pengertian old public administrartin new public service

48
Tugas Individu Mata Kuliah : Kebijakan dan Manajemen Kesehatan OLD PUBLIC ADMINISTRATION, NEW PUBLIC SERVICES, TEORI MANAJEMEN, DAN ORGANISASI MATRIKS AHMAD FAARIS HUMAAN (P1801213406) KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA 1

Upload: rendra-ismayanto

Post on 25-Oct-2015

3.164 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Tugas Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

TRANSCRIPT

Tugas Individu

Mata Kuliah : Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

OLD PUBLIC ADMINISTRATION, NEW PUBLIC SERVICES, TEORI MANAJEMEN, DAN ORGANISASI MATRIKS

AHMAD FAARIS HUMAAN (P1801213406)

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGANPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2013

1

1. OLD PUBLIC ADMINISTRATION & NEW PUBLIC SERVICES

A. Old Public Administrartion

Old Public Administration (OPA) pertama kali dikemukan oleh seorang

Presiden AS dan juga merupakan Guru Besar Ilmu politik, Woodrow Wilson.

Beliau menyatakan bidang administrasi itu sama dengan bidang bisnis. Maka dari

itu munculah konsep ini, konsep Old Public Administration ini memiliki tujuan

melaksanakan kebijakan dan memberikan pelayanan, dimana dalam

pelaksanaannya ini dilakukan dengan netral, profesional, dan lurus mengarah

kepada tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua kunci dalam memahami OPA ini,

pertama, adanya perbedaan yang jelas antara politik (policy) dengan administrasi.

Kedua, perhatian untuk membuat struktur dan startegi pengelolaannya hak

organisasi publik diberikan kepada manajernya (pemimpin), agar tugas-tugas

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

John M. Pffifner dan Robert V. Presthus memberikan definisi tentang

administrasi public :

1) Public Administration involves the implementation of public policy which

has been determine by representatative political bodies.

2) Public Administration may be defined as the coordination individual and

group efforts to carry out public policy. It is, mainly accupied with the

daily work of governments.

2

3) In sum, public administration is a process concerned with carrying out

public policies, encompassing innumerable skills and techniques large

numbers of people.

Jika terjemahkan maka definisi dari Pfiffner dan Presthus adalah :

1) Administrasi Publik meliputi implementasi kebijakan pemerintah yang

telah ditetapkan oleh badan perwakilan politik.

2) Administrasi Publik dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-usaha

perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal

ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah.

3) Secara global, administrasi public adalah sebuah proses yang

bersangkutan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan

kecakapan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan

arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.

Berbagai pandangan, teori dan paradigma tersebut akan mengenalkan ciri-ciri

yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi administrasi negara. Ciri-ciri

administrasi negara ini dikemukakan Thoha (2008:36-38), sebagai berikut :

1) Administrasi negara adalah suatu kegiatan yang tidak bisa dihindari

(unavoidable).

Setiap orang selama hidupnya selalu berhubungan dengan administrasi

negara. Mulai dari lahir sampai meninggal dunia, orang tidak bisa melepaskan

diri dari sentuhan kegiatan administrasi negara, baik warga negara ataupun

orang asing.

3

2) Administrasi negara memerlukan adanya kepatuhan.

Administrasi negara mempunyai monopoli untuk mempergunakan

wewenang dan kekuasaan yang ada padanya untuk memaksa setiap warga

negara mematuhi peraturan-peraturan dan segala perundangan yang telah

ditetapkan.

3) Administrasi negara mempunyai prioritas.

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh administrasi negara. Dari

sekian banyaknya tersebut tidak lalu semuanya diborong olehnya. Prioritas

diperlukan untuk mengatur pelayanan terhadap masyarakat.

4) Administrasi negara mempunyai ukuran yang tidak terbatas.

Besar lingkup kegiatan administrasi negara meliputi seluruh wilayah

negara, di darat, di laut dan di udara.

5) Pimpinan atas (top management) bersifat politis.

Administrasi negara dipimpin oleh pejabat-pejabat politik. Hal ini

berarti pimpinan tertinggi dari administrasi negara dijabat oleh pejabat yang

dipilih atau diangkat berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

6) Pelaksanaan administrasi negara adalah sangat sulit diukur.

Kegiatan administrasi negara sebagiannya bersifat politis dan tujuan di

antaranya untuk mencapai perdamaian, keamanan, kesehatan, pendidikan,

keadilan, kemakmuran, pertahanan, kemerdekaan, dan persamaan, maka hal

tersebut tidak mudah untuk diukur.

7) Banyak yang diharapkan dari administrasi negara.

4

Dalam hubungan ini akan terdapat dua standar penilaian. Satu pihak

masyarakat menghendaki administrasi negara berbuat banyak untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Di pihak lain administrasi negara mempunyai

kemampuan, keahlian, dana, dan sumber-sumber lain yang terbatas.

Uraian ciri-ciri administrasi negara tersebut lebih menunjukkan betapa besar

kekuasaan negara dan bersifat monopoli, padahal di lain pihak akuntabilitas

terhadap pelaksanaan tugasnya sulit diukur, maka terhadap hal tersebut banyak

sekali pandangan dan pendapat dari para intelektual muda yang menginginkan

perubahan orientasi public administration (administrasi negara), dari lebih

memerankan negara menjadi lebih memerankan rakyat.

Agar pemerintahan itu mempunyai struktur mengikuti model bisnis yakni

mempunyai eksekutif otoritas, pengendalian (controlling), yang amat penting

mempunyai struktur organisasi hierarki, dan upaya untuk melaksanakan kegiatan

mewujudkan tujuan itu dilakukan secara efisien. Konsep seperti ini yang dikenal

sebagai “the Old of Public Administration”. Tugasnya adalah melaksanakan

kebijakan dan memberikan pelayanan. Tugas semacam ini dilaksanakan dengan

netral, profesional dan lurus mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.

Pendapat Wilson tersebut menekankan agar konsep ilmu administrasi negara

yang berjalan selama ini perlu mengadopsi struktur model bisnis, yang berintikan

efisiensi, dan konsep tersebut dikenal dengan istilah The Old Of Public

Administration yang ditranliterasi menjadi bahasa Indonesia yang artinya

5

“administrasi negara” atau “administrasi public”. Berikut adalah beberapa inti

dari konsep administrasi Negara :

1) Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan yang diberikan

langsung oleh dan melalui instansi-instansi pemerintah yang berwenang.

2) Public policy dan administration berkaitan dengan merancang dan

melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan politik.

3) Administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari proses

pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintah ketimbang upaya untuk

melaksanakan (implementation) kebijakan publik.

4) Upaya memberikan pelayanan harus dilakukan oleh para administrator yang

bertanggung jawab kepada pejabat politik dan yang diberikan diskresi terbatas

untuk melaksanakan tugasnya.

5) Para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik yang dipilih

secara demokratis.

6) Program-program kegiatan diadministrasikan secara baik melalui garis

hierarki organisasi dan dikontrol oleh para pejabat dari hierarki atas

organisasi.

7) Nilai-nilai utama (the primary values) dari administrasi publik adalah efisiensi

dan rasionalitas.

8) Administrasi publik dijalankan sangat efisien dan sangat tertutup, karena itu

warga negara keterlibatannya amat terbatas.

6

9) Peran dari administrasi publik dirumuskan secara luas seperti planning,

organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa administrasi publik generasi lama lebih

menekankan kepada kepentingan politik dan memberi porsi yang kecil kepada

peran masyarakat, dengan keterlibatan masyarakat yang sangat terbatas, sehingga

sangat dirasakan ruang gerak partisipasi masyarakat sangat sempit, yang pada

gilirannya pelayanan kepada masyarakat sangat tidak memuaskan.

Administrasi publik sangat perhatian terhadap terwujudnya tata

kepemerintahan yang baik dan amanah. Tata kepemerintahan yang baik (good

governance) itu diwujudkan dengan lahirnya tatanan kepemerintahan yang

demokratis dan diselenggarakan secara baik, bersih, transparan dan berwibawa.

Tata kepemerintahan yang demokratis menekankan bahwa lokus dan fokus

kekuasaan itu tidak hanya berada di pemerintahan saja, melainkan justru harus

beralih dan terpusat pada tangan rakyat. Penyelenggaraan tata kepemerintahan

yang baik terletak seberapa jauh konstelasi antara tiga komponen, yaitu rakyat,

pemerintah dan pengusaha berjalan secara kohesif, selaras, kongruen dan

sebanding. Berubahnya sistem keseimbangan antara tiga komponen tersebut bisa

melahirkan berbagai macam penyimpangan termasuk korupsi, kolusi dan

nepotisme berikut tidak ditegakkannya hukum secara konsekuen.

B. New Public Services

Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor

publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku,

7

birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel

dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan

kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah

terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma

baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan

New Public Management.

Konsep NPM pada dasarnya berorientasi pada pemangkasan/penghematan

biaya, mengutamakan mekanisme pasar, manajemen kinerja dan juga peningkatan

kualitas pelayanan. Dimana doktrin-doktrin yang cukup kuat mempengaruhi

konsep NPM adalah efisiensi, efektifitas, responsivitas, demand driven,

penghematan anggaran, pengukuran kinerja dalam rangka akuntabilitas,

keterbukaan, desentralisasi, pemberian insentif yang adil, peningkatan kualitas

pelayanan, berorientasi hasil, privatisasi, downsizing dan juga korporasi.

Dari beberapa doktrin diatas, ada  yang unsur yang cukup penting dalam

mengukur kinerja instansi pemerintah :

1) Efisiensi, adalah perbandingan antara sumber daya yang digunakan dan

ouput, artinya berapa ouput yang dihasilkan dalam proses dibandingkan

dengan input yang masuk. Singkatnya makin  besar output yang dihasilkan

dan semakin kecil input yang diperlukan maka semakin efisien.

2) Efektivitas, adalah sejauh mana output yang dihasilkan dapat memenuhi

sasaran dan tujuan manajemen, dimana ukuran efektivitas hampir selalu

digunakan untuk menggambarkan kesesuaian rencana dengan realisasi.

8

3) Responsivitas/relevansi, menggambarkan apakah suatu program yang

diusulkan itu relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan

dimasyarakat.

4) Ekonomi, yaitu perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan kualitas

sumber daya yang diperoleh sebagai input manajamen. Singkatnya, makin

ekonomis jika biaya yang dikeluarkan kecil sedangkan kualitas sumber

daya yang diperoleh makin baik.

Berikut adalah beberapa tujuan dari New Public Services :

1) Efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi sektor publik

2) Kualitas dan kuantitas out put sektor publik

3) Pemerintahan yang berdaya hasil

Selain dari tujuan yang disebutkan di atas, new public services memiliki beberapa

prinsip, diantaranya adalah :

1) Berfokus pada manjemen profesional daripada kebijakan

2) Standar pengukuran yg jelas—-tujuan dan target harus jelas

3) Orientasi pada hasil (out put) bukan prosedur

4) Spirit kompetisi

5) Restrukturisasi dan reorganisasi

6) Budaya dan orientasi manajemen pada pelanggan

7) Memperlakukan masyarakat sebagai consumer dan customer

8) Berorientasi pada pasar

9) Kontrak dan privatisasi

9

Dalam konsep NPM dikenal adanya istilah kapasitas manajemen, yaitu

kemampuan yang melekat pada pemerintah untuk mengorganisasikan,

mengembangkan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia, sumber

daya fisik dan capital information untuk mendukung keleluasaan arah kebijakan.

Dimana kapasitas manajemen yang dimaksud adalah manajemen keuangan,

manajemen sumber daya manusia, manajemen modal dan manajemen teknologi

informasi.

Kapasitas manajemen merupakan konsep yang menggambarkan kapasitas dari

2 (dua) unsur yaitu kapasitas manajer dan kapasitas sistem manajemen. Yang mana

pada konsep NPM, kemampuan manajer merupakan kunci utama dalam kesuksesan

penerapan konsep ini. Kemampuan manajer seperti apa yang diharapkan? Manajer-

manajer yang kuat, visioner, kreatif, inovatif dan berjiwa enterpreneur inilah yang

dibutuhkan. Dalam pelaksanaannya, para manajer-manajer ini harus diberi

keleluasaan dalam mengelola unit atau organisasinya.

New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang

berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New

Public Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di

antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost

cutting), dan kompetisi tender.

Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model

pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam

10

pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government”. Perspektif

baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:

1) Pemerintahan katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi

pelayanan publik. Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan publik,

tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses produksinya

(producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah harus dijadikan

sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah hanya memproduksi

pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.

2) Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada

melayani. Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat

sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya

sendiri (self-help community).

3) Pemerintah yang kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam

pemberian pelayanan publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk

menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan

kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya

tanpa harus memperbesar biaya.

4) Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang

digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.

5) Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada

pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja

11

ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin kompleks

masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana yang dialokasikan.

6) Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan,

bukan birokrasi.

7) Pemerintahan wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar

membelanjakan.

8) Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah

tradisonal yang birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik

untuk memecahkan masalah publik.

9) Pemerintah desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.

10) Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan

dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme

administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara alokasi

sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif. Dari

keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasi

sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif

yaitu menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan

definisi baku dan kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya

(sesuai dengan prosedur tersebut). Pemerintah wirausaha menggunakan

mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi

mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak

melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.

12

M.Minougue (2000) paling tidak menyebut adanya 5 karakteristik utama Public

Management, yaitu:

1) A separation of strategic policy from operational management. Public

management lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional

pemerintahaan dari pada peran perumusan kebijakan.

2) A concern with results rather than process and procedure. Public

management lebih berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya

berkutat dengan proses dan prosedur.

3) An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic

organizations. Public management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan pelanggan dari pada kebutuhan birikrasi.

4) A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling

role. Public management menghindarkan diri dari berperan memberikan

pelayanan langsung kepada masyarakat sesuai dengan peran nutamanya

memberikan arahan saja atau pemberdayaan kepada masyarakat.

5) A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial

management culture. Public management mengubah diri dari budaya

birokrasi.

13

Menurut C.Hood (1991) terdapat 7 karakteristik New Public Management,

yaitu:

1) Hands-on professional management. Pelaksanaan tugas manajemen

pemerintahaan diserahkan kepada manajer professional.

2) Explicit standards and measures of performance. Adanya standar dan ukuran

kinerja yang jelas.

3) Greater emphasis on out put controls. Lebih ditekankan pada control

hasil/keluaran.

4) A shift to desegregations of units in the public sector. Pembagian tugas ke

dalam unit-unit yang dibawah.

5) A shift to greater competition in the public sector. Ditumbuhkannya

persaingan ditubuh sektor publik.

6) A stress on private sectore styles of management practice. Lebih menekankan

diterapkannya gaya manajemen sektor privat.

7) A stress on greater discipline and parsimony in resource use. Lebih

menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam

menggunakan berbagai sumber. Sektor publik seyogjanya bekerja lebih keras

dengan sumber-sumber yang terbatas (to do more with less).

Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik. Public management diarahkan

kegiatannya pada:

1) Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.

2) Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.

14

3) Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan

mengkontrakkan pelayanan public kepada pihak swasta dan intervensi oleh

pemerintah.

4) Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.

2. TEORI MAX WEBER, HENRY FAYOLD, F.W. TAYLOR

A. Max Weber

Salah satu dasar pemikiran yang dominan dalam perjalanan evolusi

konsep desain organisasi adalah prinsip Max Weber tentang organisasi ideal.

Konsep Max Weber tersebut kemudian dikenal dengan istilah birokrasi.

Birokrasi itu sendiri berasal dari gabungan kata biro (bureau) yang artinya

kantor, tempat kerja, office desk dan krasi (kratia/kratos) yang artinya kekuatan

atau peraturan.

Sebagai teori manajemen klasik, konsep Max Weber mengenai prinsip

organisasi ideal dan birokrasi memberikan pondasi bagi munculnya pemikiran-

pemikiran baru perihal desain organisasi. Sayangnya, birokrasi kini identik

dengan ketidakefisienan, kaku, dan sikap malas sehingga istilah birokrasi selalu

dikonotasikan negatif. Padahal, birokrasi bukan masalah baik atau buruk. Bukan

pula positif-negatif. Ia hanyalah sebuah desain organisasi yang melalui perlakuan

tertentu bisa berjalan efisien. 

15

Dalam perspektif Max Weber, terdapat 7 prinsip dasar yang perlu

diterapkan dalam membangun organisasi agar dapat mencapai tujuannya.

Ketujuh prinsip tersebut adalah :

1) Pembagian Kerja.

Pekerjaan dipecah-pecah sehingga jelas pembagian masing-masing

anggota. 

2) Hirarki kewenangan yang jelas.

Struktur organisasi disusun bertingkat dan memastikan jabatan yang

lebih rendah berada di bawah supervisi dan kontrol dari yang lebih tinggi.

Garis komando dan garis koordinasi diciptakan untuk meperjelas alur

pelaporan diantara anggota organisasi.

3) Formalisasi yang tinggi

Untuk mengatur perilaku anggota organisasi, perlu disusun peraturan

dan prosedur formal sebagai sebuah sistem. Poin ini sangat relevan dengan

besaran organisasi. Semakin organisasi tumbuh besar, maka perlu ada

formalisasi agar semua hal berjalan standar.

4) Impersonal.

Tindakan dan keputusan yang berlaku di dalam organisasi tidak

melibatkan perasaan pribadi. Tidak diperbolehkan konflik kepentingan

berperan dalam pengambilan keputusan 

16

5) Keputusan personalia berdasarkan kemampuan.

Keputusan tentang promosi, seleksi, didasarkan atas kualifikasi,

keberhasilan atau prestasi. Organisasi harus menciptakan merit sistem berjalan

secara sesuai.

6) Adanya jenjang karir bagi anggota organisasi.

Prinsip ini mengasumsikan bahwa keanggotaan organisasi seseorang

adalah seterusnya (continuous basis). Dengan jenjang karir diharapkan

anggota dapat mengejar karir dan menjaga komitmen terhadap organisasi.

7) Pemisahan yang jelas kehidupan pribadi dan organisasi.

Dalam organisasi ideal, pengambilan keputusan dilakukan

semaksimal mugkin berjalan rasional. Artinya, anggota organisasi harus dapat

memisahkan kehidupan organisasi dan kehidupan organisasi. 

Salah satu kritik terhadap birokrasi adalah munculnya penyakit Biropatologi.

Biropatologi dapat diartikan sebagai perilaku pengambil keputusan yang terlalu

taat kepada peraturan formal sehingga mengakibatkan birokrasi berjalan lamban,

kaku, dan tidak efisien. Prinsip “formalisasi” memberikan perlindungan untuk

bersembunyi dibalik peraturan. Ini mungkin PR besar bagi pelaku organisasi

bagaimana mendesain organisasi yang ramping, dengan mengecilkan potensi

terjadinya efek samping dari birokrasi.

B. Henry Fayold

Pada saat Taylor menuliskan hasil penelitiannya mengenai manajemen

pabrik di Amerika Serikat, Henry Fayol, orang Perancis, mengkonsolidasikan

17

prinsip-prinsip organisasinya.  Meskipun mereka menulis pada waktu yang

bersamaan, fokus dari Taylor dan Fayol cukup berbeda. Henry Fayol menerbitkan

bukunya yang terkenal yakni Administrasi Industri dan Umum (General and

Industrial Administration) pada tahun 1919 dan secara cepat pula bisa

mempengaruhi pemikiran manajemen di Eropa. Ide-ide Taylor didasarkan atas

penelitian ilmiah, sedangka Fayol menulis atas dasar pengalamannya bertahun-

tahun sebagai seorang praktisi eksekutif. Fayol mencoba mengembangkan

prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua manajer dari semua

tingkatan organisasi, dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh

seorang manajer. Sedangkan Taylor memusatkan perhatian pada tingkat yang

paling rendah dari organisasi manajemen, yaitu pada tingkat paling rendah dari

sebuah pabrik (shop level management). Fayol mengusulkan empat belas prinsip

organisasi yang meskipun kurang keuniversalannya, diikuti secara luas oleh para

manajer dewasa ini, diantaranya :

1) Pembagian kerja, prinsip ini sama dengan pembagian kerja  Adam Smith.

Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih

efisien.

2) Wewenang. Manajer harus dapat memberi perintah. Wewenang memberikan

hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring dengan tanggung jawab.

Jika wewenang digunakan, timbullah tanggung jawab. Agar efektif,

wewenang seorang manajer harus sama dengan tangung jawabnya.

18

3) Disiplin. Para pegawai harus mentaati dan menghormati peraturan yang

mangatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan

yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para

pekerja tentang peraturan organisasi serta penerapan hukuman yang adil bagi

yang menyimpang dari peraturan tersebut.

4) Kesatuan komando. Setiap pegawai seharusnya meneriman [erintah hanya

dari seorang atasan.

5) Kesatuan arah. Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujaun

sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan rencana.

6) Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan seorang pegawai atau

kelompok pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi secara

keseluruhan.

7) Remunerasi. Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang mereka

berikan.

8) Sentralisasi. Ini merujuk kepada sejauh mana para bawahan terlibat dalam

pengambilan keputusan. Apakah pengambilan keputusan ini disentralisasi

(pada manajemen) atau didesentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah

proporsi yang tepat. Kuncinya terletak pada bagaimana menenukan tingkat

sentralisasi yang optimal untuk setiap situasi.

9) Rantai skalar. Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat

yang paling rendah merupakan rantai skalar. Komunikasi harus mengikuti

rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut akan menciptakan

19

kelambatan, komunikasi saling dapat diizinkan jika disetujui oleh semua

pihak, sedangkan atasan harus terlebih dahulu diberitahu.

10) Tata tertib. Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu yang

tepat.

11) Keadilan. Para manajer harus selalu baik dan jujur terhadap para bawahan.

12) Stabilitas masa kerja para pegawai. Perputaran (turnover) pegawai yang tinggi

adalah tidak effisien. Manajemen harus menyediakan perencanaan personalia

yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan harus selalu

ada pengganti.

13) Inisiatif. Para pegawai yang diizinkan menciptakan keselarasan dan persatuan

di dalam organisasi.

14) Esprit de corps. Mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan

persatuan di dalam organisasi.

Pandangan-pandangan Fayol ini dianggap sebagai suatu pemikiran tentang

organisasi-administratif. Fayol berpendapat bahwa semua organisasi terdiri dari

unit atau subsistem yang terdiri dari:

1) Aspek-aspek teknik dan komersial dari kegiatan pembelian, produksi dan

penjualan,

2) Kegiatan-kegiatan keuangan yang berhubungan dengan masalah-masalah

permintaan dan pengendalian kapital,

3) Unit-unit keamanan dan perlindungan,

4) Fungsi perhitungan, dan

20

5) Fungsi administrasi dari perencanaan, organisasi, pengarahan, koordinasi, dan

pengendalian.

Orientasi sistem fungsional sangat berhasil dalam menciptakan batas-batas

dalam usaha-usaha riset tentang manajemen dan teori administrasi yang diusulkan

umumnya dikenal sebagai pendekatan fungsional. Orientasi fungsional dalam

perilaku organisasi dan manajemen mendominasi banyak pemikiran-pemikiran

modern tentang administrasi. Sehingga usaha-usaha Fayol ini dapat digolongkan

ke dalam usaha yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi

C. F.W Taylor

Teori manajemen ilmiah adalah bagian ketiga dari tiga bagian dasar dari teori

klasik organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Manajemen ilmiah berbagi dengan

teori administrasi dan teori birokrasi yang menekankan pada sisi logika, perintah

dan hirarki dalam organisasi. Seperti halnya dalam teori administrasi, di dalam

manajemen ilmiah terdapat bias perbedaan pada praktek manajemennya. Fokus

manajemen ilmiah lebih mikroskopis ketimbang fokus teori administrasi. Ketika

teori administrasi menjelaskan cara-cara organisasi yang harus dibangun,

manajemen ilmiah menjelaskan cara-cara spesifik dari tugas organisasi yang

harus dibangun guna meningkatkan efisiensi pencapaian hasilnya.

Pendukung yang paling berpengaruh dari teori manajemen ilmiah ini adalah

Frederick Winslow Taylor. Insinyur mekanik Amerika yang menyatakan bahwa

pengamatan ilmiah, analisis dan intervensi harus digunakan untuk meningkatkan

cara-cara di mana tugas harus diselesaikan dalam organisasi industri. ia menaruh

21

perhatian pada operasi yang tidak sistematis dari organisasi dalam dua dekade

pertama abad dua puluh.

Taylor merasa bahwa adanya ketidak efisiennya cara organisasi dalam

menyelesaikan bisnis mereka karena lemahnya rancangan kerja dalam organisasi

dan lemahnya lingkungan kerja anggota organisasi. Ia mengatakan bahwa dengan

memberikan usaha terbaik kepada para pekerja dalam menyelesaikan rancangan

yang baik, aktivitas yang terkait dengan pekerjaan, maka organisasi bisa

menghemat uang dan meningkatkan produktivitas, sedangkan pekerja bisa

menerima gaji yang lebih tinggi berdasarkan kinerja yang mereka perlihatkan

dengan lebih baik. Ia mengusulkan untuk membayar pekerja sesuai jumlah

pekerjaan yang dilakukan, ketimbang jumlah jam kerjanya. Karenanya, jika

pekerja lebih produktif dalam penyelesaian tugas mereka bisa mendapat banyak

uang.

Pengujian secara ilmiah bentuk pekerjaan organisasi yang spesifik menurut

Taylor harus dirancang mulai dari tugasnya sehingga mampu meningkatkan

efisiensi dan produktivitas. ketika langkah penyelesaian tugas telah ditentukan

dengan benar, maka studi waktu dan gerak dapat dipakai untuk mengetahui

tingkat optimalisasi penyelesaian tugasnya. Dengan menentukan tingkat

kinerjanya, Taylor mengatakan, bahwa insentif yang diterima bisa diberikan

kepada para pekerja yang menunjukkan peningkatan. Ia memberikan penilaian

penting bahwa “Waktu adalah uang.,” sehingga membangun semangat

manajemen ilmiah (Cummings, Long, dan Lewis, 1983:74). Taylor berusaha

22

mempengaruhi semua anggota organisasi untuk menerima keyakinan manajemen

ilmiah untuk mempromosikan implementasinya. Dalam arti, Taylor telah

mendukung “revolusi mental” menurut cara di mana aktivitas organisasi dapat

dirumuskan dan dipraktekkan dengan benar.

Taylor menulis tentang banyak kisah-kisah sukses hingga dokumen yang

berguna dari praktek manajemen ilmiah. Sebagai contoh, dalam Manajemen

Ilmiah (1974, yang pertama dipublikasikan pada tahun 1911), ia menjelaskan

tentang penggunaan tehnik manajemen ilmiah untuk menguji bagaimana ball

bearing diperiksa. Setelah metode kerja secara ilmiah dievaluasi dan tugas

dirancang menurut prosedur yang paling efisien, sebanyak 35 pekerja mampu

melaksanakan tugas yang telah diselesaikan oleh 120 pekerja, dengan

peningkatan kualitas kerja lebih dari dua pertiganya (Hick dan Gullett, 1975).

Demikian pula halnya dalam studi yang sekarang ini dilakukan di pabrik

mesin Bethlehem Steel Corporation, Taylor kembali memperlihatkan kegunaan

dari teknik manajemen ilmiah dalam meningkatkan produktivitas pekerja dan

meningkatkan efisiensinya. Melalui studi gerak dan waktu di bagian pengolahan

batu bara dan bijih besi di perusahaan baja, ia memperlihatkan bahwa bobot

shovel dengan material yang diangkut oleh pekerja bervariasi dari 16 hingga 38

pound (Rogers dan Agarwala-Roger, 1976). Sebelum efisiensi maksimum dalam

pengangkutan terjadi bobot angkutan bisa melebihi 20 pound. Berdasarkan

material spesifik yang telah diangkut pekerja, shovel berbeda memperlihatkan

daya angkut rata-rata 21 pound material. Para pekerja menerima perintah untuk

23

mengangkut shovel yang akan digunakan untuk mengangkut material, maupun

tehnik pengangkutan yang lebih efektif. Selain itu, pemberian insentif membuat

para pekerja mengangkat beban di atas rata-rata.

Hasil intervensi Taylor di Bethlehem Steel Corporation sangat luar biasa.

Jumlah material yang diangkut per hari naik dari 16 menjadi 59 ton. Bahkan

setelah studi gerak dan waktu Taylor, dan upah insentif pekerja yang diterima,

perusahaan mampu memangkas biaya penanganan menjadi separuhnya. Selain

itu, situasi tersebut mampu mengurangi jumlah pekerja yang diperlukan untuk

mengangkut material hingga lebih dari 65 persen sampai 75 persen (Koehler,

Anatol, dan Applbaum, 1981). Hasil tersebut memberikan bukti dramatis bahwa

tehnik manajemen ilmiah bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam

organisasi industri.

Taylor memperkenalkan beberapa prinsip dasar dan konsep manajemen yang

penting dalam Manajemen Ilmiah yang telah melalui banyak pengujian.

1) Ilmu harus menekankan pada rule of thumb dalam memandu rancangan

tugas dan aktivitas organisasi. Efektivitas operasi organisasi harus diukur

secara obyektif dan ilmiah.

2) Harmonisasi harus ditingkatkan dalam organisasi dengan menciptakan

kaidah, aturan dan peran formal anggota organisasi secara ilmiah dengan

basis dan penunjukkan yang jelas.

24

3) Perusahaan harus menekankan pada individualisme. Manajemen harus

bekerja sama dengan pekerja untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan

dengan sangat efisien, dan berbasis pada cara ilmiah.

4) Pencapaian hasil maksimum, termasuk output terbatas, harus menjadi

tujuan utama organisasi.

5) Semua pekeja harus ditingkatkan kemampuan produksi maksimum dan

potensi kerjanya sehingga dengan demikian mereka bisa mencapai

efisiensi dan kesesuaian yang lebih baik. Ini dapat dicapai dengan

pemilihan dan pelatihan pekerja secara ilmiah untuk tugas-tugas khusus.

Hanya pekerja kelas satu yang harus diberikan pekerjaan dalam

organisasi.

6) Perlunya divisi kerja di antara manajer dan para pekerjanya; manajer

harus bertanggung jawab atas penyelesaian tugas dimana mereka

memiliki dukungan yang lebih baik untuk menangani tugas ketimbang

yang dimiliki bawahannya. Perencanaan dan tugas administrasi harus

dilakukan oleh manajer yang terlatih dan ahli dalam tugas, sedangkan

pekerja harus diarahkan untuk menyelesaikan tugas yang dirancang oleh

manajer.

7) Perhatian harus diberikan untuk menghilangkan semua bentuk

shouldering dalam aktivitas organisasi. Anggota organisasi bekerja serius

dan memberikan kemampuan yang terbaik.

25

8) Pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang dilakukannya melalui

penggunaan piece rate. Berdasarkan tingkat yang ditetapkan dalam studi

waktu dan gerak, standar minimum produksi harus ditentukan, dan

pekerja harus dihargai menurut kemampuan standar minimum. “bonus”

kepada pekerja dapat pula diberikan jika standar produksi minimum

terlampaui.

Konsep manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur dan

desain dalam penyelesaian tugas organisasi. Penelitiannya memberi andil bagi

pengembangan tehnik manajemen dalam standarisasi kerja, perencanaan

tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan biaya dan

terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, tehnik industri, manajemen

industri, dan manajemen personal.

Frank dan Lillian Gilbreth mendukung Taylor yang berusaha menerapkan

prinsip manajemen ilmiahnya bagi praktek organisasi. Mereka

menyempurnakan studi waktu dan gerak dalam ilmu pengetahuan yang

menggunakan analisis gambar gerak untuk mengevaluasi kinerja pegawai

(Spriegel dan Myer, 1953; Gillbreth, 1915). Mereka menekankan pentingnya

faktor manusia dalam manajemen dan studi pekerja (Hick dan Gullett, 1975).

Bersama dengan Taylor, mereka membantu mempopulerkan tehnik

manajemen ilmiah dalam tatanan organisasi.

Akan tetapi, banyak situasi organisasi tidak tampak menguntungkan dari

segi penelitian Taylor dan para pendukungnya. Manajemen ilmiah secara

26

khusus telah diterapkan untuk organisasi industri yang memiliki pekerjaan

“rutin, berulang, distandarkan, dan mungkin pekerjaan tersebut akan

bertambah besar di masyarakat di mana mesin-mesin kini sudah banyak

digunakan untuk menyelesaikan proses pekerjaan.

James A.F. Stoner ) mengatakan bahwa walaupun Taylor menyebabkan

kenaikan dramatik dalam produktivitas dan upah yang lebih tinggi dalam

sejumlah kasus, para peklerja dan serikat pekerja mulai menentang

pendekatan taylor karena mereka takut bekerja lebih berat dan lebih cepat

akan membuat lelah pekerjaan apapun, yang menyebabkan pekerja yang

bersangkutan dipecat.

Lebih lanjut, sistem Taylor jelas berarti bahwa waktu amat penting. Para

pengkritiknya menolak kondisi “mempercepat” yang diterapkan dengan

tekanan secara berlebihan pada pekerja untuk berprestasi semakin lama

semakin cepat. Penekanan pada produktivitas dan kalau diperluas,

kemampuan menghasilkan laba membuat beberapa orang manajer

mengeksploitasi perkeja dan pelanggan. Sebagai hasilnya, lebih banyak yang

pekerja bergadbung dengan serikat pekerja dan dengan demikian memperkuat

pola kecurigaan dan tidak mempercayai yang membayangi hubungan tenaga

kerja-manajemen selama beberapa dekade.

27

3. Organisasi Matrix

Organisasi merupakan salahsatu sarana untuk mencapai tujuan perusahaan

melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan seorang pimpinan

dengan organisasi yang tercipta di perusahaan yang bersangkutan. Jadi keberhasilan

perusahaan tergantung pada struktur organisasi yang dianut. Salah satu struktur

organisasi tersebut adalah organisasi matrik. Organisasi matrik disebut juga

organisasi manajemen proyek yaitu organisasi dimana penggunaan struktur.organisasi

dimana para spesialis yang mempunyai keterampilan masing-masing bagian dari

kegiatan perusahaan dikumpulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek

yang harus diselesaikan.

Organisasi matrik digunakan berdasrkan struktur organisasi staf dan lini

khususnya di bagian penelitan dan pengembangan. Struktur organisasi matrik

menyangkut pembentukan tim-tim, spesialis untuk mencapai tujuan khusus. Manajer

proyek mempunyai wewenang lini memimpin para anggota tim selama jangka waktu

proyek, jika telah selesai maka tim dibubarkan dan masing-masing anggota kembali

ke departemennya masing-masing sampai adanya proyek baru dimana mereka ditarik

kembali untuk bekerja sama.

Organisasi matrik akan menghasilkan wewenang ganda dimana wewenang

horizontal diterima manajer proyek sedangkan wewenang fungsionalnya yaitu sesuai

dengan keahliannya dan tetap akan melekat sampai proyek selesai, karena memang

terlihat dalam struktur formalnya. Akibatnta anggota organisasi matrik mempunyai

dua wewenang, yang berarti dalam melaksanakan kegiatannya para anggota harus

28

melaporkannya kepada dua atasan. Untuk mengatasi masalah yang timbul, biasanya

manajer proyek diberi jaminan untuk melaksanakan wewenangnya dalam

memberikan perintah dimana manajer proyek tersebut akan langsung melapor pada

manajer puncak.

Berikut adalah beberapa keuntungan dari organisasi matriks :

a. Memberikan metode untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah

utama

b. Memaksimalkan efisiensi penggunaan manajer fungsional

- Mengembangkan keterampilan dan kreativitas karyawan serta fleksibilitas

kepada organisasi

c. Melibatkan motivasi dan menantang karyawan serta memperluas pandangan

manajemen terhadap masalah strategi perusahaan yang akhirnya

membebaskan manajemen puncak ntuk perencanaan

d. Menstimulasi kerja sama antar disiplin dan mempermudah kegiatan

perusahaan dengan orientasi proyek

Selain beberapa keuntungan yang telah disebutkan di atas, organisasi matriks

juga memeiliki beberapa kekurangan. Berikut adalah beberapa kekurangan

tersebut :

a. Beberapa masalah dapat muncul karena melanggar prinsip kesatuan perintah

b. Manajer proyek dapat menjumpai kesulitan dalam mengembangkan timnya

c. Konflik dapat muncul antara manajer proyek dengan manajer bagian lain

d. Adanya pertanggungjawaban ganda dan kebijaksanaan yang kontradiktif

29

e. Memerlukan koordinasi vertikal dan horizontal

f. Memerlukan lebih banyak keterampilan antar pribadi

g. Menimbulkan resiko timbulnya perasaan anarki

h. Sangat mahal untuk diimplementasikan

i. Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebh mengarah perdebatan daripada

kegiatan

30