new kode linear, penguraian dan pengelolaan...

121
i KODE LINEAR, PENGURAIAN DAN PENGELOLAAN KESALAHAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh: Veronica Dwi Agustyaningrum NIM: 043114012 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i  

KODE LINEAR, PENGURAIAN DAN

PENGELOLAAN KESALAHAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Oleh:

Veronica Dwi Agustyaningrum

NIM: 043114012

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

ii  

LINEAR CODE, DECODING AND

ERROR CORRECTING

Thesis

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the SARJANA SAINS Degree

In Mathematics

By:

Veronica Dwi Agustyaningrum

Student Number: 043114012

MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2010

v  

[tÄtÅtÇ cxÜáxÅut{tÇ

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan

memberkati setiap langkah hidupku

Bapak dan ibuku tercinta, Yohanes Sumarjono dan

Christina Suyati

Kakakku tersayang, Yustina Ika Wahyuningsih

Antonius Yudhi Anggoro

Semua teman dan sahabatku yang telah mendukungku

hingga saat ini

Yogyakarta, 28 September 2010

vii  

ABSTRAK

Suatu kode dilambangkan dengan , dimana merupakan panjang masing-masing kata kode dan banyaknya kata kode dalam kode tersebut adalah

. Selanjutnya sebuah kode dikatakan linear bila dan hanya bila 2 kata kodenya membentuk ruang bagian berdimensi- dari ruang vektor yang terdiri dari semua -tupel atas lapangan biner , dinotasikan , . Kemampuan mendeteksi dan mengoreksi kesalahan dari suatu kode linear berhubungan erat dengan jarak dari kode tersebut. Dalam proses pengiriman suatu pesan, pesan yang diterima belum tentu merupakan pesan yang dikirim. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan ditunjukkan bagaimana proses penguraian suatu pesan yang berupa kode linear sehingga meskipun terjadi kesalahan saat pengiriman, kita dapat memperhitungkan pesan apa yang sebenarnya dikirim.

viii  

ABSTRACT

A code is symbolized by , where was length of each code word and the amount of code word in that code was . After that, one code , is linear if and only if 2 of code word build a -dimension subspace from the vec-tor space that consist of all -tupel in over binary field , that is denoted by

, . The capability of detection and correction from a linear code is connection with distance from this code. In the sending process of message, the received mes-sage is not always fixed the message was send. Thus, this study present the process of message decoding in a linear code, so that although there was any mis-take in message sending, we could estimate the actual message.

x  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Kode Linear,

Penguraian dan Pengelolaan Kesalahan” ini .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah memberikan

dukungan, dorongan, kerjasama dan juga bimbingan sehingga akhirnya skripsi ini

dapat selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu M.V. Any Herawati, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing untuk

kesabaran, bantuan, masukan serta telah meluangkan waktu untuk

mendampingi penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

2. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, SJ selaku dosen penguji yang telah memberi

koreksi dan masukan kepada penulis.

3. Ibu Lusia Krismiyati, S.Si, M.Si. selaku Ketua Program Studi Matematika

yang telah memberikan bantuan dan dorongan selama kuliah maupun

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi.

5. Bapak Frederic Ezerman yang telah memberikan buku-buku pendukung

tentang teori pengkodean.

6. Bapak Z. Tukijo dan Ibu Erma Linda Santyas Rahayu yang telah memberi

pelayanan administrasi kepada penulis selama ini.

xi  

7. Perpustakaan Paingan Universitas Sanata Dharma beserta seluruh stafnya

dan juga teman-teman mitra atas seluruh fasilitas, pelayanan dan duku-

ngan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

8. Bapak Yohanes Sumarjono dan Ibu Christina Suyati yang selalu memberi

dukungan semangat dan menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di tingkat perguruan tinggi.

9. Kakakku, Yustina Ika Wahyuningsih yang selalu memberi semangat dan

bantuan selama masa perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini.

10. Antonius Yudhi Anggoro yang selama ini selalu menemani, memberikan

dorongan semangat dan mau mendengarkan keluh-kesah di saat jatuh

bangun dalam proses mengerjakan skripsi ini maupun saat masa

perkuliahan.

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2004 program studi Matematika

Universitas Sanata Dharma.

12. Teman-teman frater Projo di Kentungan yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

13. Banyak pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Yogyakarta, 28 September 2010

Penulis

xii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS …………………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …...…………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……...…………. vi

HALAMAN ABSTRAK ………………………………….……............. vii

HALAMAN ABSTRACT ………………………………….................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………… ix

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. x

DAFTAR ISI …………………………………………….……………... xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………......………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………….……..……….. 3

C. Batasan Masalah ……………………………….....….................. 3

D. Tujuan Penulisan ……………………………..……...………….. 3

E. Manfaat Penulisan …………..………………..……....…………. 3

F. Metode Penulisan ………..……………….………....…............... 4

G. Sistematika Penulisan ………..……………………...…............... 4

xiii  

BAB II LAPANGAN BERHINGGA …..………….....….…................. 6

A. Lapangan ………………………………………………...……... 6

B. Sistem Persamaan Linear ……………………………...……….. 15

C. Ruang Vektor ……………………………………...…..……….. 24

BAB III PENGURAIAN DAN PENGELOLAAN KESALAHAN,

KODE LINEAR ……………………………………………………….. 52

A. Penguraian dan Pengelolaan Kesalahan, Kode Linear ....……… 52

3.1.1 Saluran Komunikasi ………………………………………. 52

3.1.2 Penguraian Kemungkinan Maksimum ……………………. 56

3.1.3 Jarak Hamming …………………………………………… 57

3.1.4 Penguraian Jarak Minimum ………………………………. 59

3.1.5 Jarak Suatu Kode …………………………………………. 62

B. Kode Linear ………………………………………….....………. 67

3.2.1 Kode Linear ………………………………………………. 67

3.2.2 Bobot Hamming dari Kode Linear ……………………….. 70

3.2.3 Basis untuk Kode Linear …………………………………. 73

3.2.4 Matriks Generator dan Matriks Pemeriksa ……………….. 78

3.2.5 Ekivalensi dari Kode Linear ……………………………… 85

3.2.6 Pengkodean Kode Linear ………………………………… 87

3.2.7 Penguraian Kode Linear ………………………………….. 89

xiv  

BAB IV PENUTUP ……………………….…………………...………. 105

A. Kesimpulan ……………………………………....……………… 105

B. Saran ………………………………………………..…............... 106

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….………. 107

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di jaman yang semakin modern ini, tuntutan akan sistem penyimpanan

dan pengiriman data digital yang efisien semakin meningkat. Hal ini

dipengaruhi oleh munculnya jaringan data berkecepatan tinggi untuk

pengolahan dan penyimpanan serta pengiriman informasi digital dalam bidang

militer, pemerintahan, keperluan pribadi, dan masih banyak hal lain.

Perancangan sistem-sistem di atas menuntut penggabungan antara teknologi

komputer dan komunikasi. Masalah utama dari perancangan suatu sistem

sendiri adalah bagaimana mengendalikan kesalahan yang mungkin terjadi saat

pengiriman sehingga diperoleh data yang benar. Salah satu cara yang dapat

membantu merancang suatu sistem pengiriman data sehingga kesalahan yang

mungkin terjadi saat pengiriman dapat dideteksi dan juga dapat

dikoreksi/diperbaiki adalah teori pengkodean/penyandian.

Terdapat dua masalah pokok yang harus dihadapi oleh para perancang

sistem penyimpanan atau pengiriman data, yaitu:

1. Sistem tersebut dapat meminimalkan jumlah bit yang harus dikirim melalui

saluran komunikasi.

2

2. Sistem tersebut juga harus dapat memastikan bahwa bit-bit yang dikirim

melalui saluran dapat diterima dengan benar, meskipun terjadi kesalahan

saat pengiriman.

Dasar teori yang memberikan pemecahan masalah di atas diberikan

oleh Claude Shannon pada tahun 1948. Shannon mengemukakan bahwa

dengan penyandian/pengkodean informasi secara tepat, kesalahan yang

mungkin terjadi saat pengiriman dapat dikurangi sampai pada tingkat yang

diinginkan tanpa mengurangi kecepatan pengiriman. Sejak saat itu, banyak

usaha dilakukan dalam menemukan metode perencanaan pengkodean untuk

mengendalikan kesalahan yang mungkin terjadi.

Salah satu kode yang memiliki peran cukup penting dalam teori

pengkodean yaitu kode linear. Dalam kode linear akan digunakan konsep-

konsep mengenai ruang vektor dan sebagian besar penghitungannya akan

dilakukan menggunakan matriks. Dengan kemampuannya mendeteksi -

kesalahan dan mengoreksi -kesalahan, maka pesan yang dikirim dapat

diterima dengan benar. Beberapa notasi yang akan digunakan yaitu, simbol

digunakan untuk data informasi, untuk kata kode atau vektor yang akan

dikirim, untuk vektor kesalahan dan untuk kata yang diterima. Kode linear

, didefinisikan sebagai suatu kode yang terdiri dari kata kode

dengan panjang atas yang merupakan ruang bagian dari .

3

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan Teori Pengkodean?

2. Apakah yang dimaksud dengan kode linear?

3. Bagaimana sifat-sifat dari kode linear?

C. Batasan Masalah

Pembahasan dalam skripsi ini hanya dibatasi pada masalah teoritis saja

dan tidak akan membahas mengenai aplikasi dari teori pengkodean terlebih

kode linear sendiri.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memahami teori

pengkodean yang secara khusus membahas lebih mendalam mengenai kode

linear.

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah mengetahui lebih mendalam

mengenai teori pengkodean terutama dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip

Matematika. Selain itu, dapat menambah pengetahuan mengenai teori-teori

baru serta aplikasi dari prinsip-prinsip aljabar abstrak.

4

F. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan

menggunakan buku-buku, jurnal ilmiah dan karangan ilmiah yang telah

dipublikasikan sehingga di sini tidak disajikan hal baru dalam bidang

matematika.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Manfaat Penulisan

F. Metode Penulisan

G. Sistematika Penulisan

BAB II LAPANGAN BERHINGGA

A. Lapangan

B. Sistem Persamaan Linear

C. Ruang Vektor atas Suatu Lapangan Berhingga

5

BAB III PENGURAIAN DAN PENGELOLAAN KESALAHAN, KODE

LINEAR

A. Penguraian dan Pengelolaan Kesalahan

B. Kode Linear

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

6  

BAB II

Lapangan Berhingga

A. Lapangan

Definisi 2.1.1

Ring adalah suatu himpunan dengan dua operasi biner, penjumlahan

(dinotasikan ) dan perkalian (dinotasikan , sedemikian hingga untuk

semua , , di :

1.

2.

3. Terdapat elemen 0 di sedemikian hingga 0

4. Terdapat elemen – di sedemikian hingga 0

5.

6. dan

Definisi 2.1.2

Suatu ring dimana perkaliannya bersifat komutatif disebut ring komutatif.

Ring dengan elemen identitas terhadap perkalian 1 sedemikian hingga

7  

1 1 untuk semua di disebut ring dengan elemen satuan. Elemen

identitas terhadap perkalian pada suatu ring disebut elemen satuan.

Definisi 2.1.3

Andaikan adalah ring dengan elemen satuan. Suatu elemen di disebut

unit dari jika memiliki invers terhadap perkalian di .

Contoh 2.1.1

Himpunan semua bilangan bulat dengan penjumlahan dan perkalian biasa

adalah ring komutatif dengan elemen satuan 1. Unit dari adalah 1 dan 1

Definisi 2.1.4

Jika setiap elemen tak nol di adalah unit, maka disebut ring divisi.

Lapangan adalah ring divisi yang komutatif.

Contoh 2.1.2

Suatu himpunan 0,1 dinotasikan dengan . Didefinisikan penjumlahan dan

perkalian pada sebagai berikut:

+ 0 1 · 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1

Maka yang diberikan adalah suatu lapangan.

8  

Lemma 2.1.1

Andaikan , dua elemen dari lapangan . Maka

i) 1

ii) 0 maka 0 atau 0

Bukti:

i) Dengan kata lain, harus ditunjukkan 1 0

1 1 1 (sifat elemen identitas perkalian)

1 1 (sifat komutatif)

1 1 (sifat distributif)

0

0

ii) Jika 0, maka

0 0

(sifat asosiatif)

(sifat komutatif)

1 (sifat elemen invers)

1 (sifat komutatif)

(sifat elemen identitas perkalian)

9  

Definisi 2.1.5

Suatu lapangan yang hanya memuat elemen berhingga disebut lapangan

berhingga dan dinotasikan dengan .

Definisi 2.1.6

Andaikan , dan 1 adalah bilangan bulat. Dikatakan kongruen

dengan , ditulis sebagai

jika | , dengan kata lain membagi .

Contoh 2.1.3

a) 90 ≡ 30 (mod 60) dan 15 ≡ 3 (mod 12)

b) 0 (mod ) berarti |

c) 0 (mod 2) berarti adalah bilangan genap

d) 1 (mod 2) berarti adalah bilangan ganjil

Teorema 2.1.1

Jika diberikan bilangan bulat dan 1, maka dengan algoritma

pembagian diperoleh

10  

(2.1)

dimana ditentukan secara tunggal oleh dan , dan 0 1. Oleh

karena itu, suatu bilangan bulat kongruen dengan tepat satu dari

0, 1, … , 1 modulo .

Bukti:

Akan dibuktikan melalui gambar di bawah ini:

0, 0 ─── ─── ─── … ─ ─── • ── ─ 0 2 1

0, 0 ─ ─── • ── ─ … ─── ─── ─── 1 0 2

Pada sumbu-x real di geometri analitik, beri tanda pada kelipatan dari dan

posisi . Pertama andai berada pada kelipatan dari dan dapat

diambil/ditetapkan 0. Kedua andai berada diantara dua kelipatan dari .

Jika kasus kedua yang terjadi, misal kelipatan pertama dari yang berada

di sebelah kiri dari . Maka (ditunjukkan pada gambar di atas) merupakan

jarak antara dan . Dengan catatan 0 .

Ketunggalan dari dan mengikuti karena jika bukan kelipatan dari

dan kita mengambil 0, maka terdapat suatu kelipatan tunggal/unik

dari di sebelah kiri dan jaraknya tak sebanyak dari .

11  

Definisi 2.1.7

Bilangan bulat pada persamaan 2.1 di atas disebut sisa dari dibagi oleh ,

dinotasikan .

Jika (mod ) dan (mod ), maka

(mod ),

(mod ),

(mod ).

Untuk bilangan bulat 1, dinotasikan dengan atau ⁄

didefinisikan sebagai himpunan 0,1, … , 1 dan didefinisikan

penjumlahan ⊕ dan perkalian ⊙ di sebagai berikut:

sisa dari bila dibagi , dinotasikan mod ,

dan

sisa dari bila dibagi , dinotasikan mod .

Teorema 2.1.2

adalah lapangan bila dan hanya bila prima.

Bukti:

Akan dibuktikan dengan kontradiksi.

12  

Andaikan bukan bilangan prima dan untuk dua bilangan bulat

1 , . Jadi 0, 0. Tetapi 0 di . Disini

terdapat kontradiksi dengan Lemma 2.1.1 (ii). Jadi, bukan lapangan.

(⇐) Misalkan prima. Untuk setiap elemen tak nol , 0 ,

maka relatif prima terhadap . Jadi, menurut teorema dalam teori

bilangan, terdapat dua bilangan bulat , dengan 0 1

sedemikian hingga 1, maka 1 mod . Oleh karena

itu . Ini berarti sifat elemen invers terhadap perkalian dipenuhi.

Jadi adalah lapangan.

Untuk suatu ring , bilangan bulat 1 dan , dinotasikan

dengan atau yaitu banyaknya elemen

Definisi 2.1.8

Andaikan lapangan. Karakteristik dari adalah bilangan bulat positif

terkecil sedemikian hingga 1 0, dimana 1 adalah elemen identitas

terhadap perkalian di . Jika tidak terdapat yang demikian, maka

karakteristik dari didefinisikan sebagai 0.

13  

Teorema 2.1.3

Karakteristik dari suatu lapangan adalah 0 atau bilangan prima.

Bukti:

Jelas bahwa 1 bukan karakteristik dari lapangan karena 1 1 1 0.

Andaikan karakteristik dari suatu lapangan adalah bukan bilangan prima.

Misalkan untuk bilangan bulat positif 1 , . Jika diambil

1 dan 1, dimana 1 adalah elemen identitas terhadap perkalian

di , maka

1 1 1 1 1 1 0

Berdasarkan Lemma 2.1.1, maka 0 atau 0, berarti 1 0 atau

1 0. Oleh karena itu, terdapat kontradiksi dengan definisi karakteristik

lapangan . Jadi, karakteristik suatu lapangan adalah 0 atau bilangan prima.

Definisi 2.1.9

Suatu himpunan bagian E dari lapangan F yang juga merupakan lapangan

terhadap operasi di F disebut lapangan bagian.

Teorema 2.1.4

Lapangan berhingga dengan karakteristik memuat elemen untuk suatu

bilangan bulat 1.

14  

Bukti:

Pilih elemen dari . Klaim bahwa 0 , 1 , … , 1 adalah

elemen-elemen yang berbeda.

Buktinya, jika untuk suatu 0 1, maka

0

0 dan 0 1.

Karakteristik dari adalah , maka 0, atau .

Jika 0 , 1 , … , 1 , sudah dibuktikan. Selanjutnya,

pilih elemen di \ 0 , 1 , … , 1 . Klaim bahwa

adalah sepasang elemen yang saling berbeda untuk semua

0 , 1.

Buktinya, jika

(2.2)

Untuk semua 0 , , , 1, maka harus sama dengan .

Selain itu, dari persamaan 2.2 diperoleh

15  

Disini terdapat kontradiksi pada pemilihan . Karena , maka

persamaan 2.2 di atas dapat dinyatakan sebagai pasangan terurut

, , .

Karena hanya memiliki banyak elemen berhingga, maka dengan cara

yang sama dapat diperoleh elemen-elemen , , … , sedemikian

hingga

\ , , … , , 2 ,

Dan

, , … , .

Dengan cara yang sama, dapat ditunjukkan bahwa

adalah elemen-elemen yang berbeda untuk semua ,

1,2, … , . Jadi, | | .

B. Sistem Persamaan Linear

Sebuah garis yang terletak pada bidang dapat dinyatakan secara

aljabar dalam suatu persamaan berbentuk:

dimana , dan merupakan konstanta real, serta dan tidak

keduanya nol. Persamaan semacam ini disebut persamaan linear dengan

variabel dan . Secara umum didefinisikan persamaan linear dengan

variabel , , … , sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk

16  

dimana , , … , dan merupakan konstanta real. Variabel-variabel

dalam persamaan linear seringkali disebut sebagai faktor-faktor yang tidak

diketahui.

Definisi 2.2.1

Solusi dari persamaan linear adalah suatu

urutan dari bilangan , , … , sedemikian hingga persamaan tersebut

akan terpenuhi jika menggantikan , , … , . Kumpulan

semua solusi dari persamaan itu disebut himpunan solusi atau kadang kala

disebut sebagai solusi umum dari persamaan tersebut.

Definisi 2.2.2

Sejumlah tertentu persamaan linear dalam variabel , , … , disebut sistem

persamaan linear. Urutan sejumlah bilangan , , … , merupakan solusi

dari persamaan tersebut jika , , … , merupakan solusi

dari setiap persamaan di dalam sistem tersebut.

Suatu sistem persamaan yang memiliki paling tidak satu solusi dalam sistem

disebut konsisten, sedangkan sistem persamaan yang tidak memiliki solusi

disebut tidak konsisten.

17  

Perkalian matriks memiliki aplikasi penting dalam sistem persamaan

linear. Perhatikan sistem yang terdiri dari persamaan linear dengan faktor

yang tidak diketahui berikut ini:

Karena dua matriks adalah setara jika dan hanya jika entri-entri yang

bersesuaian adalah setara, maka kita dapat menukar persamaan dalam

sistem ini dengan persamaan matriks tunggal

Matriks 1 pada ruas kiri persamaan di atas dapat ditulis sebagai hasil

kali, sehingga diperoleh

……

Jika masing-masing matriks di atas disebut sebagai , dan , maka sistem

asli yang terdiri dari persamaan dengan faktor yang tidak diketahui telah

digantikan dengan persamaan matriks tunggal berikut ini

18  

Matriks pada persamaan di atas disebut matriks koefisien dari sistem

tersebut. Matriks yang diperbesar dari sistem tersebut diperoleh dengan

menggabungkan ke sebagai kolom terakhir, sehingga bentuk matriks yang

diperbesar menjadi

|

……

||||

Definisi 2.2.3

Operasi baris elementer pada suatu matriks adalah setiap satu dari tiga

operasi berikut ini:

1. Mengalikan baris dengan konstanta tak nol.

2. Menukar posisi dua baris.

3. Menambahkan kelipatan satu baris ke baris lainnya.

Definisi 2.2.4

Matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi adalah matriks yang memenuhi

sifat-sifat berikut ini:

1. Jika suatu baris tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka bilangan tak nol

pertama pada baris itu adalah 1. Bilangan 1 ini disebut 1 utama.

19  

2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris

ini akan dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari

matriks.

3. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya terdiri dari nol,

maka 1 utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang

lebih kanan dari 1 utama pada baris yang lebih tinggi.

4. Setiap kolom yang memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat-tempat

lainnya.

Matriks yang memenuhi tiga sifat pertama di atas disebut dalam bentuk eselon

baris.

Definisi 2.2.5

Dua matriks dikatakan ekivalen baris jika salah satu barisnya dapat diperoleh

dari baris yang lain dengan serangkaian operasi baris elementer.

Definisi 2.2.6

Kolom-kolom utama pada suatu matriks dalam bentuk eselon baris maupun

bentuk eselon baris tereduksi merupakan kolom-kolom yang mengandung 1

utama.

20  

Contoh 2.2.1

Selesaikan persamaan linear berikut ini

1 0 0 4 10 1 0 2 60 0 1 3 2

Sistem persamaan yang bersesuaian adalah

4 1

2 6

3 2

Karena , dan bersesuaian dengan 1 utama pada matriks yang

diperbesar maka ketiganya disebut sebagai variabel utama. Variabel-variabel

yang bukan utama (dalam hal ini ) disebut sebagai variabel bebas. Dengan

menyelesaikan variabel-variabel utama dalam bentuk variabel bebas akan

diperoleh

1 4

6 2

2 3

Dari bentuk persamaan-persamaan ini dapat ditetapkan nilai sebarang untuk

variabel bebas , misalnya , yang selanjutnya akan menentukan nilai

variabel-variabel utama , dan . Jadi akan terdapat tak terhingga

banyaknya solusi dengan solusi umumnya dinyatakan dalam rumus-rumus

21  

1 4 , 6 2 , 2 3 ,

Nilai-nilai sebarang yang ditetapkan untuk variabel-variabel bebas

biasanya disebut parameter.

Definisi 2.2.7

Suatu sistem persamaan linear disebut homogen jika semua bentuk

konstantanya adalah 0, yaitu sistem ini memiliki bentuk

0

0

0

Setiap sistem persamaan linear homogen adalah konsisten karena semua

sistem tersebut memiliki solusi 0, 0, … , 0. Solusi ini disebut

solusi trivial. Jika tedapat solusi lain, maka solusi-solusi yang bukan trivial

disebut solusi nontrivial.

Contoh 2.2.2

Selesaikan sistem persamaan linear homogen berikut

2 2 0

22  

2 3 0

2 0

0

Penyelesaian:

Matriks yang diperbesar untuk sistem tersebut adalah

21

10

21

10

122

1

03

01

111

1

0000

Dengan mereduksi matriks tersebut menjadi bentuk eselon baris, diperoleh

1 1 0 0 1 00 0 1 0 1 00 0 0 1 0 00 0 0 0 0 0

Sistem persamaan yang bersesuaian adalah

0

0

0

Dengan menyelesaikan variabel-variabel utama diperoleh

0

Jadi, solusi umumnya adalah

, , , 0, .

Perhatikan bahwa solusi trivial diperoleh jika 0.

23  

Teorema 2.2.1

Suatu sistem persamaan linear homogen dengan jumlah faktor yang tidak

diketahui lebih banyak dari jumlah persamaan, memiliki tak terhingga

banyaknya solusi.

Bukti:

Pada contoh 2.2.2 menggambarkan dua hal penting dalam penyelesaian sistem

persamaan linear homogen. Pertama, tidak satu pun dari ketiga operasi baris

elementer mengubah nol terakhir pada matriks yang diperbesar, sehingga

sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari

matriks yang diperbesar juga harus merupakan sistem yang homogen. Kedua,

tergantung apakah bentuk eselon baris tereduksi dari matriks yang diperbesar

memiliki suatu baris nol, jumlah persamaan dalam sistem yang tereduksi akan

sama atau lebih sedikit dari jumlah persamaan dalam sistem aslinya. Jadi, jika

suatu sistem homogen memiliki persamaan dengan faktor yang tidak

diketahui, dimana , dan jika di dalam bentuk eselon baris tereduksi dari

matriks yang diperbesar terdapat baris tak nol, maka akan diperoleh .

Selanjutnya sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris

tereduksi dari matriks yang diperbesar akan memiliki bentuk

… ∑ 0

… ∑ 0

24  

… ∑ 0

dimana , , … , adalah variabel-variabel utama dan ∑ menotasikan

jumlah-jumlah yang melibatkan variabel-variabel bebas . Dengan

menyelesaikan variabel-variabel utama akan menghasilkan

Seperti dalam contoh 2.2.2, dapat ditetapkan nilai-nilai sebarang untuk

variabel-variabel bebas pada sisi kanan sehingga didapatkan tak terhingga

banyaknya solusi untuk sistem tersebut.

C. Ruang Vektor atas Lapangan Berhingga

Definisi 2.3.1

Andaikan lapangan berhingga dengan orde . Suatu himpunan tak kosong

, dilengkapi penjumlahan dan perkalian skalar dengan elemen di disebut

ruang vektor atas jika memenuhi semua kondisi di bawah ini:

Untuk semua , , dan , :

i)

ii)

25  

iii) Terdapat elemen 0 dengan sifat 0 0 untuk semua

iv) Untuk setiap terdapat elemen di , disebut – sedemikian hingga

0

v)

vi)

vii)

viii)

ix)

x) Jika 1 adalah elemen identitas terhadap perkalian di , maka 1

Contoh 2.3.1

Misalkan himpunan semua vektor yang panjangnya dengan entri-entri di

sebagai berikut:

, , … ,

Didefinisikan penjumlahan vektor untuk secara per komponen,

menggunakan penjumlahan yang didefinisikan pada , sedemikian hingga,

jika

, , … , dan , , … ,

maka

, , … , .

26  

Didefinisikan juga perkalian skalar untuk secara per komponen,

sedemikian hingga, jika

, , … , dan

maka

, , … , .

Notasi merupakan vektor nol 0,0, … ,0 .

Pada akhirnya, dapat ditunjukkan bahwa memenuhi semua aksioma ruang

vektor. Jadi, merupakan suatu ruang vektor.

Kadang kala vektor , , … , dinyatakan secara sederhana

sebagai … .

Contoh 2.3.2

Misalkan terdiri dari suatu elemen tunggal, yang dinotasikan dengan 0, dan

didefinisikan

0 0 0 dan 0 0

untuk semua skalar . Dapat ditunjukkan bahwa semua aksioma ruang vektor

dipenuhi oleh . Ruang vektor ini disebut sebagai ruang vektor nol dan ditulis

0 .

27  

Definisi 2.3.2

Suatu himpunan bagian tak kosong dari ruang vektor disebut ruang

bagian dari jika sendiri merupakan ruang vektor terhadap penjumlahan

vektor dan perkalian skalar yang sama seperti di .

Teorema 2.3.1

Himpunan bagian tak kosong dari ruang vektor atas adalah ruang

bagian dari bila dan hanya bila:

i) Jika dan adalah vektor-vektor di , maka berada di .

ii) Jika di dan sebarang vektor pada , maka berada pada .

Bukti:

Jika adalah suatu ruang bagian dari ruang vektor atas , maka semua

aksioma ruang vektor terpenuhi, khususnya aksioma 1 dan 6 berlaku. Tetapi

aksioma-aksioma ini secara tepat adalah syarat (i) dan (ii).

Sebaliknya, diasumsikan syarat (i) dan (ii) berlaku. Karena syarat-

syarat ini merupakan aksioma 1 dan 6 dari ruang vektor, maka hanya perlu

ditunjukkan bahwa memenuhi kedelapan aksioma lainnya. Aksioma 2, 5, 7,

8, 9 dan 10 secara otomatis terpenuhi oleh vektor-vektor pada karena

aksioma-aksioma tersebut terpenuhi oleh semua vektor pada . Oleh karena

itu, untuk melengkapi bukti, hanya perlu dibuktikan bahwa aksioma 3 dan 4

terpenuhi oleh vektor-vektor pada .

28  

Misalkan adalah sebarang vektor pada . Menurut syarat (ii),

berada pada untuk setiap skalar . Dengan mengatur 0 diperoleh

0 0 berada pada . Dan dengan mengatur 1, maka 1

berada pada .

Suatu himpunan bagian tak kosong dari ruang vektor atas

disebut tertutup terhadap penjumlahan jika syarat (i) pada teorema 2.3.1

berlaku, dan dikatakan tertutup terhadap perkalian jika syarat (ii) berlaku.

Jadi, teorema 2.3.1 menyatakan bahwa adalah ruang bagian dari ruang

vektor atas bila dan hanya bila tertutup terhadap penjumlahan dan

tertutup terhadap perkalian skalar.

Definisi 2.3.3

Jika adalah suatu sistem persamaan linear, maka setiap vektor yang

memenuhi persamaan ini disebut sebagai vektor solusi dari sistem tersebut.

Vektor-vektor solusi dari suatu sistem linear yang homogen membentuk ruang

vektor yang disebut ruang solusi dari sistem tersebut.

Definisi 2.3.4

Dimisalkan ruang vektor atas . Kombinasi linear dari , , … ,

29  

adalah vektor berbentuk dimana , , … ,

adalah skalar.

Definisi 2.3.5

Dimisalkan ruang vektor atas . Suatu himpunan vektor-vektor

, , … , di bebas linear jika

0 0.

Himpunan vektor-vektor di dikatakan bergantung linear jika himpunan

tersebut tidak bebas linear, yaitu jika terdapat , , … , , tidak semua

nol, sedemikian hingga 0.

Definisi 2.3.6

Andaikan ruang vektor atas dan , , … , adalah himpunan

bagian tak kosong dari . Rentang dari didefinisikan sebagai berikut

| .

Jika , didefinisikan 0 .

Teorema 2.3.2

adalah ruang bagian dari ruang vektor .

Bukti:

30  

Menurut Teorema 2.3.1, adalah ruang bagian dari bila dan hanya

bila tertutup terhadap penjumlahan dan tertutup terhadap perkalian

skalar. Berdasarkan Definisi 2.3.5, merupakan himpunan semua

kombinasi linear dari elemen-elemen di dimana . Oleh karena itu,

tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian skalar. Jadi,

merupakan ruang bagian dari ruang vektor .

Teorema 2.3.3

Jika ruang bagian dari , maka .

Bukti:

Diketahui : ruang bagian dari

Dibuktikan :

Harus ditunjukkan dan

Andai : , , … ,

Akan dibuktikan:

Misal:

Maka dapat dinyatakan dalam bentuk kombinasi linear sebagai berikut

dimana , untuk semua 1,2, … , .

Karena adalah ruang bagian dari , maka hasil jumlahan dari elemen-

elemen di juga berada di . Jadi .

31  

Akan dibuktikan:

Misal :

Maka dapat dinyatakan sebagai berikut

0 0 1 0

Dengan kata lain, dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari

elemen-elemen di . Berdasarkan definisi rentang, maka .

Jadi, karena dan , maka .

Contoh 2.3.3

Jika 2 dan 0001, 0010, 0100 , maka

0000, 0001, 0010, 0100, 0011, 0101, 0110, 0111 .

Definisi 2.3.7

Andaikan ruang vektor atas . Himpunan bagian tak kosong

, , … , dari disebut basis untuk jika dan bebas

linear.

Teorema 2.3.4

Jika , , … , adalah basis dari , maka setiap vektor dapat

dinyatakan sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor di tepat dengan satu

cara sedemikian hingga

32  

untuk , , … , .

Bukti:

Karena adalah basis dari , maka bebas linear dan merentang . Dengan

demikian, setiap vektor pada dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear

dari vektor-vektor pada . Untuk melihat bahwa hanya terdapat satu cara

untuk menyatakan suatu vektor sebagai suatu kombinasi linear dari vektor-

vektor pada , dimisalkan vektor dapat ditulis sebagai

dan juga sebagai

.

Dengan mengurangkan persamaan kedua dengan persamaan pertama

menghasilkan

0 .

Karena ruas kanan dari persamaan di atas adalah suatu kombinasi linear dari

vektor-vektor pada dan bebas linear, maka diperoleh

0, 0, … , 0

berarti

, , … ,

Jadi, setiap vektor hanya dapat dinyatakan dalam bentuk

tepat dengan satu cara. ∎

33  

Definisi 2.3.8

Suatu ruang vektor tak nol disebut berdimensi terhingga jika terdiri dari

himpunan terhingga vektor-vektor , , … , yang membentuk suatu

basis. Jika tidak terdapat himpunan semacam ini, disebut sebagai

berdimensi takterhingga.

Teorema 2.3.5

Misalkan adalah suatu ruang vektor berdimensi terhingga dan

, , … , adalah basis sebarang.

a. Jika suatu himpunan memiliki vektor lebih dari , maka himpunan

tersebut bersifat tidak bebas linear.

b. Jika suatu himpunan memiliki vektor kurang dari , maka himpunan

tersebut bersifat merentang .

Bukti:

a. Misalkan , , … , adalah himpunan sebarang yang terdiri

dari vektor pada , dimana . Akan ditunjukkan bahwa tidak

bebas linear. Karena , , … , adalah suatu basis, maka setiap

dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor pada ,

misalkan

(2.3)

34  

Untuk menunjukkan bahwa tidak bebas linear, harus ditunjukkan

terdapat skalar-skalar , , … , yang tidak semuanya nol, sedemikian

hingga

0 (2.4)

Dengan menggunakan persamaan-persamaan pada (2.3), maka persamaan

(2.4) dapat ditulis kembali sebagai berikut

0

Jadi, dari kebebasan linear dari , masalah pembuktian bahwa adalah

himpunan tidak bebas linear hanya menjadi pembuktian bahwa terdapat

skalar-skalar , , … , yang tidak semuanya nol, yang memenuhi

0

0 (2.5)

0

35  

Tetapi (2.5) memiliki lebih banyak faktor yang tidak diketahui dibanding

jumlah persamaannya, sehingga berdasarkan teorema 2.2.1 terdapat

solusi-solusi nontrivial.

b. Misalkan , , … , adalah himpunan sebarang yang terdiri

dari vektor pada , dimana . Akan ditunjukkan bahwa tidak

merentang . Pembuktiannya akan dilakukan dengan menggunakan

kontradiksi, yaitu dengan mengasumsikan merentang .

Jika merentang , maka setiap vektor pada adalah kombinasi linear

dari vektor-vektor pada . Khususnya, setiap vektor basis adalah

kombinasi linear dari vektor-vektor pada , misalnya

(2.6)

Untuk memperoleh kontradiksi, akan ditunjukkan bahwa terdapat skalar

, , … , yang tidak semuanya nol sedemikian hingga

0 (2.7)

Tetapi perhatikan bahwa (2.6) dan (2.7) memiliki bentuk yang sama

dengan (2.3) dan (2.4) kecuali bahwa dan dipertukarkan dan

demikian pula untuk dan -nya. Jadi diperoleh

0

36  

0

0

Sistem linear ini memiliki lebih banyak faktor yang tidak diketahui

disbanding jumlah persamaannya. Oleh karena itu, menurut teorema 2.2.1

sistem tersebut memiliki solusi-solusi nontrivial.

Teorema 2.3.6

Semua basis untuk ruang vektor berdimensi terhingga memiliki jumlah vektor

yang sama.

Bukti:

Berdasarkan teorema 2.3.4, jika , , … , adalah basis sebarang

untuk ruang vektor , maka semua himpunan pada yang merentang dan

bebas linear harus memiliki tepat vektor. Jadi, semua basis untuk harus

memiliki jumlah vektor yang sama dengan basis sebarang .

Definisi 2.3.9

Banyaknya vektor dalam himpunan basis dari ruang vektor disebut dimensi

dari dan dinotasikan dim . Selain itu, ruang vektor nol didefinisikan

sebagai berdimensi nol.

37  

Teorema 2.3.7

Misalkan ruang vektor atas . Jika dim , maka

i) memiliki elemen.

ii) memiliki !∏ basis yang berbeda.

Bukti:

i) Jika , , … , adalah basis untuk , maka

, , … , .

Karena , maka terdapat pilihan untuk setiap , , … , . Oleh

karena itu, memiliki banyaknya elemen.

ii) Dimisalkan , , … , basis untuk . Karena 0, maka

terdapat 1 pilihan untuk . Untuk suatu basis, maka

. Jadi ada pilihan untuk . Dengan cara yang sama,

untuk setiap sedemikian hingga 2, , , … , ,

maka terdapat pilihan untuk . Oleh karena itu, terdapat

∏ urutan yang berbeda dari -tupel , , … , . Karena

urutan dari , , … , tidak diperhitungkan untuk suatu basis, maka

jumlah basis yang berbeda untuk adalah !∏ .

Definisi 2.3.10

Andaikan , , … , , , , … , .

38  

i) Hasil kali titik dari dan didefinisikan sebagai

.

ii) Dua vektor dan dikatakan ortogonal jika 0.

iii) Dimisalkan himpunan bagian tak kosong dari . Komplemen ortogonal

dari didefinisikan

0 .

Jika , maka .

Teorema 2.3.8

Jika merupakan ruang bagian dari ruang vektor untuk setiap himpunan

bagian dari , maka .

Bukti:

Jelas dipenuhi berdasarkan teorema 2.3.3.

Contoh 2.3.4

i) Misal 2 dan 4. Jika 1111 , 1110 , 1001 ,

maka

1 1 1 1 1 1 1 0 1,

1 1 1 0 1 0 1 1 0,

1 1 1 0 1 0 0 1 1.

39  

Jadi, dan ortogonal.

ii) Misal 2 dan 0100, 0101 . Untuk menentukan , diandaikan

. Maka

0100 0 0,

0101 0 0.

Jadi diperoleh 0. Karena dan dapat 0 atau 1, maka dapat

disimpulkan bahwa

0000, 1000, 0010, 1010 .

Definisi 2.3.11

Jika adalah suatu matriks , maka ruang bagian yang direntang oleh

vektor-vektor baris dari disebut ruang baris dari dan ruang bagian yang

direntang oleh vektor-vektor kolom dari disebut ruang kolom dari . Ruang

solusi dari sistem persamaan yang homogen 0 disebut ruang nul dari .

Teorema 2.3.9

Suatu persamaan linear adalah konsisten bila dan hanya bila berada

pada ruang kolom dari .

Bukti:

Misalkan

40  

……

… dan

Jika , , … , menotasikan vektor-vektor kolom dari , maka hasilkali

dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari vektor-vektor kolom

tersebut dengan koefisien-koefisien dari , yaitu

(2.8)

Jadi, suatu sistem linear yang terdiri dari persamaan dengan

variabel dapat ditulis sebagai

(2.9)

Dimana disimpulkan bahwa adalah konsisten bila dan hanya bila

dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor kolom dari ,

atau secara ekivalen, bila dan hanya bila berada pada ruang kolom dari .

Teorema 2.3.10

Operasi baris elementer tidak mengubah ruang nul suatu matriks.

Bukti:

Pada bagian awal telah diperkenalkan mengenai operasi baris elementer

dengan tujuan untuk menyelesaikan sistem linear, dan kemudian diketahui

bahwa melakukan operasi baris elementer terhadap suatu matriks yang

diperbesar tidak mengubah himpunan solusi dari sistem linear yang

bersesuaian. Ini berarti bahwa penerapan suatu operasi baris elementer

41  

terhadap suatu matriks tidak mengubah himpunan solusi dari sistem linear

0 yang bersesuaian, atau dengan kata lain, tidak mengubah ruang nul

dari .

Teorema 2.3.11

Operasi baris elementer tidak mengubah ruang baris suatu matriks.

Bukti:

Misalkan vektor-vektor baris dari matriks adalah , , … , , dan misalkan

diperoleh dari dengan melakukan suatu operasi baris elementer. Akan

ditunjukkan bahwa setiap vektor pada ruang baris dari juga terdapat pada

ruang baris dari , dan sebaliknya setiap vektor pada ruang baris dari juga

terdapat pada ruang baris dari .

Perhatikan kemungkinan berikut: jika operasi baris merupakan pertukaran

baris, maka dan memiliki vektor baris yang sama dan sebagai

konsekuensinya memiliki ruang baris yang sama. Jika operasi baris

merupakan perkalian dari suatu dengan suatu skalar tak nol atau penjumlahan

dari kelipatan satu baris dengan lainnya, maka vektor-vektor baris

, , … , dari adalah kombinasi linear dari , , … , . Jadi, vektor-

vektor tersebut terletak pada ruang baris dari . Oleh karena itu, setiap vektor

pada ruang baris dari berada pada ruang baris dari .

42  

Karena diperoleh dari dengan melakukan suatu operasi baris, dapat

diperoleh dari dengan melakukan operasi inversnya. Jadi, argumentasi di

atas menunjukkan bahwa ruang baris dari terletak pada ruang baris dari .

Teorema 2.3.12

Jika dan adalah matriks-matriks yang ekivalen baris, maka:

a. Suatu himpunan vektor-vektor kolom tertentu dari adalah bebas

linear bila dan hanya bila vektor-vektor kolom yang bersesuaian dari

adalah bebas linear.

b. Suatu himpunan vektor-vektor kolom tertentu dari membentuk suatu

basis untuk ruang kolom dari bila dan hanya bila vektor-vektor

kolom yang bersesuaian dari membentuk suatu basis untuk ruang

kolom dari .

Bukti:

a. Akan ditunjukkan bahwa hubungan kebebasan linear atau

ketidakbebasan linear yang terdapat diantara vektor-vektor kolom

sebelum dilakukan suatu operasi baris juga akan berlaku untuk kolom-

kolom yang bersesuaian pada matriks yang dihasilkan dari operasi

tersebut. Misalkan suatu matriks diperoleh dengan melakukan suatu

operasi baris elementer pada suatu matriks , . Berdasarkan

teorema 2.3.10, kedua sistem linear homogen

43  

0 dan 0

memiliki himpunan solusi yang sama. Jadi, sistem pertama memiliki

solusi nontrivial bila dan hanya bila hal yang sama berlaku untuk

sistem yang kedua. Tetapi jika vektor-vektor kolom dari dan

berturut-turut adalah

, , … , dan , , … ,

Maka menurut persamaan 2.8, kedua sistem tersebut dapat ditulis

kembali sebagai

0 (2.10)

Dan

0 (2.11)

Jadi, persamaan 2.10 memiliki solusi nontrivial untuk , , … ,

bila dan hanya bila hal yang sama berlaku untuk persamaan 2.11. Ini

mengimplikasikan bahwa vektor-vektor kolom dari adalah bebas

linear bila dan hanya bila hal yang sama berlaku untuk .

b. Menurut (a), vektor-vektor kolom dari bebas linear bila dan hanya

bila vektor-vektor kolom yang bersesuaian dari bebas linear.

Menurut persamaan 2.10 dan 2.11, vektor-vektor kolom dari dapat

dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear. Jadi, vektor-vektor kolom

dari dan bersifat merentang. Oleh karena itu, vektor-vektor kolom

dari membentuk suatu basis untuk ruang kolom dari bila dan

44  

hanya bila vektor-vektor kolom yang bersesuaian dari juga

membentuk basis untuk ruang kolom dari .

Teorema 2.3.13

Jika dan adalah matriks-matriks yang ekivalen baris, maka:

a. Vektor-vektor baris dengan 1 utama (yaitu vektor-vektor baris tak

nol) membentuk suatu basis untuk ruang baris dari ,

b. Vektor-vektor kolom dengan 1 utama dari vektor-vektor baris

membentuk suatu basis untuk ruang kolom dari .

Bukti:

a. Menurut teorema 2.3.11, operasi baris elementer tidak mengubah

ruang baris suatu matriks. Oleh karena itu, dan memiliki ruang

baris yang sama. Misalkan diketahui matriks adalah matriks eselon

berukuran yang diperoleh dari dengan melakukan operasi

baris elementer. Dimisalkan pula vektor baris pertama dari adalah

vektor-vektor baris tak nol sebagai berikut

0

0

0

0

0

0

0

……

… 0

Vektor-vektor baris dari adalah

, , … ,

45  

0, , … ,

0,0, … ,

Akan ditunjukkan bahwa vektor baris tak nol tersebut bebas linear.

Untuk itu harus dicari konstanta-konstanta , , … , dari persamaan

0

atau

, , … , 0,0, … ,0

Dilihat komponen pertama menghasilkan 0. Kemudian

komponen kedua, yaitu , karena 0 maka 0.

Dengan cara yang sama dapat dicari konstanta-konstanta berikutnya

hingga konstanta ke- , yaitu 0. Ini berarti bahwa vektor-vektor

tersebut bebas linear. Karena vektor baris dari membangun ruang

baris dari , maka vektor baris dari juga membangun ruang baris

dari . Jadi, ruang baris dari dan mempunyai dimensi , atau rank

baris dari matriks dan sama dengan .

b. Misalkan dan adalah matriks-matriks yang ekivalen baris dengan

ukuran . Misalkan pula bahwa matriks eselon dengan

vektor baris tak nol, yaitu baris-baris yang memuat 1 utama.

46  

Akan ditunjukkan bahwa dimensi ruang kolom dari matriks adalah

. Karena dan dua matriks yang ekivalen, maka dua sistem

persamaan linear homogen

0 dan 0

mempunyai himpunan solusi yang sama.

Misalkan , , … , adalah vektor-vektor kolom dari dan

, , … , adalah vektor-vektor kolom dari . Jika

, , … , , maka

Karena memenuhi kedua persamaan di atas atau tidak memenuhi

kedua persamaan, maka

0

bila dan hanya bila

0

Dengan demikian, setiap bentuk bergantung linear dari vektor kolom

di , vektor kolom yang berkaitan di juga bergantung linear, dengan

koefisien yang sama. Khususnya untuk vektor kolom dari yang

memuat 1 utama adalah bebas linear, vektor kolom yang berkaitan

dari juga bebas linear. Karena vektor kolom dari membangun

ruang kolom dari , maka vektor kolom yang berkaitan dari juga

47  

membangun ruang kolom dari . Oleh karena itu, ruang kolom dari

mempunyai dimensi , atau rank kolom dari matriks sama dengan .

Teorema 2.3.14

Jika adalah suatu matriks sebarang, maka ruang baris dan ruang kolom dari

memiliki dimensi yang sama.

Bukti:

Misalkan adalah bentuk eselon baris sebarang dari . Berdasarkan teorema

2.3.10, maka

dim (ruang baris dari dim (ruang baris dari

dan menurut teorema 2.3.11 b, maka

dim (ruang kolom dari dim (ruang kolom dari

jadi, bukti ini akan menjadi sempurna jika dapat ditunjukkan bahwa ruang

baris dan ruang kolom dari memiliki dimensi yang sama. Tetapi dimensi

ruang baris dari adalah banyaknya baris tak nol dan dimensi ruang kolom

dari adalah banyaknya kolom yang mengandung 1 utama (teorema 2.3.12).

Akan tetapi, baris-baris tak nol tepatnya merupakan baris-baris dimana

terdapat 1 utama, sehingga banyaknya 1 utama dan banyaknya baris tak nol

adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa ruang baris dan ruang kolom dari

memiliki dimensi yang sama.

48  

Definisi 2.3.12

Dimensi dari ruang baris dan ruang kolom dari suatu matriks disebut rank

dari dan dinyatakan sebagai rank( ). Dimensi ruang nul dari disebut

sebagai nulitas dari dan dinyatakan sebagai nulitas( ).

Contoh 2.3.5

Tentukan rank dan nulitas dari matriks

1324

2759

0222

4044

5164

3417

Penyelesaian:

Bentuk eselon baris tereduksi dari adalah

1000

0100

42

00

281200

371600

13500

(1)

Karena terdapat dua baris tak nol (atau secara ekivalen, dua 1 utama), ruang

baris dan ruang kolomnya berdimensi dua, sehingga rank( 2. Untuk

menentukan nulitas dari , harus ditentukan dimensi dari ruang solusi sistem

linear 0. Sistem ini dapat diselesaikan dengan mereduksi matriks yang

diperbesar menjadi bentuk eselon baris tereduksi. Matriks yang dihasilkan

akan identik dengan (1), kecuali dengan tambahan satu kolom nol terakhir,

dan sistem persamaan yang bersesuaian adalah

4 28 37 13 0

49  

2 12 16 5 0

Atau, untuk menyelesaikan variabel-variabel utama

4 28 37 13

2 12 16 5

Maka solusi umum dari sistem tersebut adalah

4 28 37 13

2 12 16 5 (2)

Atau secara ekivalen

421000

28120100

37160010

135

0001

(3)

Keempat vektor pada ruas kanan (3) membentuk basis untuk ruang solusi,

sehingga nulitas 4.

Teorema 2.3.15

Jika adalah suatu matriks dengan kolom, maka

50  

Bukti:

Karena memiliki kolom, maka sistem linear homogen 0 memiliki

variabel. Variabel ini terbagi dalam dua kategori, variabel utama dan variabel

bebas. Jadi,

Tetapi banyaknya variabel utama adalah sama dengan banyaknya 1 utama di

dalam bentuk eselon baris tereduksi dari , dan angka ini merupakan rank dari

. Jadi,

Banyaknya variabel bebas sama dengan nulitas dari . Hal ini terjadi karena

nulitas dari adalah dimensi ruang solusi dari 0, yang sama dengan

banyaknya parameter pada solusi umum, yang sama dengan banyaknya

variabel bebas. Jadi,

Dengan kata lain, teorema di atas menyatakan bahwa dimensi dari

ruang solusi sistem homogen 0 adalah , dimana adalah

banyaknya variabel dan adalah rank dari matriks koefisien . Teorema di

atas menunjukkan hubungan penting antara rank dan nulitas suatu matriks.

51  

Teorema 2.3.16

Andaikan himpunan bagian dari , maka

dim dim .

Bukti:

Misal dim 1 dan , , … , basis dari . Akan

ditunjukkan dim dim . Ingat bahwa bila dan

hanya bila

0,

yang sama artinya memenuhi 0, dimana adalah matriks

yang baris ke- nya adalah . Untuk lebih jelasnya, perhatikan sistem

persamaan di bawah ini:

0

0

0

Dapat diubah menjadi

……

00

0

Baris-baris di bebas linear, jadi 0 adalah sistem linear dari

persamaan bebas linear pada variabel. Berdasarkan teorema 2.3.15, sistem

tersebut merupakan ruang solusi berdimensi . ∎

52  

BAB III

PENGURAIAN DAN PENGELOLAAN KESALAHAN,

KODE LINEAR

A. Penguraian dan Pengelolaan Kesalahan

3.1.1 Saluran Komunikasi

Definisi 3.1.1.1

Alfabet kode adalah suatu himpunan , , … , berukuran ,

dimana merupakan bilangan bulat positif yang disebut simbol kode.

i) Kata q-ary dengan panjang atas adalah suatu barisan

… dimana untuk semua . Sama artinya, dapat

dipandang sebagai vektor , , … , .

ii) Kode blok q-ary dengan panjang atas adalah suatu himpunan tak

kosong dari kata -ary yang memiliki panjang sama dengan .

iii) Elemen dari disebut kata kode di .

iv) Jumlah dari kata kode di , dinotasikan dengan | |, disebut ukuran

dari .

v) Suatu kode blok dengan panjang dan ukuran dinyatakan sebagai

kode , .

53  

Pada kenyataannya, kode alfabet yang akan digunakan merupakan

lapangan berhingga dengan order .

Contoh 3.1.1.1

Suatu kode atas kode alfabet 0,1 disebut kode biner, simbol

kode untuk kode biner adalah 0 dan 1. Beberapa contoh kode biner

yaitu:

1. 00, 01, 10, 11 adalah kode 2,4 .

2. 000, 011, 101, 111 adalah kode 3,4 .

3. 0011, 0101, 1010, 1100, 1001, 0110 adalah kode 4,6 .

Definisi 3.1.1.2

Saluran komunikasi adalah suatu himpunan yang terdiri dari alfabet

saluran berhingga , , … , dengan probabilitas saluran

pengiriman Ƥ memenuhi

Ƥ 1

untuk semua .

54  

Definisi 3.1.1.3

Suatu saluran komunikasi disebut tanpa memori jika hasil dari setiap

satu pengiriman tidak bergantung dengan hasil pengiriman sebelumnya,

sedemikian hingga jika … dan … adalah kata

yang panjangnya , maka

Ƥ | Ƥ |

Definisi 3.1.1.4

Saluran simetri q-ary adalah saluran tanpa memori yang memiliki

saluran alfabet berukuran sedemikian hingga

i) Setiap simbol yang dikirim memiliki probabilitas sama 1 2⁄

dari simbol yang diterima dengan kesalahan.

ii) Jika suatu simbol diterima dengan kesalahan, maka setiap 1

kesalahan yang mungkin terjadi memiliki kemungkinan yang sama.

Secara khusus, saluran simetri biner (SSB) merupakan saluran tanpa

memori yang memiliki saluran alphabet 0,1 dan saluran probabilitas

Ƥ 1 |0 Ƥ 0 |1

Ƥ 0 |0 Ƥ 1 |1 1

55  

Jadi, probabilitas dari setiap bit kesalahan pada saluran simetri biner

adalah , disebut probabilitas penyeberangan jalan dari saluran

simetri biner.

Contoh 3.1.1.2

Andaikan kata kode dari kode 000, 111 akan dikirim melalui SSB

dengan probabilitas penyeberangan jalan 0,05. Misalkan kata 110

diterima. Di-sini akan dicoba untuk menemukan kata kode yang paling

mungkin dikirim dengan menghitung saluran probabilitas pengiriman:

Ƥ 110 |000

Ƥ 1 |0 Ƥ 0 |0

0,05 0,95

0,002375

Ƥ 110 |111

Ƥ 1 |1 Ƥ 0 |1

0,95 0,05

0,045125

Karena probabilitas yang kedua lebih besar dari pada yang pertama,

dapat di-simpulkan bahwa 111 adalah kata kode yang lebih mungkin

dikirim.

56  

3.1.2 Penguraian Kemungkinan Maksimum

Pada saluran komunikasi dengan kode, hanya kata kode yang akan

dikirim. Diandaikan kata diterima. Dalam hal ini, diketahui bahwa

kesalahan mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu aturan

untuk dapat menemukan kata kode yang mungkin dikirim. Aturan

seperti itu disebut sebagai aturan penguraian.

Definisi 3.1.2.1

Andaikan kata kode dari kode akan dikirim melalui saluran

komunikasi. Jika kata diterima, maka akan dihitung probabilitas

saluran pengiriman

Ƥ |

untuk semua kata kode . Aturan penguraian kemungkinan

maksimum akan menyimpulkan bahwa adalah kata kode yang paling

mungkin dikirim jika memiliki probabilitas saluran pengiriman paling

besar, sedemikian hingga:

Ƥ | Ƥ |

Aturan penguraian kemungkinan maksimum terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penguraian kemungkinan maksimum lengkap. Jika kata diterima,

akan dicari kata kode yang paling mungkin dikirim. Jika terdapat

57  

lebih dari satu kata kode yang memiliki probabilitas paling besar,

maka dipilih satu diantaranya.

2. Penguraian kemungkinan maksimum tak lengkap. Jika kata

diterima, akan dicari kata kode yang paling mungkin dikirim. Jika

terdapat lebih dari satu kata kode yang memiliki probabilitas paling

besar, maka dilakukan pengiriman ulang.

3.1.3 Jarak Hamming

Misalkan kata kode dari suatu kode akan dikirim melalui SSB dengan

probabilitas penyeberangan 1 2⁄ . Jika kata diterima, maka untuk

setiap kata kode probabilitas saluran pengirimannya diberikan

sebagai berikut

Ƥ | 1

dimana adalah panjang dari , dan adalah jumlah kedudukan dimana

dan berbeda. Karena 1 2⁄ , berarti 1 , jadi

probabilitasnya bernilai besar untuk nilai yang besar dari , atau

untuk nilai yang kecil dari . Oleh karena itu, probabilitasnya

dimaksimumkan dengan pemilihan kata kode dan sekecil mungkin.

58  

Definisi 3.1.3.1

Andaikan dan kata dengan panjang atas alfabet . Jarak Hamming

dari ke , dinotasikan , , didefinisikan sebagai jumlah tempat

dimana dan berbeda. Jika … dan … , maka

, , , , (3.1)

dimana dan dianggap sebagai kata yang panjangnya 1, dan

, 1 0

Contoh 3.1.3.1

Misalkan 0,1 dan andaikan 01010, 01101, 11101.

Maka

, 3

, 1

, 4

Teorema 3.1.3.1

Andaikan , , kata yang panjangnya atas . Maka

i) 0 ,

ii) , 0 bila dan hanya bila

iii) , ,

iv) , , ,

59  

Bukti:

Untuk (i), (ii) dan (iii) jelas terpenuhi berdasarkan definisi jarak

Hamming diatas. Berikut ini akan dibuktikan sifat keempat dengan

menggunakan persamaan (3.1) di atas. Jika , maka (iv) jelas benar

karena , 0. Jika , maka atau . Jadi (iv) benar.

3.1.4 Penguraian Jarak Minimum

Definisi 3.1.4.1

Andaikan kata kode dari kode akan dikirim melalui saluran

komunikasi. Jika kata diterima, aturan penguraian jarak minimum

akan menguraikan menjadi jika , paling kecil diantara

semua kata kode di , sedemikian hingga

, , (3.2)

Sama seperti penguraian kemungkinan maksimum, aturan penguraian

jarak minimum juga dibedakan menjadi dua yaitu penguraian lengkap

dan tak lengkap. Untuk suatu kata yang diterima, jika dua atau lebih

kata kode memenuhi persamaan (3.2) di atas, maka aturan penguraian

lengkap memilih satu diantaranya sebagai kata yang paling mungkin

60  

dikirim, sedangkan aturan penguraian tak lengkap meminta dilakukan

pengiriman ulang.

Teorema 3.1.4.1

Untuk SSB dengan probabilitas penyeberangan 1 2⁄ , aturan

penguraian kemungkinan maksimum sama dengan aturan penguraian

jarak minimum.

Bukti:

Misalkan merupakan kode yang digunakan dan adalah kata yang

diterima (dengan panjang ). Untuk setiap vektor yang panjangnya ,

dan untuk setiap 0 ,

, Ƥ | 1

Karena 1 2⁄ , maka

1 1 1 1

Berdasarkan definisi 3.1.2.1, aturan penguraian kemungkinan

maksimum menguraikan menjadi sehingga

Ƥ | adalah nilai yang terbesar, dengan kata lain

nilai , paling kecil. Jadi, aturan penguraian kemungkinan

maksimum sama dengan aturan penguraian jarak minimum.

61  

Mulai sekarang, diasumsikan bahwa semua SSB memiliki

probabilitas penyeberangan 1 2⁄ . Akibatnya, dapat digunakan

aturan penguraian jarak minimum untuk menunjukkan penguraian

kemungkinan maksimum.

Contoh 3.1.4.1

Misal 000, 0011, 1000, 1100, 0001, 1001 adalah suatu kode

biner. Kata kode di akan dikirim melalui SSB. Andaikan diterima

0111, maka

0111, 0000 3

0111, 0011 1

0111, 1000 4

0111, 1100 3

0111, 0001 2

0111, 1001 3

Dengan menggunakan aturan penguraian jarak minimum, diuraikan

menjadi 0011.

62  

3.1.5 Jarak Suatu Kode

Definisi 3.1.5.1

Untuk suatu kode yang memuat paling tidak dua kata, jarak dari ,

dinotasikan , adalah

, | , ,

Definisi 3.1.5.2

Suatu kode dengan panjang , ukuran dan jarak dinyatakan sebagai

kode , , . Nilai , dan disebut parameter dari kode.

Contoh 3.1.5.1

Suatu kode biner 00000, 00111, 11111 . Maka 2 karena

00000, 00111 3

00000, 11111 5

00111, 11111 2

Jadi, adalah kode biner 5,3,2 .

Jarak suatu kode berhubungan dengan kemampuan deteksi

kesalahan dan koreksi kesalahan dari kode tersebut.

63  

Definisi 3.1.5.3

Misal adalah bilangan bulat positif. Suatu kode mendeteksi u-

kesalahan jika perubahan setiap kata kode pada posisi tidak

menghasilkan kata kode yang lain. Kode tepat mendeteksi -

kesalahan jika mendeteksi -kesalahan tetapi tidak mendeteksi

1 -kesalahan.

Contoh 3.1.5.2

Kode biner 00000, 00111, 11111 mendeteksi 1-kesalahan

karena perubahan setiap kata kode pada satu posisi tidak menghasilkan

kata kode yang lain. Dengan kata lain,

00000 00111 membutuhkan perubahan tiga posisi

00000 11111 membutuhkan perubahan lima posisi

00111 11111 membutuhkan perubahan dua posisi

Jadi, tepat mendeteksi 1-kesalahan, dengan merubah dua posisi

pertama dari 00111 akan menghasilkan kata kode lainnya, yaitu 11111

(jadi bukan kode pendeteksi 2-kesalahan).

Teorema 3.1.5.1

Suatu kode adalah pendeteksi -kesalahan bila dan hanya bila

1,

64  

dengan kata lain kode dengan jarak merupakan kode tepat pendeteksi

1 -kesalahan.

Bukti:

Diandaikan 1. Jika dan terdapat sedemikian

hingga 1 , , maka . Oleh karena itu,

pendeteksi -kesalahan.

Andaikan 1, dengan kata lain , maka

terdapat , sedemikian hingga 1 , . Oleh

karena itu, mulai dengan pemilihan dan kesalahan 1

sedemikian hingga menghasilkan kata , yaitu kata kode yang lain

di . Jadi, bukan kode pendeteksi -kesalahan.

Definisi 3.1.5.4

Misal adalah bilangan bulat positif. Suatu kode adalah pengoreksi

-kesalahan jika penguraian jarak minimum mampu mengoreksi

kesalahan atau kurang, diasumsikan aturan penguraian tak lengkap

digunakan. Kode tepat mengoreksi -kesalahan jika mengoreksi -

kesalahan tetapi tidak mengoreksi 1 -kesalahan.

Contoh 3.1.5.3

Andaikan kode biner 000, 111 . Dengan menggunakan aturan

65  

penguraian jarak minimum, dapat dilihat bahwa:

i) Jika 000 dikirim dan terjadi satu kesalahan pada pengiriman, maka

kata yang diterima 000, 010 atau 001 akan diuraikan menjadi 000.

ii) Jika 111 dikirim dan terjadi satu kesalahan pada pengiriman, maka

kata yang diterima 110, 101 atau 011 akan diuraikan menjadi 111.

Pada semua kasus, kesalahan tunggal akan diperbaiki. Oleh karena itu,

merupakan kode pengoreksi 1-kesalahan.

Jika terjadi paling sedikit dua kesalahan, aturan penguraian akan

menghasilkan kata kode yang salah. Sebagai contoh, jika 000 dikirim

dan 011 diterima, maka 011 akan diuraikan menjadi 111 menggunakan

aturan penguraian jarak minimum. Jadi, adalah kode pengoreksi tepat

1-kesalahan.

Teorema 3.1.5.2

Suatu kode adalah pengoreksi -kesalahan bila dan hanya bila

2 1, dengan kata lain kode dengan jarak merupakan kode

pengoreksi tepat 1 2⁄ -kesalahan. Disini, adalah bilangan

bulat terbesar kurang dari atau sama dengan .

Bukti:

(⇐) Diandaikan 2 1. Misal kata kode yang dikirim dan

kata yang diterima. Jika terjadi kesalahan atau kurang pada

66  

pengiriman, maka , . Oleh karena itu, untuk setiap kata kode

, , maka

, , ,

2 1

1

,

Jadi, akan diuraikan menjadi jika aturan penguraian jarak minimum

digunakan. Ini menunjukkan bahwa adalah kode pengoreksi -

kesalahan.

(⇒) Andaikan pengoreksi -kesalahan. Jika 2 1, maka

terdapat kata kode yang berbeda , dengan , 2 .

Diklaim bahwa jika dikirim dan terjadi paling banyak -kesalahan,

maka penguraian jarak minimum akan menguraikan kata yang diterima

sebagai , atau jarak antara kata yang dikirim terhadap sama dengan

jarak antara kata yang diterima dengan . Akan ditunjukkan terdapat

kontradiksi dengan asumsi bahwa pengoreksi -kesalahan.

Jika , 1, maka akan diuraikan menjadi dengan paling

banyak -kesalahan, dan kesalahan tidak dapat dikoreksi karena juga

di . Jadi terdapat kontradiksi dengan asumsi bahwa pengoreksi -

kesalahan.

67  

Selanjutnya diasumsikan bahwa dan berbeda tepat pada

posisi pertama, dimana 1 2 . Jika disimbolkan sebagai

berikut:

Jika adalah kata yang diterima, maka

, ,

Jadi, , , , pada kasus ini diuraikan sebagai , atau

, , .

B. Kode Linear

3.2.1 Kode Linear

Definisi 3.2.1. 1

Kode linear dengan panjang atas adalah ruang bagian dari .

Definisi 3.2.1.2

Andaikan kode linear di .

i) Kode dual dari adalah

0,

68  

ii) Dimensi dari kode linear adalah dimensi dari sebagai ruang

vektor atas , dinotasikan dim .

Teorema 3.2.1.1

Andaikan kode linear dengan panjang atas . Maka,

i) | |

ii) adalah kode linear dan dim dim

iii)

Bukti:

i) Jelas dipenuhi berdasarkan teorema 2.2.4.

ii) Menurut teorema 2.2.5 dan teorema 2.2.7 jelas dipenuhi pula.

iii) Untuk membuktikan maka harus ditunjukkan bahwa

. Misal . Untuk menunjukkan bahwa , harus

ditunjukkan 0 untuk semua . Karena dan ,

berdasarkan definisi , maka 0. Jadi .

Kode linear yang panjangnya dan berdimensi atas

disebut kode -ary , atau, jika konteksnya jelas , dapat disebut

kode , . Dapat juga dinyatakan kode linear , . Jika jarak dari

kode diketahui , seringkali ditunjukkan sebagai kode linear , , .

69  

Definisi 3.2.1.3

Misal adalah suatu kode linear.

i) self-orthogonal jika .

ii) self-dual jika .

Teorema 3.2.1.2

i) Dimensi dari suatu kode self-ortogonal dengan panjang harus

2⁄ .

ii) Dimensi dari kode self-dual dengan panjang adalah 2⁄ .

Bukti:

i) Berdasarkan definisi 3.2.1.3, kode self-orthogonal jika .

Berarti dim dim . Diandaikan dim 2⁄ . Menurut

teorema 3.2.1.1,

dim dim

dim dim

2⁄

Terdapat kontradiksi. Jadi dim harus 2⁄ .

ii) Berdasarkan definisi 3.2.1.3, kode self-dual jika . Berarti

dim dim . Diandaikan dim 2⁄ . Misal dim

2⁄ . Menurut teorema 3.2.1.1,

dim dim

70  

dim dim

2⁄

Terdapat kontradiksi. Jadi dim 2⁄ .

3.2.2 Bobot Hamming dari Kode Linear

Ingat bahwa jarak Hamming , antara dua kata , telah

dibahas pada sub-subab 3.

Definisi 3.2.2.1

Misalkan adalah kata di . Bobot Hamming dari , dinotasikan

dengan , didefinisikan sebagai jumlah koordinat tak nol di ,

sedemikian hingga

,

dimana adalah kata nol, yaitu kata yang semua elemennya 0.

Untuk setiap elemen di , bobot Hamming dapat

didefinisikan sebagai berikut

, 0 1 00 0

Jika ditulis sebagai … , maka bobot Hamming dari

71  

dapat didefinisikan demikian

Lemma 3.2.2.1

Jika , , maka , .

Bukti:

Untuk , , menurut definisi 3.1.3.1 , 0 jika . Hal

itu benar bila dan hanya bila 0 atau, dengan kata lain,

0.

Lemma 3.2.2.2

Jika , , maka , .

Bukti:

Dimisalkan … dan … di . Untuk semua

, 1 , 1 bila dan hanya bila . Oleh karena itu,

pasa-ngan , menyumbang 1 ke bila dan hanya bila

pasangan , menyumbang 1 ke , . Jadi, , , .

Definisi 3.2.2.2

Misal … dan … di , maka

72  

… .

Definisi 3.2.2.3

Andaikan suatu kode. Bobot Hamming minimum dari , dinotasikan

, adalah bobot terkecil dari kata kode tak nol di .

Teorema 3.1.7.1

Misal kode linear atas . Maka .

Bukti:

Berdasarkan lemma 3.2.2.1, untuk setiap kata , maka ,

. Menurut definisi 3.2.2.3, terdapat , sedemikian

hingga , . Jadi diperoleh

,

karena .

Untuk selanjutnya, diasumsikan 0 atau dinotasikan \ 0 .

Terdapat \ 0 sedemikian hingga . Jadi diperoleh

, 0 .

Karena dan , maka .

73  

Contoh 3.2.2.1

Misal adalah kode linear biner 0000, 1000, 0100, 1100 . Bobot dari

setiap kata kode tak nol dari adalah sebagai berikut:

1000 1

0100 1

1100 2

Jadi, 1.

Di bawah ini disebutkan beberapa keuntungan dari kode linear

sebagai berikut:

a) Kode linear merupakan ruang vektor. Oleh karena itu, kode tersebut

dapat digambarkan secara lengkap dengan menggunakan basis (akan

ditunjukkan dalam subbab berikutnya).

b) Jarak dari suatu kode linear sama dengan bobot terkecil dari kata

kode tak nol dalam kode tersebut.

3.2.3 Basis untuk Kode Linear

Diingatkan kembali mengenai dua fakta dari aljabar linear:

a) Setiap matriks atas dapat diuraikan menjadi bentuk eselon

baris (BEB) atau bentuk eselon baris tereduksi (BEBT) melalui

74  

serangkaian operasi baris elementer. Dengan kata lain, suatu matriks

ekivalen baris dengan matriks yang lain pada BEB atau BEBT.

b) Untuk suatu matriks yang diberikan, BEBTnya tunggal, tapi

mungkin memiliki BEB yang berbeda.

Berikut ini akan diperkenalkan tiga algoritma untuk mencari basis

dari suatu kode:

Algoritma 3.1

Masukan : himpunan bagian tak kosong dari

Keluaran: basis untuk , kode linear yang dibangun oleh

Langkah-langkah : Bentuk matriks dimana baris-barisnya adalah kata-

kata di . Gunakan operasi baris elementer untuk mendapatkan bentuk

eselon baris dari . Kemudian baris-baris tak nol pada bentuk eselon

baris dari merupakan basis untuk .

Berdasarkan teorema 2.3.13, maka algoritma di atas mengha-

silkan basis untuk ruang baris dari matriks , yaitu basis untuk kode .

75  

Contoh 3.2.3.1

Tentukan basis untuk , dimana

11110, 01111, 10001 .

111100111110001

111100111101111

111100111100000

Jadi, 11110, 01111 adalah basis untuk .

Algoritma 3.2

Masukan : himpunan bagian tak kosong dari

Keluaran: basis untuk , kode linear yang dibangun oleh

Langkah-langkah : Bentuk matriks dimana kolom-kolomnya adalah

kata-kata di . Gunakan operasi baris elementer untuk mendapatkan

pada bentuk eselon baris dan akan diperoleh kolom-kolom utama pada

bentuk eselon baris. Selanjutnya kolom-kolom dari pada bentuk awal

yang berkorespondensi dengan kolom utama merupakan basis untuk .

76  

Berdasarkan teorema 2.3.13, maka algoritma di atas juga

menghasilkan basis untuk ruang kolom dari matriks , yaitu basis untuk

kode .

Contoh 3.2.3.2

Misal 2. Tentukan basis untuk , dimana

11101, 10110, 01011, 11010 .

11011011110001111010

11010110000101110111

11010110000101110000

1101011000010001000

11010110000100000000

Karena kolom 1, 2 dan 4 pada bentuk eselon baris adalah kolom utama,

maka berdasarkan algoritma 3.2, kolom-kolom dari matriks pada

bentuk awal yang bersesuaian dengan kolom utama merupakan basis

untuk . Jadi, 11101, 10110, 11010 adalah basis untuk .

Algoritma 3.3

Masukan : himpunan bagian tak kosong dari

Keluaran: basis untuk kode dual , dimana

Langkah-langkah : Bentuk matriks dimana baris-barisnya adalah kata

di . Gunakan operasi baris elementer untuk mengubah menjadi

77  

bentuk eselon baris tereduksi. Andai matriks yang terdiri dari

semua baris tak nol pada bentuk eselon baris tereduksi sebagai berikut:

0

Matriks memuat kolom utama. Ubah urutan kolom dari menjadi

bentuk

|

dimana merupakan matriks identitas . Bentuk matriks

sebagai berikut:

|

dimana adalah transpose dari .

Contoh 3.2.3.3

Tentukan basis untuk kode dual dimana

11101, 10110, 01011, 11010 .

11101101100101111010

11101101100101100111

11101010110101100111

11101010110000000111

11101010110011100000

10001010110011100000

Diperoleh

78  

|10001010110011100000

Selanjutnya dibentuk matriks sebagai berikut

| 0 1 1 1 01 1 1 0 1

Jadi, 01110, 11101 adalah basis untuk kode dual .

3.2.4 Matriks Generator dan Matriks Pemeriksa

Definisi 3.2.4.1

i) Matriks generator untuk kode linear adalah matriks dimana

baris-barisnya merupakan basis untuk .

ii) Matriks pemeriksa untuk kode linear adalah matriks generator

untuk kode dual .

Teorema 3.2.4.1

i) Jika adalah kode linear , , maka matriks generator untuk

adalah matriks dan matriks pemeriksa untuk adalah matriks

.

ii) Algoritma 3.3 pada subbab 3.2.3 dapat digunakan untuk mencari

matriks generator dan matriks pemeriksa untuk suatu kode linear.

iii) Matriks generator untuk suatu kode linear berjumlah lebih dari satu.

79  

iv) Baris-baris dari suatu matriks generator adalah bebas linear. Hal

yang sama juga dipenuhi oleh baris-baris pada matriks pemeriksa.

Bukti:

i) Diandaikan adalah kode linear , , maka memiliki panjang

dan berdimensi . Berdasarkan definisi 3.2.4.1, maka matriks

generator untuk berukuran . Selanjutnya akan ditunjukkan

bahwa matriks pemeriksa untuk berukuran . Menurut

teorema 3.2.1.1 bagian (ii), dim dim . Oleh karena

itu, diperoleh

dim dim

dim dim

dim

Jadi, berdasarkan definisi 3.2.4.1 dapat disimpulkan bahwa matriks

pemeriksa untuk berukuran .

ii) Jelas dipenuhi berdasarkan penjelasan pada algoritma 3.3 subbab

sebelumnya.

iii) Jika basis dari suatu kode linear telah ditentukan, maka dapat

dibentuk suatu matriks generator. Selanjutnya jika dilakukan

permutasi baris-baris dari matriks generator tersebut akan

menghasilkan matriks generator yang berbeda.

80  

iv) Jelas dipenuhi berdasarkan definisi matriks generator dan matriks

pemeriksa di atas.

Definisi 3.2.4.2

i) Matriks generator dengan bentuk | dikatakan bentuk standar.

ii) Matriks pemeriksa dalam bentuk | dikatakan bentuk standar.

Lemma 3.2.4.1

Andaikan kode linear , atas , dengan matriks generator .

Maka:

i) termasuk di bila dan hanya bila ortogonal dengan

setiap baris di , secara simbolik: 0.

ii) Secara khusus, jika diberikan matriks berukuran ,

maka adalah matriks pemeriksa untuk bila dan hanya bila baris-

baris dari bebas linear dan 0.

Bukti:

i) Andaikan adalah baris ke- dari . Oleh karena itu,

untuk semua 1 , dan setiap dapat dinyatakan sebagai

kombinasi linear

dimana , , … , .

81  

Jika , maka 0 untuk semua . Jadi ortogonal

dengan untuk semua 1 , sedemikian hingga 0.

Sebaliknya, jika 0 untuk semua 1 , maka untuk

semua ,

0

Jadi, .

ii) Jika matriks pemeriksa untuk , maka baris-baris di bebas

linear. Karena baris-baris di adalah kata kode di , maka

0.

Sebaliknya, jika 0, maka baris-baris di termuat dalam

. Karena baris-baris di bebas linear, maka ruang baris dari

berdimensi . Jadi ruang baris dari adalah . Dengan kata

lain, adalah matriks pemeriksa untuk .

Teorema 3.2.4.2

Misal kode linear , atas , dengan matriks pemeriksa . Maka

i) termasuk di bila dan hanya bila ortogonal dengan setiap

baris di , atau secara simbolik .

82  

ii) Secara khusus, jika diberikan matriks berukuran , maka

adalah matriks generator untuk bila dan hanya bila baris-baris di

bebas linear dan 0.

Bukti:

i) (⇒) Andaikan adalah baris ke- dari . Oleh karena itu,

untuk semua 1 , dan setiap dapat dinyatakan sebagai

kombinasi linear

dimana , , … , .

Jika , maka 0 untuk semua . Jadi ortogonal

dengan untuk semua 1 , sedemikian hingga 0.

Sebaliknya, jika 0 untuk semua 1 , maka untuk

semua ,

0

Jadi, .

ii) Jika matriks generator untuk , maka baris-baris di bebas

linear. Karena baris-baris di adalah kata kode di , maka 0.

83  

Sebaliknya, jika 0, maka baris-baris di termuat dalam

. Karena baris-baris di bebas linear, maka ruang baris dari

berdimensi . Jadi ruang baris dari adalah . Dengan kata lain,

adalah matriks generator untuk .

Teorema 3.2.4.3

Andaikan kode linear dan matriks pemeriksa untuk . Maka

i) memiliki jarak bila dan hanya bila setiap 1 kolom di

bebas linear.

ii) memiliki jarak bila dan hanya bila memiliki kolom yang

bergantung linear.

Bukti:

i) Andaikan , , … , adalah kata dengan bobot 0.

Dimisalkan koordinat tak nol pada posisi , , … , , maka 0

jika , , … , . Misal 1 menotasikan kolom ke-

di .

Berdasarkan lemma 3.2.4.1, memuat kata taknol

, , … , dengan bobot bila dan hanya bila

bila dan hanya bila kolom di bergantung linear.

84  

Untuk menunjukkan bahwa jarak dari sama artinya dengan

menyatakan bahwa tidak memuat kata tak nol dengan bobot

1, yang ekivalen dengan mengatakan bahwa setiap 1

kolom atau kurang di bebas linear.

ii) Untuk menunjukkan bahwa jarak dari sama artinya dengan

menyatakan bahwa memuat kata tak nol dengan bobot , yang

ekivalen dengan menyatakan bahwa memiliki kolom yang

bergantung linear.

Akibat dari teorema di atas adalah sebagai berikut:

Jika dimisalkan adalah kode linear dan matriks pemeriksa untuk ,

maka pernyataan di bawah ini ekivalen:

i) memiliki jarak .

ii) Setiap 1 kolom dari bebas linear dan memiliki kolom

yang bergantung linear.

Contoh 3.2.4.1

Misal kode linear biner dengan matriks pemeriksa

101001101001001

85  

Dengan pemeriksaan dapat dilihat bahwa tidak terdapat kolom nol dan

tidak ada dua kolom di yang jumlahnya , jadi setiap dua kolom di

bebas linear. Akan tetapi, hasil jumlahan kolom 1, 3 dan 4 adalah ,

jadi ketiga kolom tersebut bergantung linear. Oleh karena itu, jarak dari

adalah 3.

Teorema 3.2.4.4

Jika | adalah matriks generator bentuk standar dari kode

, , maka matriks pemeriksa untuk adalah | .

Bukti:

Dengan jelas persamaan 0 dipenuhi. Dengan mengingat

koordinat terakhir, jelas bahwa baris-baris di bebas linear. Jadi,

berdasarkan lemma 3.2.4.1 bagian (ii), adalah matriks pemeriksa

untuk .

3.2.5 Ekivalensi dari Kode Linear

Definisi 3.2.5.1

Dua kode , atas dikatakan ekivalen jika salah satu diantaranya

dapat diperoleh dari yang lain dengan kombinasi operasi-operasi di

bawah ini:

86  

i) Permutasi dari digit dalam kata kode tersebut.

ii) Perkalian simbol-simbol pada posisi tertentu dengan suatu skalar tak

nol.

Teorema 3.2.5.1

Setiap kode linear ekivalen dengan kode linear yang memiliki

matriks

generator pada bentuk standar.

Bukti:

Jika matriks generator untuk , pada bentuk eselon baris tereduksi.

Susun kembali kolom-kolom pada bentuk eselon baris tereduksi

sehingga diperoleh kolom-kolom utama dan matriks identitas. Matriks

yang dihasilkan, , pada bentuk standar merupakan matriks generator

untuk kode ekivalen dengan kode .

Contoh 3.2.5.1

Misal kode linear biner dengan matriks generator

110000100100110001001

Susun kembali kolom-kolom matriks dengan urutan 1, 3, 4, 2, 5, 6, 7

dihasilkan

87  

100010001

100100110001

Jika kode yang dibangun oleh , maka ekivalen dengan dan

memiliki matriks generator , yang dalam bentuk standar.

3.2.6 Pengkodean Kode Linear

Andaikan kode linear , , atas lapangan berhingga .

Setiap kata kode di menunjukkan satu potong informasi, jadi dapat

menunjukkan potong informasi yang berbeda. Terdapat basis tertentu

, , … , untuk , setiap kata kode , atau dengan kata lain, setiap

potong informasi, dapat ditulis secara tunggal sebagai suatu

kombinasi linear,

dimana , , … , .

Sama artinya, himpunan sebagai matriks generator dari

dimana barisnya adalah vektor dari basis yang dipilih. Diberikan

vektor , , … , , maka

88  

adalah kata kode di . Sebaliknya, setiap dapat ditulis secara

tunggal sebagai dimana , , … , . Jadi, setiap

kata dapat dikodekan menjadi .

Definisi 3.2.6.1

Proses yang menunjukkan bahwa elemen di dapat dipandang

sebagai kata kode di disebut pengkodean.

Contoh 3.2.6.1

Misalkan kode linear biner 5,3 dengan matriks generator

101100101100101

Maka pesan 101 dikodekan menjadi

101101100101100101

10011

Beberapa keuntungan memiliki matriks generator dari suatu

kode linear pada bentuk standar adalah sebagai berikut:

1) Jika kode linear memiliki matriks generator bentuk standar,

| , maka berdasarkan algoritma 3.3 dapat diperoleh

|

89  

yang merupakan matriks pemeriksa untuk .

2) Jika kode linear , , memiliki matriks generator pada

bentuk standar, | , maka dapat diperoleh pesan dari kata

kode karena

| |

Sedemikian hingga, digit pertama pada kata kode

merupakan pesan , dan disebut digit pesan. Selanjutnya,

digit sisanya disebut digit pemeriksa. Digit pemeriksa menunjukkan

redundansi/kelebihan yang ditambahkan pada pesan untuk

perlindungan terhadap gangguan.

3.2.7 Penguraian Kode Linear

3.2.7.1 Koset

Definisi 3.2.7.1.1

Misal suatu kode linear dengan panjang atas , dan

diandaikan adalah setiap vektor yang panjangnya .

Koset dari yang ditentukan oleh adalah himpunan

| .

90  

Contoh 3.2.7.1.1

Misal 2 dan 000, 101, 010, 111 . Maka

000 000, 101, 010, 111 ,

001 001, 100, 011, 110 ,

010 010, 111, 000, 101 ,

011 011, 110, 001, 100 ,

100 100, 001, 110, 011 ,

101 101, 000, 111, 010 ,

110 110, 011, 100, 001 ,

111 111, 010, 101, 000 .

Perhatikan bahwa

000 010 101 111 .

001 011 100 110 \ .

Teorema 3.2.7.1.1

Misal kode linear , , atas lapangan berhingga . Maka

i) Setiap vektor dari termuat pada suatu koset di

ii) Untuk semua , | | | |

iii) Untuk semua , , sama artinya

91  

iv) Dua koset saling identik satu sama lain atau dua koset tak

memiliki irisan

v) Terdapat koset yang berbeda di

vi) Untuk semua , , bila dan hanya bila dan

pada koset yang sama.

Bukti:

i) Vektor termuat pada koset .

ii) Berdasarkan definisi koset, memiliki | |

elemen. Dua elemen dan sama bila dan hanya

bila . Jadi, | | | | .

iii) Misal . Menurut definisi koset maka .

Diketahui , maka . Jadi,

. Selanjutnya, dimisalkan . Menurut

definisi koset maka . Diketahui , maka

atau . Oleh karena itu,

.

iv) Andaikan terdapat dua koset dan dan

diandaikan . Karena ,

menrut (iii) maka . Demikian pula, karena

92  

, maka . Oleh karena itu,

.

v) Banyaknya elemen dari adalah . Menurut (i), setiap

vektor dari termuat pada suatu koset . Berdasarkan (ii),

untuk semua , | | | | . Jadi, terdapat

koset yang berbeda di .

vi) Jika , maka . Jadi,

. Berdasarkan bukti dari (i), dan

, jadi dan berada pada koset yang sama.

Sebaliknya, andaikan , keduanya pada koset . Maka

dan untuk suatu , . Oleh karena

itu, .

Contoh 3.2.7.1.2

Koset dari kode linear biner 0000, 1011, 0101, 1110

adalah sebagai berikut:

0000 0000 1011 0101 1110 0001 0001 1010 0100 1111 0010 0010 1001 0111 1100 1000 1000 0011 1101 0110

Susunan seperti di atas disebut sebagai aturan standar.

93  

Definisi 3.2.7.1.2

Suatu kata dengan bobot terkecil pada suatu koset disebut koset

utama.

Contoh 3.2.7.1.3

Pada contoh 3.2.7.1.2, vektor di pada kolom pertama

merupakan koset utama untuk masing-masing koset.

3.2.7.2 Penguraian Jarak Minimum untuk Kode Linear

Misal suatu kode linear. Diasumsikan kata kode

dikirim dan kata diterima, menghasilkan pola kesalahan

.

Maka . Jadi, berdasarkan teorema 3.2.7.1.1

bagian (vi), pola kesalahan dan kata yang diterima berada

pada koset yang sama.

Karena pola kesalahan dengan bobot terkecil adalah

yang paling mungkin terjadi, maka penguraian jarak minimum

digunakan untuk kode linear seperti pada penjelasan berikut

ini. Jika kata yang diterima , pilih kata yang memiliki bobot

terkecil pada koset dan disimpulkan bahwa kata yang

dikirim adalah .

94  

Contoh 3.2.7.2.1

Misal 2 dan 0000, 1011, 0101, 1110 . Uraikan jika

kata yang diterima adalah: i) 1101; ii) 1111.

Pertama-tama harus ditulis terlebih dulu aturan standar dari

sebagai berikut:

0000 0000 1011 0101 1110 0001 0001 1010 0100 1111 0010 0010 1001 0111 1100 1000 1000 0011 1101 0110

i) 1101 adalah koset keempat. Kata dengan bobot

terkecil pada koset tersebut adalah 1000. Oleh karena itu,

1101 1000 0101 merupakan kata kode

yang paling mungkin dikirim.

ii) 1111 adalah koset kedua. Terdapat dua kata

yang memiliki bobot terkecil pada koset tersebut, yaitu 0001

dan 0100. Jika koset dari kata yang diterima memiliki lebih

dari satu kata yang mungkin menjadi koset utama, maka

pendekatan untuk penguraian bergantung pada skema

penguraian yang digunakan. Jika bekerja dengan penguraian

tak lengkap, maka harus dilakukan pengiriman ulang. Jika

penguraian lengkap digunakan, maka dipilih satu kata dengan

bobot terkecil, misal 0001 sebagai kesalahan, dan dapat

95  

disimpulkan bahwa 1111 0001 1111 0001 1110

merupakan kata kode yang paling mungkin dikirim.

3.2.7.3 Penguraian Sindrom

Definisi 3.2.7.3.1

Andai kode linear , , atas dan dimisalkan matriks

pemeriksa untuk . Untuk setiap , sindrom dari adalah

kata .

Teorema 3.2.7.3.1

Andai kode linear , , dan matriks pemeriksa untuk .

Untuk , maka:

i)

ii) 0 bila dan hanya bila adalah kata kode di

iii) bila dan hanya bila dan berada pada koset

yang sama dari .

Bukti:

i) Ini merupakan akibat dari definisi sindrom di atas.

ii) Berdasarkan definisi sindrom, 0 bila dan hanya bila

0. Pernyataan tersebut berarti bahwa .

96  

iii) Berdasarkan (i), (ii) dan Teorema 3.2.7.1.1 bagian (vi).

Bagian (iii) teorema di atas menyatakan bahwa koset dapat

diidentifikasi dari suatu kode linear melalui sindromnya.

Sebaliknya, semua kata pada koset yang diberikan menghasilkan

sindrom yang sama. Jadi, sindrom dari suatu koset merupakan

sindrom dari setiap kata pada koset tersebut. Dengan kata lain,

terdapat korespondensi satu-satu antara koset dan sindromnya.

Berdasarkan definisi sindrom di atas, diketahui bahwa

sindrom berada di , maka terdapat paling tidak

sindrom. Teorema 3.2.7.1.1 bagian (v) menyatakan terdapat

koset, jadi terdapat sindrom yang berkorespondensi

dimana semuanya berbeda. Oleh karena itu, semua vektor di

dinyatakan sebagai sindrom.

Definisi 3.2.7.3.2

Suatu tabel yang terdiri dari pasangan setiap koset utama dengan

sindromnya disebut tabel look-up sindrom.

97  

Langkah-langkah untuk menyusun suatu tabel look-up

sindrom dengan mengasumsikan penguraian jarak minimum

lengkap adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Daftarlah semua koset untuk kode tersebut, lalu dari

setiap koset pilih kata yang memiliki bobot

minimum sebagai koset utama .

Langkah 2: Tentukan matriks pemeriksa untuk kode dan untuk

setiap koset utama , hitunglah sindromnya

.

Untuk penguraian jarak minimum tak lengkap, jika

terdapat lebih dari satu kata yang memiliki bobot terkecil pada

langkah 1 di atas, berilah tanda ‘∗’ pada tabel look-up sindrom

untuk menyatakan bahwa diperlukan pengiriman ulang.

Contoh 3.2.7.3.1

Diasumsikan digunakan penguraian jarak minimum lengkap.

Susunlah tabel look-up sindrom dari kode linear biner

0000, 1011, 0101, 1110 .

98  

Dari koset yang telah dihitung, dipilih kata-kata

0000, 0001, 0010 dan 1000 sebagai koset utama. Matriks

pemeriksa untuk adalah

1 0 1 01 1 0 1

Selanjutnya dapat disusun tabel look-up sindrom untuk sebagai

berikut

Tabel 3.1

Koset Utama Sindrom

0000 00 0001 01 0010 10 1000 11

Contoh 3.2.7.3.2

Tabel look-up sindrom untuk , jika diasumsikan penguraian

jarak minimum tak lengkap adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Koset Utama Sindrom

0000 00

∗ 01 0010 10 1000 11

99  

Sebuah cara yang paling cepat untuk menyusun suatu

tabel look-up sindrom, jika diberikan matriks pemeriksa dan

jarak untuk kode tersebut, adalah untuk menghasilkan semua

kesalahan yang terjadi dengan

12

sebagai koset utama dan menghitung sindrom untuk setiap

.

Contoh 3.2.7.3.3

Diasumsikan penguraian jarak minimum lengkap, susun tabel

look-up sindrom untuk kode linear biner dengan matriks

pemeriksa , dimana

1 0 1 1 0 01 1 1 0 1 01 1 1 0 0 1

Pertama, diklaim bahwa jarak dari adalah 3.

Karena 1 2⁄ 3 1 2⁄ 1, maka semua kesalahan

yang terjadi dengan bobot 0 atau 1 merupakan koset utama.

100  

Selanjutnya, dicari sindrom untuk setiap kesalahan dan

dihasilkan tujuh baris pertama dari tabel look-up sindrom.

Karena setiap kata yang panjangnya 3 harus menjadi sindrom,

koset utama sisanya memiliki sindrom 101. Selain itu,

harus memiliki bobot 2 karena semua kata dengan bobot 0

atau 1 telah termasuk dalam tabel look-up sindrom. Selanjutnya

dilihat kata-kata yang tersisa dengan bobot terkecil, yaitu 2.

Terdapat tiga koset utama yang mungkin, yaitu 000101, 001010

dan 110000. Karena digunakan penguraian jarak minimum

lengkap, maka dapat dipilih 000101 sebagai koset utama dan

melengkapi tabel look-up sindrom sebagai berikut:

Tabel 3.3

Koset Utama Sindrom

000000 000

100000 110

010000 011

001000 111

000100 100

000010 010

000001 001 000101 101

101  

Jika penguraian jarak minimum tak lengkap digunakan, maka

koset utama 000101 pada baris terakhir tabel di atas akan

diganti dengan ‘∗’.

Prosedur penguraian untuk penguraian sindrom adalah

sebagai berikut:

Langkah 1: Untuk kata yang diterima , hitunglah sindromnya

.

Langkah 2: Tentukan koset utama yang selanjutnya sindrom

pada tabel look-up sindrom.

Langkah 3: Uraikan menjadi .

Contoh 3.2.7.3.4

Misal 2 dan 0000, 1011, 0101, 1110 . Gunakan tabel

look-up sindrom yang telah disusun pada contoh 3.2.7.3.1. untuk

menguraikan (i) 1101; (ii) 1111.

102  

i) 1101. Sindrom dari adalah 11.

Berdasarkan tabel 3.1 (hal.73), dapat dilihat bahwa koset

utamanya adalah 1000. Jadi, 1101 1000 0101

merupakan kata kode yang paling mungkin dikirim.

ii) 1111. Sindrom dari adalah 01.

Berdasarkan tabel 3.1 (hal.73), dapat dilihat bahwa koset

utamanya adalah 0001. Jadi, 1111 0001 1110

merupakan kata kode yang paling mungkin dikirim.

Berikut ini akan diberikan contoh bagaimana langkah-

langkah penguraian kata kode dalam kode linear:

Misal: 0000, 1011, 0101, 1110

Diandaikan kata yang diterima adalah w=1101

Langkah 1: Tentukan matriks generator menggunakan

algoritma 3.1

0000101101011110

1110101101010000

1110010101010000

1110010100000000

1011010100000000

Diperoleh: 10110101

103  

Menurut algoritma 3.3, dapat dicari matriks pemeriksa yaitu:

10101101

Langkah 2: Tentukan aturan standar dari kode tersebut

0000 0000 1011 0101 1110 0001 0001 1010 0100 1111 0010 0010 1001 0111 1100 1000 1000 0011 1101 0110

Langkah 3: Penguraian kata 1101

Ada 2 metode penguraian, yaitu:

a) Penguraian jarak minimum

Berdasarkan aturan standar, kata termasuk dalam koset

keempat. Jadi, 1101 1000 0101 adalah kata kode yang

paling mungkin dikirim.

b) Penguraian sindrom

Dibentuk tabel look-up sindrom terlebih dahulu:

Koset Utama Sindrom

0000 00 0001 01 0010 10 1000 11

104  

Selanjutnya dicari sindrom untuk sebagai berikut:

1101 10101101 11

Koset utama untuk adalah 1000.

Jadi, 1101 1000 0101 adalah kata kode yang paling

mungkin dikirim.

105  

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dibahas secara panjang lebar tersebut, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Teori pengkodean merupakan salah satu cara untuk merancang suatu

sistem pengiriman data sehingga kesalahan yang mungkin terjadi saat

pengiriman dapat dideteksi dan juga dapat dikoreksi/diperbaiki.

2. Suatu kode linear adalah pendeteksi -kesalahan bila dan hanya bila

1

dengan kata lain, kode dengan jarak merupakan kode tepat pendeteksi

1 -kesalahan.

3. Suatu kode linear adalah pengoreksi -kesalahan bila dan hanya bila

2 1

dengan kata lain, kode dengan jarak merupakan kode pengoreksi tepat

1 2⁄ -kesalahan. Dalam hal ini, adalah bilangan bulat terbesar

yang kurang dari atau sama dengan .

106  

4. Jika | adalah matriks generator bentuk standar dari kode linear

, , maka matriks pemeriksa untuk adalah | .

B. Saran

Skripsi ini hanya membahas kode linear atas suatu lapangan

berhingga. Aplikasi dari kode linear dalam bidang ilmu komputer juga tidak

dibahas. Oleh karena itu, skripsi ini dapat dikembangkan lebih lanjut ke kode

linear yang mampu mengoreksi kesalahan serta aplikasinya dalam bidang

ilmu komputer.

 

107  

DAFTAR PUSTAKA

Anton, H. and Rorres, C. (2004). Aljabar Linear Elementer. Jakarta: Erlangga

Budhi, W. S. (1995). Aljabar Linear. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Fraleigh, J. B. (1989). A First Course In Abstract Algebra. New York: Addison-

Wesley Publishing Company

Gallian, J. A. (1998). Contemporary Abstract Algebra. New York: Houghton Mifflin

Company

Ling, S. and Xing, C. (2004). Coding Theory. New York: Cambridge University

Press