new manajemen pembelajaran boarding school di man 1...
TRANSCRIPT
i
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BOARDING
SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Nikmatul Khoiriyah
NIM. 11110045
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
ii
iii
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BOARDING
SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Nikmatul Khoiriyah
NIM. 11110045
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
iv
v
vi
vii
MOTTO
. . .
“... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah/58:11)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ibunda (Tusinah) dan ayahanda (Mustofa) yang sangat saya cintai.
Adik-adik saya (Nur Khasan dan Muhammad Mahsus) yang saya sayangi.
Pakde Sumarno dan Khusen yang saya sayangi.
Para orang tua asuh saya (Bpk. Imam Subarkah dan Ibu Eni, Bpk. Mahsun dan
Ibu Robi‟ah, serta Bpk. Jamal dan Mbak Sholikhah)
Saudara-saudara saya yang baik hati.
Almamater saya Pondok Pesantren Hidayatush-Shibyan, SDN 2 Sukodadi, MTsN
Kaliangkrik, MAN 1 Kota Magelang dan STAIN Salatiga.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga skripsi dengan
judul “Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat diselesaikan dengan baik tanpa
suatu halangan yang berarti. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan
menuju cahaya Ilahi.
Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, penulis telah berusaha secara
maksimal untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Akan tetapi,
mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, kritik beserta
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sehingga skripsi ini dapat
menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi penyelenggaraan suatu
program pendidikan unggulan maupun yang regular.
Selanjutnya penulis sampaikan syukran katsir, jazakumullahu khair kepa-
da semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku Ketua Program studi PAI STAIN Salatiga.
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.
x
5. Segenap dosen dan karyawan-karyamati STAIN Salatiga yang telah memberi-
kan bekal pengetahuan hingga selesai masa studi dan penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. H. M. Manshur Asnawi, M.Si. selaku Kepala MAN 1 Kabupaten
Magelang beserta stafnya.
7. Bapak Saeful Bahri, S.Pd.SD. beserta ibu Mefa Evita Dewi, S.Pd.I. (pengasuh
asrama putri) dan bapak Achmad Akrom, S.Pd.I (pengasuh asrama putra) IBS
Daarunnajaah MAN 1 Kabupaten Magelang.
8. Segenap narasumber dari pihak IBS dan madrasah.
9. Bapak dan ibu penulis yang senantiasa mendo‟akan, mendukung lahir dan
batin, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
10. Adik-adik, saudara, serta teman-teman dekat yang selalu memberi motivasi
dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Para santri IBS Daarunnajaah yang telah membantu proses penelitian.
12. Teman-teman seperjuangan PAI B khususnya dan STAIN Salatiga umumnya.
Akhirnya do‟a terpanjatkan kepada Allah SWT jazakumullah achsanal
jaza, jaza`an katsiran. Semoga proses dan penulisan skripsi ini mendapat ridho
Allah SWT dan bermanfaat bagi penulis serta para pembaca. Aamiin.
Salatiga, 4 September 2014
Penulis,
Nikmatul Khoiriyah
NIM. 111 10 1045
xi
ABSTRAK
Khoiriyah, Nikmatul. 2014. Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN
1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Manajemen Pembelajaran, Boarding School
Pendidikan merupakan suatu hal urgen dan bermakna dalam kehidupan
manusia yang bertujuan tinggi, yaitu mengembangkan potensi manusia baik
batiniah maupun lahiriah. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tinggi
pendidikan adalah dengan menyelenggarakan program boarding school berciri
khas keislaman dengan sistem pesantren. Sebagai contoh adalah program
unggulan boarding school berciri khas islam dengan sistem pesantren di MAN 1
Kabupaten Magelang yang diberi nama Islamic Boarding School Daarunnajaah.
Program ini mulai diselenggarakan pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan
disertai tujuan dan cita-cita tinggi. Pada penyelenggaraannya yang baru seumur
jagung ini telah berhasil mengirimkan dutanya dalam berbagai perlombaan dan
membawa kejuaraan. Berdasarkan paparan di atas peneliti ingin mengetahui lebih
dalam tentang implementasi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1
Kabupaten Magelang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan
metode kualitatif bersifat naturalistik. Penelitian dilakukan pada 12 April-9
Agustus 2014 dengan melibatkan kepala sekolah, waka humas dan keislaman,
pembina asrama, beberapa ustadz pengampu kajian kitab, pengampu klinik mapel,
dan beberapa santri sebagai informan. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Data yang
diperoleh dikumpulkan, direduksi dan diinterpretasi dengan menggunakan metode
berpikir induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi manajemen pembela-
jaran boarding school berciri khas keislaman dengan sistem pesantren diawali
dengan penyusunan program pembelajaran tetapi tidak membuat perencanaan
pembelajaran. Dalam pengorganisasian pembelajaran dilakukan pengelolaan guru,
pengasuh/pembina, santri/peserta didik, materi, dan waktu pelaksanaan pembela-
jaran. Pelaksanaan pembelajaran rata-rata menggunakan metode pembelajaran
PA1 dengan media buku/kitab dan papan tulis serta perangkatnya. Pada bagian
pengawasan pembelajaran dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembela-
jaran oleh penanggung jawab yaitu kepala sekolah dan pembina asrama. Untuk
evaluasi belum dilaksanakan secara formal melainkan dilakukan secara langsung
setelah pembelajaran secara lisan, praktek, maupun pengamatan pada keseharian.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran berasal dari
lingkungan, pembina, guru/pengampu kegiatan belajar, santri, orang tua santri,
dan juga fasilitasnya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. vi
MOTTO....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................ ix
ABSTRAK................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Fokus Penelitian...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian................................................................ 7
E. Penegasan Istilah..................................................................... 8
F. Metode Penelitian.................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan.............................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pembelajaran....................................................... 21
1. Manajemen......................................................................... 21
2. Pembelajaran...................................................................... 28
3. Manajemen Pembelajaran................................................... 30
B. Boarding School...................................................................... 39
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran.................................. 45
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELTIAN
A. Gambaran Umum Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten
Magelang................................................................................. 47
1. Letak Geografis Madrasah dan Asrama MAN 1
Kabupaten Magelang.......................................................... 47
2. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Magelang.................. 48
3. Visi dan Misi MAN 1 Kabupaten Magelang...................... 49
4. Sejarah Penyelenggaraan Program Boarding School......... 50
5. Tujuan Penyelenggaraan Program Boarding School.......... 53
6. Struktur Organisasi Boarding School................................. 54
7. Kondisi Obyektif Santri Boarding School MAN 1
Kabupaten Magelang.......................................................... 56
8. Kondisi Obyektif Pembina dan Pengajar............................ 60
xiii
9. Kondisi Fasilitas Asrama.................................................... 62
B. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School
Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014................................................................................ 64
1. Planning (Perencanaan) Pembelajaran............................... 65
2. Organizing (Pengorganisasian) Pembelajaran.................... 73
3. Actuating (Pelaksanaan) Pembelajaran.............................. 77
4. Controlling (Pengawasan) dan Evaluasi Pembelajaran...... 82
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen
Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014.................................... 85
1. Faktor Pendukung............................................................... 85
2. Faktor Penghambat............................................................. 87
BAB IV PEMBAHASAN
A. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School
Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014................................................................................ 91
1. Pembelajaran Di Islamic Boarding School (IBS) Daarun-
najah MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014........................................................................... 91
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran Boarding
School Di MAN I Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014........................................................................... 94
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manaje-
men Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014.................................... 110
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajar-
an Boarding School............................................................ 111
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajar-
an Boarding School............................................................ 113
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................. 119
B. Saran........................................................................................ 121
C. Kata Penutup........................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Jadwal Harian Di Pondok Modern Gontor .............................. 43
Tabel 2.2 : Jadwal Mingguan Di Pondok Modern Gontor ........................ 44
Tabel 3.1 : Daftar Prestasi Santri IBS Daarunnajah MAN 1 Kabupaten
Magelang ................................................................................ 57
Tabel 3.2 : Daftar Pembina dan Ustadz/Guru Pengajar IBS Daarunnajah 61
Tabel 3.3 : Kitab yang Dikaji dalam Kajian Kitab Beserta Pengampu ..... 69
Tabel 4.1 : Kualifikasi Pembina, Pengajar, dan Tentor ............................. 95
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Penelitian
Lampiran 2 : Catatan Lapangan
Lampiran 3 : Daftar Santri Putra Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1
Kabupaten Magelang
Lampiran 4 : Daftar Santri Putri Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten
Magelang
Lampiran 5 : Daftar Pengasuh, Ustadz/Pengajar Kajian Kitab, Pengajar Klinik
Mapel IBS Daarunnajah
Lampiran 6 : Tata Tertib Dan Disiplin Pokok Islamic Boarding School MAN 1
Kabupaten Magelang
Lampiran 7 : Struktur Kepengurusan Putri Th. 2014 Daarunajah Islamic
Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 8 : Struktur Kepengurusan Putra Th. 214 Daarunnajah Islamic
Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 9 : Jadwal Kegiatan Santri Putra Islamic Boarding School MAN 1
Kabupaten Magelang
Lampiran 10 : Jadwal Kegiatan Islamic Boarding School Daarunnajah Putri
MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 11 : Al-Mufrodat (Kosakata)
Lampiran 12 : Teks Muhadharah/Khitobah Bahasa Arab
Lampiran 13 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 15 : Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 16 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 17 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 18 : Daftar Nilai SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang urgen dan bermakna dalam
kehidupan manusia. Dengan mengikuti serta melaksanakan kegiatan dan proses
pendidikan manusia akan mampu mencapai tujuan dan cita-cita kehidupannya
yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain itu kemajuan di bidang
pendidikan juga merupakan indikator dari meningkatnya derajat peradaban
suatu bangsa. Sebab, melalui proses pendidikan tersebut seseorang dapat
belajar apapun yang belum mereka ketahui sebelumnya sehingga pada
akhirnya akan terbentuk suatu karakter yakni manusia dapat mengembangkan
potensinya, memiliki pengendalian diri, kekuatan spiritual, akhlak mulia,
kecerdasan, dan keterampilan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem
Pendidikan Nasional) pasal 1 ayat 1 (Dirjen. Pendidikan Islam, 2006:5) bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Pada dasarnya pendidikan memiliki suatu inti yakni pendidik, peserta
didik, dan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi antara
keduanya dapat terjadi di mana saja baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Jenis interaksi antara kedua unsur pendidikan yang terjadi
2
di sekolah memiliki perbedaan mendasar dengan interaksi di dalam keluarga
dan masyarakat yaitu adanya proses pembelajaran yang disengaja, sadar, dan
terencana.
Pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya
pendidikan (Seifert, 2010:5). Proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar
yang dilakukan untuk menguasai satu atau beberapa kompetensi sebagai milik
sendiri (Saroni, 2006:71). Melalui proses pembelajaran ini pendidik dan
peserta didik akan mampu berinteraksi secara optimal sehingga dapat terjadi
transfer pengetahuan dengan baik. Dengan begitu maksud dari pendidikan
sebagaimana dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 di atas bisa tercapai.
Terlebih lagi jika kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan secara kontekstual
tidak hanya tekstual.
Untuk dapat mencapai maksud dari pendidikan tersebut tidaklah
mudah. Hal itu diperlukan usaha sungguh-sungguh, berkesinambungan, dan
kerja sama optimal dari berbagai unsur pendidikan. Diantaranya melaksanakan
pembelajaran efektif dengan dimulai dari perencanaan matang, kontrol,
pengawasan, dan evaluasi terus-menerus serta berkelanjutan. Sebagai contoh
adalah manajemen pembelajaran pada asrama sekolah yang dikenal sebagai
boarding school.
Boarding school atau sekolah berasrama merupakan lembaga sekolah di
mana di dalamnya terdapat asrama sebagai tempat tinggal para peserta didik
selama masa studi. Di dalam kehidupan asrama diberlakukan kegiatan
pembelajaran keagamaan sebagaimana di pesantren. Tata tertib di asrama pun
3
sama dengan di pesantren pada umumnya. Selain itu asrama juga memiliki
pengasuh yang dikenal sebagai pembina asrama.
Pembina asrama biasanya adalah guru pilihan berkemampuan
keagamaan tinggi dari lokal sekolah atau bisa juga mengangkat orang lain
dengan back ground alumni pesantren dan potensial keagamaan lebih unggul
serta komprehensif. Bahkan jika dimungkinkan meminta seorang kiai untuk
menjadi pembina sekaligus mudarris bagi peserta didik asrama.
Para peserta didik penghuni asrama juga berposisi sebagai siswa
sekaligus santri yang di situ akan meneladani akhlak orang-orang berilmu.
Sebagaimana dalam Muhaimin (2009:104) dipaparkan bahwa istilah “nyantri”
mengandung makna “itba‟ wa iqtida‟ akhlaq al-„ulama” (mengikuti dan
meneladani akhlaqnya ulama, termasuk guru/pendidik yang ahli di bidangnya),
sehingga guru/pendidik pun diposisikan dan dikondisikan sebagai
ustadz/ustadzah atau kiai/nyai. Guru/pendidik di atas maksudnya adalah
pembina asrama beserta dewan guru asrama itu sendiri yang mengampu
kegiatan pembelajaran sehari-hari di asrama setelah kegiatan belajar mengajar
formal di sekolah selesai.
Kegiatan pembelajaran di asrama dilakukan sejak sore hari hingga
malam dan pagi sebelum para santri mengikuti KBM di sekolah. KBM di
asrama memiliki tujuan sebagaimana KBM di sekolah yaitu untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan kualitas SDM
yang memadai dapat meningkatkan eksistensi dan peradaban masyarakat.
Kualitas SDM itu sendiri menyangkut dua aspek, yaitu aspek kualitas fisik dan
4
aspek kualitas non-fisik, yang meliputi kemampuan bekerja, berpikir, dan
berbagai macam keterampilan (Halim, dkk, 2005:4).
Selain untuk meningkatkan kualitas SDM, keberadaan pendidikan dan
pembelajaran dalam asrama sekolah juga bertujuan untuk membangun karakter
peserta didik yang sesuai dengan norma-norma agama Islam. Sebab, di
lingkungan asrama diberikan pelajaran keagamaan dan diaplikasikan secara
langsung. Di samping itu, dalam kehidupan asrama sehari-hari diterapkan
kedisiplinan pada berbagai aspek, diajarkan toleransi antar santri, saling
menghargai dan menghormati kepentingan setiap warga asrama, tolong
menolong, serta kekeluargaan. Kemudian di asrama pun biasanya diajarkan
keterampilan berbahasa asing (bahasa Inggris/Arab) dan bahasa tersebut
digunakan sebagai bahasa sehari-hari di lingkungan asrama. Sebagai contoh
pondok pesantren yang diadopsi model dan manajemennya untuk
penyelenggaraan boarding school adalah Pondok Modern Gontor yang lebih
mementingkan penguasaan ilmu alat seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris
(Yasmadi, 2002:117). Semua itu dilaksanakan di bawah pengawasan langsung
pembina asrama dengan dibantu para pengurus bersama senior asrama.
MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan salah satu diantara beberapa
lembaga pendidikan dan satu-satunya madrasah negeri diantara 3 MAN di
lingkungan Kabupaten dan Kota Magelang yang memiliki program boarding
school dengan sistem pesantren sebagai program unggulan. Hal ini adalah
suatu program yang masih jarang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
negeri. Sebab, biasanya sekolah/madrasah swasta di bawah naungan yayasan-
5
lah yang menyelenggarakan program boarding school ini atau madrasah yang
awalnya merupakan pesantren kemudian mendirikan program pendidikan
umum di dalamnya.
Program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang diseleng-
garakan sejak tahun pelajaran 2012/2013 lengkap dengan asrama putra dan
putri yang berciri khas keislaman dengan sistem pesantren. Asrama yang ada
ini didirikan dengan nama Islamic Boarding School Daarunnajaah.
Penyelenggaraan program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang ini
adalah sebagai program unggulan bagi madrasah tersebut dan diselenggarakan
bagi peserta didik unggulan dengan prinsip bilingual class program jurusan
agama dan IPA unggulan berasrama. Pendirian asrama dilengkapi fasilitas
yang cukup memadai dengan pembina/pengasuh asrama berasal dari pondok
pesantren ternama. Bagi peserta didik asrama diberlakukan peraturan wajib
bahasa dalam kehidupan sehari-hari di asrama. Selain itu juga diberlakukan
peraturan sebagaimana di pesantren yang dapat menunjang berlangsungnya
efektivitas pembelajaran. Kemudian dalam kegiatan sehari-hari santri asrama
diberikan pembinaan pembelajaran umum, keagamaan, motivasi, karakter,
keterampilan berbahasa, dan kedisiplinan.
Peserta didik program boarding school dipersiapkan untuk kejuaraan
olimpiade sains nasional, perlombaan-perlombaan akademik lainnya, dan siap
melanjutkan ke perguruan tinggi favorit dalam dan luar negeri dengan sertifikat
TOEFL dan TOAFL minimum 450. Pada tahun 2013 yakni tahun kedua
penyelenggaraan program ini dari peserta didik/santri asrama telah dikirimkan
6
sebagai duta mewakili MAN 1 Kabupaten Magelang untuk mengikuti lomba
pidato bahasa, esai, kaligrafi tingkat Jateng-DIY di pondok pesantren Wahid
Hasyim Yogyakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam lomba pidato
bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Arab, kaligrafi, dan esai telah berhasil
membawa pulang 4 kejuaraan.
Penyelenggaraan pembinaan pembelajaran boarding school di MAN 1
Kabupaten Magelang ini kiranya menarik untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut yang bersifat ilmiah untuk mengetahui manajemen pembelajarannya.
Terlebih lagi melihat keberhasilannya dalam mengikuti lomba pidato bahasa
dan esai sebagaimana dipaparkan sebelumnya serta masih jarangnya madrasah
negeri yang menyelenggarakan program ini. Berdasarkan alasan di atas penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “MANAJEMEN
PEMBELAJARAN BOARDING SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul tersebut, dapat ditetapkan fokus penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana Implementasi manajemen pembelajaran boarding school di
MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelejaran 2013/2014?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajar-
an boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelajaran
2013/2014?
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini
adalah sebagaimana berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi manajemen pembelajaran boarding school
di MAN 1 Kabupaten magelang tahun pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang
tahun pelajaran 2013/2014.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen pembelajar-
an sebagai tolok ukur dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang.
b. Menyumbangkan kontribusi pemikiran bagi siapa pun yang tertarik untuk
melangkah dalam dunia pendidikan.
c. Sebagai bahan evaluasi terkait manajemen pembelajaran khususnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, mengetahui lebih detail mengenai pelaksanaan manajemen
pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang.
b. Bagi pengelola asrama, diharapkan adanya penelitian ini dapat menjadi
masukan dalam rangka penyusunan, pelaksanaan, dan pengembangan
8
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten
Magelang.
c. Bagi lembaga pendidikan, sebagai tolok ukur adanya program boarding
school dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang penelitian ini, penulis perlu
memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul
penelitian. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya kekurangjelasan
maupun perbedaan pemahaman dan penafsiran terhadap penggunaan istilah
dalam judul penelitian tersebut.
1. Manajemen
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:623)
manajemen artinya proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran, sedangkan dalam bahasa Inggris (Shadily dan Echols,
2005:372) management berarti pengelolaan, ketatalaksanaan. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa manajemen adalah proses, pengelolaan
potensi pribadi atau lembaga secara efektif untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan telah dirmuskan oleh pribadi maupun bersama-sama.
2. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar dengan imbuhan pe-an.
Belajar dalam KBBI artinya berusaha memperoleh kepandaian ilmu,
sedangkan imbuhan pe-an dalam KBBI (Depdikbud, 1997:1183)
mempunyai arti proses. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
9
belajar, yaitu proses usaha manusia dalam rangka memperoleh kepandaian
di bidang ilmu pengetahuan.
3. Boarding School
Istilah boarding school dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia
(Shadily dan Echols, 2005:72) adalah sekolah dasar atau menengah dengan
asrama. Boarding school dapat juga diartikan sebagai sekolah berasrama,
yaitu suatu lembaga sekolah di mana di dalamnya terdapat asrama sebagai
tempat tinggal para siswa selama masa studi. Di dalam asrama itu pula para
siswa diberi tambahan pelajaran. Boarding school yang penulis maksud di
sini ialah islamic boarding school atau sekolah berasrama dengan ciri khas
keislaman.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada kegiatan penelitian ini digunakan pendekatan penelitian
lapangan (field research), sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian
kancah/lapangan dengan menggunakan metode kualitatif bersifat naturalis-
tik. Ide penting dari pendekatan penelitian lapangan adalah bahwa peneliti
berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu
fenomena dalam keadaan alamiah (Moleong, 2011:26). Penelitian kualitatif
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain, secara holistik dipaparkan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6).
10
Penelitian kualitatif bertujuan memahami (understanding) dunia makna
yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif
masyarakat itu sendiri, sehingga data penelitian kualitatif bersifat
naturalistik dengan metode induktif dan verstehen yang pelaporannya
bersifat deskriptif dan naratif (Suprayogo, 2001:9).
Penelitian kualitatif memiliki sifat berbeda dengan penelitin
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dilakukan penggeneralisasian
pada hasilnya, tetapi lebih ditekankan kedalaman informasi sehingga dapat
sampai kepada tingkat makna. Selain itu penelitian kualitatif berkarakter-
istik naturalisme dilakukan pada kondisi alamiah, bersifat deskriptif, lebih
menekankan proses daripada produk, analisis data secara induktif, dan
menekankan makna (Sugiyono, 2013:13-14).
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi
manajemen atau pengelolaan dan proses pembelajaran dalam lingkungan
boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang serta faktor yang
mempengaruhinya. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan
data deskriptif mengenai hal tersebut di lingkungan lembaga yang dijadikan
sebagai subyek penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai pengumpul
data sekaligus instrumen kunci pada kegiatan pengumpulan data di
lapangan. Sebagaimana dipaparkan dalam Sugiyono (2013:222) diuraikan
bahwa peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian yang berfungsi
11
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Adapun instrumen pengumpul data lain selain manusia berupa alat
bantu dan dokumen-dokumen lainnya adalah sebagai instrumen pendukung
yang digunakan untuk mendukung keabsahan data hasil penelitian. Oleh
sebab itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan yakni sebagai tolok
ukur keberhasilan dalam mengamati dan memahami fenomena obyek
penelitian. Jadi perlunya keterlibatannya secara langsung dan interaksi aktif
dengan informan mutlak adanya.
3. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan aktivitas penelitian dilakukan di dalam lingkungan
MAN 1 Kabupaten Magelang Jl. Sunan Bonang No. 17 Karet, Jurangombo,
Magelang. Khususnya di area asrama sekolah yang terletak di sebelah
masjid Darunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang (asrama putra) dan di area
PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) bagi asrama putri.
Adapun pemilihan asrama sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang
sebagai tempat penelitian dikarenakan realitas keberadaan boarding school-
nya sebagai program unggulan adalah bisa dikatakan program baru dan
telah berhasil mendelegasikan beberapa santrinya untuk mengikuti lomba
dengan kembali membawa prestasi.
12
4. Sumber Data
Sumber data merupakan siapa pun dan apa pun yang dapat memberi-
kan informasi data penelitian. Dalam Arikunto (1996:114) dijelaskan:
“Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses
sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen
atau catatanlah yang menjadi sumber data.”
Sementara dalam Sugiyono (2013:225) dipaparkan bahwa:
“Sumber data ada dua jenis yaitu sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber
tidak langsung memberikan data kepada pengumul data, misalnya lewat
orang lain atau dokumen.”
Data penelitian ini akan diambil dari sumber primer maupun
sekunder. Sumber data primernya ialah pembina asrama putra dan putri,
kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang beserta wakil kepala, dewan
asatidz asrama, guru mata pelajaran keislaman, dan santri asrama.
Sedangkan sumber data sekunder berupa dokumentasi mengenai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di boarding school, dokumen susunan
kepengurusan asrama, sejarah asrama dan madrasah, dan lain-lain.
Kemudian penentuan sumber data primer ini akan dikembangkan dengan
teknik snowball (bola salju). Snowball sampling adalah teknik pengambilan
sumber data yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi
banyak (Sugiyono, 2013:219).
13
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yaitu memaparkan tentang bagaimana
cara peneliti mendapatkan dan mengumpulkan data yang pada akhirnya
akan dianalisis menggunakan suatu teknik tertentu. Teknik pengumpulan
data merupakan langkah strstegis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam KBBI (Depdikbud, 1997:699) artinya
pengamatan, peninjauan secara cermat. Menurut Sutrisno Hadi, observasi
merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis, dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2013:145).
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif pasif. Dalam observasi ini peneliti datang di tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut (Sugiyono, 2013:227). Jadi, kedatangan peneliti untuk observasi
dalam tempat terjadinya kegiatan pembelajaran di asrama nanti hanya
mengamati, mendengarkan, merekam, dan mencatat jalannya pelaksana-
an manajemen pembelajaran di asrama.
Pedoman pelaksanaan observasi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
14
1) Kondisi obyektif pembina, dewan asatidz, dan santri asrama MAN 1
Kabupaten Magelang.
2) Kondisi sarana dan prasarana asrama MAN 1 Kabupaten Magelang.
3) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pembinaan di asrama MAN 1
Kabupaten Magelang.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban (Moleong, 2011:186). Pendapat lain dari Esterberg,
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013:231).
Jenis metode wawancara ada bermacam-macan, tetapi yang sesuai
dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah wawancara
terbuka dan terstruktur. Sebab, dalam pelaksanaan wawancara nantinya
informan atau narasumber/terwawancara mengetahui bahwa mereka
sedang diwawancarai dan tahu pula maksud serta tujuan dari wawancara
itu. Selain itu pada saat wawancara dilakukan, peneliti telah menetapkan
dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dengan tersusun secara
sistematis.
Wawancara ini akan dilakukan kepada narasumber sebagaimana
telah disebutkan pada bagian sumber data. Di antaranya pembina asrama
15
putra dan putri, kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang beserta
wakil kepala, dewan asatidz asrama, guru mata pelajaran keislaman, dan
santri asrama.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa
berbentuk tulisan, atau karya-karya monumental (Sugiyono, 2013:240).
Pengertian lain dari metode dokumentasi adalah mencari data melalui
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 1996:234). Metode dokumentasi ini digunakan untuk
mengetahui data tentang sejarah serta visi misi MAN 1 Kabupaten
Magelang, sejarah penyelengaraan program boarding school, inventaris
asrama, susunan kepengurusan asrama, pengelola asrama, peraturan
santri, jadwal kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain santri, serta
gambar-gambar kegiatan santri.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2013:244). Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, analisis data
16
kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011:248).
Penelitian menggunakan analisis data kualitatif. Data dianalisa
dengan metode deskriptif analisis non-statistik yang menggunakan cara
berpikir yang bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data maksudnya bahwa setiap keadaan harus memenuhi
demonstrasi nilai yang benar, tersedia dasar agar hal itu dapat diterapkan,
dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya
(Moleong, 2011:320-321). Untuk menetapkan keabsahan data dalam
penelitian ini digunakan cara perpanjangan waktu pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, dan triangulasi. Dengan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang
baru, sedangkan peningkatan ketekunan dalam penelitian berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Triangulasi adalah
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan waktu.
17
Dengan cara ini maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan proses penelitian yang lakukan adalah tahap pra-lapangan
atau sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,
dan tahap penulisan laporan. Dalam pelaksanaan penelitian ini tahapan yang
dilalui adalah sebagai berikut:
a. Tahap pra-lapangan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih subyek/lapangan penelitian, mengurus
perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan
informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, penentuan fokus
penelitian dan konsultasi fokus.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini dilaksanakan pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1
Kabupaten Magelang.
c. Tahap analisis data
Dalam tahap analisis data ini dilaksanakan analisis terhadap data
hasil penelitian baik yang diperoleh melalui observasi partisipatif pasif,
wawancara mendalam dengan informan sebagaimana telah disebutkan
pada bagian sumber data, maupun dokumentasi. Selanjutnya dilakukan
penafsiran dan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan
18
yang diteliti. Kemudian pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang ditemukan dan metode pemerolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
memberikan pemaknaan terhadap data hasil penelitian. Hal ini
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang
sedang dilaksanakan.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan hasil penelitian ini meliputi kegiatan
penyusunan dan perekapan hasil penelitian dari semua rangkaian
pengumpulan data hingga pemberian makna atau interpretasi data.
Selanjutnya mengkonsultasikan hasil penelitian kepada dosen
pembimbing dengan tujuan mendapatkan perbaikan, saran-saran,
nasehat-nasehat untuk kesempurnaan laporan hasil penelitian. Kemudian
hasil bimbingan tersebut ditindaklanjuti dengan penulisan laporan yang
sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran umum mengenai laporan hasil penelitian
ini yang nantinya disebut skripsi, maka akan dipaparkan sistematika penulisan
skripsinya. Ada pun sistematika penulisan skripsi tersebut adalah sebagai
berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan secara umum mengenai arah penelitian yang
dilaksanakan. Pada bagian pendahuluan ini pembaca dapat mengetahui latar
19
belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian, metode penelitian yang
digunakan, serta sistematika penulisan naskah skripsi.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Adapun isi dari kajian pustaka dalam
skripsi ini antara lain: pengertian manajemen pembelajaran, aplikasi
manajemen pembelajaran, kajian mengenai manajemen pembelajaran,
pengertian boarding school, kegiatan pembelajaran boarding school,
keunggulan dan kelemahan boarding school, dan manajemen pembelajaran
boarding school.
BAB III: PARARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang paparan data dan temuan hasil penelitian yang
diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan
dalam bab I. Paparannya dalam bab ini mencakup gambaran umum MAN 1
Kabupaten Magelang, dan gambaran mengenai boarding school itu sendiri,
serta temuan penelitian mengenai pelaksanaan manajemen dan kegiatan
pembelajaran di asrama serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisa dan interpretasi terhadap data-data yang
berhasil dihimpun pada pelaksanaan kegiatan penelitian. Analisa berfungsi
menafsirkan dan menjelaskan temuan yang diungkap dari lapangan. Dalam bab
ini pula diinterpretasikan mengenai implementasi manajemen pembelajaran
20
boarding school dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang.
BAB V: PENUTUP
Bab terakhir dalam skripsi ini berisi mengenai penarikan kesimpulan,
saran-saran, dan kata penutup yang diikuti dengan daftar pustaka beserta
lampiran-lampirannya.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pembelajaran
1. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Terdapat beragam pengertian manajemen, baik ditinjau dari segi
etimologis maupun terminologis. Dari segi etimologis, kata “manajemen”
berasal dari bahasa asing, sedangkan dari sisi terminologis terdapat
banyak pendapat mengenai pengertiannya. Beberapa di antara pengertian
manajemen baik dari segi bahasa/etimologis maupun dari segi
istilah/terminologis akan dipaparkan berikut ini.
Istilah manajemen diterangkan dalam Usman (2006:3) berasal
dari bahasa Latin, yaitu manus berarti tangan dan agere berarti
melakukan, digabung menjadi managere berarti menangani. Dalam
bahasa Inggris kk. to manage, kb. management berarti manajemen atau
pengelolaan.
Syaiful Sagala dalam Baharuddin dan Makin (2010:48) juga
mengungkapkan pengertian manajemen secara etimologis yaitu berasal
dari kata managio berarti pengurusan, atau managiare berarti melatih
dalam mengatur langkah-langkah, atau dapat juga berarti bahwa
manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
22
Ditinjau dari segi terminologis manajemen memiliki banyak
makna tergantung dari siapa pendapat tersebut muncul. Dari banyak
pendapat itu, di sini akan dipaparkan beberapa saja yang dianggap cocok
untuk diterapkan dengan pembelajaran. Dalam Kartono (1994:74)
dipaparkan bahwa manajemen adalah usaha serentak dan sistematis
untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya masih mengambil dari
Kartono (1994:74), G.R Terry dalam bukunya Principles of Manajement
dengan mengungkapkan pendapat orang lain, yaitu:
“Management is the performance of conceiving and achieving desired
results by means of group efforts consisting of utilizing human talents
and resources (manajemen adalah penyelenggaraan dari penyusunan
dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-
upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat- bakat dan sumber-
sumber daya manusia).”
Nanang Fattah menjelaskan pengertian manajemen dalam
bukunya Landasan Manajemen Pendidikan, yaitu manajemen merupakan
proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan oeganisasi tercapai
secara efektif dan efisien (Baharuddin dan Makin, 2010:49).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen adalah
usaha-usaha suatu individu maupun organisasi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan telah ditentukan dengan mengelola, mengatur,
menggunakan, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif
dan efisien.
23
b. Ruang Lingkup/Fungsi Manajemen
Untuk mencapai suatu tujuan diperlukan usaha-usaha sistematis
yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta secara efektif dan
efisien. Usaha sistematis dalam sebuah manajemen tersebut dapat disebut
dengan fungsi manajemen. Fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam
Kartono (1994:75) meliputi empat peristiwa yang disingkat dengan
POAC, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.
1) Planning (Perencanaan)
Menurut Baharuddin dan Makin (2010:99), perencanaan
adalah akivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives)
apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka
pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan
tugas-tugasnya. Dalam Kartono (1994:79) dipaparkan bahwa
perencanaan adalah kegiatan menemukan sasaran ekonomis yang
ingin dicapai dan memikirkan sarana pencapainnya. Dari pengertian di
atas dapat dipahami bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau
aktivitas dalam rangka menetapkan tujuan yang ingin dicapai, apa
yang harus dilakukan, dan siapa pelaksana langkah untuk mencapai
tujuan tersebut.
Dalam suatu organisasi, lembaga, atau kegiatan langkah
pertama yang dilakukan adalah menetapkan tujuan apa yang ingin
dicapai. Kemudian barulah dirumuskan cara-cara mencapai tujuan itu
dan pelaku kerjanya. Sesudah menetapkan tujuan dan sebelum
24
merumuskan langkah atau cara hendaknya terlebih dahulu melakukan
analisis untuk mengetahui apa yang diperlukan agar tujuan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan analisis ini sebaiknya
menggunakan teori analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats yaitu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman/tantangan (Sallis, 2010:221). Analisis SWOT merupakan
salah satu instrumen analisis yang andal dalam usaha mengembangkan
lembaga pendidikan, bertumpu pada kekuatan dan kelemahan yang
terdapat dalam internal lembaga, sedangkan peluang dan tantangan
didasarkan pada faktor eksternal lembaga (Baharuddin dan Makin,
2010:40). Dengan mengetahui dan memperhatikan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam dan sekitar lembaga maka
usaha pemilihan strategi kerja yang efektif akan membuahkan hasil
sesuai keinginan.
Adanya kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan suatu
kegiatan ataupun manajemen memiliki manfaat tersendiri. Di antara
manfaat perencanaan sebagimana dipaparkan dalam Usman (2006:48)
adalah sebagai berikut:
a) Standar pelaksanaan dan pengawasan.
b) Pemilihan berbagai alternatif terbaik.
c) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
d) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
e) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
f) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
g) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
25
2) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan
lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2006:128). Menururt
Sarwoto pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan
orang-orang, alat-alat tugas, tanggung jawab atau wewenang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Baharuddin dan Makin, 2010:102). Dengan
demikian dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah penyusunan
struktur organisasi dan pengelompokan pelaku beserta tugas, tanggung
jawab sehingga organisasi tersebut dapat bekerja untuk mencapai
tujuan.
Di dalam pengorganisasian tentunya terdapat suatu tugas
pokok. Tugas pokok dalam pengorganisasian ialah membagi tugas
kerja, menentukan kelompok atau unit kerja, dan menentukan
tingkatan otoritas, yaitu kewibawaan dan kekuasaan dengan segenap
pertanggungjawabannya (Kartono, 1994:81). Di samping tugas pokok
juga terdapat beberapa kegiataan yang merupakan proses
pengorganisasian. Beberapa kegiatan dalam proses organizing
(pengorganisasian) seperti disebutkan oleh Sarwoto dalam Baharuddin
dan Makin (2010:102-105) adalah:
26
a) Perumusan tujuan
b) Penetapan tugas pokok
Tugas pokok adalah sasaran yang dibebankan kepada organisasi
untuk dicapai.
c) Perincian kegiatan
d) Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi
e) Departementasi
f) Pelimpahan authority
Pelimpahan otoritas adalah pemberian kekuasaan atau hak untuk
bertindak atau memberikan perintah untuk menimbulkan
tindakan-tindakan.
g) Staffing
Staffing adalah penempatan orang pada satuan-satuan organisasi
yang telah tercipta dalam proses departementasi. Prinsip
utamanya ialah menempatkan orang yang tepat pada tempatnya
dan jabatan atau pekerjaannya.
h) Facilitating
Bentuk facilitating berupa pemberian kelengkapan seperti
peralatan.
3) Actuating (Pelaksanaan)
G.R. Terry yang dikutip oleh Baharuddin dan Makin
(2010:105) mendefinisikan actuating sebagai tindakan untuk meng-
usahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha guna mencapai
sasaran-sasaran, agar sesuai dengan perenca-naan manajerial dan
usaha-usaha organisasi. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa dalam
kegiatan actuating seorang manajer atau pemimpin melaksanakan
suatu usaha menggiatkan unsur-unsur bawahannya agar mau bekerja
dan berusaha secara sungguh-sungguh guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
4) Controlling (Pengawasan)
Pengawasan menurut LANRI dalam Usman (2006:401) ialah
suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan
27
pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula atau
belum. Sarwoto dalam Baharuddin dan Makin (2010:111) memberi
batasan pengawasan sebagai kegiatan manajer yang mengusahakan
agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Berdasarkan dua pengertian
pengawasan tersebut dapat dipahami bahwasannya dalam aktivitas
pengawasan seorang manajer atau pemimpin mengawasi jalannya
kegiatan dan kinerja bawahan untuk mengetahui apakah sudah sesuai
dengan rencana semula atau belum dalam upaya mencapai tujuan
yang selanjutnya akan diadakan tindak lanjut dari hasil pengawasan
itu.
Dalam bagian pengawasan juga dilakukan evaluasi. Evaluasi
adalah kegiatan mengukur, menilai, dan membandingkan hasil kinerja
dengan standar yang sudah digariskan dalam planning, apakah sudah
tepat dan sesuai atau belum, ataukah mungkin justru menyimpang.
Adanya kontrol dan evaluasi sangat diperlukan dalam pelak-
sanaan suatu manajemen. Jika keberadaan kontrol dan evaluasi ini
lemah dan longgar, maka akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam
menemukan kelemahan dan gagal mengoreksi aktivitas yang menyim-
pang (Kartono, 1994:84-85). Jika hasil dari kontrol dan evaluasi tidak
memuaskan maka harus diatasi dengan mengubah rencana, menga-
dakan reorganisasi, atau mengubah fungsi kepemimpinan (Kartono,
1994:85).
28
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar dengan imbuhan pe-
an. Belajar dalam KBBI artinya berusaha memperoleh kepandaian ilmu.
Sedangkan imbuhan pe-an dalam KBBI (Depdikbud, 1997:1183)
mempunyai arti proses. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
belajar, yaitu proses usaha manusia dalam rangka memperoleh
kepandaian di bidang ilmu pengetahuan. Dalam pengertian lain,
pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya
pendidikan (Seifert, 2010:5). Pembelajaran adalah proses yang dirancang
untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotornya (Suwardi, 2007:30). Pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 1995:57).
Proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dilakukan
untuk dapat menguasai satu atau beberapa kompetensi sebagai milik
sendiri (Saroni, 2006:71). Berdasarkan pengertian di atas, maka kata
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses dari usaha manusia yang
dirancang secara sistematis untuk memperoleh kepandaian di bidang
ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat mengubah perilaku diri sese-
orang baik pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotornya dengan du-
kungan unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, dan prosedur tertentu.
29
b. Unsur-unsur Kegiatan Pembelajaran
Dalam suatu kegiatan apapun tentu harus terdapat unsur-unsur
pendukung agar kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan
membuahkan hasil yang baik serta maksimal. Demikian pula dengan
pembelajaran, terdapat unsur-unsur yang harus terpenuhi sehingga tujuan
dari pembelajaran dapat dicapai.
Unsur-unsur pembelajaran paling tidak mencakup:
1) Peserta didik atau orang yang belajar.
2) Pendidik atau orang yang menyampaikan pelajaran.
3) Materi belajar (ilmu pengetahuan).
4) Tujuan pembelajaran.
5) Lingkungan belajar.
6) Unsur-unsur lain, seperti: metode, alat/media.
(Muliawan, 2005:133)
c. Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang
pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan, dan meneliti suatu
pembelajaran (Hill, 2009:28). Pengertian-pengertian pembelajaran di atas
sebenarnya dilandasi oleh suatu rumusan yang sama walaupun kemudian
diungkapkan sesuai dengan pandangannya sendiri. Sementara rumusan
yang ada itu pada dasarnya berlandaskan pada teori tertentu (Hamalik,
1995:57-64), yaitu:
1) Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik/siswa di sekolah.
2) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik.
30
5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Teori pembelajaran sebagaimana di atas memiliki makna yang
luas dalam lingkup pendidikan dan berperan penting sebagai landasan
dalam rangka perumusan rancangan proses belajar mengajar yang baik.
3. Manajemen Pembelajaran
Pengertian manajemen pembelajaran dapat diketahui menggabung-
kan antara pengertian manajemen dan pembelajaran di atas. Manajemen
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengelola, mengatur
peserta didik, sumber belajar, dan bahan ajar dengan sistematis untuk
mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien.
Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi
manajemen yang harus dilaksanakan, yaitu perencanaan pembelajaran,
pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pengawasan
pembelajaran yang juga meliputi kegiatan evaluasi pembelajaran.
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu
keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan
metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain
perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).
31
Penyusunan rencana pembelajaran hendaknya memperhatikan
hal-hal yang bersifat prinsipil. Beberapa prinsip tersebut sebagaimana
dalam Maimun dan Fitri (2010:90-91) adalah:
1) Berdasar pada amanah orang tua siswa, maksudnya adalah
sebagaimana pernyataan Ibrahim Bafadhal bahwa dalam membuat
perencanaan harus didasarkan atas kebutuhan bersama dan
memperkirakan masa depan.
2) Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya, tujuannya
agar target pembelajaran yang belum dicapai dapat diraih pada
tahun berikutnya.
3) Penetapan target dan program yang akan dicapai. Hal ini dilakukan
melalui tahapan tertentu, yaitu melihat hasil evaluasi sebelumnya
dengan memperhatikan pencapaian kompetensi dasar minimal para
siswa; memperhatikan sumber daya baik manusia maupun bukan
manusia dalam upaya mendukung proses pembelajaran;
menentukan target dan strategi pada pembelajaran selanjutnya, baik
target pencapaian kompetensi dasar maupun target yang lain.
Di dalam kegiatan perencanaan ini biasanya seorang pendidik
menyusun perangkat pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabi, program tahunan (Prota), dan
program semester (Promes). Selain itu, pendidik juga menyiapkan dan
menentukan tujuan beserta target pembelajaran, alat, bahan serta sumber
belajar, merumuskan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
beserta media pembelajaran yang akan digunakan pada saat KBM
sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik dan senang. Selain itu
pendidik juga merancang pelaksanaan kegiatan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dari pembelajaran yang
diinginkan. Dengan demikian, adanya perencanaan pembelajaran ini
diharapkan dapat menjadi tolok ukur pelaksanaan KBM sehingga tujuan
dan target pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
32
b. Pengorganisasian Pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses
pengelompokan pendidik, peserta didik, materi dan sumber belajar serta
sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses
pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan materi
pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa materi itu diberikan,
bagaimana cara menyampaikannya, serta kapan pelajaran itu akan
diberikan.
Menentukan materi pembelajaran berarti melakukan kegiatan
pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan prinsip
keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan kinetik) dan
aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108). Dengan demikian
materi pembelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah sesuai dengan
kebutuhan sekolah guna menunjang tercapainya target program sekolah
yang sedang dikembangkan.
Di samping materi, pebelajar/siswa juga perlu diorganisir atau
dikelola dengan baik sehingga target program pembelajaran yang telah
dirancang dapat tercapai sebab siswa merupakan komponen atau unsur
pembelajaran terpenting dan penentu dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu agar dapat berhasil dalam proses pembelajaran harus dilakukan
upaya pengelolaan siswa yang diawali dengan seleksi siswa yang ketat
33
kemudian pengelompokan siswa baik berdasarkan tingkat intelegensi
ataupun aspek-aspek yang lain (Maimun dan Fitri, 2010:92).
Selain itu perlu dilakukan pengorganisasian dan pengelolaan guru
atau pengajar dengan baik. Sekolah harus memberdayakan pengajar yang
memenuhi kualifikasi dan berkualitas unggul agar input siswa yang baik
dapat menjadi output yang lebih baik, potensial, dan berkualitas. Upaya
yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh staf pengajar berkualitas di
antaranya dengan cara melakukan seleksi yang ketat terhadap calon guru
yang akan diterima di sekolah, mengadakan dan mengikutsertakan guru
dalam pendidikan dan pelatihan, serta membina dan meningkatkan
kegiatan kelompok kerja guru (Maimun dan Fitri, 2010:97-102) atau
musyawarah guru mata pelajaran.
Mengenai seleksi calon guru harus dipersiapkan dengan matang
berkaitan dengan syarat/kualifikasi dan materi seleksinya. Diantara syarat
yang dapat diajukan adalah harus lulus S1, tes psikologi, tes akademik,
tes agama, tes keahlian dan keguruan, serta wawancara (Maimun dan
Fitri, 2010:98).
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang
pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan
yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsur-
unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar,
strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar
34
dengan senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai rencana.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan seorang
guru harus memiliki keterampilan dalam penyampaian materi pelajaran
dan mampu menggunakan metode mengajar secara tepat. Oleh karena itu
penguasaan terhadap metode pembelajaran baik metode konvensional
maupun inkonvensional merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Suwardi, 2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang diguna-
kan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang dipelajari,
ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar. Diantara jenis-
jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam KBM adalah
sebagai berikut:
1) Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai
dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110).
2) Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah cara mengajar yang dilakukan
dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang dapat dicontoh
atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief, 2002:117).
35
3) Metode pemberian ganjaran
Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara memberikan
ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun keberhasilan belajar
peserta didik sebagai pendorong dan motivasi belajar (Arief,
2002:127).
4) Metode pemberian hukuman
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan
peserta didik (Arief, 2002:131).
5) Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi
pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak
ramai (Arief, 2002:135-136). Dalam pengertian lain ceramah diartikan
sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka
kelas (Usman, 2002:34).
6) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab (Arief, 2002:140).
Pada pendapat lain metode tanya jawab adalah penyampaian pesan
pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan
bertanya dan guru menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).
36
7) Metode Sorogan
Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya
menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah sistem
belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk
membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan
(Arief, 2002:150).
8) Metode bandongan/weton
Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief
(2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah
banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa
Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan
membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau
buah fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini
merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren menyertai
metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu
pesantren (Nasir, 2005:113)
9) Metode drill
Menurut Rustiyah dalam Arief (2002:174) metode drill adalah
suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar di mana
siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki keterampilan
ataupun ketangkasan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
37
10) Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi pelajaran
di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu
untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama
dan bergotong royong (Arief, 2002:196).
Selain metode yang tepat efektivitas pembelajaran juga
dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara
penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi,
2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan adalah
gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-lain.
d. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran
Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah
dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang
dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan pembelajaran ini
seorang pemimpin ataupun guru harus mengetahui dan memahami
program pembelajaran yang telah direncanakan, sehingga diharapkan
tidak ada satupun celah lolos dari pengawasan. Kegiatan pengawasan
dalam pembelajaran ini biasanya diikuti dengan evaluasi untuk
mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran sehingga kemudian
dilaksanakan perbaikan pada kegiatan berikutnya.
38
Evaluasi menurut National Committee on Evaluation dari UCLA
(Stark & Thomas, 1994:12) yang dikutip oleh Widoyoko (2009:4) berarti
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan
program selanjutnya. Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah
kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai
dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran
selanjutnya. Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diawali dengan
pengukuran hasil belajar, kemudian penilaian, dan setelah dua kegiatan
tersebut selesai barulah dilaksanakan evaluasi.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran bertitik tolak pada tujuan
dari evaluasi itu sendiri. Berdasarkan tujuan evaluasi terdapat beberapa
macam ruang lingkup evaluasi (Arifin, 2011:24-27), diantaranya:
1) Jika tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektivitas sistem
pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran meliputi:
program pembelajaran (tujuan, isi/materi, metode, media, sumber
belajar, lingkungan, serta penilaian proses dan hasil belajar); proses
pelaksanaan pembelajaran (kegiatan, guru, dan peserta didik); dan
hasil belajar baik jangka pendek (sesuai dengan pencapaian
indikator), menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang
studi), atau jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke
masyarakat).
2) Jika tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui proses
dan hasil belajar siswa, maka ruang lingkup evaluasi pembelajaran
adalah sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, dan bakat peserta
didik; pengetahuan dan pemahaman peserta didik; kecerdasan
peserta didik; perkembangan jasmani/kesehatan; serta keterampilan
peserta didik.
39
Untuk melaksanakan program evaluasi pembelajaran diperlukan
instrumen evaluasi yang dapat berupa tes maupun nontes. Instrumen
evaluasi berbentuk tes terdapat beberapa jenis (Arifin, 2011:124), yaitu:
1) Berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan, terdapat tes
kemampuan (power test) dan tes kecepatan (speed test).
2) Berdasarkan bentuk jawaban peserta didik, yaitu tes tertulis (uraian
dan objektif), tes lisan, dan tes perbuatan/praktek.
B. Boarding School
Istilah boarding school berarti sekolah dasar atau menengah dengan
asrama (Shadily dan Echols, 2005:72). Boarding school adalah sekolah di
mana beberapa atau semua siswa belajar dan hidup selama masa studi bersama
teman sekolah mereka dan mungkin juga para guru atau administrator. A
boarding school is a school where some or all pupils study and live during the
school year with their fellow students and possibly teachers or administrators
(http://en.wikipedia.org/wiki/boardingschool, diakses Rabu, 10 Sept „14 pukul
09.50). Boarding school mempunyai empat point penting, yaitu:
1. Tempat berpindahnya baik fisik, mental, dan keahlian sosial.
2. Tempat pelajar diajari tentang nilai yang pantas dalam bertingkah laku,
kepercayaan, rasa dan ekspresi, agama, moral dan kesadaran akan budaya
dan ketertarikan intelektualitas.
3. Tempat reputasi dan kehormatan sekolah tersebut sangatlah diperhatikan.
4. Boarding school mengintegrasikan pribadi-pribadi ke dalam kelompok
sosial tertentu sesuai dengan tujuan kelompok sosial.
(http://www.kajianteori.com/2013/03.html, diakses pada Rabu, 16 Juli 2014
pukul 15.25)
Di samping empat point penting di atas, boarding school memiliki
beberapa jenis, yaitu:
40
1. Sekolah dengan pelajar berjenis kelamin sama (contoh ST. Margaret‟s
School for Girls, Victoria).
2. Sekolah militer, contoh di Indonesia SMU Taruna Nusantara, Magelang.
3. Sekolah Pra-Profesional seni, melatih pelajar menjadi seniman berbagai
bidang seperti musik, akting, teater, ballet, dan penulis. Di Indonesia
belum ditemukan sekolah dengan jenis ini.
4. Sekolah berdasarkan agama, di Indonesia sekolah seperti ini merupakan
jenis boarding school yang paling banyak.
5. Sekolah berkebutuhan khusus seperti para remaja bermasalah, autis.
6. Sekolah junior yang menyediakan boarding school di bawah SMU.
(http://www.kajianteori.com/2013/03.html, diakses pada Rabu, 16 Juli
2014 pukul 15.25)
Dewasa ini pendidikan nasional baik swasta maupun negeri banyak
yang mengadopsi dan memasukkan pendidikan pesantren ke dalam sistem
pendidikannya. Hal ini terlihat pada penyelenggaraan sekolah unggulan
ataupun sekolah negeri yang menyelenggarakan program unggulan dengan
menerapkan sistem pesantren di dalamnya, walaupun dikemas dengan nama
boarding school. Islamic boarding school adalah sekolah berasrama dengan
ciri khas keislaman dan mengadopsi sistem pesantren yang di dalamnya peserta
didik diberi tambahan pelajaran materi keislaman sebagaimana di pesantren. Di
dalam boarding school jenis ini terdapat komponen-komponen sebagaimana di
pesantren. Dengan demikian boarding school ini dapat juga dikatakan sebagai
pesantren di sekolah. Akan tetapi tidak sebaliknya, pesantren belum tentu bisa
dikatakan sebagai boarding school. Manajemen pendidikan di dalam boarding
pun mengadopsi dari pendidikan pesantren seperti halnya dalam hal pendidikan
kedisiplinan, kemandirian, juga pengelolaan pembelajaran di boarding-nya.
Oleh karena pendidikan dan pembelajaran di boarding mengadopsi dari
pesantren inilah, maka kiranya perlu dikaji pula mengenai apa saja yang
berhubungan dengan pesantren.
41
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu
agama Islam (Nasir, 2005:80). Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan
pondok pesantren terdapat pada ciri-cirinya. Beberapa ciri-ciri umum pondok
pesantren sebagaimana dijelaskan oleh Ridlwan Nasir (2005:82) adalah sebagai
berikut:
a. Kyai sebagai sentral figur, yang biasanya disebut pemilik.
b. Asrama sebagai tempat tinggal para santri, di mana masjid sebagai
pusarnya.
c. Adanya pendidikan dan pengajaran Agama melalui sistem pengajian,
yang sekarang sudah berkembang sistem klasikal atau madrasah.
Kemudian dalam Muliawan (2005:157) dari ciri-ciri tersebut ditambah lagi
dengan satu ciri yaitu santri yang dalam lingkungan pesantren adalah seorang
alim (berilmu) yang hanya dapat disebut kiai bilamana memiliki pesantren dan
santri yang tinggal dalam suatu pesantren. Akan tetapi santri yang dimaksud di
sini adalah orang-orang atau murid-murid yang mengikuti pelajaran di
pesantren. Selain ciri umum, pesantren juga memiliki ciri khusus yaitu ditandai
dengan karismatik dan suasana keagamaan yang mendalam (Zamakhsyari
Dhofier dalam Nasir, 2005:83).
Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami pergeseran
bentuk pengajaran mengikuti progresivitas zaman, sehingga mucul berbagai
tipe pondok pesantren. Sebagaimana pendapat Ridlwan Nasir (2005:87) ada
lima klasifikasi pondok pesantren, yakni:
42
a. Pondok pesantren salaf/klasik, yaitu pondok pesantren yang di dalamnya
terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan sorogan) dan sistem klasikal
(madrasah) salaf.
b. Pondok pesantren semi berkembang, yaitu pondok pesantren yang di
dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf dan sistem klasikal swasta
dengan kurikulum 90% agama dan 10% umum.
c. Pondok pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi
berkembang, hanya saja sudah lebih bervariasi dalam bidang kurikulum,
yakni 70% agama dan 30% umum. Di samping itu juga diselenggarakan
madrasah SKB Tiga Menteri dengan penambahan diniyah.
d. Pondok pesantren khalaf/modern, yaitu seperti bentuk pondok pesantren
berkembang, hanya saja sudah lebih lengkap lembaga pendidikan yang
dengan penambahan diniyah (praktek membaca kitab salaf), perguruan
tinggi (baik umum maupun agama), bentuk koperasi, dan dilengkapi
dengan takhasus (bahasa Arab dan Inggris).
e. Pondok pesantren ideal, yaitu sebagaimana bentuk pondok pesantren
modern, hanya saja lembaga pendidikan yang ada lebih lengkap,
terutama bidang keterampilan yang meliputi pertanian, teknik, perikanan,
perbankan, dan benar-benar memperbaiki kualitasnya dengan tidak
menggeser ciri khusus kepesantrenannya yang masih relevan dengan
kebutuhan masyarakat/perkembangan zaman. Dengan adanya bentuk
tersebut diharapkan alumni pondok pesantren benar-benar berpredikat
khalifah fil ardli.
Munculnya boarding school di Indonesia ini terutama yang berciri khas
keislaman diilhami oleh keberadaan pesantren, karena dengan sistem tersebut
pendidik dapat mengawasi kegiatan peserta didik sepanjang hari secara
intensif. Dengan begitu pendidik pun dapat mengetahui perkembangan belajar
peserta didik dengan baik dan dapat menentukan langkah selanjutnya secara
lebih akurat untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang dicita-citakan.
Boarding school yang berciri khas keislaman atau keagamaan (Islamic
Boarding School/IBS) merupakan suatu program pendidikan yang memadukan
antara pendidikan pesantren dan pendidikan umum. Hal ini dilaksanakan
dengan harapan untuk menjembatani peserta didik agar dapat memiliki
pengetahuan yang seimbang dan komprehensif antara pengetahuan agama dan
43
pengetahuan umum. Penyelenggaraan program IBS ini mengadopsi manajemen
pedidikan dan pembelajaran yang ada pada sistem pondok pesantren modern,
ataupun mengadopsi dari pesantren salaf/klasik dan dipadukan dengan
pesantren khalaf/modern. Dengan demikian di dalam boarding tersebut juga
terdapat pembelajaran menggunakan metode bandongan dan sorogan atau
secara klasikal yang merupakan salah satu ciri pesantren salaf dan juga
diadakan pendidikan serta pembelajaran bahasa (Inggris dan atau Arab) yang
kemudian salah satu atau kedua bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa
keseharian para santrinya. Pembelajaran dan penggunaan bahasa Asing dalam
keseharian ini merupakan salah satu ciri dari pesantren khalaf/modern.
Salah satu pondok pesantren yang seringkali diadopsi oleh boarding
dalam hal model pendidikannya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor
(PMDG). Kemodernan pondok Gontor dapat dilihat pada orientasi pendidikan-
nya yang lebih mementingkan penguasaan ilmu alat, seperti bahasa Arab dan
bahasa Inggris (Yasmadi, 2002:119). Meskipun mengedepankan penguasaan
ilmu bahasa, di PMDG juga terdapat pelajaran membaca kitab.
Dalam organisasi lembaga di PMDG terdapat lembaga pengasuhan
santri. Pengasuhan santri merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas
jalannya kegiatan ekstrakurikuler. Lembaga ini membawahi seluruh organisasi
santri yang ada dan merupakan ujung tombak dari pengelolaan seluruh
kegiatan ekstrakurikuler yang ada (Zarkasyi, 2005:126-127). Kegiatan santri
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari
yang diatur dalam wadah manajemen organisasi. Kegiatan berorganisasi
44
dimaksudkan untuk memberi bekal dan pengalaman kepada santri untuk hidup
di masyarakatnya kelak (Zarkasyi, 2005:120). Seluruh kegiatan santri sejak
bangun tidur hingga tidur kembali diatur, terjadwal, dan terorganisir dengan
baik serta berada dalam koridor disiplin tinggi, kemandirian, dan sederhana.
Jadwal kegiatan santri di PMDG diatur berdasarkan jadwal harian dan
mingguan. Tabel berikut ini adalah jadwal kegiatan harian dan mingguan di
PMDG (Zarkasyi, 2005:127-128).
Tabel 2.1
Jadwal Harian No. Jam Kegiatan
1. 04.00-05.30
1. Bangun tidur
2. Shalat Subuh berjama‟ah
3. Pembinaan kemampuan berbahasa Arab atau Inggris
4. Membaca Al-Qur‟an
2. 05.30-06.00
1. Olahraga
2. Mandi
3. Kursus-kursus bahasa, kesenian, keterampilan, dll.
3. 06.00-06.45 1. Makan pagi
2. Persiapan masuk kelas
4. 07.00-12.50 Masuk kelas pagi
5. 12.50-13.00 Keluar kelas
6. 13.00-14.00 1. Shalat Dhuhur berjama‟ah
2. Makan siang
7. 14.00-15.00 Masuk kelas sore
8. 15.00-15.45 1. Shalat „Ashar berjama‟ah
2. Membaca Al-Qur‟an
9. 15.45-16.45 Aktivitas bebas
10. 16.45-17.15 Mandi dan persiapan ke masjid untuk jama‟ah Maghrib
11. 17.15-18.30 1. Shalat Maghrib ber‟jama‟ah
2. Membaca Al-Qur‟an
12. 18.30-19.30 Makan malam
13. 19.30-20.00 Shalat „Isya‟ berjama‟ah
14. 20.00-22.00 Belajar malam bersama di kelas-kelas
15. 22.00-04.00 Istirahat dan tidur
Tabel 2.2
Jadwal Mingguan
No. Hari Kegiatan
1. Sabtu Tidak ada perubahan dari jadwal harian
2. Ahad Pagi seperti jadwal harian, malam hari setelah jama‟ah „Isya‟ latihan
pidato (muhadharah) dalam bahasa Inggris untuk kelas I-IV, kelas V
diskusi, dan kelas VI menjadi pembimbing untuk kelompok latihan
pidato.
3. Senin Tidak terdapat perubahan dari jadwal harian
4. Selasa Pagi hari setelah jama‟ah Subuh latihan percakapan bahasa
45
Arab/Inggris, dilanjutkan lari pagi wajib untuk para santri.
5. Rabu Tidak ada perubahan dari jadwal harian
6. Kamis Dua jam terakhir pelajaran pagi digunakan untuk latihan pidato
dalam bahasa Arab, siang pukul 13.45-16.00 latihan pramuka, malam
pukul 20.00-21.30 muhadharah bahasa Indonesia.
7. Jum‟at Pagi hari kegiatan percakapan dalam bahasa Arab/Inggris dilanjutkan
dengan lari pagi wajib. Setelah itu kerja bakti membersihkan
lingkungan kampusdan selanjutnya acara bebas.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Manajemen Pembelajaran
Setiap kegiatan ataupun program pembelajaran dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik yang mendukung maupun menghambat kelangsungan
pelaksanaannya. Faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari berbagai segi
baik dari siswa, guru, materi, media, metode, lingkungan, maupun fasilitasnya.
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Di antara faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran
dapat dikembangkan dari kekuatan dalam analisis SWOT (Sallis, 2010:223)
yaitu sebagai berikut:
a. Sebuah rekrutmen yang kuat
Rekrutmen yang kuat ini termasuk di dalamnya perekrutan input siswa
baru dan perekrutan staf pengajar. Dari segi siswa pendukungnya adalah
input bagus dan berprestasi, sudah memiliki bekal ilmu agama yang baik,
motivasi dan minat belajar siswa kuat, siswa terampil, dan hasil belajar
atau ujian siswa yang baik. Pendukung dari segi pengajar diantaranya
kualifikasi pendidikan minimal (misalnya S1/S2) terpenuhi, memiliki
ilmu agama yang tinggi, berakhlak baik, mempunyai karakter sebagai
46
pembimbing yang baik, memiliki keahlian atau keterampilan tertentu,
berprestasi, dan merupakan sosok yang bertanggung jawab.
b. Adanya dukungan dari pimpinan institusi/lembaga.
c. Adanya dukungan dari orang tua yang baik.
d. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai.
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembalajaran pun dapat
dikembangkan dari kelemahan atau hambatan dalam analisis SWOT yaitu
kebalikan dari kekuatannya (Sallis, 2010:223), antara lain:
a. Dari segi siswa: terdapat beberapa input siswa yang kurang bagus, faktor
fisiologis siswa saat belajar, adanya beberapa siswa dengan bekal agama
yang masih minim, kuranya minat dan motivasi belajar siswa.
b. Dari segi guru: kurangnya staf pengajar berkualitas, keterampilan guru
dalam memadukan metode belajar yang masih lemah, faktor fisiologis
guru yang mungkin terlalu sibuk dan bertempat tinggal jauh dari tempat
mengajar.
c. Berkurangnya dukungan dari pimpinan dan ada pihak yang menentang.
d. Masih ada fasilitas yang kurang.
e. Orang tua siswa yang hanya menuntut hasil belajar segi kognitifnya saja.
47
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang
1. Letak Geografis Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang
MAN 1 Kabupaten Magelang berlokasi di jalan Sunan Bonang
Nomor 17 Karet Kota Magelang. Di bawah hawa dingin gunung Tidar,
dengan lokasi yang strategis dekat dengan Akademi Militer Angkatan Darat,
MAN 1 Kabupaten Magelang berdiri di dua lokasi yaitu lokasi barat dan
timur (Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk DVD tahun 2010).
Sementara untuk asrama siswa MAN 1 Kabupaten Magelang yang berciri
khas keislaman dengan kurikulum gabungan dari pondok pesantren salaf
dan modern bernama Islamic Boarding School Daarunnajah berada di
dalam lingkup lokasi timur. Tepatnya di sebelah selatan masjid
Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang dan sebelah timur lapangan
olahraga (untuk asrama putra) dan di sebelah barat lapangan olahraga yang
dahulu merupakan Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) untuk asrama
putri. Untuk menuju wilayah asrama, pengunjung maupun anggota asrama
harus melewati pintu gerbang utama MAN kemudian pintu gerbang dalam
dan setelah mencapai tepi utara lapangan olahraga maka berbelok ke kiri
untuk menuju asrama putra atau belok kanan menuju gerbang PSBB untuk
asrama putri. (Sumber: Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.00-11.15
WIB).
48
2. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Magelang
MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan madrasah yang tergolong
tua. Madrasah ini setidaknya telah mengalami beberapa kali
perubahan/perpindahan nama. Pertama kali didirikan dengan nama Sekolah
Guru Hakim Islam (SGHI) pada tanggal 25 Mei 1950 oleh Direktur
Pendidikan Agama (Diperta) Jakarta, beralamat di kampung Kejuron kota
Magelang. Pada tahun 1956 berubah nama menjadi Pendidikan Guru
Agama Pertama (PGAP). Pada tahun 1957 berpindah alamat ke jalan Tidar
21 kota Magelang. Terjadi perubahan nama kembali pada tahun 1960
menjadi Pendidikan Guru Agama 4 Tahun (PGA 4 Tahun). Tahun 1967
berubah lagi menjadi Pendidikan Guru Agama 6 Tahun (PGA 6 Tahun).
Tahun 1971 berpindah dari jalan Tidar 21 ke jalan Sunan Bonang 17
Magelang hingga sekarang. Tahun 1980 berganti menjadi Pendidikan Guru
Agama Negeri (PGAN) hingga tahun 1991. Kemudian pada tahun yang
sama (1991) terjadi konversi seiring dihapuskannya sekolah keguruan dari
PGAN menjadi MAN hingga sekarang. Tambahan label “model” ditetapkan
berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama (Dirjen Binbaga) tanggal 20 Februari 1998 tentang penetapan 36
MAN se-Indonesia, satu di antaranya adalah MAN 1 Kabupaten Magelang.
(Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk DVD tahun 2010 dan
dokumentasi “The Annual Book of MAN 1 Magelang 2014”).
49
3. Visi dan Misi MAN 1 Kabupaten Magelang
Visi dari MAN 1 Kabupaten Magelang adalah terwujudnya peserta
didik yang berakhlak mulia, berkarakter, dan unggul. Indikator visinya
sendiri adalah:
Berakhlak mulia: peserta didik yang berkepribadian Islami, dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Islam dan norma positif secara tepat dalam
kehidupan sehari-hari.
Berkarakter: memiliki watak dasar jujur, santun, disiplin, dan bertanggung
jawab.
Unggul: memiliki kelebihan dalam multi kecerdasan, berdaya saing di era
global, memiliki kepercayaan diri dan berkompeten dalam sains, teknologi,
dan seni.
Misi yang diemban MAN 1 Kabupaten Magelang adalah:
a. Membudayakan kehidupan Islami dalam keseharian.
b. Meningkatkan kejujuran ilmiah dan kesantunan amaliah dalam segala
aspek kehidupan.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana secara
efektif dan efisien.
d. Mengembangkan semangat pengabdian melalui produktivitas kinerja
secara komprehensif.
(Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk brosur tahun 2013)
50
4. Sejarah Penyelenggaraan Program Boarding School
Program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang
diselengarakan mulai pada tahun pelajaran 2012/2013 lengkap dengan
asrama dan santri putra-putrinya beserta fasilitas pendukungnya (Sumber:
Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang
waka Humas dan Keislaman). Asrama putra terletak di sebelah selatan
masjid Daarunnajah MAN dan sebelah timur lapangan olahraga, sedangkan
asrama putri berada di area PSBB yaitu sebelah barat lapangan olahraga.
(Sumber: Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.00-11.15 WIB).
Keberadaan asrama (lokasi di sebelah masjid Darunnajah MAN dan
sebelah timur lapangan olahraga, sekarang asrama putra) di MAN ini
sebenarnya sudah sejak lama, bahkan sejak madrasah ini bernama PGA.
Setelah peralihan nama menjadi MAN pada tahun 1991 asrama ini tetap
difungsikan sebagai asrama siswa yang berciri khas pesantren dengan
peserta didiknya adalah santri putri hingga tahun pelajaran 2011/2012
secara sukarela. Lain halnya dengan lokasi yang sekarang berfungsi sebagai
asrama putri. Gedung atau bangunan asrama putri awalnya merupakan Pusat
Sunber Belajar Bersama (PSBB) lengkap dengan fasilitas penginapan,
mushala, dan aula. Area PSBB merupakan tempat pelatihan dan pembekalan
para guru serta pengawas di lingkungan Kementerian Agama Jawa Tengah
bagian selatan (karesidenan Kedu, Banyumas, Surakarta). Selain itu
penginapan di PSBB ini juga disewakan untuk umum jika tidak digunakan
untuk kedinasan. Tahun-tahun belakangan keberadaan PSBB lebih sering
51
menganggur dan disewakan. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26
April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
Pada tahun pelajaran 2011/2012 mulai dirintis penyelenggaraan
program unggulan boarding school berciri khas keislaman atau dengan
sistem pondok pesantren yang disertai harapan dan tujuan tertentu.
Penyelenggaraan program boarding school ini pada dasarnya
dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat kenyataan kehidupan anak-anak
remaja saat ini yang seringkali mereka pandai dalam ilmu pengetahuan
umum, tetapi minim ilmu agama dan kurang berkarakter. Terlebih lagi
dalam tataran kehidupan sosial masyarakat zaman sekarang jika anak-anak
hanya mengenyam pendidikan umum saja, maka ilmu agamannya minim
dan kurang memiliki karakter. Demikian pula sebaliknya jika mereka hanya
mengalami pendidikan di pesantren saja tanpa merasakan nikmatnya ilmu
pengetahuan umum di sekolah atau madrasah, mereka akan tersisihkan dan
kurang mampu bersaing. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April
2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
Tambahan pula melihat gedung PSBB beserta fasilitasnya yang
seringkali tidak terpakai dan hanya berfungsi sebagai penginapan saja,
menjadikan tergeraknya hati dan pikiran para pengelola MAN untuk
mengalihfungsikan keberadaannya sebagai asrama siswa. Secara logika
penyewaan gedung PSBB dan penginapannya untuk umum tentu lebih
mendatangkan keuntungan material. Akan tetapi jika diselami lebih dalam
lagi keuntungan material tersebut hanya bersifat sementara atau keuntungan
52
jangka pendek, sedangkan ketika digunakan untuk asrama dengan tambahan
pendidikan berciri khas pesantren maka akan dapat menghasilkan
keuntungan lebih besar dan jangka panjang, berguna bagi bangsa
dikarenakan pendidikan merupakan investasi masa depan. Dengan demikian
adanya asrama berciri khas atau dengan sistem pesantren ini diharapkan ke
depannya akan bermunculan generasi penerus bangsa yang pandai dalam
bidang umum, bahasa, agama, dan terlahir pemimpin-pemimpin berkarakter.
(Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di
ruang waka Humas dan Keislaman serta dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014
pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah).
Untuk dapat merealisasikan rencana dan harapan tersebut, pihak
MAN mulai merancang program dan mengajukan permohonan izin kepada
Kementerian Agama bidang Mapenda berkaitan dengan penggunaan PSBB
sebagai asrama siswa berciri khas pesanntren (Sumber: Wawancara dengan
HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan
Keislaman). Tahun pelajaran 2012/2013 area PSBB sudah mulai
difungsikan sebagai asrama. Pada tahun itu pula dimulai penerimaan santri
putra yang diasramakan di gedung sebelah masjid Darunnajah, sedangkan
santri putri dipindahkan ke gedung PSBB di sebelah barat lapangan
olahraga. Asrama siswa dengan ciri khas pondok pesantren yang berhasil
direalisasikan ini kemudian diberi nama Islamic Boarding School
Daarunnajah. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul
20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri).
53
5. Tujuan Penyelenggaraan Program Boarding School
Target atau tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan program
boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:
a. Mensinkronkan antara pendidikan umum dan agama bagi peserta didik.
(Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15
WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
b. Mempersiapkan peserta didik untuk kejuaraan olompiade sains nasional.
(Sumber: Dokumentasi MAN 1 kabupaten Magelang tahun 2013 berupa
kalender tahun 2014).
c. Mempersiapkan output peserta didik yang berkualitas dalam rangka
mengikuti persaingan yang selalu muncul seiring berkembangnya zaman.
(Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB
di ruang kepala sekolah).
d. Mewujudkan alumni yang mampu bersaing serta unggul di bidang agama
dan umum. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul
09.56 WIB di ruang kepala sekolah).
e. Mempersiapkan dan mewujudkan kader-kader pemimpin dan generasi
penerus bangsa yang menguasai ilmu agama, ilmu umum, dan
berkarakter keislaman kuat serta siap dipakai di masyarakat. (Sumber:
Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang
kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul
07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
54
f. Diharapkan peserta didik atau para santri asrama nantinya dapat diterima
di perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri.
(Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB
di ruang kepala sekolah).
6. Struktur Organisasi Boarding School
Struktur organisasi Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah
MAN 1 Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:
a. Struktur pengelola boarding
Penanggung Jawab Boarding : Drs. H. M. Manshur Asnawi, M.Si
Kepala Asrama : Saeful Bahri, S.PdI
Pembina Asrama : 1. Asrama Putra
Achmad Akrom, S.Pd.I
2. Asrama Putri
a. Saeful Bahri, S.Pd.SD
b. Meva Evita Dewi, S.Pd.I
b. Strktur kepengurusan putri
Pengasuh/Pembina : Saeful Bahri, S.Pd.SD
Meva Evita Dewi, S.Pd.I
Pengurus Asrama :
1) Asrama Al-Azhar
Ketua : Asri Nurbaiti
Sekretaris : Dewi Mutiah
Bendahara : Siti Latifah
55
2) Asrama Al-Lighar
Ketua : Siti Rofiyatun
Sekretaris : Erlina Persita
Bendahara : Rani Mega Sari
Sie. Keamanan : Novi Hapsari, Monica Elsa, Ayu Asih
Sie. Bahasa : Sari Bulan, Latifah, Supri Haryanti
Sie. Kebersihan : Nur Alifah, Novi Kurnia S., Hidayatul Umah
Sie. Olahraga : Sari Bulan, Ayu Asih
PJ. Dapur : Ani Putri, Dewi Mutiah
PJ. Jawwal : Rani Mega Sauci, Novi Kurnia
PJ. Absensi Haid : Nur Alifah
PJ. Sanyo : Novi Hapsari, Supri Haryanti
PJ. Galon : Monica Elsa, Hidayatul Umah
PJ. Kesehatan : Ani Putri, Siti Latifah
PJ. Absen Shalat & Imam Shalat
: Latifah, Erlina Persita
c. Struktur kepengurusan putra
Pengasuh/Pembina : Achmad Akrom, S.Pd.I
Ketua : Abu Hamid
Wakil Ketua : M. Akhyar Sukri
Sekretaris : Toni Witoyo
Bendahara : M. Muazis
Sie. Keamanan : Nanang Arfianto, Widopo Hudan, A. Rizki
56
Sie. Bahasa : M. Taufiqurrahman, Khoirul Umam, A. Fikri Omar
Sie. Kebersihan : Surya Setiawan, Fendi Agus
(Sumber: Dokumentasi IBS Darunnajah MAN)
7. Kondisi Obyektif Santri Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah merupakan nama dari
program boarding di MAN 1 Kabupaten Magelang yang dikelola secara
swadaya oleh pihak MAN. Para santri/peserta didik IBS dirintis sebagai
peserta didik unggulan MAN yang tersebar menjadi 4 kelas, yaitu kelas X1,
X2, XI IPA unggulan asrama, dan XI Agama. Peserta didik kelas X1
dipersiapkan untuk masuk dalam program agama, sedangkan kelas X2
dipersiapkan untuk memasuki program IPA unggulan di kelas XI dan XII-
nya. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15
WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
Pada tahun pelajaran 2013/2014 ini jumlah seluruh santri putra dan
putri mencapai 112 orang, 30 santri putra dan 82 santri putri dan merupakan
peserta didik kelas X, XI, dan XII. Dari sejumlah itu tidak semuanya dirintis
sebagai santri/peserta didik unggulan, sebab beberapa santri bukanlah
peserta didik unggulan sebagaimana yang diprogramkan tetapi mereka
berkeinginan kuat untuk mengikuti program boarding, dan 10 orang santri
adalah santri asrama terdahulu sejak sebelum diselenggarakan program
unggulan boarding school. Penyebaran santrinya adalah sebagai berikut: 29
orang kelas X1, 29 orang kelas X2, 21 orang kelas XI Agama, 18 orang
kelas XI IPA unggulan asrama, 3 orang kelas X3 (dipersiapkan untuk
57
program IPA unggulan regular dan tidak wajib di asrama), 1 orang kelas XI
Bahasa (awalnya ikut program unggulan asrama kemudian di kelas XI-nya
masuk program non unggulan), 1 orang kelas XI IPS 3 (bukan santri
program unggulan tetapi berkeinginan untuk tinggal di asrama), dan 10
orang kelas XII merupakan santri lama yang masuk asrama sejak sebelum
pendirian serta penyelenggaraan IBS sebagai program unggulan di MAN 1
Kabupaten Magelang (10 orang santri ini tidak menjadi obyek penelitian).
(Sumber: Dokumentasi daftar santri IBS Darunnajah 2013/2014)
Peserta didik/santri boarding school sejumlah 102 orang tersebut
dipilih berdasarkan seleksi. Di antara seleksinya adalah seleksi prestasi
akademik menggunakan nilai raport ataupun nilai ujian nasional, tes
tilawah/membaca al-Qur‟an, serta tes lisan bahasa Inggris dan bahasa Arab
dasar (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15
WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Berdasarkan nilai hasil ujian
nasional dapat dipaparkan sebagai berikut: 8 santri (7,84%) dengan rata-rata
UN 9,0-9,8; 45 santri (44,12%) rata-rata UN 8,0-8,9; 38 santri (37,25%)
rata-rata UN 7,0-7,9; 10 santri (9,81%) rata-rata UN 6,0-6,9; dan 1 santri
(0,98%) rata-rata UN 5,0-5,9 (Sumber: Angket database santri IBS
Darunnajah MAN).
Berdasarkan daerah asalnya, santri program boarding sejumlah 102
orang berasal dari bermacam-macam daerah, baik dari lingkungan
kabupaten Magelang maupun luar kabupaten Magelang bahkan ada
beberapa yang berasal dari luar provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 86 santri
58
(84,31%) berasal dari daerah-daerah dalam kabupaten Magelang, 12 santri
(11,76%) berasal dari luar kabupaten Magelang, dan 4 santri (3,92%)
berasal dari luar Jawa Tengah. (Sumber: Angket database santri IBS
Darunnajah MAN)
Dilihat dari latar belakang keadaan ekonomi keluarga mereka pun
berbeda-beda. Di antara mereka berasal dari keluarga mampu yaitu sejumlah
2 santri (1,96%), menengah 20 santri (19,61%), dan keluarga sederhana 80
santri (78,43%). (Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN).
Ditinjau dari latar belakang pendidikannya pun bervariasi. Ada yang
berasal dari MTs, SMP Terpadu Ma‟arif, SMPIT, SMP Muhammadiyah,
maupun SMP umum. Secara statistika dapat dipaparkan bahwa 70 santri
(68,63%) berasal dari MTs Negeri/swasta, 4 santri (3,92%) dari SMP
Terpadu Ma‟arif, 3 santri (2,94%) dari SMPIT, 2 santri (1,96%) dari SMP
Muhammadiyah, dan 23 santri (22,55%) dari SMP Negeri/swasta umum.
(Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN)
Di samping itu sejak penyelenggaraannya program boarding school
ini telah berhasil mendelegasikan santrinya untuk mengikuti berbagai
perlombaan dan beberapa cabang lomba berhasil meraih prestasi. Berikut ini
data prestasi luas madrasah yang berhasil diraih oleh para santri IBS
Darunnajah:
Tabel 3.1
Daftar Prestasi Santri IBS Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang
No. Nama Santri Cabang Lomba Prestasi Tingkat
1. Ririt Rahma M. Story Telling Juara 2 Jateng-DIY 2013
UIN Suka
Yogyakarta 2. Latifah Essai B. Inggris Juara 1
3. Syahid Yusuf H. Pidato B. Indo. Juara 2
4. Umaimatun N. Pidato B. Arab Juara 3 Jateng-DIY 2013
59
5. Taufiqurrohman Kaligrafi Juara 3 Pon-pes WH
Yogyakarta
6. Sari Bulan Pidato B. Inggris Juara 1 Kab. Magelang
2013 7. Taufiqurrohman Kaligrafi Juara 1
8. Latifah MQK Juara 3 Kota Magelang
2014 9. Abu Hamid MQK Juara 3
10. Monica Elsa I. Baca Puisi B. Arab Juara 1 STAIN Salatiga
2014 11. Asri Nur Baiti Baca Puisi B. Arab Juara 3
(Sumber: Wawancara dengan TF, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 21.00 WIB di
teras lobby Al-Azhar asrama putri dan observasi pendampingan lomba di
STAIN Salatiga pada Senin, 19 Mei 2014 pukul 10.20-14.30 WIB).
Untuk menunjang berjalannya pendidikaan dan pembelajaran serta
memacu semangat belajar serta prestasi santri IBS baik di dalam lingkungan
asrama, di madrasah maupun di luar sekolah, pihak sekolah memberikan
beasiswa khusus santri berprestasi dan dapat mempertahankan prestasinya
tersebut selama belajar di MAN serta beasiswa bagi yang kurang mampu
dan berprestasi. Dengan demikian mereka yang kurang mampu dari segi
ekonomi dapat terbantu dan terpacu semangatnya untuk berlomba-lomba
meraih prestasi terbaik. Beasiswa tersebut dapat dikurangi atau dicabut
sewaktu-waktu jika prestasi mereka mengalami penurunan. Dana beasiswa
santri diberikan dalam bentuk bantuan uang makan, yaitu Rp. 200.000,-
/bulan untuk peringkat 1-24 dan Rp. 100.000,-/bulan untuk peringkat 25-48
di kelasnya masing-masing. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei
2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR,
Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan
Keislaman)
60
8. Kondisi Obyektif Pembina dan Pengajar
Pada saat ini boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang dibina
oleh tiga orang pembina/pengasuh, yaitu satu orang pembina santri asrama
putra dan dua orang (suami istri) membina santri asrama putri. Kualifikasi
pendidikan ketiga pembina tersebut S1, pernah belajar atau mengabdi di
pondok pesantren, hafal sebagian (beberapa juz) dari Al-Qur‟an, aktif
berbahasa Arab dan/atau Inggris (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3
Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan
HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15-09.00 WIB di ruang waka Humas
dan Keislaman). Pembina asrama putri keduanya berasal dari luar Jawa
Tengah (ibu Meva dari Trenggalek, Jawa Timur dan pak Bahri dari Banten),
keduanya merupakan alumni pondok modern Darussalam Gontor, aktif
berbahasa Arab dan Inggris, hafal beberapa juz Al-Qur‟an, pernah belajar
dan mengabdi di pondok pesantren, pendidikan S1 sarjana pendidikan
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 21 Mei 2014 pukul 13.30 WIB di
SD Terpadu Ma‟arif Muntilan). Pembina asrama putra berasal dari
kabupaten Magelang serta pernah belajar di pondok pesantren an-Nur
Magelang saat belajar di MAN, pondok pesantren Bustan „Usyiqil Qur‟an
Jepara, dan pondok pesantren Miftahun Najah Jepara (saat kuliah),
berpendidikan S1 sarjana pendidikan, hafal beberapa juz Al-Qur‟an, dan
aktif berbahasa Arab (Sumber: Wawancara dengan CM, Senin, 28 April
2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN).
61
Pembina asrama bertugas sebagai pengelola semua kegiatan dan
administrasi asrama untuk dipertanggungjawabkan kepada pihak MAN.
Mulai dari merancang jadwal kegiatan hingga mengawasi jalannya kegiatan
di asrama hingga urusan konsumsi para santri. Sementara itu pelaksanaan
jadwal kegiatan dibantu oleh para pengurus asrama. (Sumber: Wawancara
dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar
asrama putri).
Selain pembina asrama pihak sekolah pun menyediakan guru
pengajar klinik mapel untuk membantu santri belajar mata pelajaran yang
dianggap sulit serta guru pengajar kajian kitab. Guru pengajar klinik mapel
berkualifiasi pendidikan S1 sesuai mapel yang diampu, mampu di bidang
mapel tersebut, dan mampu dari segi tenaga serta waktu. (Sumber:
Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang
waka Humas dan Keislaman)
Guru pengampu klinik mapel berjumlah 2 orang, yaitu untuk mata
pelajaran matematika dan fisika (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7
Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel). Untuk guru pengampu klinik mapel
ini tidak tinggal bersama santri di asrama, tetapi hanya hadir di asrama pada
saat ada kegiatan belajar saja. Sementara itu guru pengampu kajian kitab
terdapat 6 orang. Guru pengampu kajian kitab ini dipilih dengan kualifikasi
tertentu, yaitu pendidikan S1 serta merupakan alumni pondok pesantren.
Seperti halnya pengampu klinik mapel, pengampu kajian kitab pun tidak
tinggal di asrama kecuali 1 orang yang juga merupakan pembina asrama
62
putra. (Sumber: Dokumentasi jadwal KBM MAN 1 Kab. Magelang dan
Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK)
Tabel 3.2
Daftar Pembina dan ustadz/Guru Pengajar IBS Darunnajah
No. Nama Jabatan
1. Saeful Bahri, S.Pd.SD Kepala asrama dan Pembina asrama putri
2. Mefa Evita Dewi, S.Pd.I Pembina asrama putri
3. Achmad Akrom, S.Pd.I Pembina asrama putra dan pengampu kajian
kitab
4. Madkhan Aziz, S.Pd.I Pengampu kajian kitab
5. M. Fahmi Najib, S.H.I Pengampu kajian kitab
6. Muh. As‟adi, S.Ag Pengampu kajian kitab
7. Nursalim, S.Ag.,M.M.,M.Si Pengampu kajian kitab
8. M. Nurul Huda, S.Ag.,M.Pd Pengampu kajian kitab
9 Syaiful Amri, S.Pd.Si Pengampu klinik mapel
10. Subhan Lutfi K., S.Pd.Si Pengampu klinik mapel
(Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 di ruang waka
Humas dan Keislaman, CM, Senin, 28 April 2014 di masjid Darunnajah,
dan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00-20.30 via ponsel serta dokumentasi
jadwal pelajaran MAN 1 Kab. Magelang)
9. Kondisi Fasilitas Asrama
Keberadaan asrama telah dilengkapi dengan segala fasilitasnya,
mulai dari kamar beserta isinya hingga dapur. Asrama putri terletak di
komplek PSBB, tepatnya di sebelah barat lapangan olahraga. Pada komplek
asrama putri terdapat 20 kamar. Kapasitas masing-masing kamar maksimal
6 orang. Di setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, ranjang
beserta kasur, almari, kipas angin, meja serta kursi belajar, tempat sepatu,
jemuran handuk, dan gantungan pakaian. Selain kamar, asrama putri juga
dilengkapi dengan dapur beserta perlengkapannya (perlengkapan masak,
almari es/kulkas, tempat mencuci perabotan), ruang makan bersama
(lesehan), 2 lobby, ruang jenguk, kantor/diwan dan 1 unit komputer,
63
dispenser beserta galon di masing-masing lobby dan televisi di lobby Al-
Lighar. Di samping sebelah barat asrama terdapat aula Al-Khawaritsmi dan
mushala. Aula Al-Khawaritsmi berfungsi sebagai tempat para santri putri
shalat berjama‟ah, mengaji, dan kegiatan asrama lain, seperti muhadharah,
pemberian tambahan mufradat/vocabulary, mujahadah, keputrian, kajian
kitab, halaqah, dan kegiatan tahfidz. Akan teapi jika aula Al-Khawaritsmi
sedang digunakan untuk kepentingan madrasah atau kedinasan maka
kegiatan asrama tersebut dialihkan di lobby asrama Al-Lighar. (Sumber:
Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.30 WIB dan tanggal 28 April-6
Mei 2014 )
Asrama putra terletak di sebelah selatan masjid Darunnajah dan
sebelah timur lapangan olahraga. Di komplek asrama putra terdapat 10
kamar lengkap dengan fasilitas pendukungnya. Masing-masing kamar telah
dilengkapi dengan ranjang beserta kasurnya, almari, meja dan kursi belajar,
tempat gantungan pakaian, serta tempat sepatu. Selain 10 unit kamar santri
terdapat satu kamar pembina asrama yang terletak di samping lobby asrama.
Fasilitas selain kamar adalah 6 kamar mandi, 4 WC, ruang makan bersama
yang cukup luas serta perlengkapannya (meja, kursi, dispenser beserta
galon, etalase makanan), dapur, dan lobby yang juga berfungsi sebagai
ruang tamu. Di sebelah utara asrama adalah masjid Daarunnajaah yang
berfungsi sebagai tempat santri putra dalam melaksanakan shalat jamaah
dan kegiatan-kegiatan asrama. Masjid Daarunnajaah ini juga digunakan
untuk shalat jama‟ah dhuhur oleh civitas akademika MAN. Kondisi seluruh
64
fasilitas asrama baik putra maupun putri masih cukup memadai dan layak
untuk digunakan. (Sumber: Observasi, Selasa, 29 April 2014 pukul 16.15
WIB)
B. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014
Boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan sebuah
program unggulan asrama dari madrasah dengan sistem pondok pesantren.
Program pembelajaran dan kegiatan di boarding cukup banyak dan merupakan
upaya untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan boarding school sebagai
program unggulan di madrasah tersebut. Diantara program tersebut adalah
program wajib bahasa yang didukung dengan pembelajaran penambahan
mufrodat/vocabulary, tahfidz 3 juz dengan cara otodidak lalu sorogan,
muhadharah/khitobah (pidato), kajian kitab, dan belajar wajib. Selain itu
terdapat pembinaan karakter dalam setiap aktivitas sehari-hari santri di asrama
seperti disiplin, mandiri, sederhana, kebersihan, toleransi, kerja keras, tanggung
jawab, dan religius. Hal itu diintegrasikan dalam peraturan asrama, jadwal
kegiatan, wajib tilawah, wajib shalat fardhu berjama‟ah (kecuali dhuhur),
kultum setelah shalat jama‟ah (jika imam shalat adalah pembina asrama), kerja
bakti, olahraga, pengaturan dan penggunaan waktu, dan semua aktivitas yang
juga berkaitan dengan pribadi santri.
Pembelajaran yang menjadi obyek penelitian di sini adalah program
pembelajaran inti yang dilaksanakan secara konstan, terprogram, dan dapat
65
mendukung pencapaian tujuan dari penyelenggaraan program unggulan
boarding school tersebut serta dilaksanakan baik di asrama putra maupun putri.
Program pembelajaran tersebut di antaranya penambahan mufrodat, tahfidz,
muhadharah/khitobah, kajian kitab, dan belajar wajib.
1. Planning (Perencanaan) Pembelajaran
Kurikulum pembelajaran di boarding menggunakan gabungan dari
kurikulum pondok modern dan pondok salaf, sehingga di dalamnya terdapat
pembelajaran bahasa sebagai penunjang wajib bahasa dalam keseharian dan
juga pembelajaran/kajian kitab klasik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
tidak diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran secara tertulis,
tetapi terdapat penyusunan program pembelajaran yang sudah dirancang
sejak awal tahun. (Sumber: Wawancara dengan CM, Senin, 28 April 2014
pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah dan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul
20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
a. Penambahan Mufrodat/vocabulary
Tujuan pemberian mufrodat/vocabulary adalah untuk menambah
dan memperkaya kosakata bahasa Arab (mufrodat) dan bahasa Inggris
(vocabulary) santri untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari baik
antara santri-santri maupun santri-pengasuh di asrama sebagai wujud
pelaksanaan program wajib bahasa. Adanya penambahan
mufrodat/vocabulary ini merupakan upaya untuk mendukung dan
merealisasikan program wajib bahasa yang bertujuan agar santri asrama
mempunyai ciri khas mampu berbahasa Arab/Inggris secara aktif.
66
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB
di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
Langkah untuk mencapai tujuan tersebut antara lain:
1) Memberikan penambahan kosakata santri baik bahasa Arab maupun
Inggris secara rutin dan terjadwal.
2) Latihan muhadatsah atau speaking.
3) Pembiasaan dengan cara santri diajarkan dan dituntut untuk mau
berbicara menggunakan bahasa Arab-Inggris walaupun masih salah.
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB
di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
Pada saat ini yang lebih ditekankan adalah penggunaan bahasa
Arab terlebih dahulu, sedangkan untuk bahasa Inggris menyusul
walaupun ketika penambahan kosakata bahasa Arab tetap disertai dengan
kosakata dalam bahasa Inggrisnya. Penambahan kosakata 2 bahasa
sekaligus ini dilaksanakan di asrama putri, sedangkan pada asrama putra
penambahan kosakata dilakukan secara terpisah antara bahasa Arab dan
Inggris. Pemberian kosakata di asrama putri dipandu oleh pengurus
bagian bahasa, tetapi kosakata yang disampaikan sudah ditentukan oleh
pembina asrama. Sementara itu, di asrama putra kosakata diberikan
secara langsung oleh pembina asrama dengan jadwal sebagaimana yang
telah ditentukan. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014
pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri; observasi, 29
April-6 Mei 2014; dan dokumentasi jadwal kegiatan asrama).
67
b. Tahfidz (Hafalan Al-Qur’an) 3 juz
Wajib tahfidz Al-Qur‟an ditujukan untuk mengantisipasi apabila
nantinya setelah lulus dari MAN terdapat santri/alumni yang tertarik
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Timur Tengah (Sumber:
Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang
kepala sekolah). Selain itu harapan kedepannya nanti pada saat para
santri tersebut kembali ke kampung halaman masing-masing, mereka
bisa menjadi kader-kader muslimah yang mumpuni dan ketika mereka
telah berumah tangga dapat mendidik dan mengajarkan Al-Qur‟an
kepada anak-anaknya dengan baik (Sumber: Wawancara dengan AF,
Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama
putri).
Langkah yang ditempuh untuk mencapai target dan harapan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Melakukan seleksi tilawah Al-Qur‟an pada saat penerimaan santri
baru.
2) Memberikan pengarahan kepada santri tentang tata cara menghafalkan
ayat-ayat Al-Qur‟an dan cara menyetorkan hafalannya kepada
pengasuh maupun santri lain yang ditunjuk.
3) Untuk jumlah ayat yang wajib disetorkan setiap jadwal tahfidz lebih
dibebaskan kepada kemampuan masing-masing santri dengan
ketentuan selama 3 tahun di asrama 3 juz yang telah ditentukan
tersebut bisa dihafal secara lancar.
68
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB
di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
Kewajiban tahfidz bagi para santri adalah 3 juz, yaitu juz 28, 29,
dan 30, serta beberapa surat-surat penting dalam Al-Qur‟an, seperti: Q.S.
Yaasiin, Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, dan Al-Mulk (Sumber: Wawancara
dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka
Humas dan Keislaman dan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di
ruang kepala sekolah). Penentuan jumlah juz yang wajib dihafal tersebut
ditentukan berdasarkan kemampuan hafalan para pembina asrama serta
syarat minimum untuk dapat melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 21 Mei 2014 pukul 13.30 WIB
di SD Terpadu Ma‟arif Muntilan).
c. Muhadharah/Khitobah (Pidato)
Penyelenggaraan kegiatan muhadharah bertujuan untuk melatih
santri agar nantinya setelah lulus siap dipakai di masyarakat dan pada
saat ada kegiatan lomba pidato baik bahasa Indonesia, Inggris, maupun
Arab, mereka sudah siap secara otomatis tanpa adanya latihan yang
berarti (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul
07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
Langkah untuk mencapai tujuan tersebut ialah:
1) Membagi kelompok tugas muhadharah agar semua santri bisa praktek
pidato.
69
2) Memberikan pengarahan tentang rambu-rambu materi pidato dan
ketentuan pidato.
3) Santri yang bertugas muhadharah diminta mempersiapkan materi dan
penampilan dengan baik.
4) Melaksanakan kegiatan muhadharah sesuai jadwal.
(Sumber: Wawancara dengan BT, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 08.00 di
halaman asrama putri dan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di
masjid Darunnajah MAN)
Langkah muhadharah sebagaimana tersebut di atas berjalan di
asrama putra dan putri. Di asrama putra kegiatan muhadharah terbagi
menjadi muhadharah diniyah dan muhadharah usbu‟iyah, sedangkan di
asrama putri kegiatan muhadharah dilakukan pada akhir pekan saja atau
muhadharah usbu‟iyah. (Sumber: Dokumentasi jadwal kegiatan asrama)
d. Kajian kitab
Kitab yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kajian kitab
ada beberapa macam disesuaikan dengan kelasnya. Sementara itu,
pembagian kelas untuk kajian kitab mengikuti pembagian kelas
sebagaimana di sekolah. Pembelajaran kajian kitab dilaksanakan setelah
KBM di sekolah selesai dengan durasi 2 jam pelajaran dan telah diselingi
dengan istirahat 15 menit. Kajian kitab diadakan di kelas, antara santri
putra dan putri belajar bersama dalam satu kelas sesuai kelasnya di
MAN. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu
dan tempat yang berbeda)
70
Jenis kitab yang dikaji antara lain diperinci sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kitab yang Dikaji dalam Kegiatan Kajian Kitab Beserta Pengampu
Kelas Jenis Kitab yang Dikaji
Fiqh Akhlaq Nahwu Shorof
X Mabadil Fiqh
Madkhan A.
Ta‟lim
Muta‟allim
A. Akrom
Jurumiyah
N. Huda
Amtsilah at-
Tashrifiyah
N. Huda
XI IPA1
Matan al-Ghayah
wa at-Taqrib
M. F. Najib
Ta‟lim
Muta‟allim
M. F. Najib
Jurumiyah
M. As‟adi
Amtsilah at-
Tashrifiyah
M. As‟adi
XI Agama Fathul Qarib
A. Akrom
Ta‟lim
Muta‟allim
Madkhan A.
„Imrithi
Nursalim
Amtsilah at-
Tashrifiyah
Nursalim
Tujuan pemberian kajian kitab secara umum adalah:
1) Agar siswa dapat mengetahui, menguasai, dan membaca turots (kitab
klasik) kemudian memahami dan mengamalkan isinya dalam
kehidupannya (Sumber: Wawancara dengan CM, Sabtu, 3 Mei 2014
pukul 16.30 di masjid Darunnajah MAN).
2) Membekali santri/peserta didik dengan ilmu agama dan pendalaman
materi keagamaan Islam yang bersumber dari turots (Sumber:
Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang
BK).
3) Memodali santri dengan keilmuan di bidang ilmu dasar-dasar
keagamaan (Sumber: Wawancara dengan RL, Selasa, 6 Mei 2014
pukul 10.16 di lobby kantor MAN).
Di samping tujuan secara umum, pelaksanaan kajian kitab juga
memiliki tujuan khusus, yaitu:
1) Akhlaq: agar santri dapat mengetahui, memahami bagaimana
sebaiknya akhlaq sebagai seorang pelajar dan akhlaq sebagai insan
71
Islami dan kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari baik di madrasah, asrama, maupun saat pulang di rumah.
2) Fiqh: agar santri dapat mengetahui, memahami hukum-hukum syari‟at
beserta dasar dan sumber penentuan hukumnya mengenai setiap
permasalahan kehidupan, kemudian dapat mengamalkannya dalam
kehidupan dan pada saat menemui masalah-masalah yang berkaitan
dengan fiqh dalam kehidupan nyata diharapkan setidaknya mereka
dapat mengambil langkah sesuai dengan tuntunan syari‟at.
3) Nahwu dan shorof: agar santri mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa
arab dan untuk mendukung adanya peraturan wajib bahasa di
boarding.
(Sumber: Wawancara dengan AM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 10.30 di
lobby kantor MAN)
Pelaksanaan pembelajarannya menggunakan metode ceramah,
bandungan, sorogan, hafalan. Setiap santri memegang kitab, sehingga
pada saat ustadz membacakan isi kitab, mereka menyimak sambil
berusaha memahami maksud dan isi dari apa yang sedang dibahas.
(Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan
tempat yang berbeda)
e. Belajar Wajib
Kegiatan belajar wajib bertujuan memberikan waktu kepada para
santri untuk belajar baik secara individual maupun kelompok,
mengerjakan tugas sekolah, dan mempersiapkan diri untuk pelajaran
72
sekolah hari esok agar dapat mencapai hasil belajar maksimal. Strategi
belajar wajib ini dikelola sendiri oleh santri, ada yang mengadakan
tutorial/tutor sebaya (biasanya bersama teman sekelas), klinik mapel
dengan mendatangkan tentor sesuai materi yang akan dipelajari, belajar
berkelompok dengan beberapa santri, membuat tim sukses, membuat tim
resume, dan ada juga yang belajar sendiri. (Sumber: Wawancara dengan
AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar
asrama putri)
Masing-masing model belajar memiliki tujuan dan langkah
tersendiri, yaitu:
1) Tutor sebaya bertujuan agar santri yang pandai tentang materi tertentu
mengajari santri lain yang belum bisa, melatih mental santri untuk
berani tampil berbagi ilmu dan keahliannya kepada yang lain, serta
saling membantu dan mengingatkan tentang pelajaran mana yang
belum dikuasai. Langkah tutorialnya adalah menunjuk santri yang
pandai akan materi tertentu untuk mengajari sesama temannya dalam
satu kelas, menentukan waktu/jadwal pelaksanaan tutorial, dan
melaksanakan kegiatan tutorial sebaya pada waktu yang telah
disepakati bersama. (Sumber: Wawancara dengan BT, Kamis, 1 Mei
2014 pukul 08.00 di halaman asrama putri)
2) Klinik mapel bertujuan untuk membantu dan mendampingi santri
dalam belajar sehingga dapat mencapai target hasil belajar yang
diharapkan. Langkah pelaksanaan klinik mapel adalah menunjuk
73
tentor yang diangap mampu di bidang materi yang diklinikkan dan
mampu dari segi tenaga serta waktu (biasanya yang menunjuk adalah
pihak madrasah), menentukan waktu pelaksanaan klinik (fleksibel,
sesuai kebutuhan peserta), menentukan materi yang akan dibahas
(tergantung pada peserta, mana yang dianggap sulit), tentor
menentukan metode dan media belajar (kondisional, disesuaikan
dengan tingkat kesulitan materi). (Sumber: Wawancara dengan YF,
Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel)
2. Organizing (Pengorganisasian) Program Pembelajaran
Kegiatan pengorganisasian program pembelajaran dilaksanakan
dengan upaya sebagai berikut:
a. Menentukan pengajar, tentor klinik mapel, atau tentor untuk tutor
sebaya dengan kualifikasi tertentu.
Kualifikasi pengajar pembelajaran di asrama, kajian kitab, dan
klinik mapel ditentukan oleh pihak penyelenggara program boarding
yaitu pihak MAN, sedangkan tentor untuk kegiatan tutor sebaya pada
kegiatan belajar wajib ditentukan oleh santri dengan arahan dari pembina
asrama.
1) Pengajar kegiatan di asrama adalah pembina asrama itu sendiri dengan
secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh pengurus asrama yang
ditunjuk berdasarkan pertimbangan tertentu (Sumber: Observasi, 28
April-6 Mei 2014). Kualifikasi pembina asrama adalah: pendidikan
minimal S1, mampu berbahasa Arab dan/atau bahasa Inggris aktif,
74
berlatarbelakang pondok pesantren (salaf ataupun modern), hafal
sebagian atau seluruh ayat al-Qur‟an, dan memiliki karakter sebagai
seorang pembimbing yang baik.
2) Pengampu kajian kitab diambil dari guru MAN dengan syarat
pendidikan minimal S1, berlatar belakang pondok pesantren, mampu
mengajarkan turots, dan bersedia mengajar santri asrama pada waktu
yang ditentukan.
3) Tentor klinik mapel diambil dari guru MAN dan ada juga yang dari
luar dengan syarat pendidikan minimal S1, mampu di bidang yang
diampu, mampu dari segi waktu dan tenaga, dan bersedia diundang
untuk mengisi klinik mapel dengan waktu fleksibel sesuai kebutuhan
santri.
(Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15
WIB di ruang waka Humas dan Keislaman serta dengan SW, Sabtu, 3
Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah)
4) Tentor untuk tutorial sebaya biasanya dipilih dengan melihat
kemampuan santri tersebut di bidang materi tertentu (dipilih oleh
santri sendiri). (Sumber: Wawancara BT, Kamis, 1 Mei 2014 pukul
08.00 di halaman asrama putri dan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul
20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
b. Menarik input santri dengan syarat-syarat tertentu.
Penerimaan santri baru diadakan pada awal tahun pelajaran
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
75
1) Merupakan siswa berprestasi di SMP/MTs asal. Untuk SMP
diutamakan yang berciri khas Islam, tetapi dari SMP umum pun
diperbolehkan jika memenuhi syarat, yaitu telah memiliki bekal ilmu
agama yang cukup.
2) Lulus tes seleksi tertulis (matematika dan IPA) dan lisan (membaca al-
Qur‟an dan tes lisan bahasa Arab dan Inggris dasar).
3) Sanggup tinggal di asrama selama masa studi.
(Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB
di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April
2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman)
c. Menentukan materi yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari
penyelenggaraan boarding school.
Materi penunjang tujuan boarding school antara lain adalah
bahasa Arab (mufrodat, nahwu, shorof), bahasa Inggris (sudah didukung
di MAN sehingga di asrama tinggal menambah vocabulary-nya), kajian
kitab klasik/turots (fiqh, akhlaq), muhadharah, dan mengadakan klinik
mapel untuk materi pelajaran tertentu yang dianggap sulit. Mata
pelajaran yang berjalan di program klinik mapel untuk saat ini adalah
matematika dan fisika. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April
2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman)
d. Menentukan, mencarikan, dan menyediakan kitab yang akan dikaji.
Buku-buku yang diperlukan terutama turots sudah disediakan
oleh pihak madrasah sebagai penyelenggara program boarding sejumlah
76
santri yang ada. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL
pada waktu dan tempat yang berbeda dan observasi pada KBM kajian
kitab Ta‟lim Muta‟allim dan Taqrib/syarahnya Fatkhul Qarib, Selasa, 6
Mei 2014 pukul 14.15-15.45 di ruang kelas XI IPA 1)
Materi muhadharah dibebaskan kepada santri dengan rambu-rambu
masih dalam lingkup keislaman, sementara untuk mufrodat berpedoman
pada buku panduan dari pondok Gontor, yaitu muthala‟ah wa
muhadatsah, dan penyampaiannya ditentukan oleh pembina asrama.
e. Menentukan waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan
Jadwal kegiatan santri asrama hampir semua disusun oleh
pembina asrama kecuali untuk kegiatan kajian kitab. Mufrodat dan
tahfidz dilaksanakan pada pagi hari setelah shalat jama‟ah Shubuh hingga
pukul 05.30 WIB, muhadharah dilaksanakan pada malam Ahad ba‟da
shalat jama‟ah Isya‟, dan belajar wajib dilaksanakan setiap hari pukul
20.00-21.30 WIB kecuali malam Ahad atau hari libur. Jadwal kegiatan
kajian kitab diatur secara langsung oleh pihak sekolah dengan
pertimbangan agar penanggung jawab boarding dapat mengawasi secara
langsung pelaksanaan kegiatan kajiannya, yaitu dilaksanakan setelah jam
KBM di madrasah usai pukul 14.00-15.50 WIB. Selain itu juga dengan
disesuaikan dengan kondisi santri dan pengajar yang sudah berumah
tangga dan bertempat tinggal jauh dari madrasah. (Sumber: Wawancara
dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah
77
dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di
ruang waka Humas dan Keislaman)
3. Actuating (Pelaksanaan) Kegiatan Belajar
Pelaksanaan kegiatan asrama dilakukan di lingkungan asrama
kecuali untuk kajian kitab. Kajian kitab dilaksanakan di kelas area belajar
MAN pada waktu setelah jam KBM di madrasah usai, yaitu mulai pukul
14.00-15.30 WIB. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa beberapa
guru pengajarnya sudah berkeluarga, rata-rata bertempat tinggal jauh dari
asrama/MAN, dan untuk memudahkan pengawasan apakah kegiatan
tersebut benar-benar dilaksanakan atau tidak. Untuk kegiatan pembelajaran
santri asrama selain kajian kitab, seluruhnya dilaksanakan di asrama yang
dimulai ba‟da Ashar sekitar pukul 17.45-21.30 WIB dan ba‟da Shubuh
hingga pukul 05.30. Akan tetapi jika dari pihak asrama/santri menghendaki
untuk menggunakan fasilitas madrasah di malam hari maka dipersilakan.
(Sumber: Observasi, 28 April-6 Mei 2014; wawancara dengan HR, Sabtu,
26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman; SW,
Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah; dan SD,
Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK)
Kegiatan kajian kitab dilaksanakan menggunakan sistem klasikal
dengan metode sorogan dan ada pula yang menggunakan metode
bandongan. Sementara media yang digunakan adalah kitab klasik dan juga
white board untuk menjelaskan materi yang perlu penjelasan lebih dalam
dengan memerlukan media penyampai. (Sumber: Wawancara, Sabtu, 3 Mei
78
2014 dengan SD, pukul 09.09 WIB di ruang BK dan AM, pukul 10.30 WIB
di lobby kantor MAN). Penggunaan metode ini
Pembelajaran penambahan kosakata dan tahfidz dilaksanakan secara
berkala setiap minggunya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat yaitu
ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30 WIB. Demikian halnya dengan
muhadharah dilaksanakan pada malam Ahad ba‟da Isya‟ hingga selesai dan
belajar wajib (Minggu-Jum‟at) malam mulai pukul 20.00-21.30 WIB.
(Sumber: Dokumentasi jadwal kegiatan asrama dan observasi, 18 April-6
Mei 2014)
Kegiatan tahfidz diwajibkan bagi seluruh santri yaitu sejumlah 102
(putra dan putri) santri dan dilakukan secara individual oleh santri kemudian
disetorkan kepada pembina asrama atau santri yang ditunjuk. Jadwal tahfidz
sudah ditentukan, tetapi untuk setoran lebih dibebaskan/fleksibel, dapat
dilakukan kapan saja. Kegiatan tahfidz ini menggunakan metode sorogan,
yaitu setoran satu persatu dan medianya adalah kitab Al-Qur‟an beserta
kartu bukti setoran yang dipegang oleh penerima setoran hafalan. (Sumber:
Dokumentasi jadwal kegiatan asrama; wawancara dengan AF, Rabu, 30
April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri; dan
observasi, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 05.18)
Penambahan mufrodat dilaksanakan secara berkelompok dan
terkadang secara jamaah santri seasrama (73 santri putri dan 29 santri putra)
pada tempat yang berbeda antara santri putra dan putri. Mufrodat yang
disampaikan sudah ditentukan oleh pembina asrama dan dalam
79
penyampaianya sudah disertai arti dalam bahasa Inggris dan Indonesianya,
sedangkan yang menyampaikan kepada santri adalah pengurus asrama
bagian seksi bahasa untuk di asrama putri. Metode yang digunakan adalah
menirukan baru kemudian audien menulis. Jadi, pada awalnya tentor
menyampaikan kata-kata dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris secara
berurutan, kemudian audien menirukan. Hal ini dilakukan secara berulang-
ulang. Setelah diperkirakan audien hafal dan paham, maka kata-kata tadi
ditulis. Di akhir pertemuan tentor secara langsung mengadakan evaluasi
secara lisan dengan cara menunjuk satu persatu santri untuk menebak
makna kata dan membuatnya dalam kalimat lengkap. Kemudian kata-kata
itu digunakan dalam percakapan sehari-hari di asrama. Penambahan
mufrodat menggunakan media berupa papan tulis beserta perangkatnya dan
buku panduan mufrodat. (Sumber: Observasi, Selasa, 6 Mei 2014 di aula al-
Khawaritsmi).
Untuk asrama putra materi mufrodat disampaikan secara langsung
oleh pembina asrama karena jumlah santrinya masih sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah santri putri, sedangkan untuk media yang
digunakan adalah sama antara di asrama putra dan putri. (Observasi, Rabu,
30 April 2014 pukul 05.15 di masjid Darunnajah).
Kegiatan muhadharah dilaksanakan di akhir pekan secara bergantian
sesuai jadwal piket muhadharah sehingga seluruh santri tetap mendapat
giliran muhadharah. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Teknik
pelaksanaannya adalah santri tugas piket minggu pertama (kelompok
80
pertama) menyiapkan tempat beserta aksesorisnya, sedangkan santri tugas
muhadharah adalah kelompok terakhir. Kemudian pada minggu kedua
petugas piket ialah kelompok dua dan petugas muhadharah-nya kelompok
satu, begitu pula seterusnya. Kelompok tugas muhadharah harus
menyiapkan meteri pidato keislaman dan penampilan secara maksimal.
Substansi materi pidato dibebaskan kepada santri dengan rambu-rambu
masih tentang keislaman. Metode yang digunakan dalam kegiatan
muhadharah ini adalah metode praktek, sedangkan medianya adalah
penggung dengan/tanpa podium hasil desain para santri petugas piket.
Untuk tempat muhadharah santri putri bisa dilaksanakan di aula Al-
Khawaritsmi atau di halaman asrama tergantung rancangan petugas
piketnya. (Sumber: Wawancara dengan BT, Jum‟at, 2 Mei 2014 pukul 16.00
di asrama putri)
Untuk santri putra terdapat 2 jenis kegiatan muhadharah, yaitu
muhadharah diniyah dan usbu‟iyah. Pelaksanaan kedua muhadharah sudah
ditentukan siapa yang praktek dan bertempat di masjid Darunnajah. Metode
yang digunakan adalah praktek dan menggunakan media microphone,
mimbar masjid, dan dengan/tanpa podium. (Sumber: Wawancara dengan
CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN)
Belajar wajib dilaksanakan di area asrama atau di kelas pada jam
yang telah ditentukan. Belajar wajib tidak boleh dilakukan di dalam kamar
kecuali bagi yang sedang sakit. Strategi yang digunakan santri dalam belajar
wajib ini bermacam-macam, ada yang belajar secara mandiri, berkelompok,
81
mengadakan tutorial sebaya, dan ada juga yang mengadakan klinik mapel
dengan tentor yang telah disediakan oleh pihak madrasah. Model/gaya
belajar mereka dikelola oleh masing-masing individu atau secara kelompok.
Penggunaan media pun dimanaje dan disesuaikan dengan apa yang sedang
mereka butuhkan. Pada saat ada jadwal tutorial sebaya atau belajar
kelompok kelas maka santri putra bergabung dengan santri putri sekelasnya
di sekitar lingkungan asrama putri, biasanya dilakukan di mushala, halaman,
atau di aula Al-Khawaritsmi. Demikian pula dengan santri yang
mengadakan klinik mapel, belajar dilakukan bersama tentor yang diundang
di kelas. (Sumber: Observasi, Selasa, 29 April 2014 pukul 20.15 di sekitar
asrama putri dan kelas bahasa)
Klinik mapel dijadwalkan dua kali dalam satu minggu dan
dilaksanakan di malam hari. Pelaksanaan klinik mapel ini pada dasarnya
adalah sebagaimana klinik kesehatan, yaitu santri/peserta didik secara
individu atau kelompok yang membutuhkanlah yang datang atau
mengundang tentor. Dengan demikian jadwal tersebut bersifat fleksibel,
dapat berubah sesuai dengan kebutuhan santri. Sebelum melaksanakan
klinik mapel biasanya santri menghubungi tentor terlebih dahulu. Metode
yang digunakan tentor dalam mengisi klinik mapel bersifat kondisional,
menyesuaikan dengan kondisi peserta, di antaranya ceramah, tanya jawab.
Di antara media belajar yang digunakan tentor dalam klinik mapel ini adalah
buku panduan, internet, komputer, dan papan tulis beserta perlegkapannya.
82
(Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via
ponsel)
Kajian kitab dilaksanakan di kelas sebagaimana kelas santri di MAN
dan pada waktu setelah jam KBM di madrasah selesai dan waib diikuti oleh
semua santri baik yang program IPA unggulan maupun program Agama
sesuai kelas masing-masing. Dengan demikian para santri dan pihak
pengampu materi tidak ada kesempatan untuk membolos dari kegiatan ini
tanpa alasan yang jelas. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei
2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan SD, Sabtu, 3 Mei 2014
pukul 09.09 WIB di ruang BK). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah metode bandongan, tanya jawab, dan ceramah. Media belajar yang
digunakan adalah kitab yang dikaji dan papan tulis beserta
perlengkapannnya. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL
pada waktu dan tempat yang berbeda dan observasi, 6 Mei 2014 pukul
14.15 di ruang kelas XI IPA 1)
4. Controlling (Pengawasan) dan Evaluasi Pembelajaran
Pengawasan pelaksanaan pembelajaran di asrama dilakukan oleh
pembina asrama/kepala asrama, sedangkan pada saat kajian kitab, secara
berkala diawasi langsung oleh penanggungjawab asrama (Kepala Sekolah).
Pengawasan ditujukan untuk mengetahui apakah kegiatan belajar itu benar-
benar dilaksanakan atau tidak. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3
Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan AF, Rabu, 30 April
2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
83
Selain pengawasan juga diadakan evaluasi. Model evaluasinya pun
bermacam-macam, sebagai berikut:
a. Kajian kitab: untuk saat ini belum ada kegiatan evaluasi dengan tes
tertulis, tetapi hal ini sedang direncanakan. Evaluasinya untuk saat ini
lebih ditekankan dengan tes secara lisan langsung setelah pembelajaran,
yaitu dengan cara meminta santri untuk membaca isi kitab yang baru saja
diajarkan beserta artinya dan menjelaskan maksud dari apa yang telah
dipelajari itu. Untuk nahwu dan shorof dilakukan evaluasi secara lisan
yaitu dengan hafalan. Selain evaluasi lisan juga dilakukan evaluasi
nontes dengan pengamatan pada saat KBM berlangsung untuk
mengetahui reaksi santri dalam belajar. (Sumber: Wawancara dengan
CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda)
b. Hafalan dan penggunaan Mufrodat: evaluasi untuk hafalan dan
penggunaan mufrodat kadang menggunakan evaluasi tertulis yaitu
dengan cara mengadakan ulangan mendadak yang dimonitori oleh seksi
bahasa untuk mengetahui seberapa kuat tangkapan santri terhadap
mufrodat yang telah disampaikan. Akan tetapi lebih ditekankan pada
evaluasi lisan dan praktek, yaitu pada pelaksanaan wajib bahasa. Untuk
memudahkan evaluasi ini dibentuk seksi bahasa (kismul-lughah) yang
bertugas mengamati santri dalam penggunaan bahasa dari kosakata yang
telah diajarkan pada aktivitas sehari-hari di asrama. Bagi santri yang
tertangkap melakukan pelanggaran bahasa maka dia akan dijadikan jasus
(mata-mata) untuk mengawasi santri lain dalam menggunakan bahasa
84
kemudian melaporkan kepada bagian bahasa dan diberi sanksi (iqab)
lain.
c. Tahfidz: evaluasi untuk tahfidz dilaksanakan dengan cara setoran
(sorogan) yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk evaluasi jenis tes
yaitu tes lisan untuk mengetahui pencapaian hafalan santri. Setoran
dilakukan kepada pembina asrama atau kepada santri lain yang ditunjuk
serta diadakan lomba tahfidz antar santri. Jika hafalan yang disetorkan
dinilai sudah baik, maka santri dapat melanjutkan untuk menghafal ayat
atau pun surat selanjutnya. Dari jumlah 102 santri yang hingga saat ini
sudah menyelesaikan 3 juz ada 2 orang kelas XI, selesai 2 juz ada 40
orang kelas XI dan 1 orang kelas X, sedangkan sisanya yaitu 59 orang
baru mendapat 1 juz.
d. Muhadharah: kegiatan muhadharah diawasi dan dievaluasi langsung
oleh pembina asrama. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan praktek. Hal-
hal yang dievaluasi dalam muhadharah ini adalah substansi materi,
penampilan, dan cara penyampaian pidatonya serta diadakannya lomba
pidato antar santri pada waktu tertentu.
(Point b, c, dan d; Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014
pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri dan CM, Senin,
28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN)
e. Untuk kegiatan belajar wajib hanya dilakukan pengawasan berupa
pengamatan oleh pembina asrama, apakah santri benar-benar belajar atau
hanya bercanda dengan temannya. Demikian halnya evaluasi terhadap
85
kegiatan belajar wajib tidak diadakan di asrama, tetapi untuk mengetahui
pencapaian target dari belajarnya dapat diketahui melalui hasil ulangan
atau ujian di sekolah. Sejumlah 87 santri (85,3%) dari santri boarding
(IPA/Agama) sudah dapat mencapai KKM (75) di madrasah, bahkan
banyak yang mampu melampauinya. (Sumber: Wawancara AF, Rabu, 30
April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri).
Bagi santri yang mengadakan klinik mapel pun tidak ada kegiatan
evaluasi yang dilakukan secara pribadi oleh tentor (Sumber: Wawancara
dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Pembela-
jaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014
Dalam penyelenggaraan suatu program tentunya terdapat pendukung
dan penghambatnya. Demikian pula dengan penyelenggaraan boarding school
di MAN 1 Kabupaten Magelang. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan menajemen pembelajaran boarding school
tersebut:
1. Faktor Pendukung
Di antara faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran di boarding
school MAN adalah:
a. Adanya lokasi dan fasilitas gedung asrama beserta isinya yang memadai.
86
b. Adanya dukungan dari pihak MAN, Mapenda, dan Kemenag untuk
penyelenggaraan boarding.
(Sumber point a dan b: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul
07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman dan SW, Sabtu, 3 Mei
2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah)
c. Input santri yang bagus dan berprestasi dengan adanya seleksi
penerimaan santri baru.
d. Adanya jiwa semangat dari para santri.
e. Adanya harapan besar dari orang tua santri agar anaknya terdidik untuk
mandiri, disiplin, pandai di bidang ilmu agama dan umum, serta shalih.
(Sumber point c, d, dan e: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014
pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
f. Pembelajaran kajian kitab: didukung oleh madrasah karena merupakan
program dari madrasah untuk anak asrama, adanya kemauan dari anak
untuk mengkaji kitab klasik, tersedia guru dan kitab, sarana prasarana
memadai, serta tingginya rasa keingintahuan dari peserta didik. (Sumber:
Wawancara dengan CM, SD, CM, dan RL pada waktu dan tempat yang
berbeda)
g. Klinik mapel: waktu fleksibel menyesuaikan kondisi dan kebutuhan
anak, adanya tentor yang mampu menyesuaikan dengan kondisi anak,
serta adanya fasilitas dari madrasah yang sudah diselenggarakan untuk
digunakan. (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul
20.00 WIB via ponsel)
87
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran
boarding school adalah:
a. Terkadang anak sudah lelah dikarenakan belajar sejak pagi sehingga pada
saat belajar kajian kitab mengantuk, kurang semangat mengaji, ada santri
yang tidak paham bahasa jawa (karena turots yang digunakan berbahasa
jawa), serta terdapat santri yang belum mengenal turots. (Sumber:
Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang
berbeda)
Alternatif solusi untuk hambatan ini adalah:
1) Penggunaan metode belajar yang bervariasi tidak terpaku pada
ceramah, terkadang diadakan tanya jawab, dan setelah guru selesai
membacakan dan menjelaskan materi peserta didik diminta membaca
ulang dan menjelaskan maksudnya. Dengan demikian anak/santri
yang belajar akan berusaha memperhatikan apa yang sedang dipelajari
bersama guru, dibacakan dan dijelaskan oleh guru. (Sumber:
Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang
BK dan AM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 10.30 di lobby kantor MAN)
2) Mengenalkan kepada santri tentang turots tersebut, kemudian bagi
santri yang tidak bisa bahasa Jawa maka guru menjelaskan maksud
dari apa yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasa Indonesia.
(Sumber: Wawancara dengan CM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 16.30 di
masjid Darunnajah MAN)
88
b. Terdapat beberapa input yang kurang bagus.
Alternatif solusinya adalah: pada tahun pelajaran yang akan datang
diadakan seleksi penerimaan santri asrama baru secara lebih ketat
dibandingkan tahun yang telah terlaksana dan bagi santri yang sudah
masuk disediakan klinik mapel beserta tentornya yang mumpuni, tutorial
sebaya, serta pemberlakuan jam belajar wajib. (Wawancara HR, Sabtu,
26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman)
c. Terdapat beberapa santri yang masih manja, sehingga untuk menjalankan
kegiatan disiplin belajar dan asrama masih harus dipaksa. Terkadang
beberapa anak yang manja ini pun mudah mengeluh kepada orang tuanya
sehingga beberapa orang tua pernah sempat ingin menarik anaknya dari
asrama.
Alternatif solusinya yaitu: disiplin asrama tetap dijalankan secara
perlahan-lahan, sehingga pada akhirnya santri bisa terbiasa hidup disiplin
dan mandiri, diberikan tausiyah penyadaran yang diselingi dengan kisah-
kisah para cendekiawan muslim serta orang-orang yang sukses hingga
nantinya mereka tersadar dengan sendirinya akan pentingnya hidup
disiplin dan mandiri. (Sumber: Wawancara dengan AF, Selasa, 29 April
2014 pukul 05.30 di teras lobby Al-Lighar asrama putri)
d. Pembelajaran di asrama harus menyesuaikan dan megikuti iklim yang
ada di madrasah.
Alternatif solusinya ialah: mengurangi kegiatan asrama yang dulunya
dapat dikatakan sangat padat serta sedikit mengendorkan peraturan yang
89
ada tanpa menghilangkan nilai-nilai kedisiplinan (Sumber: Wawancara
dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-
Azhar asrama putri).
e. Adanya beberapa pihak yang belum sepenuhnya bisa menerima
keberadaan asrama, hal ini kemungkinan disebabkan oleh background
pendidikan mereka yang tidak berasal dari pesantren.
Alternatif solusinya: membulatkan keyakinan bahwa tujuan
penyelanggaraan program boarding ini adalah baik dan benar, kemudian
disertai pemberian pengertian kepada mereka akan manfaat yang dapat
diperoleh jangka panjang dengan adanya program ini, mengajak mereka
untuk melakukan studi banding ke MAN yang berlatar belakang PGA
dan saat ini telah maju dengan program boarding school-nya. (Sumber:
Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang
kepala sekolah)
f. Klinik mapel: terkadang pelaksanaan klinik bentrok dengan kegiatan
asrama yang mendadak atau tentor berhalangan.
Alternatif solusinya: santri mengkomunikasikan dengan tentor terlebih
dahulu untuk mengadakan klinik mapel atau tidak, serta mengganti
jadwal tersebut pada hari yang lain. Selain itu juga melalui cara selalu
menjalin hubungan komunikasi dengan pembina asrama mengenai
pelaksanaan kegiatan, sehingga santri tetap bisa melaksanakan kegiatan
klinik mapel terutama saat mereka butuh. (Sumber: Wawancara dengan
YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel)
90
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014
1. Pembelajaran Di Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah MAN 1
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014
Penyelanggaraan boarding school merupakan salah satu program
unggulan yang ada di MAN 1 Kabupaten Magelang. Pembelajaran di IBS
Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan suatu upaya untuk
menunjang program unggulan madrasah yang di antaranya bertujuan untuk
mempersiapkan output peserta didik yang berkualitas dalam rangka
mengikuti persaingan yang selalu muncul seiring berkembangnya zaman,
mewujudkan alumni yang mampu bersaing serta unggul di bidang agama
dan umum, serta mempersiapkan dan mewujudkan kader-kader pemimpin
dan generasi penerus bangsa yang menguasai ilmu agama, ilmu umum, dan
berkarakter keislaman kuat serta siap dipakai di masyarakat (wawancara SW
dan HR). Untuk dapat mencapai tujuan dari penyelenggaraan program
unggulan boarding school tersebut maka pendidikan berbasis pesantren
diterapkan di boarding MAN 1 Kabupaten Magelang. Pola pendidikan,
pengasuhan, dan pembelajaran di boarding banyak mengadopsi dari
pendidikan pesantren yaitu perpaduan antara pondok salaf dan
khalaf/modern (wawancara SD dan AM). Dikatakan mengadopsi dari pesan-
91
tren salaf karena terdapat kegiatan kajian kitab yang dilakukan secara klasi-
kal dengan metode sorogan ataupun bandongan yang merupakan salah satu
ciri pesantren salaf. Selain kajian kitab program tahfidz dilaksanakan
dengan metode sorogan dalam kegiatan evaluasinya untuk mengetahui
pencapaian hafalan santri (wawancara AF dan CM). Penyelenggaraan
program boarding juga mengadopsi model pendidikan dari pesantren
modern/khalaf sebab di dalamnya terdapat takhasus (bahasa Arab dan
Inggris) yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari di asrama yang
merupakan salah satu ciri dari pesantren khalaf/modern, meskipun pada saat
ini baru berjalan penggunaan bahasa Arabnya. Sebagaimana menurut Nasir
(2005:87):
“Pondok pesantren salaf yaitu pondok pesantren yang di dalamnya
terdapat sistem pendidikan salaf (weton/bandongan dan sorogan) dan
sistem klasikal (madrasah) salaf, sedangkan pondok pesantren
khalaf/modern yaitu seperti pondok pesantren berkembang, hanya saja
sudah lebih lengkap dengan penambahan diniyah dan dilengkapi dengan
takhasus (bahasa Arab dan Inggris).”
Penyelenggaraan boarding school dengan sistem pesantren setidak-
nya juga harus memenuhi komponen atau ciri-ciri dari pesantren. Sebagai-
mana dijelaskan oleh Ridlwan Nasir (2005:82) tentang ciri pokok pondok
pesantren sebagai berikut:
d. Kyai sebagai sentral figur, yang biasanya disebut pemilik.
e. Asrama sebagai tempat tinggal para santri, di mana masjid sebagai
pusarnya.
f. Adanya pendidikan dan pengajaran Agama melalui sistem pengajian,
yang sekarang sudah berkembang sistem klasikal atau madrasah.
Ditambah lagi oleh Muliawan (2005:157) dari ciri-ciri tersebut dengan satu
ciri yaitu adanya santri. Dalam boarding school MAN 1 Kabupaten
92
Magelang ini yang dikenal dengan nama IBS Daarunnajah sebagaimana di
atas, ciri-ciri atau komponen dari pesantren sudah dipenuhi. Di sana sudah
ada masjid sebagai tempat shalat jama‟ah dan kegiatan keagamaan (ngaji)
yang penggunanya adalah santri putra, karena santri putri melaksanakan
shalat jama‟ah dan kegiatan keagamaan di aula atau lobby. Komponen
lainnya adalah asrama/pondokan sebagai tempat tinggal santri selama
belajar dan terdapat santri dengan jumlah cukup banyak yang merupakan
peserta didik kelas unggulan dari madrasah. Untuk satu ciri lain yaitu kiai,
di IBS Daarunnajah disebut dengan pengasuh/pembina asrama yang berlatar
belakang pendidikan pesantren dan memiliki kualifikasi tertentu.
Di samping kegiatan kajian kitab, tahfidz, dan bahasa (wajib bahasa),
juga terdapat program pembelajaran praktek muhadharah dan pemberlakuan
jam belajar wajib. Program pembelajaran di boarding tersebut merupakan
suatu upaya untuk mendukung penyelenggaraan program unggulan
boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. Selain pembelajaran,
santri juga dididik untuk disiplin, mandiri, religius, dan berani (dalam hal
positif).
Model pengasuhan dan pendidikan pondok pesantren modern yang
diadopsi adalah pendidikan dari pondok modern Darussalam Gontor.
Kegiatan asrama dilakukan sejak sore hari sampai malam dan dilanjutkan
setelah shalat Subuh hingga sekitar pukul 05.30 WIB, kemudian dilanjutkan
dengan persiapan untuk masuk madrasah mengikuti kegiatan pembelajaran
di madrasah sejak pukul 07.00-14.00 WIB.
93
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).
Dalam perencanaan pembelajaran ini seorang pengajar juga menentukan
target belajar atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Setiap kegiatan pembelajaran wajib diikuti oleh seluruh santri
yaitu sejumlah 102 orang pada jadwal yang telah ditentukan. Pada setiap
pembelajaran di boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang tidak
didahului dengan penyusunan rencana pembelajaran terlebih dahulu.
Akan tetapi, program pembelajarannya sudah disusun sejak awal tahun
mengenai kegiatan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan untuk
menunjang program unggulan ini, dan dari setiap program pembelajaran
itu memiliki tujuan masing-masing yang menjadi target pencapaian dan
mempunyai strategi untuk mencapainya.
1) Penambahan mufrodat
Tujuan penambahan mufrodat adalah untuk menambah dan
memperkaya kosakata bahasa Arab santri guna mendukung pelaksana-
an wajib berbahasa Arab dalam percakapan sehari-hari baik antara
santri-santri maupun santri-pengasuh di asrama. Adapun langkah yang
94
ditempuh untuk mencapai tujuan itu adalah memberikan penambahan
kosakata santri secara rutin dan terjadwal, mengadakan latihan
muhadatsah, membiasakan santri untuk berbicara dengan
menggunakan bahasa Arab walaupun masih salah dan menetapkan
iqob (sanksi) bagi yang melanggar bahasa (wawancara AF).
2) Tahfidz
Wajib tahfidz 3 juz bagi seluruh santri putra-putri (102 orang) bertuju-
an untuk mengantisipasi apabila nanti ada santri yang berminat untuk
melanjutkan studi ke Timur Tengah dan harapan ke depannya mereka
menjadi kader-kader muslim/muslimah yang mumpuni. Langkah yang
ditempuh untuk mencapai target tahfidz tersebut adalah melakukan
seleksi tilawah Al-Qur‟an pada saat penerimaan santri baru, memberi-
kan arahan cara menghafal dan menyetor hafalan, memberi kebebasan
jumlah setoran dengan ketentuan selama 3 tahun 3 juz harus sudah
selesai dihafal dengan lancar (wawancara SW dan AF).
3) Muhadharah (Khitobah/pidato)
Program muhadharah bertujuan melatih santri agar setelah lulus siap
dipakai di masyarakat dan pada saat ada lomba pidato mereka sudah
siap tanpa ada latihan intensif. Langkah yang ditempuh adalah
membagi kelompok tugas muhadharah, memberi rambu-rambu materi
dan ketentuan pidato, melaksanakan kegiatan sesuai jadwal
(wawancara HR, BT, dan CM).
95
4) Kajian kitab
Kajian kitab secara umum bertujuan agar santri dapat mambaca,
mengetahui, menguasai, dan memahami turots kemudian
mengamalkan isinya; membekali dan memberi pendalaman ilmu
agama santri; memodali santri dengan ilmu dasar keagamaan. Kitab
yang diakaji adalah kitab klasik/turots, seperti Ta‟lim Muta‟allim
(versi Arab dengan terjemahan bahasa jawa yang ditulis dengan Arab
pegon), Matan Al-Ghayah wa Taqrib (syarah Fathul Qarib), Mabadil
Fiqh, Jurumiyah, „Umrithi, dan Amtsilah At- Tashrifiyah. Pelaksanaan
kajian kitab dilakukan setelah jam KBM di madrasah selesai dengan
selang waktu istirahat 15 menit dan bertempat di kelas seperti kelas
pagi (wawancara CM, SD, AM, dan RL).
5) Belajar wajib
Bertujuan untuk memberikan waktu bagi santri untuk belajar materi
pelajaran sekolah baik secara individual atau kelompok. Waktu belajar
di-sediakan mulai pukul 20.00-21.30 WIB. Waktu tersebut boleh
diguna-kan untuk diskusi, mengerjakan tugas sekolah, persiapan
ulangan hari-an. Strategi belajar ini dikelola sendiri oleh santri baik
pribadi maupun kelompok. Terkadang ada yang mengadakan tutorial
sebaya atau klinik mapel dengan mengundang tentor (wawancara AF).
Untuk yang mengadakan tutorial sebaya bertujuan agar santri yang
pandai akan materi tertentu mengajari santri lain yang belum bisa,
sedangkan klinik mapel bertujuan membantu dan mendampingi
96
belajar santri sehingga dapat mencapai target belajar (wawancara BT
dan YF).
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
bagi santri tidak didahului dengan penyusunan rencana pembelajaran.
Akan tetapi kegiatan pembelajaran yang ada sudah dirancang sejak awal
tahun dengan mempertimbangkan kebutuhan santri yang ditaksir dapat
mendukung pencapaian program unggulan boarding school ini. Selain itu
juga disebabkan sistem asrama ini mengadopsi dari sistem dari pesantren
sehingga dalam hal perencanaan pembelajarannya tidak menggunakan
silabus dan tidak ada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian dalam hal fungsi manajemen yang berkaitan dengan
perencanaan pembelajaran ini lebih tepat disebut dengan penyusunan
program pembelajaran. Pada penyusunan program pembelajaran ini tentu
terdapat tujuan yang ingin dicapai dan langkah untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian Pembelajaran
Dalam pengorganisasian ini ada kegiatan menentukan
pendidik/pengajar, peserta didik, materi, metode, media, dan waktu.
Menentukan pengajar berarti melakukan pengelolaan guru yaitu memilih
guru dengan syarat atau kualifikasi tertentu dan menyeleksi secara ketat
sehingga dapat diperoleh staf pengajar yang berkualitas. Syarat yang
dapat diajukan dalam memilih guru adalah harus lulus S1, tes psikologi,
tes akademik, tes agama, tes keahlian dan keguruan, serta wawancara
(Maimun dan Fitri, 2010:98). Kemudian melaksanakan pengelolaan
97
peserta didik yang diawali dengan menarik input dan mengelompokkan
berdasarkan klasifikasi tertentu, sebab peserta didik merupakan
komponen pembelajaran yang paling penting dan penentu keberhasilan
pembelajaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya menarik input
peserta didik berkualitas dengan melaksanakan seleksi yang ketat
kemudian pengelompokan siswa baik berdasarkan tingkat intelegensi
ataupun aspek-aspek yang lain (Maimun dan Fitri, 2010:92). Selanjutnya
mengelola materi, metode, media, dan waktu guna menunjang
terlaksananya program pembelajaran.
Dalam pengorganisasian pembelajaran di Daarunnajah Islamic
Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) Merekrut dan menentukan pembina asrama, pengajar, tentor klinik
mapel, atau tentor untuk tutor sebaya dengan kualifikasi tertentu.
Tabel 4.1
Kualifikasi Pembina, Pengajar, Dan Tentor
No. Nama Jabatan Kualifikasi
1. Kepala asrama
S1, berbahasa Arab dan Inggris aktif, alumni
pesantren (salaf/modern), hafidz/hafidzah
(sebagian/seluruh Al-Qur‟an).
2. Pembina asrama
S1, berbahasa Arab dan/atau Inggris aktif, alumni
pondok pesantren (salaf atau modern), hafal
sebagian atau seluruh ayat al-Qur‟an, dan
memiliki karakter sebagai pembimbing yang baik.
3. Pengajar kajian kitab
S1, alumni pondok pesantren, mampu
mengajarkan turots, bersedia mengajar santri pada
waktu yang ditentukan.
4. Tentor klinik mapel
S1, mampu di bidang yang diampu, mampu dari
segi waktu dan tenaga, dan bersedia diundang
untuk mengisi klinik mapel dengan waktu
fleksibel.
5. Tentor tutor sebaya
melihat kemampuan santri di bidang materi
tertentu (dipilih oleh santri sendiri dengan
pengarahan pembina)
6. Penerima hafalan Lancar dan memiliki banyak hafalan ayat Al-
Qur‟an (dipilih oleh pembina)
98
Penerima hafalan yang dimaksud di sini adalah santri yang ditunjuk
oleh pembina asrama untuk membantu pembina menerima setoran
hafalan santri lain (wawancara HR, SW, AF, dan BT).
2) Menarik input santri dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat penerimaan santri baru adalah siswa berprestasi di SMP/MTs
asal (diutamakan SMP yang berciri khas Islam, SMP umum pun boleh
tetapi harus telah memiliki bekal ilmu agama yang cukup), lulus tes
seleksi tertulis (matematika dan IPA) dan lisan (membaca al-Qur‟an
dan tes lisan bahasa Arab dan Inggris dasar), serta sanggup tinggal di
asrama selama masa studi (wawancara SW dan HR).
3) Menentukan materi/program pembelajaran dan kegiatan yang dapat
menunjang tercapainya tujuan dari penyelenggaraan boarding school.
Diantara materi penunjang program unggulan boarding school adalah
materi penambahan mufrodat, kajian kitab, tahfidz, muhadharah, dan
belajar wajib (wawancara HR).
4) Menentukan, mencarikan, dan menyediakan buku/kitab yang akan
dikaji.
Diantara kitab yang dikaji adalah mabadi al-fiqhiyah, syarah
ta‟limmuta‟allim, matan al-ghayah wa at-taqrib (syarah fathul qarib),
jurumiyah, „umrthi, al-amtsilah at-tashrifiyah. Untuk panduan
mufrodat diambil dari panduan muthala‟ah wa muhadatsah pondok
modern Gontor (wawancara CM, AM, SD, dan RL).
99
5) Menentukan waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan kajian kitab dilaksanakan setelah jam KBM selesai yaitu
pukul 14.00-15.30 WIB dengan jeda istirahat 15 menit. Penambahan
mufrodat dan tahfidz dilaksanakan ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30
pada jadwal yang telah ditentukan oleh pembina asrama, muhadharah
setiap malam Ahad mulai ba‟da Isya‟ hingga selesai, sedangkan wajib
belajar dilaksanakan setiap hari yaitu pukul 20.00-21.30 WIB kecuali
malam Ahad atau hari libur, dan untuk klinik mapel yang merupakan
sarana bimbingan belajar bagi santri, jadwal menyesuaikan kebutuhan
peserta (wawancara SW dan HR).
Dari paparan di atas diketahui bahwa dalam pengorganisasian
pembelajaran di boarding school dilakukan pengelolaan pengajar yang
juga termasuk pembina asrama, pengelolaan santri, pengelolaan materi
dan program pembelajaran yang dapat mendukung penyelenggaraan
program unggulan boarding school yang ada di MAN 1 Kabupaten
Magelang. Pengelolaan pengajar yang meliputi kepala asrama, pembina
asrama, pengampu kajian kitab, dan tentor klinik mapel dilakukan oleh
pihak penanggungjawab boarding school yaitu kepala madrasah bersama
dengan waka kurikulum serta waka humas dan keislaman, sedangkan
untuk santri yang ditunjuk untuk membantu pembina dalam menjalankan
pembelajaran dan kegiatan asrama dilakukan oleh pembina asrama.
Begitu pula bagi santri yang mengadakan tutor sebaya, pemimpin tutor
dipilih oleh santri sendiri dengan arahan dari pembina asrama. Hal ini
100
ditujukan agar santri mau belajar menjadi pemimpin dan pembimbing,
serta belajar untuk mengelola aktivitasnya.
Untuk pengelolaan siswa pun dilakukan oleh penanggungjawab
asrama dengan dibantu oleh stafnya juga dibantu oleh pembina asrama
dalam hal tes tilawah Al-Qur‟an dan tes wawancara menggunakan bahasa
Arab dan Inggris dasar. Syarat penerimaan santri baru pun atas
rekomendasi dari pihak madrasah. Demikian pula dengan pengelolaan
dan pengorganisasian materi/program pembelajaran bagi santri asrama
merupakan program dari madrasah. Penentuan jadwal kegiatan asrama
sebagian besar diatur oleh pembina asrama, hanya untuk kajian kitab
diatur oleh madrasah dan pelaksanaannya diawasi secara langsung oleh
kepala madrasah yang juga sebagai penanggungjawab asrama.
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendi-
dik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan yang
telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsur-unsur
belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi,
dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan
senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itu perlu adanya penggunaan metode dan media dalam penyampaian
materi pembelajaran. Metode menurut Suwardi (2007:61) adalah cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
101
pembelajaran secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran yang dapat
digunakan bermacam-macam jenisnya, beberapa diantaranya yaitu:
1) Metode pembiasaan, yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai
dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110).
Metode pembiasaan ini digunakan untuk mengajarkan kepada santri
keterampilan menggunakan bahasa Arab dalam aktivitas sehari-hari
untuk mewujudkan dan menjalankan program wajib bahasa Arab.
2) Metode pemberian ganjaran, yaitu cara yang dilakukan dengan
memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun
keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan motivasi
belajar (Arief, 2002:127). Metode ini digunakan dalam program
pelaksanaan wajib bahasa, dan tahfidz. Pada program wajib bahasa,
santri yang sedikit melakukan pelanggaran bahasa, lancar
berbahasanya di diberikan hadiah yaitu sebuah kedudukan berupa dia
diikutsertakan dalam kepengurusan asrama seperti halnya menjadi
pengurue bagian bahasa (seksi bahasa/kismul lughah). Begitu pula
pada program tahfidz, santri yang memiliki bayak hafalan dan lancar,
bagus dari segi pelafalan, makhraj, dan tajwidnya, dia pun diberi
kepercayaan untuk menerima hafalan Al-Qur‟an dari adik tingkatnya
ataupun teman sebayanya dan juga diikutsertakan dalam
kepengurusan asrama (wawancara AF). Pemberian ganjaran ini lebih
berupa kehormatan, kepercayaan, dan kedudukan, tidak berupa materi.
102
Sebab asumsinya pemberian ganjaran yang seperti itu lebih bersifat
psikologis dan lebih mengena serta membekas dalam hati santri itu
sendiri. Terlebih pada dasarnya setiap manusia lebih suka dihormati
dan dihargai daripada diberi materi. Pemberian ganjaran ditujukan
untuk memotivasi santri agar lebih progresif lagi dan dapat membuat
santr lain terpacu semangatnya baik semangat belajar maupun
semangat dalam mematuhi peraturan yang ada.
3) Metode pemberian hukuman, adalah metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau
kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). Metode ini diberlakukan
dalam pelaksanaan wajib bahasa, yaitu bagi santri yang diketahui
melakukan pelanggaran bahasa. Hukumannya ialah santri yang
melanggar bahasa tersebut dijadikan jasus (mata-mata) yang bertugas
mengawasi santri lain dalam pengguanaan bahasa Arab di lingkungan
asrama sehari-hari. Selain dijadikan sebagai jasus santri tersebut juga
diberi sanksi (iqab) yang bisa berupa tenaga yaitu menyapu/mengepel
lantai seluruh komplek asrama, membuat pernyataan tidak akan
mengulang kesalahan, atau yang lainnya (wawancara AF).
4) Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran
dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief,
2002:135-136). Metode ini digunakan pada hampir semua kegiatan,
sebab metode ini merupakan metode dasar untuk semua jenis
kegiatan. Walaupun selanjutnya pengajar menggunakan metode active
103
learning, pasti di awal pelajaran menggunakan ceramah terlebih
dahulu untuk mengarahkan peserta didik.
5) Metode sorogan, yaitu sebuah sistem belajar di mana para murid satu
persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab
ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150). Metode ini
digunakan dalam pembelajaran kajian kitab dan tahfidz. Untuk
kegiatan tahfidz sebelum santri menyetorkan hafalan (sorogan)
kepada pembina maupun santri lain yang ditujuk, mereka
menghafalkan ayat Al-Qur‟an secara otodidak yang sebelumnya telah
diarahkan cara menghafalnya oleh pembina asrama (wawancara SD
dan AF).
6) Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief
(2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah
banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa
Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan
membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau
buah fikiran yang sulit. Metode ini digunakan dalam pembelajaran
kajian kitab oleh beberapa pengajar, karena setiap pengajar
menggunakan metode pembelajaran berbeda-beda (wawancara AM).
7) Metode kerja kelompok adalah cara menyajikan materi pelajaran di
mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu
untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama
104
dan bergotong royong (Arief, 2002:196). Metode kerja kelompok ini
digunakan oleh santri dalam melaksanakan kegiatan belajar wajib.
Dalam kerja kelompok biasanya mereka mengerjakan tugas sekolah
atau membahas materi pelajaran yang belum dipahami. Model kerja
keompok yang mereka lakukan ini bermacam-macam, kadang secara
berkelompok mereka mengadakan tutorial sebaya ataupun datang ke
klinik mapel dengan mengundang tentor dari luar (observasi).
Selain metode-metode di atas masih ada metode lain yang
digunakan dalam pembelajaran di boarding, diantaranya adalah metode
hafalan yang digunakan dalam pembelajaran materi tashrifiyah, hafalan
Al-Qur‟an sebelum setoran, dan penambahan mufrodat. Kemudian untuk
pembelajaran penembahan mufrodat juga menggunakan metode
menirukan dan metode drill, sehingga pada saat penambahan mufrodat
santri lain menirukan beberapa kali, baru setelah itu kosakata tersebut
ditulis di papan tulis dan santri yang lain menulis di buku catatan mereka.
Kosakata yang telah diberikan tersebut harus digunakan dalam percakap-
an sehari-hari. Bagi santri yang melakukan pelanggaran bahasa maka di-
kenakan sanksi.
Unsur pembelajaran selanjutnya yang juga ikut andil dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran adalah media. Media pembelajaran adalah
Media pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara
penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi,
2007:76). Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembela-
105
jaran di asrama hampir semuanya menggunakan media konvensional
berupa buku/kitab dan papan tulis serta perangkatnya. Penggunaan media
elektronik berupa internet dilakukan oleh santri dalam upayanya mencari
materi untuk muhadharah dan juga pada kegiatan klinik mapel (observasi
dan wawancara YF, CM, AM).
d. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran
Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah
dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang
dari rencana semula. Evaluasi ialah kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya
(Widoyoko, 2009:4). Jadi evaluasi pembelajaran adalah kegiatan
memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi
mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar
mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya.
Pengawasan pembelajaran di boarding school sebagian besar
dilakukan oleh pembina asrama secara langsung, tetapi kepala madrasah
pun ikut mengawasinya secara tidak langsung. Khusus untuk kegiatan
kajian kitab pelaksanaannya diawasi secara langsung oleh kepala
madrasah sebab kajian kitab bagi santri boarding merupakan program
plus dari madrasah. Mengenai evaluasi pembelajaran belum dilakukan
secara formal melalui tes tertulis, tetapi evaluasi program pembelajaran
106
dilakukan secara langsung baik oleh guru maupun pembina asrama atau
yang membantu dan lebih bersifat praktis.
Program pembelajaran kajian kitab rata-rata guru/ustadz
melakukan evaluasi langsung setelah pembelajaran dilaksanakan yaitu
dengan meminta santri untuk membaca materi dari kitab yang baru saja
dipelajari kemudian menjelaskan maksudnya. Hal ini merupakan upaya
untuk mengetahui sejauh mana santri memahami materi dan untuk
mengetahui keseriusan belajaranya. Jika dari bacaan dan pemahaman
diketahui bahwa masih banyak santri yang belum paham dengan isi
materi maka ustadz akan mengulang penjelasannya. Selain itu untuk
materi tertentu seperti tashrifiyah evaluasi dilakukan dengan cara tes
hafalan. Dari kegiatan tes itu tidak dilakukan penilaian, tetapi para ustadz
hanya mengamati dan kemudian akan melakukan pembenahan dalam
pembelajarannya atau mengulang penjelasan terhadap materi tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan dalam kegiatan kajian kitab tersebut
evaluasi dilakukan dengan tes secara lisan baik dengan hafalan, bacaan,
maupun penjelasan oleh santri.
Program wajib bahasa Arab yang dari adanya program tersebut
diadakan kegiatan pembelajaran penambahan mufrodat, evaluasi
dilakukan setiap saat yaitu dengan cara praktik dan secara lisan dalam
percakapan sehari-hari. Untuk memudahkan evaluasi dan pengawasan
wajib bahasa yang merupakan wujud praktik dari mufrodat yang telah
disampaikan ini, dibentuklah seksi bahasa (kismul lughah). Tugas dari
107
seksi bahasa ini adalah mengawasi setiap santri dalam menggunakan
mufrodat yang telah disampaikan dalam wajib bahasa Arab pada
percakapan sehari-hari di asrama. Bagi santri yang tertangkap melakukan
pelanggaran bahasa maka dia akan menjadi jasus (mata-mata), kemudian
dia harus mengawasi santri lain dalam berbahasa dan melaporkan santri
yang melanggar bahasa kepada seksi bahasa. Selain dijadikan sebagai
jasus, santri yang melanggar bahasa juga akan dikenai iqab (sanksi)
tertentu, mungkin menyapu atau mengepel lantai seluruh/sebagian
komplek asrama. Walaupun demikian terkadang dari seksi bahasa
mengadakan ulangan tertulis mufrodat secara mendadak. Dari paparan ini
dapat dipahami bahwa evaluasi dari pembelajaran penambahan mufrodat
dilakukan pada praktek wajib bahasa sehingga dapat dikatakan
evaluasinya menggunakan cara praktek dan lisan dan terkadang juga
secara tertulis.
Program tahfidz dievaluasi dengan cara sorogan (setoran) hafalan
dari santri kepada pembina maupun kepada santri yang ditunjuk dan telah
diberi kepercayaan untuk menerima setoran teman-temannya. Jumlah
ayat yang disetorkan tidak dibatasi baik jumlah minimal maupun
maksimalnya, hal ini lebih disesuaikan dan diserahkan kepada
kemampuan hafalan masing-masing santri. Hanya saja mereka diberi
target dan batasan waktu yaitu selama kurang lebih tiga tahun di asrama
kewajiban hafalan Al-Qur‟an 3 juz (juz 28, 29, dan 30) mereka harus
sudah berhasil dihafal dengan baik, benar, dan lancar. Pada saat
108
melakukan setoran jika ayat yang disetorkan ternyata kurang lancar maka
harus diulang kembali. Selain dengan setoran, pada even tertentu
diadakan lomba tahfidz dengan ayat acak yang kemudian santri diminta
melanjutkannya. Dengan demikian untuk program tahfidz ini kegiatan
evaluasi dilakukan dengan cara tes secara lisan, jika sudah benar dan
lancar maka santri tersebut boleh melanjutkan ayat berikutnya, tetapi jika
belum benar dan masih kurang lancar maka diulang terlebih dahulu.
Untuk saat ini dari jumlah 102 santri terdapat 2 santri kelas XI yang telah
berhasil menghafal 3 juz, 40 santri kelas XI dan 1 santri kelas X telah
menempuh 2 juz, sedangkan sisanya 59 santri kelas XI di bawah 2 juz.
Program pembelajaran muhadharah merupakan kegiatan praktek
pidato dalam bahasa Arab maupun Indonesia. Materi pidato diserahkan
kepada santri dengan tetap berada dalam koridor keislaman. Setiap kali
praktek pidato ini langsung dilakukan evaluasi mengenai penampilan,
penyampaian materi, artikulasi, serta isi pidato. Pelaksanaan muhadharah
ini memang secara kelompok, tetapi praktek pidatonya secara individual.
Suatu saat pada even tertentu juga diadakan lomba pidato antar santri.
Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan muhadharah
dievaluasi dengan cara praktek pidato secara individual.
Yang terakhir adalah kegiatan belajar wajib. Pelaksanaan kegiatan
belajarnya dikelola dan diatur sendiri oleh santri baik secara individual
maupun kelompok. Dari kegiatan ini tidak ada evaluasi yang
dilaksanakan di asrama, baik untuk belajar yang dilakukan individual
109
maupun kelompok, baik itu kelompok tutorial sebaya maupun klinik
mapel. Untuk mengetahui pencapaian target belajar santri dapat diketahui
melalui hasil ulangan harian, UTS, ataupun UAS di sekolah. Para santri
program unggulan asrama (IPA/Agama) mayoritas telah mampu menca-
pai KKM (75) yang ditentukan madrasah.
Dari pelaksanaan program boarding school yang telah berjalan 2
tahun pelajaran ini belum semua target/tujuan dari penyelenggaraannya
tercapai. Tujuan yang telah tercapai adalah mesinkronkan antara pendidikan
umum dan agama bagi peserta didik. Hal ini terlihat pada substansi
pembelajaran yang diberikan yaitu adanya tahfidz 3 juz dan kajian kitab
keislaman wajib diikuti oleh seluruh santri. Untuk kejuaraan olimpiade sains
belum ada, tetapi prestasi di bidang lain sudah banyak dicapai antara lain
dalam lomba pidato bahasa Arab, Inggris, Indonesia, story telling, qira‟atul
kutub, kaligrafi, dan baca puisi bahasa Arab. Demikian halnya dengan
tujuan kaitannya dengan output juga belum dicapai karena dari program
boarding school ini belum meluluskan peserta didik.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manajemen Pembela-
jaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2013/2014
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan/implementasi manaje-
men pembelajaran di boarding school meliputi faktor pendukung dan
penghambat terhadap jalannya manajemen pembelajaran. Faktor-faktor
110
tersebut dapat berasal dari berbagai segi, baik guru, siswa/santri, fasilitas,
maupun lingkungan sekitarnya.
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding
School
Di antara faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran
dapat dikembangkan dari kekuatan dalam analisis SWOT (Sallis, 2010:223)
yaitu sebuah rekrutmen yang kuat, adanya dukungan dari pimpinan
institusi/lembaga, adanya dukungan dari orang tua yang baik, tersedianya
fasilitas belajar yang memadai.
e. Sebuah rekrutmen yang kuat
Dari data yang ditemukan bahwa dari segi pembina, pengajar, dan
santri terdapat dukungan yang cukup kuat untuk penyelenggaraan
boarding school berciri khas pesantren. Dari segi pembina asrama,
diketahui kualitas ketiga pembina memenuhi kualifikasi pendidikan S1,
berlatarbelakang pendidikan pesantren serta pernah mengabdi di
pesantren (pembina asrama putra dari pesantren salaf dan pembina
asrama putri dari pesantren modern), hafal sebagian juz dari Al-Qur‟an,
dan mampu berbahasa Arab secara aktif, bahkan kedua pembina asrama
putri mampu berbahasa Inggris secar aktif. Selain pembina, pengajar
kajian kitab juga bekualifikasi pendidikan S1 dan berasal dari pondok
pesantren salaf. Bagitu pula untuk tentor klinik mapel juga berpendidikan
S1 dan mampu di bidang yang diampu dan bersedia mengajar pada waktu
yang fleksibel sesuai kebutuhan anak. Hal ini dapat mendukung program
111
boarding yang mewajibkan berbahasa Arab dalam keseharian,
mewajibkan hafalan Al-Qur‟an 3 juz, adanya kajian kitab salaf, dan
klinik mapel untuk mendukung prestasi belajar santri di sekolah.
Dari segi santri direkrut berdasarkan seleksi baik seleksi secara
tertulis maupun lisan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
ssejumlah 51,96% santri merupakan peserta didik berprestasi dari
sekolah asalnya yaitu memiliki rata-rata nilai UN di atas 80 dan sejumlah
37, 25% memiliki rata-rata berkisar antara 70,00-79,00. Selain ukuran
prestasi akademik seperti tersebut, sejumlah 68,63% santri berasal dari
Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta dan 8,82% berasal dari
SMP yang berciri khas keislaman. Dari data tersebut dapat dipahami
bahwa rata-rata santri memiliki kemampuan akademik tinggi dan
mempunyai basic pendidikan agama yang cukup. Selain itu para snatri
juga memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Dengan demikian
hal itu dapat menjadi pendukung terselenggaranya program unggulan
boarding school.
f. Adanya dukungan dari pimpinan institusi/lembaga.
Penyelenggaraan program boarding school berciri khas pesantren
ini mendapat dukungan kuat dari kepala madrasah beserta jajarannya dan
juga dari pihak Kementerian Agama bidang Mapenda. Terlebih karena
memiliki tujuan yang baik yaitu mewujudkan output peserta didik yang
unggul baik di bidang akademik maupun agama.
112
g. Adanya dukungan dari orang tua yang baik.
Orang tua santri rata-rata mendukung anak mereka masuk di
boarding sebab mereka berharap anak mereka juga mandapatkan
pendidikan agama yang cukup, menjadi anak yang shalih, taat beragama,
tidak hanya mendapatkan pendidikan umum dan berprestasi di bidang
umum saja.
h. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai.
Untuk penyelenggaraan program boarding school ini sudah
tersedia fasilitas mamadai yang meliputi komplek asrama lengkap
dengan kamar beserta fasilitas kamar, ruang lobby, masjid dan mushala,
aula, ruang kelas dan fasilitas dari madrasah yang diselenggarakan untuk
digunakan bagi kepentingan belajar santri, serta fasilitas pendukung
lainnya.
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding
School
Faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembalajaran pun dapat
dikembangkan dari kelemahan atau hambatan dalam analisis SWOT yaitu
kebalikan dari kekuatannya (Sallis, 2010:223), antara lain dari segi siswa
misalnya terdapat beberapa input siswa yang kurang bagus, faktor fisiologis
siswa saat belajar; dari segi guru seperti kurangnya staf pengajar
berkualitas; berkurangnya dukungan dari pimpinan; masih ada fasilitas yang
kurang; orang tua siswa yang hanya menuntut hasil belajar segi kognitifnya
saja.
113
f. Dari segi siswa/santri
Dari segi santri masih terdapat beberapa input yang kurang bagus,
seperti ilmu agama masih minim, belum pernah ngaji kitab, tidak bisa
bahasa Jawa karena berasal dari luar provinsi Jawa Tengah padahal kitab
yang dikaji berbahasa Jawa serta beberapa santri masih manja. Faktor
lain adalah faktor fisiologis santri yaitu mereka sudah lelah karena
belajar seharian sejak pagi sehingga semangat belajar berkurang.
(wawancara AF, CM, AM, RL)
Alternatif solusiya adalah lebih memperketat seleksi perekrutan santri
baru dan dilakukan secara obyektif, jujur, dan adil serta bagi santri yang
sudah masuk diberikan bimbingan khusus seperti klinik mapel dan
tutorial sebaya. Bagi santri yang belum pernah mengkaji kitab hendaknya
diberitahu terlebih dulu cara-cara mengkajinya serta diberi kesempatan
waktu untuk berlatih. Untuk santri yang tidak bisa berbahasa Jawa maka
pengajarnya yang harus memahami hal itu sehingga santri tetap semangat
untuk mengkaji kitab klasik dan pengajar hendaknya mau menjelaskan
ulang materi yang dipelajari menggunakan bahasa Indonesia.
Menghadapi santri manja sebaiknya tetap dilakukan pembiasaan, disiplin
dan dipaksa mandiri, tanggung jawab, hingga mereka terbiasa dan
memiliki kesadaran diri. Dalam pembelajaran pun pengajar harus kreatif
dan terampil dalam memilih serta menggunakan metode dan media,
sehingga peserta didik yang mengantuk, lelah bisa tetap semangat
mengikuti pembelajaran dengan senang.
114
g. Dari segi guru/pengasuh
Pengasuh dan guru yang kompeten sudah ada, tetapi jumlahnya
masih belum seimbang dengan santri yang diasuh. Hal ini dikarenakan
sulitnya merekrut staf dengan kompetensi yang disyaratkan diantaranya
bersedia tinggal di lingkungan asrama. Solusinya adalah melakukan
pengkaderan pengurus asrama dan menyiapkan panji-panji asrama yang
diambil dari santri yang berprestasi, disiplin tinggi, serta memiliki
semangat juang dan mandiri. Panji-panji itulah yang nantinya akan
membantu pengasuh dalam pelaksanaan kegiatan asrama dan menegak-
kan disiplin asrama yang ada. Sebagaimana di pondok modern Gontor
yang menerapkan sistem pengkaderan dan reorganisasi. Dengan
demikian kegiatan dan disiplin asrama akan tetap dapat berjalan meski
jumlah pengasuh belum seimbang dengan jumlah santri. Selain itu
dengan mengubah jadwal kegiatan yang sekiranya pada waktu itu
pengajar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan
seperti halnya klinik mapel santri mengkonfirmasikan terlebih dahulu
pelaksanaan kegiatan tersebut di waktu sebelumnya, sehingga dapat
diketahui dan menemukan waktu yang kedua belah pihak bisa hadir.
h. Berkurangnya dukungan dari pimpinan dan ada pihak yang menentang.
Dukungan dari pihak pimpinan mungkin sudah didapatkan, tetapi
kemungkinan masih ada pihak yang belum bisa menerima keberadaan
boarding school dengan segala aktivitasnya ini. Hal lain lagi adalah
keberadaan boarding ini adalah milik madrasah bukan sebaliknya,
115
sehingga kegiatan santri di boarding harus mengikuti iklim di madrasah.
Misalnya pada saat di madrasah mengadakan kegiatan ujian atau ulangan
baik tengah semester maupun akhir semester, maka semua kegiatan
asrama diliburkan. Kegiatan santri yang ada hanyalah shalat berjama‟ah
tilawah Al-Qur‟an, dan belajar. Dengan demikian kegiatan asrama yang
pada dasarnya dapat selesai menjadi terlambat. (wawancara SW dan AF )
Untuk mengatasi hambatan itu dilakukan pemberian pengertian
kepada pihak-pihak yang kurang menerima program ini bahwasanya
penyelenggaraan program boarding school merupakan investasi masa
depan jangka panjang dan berupa ilmu umum dan agama yang
manfaatnya dapat dirasakan di kemudian hari, serta menambah
keyakinan bahwa keputusan untuk menggunakan PSBB sebagai asrama
peserta didik adalah bertujuan baik dan mulia.
i. Masih ada fasilitas yang kurang.
Fasilitas asrama memang sudah memadai, tetapi masih ada yang
kurang seperti halnya komputer, di asrama hanya terdapat satu unit
beserta printernya. Santri putri belum mempunyai tempat untuk shalat
dan mengaji yang tetap, karena aula Al-Khawaritsmi yang digunakan
sebagai tempat shalat jama‟ah dan mengaji serta kegiatan asrama lain
terkadang digunakan untuk kepentingan rapat baik oleh dinas maupun
pihak MAN, bahkan disewakan untuk acara umum. Sebenarnya di sekitar
komplek asrama putri sudah terdapat mushala dengan kondisi yang baik,
116
tetapi kapasitasnya tidak cukup untuk menampung jama‟ah santri putri
yang berjumlah lebih dari 60 santri. (observasi dan wawancara santri)
Oleh karena itu pembina dan para santri berinisiatif menggunakan
ruang lobby baik asrama Al-Azhar maupun Al-Lighar untuk melaksana-
kan shalat jama‟ah atau kegiatan lain seperti tahfidz, dan penambahan
mufrodat, sedangkan muhadharah kadang dilakukan di halaman asrama.
Untuk penggunaan fasilitas komputer, diberlakukan absensi dan tugas
piket diwan, sehingga bagi siapa saja yang ingin menggunakan komputer
harus mengisi daftar absensi dulu dan antre. Cara lain adalah meminta
izin kepada pihak sekolah untuk menggunakan laboratorium komputer
pada waktu tertentu.
j. Orang tua siswa/santri dan beberapa pihak lebih menuntut hasil belajar
prestasi segi kognitifnya.
Sebagian besar orang tua mendukung, tetapi masih ada beberapa
yang memanjakan anaknya sehingga pada saat anak mengeluh akan
kegiatan asrama dan sekolah yang cukup padat, serta disiplin asrama
yang ketat, beberapa orang tua ingin menarik anaknya dari asrama.
Beberapa hanya melihat peningkatan belajar anak dari segi kognitif dan
nilai dari belajar anak, tidak memperhatikan bagaimana progresivitas dari
segi afektif dan psikomotoriknya serta aspek religiusitasnya. (wawancara
AF)
Disebabkan hal itu maka pihak asrama mengambil langkah untuk
mengurangi kegiatan asrama dan pelonggaran peraturan asrama dengan
117
tidak menghilangkan kedisiplinan. Kegiatan asrama yang tetap
dilaksanakan adalah kegiatan yang mendukung tujuan dari
penyelenggaraan program boarding school sebagai program unggulan di
MAN 1 Kabupaten Magelang.
118
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian
sebelumnya dapat peneliti simpulkan mengenai hasil penelitian tentang
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang
tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut:
1. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabu-
Paten Magelang
a. Pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang
Boarding school merupakan program unggulan yang ada di MAN
1 Kabupaten Magelang dengan tujuan tinggi. Pembelajaran yang ada di
boarding adalah upaya untuk mencapai dan merealisasikan tujuan dari
penyelenggaraan program tersebut. Diantaranya adalah penambahan
mufrodat untuk mendukung pelaksanaan wajib bahasa Arab, tahfidz
(hafalan) Al-Qur‟an 3 juz, muhadharah (pidato), kajian kitab, dan
program belajar wajib. Waktu santri boarding diisi dengan kegiatan
keagamaan, dan belajar yaitu sore ba‟da Ashar dimulai kegiatan asrama
yang hingga belajar wajib pukul 20.00-21.30 WIB dan ba‟da Shubuh
hingga pukul 05.30 WIB. Intensitas bimbingan belajar santri pun lebih
banyak daripada siswa regular, sebab bagi santri boarding difasilitasi
klinik mapel beserta tentornya sesuai bidang yang diampu. Selain itu
119
santri juga diberikan pendidikan karakter yang berisi motivasi untuk
maju dan meraih tujuan serta cita-cita tinggi di bidang agama dan umum.
b. Fungsi-fungsi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1
Kabupaten Magelang
Dalam fungsi manajemen pembelajaran terdapat kegiatan peren-
canaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan pengawasan beserta evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran di boarding tidak diawali dengan penyusunan rencana
pembelajaran dikarenakan model pendidikan yang ada mengadopsi dari
pendidikan di pesantren salaf dan modern. Di awal tahun hanya
dilakukan penyusunan program pembelajaran yang meliputi materi apa
yang akan diberikan, tujuan pemberian materi itu, serta langkah untuk
mencapai tujuan. Pada bagian pengorganisasian terdapat pengelolaan
pendidik, peserta didik/santri, materi serta waktu pelaksanaan
pembelajaran. Kemudian pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode sorogan, bandongan, ceramah, dan lain-lain, sedangkan media
yang digunakan berupa media cetak seperti kitab dan papan tulis serta
perangkatnya. Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi pembelajaran,
di mana pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung
jawab boarding yaitu kepala madrasah dan pengasuh/pembina asrama.
Untuk evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara
praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat.
120
2. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding
school di MAN 1 Kabupaten Magelang
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran
boarding school meliputi faktor pendukung dan penghambat. Di antara
faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran adalah adanya
sebuah rekrutmen pendidik dan peserta didik yang kuat dengan ditetapkan
syarat tertentu untuk seleksi, dukungan dari pimpinan, dukungan orang tua
santri/siswa, dan ketersediaan fasilitas yang memadai. Sementara itu juga
terdapat faktor yang menghambat yang berasal dari santri/siswa, seperti
adanya beberapa input yang kurang baik serta faktor fisiologis santri/siswa.
Faktor yang berasal dari pendidik, antara lain terbatasnya jumlah pendidik
karena sulitnya memperoleh sosok pembimbing sehingga jumlah yang ada
tidak seimbang dengan jumlah santri yang dibina. Selain itu penghambatnya
adalah adanya beberapa pihak yang belum bisa menerima keberadaan
boarding, masih adanya fasilitas yang kurang, serta tuntutan aspek kognitif
yang lebih dominan.
B. Saran
Penyelenggaraan program boarding school dengan ciri khas pesantren
atau keislaman hendaknya lebih ditingkatkan dan dimantapkan. Pelaksanaan
pembelajaran di boarding pun sebaiknya lebih ditertibkan, dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan kedisiplinan yang sudah ditetapkan
hendaknya diterapkan dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan dari boarding
121
yang diinginkan dapat tercapai. Khusus untuk santri putri hendaknya diberikan
kajian tentang keputrian yang mungkin dua kali dalam satu minggu dengan
dipimpin oleh ustadzah atau guru putri yang paham akan masalah keputrian.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, atas segala bentuk hidayah, taufiq, serta inayah Allah
SWT penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan penuh rasa syukur.
Peneliti menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini belum
mencapai taraf sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan peneliti
dalam menggali dan menyerap ilmu pengetahuan serta informasi. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat peneliti harapkan demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga dengan adanya kritik dan saran tersebut
penulisan skripsi ini dapat mendekati taraf sempurna.
Akhirnya peneliti sampaikan jazakumullahu khair kepada semua pihak
yang telah membimbing, memotivasi, dan membantu proses penelitian dan
penyelesaian penulisan skripsi ini sehingga dapat mencapai tahap akhir.
Harapan peneliti semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.
122
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-
Maliki Press.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dirjen. Pendidikan Islam. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah
tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Halim, A., dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hill, Winfred F. 2009. Theories of Learning, terj. M. Khozim. Bandung: Nusa
Media.
Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan
Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan: Lembaga
Pendidikan Alternatif Di Era Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
123
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma
Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Itegratif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang
Kompeten. Yogykarta: Ar-Ruzz.
Seifert, Kelvin. 2010. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, terj.
Yusuf Anas. Yogyakarta: IRCiSod.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
STAIN Salatiga. 2009. Pedoman Peulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Pers.
Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005a. Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok
Modern Gontor. Ponorogo: Trimurti Press.
124
2005b. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan
Pesantren. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://www.kajianteori.com/2013/03.html: Boarding School: Jenis-jenis Boarding
School, diakses pada Rabu, 16 Juli 2014 pukul 15.25.
http://en.wikipedia.org/wiki/boardingschool: Boarding School, diakses Rabu, 10
Sept „14 pukul 09.50
125
LAMPIRAN
126
INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
1. Letak geografis asrama MAN 1 Kabupaten Magelang.
2. Kondisi obyektif pembina, dewan asatidz, dan santri asrama MAN 1
Kabupaten Magelang.
3. Kondisi sarana dan prasarana asrama MAN 1 Kabupaten Magelang.
4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pembinaan di asrama MAN 1
Kabupaten Magelang.
5. Sikap santri dalam mengikuti kegiatan asrama.
B. Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah MAN 1 Kabupaten Magelang.
2. Visi dan misi MAN 1 Kabupaten Magelang.
3. Susunan organisasi kepemimpinan MAN 1 Kabupaten Magelang.
4. Sejarah diadakannya program boarding school di MAN 1 Kabupaten
Magelang.
5. Tujuan penyelenggaraan program boarding school.
6. Daftar inventaris sarana prasarana asrama.
7. Susunan kepengurusan dewan pengelola asrama.
8. Daftar ustadz/ustadzah pengampu kegiatan pembelajaran di asrama beserta
kulifikasi pendidikannya.
9. Susunan kepengurusan santri putra dan putri asrama.
10. Tata tertib/peraturan bagi santri putra dan putri asrama.
127
11. Daftar santri putra dan putri asrama.
12. Jadwal kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain santri asrama.
13. Rencana pelaksanaan kegiatan santri asrama
14. Foto-foto kegiatan santri..
C. Pedoman Wawancara
1. Untuk kepala sekolah selaku penanggung jawab asrama.
a. Bagaimana sejarah program boarding school di MAN 1 Kabupaten
Magelang?
b. Siapa penggagas pertama adanya program tersebut?
c. Bagaimana konsep penyelengaraan program tersebut?
d. Apa faktor pendukung terlaksananya program tersebut? Apa faktor
penghalangnya?
e. Tujuan apa yang ingin dicapai dari program tersebut?
f. Apa yang menjadi pertimbangan dalam memilih pengasuh atau pembina
asrama?
g. Pelajaran apa yang menjadi tambahan bagi santri asrama untuk
menunjang pencapaian tujuan?
h. Apa kualifikasi pengajar jam tambahan bagi santri asrama?
i. Apa syarat-syarat penerimaan santri baru asrama?
j. Kegiatan pembelajaran keagamaan apa yang menjadi pelajaran tambahan
bagi santri asrama, setelah usai KBM bersama siswa reguler lain?
k. Adakah prestasi yang telah dicapai oleh santri asrama sejak
penyelenggaraannya sampai saat ini?
128
2. Untuk waka bagian humas dan keislaman.
a. Apa latar belakang penyelenggaraan program boarding school ini?
b. Bagaimanakah model pengasuhan/pembinaan santri asrama?
c. Bagaimana latar belakang pendidikan keagamaan dan umum santri
asrama?
d. Apa yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pengasuh/pembina
asrama?
e. Pelajaran apa yang menjadi tambahan bagi santri asrama?
f. Faktor apa yang mempengaruhi penunjukan guru pengajar jam tambahan
bagi santri dan bagaimana pembagian tugas mengajarnya?
g. Apa faktor pendukung terselenggaranya program boarding school ini?
Apa faktor penghambatnya?
3. Untuk pembina asrama.
a. Bagaimana penyusunan program pembelajaran dan kegiatan lain santri?
(tahunan/persemester)
b. Bagaimana pembuatan jadwal kegiatannya?
c. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari adanya setiap kegiatan dan
pembelajaran di asrama?
d. Dalam penyusunan kegiatan santri faktor apa yang menjadi pertimbangan
utama?
e. Apa kewajiban santri dalam asrama?
f. Bagaimana strategi dan metode pembelajaran di asrama?
129
g. Untuk wajib bahasa, bagaimana cara mengajarkan keterampilan
berbahasanya?
h. Bagaimana cara mengawasi pelaksanaan wajib bahasa?
i. Untuk hafalan al-Qur‟an, bagaimana model pengajaran dan evaluasinya?
Berapa banyak jumlah ayat minimum yang diwajibkan setiap hari?
j. Kegiatan pembelajaran apa yang dilaksanakan sejak ba‟da maghrib
hingga malam dan ba‟da subuh?
k. Bagaimana pelaksanaan pembelajarannnya? Siapa yang mengajar?
l. Bagaimana pengawasan dalam pembelajaran?
m. Adakah kegiatan evaluasi untuk mengetahui pencapaian target belajar?
Bagaimana?
n. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen
pembelajaran di asrama?
o. Adakah prestasi yang telah berhasil dicapai oleh santri? Apa? Kapan?
4. Untuk ustadz pengampu kajian kitab.
a. Kurikulum apa yang digunakan untuk pembelajaran di asrama?
b. Apakah sebelum melaksanakan pembelajaran dilakukan penyusunan
program pembelajaran?
c. Dalan penyusunan program pembelajaran, faktor apa yang perlu
diperhatikan?
d. Apakah tujuan pelaksanaan pembelajaran di asrama?
e. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran?
f. Media apa yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran?
130
g. Adakah pembagian kelas dalam pembelajaran di asrama? Apa yang
menjadi dasar pembagiannya?
h. Hal-hal apa yang menjadi dasar penentuan subyek pelajaran bagi setiap
kelas?
i. Kualifikasi apa yang mendasari penentuan pengajar untuk setiap subyek?
j. Bagaimana cara mengawasi jalannya proses pembelajaran?
k. Bagaimana cara melakukan kegiatan evaluasi untuk mengeahui tingkat
keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran?
l. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran?
m. Adakah peraturan-peraturan khusus dari masing-masing pengajar selama
proses pembelajaran?
n. Bagaimana sikap santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran?
5. Untuk tentor pengampu klinik mapel.
a. Tujuan apa yang ingin dicapai dari adanya kegiatan pembelajaran
tambahan ini?
b. Bagaimana cara menyusun proram pembelajaran?
c. Mengapa subyek pelajaran ini ditambahkan dan diberikan kepada santri
asrama?
d. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran?
e. Media apa yang digunakan untuk menunjang keberhasian pembelajaran?
f. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tambahan?
131
g. Bagaimana cara mengawasi dan mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran tambahan?
h. Bagaimana sikap santri dalam mengikuti pembelajaran tambahan?
6. Untuk santri.
a. Bagaimana perasaan kamu dalam mengikuti program boarding school
ini?
b. Apa alasan kamu mengikuti program ini?
c. Adakah kendala yang kamu hadapi selama mengikuti program ini?
d. Menurut kamu bagaimana cara ustadz/ustadzah dalam mengajar di
asrama?
e. Sejauh ini manfaat apa yang telah kamu dapat dengan mengikuti program
ini?
f. Adakah peraturan atau ketentuan bagi santri yang memberatkan kamu?
g. Apakah saran kamu untuk peningkatan program boarding school ini?
h. Bagaimana cara kamu membagi waktu antara tugas sekolah dan tugas
asrama?
i. Menurut kamu, adakah fasilitas asrama yang masih perlu ditambah?
132
BIODATA (DATABASE) SANTRI
Nama Lengkap :
Alamat :
Kelas :
Asal Sekolah :
Rata-rata Nilai UN SMP/MTs :
Nama Orang Tua :
Penghasilan Orang tua/bln : Pilih salah satu
a. < Rp. 1.000.000,-
b. Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-
c. >Rp. 3.000.000,-
Jumlah saudara :
Jumlah saudara yang masih sekolah:
133
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan I
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari dan Tanggal : Sabtu, 19 April 2014
Jam : 11.30 WIB
Lokasi : MAN 1 Kabupaten Magelang
Sumber Data :
Deskripsi Data:
Kesempatan ini adalah kedua kalinya peneliti datang ke lokasi MAN 1
Kabupaten Magelang dan kesempatan pertama untuk survei dan observasi lokasi
madrasah beserta asramanya setelah satu pekan sebelumnya mengajukan izin
untuk melakukan penelitian di asramanya dan mendapat izin dua hari sebelum
observasi. Pada waktu mengajukan izin penelitian hari Jum‟at, 11 April 2014
peneliti tidak bisa secara langsung melakukan observasi disebabkan pada hari itu
sedang dilakukan persiapan Ujian Nasional bagi siswa kelas XII, peneliti hanya
bertemu dengan pegawai tata usaha bagian arsip. Pada observasi kali ini penliti
bersama seorang teman dan didampingi oleh seorang siswi kelas XII yang juga
merupakan santri IBS Daarunnajah. Dalam observasi tersebut diperoleh hasil
mengenai letak MAN 1 Kabupaten Magelang, letak asrama IBS Daarunnajah, dan
keadaan asrama putri secara umum.
134
Interpretasi:
MAN 1 Kabupaten Magelang terletak di jalan Sunan Bonang No. 17
Karet, Jurang Ombo, Kota Magelang dan berada di sebelah barat dekat dengan
Akademi Militer Angkatan Darat. MAN 1 Kabupaten Magelang memiliki dua
lokasi yaitu lokal barat dan timur. Kantor sekretariat, administrasi, perpustakaan,
laboratorium, ruang kelas, ruang guru, masjid, lapangan, dan asrama putra-putri
berada di area lokal timur, sedangkan area lokal barat hanya digunakan untuk
kelas program keterampilan, dan bengkel/tempat praktek program keterampilan.
Asrama IBS (Islamic Boarding School) MAN 1 Kabupaten Magelang
berada di area lokal timur sebelah selatan. Asrama putra berada di sebelah timur
lapangan olahraga dan di sebelah selatan masjid Daarunnajah MAN 1 Kabupaten
Magelang, sedangkan asrama putri berada di sebelah barat lapangan olahraga
yaitu area dan gedung yang dahulunya merupakan PSBB. Sebelah barat asrama
putri terdapat aula Al-Khawaritsmi yang biasa digunakan untuk rapat maupun
pertemuan. Aula ini juga digunakan sebagai tempat shalat jama‟ah dhuhur para
sisiwi MAN dan para guru wanita, para siswa berjama‟ah di masjid. Selain itu
aula juga digunakan untuk melaksanakan kegiatan asrama dan shalat berajama‟ah
sehari-hari para santri putri.
Komplek asrama putri terdiri dari 20 ruang kamar beserta kamar mandi
dalam dan berbagai fasilitas pelengkapnya yang memadai, 1 ruang makan
bersama, 1 dapur beserta perlengkapannya, 2 lobby, 1 ruang jenguk, 1 kamar
pengasuh lengkap dengan kamar mandi dalam, laboratorium IPA dan bahasa
(Penggunanya adalah seluruh warga MAN), 1 ruang kantor (diwan) yang juga
135
merupakan ruang komputer umum untuk santri, 1 ruang kelas (biasanya
digunakan sebagai tempat pelatihan, MGMP, dll.). Di tengah-tengah komplek
asrama terdapat halaman yang cukup luas dan sebelah selatan asrama adalah
tempat jemuran para santri putri.
136
Catatan Lapangan II
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Sabtu, 26 April 2014
Jam : 07.15 WIB
Lokasi : Ruang Waka Humas dan Keislaman
Sumber : HR
Deskripsi Data:
Informan adalah wakil kepala bagian humas dan keislaman. Wawancara
kali ini merupakan wawancara yang pertama kali dengan beliau. Sebelum
melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu menghubungi beliau untuk
konfirmasi waktu wawancara. Pada waktu yang telah disepakati, peneliti lalu
menemui beliau dan mengajukan beberapa pertanyaan. Dari wawancara yang
telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Penyelenggaraan boardng school merupakan salah satu langkah untuk
mensinkronkan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga peserta
didik yang sekaligus menjadi santri asrama diharapkan memiliki pengetahuan
agama dan pengetahuan umum secara seimbang. Selain itu ini juga merupakan
langkah agar pihak sekolah dibantu oleh pembina asrama dapat mengawasi
aktivitas peserta didik dan mendidik mereka secara penuh yaitu selama 24 jam di
samping juga diberikan pelajaran tambahan berupa kitab, Al-Qur‟an, bahasa, dan
khithobah, serta pendidikan kedisiplinan dan kemandirian. Harapannya peserta
didik yang tinggal di boarding (tidak semua siswa di boarding melainkan hanya
tidak. Target lain untuk anak boarding adalah fasih berbahasa Arab dan Inggris
137
dan juga memiliki kemampuan agama yang tinggi. Jika di sekolah umum ilmu
agamanya kurang, dan di pondok ilmu umunya kurang, maka kami berusaha
mengakomodasikan agar anak-anak itu pendidikan umumnya bagus, agamanya
pun bagus, dan ditambah bahasa asingnya juga lancar. Selain itu alumni boarding
diharapkan nantinya siap dipakai di masyarakat setelah lulus, apalagi masyarakat
saat ini perlu seorang pemimpin yang bagus kualitas agama, bahasa, dan memiliki
jiwa pemimpin. Seluruh santri boarding wajib hafal 3 juz dari Al-Qur‟an yaitu juz
28, 29, dan 30 serta beberapa surat penting seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman,
Yaasiin, kemudian khusus bagi santri yang masuk jurusan Agama ada tambahan
kewajiban menghafal semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist yang terdapat dalam
pelajaran pelajaran Aqidah Akhlak, Fiqh, serta Qur‟an Hadist. Dan bagi peserta
didik jurusan program Agama diwajibkan masuk asrama. Pembelajaran praktek
khithobah atau pidato dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab merupakan
upaya mempersiapkan mereka untuk siap terjun ke masyarakat dan ketika ada
lomba ke luar sekolah mereka telah siap pakai tanpa adanya latihan yang berarti.
Tidak semua siswa dapat masuk asrama sebab untuk masuk asrama ada seleksinya
yaitu seleksi prestasi akademik, tes tertulis matematika dan IPA, wawancara
bahasa Arab dan Inggris dasar serta tes membaca/tilawah Al-Qur‟an. Secara rasio
anak asrama adalah anak-anak unggulan yang di atas rata-rata siswa lain, karena
mereka adalah siswa berprestasi dari MTs/SMP asalnya yaitu peringkat 1-10.
Penyelenggaraan boarding school juga merupakan upaya untuk mengumpulkan
anak-anak yang berprestasi untuk dimatangkan dan ditambah kemampuan bahasa
Arab dan Inggris, agama, serta eksaknya. Untuk model pengasuhan santri kepala
138
asrama membawahi pembina asrama putra dan putri. Kegiatan santri pada malam
hari dibangunkan untuk shalat sunnat tahajjud (pada hari-hari tertentu) dan
hafalan Al-Qur‟an di pagi hari (kondisional). Selain itu santri asrama juga
diberikan jam pelajaran tambahan untuk kajian kitab (semua jurusan baik IPA
unggulan asrama maupun Agama). Santri asrama yang saat ini terbagi menjadi 4
kelas yaitu XI IPA Unggulan asrama, XI Agama, X1 (rintisan program Agama)
dan X2 (rintisan ) program IPA Unggulan asrama. Asrama putri yang sekarang
dahulunya PSBB yang merupakan tempat pelatihan untuk melatih guru dan atau
pegawai di lingkungan Kemenag Jawa Tengah bagian selatan yaitu karesidenan
Kedu, Banyumas, dan Surakarta. Akan tetapi tahun-tahun belakangan ini
keberadaannya menganggur, sehingga pihak MAN meminta izin Kemenag bidang
Mapenda untk penggunaan PSBB sebagai asrama siswa. Mulailah pada tahun
pelajaran 2012/2013 dengan harapan akan memperoleh investasi jangka panjang
yaitu anak pandai di bidang umum, bahasa, dan agama. Sedangkan yang saat ini
menjadi asrama putra memang dulu merupakan asrama siswa sejak berstatus
PGA, kemudian setelah beralih menjadi MAN tetap difungsikan sebagai asrama
dengan ciri khas pesantren.
Kualifikasi pembina asrama adalah mampu berbahasa Arab dan atau bahasa
Inggris secara aktif, pendidikan S1/proses S1, berpengalaman mengelola atau
alumni pondok pesantren. Untuk kepala asrama mampu berbahasa Arab dan
Inggris secara aktif. Bagi pengampu kajian kitab: pendidikan S1, alumni pondok
pesantren, mampu di bidang yang diampu dan mampu dari segi waktu. Pengampu
klinik mapel: pendidikan S1 sesuai dengan materi yang diampu, mampu di
139
bidangnya dan mampu dari segi waktu serta tenaga. Faktor pendukung
penyelenggaraan boarding school di antaranya adanya lokasi dan fasilitas gedung
yang memadai, fasilitas sekolah yang lain pun siap dan bisa digunakan; sedangkan
penghambatnya adalah perlunya tambahan biaya untuk mensubsidi santri yang
berlatar belakang ekonomi keluarga kurang mampu, pada saat belajar kadang anak
mengantuk karena capai.
Interpretasi:
Penyelenggaraan boarding school di MAN awalnya dilatarbelakangi oleh
keprihatinan melihat keberadaab gedung PSBB yang cukup lama menganggur,
sehingga pihak MAN berinisiatif untuk mengadakan program boarding school
sebagai program unggulan dengan harapan memperoleh investasi jangka panjang
yaitu dapat mengahasilkan output peserta didik yang berkualitas tinggi (baik di
bidang umum, agama, maupun bahasa), siap terjun di masyarakat, berprestasi baik
di dalam maupun di luar sekolah. Santri asrama di asuh langsung oleh pembina
asrama dan dikepalai seorang kepala asrama. Pembina asrama disyaratkan
berpendidikan S1/proses S1, mampu berbahasa Arab dan atau Inggris aktif,
berpengalaman mengelola pesantren atau alumni pondok pesantren. Khusus untuk
kepala asrama mampu berbahasa Arab dan Inggris aktif. Peserta didik yang masuk
asrama berasal dari MTs/SMP dan melalui seleksi prestasi akademik, tes tertulis
mapel matematika dan IPA, wawancara bahasa Arab dan Inggris dasar, serta tes
tilawah atau baca Al-Qur‟an. Santri asrama dibrikan tambahan kajian kitab, dan
les dengan sistem klinik mapel. Pengampu kajian kitab harus berpendidikan S1,
alumni pondok pesantren, dan mampu di bidangnya serta dari segi waktu.
140
Pengampu klinik mapek disyaratkan berpendidikan S1 sesuai bidang yang
diampu, mampu dari segi tenaga dan waktu. Bagi santri sendiri wajib
menghafalkan 3 juz dari Al-Qur‟an yaitu juz 28, 29, 30, dan beberapa surat
penting seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yaasiin. Selain hafalan Al-Qur‟an santri
juga dilatih dengan adanya praktek pidato. Faktor pendukung penyelenggaraan
program boarding school adalah adanya lokasi dan fasilitas gedung yang
memadai, fasilitas sekolah yang lain pun siap dan bisa digunakan. Faktor
penghambatnya adalah perlunya tambahan biaya untuk mensubsidi santri yang
berlatar belakang ekonomi keluarga kurang mampu, pada saat belajar kadang anak
mengantuk karena lelah.
141
Catatan Lapangan III
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Senin, 28 April 2014
Jam : 20.00 WIB
Lokasi : Masjid Daarunnajah MAN 1 Kab. Magelang
Sumber : CM
Deskripsi Data:
Informan adalah pembina asrama putra. Kali ini merupakan wawancara
pertama peneliti kepada informan. Akan tetapi sebelumnya peneliti telah bertemu
dengan informan pada saat observasi dan menyampaikan maksud penelitian di
asrama sekaligus menyampaikan permohonan mengenai beberapa dokumen
asrama yang diperlukan. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti sudah
berkonfirmasi melalui ponsel untuk menentukan waktu wawancara. Pada
wawancara di kesempatan kali ini peneliti sekaligus meminta dokumen yang
beberapa hari sebelumnya diajukan. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut:
Penyusunan jadwal belajar, program pembelajaran, dan kegiatan asrama
dilakukan di awal tahun yang ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuha
santri akan substansi dari materi serta ketersediaan waktu santri dan pengajarnya.
Tujuan dari setiap pembelajaran secara umum adalah untuk menambah dan
memperdalam pengetahuan agama santri. Dalam pendidikan di asrama santri
diwajibkan menghafal ayat Al-Qur‟an sebanyak 3 juz yang mana sudah
ditentukan mana saja yang harus dihafalkan yaitu mulai dari juz 28, 29, dan 30
142
serta wajib menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya kecuali untuk kata-
kata yang memang belum diketahuinya. Selain itu, para santri pun wajib menaati
segala peraturan asrama yang telah ditentukan. Pelaksanaan wajib bahasa diawasi
langsung oleh pembina asrama dengan dibantu seksi bahasa (kismul lughah) dan
bagi santri yang melakukan pelanggaran bahasa pun ada sanksinya. Pada dasarnya
untuk pelaksanaan wajib bahasa ini sudah didukung oleh lingkungan yaitu sudah
di asrama, tetapi pengkondisiannya belum bisa dilakukan dengan baik. Selain itu
pengawas bahasa hanya ada beberapa orang dan belum seimbang dengan pelaku
wajib bahasanya. Lingkungan memang secara nyata sudah di asrama, tetapi
terkadang mereka kurang terdorong untuk melaksanakan wajib bahasa, bahkan
sebagian santri sudah bagus dalam melaksanakan wajib bahasa dengan bahasa
Arab, tetapi yang lainnya masih menggunakan bahasa lokal sehingga pada
akhirnya mereka yang telah terkondisikan menjadi berpengaruh. Bahkan kadang
santri yang bagus bahasa Arabnya dan menjadi kismul lughah merasa enggan
ataupun sungkan untuk mengawasi santri lain karena mungkin yang
diawasiberpostur tubuh lebih besar atau teman dekatnya. Untuk mendukung wajib
bahasa ini diajarkan keterampilan berbahasa yaitu dengan adanya penambahan
kosakata/mufrodat pada hari-hari yang telah ditentukan.
Hafalan Al-Qur‟an diajarkan secara tamanni, kemudian santri melakukan hafalan
secara otodidak, selanjutnya santri wajib menyetorkan hafalan kepada pembina
atau senior yang ditujuk. Adapun jumlah ayat atau surat yang disetorkan pada
jadwal tahfidz tidak ada batas minimumnya, hanya saja ditargetkan sampai lulus
MAN nanti 3 juz yang telah ditentukan tersebut harus sudah selesai dihafal
143
dengan lancar. Akan tetapi bila 3 juz itu telah selesai sebelum batas waktu
maksimal yang ditentukan maka diperbolehkan menambah hafalan maupun
dengan menghafal surat-surat tertentu dari Al-Qur‟an. Dalam kegiatan tertentu
kadang diadakan lomba tahfidz dengan seleksi ayat secara acak lalu peserta
diminta untu melanjutkan.
Kegiatan muhadharah atau khothabah (pidato) dilaksanakan dengan jadwal ada
muhadharah diniyah dan muhadharah usbu‟iyah dengan tema bebas yang penting
tentang keagamaan bisa fiqh, aqidah, hadits, dan lain-lain. Pada muhadharah
usbu‟iyah terkadang bergabung dengan santri putri. Setiap kali kegiatan
muhadharah dilakukan evaluasi secara langsung yaitu praktek pidatonya.
Kegiatan pembelajaran sudah ada sebagaimana di jadwal dengan ketentuan yang
berbeda satu hari dengan hari yang lain. Untuk kegiatan belajar wajib kadang
santri putra dan putri belajar bersama membentuk kelompok, kadang mengadakan
klinik mapel dengan memdatangkan tentor dari luar atau mengadakan tutor
sebaya. Untuk evaluasinya tidak ada, dan untuk mengetahui pencapaian target
belajar dapat diketahui melalui hasil ulangan atau ujian di sekolah.
Faktor pendukungnya adalah input bagus, pinter, kreatif, serta fasilitas cukup
memadai. Sementara penghambatnya adalah santri kadang sudah lelah belajar
seharian di sekolah sehingga terkadang mereka kurang semangat untuk
melaksanakan jadwal asrama maupun mengaji serta latar belakang santri yang
berbeda-beda. Untuk prestasi santri di sekolah bagus, di luar sekolah pun sudah
beberapa kali juara. Mengenai peraturan bagi santri putra dan putri secara umum
sama.
144
Interpretasi:
Penyusunan program belajar dan kegiatan asrama dilakukan di awal
tahun dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan santri akan substansi dari
materi dan ketersedian waktu antara santri dan pengajar. Pembuatan jadwalnya
pun dilakukan di awal tahun. Tujuan dari setiap pembelajaran di asrama secara
umum adalah untuk menambah dan memperdalam pengetahuan agama santri.
Kewajiban santri di antaranya adalah:
1. Hafalan Al-Qur‟an 3 juz.
2. Melaksanakan praktek muhadharah/khithabah (pidato).
3. Melaksanakan wajib bahasa yaitu menggunakan bahasa Arab dalam keseharian
kecuali untuk kosakata yang belum diketahui noleh menggunakan bahasa
Indinesia.
4. Belajar wajib pada jam yang telah ditentukan.
5. Menaati semua peraturan asrama yang telah ditentukan.
Hafalan Al-Qur‟an diajarkan secara tamanni kemudian santri menghafal secara
otodidak dan menyetorkan (sorogan) hafalan kepada pembina atau senior yang
ditunjuk sebagai evaluasinya dan kadanga dilakukan lomba tahfidz dengan ayat
acak.
Muhadharah/khithabah dilaksanakan dengan jadwal diniyah dan usbu‟iyah,
dipraktekkan individual denga tema bebas tetapi masih dalam lingkup keagamaan
Islam. Prakteknya pun secara langsung dievaluasi oleh pembina.
Wajib bahasa dipraktekkan secara langsung dalam kehidupan keseharian di
asrama dan pada jadwal tertentu dilakukan penambahan kosakata/mufrodat
145
dengan metode menirukan lalu dicatat. Kemudian mufrodat tersebut dipraktekkan
dalam bercakap. Untuk mengawasi jalanya wajib bahasa dibentuk kismul lughah
atau seksi bahasa untuk membantu pembina dalam mengawasi wajib bahasa. Bagi
yang melanggar bahasa dikenai sanksi.
Belajar wajib dilaksanakan baik secara individual, kelompok, tutor sebaya,
maupun mengadakan klinik mapel dengan mendatangkan tentor dari luar.
Kegiatan ini tidak ada evaluasinya, tetapi untuk mengetahui pencapaian belajar
santri dapat diketahui dari hasil ulangan atau ujuan akhir.
Faktor pendukungnya adalah input bagus, pinter, kreatif, serta fasilitas cukup
memadai. Sementara penghambatnya adalah santri kadang sudah lelah belajar
seharian di sekolah sehingga terkadang mereka kurang semangat untuk
melaksanakan jadwal asrama maupun mengaji serta latar belakang santri yang
berbeda-beda.
Untuk prestasi santri di sekolah bagus, di luar sekolah pun sudah beberapa kali
juara.
146
Catatan Lapangan IV
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Selasa, 29 April 2014
Jam : 05.30 WIB
Lokasi : Teras lobby Al-Lighar asrama putri
Sumber : AF
Deskripsi Data:
Informan adalah kepala asrama sekaligus pembina asrama putri bersama
dengan istrinya yang juga sama-sama berpendidikan S1 dan merupakan alumni
dari Pondok Modern Darussalam Gontor. Beberapa hari sebelumnya peneliti telah
menemui beliau untuk menyampaikan maksud akan melakukan penelitian di
asrama Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang dan
memohon izin bahwa selama proses penelitian peneliti akan menginap di asrama
untuk mengetahui kegiatan santri sehari-hari hingga penelitian selesai. Maksud
peneliti disambut baik oleh pihak asrama dan beliau pun welcome. Kemudian sore
hari sebelum wawancara dengan beliau, peneliti juga menemuinya dengan
maksud melaporkan kedatangan yang istilah dalam bahasa Jawa adalah uluk
salam memberitahukan bahwa peneliti mulai sejak hari itu menginap di asrama
sekaligus mengajukan permohonan dokumen berkaitan dengan asrama putri.
Sebelum melakukan wawancara dengan beliau peneliti mengikuti kegiatan kuliah
subuh bersama santri putri dengan pembina asrama sebagai pembicaranya. Setelah
itu barulah melaksanakan wawancara. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut:
147
Ruhnya boarding itu adalah pendidikan dan pengajaran, maka setiap ada
pendidikan, di situ tidak boleh lepas dari sebuah pengajaran. Ketika mengajarkan
ilmu pengetahuan harus ada pendidikan karakter, mental, disiplin, pembiasaan,
dan kemandirian yang ditanamkan. Pada pagi hari saat otak masih segar (fresh)
maka diberikan kegiatan seperti penambahan kosakata/mufrodat ataupun tahfidz.
Setelah jam belajar di sekolah selesai mereka mengikuti kegiatan belajar
tambahan khusus santri asrama yaitu kaian kitab. Kemudian di malam hari antara
pukul 20.00-21.30 WIB merupakan jadwal belajar wajib untuk mempersiapkan
pelajaran sekolah hari esok, mengerjakan tugas sekolah, atau persiapan ulangan.
Kegiatan belajar ini sifatnya bebas, bagi yang suka belajar sendiri dipersilakan
belajar sendiri, tetapi jika ada jadwal belajar kelompok yang telah dibentuk dan
disepakati, tutorial sebaya, maupun les klinik mapel maka harus menyesuaikan
diri. Jadi manajemen belajarnya bermacam-macam dan di manaje oleh mereka
sendiri baik secara pribadi maupun kelompok. Pembina asrama dalam hal ini
hanya mengarahkan anak-anak untuk menyusun target, rencana, dan strategi
mencapai target tersebut serta mengawasi berlangsungnya kegiatan belajar santri
apakah benar-benar belajar atau hanya bergurau. Di antara strategi yang mereka
buat adalah ada yang meresume dan kemudian difoto copy untuk satu kelas, ada
yang menjadwalkan tutorial sebaya, klinik mapel, dan ada pula yang membuat tim
sukses, serta lain sebagainya. Selama jadwal belajar wajib santri tidak
diperbolehkan belajar di kamar kecuali bagi yang sakit. Akan tetapi setelah batas
waktu tersebut santri boleh belajar di dalam kamar karena mungkin dia memiliki
suatu target yang lebih.
148
Interpretasi:
Di asrma santri secara langsung diajarkan tentang pendidikan karakter,
mental, pembiasaan baik, kedisiplinan, kemandirian dan religiusitas. Kegiatan
tahfidz dan penambahan mufrodat diberikan di pagi hari setelah shalat subuh,
kajian kitab oleh pihak sekolah dijadwalkan setelah selesai KBM di madrasah,
dan belajar wajib di malam hari pada pukul 20.00-21.30 WIB. Dalam kegiatan
belajar wajib yang mengelola model dan pelaksanaannya adalah santri baik
dilakukan secara peibadi maupun secara kelompok. Pembina asrama hanya
mengarahkan dan mengawasi saja. Dari santri ada yang belajar sendiri, kelompok,
mengadakan tutorial sebaya, klinik mapel, dan sebagainya.
149
Catatan Lapangan V
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari dan Tanggal : Selasa, 29 April 2014
Jam : 16.15 WIB
Lokasi : Asrama Putra IBS Daarunnajah MAN Kab. Magelang
Sumber Data :
Deskripsi Data:
Observasi kali merupakan observasi di asrama putra yang kedua kalinya.
Jika pada kesempatan observasi asrama yang pertama kali peneliti hanya dapat
mengetahui gedung asrama putra hanya sekilas dari luar saja, untuk kali ini
peneliti diizinkan memasuki area asrama putra untuk mengetahui fasilitas yang
ada dengan ditemani salah seorang santri putri. Dari kegiatan observasi ini
diperoleh hasil mengenai fasilitas bagi santri putra.
Interpretasi:
Dalam komplek asrama putra terdapat 10 kamar santri lengkap dengan
almari, meja dan kursi belajar, ranjang susun, gantungan baju, dan tempat sepatu
serta 1 kamar untuk pembina asrama. Fasilitas lainnya adalah, 6 unit kamar
mandi, 4 unit WC, 1 ruang lobby yang juga berfungsi sebagai ruang tamu, dan 1
ruang makan bersama yang cukup luas dengan sarana meja, kursi, 1 dispenser
lengkap dengan galonnya, dan 1 unit etalase makanan.
Di samping kiri asrama (sebelah utara asrama) terdapat masjid
Daarunnajah yang difungsikan sebagai tempat shalat jama‟ah dhuhur bagi seluruh
siswa laki-laki beserta guru dan karyawan laki-laki, dan sebagai tempat jama‟ah
150
santri putra setiap waktu shalat serta tempat melaksanakan kegiatan asrama seperti
mengaji, penambahan mufrodat, kegiatan tahfidz, dan tilawah Al-Qur‟an. Kondisi
seluruh fasilitas yang ada masih tergolong bagus, cukup memadai, dan layak
pakai.
151
Catatan Lapangan VI
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Rabu, 30 April 2014
Jam : 20.52 WIB
Lokasi : Teras lobby Al-Azhar asrama putri
Sumber Data : AF
Deskripsi Data:
Informan adalah kepala asrama sekaligus pembina asrama bersama
dengan istrinya. Wawancara kali ini merupakan wawancara yang kedua dengan
beliau. Wawancara dilakukan setelah kegiatan pengajian bersama sebagaimana
kultum dengan tema “Meneladani Perjalanan Syech Ibn „Athaillah As-
Sakandary”. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Sebenarnya dari adanya penyelenggaraan program boarding ini yang mempunyai
cita-cita besar adalah kepala sekolah. oleh karena itu diberikan pendidikan tentang
disiplin wajib bahasa, tahfidz, serta belajar wajib dan pendidikan secara langsung
tentang kesadaran, kemandirian, serta religiusitas. Pada awalnya pelanggaran
bahasa ini sanksinya cukup keras sehingga para santri tidak berani melanggar
bahasa dan berusaha menggunakan bahasa dengan baik. Akan tetapi hal ini
mendapat keitikan keras dari pihak sekolah disebabkan madrasah ini merupakan
madrasah negeri sehingga akhirnya peraturan tersebut agak dikendorkan. Pada
awalnya jadwal anak asrama pun bisa dikatakan sangat padat, tetapi karena
sesuatu hal akhirnya dikurangi. Adanya disiplin yang ditanamkan ini sebenarnya
adalah karena adanya keinginan untuk mendidik karakter santri. Kemudian
152
disiplin wajib bahasa diadakan dengan harapan agar alumni MAN terutama yang
berasal dari asrama mempunyi ciri khas bisa bahasa Arab secara aktif. Adanya
tahfidz atau hafalan Al-Qur‟an adalah karena mereka notabennya juga merupakan
santri yang kedepannya akan menjadi bapak/ibu, sehingga diharapkan mereka bisa
mendidik anak-anak mereka dengan dasar Al-Qur‟an yang telah mereka hafal.
Selain itu harapannya agar para santri ini nantinya saat pulang ke kampung
halamannya masing-masing merka bisa menjadi kader-kader muslim/muslimah
ataupun guru yang baik dan mumpuni.
Program atau rencana kegiatan sudah disusun di awal tahun. Pembuatan jadwal
mempertimbangkan hal-hal seperti: kesehatan santri, energi yang dikeluarkan,
sinkrinisasi dengan jadwal sekolah (jadwal asrama harus menyesuaikan dengan
program sekolah karena asrama ini adalah milik sekolah bukan sebaliknya). Jika
di sekolah sedang ada UTS/UAS maka seluruh kegiatan asrama diliburkan , yang
ada hanya tilawah Al-Qur‟an, shalat, dan belajar untuk persiapan ujian.
Santri diwajibkan memiliki hafalan Al-Qur‟an 3 juz yaitu juz 28, 29, dan 30 serta
jika waktu masih mencukupi bisa ditambah dengan hafalan surat-surat tertentu
seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yaasiin. Untuk wajib bahasa masih mengalami
kesulitan disebabkan oleh lingkungan. Pada saat di asrama bisa dikondisikan,
tetapi ketika di sekolah tidak karena mereka juga perlu berinteraksi dengan guru
dan siswa regular yang lain. Strategi dalam menjalankan wajib bahasa adalah anak
harus kaya akan kosakata/mufrodat yaitu dengan penambahan mufrodat pada
jadwal yang telah ditentukan, paham nahwu shorof sehingga perlu juga diajarkan
ilmu nahwu shorof, dan latihan takallam/muhadatsah atau bercakap-cakap.
153
Sementar cara mengajarkan keterampilan berbahasa adalah dengan jalan anak
diajarakan dan dituntut untuk mau bicara dengan bahasa Arab walaupun masih
salah yang terpenting berani ngomong dulu, mendahulukan pembiasaan untuk
berucap menggunakan bahasa Arab terlebih dahulu dan setelah anak berucap serta
salah mengucapkan maka barulah dibetulkan. Misalnya:
T: Apakah kamu (pr) sudah makan? (dalam bahasa Arab “benar”)
)صس١ر( اوذ؟J: Ya, saya sudah makan. (jawaban bahasa Arab “salah”)
ؼ, أب أاو خص )خطأ(Jawaban yang benar:
ؼ, أوذ
Untuk wajib bahasa cara mengawasinya dengan ditetapkannya selsi bahasa, bagi
yang ketahuan melanggar bahasa ada sanksi (iqab) tertentu dan dijadikan sebagai
mata-mata (jasus) bahasa yang tugasnya dia memata-matai teman lain dalam
menggunakan bahasa di kesehariannya. Pada saat ini yang mejalankan tindakan
hukuman adalah pengurus asrama bagian keamanan dan bahasa. Pembina asrama
hanya mengawasi dari jauh, walaupun pada awalnya semua ditangani langsung
oleh pembina asrama.
Mengenai hafalan Al-Qur‟an, di awal tahun ajaran baru ada tes baca Al-Qur‟an,
kemudian diklasifikasikan berdasarkan kelancaran bacanya, bagi santri yang
sudah bagus dan lancar membacanya bisa langsung menghafal. Namun, bagi yang
belum bagus dan lancar baca Al-Qur‟an, dia harus belajar lagi ntuk memperbaiki
bacaannya dan setelah itu baru bisa hafalan serta harus bisa menyesuaikan,
mengejar hafalan sebagaimana santri yang lain. Pada awalnya setoran hafalan
langsung kepada pembina asrama, tetapi untuk saat ini santri yang memiliki
154
hafalan banyak, membacanya bagus diberi kepercayaan untuk menerima hafalan
dari santri lain yang sejajar maupun juniornya.
Kegiatan belajar wajib diawasi secara langsung oleh pembina apakah mereka
benar-benar belajar atau henya bercanda. Evaluasinya anak sendiri yang
melakukan sebab merekalah yang diminta untuk membuat target dan menyusun
strategi, dan untuk mengetahui pencapaian terhadap target tersebut dapat
diketahui dari hasil ulangan harian maupun ulangan semester karena hubungannya
dengan sekolah. Di asrama yang bisa diukur adalah attitude/sikap, disiplin bahasa,
disiplin ibadah, muhadharah, tahfidz, karakter, dan kemandirian.
Pada malam Ahad diadakan muhadharah/khithabah (pidato) dengan tema materi
diserahkan pada santri tetapi harus masih dalam koridor keagamaan Islam. Yang
diukur dari muhadharah ini adalah bisa pidato atau tidak, berhasil menyampaikan
materinya atau tidak, penampilannya, cara menyampaikannya. Sementara untuk
program hafalan dievaluasi dengan setoran, yaitu anak sudah punya setoran atau
belum yang dapat terlihat ketika sudah ada anak yang punya hafalan.
Pendukung pelaksanaan manajemen di antaranya: anak-anak semangat, kepala
sekolah mendukung, orang tua santri memiliki harapa besar agar anaknya menjadi
disiplin dan shalih, sedangkan penghambatnya adalah ada beberapa anak yang
masih manja sehingga sedikit-sedikit dia bilang kepada orang tua dan minta
dijemput, ada juga yang sampai orang tuanya mau menarik anaknya dari asrama
dengan alasan bahwa di asrama terlalu banyak kegiatan, dan kegiatan asrama
harus mengikuti iklim sekolah.
155
Prestasi yang telah diraih santri selama ini antara lain: muncul anak-anak yang
berani berbicara, muncul para orator, anak-anak sudah punya mental pendidik
seperti dalam tutor sebaya serta mampu menyampaikan materi penambahan
mufrodat di pagi hari, dan ada beberapa yang hafalannya kuat serta cepat.
Sementara prestasi di luar sekolah antar lain ada lomba pidato, kaligrafi, essai, dll.
Interpretasi:
Program/rencana kegiatan disusun sejak awal tahun dengan sekaligus
membuat jadwal kegiatan yang mempertimbangkan faktor kesehatan santri,
energi yang dikeluarkan, snkronisasi dengan jadwal sekolah karena pembuatan
jadwal asrama harus menyesuaikan dengan program sekolah sebab asramanya
adalah milik sekolah bukan sebaliknya. Terutama saat sekolah mengadakan
UTS/UAS maka semua kegiatan asrama diliburkan, foku santri hanya pada shalat,
tilawah Al-Qur‟an, dan belajar untuk persiapan ujian.
Beberapa program asrama antara lain wajib bahasa, tahfidz/hafalan Al-Qur‟an,
muhadharah/khithabah (pidato), dan belajar wajib.
Wajib bahasa bertujuan agar alumni MAN khususnya asrama mempunyai ciri
khas bisa berbahasa Arab dengan aktif. Strategi dalam menjalankan wajib bahasa
adalah mengadakan penambahan mufrodat agar santri kaya akan mufrodat,
mengajarkan ilmu nahwu shorof agar santri pahm akan ilmu nahwu shorof
sebagai pedoman tata bahasa Arab, dan mengadakan latihan bercakap dalam
bahasa Arab (takallam/muhadatsah). Cara mengajarkan keterampilan berbahasa
Arab adalah anak diajarkan dan dituntut untuk mau bicara dengan bahasa Arab
meskipun salah dan membiasakannya, jika ternyata yang diucapkan itu salah
156
barulah dibetulkan. Pengawasan wajib bahasa dilakukan dengan ditetapkannya
seksi bahasa yang bertugas mengawasi para santri dalam menggunakan bahasa
dan bagi yang tertangkap melakukan pelanggaran bahasa maka dia dijadikan jasus
(mata-mata) untuk mengawasi santri lain dalam berbahasa di keseharian serta
diberi sanksi (iqab) lain. Pengawasan ini juga merupakan evaluasi jenis tes
praktek untuk penambahan mufrodat.
Tahfidz/hafalan Al-Qur‟an bertujuan agar para santri ini nantinya saat menjadi
bapak/ibu mereka mampu mendidik anak-anaknya dengan Al-Qur‟an yang telah
mereka hafal dan saat kembali ke halaman masing-masing mereka mampu
menjadi kader-kader muslim/muslimah dan guru yang baik. Untuk mendukung
hafalan ini di awal tahun baru diadakan tes baca Al-Qur‟an kemudian membentuk
klasifikasi santri berdasarkan kelancaran baca Al-Qur‟an. Bagi santri yang sudah
lancar dan bagus bacaannya maka bisa langsung menghafal, sedangkan yang
belum maka diajari dulu hingga dipastikan bagus dan lancar, setelah itu mereka
harus berusaha mengejar hafalan sebagaimana santri lain. Hafalan dilakukan
secara otodidak kemudian untuk evaluasinya dengan setoran (sorogan) secara
lisan kepada pembina asrama atau santri lain yang diberi kepercayaan.
Belajar waib diawasi langsung oleh pembina asrama untuk mengetahui keseriusan
santri dalam belajar, walaupun target dan strategi belajar mereka sendiri yang
merancang. Evaluasi di asrama untuk belajar wajib tidak dilakukan di asrama,
yang mengevaluasi adalah mereka sendiri, dan untuk mengetahui pencapaian
target belajar dapat diketahui dari hasil ulangan harian atau ujian semester sebab
belajar ini hubungannya dengan sekolah.
157
Pendukung pelaksanaan maanjemen pembelajaran di asrama adalah adanya
semangat dari para santri, adanya dukungan dari kepala seklah, serta besarnya
harapan orang tua pada anaknya agar menjadi disiplin dan shalih.
Penghambatnya adalah masih adanya beberapa anak yang manja, dan program
asrama harus mengikuti ilkim sekolah.
Prestasi santri antara lain muncul anak-anak yang berani berbicara, muncul para
orator, anak-anak sudah punya mental pendidik seperti dalam tutor sebaya serta
mampu menyampaikan materi penambahan mufrodat di pagi hari, dan ada
beberapa yang hafalannya kuat serta cepat. Sementara prestasi di luar sekolah
antar lain ada lomba pidato, kaligrafi, essai, dll.
158
Catatan Lapangan VII
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Rabu, 30 April 2014
Jam : 16.57 WIB
Lokasi : Aula Al-Khawaritsmi
Sumber Data : AT
Deskripsi Data:
Informan adalah santri IBS Daarunajah dan siswa kelas X. Sebelum
melakukan wawancara peneliti lebih dahulu menanyakan waktu senggang untuk
berbincang-bincang beberapa menit kepada santri tersebut. Dari wawancara ini
diperoleh data mengenai strategi belajar siswa/santri sekelasnya.
Interpretasi:
Strategi belajar siswa sekelasnya adalah mengadakan tutor sebaya pada
waktu tertentu dengan dijadwal, membuat jadwal untuk mengadakan klinik
mapel, membentuk tim resume, saling mengingatkan jika ada tugas ataupun
jadwal ulangan.
159
Catatan Lapangan VIII
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Kamis, 1 Mei 2014
Jam : 08.00 WIB
Lokasi : Halaman Asrama Putri
Sumber Data : BT
Deskripsi Data:
Informan adalah santri Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1
Kabupaten Magelang. Wawancara dilakukan setelah kerja bakti bersama pada saat
hari libur nasional. Wawancara dilakukan secara santai sebagaimana berbincang-
bincang biasa. Dari hasil wawancara diperoleh data mengenai pelaksanaan tutorial
sebaya, target dan strategi belajar rata siswa sekelasnya.
Interpretasi:
Tutor sebaya bertujuan agar santri yang pandai tentang materi tertentu
mengajari santri lain yang belum bisa, melatih mental santri untuk berani tampil
berbagi ilmu dan keahliannya kepada yang lain, serta saling membantu dan
mengingatkan tentang pelajaran mana yang belum dikuasai.
Langkah tutorialnya adalah menunjuk santri yang pandai akan materi tertentu
untuk mengajari sesama temannya dalam satu kelas (terkadang bergantian sesuai
materi yang dikuasai dan dipahami oleh santri yang menjadi tutor), menentukan
waktu/jadwal pelaksanaan tutorial, dan melaksanakan kegiatan tutorial sebaya
pada waktu yang telah disepakati bersama. Tentor untuk tutorial sebaya biasanya
dipilih dengan melihat kemampuan santri tersebut di bidang materi tertentu.
160
Target belajar untuk kelasnya adalah tugas sekolah dari berbagai mapel bisa
selesai dengan hasil maksimal, peningkatan hasil belajar dan prestasi dari pada
yang lalu.
Strategi belajar yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan tutor sebaya,
mengarahkan anak-anak yang nilainya kurang, membentuk tim resume untuk
meresume yang kemudian hasil resume difoto copy untuk sekelas, terkadang
mengadakan klinik mapel jika memang diperlukan.
161
Catatan Lapangan IX
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Kamis, 1 Mei 2014
Jam : 21.00 WIB
Lokasi : Teras Lobby Al-Azhar asrama putri
Sumber Data : TF
Deskripsi Data:
Informan adalah santri IBS Daarunnajah. Wawancara dilakukan pada
saat peneliti ada kesempatan berbincang-bincang dengan informan di sela-sela
kegiatan belajar wajib. Kebetulan pada saat itu informan sendiri sedang tidak
memiliki banyak tugas dari sekolah. Dari wawancara ini diperoleh informasi
mengenai prestasi-prestasi di luar sekolah yang telah dirih oleh santri IBS dalam
kurun waktu sejak tahun pelajaran 2012-2014 ini.
Interpretasi:
Di antara prestasi yang telah berhasil diraih oleh santri IBS adalah
sebagai berikut:
No. Nama Santri Cabang Lomba Prestasi Tingkat
1. Ririt Rahma M. Story Telling Juara 2 Jateng-DIY
2013 UIN Suka
Yogyakarta 2. Latifah Essai B. Inggris Juara 1
3. Syahid Yusuf H. Pidato B. Indo. Juara 2
4. Umaimatun N. Pidato B. Arab Juara 3 Jateng-DIY
2013 Pon-pes
WH Yogyakarta 5. Taufiqurrohman Kaligrafi Juara 3
6. Sari Bulan Pidato B. Inggris Juara 1 Kab. Magelang
2013 7. Taufiqurrohman Kaligrafi Juara 1
8. Latifah MQK Juara 3 Kota Magelang
2014 9. Abu Hamid MQK Juara 3
162
Catatan Lapangan X
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Jum‟at, 2 Mei 2014
Jam : 16.00 WIB
Lokasi : Asrama Putri Al-Azhar
Sumber Data : BT
Deskripsi Data:
Informan adalah santri Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1
Kabupaten Magelang. Wawancara dilakukan pada saat istirahat sore hari dengan
berbincang-bincang sebagaimana biasanya. Dari wawancara ini diperoleh data
mengenai pelaksanaan muhadharah.
Interpretasi:
Muhadharah dilaksanakan di akhir pekan secara bergantian sesuai jadwal
piket muhadharah. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Teknik pelaksanaannya
adalah santri tugas piket minggu pertama (kelompok pertama) menyiapkan tempat
beserta aksesorisnya, sedangkan santri tugas muhadharah adalah kelompok
terakhir dan seterusnya berputar hingga seluruh kelompok bisa melaksanakan
praktek. Kelompok tugas muhadharah harus menyiapkan meteri pidato keislaman
dan penampilan secara maksimal. Substansi materi pidato dibebaskan kepada
santri dengan rambu-rambu masih tentang keislaman. Metode yang digunakan
dalam kegiatan muhadharah ini adalah metode praktek, sedangkan medianya
adalah penggung dengan/tanpa podium didesain oleh santri petugas piket. Tempat
muhadharah bisa dilaksanakan di aula atau di halaman asrama.
163
Catatan Lapangan XI
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014
Jam : 09.09 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan Konseling
Sumber Data : SD
Deskripsi Data:
Informan merupakan salah satu guru pegampu kajian kitab. Wawancara
kali ini merupakan wawancara pertama dengan beliau. Sebelum wawancara
peneliti terlebih dahulu mengonfirmasi kesediaan beliau sebagai narasumber
untuk digali informasi mengenai bidang kajian kitab, serta waktu senggangnya.
Jadi informan pun mengetahui bahwa beliau akan diwawancarai. Dari wawancara
itu dieroleh data bahwa informan merupakan alumni sebuah pondok pesantren di
Pacitan, Jawa Timur dan berpendidikan S1 dari fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang. Mengenai bidang kajian kitab diperoleh informasi sebagai berikut:
Kurikulum yang digunakan di boarding adalah gabungan antara kurikulum
pendidikan umum dan agama, pondok pesantren salaf dan modern. Program
pembelajaran kajian kitab disusun oleh madrasah dan penentuan gurunya pun
dilakukan oleh madrasah. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kajian kitab
langsung di kelas setelah KBM madrasah selesai dengan durasi istirahat 15 menit.
Dilaksanakan di siang hari dikarenakan guru yang mengajar tempat tinggalnya
jauh dari sekolah maupun asrama. Tujuan kajian kitab adalah agar alumni dari
asrama dapat diterima di perguruan tinggi baik dalam atau luar negeri, membekali
164
siswa tentang ilmu agama untuk bekal kehidupan di masyarakat, mengetahui
sumber/dasar dari suatu hukum, dan bisa menerapkannya sesuai sumber/anjuran
dari syari‟at serta untuk menciptakan kader pemimpin muslim yang berkarakter.
Jika dibandingkan dengan peserta didik yang biasa, diharapkan output dari asrama
bisa unggul dalam perilaku, kehidupan, bisa bermasyarakat dengan baik sesuai
anjuran yang ada di agama. Selain itu kajian kitab juga bertujuan memberikan
pendalaman materi berkaitan dengan masalah keislaman yang bersumber dari
kitab-kitab klasik kepada anak-anak, juga pendalaman tentang ilmu agama.
Agar pembelajaran berlangsung secara aktif, maka metode yang digunakan adalah
sorogan yaitu guru membacakan kitab dan santrinya juga memegang dan
menyimak secara detil sambil memahaminya, kemudian anak diminta membaca
dan memahami kembali sebagai evaluasinya. Media yang digunakan yaitu kitab,
white board untuk menerangkan. Pembagian kelasnya mengikuti sebagaimana
kelas pagi di madrasah.
Penentuan subjek belajar atau kitab yang dikaji didasarkan pada kemampuan
anak, misalnya kelas 1 diberi kitab yang masih tingkat bawah kemudian setelah
yang pertama selesai baru dilanjutkan ke tingkat berikutnya. Untuk pengawasan
dilakukan menggunakan presensi yang ada.
Interpretasi:
Kurikulum boarding menggunakan kurikulum gabungan antara pondok
pesantren salaf dan modern. Penyusun program pembelajaran kajian kitab dan
penentu guru pengampunya adalah pihak sekolah sebagai penanggung jawab
adanya boarding school. Kajian kitab dilaksanakan 15 menit stelah KBM selesai.
165
Tujuannya adalah memberi bekal dan memberi pengetahuan santri tentang ilmu
agama serta sumber/dasarnya agar bisa menerapkan sesuai anjuran syari‟at,
memberikan pendalaman materi berkaitan dengan masalah keislaman yang
bersumber dari kitab-kitab klasik. Kitab yang dikaji ditentukan berdasarkan
kemampuan anak yaitu anak kelas 1 diberi kitab tingkat pertama, dan setelah
selesai barulah menggunakan kitab tingkat selanjutnya.
Metode yang digunakan adalah sorogan, yaitu guru membacakan kitab dan
santrinya juga memegang dan menyimak secara detil sambil memahaminya.
Pengggunaan white board beserta perangkatnya dan kitab adalah sebagai media
belajarnya.
Evaluasi dilakukan dengan tes secara lisan yang dilakukan langsung setelah
pembelajaran yaitu anak diminta membaca dan memberikan pemahamannya.
Kegiatan ini diawasi dengan menggunakan presensi.
166
Catatan Lapangan XII
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014
Jam : 09.56 WIB
Lokasi : Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data : SW
Deskripsi Data:
Informan adalah kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang. Ini
merupakan wawancara pertama dengan baliau dan sebelumnya tidak ada
konfirmasi terlebih dahulu. Hanya saja sebelumnya pada hari itu pula peneliti
melakukan wawancara dengan salah satu narasumber dan darinya mendapat
informasi bahwa beliau (bapak kepala sekolah) sedang berada di tempat dan tidak
sibuk, maka peneliti bisa langsung menemui dikarenakan untuk menemui kepala
sekolah cukup kesulitan. Dengan demikian peneliti harus memanfaatkan waktu
yang ada dengan sebaik-baiknya. Dari wawancara itu diperoleh informasi sebagai
berikut:
Tujuan penyelanggaraan boarding school adalah menyiapkan siswa-siswa yang
berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan karena dg anak di boarding akan
lebih terdidik secara teratur, mewujudkan alumni yang mampu bersaing dan
unggu di bidang agama serta umum, mewujudkan dan menyiapkan kader-kader
yang menguasai ilmu dan memiliki karakter keislaman kuat, dan diharapkan
santri-santri ini nanti bisa masuk perguruan tinggi negeri favorit baik dalam
maupun luar negeri, serta menghasilkan output siswa unggulan.
167
Input asrama adalh siswa-siswa pilihan/berprestasi dari SMP/MTs, punya minat
maju, dan mau belajar di asrama. Targetnya mereka hafal Alqur‟an minimal 3 juz
untuk mengantisipasi anak yang ingin ke timur tengah dengan nilai TOEFL dan
TOAFL-nya minimal 450 serta unggul di bidang bahasa, ilmu, keagamaan, dan
hafalan. Langkah-langkah setting-annya adalah kita setting-kan siswa unggulan
ketika lomba, seperti: olimpiade SAINS, mata pelajaran, pidato bahasa Indonesia,
Inggris, maupun Arab. Harapannya nanti bisa bersaing dengan anak-anak SMA
saat kuliah di perguruan tinggi umum favorit maupun agama.
Penggagas program boarding school ini adalah pihak pengelola MAN. Melihat
madrasah lainnya yang dulu merupakan PGA rata-rata sudah berkembang pesat,
sedangkan di MAN ini pada kenyataannya belum maju. Kemudian melihat fungsi
asrama PSBB yang dulunya sering digunakan untuk pelatihan dari kemenag Jawa
Tengah bagian selatan tetapi akhir-akhir ini sudah tidak lagi yang justru
menganggur dan terkadang disewakan baik untuk kedinasan maupun umum. Itu
semua memang menghasilkan untung tetapi keuntungan jangka pendek.
Keterlambatan perkembangan MAN in mungkin karena lebih memperhitungkan
keuntungan materi ketika PSBB disewakan yang tidak lainmerupakan keuntungan
jangka pendek itu, sedangkan yang kami pikirkan dan kami inginkan adalah
keuntungan investasi jangkan panjang yag bisa berguna bagi bangsa, tidak hanya
perseorangan saja, yaitu dengan menggunakan fasilias PSBB sebagai asrama
siswa yang harapan ke depannya nanti bisa bermunculan kaum-kaum cerdik
pandai dan pemimpin-pemimpin berkarakter. Kemudian kami melakukan studi
banding berkaitan dengan boarding school ke Insan Cendekia Jakarta, Al-
168
Maksum, Al-Muthahari, MAN 3 Malang, MAN 2 Kudus, MAN 4 Jakarta. Studi
banding juga dilakukan ke 3 MAN sebagaimana disebutkan tadi, karena ketiga
MAN tersebut dulunya pun merupakan PGA tetapi akselerasi perkembangannya
pesat.
Bagi anak asrama biaya listrik dan air sudah ditanggung oleh pihak
madrasah,sedangkan untuk makan ada beasiswa bagi peringkat 1-24 sebesar Rp.
200.000,00/bulan, dan bagi peringkat 25-48 sebesar Rp. 100.000,00/bulan.
Beasiswa ini bisa dicabut sewaktu-waktu ketika prestasi anak tidak lagi konstan,
sehingga anak-anak asrama harus selalu bersaing/berlomba-lomba untuk menjadi
yang terbaik. Pemberian beasiswa ini juga merupakan upaya untuk menarik minat
siswa agar mau masuk asrama, sebab realitanya di magelang minat masuk
boarding school ini masih rendah. Kami berharap beberapa tahun yang akan
datang orang-orang justru mau berebut masuk asrama.
Konsep penyelenggaraan asrama adalah dikonsep sebagaimana pesantren, hanya
saja untuk kajian kitab tetap dilaksanakan di kelas madrasah langsung setelah
selesai KBM dengan tujuan agar tetap bisa dipantau secara langsung oleh kepala
sekolah apakah benar-benar dilaksanakan atau tidak. Pendukung penyelenggaraan
boarding ini adalah Mapenda dan Kemenag. Sementara penghambatnya adalah
tidak semua guru mau menerima keberadaan asrama karena tidak semua guru
berlatarbelakang pesantren, hal ini terjadi di mana-mana tidak hanya di MAN ini
saja dan wajar adanya, tetapi ketika kami yakin bahwa tujuannya benar maka hal
itu bisa dikondisikan dan diminimalisir. Selain itu untuk mencari input yang
berkualitas cukup sulit. Kualifikasi pembina asrama adalah berlatarbelakang
169
pesantren, aktif berbahasa Arab dan atau Inggris, memiliki karakter sebagai
seorang pembimbing yang baik, hafal Al-Qur‟an, dan pendidikan S1 segala
jurusan. Syarat penerimaan santri meliputi peringkat 1-10 dari SMP/MTs asal,
diutamakan dari MTs, jika dari SMP maka SMP Islam atau SMP umum tetapi
sudah memiliki bekal ilmu agama. Untuk menunjang keberhasilan program
unggulan ini maka diadakan klinik mapel meliputi matematika, fisika, dan kimia.
Interpretasi:
Latar belakang penyelenggaraan program boarding school di MAN 1
Kab. Magelang adalah kenyataan melihat madrasah lain yang dulu merupakan
PGA rata-rata sudah berkembang pesat, sementara MAN sendiri belum maju.
Kemudian melihat fungsi asrama PSBB yang dulu sering digunakan untuk tempat
pelatihan dari kemenag Jawa Tengah bagian selatan tetapi akhir-akhir ini sudah
tidak lagi digunakan dan menganggur justru lebih sering disewakan baik untuk
kedinasan maupun umum. Hal tersebut diakui menghasilkan keuntungan material
tetapi itu adalah keuntungan jangka pendek dan cepat habis. kemudian kami
memikirkan dan menginginkan keuntungan investasi jangka panjang yang bisa
berguna bagi bangsa, tidak hanya perseorangan saja, yaitu dengan menggunakan
fasilias PSBB sebagai asrama siswa yang harapan ke depannya nanti bisa
bermunculan kaum-kaum cerdik pandai dan pemimpin-pemimpin berkarakter
serta berkualitas unggul.
Tujuan penyelenggaraan program ini adalah menyiapkan siswa-siswa yang
berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan, mewujudkan alumni yang
mampu bersaing dan unggul di bidang agama serta umum, mewujudkan dan
170
menyiapkan kader-kader yang menguasai ilmu dan memiliki karakter keislaman
kuat, dan menyiapkan siswa-siswa yang berkualitas dalam rangka mengikuti
persaingan karena dg anak di boarding akan lebih terdidik secara teratur,
mewujudkan alumni yang mampu bersaing dan unggu di bidang agama serta
umum, mewujudkan dan menyiapkan kader-kader yang menguasai ilmu dan
memiliki karakter keislaman kuat, dan diharapkan santri-santri ini nanti bisa
masuk perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri, serta
menghasilkan output siswa unggulan yang bisa masuk perguruan tinggi negeri
favorit baik dalam maupun luar negeri.
Konsep pendidikan asrama adalah sebagaimana di pondok pesantren, hanya saja
kegiata kajian kitab dilaksanakan di siang hari setelah KBM di madrasah selesai
dengan pertimbangan agar pelaksanaannya dapat dipantau dan diawasi secara
langsung oleh kepala sekolah selaku penanggung jawabnya. Untuk mendukung
dan menunjang keberhasilan program unggulan asrama maka diselenggarakan
kinik mapel untuk mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia.
Kualifikasi pembina asrama di antaranya berlatarbelakang pesantren, aktif
berbahasa Arab dan atau Inggris, memiliki karakter sebagai seorang pembimbing
yang baik, hafal Al-Qur‟an, dan pendidikan S1.
Syarat santri untuk dapat masuk asrama adalah peringkat 1-10 dari SMP/MTs
asal, diutamakan dari MTs, jika dari SMP maka SMP Islam atau SMP umum
tetapi sudah memiliki bekal ilmu agama.
Pendukung penyelenggaraan boarding school adalah dukungan dari Mapenda dan
Kemenag, sedangkan penghambatnya adalah tidak semua guru mau menerima
171
keberadaan asrama karena tidak semua guru berlatarbelakang pesantren, dan
sulitnya mencari input berkualitas tinggi.
172
Catatan Lapangan XIII
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014
Jam : 10.30 WIB
Lokasi : Lobby Kantor MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data : AM
Deskripsi Data:
Informan merupakan salah satu guru pengampu kajian kitab. beliau
adalah alumni dari pondok pesantren Futuhiyah Mranggen, Demak dan
berpendidikan S1 dari fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sebelum wawancara peneliti terlebih dahulu menghubungi beliau untuk
mengonfirmasikan kesediaannya memberikan informasi yang diperlukan serta
kesediaan waktunya. Dari wawancara ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tujuan kajian pelaksanaan kajian kitab adalah agar santri mengetahui secara jelas
sumber-sumber dari setiap masalah yang ada, mengetahui posisi kata dalam
bahasa Arab (untuk nahwu), dan sebagai nilai plus/pembeda antara yang asrama
dengan yang tidak. Metode yang digunakan dalamkajian kitab yang saya ampu
adalah metode bandongan yaitu satu ustadz membacakan isi kitab menghadapi
banyak santri, sementara santri mendengarkan dan mencatat maknanya,
sedangkan media yang digunakan adalah kitab, jadi setiab anak memegang
kitabnya sendiri-sendiri. Pembagian kelas berdasarkan kelas pagi sebagaimana di
madrasah. Guru kajian kitab ditentukan dengan kualifikasi harus alumni pondok
pesantren atau spesifikasi dari pesantren dan sesuai dengan kemampuannya.
173
Kurikulum yang digunakan yaitu memakai kurikulum pondok pesantren salaf
dengan metode dan model pembelajaran klasikal. Pengawasan yang berarti tidak
ada dan evaluasi secara tertulis belum ada, yang ada adalah pengamatan terhadap
sikap siswa dan penangkapan serta pemahaman anak terhadap materi yang telah
diajarkan. Penentuan jenis kitab berdasarkan kemampuan, kebutuhan, bobot jam
pelajaran Agama di kelas, seperti halnya jika pelajaran Agama di kelas banyak
maka diberi kitab dengan tingkatan yang lebih tinggi. Faktor pendukungnya
adalah sikap antusias dari anak untuk belajar agama, tingginya keingintahuan
siswa, sedangkan penghambatnya yaitu anak sudak ngantuk dan capai.
Interpretasi:
Tujuan kajian kitab adalah agar anak mengetahui sumber-sumber dari
setiap masalah yang ada, sebagai nilai plus/ pembeda antara yang asrama dengan
yang tidak, mengetahui posisi kata dalam suatu kalimat (untuk kitab nahwu).
Metode pembelajaran menggunakan metode bandongan sintem klasikal, dengan
media kitab. Kurikulum yang digunakan merupakan gabungan dari kurikulum
pesantren salaf. Kualifikasi pengajar S1 dan dari pesantren serta mampu
mengajarkan kitab klasik. Pembagian kelas mengikuti kelas pagi. Pengawasan
yang berarti tidak ada hanya pengamatan terhadap sikap siswa. Evaluasi secara
tertulis belum ada sehingga evaluasi dilakukan secara langsung yaitu bagaimana
pemahaman dan penangkapan anak terhadap materi yang telah diajarkan.
Pendukungnya adalah adanya antusias yang tinggi dari anak untuk belajar agama
dan tingginya rasa keingintahuan anak, sedangkan penghambatnya adalah faktor
fisiologis anak yaitu kondisi anak yang sudah lelah dan mengantuk.
174
Catatan Lapangan XIV
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014
Jam : 16.30 WIB
Lokasi : Masjid Daarunnajah MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data : CM
Deskripsi Data:
Informan adalah pembina asrama putra yang juga mengajar kajian kitab.
Beliau berpendidikan S1 dari Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama
Islam dan saat ini sedang menyelesaikan studi S1-nya yang kedua pada jurusan
Psikologi di IAIN Walisongo dan alumni pondok pesantren Bustan Usyiqil
Qur‟an dan Miftahun Najah, Jepara serta hafal beberapa juz dari Al-Qur‟an.
Wawancara kali ini merupakan wawancara yang kedua kalinya dengan beliau.
Sebelumya peneliti juga sudah mengonfirmasikan waktu untuk wawancara. Dari
wawancara tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Krikulum kajian kitab mengacu pada kurikulum madrasah diniyah/pondok
pesantren salaf, sehingga untuk kelas X paling tidak diberi kitab tingkatan wustho
awal, kemudian kela XI wustho akhir. Pendidikan di asrama memiliki nilai lebih
yaitu materi umum bisa dan agama sebagaimana di pesantren pun bisa. Untuk
slogan asrama MAN adalah sekolah berasrama berbasis pesantren sehingga
diadakan program kajian kitab. Penyusunan program pembelajaran untuk kajian
kitab menggunakan kurikulum seperti pondok pesantren salafiyah yang
menggunakan kitab klasik/turots dengan standardisasi seperti pondok pesantren
175
tingkat dasar dan menengah. Tujuan adanya kajian kitab agar santri bisa
menguasai dan pandai membaca turots, bisa mengamalkan, menerapkan dan
mengajarkan isi turots yang telah dipelajari. Metode pembelajaran menggunakan
ceramah, guru membacakan dan mengartikan kemudian santri menulis, tanya
jawab. Media yang digunakan adalah kitab, white board dan perangkatnya, dan
jika memungkinkan menggunakan LCD. Pembagian kelas mengikuti kelas di
sekolah. Penetuan jenis kitab yang diajarkan di kelas ini didasarkan pada
standarisasi pondok pesantren. Kualifikasi guru pengajar kajian kitab adalah harus
alumni pondok pesantren dan S1. Evaluasi pembelajaran dengan cara anak
diminta untuk membaca, mengartikan, dan menjelaskan apa yang telah dipelajari,
sementara evaluasi secara tertulis belum ada tetapi baru direncanakan. Faktor
pendukungnya adalah ada kemauan dari anak untuk mengkaji kitab, sebagian
input bagus karena ada yang sudah bermodal dari pesantren atau di rumah juga
mengikuti pengajian klasikal, dan didukung oleh sekolah karena merupakan
program sekolah. Penghambatnya adalah basic beberapa anak ada yang belum
pernah mengenal kitab, ada beberapa input yang kurang bagus, ada yang tidak
mudeng bahasa Jawa padahal kitab yang dikaji berbahasa Jawa maka guru juga
harus mengulang menerangkan dengan bahasa Indonesia, dan sudah penuhnya
kegiatan di sekolah sehingga anak kadang sudah kelelahan sehingga guru harus
pandai menggunakan metode.
Interpretasi:
Tujuan adanya kajian kitab adalah agar santri bisa menguasai dan pandai
membaca turots, bisa mengamalkan, menerapkan dan mengajarkan isi turots yang
176
telah dipelajari. Kurikulum yang digunakan dalam kajian kitab ini mengadopsi
dari kurikulum pesantren salafiyah dengan standarisasi seperti di pesantren tingkat
dasar dan menengah. Metode pembelajaran menggunakan ceramah, tanya awab
dengan media kitab, white board, juga juka dimungkinkan menggunakan LCD.
Evaluasi dengan cara lisan yaitu santri diminta untuk membaca, mengartikan, dan
menjelaskan maksud dari apa yang telah dipelajari pada hari itu, sedangkan
evaluasi secara tertulis sedang direncanakan. Kualifikasi pengajar adalah S1 dan
alumni pondok pesantren.
Faktor pendukung adalah ada kemauan dari anak untuk mengkaji kitab, input
cukup bagus dan ada yang sudah pernah belajar kitab, serta ada dukungan dari
pihak sekolah. Faktor penghambatnya adalah faktor fisiologis di mana anak sudah
lelah karena belajar sejak pagi dan banyak tugas maka guru harus pandai
menggunakan metode, basic anak ada yang memang belum mengenal kitab, ada
yang tidak tahu bahasa Jawa sehingga guru juga harus mengulang menerangkan
dengan bahasa Indonesia.
177
Catatan Lapangan XV
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Selasa, 6 Mei 2014
Jam : 10.16 WIB
Lokasi : Lobby Kantor MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data : RL
Deskripsi Data:
Informan adalah guru pengajar kajian kitab. Beliau adalah alumni fakultas
Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga dan alumni pondok
pesanten An-Nur Magelang. Sebelum wawancara peneliti sudah menghuungi
informan untuk konfirmasi waktu. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil:
Kurikulum yang digunakan dalam kajian kitab adalah kurikulum pesantren karena
kitab-kitab seperti itu adalah maroji‟, kitab-kitab turots/klasik tersebut sudah
baku. Kami hanya mengaarkan sisi maknanyadan dikontekskan dengan kondisi
sekarang. Tujuan pengajarannya untuk membekali anak di bidang ilmu fiqh, baik
untuk sendiri sehingga bisa diamalkan ataupun diajarkan kepada orang lain.
Tujuan akademiknya adalah ketika anak kuliah nantinya agar sudah punya modal-
modal keilmuan di bidang ilmu-ilmu dasar keagamaan. Strategi pembelajaran
yang digunakan adalah mastery learning dengan metode sorogan sehingga guru
membacakan anak menyimak kemudian anak diminta untuk membaca lalu
menjelaskan maksudnya. Setelah kitab itu selesai barulah bisa dilanjutan dengan
kitab berikutnya yang tingkatannya lebih tinggi. Pembagian kelasnya mengikuti
kelas di sekolah. Kualifikasi guru S1 dan alumni pesantren. Evaluasi dilakukan
178
dengan membaca dan menjelaskan secara langsung atau dengan tes tes safahiyah
(lisan). Tes tertulis sedang direncanakan. Pendukungnya guru dan kitab yang
dipelajari ada. Penghambatnya adalah waktu pelaksanaan kurang pas, karena saat
setelah jam KBM sekolah selesai anak sudah capai dan ngantuk sehingga guru
yang harus kreatif mengaktifkan anak dengan metode yang menarik.
Interpretasi:
Kajian kitab menggunakan kurikulum kurikulum pesantren. Tujuan
pengajaran untuk membekali anak di bidang ilmu fiqh sehingga bisa diamalkan
untuk sendiri maupun diajarkan kepada orang lain, sedangkan tujuan akademik
adalah agar anak memiliki belak keilmuan dasar-dasar keagamaan. Metode
pembelajaran menggunakan sistem klasikal dengan metode sorogan. Evaluasi
dilakukan langsung setelah pelajaran yaitu dengan tes safahiyah/lisan. Kualifikasi
guru S1 dan alumni pesantren.
Pendukung: guru dan kitab yang dikaji ada.
Penghambat: anak sudah lalah sehingga sering ngantuk. Solusinya guru harus
kreatif mengaktifkan anak.
179
Catatan Lapangan XVI
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari dan Tanggal : Selasa, 6 Mei 2014
Jam : 20.00 WIB
Lokasi : - (Via Ponsel)
Sumber Data : YF
Deskripsi Data:
Informan adalah guru pengampu klinik mapel untuk anak asrama. Karena
jadwal mengajar beliau yang padat dan adanya suatu hal, maka wawancara
dilakukan melalui ponsel. Beliau berkualifikasi pendidikan S1 dari fakultas Sains
dan teknologi UIN Sunan Kalijaga. Dari wawancara itu diperoleh informasi
berikut:
Salah satu tujuan dari klinik mapel yang telah berjalan adalah membantu dan
mendampingi belajar anak. Sebenarnya mapel yang ada di program klinik mapel
di antaranya ada bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, bahasa Arab,
tetapi yang jalan pada saat ini hanya baru dua mapel yaitu Matematika dan Fisika
karena peserta dengan tentor yang mau dan bisa serta permintaan dari peserta.
Alasan mapel-mapel tersebut dimasukkan dalam klinik mapel adalah karema
mapel-mapel tersebut merupakan mapel yang biasanya dianggap sulit oleh siswa
dan memerlukan pembinaan yang lebih untuk dapat mencapai target akademik
yang diharapkan. Dalam program klinik mepel tidak ada penyusunan program
belajar. Pelaksanaan kegiatan klinik mapel adalah sebagaimana klinik dokter yaitu
anak yang butuh yang datang dan ikut belajar, bagi yang tidak mau ya itu meruaka
180
pilihan anak sendiri. Akan tetapi pelaksaannya biasanya anak dalam rombongan
belajar tersebut kompak untuk mengikuti klinik mapel. Metode pembelajaran
yang digunakan kondisional, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak,
tidak terpaku pada guru. Media yang digunakan adalah komputer, internet, buku
panduan. Kegiatan evaluasi tidak ada. Faktor pendukung adalah waktu yang
fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, adanya fasilitas dari
madrasah yang sudah diselenggarakan untuk digunakan. Faktor penghambatnya
adalah pelaksanaan kadang bentrok dengan kegiatan asrama yang mendadak, atau
tentor yang berhalangan sehingga sebelum mengadakan klinik mapel biasanya
anak mengonfirmasikannya dengan tentor begitu pula saat di asrama ada kegiatan
maka anak pun memberitahukan kepada tentor. Sikap anak mengikuti klinik
mapel sangat antusias kerena sistem belajar yang tidak mengikat dan fleksibel.
Interpretasi:
Tujuan klinik mapel adalah membantu dan mendampingi belajar anak.
Mapel yang berjalan saat ini ada dua yaitu matematika dan fisika. Metode yang
digunakan menyesuaikan dengan materi, kebutuhan dan kondisi anak, sehingga
tidak terpaku pada guru. Media untuk menunjang pembelajaran ialah komputer,
internet, buku panduan. Penyusunan rencana program pembelajaran tidak ada.
Faktor pendukung adalah waktu yang fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan anak, adanya fasilitas dari madrasah yang sudah diselenggarakan untuk
digunakan.
Faktor penghambatnya adalah pelaksanaan kadang bentrok dengan kegiatan
asrama yang mendadak, atau tentor yang berhalangan sehingga sebelum
181
mengadakan klinik mapel biasanya anak mengonfirmasikannya dengan tentor
begitu pula saat di asrama ada kegiatan maka anak pun memberitahukan kepada
tentor.
182
Catatan Lapangan XVII
Metode Pengumpulan Data: Observasi Partisipan
Hari dan Tanggal : Senin, 28 April-Rabu, 7 Mei 2014
Jam : Setiap Sore hingga Pagi
Lokasi : Asrama Putri IBS Darunnajah
Sumber Data : -
Deskripsi Data:
Pada hari Senin, 28 April 2014 sekitar pukul 17.00 peneliti datang ke
lokasi penelitian yaitu Islamic Boarding School Daarunnajaah MAN 1 Kabupaten
Magelang. Peneliti berencana menginap di asrama beberapa hari hingga data yang
diperlukan dari penelitian ini diperoleh secara lengkap. Lima hari sebelumnya
peneliti telah mengonfirmasi mengenai tugas penelitian untuk skripsi ini yang
memerlukan partisipasi langsung peneliti di lokasi obyek penelitian kepada kepala
asrama yang juga merupakan pengasuh atau pembina asrama putri. Pihak asrama
pun memberikan izin untuk menginap selama penelitian. Kemudian untuk
memastikan dan meyakinkan hal itu, peneliti pun mengonfirmasi kepada pihak
madrasah melalui waka bagian humas dan keislaman 2 hari sebelumnya mengenai
kehadiran peneliti dan juga dianjurkan untuk menginap di asrama.
Kegiatan santri dimulai sejak waktu shalat Ashar dengan diawali shalat
berjama‟ah kemudian dilanjutkan istirahat serta untuk keperluan mandi, mencuci,
dan sebagainya. Pukul 17.15 WIB dilanjutkan dengan kegiatan asrama sesuai
jadwal hingga menjelang waktu shalat Maghrib dan langsung mengerjakan shalat
Maghrib secara berjama‟ah. Ba‟da Maghrib jika yang menjadi imam shalat
183
Maghrib adalah pengasuh/pembina asrama, maka setelah shalat jama‟ah diadakan
kultum untuk pembinaan karakter, selanjutnya makan malam. Pukul 19.15 WIB
shalat jama‟ah Isya‟ dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur‟an yaitu membaca QS.
Ar-Rahman dan Al-Waqi‟ah bersama dan khusus malam Jum‟at membaca QS.
Yaasiin. Pukul 20.00-21.30 WIB para santri melaksanakan jadwal kegiatan belajar
wajib. Belajar ini dilakukan di luar kamar, bisa di lobby, teras asrama, depan
kamar, aula, mushala, masjid, kelas, ruang komputer santri, maupun di halaman
asrama. Pada jam belajar wajib ini hanya bagi santri yang sedang sakit saja yang
diizinkan untuk belajar di dalam kamar. Belajar dilakukan baik secara individual
maupun berkelompok. Ada yang berkelompok mengerjakan tugas, persiapan
ulangan, tutorial sebaya, maupun mengadakan klinik mapel dengan mengundan
tentor yang pada siang harinya mereka sudah konfirmasi dengan dengan tentor
sesuai materi yang akan diklinikkan. Pukul 21.30 WIB jadwal istirahat dan semua
kegiatan belajar di luar kamar harus dihentikan. Akan tetapi bagi santri yang
masih ingin melanjutkan belajar maka harus dilakukan di dalam kamar masing-
masing.
Pada waktu Shubuh shalat berjama‟ah, dilanjutkan dengan kegiatan
asrama sebagaimana dijadwalkan. Pukul 05.30-06.45 WIB persiapan berangkat
sekolah (mandi, cuci, sarapan, dll.). Pukul 07.00-14.00 WIB kegiatan belajar di
sekolah yang kemudian dilanjutkan dengan kajian kitab hingga pukul 15.30 WIB
pada hari yang telah ditentukan. Rutinitas santri di asrama diatur sedemikian
untuk dilaksanakan dan dipatuhi. Hal itu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
dari penyelenggaraan boarding.
184
Observasi mengenai pembelajaran di boarding hanya bisa dilakukan di
asrama putri. Sebab dari peraturan asrama yang ada terdapat pasal yang melarang
santri putri masuk ke asrama putra atau sebaliknya. Sebelumnya peneliti sudah
meminta izin kepada kepala asrama dan pembina asrama putra untuk observasi di
asrama putra dan sudah bisa dilakukan tetapi hanya satu kali yaitu pada saat hari
kedua untuk mengetahui kondisi asrama putra. Setelah mengetahui dan membaca
sendiri mengenai peraturan asrama yang salah satunya “anggota asrama putra
tidak diizinkan masuk ke wilayah asrama putri dan sebaliknya”, hal itu tidak bisa
dilakukan lagi sebab untuk observasi ke asrama putra peneliti juga harus
mengajak salah satu santri putri. Terlebih lagi kegiatan asrama dilaksanakan pada
malam hari dan ba‟da Shubuh yang mana santri putri pun memiliki kegiatan
sendiri. Untuk wawancara dengan pembina asrama putra dilakukan di masjid dan
peneliti ditemani oleh salah satu santri putri. Oleh karena itu ketika santri putra
berkeperluan untuk belajar kelompok dengan santri putri hanya boleh
dilaksanakan di luar asrama.
Interpretasi:
Hari Selasa, 29 April 2014 pada sore hari ba‟da Ashar santri putri
mengadakan kajian Fiqh wanita yang dipimpin oleh sanri senior dan memiliki
pengetahuan agama cukup dalam hal fiqh wanita, pukul 20.00-21.30 pada saat
jadwal belajar wajib diperoleh data dan dokumentasi mengenai pelaksanaan
kegiatan belajar wajib. Beberapa santri belajar secara individual, beberapa belajar
kelompok dan santri putra iku bergabung, santri kelas XI IPA 1 mengadakan
tutorial sebaya materi pelajaran Fisika (santri putra dan putri belajar bersama) di
185
halaman asrama putri, santri kelas X2 mengadakan klinik mapel Matematika di
ruang kelas Bahasa untuk pematangan materi guna persiapan ulangan harian pada
esok hari, ada yang belajar kelompok di mushala, ruang jenguk, dan teras depan
asrama.
Kamis, 1 Mei 2014 hari libur nasional sehingga pada pagi hari santri
melaksanakan kegiatan olahraga dan kerja bakti bersih-bersih lingkungan asrama.
Pada malam kamisnya ba‟da jama‟ah Isya‟ diadakan kajian dengan dipimpin
pembina asrama yang berisi pembinaan karakter. Kajian tersebut ditarik dari
perjalanan Syekh Ibn Athoillah As-Sakandary dan pagi hari ba‟da Shubuh kajian
tersebut dilanjukan kembali. Kemudian santri olahraga dengan senam, lari keliling
lapangan, affirmasi, dan dilanjutkan kerja bakti.
Sabtu, 3 Mei 2014 ba‟da Shubuh adalah jadwal tahfidz dilaksanakan di
aula Al-Khawaritsmi. Awalnya para santri menghafal secara otodidak kemudian
sorogan kepada santri yang dipercaya untuk menerima setoran. Untuk sorogan ini
dapat dilakukan kapan saja, tidak harus pada jadwal tahfidz. Akan tetapi ketika
jadwal tahfidz tidak sedikit yang memafaatkan waktu untuk sorogan hafalan.
Selasa, 6 Mei 2014 ba‟da shubuh jadwal penambahan mufrodat, kegiatan
ini dilaksanakan di aula Al-Khawaritsmi. Tentor atau penyampai materi mufrodat
adalah santri pengurus dari bagian/seksi bahasa, tetapi mufrodat yang diberikan
sudah ditentukan oleh pembina asrama. Metode penyampaiannya dengan ceramah
atau lisan, diawali dengan tentor mengucapkan kata-kata bahasa Arab 3 kali,
Inggris 3 kali, kemudian bahasa Indonesia 3 kali dan audien menirukan. Hal itu
dilakukan sampai kepada materi terakhir. Kemudian menulis kata-kata tersebut di
186
papan tulis, tetapi tidak 3 bahasa sekaligus melainkan salah satu bahasa kemudian
audien menjawabnya. Setelah semua lengkap barulah audien diizinkan untuk
mencatat kosakata tersebut dalam buku catatan mereka masing-masing.
Pukul 14.15-15.45 WIB jadwal kegiatan kajian kitab bagi kelas XI IPA 1
dan XI Agama. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas masing-masing sebagaimana
kelas pagi. Pembelajaran kajian kitab menggunakan metode bandongan, sorogan,
ceramah, dan tanya jawab. Guru/ustadz membacakan serta menjelaskan isi kitab
sementara santri/peserta didik mendengarkan sambil menyimak pada kitab
masing-masing dan membari arti atau maksudnya. Kemudian setelah materi satu
bab/subbab selesai, santri diminta secara individual untuk sorogan membaca dan
menjelaskan maksud dari materi itu. Di akhir pembelajaran diadakan tanya jawab
mengenai materi mana yang belum dipahami, hal ini juga dilaksanakan diawal
pelajaran untuk mengulas materi pertemuan lalu.
Untuk kegiatan muhadharah tidak bisa diobservasi dan diteliti langsung
pelaksanaannya, karena pada saat penelitian ini dilaksanakan, kegiatan
muhadharah sudah selesai dilakukan dan semua santri sudah melaksanakan
prakteknya. Dengan demikian informasi mengenai kegiatan ini hanya diperoleh
melalui wawancara dan dokumentasi.
187
Catatan Lapangan XVIII
Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi
Hari dan Tanggal : -
Jam : -
Lokasi : -
Sumber Data : -
Deskripsi Data:
Dari metode ini peneliti memperoleh dokumen tentang sejarah dan visi
misi MAN 1 Kabupaten Magelang, peraturan asrama, jadwal kegiatan asrama
putra dan putri, data santri, struktur kepengurusan santri putra dan putri, jadwal
kajian kitab yang terintegrasi dalam jadwal pelajaran madrasah, nama-nama
pengampu kajian kitab, dan foto dokumentasi kegiatan asrama yang lalu.
Interpretasi:
Sejarah MAN 1 Kabupaten Magelang diperoleh dari dokumen berupa
DVD tahun pelajaran 2009/2010 dan buku kenangan siswa “The Annual Book of
MAN 1 Magelang 2014”. Visi dan misinya diperoleh dari dokumen berupa brosur
MAN tahun 2013. Peraturan asrama, jadwal kegiatan asrama putra dan putri, data
santri, struktur kepengurusan santri putra dan putri, jadwal kajian kitab serta
nama-nama pengampu kajian kitab yang terintegrasi dalam jadwal pelajaran
madrasah, dan foto dokumentasi kegiatan asrama yang lalu diperoleh dari
dokumentasi asrama.
188
Catatan Lapangan XIX
Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi
Hari dan Tanggal : Rabu, 21 Mei 2014
Jam : 13.30 WIB
Lokasi : SD Terpadu Ma‟arif Muntilan
Sumber Data : AF
Deskripsi Data:
Wawancara ini merupakan wawancara ketiga kalinya dengan informan.
Selain menjadi pembina/pengasuh asrama di IBS Daarunnajaah MAN 1 Kab.
Magelang, informan juga merupakan guru dan wakil kepala sekolah di SD
Terpadu Ma‟arif Muntilan. Beliau menjadi guru di SD tersebut sudah sejak tahun
2006. Pada kesempatan wawancara ini diperoleh data tentang kualifikasi pembina
yang bersangkutan. Selain itu peneliti juga bertanya mengenai database santri
sekitar asal sekolah, keadaan ekonomi orang tua, prestasi akademik santri sebelum
masuk asrama, dan daerah asal santri.
Interpretasi:
Pembina asrama putri masing-masing berkualifikasi pendidikan S1 dan
merupakan hafidz dan hafidzah yang hafal beberapa juz dari Al-Qur‟an, serta
mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif. Beliau beserta istri adalah alumni
pondok modern Darussalam Gontor.
Mengenai database santri yang diharapkan, beliau menyarankan untuk
membuat angket yang berisi data-data yang diperlukan untuk kemudian disebar
kepada santri dan diisi oleh masing-masing.
189
Catatan Lapangan XX
Metode Pengumpulan Data: Angket
Hari dan Tanggal : Rabu-Jum‟at, 21-23 Mei 2014
Jam : - WIB
Lokasi : Asrama IBS Daarunnajaah
Sumber Data : Seluruh santri IBS Daarunnajaah
Deskripsi Data:
Dari angket yang disebar tersebut diperoleh informasi mengenai data diri
santri, yaitu sebagai berikut:
Santri obyek penelitian adalah santri boarding kelas X dan XI yang berjumlah 102
orang. 8 santri dengan rata-rata UN 9,0-9,8; 45 santri rata-rata UN 8,0-8,9; 38
santri rata-rata UN 7,0-7,9; 10 santri rata-rata UN 6,0-6,9; dan 1 santri rata-rata
UN 5,0-5,9. 86 santri berasal dari daerah-daerah dalam kabupaten Magelang, 12
santri berasal dari luar kabupaten Magelang, dan 4 santri berasal dari luar Jawa
Tengah. 2 santri keluarga mampu, menengah 20 santri, dan keluarga sederhana 80
santri. 70 santri berasal dari MTs Negeri/swasta, 4 santrindari SMP Terpadu
Ma‟arif, 3 santri dari SMPIT, 2 santri dari SMP Muhammadiyah, dan 23 santri
dari SMP Negeri/swasta umum.
Interpretasi:
Rata-rata santri IBS merupakan siswa berprestasi baik dan tinggi, berasal
dari daerah kabupaten Magelang dan dari keluarga sederhana/pas-pasan, serta dari
Madrasah Tsanawiyah baik negeri maupun swasta.
190
DAFTAR SANTRI PUTRA ISLAMIC BOARDING SCHOOL
DAARUNNAJAH MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
No. No. Induk Nama Kelas
1. 6556 Ahmad Rizky Fauzi X1
2. 6557 Ahmad Wahid Fastabiq X1
3. 6595 Ardian Pambuko Wicaksono X1
4. 6619 Azik Dhani Setyawan X1
5. 6862 Loeby Lukman Hakim X1
6. 7057 Sahid Yusuf Habib X1
7. 6609 Arsy Fadlan Syukur X1
8. Firman Dany Kurniawan X1
9. Muhammada Rifqi X1
10. 6566 Alif Miftah Alluckies X2
11. 6820 Irfani X2
12. 6924 Miftakhudin Matofani X2
13. 6933 Muhammad Abdul Azis X2
14. 6631 Billi Jenawi X3
15. 6884 M. Ikhsanudin X3
16. 7018 Rahmat Handika Putra X3
17. 6049 Abu Hamid XI Agama
18. Ahmad Rizki Al Wahdan XI Agama
19. 6303 Muhammad Muaziz XI Agama
20. 6044 Muhammad Akhyar Sukri XI Agama
21. 6323 Muhammad Taufiqurrahman XI Agama
22. 6406 Suryo Setiawan XI Agama
23. 6197 Fendi Agus Sulistyo XI IPA 1
24. 6274 M. Fikri Omar XI IPA 1
25. 6467 Toni Witoyo XI IPA 1
26. 6494 Widopo Hudan Badawi XI IPA 1
27. 5684 Ahmad Fauzi XII IPS 2
28. 6591 Anwar Budi R. X1
29. 6252 Khoirul Umam Al Faroqi XI Agama
30. 6333 Nanang Arfianto XI IPS 3
191
DAFTAR SANTRI PUTRI ISLAMIC BOARDING SCHOOL MAN 1
KABUPATEN MAGELANG
No. No. Induk Nama Kelas
1. 6540 Afidhotul Istiqomah X1
2. 6559 Aini Masruroh X1
3. 6581 Anggita Karunia Lestari X1
4. 6598 Ari Nur Alifah X1
5. 6629 Berliana Nafis Pertiwi X1
6. 6691 Dwi Nuryati X1
7. 6742 Fauziyyah Hana Chaerani X1
8. 6787 Heni Latifah X1
9. 6797 Hidayatul Khoir X1
10. 6834 Khanifatul Ulfah X1
11. 6917 Maskanah X1
12. 6946 Murniyati X1
13. 6963 Nirmala Fajarsari X1
14. 6979 Nur Baiti Faizah X1
15. 7034 Rika Melinda X1
16. 7036 Rima Nurkhasanah X1
17. 7088 Siti Nahiyatul Makrofah X1
18. 7129 Uswatun Khasanah X1
19. 7155 Yulia Muslikhah Syarifah X1
20. 6558 Aida Nufaisah X2
21. 6573 Ana Khoirul Nikmah X2
22. 6586 Anisa Ramadhanti X2
23. 6587 Anisatul Asiyah X2
24. 6605 Arimbi Rachmayani X2
25. 6618 Ayu Asih Sunani X2
26. 6651 Danti Ambarwati X2
27. 6708 Eri Septi Rahayu X2
28. 6739 Fatimatur Rohmah X2
29. 6763 Fury Lailatus Syarofah X2
30. 6796 Hidayatul Islamiyah X2
31. 6798 Hidayatul Umah X2
32. 6800 Ifana Dani Maulida X2
33. 6833 Khanifatul Azizah X2
34. 6839 Khusnul Khotimah X2
35. 6841 Kufita Mubarokah X2
36. 6843 Kuni Ngafifatul K. X2
37. 6949 Nadhirotus Sholihah X2
38. 6968 Nova Purwaningsih X2
39. 7038 Ririt Rachma Miranti X2
192
40. 7046 Rizka Oktaviani X2
41. 7069 Sifa Rizqia X2
42. 7087 Siti Mustathi‟ Zulfa X2
43. 7105 Supri Hariyanti X2
44. 7138 Wasilatur Rochmah X2
45. 6100 Anis Masruroh XI Agama
46. 6147 Dewi Mutiah XI Agama
47. 6180 Erlina Persitasari XI Agama
48. 6250 Khalimatus Sakdiyah XI Agama
49. 6263 Latifah XI Agama
50. 6339 Ninda Aulia Makrufah XI Agama
51. Novi Hapsari XI Agama
52. 6346 Novi Kurnia Sari XI Agama
53. 6408 Roikhatul Janati Idah Isnaini XI Agama
54. 6416 Sari Bulan XI Agama
55. 6431 Sifatul Umamah XI Agama
56. 6439 Siti Kholilah XI Agama
57. 6452 Siti Rofiyatun XI Agama
58. 6505 Yuni Aryani XI Agama
59. 6083 Alayya Maghfiroh XI IPA 1
60. 6098 Ani Putri Rahayu XI IPA 1
61. 6106 Apri Widiyastuti XI IPA 1
62. 6115 Arsi Melindah XI IPA 1
63. 6120 Asri Nurbaiti XI IPA 1
64. 6171 Eka Septianingsih XI IPA 1
65. 6295 Monica Elsa Iriyanti XI IPA 1
66. 6347 Novi Setyawati XI IPA 1
67. 6349 Nur Alifah XI IPA 1
68. 6374 Rani Mega Suci XI IPA 1
69. 6422 Septi Indriyani XI IPA 1
70. 6438 Siti Latifah XI IPA 1
71. Nur Isnaeni Latifa XI IPA 1
72. Zakiyya Labiba XI IPA 1
73. 6175 Elena Nafisa Sofy XI Bahasa
74. 5746 Dewi Purwanti XII IPA 1
75. 5785 Fatimatun Nikmah XII IPA 1
76. 5851 Kurnia Sakti XII Bahasa
77. 5994 Suci Wahyuni Setyaningsih XII Bahasa
78. 5659 Alya Rifda Millatuzakiya XII IPS 1
79. 6018 Wahyuni Rini Ekowati XII IPS 1
80. 5837 Istirokhah XII Agama
81. 5923 Nur Rohmah Tri Hardianti XII Agama
82. 5900 Muslikhah Nurbaiti XII Agama
193
DAFTAR PENGASUH, USTADZ/PENGAJAR KAJIAN KITAB, DAN
PENGAJAR KLINIK MAPEL IBS DAARUNNAJAH
No. Nama Jabatan
1. Drs. H. M. Manshur A., M.Si. Penanggung Jawab Boarding School
2. Saeful Bahri, S.Pd.SD Kepala asrama dan Pembina asrama putri
3. Mefa Evita Dewi, S.Pd.I Pembina asrama putri
4. Achmad Akrom, S.Pd.I Pembina asrama putra dan pengampu
kajian kitab
5. Madkhan Aziz, S.Pd.I Pengampu kajian kitab
6. M. Fahmi Najib, S.H.I Pengampu kajian kitab
7. Muh. As‟adi, S.Ag Pengampu kajian kitab
8. Nursalim, S.Ag.,M.M.,M.Si Pengampu kajian kitab
9. M. Nurul Huda, S.Ag.,M.Pd Pengampu kajian kitab
10. Syaiful Amri, S.Pd.Si Pengampu klinik mapel
11. Subhan Lutfi K., S.Pd.Si Pengampu klinik mapel
194
TATA TERTIB DAN DISIPLIN POKOK ISLAMIC BOARDING SCHOOL
MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
1. Shalat dan Ibadah
a. Sudah berada di masjid (bagi putra) atau di aula (bagi putri) ketika adzan
dan mengerjakan shalat qabliyah/ba‟diyah pada setiap shalat 5 waktu.
b. Dianjurkan untuk mengerjakan shalat tahajjud dan dhuha setiap hari.
c. Mengikuti qiroatul qur‟an setiap setelah shalat jamaah ashar.
2. Pakaian
a. Putra
Berbusana sopan dan rapi, tidak ketat dan mencolok.
Tidak membawa pakaian berbahan jeans.
Memiliki pakaian olahraga (min. 1), peci (min. 1).
Memiliki sarung (min.2).
Memiliki baju koko (min. 2).
Dianjurkan memiliki jaket (tidak ketat dan mencolok).
Memakai baju koko dan sarung ketika shalat berjamaah (maghrib, isya,
dan shubuh).
Tidak memakai celana pendek di luar kamar.
Tidak pinjam-meminjam pakaian.
b. Putri
Berbusana sopan dan rapi (baju,rok, jilbab), tidak ketat, transparan, dan
mencolok.
Tidak membawa pakaian berbahan jeans.
195
Memiliki pakaian olahraga (min.1), jilbab bergo/langsungan (min. 2).
Memiliki mukena (min. 2).
Memiliki ciput standar asrama.
Dianjurkan memiliki jaket (tidak ketat dan mencolok).
Tidak berpakaian pendek dan membuka jilbab di luar kamar.
Tidak pinjam-meminjam pakaian, jilbab, dan mukena dengan yang lain.
3. Belajar dan Sekolah
a. Wajib belajar di luar kamar mulai setelah isya sampai pukul 21.30 malam.
b. Wajib berangkat ke kelas sebelum pukul 06.50 pagi.
c. Memakai seragam dan atribut yang telah ditentukan ketika masuk kelas
(baju, topi, sepatu, dll.).
d. Memakai kaos kaki putih standar (tidak pendek dan warna-warni) ketika
masuk kelas.
e. Mematuhi peraturan madrasah dn mengikuti kegiatan wajib dari madrasah.
4. Makan
a. Makan tepat pada waktunya.
b. Memiliki peralatan makan (piring, gelas, sendok).
c. Tidak makan di dalam kamar pada jam makan asrama.
d. Tidak boleh menyisakan/membuang makanan.
5. Kebersihan
a. Selalu menjaga kebersihan kamar dan lingkungan asrama.
b. Tidak membuang sampah sembarangan.
c. Mencuci piring dan baju dengan rutin.
196
d. Melaksanakan jadwal piket yang telah ditentukan.
e. Memiliki alat perlengkapan mandi, ember, gayung, dan gantungan baju.
6. Perizinan Keluar/Pulang
a. Diperbolehkan pulang ke rumah sebulan sekali sesuai jadwal asrama.
b. Pulang ke rumah harus dijemput orang tua/wali.
c. Keluar asrama harus dengan izin pengurus asrama dan dengan sesama
anggota asrama).
d. Tidak keluar asrama sendirian (minimal berdua dan dengan sesama anggota
asrama).
e. Kembali di asrama tepat waktu.
f. Jika ada kepentingan keluarga, hal mendesak, atau sakit yang mengharuskan
pulang, maka orang tua/wali yang mengajukan izin dan menjemput ke
asrama.
7. HP, Alat Elektronik, dan Pergaulan
a. Tidak diperkenankan membawa hp, tablet, modem, dan sejenisnya.
b. Tidak menyimpan gambar atau foto yang tidak sesuai syari‟at Islam.
c. Tidak menggunakan laptop/notebook, kecuali dengan izin pengurus asrama
(bagi yang memiliki).
d. Tidak diperkenankan mendengarkan musik non Islami kecuali dengan
earphone.
e. Anggota asrama putra tidak diizinkan masuk ke wilayah asrama putri dan
sebaliknya.
197
f. Tidak bergaul dengan lawan jenis atau pun sesama jenis di luar batas
kewajaran dan batasan syari‟at Islam.
g. Tidak tidur di kamar lain.
h. Tidak diperkenankan merokok (khususnya putra).
i. Tidak diperkenankan membawa wali dan orang lain selain anggota asrama
ke dalam asrama.
8. Program Rutin
a. Tahfidz/hafalan al-Qur‟an juz 28, 29, dan 30.
b. Muhadatsah (pendalam bahasa Arab dan Inggris).
c. Latihan khitobah/pidato.
d. Pengajian/tambahan materi sore sesuai jadwal (kajian kitab, ma‟tsurat, dll.).
9. Penghuni asrama yang melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi
berupa teguran, denda, iqob/hukuman, sampai dikeluarkan dari asrama.
198
STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRI TH. 2014
DARUNNAJAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL
MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
10.
11.
Pengasuh
Saeful Bahri, S.Pd.SD.
Mefa Evita Dewi, S.Pd.I.
Ketua Al-Azhar
Asri Nurbaiti Ketua Al-Lighar
Siti Rofiyatun
Sie. Keamanan
Novi Hapsari
Ayu Asih S.
Sie. Olahraga
Sari Bulan
Ayu Asih S.
Sie. Kebersihan
Nur Alifah
Novi Kurnia S.
Hidayatul Umah
Sie. Bahasa
Sari Bulan
Latifah
Supri Haryanti
Sekretaris
Erlina Persita
PJ. Absen Shalat &
Imam Shalat
Latifah
Erlina Persita
PJ. Galon
Monica Elsa
Hidayatul Umah
PJ. Kesehatan
Ani Putri R.
Siti Latifah
Bendahara
Rani Mega Suci
Sekretaris
Dewi Mutiah
PJ. Dapur
Ani Putri R.
Dewi Mutiah
Bendahara
Siti Latifah
PJ. Jawal
Rani Mega Sari
Novi Kurnia S.
PJ. Sanyo
Novi Hapsari
Supri Haryanti
PJ. Absensi Haidh
Nur Alifah
199
STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRA TH. 2014
DARUNNAJAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL
MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
Pengasuh
Achmad Akrom, S.Pd.I
Ketua
Abu Hamid
Sekretaris
Toni Witoyo
Sie. Bahasa
M. Taufiqurrohman
Khoirul Umam
M. Fikri Omar
Sie. Kebersihan
Suryo Setiawan
Fendi Agus
Wakil Ketua
M. Akhyar Sukri
Sie. Keamanan
Nanang Arfianto
Widopo Hudan
A. Rizqi Al-Wahdan
Bendahara
M. Muazis
200
201
202
المفردات(KOSAKATA)
Keran زف١خ Gelas ة و Sabun بث Piring اص صسGaram ر Sendok ؼمخ Gula ع ىش Cangkir دب فPisau ١ سح Botol عى لبس Kulkas خخ شأح Cermin عل Kuah شثخ غظ Sisir ش Nasi ص جبط Baju س Telur ث١ضخ Rok ف غزبTerong دب بس Kerudung ثبد خSayur-sayuran اد ىغخ Sapu خضش Daging Ember س دKerupuk لطبء Gayung غشفخ Sepatu خزاء Almari خضاخ Kaos kaki سة Kamar mandi خ ب ز
Kenyang ٠شجغ –شجغ Lapar ع خ Kadang-kadang أز١بب Lezat, enak ز٠ذ Benarkah? زم١مخ Menyetrika –و ٠ى Bahagia ٠فشذ –فشذ Melewati ش ش – ٠ Terserah kamu بشئذ Menangis ٠جى –ثىب Belajar –رؼ ٠زؼ Melempar –س ٠ش Membawa –ز ٠س Melipat فف –فف ٠ Memakai –اعزؼ ٠غزؼ Menjemur ٠ دفف –خفف Bisa, mampu ٠غزطغ –اعزطغ Mengganti ي –ثذي ٠ جذ Habis ز –ا ز ٠ Meminjam ٠غزؼش –اعزؼش Mengambil ز –أخز ٠أخ Mandi –اعزس ٠غزس Mengetahui ٠ؼشف –ػشف Cepat donk! ثغ شػخ Ketinggalan ن زش Kasian آعف Saya tidak tahu ل اػشف/ل ادس Mari kita makan ز١ب أو Sekarang ثؼذ Sebentar ا٢
203
Teks Muhadharah/Khitobah Bahasa Arab
السلامعليكنورحمةاللهوبركاته
ثغ الله اشز اشز١، اسذ لله سة اؼب١، ث غزؼ١ ػ أس اذ١بح
سذا ػجذ زذ ل شش٠ه أشذ ا إ إل الله اذ٠، أشذ ا ل
سع، اصلح اغل ػ أششف الأج١بء اشع١، ع١ذب لب
سذ ػ آ أصسبث اخؼ١ زجؼ ثإزغب إ ٠ اذ٠. اب ثؼذ.
زضشح اىش اخزش ذ٠ش اؼذ داس ادبذ اذسعخ اثب٠خ العل١خ
اسى١خ ىبح.
أ٠ب العبرزح اىشا!
أ٠ب اخا الزجبء!
ال، زذا شىشا إ الله رؼب از لذ أػطبب سزخ ثشوخ ذا٠خ زز
دزغ ف زا اىب اجبسن. ثب١ب، ١ب ثب أ ص ػ ع١ذب سذ
ص الله ػ١ ع از لذ اخشج ابط اظبد إ اس. آخشا،
خ از لذ أػطب لزب ر١ب لأخطت ث١ الي شىشا وث١شا إ سئ١ش ادغ
٠ذ٠ى أخؼ١ رسذ اضع:
"فىشح الإعل ف لإخح اجشش٠خ"
إخا اغ اغؼذاء.....
لبي الله رؼب ف وزبث اىش٠، أػر ثبلله اش١طب اشخ١، ثغ الله اشز
٠خ. فبلإعل ٠ىش اشز١. وبذ رؼ١ الإعل اؼب١خ زوسح ف ز ال
ازفش٠ك فبدظ اذسخخ ا اىب. لبي الله رؼب ف امشأ اىش٠
"مذ وشب ث آد" وزه فمذ أوذ ج١ب سذ ص الله ػ١ ع ػ
إ٠سبد اغباح الإرسبد ث١ ابط. فضل ػ ره فمذ أوذ الله سع سذ
204
سم١ك زمق اداس ػ ادبس الأخش ثذ اظش ص الله ػ١ ع ػ ر
إ أعبط اذ٠ الإػزجبسد الأخش، ث بن ازبد٠ث أخش رسثب ػ
ؼب ادبس ؼبخ ط١جخ، ره ٠ش اداس غ١ش اغ١.
زا ازؼ١ اىش٠ ١ظ افبظب رمبي ث ػ رطج١ك ٠م١، ل شه أ ج١ب
ع لذ ارسش غ اىفش٠ ؼبسض١ ف ىخ ػ سذا ص الله ػ١
اعبط اغ.
إخا اسزش!
وزه وب اشعي ص الله ػ١ ع ٠سفع اؼبخ اشخص١خ اط١جخ غ
ا١د ف اذ٠خ اسح وبا ٠ؼبسض ثؼثزخ اىش٠خ. لذ صاس
اسض افشذ. فق ره اشعي ص الله ػ١ ع ث١ر شبسو ف
فمذ زمك اشعي ص الله ػ١ ع ؼبخ ازدبسح غ ثؼض. ضشة
ى ثل زىب٠خ شسح ػ ع١ذب ػش ث اخطبة سض الله ػ الأػ
اؼسص.
ف ٠ الأ٠ب سأ ع١ذب ػش ث اخطبة سض الله ػ ش١خب أػ اب
زم ثطف عأ: أذ؟ أخبة الأػ ا١د ث١ذ ٠زىفف اصذلخ فمشع ػ
ادض٠خ افمش اش١خ. فس ع١ذب ػش ث اخظبة سض الله ػ إ
ث١ز أػطب و ش١ئ ػخ لذس اعزطبػز غذ زبخز اغزؼدخ فشخ غ١ش
از٠ ػبشا وؼ١شز دفغ ادض٠خ أش أ أخشح سبفظز زب٠ز
اذخ الإعل١خ. ث١ذ بي
ثبلإخزصبس، فبلإعل ٠ش اجشش٠خ وأخح ػظ١خ. رسذ ز الأخح وب
خ١غ ابط زشب٠ زك عاء ف الإززشا الإوشا وب أ زمب ف
اؼبخ اط١جخ افشصخ ازغب٠خ.
إخا اغؼذاء!
205
غب اغ ازدشثخ ث الإعل ٠سزش اززشاب فبئك ازع ف ادذ ا
ف الإػزمبد. ػ أعبط الأخح اجشش٠خ فىب خ١غ ابط ف اؼب اػضبء
الأخ اازذح أ الأخ الإعل١خ. ػ ره وبذ الأخ الإعل١خ شرجط١
ثشاثطخ ادظ اؼب ال١خ اؼبخ. ػ ػىظ ره ٠ىش الإعل و
إ افشاق اىث١شح إب ف الإػزمبد إب ف اشؼج١خ.سبخ رفشق ز اشاثطخ
ض١ك الذ ف إمبء اغأخ اخ. فب٢ اخزز خطجز ساخ١ب اد١غ
رم٠خ ز الأخح. فبؼف ى آخشا الي ى
والسلامعليكنورحمةاللهوبركاتة
206
Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian
Denah Area MAN 1 Kabupaten Magelang
Keterangan:
1. Area lokal Timur 7. Lapangan basket
2. Area lokal Barat 8. Pintu gerbang asrama putri
3. Pintu gerbang masuk area lokal Timur 9. Asrama putri Al-Azhar
4. Lapangan sepak bola/OR 10. Asrama putri Al-Lighar
5. Masjid Daarunnajaah 11. Aula Al-Khawaritsmi
6. Komplek asrama putra 12. Mushala
207
Gmb. 1 Gerbang Masuk Asrama Putri
Gmb. 2 Komplek Asrama Putri Al-Azhar
208
Gmb. 3 Komplek Asrama Putri Al-Lighar
Gmb. 4 Aula Al-Khawaritsmi
209
Gmb. 5 Lobby Asrama Putri Al-Azhar
Gmb. 6 Lobby Asrama Putri Al-Lighar
210
Gmb. 7 Koridor Menuju Aula Al-Khawaritsmi dari Lobby Al-Lighar
Gmb. 8 Dapur Asrama Putri
211
Gmb. 9 Ruang Makan Bersama, Asrama Putri
(mejadi satu dengan dapur)
Gmb. 10 Asrama Al-Azhar Bagian Dalam
212
Gmb. 11 Asrama Al-Lighar Bagian Dalam
Gmb. 12 Diwan (Kantor) dan Ruang Komputer Santri
213
Gmb. 13 Masjid Daarunnajaah
Gmb. 14 Komplek Asrama Putra
214
Gmb. 15 Komplek Asrama Putra
Gmb. 16 Asrama Putra dari Dalam
215
Gmb. 17 Asrama Putra dari Dalam
Gmb. 18 Salah Satu Bagian Kamar Mandi Dan WC Asrama Putra
216
Gmb. 19 Ruang Makan Bersama Asrama Putra
Gmb. 20 Kegiatan Pembelajaran Penambahan Mufrodat
217
Gmb. 21 Kegiatan Program Tahfidz
Gmb. 22 Kegiatan Muhadharah
218
Gmb. 23 Kegiatan Kajian Kitab
Gmb. 24 Kegiatan Belajar Wajib
219
Gmb. 25 Muhadharah santri putra
Gmb. 26 Penambahan Mufrodat santri putra
220
Gmb. 27 Lomba Tahfidz dan Khitobah
Gmb. 28 Apel Pagi sebelum Berangkat Sekolah
221
Gmb. 29 Kegiatan Hari Libur Sekolah
Gmb. 30 Shalat Berjama‟ah di Aula Al-Khawaritsmi
222
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nikmatul Khoiriyah
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 25 Juli 1990
NIM : 111 10 045
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Kadiwongso RT 001 RW 002 Sukodadi, Kec.
Bandongan, Kab. Magelang, Jawa Tengah
Menerangkan dengan sesungguhnya,
PENDIDIKAN
1. SD N 2 Sukodadi Tahun 2003
2. MTs Negeri Kaliangkrik Tahun 2006
3. MAN 1 Kota Magelang Tahun 2008
4. STAIN Salatiga Tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Magelang, 4 September 2014
Yang membuat,
Nikmatul Khoiriyah