new public management

10
1. Pembahasan 1.1 Pengertian New Public Management (NPM) Konsep New Public Management atau NPM adalah paradigma baru dalam manajemen sektor publik. Ia biasanya dilawankan dengan Old Publik Managemen (OPM). Konsep NPM muncul tahun 1980-an dan digunakan untuk melukiskan reformasi sektor publik di Inggris dan Selandia Baru. NPM menekankan pada control atas output kebijakan pemerintah, desentralisasi otoritas manajemen, pengenalan pada pasar dan kuasi- mekanisme pasar, serta layanan yang berorientasi customer (warganegara).1 Di Inggris, meningkatnya tekanan atas pemerintah seputar masalah ekonomi seperti pengangguran dan inflasi memaksa PM Margaret Thatcher meresponnya dengan mereformasi sektor pemerintahan. NPM menjadi popular di awal 1990-an tatkala diadopsi oleh administrasi Clinton di Amerika Serikat. NPM diyakini punya peran efektif bagi reformasi sektor publik. Ini terlihat dari peningkatan jumlah Negara yang mengintroduksikan prinsip-prinsip NPM di dalam pemerintahan mereka. IMF dan World Bank adalah beberapa badan keuangan dunia yang sekaligus merupakan pembela paradigma NPM ini. Tidak hanya itu, NPM juga popular di Negara-negara seperti India, Jamaika, dan Thailand.

Upload: dhika-widya-nugraha

Post on 07-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pengertian dan sejarah new public management serta perkembangan dan penerapannya di Indonesia.

TRANSCRIPT

1. Pembahasan

1.1 Pengertian New Public Management (NPM)

Konsep New Public Management atau NPM adalah paradigma baru dalam

manajemen sektor publik. Ia biasanya dilawankan dengan Old Publik Managemen

(OPM). Konsep NPM muncul tahun 1980-an dan digunakan untuk melukiskan

reformasi sektor publik di Inggris dan Selandia Baru. NPM menekankan pada control

atas output kebijakan pemerintah, desentralisasi otoritas manajemen, pengenalan pada

pasar dan kuasi-mekanisme pasar, serta layanan yang berorientasi customer

(warganegara).1

Di Inggris, meningkatnya tekanan atas pemerintah seputar masalah ekonomi

seperti pengangguran dan inflasi memaksa PM Margaret Thatcher meresponnya

dengan mereformasi sektor pemerintahan. NPM menjadi popular di awal 1990-an

tatkala diadopsi oleh administrasi Clinton di Amerika Serikat.

NPM diyakini punya peran efektif bagi reformasi sektor publik. Ini terlihat dari

peningkatan jumlah Negara yang mengintroduksikan prinsip-prinsip NPM di dalam

pemerintahan mereka. IMF dan World Bank adalah beberapa badan keuangan dunia

yang sekaligus merupakan pembela paradigma NPM ini. Tidak hanya itu, NPM juga

popular di Negara-negara seperti India, Jamaika, dan Thailand.

1.2 Sejarah NPM

Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu

rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas, serta berbagai kritikan lainnya.

Munculnya kritik keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor publik

tersebut kemudian menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi manajemen

sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah dengan munculnya

konsep New Public Management (NPM).

Konsep new public management pada awalnya dikenalkan oleh Christopher Hood

tahun 1991. Apabila dilihat dari perspektif historis, pendekatan manajemen modern di

sektor publik pada awalnya mucul di Eropa tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi

terhadap tidak memadainya model administrasi publik tradisional. Penekanan NPM

pada waktu itu adalah pelaksanaan desentralisasi, devolusi, dan modernisasi

pemberian pelayanan publik (Mwita dalam Mahmudi: 2010).

Seiring perkembangannya, pendekatan manajerial modern tersebut memiliki

banyak sebutan, misalnya: managerialsm, new pubic management, market-based

public management, post-bureaucratic paradigm, dan entrepreneurial government.

Istilah yang kemudian banyak dipakai dan dikenal adalah new public management.

Sebelum menerapkan konsep NPM, pemerintah menggunakan model administrasi

publik yang lebih menekankan pada birokrasi. New Public Management (NPM)

merupakan teori baru manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen

sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor

publik. Hughes, dkk. dalam Mahmudi: 2010 mengatakan bahwa “Untuk memperbaiki

kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang

diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti pengadopsian

mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik”.

1.3 Prinsip-Prinsip NPM

NPM adalah konsep “payung”, yang menaungi serangkaian makna seperti desain

organisasi dan manajemen, penerapan kelembagaan ekonomi atas manajemen publik,

serta pola-pola pilihan kebijakan. Telah muncul sejumlah debat seputar makna asli

dari NPM ini. Namun, di antara sejumlah perdebatan itu muncul beberapa kesamaan

yang dapat disebut sebagai prinsip dari NPM, yang meliputi:

1. Penekanan pada manajemen keahlian manajemen professional dalam

mengendalikan organisasi;

2. Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi, termasuk

klarifikasi tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilannya;

3. Peralihan dari pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur-

prosedur birokrasi, yang kesemuanya diukur lewat indikator-indikator

performa kuantitatif;

4. Peralihan dari system manajemen tersentral menjadi desentralistik dari unit-

unit sektor publik;

5. Pengenalan pada kompetisi yang lebih besar dalam sektor publik, seperti

penghematan dana dan pencapaian standar tinggi lewat kontrak dan sejenisnya;

6. Penekanan pada praktek-praktek manajemen bergaya perusahaan swasta

seperti kontrak kerja singkat, pembangunan rencana korporasi, dan pernyataan

misi; dan

7. Penekanan pada pemangkasan, efisiensi, dan melakukan lebih banyak dengan

sumber daya yang sedikit.

Penekanan pertama, yaitu keahlian manajemen professional, mensugestikan top-

manager (presiden, menteri, dirjen) harus mengendalikan organisasi-organisasi publik

secara aktif dengan cara yang lebih bebas dan fleksibel. Top-top manager ini tidak lagi

berlindung atas nama jabatan, tetapi lebih melihat organisasi yang dipimpinnya

sebagai harus bergerak secara leluasa bergantung pada perkembangan sektor publik itu

sendiri. Sebab itu, para top manager harus punya skill manajerial professional dan

diberi keleluasaan dalan memanage organisasinya sendiri, termasuk merekrut dan

member kompensasi pada para bawahannya.

Lalu, penekanan pada aspek orientasi output menghendaki para staf bekerja sesuai

target yang ditetapkan. Ini berbalik dengan OPM yang berorientasi pada proses yang

bercorak rule-governed. Alokasi sumber daya dan reward atas karyawan diukur lewat

performa kerja mereka. Juga, terjadi evaluasi atas program serta kebijakan dalam NPM

ini.

Sebelum berlakunya NPM, output kebijakan memang telah menjadi titik perhatian

dari pemerintah. Namun, perhatian atas output ini tidaklah sebesar perhatian atas

unsure input dan proses. Ini akibat sulitnya pengukuran keberhasilan suatu output yang

juga ditandai lemahnya control demokratis atas output ini. NPM justru

menitikberatkan aspek output dan sebab itu menghendaki pernyataan yang jernih akan

tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilan.

1.4 Perkembangan dan Penerapan New Public Management di Indonesia

Berberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tapat diterapkan untuk negara-

negara berkembang, karena dalam implementasinya mereka mengalami kesulitan,

akibat adanya kecenderungan birokrasi yang masih sulit dihilangkan. Pengadopsian

model NPM yang dilakukan oleh negara berkembang ini belum diketahui

efektifitasnya khusunya di Indonesia.

Sebagai negara yang ingin menjadi negara yang maju, Indonesia berusaha

menerapkan NPM meski ada sikap pesimis dari berbagai pihak mengenai kesanggupan

penerapannya. Salah satu yang menonjol adalah Reformasi birokrasi Departemen

Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam reformasinya, kedua instansi ini

berfokus pada pilar-pilar yang menajpi pokok perubahan birokrasi.

Dalam reformasi birokrasinya, sebagai penerapan dari NPM, baik Departemen

Keuangan maupun Badan Pemeriksaan menggunakan konsep Balanced Score Card,

yaitu dengan membentuk strategy map dan key performence indicators (KPI) sebagai

standar dan alat pengukuran kinerja. Bisa dikatakan bahwa dalam konsepnya kedua

instansi ini sukses, hanya saja dalam pelaksanaanya dirasa masih setengah hati,

terllihat dari belum sinkronnya antara program dengan strategi yang dibentuk, juga

antara program dengan KPI, terlebih pada anggarannya ada format DIPA. Hal ini

saling berkaitan, karena money follow functions. Ketika strategi, program beserta

KPInya terbentuk secara rapi, maka tentunya anggaran akan mengikuti mekanisme

tersebut.

Selain itu, beberapa hal yang menandakan karakteristik NPM menurut

Crishtopher Hood yang telah diterapkan di Depkeu dan BPK adalah:

1. Manajemen profsional disektor publik; secara bertahap, mereka sudah mulai

menerapkan, yaitu mengelola organisasi secara profesional, memberikan batasan,

tugas pokok dan fungsi serta deskripsi kerja yanag jelas, memberikan kejelasan,

wewenang dan tanggung jawab.

2. Penekanan terhadap pengendalian output dan outcome; sudah dilakukan dengan

penggunaan performance budgeting yang dirancang oleh Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. Perubahan atas sistem anggaran yang digunakan ini merupakan

yang tepenting yang terkait dengan penekanan atas pengndalian output dan

outcome.

3. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik; hal ini sudah sejak lama dilakukan

oleh Depkeu juga BPK, yaitu adanya unit-unit kerja tingkat eselon 1.

4. Menciptakan persaingan disektor publik; hal ini juga sudah dilakukan, yaitu

adanya mekanisme kontrak dan tender kompetitif dalam rangka penghematan

biaya dan peningkatan kualitas serta privatisasi.

5. Mengadopsi gaya manajemen dari sektor bisnis ke sektor publik; hampir diseluruh

eselon 1 di Depkeu sudah menerapkannya, dengan adanya modernisasi kantor

baik di Ditjen Pajak, Ditjen Perbendaharaan, maupun Ditjen Bea Cukai, juga

terkait dengan pemberian remunerasi sesuai job grade karyawan. Demikian juaga

di BPK, selain modernisasi kantor dan remunerasi, hubungan antara atasan dan

bawahan semakin dinamis, gap senioritas dan hanya muncul dalam hal-hal

profesionalisme yang dibutuhkan.

6. Disiplin dan penghematan penggunaan sumber daya; dalam hal disiplin biaya,

implementasi pada kedua instansi ini masih diragukan karena masih ada aset-aset

yang dibelu melebihi spesifikasi kebutuhan. Sedangkan dalam hal disiplin

pegawai adanyamodal presensi menggunakan finger print sudah sangat efektif

dilakukan.

Penerapan New Public Management di Indonesia dapat dilihat dari penerapan

beberapa karakteristik-karakteristiknya didalam praktek-praktek yang tengah

dijalankan oleh instansi-instansi pemerintahan di Indonesia.

Terlepas dari kedua instansi pemerintahan tersebut, dalam ranah yang lebih luas,

NPM ini telah dicoba diterapkan juga pada Pemerintahan Daerah, yaitu sejalan dengan

penerapan otonomi daerah di Indonesia muali tahun 2004. Bisa dikatakan, bahwa

penerapan NPM ini memberikan dampak positif dalam beberapa hal., misalnya

peningkatan efisiensi dan produktifitas kinerja pemerintah daerah, yang pada akhirnya

mampu meningkatakan kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dipahami melalui

salah astu karakteristik NPM menurut Christopher Hood, yaitu menciptakan

persaingan disektor publik. Sehingga apa yang dikatakan oleh pemerintah daerah

adalah berusaha bersaing untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

masyarakat, dan pada gilirannya, publiklah yang diuntungkan dalam upaya ini.

2. Penutup

2.1 Kesimpulan

Public Management dapat diartikan sebagai bagian yang sangat penting dari

administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas), karena

administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen

pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek polotik, sosial, kultural, dan hukum

yang berpengaruh pada lembaga-lembaga publik. Dan Public Managementberkaitan

dengan fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik

(pemerintahan) maupun sektor diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari

untung (nonprofit sector).

New Public Management secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan

dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang

diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan

efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.

Bagi warga Negara yang paling penting adalah terciptanya hukum yang adil dan

ketertiban sosial, yang hal lain itu hanya bisa dilakukan oleh pemerintahan yang sah

kuat. Istilah “Governance” merefleksikan proses penyelenggaraan pemerintah yang

baik. Konsep “Governance” tidaklah dimaksudkan untuk menggantikan konsep “New

Public Management”,akan tetapi lebih menekankan kesadaran kita bahwa

pemerintahan yang baik itu adalah pemerintahan yang memenuhi 4 persyaratan utama

yaitu:

1. Yang kuat legitiminasinya

2. Akuntabel

3. kompeten

4. Respek terhadap hukum dan hak-hak azasi manusia

Oleh karena itu “New Public Management” itu merupakan bagian dari strategi

yang lebih luas tentang “Good Governance”.