new proses pengolahan air buangan industri tapioka · 2018. 1. 1. · gan, sedangkan limbah cair...

8
Proses Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka Bud; Santoso Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadanna [email protected] Abstrak Pene/itian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penurunan kadar zat pencemar air buan- gan industri tapioka terhadap waktu aerasi, tekanan udara yang diaerasikan, dan konsentrasi lumpur aktif. Pene/itian dilakukan di Laboratorium dan hasilnya diana/isa dengan metode Winkler berupa BOD, COD, Padatan Tersuspensi Total (TSS), Sianida (CN), pH. Basil pene- /itian didapat waktu aerasi terbaik adalah 5 jam, tekanan udara yang diaerasikan 8 psi, dan konsentrasi lumpur aktif2500 mg/L. Kala kunci: Aerasi, lumpur aktif, pencemaran, tersuspensi, air buangan, industri tapioka Wastewater Treatment Process in Tapioca Industry Abstract This research aim to explore the influence of water contaminant level in tapioca industry to aeration time, aerated air pressure, and concentrated active sludge. The research was con- ducted in laboratory and the result was analyzed using Winkler Method. The research param- eter were BOD, COD, Total Suspended Solids (TSS), Cyanide (CN), and pH. The result shows that the best aeration time was 5 hours, aerated air pressure at 8 psi, and concentrated active sludge at 2500 mgl/. Keywords: aeration, active sludge, contamination, suspension, wastewater, tapioca industry PENDAHULUAN Industri tapioka adalah tergolong in- dustri yang dikelola dalam bentuk industri kecil, industri menengah maupun industri be- sar. Di Indonesia industri tapioka ini terdapat di berbagai daerah dalam potensi yang cukup besar, misalnya di daerah Pati, Batang, Te- manggung, Wonosobo, dan D.I. Yogyakarta. Tapioka tennasuk salah satu komoditi yang akan terns berkembang. Per-kembangan ini tentu saja akan memberikan dampak positif di berbagai bidang yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Pengaruh tersebut antara lain meningkatnya kesempatan kerja, juga bertambahnya pendapatan masyarakat dan kaum pengusaha. Namun selain memberi dampak positif, keberadaan industri tapioka juga menimbulkan dampak negatif. Salah sa- tunya adalah pencemaran lingkungan yang Santoso, Proses pengolahan... diakibatkan oleh air buang-an dari industri tapioka. . Proses pembuatan tapioka memper- gunakan air yang relatif banyak. Setiap ton ketela pohon membutuhkan 6 - 9 m3 air. Air buangan industri tapioka masih mengandung bahan-bahan organik dan total solid yang cu- kup tinggi, di atas batas persyaratan air buan- gan industri yang diijinkan. Tingginya kadar zat pencemar air buangan tapioka yang me- lebihi ambang batas menuntut diIakukannya penelitian terhadap proses pengolahan air buangan industri tapioka dengan proses lum- pur aktif secara aerob. Secara khusus, penelitian ini bertu- juan untuk mengetahui komposisi waktu aerasi, tekanan udara, konsentrasi lumpur aktif, dan waktu penurunan yang akan menu- runkan kadar zat pencemar air buangan tapioka secara optimal. Dengan mengeta- 213

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Proses Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka

    Bud; Santoso

    Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadanna

    [email protected]

    Abstrak

    Pene/itian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penurunan kadar zat pencemar air buan-

    gan industri tapioka terhadap waktu aerasi, tekanan udara yang diaerasikan, dan konsentrasilumpur aktif. Pene/itian dilakukan di Laboratorium dan hasilnya diana/isa dengan metodeWinkler berupa BOD, COD, Padatan Tersuspensi Total (TSS), Sianida (CN), pH. Basil pene-/itian didapat waktu aerasi terbaik adalah 5 jam, tekanan udara yang diaerasikan 8 psi, dankonsentrasi lumpur aktif2500 mg/L.

    Kala kunci: Aerasi, lumpur aktif, pencemaran, tersuspensi, air buangan, industri tapioka

    Wastewater Treatment Process in Tapioca Industry

    Abstract

    This research aim to explore the influence of water contaminant level in tapioca industry toaeration time, aerated air pressure, and concentrated active sludge. The research was con-

    ducted in laboratory and the result was analyzed using Winkler Method. The research param-eter were BOD, COD, Total Suspended Solids (TSS), Cyanide (CN), and pH. The result showsthat the best aeration time was 5 hours, aerated air pressure at 8 psi, and concentrated active

    sludge at 2500 mgl/.

    Keywords: aeration, active sludge, contamination, suspension, wastewater, tapioca industry

    PENDAHULUAN

    Industri tapioka adalah tergolong in-dustri yang dikelola dalam bentuk industrikecil, industri menengah maupun industri be-sar. Di Indonesia industri tapioka ini terdapatdi berbagai daerah dalam potensi yang cukupbesar, misalnya di daerah Pati, Batang, Te-manggung, Wonosobo, dan D.I. Yogyakarta.Tapioka tennasuk salah satu komoditi yang

    akan terns berkembang. Per-kembangan initentu saja akan memberikan dampak positifdi berbagai bidang yang bisa dirasakan olehmasyarakat luas. Pengaruh tersebut antaralain meningkatnya kesempatan kerja, jugabertambahnya pendapatan masyarakat dankaum pengusaha. Namun selain memberidampak positif, keberadaan industri tapiokajuga menimbulkan dampak negatif. Salah sa-tunya adalah pencemaran lingkungan yang

    Santoso, Proses pengolahan...

    ~

    diakibatkan oleh air buang-an dari industritapioka. .

    Proses pembuatan tapioka memper-gunakan air yang relatif banyak. Setiap tonketela pohon membutuhkan 6 - 9 m3air. Airbuangan industri tapioka masih mengandungbahan-bahan organik dan total solid yang cu-kup tinggi, di atas batas persyaratan air buan-gan industri yang diijinkan. Tingginya kadarzat pencemar air buangan tapioka yang me-lebihi ambang batas menuntut diIakukannyapenelitian terhadap proses pengolahan airbuangan industri tapioka dengan proses lum-pur aktif secara aerob.

    Secara khusus, penelitian ini bertu-juan untuk mengetahui komposisi waktuaerasi, tekanan udara, konsentrasi lumpuraktif, dan waktu penurunan yang akan menu-runkan kadar zat pencemar air buangantapioka secara optimal. Dengan mengeta-

    213

  • hui variabel-variabel tersebut, industri tapi-oka akan dapat mengolah limbahnya denganlebih baik. Dengan cara ini air buangan yangkeluar memenuhi syarat sebagi air buanganyang diperkenankan sesuai baku mutu Kepu-tusan Menteri KLH No. Kep-03/MEN-KLH/11I1991.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di Labo-rato-

    rium LPP UPN Yogyakarta. Variabel peneli-tian yang digunakan adalah pengaruh waktuaerasi terhadap penurunan zat pencemar airbuangan tapioka, pengaruh udara yang di-aerasikan terhadap penurunan kadar zatpencemar air buangan tapioka, dan pengaruhkonsentrasi lumpur aktif terhadap penurunankadar zat pencemar air buangan tapioka. Ba-han baku yang digunakan adalah air buanganindustri tapioka di daerah Tulung, KecamatanPundong, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta.Parameter yang akan dianalisa adalah BOD,

    COD, Padatan tersuspensi total (TSS), CN(sianida), dan pH. Sedangkan lumpur aktifsebagai sumber mikroba diambil dari pabrikSusu "Sari Husada" Yogyakarta.

    Air buangan industri tapioka diam-bil sebanyak 35 Liter. Dari sejumlah 35 li-ter tersebut kemudian diambil 1 liter untuk

    dianalisa kandungan polutan yang ada padaair buangan tersebut. Selebihnya disimpandalam lemari es, agar kandungan polutannyatidak berubah. Langkah selanjutnya adalahmengambil sampel sebanyak 5 liter, kemu-dian dimasukkan dalam bak pengumpan danditambahkan lumpur aktif dengan konsen-trasi antara 1500 - 4000 mg/L. Campurantersebut lalu diaduk hingga homogen, setelahitu dialirkan dalam bak aerasi dengan waktuaerasi 2, 3, 4, 4.5, 5, dan 6 jam. Udara yangdiaerasikan bertekanan 4 - 9 psi.

    Air buangan dialirkan ke dalam bakpengendap untuk diendapkan selama 45 me-nit setelah melewati proses aerasi, kemudiandialirkan ke bak penyaring. Sebagai media

    Bahan baku: air buangan industrri tapiokaCara pengambilan: diambil 35 L kemudian

    diawetkan dalam lemari es

    Lumpuraktifdengan ---+ IKonsentrasi 1500-4000 mgIL

    Analisa I

    Airbuanganindusttitapioka 5000 L

    Bak Pengumpan

    .Proses Aerasi

    waktu aerasi: 2, 3, 4, 4.5, 5, 6 jam

    PENGENDAPAN

    waktu: 45 menit

    Air buangan industri yang sudah diolahkemudian ditampung

    ---+ AnalisaII

    Keterangan: Analisa I: BOD, COD, TSS, CN, pHAnalisa II : BOD, COD, TSS, CN, pH

    Gambar 1. Skema Percobaan

    214 Jurnal Ilmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15 No.3, Desember 2010

    1

  • Tabel 1. Persyaratan Baku MutuLimbah Cair lndustri Tapioka

    Parameter

    BOD5COD

    Padatan terlarutCN (sianida)

    pH

    KadarMaksimum

    200 mg/L400 mg/L150 mg/L

    0,5 mg/L6-9

    BebanPencemaranMaksimum12,0 kg/ton24,0 kg/ton9,0 kg/ton0,03 kg/ton

    Sumber: Keputusan MentenKLH No. Kep-03 /MEN-KLH/II/1991

    Ketela pohon

    Air

    Air .

    kulit

    Air buangan

    ampas/onggok

    Pengendapan & Pemisahan Pati I~ Air buangan

    Debu

    Gambar 2. Skema Proses Pembuatan Tepung TapiokaSumber: Ginting (1992)

    penyaring digunakan ijuk, kerikil, dan pasir.Tinggi ijuk dan pasir ditambah kerikil adalah5 em. Setelah mengendap, dilakukan anali-sa terhadap kadar zat peneemarnya. (BOD,COD, TSS, CN, pH). Gambar 1 memperli-hatkan skema pereobaan yang dilakukan.

    Sebagai bahan perbandingan untukmenganalisa polutan yang ada dalam airbuangan industri tapioka telah memenuhiatau tidak, disesuaikan dengan KeputusanMenteri KLH No. Kep-03/Men-KLH/IV1991. Tabel 1 memperlihatkan persyaratanbaku mutu limbah eair industri tapioka ber-dasarkan Kepmen KLH tersebut.

    Santoso, Proses pengo/ahan...

    Parameter yang diukur sebagaimanaterlihat pada Tabel 1 merupakan faktor pen-ting yang menentukan kualitas air buanganindustri tapioka. Padatan tersuspensi mem-pengaruhi kekeruhan dan warna air. ApabilateIjadi pengendapan dan pembusukan zat-zattersebut di badan air peneemar, maka airbuangan akan mengurangi nilai guna perai-ran tersebut. (Betty & Waniati, 1993). Pe-rubahan pH (derajat keasaman) air buangantapioka menandakan bahwa sudah teIjadiaktifitas jasad renik mengubah bahan-bahanorganik yang mudah terurai menjadi asam.Air buangan yang masih segar mempunyai

    215

  • pH 6 - 7,5 dan akan turnn menjadi 4. (Betty& Waniati,1993). BOD (Biochemical OxygenDemand) mengukur kebutuhan oksigen ter-larut dalam air buangan yang dipergunakanuntuk menguraikan senyawa organik denganbantuan mikroorganisme pada kondisi terten-tu. Pada umumnya proses penguraian teIjadisecara baik pada suhu 20°C dan waktu 5 hari(Ginting, 1992). COD (Chemical OxygenDemand) adalah jumlah oksigen yang dibu-tuhkan untuk mengok-sidasi zat-zat organisyang ada dalam 1 liter sampel air. Pengoksi-dasi KMnO4 digunakan sebagai sumber ok-sigen. Parameter ini tercepat dan termudahdilakukan untuk mengukur tingkat pencema-ran air, sehingga paling banyak digunakan(Alaerts, 1984).

    PEMBAHASAN

    Air buangan adalah limbah yang ke-hadirannya pada suatu saat dan tempat ter-tentu tidak dikehendaki lingkungannya kar-ena tidak mempunyai nilai ekonomi. Seba-gaimana terlihat pada Gambar 2, proses peng-olahan tapioka mengeluarkan dua macamlimbah, yaitu limbah padat dan limbah cairoLimbah padat berasal dari proses pengupasanketela serta proses pemerasan dan penyarin-gan, sedangkan limbah cair atau air buanganberasal dari proses pen-cucian ketela pohondan proses pengendapan atau pemisahan pati.Air buangan industri tapioka masih meng-andung BOD dan COD yang cukup tinggi.Jika air buangan tersebut langsung dibuangke perairan, maka perairan akan kekuranganoksigen sehingga akan teIjadi proses an-aerob. Dampaknya akan teIjadi pencemaranlingkungan yang ditimbulkan oleh bau darimikroba yang mati dan membusuk (Betty danRahayu,1993).

    Air buangan tapioka masih mengan-dung bahan-bahan organik dan total solidyang cukup tinggi. Air buangan tapiokamengandung BODs antara 2000 hingga 5000mgIL, tingkat COD antara 4000 hingga 30.000mgIL, tingkat padatan tersuspensi total antara1500 hingga 5000 mgIL, tingkat sianida (CN)antara 0 hingga 15 mgIL, dan pH 4,0 hingga6,5 (Balai Penelitian dan Pengembangan In-dustri Semarang, 1990). Dari gambaran ini

    216

    jelas bahwa tingkat pencemaran oleh industritapioka mencapai pencemaran yang sangatberat terhadap lingkungan hidup.

    Kualitas air buangan secara umumdapat dinilai dari tiga faktor, yaitu kekeru-han, warna, dan bau. Kekeruhan bukan polu-tan, namun sifat ini disebabkan oleh adanyabahan tersuspensi. Kekeruhan merupakansifat fisik yang paling mudah dilihat untukmenilai kualitas air buangan. Semakin keruhair buangan, semakin tinggi tingkat pencema-rannya (Betty & Waniati, 1993). Warna padaair disebabkan adanya zat padat terlarut atauzat padat tersuspensi. Jika warna air berubahberarti ada polusi. Adanya warna akan men-ghalangi masuknya sinar matahari kedalamair, sehingga fotosintetis dalam tumbuhan airtidak akan berlangsung. Tumbuhan air mem-bantu adanya 02 terlarut dalam air (Suhen-ry, 1993). Bau air yang berubah berarti adapencemaran. Bau disebabkan adanya bahan-bahan kimia yang terlarut atau tersuspensidan terdapatnya ganggang, plankton, hewanair yang sudah mati atau membusuk. (Suhen-ry, 1993).

    Pengolahan Air Buangan Industri TapiokaSecara Aerob

    Ditinjau dari kandungan bahan yangada didalamnya, air buangan industri tapiokatermasuk buangan yang bersifat bio-degrad-able, yaitu buangan yang secara alami dapatatau mudah diurai olehjasad renik (mikroba).Peran mikroorganisme sangat menentukandalam proses biologi secara aerob. Mikroor-ganisme menggunakan limbah untuk mensin-tesis bahan seluler baru dan menyediakanenergi untuk sintetis. Organisme juga dapatmenggunakan suplai makanan yang sebelum-nya sudah teraku-mulasi secara internal atauendogenes untuk respirasi. Sintesis dan respi-rasi endogenes berlangsung secara simultandalam sistem biologik dengan sintesis yangberlangsung lebih banyak bila terdapat maka-nan ekso-genes yang berlebihan dan respirasiendo-genes akan mendominasi bila suplaima-kanan eksogenes sedikit atau tidak ada

    Bila pertumbuhan terhenti, mikro-organisme mati dan lisis melepaskan nutriendari protoplasmanya untuk digunakan oleh

    1Jurnaillmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15 No.3, Desember 2010

  • sel-sel yang masih hidup dalam suatu prosesrespirasi selular autoksidatif atau endogenes.Dengan adanya bahan limbah (mikroba), me-tabolisme mikroba akan berlangsung mem-produksi sel-sel barn dan energi dan padatanmikroba akan meningkat. Bila tidak ada ma-kanan, respirasi endogenes akan berlangsunglebih banyak dan akan terjadi penguranganpadatan mikroba. Massa mikroba tidak akanberkurang hingga nol bahkan bila periode re-spirasi endogenes berlangsung lama. Residusekitar 20 - 25% massa mikroba akan terting-gal. Bahkan dalam sistem penangan biologikakanterjadi akumulasi padatan dengan lajuminimum. Padatan ini harus dikeluarkan dariinstalasi. (Betty Winiati,1993).

    Oksigen memegang peranan yangpenting di dalam proses biologi aerob. Padasaat oksigen bertindak sebagai aseptor hidro-gen akhir, mikroorganisme akan memperolehenergi maksimum. Untuk memperta-hankansistem aerobik diperlukan konsen-trasi oksi-gen terlarut minimum antara 0,2 - 0,6 mg/L.Untuk mendapatkan hasil yang baik, makakonsentrasi oksigen terlarut harns dijaga di-ats 1,0 mg/L bila pembatasan oksigen ingindihindarkan. (Betty & Winiati, 1993).

    Sistem yang banyak digunakan didalam pengolahan secara aerobik adalahpeng-olahan secara aerob dengan lumpur ak-tif (activated sludge). Lumpur aktif adalahflok (kumpulan) mikroba baik yang hidupdan mati dalam air limbah, berupa gumpa-Ian yang dapat menangkap bahan-bahan or-ganik larut/koloidltersuspensi maupun bahananor-ganik dalam air limbah. Proses lum-pur aktif adalah proses biologis aerob yangmelibat-kan reaksi-reaksi metabolik mikro-bia untuk mencapai kualitas efluen denganmeng-hilangkan substansi, menggunakanoksigen. Lumpur aktif yang terdapat dalambak reaktor disebut MLSS dan MLVSS yangsebagian besar terdiri dari mikrobia, bahaninert dan bahan yang tidak dapat terdegradasisecara biologis. Mikroba pendegradasi terdiridari 70 - 90% bahan orga-nik dan 10 - 30%anorganik. (Grady & Henry, 1980). Denganpengaturan dan peng-awasan yang baik, carapengolahan limbah cair dengan lumpur aktifdapat berjalan dengan baik pula. Hampir se-gala macam limbah cair dapat diolah secara

    Santoso, Proses pengolahan...

    lumpur aktif, demikian juga halnya denganlimbah tapioka.

    Mikroba yang digunakan dalam pen-golahan lumpur aktif adalah untuk meng-ubah bahan organik karbon yang larut danbersifat koloid menjadi macam-macam gasdan membnetuk sel baru. Karena itu sel mik-roba mempunyai berat jenis sedikit lebih be-sar daripada air. Proses pengolahan lum-puraktif ini berjalan secara aerob dengan tujuanuntuk menghilangkan bahan organik karbondari dalam air limbah yang umum-nya din-yatakan sebagai BOD dan COD (Dep. Per-industrian Jakarta, 1984). Proses yang baikberjalan pada pH 6,5 - 9,0 dan suhu 28 - 30oC dan oksigen terlatut (DO) didalam larutanantara 1 - 2 mg/L (Betty & Winiati, 1993).

    Proses lumpur aktif adalah proses bi-ologik aerobik yang dapat digunakan untukmenangani berbagai jenis limbah. Prosesnyaserba guna, fleksibel, dan limbah denganmutu tertentu yang diinginkan dapat dihasil-kan dengan mengubah parameter proses. Didalam proses ini mikroba yang aktif adalahmikroba yang hidup dengan adanya oksi-gen dari udara. Oleh karena itu suplay ok-sigen merupakan faktor yang paling pent-ing didalam proses ini. Mikroba aerob akanberkembang biak dengan baik apabila suplay.oksigen dan nutrisi mencu-kupi. Reaksi se-cara umum dapat terlihat pada Persamaan 1.

    Bahan orgap.i~+ mikroba + 02 -7 C02 +H20 + mikroba (1)

    (Betty & Winiati,1993)

    Faktor-faktor yang mempengarnhipengolahan secara biologis sistem aerob den-gan lumpur aktif adalah konsentrasi lumpuraktif. ltu adalah sumber mikrobia yang ber-fungsi untuk mengubah bahan organik yanglarut di dalam air limbah menjadi macam-macam gas dan membentuk sel baru. Perludiingat bahwa pemakaian lumpur aktif yangbesar akan menyulitkan dalam pengendapansetelah aerasi selesai. Faktor kedua adalah

    banyaknya oksigen yang terkandung di dalamair limbah, diukur dalam satuan mg/L. Kebu-tuhan oksigen terlarut pada mikroorganismebervariasi tergantung pada jenis, stadia danaktifitasnya. Makin besar nilai BOD dalam

    217

  • sistem air, maka persediaan oksigen terlarut(DO) yang berada di dalamnya semakin kecil.Antara BOD dan DO terdapat perbandinganyang terbalik. Faktor terakhir adalah pH. Airbuangan yang baik untuk pengolahan secarabiologi dengan proses lumpur aktif memilikipH antara 6,5 - 9,0. pH air limbah ini akanberpengaruh terhadap aktifitas mikro-organ-isme dalam penguraian zat organik.

    Pengaruh Waktu Aerasi Terhadap Penu-run an Zat Pencemar Air Buangan Tapi-oka

    Tabel 2 menunjukkan hubungan pen-garuh waktu aerasi terhadap penurunan kadarzat pencemar air buangan tapioka. Volume airbuangan yang diukur adalah 5000 mL, kon-sentrasi lumpur aktif (MLVSS) sebesar 2500mg/L, sementara udara diaerasikan padatekanan 7 psi. Terlihat pada Tabel 2 bahwa

    dengan bertambahnya waktu aerasi, semakinbesar juga penurunan kadar zat pencemarnyayaitu BOD dari air buangan tapioka tersebut.Waktu aerasi terbaik selama 5 jam meng-hasilkan penurunan zat pencemar, ditandaidengan BOD yang sudah meme-nuhi syaratbaku mutu.

    Pengaruh Tekanan Udara Yang Diaerasi-kan Terhadap Penurunan Zat PencemarAir Buangan Tapioka

    Tabel 3 menunjukkan hubungan pen-garuh tekanan udara yang diaerasikan terh-adap penurunan kadar zat pencemar air buan-gan tapioka. Volume air buangan yang diukuradalah sebesar 5000 mL, konsentrasi lumpuraktif (MLVSS) sebesar 2500 mg/L denganwaktu aerasi selama 5 jam. Terlihat pada Ta-bel 3 bahwa makin besar tekanan udara yangdiaerasikan, semakin besar juga penurunan

    218 Jurnal Ilmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15No.3, Desember 2010

    Tabel 2. Pengaruh Waktu Aerasi Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka

    Waktu Aerasi Parameter, mg/LUam) BOD COD TSS CN pH MLVSS

    2 1800,146 2991,450 167,37 0,318 7,0 2928,8193 276,500 584,110 86,0 0,218 7,0 3066,1504 212,038 462,960 12,0 0,070 8,0 3194,671

    4.5 205,210 421,940 11,0 0,051 7,0 3204,4415 170,445 394,196 8,0 0,021 7,0 3317,7666 197,000 374,016 6,0 0,Q18 7,0 3236,589

    .() Tabel3. Pengaruh Tekanan Udara Yang DiaerasikanTerhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka

    Tekanan, Parameter, mglLpSI BOD COD TSS CN pH MLVSS4 405,205 745,674 23,0 0,231 7,0 2856,9825 233,970 477,231 16,0 0,204 7,0 2964,7646 238,042 407,635 13,0 0,184 7,0 3173,8137 258,529 417,577 12,0 0,162 7,0 3256,4168 183,912 367,866 9,0 0,125 7,0 3394,5679 142,458 293,298 7,0 0,096 7,0 3426,816

    Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Lumpur Aktif TerhadapPenurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka

    Konsentrasi Parameter, mg/LLumpur aktif, BOD COD TSS CN pH MLVSS

    mglL1500 558,437 907,842 260,0 0,169 7,0 1643,6502000 308,687 862,744 224,0 0,138 7,0 2281,5602500 287,357 518,154 59,0 0,124 7,0 2764,6713000 212,174 462,675 39,0 0,113 7,0 3283,9623500 187,357 377,231 15,0 0,096 7,0 3856,8744000 172,174 352,732 28,0 0,087 7,0 4263,863

  • kadar zat pencemarnya, yaitu BOD dari airbuangan tapioka tersebut. Hal ini disebabkankarena semakin besar udara yang diaerasikanmakin besar oksigen yang terlarut, sehinggamikroba akan berkembang biak dengan baiksebagai pengurai zat organik. Tekanan udaraterbaik adalah 8 psi, dimana pada kondisiini diperoleh penu-runan zat pencemar yaituCOD yang sudah memenuhi syarat bakumutu.

    Pengaruh Konsentrasi Lumpur AktifTerhadap Penurunan Zat Pencemar AirBuangan Tapioka

    Tabel 4 menunjukkan hubungan peng-aruh lumpur aktif terhadap penurunan kadarzat pencemar air buangan tapioka. Volumeairbuangan yang dipergunakan adalah 5000 mL,waktu aerasi selama 5 jam dengan tekananudara yang diaerasikan adalah sebesar 8 psi.

    Terlihat pada Tabel 4 bahwa makinbertambahnya konsentrasi lumpur aktif se-makin besar juga penurunan kadar zat pence-marnya yaitu BOD dari air buangan tapiokatersebut. Hal ini disebabkan karena lumpuraktif sebagai sumber mikroba bertambah be-sar, maka mikroba sebagai zat pengurai makinbanyak, sehingga zat pence-mar akan teruraidengan baik. Pada konsen-trasi lumpur aktif3500 mgIL penurunan BOD telah memenuhipersyaratan baku mutu yang diijinkan.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Hasil percobaan pengolahan air buan-gan tapioka yang meliputi proses aerasi, pen-gendapan dan penyaringan, setelah dianalisadi Lab. LPP UPN Yogyakarta dengan metodeWinkler, menunjukkan bahwa waktu aera-si yang lama akan menu-runkan kadar zatpencemar air buangan tapioka. Pada waktuaerasi 5 jam didapat kualitas air buangan tap-ioka yang sudah memenuhi persyaratan bakumutu yang diijinkan.

    Bertambahnya tekanan udara yang di-aerasikan akan menurunkan kadar zat pence-mar air buangan tapioka. Pada tekanan udara8 psi yang diaerasikan didapat kualitas untukair buangan tapioka yang sudah memenuhipersyaratan baku mutu yang diijinkan.

    Santoso, Proses pengolahan...

    Bertambahnya konsentrasi lumpuraktif akan menurunkan kadar zat pencemarair buangan tapioka. Pada konsentrasi lum-pur aktif 3500 mgIL didapatkan hasil yangsudah memenuhi persyaratan baku mutu yangberlaku untuk kualitas air buangan.

    Analisis hasil penelitian ini menun-jukkan penurunan yang terbaik terjadi sela-mawaktu aerasi 5 jam, konsentrasi lumpur aktif2500 mgIL, dan tekanan udara yang diaerasi-kan 8 psi, dengan kualitas air buangan BOD142,458 mgIL, COD 293 mgIL, TSS 7 mgIL,dan Sianida (CN) 0,096 mgIL. Penurunan zatpencemar ini sudah memenuhi syarat sebagaiair buangan tapioka yang berlaku, sesuai ke-tentuan: Keputusan Mentri KLH No. Kep-03/MEN -KLH/II/ 1991.

    Disarankan kepada Industri Tapiokauntuk mengolah air buangan industri tapiokasesuai dengan kondisi yang ditemukan padapenelitian ini. Pada saat ini hampir semuaindustri tapioka masih membuang air buan-gan industri tapiokanya langsung ke sungaiterdekat karena begitu tingginya dan besarkandungan zat pencemar yang terkan-dungdalam air buangan industri tapioka.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alaerts. G dan Sumestri, Sri. 1984. MetodePenelitian Air. Institut Teknologi Sepu-luh Nopember. Surabaya.

    Betty, Sri L.J. dan Winiati, Pujdi Rahayu.1983. Penanganan Limbah Industri Pan-gan. PAU Pangan dan Gizi Institut Perta-nian Bogor.

    Departemen Perindustrian. 1984. Buku Pan-duan Pencegahan dan penanggulanPencemaran Industri Fermentasi. De-

    prin. Jakarta.Fair, Gordon M. 1968. Waste And Wastewater

    Treatment. Toppan Company, Limited.Tokyo, Japan.

    Ginting, Perdana. 1992. Mencegah dan Men-gendalikan Pencemaran Industri. Pus-taka Sinar Harapan. Jakarta.

    Grady, Leslie dan Henry, C. 1980. BiologicalWastewater Treatment Theory and Appli-cation. New York dan Basel.

    Rifai, A. Pengolahan Air Buangan di Pabrik.Prosiding Seminar Pengendalian Pence-

    219

  • maran Air Buangan. DPMABandung.Reynold, TD. 1982. Unit Operation and

    Processes in Environmental Engineer-

    220

    ing. Brooks Cole Engineering Division.Monterey, California.

    Jurnal I/miah Teknologi & Rekayasa, VolumeJ5 No.3, Desember 2010