, sudah lama adanya per­satuan Minang di kota itu. Kedua, tem­pat­tempat alami seperti Bukittinggi dan Danau Maninjau yang berhawa sejuk nis­caya menarik bagi orang Singapura untuk berwisata leisure. Itu jugalah yang dita­warkan oleh Sumatera Utara dengan Da­nau Toba, Brastagi, dan warga Singapura pergi ke sana.

Dia berbagi saran ba­gaimana memba ngun awareness yang efektif di Singapura. Pertama de­ngan mengundang travel agent dan newspapers Singapura datang ke Pa­dang dan Sumbar. Satu halaman khusus tentang pariwisata selalu ditam­pilkan oleh koran­ koran setempat.

Selain itu perlu me ng adakan consumer show di mal, dan sebaiknya mem bawa hoteliers, travel agent, airlines yang melayani rute tersebut, dan orang­orang yang ber kecimpung dalam usaha kuliner seperti pe ngusaha keripik sanjay misalnya.

Sesuatu yang mengandung unsur etnik dan bisa dibanggakan. Handicraft jangan lupa diperlihatkan, dan setiap 2–3 jam di­pertontonkan tari­tarian kesenian daerah.

Lamanya kegiatan cukup 2–3 hari. Wak­tu paling ideal adalah di bulan Februari, Maret dan April; pada hari Jumat–Minggu ketika pengunjung mal sedang ramai.

Perlu diingat jadwal­jadwal liburan sekolah di Singapura, peak season­nya orang Singapura berwisata. Satu bulan libur sekolah di bulan Juni; liburan akhir tahun mulai dari pertengahan November hingga akhir tahun selama 6 minggu; liburan­liburan singkat selama seminggu di bulan Maret dan bulan September.

Sangat dianjurkan agar kegiatan yang berhubungan dengan promosi dilaksana­kan tiga bulan sebelumnya sehingga me­reka bisa berencana mau menghabiskan liburannya di Indonesia dan harga tiket pun relatif murah, itu yang akan menarik wisatawan Singapura untuk datang.

Penerbangan rute Singapura–Padang juga bisa dimanfaatkan ‘mengambil’ wisa­tawan dari Australia yang hendak berse­lancar di Mentawai. “Mandala sekarang bekerja sama dengan Tiger, dan Tiger juga memiliki rute ke Australia,” katanya.

Famtrip Media Singapura ke Sumbar Peran media memang diakui penting. Destinasi Sumbar menggaung luas keluar,

dengan topik even Tour de Singkarak (TDS) beberapa tahun terakhir ini juga berkat eksose media. Mandala pun membawa rombongan famtrip media ke Padang dari dalam negeri dan media dari Singapura.

Tiga media Singapura diajaknya awal Desember ini: Wong Kang Wei dari U Weekly; Crystal Lee dari IS Magazine; dan Karen Yeaman dari Time Out Singapore.Country Manager VITO Singapura, Sulae-man Shehdek, ikut dalam rombongan.

Famtrip itu dimulai dengan mengun­jungi China town dan Sungai Batang Arau di kota Padang, dilanjutkan mengunjungi heritage sites di Sawahlunto, Terowongan Mbah Suro dan Museum Gudang Ran­sum, Museum Kereta Tua Mak Itam, Ru­mah Pek Sin Kek, Sekolah Santa Lucia dan Mesjid Raya.

Bermalam di Bukittinggi, rombongan meneruskan perjalanan mengunjungi Lembah Arau dan air terjunnya di Paya­kumbuh, desa wisata Sinjai, Jam Gadang dan Pasar Atas di Bukittinggi. Setelah itu kembali ke Padang. Waktu free time diman­faatkan oleh rombongan media dari Si­ngapura mencicipi masakan Padang yang orisinal dan mereka terkagum­kagum me­lihat pelayan restoran, ketika satu orang membawa menuju meja makan 23 piring bersusun di tangannya satu kali ‘angkut’. Setelah itu memandangi kota Padang di malam hari dari atas Jembatan Siti Nur­baya, dan, di pantai Padang.

Ya, dari Singapura diproyeksikan dida­tangkan 1.750.000 wisatawan ke Indonesia tahun 2013. Semua daerah destinasi perlu menggarap dan memanfaatkannya. n

Pemandangan kota Padang dari puncak Gunung Padang/bukit Siti Nurbaya.

Pintu gerbang objek wisata Gunung Padang.

Page 33: Newsletter Pariwisata No.36

33Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Indikator

Proyeksi

Analisa dari Direktorat Pengem­bangan dan Informasi Pasar Pari­wisata Kemenparekraf, diban­ding kan bulan Oktober tahun

lalu, pintu masuk Ngurah Rai—Bali pada Oktober 2012 naik 3,39% (+8.295 wisman). Ini terkait banyaknya even internasional yang di selenggarakan di Bali. Sementara melalui bandara Soekarno Hatta—Jakarta kenaikannya 5,61% (+9.826 wisman) karena sejumlah artis dan grup musik dunia melakukan konser di Jakarta yang menarik penonton dari sekitar Indonesia. Untuk Batam kenaik an 7,35% (+7.001 wisman) didapat karena beberapa program Year End Festival yang dilaksanakan oleh Kemenparekaf untuk mendong­krak kunjungan wisman di wilayah tersebut.

Kemenparekraf telah menjadikan wisata MICE sebagai salah satu dari 7 wisata minat khusus yang akan menjadi fokus pengembangan (flagship). Agar pengembangannya optimal, Ke­menparekraf membentuk Direktorat Promosi Konvensi, Incentive, Event dan Minat Khusus di bawah Direktorat Jendral Pemasaran Pariwisata dan Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Eksibisi dibawah Direktorat Jendral

Wahai tour operator Indonesia, bersiaplah dan majulah dengan menawarkan paket­paket wisata yang variatif, di tahun 2013, sedikitnya untuk mengefektifkan pasar utama wisman Indonesia, yakni Malaysia dan Singa­

pura. Lihatlah jaringan penerbangan yang sedang meluas dan ‘komprehensif’, ke Bandung, Makassar, Balikpapan, dan Padang, tentu saja selain Bali. Dan bagi hotel, di Bandung dan Bali, menghindar kan diri dari terjebak dalam price war alias perang diskon. Begitulah antara lain isyu pokok yang ditangkap akhir­akhir ini dari tengah praktek bis­nis pariwisata.

Perhatikan pula peran yang kian berpengaruh dari online booking, di banyak pasar, dan peran konsultan perjalanan alias Travel Consultant atau travel agent seperti di pasar Australia.

Di Indonesia sendiri, memang, ada penerbangan yang dibatalkan yakni rute Kuala Lumpur–Solo, oleh AirAsia, namun masih ada penerbangan rute KL–Yogyakarta dan KL–Semarang. Tetapi itu mestinya menjadi bahan analisis bagi industri pariwisata di Solo, katakanlah cermin untuk melihat mencari tahu apa kelemahan Solo sehingga tak bisa mempertah­ankan rute penerbangan itu. Bagi airlines, kalau tak cukup jum­lah penumpang, mengandung implikasi tak cukup support yang diberikan oleh industri perjalanan dan pariwisata, niscayalah pe­nerbangan akan dihentikan.

Contohnya adalah sales mission oleh Aneka Kartika Tour Travel dari Surabaya ke Manila, memasuki pasar outbound di Filipina bersama dengan PAL (Philippines Airlines). Demikian pula yang dilakukan

Pengembangan Destinasi Pariwisata.Menparekraf Mari Elka Pangestu me­

ngatakan bahwa pencapaian jumlah wis­man dan wisatawan nusantara (wisnus) hingga Okober 2012, menurut data BPS dan Pusdatin Kemenparekraf, bulan Oktober 2012 jumlah kunjungan wisman ke Indone­sia mencapai 688.341 wisman atau tumbuh sebesar 4,93% dibandingkan bulan Oktober 2011 yang berjumlah 656.006 wisman.

Mari Pangestu menilai pencapaian hing­ga Oktober tahun ini semakin meyakinkan bahwa target kunjungan 8 juta wisman pada 2012 akan tercapai. Selain itu, penca­paian Oktober 2012 menunjukkan bahwa

upaya untuk mengoptimalkan strategi pemasaran pada tiga bu­lan terakhir mulai menampakkan hasil.

“Tahun depan Indonesia menjadi tuan rumah APEC, dan se­jumlah even internasional seperti Miss World yang berpotensi untuk mendatangkan wisman dalam jumlah yang besar dan mengangkat promosi Indonesia. Hal ini akan berdampak pada kontribusi wisman untuk mencapai target 9 juta wisman tahun depan,” ujar Mari Pangestu dalam jumpa pers di Balairung Soe­silo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta. n

oleh TTC dengan B2B event di Filipina.Di Lombok, Pemdanya mendukung airlines yang membuka

rute langsung Lombok–Kuala Lumpur. Dukungannya antara lain dana promosi Rp 500 juta. Ini merupakan ‘perhatian’ sekaligus ‘pendekat an’ sekaligus juga ‘pemasaran’ destinasi dan produk wisata setempat. Itu akan mendukung kenaikan jumlah penum­pang sang airlines masuk ke Lombok. Jadi, mendukung pening­katan passenger load factor, dan itu kemudian menentukan apakah airlines bisa mempertahankan layanan penerbang an langsung itu

atau tidak.Dan tahun 2013, sekitar 50 pe­

sawat terbang komersial pelbagai tipe dan ukuran akan memasuki armada maskapai pener bangan nasional. Para operator pener­bangan pun telah ikut ‘menjual’ pariwisata, dalam pemasaran­nya, baik wisnus maupun wis­man. Pesawat­pesawat itu akan terbang di dalam negeri, dan, di

regional dekat ASEAN dan Asia. Bersamaan itu hotel­hotel baru, di beberapa destinasi wisata, akan mulai beroperasi.

Kegiatan pemasaran 2013, dengan demikian, cenderung akan lebih ‘ramai’. Mengapa lebih ramai? Sebab, di samping kalangan industri, para Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota, kian banyak yang semakin kuat menyadari, bahwa ‘event’ merupakan salah satu medium pemasaran yang efektif bagi pengembangan pari­wisata. Beberapa kalangan di daerah juga kian menyadari, bah­wa ‘kualitas’ penyelenggaraan even haruslah ditingkatkan, lebih jelasnya, ‘diinternasionalkan’ agar sungguh mampu mendatang­kan wisman. n

2012: Dari 8 ke 9 Juta Wisman

2013: Kecenderungan Ramainya Kegiatan Pemasaran

Page 34: Newsletter Pariwisata No.36

34 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

*) Kebangsaan lain dan pintu lain.

(+/-) %

Realisasi Wisman Berdasarkan Fokus Pasar, Januari–Oktober, 2012 vs 2011

SIngAPURA 991,950 986,929 5,021 0.51 MALAYSIA 876,878 817,129 59,749 7.31 AUSTRALIA 751,504 739,044 12,460 1.69 CInA 522,063 414,089 107,974 26.08 JEPAng 365,601 348,775 16,826 4.82 KoRSEL 254,187 247,282 6,905 2.79 AMERIKA 172,397 158,077 14,320 9.06 InggRIS 170,433 163,391 7,042 4.31 PERAnCIS 157,110 149,103 8,007 5.37 TAIWAn 151,931 174,406 ­22,475 ­12.89 InDIA 143,450 131,813 11,637 8.83 JERMAn 131,268 121,724 9,544 7.84 BELAnDA 127,220 135,836 ­8,616 ­6.34 FILIPInA 93,874 84,632 9,242 10.92 TIM-TEng 86,150 80,699 5,451 6.75 RUSIA 64,733 64,734 ­1 0.00 LAInnYA* 1,522,880 1,452,581 70,299 4.84 gRAnD ToTAL 6,583,629 6,270,244 313,386 5.00

FoKUSPASAR

JAnUARI–oKToBER2012 2011

SELISIh

Indikator

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan Kebangsaan (Bulan Januari–Oktober 2012 )

1 Singapura 138,083 86,348 9,566 548,803 13,853 1,687 158 138 754 655 2,011 2,606 1,894 4 57,177 4,925 17,921 76,922 28,445 991,950 986,929 0.51 2 Malaysia 233,456 131,200 105,881 133,198 33,215 474 15,804 20,218 6,066 5,233 551 3,097 10,872 4 11,346 15,468 86,313 10,914 53,568 876,878 817,129 7.31 3 Jepang 160,700 155,228 1,320 17,367 5,674 1,168 26 119 224 140 203 344 98 9 240 771 706 21,209 55 365,601 348,775 4.82 4 Korea Selatan 80,114 101,625 1,042 44,335 2,719 262 142 21 86 41 417 155 126 11 373 238 411 21,996 73 254,187 247,282 2.79 5 Taiwan 49,705 84,870 1,914 3,157 6,536 57 204 22 11 40 10 31 162 ­ 165 93 102 4,688 164 151,931 174,406 ­12.89 6 China 169,655 273,647 5,008 21,626 10,585 608 842 378 102 114 152 1,345 470 21 2,633 586 461 33,510 320 522,063 414,089 26.08 7 India 52,015 37,540 1,608 26,832 2,626 87 59 55 172 57 164 723 408 83 1,693 609 703 16,964 1,052 143,450 131,813 8.83 8 Philipina 31,058 14,260 875 31,515 1,477 300 283 52 21 92 81 322 151 59 1,675 360 396 10,344 553 93,874 84,632 10.92 9 hongkong 24,569 21,716 1,214 1,821 3,395 488 124 40 35 34 123 55 88 ­ 235 97 128 8,056 104 62,322 57,618 8.16 10 Thailand 31,252 30,769 2,318 3,220 3,154 202 26 73 195 51 24 193 116 8 178 788 578 1,123 401 74,669 65,823 13.44 11 Australia 69,912 649,171 3,592 8,546 2,077 858 286 1,139 177 162 489 1,136 204 16 579 762 795 11,466 137 751,504 739,044 1.69 12 Amerika 66,637 75,738 2,585 9,482 4,716 1,341 113 211 267 208 452 613 435 6 444 1,036 863 7,111 139 172,397 158,077 9.06 13 Inggris 43,739 91,248 2,474 12,169 1,969 774 91 189 281 210 1,475 493 154 8 676 1,043 532 12,765 143 170,433 163,391 4.31 14 Belanda 51,753 57,795 6,306 3,116 2,227 1,011 133 139 367 218 616 118 54 6 220 825 487 1,789 40 127,220 135,836 ­6.34 15 Jerman 32,936 77,761 3,174 3,589 2,437 1,541 74 145 491 292 935 288 123 5 295 1,030 337 5,749 66 131,268 121,724 7.84 16 Perancis 33,085 98,897 1,815 2,834 1,946 648 22 372 4,820 425 925 605 61 1 509 1,784 361 7,899 101 157,110 149,103 5.37 17 Rusia 7,990 62,352 253 383 194 201 7 34 11 15 242 63 25 6 45 173 32 1,844 14 73,884 67,118 10.08 18 Saudi Arabia 73,465 2,644 96 225 213 1 ­ 7 8 3 40 4 4 ­ 6 3 147 73 74 77,013 73,079 5.38 19 Mesir 2,119 1,431 26 116 44 ­ 4 3 17 2 1 7 3 ­ 3 5 13 17 1 3,812 2,848 33.85 20 Uni Emirat Arab 4,148 302 8 42 27 1 ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ 11 20 ­ 4,559 4,088 11.52 21 Bahrain 463 239 14 31 2 ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ 13 4 ­ 766 684 11.99 22 Lainnya 334,549 345,104 11,945 107,952 61,740 4,427 1,637 1,613 5,997 3,044 3,849 1,968 1,433 53,539 6,536 14,794 2,380 26,057 1,955 990,519 974,843 1.61 Jumlah 2012 1,691,403 2,399,885 163,034 980,359 160,826 16,136 20,035 24,968 20,102 11,036 12,760 14,166 16,881 53,786 85,028 45,390 113,690 280,520 87,405 6,197,410 5,918,331 4.72 Jumlah 2011 1,599,020 2,320,029 150,447 931,019 150,282 17,042 19,605 23,591 19,619 11,167 14,867 13,005 17,604 52,874 84,023 39,412 91,750 277,718 85,257 (%) 5.78 3.44 8.37 5.30 7.02 -5.32 2.19 5.84 2.46 -1.17 -14.17 8.93 -4.11 1.72 1.20 15.17 23.91 1.01 2.52 Jumlah kunjungan wisman melalui pintu masuk lainnya 386,219 351,913 9.75 Total kunjungan Wisman melalui seluruh pintu masuk 6,583,629 6,270,244 5.00

P i n t u M a s u k U t a m ano. Kebangsaan Soekarno­

HattaNgurah

Rai Polonia Batam Juanda Sam Ratulangi Entikong Minang­

kabauAdi

Sumarmo

Page 35: Newsletter Pariwisata No.36

35Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Indikator

JAn FEB MAR APR MEI JUn JUL AgT SEP oKT noV DES ToTAL2012 652,692 592,502 658,602 626,100 650,883 695,531 701,200 634,194 683,584 688,341 6,583,629 2011 548,821 568,057 598,068 608,093 600,191 674,402 745,451 621,084 650,071 656,006 654,948 724,539 7,649,731 2010 493,799 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422 658,476 586,530 560,367 594,654 578,152 644,221 7,002,944

Grafik Jumlah Wisman Bulanan 2010 – 2012

201220112010800.000

750.000

650.000

550.000

450.000

700.000

600.000

500.000

400.000JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES Sumber : BPS

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan Kebangsaan (Bulan Januari–Oktober 2012 )

1 Singapura 138,083 86,348 9,566 548,803 13,853 1,687 158 138 754 655 2,011 2,606 1,894 4 57,177 4,925 17,921 76,922 28,445 991,950 986,929 0.51 2 Malaysia 233,456 131,200 105,881 133,198 33,215 474 15,804 20,218 6,066 5,233 551 3,097 10,872 4 11,346 15,468 86,313 10,914 53,568 876,878 817,129 7.31 3 Jepang 160,700 155,228 1,320 17,367 5,674 1,168 26 119 224 140 203 344 98 9 240 771 706 21,209 55 365,601 348,775 4.82 4 Korea Selatan 80,114 101,625 1,042 44,335 2,719 262 142 21 86 41 417 155 126 11 373 238 411 21,996 73 254,187 247,282 2.79 5 Taiwan 49,705 84,870 1,914 3,157 6,536 57 204 22 11 40 10 31 162 ­ 165 93 102 4,688 164 151,931 174,406 ­12.89 6 China 169,655 273,647 5,008 21,626 10,585 608 842 378 102 114 152 1,345 470 21 2,633 586 461 33,510 320 522,063 414,089 26.08 7 India 52,015 37,540 1,608 26,832 2,626 87 59 55 172 57 164 723 408 83 1,693 609 703 16,964 1,052 143,450 131,813 8.83 8 Philipina 31,058 14,260 875 31,515 1,477 300 283 52 21 92 81 322 151 59 1,675 360 396 10,344 553 93,874 84,632 10.92 9 hongkong 24,569 21,716 1,214 1,821 3,395 488 124 40 35 34 123 55 88 ­ 235 97 128 8,056 104 62,322 57,618 8.16 10 Thailand 31,252 30,769 2,318 3,220 3,154 202 26 73 195 51 24 193 116 8 178 788 578 1,123 401 74,669 65,823 13.44 11 Australia 69,912 649,171 3,592 8,546 2,077 858 286 1,139 177 162 489 1,136 204 16 579 762 795 11,466 137 751,504 739,044 1.69 12 Amerika 66,637 75,738 2,585 9,482 4,716 1,341 113 211 267 208 452 613 435 6 444 1,036 863 7,111 139 172,397 158,077 9.06 13 Inggris 43,739 91,248 2,474 12,169 1,969 774 91 189 281 210 1,475 493 154 8 676 1,043 532 12,765 143 170,433 163,391 4.31 14 Belanda 51,753 57,795 6,306 3,116 2,227 1,011 133 139 367 218 616 118 54 6 220 825 487 1,789 40 127,220 135,836 ­6.34 15 Jerman 32,936 77,761 3,174 3,589 2,437 1,541 74 145 491 292 935 288 123 5 295 1,030 337 5,749 66 131,268 121,724 7.84 16 Perancis 33,085 98,897 1,815 2,834 1,946 648 22 372 4,820 425 925 605 61 1 509 1,784 361 7,899 101 157,110 149,103 5.37 17 Rusia 7,990 62,352 253 383 194 201 7 34 11 15 242 63 25 6 45 173 32 1,844 14 73,884 67,118 10.08 18 Saudi Arabia 73,465 2,644 96 225 213 1 ­ 7 8 3 40 4 4 ­ 6 3 147 73 74 77,013 73,079 5.38 19 Mesir 2,119 1,431 26 116 44 ­ 4 3 17 2 1 7 3 ­ 3 5 13 17 1 3,812 2,848 33.85 20 Uni Emirat Arab 4,148 302 8 42 27 1 ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ 11 20 ­ 4,559 4,088 11.52 21 Bahrain 463 239 14 31 2 ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ 13 4 ­ 766 684 11.99 22 Lainnya 334,549 345,104 11,945 107,952 61,740 4,427 1,637 1,613 5,997 3,044 3,849 1,968 1,433 53,539 6,536 14,794 2,380 26,057 1,955 990,519 974,843 1.61 Jumlah 2012 1,691,403 2,399,885 163,034 980,359 160,826 16,136 20,035 24,968 20,102 11,036 12,760 14,166 16,881 53,786 85,028 45,390 113,690 280,520 87,405 6,197,410 5,918,331 4.72 Jumlah 2011 1,599,020 2,320,029 150,447 931,019 150,282 17,042 19,605 23,591 19,619 11,167 14,867 13,005 17,604 52,874 84,023 39,412 91,750 277,718 85,257 (%) 5.78 3.44 8.37 5.30 7.02 -5.32 2.19 5.84 2.46 -1.17 -14.17 8.93 -4.11 1.72 1.20 15.17 23.91 1.01 2.52 Jumlah kunjungan wisman melalui pintu masuk lainnya 386,219 351,913 9.75 Total kunjungan Wisman melalui seluruh pintu masuk 6,583,629 6,270,244 5.00

P i n t u M a s u k U t a m a

Makas­sar

Mata­ram

Seping­gan

Sultan Syarif Kasim II

Tanjung Priok

Tanjung Pinang

Adi Sucipto

Husein Sas­tranegara

Tanjung Uban

Balai Karimun

J u m l a h

2012 2011

Pertum-buhan

(%)

Sumber : BPS

Page 36: Newsletter Pariwisata No.36

36 Vol. 3 l No. 36 l Desember 2012

Festival BudayaLembah Baliem