management public relation: presentasi penanganan krisis kasus teluk buyat indonesia

49
PE PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KRISIS LINGKUNGAN (STUDY KASUS: PENCEMARAN TELUK BUYAT) PRESENTASI KELOMPOK 4: DAMPAK LINGKUNGAN Ulul Azmi 200822310004 Zaini Shofari 200822310005 Tresnawati Bahar 200921310033 Husni Anggoro 200822320005 M. Eric Harramain 200822320003 Hermi Pujiyani 200822310002 Halimatusa’diah 200822320004 Yusiatie 200822320006 Ulviah Muallivah 200822310003 DOSEN : Prof. Dr. Harsono Suwardi, MA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI SEKOLAH PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SAHID JAKARTA 2009

Upload: eric

Post on 18-Jun-2015

3.973 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Berikut ini merupakan Powerpoint Mata Kuliah management PR, terkait Penanganan Kasus Teluk Buyat Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

PEPERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KRISIS LINGKUNGAN

(STUDY KASUS: PENCEMARAN TELUK BUYAT)

PRESENTASI KELOMPOK 4: DAMPAK LINGKUNGAN Ulul Azmi 200822310004Zaini Shofari 200822310005Tresnawati Bahar 200921310033Husni Anggoro 200822320005

M. Eric Harramain 200822320003Hermi Pujiyani 200822310002

Halimatusa’diah 200822320004Yusiatie 200822320006Ulviah Muallivah 200822310003

DOSEN:

Prof. Dr. Harsono Suwardi, MA

MAGISTER ILMU KOMUNIKASISEKOLAH PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA2009

Page 2: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

PENDAHULUAN

Oleh: Ulul Azmi

Page 3: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

KASUS TELUK BUYAT (2004)

Kasus pencemaran di Teluk Buyat, Minahasa Selatan,

Sulawesi Utara, merupakan ''wadah'' pembuangan limbah

perusahaan tambang PT. Newmont Minahasa Raya (NMR).

HASIL KAJIAN WALHI

Dari kajian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi),

setiap hari PT NMR membuang sekitar 2.000 metrik

ton limbah tambang ke perairan Teluk Buyat

sejak tahun 1996.

Page 4: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

DAMPAK PENCEMARAN PT. NMRLimbah mencemari biota laut dan lingkungan di sekitar

Teluk Buyat. Bahkan, empat dari enam sumur milik warga Buyat mengandung arsen sebesar 0,07 mikrogram.

Kandungan ini dinilai lebih dari standar baku mutu air minum sesuai ketetapan Departemen Kesehatan,

yaitu 0,01 mikrogram.

WALHI MENGUGAT PT. NMRDengan tuduhan telah melakukan perbuatan melawan

hukum atas pasal 41 (1) junto pasal 45,46,47 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pencemaran Lingkungan, dan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

Page 5: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

INDIKATOR• Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL)

yang berada di lapisan awal zona termoklin yaitu pada kedalaman 82

(delapan puluh dua) meter. Padahal sesuai analisa dampak lingkungan,

lokasi pembuangan limbah harus sedalam 150 meter di bawah termoklin.

2. Pembuangan tailing yang salah, menyebabkan kerusakan ekosistem laut berupa: (a) kekeruhan yaitu pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut terdapat lingkungan fitoplankton (produsen) yang butuh sinar matahari sebagai proses fotosintesis; (b) Penurunan jumlah dan kualitas keberadaan terumbu karang di Teluk Buyat; (c) Bioakumulasi (penumpukan terus menerus di dalam tubuh mahkluk hidup) dari sedimen pada biota laut di daerah euphotic; (d) Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan zooplankton) akibat tingginya kadar Arsen (As) pada sedimen di Teluk Buyat; dan (e) Kematian ikan dalam jumlah lebih dari 100 (seratus) ekor di sekitar pipa pembuangan tailing di Teluk Buyat maupun terdampar di pantai.

Page 6: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

INDIKATOR

3. Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam penyakit menyerang tubuh mereka, akibat konsumsi air minum dan ikan yang mengandung logam berat (As dan Mn).

4. Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup

dalam pembuangan limbah ke laut maupun pengolahan limbah (B3).

Page 7: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

UNIKNYA

Dalam proses persidangan, tepatnya pada tanggal 12 Juni 2007, PT. NMR justru menggugat balik Walhi senilai US$ 100.000 (sekitar Rp 9 Miliar, dengan asumsi 1 US$ = Rp 9.000). Menanggapi gugatan balik PT NMR, Walhi menyatakan bahwa gugatan legal standing-nya merupakan ikhtiar konkret penegakan hukum demi melindungi warga dari kerusakan lingkungan.

Page 8: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Zaini Shofari

Page 9: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat

tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya

(Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Ps 1 angka 12).

Page 10: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Secara umum, krisis lingkungan hidup didorong oleh dua hal berikut ini,

yakni :

(1) Pertambahan penduduk yang begitu pesat yang menuntut pemenuhan

kebutuhan yang tak terbatas (bahan makanan, bahan bakar, energi, dsb).

(2) Kemajuan di pelbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Page 11: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dalam persfektif sosil, krisis lingkungan akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :

1. Intensitas permasalahan akan bertambah.2. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.3. Korban adalah masyarakat yang di sekitar lingkungan 4. Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.5. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.

Page 12: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Permasalahan Pencemaran Lingkungan PT. NMR

OLEH: Tresnawati Bahar

Page 13: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

DAMPAK BAGI MANUSIA & EKOSISTEM LAUT

Adanya penelitian LBH Kesehatan pimpinan Iskandar Sitorus, Agustus 2004 kepada 10 warga Teluk Buyat. Ditemukan dua unsur logam berat yaitu Arsen dan Merkuri. Berdasarkan data-data sbb:

• Meneg Lingkungan Hidup Nabil Lakarim (31-07-2004), mengatakan kepada publik, Teluk Buyat tercemar limbah logam berat berbahaya (B3).

• Banyak penduduk menderita gatal-gatal, akibat konsumsi ikan laut. Tercemarnya air sungai akibat bahan-bahan kimia dan keluar dari cerobong pabrik, dipakai mengairi sawah. Sekitar 3000 lebih warga Buyat Kampung yang tinggal 1 km ke darat dari Buyat Pante, diduga menderita penyakit yang sama. Sampai saat ini lebih dari 100 orang telah terdeteksi.

• Empat orang dewasa meninggal dengan ciri-ciri sekarat yang sama, yaitu dada kepanasan dan sulit bernafas.

• Empat bayi meninggal (4-5 April 2005, meninggal dengan sekujurnya mengelupas. Kasus ini dibawa oleh Yayasan Nurani. Dua bayi lagi meninggal karena kesulitan bernafas dan satu bayi meninggal karena hydrosepalus.

Page 14: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

DAMPAK BAGI MANUSIA & EKOSISTEM LAUT• Sebanyak 80% warga menderita penyakit aneh, seperti benjolan, sakit kepala, kelumpuhan. Benjolan yang keluar dari tubuh warga, yang telah dioperasi tetapi tetap muncul, dan penyakit lain yang tidak dapat sembuh total, tidak dapat hilang selama 10 generasi. • Beberapa perempuan mengalami keguguran berulang, di usia kehamilan 5-6 bulan.

• Kadar arsen total rata-rata pada ikan (1,37 mg/kg) sudah melampaui baku mutu kadar total arsen yang ditetapkan oleh Dirjen POM sebesar 1mg/kg. Dari fakta-fakta yang terkumpul telah terjadi perubahan kualitas air sumur gali, air sumur bor, sedimen bentos, plankton, phitoplankton. Kondisi ini telah menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan serta kesehatan manusia.

• Telah adanya penanganan dari Pemerintah, hingga dibentuk, ”Tim Penanganan Kasus Pencemaran Dan Atau Perusakan Lingkungan Hidup di Desa Buyat Pantai Dan Desa Ratotok Kecamatan Totok Timur Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Utara”, melalui Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 97 Tahun 2004 akan kasusu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Didukung juga LBH Kesehatan Pimpinan Iskandar Sitorus, LBH Kesehatan ICEL, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), Tim Pembela Aktivis Lingkungan (Tapal), FMIPA UI juga IPCS (International Programme oc Chemical Safety).

Page 15: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

PELANGGARAN IZIN

• PT. NMR melanggar standar baku mutu lingkungan dan limbah berdasarkan laporan Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Khususnya pada parameter arsenic, mercury dan sianida. Yang dilakukan PT. NMR adalah memberikan informasi tidak benar mengenai Thermocline tidak sesuai dengan dokumen AMDAL . Sehingga mengakibatkan pencemaran/pengrusakan lingkungan hidup yang dikategorikan sebagai tindak pidana, sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 42 (1) dan ayat (2) UU No 23 tahun 1997. Pemberian informasi juga tersandung pasal 43 ayat (2) dan ayat (3) UU no.23 tahun 1997.• PT. NMR tidak melakukan pengelolaan B3 dan Pembuangan/Dumpling Tailing ke laut sejak tahun 1996-2004 tidak memiliki izin. Melanggar pasal 20 ayat (1) UU no 23 tahun 1997, pasal 9 ayat (1) PP No.19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Laut. Terkena pasal 40 ayat (1) huruf (a) PP No.18 tahun 1999 Jo.PP No.85 tahun 1999.• Kasus lain di luar pencemaran lingkungan, PT. NMR menurut LSM Manado, terkena kasus penggelapan pajak. Gugatan perdata ini dilakukkan oleh Bupati Minahasa, bahwa pajak yang dihasilkan PTNMR tidak sesuai dnegan yang dilaporkan ke negara.• Meneg Lingkungan Hidup Nabil Lakarim (31-07-2004), mengatakan kepada publik, Teluk Buyat tercemar limbah logam berat berbahaya (B3).• Banyak penduduk menderita gatal-gatal, akibat konsumsi ikan laut. Tercemarnya air sungai akibat bahan-bahan kimia dan keluar dari cerobong pabrik, dipakai mengairi sawah. Sekitar 3000 lebih warga Buyat Kampung yang tinggal 1 km ke darat dari Buyat Pante, diduga menderita penyakit yang sama. Sampai saat ini lebih dari 100 orang telah terdeteksi.• Empat orang dewasa meninggal dengan ciri-ciri sekarat yang sama, yaitu dada kepanasan dan sulit bernafas. • Empat bayi meninggal (4-5 April 2005, meninggal dengan sekujurnya mengelupas. Kasus ini dibawa oleh Yayasan Nurani. Dua bayi lagi meninggal karena kesulitan bernafas dan satu bayi meninggal karena hydrosepalus.

Page 16: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

FOKUS PERMASALAHAN

• Bagaimana peran Public Relation PT. NMR menghadapi krisis manajeman yang dihadapi perusahaan?

• Selain memenuhi semua tuntutan hukum yang telah negara tetapkan, bagaimana tanggung jawab selanjutnya kepada para stakeholder, khususnya masyarakat? Apalagi pada tahun 2004 perusahaan telah tidak lagi beroperasi di Indonesia?

• Hal-hal apa saja yang seharusnya Pemerintah lakukan dan bagaimana seharusnya kewajiban dan tanggung jawab perusahaan-perusahaan yang beroperasi, ’merauk’ sumber daya untuk kepentingan bisnisnya? Juga menghadapi kasus penggelapan pajak PT. NMR yang baru diketahui setelah perusahaan tidak lagi beroperasi di Indonesia?

Page 17: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI MANAGEMENT KRISIS:ANATOMI KRISIS

Oleh: Husni Anggoro

Page 18: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANATOMI KRISIS

Steven Fink, pakar dan konsultan krisis dari Amerika Serikat mengembangkan konsep anatomi krisis menggunakan terminologi kedokteran yang biasa dipakai untuk melihat stadium suatu krisis yang menyerang manusia. Empat tahap perkembangannya adalah sebagai berikut (Kasali, 2005:225-230):

1. Tahap Prodromal

2. Tahap Akut

3. Tahap Kronik

4. Tahap Resolusi (penyembuhan)

Page 19: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Periode Krisis Akut (Acute Crisis)

Tahap ini sering disebut the point of no return. Artinya, jika sinyal-sinyal yang muncul pada tahap prodromal tidak digubris, maka ia akan masuk ke tahap akut dan tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, issue menyebar luas.

Tahap akut adalah tahap antara yang paling pendek waktunya dibanding dengan tahap-tahap lainnya, tetapi merupakan masa yang cukup menegangkan dan paling melelahkan bagi tim yang menangani masalah krisis tersebut. Bila ia lewat, maka umumnya akan segera memasuki tahap kronis.

Page 20: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

PT. Newmont Minahasa Raya (NMR).

Hal ini terjadi pada PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Periode Krisis Akut benar-benar sudah terjadi, Komunikasi adanya krisis yang ditempuh PT Newmont Minahasa Raya dalam menangani kasus pencemaran di Teluk Buyat tidak mengindahkan konsep-konsep komunikasi yang baik sehingga dapat dikatakan komunikasi korporat perusahaan pertambangan emas ini tidak berhasil.

Adanya keterlambatan dalam mengambil keputusan yang dilakukan PT. NMR dalam menerapkan komunikasi sejak awal, yaitu ketika media memberitakan masalah dugaan pencemaran Teluk Buyat oleh PT. NMR pada Juli 2004. Komunikasi tentang krisis yang semestinya ditempuh harus bersifat proaktif dan tidak defensif.

Page 21: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Cara penyelesaian yang ditempuh PT. NMR pun tidak ditemukan dalam teori komunikasi krisis, yang semestinya ditempuh adalah pendekatan komunikasi organisasi.

Selanjutnya, petugas public relation juga harus digunakan dalam mencapai solusi dan juga harus melakukan pendekatan community relation.

Selain itu penyelesaian krisis PT. NMR tidak melewati tahap pengumpulan pendapat dan keterlibatan masyarakat juga melihat belum adanya teori-teori manajemen komunikasi krisis dalam penyelesaian kasus pencemaran Teluk Buyat.

Page 22: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI MANAGEMENT KRISIS:STRATEGI PENANGANAN LINGKUNGAN

Oleh: M. Eric Harramain

Page 23: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI PENANGANAN KRISIS LINGKUNGAN

YANG AKAN KAMI LAKUKAN, DIANTARANYA:

1. STRATEGI TERKAIT DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

2. STRATEGI TERKAIT DENGAN MASYARAKATA) BERSKALA LOKALB) BERSKALA NASIONAL

3. STRATEGI TERKAIT DENGAN SPONSORSHIP & PUBLIKASI

4. STRATEGI TERKAIT DENGAN RISET

Page 24: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI TERKAIT DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

1. PT. NMR, Berusaha untuk meminta pemerintah agar menata kesesuaian

kebijakan antara pusat dengan daerah.

2. Bersama-sama membantu pemerintah untuk proses pendanaan dalam

dalam melaksanakan pengawasan & pembinaan Teluk Buyat.

3. Bersama-sama pemerintah, membuat sebuah peraturan yang jelas, untuk

pemantauan lingkungan & pengkajian ulang mekanisme izin pembuangan

tailing ke laut, serta mekanisme pemberian rekomendasi.

4. Meminta pemerintah untuk mempublikasikan tindaklanjut izin pengolahan

limbah terkait AMDAL, sehingga kedepannya diharapkan tidak ada lagi,

kesimpangsiuran, dan dis-orientasi kepada pihak investor, yang ingin

menginvestasikan dananya di Indonesia.

5. Meminta pemerintah untuk membuat peraturan di masa mendatang, yang

yang mampu menjelaskan jenis limbah dan peraturan yang terkait, serta

membuat laboratorium yang memiliki kemampuan untuk menunjang dalam

analisis.

6. Menyarankan kepada pemerintah, untuk segera mempublikasikan hasil

temuan kepada masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat dapat

memperoleh informasi yang benar terkait dengan kasus teluk Buyat ini.

Page 25: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI TERKAIT DENGAN MASYARAKAT

Skala lokal1. Berupaya untuk membersihkan laut yang tercemar, agar membantu

kesejahteraan masyarakat di teluk Buyat kembali bangkit.

2. Ikut memantau lingkungan & sumber makanan sekitar teluk Buyat, dan

berusaha proaktif mengevaluasi indikasi pencemaran lingkungan,

lalu ikut serta dalam proses memperbaiki lingkungan masyarakat sekitar.

3. Mengadakan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar teluk Buyat.

4. PT. NMR berencana di tahun 2010, untuk menanam massal tanaman

Mallee, di sekitar pesisir Teluk Buyat, dengan tujuan untuk mereduksi

karbon, merkuri dan zat tercemar di laut lainnya. (suara batu hijau Edisi

XIII – 2009).

Skala Nasional 1. Ikut mendanai / mensponsori kegiatan promosi pariwisata Teluk Buyat

dengan mengikut sertakan peserta dari seluruh Indonesia.

2. Ikut mensponsori kegiatan penyelaman nasional di Teluk Buyat.

Page 26: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI TERKAIT DENGAN SPONSORSHIP & PUBLIKASI

1. PT. NMR mengadakan kegiatan sponsorship berbagai kegiatan lingkungan

contohnya: Seminar Nasional Biologi Tahunan, Penanaman sejuta pohon,

2. PT NMR ikut berpartisipasi dalam kegiatan pameran lingkungan.

3. PT NMR ikut berpartisipasi dalam kegiatan promosi Pariwisata Sulawesi

Utara.

4. PT. NMR mempublikasikan kegiatan-kegiatan yang terkait d engan

”kepedulian terhadap lingkungan”.

Page 27: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI TERKAIT DENGAN RISET

1. PT. NMR memberikan kesempatan kepada berbagai laboratorium,

untuk melakukan pengujian terkait pencemaran zat di Teluk Buyat.

Page 28: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI MANAGEMENT KRISIS:CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Oleh: Hermi Pujiyani

Page 29: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Corporate Social Responsibility World Business Council on Sustainable Development Komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.

Tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi. (Warta Pertamina, 2004).

Page 30: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal, antara lain :1. Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat2. Hubungan positif dengan pemerintah setempat3. Resiko krisis yang lebih kecil4. Rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran5. Saling pengertian antara khalayak sasaran (eksternal & internal)6. Meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan. (Anggoro, 2002)

Dalam “Model Empat Sisi CSR” perusahaan memiliki:1. Tanggung jawab ekonomis2. Tanggung jawab legal3. Tanggung jawab ethical atau etis4. Tanggung jawab discretionary

Page 31: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Dalam pengamatannya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

1. Kelompok Hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR sama sekali.

2. Kelompok Merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya.

3. Kelompok Kuning adalah mereka yang menganggap praktik CSR akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya.

4. Kelompok Hijau adalah merupakan kelompok yang sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal sosial (ekuitas).

Page 32: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Membangun Citra Perusahaan Melalui Program CSR

*CSR dan Citra Korporat*

Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain;

1. Kemampuan finansial2. Mutu produk dan pelayanan3. Fokus pada pelanggan4. Keunggulan dan kepekaan SDM5. Reliability6. Inovasi7. Tanggung jawab lingkungan8. Tanggung jawab sosial9. Penegakan Good Corporate Governance (GCG).

Page 33: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :

1. Program pengembangan Masyarakat (Community Development/CD)2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik. (Relations Development/RD)

Sasaran dari Program CSR (CD & RD) adalah:• Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda dan mahasiswa termasuk di dalamnya)• Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah operasi• Pembangunan fasilitas sosial/umum• Pengembangan kesehatan masyarakat• Sosial budaya, dan lain-lain.

Page 34: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

STRATEGI MANAGEMENT KRISIS:MEDIA RELATIONS

Oleh: Halimatusa’diah & Yusiatie

Page 35: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Media Relations di saat krisis

Media Relations pada masa krisis adalah bagian dari rencana besar dalam bidang komunikasi, dan rencana komunikasi pada dasarnya adalah merupakan bagian dari keseluruhan rencana yang dikembangkan tim manajemen krisis dalam menangani krisis.

Page 36: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Merespon media

langkah-langkah yang ditempuh adalah : Langkah pertama (persiapan)

Dalam hal ini kami bersiaga dengan cara selalu memantau situasi dampak krisis melalui monitor berita media massa, baik cetak maupun elektronik. Selain itu kami juga menginformasikan kepada publik dan media dengan mengeluarkan pernyataan tertulis atau jumpa pers.

Page 37: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Mengumpulkan informasi

Agar informasi yang kami miliki akurat, maka ada beberapa hal yang kami lakukan : memverifikasi semua informasi yang kami terima, melaporkan setiap informasi baru kepada pimpinan, membahas informasi yang diterima dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penyelesaian krisis dan mengkoordinir penyebaran informasi dan menyiapkan informasi untuk media.

Page 38: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Mempersiapkan diri untuk media1. Menunjuk juru bicara2. Menyiapkan daftar informasi yang diinginkan media3. Membahas strategi untuk menjawab pertanyaan media

Menindaklanjuti pemberitaan media dan membangun hubungan baik dengan media dengan cara :

1. Memonitor semua liputan media2. Memeriksa dan memberikan koreksi atas kesalahan fakta yang di muat di media3.Memberitahu media mengenai perkembangan baru yang terjadi4.Melakukan evaluasi terhadap pemberitaan media massa.

Page 39: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Memperkirakan pertanyaan media

Pada dasarnya media mempunyai pola yang sama dalam menghimpun informasi mengenai krisis yang terjadi.

Karenanya penting bagi kami selaku PR untuk memprediksi apa yang akan ditanya oleh media

Page 40: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Selama krisis, beberapa hal yang kami lakukan terkait dengan media adalah :

1. Hanya informasi yang telah di cek kebenarannya yang boleh diinformasikan ke media2. Mendampingi media saat meliput di lokasi krisis3. Menunjuk seorang juru bicara4. Menyimpan catatan yang akurat megenai semua pertanyaan dan liputan media massa5. Mengetahui deadline media dan berusaha untuk memenuhinya6. Memberi kesempatan yang sama dan fasilitas yang sama untuk media cetak dan elektronik7. Mengkoordinir perencanaan dan penerapan kegiatan PR dalam menangani krisis secara hati-hati.

Page 41: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

Kami juga menghindari melakukan hal-hal berikut :

1. Secara sembrono membuat spekulasi mengenai sebab-sebab keadaan darurat2. Membuat spekulasi mengenai kelanjutan bisnis perusahaan.3. Membuat spekulasi mengenai pengaruh luar dari keadaan darurat4. Membuat spekulasi mengenai nilai kerugian5. Mengijinkan juru bicara yang tidak berwenang untuk memberikan penjelasan pada media6. Berusaha menutup-nutupi atau secara sengaja menyesatkan media berita7. Menyalahkan keadaan darurat.

Page 42: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANGGARAN BIAYA &KESIMPULAN

Oleh: Ulviah Muallivah

Page 43: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANGGARAN BIAYA

Anggaran PR disusun dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak dana yang diperlukan dalam rangka membiayai suatu program atau kampanye PR.

Anggaran yang dibuat merupakan landasan yang kuat untuk mengubah, menambah atau mengurangi pos-pos anggaran tertentu sebelum rencana-rencana yang termuat di dalam anggaran yang telah disusun.

Page 44: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANGGARAN BIAYA

Besar kecilnya anggaran humas ditentukan oleh empat faktor yaitu (Cultip-center-Broom dalam Morissan, 2006) sebagai berikut:

1. Keuntungan keseluruhan atau dana yang tersedia bagi perusahaan (Total income or funds avaiable to the enterprise). 2. Kebutuhan persaingan (Competitive necessity).

3. Tugas atau tujuan yang ditetapkan perusahaan (Overall task or goal set for the organization).

4. Sisa anggaran setelah dikurangi pengeluaran (Profit or surplus over expenses).

Page 45: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANGGARAN BIAYA

Anggaran humas terdiri dari dua unsur yaitu biaya :

1. variable (variable cost) dan 2. biaya tetap (fixed cost).

Page 46: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

ANGGARAN BIAYA

Menurut Jefkins (2002), anggaran humas memiliki pos-pos atau elemen-elemen pokok sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja. 2. Biaya Kantor. 3. Materi atau peralatan. 4. Biaya lain-lain.

Page 47: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

TABEL ANGGARAN BIAYANO. ITEM Rp.___________1. Tenaga KerjaManajer PR, para asisten, editor jurnal, fotografer, dll (30 tenaga kerja, 10 orang tenaga ahli) Rp. 8.400.000.000,-2. Biaya Kantor: sewa gedung, bunga, jasa kebersihan, dll

(masa kerja 2 tahun) Rp. 2.500.000.000,-3. Depresiasi (penyusutan/pemeliharaan) Rp. 500.000.000,-4. Materi dan peralatan Rp. 29.500.000.000,-

Resepsi Pers (12 kali ) @ 125 juta Rp. 1.500.000.000,-Jurnal Staf Rp. 300.000.000,-Presentasi slide Rp. 1.500.000.000,-Video Rp. 1.500.000.000,-News Release (24 kali) @ 25 juta Rp. 600.000.000,-Naskah virtual Rp. 100.000.000,-Kliping Rp. 25.000.000,-Jasa Informasi Rp. 75.000.000,-Rekaman Video Rp. 500.000.000,-Properti TV Rp. 1.500.000.000,-Literatur Cetak Rp. 1.000.000.000,-Penyediaan sponsor (kegiatan lingkugan ) 20 kali Rp. 6.000.000.000,-Konferensi dan seminar (6 kali) Rp. 6 000.000.000,-Fotografi Rp. 500.000.000,-Kunjungan pihak luar Rp. 2.500.000.000,-Ekshibisi (2 kali) : Pameran pemb.lingkungan Rp. 2.000.000.000,-Kendaraan Rp. 1.000.000.000,-Alat-alat kantor Rp. 500.000.000,-Telepon, dll Rp. 150.000.000,-Ongkos Perjalanan dinas Rp. 750.000.000,-

5. Biaya lain-lain Rp. 2.000.000.000,-6. Cadangan (10% dari total biaya) Rp. 4.200.000.000,-_______

TOTAL Rp. 46.400.000.000,-(empat puluh enam milyar empat ratus juta rupiah)

Page 48: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

KESIMPULAN

KESIMPULAN DARI URAIAN DIATAS ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

1. Dalam rangka penanganan kasus pencemaran Teluk Buyat oleh PT. NMR, Peranan PR sangat menentukan dalam pemulihan citra positif di Masyarakat.

2. Perencanaan Program Humas, dalam kasus ini meliputi: Management Strategi (Strategi menangani krisis dalam konteks PR dan Lingkungan, Corporate Sosial Responsibility (CSR), dan Strategi Komunikasi (Media Relations)

Page 49: Management Public Relation: Presentasi Penanganan Krisis Kasus Teluk Buyat Indonesia

- TERIMA KASIH -